Post on 02-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Diare adalah (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris =
diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau
cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam , Diare kebanyakan
disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria.
Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien
yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama
satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan
dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa penanganan cepat dan tepat.
1.2.Rumusan Masalah
1. Seberapa jauh tingkat pengetahuan ibu kecamatan bangko tentang penyakit
diare?
2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk lebih
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare?
3. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat kecamatan Bangko tentang penyakit diare?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum : mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit
diare dan alternatif pemecahan masalahnya.
2. Tujuan Khusus : mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang
penyakit diare dan alternatif pemecahan masalahnya. Mampu menganalisa
penyebab masalah berdasarkan metode pendekatan sistem.
3. Manfaat Penulisan : Penulisan laporan ini dilakukan untuk membantu
pelaksanaan upaya kesehatan Puskesmas, terutama di Puskesmas
Bagansiapiapi.
GAMBARAN UMUM WILAYAH PUSKESMAS BAGANSIAPIAPI
2.1 Geografi
Puskesmas Bagansiapiapi adalah salah satu Puskesmas di kabupaten Rokan Hilir
yang keberadaannya menjadi ujung tombak pemerintah di 14 desa wilayah kecamatan
bangko dan wilayah sekitarnya. Dilihat dari letaknya yang berada di pertengahan kota
dan dekat dengan pulau seberang Puskesmas bagansiapiapi bisa dikatakan sebagai
jendela kabupaten Rokan Hilir di bidang kesehatan. Wilayah kerja Puskesmas
bagansiapiapi yang meliputi 14 desa yaitu 475,26 Ha. Wilayah Kerja Puskesmas
Bagansiapiapi di sebelah timur berbatasan dengan kota Dumai, di sebelah barat
dengan Kecamatan Pekaitan, di sebelah utara dengan kecamatan Sinaboi dan di
sebelah selatan dengan kecamatan Batu Hampar. Secara administratif wilayah kerja
Puskesmas Bagansiapiapi terbagi dalam 14 desa dengan 4 Kelurahan. Selengkapnya
data geografis dapat dilihat pada Tabel 2.1
TABEL 2.1
Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi
Variabel Geografis Besaran Angka
Luas Wilayah 475,26 Ha
Jumlah Desa 14 desa
Jumlah Kelurahan 4 dusun
Jumlah RW 62 RW
Jumlah RT 200 RT
Jumlah Musim 2 musim (Kemarau dan Penghujan)
Curah Hujan 215 mm
Suhu 28 – 350C
Jenis Tanah Rawa
Ketinggian dari laut 2 m
Sumber : Kecamatan Bangko Dalam Angka Tahun 2013
2.2 Demografi
Data demografi penduduk diambil dari hasil pendataan tahun 2013 yang secara
rutin dilaksanakan setiap tahun. Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi adalah 72.649 jiwa. Berdasarkan data dari
program KIA Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012 terdapat1163 kelahiran. 2
diantaranya lahir mati.
Tabel 2.2
Data Kependudukan Tahun 2013
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi
No Variabel KependudukanBesaran
Angka
Keterangan /
Indikator
Kependudukan
Rokan Hilir Riau
1 Jumlah Penduduk (jiwa) 72.649
Laki-laki 37.405
Perempuan 35.244
2 Jumlah KK 17.210
Sumber : Pendataan Keluarga Kecamatan Bangko Tahun 2013
Jumlah penduduk menjadi sasaran dalam perencanaan maupun pelaksanaan
program-program bidang kesehatan.
2.3 Sosial Budaya
Kehidupan sosial di wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi masih terjaga cukup
baik. Hal ini terbukti dengan masih eksis dan aktifnya kelompok – kelompok sosial di
masyarakat seperti Posyandu, PKK, Kelompok Tani, dan lain-lain. Eksistensi sebuah
kelompok sosial tersebut pastilah diperlukan pengorbanan baik waktu dan tenaga
serta kadang-kadang biaya serta mampu bekerjasama dalam kelompok. Hal ini tidak
terlepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial. Di wilayah kerja Puskesmas
Bagansiapiapi kelompok sosial yang berkaitan dengan kesehatan masih belum merata
di setiap desa hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dan kesadaran
masyarakat setempat, seperti : Posyandu dan Kelompok Usila. Data mengenai
kelompok sosial dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3
Kelompok Sosial Berkaitan Kesehatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012
No Kelompok Jumlah Keterangan
1 Posyandu Balita 56
2 Posyandu Usila 3
3 Poskesdes 2
4 Polindes 3
5 Desa Siaga 17
Sumber : Program Promkes Bagansiapiapi Tahun 2012
Luas lahan di Wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi terdiri dari kebun, tegal,
pekarangan (termasuk untuk rumah tinggal) dan pesawahan. Luasnya area kebun dan
tegal tersebut menjadikan sebagian penduduk mencari penghasilan dengan berkebun.
Jenis ternak yang terdapat di wilayah ini yaitu kambing dan sebagian ayam dan
sebagian ternak Babi. Telah menjadi budaya masyarakat sejak dulu bahwa
penempatan kandang ternak biasanya di bagian belakang rumah menyatu dengan
rumah atau terpisah dari rumah. Hal ini dipandang merugikan dari perilaku hidup
bersih dan sehat sehingga perlu pemikiran yang arif dari berbagai pihak yang terkait.
Adapun jenis-jenis sumber air yang terdapat di wilayah ini dapat dilihat pada
tabel 2.4
Tabel 2.4
Jenis-Jenis Sumber Air
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012
No Jenis Sumber Air Jumlah
1 Ledeng 0
2 SPT 9
3 PAH ( Penampungan Air Hujan) 12.720
4 SGL (sumur gali) 0
Sumber : Program KesLing Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012
2.4 Musim Dan Pola Penyakit
Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi mempunyai 2 musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Penyakit yang berkaitan dengan musim yaitu DBD yang biasanya
akan muncul pada awal musim penghujan. Pada tahun 2012, wilayah Puskesmas
Bagansiapiapi belum terbebas dari wabah DBD dan Malaria, Hal ini dikarenakan
masih banyak air yang tergenang di sekitar rumah yang mengakibatkan tingginya
angka kejadian Malaria.
Penyakit lain yang sering muncul dan frekuensinya berfluktuasi setiap bulannya
seperti diare, ISPA dan TB Paru.
2.5 Indikator Pembangunan Kesehatan Tahun 2012
Tabel 2.5
Indikator Pembangunan Kesehatan Tahun 2012
Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012
No Jenis Pelayanan Indikator SPMPelaksanaan
Tahun 2012
1 A. Penyelenggaraan Yankesdas
1. Yankes Bumil & Bayi
Lahir
- 80% Bumil terlayani
K-4
- 80% Neonatal terlayani
KN-2
- 80 % Persalinan oleh
Nakes
86,7 %
89,2%
85,6%
2. Yankes Bayi & Anak
Prasekolah
- 75% Bayi dilayani
DTKB oleh Nakes 4
kali per tahun
- 75% Anak Balita
DTKB 2 kali per tahun
19%
87%
3. Yankes Anak Usia
Sekolah
- 100% Murid SD &
Setingkat SD diperiksa
kesehatan umum &
gigi 1 kali per tahun
- 80% Anak SD &
setingkat SD
memperoleh PMT
100%
4. Yankes Usia Subur - 70% Peserta aktif KB
dilayani
48,5%
5. Yankes Usia Lanjut - 25% Usia Lanjut (>60 126%
th) mendapat Yankes
6. Pelayanan Imunisasi - 80% Bayi telah
menerima imunisasi
dasar lengkap
86,33%
7. Yankes Indera - 20% Penderita Katarak
pada keluarga miskin
dioperasi
- 10% Penderita
kelainan refraksi murid
SD & setingkat SD
pada Gakin dikoreksi
0%
0%
8. Yankes Jiwa Masyarakat - 10% Gangguan Jiwa
yang dideteksi di
sarkes dilayani
0,86%
9. Pelayanan Pengobatan &
Perawatan Kesmas
- 15% Penduduk
memperoleh Pelayanan
rawat jalan di Sarkes
- 15% Penduduk
memperoleh pelayanan
rawat inap yang prima
- 40% Keluarga rawan
dari:
a. Bayi/Balita dengan
gizi buruk
b. Keluarga ada yang
menderita penyakit
khusus (TBC,
Anemia, KEK).
44%
0%
100%
c. Bumil risti 2,4%
B. Penyelenggara Yan Rujukan
Yankes Rujukan - Tersedianya 4 Yan
Spesialis dasar :
- Kebidanan, Bedah,
Penyakit dalam &
anak
- Hunian Ranap 70%
- Tersedia Yan UGD
& Penanggulangan
Bencana
100%
0%
0%
C. Penyelenggaraan Pelayanan
Penunjang Kesehatan
- Pelayanan Laboratorium
Klinik & Kes. Masyarakat
- Tersedianya lab
dengan kemampuan
pelayanan pemeriksaan
lab klinik sederhana
100%
2 A. Penyuluhan perilaku sehat - 60% Desa sehat strata
III & IV
100%
- 70% Penduduk
berperilaku sehat
B. Promkes utk pemberdayaan
dlm Upaya Kesehatan
- 15% Posyandu Mandiri 0%
- 50% Posyandu Madya 91%
- Organisasi
kemasyarakatan
tercakup program
promkes
100%
3 A. Penyelenggaraan
Epidemiologi &
Penanggulangan KLB
- 100% Desa KLB
dilakukan Penyelidikan
Epidemiologi
- 100% Kasus
ditanggulangi
B. Pencegahan &
Pemberantasan Penyakit
- 85% kesembuhan/
Cure rate penderita TB
Paru (BTA +)
90%
- 50% Penurunan
Jumlah kasus malaria
2168/jumlh pnddk
- < 1% Prevalensi kusta
per 10.000 penduduk
100%
- 85% Penemuan
Pneumonia Balita
0%
- 10% Prevalensi Sifilis
& Gonore
121/jmlh pnddk
- 50% Penurunan jumlah
kasus DBD
Dari 0 ke 1
- 50% Penurunan jumlah
kasus diare
Dari 2626 ke 2266
4 A. Pengawasan kualitas
lingkungan
- 50% TTU memenuhi
standar
68%
- 50% Tempat
Pengolahan Makanan
memenuhi syarat.
67%
- 50% Keluarga
menghuni rumah sehat
17%
B. Pengendalian vektor - 70% sediaan air bebas 11%
jentik
5 Penyediaan obat untuk Yankesda - 100% kesesuaian jenis
obat sesuai standar
Yankesdas
90%
- 75% Ketersediaan
jumlah obat sesuai
standar Yankesdas
90%
6 Pelayanan pencegahan &
penanggulangan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya
- 15% sarana yankes
umum melaks. Upaya
Tidak ada data
-
B Pemberian suplemen gizi - 100% balita mendapat
vit. A setahun 2 kali
100%
- 80% ibu hamil
mendapat 90 tablet Fe
75%
- 100% wanita usia
subur & murid SD/MI
di daerah endemik
mendapat kapsul
yodium
0%
C Pelayanan Gizi - 100% Pemberian MP-
ASI pada bayi kurang
dari KK miskin
100%
- 100% Balita gizi buruk
mendapat perawatan
sesuai standar
100%
D Penyuluhan Gizi Seimbang - 40% Ibu menyusui
tercakup program
50%
penyuluhan ASI
Eksklusif
- 60% RT mendapat
program penyuluhan
garam
0%
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Di wilayah Puskesmas Bagansiapiapi pada tahun 2012 terdapat 2 kematian
neonatus, terdapat 1 kematian bayi maupun ibu bersalin dari 1161 persalinan yang
terjadi. Apabila dibandingkan dengan standar nasional maka hasil tersebut sudah
cukup baik. Hasil capaian tersebut memperlihatkan kinerja tenaga kesehatan dalam
program AMP dapat dinilai berhasil. Keberhasilan kinerja nakes dalam menekan hal
tersebut dicapai lewat beberapa program yang dijalankan seperti kunjungan neonates
(K1/K4), pertemuan trikomponen rutin setiap bulan dan program lainnya.
Morbiditas (Angka Kesakitan)
Berikut ini adalah 10 besar penyakit yang terdapat di Puskesmas Bagansiapiapi
selama tahun 2011 :
Tabel 10 Besar Penyakit
Di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011
No Jenis PenyakitJumlah
KasusPresentase
1 ISPA 10.807 39%
2 Infeksi kulit 4.753 17%
3 Diare 2.266 8%
4 Malaria 2.168 8%
5 Asma 1.857 7%
6 Gangguan jaringan Lunak
(Reumatik)
1.692 6%
7 Dyspepsia 1.316 5%
8 Hipertensi 1.226 5%
9 Penyakit mata 1.021 4%
10 Diabetes Mellitus 431 1%
JUMLAH 27.537 100%
Sumber : SP2TP Puskesmas Bagansiapiapi, 2011
Apabila diamati dari keadaan 10 besar penyakit yang terdapat di wilayah
Puskesmas Bagansiapiapi maka persentase 5 besar penyakit masih didominasi oleh
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan parasit. Hal ini menandakan bahwa
faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam penyebaran penyakit ini sehingga kita
perlu memutuskan rantai penularannya dan memperbaiki higiene sanitasi perorangan
dan lingkungan untuk menurunkan angka kesakitan.
3.4 Status Gizi
Masalah gizi di masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kompleksnya masalah tersebut sehingga
diperlukan keterpaduan program dalam penanggulangannya. Adapun masalah gizi di
masyarakat yang selalu diamati dan menjadi indikator keberhasilan program gizi di
masyarakat adalah :
a. Status gizi balita pada masalah KEP dan Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk
Kurang Energi Kronis Wanita Usia Subur (KEK – WUS).
b. Kadar Hemoglobin dalam darah (<1 mg) pada masalah AGB.
c. Serum Vitamin A pada masalah KVA.
d. Grade pada palpasi gondok dan tiroid stimulating hormone (TSH) Tes T3 – T4
pada darah dan urine ekskresion index (UEI) pada masalah GAKY.
Adapun hasil pendataan masalah gizi di wilayah Puskesmas Patuk 1 Tahun 2011
dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Cakupan Pemantauan Status Gizi
Di Wilayah l'uskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011
Indikator
Gizi
Standar
Nasional
Standar
Kabupaten
Capaian
Bangko
2012
Gizi Buruk <5% <1% 0,2%
Gizi Kurang <20% <20% 0,8%
Gizi Baik >80% >78% 99%
Gizi Lebih <3 % 1% 0%
KEK – WUS 20%
Anemi Bumil <30%
Anemi Balita <35%
Sumber : Petugas Gizi, 2011
Berdasar hasil pendataan tersebut dapat dilihat pada Tahun 201 Balita gizi
buruk prosentasenya turun dibanding tahun 2010 hal ini menunjukkan hal baik.
sedangkan balita gizi kurang prosentasenya naik dari 2011 ke 2012, maka dari itu
perlu peningkatan pemantauan dan perbaikan gizi. Balita gizi baik prosentasenya naik
dari tahun 2011, hal itu menunjukkan peningkatan pemantauan status gizi, sedangkan
gizi lebih prosentasenya menurun dari tahun 2011, hal ini menunjukkan bahwa
masalah gizi tidak hanya bisa ditangani oleh sektor kesehatan tetapi melibatkan lintas
sektor misalnya PKK, Pertanian, tokoh masyarakat dan sektor lainnya.
SITUASI UPAYA KESEHATAN
4.1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
1. Upaya Kesehatan Ibu
a. Kunjungan 1bu Hamil
Kunjungan kepada ibu hamil (K1 dan K4) adalah salah satu upaya
untuk mengurangi masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Cakupan K1 dan
K4 menjadi salah satu indikator keberhasilan sehingga program tersebut
diharapkan selalu terpantau. Adapun hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 4.1
Tabel 4.1
Cakupan K 1 & K4
Di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012
IndikatorStandar
Nasional
Standar
Kabupaten
Capaian
Bagansiapiapi
Kunjungan Ibu hamil
(K1)
95% 89,4%
Kunjungan Ibu hamil
(K4)
95% 86,7%
Persalinan oleh Nakes 90% 85,6%
Sumber : PWS KIA 2012
Berdasarkan hasil pendataan tersebut maka dapat dilihat bahwa capaian K1,
K4 belum dapat memenuhi capaian yang ditargetkan oleh kabupaten. K1 belum
memenuhi capaian yang ditargetkan karena jumlah ibu hamil riil lebih sedikit
dibanding proyeksi. hal itu disebabkan K1 belum terlaporkan diwilayah kerja
Puskesmas Bagansiapiapi. Sedangkan K4 belum memenuhi capaian dapat disebabkan
beberapa faktor. Salah satu faktor adalah ibu hamil sudah terlanjur melahirkan
sebelum datang untuk kunjungan jadwal K4 berikutnya. Kunjungan K4 tidak
dilaporkan, kurangnya kesadaran dan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan
kehamilannya terutama trimester III dikarenakan paritas sudah banyak.
b. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan sudah memenuhi target yang diinginkan oleh
kabupaten. Keberhasilan tersebut ditunjang oleh kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pertolongan persalinan oleh nakes disamping itu kesadaran dukun bayi
untuk selalu melaporkan kejadian persalinan dan menjadi pendamping persalinan.
2. Upaya Kesehatan Anak
a. Pelayanan Kesehatan Neonatus, Bayi dan Balita
Sasaran pelayanan kesehatan anak diantaranya adalah neonatus
(umur 0-28 hari). bayi (0-12 bulan). Balita dan anak prasekolah.
Pelayanan dilaksanakan melalui kegiatan preventif, promotif dan kuratif.
Hasil kegiatan upaya pelayanan kesehatan anak ditampilkan dalam tabel
berikut 4.2 :
Tabel 4.2
Cakupan Program Kesehatan Anak
Di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011
Cakupan KIA 2011
Kunjungan neonates I ( K N I ) 99%
Kunjungan Neonatus 3 kali ( K N lengkap) 99%
Bayi diberi ASI eksklusif 50
Sumber data : PWS KIA, 2011
b. Pelayanan Anak Usia Sekolah (SD/MI)
Skrining atau penjaringan kesehatan untuk siswa sekolah dasar dan
sederajat sebagai sasaran utama adalah siswa kelas 1 SD/MI. Cakupan
penjaringan kesehatan pada murid SD kelas 1 di wilayah kerja Puskesmas
Bagansiapiapi pada tahun 2011 sebesar 100%.
Kegiatan skrining disekolah bisa dilaksanakan dengan kegiatan
UKGS (Upaya Kesehatan Gigi Sekolah) maupun BIAS (Bulan Imunisasi
Anak Sekolah).
4.2 Imunisasi
Program imunisasi yang dilakukan yaitu imunisasi dasar yang meliputi imunisasi
BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Cakupan Imunisasi pada tahun 2012
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.3
Cakupan Imunisasi
di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011
No Jenis Imunisasi Jumlah
Sasaran
Jumlah Yg
Diimunisasi
Presentase
1 BCG 1360 1266 93,1%
2 DPT 1 + HB 1 1360 1273 93,6%
3 DPT 3 + HB 3 1360 1233 90,7%
4 POLIO 3 1360 1241 91,3%
5 CAMPAK 1360 1216 89,4%
6 HEPATITIS 0 hari 1360
JUMLAH IMUNISASI
LENGKAP100%
Sumber : Program Imunisasi Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011
Berdasarkan data di atas maka target capaian imunisasi lengkap sudah terpenuhi.
Hal ini disebabkan oleh petugas & instansi swasta secara teratur melaporkan hasil
imunisasi kepada petugas Puskesmas dan yang menjadi nilai tambah dari program
imunisasi adalah seluruh desa sudah UCI/United Child lmunitation ini berarti 100%
bayi diwilayah desa tersebut sudah imunisasi lengkap.
4.3 Pemberantasan Penyakit
1. Pemberantasan Penyakit Menular
a. DBD & Malaria
Penyakit Malaria sudah 5 tahun terakhir ini menjadi penyakit
langganan (wabah) di wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi.
Kemunculan penyakit ini dikarenakan lingkungan tempat tinggal warga
masih sangat banyak rawa-rawa, serta masih kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang terjadinya penyakit malaria. Jadi penduduk mendapat
penyakit malaria dari wilayahnya sendiri.
DBD juga menjadi salah satu penyakit yang menjadi langganan
wilayah ini (endemis). kasus DBD di wilayah Puskesmas Bagansiapiapi
pada tahun 2011 terdapat 17 penderita di wilayah kecamatan Bangko dan
dapat diatasi salah satunya dengan penggerakan kepada kader dan
masyarakat agar semakin sadar akan PHBS dan pentingnya kesehatan
lingkungan yang mendukung di wilayahnya karena penyakit ini
merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Penyebab masalah
Penyakit DBD adalah lingkungan kurang sehat dimana masih ada jentik
nyamuk khususnya tempat penampungan air dan rawa-rawa. Dari
lingkungan Puskesmas perlu meningkatkan pemberantasan sarang nyamuk
dengan abatisasi, fogging serta penyuluhan rutin.
b. Diare
Diare adalah penyakit yang berkaitan erat dengan higiene perorang
lingkungan. Definisi Diare adalah BAB dengan frekuensi meningkat lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dengan kosistensi tinja cair atau lembek
berlangsung kurang dari 1 minggu.
Adapun penyebab penyakit Diare antara oleh kuman, keracunan
makanan atau minuman dan kekebalan tubuh yang terganggu serta
penyerapan makanan yang tidak sempurna.
Gejala dan tanda-tanda terserang penyakit Diare antara lain: BAB
encer lebih dari 3 kali, Mual, Muntah, Demam, Agak gelisah, rasa haus,
kencing berkurang, mata cekung dan pada bayi ubun-ubun cekung.
Penularan :
1. Air atau makanan yang tercemar oleh kotoran
2. BAB tidak dijamban
3. Penyiapan dari penyimpanan makanan yang tidak bersih
Cara pencegahan terhadap penyakit Diare antara lain:
1. Menjaga kebersihan
2. Buang air besar di jamban
3. Mencuci tangan setelah dari jamban, sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas sehari-hari menggunakan sabun dan dibilas dibawah air
mengalir.
4. Memasak air dan makanan matang disimpan ditempat yang bersih dan
tertutup
5. Pemisahan kolam penyerapan septitank dengan sumber air 10 meter
6. Pemberian ASI eksklusif 6 bulan dilanjutkan 2 tahun
c. ISPA
Yang termasuk ISPA adalah penyakit yang dalam ICD X mempunyai
kode J00. J06. J22 dan didalamnya termasuk tonsilitis, infeksi saluran,
pernafasan bagian atas, penyakit lain saluran pernafasan bagian atas dan
pneumonia.
Definisi ISPA adalah Suatu penyakit infeksi disebabkan virus/
bakteri yang menyerang saluran pernafasan yang dapat berlangsung
selama 2-7 hari.
Adapun penyebab penyakit Diare antara lain: virus yaitu golongan
miksovirus (virus influenza, virus para influenza dan virus campak).
bakteri yaitu streptokokus, hemolititus, stafilokokus, pneumokokus.
Gejala dan tanda-tanda terserang penyakit ISPA antara lain: Batuk,
pilek, serak, nyeri tenggorokan, demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi
Penularan :
1. Melalui udara yaitu tertulari oleh penderita batuk
2. Imunisasi tidak lengkap kurang gizi atau berat badan kurang
3. Tinggal di lingkungan yang tidak sehat
Cara pencegahan terhadap penyakit Diare antara lain:
1. Kebersihan lingkungan rumah, usahakan ruangan memiliki udara
bersih dan ventilasi cukup.
2. Lakukan imunisasi lengkap
3. Tetap memberikan ASI
4. Hindarkan dari debu seperti asap rokok, asap obat nyamuk, asap
kendaraan bermotor.
d. TB Paru
Penemuan TB Paru di Puskesmas Bagansiapiapi dibedakan menjadi 2
yaitu TB dengan konfirmasi bakteriologi dan histologis (kasus suspek)
dan TB dengan konfirmasi bakteriologi dan histologis (BTA +). Adapun
suspek TB pada tahun 2011 berjumlah ….. penderita dan yang BTA +
berjumlah 87 penderita.
e. Penyakit HIV
Apabila penyakit kelamin diarahkan pada tersangka HIV maka di
Puskesmas Bagansiapiapi pada tahun 2011 tidak ditemukan penyandang
HIV AIDS, infeksi menular seksual lainnya 121 kasus.
2. Penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular banyak diderita oleh penduduk golongan usia
lansia. Penyakit tidak menular pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas
Bagansiapiapi diantaranya : Hipertensi Primer, Diabetes Mellitus, Gastritis,
Asma, Rheumatoid Arthritis, gangguan sendi/Athralgia, dan gangguan lain
pada jaringan otot. Penyakit tidak menular lain yang harus diwaspadai
adalah : Gangguan jiwa.
4.4 Sanitasi Dasar dan Pembinaan Kesehatan lingkungan
1. Sanitasi Dasar
Sanitasi berkaitan dengan kepemilikan jambankeluarga maupun
penggunaan tempat sampah maupun penggunaan air bersih.
Tabel 4.4
Kepemilikan Sarana Kesehatan Lingkungan
di Wilayah Patuk 1 Tahun 2011
No Jenis
Hasil
%KK
Diperiksa
KK yang
memiliki
1 Persediaan air bersih 12.729 12.729 100%
2 Jamban 3.240 2.112 65%
3 Tempat Sampah 66.5%
4 Pengelolaan Air Limbah 36.5%
Sumber : Program KesLing Puskesmas Bagansiapiapi, 2011
2. Pembinaan Kesehatan Lingkungan
Situasi kesehatan lingkungan di Bagansiapiapi berdasar data yang
diperoleh dari petugas KesLing disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Kwalitas Lingkungan
di Wilayah Bagansiapiapi Tahun 2011
No JenisHasil
%Diperiksa yang sehat
1 Rumah Sehat 4302 731 17%
2 Restoran 12 10 83%
3 Hotel 7 7 100%
4 Pasar Sehat 4 2 50%
5 Rumah Ibadah 48 3 65.51%
6 Sarana pendidikan 66 55 85%
Sumber : Program KesLing Puskesmas Bagansiapiapi, 2011
4.5 Perbaikan Gizi Masyarakat
Program perbaikan gizi diarahkan pada bayi, balita dan ibu karena merupakan
kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan. Program perbaikan gizi meliputi
pemberian vitamin A, Fe dan kapsul lodium. Adapun data selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Cakupan Pemberian Vit.A, Fe & lodium
di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011
No Intervensi Target
Kabupaten
2010 2011
1 Distribusi Vit. A
Balita 100% 100% 96.83%
Ibu Nifas 90% 100% 88.49%
2 Bumil dpt Fe
Fe 1 90% 100% 100%
Fe 2 90% 100% 100%
3 Cakupan desa dg garam
beryodium baik
80% 83.33% 97.24%
JUMLAH
Sumber : Program Gizi Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat distribusi Vit.A mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya, Bumil dpt Fe dan cakupan desa dengan garam beryodium
baik sudah bisa mencapai target yang dianjurkan oleh kabupaten. Hal ini
menunjukkan kinerja petugas gizi sudah cukup baik dan perlu ditingkatkan.
4.6 Pelayanan Kefarmasian Dan alat Kesehatan
Upaya pengobatan sebagai pelayanan penunjang kesehatan didalamnya terdapat
pelayanan kefarmasian yang meliputi permintaan, pengadaan, penyimpanan,
pemakaian dan distribusi obat.
4.7 Akses Dan Mutu Pelayanan Pengobatan/ Perawatan Kesehatan
1. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan
Pelayanan pengobatan/perawatan kesehatan adalah pilar pokok
penunjang keberhasilan dalam pelayanan kesehatan tidak terkecuali di
Puskesmas. Kegiatan pelayanan pengobatan di Puskesmas dilaksanakan
melalui kegiatan rawat jalan yang dilakukan di dalam gedung maupun luar
gedung. Faktor keberhasilan yang lain adalah rasio SUM terhadap beban kerja
dan jumlah kunjungan.
a. Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas
Kunjungan rawat jalan Puskesmas meliputi kunjungan rawat jalan di
Puskesmas, pelayanan di posyandu balita dan usila. Pasien yang berkunjung
ke Puskesmas meliputi pasien Jamkesda dan jamkesmas.
Tabel 4.7
Kunjungan Pasien Rawat Jalan
di Puskesmas Patuk 1 Tahun 2011
BLN JUMLAH PASIEN JAMKESMAS JAMKESDA
1 2.215 569 300
2 1.346 362 184
3 1.949 506 215
4 1.328 354 182
5 1.811 405 292
6 1.334 320 208
7 1.336 327 197
8 1.531 422 219
9 1.807 416 240
10 1.242 288 173
11 1.833 420 221
12 1.856 364 205
JML 19.588 4.753 2.636
Sumber : Bendahara Penerima Rawat Jalan Puskesmas Bagansiapiapi Tahun
2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
1. Definisi
Menurut Notoatmodjo 2007, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu
dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; Pengetahuan adalah informasi atau
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi
tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang
secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang
terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya.
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman
baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi
masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut.
2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Nasution (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang antara lain :
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial yang baik akan mendukung tingginya pengetahuan
seseorang. Bila ekonomi baik, pendidikan tinggi, maka tingkat
pengetahuan akan tinggi juga.
b. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang
karena informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidak dengan budaya
yang ada atau agama yang dianut.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah ia
menerima hal baru dan akan mudah meneyesuaikan dengan hal baru
tersebut.
d. Pengalaman
Dalam hal ini pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan.
Individu dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki pengalaman yang
luas. Semakin tua umur seseorang, pengalamannya pun semakin banyak.
3. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup di dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan , menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dsb.
b. Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada keadaan sebenarnya (kehidupan nyata). Dalam hal ini,
aplikasi diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau kondisi yang lain.
d. Analisis (analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keselurahan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakuakn justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria – kriteriia yang sudah ada.
Diare
1. Definisi
Pengertian diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut
menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau
bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap
kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila
diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan
(Soegijanto, 2002).
Penyebab diare
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus
sehingga menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat
ditimbulkan oleh :
a. Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie
b. Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
c. Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
d. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
e. Keracunan makanan dan minuman
f. Gangguan gizi
g. Pengaruh enzyme tertentu
h. Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu
( Depkes RI, 2007):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada
balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang
diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh
kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau
sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering
menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-
kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut
beresiko terinfeksi diare.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa
jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak
berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Faktor perilaku penyebab diare di daerah Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang :
a. masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan
penyakit diare,
b. membiarkan anak bermain di sungai,
c. tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan,
d. mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan
sewaktu tangan tampak kotor,
e. masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di
sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang
biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan
f. membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang
rumah.
C. Penularan DiarePenularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :
1) Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2) Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus
ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3) Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air
dengan benar.
4) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5) Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar
atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi
perabotan dan alat-alat yang dipegang.
D. Gejala dan Akibat diare
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat
kelompok yaitu :
1) Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari
(umumnya kurang dari tujuh hari),
2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari
secara terus menerus,
4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau
penyakit lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan:
(1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
(2) Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat
diare dengan atau tanpa disertai muntah,
(3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah.
D.1 Gejala Diare
a. bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b. tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c. warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d. anusnya lecet
e. gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f. muntah sebelum atau sesudah diare
g. hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h. dehidrasi (kekurangan cairan)
D.2 Akibat Diare
a) Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh.
Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih
disebabkan bayi atau anak kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan
karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui
muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak
orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa
dalam diare. Namun, akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan
cairan tidak harus banyak baru menyebabkan kematian. Kehilangan cairan
tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan jiwa.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang
hilang 5%. Jika cairan yang hilang sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat.
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung
bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah,
kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
b) Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran
zat gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan
menjadi kronis. Pada kondisi ini obat-obatan yang diberikan tidak serta
merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan orangtua, cara
penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak, dan perubahan
makanan mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare.
Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau
anak-anak, dalam waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika
diare dapat disembuhkan tetapi sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat
badan anak terus merosot. Akibatnya, anak akan kekurangan gizi yang
menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya.
E. pencegahan diare Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu :
a. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari
makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar
terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si
kecil.
b. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air
minum hingga mendidih
c. Sanitas air yang bersih
d. Kebersihan perorangan
e. Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga
setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja
melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan
kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan
sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
f. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
g. Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering
dengan yang basah
h. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
i. Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan sekitar
Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
- menyediakan makanan yang higienis
- mencuci tangan dengan sabun
- menutup makanan
- memasak air sampai mendidih
2. - dll
F. Pengobatan diare
Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
a. Kemoterapi
b. Obstipansia
c. Spasmolitik
d. Probiotik
Sebelum diberikan obat yang tepat mak pertolongan pertama pengobatan
diare ialah mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan
(dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat
mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi :
- Haus
- Mulut dan bibir kering
- Kulit menjadi keriput (kehilangan turgor)
- Berkurangnya air kemih
- Berat badan menurun dan
- gelisah
pertolongan yang pertama dilakukan adalah pemberian oralit yaitu
campuran dari :
- NaCl 3,5 gram
- KCl 1,5 gram
- NaHCO3 2,5 gram
- Glukosa 20 gram
Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain :
Larutan NaCl 0,9 % (normal saline)
Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)
Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis
penyebab diare melalui pemeriksaan yang teliti.
1) Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit
digunakan obat golongan sulfonamide tau antibiotic
2) Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu
dengan cara :
Menekan peristaltic usus (loperamid)
Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau
racun penyebab diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)
Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka
3) Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada
diare (atropin sulfat)
Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB)
merupakan probiotik yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat
mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB dpat
menghasilkan asam laktat yang mneybabkan pH usus menjadi asam,
suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini
dapat membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah
diare.
Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia,
pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling
lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat
menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa penanganan
cepat dan tepat.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.
2. Kerangka Konsep
Pengetahuan tentang penyakit Malaria Gejala awal Malaria dan
Pencegahan penyakit malaria
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Bagansiapiapi, kecamatan
Bangko, Kabupaten Rokan Hilir.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 06 Mei 2013 – 11 Mei 2013
4. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah Masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Bagansiapiapi
5. Sampel Penelitian
1) Masyarakat wilayah kerja Puskesmas bagansiapiapi
2) Masyarakat wilayah kerja Puskesmas bagansiapiapi yang datang
berobat ke Puskesmas bagansiapiapi 30 orang.
3) Bersedia menjadi sampel penelitian 30 orang
6. Instrumen Penelitian
1) Kuesioner tentang Diare
2) Alat tulis
7. Langkah – langkah Pelaksanaan Penelitian
1) Tahap Persiapan
a. Melakukan rapid assesment untuk menentukan prioritas masalah
yang terjadi di kecamatan Bangko
b. Menentukan metode penelitian
2) Tahap Pelaksanaan
Melakukan pengumpulan data melalui pengisian kuesioner terhadap
40 responden masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi
3) Tahap Akhir
a. Memasukkan data
b. Analisis data
8. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Dengan menggunakan data primer , yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari subjek penelitian melalui pengisian kuesioner.
9. Manajemen dan Analisis Data
Manajemen dan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu :
a. Pengumpulan data
Data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner terhadap Masyarakat
wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi yang berobat ke Puskesmas
Bagansiapiapi.
b. Input dan Pengolahan Data
Setelah data terkumpul lengkap, kemudian dilakukan pengolahan data
secara manual yaitu dengan mengolah jawaban kuesioner dari para
responden.
c. Analisis data
Dilakukan analisa dengan mendeskripsikan tingkat pengetahuan
responden
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertanyaan ke-1, Apakah ibu mengetahui tentang penyakit diare?
Sebanyak 22 responden (73,3%) yang mengetahui tentang diare), sisanya 8
responden (26,7%) yang tidak mengetahui diare.
Pertanyaan ke-2, Menurut ibu, bagaimanakah penyakit diare itu ? yang
menjawab Diare BAB cair sebanyak 10 orang (33,33%), yang menjawab
BAB cair lebih dari 3 kali sebanyak 20 orang (66,67%)dan yang tidak tahu 0
(0%)
Pertanyaan ke-3, Menurut ibu, Menurut ibu, bagaimana pencegahan
diare? Sebanyak 7 responden (23,3%) menjawab “ makan makanan yang
bersih”, 16 responden (53,4%) menjawab “cuci tangan sebelum makan” , 7
responden (23,3%) menjawab “Tidak tahu”.
Pertanyaan ke-4, “Apa pertama kali di kasih ibu pada balita yang kena diare?
Sebanyak 26 responden ( 86,7%) menjawab “memberi oralit”, 4 responden
(13,3%) menjawab “makanan lunak”.
Pertanyaan ke-5, “Menurut ibu, manakah yang merupakan minuman
pengganti oralit menurut ibu?” Kenalkan makanan pendamping ASI dalam
bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lunak. Sebanyak 6
responden (20%) menjawab “air putih”, dan 24 responden (80%) menjawab
“air garam ”
Pertanyaan ke-6, “Menurut ibu, Menurut ibu, makanan apa yang di
beri pada anak penyebab diare?” Kenalkan makanan pendamping ASI dalam
bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lunak, sebanyak 3 kali
sehari. Sebanyak 25 responden (83,4%) menjawab “bubur”, 5 responden
(16,6%) menjawab “nasi”, .
Pertanyaan ke-7, “Menurut ibu, mengapa bayi perlu diberi makanan
tambahan?” 2 responden (6,7%) menjawab “kurang gizi”, 28 responden
(93,3%) menjawab “kurang bersih”
Pertanyaan ke-8, “Menurut ibu, apa pengaruhnya terhadap diare kalau
gk di obati? 4 responden (13,3%) menjawab “demam”, 26 responden (86,7%)
menjawab “dehidrasi”.
Pertanyaan ke-9, “Menurut ibu, apakah diare bisa menyebabkan
kematian??” (13,3%) menjawab “ya”, 16 responden (53,4%) menjawab “tidak”.
Pertanyaan ke-10, “Menurut pengetahuan ibu, apakah bayi anda perlu
diberi susu tambahan selain asi sewaktu diare??” Sebanyak 24 responden
(80%) menjawab “ya, perlu”, dan 6 orang (20%)
Kuesioner
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare di wilayah Puskemas
Bagan Api-Api
1. Apakah ibu mengetahui tentang penyakit diare?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Menurut ibu bagaimanakah penyakit diare itu?
a. BAB cair
b. BAB cairr lebih dari sekali
c. Tidak tahu
3. Menurut ibu, bagaimana pencegahan diare?
a. Cuci tangan sebelum makan
b. Makan makanan yg bersih
c. Tidak tahu
4. Apa pertama kali di kasih ibu pada balita yang kena diare?
a. Makanan lunak
b. oralit
c. tidak tahu
5. Menurut ibu, manakah yang merupakan minuman pengganti oralit menurut
ibu?
a. Air garam
b. Air putih
c. Tidak tahu
6. Menurut ibu, makanan apa yang di beri pada anak penyebab diare?
a. bubur
b. nasi
c. tidak tahu
7. Menurut ibu, kenapa anak kenak diare?
a. Kurang gizi
b. Kurang bersih
c. Tidak tahu
8. Menurut ibu, apa pengaruhnya terhadap diare kalau gk di obati?
a. dehidrasi
b. demam
9. Menurut ibu, apakah diare bisa menyebabkan kematian?
a. Ya
b. Tidak
10 Menurut pengetahuan ibu, apakah bayi anda perlu diberi susu tambahan selain
asi sewaktu diare?
a. Tidak perlu
b. perlu
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih
dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan
menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-
tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari .
Faktor perilaku penyebab diare di daerah bagan api kab rokan hilir :
a. masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan
penyakit diare,
b. membiarkan anak bermain di sungai,
c. tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan,
d. mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan
sewaktu tangan tampak kotor,
e. masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di
sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang
biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan
f. membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong
belakang rumah.
Diare adalah (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea)
adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang
biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam , Diare kebanyakan disebabkan oleh
beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria.