Post on 02-Mar-2019
TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA TERHADAP PELAKU
PERJOKIAN PEMBUATAN KARYA ILMIAH DI PERGURUAN TINGGI
MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Agnes Fitryantica
NIM: 11140450000057
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/2018
i
TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA TERHADAP PELAKU
PERJOKIAN PEMBUATAN KARYA ILMIAH DI PERGURUAN TINGGI
MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Agnes Fitryantica
NIM: 11140450000057
Pembimbing
Nur Rohim Yunus, LLM
NIP. 19790416 201101 1004
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/2018
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Tinjauan Yuridis Tindak Pidana terhadap Pelaku Perjokian
Pembuatan Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi Menurut Hukum Positif dan
Hukum Islam. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 29 Maret 2018 Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Hukum (S.H) pada
Program Studi Kepidanaan Islam.
Jakarta, 29 Maret 2018
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A
NIP. 196912161996031001
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Ketua : Dr. H. M. Nurul Irfan M.Ag
NIP. 19730802200312 1 001 (..............................)
Sekretaris : Nurrohim Yunus, LLM
NIP. 19790416 201101 1004 (..............................)
Pembimbing : Nurrohim Yunus, LLM
NIP. 19790416 201101 1004 (..............................)
Penguji I : Mara Sutan Rambe, S.H., MH. (..............................)
NIP.-
Penguji II : Ishar Helmi, S.H., M.H. (...............................)
NIP.-
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang alin, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Maret 2018 M
9 Rajab 1439 H
Agnes Fitryantica
iv
ABSTRAK
Agnes Fitryantica, Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pelaku Perjokian
Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam.
Program Studi Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penjatuhan sanksi pidana kepada pelaku pelanggaran yang dihasilkan oleh
joki karya ilmiah ini merupakan, kategori penipuan karena didalamnya terdapat
unsur menguntungkan diri sendiri dan adanya unsur merugikan orang lain dimana
dalam KUHP tentang Penipuan Pasal 378. Dan KUHP Pasal 263 Pemalsuan serta
Undang-undang Hak Cipta yang diatur pada Undang-undang No. 28 Tahun 2014
atas perubahan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 salah satunya terkait
ketentuan pidana di dalam Hak Cipta, terkait adanya kasus namun perjokian
karya ilmiah sebagai pelakunya yaitu mahasiswa tingkat akhir disini telah
melanggar Hak Cipta orang lain sebagai hak kepunyaan atas dirinya yang dimana
hak eksklusif dalam diri manusia tidaklah bisa dipindahtangankan.
Temuan penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa hukuman perjokian
karya ilmiah bagi pelaku perjokian karya ilmiah dalam hal ini mahasiswa sebagai
aktor akademis yang melanggar pelanggaran kode etik pendidikan disini telah
terjadi bahwa adanya kejahatan intelektual. Dalam kajian teori islam bahwasannya
akad yang digunakan didalam perjokian ilmiah ini adalah akad ijarah dan
bahwasannya akad ijarah ini menimbulkan mafsadat dan diharamkan maka dari
itu, hukum pidana islam yang mengatur mengenai perjokian ini dihukum Ta’zir.
Karna termasuk kedalam kategori Ta’zir jenis pelanggaran.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif berupa kajian pustaka (library research) yaitu kajian yang memakai
bahan pustaka atau menggunakan kepustakaan menjadi sumber data. Didalam
penelitian ini pendekatan yang digunakan sebagai pisau analisis yaitu pendekatan
teori hukum pidana, Undang-Undang, dan Teori Hukum Islam.
Kata Kunci : Pelaku Perjokian Karya Ilmiah, Mahasiswa, Hak Cipta, Kode Etik
Perguruan Tinggi.
Pembimbing : Nur Rohim Yunus, LLM
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan
Semesta Alam yang telah menciptakan manusia beserta hukum-hukumnya,
dengan rahmat dan hidayah-Nya dan dengan segala pertolongan-Nya penulis
dapat menyelesaikan penelitian dalam bentuk skripsi ini. Shalawat beserta salam
penulis sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta para pengikut-pengikutnya.
Skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pelaku
Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi menurut Hukum Positif dan
Hukum Islam”. Temuan ilmiah skripsi ini menunjukan bahwa kasus perjokian
sudah sering maraknya di kalangan pendidikan tetapi belum ada penanganan
secara intens yang dilakukan oleh pihak akademis karena pembuktian nya yang
sulit. Disini penulis menemukan penerapan sanksi pidana bagi pelaku perjokian
karya ilmiah di Perguruan Tinggi.
Keberadaan skripsi ini dapat terselesaikan dengan berbagai kontribusi
positif dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan perhatian, dukungan, kontribusi pemikiran
dan pandangan pada saat pelepasan KKN 2017 terkait skripsi ini di Rektorat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
yang telah memberikan dukungan, perhatian, informasi-informasi terkait
penelitian ini.
3. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag, ketua Program Studi Hukum Pidana
Islam, yang telah memberikan dukungan, perhatian, kontribusi pemikiran,
catatan kritis dan saran atas draft proposal skripsi pada saat seminar proposal
skripsi ini.
vi
4. Bapak Nur Rohim Yunus, LL.M. Sekretaris Program Studi Hukum Pidana
Islam dan juga selaku Dosen pembimbing Skripsi saya, yang telah
meemberikan dukungan, perhatian khususnya untuk seluruh mahasiswa
Hukum Pidana Islam agar selalu pro aktif baik pada perkuliah hingga
melakukan penelitian skripsi ini, serta catata kritis-kontruktif, arahan,
motivasi dan kontribusi-kontribusi lainnya, dalam skripsi ini.
5. Bapak Muhammad Ishar Helmi, S.H, M.H dan Kak Erwin yang bertugas
sebagai Asisten Dekan Fakultas Syariah dan Hukum dan juga yang ikut
memberikan motivasi saya, dalam penyusunan skripsi tersebut.
6. Kedua orang tua penulis yang Mulia, bapak Sukoco dan ibu Sukarti yang
telah melahirkan saya yang memberikan motivasi lahir dan batin, dan juga
adek saya Faris Ananda Tica Prakoso.
7. Sahabat-sahabat HPI 2014 yang menemani saya dalam perkuliahan selama 8
semester, yaitu: Yeni Septiyani, Zahrati Fadhilah Taufiq, Nurma Oktaviani,
Syahra Huzniyyah, Sita Sarah Aisyiyah.
8. Sahabat-sahabat Double Degree yang memberikan saya motivasi dalam
perkuliahan dua jurusan yaitu: Yusri Wahyuni, Fahmi Hanif Winanto, Eka
Kurnia Maulida, Banani Bahrul, Mella Rosydiana, Legina, Rendi Hartanto,
Zaki.
9. Spesial buat sahabat yang selalu mengerti dan mengingatkan saya dalam
penyusunan skripsi yaitu Karina Ayu Utami, Yusri Wahyuni dan Lalu Rizal
Putraji serta Muhammad Rizal.
10. Sahabat-sahabat kosan nan damai, Faizah Amaliah, Dewi Lestari, Rina
Hasfiatul Istiqomah, yang telah memberikan saya motivasi dalam penulisa
skripsi di kosan.
11. Sahabat sahabat rekan-rekan gontor nekad traveller, Euis Daratista, Jihan
Ardiyansyah, Muhammad Athfan, dan Muhammad Farhan. Yang menemani
dan membuat saya tertawa dalam sehari-sehari.
12. Rekan-rekan KKN Penyemarak, yang memberikan motivasi saya dalam
berjuang yaitu, Rudi Saputra, Harka, Nureza, Widad Inayati, dan Yeti.
vii
13. Segenap pihak yang memberikan kontribusi positif dalam bentuk apapun.
Baik langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun materiil kepada
penulis, yang karena keterbatasan yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Atas segala jasa dan bantuan dari semua pihak, penulis ucapkan banyak
terima kasih, semoga bentuk kontribusi mereka menjadi amal kebaikan di sisi
Allah SWT. Penulis berharap, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi segenap pihak. Amin Ya Rabbal Alamin.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi masih terdapat kekurangan.
Untuk itu, saran dan kritikan yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan
oleh penulis. Atas saran dan kritikan tersebut, Penulis ucapkan terima kasih.
Jakarta, 26 Maret 2018 M
9 Rajab 1939 M
Penulis
Agnes Fitryantica
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. i
PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ....................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Review Kajian Terdahulu ........................................................ 6
F. Metode Penelitian .................................................................... 8
G. Tehnik penulisan ..................................................................... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP PEMIDANAAN
PELAKU PERJOKIAN KARYA ILMIAH
A. Teori Penipuan dalam Hukum Pidana ...................................... 13
1. Pengertian Penipuan ........................................................... 13
2. Unsur-unsur Tindak Pidana Penipuan ................................ 14
B. Teori Pemalsuan dalam Hukum Pidana .................................. 17
1. Pengertian Pemalsuan ......................................................... 17
2. Klasifikasi dalam Pemalsuan .............................................. 17
C. Teori Hak Cipta dalam Hukum Pidana .................................... 19
1. Tinjauan Umum tentang Hak Cipta .................................... 19
2. Macam-macam Karya Intelektual yang mendapatkan
Perlindungan Hak Cipta ...................................................... 21
3. Hak-hak yang terdapat di dalam Hak Cipta ........................ 22
ix
4. Pelanggaran dan Ketentuan Pidana di dalam Undang-undang
Hak Cipta ............................................................................ 23
5. Sanksi Tindak Pidana Hak Cipta ........................................ 24
BAB III ASPEK HUKUM DAN PENGARUH PERJOKIAN KARYA
ILMIAH
A. Fenomena perjokian karya ilmiah di Perguruan Tinggi .......... 29
1. Faktor Lingkungan Sosial dan Kesibukan di Luar Kampus 33
2. Fakor Latar Belakang Ekonomi .......................................... 34
3. Faktor Kemampuan Akademis dan Pragmatisme ............... 34
B. Bentuk-bentuk Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi .. 39
C. Mekanisme Perjokian karya ilmiah di Perguruan Tinggi ........ 41
BAB IV TINDAK PIDANA PERJOKIAN KARYA TULIS ILMIAH
AKADEMIS SERTA PENANGGULANGAN MENURUT
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM.
A. Sanksi Pidana Pelaku Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan
Tinggi Perspektif Hukum Positif ............................................. 44
1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana ............................... 44
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta ............................................................... .. ..45
3. Sanksi Pidana Pelaku Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan
Tinggi Perspektif Hukum Islam ......................................... 47
B. Pencegahan dan Penanggulangan Joki karya tulis ilmiah ....... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 60
B. Rekomendasi ........................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencapaian paling tinggi sebagai mahasiswa yang mengambil studi S1
yaitu dapat menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah yaitu skripsi mengenai
bidang kajian ilmu yang diambilnya. Pernyataan tersebut berdasarkan
keputusan Kemendiknas mengeluarkan surat edaran bernomor 152/E/T/2012
kepada seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia baik Negeri maupun Swasta
yang berisikan kewajiban menulis Karya Ilmiah yang dimuat dalam jurnal
ilmiah sebagai suatu syarat kelulusan mahasiswa S1, S2 dan S3. Skripsi itu
adalah karangan ilmiah yang akan tetapi dalam penyelesaian skripsi tersebut
ternyata ditemui berbagai kecurangan seperti Perjokian1 dalam pembuatan
skripsi tersebut.2
Permasalahan mulai muncul ketika mahasiswa merasa tidak cukup
mampu untuk menyelesaikan tugas penulisan skripsi. inilah yang membuat
beberapa pihak memanfaatkan kesempatan untuk sekedar membuka jasa
pengetikan ataupun melayani pengolahan data. Selain itu muncul juga jasa
pembuatan skripsi yang semakin bertebaran dan mudah untuk ditemui. Jika
dahulu mungkin dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, dan informasi di
sebarkan dari mulut ke mulut, maka saat ini jasa penulisan skripsi dengan
mudah diakses oleh mahasiswa melalui internet. Hanya dengan memasukkan
kata kunci “konsultasi skripsi” dengan mesin pencari, hasilnya adalah 23.400
file pada www.yahoo.com, 90.300 file pada www.google.com. Bahkan para
penyedia jasa pembuatan skripsi tidak segan untuk menempel iklan di
beberapa tempat misalnya dinding atau pohon di sekitar kampus. Jasa seperti
1 KBBI, orang yang mengerjakan ujian untuk orang lain dng menyamar sbg peserta ujian
yg sebenarnya dan menerima imbalan uang: risiko pd penyelenggaraan ujian masuk ke perguruan
tinggi negeri ialah munculnya -- pd ujian tsb; dalam hal ini apabila Joki di Pendidikan Tinggi
berarti orang yang menyamar atau orang yang mebuatkan karya Ilmiah akhir atau skripsi dengan
perjanjian memberikan upah atau imbalan jasa. Dengan hal ini sesuatu yang menjadi hak karya
ilmiah hasil dirinya sendiri untuk diberikan hak kepada orang lain. 2 Makita Cindiana, “Perjokian Skripsi dikalangan Mahasiswa di Pacitan” dalam Jurnal
Online Sosiologi Fisip Unair KOMUNITAS, Vol. IV, No. 2, Juli 2015, h. 1.
2
ini seolah-olah dilegalkan, karena tidak pernah terdengar ada yang biro jasa
skripsi yang dimejahijaukan. Fenomena joki skripsi hadir karena adanya
permintaan dan penawaran. Sistem yang dibangun dunia pendidikan ternyata
memuat kekuatan-kekuatan pasar yang terbilang anomin.3
Di Indonesia, Beberapa tahun belakangan ini, kasus pelaku yang
menggunakan Joki muncul dalam media nasional. Contoh kasus adalah oleh
guru besar Universitas Tirtayasa pada bulan Februari 2010, kasus
menggunakan Joki yang terjadi di Universitas Riau yang melibatkan seorang
guru besar dan dekan dari Fakultas Ilmu Pendidikan, kasus yang dilakukan
oleh tiga dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada bulan Maret
2012. Kemudian kasus masa kini, Direktur jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umroh Kemenag Anggito Abimanyu mengundurkan diri dari jabatan
dosen di UGM. Sikap kesatria itu dilakukan menyusul tuduhan menggunakan
Joki yang dilakukan Anggito terhadap artikelnya “Gagasan Asuransi
Bencana” yang terbit di harian Kompas, 10 Februari 2014. Tulisan ini
memiliki kesamaan dengan artikel Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan
berjudul “Mengagas Asuransi bencana”.4
Kejadian tersebut tidak hanya merugikan pencipta makalah sebagai
pemilik hak cipta tulisan, namun juga merugikan lingkungan akademik
karena dapat dianggap kurang teliti dalam menguji tulisan sehingga dapat
menurunkan kepercayaan publik tentang kompetensi tenaga akademik
institusi. Maraknya Perjokian skirpsi tentunya menjadi masalah yang cukup
serius dikalangan perguruan tinggi.
Joki skripsi terjadi karena adanya penawaran dan permintaan di pasar,
yaitu adanya joki skripsi dan mahasiswa yang keduanya memiliki sumber
daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kepentingan mereka
berdasarkan akal dan nalar mereka. Mereka beranggapan memiliki sumber
daya yang bisa dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Perjokian
3Wiyonno, “Innvestigating Thesis “Joki” in a University at Semarang”, Invetigation
Report Video, 2001. 4 Anggito abimanyu, Tata Cara Mengacu Kepustakaan dan Plagiarisme, Kompasiana,
(Jakarta), Februari 2014.
3
skripsi yang terjadi di perguruan tinggi sudah lama menjadi topik
pemberitaan yang ada dimedia koran atau elektronik..5
Tindakan menggunakan Perjokian karya tulis ilmiah maupun Pelaku
Perjokian karya tulis ilmiah merupakan tindakan salah. Karena Perjokian
dikategorikan sebagai Penipuan 378 dan ada unsur Pasal 263 KUHP tentang
pemalsuan surat6. Terdapat dalam undang-undang hak cipta yaitu Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 28 tahun 2014 Pasal 36 mengenai Hak Cipta mengenai Pemegang hak
Cipta atau karya ilmiah adalah Pembuatnya kecuali ada perjanjian yang
menyebutkan bahwa pemilik Hak Cipta itu adalah yang tertera namanya.7
kecuali dalam Pasal 44 ayat 1 apabila si pembuat skripsinya terbukti
menggunakan jiplakan maka si pelaku itu, terjerat Pasal Plagiarisme.
Berdasarkan keterangan di atas kita dapat melihat bahwa
menggunakan Jasa Pembuatan Skripsi atau Perjokian bukan saja suatu bentuk
kecurangan Intelektual tapi juga merupakan pelanggaran Hukum. Apalagi
jasa pembuatan skripsi begitu mudah ditemukan melalui jaringan teman, iklan
promosi yang dipasang di jalan-jalan atau lewat jasa iklan media massa.
Artinya, Fenomena tersebut tidak dapat diabaikan pihak perguruan tinggi
selain itu menggunakan jasa pembuatan skripsi tentunya akan menghasilkan
sarjana yang tidak berkualitas dan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran.
Karya Tulis Ilmiah merupakan amanah dan Tanggung jawab yang
diberikan oleh Personal maupun kelompok. Amanah dan tanggung jawab ini
tidak boleh diwakilkan/digantikan orang lain. Khususnya mengenai konsep
atau yang berkaitan dengan isi materi. Maka haram hukumnya seseorang
mahasiswa mengalihkan tugas ini.
5 Makita Cindiana, “Perjokian Skripsi dikalangan Mahasiswa di Pacitan”, Jurnal Online
Sosiologi Fisip Unair KOMUNITAS, Vol. IV, 2, Juli 2015, h.2 6 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan KUHP dan Pembahasan KUHP Pasal
380 ayat 1 angka 2 KUHP, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 23 7 Agnes Vira Ardian, “Prospek Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual dalam
Kesenian Tradisional di Indonesia”, Pasal 15 huruf a Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hakcipta Jurnal Undip, Kamis, 31 Mei 2012.
4
Oleh karena itu haram hukumnya mahasiswa
mewakilkan/menyerahkan tugasnya pada orang lain karena akad yang
dimaksudkan dalam tugas dosen tersebut khusus hanya pada mahasiswa. Hal
ini termasuk penipuan, dimana mahasiswa yang bersangkutan
mengatasnamakan dirinya kepada orang lain. Padahal kenyataannya orang
lain yang mengerjakan seperti dalam hal ini Nabi SAW bersabda: Barang
siapa yang menipu maka dia tidak termasuk golonganku (HR. Muslim no.
295)8
Pemaparan di atas jelas bahwasannya pembuatan karya tulis ilmiah
akademis yang sepenuhnya diserahkan pada pihak lain. Berbeda halnya jika
mahasiswa yang bersangkutan hanya meminta bantuan berupa konsultasi
maka hal ini diperbolehkan. Alasannya karena tidak ada pengalihan tugas
kepada orang lain. Pihak konsultan hanya pihak yang memberi masukan dan
bantuan.
Mencermati hal itu tentang Penipuan dalam perspektif Hukum Pidana
dan Hukum Pidana islam diatas, penulis tertarik untuk membahas tema
tersebut dengan merumuskannya dengan judul sebagai berikut: “Tinjauan
Yuridis Tindak Pidana terhadap Pelaku Perjokian Pembuatan Karya
Ilmiah di Perguruan tinggi menurut Hukum Positif dan Hukum Islam”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam tulisan skripsi ini penulis akan membatasi permasalahan
yang akan dibahas adalah Fokus utama dalam penelittian ini berkisar
pada masalah Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pelaku Perjokian
Pembuatan Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi menurut perspektif hukum
posittif dan hukum islam. Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang
dijadikan pokok masalah ialah bagaimahakah hukum positif dan hukum
8 Ibn Hajar Al-Asqalani, Panduan Lengkap Masalah Fiqih, Akhlak, dan Keutamaan
Amal, Hadis Shohih Muslim, Bulughul Marom, (Jakarta: PT. Al-Mizan 1998), h. 295
5
islam terhadap tindak pidana pelaku Joki di Dunia Pendidikan Tinggi
menurut KUHP, Undang-Undang, dan Peraturan Sisdiknas.
2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana sanksi pidana menurut hukum positif dan hukum Islam
terhadap tindak pidana pelaku perjokian karya ilmiah di perguruan
Tinggi?
b. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan tindak pidana
pelaku perjokian kara ilmiah di Perguruan Tinggi?
C. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui sanksi pidana pelaku perjokian karya ilmiah di
Perguruan Tinggi menurut Hukum Positif dan Hukum Islam.
2. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan tindak pidana
pelaku perjokian karya ilmiah di Perguruan Tinggi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Mengembangkan wawasan dalam penerapan ilmu hukum serta
meningkatan pengetahuan dibidang hukum pidana khususnya hukum
pidana islam.
2. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbang bagi
pengembangan hukum khususnya yang berhubungan dengan tindak
pidana perjokian di Indonesia.
Manfaat Praktis
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penegak
hukum dalam menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan tindak
pidana perjokian.
6
2. Diharapkan dapan menjadi sumber bacaan bagi siapa saja yang ingin
mengetahui mengenai tindak pidana perjokian.
E. Review Kajian Terdahulu
Penelitian terkait Tindak Pidana Joki Karya Tulis Ilmiah penelitian
secara perspektif hukum islam dan hukum positif, serta analisa kasus
menurut putusan pengadilan negeri belum ditemui penulis.
Akan tetapi penulis tetap mengambil kerangka penelitian terhadap
hasil-hasil karya ilmiah terdahulu untuk membantu melengkapi dan menjadi
bahan acuan penulisan skripsi ini. Adapun hasil penelitian terdahulu yang
menunjang penelitian ini adalah mengenai Tinjauan Yuridis tindak pidana
terhadap pelaku perjokian pembuatan karya ilmiah di Perguruan Tinggi
menurut Hukum Positif dan Hukum Islam.
No. Identitas Judul/Substansi Penemuan
1. Amran Pada
Tahun 2014
Plagiat di Peruguruan
Timggi menurut perspektif
Hukum Islam. Prinsip-
prinsip dalam Undang-
undang Hak Cipta
Indonesia yaitu:
Perlindungan hak cipta
diberikan kepada ide yang
telah terwujud dan asli.
Hak cipta timbul secara
otomatis. Dan berpengaruh
pada prinsip plagiat antara
lain: bebas menggunakan,
bebbas mendistribusikan
ulang
Dalam hukum Islam,
hak cipta di pandang
sebagai salah satu
huquq malliyah (hak
kekayaan) yang
mendapat perlindungan
hukum Islam dimana,
sebagaimana kekayaan,
hak cipta dapat
dijadikan obyek akad,
setiap pelanggaran
terhadap hak Cipta,
terutama pembajakan
merupakan hukum
kedzaliman.
7
2. Hurriyatul
Fikriyah pada
tahun 2011
“Tindak Pidana
Pemalsuan Data dalam
Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang
ITE dan Kajian Hukum
Islam” Sanksi pidana
terhadap pelaku pemalsuan
Data dilihat dari Undang-
Undang Nomor 11 tahun
2008 Tentang ITE Pasal
30 ayat (1) (2) dan (3), dan
Pasal 31 ayat (1) (2) (3)
dan (4)
Pemalsuan data oleh
Teknologi lebih canggih
dibandingkan dengan
kejahatan konvensional
dalam arti akssnya
dengan mudah dapat
dilakukan manapun
termasuk kategori
kejahatan elektronik
karena yang dipakai
adalah media elektronik
yang dilakukan oleh
cyber crime.
3. Usman Idris
pada tahun 2015
“ Bisnis Skripsi (Studi
Antropologi Tentang
Praktek Jasa Pembuatan
Skripsi Mahasiswa Pada
Perguruan Tinggi Di
Kota Makassar)” Jasa
Pembuatan Skripsi ini
adalah sistem
pragmatisme
materialistis. Artinya
bahwa mreka
berpandangan walaupun
apa yang dilakukan
merupakan hal yang
buruk dari segi nilai
moral mereka akan terus
menjalankan usaha
mereka dengan
Hasil penelitian strategi
pemasaran yang
dilakukan oleh peenyedia
jasa pembuatan skripsi
adalah dengan proses
pemasaran yang hanya
dilakukan penyebaran
informasi mengenai
layanan jasa tersebut
dengan melibatkan
seorang penghubung dan
mantan klien sebelumnya
yang berbasis jaringan
pertemanan atau
memakai metode
penyamaran yang
berkedok sebagai jasa
pengetikkan dan olah
8
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif berupa kajian pustaka (library research) yaitu kajian
yang memakai bahan pustaka atau menggunakan bahan kepustakaan
menjadi sumber data. Di antaranya adalah buku-buku, kitab-kitab, hasil
penelitian-penelitian, jurnal-jurnal yang berhubungan dengan objek
kajian penelitian9. Di dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan
sebagai pisau analisis yaitu pendekatan teoritis hukum islam dan hukum
positif.
2. Jenis Penelitian
Dilihat dari segi jenis penelitian hukum, penelitian ini termasuk
dalam kategori jenis penelitian hukum normatif. Soerjono Soekanto,
telah menjelaskan bahwa penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder dinamakan penelitian
hukum normatif atau penelitan hukum pustaka10
. Maka dalam penelitian
ini penulis mencoba menjelaskan tentang sanksi pidana tentang penadah.
3. Bahan Hukum
Penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan atau library
research, yaitu penelitian yang mengacu pada sumber-sumber tertulis
atau mengacu pada literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Maka
9 G.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulan, (Jakarta:
Grasindo, 2010), h. 46 10
Lihat Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),
Cet. 23
pertimbangan bahwa apa
yang mereka kerjakan
menimbulkan manfaat
secara praktis.
data.
9
untuk meneliti, penulis menggunakan studi pustaka sebagai upaya untuk
menemukan korelasi atau relevansi teori hukum dalam mengkaji isu
hukum terkait penelitian ini.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Sumber Primer
Sumber primer dalam penelitian ini adalah Pasal 378 dan Pasal 263
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang No. 28 Tahun
2014 Tentang Hak Cipta.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder penelitian ini menggunakan beberapa buku, kitab,
jurnal, majalah, surat kabar, artikel yang berkaitan dengan judul
penelitian ini serta literatur lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
Berkaitan dengan hal teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini, penulis menggunakan teknik studi dokumenter yaitu dengan
mendokumentasikan sumber-sumber data, baik primer atau sekunder
yang terkait objek penelitian11
. Bahan hukum sekunder yangdigunakan
dalam penelitian ini berupa kajian, buku-buku, serta karya ilmiah lainnya
yang relevan dengan penelitian ini.
Adapun teknik dokumenter dalam penelitian ini berupa mengkaji
bahan-bahan pustaka baik bahan pustaka primer maupun sekunder yang
terkait dengan penerapan hukum pidana di Indonesia. Setelah itu penulis
mencari gagasan-gagasan dari berbagai sumber tersebut terkait objek
penelitian dan kemudian akan dituangkan dan disusun kedalam bentuk
tulisan penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Setelah teknik pengumpulan data selesai kemudian penulis akan
menganalisisnya dengan metode deskriptif analisis kualitatif, yaitu
11
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), ed.
IV, h. 68-69
10
dengan menggambarkan, menganalisa, serta memberikan interpretasi
terhadap data objek kajian penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan metode content analisis, yakni, digunakan untuk
menganalisa secara ilmiah terkait inti pesan kedalam sebuah ide atau
gagasan tertentu. Dalam proses menganalisis sumber data dan bahan
hukum, penulis menggunakan pendekatan teoritis, yakni pendekatan
hukum islam dan positif.
G. Tehnik Penulisan
Sebagai pertimbangan dalam mempermudah penulisan skripsi saya
ini, penulis menyusun melalui sistematika penulisan yang terdiri dari lima
bab, dimana pada setiap babnya dibagi atas sub-sub bab, dengan penjelasan
yang terinci, agar memudahkan pembaca. Berdasarkan pada materi skripsi
yang penulis bahas, sistematika penyusunan skripsi ini terbagi sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini penulis mengemukakan latar
belakang pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, lokasi
penelitian serta diakhiri dengan penjelasan mengenai sistematika
penelitian ini yang menjadi pedoman dalam bab-bab
selanjutnya.
BAB II : Tinjauan Umum tentang Konsep Pemidanaan Pelaku Joki Karya
Tulis Ilmiah. Disini Penulis menggambarkan mengenai
Kejahatan yang seperti apa yang tergolong Joki Karya Tulis
Ilmiah, Kejahatan yang dilakukan oleh Pelaku Hasil Joki Karya
Tulis Ilmiah serta apa yang membuat Perjokian ini semakin laju
di kalangan Masyarakat.
11
BAB III : Aspek Hukum dan Pengaruh Perjokian Karya Tulis Ilmiah
Akademis. Disini Penulis menggambarkan mengenai Fenomena
Perjokian Karya Tulis Ilmiah khususnya di Perguruan Tinggi,
bentuk-bentuk Perjokian Karya Tulis Ilmiah Akademis, serta
Mekanisme Perjokian Karya Ilmiah dikalangan Mahasiswa.
BAB IV : Tindak Pidana perjokian Karya Tulis Ilmiah Akademis serta
Penanggulangan Menurut Hukum Pidana Positif dan Hukum
Pidana Islam, Dalam bab ini, akan dibahas mengenai faktor
penyebab terjadinya perjokian karya tulis ilmiah serta Analisis
Hukum Positif terhadap Pelaku Joki Karya Tulis Ilmiah,
Analisis Hukum Islam terhadap Joki Karya Tulis Ilmiah, dan
Pencegahan serta penanggulangan Joki Karya Tulis Ilmiah.
BAB V : Penutup, Penulis menyimpulkan tahap akhir dari penulisan ini
yang berisi kesimpulan-kesimpulan penelitian dari awal sampai
akhir, juga Terdiri dari saran-saran penulis tentang persoalan
yang diangkat dalam penulisan Skripsi ini
13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP PEMIDANAAN PERJOKIAN
KARYA ILMIAH DI PERGURUAN TINGGI
A. Teori Penipuan dalam Hukum Pidana
1. Pengertian Penipuan
Berdasarkan teori dalam Hukum Pidana mengenai Penipuan ada 2
sudut pengertian yaitu pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
menurut pengertian yuridis. Sebagai berikut:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Dijelaskan bahwa tipu berarti perbuatan atau perkattaan yang
tidak jujur (bohong, palsu, dsb) dengan maksud untuk menyesatkan,
mengakali, atau mencari untung (kecoh). Penipuan berarti proses,
perbuatan, cara menipu, perkara menipu (mengecoh). Dengan dari
pada itu, berarti ada keterlibatan dalam dua pihak, yaitu orang yang
menipu disebut dengan penipu dan orang yang tertipu. Jadi, penipuan
dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau membuat, perkataan
seseorang yang tidak jujur atau bohong dengan maksud untuk
menyesattkan atau mengakali orang lain untuk kepentingan dirinya
pribadi atau korporasi.12
Menurut Edward Omar Syarif Hiariej yang dimaksud motif
penipuan adalah adanya dorongan pelaku dalam melakukan tindakan
yang dimana penipuan termasuk kedalam kejahatan ekonomi.13
b. Menurut Pengertian Yuridis
Penipuan Bedrog (Oplichting), diatur didalam buku ke II bab
ke XXV KUHP berjudul “Bedrog” yang berarti penipuan dalam arti
luas, sedangkan Pasal pertama dari titel itu, yaitu Pasal 378, mengenai
12
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Edisi Kedua, cetakan
ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,1994), h. 1199. 13
Kaisarudin Kamarudin, “Unsur Motif dalam Tindak Pidana”, dalam Jurnal Negara
Hukum, 11 September 2016, h. 1
tindak pidana “oplicthing” yang berati penipuan tetapi dalam arti
sempit, sedang pasal-pasal lain dari titel tersebut memuat tindak
pidana lain yang bersifat penipuan dalam arti luas.14
Bab XXV Buku II KUHP memuat berbagai bentuk penipuan
yang dirumuskan dalam 20 Pasal. Diantara bentuk-bentuk penipuan
itu memilki nama sendiri yang khusus, yang dikenal sebagai penipuan
adalah yang dirumuskan di dalam Pasal 378 KUHP sampai dengan
395 KUHP.15
Penipuan menurut Pasal 378 KUHP dirumuskan sebagai
berikut:
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan
memakai nama palsu atau martabat (hoedanigheid) palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapus
piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun”.16
2. Unsur-unsur Tindak Pidana Penipuan
Didalam Bab XXV tersebut dipergunakan perkataan “penipuan”
atau “bedrog”, karena diatur sejumlah perbuatan-perbuatan yang diatur
dan yang ditujukan kepada harta benda, dan oleh si pelaku telah
dipergunakan perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu.17
Penipuan
berdasarkan rumusan tersebut, maka tindak pidana penipuan memiliki
sejumlah unsur-unsur menjadi:
Unsur-unsur atau syarat yang harus dipenuhi dalam Pasal ini
adalah sebagai berikut :
14
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: Refika
Adityama, 2003), h. 36. 15
Kombes dan Ismu Gunadi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta:
Kencana h. 143 16
Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti 1989), h. 62 17
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus Kejahatan yang Ditujukan
Terhadap Hak Milik dan lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, (Bandung: Tarsito 1979), h.
262
a. Maksud pelaku adalah menguntungkan dirinya sendiri ataupun orang
lain.
b. Cara yang digunakan pelaku dengan menggunakan alat penggerak
penipuan seperti:
1) Menggunakan nama palsu
2) Membuat keadaan palsu
3) Menggunakan tipu muslihat
4) Membuat rangkaian kebohongan18
a. Menguntungkan dirinya sendiri ataupun orang lain
Dengan maksud sebagai tujuan terdekat dari pelaku, yakni
pelaku hendak mendapatkan keuntungan. Keuntungan ini adalah jalur
utama pelaku dengan jalan melawan hukum, tetapi membutuhkan
tindakan lain dalam untuk terpenuhinya maksud tersebut.
b. Menggunakan alat penggerak penipuan (nama palsu, martabat
palsu, atau keadaan palsu dan rangkaian kebohongan)
Tindak penipuan ditentukan oleh cara pelaku menggerakkan
orang lain untuk menyerahkan barang. Alat - alat penggerak yang
digunakan untuk menggerakkan orang lain adalah:
1) Nama Palsu
Penggunaan nama yang bukan nama sendiri, tetapi nama
orang lain, bahkan penggunaan nama yang tidak memiliki oleh
siapapun juga termasuk dalam penggunaan nama palsu, dalam
anam ini termasuk juga nama tambaham dengan syarat yang tidak
dikenal oleh orang lain.
2) Keadaan atau Sifat Palsu
Pemakaian keadaan atau sifat palsu adalah pernyataan dari
seseorang, bahwa ia ada dalam suatu keadaan tertentu, keadaan
18
Sulastryani, “Tinjauan Yuridis terhadap Penegakan Hukum terhadap Pelaku penipuan”,
dalam Jurnal Jurispudentie, Vol. l 4, Nomor. 1, Juni 2017, h. 191
mana memberi hak-hak kepada orang yang ada dalam keadaan
itu.
3) Rangkaian Kata-kata Bohong
Disyaratkan, bahwa harus terdapat beberapa kata bohong
yang diucapkan, suatu kata bohong saja dianggap tidak cukup
sebagai alat penggerak ataupun alat bujuk. Rangkaian kata-kata
bohong yang diucapkan secara tersusun, hingga merupakan suatu
cerita yang dapat diterima sebagai sesuatu yang logis dan benar.
Jadi kata-kata itu tersusun hingga kata yang satu membenarkan
atau memperkuat kata yang lain.
4) Tipu Muslihat
Tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan
yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga perbuatan-perbuatan
itu menimbulkan kepercayaan atau keyakinan atas kebenaran dari
sesuatu kepada orang lain. Jadi tidak terdiri atas ucapan, tetapi
atas perbuatan itu tindakan. Suatu perbuatan saja sudah dianggap
sebagai tipu muslihat. Menunjukkan surat-surat palsu,
memperlihatkan barang yang palsu adalah tipu muslihat. Keempat
alat penggerak/pembujuk ini dapat digunakan secara alternatif
maupun secara komulatif.
5) Membujuk atau Menggerakan Orang Agar Menyerahkan Barang
Sesuatu.
Dalam perbuatan menggerakkan orang untuk
menyerahkan harus disyaratkan adanya hubungan kausal antara
alat penggerak itu dan menyerahkan barang dan sebagainya.
Penyerahan suatu barang yang telah terjadi sebagai akibat
penggunaan/pembujuk itu belum cukup terbukti tanpa
menggunakan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan karena
dipergunakan alat-alat penggerak/pembujuk itu. Alat-alat itu
perama-tama harus menimbulkan dorongan di dalam jiwa
seseorang untuk menyerahkan sesuatu barang. 19
B. Teori Pemalsuan dalam Hukum Pidana
Tindak pidana berupa pemalsuan suatu surat dapat kita jumpai
ketentuannya dalam Pasal 263 Kitab Undang Undang Hukum Pidana
(“KUHP”) yang berbunyi:
(1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang
dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan
hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu
hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu,
diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian,
karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam
tahun.
(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika
pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.
Yang diartikan dengan surat dalam bab ini adalah segala surat, baik
yang ditulis dengan tangan, dicetak, maupun ditulis memakai mesin tik, dan
lain-lainnya. Surat yang dipalsukan itu harus surat yang:
1. dapat menimbulkan sesuatu hak (misalnya: ijazah, karcis tanda masuk,
surat andil, dan lain-lain);
2. dapat menerbitkan suatu perjanjian (misalnya surat perjanjian piutang,
perjanjian jual beli, perjanjian sewa, dan sebagainya);
3. dapat menerbitkan suatu pembebasan hutang (kuitansi atau surat
semacam itu); atau
4. surat yang digunakan sebagai keterangan bagi suatu perbuatan atau
peristiwa (misalnya surat tanda kelahiran, buku tabungan pos, buku kas,
buku harian kapal, surat angkutan, obligasi, dan lain-lain).20
19
Dudung Mulyadi, “Unsur-unsur Penipuan dalam Pasal 378 KUHP”, dalam Jurnal
Ilmiah Galuh Justisi, Vol. 5, Nomor. 2, September 2017, h. 212-213. 20
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia), h. 195
Adapun bentuk-bentuk pemalsuan surat itu menurut Soesilo dilakukan
dengan cara:
1. membuat surat palsu: membuat isinya bukan semestinya (tidak benar).
2. memalsu surat: mengubah surat sedemikian rupa sehingga isinya menjadi
lain dari isi yang asli. Caranya bermacam-macam, tidak senantiasa surat
itu diganti dengan yang lain, dapat pula dengan cara mengurangkan,
menambah atau merubah sesuatu dari surat itu.
3. memalsu tanda tangan juga termasuk pengertian memalsu surat.
4. penempelan foto orang lain dari pemegang yang berhak (misalnya foto
dalam ijazah sekolah).
Unsur-unsur pidana dari tindak pidana pemalsuan surat selain yang
disebut di atas adalah: 21
1. pada waktu memalsukan surat itu harus dengan maksud akan
menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat itu seolah-
olah asli dan tidak dipalsukan;
2. penggunaannya harus dapat mendatangkan kerugian. Kata “dapat”
maksudnya tidak perlu kerugian itu betul-betul ada, baru kemungkinan
saja akan adanya kerugian itu sudah cukup;
3. yang dihukum menurut pasal ini tidak saja yang memalsukan, tetapi juga
sengaja menggunakan surat palsu. Sengaja maksudnya bahwa orang yang
menggunakan itu harus mengetahui benar-benar bahwa surat yang ia
gunakan itu palsu. Jika ia tidak tahu akan hal itu, ia tidak dihukum. Sudah
dianggap “mempergunakan” misalnya menyerahkan surat itu kepada
orang lain yang harus mempergunakan lebih lanjut atau menyerahkan
surat itu di tempat dimana surat tersebut harus dibutuhkan.
4. Dalam hal menggunakan surat palsu harus pula dibuktikan bahwa orang
itu bertindak seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, demikian pula
perbuatan itu harus dapat mendatangkan kerugian.
21
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia), h. 196
C. Teori Hak Cipta dalam Hukum Pidana
1. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta
Dalam era globalisasi penelitian dan pengembangan teknologi
baru tercipta bagi pengembang seperti hak kekayaan intelektual dan pada
hakikatnya perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual lainnya
adalah bahwa hak cipta melindungi karya sastra dan karya seni dengan
segala bentuk perkembangannya didunia ini.
Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,22
kata “hak” berarti suatu
kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas
untuk digunakan atau tidak. Sedangkan kata “cipta” atau “ciptaan”
tertuju pada hasil karya manusia dengan menggunakan akal pikiran,
perasaan, pengetahuan, imajinasi dan pengalaman. 23
Hak Cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yang dinamakan
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang pengaturannya terdapat
dalam ilmu hukum dan dinamakan Hukum HAKI. Yang pada dasarnya
suatu bidang hukum yang membidangi hak-hak yuridis dari karya-karya
atau ciptaan-ciptaan hasil olah pikir manusia bertautan dengan
kepentingan yang bersifat ekonomi dan moral.24
Secara yuridis, istilah Hak Cipta telah dipergunakan Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
Mengatur: “Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan
dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
22
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Edisi Kedua, cetakan
ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,1994), h. 382. 23
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Edisi Kedua, cetakan
ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,1994), h. 215. 24
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.21
Berdasarkan pengertian Hak Cipta diatas, menurut Pasal 1 ayat 1
Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 yang dimaksud Hak Eksklusif
adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pencipta, sehingga
tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa seizin
penciptanya.25
Berkaitan dengan Ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang
Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak cipta, maka diuraikan lebih lanjut
mengenai pengertian dan sifat Hak Cipta tersebut:26
a. Hak Cipta merupakan hak yang bersifat khusus, istimewa atau
eksklusif (Eksklusif Rights) yang diberikan kepada Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta. Hal ini berarti bahwa orang lain tidak
dibolehkan menggunakan hak tersebut kecuali dengan izin Pencipta
atau pemegang Hak Cipta yang bersangkutan.
b. Hak yang bersifat khusus meliputi hak Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan ciptaannya, memperbanyak ciptaannya
dan memberi izin kepada orang lain untuk mengumumkan atau
memperbanyak hasil ciptaannya tersebut. Sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat immaterial
yang dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain.
Lahirnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta memberikan perlindungan terhadap sebuah karya cipta yang berupa
ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Dengan demikian lebih
mengutamakan kepentingan nasional dan memperhatikan keseimbangan
atara kepentingan pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak
terkait.27
25
Sudjana, “Sistem Perlindungan atas Ciptaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta”, Jurnal Unnes, Vol. 2, No. 2, h. 25. 26
Rachmadi Usman, Hukum HAKI: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya,
(Bandung:2003), h.86 27
Windarto, “Perlindungan Hukum terhadap Program Komputer Ditinjau dari Undang-
Undang Nomor. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta”, dalam Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 6, Nomor. 2,
Oktober 2015, h. 63
2. Macam-macam Karya Intelektual yang mendapatkan perlindungan
Hak Cipta
Karya Cipta dibuat dalam bentuk ide dan Ekspresi di mana
keduanya, di tuntut untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan
perlindungan. Karena memastikan konsep Hak Moral pada UU Hak
Cipta.
Obyek Perlindungan Hak Cipta meliputi karya ilmu
pengetahuan,termasuk buku dan karya seni (Leterary and artistic Works).
Sebagai karya cipta, buku dan karya tulis merupakan media tempat
pengekspresian ide atau gagasan-gagasan pencipta guna membangun
dialektika dengan pembaca. Karena dianggap sebagai media untuk sarana
komunikasi.28
Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 tentang
Hak Cipta, bahwa Hak Cipta adalah: Ciptaan adalah hasil karya pencipta
yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni
atau sastra. Untuk itu pengaturan lebih lanjut hal-hal apa saja yang diatur
dalam Hak Cipta diatur dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-undang nomor
28 tahun 2014 menetapkan ciptaan-ciptaan yang meliputi:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan
semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan
itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,
ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
28
Henry Soelistyo, Plagiarisme Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, (Yogyakarta: PT.
Kanisius 2011), h. 27
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau
modifikasi ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat
dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi
tersebut merupakan karya yang asli;
r. Permainan video; dan
s. Program Komputer. 29
3. Hak-hak yang terdapat di dalam Hak Cipta
Hak Eksklusif merupakan hak yang hanya diperuntukkan bagi
pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak
tersebut tanpa izin.30
Sebagai Hak Eksklusif atau exclusive rights, Hak Cipta
mengandung dua esensi hak31
, yaitu hak ekonomi dan hak moral.
Menurut Pasal 8 Undang-undang Hak Cipta.Hak ekonomi meliputi hak
untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak. Menurut Pasal 5
ayat 1 UU Hak Cipta nomor 28 tahun 2014, Adapun hak moral meliputi
hak pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak untuk
melarang orang lain mengubah ciptaannya.
Hak Moral dalam Pasal 24 Undang-undang Nomor 28 tahun 2014
diatur sebagai berikut:
a. Pencipta mempunyai hak untuk menuntut hasil ciptaannya.
b. Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah
diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan pencipta
atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal pencipta meninggal
dunia.
29
Tenripadang Chairan, “Analisis Yuridis Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta”,
dalam Jurnal Hukum Diktum, Vol.9, Nomor 2, Juli 2011, h.166 30
Penjelasan Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Hak
Cipta. 31
Hak adalah Kewenangan atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan
oleh undang-undang atau aturan atau kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut
sesuatu. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007, edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, h.381-382
c. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap
perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan
nama atau nama samaran pencipta.
d. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai
dengan kepatutan dalam masyarakat.
Pada hakikatnya terdapat unsur pokok utama dalam hak moral,
yaitu:
a. Hak untuk diakui dari karya, hak dari pencipta tersebut untukk
dipublikasikan sebagai pencipta atas karyanya, dalam rangka untuk
mencegah pihak lain mengaku sebagai pencipta atas karya tersebut.
b. Hak Keutuhan, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas
penyimpangan atas karyanya atau perubahan lain atau tindakan-
tindakan lain yang dapat menurunkan kualitas ciptaannya.
c. Hak Keorisinalitas, yang menjadi fakta hukum yang digunakan
sebagai acuan yang bisa berakibat hukum gugatan pelanggaran hak
cipta.32
4. Pelanggaran dan Ketentuan Pidana di dalam Undang-undang Hak
Cipta
Didalam Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2014 sendiri, tidak
memuat secara inflisit serta rinci mengenai jenis-jenis tindak pidana hak
cipta, namun hanya memuat ketentuan pidana yang pengaturannya
dimulai dari Pasal 112 sampai dengan Pasal 119 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014, yang sebelumnya diatur dalam Pasal 72 ayat (1) sampai
dengan ayat (9) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta.
Sebagaimana tertuang dalam Pasal 40 ayat (1),(2), dan (3)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 pengganti Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 12 ayat (1), (2) dan (3).
32
Henry Soelistyo, Plagiarisme Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, (Yogyakarta: PT.
Kanisius 2011), h.57
Lalu diakumulasikan pada Pasal 50 Undang-Undang Hak Cipta yang
berbunyi :
“Setiap orang dilarang melakukan pengumuman,
Pendistribusian, atau Komunikasi Ciptaan yang bertentangan
dengan moral, agama, kesusilaan, ketertiban umum, atau
pertahanan dan keamanan negara’.33
Didalam Undang - undang Nomor 28 Tahun 2014 sendiri, tidak
memuat secara inflisit serta rinci mengenai jenisjenis tindak pidana hak
cipta namun hanya memuat ketentuan pidana yang pengaturannya
dimulai dari Pasal 112 sampai dengan Pasal 119 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana di bidang hak
cipta memang berkisar pada keinginan untuk mencari keuntungan diri
sendiri atau kelompok secara cepat dengan mengabaikan kepentingan
para pemegang hak cipta. Dampak dari kegiatan tindak pidana tersebut
telah sedemikian besarnya terhadap tatanan kehidupan bangsa dalam
moral dan hukum.
5. Sanksi Tindak Pidana Hak Cipta
Sanksi atau ancaman pidana atas pelanggarana Hak Cipta ada
beberapa kualifikasi yakni, pidana penjara paling singkat 1 (Satu) bulan
dan atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (Satu juta rupiah) atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (Lima miliar rupiah). 34
Pasal 72 ayat (1) sampai ayat (9) UndangUndang Nomor 19
Tahun 2002 berubah menjadi pidana penjara paling singkat 1 (Satu)
tahun dan/atau pidana denda Rp.100.000.000,00 (Seratus juta rupiah)
atau pidana penjara paling lama 10 (Sepuluh) tahun dan/atau pidana
denda paling lama banyak Rp. 4.000.000.000,00 (Empat miliar rupiah).
33
Sudjana, “Sistem Perlindungan atas Ciptaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta”, dalam Jurnal Unnes, Vol. 2, Nomor 2, h. 25. 34
Tenripadang Chairan, “Analisis Yuridis Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta”,
dalam Jurnal Hukum Diktum, Vol. 9, Nomor 2, juli 2011, h.167
Pasal 113 ayat (1) sampai ayat (4) Undang - Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta.
Untuk mengetahui secara jelas antara bunyi Pasal 72 dari
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 dengan Pasal 113 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014, yaitu apabila Barangsiapa dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit 1 (Satu) juta rupiah, atau pidana penjara paling lama
7 (Tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00
(Lima miliar rupiah).
Dan juga dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau
den denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
apabila dengan ssengaja menyiarkan, memamerkan, mendengarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak
Cipta atau Hak Terkait.
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak
penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program computer
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (Lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (Lima ratus rupiah).
Barangsiapa dengan sengaja melanggar pasal 17 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (Lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.1.000.000.000,00 (Satu miliar rupiah).
Barangsiapa melanggar Pasal 19, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (Dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 150.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24
sampai dengan Pasal 28 atau Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (Dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 150.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah).
Ketentuan Pasal 112 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta yaitu apabila Setiap orang yang dengan tanpa hak
melakukan perbuatan pasal 7 ayat (3) dan atau pasal 52 untuk
penggunaan secara komersial, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).35
Ketentuan Pidana Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta yaitu apabila Setiap orang yang dengan tanpa
hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (Satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah).
Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (Sepuluh) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (Empat miliar rupiah).36
Ketentuan Pasal 114 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta: Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan
dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui
membiarkan penjualan dan atau penggandaan barang hasil pelanggaran
hak cipta dan atau hak terkait ditempat perdagangan yang dikelolanya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp. 1.00.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Ketentuan Pasal 115 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta: Setiap orang yang tanpa persetujuan dari orang yang
dipotret atau ahli warisnya melakukan penggunaan secara komersial,
penggandaan, pengumuman, pendistribusian, atau komunikasi atas potret
35
Lihat Undang –undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Sudjana, “Sistem
Perlindungan atas Ciptaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta”, dalam Jurnal Unnes, Vol. 2, Nomor 2, h. 25. 36
Mirwansyah, Analisis Hukum terhadap tindak pidana Hak cipta ditinjau dari Undang-
undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, h.13-14.
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 untuk kepentingan reklame atau
periklanan untuk penggunaan secara komersial baik dalam media
elektronik maupun non elektronik, dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Ketentuan Pasal 116 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta: Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2)
huruf e untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Ketentuan Pasal 117 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta: Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal
24 ayat (2) huruf c, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (2)
huruf a, huruf b, dan atau huruf d, untuk penggunaan secara komersial,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau
pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dmaksud pada
ayat (2) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau pidana denda
paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Ketentuan Pasal 118 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta: Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal
25 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan atau huruf d untuk penggunaan
secara komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
pasal 25 ayat (2) huruf d yang dilakukan dengan maksud pembajakan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau
pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
Ketentuan Pasal 119 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta: Setiap lembaga managemen kolektif yang tidak
memiliki izin operasional dari Menteri sebagimana dimaksud dalam
pasal 88 ayat (3) dan melakukan kegiatan penarikan royalti dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).37
37
Ketentuan Pasal 72-119 Undang-undang Hak Cipta nomor 28 tahun 2014. Sudjana,
“Sistem Perlindungan atas Ciptaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta”, dalam Jurnal Unnes, Vol. 2, No. 2, h. 69.
29
BAB III
ASPEK HUKUM DAN PENGARUH PERJOKIAN KARYA ILMIAH DI
PERGURUAN TINGGI
A. Fenomena Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi
Karya Ilmiah38
di perguruan tinggi salah satunya adalah Skripsi. Di
Perguruan Tinggi khususnya jenjang Sarjana, mahasiswa dilatih untuk
menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum,
dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian
berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam komprehensif sistematis dan
mendalam.
Skripsi menurut pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagian besar dari
persyaratan akhir pendidikan akademisnya.39
Definisi Skripsi adalah sebagai
karya ilmiah yang diwajibkan sebagai salah satu bagian dari persyaratan akhir
pendidikan akademis di Perguruan Tinggi. Skripsi biasa disebut sebagai
wujud karya tulis ilmiah seorang mahasiswa dan wujud pertanggungjawaban
hasil studi selama mahasiswa menempuh kuliah. Semua mahasiswa wajib
mengambil mata kuliah terakhir skripsi tersebut, karena skripsi digunakan
sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar
akademisnya sebagai sarjana.40
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyatakan Pendidikan tinggi
yang berkualitas dan berintegritas ditandai oleh kemampuan yang lulusannya
untuk memenuhi kebutuhan perkerjaan, menciptakan lapangan kerja baru,
atau mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan
38
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan
yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan. Lihat: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cet. 3, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994), h. 511 39
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Edisi Kedua, cetakan
ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,1994), h. 1080. 40
Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017), h. 3.
pengetahuan global tertentu. Lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak hanya
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni pada bidang tertentu,
namun juga menguasai keterampilan tambahan seperti, kemampuan
berkomunikasi secara efektif, kemampuan berfikir logis, kemampuan belajar
sebagai wujud dari soft skills.41
Selain Lulusan perguruan tinggi Negeri
(PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia, diharapkan
menjadi pribadi yang berkualitas. Penguasaan IPTEK yang tinggi dan
didukung oleh jiwa kepemimpinan, akhlak yang baik dan berwatak
demokratis, sehingga mampu menghadapi tantangan dan persaingan antar
bangsa.42
Namun harapan itu terlihat jelas dengan situasi masalah kehidupan
akademis mahasiswa saat ini. Salah satu masalah akademis yang serius bagi
mahasiswa adalah kesulitan mengerjakan skripsi secara mandiri. Apalagi
maraknya perjokian skripsi di beberapa kota yang merupakan tantangan
serius bagi perguruan–perguruan tinggi yang ada. Pengertian mandiri tersebut
oleh mahasiswa yang bersangkutan bukan berarti tanpa harus dibimbing oleh
dosen pembimbingnya. Peran dosen pembimbing di kampus hanya sebagai
pembimbing yang membantu mahasiswa mulai dari awal penentuan topik
sampai siap menuju tes ujian pendadaran, sedangkan yang mengerjakan
skripsi mahasiswa itu sendiri.43
Keberadaan joki skripsi di tengah dinamika
pendidikan tidak dapat dipandang sebagai fenomena biasa. Hal ini
dikarenakan menjadi sebab penyebabnya pembuatan skripsi itu telah menjadi
“alternatif” bagi mahasiswa akhir yang ingin menuntaskan skripsi.44
Isu pendidikan karakter akhir-akhir ini menjadi sangat kuat, terutama
pada dunia pendidikan. Perilaku perjokian termasuk perilaku yang menjadi
41
Satryo Soemantri Brodjenogoro, Strategi dan Kebijakan Jangka Panjang Pendidikan
Tinggi 2003-2010, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Direktorat
Jenderal Pendidikan tinggi 2010), h. 6. 42
Amelia Ariyani, “Video Investigasi: “Mengungkap joki skripsi di perguruan Tinggi di
Semarang”, dalam Jurnal Undip, Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 3, Agustus 2013, h. 4. 43
Makita Cindiana, “Perjokian Skripsi dikalangan mahasiswa di Pacitan”, dalam Jurnal
Online Sosiologi Fisip Unair KOMUNITAS, Vol. IV, No. 2, Juli 2015, h. 2. 44
Agus Sugiono dan Ibnu Ali, Pendidikan anti Korupsi pada Remaja di Desa Bujur
Tengah Pamekasan: seminar nasional hasil pengabdian kepada masyarakat (SENIAS), (Madura:
Universias Islam Madura 2017), h. 272.
indikator dari semakin melemahnya karakter dan memburuknya kualitas
kehidupan bangsa.45
Sehingga Harapan yang begitu besar terhadap peran strategis
pendidikan belum bisa tercapai dengan optimal dengan adanya kasus
perjokian, karena perilaku pelaku perjokian tersebut mengutamakan proses
serta melemahkan karakter mahasiswa yang mencerminkan kerusakan
moral.46
Hal ini menjadikan mahasiswa untuk menggunakan joki dalam
menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Definisi Joki dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia47
adalah orang yang mengerjakan ujian untuk orang lain
dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya dan menerima
imbalan uang. Oleh karena itu apabila joki skripsi di kalangan mahasiswa
yaitu orang yang telah menyamar sebagai mahasiswa untuk mengerjakan
tugas akhirnya dalam hal ini skripsi, dan menerima imbalan uang. Dalam
penelitian Anwar Jusuf mengatakan: bahwa pihak yang bertanggung jawab
terhadap kejujuran akademik meliputi: mahasiswa, staf pengajar, dan
fakultas. Terlihat bahwa apabila seorang mahasiswa menggunakan perjokian
sebagai jalur alternatif untuk menuntaskan skripsinya dianggap merupakan
tindakan suatu ketidakjujuran akademik.48
Mahasiswa sebagai aktor perjokian skripsi melakukan tindakan
tersebut dalam rangka memanfaatkan fenomena perjokian di kalangan
mahasiswa dan memang sudah ada sejak dulu. Dengan adanya fenomena
tersebut secara tidak langsung mengesahkan dan menjadi nilai baru kalangan
mahasiswa bahwa mengerjakan skripsi ini tidaklah sulit, karena telah ada joki
skripsi. Tidakmampuan seorang mahasiswa untuk mengendalikan diri atas
45
Eva meizara puspita dewi, “Gambaran karakter dan aspirasi terhadap pendidikan
karakter pada mahasiswa”, Inquiry Jurnal Ilmiah Psikologi, Vo. l7, No. 2, Desember 2016, h. 77 46
Heri Maulana, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter”, dalam Jurnal Khasanah Ilmu, Vol. 7
No.1 2016, h. 21-22. 47
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Edisi Kedua, cetakan
ketiga, Jakarta: Balai Pustaka,1994, h. 476. 48
Anwar Jusuf, “Inovasi kurikulum dengan praktik kejujuran akademik di fakulttas
kedokteran universitas kristen krida wacana”, dalam Jurnal UKRIDA, Vol. 2, No. 4, 2010, h. 7.
segala bentuk godaan untuk melakukan perjokian.49
Perjokian skripsi yang
dilakukan mahasiswa berdasarkan sudut pandang pilihan rasional bukan sudut
pandang kegiatan tersebut suatu kegiatan yang salah atau benar.
Fenomena perjokian skripsi ini membuat dunia pendidikan seperti
kehilangan perannya. Didalamnya terdapat perilaku menyimpang yang
dilakukan mahasiswa seperti ketidakjujuran, bertindak curang terhadap
bidang akademisnya.50
Dalam penentuan joki, para mahasiswa memiliki kriteria yang
didasarkan atas pilihan dan pertimbangan-pertimbangan dari rasional para
mahasiswa. Seseorang yang dianggap joki skripsi tersebut tidak disahkan
secara akurat dan dilegalkan karena kebanyakan yang menjadi joki
merupakan orang yang berada di lingkungan mahasiswa tersebut asalkan joki
tersebut memiliki kriteria yang menjadi daya tarik para mahasiswa tersebut.51
Daya tarik tersebut memiliki kriteria bagi para mahasiswa yang bersangkutan.
Mahasiswa mencari joki skripsi diawali dari lingkungan teman satu kampus
karena memang kegiatan perjokian skripsi tersebut hal yang biasa dan telah
banyak dilakukan di kalangan mahasiswa. Hal ini yang menjadi pertimbangan
dan penilaian mahasiswa memilih melakukan perjokian skripsi karena
memang telah banyak mahasiswa menggunakan joki skripsi dan resiko dari
kegiatan tersebut belum ada yang terbukti dari tidak adanya sanksi atau
pembatalan gelar bagi mereka yang ketahuan telah melakukan kegiatan
perjokian skripsi.
Beberapa faktor pendorong yang menyebabkan mahasiswa
menggunakan Joki dalam penyelesaian tugas akhir (skripsi) dibawah ini:
49
Daris Tamin, “Guru dan Budaya pendidikan berbasis bimbingan dan konseling”,
Keterangan disampaikan dalam acara “Join Seminar” antara Prodi BK Sps UPI Bandung dengan
Program Kaunseling USM, dalam Jurnal Akademia, (Bandung: 2013), h. 3. 50
Idha winarsih, Cahyo budi utomo, tsabit azinar ahmad, “Peranan Pembelajaran sejarah
dan penanaman nilai karakter religius nasionalisme”, Indonesian Journal of History Education,
(Semarang: 2017), Vol. 5, No. 12, h. 23. 51
Makita Cindiana, “Perjokian Skripsi dikalangan mahasiswa di Pacitan”, dalam Jurnal
Online Sosiologi Fisip Unair KOMUNITAS, Vol. IV, No.2, Juli 2015, h. 11.
1. Faktor Lingkungan Sosial dan Kesibukan di Luar Kampus
a. Pergaulan dan Pengaruh Teman
Mahasiswa memiliki lingkungan pertemanan dan pergaulan
yang luas. Tidak jarang mahasiswa ada yang terjerumus pada
lingkungan pertemanan yang kurang baik untuk kepribadian
mahasiswa itu sendiri, yang pada akhirnya juga berdampak negatif
bagi urusan akademis mahasiswa. Berteman dengan orang yang malas
atau pemabuk misalnya, mahasiswa tersebut berkemungkinan untuk
terpengaruh malas mengikuti perkuliahan atau mengerjakan tugas
kuliah. Pergaulan atau pertemanan ini juga dapat dijumpai pada
mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.52
b. Memiliki Pekerjaan dan Kesibukan di Luar Kampus
Mahasiswa terkadang memiliki kesibukan dan pekerjaan lain
di luar kampus. Hal ini berkaitan dengan ruang lingkup sosial
mahasiswa yang semakin luas dan banyaknya akses yang bisa
dimasuki di luar kegiatan kampus. Dari mulai bekerja part time,
menjadi wiraswasta atau bahkan penyuluh dan peneliti di LSM,
kesibukan pada organisasi kampus, dan kegiatan lainnya. Kesibukan
tersebut terkadang menuntut waktu mahasiswa yang tidak sedikit.
Terkadang banyak mahasiswa yang tidak pandai melakukan
manajemen waktu yang baik sehingga justru banyak dari mereka yang
“menomorduakan” kuliah. Akibatnya, kuliah mereka terbengkalai atau
bahkan menjadi terlambat lulus karena berbagai kesibukan dan terlalu
senang dengan kegiatan yang dilakukannya di luar kegiatan kampus.
Berorganisasi, menjadi alasan dari ketiganya untuk menggunakan joki
skripsi dibandingkan mengerjakan skripsi secara mandiri.53
52
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Ihsan yang menyatakan bahwa
Pergaulan dan Pengaruh teman dapat menimbulkan perlakuan Perjokian. Dalam wawancara
pribadi dengan Muhammad Ihsan, pemegang biro jasa karya tulis ilmiah, Jakarta, 8 Februari 2018. 53
Wawancara pribadi dengan Muhammad Ihsan, pemegang biro jasa karya tulis ilmiah,
Jakarta, 8 Februari 2018.
c. Orang Tua Memberikan Izin
Salah satu faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam
menggunakan perjokian skripsi adalah orang tua mahasiswa yang
mendukung anaknya untuk menggunakan joki skripsi. Bentuk
dukungan tersebut dapat berupa dukungan secara langsung (lisan),
dukungan materi, dan lain-lain. Orang tua pun menyetujui tindakan
mahasiswa (anaknya) karena berbagai pertimbangan, salah satunya
karena menginginkan anaknya tersebut segera lulus dari perguruan
tinggi
2. Faktor Latar Belakang Ekonomi
Perjokian skripsi dalam hal ini memiliki beberapa persyaratan
pembayaran jika ada mahasiswa yang ingin menggunakan jasanya.
Mahasiswa yang menggunakan joki skripsi harus membayar sebesar 3-4
juta rupiah untuk skripsi dan 5 juta rupiah untuk thesis. Biaya yang
diminta oleh joki skripsi ini memang tidaklah sedikit. Oleh karenanya
kebanyakan para pengguna joki skripsi tersebut merupakan kalangan
menengah ke atas yang memiliki keadaan finansial yang cukup atau
memang mereka memiliki kemampuan untuk membayar. Bagi
mahasiswa yang memiliki cukup uang untuk membayar biaya pembuatan
skripsi, tentu mereka tidak perlu berpikir panjang untuk segera
menggunakan joki.
3. Faktor Kemampuan Akademis dan Pragmatisme
Mahasiswa dalam hal kemampuan akademis memiliki tingkat
kecerdasan yang berbeda-beda. Begitu juga dengan bagaimana cara
memandang kampus sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
menghasilkan sarjana. Tingkat pragmatisme54
mahasiswa pun menjadi
salah satu faktor pendorong mahasiswa tidak mengerjakan skripsi sendiri.
54
Aliran pragmatisme merupakan sebuah ajaran yang membuktikan bahwa dirinya
sebagai yang benar dengan menimbulkan akibat atau hasil yang bermanfaat secara praktis. Dengan
a. Kemampuan Akademis
Kemampuan akademis menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan mahasiswa menggunakan joki skripsi. Ada mahasiswa
yang merasa tidak mampu atau malas memikirkan skripsi sebagai
tugas akhir yang harus dikerjakan untuk mendapatkan gelar
sarjananya.55
b. Cepat Selesai Kuliah dan Mendapatkan Ijazah
Adanya pemikiran mahasiswa yang cenderung pragmatis
menyebabkan mahasiswa seringkali menganggap skripsi hanya
sebagai syarat mendapatkan ijazah. Mereka justru kurang
mempraktekkan ilmu yang telah mereka dapatkan selama masa kuliah
dan menuangkannya dalam bentuk penelitian dan tulisan ilmiah
(skripsi). Pemikiran yang memakai pola pragmatis ini misalnya
mahasiswa kuliah hanya untuk mendapatkan ijazah agar mereka dapat
melakukan kegiatan lain setelah mendapatkan ijazah tersebut,
misalnya saja menikah atau melanjutkan usaha keluarga.56
c. Pilihan Jurusan Kuliah
Pilihan jurusan kuliah memang sering atau bahkan sebagian
besar hanya mengikuti kehendak orang tua untuk memperoleh tujuan
pekerjaan dan jurusan kuliah. Tidak sedikit mahasiswa yang merasa
salah jurusan ketika telah berkuliah. Beberapa mahasiswa pindah
jurusan kuliah untuk memilih perkuliahan sesuai dengan keinginan
dan bakat yang dimiliki. Beberapa lainnya terpaksa melanjutkan
kuliah yang sudah terlanjur dijalani, dan itu berarti mahasiswa harus
menyelesaikan kuliah tersebut termasuk dalam menyelesaikan tugas
memakai logika pengamatan, yang mana ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata dan
individualisme. Lihat KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Edisi Kedua, cetakan ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka,1994), h. 891 55
Faris Saputra Dewa, “Lulus S1 tanpa Skripsi, Solusi atau Awal dari Kehancuran
Perguruan tinggi”, Surat Kabar Kompas, (Jakarta), 17 Juni 2015. 56
Dian Tarakanita, ”Menjawab Realitas Pro dan Kontra Skripsi menjadi Syarat
Kelulusan”, (Surakarta: Essai UNS), 2012.
akhir atau skripsi.57
Dalam hal ini si mahasiswa telah berbuat apa
boleh buat demi penyelesaian kuliahnya.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan (FIP) Unnes, ada tiga
variabel yang menyebabkan maraknya joki skripsi ada tiga variabel yakni,
“kultur akademik yang rendah, adanya pelaku pasa (para joki), serta regulasi
yang tidak jelas...” 58
. Perjokian termasuk permasalahan sosial yang terus
berkembang dalam hal nya perjokian skripsi ini merupakan fenomenal
masalah yang timbul disebabkan adanya keinginan untuk mencapai
keberhasilan mahasiswa memenuhi gelarnya sarjana. Perjokian sangat
dilarang pemerintah dan ada sanksi pidana bagi yang melanggarnya.59
Alasan lainnya terdapat pada Dosen Pembimbing Mahasiswa tersebut
juga tidak lepas dari Dosen Pembimbing yang kurang maksimal dalam
memberikan pelayanan pada mahasiswa, ketika pembimbing tersebut
overload dan mempunyai kesibukan banyak di luar kegiatan maka cenderung
pembimbingan hanya sebagai rutinitas belaka.60
Dalam halnya penelitian, rendahnya budaya penelitian di kalangan
civitas akademika perguruan tinggi. Aktivitas penelitian hanya menjadi
komoditas segelintir individu yang masih konsisten membuktikan
keilmuannya pada masyarakat. Karena bisa dilihat dari kurangnya kebiasaan
menulis dan lebih lanjut adalah kurangnya membaca di kalangan mahasiswa
kampus.61
Masalah penentuan topik yaitu kesulitan menentukan ide untuk
skripsi. Kendala pertama yang biasa dihadapi oleh mahasiswa yang akan
menyusun skripsi adalah menentukan ide. Pada umumnya, ide atau gagasan
57
Amelia Ariyani, “Video Investigasi: “Mengungkap Joki Skripsi di Perguruan Tinggi di
Semarang”, dalam Jurnal Undip, Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 3, Agustus 2013, h. 4. 58
Puji Anto, “Analisis Sosiologis dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Unsur Ekstrinsik
Karya Sastra”, dalam Jurnal Inovasi pendidikan dasar, Vol.1, No. 2 Juni 2016, h. 80. 59
Amelia Ariyani, “Video Investigasi: “Mengungkap Joki Skripsi di Perguruan Tinggi di
Semarang”, dalam Jurnal Undip, Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 3, Agustus 2013, h. 5. 60
Amelia Ariyani, “Video Investigasi: “Mengungkap Joki Skripsi di Perguruan Tinggi di
Semarang”, dalam Jurnal Undip, Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 3, Agustus 2013, h. 6. 61
Amelia Ariyani, “Video Investigasi: “Mengungkap joki skripsi di perguruan Tinggi di
Semarang”, dalam Jurnal Undip, Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 3, Agustus 2013, h. 6.
untuk tugas akhir skripsi tidak harus selalu merupakan hal-hal baru yang
penting ide itu bersifat ilmiah dan tidak menjiplak atau orisinil.
Menurut Penulis, sebenarnya masalah manajemen waktu yaitu waktu
penyelesaian lebih dari 6 bulan. Masalah manajemen waktu menjadi kendala
terbesar dalam menyelesaikan skripsi. Apalagi kalau diluar 6 bulan terpaksa
harus molor jika mahasiswa tidak bisa mengatur waktu dengan baik. Ada
beberapa mata kuliah yang diulang, dan terlalu aktif dalam organisasi
kemahasiswaan sehingga banyak waktu yang digunakan diluar jam kuliah ini
menyebabkan mahasiswa memakai joki dalam penyelesaian tugas akhir
(skripsi).
Mudahnya diakses oleh mahasiswa jasa pembuatan skripsi atau joki
skripsi melalui internet. Hal ini menjadi jalur alternatif bagi kalangan
mahasiswa yang ingin cepat menuntaskan skripsinya. Karena joki skripsi
tersebut juga tidak segan dalam menempelkan informasi melalui iklan, media
massa, poster, brosur, dan disebarkan dari mulut ke mulut. Hal ini membuat
fenomena bahwasannya joki skripsi termasuk kegiatan yang dilegalkan
karena adanya permintaan dan penawaran di kalangan kampus.62
Adanya permintaan dari mahasiswa yang meminta bantuan untuk
mengerjakan skripsi yang akhirnya berlanjut menjadi sumber pendapatan
sampingan karena adanya permintaan di pasar perjokian skripsi. Perjokian
skripsi ini biasanya dilatarbelakangi oleh situasi dari kondisi yang mana
belum memiliki pekerjaan tetap, sehingga adanya joki skripsi akan mambantu
dalam menyelesaikan skripsi tersebut.63
Di balik keinginan untuk menuntaskan kuliah secara cepat serta
keinginan untuk mendapatkan ijazah dan perkerjaan yang baik, konstruksi
image skripsi bagi sebagian mahasiswa justru merupakan penghambat
harapan mahasiswa untuk menyelesaikan kuliahnya sendiri. Dalam setiap
tahapan skripsi pun bisa dikatakan menjadi hambatan motivasi mahasiswa
62
Amelia Ariyani, “Video Investigasi: “Mengungkap Joki Skripsi di Perguruan Tinggi di
Semarang”, dalam Jurnal Undip, Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 3, Agustus 2013, h. 3 63
Makita Cindiana, Perjokian Skipsi dikalangan Pacitan, dalam Jurnal Online Sosiologi
Fisip Unair, Komunitas, Vol. IV, No. 2, Juli 2015, h. 17.
untuk menyelesaikan skripsinya sendiri. Berhadapan dengan dosen
pembimbing kampus, berurusan dengan birokrasi kampus, ke perpustakaan
untuk mempelajari dan mendapatkan referensi terkait akan skripsinya,
diniatkan karena banyaknya pengalaman kurang menyenangkan dari teman
maupun senior. Banyak dari mahasiswa yang kemudian menunda penulisan
skripsinya. Ketika mahasiswa terlena dengan penundaan tersebut dan justru
mengutamakan kesibukan lain, penundaan itu dapat berlangsung hingga batas
akhir masa perkuliahan dan terancam drop out.64
Perjokian skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa berdasarkan sudut
pandang rasional bukan dari sudut pandang kegiatan apakah kegiatan tersebut
cenderung suatu kegiatan yang benar atau salah. 65
Dengan banyaknya joki skripsi di setiap daerah-daerah yang
beralokasikan di setiap kampus maupun PTN dan PTS, yang masih eksis dan
beroperasi. Biasanya lokasi perjokian skripsi secara strategis lebih dekat
dengan kampus, dan ada juga di tengah-ditengah kampung, karena alasan
utama lebih tenang dan nyaman. Joki skripsi pada umumnya belum
mempunyai surat izin untuk memiliki biro atau jasa tersebut dan awalnya
hanya membuat perizinan toko untuk rental komputer, foto copy, dan
percetakan. Pada hakikatnya joki skripsi ini, sebenarnya perannya sebagai
konsultan pembimbing skripsi, namun secara etika akademisi tindakan
mahasiswa tersebut melanggar peraturan dan norma akademisi.66
Pada umumnya, pemasaran joki skripsi dilakukan melalui
pemasangan media cetak melalui media online via internet. Pemasaran di
media cetak biasanya melalui iklan minimal 3 baris, misalnya di Harian
Kedaulatan Rakyat, Harian Tribun, dan lain-lain. Sedangkan pemasaran
online biasanya melalui iklan gratis di beberapa website, blog dan email serta
media sosial seperti facebook dan twitter.
64
Wawancara Pribadi dengan Abdil Azizul Furqon, Penolong Orang Menulis Karya
ilmiah, Jakarta 8 Februari 2018. 65
Makita Cindiana, “Perjokian Skipsi dikalangan Pacitan”, dalam Jurnal Online sosiologi
Fisip Unair, Komunitas,Vol. IV, No. 2, Juli 2015), h. 11. 66
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan, Pemegang Biro Jasa Karya Tulis Ilmiah,
Jakarta, 8 Februari 2018.
Ada juga joki skripsi yang memasang spanduk atau plakat di jalan-
jalan strategis atau di pasang di pohon-pohon besar. Perkembangan kemajuan
teknologi internet menjadikan strategi pemasaran joki skripsi semakin efektif
dilakukan via-online, terutama melalui e-mail.67
B. Bentuk-Bentuk Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi
Pada umumnya, perjokian karya ilmiah di Perguruan Tinggi meliputi:
1. Perjokian Olah Data
Perjokian olah data memiliki keunikan tersendiri, paket olah data
dilakukan saat mahasiswa mengerjakan bab IV atau bab III dari
skripsinya. Pengerjaan paket olah data dikerjakan menyesuaikan dengan
permintaan mahasiswa yang ingin menggunakan paket olah data.
Permintaan joki olah data bisa dilakukan per variable pada skripsi
atau dilakukan juga sekaligus dengan mengerjakan bab III dan IV. Paket
olah data biasanya menggunakan software SPSS (Statistical Package for
the Social Sciences), SAS (Statistical Analysis System), atau LISREL
(Linear Structural Relationship).68
2. Perjokian Pembuatan Skripsi dan Thesis
Pembuatan skripsi atau Thesis ini sesuai layanan program studi
atau jurusan disiplin ilmu yang bisa dilayani untuk skripsi (Strata 1)
yaitu: penelitian tindakan kelas (PTK), Skripsi Pendidikan, Psikolosi,
Sosiologi, FISIP, Hubungan Internasional, Ekonomi, Kesehatan, Hukum,
Bahasan dan Sastra, Tehnik dan sebagainya. Sedangkan untuk Thesis
(S2) meliputi: Magister Manajemen, Magister Administrasi Publik,
Manajemen Perdagangan Internasional, Hukum Bisnis, Hukum dan
HAM, Manajemen Pendidikan dan sebagainya.69
67
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan, Pemegang Biro Jasa Karya Tulis Ilmiah,
Jakarta, 8 Februari 2018. 68
Wawancara Via Whatsapp Aplikasi dengan Eka Kurnia Maulida, Pemegang Biro Jasa
Karya Tulis Ilmiah, Jakarta 14 Januari 2018. 69
Jasa pembuatan Skripsi, Idtesis.com, (Jakarta), pada Web Idtesis.com, diakses pada 25
Februari 2018.
3. Joki Konsultan Pembimbing Skripsi dan Thesis
Joki Konsultan Pembimbing skripsi yang disediakan sangat
kompeten sesuai dengan bidang konsentrasi setiap program studi atau
jurusan. Setiap jurusan memiliki konsultan pembimbingnya sendiri
sehingga benar-benar bisa fokus, paham dan mengerti benar sesuai
dengan keahliannya. Konsultan pembimbing biasanya lulusan atau
alumni S1 dan S2 dari PTN dan PTS terkemuka di daerah Perguruan
Tinggi daerah tertentu dengan pengalaman kerja sebagai pembimbing
skripsi dan joki skripsi minimal 3 tahun. Atau dilihat dari pengalaman
joki sebelumnya70
. Ada beberapa konsultan pembimbing yang berasal
dari dosen yang juga mengajar di kampus perguruan tinggi.71
4. Harga Pembuatan Skripsi atau Thesis
Biaya untuk membantu pembuatan skripsi mulai dari awal sampai
dengan akhir (lulus) sangat bervariasi. Tergantung dari jenis layanannya.
Ada layanan pembuatan skripsi Full bab yaitu mulai dari penentuan topik
atau tema serta judul skripsi sampai dengan persiapan tes ujian
pendadaran skripsi. Layanan full bab untuk jurusan pendidikan dan sosial
dihargai sebesar Rp. 2,5-3 juta,72
sedangkan layanan full bab untuk
jurusan kedokteran dan tehnik mulai Rp. 3-3,5 juta. Pengerjaan skripsi
untuk jurusan sains biasa hanya dibantu untuk analisis dan pengolahan
data saja. Untuk percobaan di laboratorium dilakukan oleh mahasiswa
sendiri.
Full bab dapat diartikan sebagai pengerjaan dilakukan dari awal
hingga akhir skripsi oleh joki skripsinya. Termasuk didalamnya
pengolahan data, wawancara, dilakukan oleh joki skripsi. Skripsi ini bisa
diistilahkan sebagai pasrah bongkoan atau mahasiswa menyerahkan
70
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan, Pemegang Biro Jasa Karya Tulis Ilmiah,
Jakarta, 8 Februari 2018. 71
Wawancara Pribadi dengan Abdil Azizul Furqon, Penolong dalam Pembuatan Skripsi,
Jakarta, 8 Februari 2018. 72
Wawancara pribadi dengan Muhammad Ihsan, Pemegang Biro Jasa Karya Tulis Ilmiah,
Jakarta, 8 Februari 2018.
seluruh isian skripsi pada pembuat skripsinya. Full bab juga merupakan
tipe pembuatan skripsi yang menjadi andalan joki karena paket full bab
memberikan keuntungan besar untuk joki skripsi.73
C. Mekanisme Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi
Proses seorang mahasiswa menggunakan joki skripsi. Pada awalnya,
mahasiswa yang akan menggunakan joki akan menentukan biro jasa joki
skripsi mana yang nantinya akan menyelesaikan jasa pembuatan skripsinya.
Mahasiswa memilih joki skripsi yang dianggap mampu membantu
penyelesaian skripsinya dalam waktu yang relatif singkat dan hasilnya sesuai
dengan yang mahasiswa itu harapkan. Mereka beranggapan bahwa pilihan
mereka terhadap joki skripsi adalah masalah yang mendesak.
Mahasiswa yang menggunakan joki skripsi memiliki banyak pilihan
untuk menggunakan jasa konsultasi skripsi mana yang ingin dipilih untuk
menyelesaikan skrpsinya. Salah satu pertimbangan mahasiswa dalam
pemilihan joki skripsi, atau bahkan kakak angkatan yang berkerja jasa joki
skripsi tersebut. Selain karena teman atau kakak angkatan yang telah menjadi
pertimbangan memilih joki skripsi, pertimbangan harga juga mempengaruhi
mahasiswa dalam memilih jasa joki skripsi yang akan mereka gunakan. Ada
yang lebih mengutamakan harga yang murah dari pada kualitas dan hasil
skripsi yang dihasilkan karena mereka beranggapan skripsi hanyalah sebuah
syarat birokrasi yang tidak memberikan efek signifikan pada kehidupan
mereka setelah menjadi sarjana.
Kedua, mahasiswa diminta membayarkan biaya yang cukup besar
sebagai pengganti jasa joki skripsi yang cukup besar untuk mahasiswa S1
dikenai biaya sebesar 2-3 juta. Kalau untuk mahasiswa S2 dikenai biaya
sebesar 4 juta 750 ribu rupiah. Ataupun pembayaran dilakukan dengan
membayarkan uang diawal transaksi ketika ingin membuat skripsi. Hal ini
73
Maksud penjelasan dari kata Full bab di biro jasa karya tulis ilmiah. Dalam hal ini Full
atau meyeluruh. Dengan hal ini semuanya diserahkan sesuai dengan pesanan si pelaku joki karya
ilmiah tersebut. Full berasal dari bahasa Inggris yang artinya penuh, lengkap, Lihat: Achmad
Fanani, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, cetakan ke-1, (Yogyakarta: Literindo, 2015), h. 167.
untuk ditunjukan untuk menjadi jaminan yang dapat memperkuat keyakinan
mahasiswa bahwa skripsikan akan diselesaikan oleh jasa joki skripsi tersebut.
Dan apabila pembayaran dilakukan secara berkala maka mahasiswa haruslah
bernegoisasi terlebih dahulu.74
Ketiga, mahasiswa dan joki nya kemudian akan melakukan konsultasi
agar dapat memberikan gambaran dan berdiskusi mengenai isi dari skripsi
yang akan dan atau sedang dibuat. Dalam hal ini keadaan yang dilakukan
dalam situasi formal, tetapi ada juga mahasiswa melakukan melalui proses
yang relatif informal dan tidak dalam situasi yang mengikat pada lokasi
tertentu. Terdapat fleksibilitas dan kebebasan yang diberikan oleh para
konsultan untuk para pengguna joki skripsi untuk mengkonsultasikan skripsi
yang dikerjakannya. Yaitu melalui emai, proses bimbingan ini juga bisa
langsung di kos-kosan atau rumah mahasiswa terkait. Mereka dapat meminta
pembimbing joki itu untuk datang ke kos atau rumah dengan alasan jika
bimbingan dilakukan ditempat umum akan dimungkinkan bertemu atau
diketahui teman atau kenalan dari mahasiswa itu.
Didalam proses pembuatan skripsi, terdapat beberapa tipe waktu
diskusi antara joki dan mahasiswa.
Pertama, skripsi dibuat dalam sekali waktu sehingga bimbingan
(diskusi) dilakukan setelah skripsi selesai dilakukan. Pembimbing dalam hal
ini menulis skripsi mulai dari bab pertama hingga selesai. Konsultasi dapat
dilakukan setelah skripsi tersebut selesai ditulis.
Kedua, skripsi ditulis per bagian. Joki dalam hal ini lebih sering
melakukan pertemuan dan diskusi dengan mahasiswa yang bersangkutan.
Ketika si joki telah melakukan bagian tertentu, maka mahasiswa kan
berdiskusi dengan si joki sebelum mahasiswa tersebut mengajukan skripsinya
kepada dosen di kampus.
Proses interaksi yang dilakukan mahasiswa dengan joki skripsi nya ini
memang bergantung dari kesepakatan antara joki dan mahasiswa nya sendiri
74
Wawancara Pribadi dengan Abdil Azizul Furqon, Penolong Orang Menulis Karya
Ilmiah, Jakarta 8 Februari 2018.
yang menjalankan hubungan terkait ini. Proses interaksi lebih bersifat
fleksibel dalam pengaturan jadwal dan berlangsung secara informal, serta
bersifat setara dan timbal balik diantara kedua belah pihak. 75
Proses pembuatan Skripsi pesanan dapat digambarkan dengan Skema
sebagai berikut:
PROSES PEMBUATAN SKRIPSI PESANAN
75
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ihsan, Pemegang Biro Jasa Karya Tulis
Ilmiah, Jakarta, 8 Februari 2018.
PEMESANAN DP/UANG MUKA PROSES
PENGERJAA
N
PENYERAHAN:
1. JUDUL
2. PEDOMAN
KESEPAKATAN:
1. WAKTU PNYELESAIAN
2. HARGA DAN PEMBAYARAN
PEMBAYARAN /
ANGSURAN
PENYERAHAN HASIL
SKRIPSI PESANAN
44
BAB IV
SANKSI PIDANA PELAKU PERJOKIAN KARYA ILMIAH DI
PERGURUAN TINGGI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM POSITIF
DAN HUKUM ISLAM
A. Sanksi Pidana Pelaku Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi
Perspektif Hukum Positif
Istilah Perjokian merupakan istilah yang tidak ada di dalam peraturan
perundang-undangan. Namun dalam KUHP Perjokian hanya serupa dengan
perbuatan yang tercantum dalam Pasal 380 dan 263. Penulis akan membahas
mengenai perbuatan hukum yang serupa terhadap para pelaku perjokian
khususnya perjokian skripsi oleh mahasiswa apabila menggunakan jasa
tersebut.
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Tindak Pidana Penipuan adalah sejumlah perbuatan-perbuatan
yang ditujukan terhadap harta benda, dalam mana oleh si pelaku telah
dipergunakan perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu atau
dipergunakan tipu muslihat.76
Pasal 378 KUHP, mengatur Penipuan sebagai tindakan, dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan
orang lain, menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi hutang maupun menghapuskan piutang, dalam hal ini
mahasiswa telah melakukan secara hukum dengan tipu muslihat,
rangkaian kebohongan dan menggerakkan institusi tempatnya yaitu
Perguruan Tinggi untuk menyerahkan sesuatu kepadanya berupa gelar
akademik atau ijazah.
76 P.A.F Lamintang, Djisan Samosir, Delik-delik Khusus Kejahatan yang Ditujukan
terhadap Hak Milik dan lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, (Bandung: Tarsito 1988), h.
262.
Dalam KUHP ketika membicarakan mengenai kejahatan yang diatur
didalam Pasal 263 pidana pemalsuan surat. Disini merujuk pada kasus
pelaku perjokian karya ilmiah yang dimana para joki itu mengerjakan
karya ilmiah punya mahasiswa yang dimana menggunakan dengan
identitas palsu, dalam penyelesaian tugas akhirnya. Dalam Pasal 263 orang
yang mengerjakan karya ilmiah orang lain juga bisa dilihat telah
memalsukan identitas orang lain. Ia mengerjakan suatu perbuatan dengan
menggunakan identitas orang lain. Selain itu, karya ilmiah atau skripsi
dianggap sebagai surat yang memiliki nilai dan menimbulkan hak baru.
Sebab, setelah menyelesaikan tugas akhir itu lah orang kemudian
mendapatkan gelar akademik.
Delik pemalsuan surat merupakan delik formil. Artinya, tidak
diperlukan adanya akibat, dengan terjadinya tindak pidana sudah
dinyatakan tindak pidana tersebut telah terjadi. Artinya apabila setelah
mengerjakan karya ilmiah milik orang lain, meskipun belum ada akibat
berupa gelar akademik, dia bisa dinyatakan memalsukan surat.
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Banyaknya perkembangan teknologi memacu kejahatan karya
ilmiah di bidang pendidikan, yang berjalan seiring dengan munculnya
globalisasi telah menyebabkan perubahan yang sifat dan eksistensinya
berbeda jauh dengan hal ini maka banyaknya pula pertimbangan bahwa
hak cipta merupakan kekayaan intelektual di bidang ilmu pengetahuan,
seni, sastra yang mepunyai peranan strategis dalam mendukung
peembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.77
Sulitnya tingkat kesadaran mahasiswa dalam mengerjakan karya
ilmiah ini menjadi suatu pelanggaran bukan lagi mengenai nilai
kejujuran, tetapi mengenai pembuatan karya ilmiah oleh pihak yang
77
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 315
namanya tidak dicantumkan dalam karya tersebut, dari apapun
merupakan bentuk pengelabuan identitas yang berdimensi pelanggaran.
Apalagi mahasiswa yang didukung sebagai ilmuwan yang mempunyai
nilai kejujuran sebagai pokok sendi utamanya, tanpa adanya nilai
kejujuran yang ditanam oleh mahasiswa maka ia bukanlah, inelektual
yang berintegritas, karena telah membohongi diri sendiri dan orang
lain.78
Karya ilmiah yang dihasilkan oleh joki karya ilmiah pada
hakikatnya adalah hasil karya ilmiah yang ide, gagasan dan pemikiran
dari penulisan orang lain, tetapi pada pasal 36 Undang-Undang Hak
Cipta, yaitu konsep mengenai ciptaan yang dibuat berdasarkan joki karya
ilmiah menyatakan: “Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja
atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu
dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali
diperjanjikan lain antara kedua belah pihak.” Menurut ketentuan ini,
pihak yang memesan karya tulis dianggap sebagai pencipta, kecuali
diperjanjikan sebaliknya dengan ini beranggapan bahwa joki karya
ilmiah dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta.
Dengan adanya peraturan tersebut pelaku atau mahasiswa tersebut
tidak bisa diambil secara benar. Dikarenakan bahwa konsep autthorship
tidak lagi dibenarkan atau diterapkan.79
Bahwa mengenai pengaturan Hak Cipta terhadap pelaku
perjokian karya ilmiah di Perguruan Tinggi bisa saja diganjar dengan
Pasal 44 Undang-Undang Hak Cipta mengenai Plagiarisme dikarenakan
dalam pembuatan skripsi pesanannya, si joki tersebut dalam
penyelesaiannya dikerjakan dengan cepat dan waktu singkat. Maka si
joki tersebut cenderung melakukan Plagiasi dalam penyelesaiannya
78Henry Soelisttyo, Plagiarisme Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, (Yogyakarta: PT.
Kanisius 2011), h.161 79
Henry Soelistyo, Plagiarisme Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, (Yogyakarta: PT.
Kanisius), h. 162.
dengan kata-kata sebagai berikut: “Penggunaan, pengambilan,
penggandaan, dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak
terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap
sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan atau
dicantumkan secara lengkap untuk keperluan: (a) pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang
wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta; (b) dst…” Dari bunyi
ketentuan tersebut jelas, bahwa syarat mencantumkan sumber adalah
sebuah syarat mutlak untuk dapat terbebas dari tindak pelanggaran.
Artinya, jika tidak dicantumkan sumbernya, pasal ini otomatis
mengkategorikan tindakan itu sebagai pelanggaran hak cipta, sekalipun
dalam sanksi pidana tidak disebut-sebut secara eksplisit tentang ancaman
sanksi jika terjadi pelanggaran atas Pasal 44 Undang-Undang Hak Cipta.
3. Sanksi Pidana Pelaku Perjokian Karya Ilmiah di Perguruan
Tinggi Perspektif Hukum Islam
Hukuman adalah untuk memelihara dan menciptakan
kemaslahatan manusia dan menjaga hal-hal dari mafsadat, serta
memberi petunjuk dan pelajaran kepada manusia, bahwa tujuan dari
pada penjatuhan hukuman menurut syariat islam adalah pencegahan
dan Pengajaran serta pendidikan
Demikian menurut keduanya bahwa hukuman dibagi menjadi
beberapa macam sesuai dengan tindak Pidananya, yaitu:
1. Tindak Pidana Qishash yakni, Tindak Pidana Pembunuhan dan
penganiayaan.
2. Tindak pidana Hudud yakni, semua jenis tindak pidana yang
secara tegas diatur didalam Al-Quran dan Hadist. Baik sifat
perbuatan pidananya maupun sanksi hukumnya, yaitu meliputi
tujuh macam, yaitu 1) perzinahan, 2) penuduhan zina, 3)
Pencurian, 4) Perampokan 5) pemberontakan 6) perbuatan
meminum khamar ataupun penyalahgunaan narkoba, dan 7)
perbuatan murtad.
3. Tindak Pidana Ta’zir yakni, semua jenis tindak pidana yang tidak
masuk ke dalam ranah hudud berartti masuk ke dalam wilayah
Ta’zir. Yaitu secara yegas ditetapkan oleh otoritas yang
berwenang di sebuah lembaga atau negara tertentu.80
Dalam hal ini perjokian termasuk kategori jual beli yang
dimaksudkan kedalam kegiatan yang diharamkan.81
Apabila suatu
perbuatan yang bertujuan untuk mencari kemaslahatan ternyata juga
membawa kepada kemudharatan karena dalam islam apabila
mengharamkan segala sesuatu maka ditutupnyalah jalan-jalan yang akan
membawa pada perbuatan yang haram itu, serta mengharamkan juga
segala cara yang mugkin dapat membawa kepada perbuatan haram. Hal
ini sesuai dengan teori asas dalam kaidah fikih yang berbunyi:
82ي زال الضرارInti kaidah ini merupakan bagian dari upaya syariat dalam
menciptakan kemaslahatan dan menolak kerusakan. Dalam banyak kitab
kaidah fiqih. Sering disebutkan bahwa kaidah ini adalah pijakan dasar
dalam mashlahah dan menolak segala bentuk mafsadah.83
Karenanya Perjokian termasuk suatu tindakan yang diharamkan,
Karena pelaku perjokian karya ilmiah termasuk kedalam tindak pidana
Penipuan. Menurut Muhammad Rawas Qal’ah Ji, tadlîs adalah
penipuan, kecurangan, penyamaran, penutupan. Jika diklasifikasikan,
tadlis bisa dibagi menjadi empat macam.84
1. Tadlis dalam Kuantitas
80
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, cetakan pertama, 2016). h. 24. 81
Muhmmad Yusuf al-Qaradhawi, Halal dan Haram dalam Islam, alih bahasa Mu‟ammal
Hamidi (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1993), h. 201. 82
Moh. Kurdi Fadal, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta: CV. Artha Rivera, 2008), h. 52. 83
Abdul Haq dkk., Formulasi Nalar Fiqh, Cet. 5, (Surabaya: Khalista, 2009), h. 213. 84
Munir, Tadlis dalam Perspektif Hukum Islam, Pondok Pesantren Putri Al-Hasanah
Darunnajah 9 Pamulang, Desember 2015.
2. Tadlis dalam Kualitas
3. Tadlis dalam Harga
4. Tadlis dalam Waktu Penyerahan
Dalam hal ini, Perjokian termasuk kategori Tadlis dalam waktu
penyerahan, karena pelaku perjokian disini melakukan perbuatan yang
nantinya akan menimbulkan bahkan pelanggaran atas dirinya dan merugikan
orang lain.
Adapun dasar hukum dari tindak pidana tadlis tercantum dalam
Alqur’an.
1. Surah Al-Baqarah ayat 188 :
انكى تيكى تان ل تأكها أي او نتأكها فسيقا ي تدنا تا إنى انحك ثاطم
أتى تؼه ثى ال اناس تال أي
Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
2. Surah An-Nisa ayat 29 :
انك آيا ل تأكها أي ا انري تجازج ػ يا أي ى تيكى تانثاطم إل أ تك
كى ل تقتها أفسكى تساض ي ا تكى زحي كا انهـ إ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.
3. Surah Al-An’am ayat 152
ل تقستا يال انيتيى إل تانتي حتى يثهغ أشد فا انكيم ي أحس أ
تانقسط يزا ان سؼا ل كهف فسا إل كا ن إذا قهتى فاػدنا
فا ذا قستى أ د انهـ تؼ نؼهكى اكى ت ص نكى ذ تركس
Artinya : “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil,
kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”
Dalam uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa tindak pidana
pelaku perjokian karya ilmiah di Perguruan Tinggi digolongkan ke dalam
Tindak Pidana Penipuan jarimah ta’zir, karena berdasarkan kesesuaian
dengan jarimah yang berkaitan dengan Penipuan Hak Cipta orang lain dan
Penyertaan Tindak Pidana Perjokian. Oleh karenanya terhadap Tindak Pidana
Pelaku Perjokian karya ilmiah di Perguruan Tinggi maka ini di jatuhan
hukuman ta’zir kepada setiap pelakunya.
Dengan sering terjadinya pelanggaran yang dilakukan pelaku
perjokian, tetapi disini keterangan yang dilakukan saksi agak sedikit kesulitan
dalam hal pembuktian, maka jelas polisi dan juga pihak akademis, dalam hal
ini apabila terjadi suatu tindak pidana pelaku perjokian maka hukum harus
tetap ditegakkan sesuai dengan keadilan dan jelas sudah mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan.
Allah SWT. Berfirman:
ا إ اناس أ تحك تى تي إذا حك ها ا الياات إنى أ يأيسكى أ تؤد انهـ
تانؼدل ا يؼظكى ت ؼ انهـ يؼا تصيس إ س كا انهـ اإArtinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Jarimah ta’zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir.
Pengertian ta’zir menurut bahasa adalah ta’dib atau memberi pelajaran. Ta’zir
juga diartikan sebagai Ar Rad wa Al Man’u artinya menolak dan mencegah.85
Kata يؼزس۔ ػزس yang secara etimologis berarti اهسداهغ, yaitu
menolak dan mencegah. Kata ini juga memiliki arti صس menolong atau
menguatkan. Hal ini seperti dalam firman Allah berikut :
ز تؼز زسن أصيل نتؤيا تانهـ تسثح تكسج قس ت
Artinya: “Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih
kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Fath:9).86
Menurut Imam Al-Mawardi pengertian Ta’zir adalah sebagai berikut:
د ب نى تشسع فيا انحد انتؼزيس تادية ػهى ذ
Bahwasannya, Ta’zir itu adalah hukuman pendidikan atas dosa
(tindak pidana) yang belum ditentukan hukumannya oleh syara’.
Jarimah Ta’zir yaitu semua jenis tindak pidana yang tidak secara tegas
diatur dalam Al-Qur’an dan Hadist. Aturan teknis, jenis, dan pelaksanaan
jarimah ta’zir ditentukan oleh Ulil Amri untuk meenetapkannya. Jenis
jarimah ta’zir sangat banyak dan bahkan tidak terbatas. 87
Menurut Abu Bakar Jabir Al Jazairi Tindak Pidana ta’zir adalah
tindak pidana yang apabila dilakukan diancam dengan sanksi disiplin berupa
pemukulan, atau penghinaan, atau embargo atau pengasingan.88
Jarimah Ta’zir ini bertujuan sebagai usaha Preventif, yaittu mencegah
orang lain agar tidak melakukan jarimah, Represif, membuat pelaku jera
85
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 19 86
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2013, h. 136 87
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, cetakan pertama, 2016), h. 29 88
Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana dalam sistem Hukum Islam, (Jakara: Ghalia
Indonesia,2009), h. 54.
sehingga tidak mengulangi, Kuratif, membawa perbaikan sikap bagi pelaku,
Edukatif, memberikan pengajaran dan pendidikan sehingga diharapkan dapat
memperbaiki pola hidup pelaku.89
Ciri khas hukuman ta’zir adalah sebagai berikut:
1. Hukumannya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman tersebut
belum ditentukan oleh syara’ dan ada batas minimal dan ada batas
maksimal.
2. Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa.90
Hukuman Ta’zir ini jenisnya beragam namun secara garis besar dapat
dibagi dalam empat kelompok, yaitu:91
1. Hukuman Ta’zir yang berkaitan dengan Badan seperti hukuman mati dan
hukuman cambuk.
2. Hukuman Ta’zir yang berkaitan dengan Kemerdekaan Seseorang, seperti
hukuman penjara dan hukuman pengasingan.
3. Hukuman Ta’zir yang berkaitan dengan Harta, seperti Denda, penyitaan,
penghancuran,
4. Hukuman Ta’zir dalam bentuk lain, seperti: peringatan keras, dihadirkan
di hadapan sidang, nasihat, celaan, pengucilan, pemecatan, dan
pengumuman kesalahan secara terbuka, seperti diberitakan di media
cetak dan elektronik.
Tujuan diberikannya hak penentuan jarimah-jarimah ta’zir dan
hukumannya kepada penguasa adalah agar mereka dapat mengatur
masyarakat dan memelihara kepentingan-kepentingannya, serta bisa
menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap persoalan yang baru atau
mendadak.92
89
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, cetakan pertama, 2016). h. 94 90
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 19 91
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, cetakan pertama, 2016). h. 95 92
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 20
Pihak yang berhak memberikan hukuman Ta’zir kepada pelanggar
hukum syara’ selain penguasa atau hakim adalah orang tua untuk mendidik
anaknya, suami untuk mendidik istrinya atau guru untuk mendidik muridnya.
Dalam pemberlakuan ta’zir adalah agar pelaku mau mengehentikan
kejahatannya dan agar hukum Allah tidak dilanggar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembagian hukuman
ta’zir terdiri atas dua macam, yaitu ta’zir yang berkaitan dengan pelanggaran
terhadap hak Allah dan ta’zir yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap
hak manusia.93
Dan oleh sebab itu, Tindak Pidana Perjokian Karya Ilmiah ini
disebutkan bahwa si Pelaku tersebut telah melakukan pelanggaran terhadap
manusia dan dirinya yang tidak mencerminkan kejujuran dan moralnya
sebagai mahasiswa dan terbukti sebagai kejahatan intelektual.
Maka pelaku perjokian karya ilmiah di perguruan tinggi, tidak ada
hukuman yang telah jelas dan konkrit, mengingat masalah ini yang sering
terjadi dikalangan mahasiswa tingkat akhir dan menjadi permasalahan
kontemporer. Oleh karena itu, dalam Islam jika ada permasalahan baru seperti
Perjokian Karya Ilmiah yang dalam pemberian hukumannya belum ada
ketentuan yang jelas, maka hukuman yang diberikan atas pelanggaran yang
baru tersebut diserahkan sepenuhnya kepada hakim/ulilamri. Hukuman yang
keputusannya berdasarkan kekuasaan hakim/ulilamri adalah ta’zir, karena
berdasarkan kesesuaian dengan jarimah yang berkaitan dengan kejahatan
intelektual, maka hukuman yang pantas bagi pelaku penipuan pelaku
perjokian karya ilmiah adalah ta’zir berupa hukuman penjara dalam
bentuknya itu disesuaikan dengan kepentingan dan kemaslahatan umum yaitu
pencabutan gelar.
Prinsip penjatuhan ta’zir terutama yang berkaitan dengan ta’zir
menjadi wewenang penuh hakim atau pemerintah, artinya baik bentuk
maupun jenis hukumannya merupakan hak penguasa, ditujukan untuk
menghilangkan sifat sifat mengaganggu ketertiban atau kepentingan umum
93
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, )Jakarta: Amzah, 2013(, h. 202
sebagaimana diketahui sifatnya labil dan berubah sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan.94
Dalam hal nya hukum Islam penjatuhan Ta’zir bagi pelaku
perjokian karya Ilmiah di Perguruan Tinggi di antaranya yaitu Peringatan
keras, dihadirkan dihadapan sidang, nasihat yang disampaikan oleh Ulil Amri
atau Pejabat yang berwenang.95
B. Pencegahan dan Penanggulangan Joki karya tulis ilmiah
Menurut, Surahma Asti Mulasari dari bagian Badan Penjaminan Mutu
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menggunakan lembaga-
lembaga sejenis olah data untuk menggarapkan skripsinya adalah pelanggaran
berat terhadap etika akademik. Lebih lanjut, Asti menuturkan bahwa setiap
kampus selalu punya mata kuliah penyusunan proposal, di mana dalam mata
kuliah dalam bab 1 hingga 3 mahasiswa mendapat guideline bagaimana
pengerjaannya dalam skripsi. Penggunaan joki skripsi ini akan menjadi
pelanggaran etika, yang tentu sanksinya akan ditentukan pimpinan kampus
masing-masing. Dan apabila mahasiswa yang terbukti menggunakan joki
orang lain untuk mengerjakan skripsinya diminta untuk membuat ulang
skripsinya. Bisa saja Skorsing dan kemungkinan pencabutan gelar akademik
jika ada yang merasa dirugikan, akibat tindakan pelanggaran etika tersebut.96
Kasus yang baru-baru terjadi saat ini adalah pemberhentian rektor
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Dr Djaali. Ini membuktikan bahwa
bukan hanya pada strata satu saja menggunakan joki sebagai pembuat
skripsi, namun juga di tingkat doktoral pun bisa saja menggunakan jasa
tersebut.97
94
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, cetakan pertama, 2016) h. 93 95
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, cetakan pertama, 2016) h. 110 96
Irwan Khoiruddin, “Tak ada payung hukum, gurita bisnis skripsi mungkin akan distop”,
Surat Kabar kompas, (Jakarta), 15 Maret 2017, 19:07 97
Moh. Nadlir, “Kasus Plagiarisme, Rektor UNJ hanya diberhentikan sementara”, Surat
Kabar Kompas, (Jakarta), 29 September 2017, 20:07.
Untuk mencegah hal itu, mahasiswa dituntut berfikir bahwasannya,
untuk memberikan pandangan jika skripsi bukan tujuan akhir seorang
mahasiswa, melainkan awal untuk langkah ke depan.
Perkataan ini bisa saja dibuktikan oleh mahasiswa yang memang
ingin mengubah pola pikirnya dalam hal ini "Untuk mencegah penggunaan
joki skripsi, hanya saja memberikan pandangan jika skripsi bukanlah akhir,
namun sebuah awal untuk maju ke depan. Karena hanya orang-orang bodoh
dan malas berpikir yang melakukan perbuatan yang dapat membodohi diri
mereka sendiri," hanya saja realita yang terjadi seperti itu.
Menurut Koesmargono, perjokian karya ilmiah khususnya skripsi ini
tergolong tindakan penipuan dan pemalsuan yang melanggar etika
pendidikan. Akan tetapi, seperti halnya tindak penjiplakan, praktik-praktik
sejenis sulit dibuktikan karena membutuhkan kecermatan tinggi. Dan kejelian
terhadap kualitas yang ada di kampus masing-masing perguruan tinggi
tersebut. Bagi Ketua Dewan Pendidikan Provinsi DI Yogyakarta Wuryadi,
fenomena ini menandakan pendidikan telah dianggap sebagai komoditas yang
punya harga dan bisa diperdagangkan. Pemalsuan skripsi disebutnya sebagai
bagian dari budaya instan pendidikan yang lebih mengutamakan kemudahan
dibandingkan dengan moral dan proses. Mereka berambisi meraih gelar
meski dengan skripsi pesanan.98
Pelaku joki karya tulis ilmiah di Perguruan Tinggi merupakan salah
satu budaya jalan pintas, atau instan yang menjadi jalan keluar dari cara
kemelut. Ini merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap
instansi pendidikan atau mencurangi banyak pihak lain.
Upaya penanggulangan atau kebijakan untuk melakukan pencegahan
dan penanggulangan kejahatan selalu dilakukan oleh pemerintah maupun
program dan kegiatan secara terus menerus.
Menurut Barda Nawawi Arief, Kebijakan kriminal ini pun tidak
terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari
98
Irene Sarwindaningrum, “Meraih gelar dengan Skripsi pesanan”, Surat Kabar Harian
Kompas, (Jakarta), 19 Februari 2010, h.2
kebijakan/ upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan/upaya-
upaya untuk perlindungan masyarakat.99
Lain halnya menurut Baharuddin Lopa, bahwa “upaya dalam
menanggulangi kejahatan dapat diambil beberapa langkah-langkah terpadu,
meliputi langkah penindakan (represif) disamping langkah pencegahan
(preventif).”
Langkah-langkah preventif menurut Baharuddin Lopa, meliputi :
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang
dengan sendirinya akan mengurangi kejahatan.
2. Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan-penyimpangan.
3. Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum
rakyat.
4. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya
untuk lebih meningkatkan tindakan represif maupun preventif.
5. Meningkatan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para
pelaksana penegak hukum.100
Pandangan Jeremy Bentham bahwa yang mengemukakan bahwa
“Tujuan hukuman adalah mencegah terjadinya kejahatan serupa, dalam hal
ini dapat memberi efek jera kepada pelaku dan individu lain pun untuk
berbuat kejahatan”.101
Dalam menanggapi kasus pelaku perjokian karya ilmiah di Perguruan
Tinggi perlu dilakukan usaha preventif dan represif untuk menciptakan
generasi yang sesuai dengan kualitas masing-masing yang melekat pada
mahasiswa demi tercapainya nama baik kampus yang berintegritas, dan juga
lulusan yang bertitel terjamin.
99
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan
Pidana Penjara” (Semarang: BP Undip, 2007), h. 77 100
Baharuddin Lopa, ”Kejahatan Korupsi dan Penegakkan Hukum”, (Jakarta: Buku
Kompas), h. 16. 101
Fredericus Fios, ”Keadilan Hukum Jeremy Bentham dan Relevansinya bagi praktik
Hukum Kontemporer”, Jurnal Humaniora Binus University, Vol.3 No.1 April 2012, h. 304
Kebijakan Hukum Pidana dalam perilaku yang dilakukan oleh pelaku
perjokian karya tulis ilmiah di Perguruan Tinggi, termasuk ke dalam Tindak
Pidana terhadap HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) di bidang
pendidikan. Dilihat disini terdapat peran pendidik yakni dosen sebagai
pengajar dalam melaksanakan tugasnya, diarahkan pada terwujudnya yang
nantinya mengarah pada tercapainya tujuan keadilan. Keadilan ini
dimaksudkan untuk pendidik, dan mahasiswa itu sendiri yang menjadi
korban, maupun bagi masyarakat/negara luas. Demi terwujudnya
keeseimbangan tersebut diupayakan tercerminnya dalam ketentuan mengenai
tindak pidana, pertanggungjawaban pidana dan sanksi pidana yang
bersangkutan. Yang nantinya dalam pemberian sanksi pidana dapat
diterapkan terhadap jenis sanksi pidana yang mana pemilihan jenis sanksi
pidana tersebut harus didasarkan pada sifat perbuatan si pelaku perjokian
tersebut.102
102
Rusmilawati Windari, “Kebijakan Hukum Pidana terhadap Penanggulangan Tindak
Pidana di Bidang Pendidikan”, (Tesis Magister Ilmu Hukum Universias Diponegoro, Semarang:
2006).
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan pada bab sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan yang kemudian menjadi temuan pokok dalam penelitian ini,
diantarantya sebagai berikut:
1. Temuan penelitian skripsi ini menunjukan bahwa sanksi bagi pelaku
perjokian karya ilmiah di Perguruan Tinggi dalam tinjauan yuridis
hukum positif, belum ada aturan khusus tetapi si pelaku perjokian karya
ilmiah ini hanya melanggar kode etik akademik. Dimana perbuatan
tersebut hampir serupa dengan unsur penipuan Pasal 378 KUHP, dimana
seseorang menipu jika perbuatannya berupa upaya membujuk orang
supaya memberikan barang, membuat hutang, atau menghapus hutang
dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, akal cerdas, tipu
muslihat ataupun rangkaian kebohongan, dan menggerakkan institusi
untuk menyerahkan sesuatu kepadanya berupa gelar akademik. Dan
Pemalsuan Pasal 263 KUHP dimana apabila orang yang mengerjakan
tugas karya ilmiah orang lain, merupakan perbuatan dengan
menggunakan identitas orang lain, sebab tugas akhir mahasiswa yaitu
skripsi dianggap sebagai surat yang memiliki nilai dan menimbulkan hak
baru. Dan dimana menyelesaikan tugas akhir itu merupakan orang lain
kemudian mendapatkan gelar akademik. Dalam Perspektif Hak
Kekayaan Intelektual perjokian karya ilmiah itu bisa dianggap hubungan
kerja. Dengan merujuk Pasal 36 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta dimana pemegang hak cipta atas karya ilmiah
pesanannya itu adalah pembuatnya atau jokinya kecuali ada perjanjian
menyebutkan bahwa pemilik hak cipta itu adalah yang tertera namanya.
Dan ada juga Pasal 44 ayat 1 dalam Undang-Undang Hak Cipta
mengenai Plagiarisme si joki bisa cenderung Plagiat apabila si pelaku
tersebut menyuruh joki nya untuk melakukan penyelesaian dengan waktu
cepat dan singkat. Menurut hukum Islam pelaku joki pembuatan skripsi
itu termasuk jual beli yang diharamkan, dan dikategorikan tindak pidana
penipuan. Penipuan dalam Hukum Islam termasuk kedalam jarimah
Ta’zir. Sesungguhnya, pelaku perjokian karya ilmiah ini terlebih hanya
melanggar kode etik, yang tidak mencerminkan bentuk praktik kejujuran
akademik dan termuat didalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas Pasal 20 dimana perguruan tinggi berkewajiban
mengadakan Penelitian yaitu skripsi. Hal ini yang dimana dipaparkan
penulis tidak dapat diklasifikasikan pasal tersebut, ini hanya sebatas
perbuatan yang hanya serupa, tidak dapat dijadikan sebagai Tindak
Pidana Pendidikan. Karena belum ada Peraturan yang eksplisit mengatur
larangan menggunakan jasa perjokian karya ilmiah.
2. Sementara itu, dari sudut pandang yang lain temuan penelitian ini juga
menunjukan bahwa upaya penanggulangan dan pencegahan pelaku
pembuatan perjokian karya ilmiah, perlu dilakukan usaha preventif yaitu
melakukan koreksian atau revisian ketat terhadap pelaku tersebut
mengenai hasil penelitian yang dibuatnya. Terhadap dan represif agar
memberikan efek jera kepada pelaku perjokian pembuatan karya ilmiah,
serta haruslah dari pihak mahasiswanya yang dimana harus mentaati
kode etik akademik dan kejujuran yang diberikan oleh dosen sebagai
Pendidik. Agar tidak terjadi Tindak Pidana Pendidikan.
B. Rekomendasi
Atas dasar temuan penelitian yang telah dikemukakan, penulis
merekomendasikan sebagai berikut:
1. Kajian tentang prinsip-prinsip kejujuran dalam tataran hukum pidana di
Indonesia harus selalu tetap ditegakkan, supaya prinsip-prinsip hukum
pidana islam dapat menyatu dengan konteks pembaharuan hukum pidana
nasional.
2. Terkait untuk menjaga eksistensi nilai-nilai kejujuran dalam hukuman
perokian karya ilmiah di perguruan tinggi di Indonesia, semua pihak
diharapkan berperan aktif untuk menajaga stabilitas maupun integritas
kampus agar mahasiswa nya mentaati kode etik pendidikan, untuk
meminimalisir mahasiswa memakai joki.
3. Kejujuran dalam hukuman perjokian karya ilmiah, setidaknya bukan
hanya dirasakan oleh pelaku (mahasiswa), melainkan bagi si joki itu
sendiri pula. Dengan demikian, pelaku perjokian karya ilmiah,
pemerintah maupun sivitas akademik layak melakukan pembinaan,
pendalaman, dan pembelajaran supaya menghindari terjadinya perjokian
karya ilmiah.
62
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al- Asqalani Ibn Hajar, Panduan Lengkap Masalah Fiqih, Akhlak, dan
Keutamaan Amal, Hadist Shohih Muslim, Bulughul Marom, (Jakarta: PT.
Al-Mizan 1998).
Al Faruk Asadulloh, Hukum Pidana dalam sistem Hukum Islam, (Jakara :Ghalia
Indonesia,2009.
Al- Qardhawi Muhmmad Yusuf, Halal dan Haram dalam Islam, alih bahasa
Mu‟ammal Hamidi (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1993).
Al-qur’an Surat An-Nisa ayat 58
Anwar Moch , Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti 1989).
Brodjenogoro Satryo Soemantri, Strategi dan Kebijakan Jangka Panjang
Pendidikan Tinggi 2003-2010, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi 2010).
Chazawi Adami, dan Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, PT. Raja Grafindo
Persada 2014,
Chazawi Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 3 Percobaan dan Penyertaan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002).
Fanani Achmad, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, cetakan ke-1, , (Yogyakarta:
Literindo, 20150).
Haq Abdul dkk., Formulasi Nalar Fiqh, cet. 5, (Surabaya: Khalista, 2009).
Harahap M. Yahya, Pembahasan Permasalahan KUHP dan Pembahasan KUHP
Pasal 380 ayat 1 angka 2 KUHP, Sinar Grafika, 2000.
Irfan M. Nurul dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2013.
Irfan M. Nurul, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, cetakan pertama, 2016).
h. 24.
Jasa pembuatan Skripsi, Idtesis.com, (Jakarta), pada Web Idtesis.com, diakses
pada 25 Februari 2018.
Kombes dan Ismu Gunadi, Cepat dan Mudah memahami Hukum Pidana, (Jakarta:
Kencana )
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan
terhadap hak milik dan lainlain hak yang timbul dari hak milik, (Bandung:
Tarsito 1979).
Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan ertulis di Indonesia, (Jakarta: Rajawali
Press 2012).
Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: PT.
Rajawali Press, 2012).
Margono Suyud, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2010).
Mirwansyah, Analisis Hukum terhadap tindak pidana Hak cipta (ditinjau dari
Undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Moh. Kurdi Fadal, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta: CV. Artha Rivera, 2008).
Muhadjir Noeng, Metode Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta:Rake Sarasin, 2000),
ed. IV,
Munir, Tadlis dalam Perspektif Hukum Islam, Pondok Pesantren Putri Al-
Hasanah Darunnajah 9 Pamulang, Desember 2015.
Muslich Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004)
Prasetyo Teguh, Hukum Pidana Edisi Revisi, (Jakarta:Rajawali Press, 2011
Prodjodikoro Wirjono, “Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia”, (Bandung:
Refika Adityama, 2003).
Raco G.R., Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan keunggulan
(Jakarta: Grasindo,2010)
Soekanto Soerjono, Penelitian hukum ( Raja Grafindo Persada,2011), cet. 23
Soelistyo Henry Soelistyo, Plagiarisme pelanggaran hak cipta dan Etiks, PT.
Kanisius 2011.
Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017).
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
Edisi Kedua, cetakan ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,1994).
Usman Rahmadi, Hukum HAKI: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya,
(Bandung:2003).
Wawancara pribadi dengan Abdil Azizul Furqon, penolong orang menulis karya
ilmiah, Jakarta 8 Februari 2018.
Wawancara pribadi dengan Muhammad Ihsan, pemegang biro jasa karya tulis
ilmiah, Jakarta, 8 Februari 2018.
Wawancara via whatsapp aplikasi dengan Eka Kurnia Maulida, pemegang biro
jasa karya tulis ilmiah, Jakarta 14 Januari 2018.
Zainudin Ali, M.A. Metode penelitian hukum. Palu: Sinar grafika, 2009.
Jurnal:
Anto Puji, “Analisis Sosiologis dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Unsur
Ekstrinsik Karya Sastrra”, (Jurnal Inovasi pendidikan dasar Vol.1, No. 2
Juni 2016).
Ardian Agnes Vira, “prospek perlindungan hukum hak kekayaan
intelektual dalam kesenian tradisional di indonesia”, Pasal 15 huruf a
UU. No. 19 Tahun 2002 tentang Hakcipta Jurnal Undip, Kamis, 31 Mei
2012.
Arief Barda Nawawi, Kebijakan Legislatif dalam penanggulangan Kejahatan
dengan Pidana Penjara” (Semarang: BP Undip, 2007).
Ariyani Amelia, “Video Investigasi: “Mengungkap joki skripsi di perguruan
Tinggi di Semarang”, (Jurnal Undip, Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 3,
Agustus 2013)
Bassang Tommy J., “Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Deelneming”,
dalam Jurnal Lex Crimen
Chairan Tenripadang, “Analisis Yuridis Perlindungan Hukum terhadap Hak
Cipta”, Jurnal Hukum Diktum, Vol.9, Nomor 2, Juli 2011.
Cindiana Makita, “Jurnal Perjokian Skripsi dikalangan Mahasiswa di Pacitan”.
Research Conducted in Pacitan. 16 Juni 2015, Vol. IV, No.2, Juli 2015
Dewa Faris Saputra Dewa, “Lulus S1 tanpa skripsi, solusi atau awal dari
kehancuran Perguruan tinggi”, Surat Kabar Kompas, 17 Juni 2015.
Dewi Eva meizara puspita, “Gambaran karakter dan aspirasi terhadap
pendidikan karakter pada mahasiswa”, (Inquiry Jurnal Ilmiah Psikologi,
Vo. l7, No. 2, Desember 2016)
Fios Fredericus, ”Keadilan Hukum Jeremy Bentham dan Relevansinya bagi
praktik Hukum Kontemporer”, (Jurnal Humaniora Binus University, Vol.3
No.1 April 2012).
Jusuf Anwar, “Inovasi kurikulum dengan praktik kejujuran akademik di fakulttas
kedokteran universitas kristen krida wacana”, (Jurnal UKRIDA Vol. 2,
No. 4, 2010)
Kamarudin Kaisarudin, Unsur Motif dalam Tindak Pidana, Jurnal negara hukum,
11 september 2016,
Khoirudin Irwan, “Tak ada payung hukum, gurita bisnis skripsi mungkin akan
distop”, Surat Kabar kompas, 15 Maret 2017, 19:07
Kholis Nur, “Paradigma Pendidikan Islam dalam UU. Nomor. 20 tahun 20003,
Jurnal Kependidikan, Vol. II, No. 1, Mei 2014.
Lopa Baharuddin, ”Kejahatan Korupsi dan Penegakkan Hukum”, (Jakarta: Buku
Kompas).
Maulana Heri, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter”, (Jurnal Khasanah Ilmu, Vol.
7 No.1 2016).
Mulyadi Dudung, “Unsur-unsur Penipuan dalam Pasal 378 KUHP”, dalam
Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, Vol.5, No.2, September 2017, h.212-213 ISSN
23.55.00 23
Mulyana, Jurnal Pencegahan Tindak Pidana Plagiarisme dalam Penulisan
Skripsi Upaya Memperkuat Pembentukan Karakter Didunia Akademik”
FBS UNY 2016.
Nadlir Moh., “Kasus Plagiarisme, Rekttor UNJ hanya diberhentikan sementara”,
Surat Kabar Kompas, 29 September 2017, 20:07.
Sarwindaningrum Irene, Meraih gelar dengan Skripsi pesanan, Surat Kabar
Harian Kompas, 19 Februari 2010.
Sudjana, “Sisttem Perlindungan atas ciptaan berdasarkan Undang-undang No.28
ttahun 2014”, Pasal 36 UU. No 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta. Jurnal
Law, Vol. 2, No. 2.
Sugiono Agus dan Ibnu Ali, Pendidikan anti Korupsi pada Remaja di Desa Bujur
Tengah Pamekasan: seminar nasional hasil pengabdian kepada masyarakat
(SENIAS), 2017, Madura: Universias Islam Madura.
Sulastryani, “Tinjauan yuridis terhadap penegakan hukum terhadap pelaku
penipuan”, Jurnal Jurispudentie, Vol 4, Nomor 1, Juni 2017.
Tamin Daris, “Guru dan Budaya pendidikan berbasis bimbingan dan konseling”,
Keterangan disampaikan dalam acara “Join Seminar” antara Prodi BK Sps
UPI Bandung dengan Program Kaunseling USM, (Jurnal Akademia:
Bandung 2013).
Tanuwijaya Ahmad Setiyohadi, Fanny Tanuwijaya, I Gede Widhiana Suarda,
“Kebijakan Eksekusi terhadap putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam perspektif politik hukum pidana”, (Jember:
Hasil Penelitian Mahasiswa UNEJ, 2013).
Tarakanita Dian , ”Menjawab Realitas Pro dan Kontra Skripsi menjadi Syarat
Kelulusan”, Surakarta: Essai UNS, 2012.
Tukarmun, ketentuan Pidana Pasal 112, Undang-undang Nomor.28 Tahun 2014,
Oleh: Turkamun, “Perlindungan Hukum dalam Pelanggaran Hak Cipta
Software ditinjau dari Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta” (Jurnal Sekretari, Vol. 4 No.2, Juni 2017).
Winarsih Idha,, Cahyo budi utomo, tsabit azinar ahmad, “Peranan Pembelajaran
sejarah dan penanaman nilai karakter religius nasionalisme”, (Indonesian
Journal of History Education: Semarang, Vol. 5, No. 12, 2017)
Windari Rusmilawati, Kebijakan Hukum Pidana terhadap Penanggulangan
Tindak Pidana di Bidang Pendidikan”, (Tesis Magister Ilmu Hukum
Universias Diponegoro, Semarang: 2006).
Windarto, “Perlindungan Hukum terhadap Program Komputer ditinjau dari
Undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta”, Jurnal Ilmu
Hukum, Vol 6, nomor 2, oktober 2015,
Wiyonno “INVESTIGATION REPORT VIDEO: “INVESTIGATING THESIS
“JOKI” IN A UNIVERISITY AT SEMARANG”2001
Yuliati, Perlindungan Hukum bagi Pencipta berkaitan dengan Plagiarisme Karya
Ilmian di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang,
Arena Hukum Vol.6 April 2012
Undang-undang:
KUHP Pasal 378 dan Pasal 263 KUHP
Sidiknas UU. No. 20 Tahun 2003
Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta