Post on 22-Oct-2015
TUGAS KELOMPOK KOSMETOLOGI
OLEH : INDRA IMANUEL TUBA & ASRI LAHIPE
SEMESTER : V
MATERI : PREPARAT UNTUK KESEHATAN MULUT
Kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan gusi yang rusak dan tidak dirawat akan
menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh
lainnya. Banyaknya karies, gingivitis dan gigi berjejal harus segera ditangani dan semuanya
dapat dicegah. Memelihara kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk memperoleh
kesehatan tubuh kita. Untuk memelihara kesehatan mulut ada beberapa preparat yang dapat
digunakan.
Preparat untuk kesehatan mulut, antara lain:
1. Pasta gigi
Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan gigi, biasanya
digunakan dengan sikat gigi. Di Indonesia pasta gigi sering disebut odol.
Macam-macam pasta Gigi:
a. Pasta gigi dengan fluoride
Bahan yang perlu diperhatikan saat memilih pasta gigi adalah fluoride. Dalam 50
tahun terakhir, fluoride menjadi bahan paling efektif untuk melindungi email gigi dari
kerusakan akibat asam dan mencegah gigi berlubang. Fluoride bisa mencegah
pembusukan gigi dewasa dan memperkuat gigi yang masih tumbuh. Pada masa
pertumbuhan gigi, fluoride dan kalsium membantu membentuk struktur gigi. Fluoride
membuat email gigi lebih kuat. Beberapa tahun belakangan, penggunaan fluoride di
pasta gigi sempat dipertanyakan. Adanya penelitian yang menyebutkan bahwa
fluoride bisa berbahaya jika tertelan membuat pasta gigi berfluoride dilarang beredar
di beberapa negara. Tapi penelitian lain menyebutkan, fluoride masih aman
digunakan dalam kadar tertentu. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
memberikan batasan penggunaan fluoride di pasta gigi sebesar 0,15%.
b. Pasta gigi untuk gigi sensitive
Anda yang memiliki gigi sensitif, sebaiknya memilih pasta gigi khusus. Ciriciri gigi
senstif adalah tak tahan makanan atau minuman yang terlalu panas ataupun yang
terlalu dingin. Gigi sensitif juga terkadang bisa membuat rasa ngilu saat memakan
bahan makanan tertentu, misalnya gula, permen, cokelat dan sebagainya. Pasta gigi
untuk gigi sensitif biasanya mengandung potasium nitrat atau strontium klorida.
Bahan tersebut bisa mengurangi sensitivitas gigi dengan memberi perlindungan pada
bagian yang terhubung dengan saraf gigi.
c. Pasta gigi pemutih
Setiap orang mengharapkan senyum indah dengan sederet gigi putig cemerlang.
Itulah yang menyebabkan produk pasta gigi whitening semakin laris. Pasta gigi
pemutih sebetulnya tidak mengandung bahan pemutih. Pasta gigi ini mengandung
bahan abrasif yang bisa mengikis kotoran dan noda di gigi sehingga gigi terlihat lebih
cerah. Banyak anggapan kandungan bahan abrasif pada pasta gigi pemutih bisa
mengikis email gigi. Tapi studi ilmiah membuktikan bahwa bahan abrasif pada pasta
gigi pemutih cukup aman dan tidak merusak pelapis gigi.
Komponen-komponen yang terdapat dalam pasta gigi:
a) Bahan abrasive (20%-50%)
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih
yang dapat memoles dan menghilangkan stain dan plak. Juga dapat membantu
mengentalkan pasta gigi. Contoh bahan abrasive misalnya silica atau silica hidrat,
sodium bikarbonat, alumunium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.
b) Air (20%-40%)
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.
c) Humectant atau pelembab (20%-35%)
Humectant adalah bahan yang menyerap air dari udara dan menjaga kelembaban.
Bahan ini juga berfungsi mencegah atau menjaga pasta gigi agar tidak kering.
Misalnya Alpha Hydroxy Acid (AHA), asam laktat dan gliserin.
d) Bahan perekat (1%-2%)
Berfungsi mengontrol kekentalan dan memberi bentuk krim dengan cara mencegah
terjadinya pemisahan bahan solid dan liquid pada suatu pasta gigi. Misalnya glycerol,
sorbitol, dan Polyethylene Glycol (PEG).
e) Surfactant atau detergen (1%-3%)
Detergen yang banyak terkandung dalam pasta gigi di pasaran adalah SLS (Sodium
Lauryl Sulfat) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan, mengemulsi lemak
dan memberikan busa sehingga pembuangan plak dan sisa makanan menjadi lebih
mudah. SLS juga memberikan efek antibakteri.
f) Bahan penambah rasa (0-2%)
Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan cita rasa yang
beraneka ragam. Tambahan rasa pada pasta gigi akan membuat menyikat gigi menjadi
lebih menyenangkan. ADA (American Dential Association) tidak merekomendasikan
pasta gigi yang mengandung gula tapi pasta gigi yang mengandung pemanis buatan
misalnya sakarin. Bahan pelembab gliserin dan sorbitol juga dapat memberikan rasa
manis pada pasta.
g) Bahan terapeutik
Bahan terapeutik yang terdapat pada pasta gigi adalah sebagai berikut:
1) Fluoride Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan
memmbuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk
memproduksi asam. Ada 3 macam flouride:
a. Stannous Flouride Disebut juga Tin Flour. Merupakan flour yang pertama
ditambahkan dalam pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan
bahan abrasif (Kalsiumfosfat). Flouride ini bersifat antibakterial namun
kelemahannya dapat membuat stein abu-abu pada gigi.
b. Sodium Flouride NaF merupakan flour yang paling sering digunakan pada
pasta gigi, tetapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.
c. Sodium Monoflourof Osfat
2) Bahan Desensitisasi
Bahan desensial yang digunakan dalam pasta gigi:
a. Potassium Nitrat, dapat memblok transmisi nyeri diantara sel-sel saraf.
b. Stronsium Chloride, dapat memblok tubulus dentin.
3) Bahan anti tartar
Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium sehingga
keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi. Misalnya: Tetrasodium,
Phyrophospate.
4) Bahan antimikroba
Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri.
Contohnya adalah Zinc citrate, Zinc phospate. Selain itu beberapa herbal yang
dapat ditambahkan sebagai anti mikroba yaitu ekstrak daun sirih dan siwak.
Ekstrak daun sirih yang ditambahkan pada pasta gigi mampu membunuh bakteri
secara lebih efektif dibandingkan dengan anti-mkroba dari bahan kimia. Sirih
telah diakui memiliki efek farmakologis yaitu sebagai:
Anti-Mikroba, suatu substansi yang membunuh atau menghambat
pertumbuhan dari bakteri, jamur dan virus serta parasit.
Anti-Oksidan, Substansi yang menetralkan radikal bebas karena senyawa-
senyawa tersebut mengorbankan dirinya agar teroksidasi sehingga sel-sel
yang lain dapat terhindar dari radikal bebas.
Anti-Mutagenik, Sifat dasar kimia yang dapat menghambat terjadinya
mutasi gen.
Anti-Karsinogenik, Zat yang memiliki sifat dapat menghambat
pemunculan kanker.
Anti-Inflamasi, Obat yang dapat menghilangkan radang yang
disebabkanbukan karena mikroorganisme (non infeksi). Karena daun sirih
mengandung asam lemak (asam stearat dan asam palmitat) dan asam
lemak hidroksi ester (ester hidroksi dari stearat, palmitat dan asam
miristat) dan Hydroxychavicol sebagai komponen utama.
Hydroxychavicol merupakan turunan senyawa fenol yang memiliki daya
anti bakteri (bakterisia) lima kali lebih kuat daripada fenol biasa dengan
target struktur, fungsi dinding, dan membran sel bakteri. Minyak atsiri
sirih bersifat volatil atau mudah menguap sehingga diperlukan tempat
tertutup untuk proses pengolahannya.
h) Bahan pemutih (0,05-0,5%)
Ada macam-macam bahan pemutih antara lain: Sodium karbonat, hidrogen peroksida,
citroxane dan Sodium hexametaphospate.
i) Bahan pengawet (0,05-0,5%)
Digunakan untuk mencegah mikroorganisme pada pasta gigi. Misalnya: Sodium
benzoat, Natrium klorida, Methylparaben dan Ethylparaben.
Contoh formulasi pasta gigi
Kalsium karbonat 97,5 g
gliserin 52.5 ml
Sodium Lauryl Sulfat 52,5 g
Pulvis Gummi Arabica 1,5 g
Natrium Sakarin 1.5 g
Oleum Ment pip 7.5 ml
Natrium Bicarbonat 30 g
Menthol 150 mg
Sodium benzoate 270 mg
Aquabidest 28,5 ml
Pengujian Pasta Gigi
a. Uji Sharpness dan Hardness
Bertujuan untuk mengetahui tingkat kekasaran dan ketajaman partikel abrasif.
b. Uji Spreadibilitas
Bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasta gigi untuk menyebar di dalam mulut.
c. Uji pH
Bertujuan untuk mengetahui pH pasta gigi.
d. Uji kemapuan berbusa
Bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasta gigi untuk menghasilkan busa.
e. Uji kemampuan membersihkan
Bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasta gigi untuk membersihkan kotoran.
2. Moutwash
Mouthwash didefinisikan sebagai sebagai larutan dengan rasa yang enak (mengandung
germisida) yang digunakan untuk menyegarkan mulut. Secara umum, mouthwash terbagi
dalam empat tipe yaitu:
1. Antibakteri, mengandung agen germisida untuk menurukan jumlah bakteri didalam mulut
2. Floride, membantu memperkuat lapisan gigi
3. Kosmetik, dengan tujuan menyegarkan bau mulut
4. Larutan kumur sebelum menggosok gigi, yang berguna untuk memudahkan pasta gigi
dan sikat gigi.
Produk antibakteri dapat dibagi lagi menjadi dua tipe yaitu tipe dengan dasar fenolik, biasa
disebut dengan mouthwash antiseptik dan tipe dengan dasar antimikroba. Mouthwash
antiseptik tidak terlalu mencapai penjualan tinggi di Inggris, namun di Amerika dan negara
lain tipe mouthwash ini terkenal dan banyak dipakai. Umumnya, mouthwash yang ada di
Amerika diformulasi dan dapat digunakan langsung, sedangkan mouthwash yang ada di
negara Eropa kebanyakan digunakan setelah dilarutkan terlebih dahulu.
Mouthwash sebaiknya merupakan cairan yang mempunyai viskositas yang cukup ketika
digunakan (tidak terlalu kental atau encer) dengan rasa yang dapat diterima. Mouthwash juga
sebaiknya aman digunakan setiap hari dan tidak mendukung pertumbuhan bakteri. Terlebih,
mouthwash sebaiknya jernih dan terdiri dari satu fase serta berbusa untuk mendorong konsep
pembersihan mulut. Selain itu, mouthwash juga sebaiknya stabil pada berbagai temperatur.
Mouthwash bisa berupa larutan siap pakai, larutan konsentrat, atau bubuk yang dapat
ditambahkan air.
Mouthwash sebaiknya mempunyai fungsi di bawah ini :
1. Membersihkan derbis dari rongga mulut
2. Menyegarkan nafas
3. Meninggalkan rasa segar
Sebagai tambahan, mouthwash, tergantung tipe, dapat :
1. Menurunkan jumlah mikroorganisme dalam mulut
2. Menghantarkan bahan aktif seperti fluoride
3. Menghilangkan plaque gigi
Menurut T. Mitsui dalam bukunya New Cosmetic Science fungsi mouthwash adalah untuk
membersihkan rongga mulut, mencegah bau mulut yang tidak segar dan menyegarkan bau
mulut. Selain itu dikenal adanya tipe mouthwash yaitu tipe langsung dipakai, konsentrat dan
tipe bubuk walaupun tipe langsung dipakai adalah bentuk yang paling sering digunakan.
Tipe-tipe Mouthwash menurut New Cosmetic Science adalah
a) Tipe langsung pakai > Tipe ini digunakan langsung tanpa ada perlakuan tertentu.
Sangat mudah digunakan dan banyak diaplikasikan
b) Tipe konsentrat > Larutan dasar ditambahkan dengan sejumlah air ketika ingin
digunakan. Keuntungannya adalah kompak dan ringan; mulut dapat dicuci berkali-
kali dengan 1 botol
c) Tipe bubuk > Bubuk dilarutkan dalam sejumlah air tertentu ketika ingin digunakan
mudah dibawa-bawah
Komponen Mouthwash
Bahan yang digunakan dalam pasta gigi dan mouthwash relatif mirip, maka dari itu
penjelasan berikut adalah bahan-bahan yang hanya digunakan khusus dalam pembuatan
mouthwash
a) Pelarut
Air adalah bahan utama pada semua mouthwash tipe siap pakai (langsung) dan tipe
konsentrat. Air yang dimurnikan dengan kualitas tinggi, telah didestilasi atau telah
diionisasi umumnya dipakai untuk mencegah adanya interaksi dengan bahan lain dan
untuk menyediakan basis netral untuk mouthwash. Alkohol atau alkohol terdenaturasi
digunakan kebanyakan pada tipe mouthwash siap pakai. Alkohol membantu untuk
mencapai kesegaran mulut dan bahkan pada level rendah dapat membantu
mengsolubilisasi atau mengemulsifikasi rasa, serta menurunkan titik beku formulasi.
Alkohol juga membantu mengstabilkan produk terhadap petumbuhan mikroba. Contoh
yang umum dipakai adalah SD (Specially Denaturated) alcohol.
b) Perasa
Perasa adalah alasan pemilihan mouthwash untuk kebanyakan konsumen. Mereka
mengharapkan adanya rasa “menyenangkan” atau “medisinal/antiseptik” selama
penggunaan dan ada perubahan pada bau mulut setelah penggunaan. Rasa dominan yang
digunakan untuk tipe kosmetik adalah mint seperti spearmint, peppermint. Perasa tersebut
biasanya tidak langsung mengambil dari minyak namun merupakan perasa buatan dengan
berbagai modifikasi. Herbal, floral atau medisinal juga merupakan rasa yang biasa
digunakan dalam mouthwash. Selain untuk memberikan rasa dalam formulasi, perasa ini
dapat bertindak untuk menutupi atau memodifikasi persepsi bau mulut atau ejekan yang
direncanakan atau bau bawang putih. Dalam kasus ini, penelitian harus dilakukan untuk
menentukan keefektifitas dari kandidat perasa dalam menutupi atau mengubah persepsi
bau tersebut. Penelitian sebaiknya dilakukan menggunakan konsumen, bau yang ditutupi
sebagai objek yang dinilai, dan ahli penciuman.
c) Senyawa fenolik
Senyawa fenolik termasuk timol, eucalyptol, metil salisilat, dan mentol. Banyak orang
menggangap bahan ini untuk menambah karakteristik “medisinal” arau “antiseptik” pada
rasa di dalam mouthwash. Mentil laktat atau turunan ester dari mentol telah digunakan
dalam beberapa produk untuk menambah efek sejuk walaupun tidak mempunyai efek
perasa yang kuat seperti menthol tersebut sendiri. Metil salisilat sama seperti fenil
salisilat dan fenolik lain telah digunakan baik sebagai bahan tunggal ataupun bagian dari
perasa buatan. Pemanis buatan biasanya ditambahkan pada mouthwash untuk membuat
mouthwash lebih disukai. Dua senyawa yang umumnya dipakai adalah sodium sakarin
dan potasium acesulfame.
d) Humektan
Humektan dalam mouthwash digunakan untuk menambah solubilisasi dari perasa, untuk
memodifikasi rasa mulut, untuk menambahkan tingkat kemanisan, dan untuk
meningkatkan tekanan osmotik dari mouthwash guna menurunkan resiko pertumbuhan
mikroba. Humektan yang digunakan pada mouthwash sama dengan yang digunakan pada
pasta gigi umumnya : gliserin, sorbitol, hydrogenated starch hydrolysate, propilen glikol,
dan xylitol.
e) Solubilizers/emulsifiers
Untuk mencapai produk akhir jernih, formulasi mouthwash menempatkan emulsifier atau
solubilizer untuk menggabungkan rasa dari bahan lain yang tidak larut air. Emulsifier ini
juga berperan dalam efek pembersih mulut pada mouthwash. Kombinasi dari emulsifier
yang digunakan juga sering digunakan untuk mencapai produk akhir yang jernih. Tipe
surfaktan poloxamer telah banyak digunakan dan penggunaan senyawa tersebut terus
bertambah, termasuk penggunaan poloxamer 407, poloxamer 338, dan poloxamer 124.
Contoh lain, polysorbat, juga digunakan luas dalam emulsifier dasar dalam formulasi
mouthwash. PEG-40 terhidrogenasi minyak jarak juga digunakan sebagai emulsifier
sama seperti bagian tar tobacco. Emulsifier kationik dahulu digunakan dalam beberapa
produk namun tidak lagi diperbolehkan mengingat bahan ini menutupi rasa dari
mouthwash tersebut. Emulsifier anionic, seperti contoh sodium lauril sulfat telah
digunakan dalam mouthwash dan biasanya dikombinasi dengan emulsifier noninik.
Namun emulsifier anionic tidak dikombinasikan bersama emulsifier kationik karena
terkait dengan masalah inkompabilitas.
f) Antimikroba
Selain untuk membunuh bakteri, fungsi daripada antimikroba adalah untuk
menghilangkan bau mulut, plak dan gingivitis. Senyawa fenolik telah dibahas
sebelumnya. Antimikroba yang biasa dipakai adalah senyawa fenolik (telah dibahas
sebelumnya) dan antibakteri kationik kuarterner seperti cetilpyridinium chloride (CPC)
dan domiphen bromida. CPC biasa digunakan sebagai antibakteri tunggal, sedangkan
domiphen bromida biasanya digunakan dengan kombinasi dengan CPC. Chlorhexidine
dipercaya memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas dan digunakan dalam obat kumur
di Amerika sebagai agen antiplak dan antigingivitis. Ekstrak Sanguinaria canadensis atau
sanguinaria telah digunakan dalam mouthwash karena efeknya sebagai antimikroba,
antiplak dan efeknya sebagai antigingivitis. Triclosan baru-baru ini tidak diijinkan untuk
dipakai di Amerika, namun mouthwash dengan bahan aktif ini telah banyak
diformulasikan dan populer di seluruh dunia. Formulasi mouthwash ini dapat juga
mengandung kopolimer PVA/MA atau pirofosfat untuk mendorong kerja efek ini. Hampir
tidak mungkin dan juga tidak diinginkan untuk mencapai tujuan sterilisitas dalam rongga
mulut. Penggunaan antibiotik, sebagai contoh, dapat menghancurkan flora normal dan
mendorong pertumbuhan organisme opportunistik yang tidak diinginkan. Bagaimanapun,
pengurangan dan pengaturan jumlah bakteri dalam level yang rendah dapat mungkin
digunakan dengan penggunaan antibakteri. Antibakteri kationik secara normal
mempunyai sifat ini dengan beberapa tingkatan, sama seperti berbagai material. Uji
lapisan jaringan buccal dapat dilakukan sebagai teknik persyaararan standar untuk
penilaian ini. Efek antimikroba total dari formulasi merupakan kombinasi dari beberapa
faktor : efek mekanik dari menggosok derbis dan mikroorganisme mulut, kemungkinan
ditingkatkan dengan adanya surfaktan; efek agen antimikroba pada flora normal; dan efek
yang dapat muncul dari komponen perasa dan alkohol jika terdapat pada jumlah yang
banyak. Efek sinergis juga dapat muncul dan harus segera dievaluasi.
g) Bahan aktif lain
Hidrogen peroksida (1.5%) dapat digunakan sebagai agen pengoksidasi di
mouthwash. Hidrogen peroksida, tentunya, cukup reaktif dan dapat berinteraksi
dengan bahan formula lain, dan produk yang mengandung bahan ini harus dibuat
dengan pengawasan yang ketat.
Klorin dioxida, atau sumbernya, sodium klorit, digunakan sebagai agen
pengoksidasi di mouthwash. Bahan pengoksidasi ini digunakan secara utama
untuk menurunkan bau mulut namun juga dapat memberikan efek antibakteri jika
diformulasi dengan baik.
Garam zinc, seperti zinc klorida dan garam zink lain yang larut, telah digunakan
dalam mouthwash selama beberapa tahun sebagai astrigen untuk mengatasi
pendarahan gusi. Garam zinc diketahui bereaksi dengan komponen sulfur yang
mudah menguap dan selanjutnya berperan untuk menyegarkan nafas. Ada pula
penelitian yang mengindikasikan bahwa senyawa tersebut mempunyai aktivitas
antiplak. Formulasi yang mengandung zink klorida mengharuskan pH sekitar 4.5
atau di bawah untuk menjaga garam dari presiptasi.
h) Buffer
Buffer digunakan dalam beberapa produk untuk mengatur pH diantara range tertentu
untuk membantu kestabilan dan meningkatkan efektifitas dari beberapa produk. Beberapa
contoh adalah asam benzoat dan sodium benzoat, sodium fosfat, dan disodium fosfat.
i) Fluoride
Di Amerika, mouthwash yang mengandung florida diregulasi di FDA. Pembatasan level
dari florida dan perijinan diberikan dalam peraturan dan harus ditinjau dengan cermat
sebelum pengembangan formulasi. Sodium florida denngan mudah diformulasi dengan
bahan mouthwash yang lain dan seharusnya tidak memberikan masalah ketika
ditambahkan dalam kebanyakan mouthwash.
j) Bahan-bahan lain
Masih banyak komponen lain yang dapat ditemui di mouthwash. Ini termasuk daftar
penjang surfaktan, antibakteri lain, pengawet dan bahkan ekstrak biologis. Dua bahan
yang juga diproduksi dalam pembersih sebelum menggosok gigi adalah tetrasodium
pirofosfat dan xanthan gum. Tetrasodium pirofosfat biasanya digunakan karena
mempunyai efek antikalkulus namun pada kasus mouthwash digunakan sebagai antiplak.
Xanthan gum digunakan karena sifat pembentuk film untuk mengstabilkan busa daripada
surfaktan dan kemungkinan dapat menghilangkan plak pada debris. Selain itu sodium
bikarbonat atau baking soda digunakan dalam beberapa mouthwash karena sifat
mengurangi bau.
Katagori Komponen Efek+aktivitas
Air yang telah dimurnikan Pengatur kekentalan, konsistensi, volume, dsb
Pelarut Etanol, dll Melarutkan zat perasa, memberikan rasa sejuk
Humektan Gliserin, dll Melembabkan mulut, membantu disolusi dari zat perasa
Solubilizer Natrium lauryl sulfat
Polioksietilen-polioksipropilenglikol Melarutkan zat perasa, membersihkan mulut
bagian dalam
Perasa Natrium sakarin Mentol, eugenol, minyak pepermint, dll Memberikan rasa
sejuk
Pengawet Etilparaoksibenzoat, Na-benzoat Mencegah penurunan kualitas produk
Pewarna Karamel, dsb Membuat penampilan sediaan semakin menarik
Pengatur pH Garam asam fosfor, garam asam nitrat Mengatur pH
Pharmaceutical agent membersihkan rongga mulut, mencegah bau mulut yang
tidak segar dan menyegarkan bau mulut
Pembuatan Mouthwash
Kebanyakan mouthwash dibuat dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, fase air dan bahan
yang larut air disiapkan; dan pada tahap selanjutnya bahan yang tidak larut air
ditambahkan dengan emulsifier. Kedua fase ini kemudian dicampur bersama.
Berdasarkan pengalaman dalam pembuatan mouthwash, fase non-air lebih baik
ditambahkan ke dalam fase air. Tahapan terakhir dalam pembuatan adalah filtrasi dengan
beberapa lapis filter, dan lapisan terakhir yang dipakai adalah filter tipe submikron.
Produk yang jernih dan berkilau dipercaya lebih dipilih konsumen.
Pengujian Mouthwash
• Uji terhadap konsumen
Pengujian penerimaan konsumen biasanya dimulai di laboratorium dengan
mencoba formulasi tersebut. Pengujian ini dapat lebih jauh lagi, dengan meminta
pendapat sejumlah konsumen target, biasanya apabila rasanya enak maka dipilih
untuk diproduksi.
• Uji keamanan
Sama seperti produk kesehatan pada umumnya, toksiksitas akut atau LD50 harus
dilakukan untuk keamanan manusia. Juga disarankan test iritasi dan sensitifitas
terhadap komponen perasa, surfaktan, dan bahan aktif lain yang terdapat pada
formulasi.
• Uji bakteriologi
Semua tipe mouthwash harus diuji apakah mereka dapat mendorong pertumbuhan
mikrobiologi, dan produk tipe antibakteri juga harus diperiksa kejelasannya dalam
bagaimana antibakteri tersebut berkerja (misalnya membunuh bakteri selama x
jam).
• Uji pengurangan bau mulut
Banyak tersedia prosedur uji dengan alat yang didasarkan pada kromatografi gas-
cair, detektor bau yang didasarkan pada hal tersebut, dan metode deteksi lain.
Manfaat dengan adanya uji yang dilakukan antara panelis konsumen dengan ahli
bau adalah menetapkan bau target yang sering menjadi masalah (misalnya nafas
ketika bangun pagi atau bau bawang putih) telah banyak dilakukan untuk
menambah nilai jual, biasanya dalam iklan televisi semenjak masalah tersebut
lebih sering dihadapi pada situasi nyata
• Uji klinik
Tipe uji klinik yang dilakukan belakangan ini terhadap mouthwash sangat
bervariasi karena banyaknya jenis produk yang ada. Uji ini berkisar antara uji
konvensional antikaries untuk penghilangan plak dengan larutan pembersih
sebelum menyikat gigi. Banyak waktu, tenaga, dan dana yang harus dikeluarkan
di uji screening untuk menyelesaikan serangkaian uji klinik yang diberlakukan
pada mouthwash.
Contoh Formulasi Mouthwash
Mouthwash kosmetik bebas alkohol
Air 86.01 %
Asam benzoat 0.04 %
Sodium benzoat 0.15 %
Poloxamer 407 1.25 %
Gliserin 12 %
Sodium sakarin 0.05 %
FD&C biru no 1 0.0002 %
Flavor 0.25 %
Polysorbat 20 0.25 %
Mouthwash antimikroba mengandung alkohol
Air 76.18 %
Gliserin 8 %
Sodium benzoat 0.1 %
Asam benzoat 0.04 %
Sodium sakarin 0.08 %
Setilpiridinum klorida 0.05 %
FD&C biru no 1 0.0002 %
SDA alkohol 38-B 15 %
Perasa 0.25 %
Polysorbat 80 0.3%
Mouthwash tipe langsung
Etanol 15 %
Gliserin 10 %
Polyoksietilen-hydrogenated castor oil 2 %
Na-sakarin 0.15 %
Na-benzoat 0.05 %
Perasa q.s.
Na-fosfat 0.1 %
Pewarna q.s.
Air murni 72.7 %
Cara pembuatan :
larutkan gliserin dan polyoksietilen-hydrogenated castor oil dalam air. Larutkan
perasa dalam etanol dan tambahkan pada campuran sebelumnya, campur hingga larut
sempurna. Selanjutnya larutkan Na-sakarin, Na-benzoat, Na-fosfat, dan pewarna ke
dalam campuran kemudian saring.
3. Gargagisma (obat kumur)
Gargagisma (obat kumur) adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalam bentuk pekat yang
harus diencerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorok. Tujuan utama penggunaan obat kumur
adalah dimaksudkan agar obat yang terkandung di dalamnya dapat langsung terkena selaput
lendir sepanjang tenggorokan; dan tidak dimaksudkan agar obat itu menjadi pelindung
selaput lendir. Karena itu, obat berupa minyak yang memerlukan zat pensuspensi dan obat
yang bersifat lendir tidak sesuai untuk dijadikan obat kumur.
4. Breathfreshener (spray penyegar nafas)
Breathfreshener atau spray penyegar nafas adalah spray yang disemprotkan ke rongga mulut
dengan tujuan untuk menyegarkan bau mulut/menghilangkan bau mulut. Spray penyegar
nafas ini tersedia dengan beberapa variant bau dan rasa serta mengandung menthol sebagai
bahan penyegar
5. Dental floss (benang gigi)
Dental floss (benang gigi) adalah benang tipis dan lembut yang terbuat dari nilon, plastic,
ataupun pita sutra dan biasanya tersedia dalam beberapa pilihan. Ada yang memiliki rasa,
dilapisi lilin, maupun Dental Floss biasa. Penggunaan Dental Floss sangat berguna dalam
mencegah timbulnya penyakit Gusi dengan cara membuang sisa-sisa makanan dan plak
diantara Gigi, yang tidak dapat dicapai oleh sikat Gigi. Plak merupakan suatu zat yang
lengket yang mengandung bakteri. Jika plak ini terus terkumpul, bakteri dapat mengiritasi
Gusi dan menyebabkan pembengkakan. Dental Floss digunakan dengan cara disisipkan
diantara gigi dan ditekan sepanjang sisi gigi, khususnya daerah yang dekat dengan gusi.
Secara perlahan, gerakan floss naik turun, dengan kondisi tetap menekan ke sisi gigi. Jangan
pernah menekan kearah Gusi, karena hanya akan menyebabkan iritasi pada Gusi. Pastikan
setiap sisi Gigi sudah ter-floss dengan bersih.
Daftar Pustaka
Anonym. 2014. Mouthwash. http://mylifemyjoymytears.blogspot.com/2011/02/mothwash-
sebuah-pendekatan-dari.html. Diakses tanggal 14 Januari 2014
Anonym. 2014. Dentalfloss. http://www.formulaoralcare.com/fungsi-pemakaian-dental-floss/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasta_gigi. Diakses tanggal 14 Januari 2014
Anonym. 2014. Pasta gigi. http://splashdiary.blogspot.com/2013/02/pasta-gigi-bisa
mencerahkan-bibir-apa.html. Diakses tanggal 14 Januari 2014