Post on 17-Jan-2016
description
Laporan Refreshing
Embriologi, Anatomi, Fisiologi dan Penyakit pada Telinga
Disusun Oleh :
Rinto Hadiarto
2005730061
Pembimbing :
dr. H. Denny PM, Sp.THT
BAGIAN/SMF THT RSIJ PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2010
1 | P a g e
Pendahuluan
Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga adalah modal dasar untuk memahami
fungsi, dan tentunya patologi dan pengobatan telinga. Mengaitkan ilmu-ilmu dasar dengan
disiplin ini pada akhirnya adalah untuk lebih memahami penatalaksanaan penyakit telinga
dan kesimbangan. Fungsi keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting
daripada fungsi pendengaran. Suatu organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak
dapat bertahan tanpa keseimbangan dengan lingkungannya. Karena itu secara filogenetik,
mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi organisme terhadap lingkungan
berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung bagian vestibulum dari
keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata
kita dan alat perasa pada tendon dalam.
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu; telinga luar, telinga tengah
dan telinga dalam. Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam
seluruhnya berasal dari plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami
kelainan kongenital sementara bagian lain berkembang normal.
2 | P a g e
Embriologi Telinga
Telinga Luar
Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timfani
mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang
telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian
terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor penyebab
dari beberapa kasus atresia atau stenosis bangun ini. Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-
pinggir celah brankial pertama dan arkus brakialis pertama dan kedua, aurikula dipersarafi
oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan
oksipitalis minor merupakan cabang pleksus servikalis.
Telinga tengah
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi
udara ini meluas ke dalam resesus tubotimfanikus yang selanjutnya meluas di sekitar tulang-
tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid. Osikula
berasal dari rawan arkus brakialis. Untuk mempermudah pemikiran ini maleus dapat
dianggap berasal dari rawan arkus brakialis pertama (kartilago Meckel), sedangkan inkus dan
stapes dari rawan arkus brakialis kedua ( kartilago Reichert). Saraf korda timfani berasal dari
arkus kedua (fasialis) menuju arkus brakialis ketiga ( glossofaringeus) menuju saraf fasialis.
Kedua saraf ini terletak dalam rongga telinga tengah. Otot-otot telinga tengah berasal dari
otot-otot arkus brakialis. Otot tensor timfani yang melekat pada maleus, berasal dari arkus
pertama dan dipersarafi oleh saraf mandibularis ( saraf kranial kelima). Otot stapedius-berasal
dari arkus kedua, dipersarafi oleh cabang saraf ke tujuh.
Telinga dalam
Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda
ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur dibawah
permukaan sebagai vesikel otika. Letak vesikel dekat dengan otak belakang yang sedang
berkembang dan sekelompok neuron yang dikenal sebagai ganglion akustikofasialis.
Ganglion ini penting dalam perkembangan dari saraf fasialis, akustikus dan vestibularis.
Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang terletak dekat terhadap tabung saraf
yang sedang berkembang dankelak akan menjadi duktus endolimfatikus. Vesikel otika
kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan sakulus inferior. Dari utrikulus
3 | P a g e
kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang
diserap, meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian
membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik, organ-organ akhir khusus
berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis
untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus untuk membentuk makula, dan dalam
koklea untuk membentuk organ corti. Organ-organ akhir ini kemudian berhubungan dengan
neuron-neuron ganglion akustikofasialis. Neuron-neuron inilah yang membentuk ganglia
saraf vestibularis dan ganglia spiralis dari saraf koklearis.
Mesenkim disekitar ganglion otikum memadat untuk membentuk suatu kapsul rawan
disekitar turunan membranosa dari vesikel otika. Rawan ini diserap pada daerah-daerah
tertentu disekitar apa yang sekarang dikenal sebagai labirin membranosa, menyisakan suatu
rongga yang berhubungan dengan rongga yang terisi LCS melalui akuaduktus koklearis dan
membentuk rongga perilimfatik labirin tulang. Labirin membranosa berisi endolimfe. Tulang
yang berasal dari kapsula rawan vesikel otika adalah jenis tulang khusus yang dikenal sebagai
tulang endokondral.
Anatomi Telinga
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timfani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½-3cm. Pad asepertida bagian luar kulit
liang teling terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat =kelenjar
serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada
duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kulit liang telinga
langsung terletak diatas tulang. Bahkan radang yang amat ringan terasa sangat nyeri karena
tidak ada ruang untuk ekspansi. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan
berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus posteroinferior liang telinga, dan kemudian
berjalan di bawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga
merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan mencari saraf fasialis; patokan
lainnya adalah sutura timpanomastoideus.
4 | P a g e
Gambar 1, anatomi telinga luar
Membrana Timfani
Membrana timfani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan peuncaknya,
umbo, mengarah ke medial. Membrana timfani umumnya bulat. Penting untuk disadari
bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus
maleus dan inkus, meluas melampauibatas atas membrana timfani, dan bahwa ada bagian
hipo timpanum yang meluas melampaui batas bawah membrana timfani. Membrana timfani
tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana
tangkai maleus dilekatkan dan lapisan mukosa bagian dalamlapisan fibrosa tidak terdapat
diatas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timfani yang disebut
membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid).
Gambar 2, membrana timfani
5 | P a g e
Telinga Tengah
Gambar 3, telinga tengah
Telinga tengah yang berisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam
sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut
berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral kearah umbo dari
membrana timfani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.
Dinding superior telinga berbatasan dengan lantai fossa kranii media. Pada bagian
atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di bawahnya adalah saraf
fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah fasialis dan tendonnya menembus melalui suatu
piramid tulang menuju leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah
stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi dimedial maleus, untuk keluar
dari telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan
saraf lingualis dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion
submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari duapertiga anterior lidah.
Dasar telinga adalah atap bulbus jugularis yang sebelah superolateral menjadi sinus
sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah aliran vena
utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah dari
dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Diatas kanalis ini, muara
tuba eustachius dan otot tensor timfaniyang menempati daerah superior tuba kemudian
membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.
Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian atas,
membran timpani dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah. Bangunan yang
ppaling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran koklea
yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium ini. Fenestra rotundum
6 | P a g e
terletak di posteroinferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes terletak pada fenestra
ovalis pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf
fasialis terletak diatas fenestra ovalis mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga
piramid stapedium di posterior. Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tida dengan
puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah
dinding lateral fossa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah duramater pada
daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis
semisirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah kedua patokan ini berjalan saraf
fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen
stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding
lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior
auruikula
Gambar 4, Telinga tengah dengan batas-batasnya
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timfani dengan skala vestibuli. Kanalis
semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak
lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timfani di
sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala
7 | P a g e
timfani berisi perilimfe, sedangkan skala media berisi endolimfe. Ion dan garam yang
terdapat di perilimfa berbeda dengan di endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar
skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissner’s Membrane) sedangkan dasar skala
media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria
dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanallis Corti, yang membentuk organ Corti.
Gambar 5, telinga dalam yang terdiri dari koklea dan vestibulum
Innervasi Telinga
Telinga dipersarafi oleh nervus kranial ke delapan yaitu nervus vestibulokoklearis. Nervus
vestibulokoklearis terdiri dari dua bagian: salah satu daripadanya pengumpulan sensibilitas
dari bagian vestibuler rongga telinga dalam yang mempunyai hubungan dengan
keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada
pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, lantas kemudian bergerak terus
menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus vestibulokoklearis adalah saraf pendengar
yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada sebuah nukleus
khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lantas dari sana dipancarkan lagi menuju pusat
penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis.
Vaskularisasi telinga
Telinga di perdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah ramus cochleae
a. Labyrinthi yang memperdarahi badian koklea, ramus vestibulares a.labyrinthi yang
memperdarahi vestibulum. V. Spiralis anterior, v. Spiralis posterior, V. Laminae spiralis, Vv.
Vestibulares, dan V. Canaliculi cochleae.
8 | P a g e
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timfani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timfani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga
perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks serebri /
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Fisiologi Keseimbangan
Keseimbangan dan orientasi tubuh seorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler labirin, organ visual dan proprioseptif.
Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga
menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
pelebarannnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis
semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan
utrikulus, yang disebut dengan ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri
dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang
disebut kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke
dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang pelepasan
neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensorik melalui saraf
9 | P a g e
aferen ke pusat keseimbangan otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka
terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat
rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi
biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat
percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi
mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan
dengan sistem tubuh lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh
bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung
berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin
Gambar 6, organ keseimbangan
Penyakit Pada Telinga
Otitis Media Akut
Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Etiologi
Kuman penyebab pada OMA ialah bakteri piogenik seperti Streptococcus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan juga Hemofilus influenza, Eshericia colli, Streptokokus anhemoliticus,
Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa.
Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5
tahun. Hal tersebut dikarenakan Tuba eustachius pada anak lebih pendek, lebih
horizontal dan relatif lebih lebar daripada dewasa.
Patofisiologi
10 | P a g e
Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa
saluran nafas termasuk mukosa tuba eustakius dan nasofaring tempat muara tuba
eustakius. Edema ini akan menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan
fungsi tuba eustakius yaitu fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga
tengah.
Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring hingga ke
telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia
tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani
dengan akumulasi sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi
proses supurasi di telinga tengah.
Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium, stadium oklusi tuba eustachius, stadium hiperemis, stadium supurasi,
stadium perforasi, stadium resolusi.
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-
kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna
keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan
virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga
luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
11 | P a g e
Apabila tekanan nanah di dalam kavum timpani tidak berkuran, maka
terjadi iskemia, akibatnya tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.
Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih
lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada
stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan
nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka
insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang
(perforasi tidak mudah menutup kembali.
4. Stadium Perforasi
Terjadi ruptur membran timpani terjadi karena beberapa sebab, antara
lain karena terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang
tinggi. Setelah terjadi ruptur, nanah akan keluar dan mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah akan menjadi tenang,
suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
sekret akan berkurang dan menjadi kering. Bila daya tahan tubuh baik atau
virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan
sekret yang terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan
gejala sisa (sequele) berupa Otitis Media Serosa bila sekret menetap di
kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
Gejala Klinik OMA
Gejala klinik tergantung dari stadium serta usia pasien. Pada anak yang sudah
dapat berbicara, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di
samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, di samping rasa nyeri terdapat
pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ilaah suhu tinggi hingga mencapai 39,50
12 | P a g e
C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit
waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang
sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga,
suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.
Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
Stadium Oklusi
Tujuan pengobatan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga
tekanan begatif di telinga hilang. Dapat diberikan obat tetes hidung berupa HCl
efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1 % dalam
larutan fisiologik untuk yang berumur > 12 tahun dan pada orang dewasa.
Disamping itu, sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila
penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.
Stadium Presupurasi
Dapat diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran
timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik
yang dianjurkan adalah golongan penisilin intramuskular agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.
Pemberian antibiotik dianjurkan minimal selam 7 hari. Bila pasien alergi terhadap
penisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/ kg BB per hari,
dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis,
atau eritromisin 40 mg/ kg BB/ hari.
Stadium Supurasi
Diberikan antibiotika dan lebih baik disertai miringotomi, bila membran
timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan
ruptur dapat dihindari.
13 | P a g e
Stadium Perforasi
Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret
secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2
3 % selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
Stadium Resulosi
Membran timpani berangsur kembali normal, sekret tidak ada lagi dan
perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan
tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani.
Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga tengah.
Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3
minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi
mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Subakut. Bila perforasi
menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka
keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK).
Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses
sub periosteal sampai komplikasi yang berat (meningtis dan abses otak). Sekarang
setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapatkan
sebagai komplikasi dari OMSK.
Otitis Media Supuratif Kronik
Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media Perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek.
Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Perjalanan Penyakit
14 | P a g e
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi ottis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi
kurang dari 2 bulan, maka disebut Otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor
penyebab OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberika, terapi yang
tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang)
atau higiene buruk.
Jenis-Jenis Perforasi
Perforasi Sentral kecil
Perforasi Sentral (kecil) Perforasi Sentral (Sub Total)
Perforasi sentral sub total
Perforasi Atik
Perforasi Atik Perforasi Postero Superior/
Marginal
Perforasi postero superior/ marginal
Letak Perforasi
Letak perforasi adalah di membran timpani dan mengetahui letak perforasi
penting untuk menentukan tipe/ jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat
ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi
terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran
15 | P a g e
timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan
dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak
di pars flaksida.
Jenis OMSK
Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna.
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK
tenang.
a) OMSK aktif , merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif.
b) OMSK tenang , ialah OMSK yang keadaan kavum timpaninyaterlihat basah
atau kering.
OMSK tipe Benigna
Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat
kolesteatoma.
OMSK tipe Maligna
Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah
suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). OMSK tipe maligna
dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada
OMSK tipe maligna letaknya di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma
pada OMSK dengan perforasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe
maligna.
Diagnosis OMSK
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang
paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya secret di liang telinga yang
pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous),
16 | P a g e
tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih
sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau
polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita
datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan
pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.
Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’ pada kasus
dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif
menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
Tanda Klinik OMSK Tipe Maligna
Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru
dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi
pedoman akan adanya OMSK tipe maligna, yaitu perforasi pada marginal atau pada
atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan
pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retro aurikuler
(belakang telinga), polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal
dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di
epitimpanium), sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom) atau
terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.
Terapi OMSK
Terapi OMSK terkadang memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-
ulang, karena sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu:
17 | P a g e
a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
d. Gizi dan higiene yang kurang.
Tipe Benigna
Prinsip terapi ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang
keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3 %
selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memeberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.
Karena semua obat tetes yang mengandung antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga
dianjurkan penggunaan obat tetes telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari
1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan
antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap
penisilin). Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resistensi terhadap
ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu,
mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan
tonsilektomi.
Tipe Maligna
Prinsip terapi ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan
terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian
dilakukan mastoidektomi.
18 | P a g e
Jenis Pembedahan Pada OMSK
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronik, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
a. Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang
mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya supaya infeksi tenang dan
telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
b. Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang
sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga
luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga
daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak
terjadi infeksi kembali.
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan
dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang
semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan
pendengaranyang masih ada.
d. Miringoplasti
Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada
membran timpani. Tujuannya adalah mencegah berulangnya infeksi telinga
tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi menetap. Dilakukan pada
OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya
disebabkan oleh perforasi membran timpani.
e. Timpanoplasti
19 | P a g e
Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau
OMSK benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuannya adalah menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran
timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.
Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka
dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi
kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan
jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua
tahap dengan jarak waktu 6 sampai dengan 12 bulan.
f. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)
Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan
Benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan
teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang
telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani,
dikerjakan melalui dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik
operasi ini dilakukan pada OMSK maligna belum disepakati oleh para ahli,
karena sering terjadi kekambuhan kolesteatom.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
kolesteatom, sarana yag tersedia dan pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya
infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan
kombinasi dari jenis operasi tersebut atau modifikasinya.
20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam,Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC, Jakarta,1997
2. Guyton,AC, Hall,JE, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 1997, editor: irawati setiawan,
ed. 9, 1997, Jakarta: EGC
3. Pearce, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta,2004
4. Spanner, Spalteholz, Atlas Anatomi Manusia, Bagian ke II, edisi 16, Hipokrates,
Jakarta,1994.
5. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher edisi 5, FK UI, 2008.
21 | P a g e