Post on 04-Feb-2018
6
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan
yang negative atau mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu
kebutuhan atau mengharupakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi
tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).
Gangguan hubungan sosial adalah suatu kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosialnya (Depkes,1994).
Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi
dengan lingkungan sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan
dengan orang lain dan tidak bisa berbagi pikirannya dan perasaannya
(Rawlins,1993).
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi
sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend,
M.C, 1998 : 52).
2
Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan
berinteraksi secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian
berusaha untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa
takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai
respon. Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai
maladaptif (Stuart and Sundeen, alih bahasa Hamid,1998).
B. Rentang Respon Sosial
Rentang Respon Sosial
Respon adaptif Respon maladaptif
Solitut Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisme
Saling ketergantungan
Gambar.1.1 Rentang respon sosial, (Stuart and Sundeen, 1998).
Keterangan dari rentang respon sosial :
1. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
untuk menentukan langkahnya.
3
2. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
5. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian
dengan orang lain atau lingkungannya.
6. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan
orang lain atau lingkungannya.
7. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain.
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
9. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
4
10. Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian.
Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
(Townsend M.C,1998)
C. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,
rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri, (Carpenito,L.J,
1998)
1. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik
diri
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
5
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif
sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini (Stuart and Sundeen, 1998).
2. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain :
6
a. Stressor Sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas
unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya,
misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri)
(Stuart & Sundeen, 1998)
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain
7
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
(Rawlins, Heacock,1993)
D. Tanda Dan Gejala
Menurut Towsend M.C (1998:192-193) dan Carpenito,L.J. (1998:381)
Isolasi sosial : menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai
berikut : kurang spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak
memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak
peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi urine dan feses,
aktivitas menurun, posisi baring seperti fetus, menolak berhubungan dengan
orang lain.
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi.
Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan
dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan
hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
8
interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen,
1998:349)
F. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
3. Kekerasan, resiko tinggi
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
5. Motivasi perawatan diri kurang
6. Defisit perawatan diri
7. Koping keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga untuk merawat
klien di rumah (Keliat,B.A,2005:201)
G. Pohon Masalah
Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi
Isolasi sosial : Menarik diri Core problem
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
H. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi
(Kelliat,2005)
I. Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan
IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
1 Isolasi sosial : Menarik diri
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi menarik diri
Setelah dilakukan 1x interaksi, pasien menunjukan tanda-tanda percaya terhadap perawat dengan menunjukan:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat,
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: a. Sapa
klien dengan nama baik verbal maupun non verbal
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
mau mengutarakan masalah yang dihadapi
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :a. Diri sendiri b. Orang lain c. Lingkungan
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandanya :a. “Di rumah klien
tinggal dengan siapa”
b. “Siapa yang paling dekat dengan klien”
c. “Apa yang membuat klien dekat dengannya”
d. “Dengan siapa
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
klien tidak dekat”
e. “Apa yang membuat klien tidak dekat”
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
1. Klien dapat berinteraksi menyebutkan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain. Misalnya :a. Banyak
teman b. Tidak
sendiri c. Bisa
diskusi,dll
1. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
2. Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain
3. Diskusikan bersama klien tentang
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4. Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
2. Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak berinteraksi
1. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
dengan orang lain, Misalnya: a. Sendiri b. Tidak
memiliki teman
c. Sepi,dll
berinteraksi dengan orang lain
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapakan perasaan tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berinteraksi
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
dengan orang lain
4. Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mendapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap
Klien dapat mendemonstrasikan interaksi sosial secara bertahap antara: a. Klien –
perawat
1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
2. Bermain
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
b. Klien – perawat –perawat lain
c. Klien – perawat –perawat lain – klien lain
d. Klien – keluarga / kelompok / masyarakat
peran tentang cara berhubungan / berinteraksi dengan orang lain.
3. Dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui tahap : a. Klien –
perawat b. Klien –
perawat –perawat lain
c. Klien – perawat –
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
perawat lain – klien lain
d. Klien – keluarga / komunitas / masyarakat
4. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
5. Bantu klien untuk mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
6. Dikusikan jadwal harian
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain
7. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
8. Beri penguatan positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya Klien dapat 1. Dorong
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
setelah berinteraksi dengan orang lain mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain untuk : a. Diri Sendiri b. Orang lain
klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain
2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkapkan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
perasaan keuntungan berhubungan dengan orang lain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Keluarga dapat : a. Menjela
skan perasaannya
b. Menjelaskan cara merawat klien menarik diri
c. Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri
d. Berpartisipasi dalam perawatan klien
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: a. Salam,
perkenalkan diri
b. Jelaskan tujuan
c. Buat kontrak
d. Eksplorasi perasaan klien
2. Diskusikan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
menarik diri dengan anggota keluarga tentang: a. Perilaku
menarik diri b. Penyebab
perilaku menarik diri
c. Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
d. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
3. Dorong
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain
4. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu
5. Beri penguatan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
2 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pasien memiliki konsep diri yang positif
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Setelah dilakukan 1x interaksi, pasien menunjukkan : 1. Ekspresi
wajah bersahabat
2. Menunjukan rasa senang
3. Ada kontak mata
4. Mau berjabat tangan
5. Mau menyebutkan
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip terapeutik : a. Sapa
klien dengan ramah
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyaka
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
nama 6. Mau
menjawab salam
7. Pasien mau duduk berdampingan dengan perawat
8. Pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
n nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
g. Beri
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
2. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
Setelah 2x interaksi pasien dapat menyebutkan : a. Aspek
positif dan kemampuan yang dimiliki pasien.
b. Aspek positif keluarga
c. Aspek positif lingkungan
1. Diskusikan dengan pasien tentang pasien tentang : a. Aspek
positif yang dimiliki pasien, keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki pasien
2. Bersama
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
pasien buat daftar tentang : a. Aspek
positif yang dimiliki pasien, keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki pasien
c. Beri pujian yang realitis, hindarkan memberi penilaian negatif
3. Pasien dapat membina kemampuan yang Setelah 3x interaksi Dilaksanakan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
dimiliki untuk dilaksanakan pasien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan
pasien Diskusikan kemampuan pasien yang akan dilanjutkan pelaksanaannya
4. Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Setelah 4x interaksi pasien dapat membuat rencana kegiatan harian
1. Rencanakan bersama pasien, aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan pasien
2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi pasien a. Kegiatan
mandiri b. Kegiatan
dengan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
bantuan 3. Beri contoh
cara pelaksanaan kegiatan yang dapat pasien lakukan
5. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
Setelah 5x interaksi pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat
1. Anjurkan pasien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan pasien
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
pasien 4. Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
6. Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Setelah 6x interaksi pasien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rendah a. Beri
alasan setiap berinteraksi
b. Perkenalkan nama-nama panggilan perawat dan tujuan perawat
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
berkenalan c. Tanyaka
n dan panggil nama kesukaan pasien
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
e. Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengark
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
an dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
3 Gangguan sensori persepsi: Halusinasi (Lihat/dengar/penghidu /raba/kecap)
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya1. Pasien dapat membina hubungan saling
percaya
Setelah 5x interaksi pasien meunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat :1. Ekspresi
wajah bersahabat
2. Menujukan rasa senang
3. Ada kontak mata
4. Mau berjabat tangan
5. Mau menyebutkan nama
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:a. Sapa pasien
dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
6. Mau menjawab salam
7. Mau duduk berdampingan dengan perawat
c. Buat kontrak yang jelas
d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
e. Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya klien
f. Beri perhatian kepada pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
g. Tanyakan perasaan pasien dan masalah
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
yang dihadapi pasien
2. Pasien dapat mengenal halusinasinya Setelah 5x interaksi pasien dapat menyebutkan : 1. Jenis
halusinasi2. Isi3. Waktu4. Frekuensi5. Respon dari
klien terhadap halusinasi
Adakah kontrak sering dan singkat secara bertahap :a. Observasi
tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya
b. Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu / halusinasi
c. Jika pasien menjawab Iya, tanyakan apa yang sedang dialaminya
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
d. Katakan bahwa perawat percaya pasien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalami apa yang dirasakan klien
e. Katakan bahwa ada pasien yang lain yang mengalami hal yang sama
f. Katakan bahwa perawat akan membantu pasien
Setelah 5x interaksi Jika pasien tidak
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
pasien menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi: marah, takut, sedih, senang, cemas, jengkel
mengalami halusinasi, klarifikasi tentang adanya pengalaman dengan pasien: a. Isi, waktu,
frekuensi b. Situasi dan
kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
3. Pasien dapat mengontrol halusinasinya Setelah 5x interaksi pasien menyebutkan:1. Tindakan
yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan
1. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi
2. Diskusikan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
halusinasinya 2. Pasien dapat
menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya
3. Pasien dapat memilih cara untuk mengendalikan halusinasinya
4. Pasien melaksanakan cara yang dipilih untuk mengendalikan halusinasinya
5. Pasien mengikutsertakan terapi aktivitas
cara-cara yang digunakan pasien:a. Jika cara
yang digunakan adaptif beri pujian
b. Jika cara yang digunakan maladaptive diskusikan kerugian cara tersebut
3. Diskusikan cara baru untuk memutuskan/mengontrol timbulnya
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
kelompok halusinasia. Katakan
pada diri sendiri bahwa itu tidak nyata (“Saya tidak mau dengar / lihat / penghidu / raba / kecap pada saat halusinasi terjadi)
b. Menemui orang lain atau perawat / teman / anggota
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
keluarga untuk menceritakan tentang halusinasinya
c. Membuat dan melaksanakan jadwal yang telah disusun
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika terjadi halusinasi
4. Bantu
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya
5. Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang sudah dipilih dan dilatih jika berhasil diberi pujian
6. Anjurkan pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok
4. Pasien dapat dukungan dari keluarga Setelah 5x 1. Buat
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
dalam mengontrol halusinasinya pertemuan keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala proses terjadinya halusinasi
kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik)
2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga/kunjungan rumah) a. Pengertian
halusinasi b. Tanda dan
gejala halusinasi
c. Obat-obatan untuk halusinasi
d. Cara yang
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
dapat dilakukan pasien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi
e. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (Beri kegiatan bepergian bersama serta pantau obat-obatan dan cara
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
pemberiannya untuk mengatasi halusinasi)
5. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Setelah 5x interaksi pasien dapat menyebutkan:1. Pasien
dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
2. Pasien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat
1. Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat (nama, warna, dosis, cara, efek terapi, dan efek samping)
2. Pantau pasien pada saat minum obat
3. Beri pujian jika pasien menggunakan
Tgl
No.
DxDx keperawatan
Perencanaan IntervensiTujuan Kriteria Evaluasi
obat dengan benar
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
5. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal yang tidak diinginkan
J. STRATEGI PELAKSANAAN
Dx 1 : Isolasi sosial : Menarik diri
Pasien
SP I p
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Membimbing pasien memasukan kegiatan dalam jadwal kegiatan harian
SP II p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP III p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada psien isolasi sosial
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Dx 2: Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Pasien
SP I p
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan harga
diri rendah
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Dx 3 : Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Pasien
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulakan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien menghardik halusinasi
7. Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
SPII p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan
yang biasa dilakukan oleh pasien)
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengguanaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang