Post on 26-Jul-2015
TUGAS KEWARGANEGARAAN
“Fakta yang berlangsung dalam pengamalan pancasila di dalam penyelenggaraan Negara”
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara terdapat 5 (lima) sila:
1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB3. SILA PERSATUAN INDONESIA4. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
MAKNA PENTING PANCASILA BAGI BANGSA INDONESIA
Meskipun di Indonesia sudah pernah berdiri berbagai Negara atau kerajaan
dan pemerintahan yang hidup sebelum bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain,
namun belum ada satupun yang mempunyai undang – undang dasar, apalagi dasar
filsafat Negara. Di dalam masa penjajahan yang cukup lama bangsa Indonesia tidak
mempunyai kesempatan yang banyak untuk mempelajari dan meneliti kekayaan
kebudayaannya sendiri. Meskipun mendapat berbagai pengaruh baik yang bersifat
material maupun non material dan perlakuan yang tidak adil dari kaum penjajah,
namun bangsa Indonesia masih mampu tegak mempertahankan kebudayaannya
sendiri.
Setelah bangsa Indonesia ditantang apakah dasarnya jika Indonesia merdeka,
maka Bung Karno sebagai putra Indonesia memberi jawaban yaitu pancasila. jawaban
tersebut merupakan hasil analisa dan abstraksi dari kebudayaan bangsa Indonesia
sendiri. Hal ini terbukti dapat menggerakkan setiap pemimpin bangsa Indonesia dan
menggerakkan hati mereka. Usul bung karno mendapat sambutan hangat yang
kemudian diterima secara bulat. Hal ini pulalah yang menghasilkan kebulatan tekad
bangsa Indonesia.
Pancasila yang diusulkan oleh bung karno sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia Merdeka ternyata dapat menggetarkan jiwa pemimpin – pemimpin dan
bahkan juga bangsa Indonesia menunjukkan bahwa pancasila adalah identitas bangsa
Indonesia (Sunoto, 1984 : 107).
Pendapat diatas menyatakan bahwa pancasila merupakan identitas bangsa
Indonesia yang bisa diartikan pula sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
Kepribadian bangsa Indonesia sendiri dijabarkan sebagai sifat – sifat atau ciri – ciri
khusus yang dimiliki dan merupakan watak bangsa Indonesia. Ciri – ciri ini yang
membedakan antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Oleh karena unsur – unsur
Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia dan terdapat didalam diri dan
kebudayaan bangsa Indonesia, maka kepribadian bangsa Indonesia tidak lain adalah
kepribadian pancasila.
Adanya kesamaan antara beberapa unsur dengan unsur yang dimiliki oleh
bangsa lain tidak dapat diartikan bahwa bangsa Indonesia mengambil sebagian unsur
dari bangsa lain. Begitu pula dengan adanya pengaruh dari luar ataupun sebaliknya
menunjukkan bahwa kepribadian memang berkembang tanpa mengurangi ciri khas
yag dimilikinya. Misalnya pada sila pertama yang digambarkan dengan perilaku
bangsa Indonesia yang bersikap jujur dan taat merupakan pengejawantahan unsur
Ketuhanan. Unsur tersebut keluar dengan sendirinya sehingga merupakan identitas
kepribadian bangsa Indonesia.
Makna yang selanjutnya yaitu pancasila sebagai dasar dan pedoman.
Dikatakan sebagai dasar berarti pancasila itu berperan sebagai pondasi atau landasan
tempat bertumpu bagi segala kegiatan bangsa Indonesia. Sehingga, dalam kehidupan
sehari – hari tidak boleh lepas apalagi menyimpang dari pancasila. seiring dengan
majunya jaman, inti unsur – unsur sila Pancasila tetap dan tidak mengalami
perubahan. Ini bukan berarti Pancasila yang tengah dijadikan dasar Negara tersebut
telah usang dan membutuhkan pembaharuan, tetapi dalam hal ini kandungan atau
makna – makna yang ada didalamnya adalah tetap.
Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu
negara dan tercermin di dalam identitas nasional bukanlah barang jadi yang sudah
selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka dan
cenderung terus-menerus berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki
oleh masyarakat pendukungnya. Implikasinya adalah bahwa identitas nasional
merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan
fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Indonesia adalah negara yang plural, terdiri dari banyak suku, ras, bahasa
daerah, agama, sistem kepercayaan, kultur, subkultur, dan sebagainya. Walaupun
demikian, para pemuda pada tahun 1928 merasa senasib dan sepenanggungan;
mereka merasa sebangsa dan setanah air. Mereka juga mendeklarasikan Bahasa
Indonesia (Bahasa Melayu yang sudah disempurnakan dan dipakai di seluruh
Nusantara sebagai bahasa dagang) sebagai bahasa persatuan. Para bapak pendiri
bangsa kita pun menyadari hal ini. Maka diciptakan sebuah sistem filsafat yang
sekiranya dapat menjembatani segala keanekaragaman tersebut, sistem filsafat yang
sebenarnya sudah berurat-berakar dalam hati sanubari, adat-istiadat, dan kebudayaan
Nusantara, bahkan jauh sejak masa Nusantara kuna (400-1500 M). Sistem filsafat itu
adalah manifestasi kemanusiaan Indonesia.
Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai
yang merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah: NILAI
KETUHANAN, NILAI KEMANUSIAAN, NILAI PERSATUAN, NILAI
KERAKYATAN, DAN NILAI KEADILAN. Nilai itu selanjutnya menjadi sumber
nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara Indonesia.
Dalam filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada 3 (tiga) tingkatan nilai,
yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
1. Nilai dasar, yaitu nilai mendasari nilai instrumental. Nilai dasar adalah asas-asas
yang kita terima sebagai dalil yang bersifat sedikt banyak mutlak. Kita menerima
nilai dasar itu sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.
2. Nilai instrumental, yaitu nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai dasar.
Umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan
terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme perkembangan zaman, baik dalam
negeri maupun dari luar negeri. Nilai ini dapat berupa Tap MPR, UU, PP, dan
peraturan perundangan yang ada untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan
ideologi Pancasila sebagai pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Nilai praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan nilai
instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral. Nilai-nilai dalam
Pancasila termasuk dala tingkatan nilai dasar. Nilai dasar ini mendasari nilai
berikutnya, yaitu nilai instrumental. Nilai dasar itu mendasari semua aktivitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar bersifat fundamental
dan tetap.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini
menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, bukan bangsa yang
atheis. Pengakuan terhadap Tuhan diwujudkan dengan perbuatan untuk taat pada
perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya sesuai dengan ajaran atau tuntutan agama
yang dianutnya. Nilai ketuhanan juga memiliki arti bagi adanya pengakuan akan
kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada
paksaan serta tidak berlaku diskriminasi antar umat beragama.
MAKNA SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
Setelah melakukan beberapa perundingan, Bung Hatta, selaku anggota PPKI,
dengan bijaksana merumuskan sila petama pancasila dengan frasa “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Karena terminologi “Ketuhanan” jauh lebih luas, dapat merangkum
segala penyebutan Sang ada pada tiap-tiap agama yang berbeda. Maknanya akan
menjadi kerdil kata seandainya kita coba telaah dalam satu sudut pandang (dogma)
agama tertentu saja.
Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara
hak-hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada
martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.
Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk
sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya.
Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bangsa
Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana
pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi
pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan
sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama
yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran
agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain.
Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur Dari
beberapa uraian di atas kita dapat menyimpulkan pelaksanaan Ibadah Agama dan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa antara lain:
1. Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk
salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing.
3. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau
memaksa seseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain.
4. Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-luasnya kepada semua umat
beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
5. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
6. Fungsi agama, Agama mempunyai fungsi yang penting antara lain:
Agama sebagai sumber inspirasi.
Bagi bangsa indonesia, agama dapat menjadi sumber inspirasi dalam
berbudaya baik yang berupa fisik maupun non fisik.
Sumber Moral.
Agama di Indonesia dapat memberikan dorongan batin maupun moral atau
akhlak yang baik bagi manusia. Pembangunan berjalan dengan baik karena
dilakukan dengan semangat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber Motovasi dan Inovasi
Agama dapat memberikan semangat dalam bekerja dan lebih kreatif serta
produktif. Pada gilirannya dapat pula mendorong tumbuhnya pembaharuan dan
penyempurnaan.
Sumber penyatuan dalam melaksanakan pembangunan Nasional.
Agama dapat mengintegrasikan/menyatukan dan menyerasikan segenap
aktifitas manusia baik individual maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan
adanya kesamaan dalam katakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun
kebersamaan sebagai mahluk sosial, timbul rasa persatuan sebagai makhluk sosial
dengan demikian rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia akan terjadi dengan
sendirinya.
Selain uraian makna di atas, pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa juga
memiliki arti dan juga makna sebagai berikut :
1. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan
yang Maha Esa.
2. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agamanya.
3. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
4. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
5. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agamanya masing-masing.
6. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga
negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.
Sebagai bangsa Indonesia seharusnya menyadari betul bahwa negara kita
mempunyai prinsip untuk mengatur rakyatnya, demikian juga seharusnya prinsip itu
dimulai dari setiap individu bagaimana seharusnya individu itu berbuat sesuai dengan
norma norma yang berlaku di masyarakat. Setiap Agama mengajarkan kepada
umatnya tentang perintah dan larangan.
Menjalankan perintah - Nya dan menjauhi larangan - Nya. Kepercayaan dan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa hendaknya diikuti oleh ketakwaan
terhadap - Nya, yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi
larangan - Nya. Keyakinan itu diantaranya adalah sebagai berikut:
Kita harus selalu menyembah Tuhan, karena Tuhanlah yang telah menciptakan
kita beserta seluruh alam semesta.
Dan juga Tuhanlah yang memelihara alam semesta.
Kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhanlah yang telah
mengkaruniakan seluruh nikmat kepada setiap makhluk - Nya.
Kita meyakini bahwa alam semesta beserta isinya diatur oleh Tuhan yang Maha
Esa
Menjalankan perintah - Nya dan menjauhi larangan - Nya berarti: kita melakukan
perbuatan menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa yang didasari oleh
keikhlasan untuk melakukannya. Keihklasan untuk menjalankan perintah - Nya
dan menjauhi larangan - Nya bagi umat beriman dan bertakwa bukan hanya
kewajiban, akan tetapi merupakan kebutuhan dan kebanggaan. Hal ini merupakan
pernyataan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pelaksanaan perintah Tuhan Yang Maha Esa meliputi:
Perintah secara vertikal, menurut agama Islam hal seperti ini disebut Hablum
Minallah yaitu hubungan secara langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa,
sedangkan untuk agama Kristen misalnya kebaktian.
Perintah secara horizontal, disebut juga dengan Hablum Minanas hubungan
dengan mahluk Tuhan terutama manusia dan alam sekitarnya, menjaga
lingkungan hidup atau pelestarian alam dan lain sebagainya.
Perintah Tuhan untuk menjauhi larangan - Nya antara lain sebagai berikut:
Tidak boleh mencuri, menggarong, merampok, malak, dan lain lain.
Tidak boleh minum minuman keras/mabuk-mabukan.
Tidak boleh minum/menelan obat-obat terlarang, misalnya pil Ectasy,Nipam,
Sabu-sabu dan lain sebagainya termasuk di dalamnya Narkotik atau Ganja.
Butir-butir Pengamalan Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa
menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 45 butir pengamalan sebagai
pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan
Tap MPR no. I/MPR/2003.
1. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
3. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
4. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaanya masing masing.
6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam
kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Setelah ketetapan
ini dicabut, tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-
benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.
Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk
sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya.
Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.
Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing -
masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya.
Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka
hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati
sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu
agama kepada orang lain. Tolenransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama
yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.
Penerapan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Berbangsa
Saat Ini
Menjelang berakhirnya abad ke 20, dunia telah diguncang oleh berbagai
peristiwa yang tak terduga terjadi dan membawa perubahan – perubahan sangat
drastis serta spektakuler, yang menjungkir balikkan berbagai pra anggapan yang
sudah berakar puluhan tahun. Paska perang dingin telah meruntuhkan raksasa Uni
Soviet menjadi Negara – Negara kecil. Kegagalan Negara – Negara komunis
mengembangkan pembangunan yang meningkatkan kesejahteraan rakyat telah
melumpuhkan konsep pembangunan berdasarkan ajaran komunis. Pola pembangunan
dengan perencanaan sentral, pola politik dengan kekuatan partai tunggal dan pola
kemasyarakatan yang terkontrol menderita keruntuhan untuk diganti dengan pola
baru.
Sejak reformasi, bangsa Indonesia sedang mengalami perubahan yang radikal.
Reformasi yang sebenarnya memiliki tujuan yang sangat mulia, ternyata telah
menghantarkan bangsa Indonesia pada dunia baru yang sama sekali berbeda dengan
sebelumnya, yaitu sangat terbuka dan liberal, ditengah suatu gelombang yang disebut
dengan globalisasi. Globalisasi tidak hanya berhasil mengubah selera dan gaya hidup
suatu masyarakat bangsa menjadi sama dengan bangsa lain, tetapi juga menyatukan
orientasi dan budaya menuju satu budaya dunia (world culture).
Salah satu dampak serius dari perubahan – perubahan tersebut adalah adanya
kecenderungan memudarnya nasionalisme bangsa Indonesia. Kecenderungan tersebut
timbul karena posisi nasionalisme bangsa Indonesia sedang berada dalam kisaran
tarik - menarik antara kekuatan arus perubahan global dengan kekuatan komitmen
kebangsaan dan ke Indonesiaan yang ingin dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
Bangsa dan Negara kesatuan RI bersama Bangsa – bangsa modern memasuki era
globalisasi yang semakin meningkat dinamikanya, sehingga dapat menggoda serta
melanda semua bangsa – bangsa, apalagi terhadap bangsa yang tidak teguh kesetiaan
dan integritas nasionalnya. Merupakan fenomena aktual bahwa globalisasi
sesungguhnya membawa misi liberalisasi dengan pesan – pesan visi dan misi HAM
serta demokrasi, kebebasan dan keterbukaan.
Dengan demikian nampak bahwa pada setiap perubahan dapat menghasilkan
kemajuan ataupun kemunduran, hal ini sangat di pengaruhi oleh kesiapan dan
kemampuan masyarakatnya dalam melakukan perubahan itu serta pada kemampuan
para pemimpinnya dalam mengelola perubahan itu dan memberi keteladanan agar
terjadi kemajuan yang harmonis. Karena bayak bukti empirik menunjukka bahwa
masyarakat yang paternalistik, akan lebih cepat melakukan dan mengikuti perubahan
serta kemajuan bila ada keteladanan dari para pemimpinnya.
Suatu aturan atau hukum yang sudah ditetapkan tentu mempunyai tujuan.
Dimana tujuan tersebut haruslah sesuai dengan kondisi yang tengah dialami dalam
kehidupan. Apalagi ini adalah ideology bangsa, identitas bangsa, , sudah barang tentu
dapat diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan tesebut dapat
berupa tindakan, sebagai berikut:
1. Membina Kerukunan Hidup Diantara Sesama Umat Beragama & Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia selain merupakan mahluk ciptaan
Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan
pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan
anggota masyarakat lainnya. Bangsa Indonesia yang beraneka agama,
menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan
ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara
pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi
beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesame pemeluk agama yang berbeda,
sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-
masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Tolenransi
beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan
ajaran agama lainnya.
2. Saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun
diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun
berbeda adat istiadat.
3. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya bersikap
merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara
langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar
agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.
4. Tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur
nilai moralitas bangsa Indonesia. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan
antar agama. kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar
dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu
agama entah agama mayoritas ataupun minoritas. Sesungguhnya tidak ada agama
yang salah dan mengajarkan permusuhan. Seandainya ada penyelewengan dalam
beragama, sesungguhnya itu merupakan penyalah tafsiran dari pihak tertentu saja.
Pancasila mengajarkan agar setiap manusia Indonesia percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan mereka masing – masing.
Pancasila Tidak mengajarkan untuk mencampuri urusan agama dan kepercayaan
masing – masing karena hubungan antara manusia dengan Tuhan telah diatur oleh
agama dan kepercayaaan tersebut.
Pancasila mengatur bagaimana hubungan antara manusia Indonesia denga
berbagai agama dan kepercayaannya itu hidup sejahtera, aman dan damai dalam
menjalankan tugas dan agama serata kepercayaannya masing – masing. Berarti yidak
ada yang salah mengenai upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal mengatur
hubungan antara pemerintah denga umat beragama dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Serta pemerintah juga mengatur hubungan antara umat agama dan
berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam lingkunganya masing – masing.
Sesungguhnya apabila pancasila dipahami, dihayati, dan diamalkan secara
jujur dan benar serta konsekuen oleh setiap anggota masyarakat, utamanya para
penyelenggara Negara dan para elit politik dalam melaksanakan gerakan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia masa depan yang dicita-citakan, maka pancasila dapat
menjadi perekat dan mengarahkan kekuatan kemajemukan bangsa untuk mencapai
tujuan yang besar dan mulia berupa tegaknya kedaulatan Negara untuk kepentingan
seluruh bangsa Indonesia. Disamping itu secara filosofis Pancasila dapat
dikembangkan menjadi sitem moral universal, yang dipayungi oleh sila pertama
ketuhanan yang maha esa, sebagai sumber nilai utama dan tertinggi dari sila - sila
yang lain dan kemudian diakhiri dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sebagai tujuan kemerdekaan. Pancasila tidak diragukan lagi adalah suatu
welt anschaung yang dahsyat bagi bangsa Indonesia.
Agama merupakan persoalan individu dan bukan persoalan negara. Syariat
Islam bisa dilaksanakan, tapi pada tingkat masyarakat, oleh para pemeluknya sendiri.
Inilah makna sekularisme sebagaimana dikatakan Talcott Parson: mengembalikan
agama kepada masyarakat dan bukan bersatu dengan kekuasaan negara . Kebebasan
beragama, dengan dalil tidak ada paksaan dalam agama, adalah prinsip yang sangat
penting dalam sekularisme dan harus dipahami makna dan konsekuensinya, baik oleh
negara maupun masyarakat.
Dari uraian tersebut jelas bahwa segala kegiatan Negara seperti merealisasi
tujuannya, melaksanakan keadilan, menjalankan kekuasaan dan sebagainya
seharusnya sesuai dengan hakekat sila pertama. Demikian pula organisasi apa saja
didalam masyarakat harus menunjang apa yang dilakukan pemerintah yang ingin
merealisasi nilai – nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan rakyat
Indonesia. Ketaatan dan ketakliman kepada Tuhan menunjukkan betapa agungnya
Tuhan sebagai Yang Ada dan mutlak.
NILAI DAN MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM SILA
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem nilai. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan
antara satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu
kesatuan yang sistematis.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila
berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan
kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada
dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani
(jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk
pribadi berdiri sendiri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran
sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik
terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya.
Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan
antara lain dalam kehidupan pemerintahan negara, politik, ekonomi, hukum, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan serta dalam kehidupan keagamaan. Oleh karena
itu, dalam kehidupan bersama dalam negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan
untuk saling menghargai sekalipun terdapat suatu perbedaan karena hal itu
merupakan suatu bawaan kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bersama.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini
mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan
dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan
negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas
kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial
maupun agama. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang
rasa, tidak semena-mena terhadap manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan (Darmodihardjo, 1996).
Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan martabat, hak, dan kewajiban
asasi warga negara, penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidak adilan dari
muka bumi. Harkat dan martabat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusian. Gemar melakukan kegiatan kemanusian. Berani membela kebenaran dan
keadilan hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa 2 lain.
Sumber hukum dari sila kedua adalah :
a. Pembukaan UUD 1945 alinea pertama
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Alinea keempat
............, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada .... kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Pasal 27, 28, 29, 30, dan 31 UUD 1945
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
BAB XII
PERTAHANAN NEGARA
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
BAB XIII
PENDIDIKAN
Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.
c. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila, memberikan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud
pengamalan sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.”
Butir-butir dari Sila Kemanusiaan yang adil dan Beradab
Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan
kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis
bagi pelaksanaan Pancasila, yaitu:
1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR No. I/MPR/2003 dengan 45
butir Pancasila. Berikut inilah butir-butir dari sila kedua:
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Maknanya adalah tidak ada perbedaan
di antara mereka dalam status derajat, hak dan kewajiban dengan sebab dien (agama).
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Pancasila mengajarkan
pemeluknya untuk mencintai orang-orang Nasrani, Budha, Hindu, Konghucu, kaum
sekuler, kaum liberal, para demokrat, para quburiyyun, para thaghut dan orang-orang
kafir lainnya.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Alasan Pentingnya Keberadaan Sila Kedua
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan pedoman
hidup bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin dalam
masyarakat yang heterogen (beraneka ragam). Pancasila kemudian menjadi jiwa dan
kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa
Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun
tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. Setiap sila
Pancasila mengandung nilai-nilai yang menjadi dasar norma dan aturan dalam
kehidupan sehari-hari dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Banyak
sekali nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab dan
harus kita terapkan, antara lain: Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Menyambut tantangan ke depan bangsa Indonesia dalam menghadapi era
globalisasi ekonomi, ancaman bahaya laten terorisme, komunisme dan
fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Disamping itu yang patut diwaspadai adalah pengelompokan suku bangsa di
Indonesia yang kini semakin kuat. Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh pengaruh
asing untuk dikotak kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh
pandangan terhadap ke Tuhanan Yang Maha Esa.
Pemahaman nasionalisme yang berkurang turut menjadikan sila kedua Pancasila
merupakan sesuatu yang amat penting untuk dikaji. Di saat negara membutuhkan
soliditas dan persatuan hingga sikap gotong royong, sebagian kecil masyarakat
terutama justru yang ada di perkotaan justru lebih mengutamakan kelompoknya,
golonganya bahkan negara lain dibandingkan kepentingan negaranya. Untuk itu
sebaiknya setiap komponen masyarakat saling berinterospeksi diri untuk dikemudian
bersatu bahu membahu membawa bangsa ini dari keterpurukan dan krisis
multidimensi.
Dari beberapa butir isi dari sila ke 2 Pancasila kita dapat merasakan adanya
degradasi (kemunduran) perilaku masyarakat Indonesia. Pada butir pertama kita
diharapkan dapat mengakui dan memperlakukan sesama sesuai dengan harkat
martabatnya sebagai mahluk Tuhan. Pada era sekarang ini hal ini tampak sangat sulit
sekali ditemui, banyaknya prilaku chaos di dalam masyarakat membuktikan bahwa
butir pertama ini sudah dilupakan. Sama seperti butir pertama, butir-butir dari sila ke
dua Pancasila sudah mulai tidak diperhatikan oleh masyarakat dalam kehidupan
bernegaranya.
Sebagai warga Negara kita memiliki kewajiban untuk hidup bernegara sesuai
dengan dasar-dasar Negara kita. Prilaku-prilaku yang menyimpang seperti adanya
sikap premanisme yang brutal seperti yang kita lihat dalam kejadian “Kasus sidang
Blowfish di daerah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan” menunjukkan bahwa perlunya
pendidikan kewarganegaraan bagi masyarakat baik itu di jenjang pendidikan formal
ataupun pendidikan berwarga Negara di dalam lingkungan masyarakat.
Implementasi Sila Kedua Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat
Pendidikan berwarga negara di jenjang pendidikan formal haruslah dilakukan
tidak hanya memberikan teori tetapi dengan praktek langsung. Karena teori
cenderung hanya dianggap angin lalu saja, praktek toleransi antara individu satu
dengan yang lainnya dapat memberikan gambaran langsung betapa pentingnya nilai-
nilai kemanusiaan itu. Praktek langsung dari sebuah teori kewarganegaraan dapat
dilakukan dalam interaksi sosial di dalam lingkungan pendidikan ataupun lingkungan
tempat tinggal, di dalam lingkungan pendidikan teori ini dapat dipraktikkan dengan
cara sikap dan prilaku dalam lingkungan pendidikan.
Pada era sekarang ini teramat sulit menemukan sikap penghargaan di lingkungan
pendidikan, anak didik saat ini terbiasa dengan penggolonggan-penggolongan
berdasarkan status sosial, ada si kaya dan ada si miskin. Sikap seperti itu menjadikan
toleransi antara sesama menjadi sangat menyedihkan. Adanya penghargaan (sopan
santun) dalam bertutur kata dan bersikap kepada orang lain diharapkan dapat menjadi
cermin langsung bahwa sikap toleransi itu menjadi suatu hal yang penting dewasa ini.
Bahwa penggolongan-penggolongan berdasarkan status sosial itu adalah hal yang
merusak sifat-sifat kemanusiaan.
Pendidikan berwarga Negara di dalam lingkungan masyarakat dapat dilakukan
dengan cara adanya lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang memberikan
penyuluhan tentang bagaimana cara hidup bernegara yang baik. Penyuluhan yang
dilakukan tidak hanya dengan cara formil (mengajarkan cara menjadi warga Negara
yang baik), tetapi dapat dengan cara-cara seperti gotong royong membersihkan
lingkungan, siskamling dan cara-cara lain yang dapat mengajarkan secara langsung
apa artinya tenggang rasa antara sesama manusia.
Latar Belakang terbentuknya Pancasila Sila ke tiga
Pada dasarnya manusia diciptakan berbagai macam suku, budaya, dan bangsa,
adalah satu kenyataan yang tidak bisa dibantah oleh siapapun juga. Termasuk bangsa
Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau-pulau yang terpisah oleh lautan luas,
sehingga terjadi beraneka macam keanekaragaman di Indonesia. Berdasarkan fakta
ini harus diakui adanya bangsa dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan demi
keadilan social, bangsa Indonesia harus menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
dalam keberagaman suku dan budaya yang kita miliki. Bung Karno sering
menegaskan bahwa Pancasila adalah satu-satunya alat pemersatu bangsa Indonesia,
terutama sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
Dalam fakta sejarah, selama 350 tahun Negara Indonesia dijajah dan
dieksploitasi segala sumber dayanya, sumber daya alam maupun sumber daya
manusianya. Perjuangan bangsa Indonesia yang dulu bersifat kedaerahan ternyata
tidak membuahkan hasil sama sekali. Bahkan menjadikan perpecahan antar bangsa di
Indonesia. Kemudian bangkitlah kesadaran bangsa Indonesia, terutama pemuda-
pemuda Indonesia untuk saling bersatu dan melawan penjajah bersama-sama.
Sehingga teraihlah kemerdekaan Indonesia yang dapat dinikmati hingga sekarang ini.
Melihat sejarah dalam mencapai kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari rasa
cinta tanah air dan persatuan bangsa, maka hal itulah yang menjadikan persatuan
Indonesia menjadi salah satu pondasi terkuat berdirinya bangsa Indonesia dan
landasan untuk bangsa Indonesia dalam menjalankan pemerintahan, memajukan
bangsa, dan menghadapi ancaman sekalipun. Keberagaman suku dan budaya di
Indonesia juga perlu disatukan oleh suatu landasan pemersatu yang kuat. Sehingga
dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia terdapat sila ketiga yaitu Persatuan
Indonesia.
Butir-Butir Pancasila sila ke-tiga
Butir-butir Pancasila sila ke tiga adalah sebagai berikut:
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah airIndonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Memajukan pergaulan
demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Makna Pancasila Sila Ke-Tiga
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang
bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta mendasari dan
dijiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan
bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan
budaya. Sehingga dapat disatukan memlalui sila ini berbeda-beda tetapi tetep satu
atau disebut dengan Bhineka Tunggal Ika.
Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara
ketimbang kepentingan golongan pribadi atau kelompok seperti partai. Hal yang
dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan
nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan
kepada rakyat Indonesia.
Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud memelihara
ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Persatuan Indonesia adalah satu untuk Indonesia walaupun keadaan
dimasyrakat sangat penuh perbedaan tetapi harus menjadi satu darah Indonesia dan
rela mengorbankan kepentingan golongan demi negara Indonesia. Walaupun sangat
kental dengan berbagai budaya yang berbeda tetap harus rukun menjaga kedamaian
Bhineka Tunggal Ika.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu
dan makhluk social. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara
elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan,
maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan adalah merupakan bawaan
kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk
Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri
dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka Bhineka Tunggal Ika.
Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi konnflik dan permusuhan
melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan
dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu, maupun
golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat
dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas individu,
golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk merealisasikan seluruh
potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.
Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap
warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum
(kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan warganya, serta
kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan
suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu terkandung nilai bahwa
bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang
bermoral Ketuhanan Ynag Maha Esa. Nasionalisme yang humanitik yang
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena
itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan
Negara termasuk dalam era reformasi dewasa ini. Proses reformasi tanpa
mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan, dan memegang teguh persatuan
dan kesatuan maka bukan tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi bangsa
Indonesia seperti halnya telah terbukti pada bangsa lain misalnya Yugoslavia,
Srilanka dan lain sebagainya.
Realisasi Pancasila Sila Ketiga dalam Bidang Pendidikan, Budaya, Ekonomi,
dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk kepribadian.
Penanaman kepribadian yang baik harus dilakukan sejak dini. Terutama penanaman
rasa cinta tanah air dan rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia.
Kepribadian yang baik para penerus bangsa akan menentukan nasib dan kemajuan
Indonesia di masa mendatang.
Nilai-nilai pancasila harus ditanamkan kuat pada generasi-generasi penerus
bangsa. Menurut Notonegoro (1973), perlu disusun sistem ilmiah berdasarkan
Pancasila tentang ajaran, teori, filsafat, praktek, pendidikan nasional, yang menjadi
dasar tunggal bagi penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional. Dengan
begitu diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan mudah. Tujuan
pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Rasa cinta tanah air dan persatuan yang tinggi akan memacu semangat belajar
para peserta didik. Dengan menanamkan rasa persatuan Indonesia pada peserta didik,
maka pikiran mereka tidak lagi berorientasi bahwa persaingan prestasi adalah untuk
menjadi yang lebih unggul dan menjatuhkan lawan. Namun lebih ke rasa cinta tanah
air yaitu bersaing menjadi yang terbaik untuk satu tujuan bersama. Menuntut ilmu
dengan saling bekerjasama dan bertukar pikiran antar pelajar guna menjadikan
Indonesia lebih baik dari sekarang. Karena pelajar merupakan benih-benih pejuang
bangsa, yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia di masa mendatang.
Penerapan Pancasila sila ketiga dalam bidang pendidikan bagi peserta didik
antara lain dengan diadakannya pertukaran pelajar antar sekolah di Indonesia,
diadakannya lomba-lomba antar sekolah, upacara bersama, perayaan hari ulang tahun
kemerdekaan bersama-sama. Dengan upaya penerapan persatuan tersebut maka
peserta didik akan mengenal sekolah lain di luar sekolahnya sendiri, sekolah satu dan
lainnya akan saling mengisi, serta memupuk rasa persatuan antar pelajar Indonesia.
Rasa persatuan dan kesatuan tidak hanya ditanamkan pada peserta didik saja,
namun bagi para pendidik rasa saling bersatu juga harus tertanam kuat. Guna bekerja
sama untuk menciptakan penerus bangsa yang unggul. Serta mempersiapkan
tombak-tombak bangsa yang akan berperang melawan persaingan dunia dan kecaman
jahat yang mengancam bangsa Indonesia di masa mendatang. Salah satu penerapan
persatuan di dunia pengajar adalah di bentuknya PGRI (Persatuan Guri Republik
Indoonesia).
Bidang Budaya
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005:
172).
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-
elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun
kelompok agama. Oleh karena perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia dan
juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya
negara adalah beranekaragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan
yang diliukiskan dalam Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukan untuk diruncingkan
menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan
bersama. Sehingga penanaman pengamalan persatuan Indonesia sangat berperan
penting dan harus ditanam pada setiap individu. Pembudayaan Pancasila tidak hanya
pada kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta
pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan
manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia (Kaelan, 1996:
193).
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun
golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat
dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas individu,
golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk merealisasikan seluruh
potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena itu tujuan
negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah
darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya)
mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulan dengan
bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kebinekaan yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan yang
kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat, yang berdiri tegak di atas moral
dan etika bangsa kita sesuai dengan keragaman budaya kita sendiri. Untuk menjaga
kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka berbagai hal yang mengancam
kebhinekaan mesti ditolak, pada saat yang sama segala sesuatu yang mengancam
moral kebhinekaan mesti diberantas. Karena kebhinekaan yang bermatabat di atas
moral bangsa yang kuat pastilah menjunjung eksistensi dan martabat manusia itu
sendiri.
Bidang Ekonomi
Ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar
individu dan sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk
memenuhi semua kebutuhanya. Tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana
orang lain tidak diharapkan ada atau turut campur. Ekonomi menurut pancasila
adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi
persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi
persaingan bebas yang mematikan (Kaelan, 1996: 193). Dengan demikian pelaku
ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan
bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar
dan menjanjikan.
Rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam kuat pada diri mereka sebagai
bangsa Indonesia akan menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air. Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia akan berjalan baik jika antar pelaku ekonomi saling bersatu dan
mendukung, karena tujuan mereka bukanlah menjadi penguasa ekonomi dan
menjatuhkan lawannya, namun bekerja sama bersama-sama guna kemajuan ekonomi
di Indonesia. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan
tidak saling menjatuhkan sehingga usaha-usaha kecil dapat berkembang dan
mendukung perekonomian Indonesia menjadi kuat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Iptek harus memenuhi etika ilmiah, yang paling berbahaya adalah yang
menyangkut hidup mati, orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan
hidup. Di samping itu Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila karena Iptek pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan
umat manusia. Nilai-nilai Pancasila sila ketiga bilamana dirinci dalam etika yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah sebagai berikut (T. Jacob,
1996: 195):
1. Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara seluruhnya.
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tenologi harus mendahulukan kepentingan
bangsa dan negara.
2. Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya.
3. Pentingnya individualitas dan kemanusiaan dalam catur darma ilmu pengetahuan,
yaitu penelitian, pengajaran, penerapan, dsan pengamalannya.
Persaingan IPTEK tidak untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Namun
penemuan – penemuan baru yang membantu kegiatan manusia dan mempermudah
pekerjaan manusia adalah untuk satu tujuan yakni guna kemajuan Negara Indonesia.
Makna dari Sila ke-4 Pancasila
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sudah mulai tergeser fungsi dan
kedudukannya pada zaman modern ini. Sebuah sila dari Pancasila yang hampir tidak
diterapkan lagi dalam demokratisasi di Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila berbunyi
”kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksnaan dalam perwusyawaratan
perwkilan.
Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah
Negara berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi
Negara Indonesia. Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi
Negara Indonesia adalah mutlak pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
Berkat sifat persatuan dan kesatuan dari Pancasila, sila ke-empat mengandung
pula sila-sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang
berke-Tuhanan Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila ke-empat pancasila yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki makna :
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
Bermusyawarah sampai mencapai consensus ataukatamufakat diliputidengan
semangat kekeluargaan.
Sila ke-empat yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara
bahasa membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara
demokrasi. Dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan
mempunyai nilai filosofis yang diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan
bermasyarakat. Tidak hanya itu, secara lahiriyah sila ini menjadi banyak acuan dari
setiap langkah pemerintah dalam menjalankan setiap tindakan pemerintah.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri.
Maksudnya adalah bagaimana konsep demokrasi yang bercerita bahwasannya, setiap
apapun langkah yang diambil pemerintah harus ada kaitannya atau unsur dari, oleh
dan untuk rakyat. Disini, rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi. Itulah yang
seharusnya terangkat ke permukaan sehingga menjadi realita yang membangun
bangsa.
Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang dibahas sebagai berikut :
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang
dimaksud adalah melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang
tergabung dalam pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.
2. Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu
diadakan tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan
keputusan secara bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya
keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa
penentu demokrasi yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai
hasil kebikjasanaan. Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
didalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu harus merupakan
suatu nilai yang ditempatkan lebih dahulu.
3. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
konsekuensi adanya kejujuran bersama. Perbedaan secara umum demokrasi di barat
dan di Indonesia yaitu terletak pada permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan
agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.
Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila
pengambilan keputusan secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru
diadakan pemungutan suara. Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang
diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak. Jika demokrasi
diartikan sebagai kekuatan, maka dari pengamatan sejarah bahwa kekuatan itu
memang di Indonesia berada pada tangan rakyat atau masyarakat. Pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda saja, di desa-desa kekuasaan ditentukan oleh kebulatan
kepentingan rakyat, misalnya pemilihan kepala desa. Musyawarah yang ada di desa-
desa merupakan satu lembaga untuk menjalankan kehendak bersama. Bentuk
musyawarah itu bermacam-macam, misalnya pepatah Minangkabau yang
mengatakan : “Bulat air karena pembunuh, bulat kata karena mufakat”.
Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang
mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin
yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang
bersifat fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang
berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada
pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara
demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasaprofesional dilakukan melalui
tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila keempat menunjuk
pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang
profesional-dewasa melalui sistem musyawarah (government by discussion).)
Nilai-nilai dan butir-butir yang terkandung dalam sila ke-4 dari Pancasila
Pada hakekatnya sila ke 4 ini didasari oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Persatuan Indonesia, dan mendasari serta
menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.Demokrasi pancasila
menyerukan pembuatan keputusan melalui musyawarah mencapai mufakat. Ini
adalah demokrasi yang menghidupkan prinsip-prinsip Pancasila.
Hal ini mengimplikasikan bahwa hak demokrasi harus selalu diiringi dengan
sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Besar menurut
keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan ke
atas harkat dan martabat manusia, serta memperhatikan penguatan dan pelestarian
kesatuan nasional menuju keadilan sosial.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan harkat dan
martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat adalah merupakan subjek
pendukung pokok negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu
rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara
mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang
terkandung dalam sila keempat adalah :
1. Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti Indonesia
menganut demokrasi.
2. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh itikad
baik sesuai dengan hati nurani.
3. Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu hal,
berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat.
4. Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil
bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui badan perwakilan
rakyat.
5. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
6. Menjujung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
7. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
8. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan
adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
9. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
suku maupun agama.
10. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
11. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan
beradab.
12. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar
tercapainya tujuan bersama.
Butir-butir sila ke-4 dalam Pancasila:
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Implementasi dari sila ke-4 dalam Pancasila
Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan
Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia. Hak demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah kesadaran bertanggung
jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan beragama masing-masing,
dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan, serta menjunjung tinggi persatuan. Adapun
pelaksanaan /implementasi dari penerapan sila ke-4 dari pancasila adalah;
1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil
keputusan musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam
musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan
keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama.
8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan.
Penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4
Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah semakin tergeser
dari fungsi dan kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini sebelumnya sudah
dianut oleh Amerika yang notabene adalah sebuah Negara adidaya dan bukan lagi
termasuk negara berkembang, pun di Amerika sendiri yang sudah berabad- abad
menganut demokrasi masih dalam proses demokratisasi. Artinya sistem demokrasi
Amerika serikat sedang dalam proses dan masih memakan waktu yang cukup lama
untuk menjadi Negara yang benar- benar demokratis. Namun jika dibandingkan
Indonesia, demokratisasi di Amerika sudah lebih menghasilkan banyak kemajuan
bagi negaranya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa Indonesia terhadap
landasan/dasar Negara dan hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika bangsa
Indonesia mampu melaksanakan apa yang telah diwariskan para pahlawan kita
terdahulu.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4
adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam
hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam
sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada
pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya
mereka adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk
mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas, tetapi dari
kuantitas.
8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan
bersama atau masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan
mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.
Nilai Dasar Sila Ke-5
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara
hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan. Dalam sila ke-5
tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam
hidup bersama. Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai keadilan yang harus
terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial).
Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakekat keadilan manusia yaitu
keadilandalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia
lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia
dengan Tuhannya.
Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama
adalah meliputi:
1. Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama. Keadilan
distributif sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya,
dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan
membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam
hidup bersama yang didasrkan atas hak dan kewajiban.
2. Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam
masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara. Plato berpendapat bahwa
keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang
membuat dan menjadi kesatuannya.
Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat
dasarnya paling cocok baginya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan
untuk yang lainnya disebut keadilan legal.
3. Keadilan Komulatif
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal
balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asan
pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung
ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan
pertalian dalam masyarakat.
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus
diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu
mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan
wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan
tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama bangsa di dunia dan
prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar
bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa,
perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan bersama).
Kelebihan dan Kekurangan Sila Ke-5
a. Kelebihan Sila Ke-5
Pada umumnya nilai pancasila digali oleh nilai nilai luhur nenek moyang bangsa
Indonesia termasuk nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Karena digali
oleh nilai nilai luhur bangsa Indonesia pancasila mempunyai kekhasan dan kelebihan.
Dengan sila ke-5 ( keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesi), manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam hal ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil
sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak
orang lain.
b. Kekurangan Sila Ke-5
Sila ke-5 berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial
berarti keadaan yang seimbang dalam suatu masyarakat. Namun ternyata dalam
kenyataannya sila ke-5 masih memiliki banyak kekurangan. Perwujudan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia setelah 65 tahun merdeka masih belum
maksimal dan merupakan sila yang diabaikan oleh penyelenggara Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari saat kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai dengan saat ini.
Ini ditandai dengan saat ini adanya kurang lebih 100 juta rakyat Indonesia
(menurut data Bank Dunia) berada dibawah garis kemiskinan atau kurang lebih 40 %
dari bangsa Indonesia.
Dilihat dari strata sosial bangsa Indonesia setelah kemerdekaan tidak
mengalami perubahan, strata tersebut antara lain:
1. Strata Sosial Utama:
Diduduki oleh kaum pemodal yang dengan kebijakan ekonomi liberal,
dimulai masa orde baru sampai dengan saat ini, telah berhasil mengumpulkan
kekayaan yang luar biasa dan mengendalikan perekomomian Indonesia yang
sebetulnya sebagai penjajah model baru melalui dominasi modal dan ekonomi.
Ironisnya yang berada distrata ini mayoritas adalah keturunan Cina yang
berada di Indonesia. Sangat sedikit para pemodal bangsa Indonesia asli yang punya
kedekatan dengan para pengambil keputusan dan para penyelenggara negara.
2. Strata Sosial Kedua:
Kalangan birokrat penyelenggara negara yang dengan penyakit KKN yang
akut dari masa orde baru sampai dengan saat ini telah mampu menyejahterakan diri
mereka sendiri melebihi masyarakat biasa yang sebetulnya tidak beranjak dari fungsi
strata sosial pada masa Belanda (pada saat itu sebagai birokrat yang dipakai untuk
penyelenggara administrasi negara bagi kepentingan Belanda).
3. Strata Sosial Ketiga:
Para pekerja profesional yang bisa mempunyai pendapatan yang memadai
untuk kesejahteraannya berkat kemampuannya mengikuti pendidikan tinggi dialam
kemerdekaan ini ataupun berusaha mendapat keahlian dengan usahanya sendiri.
Kalangan ini adalah kaum profesional seperti: dokter, akuntan, lawyer, engineer,
konsultan, direktur, manager, dll. yang pada hakekatnya bekerja untuk mendapatkan
penghasilan apakah secara “independent” ataupun bekerja pada perusahaan-
perusahaan milik pemodal pada strata sosial pertama. Dalam katagori ini juga para
pengusaha kelas menengah.
4. Strata Sosial Keempat:
Tetap tidak berajak dari masa penjajahan Belanda dulu yang menikmati paling
sedikit kesejahteraan dialam kemerdekaan ini adalah: petani, buruh, pekerja
rendahan, nelayan, saat ini malahan ditambah dengan kaum migran yang memadati
daerah kumuh kota-kota besar di Indonesia akibat daya dukung kehidupan yang
makin menurun di pedesaan dan terpaksa melarikan diri ke kota tanpa modal
pendidikan dan keahlian apa-apa. Termasuk katagori ini adalah para pengusaha kecil,
pedagang kaki lima dan mereka yang bergelut pada sektor informal lainnya.
Secara garis besar sila ke-5 mengalami masalah atau kekurangan dalam bidang
perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial yang tidak merata. Untuk contoh
konkrit berdasarkan pasal-pasal yang terkait dengan masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pasal 33 UUD 1945, tentang kesejahteraan sosial, dimana di ayat 3 disebutkan bahwa
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berarti seharusnya rakyat
Indonesia dapat menggunakan air secara gratis dan merata tapi ternyata sudah rakyat
harus bayar dan tidak merata terbukti banyak terjadi kekeringan dan kekurangan air
didaerah-daerah terpencil contoh NTB. Mereka harus membuat sumber air sendiri
hingga hal tersebut dijadikan sebagai iklan salah satu perusahaan air minum.
Kemudian kelangkaan minyak dan bahan bakar (bensin) padahal Indonesia kaya akan
segala macam kekayaan alam. Tetapi realitanya bangsa Indonesia harus antri dan
membayar mahal untuk mendapatkan kebutuhan tersebut.
2. Pada Pasal 31 UUD 1945 tentang Pendidikan, juga belum terlaksana dengan baik.
Biaya sekolah setiap tahun semakin meningkat, beasiswa juga disalurkan tidak merata
kadang malah salah orang, dan pendidikan pun mengenal kata diskriminasi karena
penduduk kota saja yang dapat merasakan pendidikan dengan baik sedangkan daerah
– daerah tertentu yang sulit dijangkau oleh manusia apalagi teknologi tidak dapat,
merasakan pendidikan itu dengan baik.
Mental pengajarnya pun kini tidak lagi bermoral, terbukti banyaknya kasus
pencabulan dan kekerasan dalam proses belajar mengajar.
Aplikasi Sila Ke-5 dalam Kehidupan
Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur berbahagia untuk
semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penghisapan, bahagia material dan
bahagia spritual, lahir dan batin. Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus
memberi kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri
serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain dan dirinya. Sosial berarti tidak
mementingkan diri sendiri saja, tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak
individualistik dan egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama. Sebenarnya
istilah gotong royong yang berarti bekerja sama dan membagi hasil karya bersama
tepat sekali untuk menerangkan apa arti Keadilan Sosial. Manusia terdiri atas jasmani
dan rohani dan demikian pula terdiri atas sifatnya sebagai individu dan makhluk
sosial. Pada hakekatnya manusia menginginkan agar unsur-unsur tersebut dapat
mendapat perlakuan yang baik, agar ia dapat berfungsi sebagai makhluk manusia.
Adalah tidak mungkin jika orang hanya mementingkan diri pribadi tanpa
memperhatikan kepentingan masyarakat sama sekali. Sebaliknya karena orang hidup
di dalam masyarakat juga tidak dapat melupakan kepentingan sendiri. Bangsa
Indonesia dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan
berlaku adil terhadap sesama.
Berdasarkan pengamalan nilai Pancasila khususnya sila ke-5 maka seharusnya
aplikasi sila ke-5 dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Kelima sila diatas sudah seharusnya melekat dalam benak kita, dimana disekitar kita
banyak ditemukan pula penyimpangan dari kelima sila di atas, seperti ketidak
bebasan untuk memilih agama yang dianut, partai yang dipilih, perampasan hak untuk
hidup, perpecahan sesama umat manusia (SARA) dan kejahatan-kejahatan disana sini
dengan tidak mengindahkan Pancasila sebagai dasar falsafah Negara. Jika Pancasila
di laksanakan, diyakini dan diikuti maka keamanan dan kedamaian sesama manusia
akan tercapai.
Sumber:
http://bakhrul-25-rizky.blogspot.com/2012/03/analisis-pancasila-sila-pertama.html
http://bakhrul-25-rizky.blogspot.com/2012/03/analisis-pancasila-sila-kedua.html
http://bakhrul-25-rizky.blogspot.com/2012/03/analisis-pancasila-sila-ketiga.html
http://bakhrul-25-rizky.blogspot.com/2012/03/analisis-pancasila-sila-keempat.html
http://rohimamulyati.blogspot.com/2011/04/nilai-nilai-dasar-sila-ke-5.html