Post on 16-Sep-2015
description
A r s i t e k t u r K l a s i k 0
TUGAS SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KLASIK
Dosen : Ir. Aris Alimuddin, ST.,MT
REZQI AULIA RAKHMANI
03420140044
B1
A r s i t e k t u r K l a s i k 1
1
ARSITEKTUR KLASIK
Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di
Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan
first class. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperlihatkan aturan atau
pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dalam
menciptakan karya tersebut. (Maulana, 2013).
Predikat kata Klasik diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren
(terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat
dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya.
Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang
dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu
kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia. Bangunan Parthenon di Athena dan
Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik
yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order,
geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni craftmanship. Perlu
diketahui bahwa bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal
konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pada bentuk
akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh
Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik ini. Hal ini dapat kita
jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana
Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga
unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Dispositio
adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survei lapangan ataupun pekerjaan pada
tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen
yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni
ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran
pandangan dari Teori Vitruvius. (Maulana, 2013).
Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut:
Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat beban
bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah
sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian,
yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5,
dinamakan Attic yang berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan dibuat dari bata-
bata yang disusun. (Isodore dalam Varro, 19xx).
Pendapat Isodore ini merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya arsitektur
sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan
gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru
A r s i t e k t u r K l a s i k 2
dan menyebar hampir keseluruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah
Hagia Sophia yang digambarkan dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut:
Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang
menakjubkan sebab gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol
diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah
keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu
dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah,
khususnya dalam wawasan perspektivis Bird Eye View. Dan semuanya ini menjadi lengkap
dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan
(Isodore dalam Varro, 19xx).
Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Kualitas ruang
Arsitektur Klasik Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti
diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria
(bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep
kecemerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela
khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah
lainnya.
Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha mengerti dan
menangkap cahaya yang datang dari luar. Di lain pihak ada karya-karya gereja Gothic yang
meminimalisir banyaknya cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan
sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur
Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby,
Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok
arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur
Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat,
karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur
sejenis, yang setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang
berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai
aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur,
seperti tertulis sebagai berikut:
Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah
bersifat massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior
orang-orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa
dalam mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya,
pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya
yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan
Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen relief dengan
sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang
dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian
bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum
A r s i t e k t u r K l a s i k 3
pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya,
sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya
gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar
dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi
juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan ditancapkan dari atas
langit. (Isodore dalam Varro,19xx).
1. Ciri-ciri Arsitektur Klasik
Secara umum, ciri dari arsitektur klasik adalah sebagai berikut:
Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan hampir di setiap sudut bangunan.
Penggunaan kolom dan balok (entablature) sebagai elemen utama.
Biasanya berupa bangunan yang besar dan megah dengan waktu pengerjaan yang
cukup lama dikarenakan sedikitnya jumlah pekerja.
Memanfaatkan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan keindahan
bangunan-bangunan utamanya.
Bahan utama menggunakan bahan yang langsung diambil dari alam.
Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno adalah bagian integral dari seluruh
struktur keseluruhan, karenanya peninggalannya (walau tidak sempurna) dapat
direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya (Hemingway, 2003).
2. Fungsi Arsitektur Klasik
Arsitektur Klasik mengacu pada masa awal di mana aliran kajian sejarah dan
budaya dimulai dari masa Yunani dan Romawi, yang kemudian membawa pengaruh ke
zaman-zaman berikutnya. Dalam arsitektur klasik, karyanya terpusat pada karya seni
pahat dalam bentuk kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi dari agama, kitab suci, dan
kepercayaan lainnya, bahkan merupakan sarana ritual keagamaan. Namun, secara umum
pada masa ini, fungsi, biaya, dan waktu pembangunan bukanlah faktor yang penting.
Dalam prosesnya, bahan bangunan utama diambil langsung dari alam (atau melalui
proses sederhana), dan dikerjakan hanya oleh sedikit pekerja.
Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang
berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling
pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Arsitektur pra-
Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan mitologi
dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari
ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut menjadi
dasar terbentuknya konsep nilai keestetikaan pada saat itu terfokus pada terciptanya
bangunan-bangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap
mitos dewa-dewi alam semesta. (Maulana, 2013).
A r s i t e k t u r K l a s i k 4
2
YUNANI
Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang
berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar
dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen
utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri.
Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri hingga era modern dimana pulau
utama yang bergunung-gunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang menjadi city
states yang merupakan kebiasaan yang terjadi dalam persaingan.
Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-1400 SM) dan
berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian digantikan
dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran terjadi pada 1100 SM
dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan.
Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM) dimana memperlihatkan
perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan kota yang baru dimana
munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah penentuan kemenangan melawan Persia
serta perkembangan dalam hal demokrasi. Zenith merupakan peraturan Pericles (444-429 SM)
dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini
berkembang dan direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya
Parthenon.
Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim dimana
kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan dan membersihkan
pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang begitu kuat. Batu gamping dan
marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang berkualitas.
Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang
mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-bentuk
bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun dengan kekuatan yang lebih sedikit dan
adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang
meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-
bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak
kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale.
Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan bangunanbangunan
publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan. (Istiqomah,
dkk, 2014).
A r s i t e k t u r K l a s i k 5
a. Kuil-Kuil
Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas yang melekatnya menambah
berbagai macam kebiasaan yang melekat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani.
Suatu bentuk kepentingan dari ekspresi arsitektur dan bentuk-bentuk bangunan yang dominan
pada masa Hellenic adalah kuil yang merupakan istana tempat tinggal para dewa.Hal ini tidak
dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara tidak langsung altar yang terdapat pada
bagian luar bangunan menjadi ruang ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan dari
pengalaman yang datang dari luar.
Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan serambi) mengembangkan bentuk kuil
menjadi persegi panjang yang dikelilingi kolom-kolom untuk memberikan kesan yang
mendalam. Konsep yang simpel ini kemudian diperinci dengan suatu pendalaman pemikiran baik
yang datangnya dari luar maupun dalam sehingga membentuk suatu desain.
Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat meletakkan patung dewa dengan pintu
utamanya menghadap Timur. Patung itu diletakkan di sebuah podium/panggung yang rendah
(crepidoma) sekitar tiga anak tangga. Bagian depan naos adalah portico atau pronaos (serambi
yang bertiang-tiang). Hal ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom yang berjajar
terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga merupakan antis dengan kolom-kolom
(biasanya dua) antara antae (pilaster-pilaster yang mengakhiri perluasan bagian dinding naos)
sehingga portico agak mundur ke dalam bangunan sebagai pengganti rancangannya. Di belakang
naos kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton). Keinginan akan simetri sering ditemukan
pada bagian opisthodomus yang merupakan bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa
akses langsung dengan kuil utama. Atap kadang-kadang didukung oleh kolom-kolom yang ada
di dalamnya.
Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan menggunakan kayu dan batu merah dengan
dasar dinding batu. Kolom-kolom dan dinding-dinding utama pada awalnya dibangun dengan
batu gamping (diselesaikan dengan plesteran marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali
muncul pada bangunan di Asia Minor. Material atap utama menggunakan atap terakota.
(Istiqomah, dkk, 2014).
b. Orde Klasik
Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan kolom dan balok. Kolom adalah
sebuah modul untuk keseluruhan bangunan dimana bagian capital dan basenya dapat
diklasifikasikan pada salah satu dari tiga bentuk yang mendasar yang dikenal sebagai orde klasik.
Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan sebagai kolom-kolom yang terlihat
kuat (powerful-looking), biasanya dengan 20 pinggiran galur yang tajam tanpa base. Tinggi
kolom (termasuk capital) adalah 4-6 x diameter yang mengalami peningkatan hingga 71 kali
pada masa Hellenic. Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada dinding)
berkembang dari kayu.
A r s i t e k t u r K l a s i k 6
Gambar 1.2: Kuil Parthenon
Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 1.1: Orde Doric, Ionic, Chorintian
Sumber: en.wikipedia.com
Orde Ionic merupakan orde yang
scroll capitalnya berasal dari Asia Minor
pada abad ke-6 SM. Kolom-kolom yang
telah mature memiliki 24 galur yang
dipisahkan menjadi lembaran-lembaran
kecil. Galur persegi yang dibuat dari tanah
liat (plinth) muncul pada akhir masa
Hellenic. Tinggi kolom (termasuk capital
dan base) adalah sekitar 9 x diameter
terendah.
Peninggalan achantus pada capital
Corinthian hampir tidak dapat dibedakan entablature-nya dengan Ionic dimana hampir selalu
dapat dibedakan hanya dari frieze-nya yang populer pada masa Hellenistic. Tinggi kolom
biasanya sekitar 10 x diameter base. (Istiqomah, dkk, 2014).
c. Evolusi Temple Plan
Dengan mengeksperimentasikan pada proporsi, pembangunan kuil mendapatkan bentuk
yang ideal dimana sebagian besar rencana pembangunan kuil Doric yang mengalami
perpanjangan/penguluran secara berangsur-angsur berkembang pada rencana kolom klasik yakni
6 x 13 pada outer colonnade (pteron). Hal ini menjadi populer pada abad ke-5 SM. Kuil-kuil di
Asia Minor, Itali, dan Sicily mengikuti bentuk yang tidak beraturan dalam artian tidak memiliki
suatu aturan yang pasti.(Istiqomah, dkk, 2014).
d. Dekorasi Kuil
Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan mitologi pada relief. Genteng atap
pada bagian pinggirnya diakhiri dengan hiasan yang dikenal sebagai antefixae, dimana hal ini
meyebabkan bagian joint tidak kelihatan. Semua orde menggunakan moulding (papan hias
tembok) dengan berbagai macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) dan egg-and-dart
(Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicat sedangkan Ionic dan Corinthian menggunakan
permainan ritme pada motif tumbuh-tumbuhan. (Istiqomah, dkk, 2014).
1. Kuil Parthenon (447-432 SM )
Kuil Parthenon merupakan permata Acropolis yang
dibangun dengan marmer pentelic. Parthenon merupakan
bangunan yang sangat menonjol dan merupakan pusat dari
Acropolis. Parthenon dibangun antara 447-432 SM
sebagai karya dari arsitek Ictimus (Iktinos) dan Callicrates
(Kallikrates) dan ahli pematung Phidias (Pheidias).
Bangunan Parthenon dikatakan sebagai 'kesempurnaan
A r s i t e k t u r K l a s i k 7
Gambar 1.3: Denah Parthenon
Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 1.4: Denah Acropolis
Sumber: en.wikipedia.com
terbesar dari karya kuil Doric yang pernah di bangun,
sebuah penampilan dengan proporsi sempurna yang
dihasilkan oleh ahli maya-loka Athena.
Parthenon menjadi contoh bangunan tertinggi.
Desain dasar dapat terlihat pada bangunan itu sendiri
yakni kuil Doric dengan deretan kolom-kolom penunjang
atap (pteron) 8 x 17 kolom dengan tinggi 10,4 m serta
terdapat serambi prostyle yang diduplikasikan dari
Ophistodomos. Di dalam naos terdapat monument emas
Phidias yakni patung Athena serta memiliki kolom-kolom
internal pada tiga sisi. Di belakangnya, namun masih dapat
diakses hingga opisthodomus, merupakan tempat suci
yakni sebuah Hall of the Virgins yang dianggap sebagai tempat sakral. Entablature-nya terdapat
pada ketinggian 3,4 m. Pediment dan metope merupakan hiasan yang diukir. Ionic
menginspirasikan frieze pada sekeliling dinding luar naos, serambi dan opisthodomos yang
menggambarkan prosesi Panathenaic.
2. Propylaea ( 437-432 SM )
Propylaea adalah bangunan berbentuk pintu gerbang
karya arsitek mnesicless, tapi pembangunannya tak sempat
diselesaikan karena terjadi peperangan dengan bangsa
Peloponnesia. Puing-puing dari bangunan tersebut masih bisa
dilihat sampai sekarang, tetapi ada beberapa bangunan yang
benar-benar sudah hilang antara lain; Pinacotheca (sebuah
galeri seni), Theater Dionysus, Odeon (sebuah ruang musik
dari Herodes Atticus) dan Stoa (sebuah tempat berteduh dan
tempat berpameran dengan colonnade dari Eumenes). Patung
Promachos karya Pheidias yang sangat besar dan terbuat dari
perunggu dan mendominasi wajah kota. Kehalusan dari denah Acropolis terlukis melalui tangga-
tangga lapangan yang melandai dan ruang kolom dari propylae (437-432 SM) dengan istana
depan dari gedung-gedung yang ada disampingnya. Arsitek Minesicles menciptakan perpaduan
yang unik antara keagungan dan kesederhanaan yang tepat pada entrance serambi depan
Acropolis. Kolom-kolom luarnya adalah Doric dimana salah satu kolom yang ada di dalamnya
yakni pada jalur lintasan utama merupakan kolom Ionic yang lebih kecil, sebuah penjajaran yang
briliant.
Suatu penempatan yang luar biasa. Selanjutnya memiliki sayap dengan pintu-pintu yang
dilengkapi dengan serambi bergambar. Propylaea menjadi pintu gerbang dari Acropolis
dirancang dan yang dibangun pada 437-432 SM meliputi suatu bangunan pusat dan dua sayap
cabang samping. Colonnades sepanjang sisi timur dan barat mempunyai suatu baris kolom Doric
dua baris kolom Bersifat Ionic membagi koridor tengah ke dalam tiga komponen.
A r s i t e k t u r K l a s i k 8
Gambar 1.5: Athena Nike
Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 1.6: Kuil Erechtheum
Sumber: en.wikipedia.com
Dinding dari sayap utara dihias dengan lukisan, dinding atau panel dicat dan di sebut"
Pinakotheke". Langit-Langit Dari Propylaea mempunyai dekorasi dicat dan suatu sima
dilubangi di sekitar atap. (Istiqomah, dkk, 2014).
3. Kuil Athena Nike ( 427-424 SM )
Kuil Nike merupakan kuil terkecil yang bagi penduduk
Athena dianggap sebagai kuil pembawa keberuntungan bagi
kota Athena. Kuil ini merupakan salah satu tempat suci yang
mempesona, dipersembahkan kepada kemenangan Athena
yang dibangun oleh Callicrates. Kuil ini merupakan salah satu
dari bangunan Ionic pertama di Athena. Gaya bangunannya
terdiri dari empat ionic dengan empat kolom pada masing-
masing akhir. Bentuknya amphiprostyle dimana terdapat
portico (serambi yang bertiang-tiang) pada setiap akhirnya
namun tidak terdapat pteron (outer colonnade). Kuil ini berdiri
dengan Hak cipta dari Propylae yang telah lama direncanakan.
Perbandingan proporsi kolom dengan diameter yang kecil
mungkin untuk menghindari perbedaan yang begitu besar
dengan Propylaea.
Untuk pertama kalinya dalam dunia Arsitek Yunani menggunakan tiga fasade. Pada kuil
nike Athena terdapat suatu sandaran disebelah kanan dan di depan yang kuat, kecuali beberapa
batu Elusinian yang dekorasi strukturnya dalam wujud suatu pintu gerbang luas dengan sayap
yang panjang dan lebar sekitar 156 kaki. Suatu serambi disisi kiri adalah museum lukisan dan
suatu ruang terbuka pada sisi kanan yang berisi patung yang didalamnya terdapat tiang-tiang.
Dekorasinya menggambarkan kemenangan Athena atas Persia. Relief pembebasan
terlihat pada bagian atas dari dinding dimana pada bagian atas sisi timur melukiskan konferensi
para dewa, sedangkan pada atas sisi yang lain menggambarkan pemandangan dari peristiwa
pertempuran .
Suatu sandaran pualam dihias dengan penyajian relief;pembebasan Nikae
(Kemenangan), yang dilindungi tepi dari benteng yang di atasnya kuil menegangkan.
(Istiqomah, dkk, 2014).
4. Erechtheum ( 421-405 SM )
Erechteum merupakan sebuah kuil pengganti bangunan
sebelumnya yang mengalami kehancuran pada 480 SM akibat
peperangan dengan bangsa Persia yang dipimpin Salamis. Kuil
ini dibangun oleh arsitek Mnesicles antara tahun 421-405 SM
dan terletak pada situs yang dikelilingi oleh hutan keramat dan
tanah perkuburan. Dibangun dengan gaya bersifat ionic dan
A r s i t e k t u r K l a s i k 9
Gambar 1.7: Kuil Artemis
Sumber: en.wikipedia.com
banyak patung pemujaan Athena. Terdapat kekurangan pada main fasadenya dimana tidak bisa
diapresiasikan hanya dalam satu view point. Kuil ini dibangun untuk memperingati pertarungan
antara Athena dan Poseidon untuk Athens.
Ini merupakan irreguler planning dimana memiliki 2 level yang didirikan pada site yang
tidak tepat serta membutuhkan penambahan tempat suci bagi 3 dewa. Dari tiga serambi yang
ada, satu serambi pada bagian utara dihias indah oleh tiang-tiang ionic serta pintu keluar masuk
yang diperkaya dengan ukiran-ukiran. Serambi ini merupakan serambi terindah. Sedangkan
serambi selatan ditopang dengan pahatan patung Caryatid. Dekorasi dinding friezen berwarna
dark grey, sedangkan marmer eleusian dihias dengan pahatan marmer putih.
Erechtheion merupakan bangunan yang bersifat Ionic mempunyai suatu prostasis pada
sisi atas bagian timur, suatu propylon sangat besar pada atas bagian utara, dan serambi terkenal
dari Caryatids pada bagian selatan.
Kuil yang utama adalah dibagi menjadi dua bagian, dipersembahkan kepada pemujaan
dari dua dewa utama Attica, Athena dan Poseidon-Erechtheus. Patung kayu Athena disimpan
disini dimana Erechteum lebih sakral daripada Parthenon
Suatu dekorasi relief; pembebasan, tegas suatu penyajian yang mungkin menyangkut
kelahiran Erechtheus, menghias bagian luar dari bangunan. Di atas menjadi pandangan dari
selatan dan timur. (Istiqomah, dkk, 2014).
5. Kuil Artemis
Bagian timur Aegean adalah tempat lahirnya
bangunan Yunani kuno. Kuil Artemis adalah bangunan
dengan bentuk dasar dari Capital Voluted pertama yang
terlihat tahun 570 SM. tipe dasar bangunan ini memiliki
potongan horizontal yang bergulur yang berada diatas
dengan cetakan cembung dasar (Thorus).
Kuil Artemis di Afesus adalah bengunan terkemuka
dangan pahatan gendang pada kolom bangunannya.
Dinding luarnya berbentuk sudut, dan memiliki sebuah
halaman berbentuk cekung yang luas yang mengelilingi
bangunan dengan ciri khas Asia Kecil. Bangunan kuil terbesar 10 x 21 kolom,dengan jumlah
kolom 122, tangga 7 trap gank ionic. (Istiqomah, dkk, 2014).
6. Kuil Apollo (336-332 SM)
Kuil Apollo Doric dipersembahkan kepada dewa Apollo dan memiliki luas 6 x 16 yang
diwarisi dari para pendahulunya yaitu yang keenam berada didekat perbendaharan Athena (510
SM). Bertempat di kawasan Delphi yang merupakan tempat yang paling menarik dari semua
tempat suci yang ada. Terkenal sebagai tempat duduk kuil dan sebagai tempat peramal dari
Dewa Apollo. Di sini semua bangunan lain saling berhubungan dimana tahap terpenting dari
sejarahnya dimulai pada abad ke-6 SM. Susunan di altar sekitar jalan suci berliku-liku ke arah
A r s i t e k t u r K l a s i k 10
Gambar 1.8: Doric Apollo
Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 1.9: Kuil Hera
Sumber: sacred-destination.com
Gambar 1.10: Patung Hera
Sumber: sacred-destination.com
Gambar 1.11: Kuil Olimpiade Zeus
Sumber: en.wikipedia.com
selatan dan terlihat tidak baik namun pada kenyataannya
dengan teliti menyusun serta menciptakan rangkaian
pemandangan. Bangunan Doric pertama terdiri dari 100%
marmer dengan dinding yang dihiasi pahatan tentang pujian
dan musik untuk Apollo. (Istiqomah, dkk, 2014).
7. Kuil Hera
Kuil ini dibangun pada tahun 550 SM. Mengalami
perpanjangan rencana pada masa awal Doric (6 x 16).
Sebagian besar Ethinus block yang masih bertahan berasal dari
abad ke-5 SM (characterized by angled straight sides), tetapi
beberapa dari abad ke-6 SM (sisi tikungan yang hati-hati).
Kuil ini merupakan salah satu kuil tertua. Kadang-
kadang disebut Basilica karena kesalahan arkeolog-arkeolog
terdahulu yang berpikir bahwa kuil ini merupakan bangunan
publik bangsa Romawi. Tidak seperti kuil-kuil lainnya,
maksud pembangunan kuil ini ditujukan sebagai ucapan
syukur kepada Hera dalam bentuk kuil. Oleh karena itu, di
bagian dalam kuil terdapat patung Hera dalam bentuk kecil
yang sekarang disimpan dalam museum Paesteum.
(Istiqomah, dkk, 2014).
8. Kuil Olimpiade Zeus
Di Sisilia bangunan terbesar adalah Kuil Olimpiade
Zeus, dimana bangunan dinding bersatu dengan Doric bagian
luar kolom. Corak eksterior mengangkat model pahatan
dibawah entablature yang berat. Menggunakan mature Doric
6 x 13 plan. Secara keseluruhan dibangun dengan plesteran
batu kapur / gamping dengan hiasan marmer dan genteng
atap.
Italia dan sisilia memiliki pemeliharaan yang baik
pada kuil Doric diawal tahun ke 5 dan 6 SM. Doric basilica
yang dibangun 530 SM terinspirasi oleh bangunan Yunani
Kuno, dimana bentuknya seperti cerutu yang memiliki
capitle besar dengan dekorasi leher. selain itu terdapat
bangunan kuil Poseidon, dimana anak tangga utama menuju
langit-langit atap memiliki bagian-bagian yang kuat.
(Istiqomah, dkk, 2014).
A r s i t e k t u r K l a s i k 11
Gambar 1.12: Kuil Theseion
Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 1.13: Kuil Poseidon
Sumber: en.wikipedia.com
9. Kuil Theseion ( 449-444 SM)
Kuil ini dibangun pada tahun 449-444 SM. Namun
dialihfungsikan menjadi sebuah gereja pada zaman
Byzantine Greeks dimana dikonstruksikan sebagai apse
pada akhir bagian timur dan memberikan sebuah concrete
vault pada bangunan kuil tersebut. Seperti pada Parthenon,
Doric frieze pada bagian serambi digantikan dengan
kelanjutan Ionic frieze. Cukup terdapat banyak moulding
pada bagian atas. Bangunan ini sebagian besar dibangun
dengan menggunakan marmer Pentelic kecuali pada bagian
tiga anak tangga paling bawah yang menggunakan batu
gamping. Kuil ini menyimpan patung Athena dan
Theseus/Hephaestos. Baik pronaos maupun opisthodomos
didekorasi dengan Ionic frieze termasuk di dalamnya
beberapa tipe triglyphs Doric yang ditambahkan dengan
hiasan pada pediment dan metope. Frieze pada pronaos
menggambarkan pertarungan Theseus dengan Pallantides
pada persembahan para dewa dimana frieze pada
opisthodomos menggambarkan pertarungan antar Centaur
dan Lapith. Pada awalnya, pediment di bagian timur diindikasi sebagai kelahiran Erichthonios
sedangkan bagian barat adalah Heracle sebelum Thetis. Namun, pada teori terakhir menganggap
bahwa pediment di bagian barat memperlihatkan lagi pertarungan antara Centaur dan Lapith
sedangkan pediment di bagian timur menggambarkan Heracles ketika akan menjadi pahlawan
menuju Gunung Olympus. Hanya 18 dari 68 metope kuil Theseion yang dihias, sedangkan yang
lainnya dicat. Sepuluh metope pada sisi timur menggambarkan pekerjaan Heracles sedangkan
empatnya masing-masing sebelah utara dan selatan yang menggambarkan Exploits of Theseus.
(Istiqomah, dkk, 2014).
10. Kuil Poseidon
Kuil poseidon dibangun pada tahun 440 SM di
atas reruntuhan kuil sebelumnya pada masa Archaic.
Berada di ketinggian 60 m di atas laut. Tipe desain kuil
ini adalah hexastyle yakni memiliki portico depan dengan
6 kolom. Hanya beberapa kolom dari kuil tersebut yang
masih berdiri.
Seperti dengan kuil-kuil Yunani lainnya, kuil
poseidon dibangun berbentuk persegi panjang dengan
tiang-tiang penunjang atap (collonnade) di keempat
sisinya. Jumlah perbandingan kolom awal berdiri dengan
A r s i t e k t u r K l a s i k 12
saat ini adalah 42:18. kolomnya merupakan kolom Doric yang dibuat dengan material lokal
yakni marmer putih.
Pada bagian tengah kuil terdapat naos dimana terletak patung poseidon yang menghadap
ke pintu utama. (Istiqomah, dkk, 2014).
A r s i t e k t u r K l a s i k 13
3
ROMAWI
Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur-militer yaitu bangsa/kaum petani
yang suka berperang dan berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan Barat serta
sebagian Asia dan Afrika. Bangsa ini berasal dan berbagai macam suku bangsa yang mendiami
suatu wilayah. Kebudayaan Romawi berawal dan seni Eropa Barat yang diambil secara
komprehensif. Mula-mula dianggap tahap dekadensi periode setelah Yunani pada bidang seni,
namun secara total menyerap nilai seni yang sudah ada dari kebudayaan tersebut dan nilai-nilai
yang terkandung ternyata sudah tidak asli dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi bisa
dianggap sebagai penyebar dan pelestari peninggalan kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan
sebagai Asimilator (menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator.
Kekaisaran Romawi mempunyai wilayah kekuasaan yang menyebar dan berkembang
(ekspansif) di sekitar daratan Spanyol, Armenia, Inggris hingga Mesir. Dengan demikian
masing-masing daerah tersebut diperlukan suatu koordinator wilayah kekuasaannya (Teritorial).
Akibat luasnya daerah kekuasaan, bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya menjadi
Internasionalisme Budaya (Cultur lnternationalism).
Perbedaan-perbedaan gaya kekuasaan teritorialnya disatukan dalam satu gaya kepemimpinan
yang dinamakan Gaya Imperial. Kerajaan Romawi merupakan suatu negara yang digolongkan
sebagai statesmanship yaitu bangsa yang memiliki kemampuan sebagai negarawan (dengan
kekuasaan yang bertumpu pada kekaisaran), atau Imperium Romanium. Sedangkan Yunani dapat
digolongkan sebagai negara negara kota atau negara federasi. Romawi dikenal sebagai bangsa
yang love of power sedang Yunani dikenal sebagai bangsa love of beauty.
a. Karakteristik Arsitektur Romawi
1. Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti
dalam pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung.
2. Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial
sangat kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara
hidup dan termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur
social kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-pesta
besar.
3. Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif.
Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam
skala kota demikian juga sebaliknya.
4. Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media
ekspresi arsitektural. pada skala kota dan interior.
A r s i t e k t u r K l a s i k 14
Gambar 2.2: Pantheon
Sumber: airbnb.com
5. Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung. Ekspresi
arsitekturnya terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail.
6. Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik,
tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.
b. Langgam Arsitektur
1. Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar yang
mengungkap karakter ideal secara utuh.
2. Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling tumpang
tindih untuk satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk mencapai suatu
totalitas sistem yang dinamis dan bentuk simbolik yang baru.
3. Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur, elemen
vertikal dan horizontal.
4. Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.
c. Konsep Ruang
1. Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau
keteraturan statis.
2. Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus
dibentuk, diartikulasikan dan diaktifkan.
3. Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis
tertentu.
4. Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens
dan aksialitas.
d. Tipologi Bangunan
1. Kuil
Merupakan asimilasi yang berasal dan elemen-
elemen arsitektur Yunani. Beberapa bentuk bangunan tidak
berdiri sendiri, diantaranya merupakan gabungan dinding
pembatas ruang yang vertikal dengan yang melengkung dan
diatur secara aksial. Bangunan ini dipersernbahkan untuk
tiga serangkai dewa Romawi (Capitol Triad) yaitu : Jupiter,
Juno dan Minerva.
A r s i t e k t u r K l a s i k 15
Gambar 2.3: Basilika
Sumber: airbnb.com
Gambar 2.4: Teater
Sumber: airbnb.com
Salah satu kuil yang terkenal adalah Pantheon, dibangun oleh Handrian sejak awal abad 2
SM yang diperuntukan bagi semua dewa. Konsep ruang dalamnya menggambarkan karakteristik
Kosmik dengan model surgawi. Bangunan ini telah menjadi puncak keberhasilan arsitektur
Romawi karena Handrian telah menciptakan fase baru dalam perkembangan teknoiogi
membangun terutama nilai-nilai atau makna yang terkandung didalamnya.
Secara keseluruhan bangunan ini memiliki dua elemen utama yaitu:
a. Rotunda.
Merupakan suatu kubah besar yang mewadahi Cellar. Diameter atau garis tengah kubah
irii sebesar 43.6 meter.
b. Portico.
Merupakan suatu serambi berkolom (Colonnade) dengan langgam elemen Carinthian
Order.
2. Basilika
Bangunan publik dengan sifat multi fungsi
diantaranya dapat digunakan untuk bangunan administrasi,
pengadilan, bermusyawarah atau berkumpul dan tempat
interaksi sosial masyarakat kota Roma (Public Promenade).
Bangunan ini ada kemiripan dengan Stoa di Yunani.
3. Teater
Masih bersumber pada teater Yunani dengan
beberapa perubahan bentuk dan metoda strukturnya.
Konsep ruangnya mengalami pergeseran orientasi yang
bukan lagi dengan setting panorama alamiah, tetapi lebih
memfokuskan pada pertunjukan tersebut, akibatnya kesan
ruang dalam terasa lebih kuat terutama dengan membuat
tempat duduk yang curam. Teater ini biasanya digunakan
untuk pertunjukan sandiwara realistik yang menampilkan
unsur-unsur dekor, penghapusan orkes dan ukuran
panggung yang terbatas.
4. Amphiteather Hippodrome Circus
Berkembang akibat popularitas olah raga atletik, lomba kereta, pertarungan Gladiator
melawan hewan buas. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang datar dan berbentuk ellips dengan
daya tampung untuk kurang lebih 700 orang. Bentuk dinding dengan langgam superimposisi dan
A r s i t e k t u r K l a s i k 16
Gambar 2.5: Roman Bath
Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 2.6: Spalato
Sumber: en.wikipedia.com
bentuk arkade yang mengelilingi sisi luar bawah bangunan. Juga terdapat struktur basement
untuk kandang, jebakan dan tempat keluarnya para gladiator.
5. Roman Bath
Tempat pemandian atau kolam yang minp dengan
pemandian Turki (mandi panas-bilas-mandi spaberenang
di air dingin) dan digunakan juga sebagai tempat
perkumpulan anggota klub (Social Centre). Salah satu
pemandian yang tekenal pada waktu itu adalah Bath of
Caracalla rnenggunakan kontruksi lengkung atau kubah
dan beton untuk mencapai gugusan ruang yang kompleks,
program fungsional rumit karena banyaknya ruang yang
diperlukan.
6. Spalato ( Palace of Diocletian )
Rumah tmggal para pemimpin yang
me.nampilkan karakter simetris dan bernuansa muter
kekaisaran, makna yang ditampilkan menunjukkan peran
kaisar sebagai Cosmocreator (kekuatan yang menguasai
dunia). Bangunan ini dapat dikelompokkan dalam jenis
villa dan istana.
7. Forum
Merupakan unit spatial yang terbuka, umumnya berbentuk empat persegi panjang yang
direncanakan untuk kenyamanan dan menikmati urutan persepsi visual dan vista. Elemen-elemen
bangunan terdiri dan portico yang berfungsi sebagai pemersatu heterogenitas, pengatur
koinposisi aksial, penyatuan urutan ruang dalam dan ruang luar (transition space). Salah satu
contoh tipikal forum masa awal pemerintahan republik adalah Forum Romanium.
8. Villa ( Roman Country House)
Rumah berbentuk atrium (ruang yang terpusat dan pada bagian atasnya terbuka).
Merupakan sintesa dari fungsi privat dan fungsi publik. Bagian tengah bangunan ini ditembus
oleh poros longitudinal yang bergerak dan entrance ke kebun. Contoh villa yang terkenal pada
waktu itu adalah Villa Hadrian. Sedangkan apartemen atau insulae merupakan bangunan yang
bertingkat lima dengan toilet pada tingkat satu dan WC atau KM di tempat pemandian umum.
A r s i t e k t u r K l a s i k 17
Gambar 3.1: Peta daerah Byzantine
Sumber: en.wikipedia.com
4
BYZANTINE
Kekuasaan Byzantine berpusat di Constantinople (Istanbul-Turki) merupakan
Kekuasaan dibawah Roma di Eropa hingga ke Timur atau sering disebut Roma kedua, yang
menguasai jalur perdagangan laut yang menghubungkan benua Eropa dan Afrika hingga ke
Asia, merupakan wilayah otonom dengan perdaban menuju millenium dibandingkan
kekaisaran Roma sendiri. Daerah ini merupakan perpanjangan Roma di bagian timur, atau
sering disebut kerajaan Roma timur.
Wilayah yang sekarang masuk dalam negara Itali sekarang di mana kekuasaan Romawi
berasal dan berkembang berupa semenanjung, menjorok ke selatan-timur di Laut Mediterania.
Keadaan geografis tersebut bertolak belakang dengan Yunani, yang berupa kepulauan dan
sebagian besar wilayah daratannya berupa pantai, dari Laut Aegean. Roma sebagai pusat
kekuasaan dan kebudayaan Romawi, berada di bagian selatan-tengah semenanjung, tidak jauh
dari pantai laut Mediterania. Budaya Romawi berkembang melalui kekuasaan didapat dari
penaklukan, berbeda dengan penyebaran budaya Yunani yang melalui kolonisasi. Budaya
Romawi termasuk arsitektur berkembang dari kekuasan perebutan kekuasaan dan penaklukan
tidak hanya berkembang di wilayah Itali, namun hingga sebagian besar Eropa, Afrika Utara
dan Asia Barat.
A r s i t e k t u r K l a s i k 18
Gambar 3.2: Penggunaan atap kubah sebagai simbol kekuasan Yang
Maha Esa
Sumber: en.wikipedia.com
Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak tahun 600 SM dan dijadikan pusat
pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle ages),
kota ini menjadi benteng pertahanan orang-orang Kristen dari serangan bangsa Barbar dari
Barat. Honorius, imperior pertama dari Barat setelah wilayah dan pemerintahan Kekaisaran
Roma dibagi menjadi dua, memindahkan kediaman dan pusat pemerintahan Kekaisaran Barat
di Ravenna, sebuah kota di pantai Mediterania bagian timur-utara dari Italia. Sedangkan
Konstantinopel tetap menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Timur. Pengaruh Byzantine
menjadi dominan dalam arsitektur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan Byzantine antara lain:
Pengaruh kebudayaan Romawi.
Pengaruh agama Kristen.
Beberapa pengaruh kebudayaan yang berasal dari Timur.
Kota Ravenna dan Konstantinopel menjadi poros pemerintahan Byzantine dan pusat
perkembangan budaya serta arsitektur. Kekaisaran Byzantine berlangsung lebih dari 1000 tahun,
mulai abad ke-4 M sampai tahun 1453. Selama berdirinya, merupakan satu kekuatan penting di
bidang ekonomi, budaya dan militer di Eropa. (Febrianita, dkk, 2014).
a. Karakteristik Arsitektur Byzantine
Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya Kristiani
kuno berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi. Cita-cita arsitektur
Byzantine adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol
dari kekuasaan yang Maha Esa.
Sistem konstruksi
beton dari Romawi
dikembangkan dengan pesat.
Kubah yang merupakan ciri
dari daerah timur, menjadi
model atap Byzantine yang
merupakan penggabungan
dari Konstruksi kubah dan
sudut model Yunani dan
Romawi. Karena dominan
bentuk dari seluruh bangunan
menggunakan bentuk
lingkaran dan lengkung
dengan bentang lebih lebar.
Type-type kubah yang diletakkan diatas denah segi-4 dilengkapi dengan jendela kecil-
kecil diatas, disebut Pendetive, dimana pada masa Romawi kubahnya hanya menutup bentuk
denah melingkar atau polygonal. Sedangkan bahan pendetive tersebut dipakai bahan bata atau
A r s i t e k t u r K l a s i k 19
Gambar 3.3: Struktur Pendetive
Sumber: en.wikipedia.com
batu apung yang disebut
Purnise. Kubah dibuat
tanpa menggunakan
penunjang sementara
(bekisting). Kubah bola
utama tersebut
melambangkan Surga
menurut ajarannya,
sedangkan kubah-kubah
sudut atau disebut
Squinch untuk
menggambarkan
ajarannya dalam bentuk
mosaik antara Bema atau bilik suci dengan Naos atau ruang induk atau nave, dipisahkan oleh
Iconostatis atau penyekat, sebagai screen of picture tirai. Bentuk Eksterior, kadang tidak
berhubungan/ tidak ada kesatuan dengan bentuk interiornya. (Febrianita, dkk, 2014).
b. Pengaruh Arsitektur Byzantine Dengan Romawi
Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali mengikuti arsitektur Romawi, Mosaik
dengan karakter ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, Kubah besar (dengan
material batu dan beton), material batu/batu bata. Namun kemudian Arsitektur Byzantine
membawa pengaruh terhadap Eropa dan Asia dan juga Masa Renaissance dan Dinasti Ottoman setelahnya.
Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki bentuk geometri yang komplek,
dengan material batu sebagai material utama dan bata dan plester sebagai material tambahan,
unsur dekorasi menjadi penting dan elemen utama dalam bangunan publik, seperti Gereja.
Byzantine adalah perwujudan dari konsep atap lengkung dan kubah yang menggantikan rangka
atap kayu. Sistem konstruksi perletakan batu bata, yang diperkenalkan oleh bangsa Romawi
berkembang menjadi semacam pembuatan dinding bata secara umum, dan hal ini diadopsi untuk
membentuk arsitektur Byzantine.
Rangka dinding batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum
lapisan permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang berdiri
sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantine. Penggunaan batu bata yang sama
dengan bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar
sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah
liat, keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan bangunan terbaik di Roma.
Karakter dekoratif permukaan luar sangat tergantung pada penyusunan batu bata, yang
tidak selalu dipasang secara horisontal, tapi juga terkadang dipasang miring, terkadang juga
dalam bentuk berliku-liku, berkelok-kelok, berbentuk chevron atau pola tulang ikan Herring dan
banyak macam desain sejenisnya lainnya, memberikan variasi pada fasade. (Febrianita, dkk,
2014).
A r s i t e k t u r K l a s i k 20
Gambar 3.5: Ruang dalam Hagia
Shopia
Sumber: en.wikipedia.com
c. Hagia Sophia
Terletak di Istanbul, Turki. Dibangun pada masa kaisar pertama Constantin dan
diperbaiki kembali setelah terbakar dan hancur oleh Kaisar Yustinianus pada tahun 517 AD.
Bangunan ini merupakan masterpiece dari masa Byzantium, terbesar dan tertinggi diantara
gereja lain di Konstantinopel. Gereja ini menjadi pusat pemerintahan dunia Kristen Orthodoks.
Berkali-kali bangunan Hagia Sophia mengalami perbaikan dan renovasi, kebanyakan
disebabkan oleh gempa bumi, ketidakstabilan struktur, dan kerusakan akibat perang. Sampai
pada masa Pemerintahan Kaisar Justinianus (527-565), Hagia Sophia menjadi lebih besar dan
megah, namun tidak mengubah konsep awal dari arsitektur Byzantine pada denah dan tampilan
bangunannya. (Febrianita, dkk, 2014).
1) Fungsi
Hagia Sophia yang mengalami perubahan dari
gereja ke masjid selama hampir lima abad, sekarang
akhirnya berfungsi sebagai museum. Pencetus fungsi
museum ini oleh penguasa Turki yang Muslim nasionalis,
Mustafa Kemal Atatrk. Pada 1923, museum Hagia
Sophia diawasi oleh pemerintah sebagai cagar budaya
peninggalan masa lalu. Ini adalah satu-satunya tempat di
dunia ini dimana kita bisa melihat simbol-simbol agama
Kristen dan Islam berdampingan pada satu tempat.
(Febrianita, dkk, 2014).
Gambar 3.4: Hagia Sophia
Sumber: en.wikipedia.com
A r s i t e k t u r K l a s i k 21
Gambar 3.6, Kolom struktural utama.
Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 3. 7, Hagia Sophia
Sumber: en.wikipedia.com
2) Bentuk
Denah utama Hagia Sophia adalah ruang
tengah berbentuk bujur sangkar yang berukuran
32,6 x 32,6 m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom
struktural yang sangat masif dan besar. Kolom ini
menyangga pelengkung setengah lingkaran yang
menyangga kubah utama.
Lebar gereja mencapai 305 meter dan tinggi
548 meter, bentuk dasar bangunan segi empat
dengan luas 18.000 M2, dengan sekeliling dinding
yang dihias mosaic warna warni serta cemerlang
keemasan. Arsitek (pada zaman Yustinianus) adalah
Isodorus dari Miletus dan Anthemius dari Tralles.
Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh
bangsa Turki dan diubah menjadi Masjid, dengan
mnghilangkan bagian-bagian yang berhias gambar
makhluk hidup.
Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia
dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantine (abad ke-6)
yang ada sebelum Konstantinopel berdiri. Gaya
Byzantine didasari oleh karya bangunan Kristen
awal yang menempatkan area pembaptisan dan
kapel makam sebagai area yang terpusat. Sehingga
ruang-ruang atau relung yang mendampingi ruang utama berformasi radial dengan pusatnya
yaitu makam atau meja altar di tengah. Karena formasinya yang terpusat, denahnya pun tidak
lepas dari bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkar atau segi delapan/segi banyak dengan
ukuran sisi-sisinya yang sama, bahkan berbentuk lingkaran.
Gambar 3.9, Fasade Hagia Sophia
Sumber: en.wikipedia.com
A r s i t e k t u r K l a s i k 22
Gambar 3.10, Perbedaan kubah Pendetive
dengan kubah pada umumnya.
Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 3.11, Skema Pembebanan
Bearing Wall.
Sumber: en.wikipedia.com
Kubah merupakan ciri khas arsitektur
Byzantine, yang kemudian ditopang dengan struktur
pendentive. Pendentive adalah struktur yang menopang
kubah, berbentuk A terbalik dengan kolom
dibawahnya. (Febrianita, dkk, 2014).
3) Sistem Strukur Dan Kontruksi
Pada bangunan Hagia Sophia sistem struktur
yang digunakan adalah Dinding Pemikul (Bearing
Wall). Pada dinding, penggunanaan batu bata
terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan
sebelum lapisan permukaan interior dan lantai
marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang
berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari
konstruksi Byzantium.
Penggunaan batu bata yang sama dengan
bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan
diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai
perekat antara batu bata berupa campuran antara
kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat, keramik
atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan
bangunan terbaik di Roma. (Febrianita, dkk, 2014).
4) Estetika & Material
Pondasi & Lantai :
Secara keseluruhan lantai bangunan
Hagia Sophia, material yang digunakan rata-rata adalah marmer, yang didatangkan dari
pulau-pulau di Laut Mediterania bagian timur.
Elemen Dinding
Memakai bahan bata, dan dibagian dalam (interiornya) dilapisi dengan mosaik yang
terbuat dari pualam warna-warni yang menggambarkan ajarannya. Busur setengah lingkaran
dipakai untuk menunjang galery dan bukaan pada pintu dan jendela. Jendela-jendela kecil
setengah lingkaran mengelilingi dasar kubah (pendetive). Kolomnya konstruktif, dengan
kepala tiang (capital) bergaya Korintia dan Komposit. Secara keseluruhan pandang, gereja Hagia Sophia merupakan kelompok banyak kubah yang mengelilingi kubah utama secara
simetris, sehingga berkesan vertikal. (Febrianita, dkk, 2014).
Atap/Kepala Kubah tersebut, menjadi ciri khas tradisional bangsa Timur, menjadi motif umum
asitektur Byzantine, yang merupakan gabungan dari konstruksi kubah dengan gaya
kolumnar klasik. Kubah dengan bermacam-macam variasi dipakai untuk menutupi denah
persegi dengan teknik Pendetives. Kubah dan lengkung Byzantine diperkirakan dibuat
A r s i t e k t u r K l a s i k 23
Gambar 3.16, Urutan Konstruksi Atap
Sumber: en.wikipedia.com
tanpa menggunakan penyokong sementara atau perancahan atau centering dengan penggunaan batu bata datar yang besar, hal ini merupakan sistem yang cukup nyata yang
kemungkinan didapat dari metode Timur. Jendela-jendela disusun pada bagian bawah
kubah, yang pada periode berikutnya dinaikkan letaknya pada drum yang tinggi. (Febrianita, dkk, 2014).
A r s i t e k t u r K l a s i k 24
5
KRISTEN AWAL
Geografis, Geologis dan Iklim
Agama kristen lahir dan berkembang di Wilayahtimur, dibawa Santo Petrus dan santo Paulus ke
Roma yang kemudian menjadi pusatnya (sir Banister fletcherA History of architecture, The
Athlone Press. London. 1975.h.345.) Wilayah
kekaisaran Roma mencangkup seluruh wilayah di
sekeliling Laut Mediterania, termasuk Syria, Asia
Minor dan Afrika Utara. Pada wilayah itulah
berkembang Arsitektur yang mempunyai ciri khas,
pada jaman Kristen Awal (313-800).
Aspek geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen
Awal, pada bahan bangunan khususnya bahan
galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah
bahan banguna diambil seperti misalnya batu dan
marmer, demikian pula bahan-bahan lainnya untuk
dekorasi termasuk mozaik dan patung. Iklim
berpengaruh pada sistem penghawaan dan pencahayaan alami. Pada wilayah yang lebih panas,
biasanya lebih banyak membuat jendela.
A r s i t e k t u r K l a s i k 25
Sejarah
Sejarah Kristen Awal dimulai dari Jaman Constaintine (Constantine I 280-337 M, Kaisar Roma
dengan sebutan Konstaintin yang Agung/ Constaintine the Great, terkenal dengan kebijakannya
menerima dan mengesahkan agama Kristen, sama dan setingkat dengan kepercayaan yang sudah
ada sebelunnya. Terkenal pula sebagai Kaisar Roma yang memindahkan pusat administrasi dan
pemerintahan dari Roma ke Konstatntiopel Constantinople sekarang Istanbul di Turki, pada
330). Hingga Charlemagne (800). Serbuan Huns (Huns adalah suku bangsa Mongol yang hampir
satu abad sangat berpengaruh terhadap sejarah eropa, dengan serangan-serangan dan penguasaan,
hingga 454 M). Yaitu orang-orang mongol ke Eropa sekitar 376, berhasil menguasai wilayah
utara hingga Itali. Pada 410 Roma jatuh ke tangan orang-orang Goth di bawah Alaric.
Peperangan tersebut hanya bagian kecil dari berbagai konflik di Eropa. Pada 584 orang-orang
Lomdard (orang-orang jermal berasal dari skandinavia atau jermal utara yang mendominasi
seluruh itali antara 584-774), menguasai hampir seluruh itali sampir sekitar dua abad. Pada 800,
charlemange (charlemange adalah raja frank, kaisar terbesar dalam dinasti carolingian yang juga
di ambil dari namanya. Charlemange artinya charles agung charles the great, juga digelari
Charles I, selain menjadi raja perancis, juga emperor tahta suci romawi holy Roman Empire)
dinobatkan menjadi Emperor oleh Paus dari Roma, sejak itu kekaisaraan menyatu dalam sisitem
pemerintahan dengan tahta suci romawi, berlangsung hingga 1806. Roma tidak lagi
mendominasi budaya dan arsitektur kristen sejak tahun 800-1000, karna sekain timbul
regionalisme, juga pengaruh romanesque menjadi lebih kuat. Constatine memindah pusat
pemerintahan dari roma ke istanbul di wilayah byzantine yang namanya kemudian di ubah
menjadi Constantinople. Sistem pemerintahan juga di ubah menjadi kekuasaan mutlak (absolute
monarch) hingga saat kematianya pada 337. Kekuatan kristen menjadi goyah karna kekacauan
ditimbulkan oleh julian apostate, sehingga ke keisaran romawi pada 364 terpecah menjadi dua:
valentian memerintah wilayah barat dan sodaranya valens diwilayah timur. Teodosius 379-95
berhasil menyatukan kembali kekuasaan wilayah timur dan barat Suatu rangkaian emperium di
barat berakhir pada 376 M, setelah emperium barat dan diruntuhkan oleh Zeno memerintah di
konstantinople. Kembali lagi terjadi perubahan kekuasaan, menjadi teodoric dan goth yang
memerintah itali 493-526, dimana tercapai masa puncak kedamaian dan kemakmuran. Pada
jaman kebangkitan ini, budaya dan seni byzantine banyak mendapat pengaruh dari zaman kristen
awal berikutnya raja di pilih dari semacam negara bagian dari spanyol, gaul (sebagian besar
perancis sekarang), afrika utara dan itali sendiri. Emansipasi di eropa barat langsung dengan
kontrol dengan emperium, mendorong berkembangnya budaya romano-teotonic, memberikan
kemudahan, pada berdirinya negara-negara baru (bukti dari sejarah ini, hingga sekarang masih
terlihat pada banyak nya negara-negara kecil di eropa seperti monaco, belgia dll, berasal dari
sistem veodal, para tuan tanah). Kecendrungan semacam itu medorong kristen menjadi lebih
kuat, ditangan para uskup (bishop) di roma. Formasi dari negara baru ini selain membuat
budaya regional jg mendorong berkembangnya bahasa-bahasa mengganti bahasa latin.
Arsitektur Gereja Basilika dan gereja
A r s i t e k t u r K l a s i k 26
Pada setiap jaman kebudayaan berkembang termasuk seni dan arsitektur kadang-kadang secara
sadar dan kadang secara tidak disadari. Seni masa lampau terekspresi pada masa sesudahnya.
Dalam arsitektur suatu gaya merupakan perkembangan atau pengembangan dari gaya
sebelumnya, setelah mengalami suatu rangakaian perubahan secara berangsur-angsur atau sedikit
demi sedikit. Para pengrajin dan seniman pada jaman Kristen Awal merupakan penerus dari
tradisi Romawi. Namun menurunnya kemakmuran yang sejalan dengan menurunnya kekuasaan,
membuat pembangunan lebih menyusuaikan pada kegunaannya dan kesediaan bahan jadi faktor
tertentu. Bangunan jaman kristen awal (awal abad IV hingga akhir abad VIII), mempunyai nilai
yang mendasarkan pada penyelesaian masalah kontruksi. Gereja-gereja Basilikan mempunyai
kolom-kolom berjarak lebar menyangga entablaure ataupun pelengkungan untuk mendapatkan
bentangan lebih lebar. Ciri lain dari gereja-gereja basilika adalah kerangka atap dari kayu di atas
ruang umat utama (nave), di kiri-kanan terdapat sayap atau di sebut aisle. Kolom berderet dikiri-
kanan membentuk ruang panjang, pada ujungnya terdapat apse yang denahnya berbentuk
setengah lingkaran atau setengah segi banyak.
Atrium atau halaman dikelilingi oleh portico, sebagai ruang peralihan dari luar kedalam
gerejajuga menjadi ciri dari arsitektur jaman Kristen Awal. Warna, kaca warna dan mozaik
mulai banyak digunakan dalam bangunan-bangunan pada jaman ini, termasuk lukisan pada
bagian dalam dari kubah. Basilika (basilica) telah disebut di depan adalah banguna pada jaman
romawi, digunakan untuk gedung pengadilan. Pada jaman kristen, kemungkinan bentuk
bangunan yang biasanya besar, mgah dan indah menjadi inspirasi para arsitek untuk membangun
gereja. Jadi istilah gereja basilika digunaka untuk gereja yang besar biasanya terbesar
dilingkungannya. Gereja basilika santo petrus (basilica church saint peter) di roma (330)
didirikan oleh Constantine di dekat martyrdom S. Petrus di dalam circus nero. Gereja basilika ini
didirikan di lokasi di mana Katedral yang sekarang berada dengan nama yang sama, dalam
komplek vatikan, di roma. Denahnya segi empat, terdiri dari bagian utama dan bagian peralihan
berupa atrium dikelilingi oleh portico , yang denah keseluruhan juga segi empat. Sebelum masuk
ke atrium ada dua menara kembar mengapit gerbang masuk. Gerbang masuk ini dapat di capai
melalui tangga melebar, hampir selebar gereja.
Bagian utama terdiri dari nave yaitu ruang umat utama, di tengah, diapit kembar aisle yang
terdiri dari dua lajur. Pada ujung sumbu tengah dari nave, terdapat apse, dalam hal ini denahnya
A r s i t e k t u r K l a s i k 27
setengah lingkaran. Pada tengahnya diletakan altar. Di sebelah selatan
menempel pada sanctuary, terdapat unit kembar denahnya lingkaran,
beratap kubah, satu untuk makam Honorius, lainya untuk gereja kecil.
Dinding kiri-kanan nave tinggi dan lebar, ditumpu oleh deretan kolom.
Seperti pada kebanyakan bangunan romawi, kolom-kolom tersebut
bercorak dekorasi korintien. Kolom berderet menyangga pelengkung-
pelengkung. Atap dari nave, berupa kontruksi kuda-kuda kayu, berbentuk
pelana yaitu atap berisi miring dua. Pada sepanjang dinding bagian atas dari
nave, terdapat deretan jendela masing-masing ambangnya lengkung, khas
arsitektur Kristen Awal. Aisle yang terdiri dari dua lajur, konstruksi atapnya
setengah kuda-kuda (kuda-kuda dengan satu sisi miring), juga disanggga
oleh deretan kolom menyangga pelengkung-pelengkung seperti pada nave
Wajah depan bagian utama bagian utama dari Gereja Basilika Santo Petrus
(basilica church saint peter) di roma merupakan ciri dari arsitektur Kristen
Awal, yaitu sama dengan penampang melintang. Simetris, bagian tengah
adalah dinding ujung dari nave, bagian kiri dan kanan, dinding ujung dari
aisle. Kontruksi atap portico setengah kuda-kuda, sisi miring tunggal, bagian dalam di sangga
oleh kolom-kolom terbuka kearah atrium, sisi lainnya dinding.
Basilika S. Maria Maggiore juaga di roma (432), di bangun oleh Paus Sixtus III (432-
440). Slah satu dari tempat basilika di roma masih ada, sehingga dapat di liahat keindahan antara
lain dari nave, diapit kembar kiri-kanan oleh aisle tunggal (salah satu).
Kolom-kolom marmer berderet dikiri-kanan nave, coraknya Ionik, menyangga entablature
berhiaskan mozaik asli dari jaman Paus Sixtus III. Jendela atas berderet,
selang-seling dengan panel-panel, dimana
masing-masing dihiasi lukisan. Lukisan
pada panel dinding tersebut bertema
sejarah Perjanjian lama, di antaranya
lukisan penyebrangan Laut Merah dan
jatuhnya Jericho. Rengka atap ditutup
dengan plafond, diukir dengan pola
kotak-kotak.
Gereja S. Clemente di Roma (1099-1108),
dibangun kembali di atas lokasi dimana
sebelumnya sudah ada gereja, jauh lebih
tua yang dibongkar.Bebe rapa pondasi
lama masih ada pada ruang bawah tanah
yang beratap pelengkup(crypt). Meskipun
dibangun pada jaman Kristen awal,
namun ciri arsitektur jaman Kristen awal masih sangat kuat mendominasi gereja ni.
A r s i t e k t u r K l a s i k 28
Atrium dikelilingi portico atau arcade di
sebelah timur dari unit pertama, di tengah-tengah ada
air mancur untuk pensucian dan pemandian. Pintu
masuk ke dalam atrium ada dua : yang utama di
depan sebelah timur melalui sebuah porch, satu
lainnya pada portico lateral utara. Bagian utama
gereja seperti hampir semua gereja pada
jamannyasegi empat, memanjang diujunga terdapat
apse , sanctuary dan altar. Di bagian depan dari nave
ada choir yaitu tempat untuk koor penyanyi gereja.
Choir dikelilingi dinding semacam pagar
(balustrade), di kiri terdapat gospel ambo, di sebelah
kanan epistle ambo, tempat berkotbah dan membaca
ayat-ayat suci dari Injil. Meskipun pandangan dari
luar simetris, namun aisle dari gereja tidak sama,
yang di sebelah selatan lebih lebar. Konstruksi
portico lateral berupa kolom-kolom lonik, depan dan belakang berupa pelengkung patah silang
diagonal. Pada ruang utama, kolom-kolom berderet pada kiri kanan nave juga lonik menyangga
pelengkung-pelengkung, dihias dengan mozaik, molding dan relief. Apse denahnya setengah
lingkaran, beratap setengah kubah, dihias ornament gaya baroque. Gereja S. clement di Roma
(1099-1108), denah dan potongan membujur (kiri), tempat duduk para Uskup, kepala dari kolom
untuk ilin (cendelabrum) dan detail sudut panel dari balustrade pada choir (kanan atas). Porch
(gerbang masuk), atrium dikelilingi portico, gospel ambo (kiri-bawah) dan epistle ambo
(gambar-gambar di kanan-tengah). Ruang dalam (bawah). Gereja Saint Paolo Fouri le Mura
(380) adalah juga salah satu dari basilica utama di Roma, dibangun diatas makam dari Santo
Paulus (Saint Paul). Pada 1832 gereja mengalami musibah kebakaran sehingga hampir
memusnahkan seluruh bamgunan, namun didirikan kembali menurut rancangan aslinya.
Denah, pandangan depan tata ruang gereja, identik dengan Gereja Basilika Santo Petrus, Roma,
lama yan sudah tidak ada. Nave diapit kembar oleh aisle ganda di kiri kanan, apse diujung
berdenah setengah lingkaran. Kolom berderet membujur terdiri dari empat baris, menyngga
dinding dan konstruksi atap : di tengah kuda-kuda dari atap pelana, kiri-kanan setengah kuda-
A r s i t e k t u r K l a s i k 29
kuda ganda dari atap satu sisi miring.
Semua kepala kolom dihias dengan corak
Korintien. Atrium dikelilingi portico
menjadi cirri dari arsitektur gereja pada
jaman ini, dahulu juga ada, namun
asebagian sudah runtuh. Diluar Roma tidak
sedikit gereja dan basilika dibangun dengan
arsitektur berciri khas seperti beberpa
gerejadikemukakan diatas. Di Ravenna,
sebuah kota di Itali utara-timur, beberapa
kilometer dari pantai Mediterania, terdapat
sebuah gereja bernama S. Apollinare in
Classe (534-9). Gereja didirikan oleh
Justanian diatas lokasi dimana sebelunya
terdapat kuil pemujaan dewa Apolo.
Kemungkinan besar seniman dan pengrajin
dalam membangun gereja ini dari Byzantine, sehingga pengaruh arsitektur Constantinople cukup
besar dalam gereja ini.
Bentuk denah sederhana, segi empat panjang 45.70 M x 30 M, nave ditengah apit kembar di kiri-
kanan oleh aisle-tunggal. Atrium-nya saat ini sudah tidak ada, ruang peralihan luar dan dalam
hanya berupa narthex. Kolom berderet di kiri-kanan menyangka deretan pelengkung berkepala
Korintien, dihias dengan mozaik, alur=alur dan lukisan dinding apse dibanding dengan bagian
utamanya cukup besar, denah di dalam setengah lingkaran penuh,
namun dinding luarnya setengah polygonal. Apse ini dalam tinggi,
dicapai harus melalui tangga, karena berada
di atas ruang yang sebagian di bawah tanah
(crypt).
Ada perbedaan secara prinsip
dibanding dengan gereja-gereja dibahas
sebelum ini adalah pandangan depan yang
tidak simetris. Yang membuat tidak
simetris adalah sebuah unit di sebelah kiri
atau utara depan dari gereja untuk masuk
dari sisi utara. Campanil atau menara
lonceng yang terdapat di sisi utara,
denahnya juga agak berbeda dibanding
dengan lainnya, disini berbentuk lingkaran.
Atap di atas nave kontruksinya kuda-kuda berbentuk plana dengan
A r s i t e k t u r K l a s i k 30
dua sisi miring, dan satu sisi miring di atas aisle, menjadi ciri dari arsitektur Kristen Awal, juga
terdapat pada gereja ini. Pada ruang dalam, kontruksi kuda-kuda dari kayu tidak ditutup dengan
plafond, sehingga menjadi bagian dari dekorasi.
Di Solonica, sebuah kota di pantai barat Laut
Agean ( sekarang dalam wilayah Yunani ), terdapat
sebuah gereja bernama St. George, didirikan ketika
wilayah itu menjadi jajahan romawi ( 300 ). Denahnya
berbeda dengan gereja gereja didirikan sejaman yang
cenderung membuat denah segi empat, disini lingkaran
Dinidingnya berbentuk silindris sangat tebal, tidak kurang
dari lima meter. Pada bagian atas 15 M dari tanah sedikit
berkurang ketebalannya mejadi sekitar tiga meter.
Atapnya kubah berdiameter 24.40 M, namun di atasnya
terdapat konstruksi kerangka kayu ditutup genteng,
berbentuk kerucut hampir datar, bertumpuk tiga. Dengan
demikian dari segi ruang dalam, maka
kubah hanya berfungsi sebagai penutup
semacam plafond, namun berupa ceruk
( bagian dalam dari kubah ). Pada
dinding bagian atas terdapat tujuh jendela, karena tebalnya dinding
jendela jendela yang ambangyna pelengkung ini mirip seperti
ceruk. Pintu masuk dari sisi di bawah selalu satu dari tujuh jendela.
Apse terdapat di ujung sebuah ruang yang denahnya segi empat,
menjorok ke luar dinding, pada sumbu membujur dari nave yang
bentuknya lingkaran tersebut. Selain ketujuh jendela, semua jendela
besar kecil lain ambangnya juga pelengkung, khas Romawi gereja
ini tidak mempunyai hiasan, sangat bertolak belakang dengan
bangunan bangunan lain yang sejamannya. Salah satu gereja
yang menyandang nama karena mepunyai denah berbentuk
lingkaran adalah gereja St. Stefano Rotondo di Roma ( 468 83 ).
Gerja ini terbesar di antara gereja gereja lain berdenah lingkaran (
diameter 64 M ). Lingkaran terdiri dari dua bagian : lingkaran dalam dan lingkaran luar.
Lingkaran luar dibagi menjadi delapan segmen, untuk empat buah kapel ( gereja kecil ). Masing
masing kapel mempunyai pintu langsung, denahnya radial bagian dari lingkaran. Apse kecil
dari setiap kapel, menjorok ke luar, denahnya setengah lingkaran.
Altar utama terdapat di tengah dari lingkaran dalam ( lingkaran pusat ), bergaris tengah
23,17 M. Bagian ini dikelilingi oleh 23 kolom silindris model Korientin, menyangga pelengkung
dan entablature berbentuk cincin. Di atas entablature, ada tambour dari sebuah atap nerupa
kerangka kuda kuda kayu pyramidal, ditutup oleh genting. Tambour sangat tinggi, sekitar
A r s i t e k t u r K l a s i k 31
23.00 M, dari permukaan tanah, pada bagian atas terdapat berderet jendela yang ambang atasnya
pelengkung. Atap lingkaran tengah dahulu berupa kubah, namun saat ini bentuknya kerucut,
tidak terlalu runcing, terdiri dari kuda kuda kayu ditutup genting
Lingkaran tengah atau lingkaran pusat tersebut dikelilingi oleh semacam gang ( ambulatory ),
pada garis kelilingnya terdapat deretan melingkar kolom kolom silindris Korintien. Atap
lingkaran luar tersebut setengah kuda kuda membentuk sisi miring tunggal, posisinya jauh
lebih rendah dari atap lingkaran.
Makam dan Babtistery
Meskipun tidak semuanya, namun bentuk gereja segi empat panjang merupakan
kecenderungan dan menjadi salah satu cirri kecenderungan dan menjadi salah satu cirri arsitektur
Kristen Awal. Sebaliknya bangunan makam pada jaman yang sama, lebih banyak yang denahnya
lingkaran atau polygonal. Kemungkinan bentuk lingkaran cocok untuk makam karena
mempunyai titik focus, sehingga pada titik itulah sangat tepat untuk meletakkan makam.
Salah satu contoh dari kecenderunagn ini adalah makam St. Constanza di Roma, dibangun pada
330 oleh Constantine untuk makam adiknya Constantia. Pintu masuk melalui sebuah porch,
berdinding tanpa tiang denga tiga pintu masuk, terbesar di tengah diapit kembar di kiri kanan
dengan pintu lebih kecil. Ketiga pintu ambangnya melengkung, khas Kristen Awal.
Ruang dalam terdiri dari bagian tengah berdenah lingkaran diameter 12.20 M, dikelilingi
oleh semacam nave tetapi melingkar lebarnya
5.00 M. Gang semcam nave melingkar
tersbut terbentuk oleh dinding luar dan
deretan kolom granit posisinya pada
lingkaran, sebanyak 12 buah, masing
masing ganda dan kembar. Penampang atap
gang, berupa pelengkung setengah lingkaran.
Kolom kolom menjadi tumpuan dari
pelengkung, yang juga posisinya melingkar.
Pada bagian atas diameter dinding mengecil,
menjadi tambur ( tambour ) atau drum,
menumpu atap berbentuk kubah. Di
sekeliling tambour terdapat berderet jendela atas, ambang atasnya pelengkung setengah
lingkaran, seperti jendela di sebagian besar bangunan jaman Romawi. Identik dengan gereja
disebut terakhir sebelum ini, kibah ditutup oleh atap berbentuk pyramidal. Dengan demikian
kontruksi kubah lebih berfungsi sebagai plafond.
Meskipun denah makam Theodoric di Ravenna ( 530 ) juga lingkaran, namun bentuknya
sangat berbeda dengan makam Constanza di Roma, tersebut di atas. Makam terdiri dari dua
lantai, dinding bagian bawah lebih tebal dan uniknya did lam berdenah salib sama kaki. Dinding
bagian luar poligoanl sepuluh sisi ( decagonal ) berdiameter 13.7 M pada setiap sudut terapat
A r s i t e k t u r K l a s i k 32
semacam pilaster, bentuk mengikuti denahnya. Atap yang juga menjdai plafond dari lantai
bawah berbentuk pelengkung.
Lantai dua dindingnya tidak setebal lantai satu, denah bagian dalam lingkaran penuh, sedangkan
bagian luar decagonal. Selain denahnya yang berbentuk salib, keunikannya lain dari makam,
adalah tangga yang berada di luar ( biasanya ada di dalam ) ada dua di kiri kanan pintu masuk
lantai bawah. Atap terdiri dari kubah yang ceruknya tidak dalam berdiameter 10 : 70 M.
Makam Galla Placida, Ravenna ( 425 ), adalalh salah satu dari tidak banyak makam yang
denahnya bukan lingkaran, melainkan berbetuk salib, kepala dan tengah tengah yang
membentuk ruang segi empat, terdapat makam. Pintu masuk pada bagian kaki salib ( terpanjang )
di utara timur, atapnya pelana seperti pada kedua lengan dan kepala, namun dindingnya lebih
tinggi. Ruang tengah yaitu bagian persilangan anatar lengan, kaki dn kepala, denahnya bujur
sangkar, dikelilingi oleh empat buah pelengkung.
Bagian dalam dari ruang tengah tersebut dindingnya tinggi, beratap
kubah, namun di luar ditutup oleh atap pyramidal. Karena denahnya
bujur sangkar maka bentuk kubah tidak
penuh berbentuk bagian dari bola, namun
pada bagian setiap sisi terpotong bidang
vertical dari dindingnya.
Semua dinding terbuat dari
konstruksi bata, pada sisi sisi luar dihias
dengan pelengkung mati. Hiasan di luar
tidak terlalu banyak hanya berupa
molding dan semacam cornice,
membentuk garis garis besar horizontal
dan miring mengikuti kemiringan atap.
Pada dinding tengah ynag tinggi, masing
masing terdapat sebuah jendela atas. Pada ruang dlam terdapat cukup
banyak hiasan, anatar lain dekorasi pada pelengkung, termasuk lukisan
dinding.
Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja atau kapel, dapat juga berupa bangunan
khusus untuk upacara pembabtisan adalah Babtistery Constantine di Roma ( 432 40 ) di
bangun di dekat gereja Lateran. Yang membangun adalah Sixtus III. Nama Constantine dipakai
karena kepadanya pembabtisan ini diberikan untuk penghormatan. Babtistery Constantine adalah
salah satu tertua lainnya di Italy, sehingga kemungkinan besar menjadi model banyak ditiru di di
A r s i t e k t u r K l a s i k 33
tempat lain. Denah bagian utama hexagonal, terdiri dari lingkaran dalam, dikelilingi oleh
lingkaran luar dari sebuah ambulatory. Jarak anatar dau dinding pada sisi berhadapan 19.20 M.
Kedua lingkaran satu di dalam, lainnya di luar terbentuk oleh delapan buah kolom pada setiap
titik sudut segi delapan dalam dan dinding. Lantai dari lingkaran dalam tutrun tigs trap dari lantai
lingkaran luar. Kolom terbuat drai marmer menumpu entablature berbeentuk cincin, di atsnya
lagi ada kolom bentuknya sama dengan yang di bawah, namun kebih kecil. Masing masing
kolom atas posisinya sama dengan yang di bawah, juga menumpu entablature berbentuk cincin,
di atsnya lagi pada setiap sisi ada dinding. Pada setiap dinding bagian atas tersebut, terdapat
jendela atas bentuknya lingkaran atau disebut mata sapi ( oculus / bulls aye ). Bagaian dalam
atau semacam plafond dari atap lingkaran dalam berbentuk ceruk kubah. Bentuk kubah bukan
bagian dari bola, namun paath patah sebanyak delapan buah sejumlah dindinding dari denah
hexagonal. Atapnya piramida tumpul ditutup genting. Babtistery lebih banyk berdenah lingkaran
atau segi banyk, mungkin karena bentuk bentuk semacam itu memounyai titik focus, yaitu di
tengah seperti pada banyak makam. Tempat pembabtisan di tengah pada bagian titik focus
tersebut, dapat dirasakan lebih khidmat.
Sebuah babtistery di Nocera ( sebuah kota beberapa ratus kilometer di selatan timur (
Roma ) denahnya juga lingkaran didirikan sekitar abad empat.
Titik focus berada di tengah dari lingkaran dalam, terbentuk oleh delapan kolom berdiri pada
setiap titik sudut dari segi delapan yang jarak sisi berhadapan 6.10 M.
Lingkaran dalam ini dikelilingi lagi oleh dua lapis lingkaran. Lantainya turun tiga trap,
mempunayi atap yang lebih banyak berfungsi sebagai hiasan. Lingkaran luar pertama
diameternya 11.60 M pada sekelilingnya
terdapat 15 kolom kembar berjejer ke arah
titik pusat lingkaran ( konsentrik ). Kelima
belas kolom tersebut menyangga kubah
yang tumpuannya berupa pelengkung
pelengkung. Lingkaran lapis luar berupa
ambulatory terbentuk oleh kolom kolom
tersebut dengan dinding yang denahnya
lingkaran penuh. Plafond dari ambulatory
lengkung lengkung jga kosentrik.
Meskipun bagian atas di ruang dalam
bagian tengah bentuknya kubah dan
pelengkung disekelilingnya, namu atapnya
berbentuk kerucut. Atap sekelilingnya satu
sisi miring. Pada dinding diantar atap
tengah dan kelilingnya ada sdelpan jendela
atap.
Aneka Dekorasi Gereja pada jaman Kristen Awal
A r s i t e k t u r K l a s i k 34
Dalam arsitektur Yunanai, dekorai hanya dibuat pada bagian bagian etrtentu dengan
relief, ukiran, dan lain lain, tidak sebanyak ornament pada jaman Romawi ( jaman kelanjutan
yunani ). Pada arsitektur Kristen Awal yang merupakan perkembangn dari gaya Romawi,
dekorasi lebih banyak dari sebelumnya, antara lain mosaic dan lukisan dinding.
Pengaruh Yunani, pada arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih terkihat jelas pada Order
yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang dihias ( entablature ). Yang paling banyak
diantarnya ialah Order Korientien, yang cirri khasnya pada hiasan floral pada kepalanya ( capita .
Hiasan geometric juga mulai dikembangkan apda jaman Kristen Awal, antara lain lantai,
dinding, ukiran, pada ointu dan jendela. Beberapa contoh dekorasi pda jaman Kristen Awla
terlihat berikut.
A r s i t e k t u r K l a s i k 35
6
ROMANESQUE
SEJARAH DAN GEOGRAFI
Budaya barat tidak berhenti mendapat
warna Romawi, meskipun imperium itu runtuh pada
abad V. Wilayah wilayah bekas jajahan Romawi pada
masa itu jatuh ke berbagai kelompok suku antara lain :
dari Jerman menguasai wilayah Lombard di Itali bagian
utara, kelompok suku Burgundy menguasai wilayah Gaul,
Anglo-Saxon di Britania.sementara itu pada abad VII,
fisigoths di Spanyol jatuh ke tangan Arab, namun
Ekspansi Arab ke Eropa melalui Spanyol, terhenti di
Poitiers (Prancis bagian selatan) pada 732 oleh Carlos
Martel seorang pemimpin Frankis. Selanjutnya pada Abad
IX, Eropa Barat dan wilayah laut Mediterania, terbagi dalam berbagai imperium. Wilayah
dan penguasaanya antara lain Carolingian di utara-barat, Bisantin di tengah kawasan yaitu
kawasan mediterania dan Abbasia di wilayah Arab, Mesir dan Afrika utara.
Carolingian adalah istilah dipakai untuk menyebut wilayah, kekuasaan dan
imperium didirikan Charlemagne, menjadi raja mulai darin768, dinobatkan menjadi
imperior 800-14. Dinasti Charlemagne berkuasa hingga abad XX, wilayah berkuasanya
meliputi Perancis, Jerman, dan Belanda.
Carolongian Renaissance
Penobatan Charlemagne dilaksanakan di S.Peter Roma, menandai jaman baru di Eropa,
yaitu jaman Jerman-Kristen, dimana secara politik dan keagamaan dibawah That Suci
Romawi (Holy Roman Emperor). Jaman itu disebut Carolingian Renaissance yang punya
dasar budaya Jerman, terkait langsung dengan tradisi Romawi, mendapat pengaruh besar
dari Bisantin dan Oriental. Jaman Carolingian yang juga sering disebut awal atau Pra-
Romanesque, pada akhir abad VIII dan abad IX. Arsitektur Carolingian mempunyai ciri
tersendiri terdapat terutama di Jerman dan Prancis.
Contoh sangat representatif dari arsitektur jaman tersebut adalah Istana Aix-la chapelle di
mana di dalamnya terdapat Kapel Palatine, di Aacen (792-805). Aacen saat ini menjadi
bagian dari Republik Federasi Jerman, terletak di bagian barat, dekat dengan perbatasan
Belgia. Kompleks dibangun oleh Charlemagne dalam kompleks seluas lebih kurang 20 Ha.
Secara keseluruhan, kompleks terbagi menjadi tiga bagian berupa unit-unit satu dengan yang
lain terpisah, namun dihubungkan oleh sebuah selasar cukup panjang. Paling utara adalah
A r s i t e k t u r K l a s i k 36
unit untuk audiensi(Sala Regails). Yang diletakkan di depan Apse (posisinya sama denagn
altar di gereja). Ruang audiensi mempunyai porche di sebelah selatan. Unit kedua berupa
hall di tengah-tengah, ke kiri atau ke ruang audiensi, melalui sebuah selasar di bawah atap,
sepanjang lebih kurang 50 M. Ke arah kanan atau selatan dari hall juga terdapat lagi selasar
yang bentuk dan panjang sama dengan yang disebut pertama, menghubungkan hall dengan
Kapel. Bagian dimana terdapat Kapel, selain kapelnya sendiri. Ada tiga unit lain masing-
masing tersusun dalam pola silang salib atau
huruf T. Pada kaki terdapat atrium cukup luas
dibanding dengan kapel yang tidak terlalu besar.
Bagian ini dihubungkan langsung dengan bagian
sentral dari kapel. Gang atau ruang peralihan
antara atrium denagn kapel, diapit kembar di kiri-
kanan oleh sebuah tangga naik menuju ke
menara(turret).
Arsitektur kapel sangat mirip dengan S.Vital di
Ravenna. Denah kapel poligonal bersisi 16, garis
tengahnya 32 M. nave atau bagian sentraldari
kapel dikelilingi oleh delapan kolom, masing-
masing bila ditarik garis antara dua kolom
berdampingan terbentuk segi delapan. Kolom-
kolom cukup besar dengan penampangsegi
banyak tidak beraturan, menyangga sebuah
kubah garis tengahnya 14,5m. Kubah ini
dahulu ditutup dengan atap pi ramida bersisi
delapan. Aisle dua lantai menelilinginnave,
bagian dalam segi delapan, namun dinding
bagian uarnya segi enambelas. Lantai dua
untuk gang atau balkon, membentuk
mezzanine di atas nave.
Sejak didirikan kapel cukup banyak mengalami
perubahan, terutama pada masa antara 1353
hingga 1413, apse diperpanjang ke belakang
(timur) untuk ruang kotor (choir) dengan gaya
gotik. Bidang-bidang segitiga pada ujung-ujung
dari atap pelana (gable) dibuat pada abad XIII.
Kapel tambahan kiri-kanan dibangun pada abad
XIV dan XV. Hiasan-hiasan runcing-piramida
(steeple) ditambahkan pada jaman modern abad
XX
Pengaruh Bisantin dalam arsitektur Kapel
A r s i t e k t u r K l a s i k 37
Palatine terlihat antara lain pada jendela atas di setiap sisi tambur. Kolom-kolom silindris
dan dekorasinya pada lantai atas amabang atas pelengkung adalah bagian khas dari arsitektur
Romawi.
Di Worms, sebuah kota sekarang di dalam Republik Federal Jerman, sekitar 50 Km dari
Frankfurt, terdapat sebuah katedral, memakai nam kotanya yaitu katedral worms, didirikan
oleh Conrad II. Pembangunan dimulai pada 1171 selesai dibangun pada 1230, merupakan
rekonstruksi dari Katedral S.Peter sudah ada sebelumnya tidak diubah. Seperti kota-kota
modern yang ada di Eropa sekarang, bangunan kuno ini berada di tengah-tengah kota
Worms saat ini menjadi kota lama. Katedral berdenah segi empat, sisi terpanjang 107.60 M
lebar 25.60 M. perbandingan keduanya sekitar sari dibanding empat lebih, sehingga katedral
terlihat sangat panjang. Di Cologne, sebuah kota di Perancis bagian selatan, terdapat sebuah
gereja berarsitektur Carolongian, bernama gereja Apostles gereja didirikan mulai 1190 dan
masa-masa berikutnya banyak mengalami penambahan. Denahnya memanjang ke arah
timur-barat dari ujung ke ujung panjangnya 82.30 M lebar 26.80 M terdiri dari nave dan
aisle kiri-kanan (utara selatan). Tata runag semacam itu menjadi tradisi gereja sejak jaman
Kristen Awal. Gereja mempunyai apse dobel, khas Carolongian satu yang utama diujung
timur-utara, lainnya di barat-selatan. Apse di ujung timur lebih besar denahnya setengah
lingkaran, yang dibarat bujur sangkar. Meskipun tidak setinggi katedral Worms, corak
Carolongian lainnya juga terlihat pada adanya menara mengapit kembar di kiri kanan
masing-masing apse tersebut diatas. Keunikan gereja ini antara lain terlihat pada adanya
ceruk maacam apse, di sisi kiri kanan (utara selatan) ujung timur nave. Denah dari bagian
semacam apse tersebut setengah lingkaran, sama dengan apsenya yang ada di ujung timur.
Pada ujung timur terdapat empat buah klom besar dan tinggi (dalam posisi pada titik sudut
bujur sangkar), penyangga atapnya yang berbentuk kerucut patah-patah bersisi delapan.
Pada puncak dari atap bersisis delapan terdapan lantern. Selain atap-atap runcing kerucut,
termasuk pada atap menara, nave yang memanjang beratap pelana dengan kerangka kuda-
kuda kayu segi tiga. Atap aisle setengah kuda-kuda berisi miring tunggal. Kedua menara
kecil di ujung barat mengapit sebuah unit berdenah bujur sangkar di ujun barat. Bagian ini
dindingnya tinggi membentuk sebuah menara tinggi dan besar. Gereja S.Michael di
Hildeshiem sebuah kota kecil di Jerman bagian utara-timur sekitar 200 Kmdi sebelah barat
dari Berlin, dibangun antara 1001, juga berkarakter dominan Carolongian. Gereja
mempunyai empat menara dalam hal ini semuanya silindris, meninggi atapnya kerucut. Dua
diantaranya didepan kembar mengapit ujung depan nave depan, dua lainnya dibelakang
mengapit narthex. Denah gereja simetris, bagian-bagian selain menara, gerbang masuk dan
ujung depan nave, atapnya pelana dan aisle beratap satu sisi miring.
A r s i t e k t u r K l a s i k 38
ARSITEKTUR ROMANESQUE DI ITALY (abad IX hingga XII)
Setelah kematian Charlemagne,
Italy mengalami disintegrasi,
kekaisaran lemah, keadaan anarki.
Pisa menjadi kota penting dan
berkembang pesat di jaman
pertengahan. Ciri dari Romanesque
italia, terlihat pada wajah depan,
sangat ramai dengan hiasan, deretan