Post on 27-May-2019
TINJAUAN NORMATIF TERHADAP “PINJAMAN BERGULIR”
DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)
Di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu syari‟ah
Oleh :
FUZI RAHMAWATI
072311034
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SYARI’AH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 (Kampus III) Telp/Fax : 024-7614454 Semarang 50185
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
A.n Sdri. Fuzi Rahmawati
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya
kirim naskah Saudara:
Nama : Fuzi Rahmawati
NIM : 072311034
Jurusan : Muamalah
Judul :TINJAUAN NORMATIF TERHADAP “PINJAMAN
BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-
MP) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan)
Dengan ini saya mohon kiranya naskah tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Demikian harap menjadikan maklum adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. A. Gunaryo, M. Soc. Sc Siti Mujibatun, M. Ag.
NIP. 19620810 199103 1 003 NIP. 1959013 198703 2 001
IA IN W A L IS O N G O
S E M A R A N G
iii
iv
DEKLARASI
Bimillahirroahmanirrohim
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis mengatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidakberisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam refrensi yag dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 1 Januari 2012
Deklarator,
Fuzi Rahmawati
NIM. 072311034
v
MOTTO
“Lebih baik dari kepala semut daripada menjadi ekor kuda”
خير الناس ينفعه لناس
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”
Artinya : Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
1 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (revisi terbaru), Jakarta: 1971, hlm.
1073
vi
ABSTRAK
Pengelolaan bisnis dalam konteks pengelolaan secara etik mesti menggunakan
landasan norma dan moralitas umum yang berlaku di masyarakat. Demikian pula
dengan pemerintahan yang mempunyai program penangulangan kemiskinan yang
ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal
ekonomi. Pelaksanaan PNPM MP bertujuan untuk menyediakan akses layanan
keuangan untuk menjadikan masyarakat mandiri dan mensejahterakan masyarakat.
Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan. Terjadi “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan akses
layanan keuangan kepada rumah tangga miskin.
Rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yaitu bagaimana pelaksanaan
jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan dan juga bagaimana tinjauan normatif terhadap “Pinjaman
Bergulir” dalam kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan.Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif yang menggunakan metode wawancara dan observasi. Sedangkan metode
analisis menggunakan metode analisis deskripsis dan normatif guna menjawab
permasalahan pertama dan permasalahan kedua.
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah suatu program
pemerintah yang beroperasi dalam penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam
bidang sosial, ekonomi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Dalam
kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman bergulir”, yaitu pemberian
pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa.
Hanya saja kedua cara pinjaman yang berbeda antara desa Galang Pengampon dan desa
Gondang tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri
dalam pelaksanaannya maupun dalam segi kemasyaraktannya. Kedua, Pada “Pinjaman
Bergulir” di Desa Galang Pengampon, penulis berpendapat bahwa kesepakatan tersebut
menyerupai pinjaman yang dilakukan nabi pada masa lalu tentang kesediaanya untuk
memberi kelebihan dalam pengembalian pinjaman unta. Hanya saja perbedaannya, pada
perjanjian “Pinjamam Bergulir” di Desa Galang Pengampon akad kelebihannya
diucapkan sendiri oleh masyarakat diawal pinjamannya. Beberapa ulama berpendapat
bahwa yang dinamakan riba adalah jika disyaratkan dalam akadnya. Tetapi, jika yang
seorang menambah atau mengurangi penerimaannya dengan suka rela, maka tidak
termasuk riba malahan dianjurkan demikian.Sedangkan didaerah Gondang, penulis
melihat bahwa dalam pinjaman tersebut sama sekali tidak terdapat unsur untuk
memperkaya diri atau pribadi. Bunga yang diserahkan kepada pihak pengelola
“Pinjaman Bergulir” digunakan untuk biaya-biaya operasional dan sisa dari
penambahan tersebut dikembalikan kepada masyarakat Namun pengembalian tersebut
tidak digunakan untuk memperkaya pribadi akan tetapi ditujukan untuk kesejahteraan
masyarakat miskin tanpa adanya eksploitasi atau adanya pemerasan seperti yang
dilakukan para rentenir.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Almarhum Bapak Saeri dan almarhumah Ibu Zumroh atas cinta dan kasih sayang serta do’anya
dan atas segala dukungan yang diberikan, baik secara moril maupun materiil dengan tulus
ikhlas selama beliau hidup di dunia demi kesuksesan putri tercinta
Saudara-saudaraku tercinta mas fuad, mbak luk dan adek indah atas segala perhatian dan
dukungan selama ini, tak lupa pula kakak iparku Agus yang selama ini membantu penulis
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
Orang terdekatku saat ini yang terkasih dan tercinta Purwanto atas segala pengorbannya dan
segala perhatiannya sehingga penulis menjadi lebih semangat dalam hidup dan dalam penulisan
skripsi ini
Keluarga besar kost mbah halim piqoh, desi, offy, mbak butet, lia, siska, nafis, naula, mbak umy,
anis, choris dan widya (walaupun kalian kadang sangat berisik) tetapi kalian sangat memberi
semangat dalam penulisan skripsi ini
Semua orang yang mendukung dan ikhlas membantu penulis...
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim. Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini yang
berjudul: TINJAUAN NORMATIF TERHADAP PERJANJIAN KEUNTUNGAN
ANTARA DEBITUR (MASYARAKAT) DAN KREDITUR DALAM
KERANGKA PNPM MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan) sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu
perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan
tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Allah SWT yang Maha Esa
2. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
3. Dekan Fakultas Syariah Dr. H. Imam Yahya, M.Ag, serta pembantu dekan Fakultas
Syariah dan para staf di IAIN Walisongo Semarang
4. Bapak Prof. Dr. A. H. Gunaryo, M. Soc. Sc dan Dra. Hj. Ibu Siti Mujibatun, M. Ag.
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
ix
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah
SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.
6. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan
dengan rendah hati dan rasa hormat kepada almarhum dan almarhumah kedua
orang tua penulis yang tercinta dan terkasih, serta kakak dan adik penulis yang
dengan segala pengorbanannya tidak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa
mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka kiranya merupakan dorongan
moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
7. Kawan-kawanku Mahasiswa IAIN Walisongo terutama teman-teman kost yang
selalu membantu dan mensuport penulis
8. Seseorang terdekat dan terkasih Purwanto, yang selalu memberi bantuan dan
dukungan setiap hari kepada penulis sehingga terjadi penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari
rahmat Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian
lanjutan di masa mendatang.
Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amin ya Rabbal alamin.
Semarang, 1 Januari 2012
Penulis,
Fuzi Rahmawati
NIM. 072311034
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Sesuai dengan SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan
dan Menteri Kebudayaan RI
No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987
Tertanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin N a m a
alif tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ba b -
ta t -
sa s s (dengan titik di atas)
jim j -
ha‟ h h (dengan titik di bawah)
kha‟ kh -
dal d -
zal ż z (dengan titik di atas)
ra r -
xi
za ż -
sin s -
syin sy -
sad s s (dengan titik di bawah)
dad d d (dengan titik di bawah)
ta t t (dengan titik di bawah)
za z z (dengan titik di bawah)
„ain „ koma terbalik ke atas
gain g -
fa f -
qaf q -
kaf k -
lam l -
mim m -
xii
nun n -
wawu w -
ha h -
hamzah apostrof
ya‟ y
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. contoh :
ditulis Ahmadiyyah
C. Ta‟ Marbutah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap
menjadi Bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya. Contoh :
ditulis jama’ah
2. Bila dihidupkan ditulis t, contoh :
ditulis karamatul-auliya’
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.
E. Vokal Panjang
Panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī dan u panjang ditulis ū, masing-masing dengan
tanda hubung (-) di atasnya.
F. Vokal Rangkap
1. Fathah + ya‟ mati ditulis ai, contoh :
ditulis bainakum,
xiii
2. Fathah + wawu mati ditulis au, contoh :
ditulis qaul
G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof („)
ditulis a’antum ditulis mu’annas
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah, contoh :
ditulis al-Qur’an ditulis al-Qiyas
2. Bila didikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
ditulis as-Sama ditulis asy-Syams
I. Penulisan huruf kapital
Meskipun dalam sistem tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
trasliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan itu seperti yang berlaku
pada EYD, diantara huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama
diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri diawali dengan kata sandang maka yang
ditulis menggunakan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf
awal kata sandang.
J. Kata dalam rangkaian Frasa dan Kalimat
1. Ditulis kata per kata, contoh :
ditulis zawi al-furud
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucaspan dalam rangkaian tersebut,
contoh:
ditulis ahl as-Sunnah
ditulis Syaikh al-Islam atau Syaikhul-Islam شـيخ االسـالم
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN DEKLARASI .................................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN.................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Telaah Pustaka .............................................................................. 4
E. Metode Penelitian ......................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 10
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PINJAMAN DAN RIBA
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Pinjaman Dan Riba ........................ 11
1. Pengertian Pinjaman Dan Riba .................................................. 11
a. Pengertian Utang-piutang (Qardh) atau pinjaman ................ 11
b. Pengertian Riba ..................................................................... 12
2. Dasar Hukum Pinjaman Dan Riba ............................................. 13
a. Dasar Hukum Pinjaman ........................................................ 13
b. Dasar Hukum Riba ................................................................ 15
xv
B. Jenis-jenis Pinjaman dan Riba ........................................................ 19
1. Jenis-jenis Pinjaman ................................................................... 19
2. Jenis-jenis Riba ......................................................................... 20
C. Pinjaman Yang Termasuk Riba dan Bukan Riba Dalam Islam ..... 22
1. Pinjaman Yang Bukan Termasuk Riba dalam Islam ................ 22
2. Pinjaman Yang Termasuk Riba dalam Islam ..... ........... .......... 23
BAB III : “PINJAMAN BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
PERKOTAAN (PNPM-MP) KECAMATAN WONOPRINGGO
KABUPAEN PEKALONGAN
A. Tinjauan Umum Tentang “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP.. 25
B. Prinsip-prinsip “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP.................... 32
C. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” dalam Kerangka PNPM MP
Kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan ........................................................................................ 43
1. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di desa Galang
Pengampon .................................................................................. 44
2. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di Desa Gondang ................... 52
BAB IV : ANALISIS
A. “Pinjaman Bergulir” dalam Kerangka PNPM MP di Desa Galang
Pengampon dan Desa Gondang Kecamatan Wonopringgo.................. 64
B. “Pinjaman Bergulir” Dalam Kerangka PNPM MP Menurut Islam.... 71
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 87
B. Saran-saran ................................................................................... . 90
C. Penutup .............................................................................................. 91
xvi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan
yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial
maupun dalam hal ekonomi. Salah satunya adalah Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak
tahun 1999. Program ini sebagai suatu upaya pemerintah untuk
membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat
strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa
lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan
kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di
masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah
dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam
kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli
setempat.
Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan memperdayakan
masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu infrastruktur, sosial
dan ekonomi yang dikenal dengan tridaya. Dalam kegiatan ekonomi,
diwujudkan dengan kegiatan “ Pinjaman Bergulir”, yaitu pinjaman dalam
skala mikro kepada masyarakat miskin di wiayah kelurahan atau desa
dimana LKM/UPK berada dengan ketentuan dan persyaratan yang telah
2
ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur ketentuan pokok untuk
pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, namun keputusan untuk
melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat
setempat,
Berbagai kesuksesan serta kegagalan kegiatan “Pinjaman
Bergulir” dimasa lalu dapat menjadi pembelajaran berharga bagi
kelanjutan kegiatan “Pinjaman Bergulir” melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.
Pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM
Mandiri Perkotaan bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan
kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk
memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam
hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.
Meskipun demikian, PNPM MP bukanlah program keuangan
mikro dan tidak akan pernah menjadi lembaga keuangan mikro. Kerena
program PNPM MP bukan untuk kepentingan pengelola semata dan tidak
akan menjadi milik individu, akan teapi program pemerintah yang akan
selalu membangun dan memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Program
keuangan PNPM MP bukan hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi
banyak jasa keuangan lainnya yang perlu disediakan. Peran PNPM MP
hanya membangun dasar-dasar solusi yang berkelanjutan untuk jasa
pinjaman dan non pinjaman di tingkat kelurahan.
3
PNPM adalah program yang bertujuan untuk menjadikan
masyarakat mandiri dan mensejahterkan masyarakat miskin. Seperti
halnya yang terjadi di dalam Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan, terjadi “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk
menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin
dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi
ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola
pinjaman dan menggunakannya secara benar. Didalam pinjaman tersebut
ada sebuah perjajian yang menyatakan kelebihan dalam pengembaliannya.
Hal inilah yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
hukum dan kajian normatif yang terkandung dalam perjanjian keuntungan
antara masyarakat dan PNPM MP. Oleh karena itu penulis juga akan
mengkaji lebih lanjut dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Tinjauan
Normatif Terhadap Perjanjian Keuntungan Antara Debitur
(Masyarakat) dan Kreditur PNPM MP, yang mengambil contoh di
Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
4
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP
yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?
2. Bagaimanakah tinjauan normatif terhadap “Pinjaman Bergulir” dalam
kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam penulisan sekripsi ini
adalah untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP
yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
2. Menganilisis secara normatif perjanjian keuntungan antara debitur
(masyarakat) dan kreditur dalam kerangka PNPM MP di Kecamatan
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
D. Telaah Pustaka
Untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau
pengulangan terhadap penelitian yang sama, serta menghindari anggapan
adanya plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan kajian
terhadap karya-karya yang pernah ada. Penelitian yang dilakukan penulis
adalah tentang perjanjian keuntungan antar debitur (masyarakat) dan
kreditur dalam kerangka PNPM MP.
Penelitian yang penulis ambil, berdasarkan issu dari kalangan
masyarakat. Penulis mengambil contoh penelitian sesudahnya, yang
5
mempunyai sedikit kaitan dengan pembahasan yang penulis ambil
diantaranya:
Pada buku Asuransi dan Riba karangan Murtadha Mutahhari
(1995). Dalam buku ini beliaua menjelaskan bahwa segala macam bunga
dalam bentuk apapun, baik dalam bentuk formulir ataupun lainnya adalah
harm. Di dalam buku ini beliau menyatakan perumpamaan bahwa barang
siapa menabung di bank atau menyimpan deposito, maka baginya bunga
yang berjumlah tertentu adalah haram.
Dalam buku yang berjudul Fiqh Islam oleh Sulaiman Rasjid
(1950), di dalamnya sedikit membahas tentang jasa pinjaman yang
diberikan kepada orang lain baik pinjaman produktif maupun pinjaman
konsumtif. Di dalamnya membahas tentang pengertian dan dasar hukum
dari pinjaman. Namun belum membahas secara eksplisit seperti yang
sesuai dengan pembahasan yang penulis kaji yaitu pinjaman yang
produktif untuk masyarakat miskin.
Penulis juga menemukan pembahasan pembahasan dalam skripsi
hasil penelitian mahasiswa S1 jurusan muamalah IAIN Walisongo yang
berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Simpan Pinjam di
Usaha Simpan Pinjam (USP) Mushola Pondok pesantren Al-Asyiah
Kalibeber Wonosobo” oleh Laila Nofita F, di dalamnya membahas tentang
usaha simpan pinjam antara pengelola pondok sebagai kreditur dan santri
sebagai debitur. Namun tidak membahas yang sesuai dengan pembahasan
yang penulis kaji.
6
7
Tinjauan normatif terhadap perjanjian yang terjadi diantara masyarakat
miskin dalam kerangka PNPM MP. Sehingga penulis mengkaji secara
lebih dalam tentang kesepakatan atau perjanjian keuntungan yang ada
dalam masyarakat miskin dengan PNPM MP.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung di
Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Penulis
mengambil dua contoh dari beberapa desa yang terdapat di
kecamatan tersebut. Dua desa tersebut adalah desa Galang
Pengampon dan desa Gondang.
Penentuan lokasi tersebut diambil karena setiap penelitian
kualitatif sifatnya mengharuskan peneliti lebih banyak atau sering
dilapangan, rencana dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan penelitian ini, penulis akan melakukan maksimal
selama 5 bulan mulai dari bulan September dan berakhir pada
bulan Januari.
8
Pemilihan penelitian observasi, karena peneliti ingin
mendapatkan data yang akurat dalam kajian yang dialami langsung
oleh seseorang ataupun sekelompok orang yang terjalin dalam
masyarakat desa Galang Pengampon dan desa Gondang. Peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengar apa yang
diucapkan dan berpartisipasi dalam masyarakat yang dapat
dilakukan secara berstruktur sesuai dengan pedoman observasi.
Peneliti juga akan berterus terang kepada nara sumber bahwa
peneliti sedang melakukan penelitian.
b. Wawancara
Dalam wawancara peneliti mengambil informan yang sudah
terlibat langsung dalam aktifitas tersebut dalam jangka waktu
relative lama. Yang menjadi KSM, petugas UPK ataupun fasilitator
yang mendukung terlaksananya program PNPM MP. Sebagai
informan awal dipilih secara purposive, obyek penelitian yang
menguasai permasalahan yang diteliti (key informan). Dilakukan
dengan bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Informasi selanjutnya diminta kepada informan awal
untuk menunjukkan orang lain yang dapat memberikan informasi,
dan kemudian informan ini diminta pula untuk menunjukkan orang
lain yang dapat memberikan informasi begitu seterusnya. Cara ini
biasanya lazim disebut sebagai snow ball yang dilakuakan secara
9
serial atau berurutan. Pada penelitian ini dipandang ini yang
dipandang sebagai informan pertama adalah : Asistan Urban
Planing PNPM MP Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan, Asisten Ekonomi PNPM MP, petugas UPK, serta
beberapa tokoh masyarakat yang tergabung dalam BKM (Badan
Keswadayaan Masyarakat) yang telah dipilih sebelumnya oleh
masyarakat sendiri.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini
maksimal akan dilakukan selama 5 bulan, bertempat di desa Galang
Pengampon dan desa Gondang yang dijadikan contoh dan sekaligus
membandingkan hasil kesejahteraan yang diperoleh dari dua
contoh desa di Kecamatan Wonopringgo tersebut.
2. Metode Analisis
Ada dua model analisis yang penulis ambil dalam kajian ini
yaitu deskripsi dan normatif. Analisis diskriptif digunakan untuk
masalah yang pertama. Karena penulis akan menggambarkan keadaan
“Pinjaman Bergulir” di Kecamatan Wonopringgo. Bagaimana
pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan
akses layanan kepada masyarakat miskin. Didalam pinjaman bergulir
tersebut ada sebuah perjanjian yang menyatakan kelebihan dalam
pengembaliannya. Permasalahannya terdapat bunga atau kelebihan
yang terdapat dalam pinjaman tersebut. Bunga yang berasal dari
masyarakat tersebut kemudian digunakan sebagai dana operasional dan
10
sisanya dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk
pembangunan.
Analisis normatif digunakan untuk menjawab masalah kedua.
Karena penulis ingin memberikan informasi bersrta dengan tinjauan
normatif yang terdapat dalam pinjaman tersebut. Bagaimana
pelaksanaan dan bagaimana tinjauan normatifnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari lima bab yang saling berkaitan
yang dapat di jelaskan sebagai berikut:
BAB I : Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah
Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Dalam bab ini penulis membahas mengenai Tinjauan
Umum tentang Pinjaman dan Riba, tentang Pengertian,
Dasar hukumnya, dan Pinjaman yang termasuk Riba dan
Bukan Riba dalam Islam.
BAB III : Dalam bab ini penulis mendeskripsikan secara singkat
tentang tinjauan umum “Pinjman Bergulir” dan prinsip-
prinsip “Pinjaman Bergulir”
BAB IV : bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan
“Pinjaman Bergulir” di Kecamatan Wonopringgo pada
dua desa yang menjadi contoh dan analisis “Pinjaman
11
Bergulir” PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan
BAB V : Bab ini merupakan akhir dari penulisan yang berisikan
tentang Kesimpulan, Saran dan Penutup.
11
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PINJAMAN DAN RIBA
A. Pengertian dan Dasar Hukum Pinjaman dan Riba
1. Pengertian Pinjaman dan Riba
a. Pengertian Utang-piutang (Qardh) atau Pinjaman
Secara etimologis, qardh berarti pemotongan. Sedangkan
Utang (qardh) menurut syara’ adalah harta yang diberikan oleh
kreditur (pemberi utang) kepada debitur (pemilik utang), agar debitur
mengembalikan yang serupa dengannya kepada kreditur ketika telah
mampu2. Qardh juga diartikan utang-piutang atau menghutangkan
barang dan dibayar dengan barang pula, dan disukai agama.3
Utang-piutang (qardh) dapat diartikan memberikan sesuatu
kepada seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama
dengan yang dipinjamnya. Qardh juga diartikan perjanjian sesuatu
kepada orang lain dalam bentuk pinjaman yang akan dibayar dengan
nilai yang sama, misalnya pinjaman Rp. 1000,00 harus dibayar
dengan Rp.1000,00 atau Misalnya mengutangkan beras 10 liter atau
uang Rp.10,00 dan sebagainya yang mana tentunya beras atau uang
tersebut menjadi milik orang yang berutang dimana sekehendaknya
dia boleh memanfaatkannya, akan tetapi kelak dia wajib
2 Sayyid Sabiq, 2009, Fiqh Sunnah 4, Jakarta: Cempaka Putih Tengah, 2009, hlm. 115
3 Teuku Muhammad Hasbi ash Shieddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, Semarang: Pustaka Rizki
Putra,2001, hlm. 363
12
menggantinya dengan barang serupa dengan pinjamnnya atau
seharganya.4
Terdapat pengertian lain tentang pinjaman, yaitu pengalihan
pemilikan dengan jaminan yaitu saya mengeluarkan uang dari
pemilikan saya dan pihak lain menyatakan akan menjamin keutuhan
bendanya jika berupa barang dan menjaga nilainya jika berupa nilai.
Hal-hal yang sejenis yakni yang satu dengan yang lainnya
sama,seperti uang, dan sebagainya.5
b. Pengertian Riba
Riba berasal dari bahasa arab “ar-riba” ( الر با ) yang artinya
tambahan. Yang dimaksud disisni adalah tambahan pokok harta. 6
Yang tersebut juga dalam al-qur’an “rabba” (الربا) yang artinya
bertambah, berkembang, naik atau meninggi.7 Sedangkan menurut
syara’ artinya akad yang terjadi dalam penukaran barang-barang yang
tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’
atau terlambat menerimanya.8
Para ulama telah sepakat menyatakan bahwa riba terdapat pada
dua perkara, yakni pada jual beli dan pada penjualan ataun pinjaman
4 Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 152
5 Murtadha Mutahhari, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba, Bandung: Pustaka Hidayah,
1995, hlm. 68 6 Sayyid Sabiq, op.cit, hlm. 103
7 Abul A’la al- Maududi, Riba, Jakarta: Gema Insani, 1970, hlm. 89
8 Mustofa Diibulbigha, Fiqh Syafi’I terjemahan Attahdzib, Surabaya: Bintang Pelajar,1984, hlm.
292
13
atau sebagainya yang berada dalam tanggungan. Riba dalam
tanggungan terdiri dari dua jenis, yang salah satunya telah disepakati
sebagai riba jahiliyyah yang dilarang.9
Pengarang Misbah al Munir sebagaimana dikutip oleh as-Sa’di
berkata, riba adalah kelebihan dan tambahan menurut pendapat yang
mashur. Sesuatu menjadi riba jika bertambah. Imam Nawawi dalam
Tahdzhib al-Asma’ wa al-Lughat sebagaimana dikutip oleh as-Sa’di
menjelaskan, riba mengandung arti tambahan, sesuatu menjadi riba
jika bertambah. Riba dalam pengertian ahli fiqih berbeda-beda tetapi
satu sama lain saling mendekati. Diantara mereka ada yang
mengatakan, riba adalah suatu akad untuk mengganti barang yang
sudah ditentukan tanpa diketahui suatu yang menyamainya dalam
pandangan syara’, baik saat melakukan akad maupun dengan
diakhirkan keduanya atau salah satunya. Pendapat yang lain
mengatakan, riba adalah penambahan terhadap sesuatu yang sudah
ditentukan.10
2. Dasar Hukum Pinjaman dan Riba
a. Dasar Hukum Pinjaman
Memberikan pinjaman kepada orang yang butuh termasuk
akhlak yang mulia dan terpuji, karena berarti menolong melepaskan
9 Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid, Semarang: S-Syifa’, 1990, hlm. 9
10 Abdurrahman as-Sa’di, dkk, Fiqh Jual-Beli, Jakarta: Senayan Publisshing, 2008, hlm. 151
14
kesusahan orang lain. Islam mengajarkan prinsip tolong-menolong
dalam kebaikan, yang dalilnya tercermin dalam berbagai ayat al-
qur’an dan hadits-hadits nabawi. Rasulallah SAW bersabda:
1)
. قال رسالهلل صه اهلل عهي سهى: ع قال.ع ات ريرج ر
كرتح ي يا فس اهلل ع كرب اند كرتح ي يؤي فس ع ي
(را يسهى)...كرب انيى انقيا يح
Barangsiapa yang melepaskan kesusahan seorang
mu’min dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah
akan melepaskan kesusahannya di hari kiamat..(H.R.
Muslim.11
قال (2 عثاس رضي اهلل ع ات سهى : ع قدو انثي صه اهلل عهي
فقال انستي ارانسح ف انث ى يسهف ح دي ر : "ان اسهف ف ث ي
و و إال أجم يعه يعه ز و يتفق عهي " فهيسهف ف كيم يعه
“Nabi saw datang di Madinah dan penduduknya sudah
biasa memberi pinjaman berupa buah-buahan dalam
jagka waktu setahun atau dua tahun. Kemudian beliau
bersabda, barangsiapa yang memberi pinjaman berupa
buah-buahan hendaknya ia memberi dalam takaran,
timbangan, dan waku tertentu.” 12
11
Taufik Rahman, Hadits-hadits Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 131 12
Ibnu Hajar al-Asqalani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Jakarta: Akbar, 2009, hlm. 380-
381
15
3)
: ا انثي صه اهلل عهي ان سهى قال, عة ات يسعد يا ي
ا يرج كصدقت انا كا ا قرضا يرتي را )يسهى يقرض يسه
(ات ياج
Tiada seorang muslim pun yang memberikan pinjaman
satu kali kepada muslim (lainnya), melainkan
(nilainya) seperti dua kali shadaqah. (H.R. Ibnu
Hibban dalam shahihnya).13
Berdasarkan dalil-dalil tersebut dapat di fahami bahwa
memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang memerlukannya
adalah dibolehkan atau dianjurkan sebagai bentuk kasih sayang
kepada sesamanya.
b. Dasar Hukum Riba
Salah satu topik yang terus menjadi bahan diskusi fuqaha dari
dahulu hingga masa kini ialah masalah riba. Al qur’an memandang
bahwa riba merupakan kezaliman. Kezaliman adalah mengambil
sesuatu tanpa hak, yakni tanpa kebenaran yang semestinya atau tidak
ilegal. Keadilan adalah memeberikan kepada setiap yang berhak apa
13
Teuku Muhammad Hasbi ash Shieddieqy, Koleksi Hadits-hadits Hukum 7, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2001, hlm. 122
16
yang menjadi haknya dan kezaliman adalah perampasan hak-hak
orang lain. Maka Riba dalam al-qur’an diharamkan.14
Larangan keras memakan riba, tegas dan jelas dikemukakan
dalam al-qur’an dan hadits Nabi saw, dasar hukumnya yaitu:
1) Surat Al-Baqarah: 275
275.Artinya:
orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
14
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 51 15
Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 69
17
2) Surat Ali-Imran: 130
130.Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.
3) Surat Al-Baqarah:278-279
278. Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut)
jika kamu orang-orang yang beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
16
Ibid, hlm. 69-70
18
4) Surat An-Nisa’:161
Artinya:
161. dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal
Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan
karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-
orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
5) Surat Ar-Rum: 39
39. Artinya:
dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar
Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu
tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
17
Ibid, hlm. 150 18
Ibid, hlm. 647
19
6) Hadits nabi antara lain :
حدثا حسي ت يحد حدثا جرير يعي ات حازو ع ايب ع ات
قال : اتي يهيكح ع عثداهلل ت حظهح غسيم انالئكت قال
يعهى انرجم ى رتايأكه سهى در ل اهلل صه عهي رس
ح زي ثهاثي ست . اشد ي
Rasul Saw bersabda: dirham riba yang dimakan laki-
laki dan tahu bahwa itu riba, maka dosanya lebih dari
tiga puluh enam orang berzina.(H.R.Ahmad).19
قال صار عثد اهلل انا جاترت سهى : ع ل اهلل صه عهي رس نع
قال دي شا كاتث كه ي اء: اكم انرتا ى س
Dari Jabir bin Abdillah. Dia menceritakan, bahwa
Rasul Saw mengutuk orang yang memakan riba dan
yang menyuruh, memaknnya, penulisnya, dan kedua
saksinya.20
B. Jenis-Jenis Pinjaman dan Riba
1. Jenis-Jenis Pinjaman
Para ulama mengatakan bahwa pinjaman itu ada dua macam,
pinjaman konsumtif dan pinjaman produktif. Pinjaman konsumtif adalah
peminjam mengambilnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
sedangkan pinjaman produktif adalah pinjaman yang diambil seseorang
tidak untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melainkan
19
Terjemahan Nailul Authar, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987, hlm. 1724 20
Ahmad Ali, Bulughul Maram jus 3, Bandung: Dahlan, 1980, hlm. 491-492
20
untuk modal usaha, ia menanamkan dan mengembangkannya. Disini
terdapat paksaan agar uang yang digunakan tidak sebagai kebutuhan
hidupnya, melainkan harus digunakan senagai modal dan memperbesar
keuntungan atau karena ia tidak memiliki modal untuk menjalankan
usahanya.21
Penulis akan menitik beratkan pada pinjaman produktif ini, karena
pembahasan yang penulis bahas berupa pinjaman produktif dari pihak
PNPM MP untuk masyarakat sebagai modal usaha dan usaha-usaha yang
menghasilkan lainnya.
2. Jenis-Jenis Riba
Riba terbagi menjadi dua macam:
a) Riba Nasi’ah
Berasal dari kata (النساء) dengan dibaca panjang mengandung
arti penangguhan.22
Bentuk riba ini menurut para ahli tafsir meraja lela
di zaman jahiliyah, berupa kelebihan pembayaran yang dimestikan
kepada orang yang berhutang sebagai imbalan daripada tenggang
waktu yang diberikan.23
Riba Nasi’ah adalah adanya kelebihan
pembayaran atas barang yang dibayarkan secara bertempo atau
21
Murtadha Mutahhari, op.cit , hlm. 45 22
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 161 23
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: C.V. Diponegoro, 1984, hlm. 176
21
penambahan barang utang terhadap dua barang yang sama-sama
ditakar atau sama-sama ditimbang apabila keduanya sama jenisnya.24
Riba Nasi’ah juga diartikan tambahan sebagai imbalan
pengunduran batas waktu.25
Yang sudah masyhur adalah riba terbagi menjadi dua.
Sebagian ulama’ menambah lagi dengan riba qardhi yang di dalamnya
disyaratkan adanya kemanfaatan (keuntungan). Riba qardhi pada
hakikatnya sama dengan riba nasyi’ah, karena disyaratkan adanya
keuntungan yang diambil oleh pemberi utang. Seolah-olah dia
mengutangkan suatu barang untuk dikembalikan dengan adanya
tambahan yang dapat menguntungkan dia. Sedangkan ulama yang
berpendapat bahwa riba qardhi adalah bagian yang tersendiri karena
merupakan akad yang mandiri dan mempunyai hukum dan ketetapan
yang sudah tertentu.26
Riba qardhi maksudnya adalah seorang meminjam sejumlah
barang atau uang kepada orang lain, kemudian ia mengembalikannya
dengan tambahan.27
24
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 151 25
Abul A’la al- Maududi, op.cit, hlm. 105 26
Abdurrahman as-Sa’di, dkk , op.cit, hlm. 173 27
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 43
22
b) Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah penambahan jumlah suatu barang yang
disyaratkan dalam suatu akad yang sesuai dengan kebutuhan syara’.28
Riba fadhl artinya tambahan atau kelebihan dari tukar menukar
barang sejenis, syari’at telah menjelaskan keharamannya dalam enam
barang, yaitu: emas, perak, gandum putih, gandum merah, kurma dan
garam. Para ulama’ setelah sepakat mengenai keharaman penambahan
barang-barang tersebut jika jenisnya sama.29
C. Pinjaman Yang Termasuk Riba Dan Bukan Riba Dalam Islam
1. Pinjaman Yang Bukan Termasuk Riba Dalam Islam
Dalam kegiatan perdagangan, jual beli dan kegiatan pemenuhan
ekonomi lainnya, adakalanya tidak dilakukan pembayaran secara tunai
ataupun peminjaman uang untuk memenuhi kebutuhannya. Berhutang
karena darurat untuk menutupi suatu hajat yang mendesak tentulah dapat
dimaklumi, tetapi apabila sifat dan sikap suka berhutang atau meminjam
ini dibiasakan, maka buruklah akibatnya. Demikian juga petunjuk agama
yang menghendaki agar setiap muslim bekerja keras untuk menutup
kebutuhan hidupnya, dan jangan terbiasa menutup kebutuhan dengan
jalan berhutang.30
28
Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 151 29
Ibid, hlm. 169 30
Hamzah Ya’qub, op.cit, hlm. 211-212
23
Memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan termasuk
akhlaq yang mulia dan terpuji, karena berarti menolong melepaskan
kesusahan orang lain. Islam mengajarkan prinsip tolong menolong dalam
kebaikan.31
Menurut sebagian besar ulama pinjaman yang diperbolehkan
adalah pinjaman yang mengandung unsur kasih sayang sesama manusia.
Disebutkan bahwa sifat dasar pinjaman tidak sama dengan pengambilan
keuntungan, melainkan keduanya saling bertolak belakang walaupun
terdapat keuntungan dalam pinjaman. Akhirnya, seseorang hendaknya
menjaga hartanya, dengan anggapan ketika ia menyadari bahwa dirinya
tidak mampu menjaganya, maka apabila terdapat kerusakan, kerusakan
itu menjadi tanggung jawab peminjam. Karen itu sifat dasar pinjamn
adalah tanpa bunga.32
2. Pinjaman Yang Termasuk Riba Dalam Islam
Salah satu diantara bentuk pertolongan melepaskan kesusahan dan
kesulitan ialah memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang
terdesak karena kebutuhan hidup sehari-hari atau karena suatu keadaan
darurat yang terdesak karena kebutuhan hidup sehari-hari atau karena
suatu keadaan darurat yang bersifat insidentil. Pinjaman yang diberikan
tersebut mampu memberi sedikit kemudahan bagi mereka yang sedang
31
Hamzah Ya’qub, op.cit, hlm. 214 32
Murtadha Mutahhari, op.cit, hlm. 71
24
kesusahan, terutama bagi warga miskin yang sangat membutuhkan
bantuan dari sesama manusia.
Namun adakalnya pinjaman tersebut dimanfaatkan sebagian
manusia yang hanya mencari untung semata. Pinjaman yang tidak
diperbolehakan dalam islam yaitu apabila tujuan dari pemberian pinjaman
hanya untuk mengambil keuntungan semata tanpa melihat hal yang
dilakukan itu benar atau tidak, atau tanpa melihathal tersebut itu
memberatkan bagi yang berhutang atau tidak. Beberapa ulama
mengatakan bahwa pinjaman yang demikian itu diharamkan dan dilaknat
oleh Allah karena hanya mengandung unsur keuntungan semata tanpa
mengindahkan orang lain. Pinjaman seperti inilah yang dilarang keras
dalam islam.33
33
Munawir Sjadzali, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina, 1997, hlm. 13
25
BAB III
“PINJAMAN BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)
KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
A. Tinjauan Umum Tentang “Pinjaman bergulir” dalam PNPM MP
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya kadang dapat
dilakukan sendiri, namun seringkali harus diusahakan bersama sama. Dalam
memenuhi kebutuhan secara bersama sama tersebut akhirnya mendorong
manusia untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat.
Dalam perkembangannya masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
melakukan dengan cara membentuk suatu lembaga yang mampu sedikit
meringankan atau memperlancar kehidupan perekonomian masyarakat
terutama perekonomiannya. Lembaga-lembaga itu dapat dibedakan ke dalam
lembaga profit dan non profit. Lembaga profit adalah lembaga yang bertujuan
untuk memperoleh laba atau keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya.
Sedangkan Lembaga Non Profit adalah lembaga yang tidak bertujuan untuk
mencari laba semata di dalam kegiatannya. Namun dalam pelaksanaannya
lembaga non profit sering membentuk organisasi profit di dalamnya yang
merupakan satu bagian dari lembaga Non Profit dengan tujuan untuk
memperoleh laba yang akan digunakan menunjang pencapaian tujuan umum
organisasi non profit tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan dari berbagai
faktor yang mempengaruhi. Salah satu lembaga non profit yang didalamnya
26
memperoleh laba untuk menunjang pencapaian tujuan yaitu program
Pemerintah yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perkotaan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan memberikan kepercayaan kepada Lembaga Keswadayaan
Masyarakat (LKM) untuk mengelola salah satu program dalam pencapaian
tujuannya. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah organisasi non
profit, namun LKM memiliki Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang bertujuan
memperoleh laba untuk menunjang misi utama LKM yaitu menanggulangi
kemiskinan dengan cara memberikan “Pinjaman Bergulir” yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Dalam
pengelolannya pemerintah membuat suatu program yang menunjang misi
utama LKM yaitu menanggulangi kemiskinan. Program ini dinamakan
“Pinjaman jasa Bergulir” yaitu salah satu dari program kerja PNPM Mandiri
Perkotaan .
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan adalah suatu program pemerintah yang beroperasi dalam
penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi
masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Penganggulangan
kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis
kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang dikenal dengan
Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman
27
bergulir”, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat
miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada dengan
ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur
ketentuan pokok untuk pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, namun
keputusan untuk melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga
masyarakat setempat.
Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap pelaksanaan pemberian
“Pinjaman Bergulir” di P2KP, diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan
“Pinjaman Bergulir” di awal program kinerjanya sangat buruk. Namun
dengan pemberian panduan operasional serta petunjuk pembukuan untuk
UPK, kinerja kegiatan “Pinjaman Bergulir” semakin membaik. Berbagai
kesuksesan P2KP yaitu adanya unsur keswadayaan masyarakat. Sehingga
proyeknya jadi lebih murah dan manfaatnya sangat dirasakan. Program ini
menjadi sangat strategis karena didasari kegiatan dari, oleh dan untuk
masyarakat .dengan serangkaian siklusnya harus dipahami dan dimaknai
sebagai proses pembelajaran masyarakat untuk melakukan pemberdayaan
lingkungannya, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi serta kegagalan
yang berupa pandangan masyarakat tentang program P2KP masih melekat
bahwa P2KP hanyalah “program bagi-bagi duit gratis”. Kegagalan penarikan
kredit yang disalurkan melalui program P2KP pada periode tahun 2006
menujukan bahwa pandangan masyarakat masih belum berubah. P2KP
bagaikan program untuk korupsi masal, yang sulit untuk di berantas dan di
28
telurur siapa yang menjadi tersangka. Dalam pengalaman tersebut, kegiatan
“Pinjaman Bergulir” di masa lalu dapat menjadi pembelajaran berharga bagi
kelanjutan kegiatan “Pinjaman Bergulir” melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.
Beberapa pertimbangan dalam melanjutkan pelaksanaan kegiatan
“Pinjaman Bergulir” dalam PNPM Mandiri Perkotaan antara lain :
1. Tersedianya akses dan jasa layanan keuangan yang berkelanjutan telah
terbukti merupakan salah satu alat efektif untuk membantu rumah tangga
miskin meningkatkan pendapatan dan kekayaannya
2. Akses rumah tangga miskin ke jasa layanan keuangan formal masih
sangat rendah. Sekitar 29 juta rumah tangga miskin masih belum
mendapat akses ke jasa layanan keuangan formal. (sumber Johnston dan
Holloch) (dalam pedoman teknis PNPM MP 2007, hlm. 2)
3. “Pinjaman Bergulir” PNPM Mandiri Perkotaan memiliki peluang dapat
menjangkau sekitar 2,5 juta rumah tangga miskin yang sama sekali belum
menerima akses ke lembaga keuangan
4. Permintaan “Pinjaman Bergulir” pada rencana pembangunan masyarakat
masih tinggi.
Pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM Mandiri
Perkotaan bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada
29
rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk
memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal
mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.
Meskipun demikian, PNPM bukanlah program keuangan mikro, dan
tidak akan pernah menjadi lembaga keuangan mikro. Program keuangan
mikro bukan hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi banyak jasa
keuangan lainnya yang perlu disediakan. Peran PNPM hanya membangun
dasar-dasar solusi yang berkelanjutan untuk jasa pinjaman dan non pinjaman
di tingkat kelurahan.
PNPM Mandiri Perkotaan dijadikan momen untuk tahap konsolidasi
kegiatan kuangan mikro. Oleh sebab itu, dalam tahap ini perlu diciptakan
UPK yang kuat, sehat dan secara operasional terpisah dari LKM. Masyarakat
sendiri harus terlibat dalam keputusan untuk menentukan masa depan UPK.
Sasaran utama pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” adalah
rumah tangga miskin (berpendapatan rendah) di wilayah kelurahan atau desa
LKM/UPK berada, khususnya masyarakat miskin yang sudah diidentifikasi
dalam daftar masyarakat miskin.
Beberapa prinsip dasar dalam pemberian “Pinjaman Bergulir” yang
perlu mendapat perhatian dari LKM / UPK antara lain adalah:
30
1. Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang dialokasikan untuk
kegiatan “Pinjaman Bergulir” adalah milik masyarakat kelurahan atau
desa sasaran dan bukan milik perorangan;
2. Tujuan dipilihnya kegiatan “Pinjaman Bergulir” adalah dalam rangka
membantu program penanggulangan kemiskinan dan oleh karenanya
harus menjangkau warga masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran
utama PNPM Mandiri Perkotaan
3. Pengelolaan “Pinjaman Bergulir” berorientasi kepada proses
pembelajaran untuk penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat miskin, serta kegiatan-kegiatan
produktif lainnya;
4. Pengelolaan “Pinjaman Bergulir” dipisahkan antara LKM sebagai
representasi dari warga masyarakat pemilik modal dengan UPK sebagai
pengelola kegiatan “Pinjaman Bergulir” yang bertanggungjawab langsung
kepada LKM;
5. Prosedur serta keputusan pemberian pinjaman harus mengikuti prosedur
pemberian “Pinjaman Bergulir” standar yang ditetapkan
6. Manajer dan Petugas UPK harus orang yang mempunyai kemampuan dan
telah memperoleh sertifikat pelatihan dasar yang diadakan oleh PNPM
Mandiri Perkotaan;
31
7. UPK telah mempunyai sistim pembukuan yang standar dan sistim
pelaporan keuangan yang memadai;
UPK mendapat pengawasan baik oleh LKM melalui Pengawas UPK
maupun Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) melalui tenaga ahli dan
fasilitator, atau pihak yang ditunjuk proyek.
Pedoman pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” ini adalah
pedoman dasar yang menjadi pegangan fasilitator dan pihak-pihak terkait
(pelaku PNPM Mandiri Perkotaan) dalam mengawal pelaksanaan kegiatan
“Pinjaman Bergulir” oleh UPK. Pedoman pelaksanaan ini hanya berisi pokok-
pokok kegiatan yang harus dipahami dalam memberikan pendampingan
kepada LKM, UPK dan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sedangkan
panduan kegiatan yang lebih rinci dapat dilihat dalam pedoman teknis terkait
yang secara lengkap terdiri dari : (dilampirkan dibelakang)
1. Pedoman Teknis “Pinjaman Bergulir”
2. Pedoman Teknis Keorganisasian LKM
3. Pedoman Teknis Pembukuan UPK
4. Pedoman Teknis Pengelolaan Kas UPK
5. Pedoman Teknis Pengawasan UPK
6. Membangun Kepribadian Wirausaha
7. Memperkokoh Kepribadian Wirausaha
32
B. Prinsip-prinsip “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP
Di dalam pedoman teknis “Pinjaman bergulir” diatur mengenai
bagaimana mengelola “Pinjaman Bergulir” di UPK. Aturan tersebut
menyangkut mengenai kriteria pengelola dan penerima “Pinjaman Bergulir”,
Skim “Pinjaman Bergulir”, tahapan pemberian pinjaman, pembukuan
“Pinjaman Bergulir”, monitoring “Pinjaman Bergulir”, penyelesaian pinjaman
yang bermasalah serta pelaporan “Pinjaman Bergulir”.
Secara singkat aturan pokok yang diatur dalam pedoman teknis
“Pinjaman Bergulir” antara lain :
1. Kelayakan Lembaga Pengelola “Pinjaman bergulir”
Kriteria kelayakan yang harus dipenuhi oleh LKM maupun UPK
sesuai dengan kriteria kelayakan yang disebutkan berupa kelayakan
lembaganya. Lembaga yang langsung mengelola kegiatan “Pinjaman
Bergulir” adalah Unit Pengelola Keuangan (UPK). UPK adalah salah
satu Unit Pengelola dari 3 Unit Pengelola yang berada dibawah LKM.
Dua unit pengelola lainnya adalah Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dan
Unit Pengelola Sosial (UPS). Struktur lengkap LKM sebagai berikut:
33
STRUKTUR ORGANISASI LKM
STRUKTUR ORGANISASI UPK
Manajer UPK
Pembuku Petugas
Pinjaman Kasir
KSM/Masyarakat
LKM
Pengawas
Unit Pengelola
Keuangan
Unit Pengelola
Lingkungan
Unit Pengelola
Sosial
Sekretariat
34
Sebelum kegiatan “Pinjaman Bergulir” dalam kelurahan yang
bersangkutan dimulai, harus dilakukan pengujian kelayakan, baik untuk
LKM/UPK, maupun untuk anggota dengan menggunakan instrumen
kriteria kelayakan yang sudah disiapkan. Kegiatan “Pinjaman Bergulir”
dapat dilaksanakan, hanya jika para pelaku tersebut telah memenuhi
kriteria kelayakan seperti yang dijelaskan di bawah. KMW
bertanggungjawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan
LKM/UPK. Sedangkan fasilitator bersama relawan setempat
bertanggungjawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan
kelompok maupun anggotanya.
a. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)
LKM yang akan mengelola kegiatan “Pinjaman Bergulir” harus
memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut :
1) LKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan PNPM Mandiri
Perkotaan dan memiliki Anggaran Dasar (AD) yang di dalamnya
antara lain menyatakan bahwa:
a) Kegiatan “Pinjaman Bergulir” akan dijalankan sebagai salah
satu alat penanggulangan kemiskinan di wilayahnya
b) Dana “Pinjaman Bergulir” hanya diperuntukkan untuk
kegiatan “Pinjaman Bergulir” saja
35
c) Pendapatan UPK hanya untuk membiayai kegiatan
operasional UPK dan tidak dapat dipergunakan untuk
membiayai kegiatan lainnya, termasuk biaya LKM dan
Pengawas.
2) LKM telah mengangkat Pengawas UPK (2–3 orang) dan petugas
UPK (minimal 2 orang). Semua telah memperoleh pelatihan dari
PNPM Mandiri Perkotaan dan telah memiliki uraian tugas dan
tanggungjawab.
3) LKM dengan persetujuan masyarakat telah membuat aturan dasar
“Pinjaman Bergulir” yang memuat kriteria KSM dan anggotanya
yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar
jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran
pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota
KSM.
4) Untuk kelurahan atau desa lama (yang telah menjalankan P2KP) :
a) Kinerja “Pinjaman Bergulir” yang dijalankan mencapai
kriteria memuaskan; peminjam berisiko <10%, pinjaman
berisiko <10%, ratio pendapatan biaya > 125% dan hasil
investasi >10%.
b) Bersedia melakukan perbaikan kelembagaan antara lain:
1) Membentuk pengawas UPK
36
2) LKM telah menerima pelatihan dari PNPM Mandiri
Perkotaan
3) Telah memiliki rekening atas nama LKM dengan
kewenangan menandatangani 3 orang
b. Pengawas UPK
Pengawas UPK yang bertugas mengawasi kegiatan UPK dalam
mengelola “Pinjaman Bergulir” telah memenuhi kriteria minimal
antara lain :
1) Telah diangkat oleh LKM dengan persetujuan masyarakat
sebanyak 2-3 orang, memenuhi unsur laki-laki dan perempuan
2) Telah memiliki uraian tugas yang mencakup tugas dan
tanggungjawab pengawas
3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM
Mandiri Perkotaan
c. Unit Pengelola Keuangan (UPK)
Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang akan mengelola dana
“Pinjaman Bergulir” telah memenuhi kriteria minimal sebagai berikut:
1) Telah diangkat oleh LKM sebanyak minimal 2 orang (ideal 4
orang)
2) Telah memiliki uraian tugas dan tanggungjawab
37
3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM
Mandiri Perkotaan
4) Telah memahami aturan dasar “Pinjaman Bergulir”
5) Telah memiliki rekening atas nama UPK/LKM dengan
kewenangan penandatangan 3 orang
6) Telah memiliki sistem pembukuan yang berlaku di PNPM Mandiri
Perkotaan
7) Untuk kelurahan/desa lama (yang telah menjalankan P2KP dan
PNPM Mandiri Perkotaan):
a) Kinerja “Pinjaman Bergulir” yang dijalankan mencapai
kriteria memuaskan; peminjam berisiko <10%, pinjaman
berisiko <10%, ratio pendapatan biaya > 125%, hasil investasi
>10%.
b) Kinerja Pembukuan UPK minimal memadai
2. Kelayakan Penerima “Pinjaman Bergulir”
Kriteria kelayakan yang harus dipenuhi oleh KSM beserta
anggotanya sesuai dengan kriteria kelayakan. KSM Peminjam dan
anggotanya sebagai calon peminjam harus memenuhi kriteria kelayakan
yang dipersyaratkan untuk mendapat “Pinjaman Bergulir” dari UPK.
Hanya KSM dan anggota yang memenuhi kriteria kelayakan yang dapat
dilayani oleh LKM/UPK. Dengan kata lain, KSM peminjam dan
38
anggotanya yang tidak atau belum memenuhi kriteria kelayakan tidak
dapat dilayani dan harus ada pendampingan terlebih dahulu sampai KSM
peminjam tersebut memenuhi kriteria kelayakan sebagai calon peminjam.
a. Kriteria kelayakan KSM
1) KSM telah terbentuk dan anggotanya adalah warga miskin serta
seluruh anggota telah memperoleh pembekalan tentang
pembukuan KSM, “Pinjaman Bergulir” (persyaratan peminjam,
skim pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman),
kewirausahaan serta telah melakukan kegiatan menabung diantara
anggota KSM.
2) KSM dibentuk hanya untuk tujuan penciptaan peluang usaha dan
kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat
miskin dan kekuatan modal sosial;
3) KSM dibentuk atas dasar kesepakatan anggota-anggotanya secara
sukarela, demokratis, partisipatif, transparan dan kesetaraan;
4) Anggota KSM termasuk kategori keluarga miskin sesuai kriteria
yang ditetapkan sendiri oleh LKM/Masyarakat.
5) Jumlah anggota KSM minimal 5 orang;
6) Jumlah anggota KSM minimal 30% perempuan
7) Mempunyai pembukuan yang memadai sesuai kebutuhan
39
8) Semua anggota KSM menyetujui sistim tanggung renteng dan
dituangkan secara tertulis dalam pernyataan kesanggupan
tanggung renteng.
9) Semua anggota KSM telah memeproleh dari fasilitator dan
LKM/UPK
b. Kriteria kelayakan anggota KSM
1) Anggota KSM adalah warga masyarakat dan memiliki Kartu
Tanda Penduduk (KTP) setempat
2) Termasuk dalam katagori keluarga miskin sesuai dengan kriteria
yang dikembangkan dan disepakati sendiri oleh masyarakat;
3) Dapat dipercaya dan dapat bekerjasama dengan anggota yang lain.
4) Semua anggota KSM telah mempunyai tabungan minimal 5 %
dari pinjaman yang diajukan dan bersedia menambah tabungannya
minimal 5 % selama jangka waktu pinjaman dan tidak akan
mengambil tabungan tersebut sebelum pinjamannya lunas (tidak
wajib).
5) Memiliki motivasi untuk berusaha dan bekerja atau dapat pula
memiliki usaha mikro dan bermaksud untuk meningkatkan usaha,
pendapatan dan kesejahteraan keluarganya;
6) Belum pernah mendapat pelayanan dari lembaga keuangan yang
ada.
40
Skim “Pinjaman Bergulir”
Skim Pinjaman yang diatur dalam “Pinjaman Bergulir” antara lain :
1) Peminjam adalah KSM dan angotanya yang memenuhi kriteria
yang dipersyaratkan
2) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai kegiatan
usaha produktif yang sudah ada maupun untuk menciptakan
peluang usaha
3) Besar pinjaman pertama kali maksimal Rp 500.000,- namun
disesuaikan dengan usaha peminjam. Pinjaman selanjutnya
maksimal Rp. 2.000.000,- (diluar jumlah maksimal tersebut
peminjam dapat diberikan pinjaman dengan pola channeling
dengan lembaga keuangan atau bank lainnya), frekuensi
peminjaman maksimal 4 kali.
4) Jangka waktu pinjaman 3-12 bulan, tergantung dari perputaran
usaha peminjam
5) Angsuran pinjaman maksimal bulanan, tanpa grace period
(tenggang waktu)
41
6) Jasa pinjaman 1,5 s/d 3 % per bulan, dihitung dari pokok pinjaman
semula. Jasa pinjaman minimal harus dapat menutup seluruh biaya
operasional UPK.34
3. Tahapan Pemberian “Pinjaman Bergulir”
Dalam pemberian “Pinjaman Bergulir”, diatur kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan dalam setiap tahapan sebagai berikut:
1) Tahap Pengajuan Pinjaman
Calon peminjam mempersiapkan segala keperluan yang
dipersyaratkan untuk memperoleh pinjaman, baik pelatihan,
pembentukan simpanan, maupun kelengkapan dokumen dan pengisian
blanko pengajuan pinjaman.
Pada tahap pengajuan, petugas UPK wajib menjelaskan ketentuan
“Pinjaman Bergulir” termasuk bahwa pinjaman ini sifatnya adalah
hutang yang harus dibayar kembali, bukan hibah
2) Tahap Pemeriksaan Pinjaman
Petugas pinjaman UPK memeriksa dokumen pengajuan pinjaman
yang diajukan KSM beserta anggotanya baik secara administratif
maupun kunjungan lapangan menganalisis dan membuat usulan atau
34
Desa Gondang 1,7 % dan Desa Galang Pengampon tidak ada ketentuan nominal dalam
pengembalian pinjamannya
42
rekomendasi kepada Manajer UPK atas permohonan pinjaman
dimaksud.
3) Tahap Putusan Pinjaman
Manajer UPK memberikan persetujuan atau penolakan atas
pengajuan pinjaman yang dilakukan oleh KSM didasarkan pada hasil
analisis petugas pinjaman UPK.
4) Tahap Realisasi Pinjaman
Permohonan pinjaman KSM yang telah disetujui oleh manajer
UPK disiapkan dokumen untuk pencairan, kemudian direalisasikan
atau dicairkan pembayarannya kepada KSM dan anggotanya.
Pada tahap realisasi petugas UPK juga wajib kembali menegaskan
dan menjelaskan semua ketentuan “Pinjaman Bergulir” termasuk
ketentuan bahwa “Pinjaman Bergulir” adalah utang yang wajib dibayar
kembali dan bukan hibah.
5) Tahap Pembinaan Pinjaman
Minimal 1 bulan setelah pinjaman direalisasi petugas UPK wajib
memantau keadaan peminjam, perkembangan usaha dan penggunaan
pinjaman apakah digunakan sesuai tujuan semula.
43
Pada tahapan ini petugas juga wajib mengingatkan peminjam
tentang kewajiban angsuran yang harus dilakukan dan juga
mengingatkan kembali bahwa pinjaman ini adalah utang bukan hibah.
6) Tahap Pembayaran Kembali Pinjaman
Peminjam melakukan pembayaran kembali atas pinjamannya.
Agar tidak sampai terjadi keterlambatan atau tunggakan, maka petugas
UPK beberapa hari sebelum waktu pembayaran wajib mengingatkan
peminjam atas kewajibannya. Dalam melaksanakan tugas ini petugas
UPK dapat dibantu oleh relawan, aparat kelurahan/desa, tokoh
masyarakat maupun pengawas UPK.35
C. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” Dalam Kerangka PNPM MP
Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan
Program PNPM MP dalam hal “Pinjaman Bergulir” dilaksanakan
diberbagai kecamatan di Kabupaten Pekalongan. Namun penulis akan
mengambil contoh di Kecamatan Wonopringgo yang mempunyai banyak
desa-desa dan berbagai mata pencaharian. Akan tetapi penulis hanya akan
mengambil dua contoh desa didalamnya yang akan penulis bahas dan
perbandingkan hasilnya dalam hal kesejahteraan setelah adanya program
PNPM Mandiri Perkotaan. Dua desa tersebut adalah Desa Galang
35
Diambil dari Pedoman Teknis PNPM MP tahun 2007 yang menjelaskan secara umum tentang
PNPM-MP di Kabupaten Pekalongan
44
Pengampon dan Desa Gondang Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan.
1. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di Desa Galang Pengampon
1) Sistem Kerja ”Pinjaman Bergulir”
Kemiskinan adalah masalah yang sangat besar diseluruh
wilayah Indonesia dan tidak mudah untuk mengatasinya.
Pemerintah lewat PNPM MP hadir untuk menangani masalah
tersebut dengan memberdayakan potensi yang ada di
masyarakat.dari menemukenali, merencanakan, melaksanakan
sampai mengevaluasi semua kegiatan.
Melihat Kondisi Kemiskinan di Desa Galang Pengampon
yang masih banyak kondisinya sangat meprihatinkan maka perlu
upaya untuk membuat mereka terlepas dari masalah kemiskinan.
Untuk itulah PNPM membuat perencanaa jangka menengah
bersama tokoh tokoh masyarakat dari perwakilan tiap-tiap RT
dalam upaya memecahkan masalah tersebut.
Masalah kemiskinan diDesa Galang Pengampon sangat
komplek mulai dari PHK, Sulit mencari kerja, upah kerja rendah,
pemasaran sepi, kurang modal, dan keahlian yang minim
menjadi penyebab kemiskinan yang tak kunjung ada
penyelesaiannya. Oleh karena itu, melalui program
penanggulangan kemiskinan (PNPM MP) akan mengupayakan
45
sumber pendapatan tambahan bagi keluarga miskin yang ada di
Desa Galang Pengampon, dengan cara mengoptimalkan potensi
atau keahlian yang dimiliki oleh warga miskin dalam sebuah
kegiatan yang bermanfaat dan menghasilkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Desa Galang Penagampon adalah salah satu desa yang
terdapat didalam kecamatan Wonopronggo Kabupaten
Pekalongan, yang masyarakatnya sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani. Karena bermatapencaharian sebagai
petani, masyarakat Galang Pengampon hanya mengandalkan
lahan sawah yang menjadi fondasi dalam kehidupannya. Apabila
sawah yang diandalkan tersebut tidak mampu menghasilkan apa
yang dituju oleh masyarakat, maka kehidupan perekonomian
mereka dalam memenuhi kebutuhan akan terganggu.
Dalam suatu kondisi dimana keadaan yang menyulitkan
para petani untuk mengembangkan hasil pertanian karena
disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang masih minim bagi
para petani, adanya program PNPM MP membawa solusi bagi
para petani dalam hal pemenuhan faktor-faktor produksi,
terutama dalam hal pemenuhan permodalan. Karena hadirnya
PNPM MP mampu memberi solusi terutama dalam hal
pemecahan dana yang selama ini mereka butuhkan untuk
46
mengembngkan hasil pertanian yang lebih baik. Masa-masa
sekarang ini tedapat banyak lembaga-lembaga yang bertujuan
untuk memenuhi modal usaha masyarakat namun tidak luput dari
unsur laba didalmnya. Lembaga-lembaga profit yang hanya
mencari keuntungan semata mungkin hanya akan menambah
beban bagi masyarakat desa. Akan tetapi setelah adanya PNPM
MP, masyarakat sangat antusias untuk berpartisipasi dalam
program tersebut. Program yang ditawarkan PNPM MP adalah
program “Pinjaman Jasa Bergulir”.
Visi
Menurunkan Angka Kemiskinan Sampai 2 % pertahun di Desa
Galang Pengampon.
Misi
- Menciptakan kepedulian terhadap masyarakat miskin di
Desa Galang Pengampon
- Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
- Membantu warga miskin dalam berwira usaha sesuai potensi
yang ada, berwawasan luas dan lingkungan yang sehat.
Program “Pinjaman Jasa Bergulir” PNPM MP diDesa
Galang Pengampon pada mulanya adalah kegiatan yang
ditujukan untuk kesejahteraan dan kemajuan perekonomian
masyarakat semata. Namun didalamnya terdapat perjanjian atau
47
kesepakatan antara kreditur PNPM MP dengan debitur yaitu
masyarakat miskin dalam pengembaliannya. Dalam
pengembaliannya terdapat kelebihan yang disyaratkan atau
diucapkan sendiri oleh warga masyarakat tanpa adanya ketentuan
berapa persen atau berapa nominal pengembaliannya.
Masyarakat memberikan pengembalian tanpa adanya paksaan
sedikitpun dari pihak PNPM MP. Kemudian hasil kelebihan dari
masyarakat tersebut digunakan untuk biaya opersaional dan
sisanya dikembalikan lagi pada masyarakat untuk kesejahteraan
dalam bentuk pembangunan jalan, pembangunan jembatan dan
lain sebagainya.
Berikut ini adalah skim pinjaman jasa bergulir diDesa
Galang Pengampon Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan:
Skim Pinjaman yang diatur dalam “Pinjaman Bergulir” (yang
dinamakan sistem “Sender Sawah”) oleh PNPM MP antara lain:
a) Peminjam adalah KSM dan angotanya yang memenuhi
kriteria yang dipersyaratkan (warga miskin dan sesuai
dengan hasil survei dilapangan yang tertuang dalam
dokumen pemetaan swadaya yang dilakukan oleh
masyarakat sendiri berdasarkan ketentuan criteria
kemiskinan yang telah disepakati bersama)
48
b) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai
kegiatan usaha produktif yang sudah ada maupun untuk
menciptakan peluang usaha (tujuan untuk peningkatan
ekonomi yang diiringi dengan penguatan melalui pelatihan
pelatihan pengembangan ekonomi lokal)
c) Besar pinjaman diatur berdasarkan kesepakatan antara kedua
belah pihak dengan persetujuan BKM melalui UPK/ UPS
sesuai dengan kemampuan peminjam.
d) Jangka waktu pinjaman paling lama pada saat musim panen
tiba sesuai dengan kondisi lapangan dan kesepakatan
bersama.
e) Angsuran pinjaman maksimal bulanan, atau diberikan pada
saat musim panen, minimal dengan modal awal yang
dipinjam kembali utuh.
f) Jasa pinjaman diserahkan kepada pihak peminjam sesuai
dengan hasil panen yang didapat.
g) Jenis jasa pinjaman yang digunakan adalah bebas tergantung
besar kecilnya hasil yang didapat
h) Jasa pinjaman minimal harus dapat menutup seluruh biaya
operasional UPK (baik untuk alat tulis, fotocopy, gaji
pengelola yang disepakati bersama masyarakat) mengingat
form pembukuan yang digunakan cukup banyak.
49
i) Kalau dirasa masih belum cukup perlu disepakati bersama
seluruh warga dengan tidak memberatkan warga khususnya
peminjam.
Sistem pinjaman diatur secara bergilir (peminjam yang sudah
lunas tidak diperkenankan meminjam lagi, dengan asumsi masih
terdapat daftar tunggu, kecuali jika daftar tunggu telah habis)
sesuai dengan kesepakatan BKM dan keseluruhan masyarakat
serta tidak dapat diganggu gugat oleh pihak manapun.
Keuntungan (Laba) minimal dapat menutup biaya
operasional untuk membiayai kegiatan BKM dan lainnya , dan
untuk pemupukan modal (disesuaikan dengan aturan yang ada
dalam AD).
Dari hasil yang didapat pertahun dialokasikan sebagai
berikut berdasarkan kesepakatan bersama
- Kegiatan social 10%
- Kegiatan lingkungan 50%
- Kegiatan ekonomi (Pemupukan modal) 25%
- BOP BKM 5%
- Biaya Operasioanl Pengawas 10%
50
Dasar pertimbangan diatas
- Bahwa kebutuhan masyarakat untuk porsi kegiatan
lingkungan yaitu pembangunan infrastruktur cukup besar
berdasarkan hasil perencanan yang tertuang dalam
Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulanagn
Kemiskinan(PJM Pronangkis)
- Kegiatan sosial diberikan kepada orang miskin yang tidak
mampu seperti anak yatim, beasiswa prestasi tapi kurang
mampu, dan jompo sesuai kesepakatan bersama masyarakat.
2) Tujuan dilaksanakan “Pinjaman Bergulir” di Desa Galang
Pengampon
a) Secara umum tujuan yang ingin dicapai yaitu menciptakan
desa yang mandiri dan tangguh dibidang ekonomi,
kesehatan, pendidikan, dan sosial.
b) Tujuan khusus :
- Terwujudnya masyarakat yang bisa memenuhi
kebutuhaanya sendiri terutama dalam bidang ekonomi.
- Memberikan pelayanan kesehatan bagi KK miskin
dengan kualitas baik dan terjangkau.
- Meningkatkan pendidikan di desa di Galang
Pengampon.
51
- Menciptakan kerja sama dan kepercayaan antar warga.
Kegiatan ekonomi untuk pemupukan modal sangat
penting mengingat bahwa perguliran ekonomi ini merupakan
roda utama dalam kegiatan pembangunan selanjutnya karena
masayrakat diharapkan untuk bisa mandiri tanpa mengandalkan
bantuan dari pihak lain.
Sehingga masyarakat diberi modal untuk dikembangkan secara
mandiri dan berkelanjutan yang tujuan utamanya adalah untuk
penanggulangan kemiskinan yang mana direncanakan dari, oleh
dan untuk masyarakat sendiri dan hasilnya adalah untuk
masyarakat khususnya warga miskin melalui pembelajaran dan
pemberdayaan secara mandiri. konsep awal sampai akhir
program PNPM adalah pada koridor penangulangan kemiskinan
yang bertujuan mewujudkan perubahan sosial masyarakat dan
penataan lingkungan hunian yang sehat dan bertumpu pada hal
sebagai berikut:
- Bermanfaat bagi warmis
- Memberikan peningkatan ekonomi
- Perubahan perilaku
- Lingkungan tertata
- Permasalahan dapat terselesaikan
52
Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan BKM
mampu secara sadar dapat mengontrol gerak, kesesuaian
sumber daya, pilihan cara dan saling menjaga kinerja di antara
para anggota dan unit pengelola serta sebagai proses
pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan BKM kepada
semua pihak yang berkepentingan terhadap penanggulangan
kemiskinan terutama masyarakat miskin. Tak kalah pentingnya
mampu menumbuhkan semangat dan proses pembelajaran,
memperkuat implementasi nilai-nilai keterbukaan, partisipasi
dan pertanggungjawaban dan mendorong terjadinya kontrol
sosial warga terhadap program-program pembangunan serta
terwujudnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah
kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan khususnya di Desa
Galang Pengampon.
2. Pelaksanaan ”Pinjaman Bergulir” di Desa Gondang
1) Sistem Kerja “Pinjaman Bergulir”
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, beragam
kebersamaan tiga pilar utama pembangunan yaitu pemerintah,
masyarakat dan kelompok peduli (LSM, Perguruan Tinggi dan
sebagainya) sangat diperlukan. Kebersamaan tersebut mutlak
doperlukan karena diharapkan mampu mewujudkan sinergitas
kepentingan dan program ketiga pilar tersebut yang pada
53
akhirnya mampu mempercepat proses penanggulangan
kemiskinan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Program
Mandiri Perkotaan (PNPM MP) adalah salah satu program yang
menggunakan strategi pendekatan penguatan kelembagaan lokal
dari masyarakat warga dan mendorong potensi masyarakat baik
secara perorangan maupun kelompok untuk mengatasi persoalan
kemiskinan secara mandiri. Untuk itulah di bangunlah Badan
Keswadayaan Masyarakat yang bersifat independen dan
bercirikan sebagai paguyuban masyarakat yang berfungsi sebagi
dewan pengambil kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan,
maka untuk itulah disusunlah suatu Program Penanggulangan
Kemiskinan dalam sebuah perencanaan partisipatif yang tertuang
dan teraplikasi dalam Perencanaan Jangka Menengah
Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis).
PJM Pronangkis sebagai produk rencana masyarakat
memiliki dimensi waktu rencana yang perlu dievaluasi dan
direview secara berkala untuk mencapai kesempurnaan dan sesua
kebutuhan dimasyarakat. Adapun kegiatan tersebut minimal
dilakukan satu tahun sekali oleh masyarakat bersama pemerintah
baik secra teknis maupn substansi untuk menggali usulan
bersama dan mencapai kesepahama bersama khususnya dalam
54
mengatasi permasalahan kemiskinan dan dikemudian hari dapat
dipertanggungjawabkan secara moral maupun materiil.
Orientasi kebijakan nasional dalam upaya
penanggulangan kemiskinan di berbagai wilayah indonesia yang
tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s) turut
andil dan menjadi pijakan dalam penyusunan PJM pronangkis
diseluruh wilayah, yang antara lain memiliki tujuan yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan
dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi hiv/aids, malaria dan
penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan
hidup, dan membangun kemitraan global untuk pembangunan.
Seiring dengan hal tersebut, PJM Desa Gondang yang
telah disusun telah mengacu dengan delapan tujuan diatas dan
telah direalisasikan sesuai dengan kebutuhan dimasyarakat dan
tentunya tidak lepas dari aspek tridaya yaitu sosial, ekonomi dan
fisik. Terkait dengan adanya kegiatan review PJM Desa
Gondang yang telah berjalan selama satu tahun lebih, tentunya
BKM Desa Gondang akan mengalami banyak perubahan-
perubahan baik yang direncanakan maupun tidak, begitu pula
dengan program, ada program yang berjalan sesuai rencana dan
55
mencapai hasil yang diinginkan dan mungkin juga ada yang
tidak. Oleh karena perlu dilakukan review PJM Pronangkis yang
ada baik program maupun renta tahun-tahun sesudahnya dengan
tetap mempertimbangkan aspek tridaya.
Dengan adanya kegiatan review, diharapkan BKM
secara sadar dapat mengontrol gerak, kesesuaian sumber daya,
pilihan cara dan saling menjaga kinerja di antara para anggota
dan unit pengelola serta sebagai proses pertanggungjawaban atas
apa yang dilakukan BKM kepada semua pihak yang
berkepentingan terhadap penanggulangan kemiskinan terutama
masyarakat miskin. Tak kalah pentingnya mampu menumbuhkan
semangat dan proses pembelajaran, memperkuat implementasi
nilai-nilai keterbukaan, partisipasi dan pertanggungjawaban dan
mendorong terjadinya kontrol sosial warga terhadap program-
program pembangunan serta terwujudnya komitmen bersama
untuk menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri dan
berkelanjutan khususnya di Desa Gondang.
Kegiatan review merupakan kegiatan peninjauan kembali
terhadap seluruh rangkaian program yang harus dilakukan
khususnya PJM Pronangkis untuk mencapai kesempurnaan dan
sesuai kebutuhan dimasyarakat. Secara umum proses review
PJM Pronangkis di Desa Gondang diawali dengan sosialisasi
56
terhadap BKM tentang kegiatan review partisipatif baik review
kelembagaan, keuangan maupun PJM pronangkis. Khusus dalam
kegiatan review PJM pronangkis di Desa Gondang dimulai
dengan pembentukan tim review yang sebelumnya dilakukan
penguatan terhadap tim tersebut tentang proses yang akan
dilakukan. Tim review akan bertugas untuk mengadakan
penggalian ususlan ditingkat basis baik RT yang kemudian
dilakukan rekapitulasi tentang usulan yang ada. Setelah semua
telah direkap dan ditabulasi kedalam format yang ada kemudian
dilakukan lokakarya di tingkat desa untuk menyepakati program
usulan baik mengenai program, perkiraan biaya dan kapan
program tersebut akan dilaksanaan, dan hal ini jelas telah melalui
proses skoring untuk menentukan skala prioritas usulan program.
Dalam penggalian usulan tingkat basis juga dilakukan
reorientasi PS untuk mengupdate data KK miskin serta
reorientasi PJM dan renta yang telah disusun dan dilaksanaan
sebelumnya. Reorientasi ini bermaksud untuk melakukan kajian
ulang tentang KK miskin yang sudah maupun belum masuk
kedalam data, serta mengkaji ulang tentang program mana yang
belum dan sudah dilaksanakan pada periode tahun-tahun
sebelumnya. Dari proses yang telah dilakukan kemudian
didapatkan hasil review yang kemudian dikomparasikan dengan
57
program Desa Gondang untuk mencapai sinergi dan
kesepahaman bersama agar tidak terjadi tumpang tindih dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dari hasil yang didapatkan
kemudian dilakukan lokakarya di tingkat desa untuk
penyepakatan bersama tentang hasil review PJM dan kemudian
disahkan bersama BKM dan Kepala desa untuk dijadikan acuan
pembangunan bagi Desa Gondang dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai mana mestinya demi mencapai
kemnadirian bagi masyarakat Desa Gondang.
Visi
Melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dengan
semangat kebersamaan menuju masyarakat yang berdaya,
mandiri, dan madani serta menurunkan angka keluarga miskin di
Desa Gondang berkurang 2,5 % pertahun.
Misi
- Meningkatkan pendapatan masyarakat miskin melalui
pelatihan ketrampilan dan penyediaan modal.
- Menyediakan sarana dan prasarana dasar pendukung
kegiatan ekonomi, sosial dan budaya.
- Meningkatkan ikatan dan kepedulian sosial masyarakat
terhadap anggota masyarakat lainnya yang sangat
membutuhkan.
58
- Meningkatkan kwalitas pendidikan, terciptanya pendidikan
dasar 9 tahun
- Meningkatkan jaminan kesehatan terhadap gerakan sayang
ibu dan ibu hamil serta teratasinya kondisi gizi buruk
masyarakat.
- Mengajak selruruh elemen masyarakat untuk bekerjasama
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri dan
madani
- Membantu KK miskin melalui program-program yang telah
direncanakan bersama melalui konsep pemberdayaan untuk
menuju kemandirian masyarakat yang berkelanjutan dan
madani
Skim Pinjaman yang diatur dalam “Pinjaman Bergulir” antara
lain :
1) Peminjam adalah KSM dan angotanya yang memenuhi
kriteria yang dipersyaratkan (warga miskin dan sesuai
dengan hasil surve dilapangan yang tertuang dalam
dokumen pemetaan swadaya yang dilakukan oleh
masyarakat sendiri berdasarkan ketentuan criteria
kemiskinan yang telah disepakati bersama)
2) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai
kegiatan usaha produktif yang sudah ada maupun untuk
menciptakan peluang usaha (tujuan untuk peningkatan
59
ekonomi yang diiringi dengan penguatan melalui pelatihan
pelatihan pengembangan ekonomi lokal)
3) Besar pinjaman pertama kali maksimal Rp 500.000,- namun
disesuaikan dengan usaha peminjam. Pinjaman selanjutnya
maksimal Rp. 2.000.000,- (Diluar jumlah maksimal tersebut
peminjam dapat diberikan pinjaman dengan pola channeling
dengan Lembaga keuangan/bank lainnya) frekuensi
peminjaman maksimal 4 kali.
4) Jangka waktu pinjaman 10 bulan, tergantung dari perputaran
usaha peminjam (hasil kesepatan masayrakat) (dalam
program banyak pilihan 10 minggu, 10 bulan atau ketentuan
lainnya sesuai kesepakatn bersama)
5) Angsuran pinjaman maksimal bulanan, tanpa grace period
(tenggang waktu)
6) Jasa pinjaman 1,75 % per bulan, dihitung dari pokok
pinjaman semula.
- Jenis jasa pinjaman yang digunakan adalah jasa pinjaman
tetap (flat) sepeti contoh diatas
- Jasa pinjaman minimal harus dapat menutup seluruh
biaya operasional UPK (baik untuk alat tulis, fotocopy,
print yang disepakati bersama masyarakat) mengingat
form pembukuan yang digunakan cukup banyak
60
- Kalau dirasa masih belum cukup perlu disepakati
bersama seluruh warga dengan tidak memberatkan warga
khususnya peminjam.
Dasar untuk menetapkan besarnya jasa pinjaman:
Besarnya seluruh penerimaan jasa pendapatan (1 tahun) harus
dapat menutup seluruh biaya UPK selama 1 tahun, yang terdiri
antara lain :
a. Biaya dana (seandainya ada/biaya jasa tabungan) - %
pertahun
b. Biaya operasional UPK 6 %
pertahun
c. Biaya cadangan resiko pinjaman 5 %
pertahun
d. Keuntungan yang diharapkan 10 %
pertahun
Jumah 21 %
pertahun
21%/12 bulan =1,75 %/bulan
Pembagian Keuntungan (Laba)
Keuntungan (Laba) minimal ditentukan 10 % pertahun.
Keuntungan/Laba inilah yang dapat digunakan untuk membiayai
61
kegiatan BKM dan lainnya untuk pemupukan modal
(disesuaikan dengan aturan yang ada dalam AD).
Dari hasil 10% pertahun dialokasikan sebagai berikut
- Kegiatan social 10%
- Kegiatan lingkungan 50%
- Kegiatan ekonomi (Pemupukan modal) 25%
- BOP BKM 5%
- Biaya Pengawas 10%
Dasar pertimbangan diatas
- Bahwa kebutuhan masyarakat untuk porsi kegiatan
lingkungan yaitu pembangunan infrastruktur cukup besar
berdasarkan hasil perencanan yang tertuang dalam
Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan
Kemiskinan
- Kegiatan social diberikan kepada orang miskin yang tidak
mampu seperti anak yatim, beasiswa prestasi tapi kurang
mampu, dan jompo sesuai kesepakatan bersama masyarakat
- Kegiatan ekonomi untuk pemupukan modal sangat penting
mengingat bahwa perguliran ekonomi ini merupakan roda
utama dalam kegiatan pembanguna selanjutnya karena
62
masayrakat diharapkan untuk bias mandiri tanpa
mengandalkan bantuan dari pihak lain.
2) Tujuan Dilaksanakan “Pinjaman Bergulir” di Desa Gondang
Secara umum tujuan yang ingin dicapai adalah
terbentuknya Desa Gondang terbentuknya desa yang mandiri dan
madani dibidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sosial.
Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
- Terwujudnya ekonomi kerakyatan dengan konsep
pemberdayaan, sehingga masyarakat dapat melakukannya
sendiri
- Membantu masyarakat agar lebih mudah dan cepat
melakukan kegiatan ekonomi
- Masyarakat tergerak untuk saling peduli dan kerjasama
dalam hal pemenuhan kebutuhan yang saling
menguntungkan
- Membentuk pelayanan kesehatan bagi KK miskin dengan
kualitas baik dan terjangkau
- Meningkatkan pendidikan non formal seperti ketrampilan,
kursus, dan lain-lain.
- Menuntaskan dan ikut membantu pemerintah dalam
pelaksanaan pendidikan wajar 9 tahun.
63
- Meningkatkan gizi balita, ibu hamil dan menyusui
Sehingga masyarakat diberi modal untuk dikembangkan secara mandiri dan
berkelanjutan yang tujuan utamanya adalah untuk penanggulangan
kemiskinan yang mana direncanakan dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri
dan hasilnya adalah untuk masyarakat khususnya warga miskin melalui
pembelajaran dan pemberdayaan secara mandiri. konsep awal sampai akhir
program PNPM adalah pada koridor penangulangan kemiskinan yang
bertujuan mewujudkan perubahan social masyarakat dan penataan lingkungan
hunian yang sehat dan bertumpu pada hal sebagai berikut: bermanfaat bagi
warmis, memberikan peningkatan ekonomi, perubahan perilaku, lingkungan
tertata, dan permasalahan dapat terselesaikan.36
36
Diambil dari Pedoman teknis “Pinjaman Bergulir” PNPM MP Kecamatan Wonopringgo
khususnya Desa Galang Pengampon dan Desa Gondang
64
BAB IV
ANALISIS
A. “Pinjaman Bergulir” Dalam Kerangka PNPM MP di Desa Galang
Pengampon dan Desa Gondang Kecamatan Wonopringgo
Pada Desa Galang Pengampon tahun 2009 - 2011 telah mengacu
pada pencapaian tujuan dan target sasaran yang mencakup implementasi
program di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, dan lingkungan
dengan target sasaran yang lebih realistis dan terukur.
Mekanisme dalam proses penyusunan yang terdapat di Desa
Gondang juga telah mampu meningkatkan kesadaran kritis masyarakat
melalui kegiatan lokakarya, pemetaan swadaya dan pertemuan-pertemuan
di tingkat basis maupun desa dalam menyusun rencana kedepan.
Agar desa mampu berjalan efektif, diperlukan beberapa strategi
dan saran untuk menindaklanjuti implementasi ke depan. Adapun strategi
maupun langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Agar desa mampu bersinergi dengan rencana diatasnya, maka dalam
proses penyusunan desa juga memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Daerah
Kabupaten Pekalongan.
2. Produk rencana milik masyarakat desa harus dapat dipasarkan
kepada pihak luar melalui konsep kemitraan atau chanelling dengan
lembaga pemerintah tingkat daerah, propinsi, dan pusat maupun
dengan lembaga lain diluar pemerintahan, sehingga dengan demikian
65
pendanaan program tidak sepenuhnya bergantung pada dana BLM
yang sifatnya hanya sebagai stimulan saja.
3. Guna lebih mengefektifkan pencapaian pelaksanaan desa, masing-
masing rumusan program yang ada perlu lebih diperinci lagi menjadi
rencana detail yang sifatnya teknis dimana proses penyusunannya
dapat dilakukan bersama-sama dengan unit pelaksana yang ada.
Dengan disahkannya hal tersebut sebagai keputusan desa, maka
segala hal yang ada dalam dokumen UPK menjadi pedoman dan arahan
dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, termasuk
penggunaan data hasil sensus dan pemetaan swadaya sebagai basis data
KK atau jiwa miskin bagi semua pihak termasuk BPS dan lembaga-
lembaga lain yang berkepentingan.
1. Hasil kegiatan desa adalah rencana induk kegiatan dalam
penanggulangan kemiskinan tingkat desa yang menjadi acuan dalam
kegiatan pembangunan desa khususnya dalam penanggulangan
masalah kemiskinan,
2. Hasil pencapaian merupakan kajian peninjauan ulang terhadap hasil
sebelumnya serta kajian ulang pemetaan swadaya yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat miskin melalui perencanaan partisipatif dari
tingka basis,
3. Hasil pencapaian ini melalui tahapan proses yang panjang atas dasar
permasalahan dan kebutuhan bersama yang ada di tingkat RT, RW
66
dan desa serta potensi yang dimiliki sebagai dasar dalam pemecahan
permasalahan yang ada,
4. Hasil review merupakan hasil akhir yang perlu upaya tindak lanjut
dari seluruh stakeholder yang terkait dalam penanggulangan
permasalahan kemiskinan dan dapat dipertanggungjawabkan bersama
untuk mewujudkan desa yang mandiri dan madani.
Saran dan rekomendasi untuk desa sebagai berikut :
1. Agar keberhasilan ini dapat dijadikan pedoman atau usulan dalam
kegiatan pembangunan program penanggulangan kemiskinan desa dan
sebagai alat kontrol oleh masyarakat pada setiap kegiatan
pembangunan melalui azas transparansi dan akuntabilitas.
2. Diharapkan dukungan penuh dari seluruh stakeholder baik warga
masyarakat, pemerintah desa, swasta, kelompok peduli dan BKM
selaku motor penggerak untuk tetap berkerjasama dalam menjunjung
tinggi amanah masyarakat melalui PJM Pronangkis secara konsisten
dan dapat dipertanggungjawabkan
3. Bagi segenap anggota BKM desa untuk selalu meningkatkan
kepedulian bersama sesuai dengan komitmen sebagai gerakan bersama,
kesetaraan, kejujuran dan kerelawanan yang tangguh dalam
melaksanakan amanah dari seluruh warga miskin agar dapat
dipertanggungjawabkan secara materiil maupun moral di dunia ataupun
di akherat kelak.
67
Hasil wawancara dengan Bapak Rahmat37
di Desa Galang
Pengampon, masyarakatnya merasa senang dengan adanya program
pemerintah PNPM MP. Hadirnya Jasa “Pinjaman Bergulir” dari PNPM
membawa hal baik bagi kesejahteraan masyarakat disana. Bapak
Mustaqim38
juga menambahkan bahwa apalagi dengan adanya “Pinjaman
Bergulir” (sender sawah) yang berupa pinjamn modal atau uang yang
mampu meringankan beban faktor Produksi masyarakat terutama para
petani yang membutuhkan modal dalam memperlancar usaha
pertaniannya. Pinjaman tersebut dikemablikan para petani dengan
penambahan yang tidak ditentukan sebelumnya oleh pihak BKM
“Pinjaman Bergulir” (sender sawah). Penambahan tersebut diperjanjikan
sendiri oleh para petani. Perjanjian atau kesepakatan pengembalian jasa
pinjamn tersebut telah memberi keuntungan bagi para petani, karena
mereka mampu mendapatkan modal yang selama ini mereka butuhkan
tanpa harus meminjam pada pihak yang mencari keuntungan semata
terutama oleh rentenir. Keuntungan menurut mereka adalah tidak adanya
keharusan atau paksaan pada merka berapa nominal penambahan yang
harus mereka keluarkan. Besarnya nominal yang dilebihkan dalam
pengembalian sesuai dengan hasil panen mereka dan sesuai dengan
kemampuan para petani masing-masing.
37
Wawancara dengan Bapak Rahmat ketua RT 01 RW 02 dan juga tokoh masyarakat yang
berpengaruh dalam pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” Desa Galang Pengampon 38
Wawancara dengan Bapak Mustaqim selaku salah satu KSM yang meminjam dana pada
“Pinjaman Bergulir” Desa Galang Pengampon
68
Berikut ini adalah data pantauan perubahan pendapatan di Desa
Galang Pengampon39
:
No Nama KSM
Anggota Pekerjaan Hasil Pantauan
2008 2009 2010
1 Dirman
KSM Amanah
petani 4.800.000,00 5.400.000,00 6.000.000,00 2 Bunga berdagang 3.000.000,00 3.600.000,00 3.900.000,00 3 Rasali petani 4.800.000,00 5.100.000,00 5.700.000,00
4 Wahudi petani 4.200.000,00 4.800.000,00 5.500.000,00
5 Budiman buruh tani 3.000.000,00 3.300.000,00 3.900.000,00 Sumber: hasil pantauan DP BKM Amanah
Lap. Keuangan UPK tahun 2010
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pendapatan petani masyarakat
Desa Galang Pengampon tiap tahun bertamabah, walaupun tidak terlalu
signifikan tiap bulan, akan tetapi minimal bisa sedikit membantu warga.
Sedangkan di Desa Gondang, masyarakatnya merasa sangat
antusias dalam hal perjanjian jasa “Pinjaman Bergulir” yang dilakukan
oleh BKM dari PNPM MP. Menurut perkataan Bapak Khamid40
program
pemerintah seperti ini adalah salah satu cara yang bagus dalam
mementaskan kemiskinan. Warga masyarakat merasa sangat dibantu
dengan adanya program tersebut. Bapak Afifudin41
menambahkan
kegiatan tesebut diawali dengan dikumpulkannya relawan yang mau
menjadi anggota BKM. Relawan ini harus yang benar-benar mempunyai
amanat, berjiwa sosial dan mampu bertanggungjawab dibidang
perekonomian masyarakat, karena ini menyangkut kesejahteraan
masyarakat terutama Desa Gondang sendiri. Setelah terbentuk BKM,
39
Lap. Keuangan UPK tahun 2010 berdasarkan pantauan BKM Amanah Desa Galang
Pengampon 40
Wawancara dengan Bapak Khamid Selaku ketua tokoh masyarakat yang menjadi salah
satu petugas UPK 41
Wawancara dengan Bapak Afifudin, salah satu anggota KSM Mulyorejo Desa Gondang
69
perwakilan dari tiap RT dikumpulkan dan bersama-sama melakukan
diskusi atau mencari kesepakatan berapa persenkah atau berapa
nominalkah penambahan pengembalian yang harus diberika oleh warga
Gondang dalam pengembaliannya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas,
kelebihan tersebut digunakan untuk biaya operasional dan sisanya akan
dikembalikan pada masyarakat guna memberi kesejahteraan bagi mereka
sendiri. Pinjaman tersebut juga harus digunakan untuk kegiatan produktif,
karena seperti yang telah dijelaskan diatas, program ini ada untuk
menjadikan masyarakat mandiri dan madani. Masyarakat merasa senang
dengan sistem kerja dan proses pinjaman bergulir ini. Karena disamping
meringankan beban, pinjaman ini mampu memicu kemandirian
masyarakat terutama warga miskin untuk mengembangkan usahanya.
Prosesnya juga mudah dan cepat, uang sama sekali tidak berkurang,
apabila ingin meminjam Rp. 500.000,00 maka uang yang diterima tetap
Rp. 500.000,00
Berikut ini adalah data pantauan perubahan pendapatan di Desa
Gondang:42
No Nama KSM Anggota Pekerjaan Hasil Pantauan
2008 2009 2010
1 Khakimah
KSM Mulyorejo
berdagang 3.000.000,00 3.300.000,00 3.900.000,00
2 Nur
Wakidah berdagang 3.240.000,00 3.600.000,00 3.900.000,00
3 Imadul Khusni
buruh tani 3.120.000,00 3.360.000,00 3.840.000,00
4 Khasrozy tukang rongsok 3.500.000,00 3.900.000,00 4.500.000,00
5 Khamid petani 4.200.000,00 4.800.000,00 5.500.000,00 Sumber: hasil pantauan DP BKM Mulyorejo
42
Lap. Keuangan UPK tahun 2010 berdasarkan pantauan BKM Mulyorejo
70
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pendapatan masyarakat Desa
Gondang tiap tahun bertamabah, walaupun tidak terlalu signifikan tiap
bulan, akan tetapi minimal lauk warga masyarakat bisa bertambah.
Manfaat dan tujuannya juga telah sedikit banyak dirasakan oleh
kedua desa tersebut, diantaranya berkurangnya angka kemiskinan,
masyarakat lebih mandiri, masyarakat terkendali (seperti preman) dan
manfaat-manfaat lainnya.
Dari ungkapan kedua warga desa diatas, tentu dapat disimpulkan
bahwa kegiatan jasa pinjaman bergulir PNPM MP ini memberi dampak
baik bagi masyarakat, mereka merasa mendapatkan bantuan dalam segi
modal maupun segi kemasyatakatan, dan juga kemandirian dan
kesejateraan dalam bidang ekonomi. Hanya saja kedua cara pinjaman yang
berbeda antara Desa Galang Pengampon dan Desa Gondang tersebut,
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri dalam
pelaksanaannya maupun dalam segi kemasyarakatannya.
a) Kelebihan:
Galang Pengampon
Tidak ada ketentuan nominal atau persentase kelebihan
pengembaliannya, sehingga petani mengembalikan sesuai dengan
kemampuan masing-masing dari hasil panen mereka.
Gondang
Karena pinjaman bergilir di Desa Gondang bukan sistem Sender
sawah (sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai
71
petani) maka kemungkinan besar warga masyarakat yang meminjam
bukan hanya dari pihak petani saja.
b) Kelemahan:
Galang Pengampon
Kelemahan pinjaman bergulir di Desa Galang Pengampon karena
sistem yang digunakan adalah ”Pinjaman Bergulir” (Sender sawah)
yang sebagian besar adalah petani maka kemungkinan besar warga
masyarakat yang meminjam adalah para petani
Gondang
Ada ketentuan nominal atau persentase kelebihan dalam
pengembaliannya, walaupun ketentuan tersebut disepakati bersama
dengan para warga, namun hal tersebut tetap menjadi kelemahan
karena tidak semua hasil usaha dan kemampuan warga masyarakat itu
sama.
B. “Pinjaman Bergulir” Dalam Kerangka PNPM MP Menurut Islam
Riba dalam bahasa Arab “ar-riba” ( انز با ) berarti tambahan, tumbuh
atau berlebih. Dalam istilah hukum islam, riba adalah tambahan baik
berupa tunai, benda maupun jasa yang mengharuskan pihak peminjam
untuk membayar selain jumlah uang yang dipinjamkan kepada pihak yang
meminjamkan pada hari jatuh tempo pengembalian uamg pinjaman itu.
Riba semacam ini disebut riba nasi’ah. Dalam transaksi tersebut terdapat
dua bentuk tambahan, dari pihak pemilik uang ia telah menambahkan
jangka waktu pembayaran dan dari pihak yang berutang ia menambahkan
72
jumlah uang yang harus dibayarkan kepada pemilik uang. Karena adanya
unsur menambah, maka hal tersebut dinamakan riba.43
Islam mengutuk pemakaian riba, dan uang tambahan tersebut
dinyatakan sebagai uang haram. Sebagaimana dijelaskan pada BAB II
diatas. Belakangan timbul lembaga keuangan yang bernama bank dan
lembaga keuangan lain yang kegiatannya menyerupai riba. Yaitu dalam
tabungan ataupun pinjaman atau kredit. Seseorang yang menerima
pinjaman atau kredit di lembaga keuangan tersebut harus mengembalikan
uangnya dalam bentuk lebih banyak dari apa yang diterimanya. Kenyataan
lahir yang sama tersebut menimbulkan dugaan bahwa bunga dari lembaga
keuangan tersebut mengandung konotasi negatif dikalangan ulama Islam.44
Dalam sistem perbankan, mereka yang menitipkan uang jangka
waktu tertentu, bank menjanjikan akan mengembalikan uang titipan itu
ditambah dengan bunga yang besarnya telah ditentukan pada hari
penitipan uang kepada bank. Sebaliknya, kepada mereka yang meminjam
uang dari bank untuk jangka waktu tertentu, oleh bank diharuskan selain
mengembalikan uang yang dipinjamkan, juga memberikan tambahan yang
besar atau jumlahnya telah disepakati pada waktu pengambilan
pinjaman.45
Permasalahan tentang bunga, khusunya bunga bank dalam
pandangan hukum Islam sudah sangat sering muncul, namun sampai saat
ini belum ada yang sampai kepada suatu kesimpulan yang final, tuntas dan
43
Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad, Jakarta: Ciputat Press, 2005, hlm. 214 44
Ibid, hlm. 212-213 45
Munawir Sjadzali, op.cit, hlm. 12
73
dapat diterima semua pihak. Alasannya adalah karena terma bunga selalu
dihubung-hubungkan oleh umat Islam termasuk para ulama, dengan riba
yang sudah jelas diharamkan dalam al-qur’an.
Riba sudah begitu dikenal dikalangan para ulama dan selalu
pembahasannya muncul dalam literatur fiqh ketika memperbincangkan
sekitar bab muamalat bidang harta. Semua ulama baik yang tradisional
maupun yang kontemporer berhasil dengan suatu kesimpulan bahwa riba
itu haram secara mutlak.46
Sampai sekarang ini dunia Islam masih banyak ulama yang
berpendapat bahwa sistem bunga dalam bank itu riba. Sayyid Sabiq dalam
bukunya Fiqh Sunnah memberiakan alasan-alasan mengapa islam
mengahramkan riba. Menurut beliau, terdapat empat alasan mengapa riba
dilarang dalam Islam. Pertama, riba merupakan penyebab timbulnya
permusuhan antar sesama warga masyarakat, dan menghilangkan
semangat tolong menolong. Kedua, riba cenderung melahirkan satu kelas
dimasyarakat yang hidup mewah tanpa bekerja dan akumulasi kekayaan di
tangan kelas itu tanpa ikut berusaha, ibarat benalu yang tumbuh atas
kerugian pihak orang lain. Ketiga, riba adalah penyebab penjajahan.
Keempat, Islam menghimbau agar manusia memberikan pinjaman kepada
yang memerlukan untuk mendapat pahala dan bukan tambahan.
Ulama yang berpendapat bunga termasuk riba berpendapat bahwa
mereka tidak menggunakan jasa bank dalam menyimpan kelebihan
46
Ibid, hlm. 14
74
uangnya, karena dapat dianggap sebagai tindakan hati-hati dalam
melaksanakan agama, namun tindakan itu disatu sisi dapat merugikan
sang pemilik uang karena berkurangnya nilai uangnya tersebut dan dapat
pula merugikan perkembangan keuangan.47
Menurut ulama yang
mengharamkan bunga, diantara usaha bunga bank yang relevan dengan
penambahan riba adalah tabungan atau deposito dan kredit. Uang yang
dititipkan masyarakat diserahkan kepada pengusaha dalam bentuk kredit.
Pengusaha memberi keuntungan yang diperolehnya menurut kadar
persentase yang ditentukan. Sebagian dari yang diterima bank dari
pengusaha tersebut diserahkan pula kepada pemilik uang sebagai bagian
dari hasil usaha dari uang yang diserahkan kepada bank. Dalam bentuk ini
berpendapat bahwa terdapat unsur-unsur riba dalam bisnis tersebut. Itulah
sebabnya para ulama mengharamkan bunga, karena kemiripannya dengan
riba. Namun para ulama tidak menuntaskan perkara tersebut dengan alasan
darurat.48
Sedangkan pengertian dharurat itu adalah datangnya kondisi
bahaya atau kesulitan yang amat berat kepada diri manusia, yang membuat
dia kuatir akan terjadi kerusakan (dharar) atau sesuatu yang menyakiti
jiwa, anggota, kehormatan, akal, harta dan yang bertalian dengannya.
Ketika itu boleh atau tak dapat tidak harus mengerjakan yang diharamkan,
atau meninggalkan kewajiban atau menunda waktu pelaksanaannya guna
menghindari kemudharatan yang diperkirakannya dapat menimpa dirinya
47
Amir Syarifuddin, op.cit, hlm. 213 48
Ibid, hlm. 224
75
selama tidak keluar dari syarat-syarat yang ditentukan oleh syarat.49
Dalam
buku konsep dharurat dalam hukum Islam, qardh atau pinjaman uang pada
hakekatnya serupa dengan jual beli utang. Akad ini merupakan penetapan
pemilikan uang bagi seseorang dengan imbalan uang yang ditunda
pembayarannya sampai masa yang akan datang. Sehingga jatuh pada
masalah riba. Namun, hal yang demikian itu dibolehkan karena kebutuhan
dan didalamnya terkandung kemaslahatan.50
Pada pendapat lain menyebutkan bahwa hukum bunga bank
apabila digunakan alur pikir lain dengan mencari titik kesamaannya
dengan mudharabah yang disepakati kebolehannya, kecuali hanya
disebagian ulama. Dalam alur pikir alternatif ini pemilik uang
menyerahkan uangnya kepada bank dan oleh bank diserahkan pula kepada
pengusaha untuk diproduktifkan. Dalam hal ini bisnis bank menyerupai
mudharabah. Pemilik uang disini disebut sahibul mal dan bank sebagai
mudharib (pengusaha). Kemudian bank menyerahkan pula uang yang
diterima dari sahibul mal kepada orang yang akan mengusahakannya
secara produktif. Bank dalam hal ini adalah perantara antara pemilik
modal dan pengusaha yang sesungguhnya. Tentang kebolehan bank
sebagai mudharib, memudharahkan pula kepada pihak lain yaitu
pengusaha yang sebenarnya, terdapat perbedaan pendapat dikalangan
ulama fiqh. Ulama Hanafiah sebagaimana yang terdapat dalam fiqhnya
membolehkan hal yang demikian.
49
Wahab az-Zuhaili, Konsep Darurat dalam Hukum Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997, hlm. 72 50
Ibid, hlm. 286
76
Demikian pula keuntungan dari hasil usaha yang diserahkan
pengusaha kepada bank yang kemudian sebagiannya diserahkan pula oleh
bank kepada pemilik uang, bisnis bank itu sama dengan mudharabah.
Dari adanya unsur kesamaan bank dengan mudharabah seperti
disebutkan di atas, meskipun belum menghasilkan simpulan yang tuntas
tentang kebolehannya, setidak-tidaknya pemilik uang yang ikut bisnis
bank merasa terbebas dari tekanan perasaan memakan riba.
Namun harus diakui bahwa penyamaan bank dengan mudharabah
dalam hal ini masih belum tuntas, karena masih terdapat titik perbedaan
antara bunga bank dengan hasil jasa mudharabah dan akad awal pinjaman,
meskipun keduanya sama-sama hasil usaha atau keuntungan dari usaha
produktif.
Pada bisnis bank, bunga sebagai hasil usaha itu sudah ditentukan
sebelumnya dalam bentuk persentase, meskipun usaha itu belum tentu
berhasil, sedangkan mudharabah, hasil usaha ditentukan kemudian
sesudah usaha tersebut berlangsung dan jelas hasilnya. Perbedaan dalam
penentuan hasil usaha dapat dikatakan hanya masalah teknis administratif,
karena dapat saja keuntungan atau jasa mudharabah itu ditentukan dalam
bentuk persentase sebelum usaha tersebut dijalankan agar pengusaha
terdorong untuk berusaha maksimal dalam rangka mengejar target. Namun
titik perbedaan tersebut masih menempatkan bunga bank pada posisi yang
meragukan atau syubhat.51
51
Amir Syarifuddin, op.cit, hlm. 225-226
77
Keputusan muktamar NU ke-12 di Malang 12 Rabiul Tsani 1356
H, 25 Maret 1937 M menyebutkan bahwa hukum haram oleh jumhur
ulama terhadap bunga karena memanfaatkan barang pinjaman. Yang
disunnahkan adalah pengembalian tanpa syarat sebelumnya dalam akad.
Tetapi pinjaman yang disertai syarat boleh memanfaatkan maka yang
demikian bathil sesuai hadits yang menarik manfaat itu riba. Menurut
Imam Ali al Syibramalisyi, dimaklumi bahwa ketidakbolehan tersebut jika
memang disyaratkan ditengah akad transaksi. Sedangkan seandainya
mereka saling sepakat atas pemanfaatannya, maka tidak dianggap syarat
akad dan tidak rusak, alias boleh.52
Terdapat pula praktek pinjam-meminjam uang liar dengan bunga
tinggi dan akumulatif seperti yang dilakukan oleh para rentenir memang
sering menimbulkan permusuhan antar warga masyarakat. Terutama
apabila yang meminjam adalah orang miskin yang meminjam untuk tujuan
konsumtif. Dengan sumber mata pencaharian tidak pasti dan penghasilan
yang kecil, peminjam uang yang miskin itu akan merasa kesushan dalam
pengembaliannya. Jika itu yang terjadi, rentenir yang biasanya tidak
berperikemanusiaan mengambil tindakan yang memojokkan si miskin
dengan menambahkan bunga yang terbayar kepada pokok pinjaman.
Akibatnya si miskin tidak lepas dari bayangan rentenir, sehingga semakin
52
Sahal Mahfudh, Problematika Aktual Hukum Islam, Surabaya: Khalista, 2007, hlm. 187-
188
78
hari semakin memburuk. Itulah riba yang diharamkan dan dikutuk oleh
Islam53
(Sjadzali, 1997:).
Lalu yang menjadi pertanyaan apakah sama sistem bunga bank dan
bunga rentenir dengan jasa “Pinjaman Bergulir” PNPM MP? Sedangkan
seperti yang dijelaskan diatas bahwa terdapat lembaga non profit yang
membentuk organisasi profit di dalamnya yang merupakan satu bagian
dari lembaga Non Profit dengan tujuan untuk memperoleh laba yang akan
digunakan untuk menunjang pencapaian tujuan umum organisasi non
profit tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan dari berbagai faktor yang
mempengaruhi. Salah satu lembaga non profit yang didalamnya
memperoleh laba untuk menunjang pencapaian tujuan yaitu program
Pemerintah yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perkotaan.
Dalam Islam tujuan jasa “Pinjaman Bergulir” dari program
pemerintah PNPM MP adalah tujuan yang mulia. Namun yang menjadi
permasalahan adalah penambahan pengembalian pinjaman yang terjadi
antara Desa Galang Pengampon dan Desa Gondang tersebut. Penambahan
yang diambil pihak kreditur dalam jasa pinjamnnya walaupun disepakati
masyarakat sendiri, namun masih harus diketahui apakah hukumnya. Islam
melarang keras hukumnya riba. Namun apakah bunga atau penambahan
jasa pinjamn tersebut merupakan riba atau bukan hal inilah yang sering
menjadi perbincangan para ulama islam. Apalagi ini demi kemandirian
53
Munawir Sjadzali, op.cit, hlm. 13
79
masyarakat sosial dan kesejahteraan masyarakat miskin dan sepenuhnya
dikembalikan kepada masyarakat.
Dalam pengelolannya pemerintah membuat suatu program yang
tujuannya yaitu menanggulangi kemiskinan. Program ini dinamakan
“Pinjaman Jasa Bergulir” yaitu salah satu dari program kerja PNPM
Mandiri Perkotaan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan adalah suatu program pemerintah yang beroperasi dalam
Penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam bidang sosial,
ekonomi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin.
Penganggulangan kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan
masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial
dan Ekonomi yang dikenal dengan Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi,
diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, yaitu pemberian
pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah
kelurahan atau desa.
Pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM Mandiri
Perkotaan bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada
rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk
memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam
hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar. Meskipun
demikian, PNPM bukanlah program keuangan mikro, dan tidak akan
pernah menjadi lembaga keuangan mikro. Program keuangan mikro bukan
80
hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi banyak jasa keuangan lainnya
yang perlu disediakan. Peran PNPM hanya membangun dasar-dasar solusi
yang berkelanjutan untuk jasa pinjaman dan non pinjaman di tingkat
kelurahan.
Pemerintah melihat kondisi kemiskinan Kecamatan Wonopringgo
terutama di Desa Galang Pengampon dan Desa Gondang yang masih
banyak kondisinya sangat meprihatinkan, maka perlu upaya untuk
membuat mereka terlepas dari masalah kemiskinan.Untuk itulah PNPM
MP membuat perencanaa jangka menengah bersama tokoh tokoh
masyarakat dari perwakilan tiap-tiap RT dalam upaya memecahkan
masalah tersebut.
Program pinjaman jasa bergulir PNPM MP diDesa Galang
Pengampon pada mulanya adalah kegiatan yang ditujukan untuk
kesejahteraan dan kemajuan perekonomian masyarakat semata. Namun
didalam pinjamannnya terdapat perjanjian atau kesepakatan antara kreditur
PNPM MP dengan debitur yaitu masyarakat miskin dalam
pengembaliannya. Dalam pengembaliannya terdapat kelebihan yang
disyaratkan atau diucapkan sendiri oleh warga masyarakat tanpa adanya
ketentuan berapa persen atau berapa nominal pengembaliannya.
Masyarakat memberikan pengembalian tanpa adanya paksaan sedikitpun
dari pihak PNPM MP. Kemudian hasil kelebihan dari masyarakat tersebut
digunakan untuk biaya opersaional dan sisanya dikembalikan lagi pada
81
masyarakat untuk kesejahteraan dalam bentuk pembangunan jalan,
pembangunan jembatan dan lain sebagainya.
Begitu juga dengan kegiatan “Pinjaman Bergulir” di Desa
Gondang, didalam pinjamannnya terdapat perjanjian atau kesepakatan
antara kreditur PNPM MP dengan debitur yaitu masyarakat miskin dalam
pengembaliannya. Dalam pengembaliannya terdapat kelebihan yang
disepakati oleh perwakilan masyarakat biasanya ketua RT masing-masing
bersama pihak fasilitator. Kemudian hasil kelebihan dari masyarakat
tersebut juga digunakan untuk biaya opersaional dan sisanya
dikembalikan lagi pada masyarakat untuk kesejahteraan dan pembangunan
dalam bentuk pembangunan jalan, pembangunan jembatan dan lain
sebagainya.
Dari pemaparan diatas, sedikitnya penulis mampu melihat berbagai
kesimpulan yang berupa persamaan dan perbedaan antara bunga bank,
bunga rentenir dan bunga atau tambahan dari pinjaman jasa bergulir
PNPM MP.
Diantara persamaannya yaitu:
Bunga bank, bunga rentenir dan bunga (tambahan) pinjaman bergulir
PNPM MP, dalam pengembalian pinjamannya sama-sama terdapat
kelebihan atau tambahan,
Kelebihan pengembaliannya sama-sama ditentukan atau diperjanjikan
di awal pinjaman.
82
Perbedaan antara ketiganya yaitu:
Bunga bank dan tambahan dalam “Pinjaman Bergulir” PNPM MP
dipinjamkan hanya untuk usaha produktif yang mampu mendapatkan
hasil atau untuk modal usaha saja. Sedangkan dalam bunga rentenir,
tidak ada ketentuan harus pinjaman produktif atau pinjaman
konsumtif.
Dalam pinjaman bunga bank walaupun tidak ada persyaratan
peminjam harus dari masyarakat miskin atau kaya, namun dalam
prakteknya hanya mampu dijangkau masyarakat kaya saja dan bunga
rentenir tujuannya ditetapkan hanya untuk warga miskin namun sangat
memberatkan, sedangkan pinjaman “Jasa Bergulir” diperuntukkan
hanya untuk masyarakat miskin dan tidak terdapat paksaan
Pinjaman “Jasa Bergulir” ditujukan untuk mementaskan masyarakat
miskin sehinnga menjadi masyarakat yang mandiri dan madani,
sedangkan pada bunga bank dan bunga rentenir tidak semata demi
kemandirian masyarakat miskin, melainkan terdapat unsur
keuntungan.
Bunga atau kelebihan pada Pinjaman “Jasa Bergulir” digunakan atau
dikembalikan lagi kepada masyarakat miskin dalam bentuk
pembangunan masyarakat, sedangkan bunga bank dan rentenir
kelebihannya digunakan untuk memperkaya diri.
83
Menurut sebagian besar ulama Islam pinjaman yang terdapat
kelebihan dalam pengembaliannya dimasukkan dalam kategori riba karena
mengambil dasar hadits pada BAB II yang mengatakan penambahan
dalam pengembalian utang adalah riba. Namun apabila dilihat dari unsur
tujuannya, “Pinjaman Bergulir” yang dilakukan oleh pihak PNPM MP
adalah suatu program pemerintah yang beroperasi dalam penganggulangan
kemiskinan yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi masyarakat
untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Penganggulangan kemiskinan
dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis kegiatan
pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi,
diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman Bergulir” tersebut.
Pada “Pinjaman Bergulir” diDesa Galang Pengampon, penulis
berpendapat bahwa kesepakatan tersebut menyerupai pinjaman yang
dilakukan nabi pada masa lalu tentang kesediaanya untuk memberi
kelebihan dalam pengembalian pinjaman unta. Seperti yang dilakukan
oleh nabi Muhammad pada masa lalu yang disebutkan dalam hadits 54
(ash
Shieddieqy, 2001:) atau dalam Bulughul Maram atau dalam kitab Nailul
Authar disebutkan bahwa:
زيزةقال ابي ل اهلل ص: "ع ، .استقزض رس س و سا، فاعط سا خبزا ي
(را أحد انتزيذ صحح)." خيار كى احاسكى قضاء: قال
“Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw. pernah
pinjam onta, kemudian ia membayar dengan onta yang lebih baik
dari pada onta yang dipinjam, lalu ia bersabda: “Sebaik-baik di
54
Teuku Muhammad Hasbi ash Shieddieqy, op.cit, hlm. 124
84
antara kamu ialah yang lebih baik dalam membayar pinjaman”.
(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Tirmidzi mengesahkannya).
Pinjaman tersebut dapat penulis katakan menyerupai pinjaman
“qardhul hasan” yang pengembalian kelebihannya di berikan sendiri oleh
peminjam atau debitur tanpa ada ketentuan berapa nominal atau persentase
penambahan pengembalian sesuai dengan kemampuan masing-masing
debitur. Hanya saja perbedaannya, pada perjanjian “Pinjamam Bergulir” di
Desa Galang Pengampon akad kelebihannya diucapkan sendiri oleh
debitur atau masyarakat diawal perjanjian pinjamannya. Dikatakan juga
dalam kitab Bulughul Maram yang menyatakan bahwa yang dinamakan
riba adalah jika disyaratkan dalam akadnya. Tetapi, jika yang seorang
menambah atau mengurangi penerimaannya dengan suka rela, maka tidak
termasuk riba malahan dianjurkan demikian. Jadi dapat penulis simpulkan
bahwa pinjaman tersebut dibolehkan karena terdapat unsur “rela sama
rela” dan tidak ada paksaan sedikitpun dari pihak manapun. Masyarakat
juga merasa terbantu dengan adanya program PNPM MP tersebut. Seperti
yang disebutkan dalam al-qur’an surat an-nisa’: 29 sebagai berikut:
كى تزاض ي تجارة ع تك كى بانباطم إال أ انكى بي آيا ال تأكها أي ا انذي يا أي
ا بكى رحي كا انه فسكى إ ال تقتها أ55
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
55
Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 122
85
Sedangkan didaerah Gondang, penulis melihat bahwa dalam
pinjaman tersebut sama sekali tidak terdapat unsur untuk memperkaya diri
atau pribadi dalam proses “Pinjaman Bergulir” tersebut. Bunga yang
diserahkan kepada pihak pengelola “Pinjaman Bergulir” digunakan untuk
biaya-biaya operasional seperti alat tuli-menulis, foto copy, dan sisa dari
penambahan tersebut dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk
pembangunan jembatan, jalan-jalan rusak ataupun saluran air sehingga
masyarakat tidak perlu lagi memberi uang iuran untuk pembangunan desa,
terutama bagi masyarakat miskin. Walaupun hal ini terdapat penambahan
dalam pengembaliannya, dan akadnya disyaratkan dimuka. Namun
pengembalian tersebut benar-benar tidak digunakan untuk memperkaya
pribadi akan tetapi ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat miskin tanpa
adanya eksploitasi atau adanya pemerasan seperti yang dilakukan para
rentenir.
Meskipun penambahan tersebut menyerupai riba, namun
penambahan tersebut diartikan sebagai penambahan yang ditujukan wadah
atau sarana, agar uang yang bersal dari pemerintah tidak hanya statis, akan
tetapi uang tersebut mampu berkembang dan mampu memberikan manfaat
kepada masyarakat berupa kemudahan dalam segi pinjaman modal
produksi dan juga mampu pendapatkan kemandirian sosial, ekonomi
masyarakat miskin. Masyarakat juga mampu merasakan uang mereka
kembali yaitu berupa pembangunan daeraah masing-masing dan
didalamnya juga terkandung unsur rela sama rela. Seperti yang disebutkan
86
dalam keputusan Muktamar NU bahwa apabila mereka saling sepakat atas
pemanfaatannya, maka tidak dianggap syarat akad dan tidak rusak, alias
boleh.
Namun apabila diartikan secara literatur, bahwa setiap apapun
yang bertambah merupakan riba maka kedua akad qardh diatas sama
dengan riba. Karena dalam pengembaliannya terdapat kelebihan yang
disepakati sebelum pinjam-meminjam dilaksanakan. Namun dalam bentuk
apapun itu, secara faktanya pinjaman tersebut sangat memberi manfaat
bagi para masyarakat miskin. Apakah penambahan riba diatas diartikan
secara lafadh atau secara lebih luas dilihat dari segi kemanfatannya dan
segi pelaksanaanya.
Sampai sekarang para ulama masih berselisih pendapat mengenai
kelebihan dalam pinjaman produktif. Termasuk juga dalam pinjaman
produktif PNPM MP ini. Namun pada kenyataannya “Pinjaman Bergulir”
ini memberi manfaat yang sangat besar bagi masyarakat miskin di kedua
desa tersebut.
87
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari beberapa uaraian diatas, penulis memperoleh kesimpulan bahwa:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan adalah suatu program pemerintah yang beroperasi dalam
Penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam bidang sosial,
ekonomi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Dalam
kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman bergulir”,
yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin
di wilayah kelurahan atau desa.
Hanya saja kedua cara pinjaman yang berbeda antara desa Galang
Pengampon dan desa Gondang tersebut, masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri dalam pelaksanaannya
maupun dalam segi kemasyaraktannya.
- Kelebihan:
Galang Pengampon
Tidak ada ketentuan nominal atau persentase kelebihan
pengembaliannya, sehingga petani mengembalikan sesuai dengan
kemampuan masing-masig dari hasil panen mereka
88
Gondang
Karena pinjaman bergilir di desa Gondang bukan sistem Sender
sawah (sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai
petani) maka kemungkinan besar warga masyarakat yang
meminjam bukan hanya dari pihak petani saja.
- Kelemahan:
Galang Pengampon
Kelemahan pinjaman bergulir di desa Galang Pengampon karena
sistem yang digunakan adalah ”Pinjaman Bergulir” (Sender sawah)
yang sebagian besar adalah petani maka kemungkinan besar warga
masyarakat yang meminjam adalah para petani
Gondang
Ada ketentuan nominal atau persentase kelebihan dalam
pengembaliannya, walaupun ketentuan tersebut disepakati bersama
dengan para warga, namun hal tersebut tetap menjadi kelemahan
karena tidak semua hasil usaha dan kemampuan warga masyarakat
itu sama
2. Pada “Pinjaman Bergulir” didesa Galang Pengampon, penulis
berpendapat bahwa kesepakatan tersebut menyerupai pinjaman yang
dilakukan nabi pada masa lalu tentang kesediaanya untuk memberi
kelebihan dalam pengembalian pinjaman unta. Seperti yang dilakukan
89
oleh nabi Muhammad pada masa lalu yang pengembaliannya di berikan
sendiri oleh peminjam atau debitur tanpa ada ketentuan berapa nominal
atau persentase penambahan pengembalian sesuai dengan kemampuan
masing-masing debitur. Hanya saja perbedaannya, pada perjanjian
“Pinjamam Bergulir” di desa Galang Pengampon akad kelebihannya
diucapkan sendiri oleh debitur atau masyarakat diawal pinjamannya.
Dikatakan juga dalam kitab Bulughul maram yang menyatakan bahwa
yang dinamakan Riba adalah jika disyaratkan dalam akadnya. Tetapi,
jika yang seorang menambah atau mengurangi penerimaannya dengan
suka rela, maka tidak termasuk riba malahan dianjurkan demikian.
Sedangkan didaerah Gondang, penulis melihat bahwa dalam
pinjaman tersebut sama sekali tidak terdapat unsur untuk memperkaya
diri atau pribadi dalam proses “Pinjaman Bergulir” tersebut. Bunga yang
diserahkan kepada pihak pengelola “Pinjaman Bergulir” digunakan
untuk biaya-biaya operasional dan sisa dari penambahan tersebut
dikembalikan kepada masyarakat Namun pengembalian tersebut benar-
benar tidak digunakan untuk memperkaya pribadi akan tetapi ditujukan
untuk kesejahteraan masyarakat miskin tanpa adanya eksploitasi atau
adanya pemerasan seperti yang dilakukan para rentenir.
Masyarakat juga mampu merasakan uang mereka kembali yaitu
berupa pembangunan daeraah masing-masing dan didalamnya juga
terkandung unsur rela sama rela. Seperti yang disebutkan dalam
90
keputusan Muktamar NU bahwa apabila mereka saling sepakat atas
pemanfaatannya, maka tidak dianggap syarat akad dan tidak rusak, alias
boleh.
Akan tetapi apabila dilihat dari segi pengertian literaturnya, itu
merupakan suatu tambahan. Jadi dapat dikategorikan riba karena
tambahan dalam pengembaliannya. Namun bagaimanapun pendapatnya,
faktanya hal tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin.
B. Saran
Program PNPM MP adalah program yang tujuannya untuk memajukan
masyarakat dalam kesejahteraannya. Tujuannya untuk penanggulangan
kemiskinan dalam PNPM MP dilaksanakan dengan membangun kelembagaan
masyarakat di tingkat desa agar mengakar dan representatif. Keberadaannya
diharapkan menjadi pondasi terbangunnya tatanan masyarakat berdaya.
Sehingga upaya penanggulangan kemiskinan akan menjadi gerakan bersama
yang inklusif berlandaskan kemitraan dan kesetaraan. Dalam kegiatan yang
telah dilaksanakan, diharapkan benar-benar mampu meningkatkan ekonomi
kerakyatan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat terutama masyarakat
miskin.
Dana yang tersedia dari pemerintahan tersebut, sebisa mungkin
dialokasikan dengan yang sebenarnya kepada masyarakta miskin dan tidak
terdapat manipulasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab sehingga
terjadi penyaluran yang benar dan kepada orang yang benar pula.
91
Sebisa mungkin, bunga yang mendekati pada riba dihilangkan dengan
perlahan. Akan tetapi karena dilihat dari latar belakang dan tujuan yang
terdapat dalam sasaran utamanya, seperti yang disebutkan diatas bahwa dana
yang berasal dari pemerintah tidak boleh diam atau statis, maka bunga ada
karena dalam keadaan dharurat. Akan tetapi bunga atau kelebihan tersebut
benar-benar tidak boleh digunakan untuk memperkaya pribadi dan kelebihan
tersebut benar-benar dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk
pembangunan desa.
C. Penutup
Dengan rasa syukur Alhamdulillahirobbil‟aalamiin penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT yang dengan hidayah, inayah, dan taufiq-Nya sehingga
penulis telah mampu mengantarkan pembahasan skripsi yang berjudul
TINJAUAN NORMATIF TERHADAP PERJANJIAN KEUNTUNGAN
ANTARA DEBITUR (MASYARAKAT) DAN KREDITUR DALAM
KERANGKA PNPM MP (Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan) pada titik paling akhir, meskipun banyak hambatan dan
kesulitan karena kemampuan yang terbatas namun
Alhamdulillahirobbil‟aalamiin penulis tetap berusaha semampunya untuk
menyelesaikan dan memecahkan problem yang penulis hadapi dalam
penulisan skripsi ini.
92
Tidak lupa penulis mohon maaf apabila dalam penulisan kalimat
maupun bahasanya masih dijumpai banyak kekeliruan. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif guna perbaikan dimasa
mendatang.
Sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terimakasih kepada
Allah SWT dan kepada semua pihak yag telah memberi kelancaran dalam
penulisan karya skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat, amiiin ya robbal
„alamiin……………
DAFTAR PUSTAKA
Ali , Ahmad, Bulughul Maram, Juz 3, Bandung: Dahlan, 1980
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Jakarta:
Akbar, 2009
Al- maududi , Abul A’la, Riba, Jakarta: Gema Insani, 1970
Ash- Sa’di , Abdurrahman, dkk, Fiqh Jual-Beli, Jakarta: Senayan
Publisshing, 2008
Az-Zuhaili, Wahab, Konsep Darurat dalam Hukum Islam, Jakarta: Gaya
Media Pratama, 1997
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya (revisi terbaru),
Jakarta, 1971
Diibulbigha, Mustofa, Fiqh Syafi’I terjemahan Attahdzib, Surabaya:
Bintang Pelajar,1984
Hasbi ash Shieddieqy, Teuku Muhammad, Hukum-hukum Fiqh Islam,
Semarang: Pustaka Rizki Putra,2001
__________________, Koleksi Hadits-hadits Hukum 7, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2001
Mahfudh, Sahal, Problematika Aktual Hukum Islam, Surabaya: Khalista,
2007
Masyhur, Kahar, Beberapa Pendapat Mengenai Riba, Jakarta: Kalam
Mulia, 1992
Mutahhari, Murtadha, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba,
Bandung: Pustaka Hidayah, 1995
Rahman , Taufik, Hadits-hadits Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2000
Rusyd , Ibnu, Terjemah Bidayatul Mujtahid, Semarang: S-Syifa’, 1990
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah 4, Jakarta: Cempaka Putih Tengah, 2009
Sjadzali, Munawir, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina, 1997
Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Syarifuddin, Amir, Meretas Kebekuan Ijtihad, Jakarta: Ciputat Press, 2005
Terjemahan Nailul Authar, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987
Ya’qub , Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: C.V.
Diponegoro, 1984
Wawancara dengan bapak Agus sarwo Edy sebagai Asisten Urban
Planning PNPM MP kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan pada tanggal 21 April2011 jam 09.00 WIB
Wawancara dengan Bapak Rahmat didesa Galang Pengampon pada
tanggal 9 Oktober 2011 jam 09.00 WIB
Wawancara dengan Bapak Mustaqim didesa galang pengampon pada
tanggal 9 Oktober 2011 jam 11.00 WIB
Wawancara dengan Bapak Khamid Selaku ketua RT desa Gondang pada
tanggal 13 Oktober 2011 09.00 WIB
Wawancara dengan Bapak Afifudin dari desa Gondang pada tanggal 13
Oktober 2011 jam 12.00 WIB
Pedoman Teknis PNPM MP tahun 2007
Pedoman teknis “Pinjaman Bergulir” PNPM MP Kecamatan
Wonopringgo
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam
kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Penganggulangan kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang dikenal dengan Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan Pinjaman Bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur ketentuan pokok untuk pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir, namun keputusan untuk melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat setempat.
Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap pelaksanaan pemberian pinjaman bergulir di P2KP-1, P2KP-2 dan P2KP-3 diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir di awal program kinerjanya sangat buruk. Namun dengan pemberian Panduan Operasional serta petunjuk pembukuan untuk UPK, kinerja kegiatan pinjaman bergulir semakin membaik. Berbagai kesuksesan serta kegagalan kegiatan pinjaman bergulir di masa lalu dapat menjadi pembelajaran berharga bagi kelanjutan kegiatan pinjaman bergulir melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.
Beberapa pertimbangan dalam melanjutkan pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir dalam PNPM Mandiri Perkotaan antara lain :
a. Tersedianya akses dan jasa layanan keuangan yang berkelanjutan telah terbukti merupakan salah satu alat efektif untuk membantu rumah tangga miskin meningkatkan pendapatan dan kekayaannya
b. Akses rumah tangga miskin ke jasa layanan keuangan formal masih sangat rendah. Sekitar 29 juta rumah tangga miskin masih belum mendapat akses ke jasa layanan keuangan formal. (sumber Johnston dan Holloch)
c. Pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan memiliki peluang dapat menjangkau sekitar 2,5 juta rumah tangga miskin yang sama sekali belum menerima akses ke lembaga keuangan
d. Permintaan pinjaman bergulir pada rencana pembangunan masyarakat masih tinggi
e. Pemutusan pendampingan yang telah berjalan selama ini bila tanpa disertai kinerja yang memadai akan merusak budaya meminjam dan jaminan sosial yang ada di masyarakat
Pedoman ini disusun untuk diberlakukan bagi seluruh lokasi yang pernah dan akan memperoleh program P2KP dan PNPM Mandiri Perkotaan
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
2
2. TUJUAN :
Pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dalam PNPM Mandiri Perkotaan bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.
Meskipun demikian, PNPM bukanlah program keuangan mikro, dan tidak akan pernah menjadi lembaga keuangan mikro. Program keuangan mikro bukan hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi banyak jasa keuangan lainnya yang perlu disediakan. Peran PNPM hanya membangun dasar-dasar solusi yang berkelanjutan untuk jasa pinjaman dan non pinjaman di tingkat kelurahan.
PNPM Mandiri Perkotaan dijadikan momen untuk tahap konsolidasi kegiatan keuangan mikro. Oleh sebab itu, dalam tahap ini perlu diciptakan UPK yang kuat, sehat dan secara operasional terpisah dari LKM. Masyarakat sendiri harus terlibat dalam keputusan untuk menentukan masa depan UPK.
BAB 2
SASARAN, PENDEKATAN, PRINSIP DAN STRATEGI
1. SASARAN Sasaran utama pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir adalah rumah tangga miskin (berpendapatan rendah) di wilayah kelurahan/desa LKM/UPK berada, khususnya masyarakat miskin yang sudah diidentifikasi dalam daftar masyarakat miskin PS2. Indikator tercapainya sasaran tersebut meliputi: a. Peminjam berasal dari rumah tangga miskin yang telah diidentifikasi dalam PJM
Pronangkis dan telah masuk dalam Daftar PS2. b. Minimal 30% peminjam adalah perempuan c. Para peminjam dari rumah tangga miskin tersebut telah bergabung dalam Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) khusus untuk kegiatan ini beranggotakan minimal 5 orang. d. Akses pinjaman bagi KSM peminjam yang kinerja pengembaliannya baik terjamin
keberlanjutannya baik melalui dana BLM maupun melalui dana hasil chanelling dengan kebijakan pinjaman yang jelas.
2. PENDEKATAN
Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengarahkan kegiatan pinjaman bergulir sebagai akses pinjaman masyarakat miskin yang saat ini belum mempunyai akses pinjaman ke lembaga keuangan lain melalui: a. Kegiatan pinjaman bergulir dilaksanakan ditingkat kelurahan, dikelola secara
profesional untuk menjaga keberlangsungan akses pinjaman bagi masyarakat miskin. b. Transparansi atas pengelolaan dan kinerja UPK serta monitoring partisipatif oleh warga
masyarakat sebagai wujud pertanggungjawaban pengelolaan dana masyarakat . c. Penyediaan akses pinjaman yang jumlahnya maupun tingkat bunganya hanya menarik
bagi kelompok masyarakat miskin. d. Menggunakan sistem tanggung renteng kelompok sebagai alat kontrol pengelola (UPK)
maupun kelompok peminjam (KSM) e. Meningkatkan kapasitas kewirausahaan masyarakat melalui pelatihan ekonomi rumah
tangga, kewirausahaan dan pembukuan sederhana.
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
3
3. PRINSIP - PRINSIP Beberapa prinsip dasar dalam pemberian pinjaman bergulir yang perlu mendapat perhatian dari LKM / UPK antara lain adalah: a. Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan pinjaman bergulir adalah milik masyarakat
kelurahan/desa sasaran dan bukan milik perorangan; b. Tujuan dipilihnya kegiatan pinjaman bergulir adalah dalam rangka membantu program
penanggulangan kemiskinan dan oleh karenanya harus menjangkau warga masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran utama PNPM Mandiri Perkotaan
c. Pengelolaan pinjaman bergulir berorientasi kepada proses pembelajaran untuk penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat miskin, serta kegiatan-kegiatan produktif lainnya;
d. Pengelolaan pinjaman bergulir dipisahkan antara LKM sebagai representasi dari warga masyarakat pemilik modal dengan UPK sebagai pengelola kegiatan pinjaman bergulir yang bertanggungjawab langsung kepada LKM;
e. Prosedur serta keputusan pemberian pinjaman harus mengikuti prosedur pemberian pinjaman bergulir standar yang ditetapkan
f. Manajer dan Petugas UPK harus orang yang mempunyai kemampuan dan telah memperoleh sertifikat pelatihan dasar yang diadakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan;
g. UPK telah mempunyai sistim pembukuan yang standar dan sistim pelaporan keuangan yang memadai;
h. UPK mendapat pengawasan baik oleh LKM melalui Pengawas UPK maupun konsultan pelaksana (KMW) melalui tenaga ahli dan fasilitator, atau pihak yang ditunjuk proyek.
4. STRATEGI
Kelanjutan pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan dengan strategi di masing-masing tataran antara lain : a. Memprioritaskan pada meningkatkan kemampuan institusi yang sudah ada berkelanju
tan, daripada memperbanyak institusi ke seluruh kelurahan b. Menunda pembentukan UPK baru hingga kebijakan dan prosedur lengkap dan
fasilitator telah siap c. Membuat sistem penjenjangan sederhana terhadap UPK berdasarkan kinerja
keuangan, manajemen, kejujuran, dan kinerja sosial untuk membedakan UPK yang kinerjanya bagus dan yang buruk.
d. Menetapkan kriteria untuk kinerja memuaskan dan kinerja minimal yang transparan dan mudah diukur oleh UPK, PMU dan PNPM Mandiri Perkotaan. Indikator utama untuk melihat kinerja pinjaman bergulir adalah LAR, PAR, RoI dan CCr.Indikator kinerja memuaskan dan indikator kinerja minimal selengkapnya sebagaimana Lampiran 1
e. Menunda penambahan dana apabila kegiatan operasional UPK tidak mencapai keriteria minimal, dan menutup UPK yang gagal mencapai kriteria minimal dalam waktu satu tahun setelah penundaan.
f. Membuat peringatan akan menutup UPK yang kinerjanya tidak memuaskan. Memperbaiki dan melaksanakan strategi untuk secara agresif menagih peminjam yang menunggak.
g. Mengubah orientasi Manajemen Keuangan ke pengelolaan Kredit Mikro dan menyesuaikan struktur tim agar mampu mendisain pinjaman mikro, menyusun dan melaksanakan program pelatihannya, meningkatkan kemampuan dan monitoring fasilitator dalam bidang pinjaman bergulir.
h. Struktur organisasi UPK secara jelas dan tegas terpisah baik operasional maupun keuangannya dari LKM, dan beroperasi menurut prinsip usaha yang seimbang dengan misi sosialnya.
i. LKM membentuk Pengawas yang bertugas mengawasi dan mendukung UPK dalam promosi dan penagihan tunggakan pinjaman serta memastikan bahwa semua
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
4
ketentuan telah dipatuhi UPK. Pengawas terdiri dari 2-3 orang yang mengandung unsur laki-laki dan perempuan.
j. LKM harus membuat/mengubah Anggaran Dasarnya yang secara jelas mengatur tentang tujuan, tugas, tanggung jawab serta hasil yang diharapkan dari Pengawas dan UPK.
k. LKM membuat pernyataan khusus bahwa BLM yang dialokasikan untuk Pinjaman Bergulir adalah menjadi modal lembaga UPK dan digunakan hanya untuk mendanai kegiatan yang berkaitan dengan Pinjaman Bergulir saja. Penggunaan diluar kegiatan Pinjaman Bergulir harus dengan persetujuan dari KMP.
l. Pendapatan UPK tidak boleh untuk membiayai kegiatan-kegiatan diluar Pinjaman Bergulir. Pendapatan UPK hanya untuk membayar insentif pegawai dan biaya operasional UPK.
m. Unit Pengelola Keuangan (UPK) perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas pelatihannya. Fasilitator di bidang kredit mikro perlu mengubah fokus pelatihan dari pembukuan ke pelatihan dasar perkreditan, antara lain; pengenalan nasabah, analisis pinjaman, teknik penagihan, cash flow sederhana, laporan kinerja keuangan dan pembinaan. Modul pelatihan perlu ditambah sesuai dengan penambahan materi baru dan revisi materi yang sudah ada.
n. LKM harus menetapkan besarnya jasa pinjaman yang berfokus pada keberlanjutan. Jasa pinjaman harus dapat menutup semua biaya, yang antara lain terdiri dari : Cost of Fund (biaya dana), Biaya operasional, Cadangan Risiko Pinjaman, Inflasi serta untuk Laba yang diinginkan. (lihat Jasa pinjaman Lampiran 2)
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
5
BAB 3
KETENTUAN DASAR PINJAMAN BERGULIR
Agar pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu dibuat aturan dasar untuk Pinjaman Bergulir, antara lain mengenai kelayakan lembaga pengelola pinjaman bergulir, kelayakan peminjam, Dana Pinjaman, Pelayanan Pinjaman Bergulir dan Pendampingannya. Masing-masing aturan dasar tersebut adalah sebagaimana uraian berikut.
1. KELAYAKAN LEMBAGA PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR
Lembaga yang langsung mengelola kegiatan Pinjaman Bergulir adalah Unit Pengelola Keuangan (UPK). UPK adalah salah satu Unit Pengelola dari 3 Unit Pengelola yang berada dibawah LKM. Dua unit pengelola lainnya adalah Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dan Unit Pengelola Sosial (UPS). Struktur lengkap LKM sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI LKM
STRUKTUR ORGANISASI UPK
Lampiran 2
LKM
Pengawas
Unit Pengelola Keuangan
Unit Pengelola Lingkungan
Unit Pengelola Sosial
Manajer UPK
Pembuku Petugas Pinjaman
Kasir
Masyarakat
KSM/Masyarakat
Sekretariat
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
6
Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai, harus dilakukan pengujian kelayakan, baik untuk LKM/UPK, maupun untuk KSM/anggota dengan menggunakan instrumen kriteria kelayakan yang sudah disiapkan. Kegiatan pinjaman bergulir dapat dilaksanakan, hanya jika para pelaku tersebut telah memenuhi kriteria kelayakan seperti yang dijelaskan di bawah. KMW bertanggung jawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan LKM/UPK. Sedangkan Fasilitator bersama relawan setempat bertanggung jawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan kelompok maupun anggotanya a. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)
LKM yang akan mengelola kegiatan Pinjaman Bergulir harus memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut : 1) LKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan
dan memiliki Anggaran Dasar yang di dalamnya antara lain menyatakan bahwa: a) Kegiatan Pinjaman Bergulir akan dijalankan sebagai salah satu alat
penanggulangan kemiskinan di wilayahnya b) Dana Pinjaman Bergulir hanya diperuntukkan untuk kegiatan Pinjaman
Bergulir saja c) Pendapatan UPK hanya untuk membiayai kegiatan operasional UPK dan
tidak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lainnya, termasuk biaya LKM dan Pengawas. Pengawas hanya bisa dibiayai dari Laba bersih tahunan UPK.
2) LKM telah mengangkat Pengawas UPK (2–3 orang) dan petugas UPK (minimal 2 orang). Semua telah memperoleh pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan dan telah memiliki uraian tugas dan tanggung jawab.
3) LKM dengan persetujuan masyarakat telah membuat aturan dasar Pinjaman Bergulir yang memuat kriteria KSM dan anggotanya yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota KSM.
4) Untuk kelurahan/desa lama (yang telah menjalankan P2KP) : a) Kinerja pinjaman bergulir yang dijalankan mencapai kriteria memuaskan;
peminjam berisiko (LAR) <10%, pinjaman berisiko (PAR) <10%, ratio pendapatan biaya (CCr) > 125% dan hasil investasi (ROI) >10%.
b) Bersedia melakukan perbaikan kelembagaan antara lain:
Membentuk pengawas UPK
LKM telah menerima pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan
Telah memiliki rekening atas nama LKM dengan kewenangan menandatangani 3 orang
b. Pengawas UPK
Pengawas UPK yang bertugas mengawasi kegiatan UPK dalam mengelola Pinjaman Bergulir telah memenuhi kriteria minimal antara lain : 1) Telah diangkat oleh LKM dengan persetujuan masyarakat sebanyak 2-3 orang,
memenuhi unsur laki-laki dan perempuan 2) Telah memiliki uraian tugas yang mencakup tugas dan tanggung jawab
pengawas 3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan
c. Unit Pengelola Keuangan (UPK) Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang akan mengelola dana Pinjaman Bergulir telah memenuhi kriteria minimal sebagai berikut : 1) Telah diangkat oleh LKM sebanyak minimal 2 orang (ideal 4 orang) 2) Telah memiliki uraian tugas dan tanggung jawab 3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan 4) Telah memahami aturan dasar Pinjaman Bergulir
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
7
5) Telah memiliki rekening atas nama UPK/LKM dengan kewenangan penandatangan 3 orang
6) Telah memiliki Sistem Pembukuan yang berlaku di PNPM Mandiri Perkotaan 7) Untuk kelurahan/desa lama (yang telah menjalankan P2KP dan PNPM Mandiri
Perkotaan): a) Kinerja pinjaman bergulir yang dijalankan mencapai kriteria memuaskan;
peminjam berisiko (LAR) <10%, pinjaman berisiko (PAR) <10%, ratio pendapatan biaya (CCr) > 125%, hasil investasi (ROI) >10%.
b) Kinerja Pembukuan UPK minimal memadai 2. KELAYAKAN PEMINJAM
KSM Peminjam dan anggotanya sebagai calon peminjam harus memenuhi kriteria kelayakan yang dipersyaratkan untuk mendapat pinjaman bergulir dari UPK. Hanya KSM dan anggota yang memenuhi kriteria kelayakan yang dapat dilayani oleh LKM/UPK. Dengan kata lain, KSM Peminjam dan anggotanya yang tidak atau belum memenuhi kriteria kelayakan tidak dapat dilayani dan harus ada pendampingan terlebih dahulu sampai KSM Peminjam tersebut memenuhi kriteria kelayakan sebagai calon peminjam. a. Kriteria kelayakan KSM
1) KSM telah terbentuk dan anggotanya adalah warga miskin yang tercantum dalam daftar PS2 sebagaimana Lampiran 3 serta seluruh anggota telah memperoleh pembekalan tentang pembukuan KSM, pinjaman bergulir (persyaratan peminjam, skim pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman), PERT, kewirausahaan serta telah melakukan kegiatan menabung diantara anggota KSM.
2) KSM dibentuk hanya untuk tujuan penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat miskin dan kekuatan modal sosial;
3) KSM dibentuk atas dasar kesepakatan anggota-anggotanya secara sukarela, demokratis, partisipatif, transparan dan kesetaraan;
4) Anggota KSM termasuk kategori keluarga miskin sesuai kriteria yang ditetapkan sendiri oleh LKM/Masyarakat.
5) Jumlah anggota KSM minimal 5 orang; 6) Jumlah anggota KSM minimal 30% perempuan 7) Mempunyai pembukuan yang memadai sesuai kebutuhan 8) Semua anggota KSM menyetujui sistim tanggung renteng dan dituangkan secara
tertulis dalam Pernyataan kesanggupan Tanggung Renteng. 9) Semua anggota KSM telah memeproleh dari fasilitator dan LKM/UPK
b. Kriteria kelayakan anggota KSM
1) Anggota KSM adalah warga masyarakat dan memiliki kartu tanda penduduk (KTP) setempat
2) Termasuk dalam katagori keluarga miskin daftar PS 2 sesuai dengan kriteria yang dikembangkan dan disepakati sendiri oleh masyarakat;
3) Dapat dipercaya dan dapat bekerjasama dengan anggota yang lain. 4) Semua anggota KSM telah mempunyai tabungan minimal 5 % dari pinjaman
yang diajukan dan bersedia menambah tabungannya minimal 5 % selama jangka waktu pinjaman dan tidak akan mengambil tabungan tersebut sebelum pinjamannya lunas.
5) Memiliki motivasi untuk berusaha dan bekerja atau dapat pula memiliki usaha mikro dan bermaksud untuk meningkatkan usaha, pendapatan dan kesejahteraan keluarganya;
6) Belum pernah mendapat pelayanan dari lembaga keuangan yang ada. Proses pembentukan KSM Peminjam mengacu kepada proses pembentukan KSM pada umumnya, hanya tujuan KSM Peminjam disini adalah untuk memperoleh pinjaman bergulir dari UPK.
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
8
3. SUMBER DANA PINJAMAN BERGULIR
Sumber dana untuk kegiatan pinjaman bergulir, dapat berasal dari: a. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), yang merupakan sumber dana utama b. Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) c. Dana yang berasal dari pihak Swasta d. Dana dari swadaya masyarakat e. Dana dari sumber lainnya
Dana dari sumber lain berupa channeling atau pinjaman dari Lembaga Keuangan formal baik bank maupun koperasi di sekitar lokasi LKM berada. Tujuan dana chanelling atau pinjaman tersebut adalah untuk menyediakan akses pinjaman bagi KSM yang sudah memenuhi batas maksimal pemberian pinjaman baik dari sisi jumlah pinjaman (telah mencapai Rp 2.000.000,-) atau dari sisi frekuensi peminjaman (sudah mencapai 4 kali pinjam). Diharapkan dengan dana channeling maupun pinjaman dari Lembaga Keuangan formal tersebut nantinya KSM dan anggotanya dapat memperoleh akses pinjaman lebih lanjut dari lembaga tersebut.
4. PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir ini adalah pedoman dasar yang menjadi pegangan Fasilitator dan pihak-pihak terkait (pelaku PNPM Mandiri Perkotaan) dalam mengawal pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir oleh UPK. Pedoman pelaksanaan ini hanya berisi pokok-pokok kegiatan yang harus dipahami dalam memberikan pendampingan kepada LKM, UPK dan KSM. Sedangkan panduan kegiatan yang lebih rinci dapat dilihat dalam Pedoman Teknis terkait yang secara lengkap terdiri dari :
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian LKM
Pedoman Teknis Pembukuan UPK
Pedoman Teknis Pengelolaan Kas UPK
Pedoman Teknis Pengawasan UPK
Membangun Kepribadian Wirausaha
Memperkokoh Kepribadian Wirausaha
Konsep Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (PERT) Di dalam Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir diatur mengenai bagaimana mengelola pinjaman bergulir di UPK. Aturan tersebut menyangkut mengenai Kriteria Pengelola dan Penerima Pinjaman Bergulir, Skim Pinjaman Bergulir, Tahapan Pemberian Pinjaman, Pembukuan Pinjaman Bergulir, Monitoring Pinjaman Bergulir, Penyelesaian Pinjaman yang Bermasalah serta Pelaporan Pinjaman Bergulir. Secara singkat Aturan Pokok yang diatur dalam Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir antara lain : a. Kelayakan Lembaga Pengelola Pinjaman Bergulir
Kriteria kelayakan yang harus dipenuhi oleh LKM maupun UPK sesuai dengan kriteria kelayakan sebagaimana bab 3 butir 1.
b. Kelayakan Penerima Pinjaman Bergulir Kriteria kelayakan yang harus dipenuhi oleh KSM beserta anggotanya sesuai dengan kriteria kelayakan sebagaimana penjelasan bab 3 butir 2.
c. Skim Pinjaman Bergulir Skim Pinjaman yang diatur dalam Pinjaman Bergulir antara lain : 1) Peminjam adalah KSM dan angotanya yang memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan 2) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai kegiatan usaha produktif
yang sudah ada maupun untuk menciptakan peluang usaha
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
9
3) Besar Pinjaman pertama kali maksimal Rp 500.000,- namun disesuaikan dengan usaha peminjam. Pinjaman selanjutnya maksimal Rp. 2.000.000,- (Diluar jumlah maksimal tersebut peminjam dapat diberikan pinjaman dengan pola channeling dengan Lembaga keuangan/bank lainnya) Frekuensi peminjaman maksimal 4 kali.
4) Jangka waktu pinjaman 3-12 bulan, tergantung dari perputaran usaha peminjam 5) Angsuran pinjaman maksimal bulanan, tanpa grace period (tenggang waktu) 6) Jasa pinjaman 1,5 s/d 3 % per bulan, dihitung dari pokok pinjaman semula. Jasa
pinjaman minimal harus dapat menutup seluruh biaya operasional UPK. d. Tahapan Pemberian Pinjaman Bergulir
DaLam pemberian pinjaman bergulir, diatur kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap tahapan sebagai berikut: 1) Tahap Pengajuan Pinjaman
Calon peminjam mempersiapkan segala keperluan yang dipersyaratkan untuk memperoleh pinjaman, baik pelatihan, pembentukan simpanan, maupun kelengkapan dokumen dan pengisian blanko pengajuan pinjaman. Pada tahap pengajuan, petugas UPK wajib menjelaskan ketentuan Pinjaman bergulir termasuk bahwa pinjaman ini sifatnya adalah hutang yang harus dibayar kembali, bukan hibah
2) Tahap Pemeriksaan Pinjaman Petugas pinjaman UPK memeriksa dokumen pengajuan pinjaman yang diajukan KSM beserta anggotanya baik secara administratif maupun kunjungan lapangan menganalisis dan membuat usulan/rekomendasi kepada Manajer UPK atas permohonan pinjaman dimaksud.
3) Tahap Putusan Pinjaman Manajer UPK memberikan persetujuan atau penolakan atas pengajuan pinjaman yang dilakukan oleh KSM didasarkan pada hasil analisis petugas pinjaman UPK.
4) Tahap Realisasi Pinjaman Permohonan pinjaman KSM yang telah disetujui oleh Manajer UPK disiapkan dokumen untuk pencairan, kemudian direalisasikan / dicairkan pembayarannya kepada KSM dan anggotanya. Pada tahap realisasi petugas UPK juga wajib kembali menegaskan dan menjelaskan semua ketentuan pinjaman bergulir termasuk ketentuan bahwa pinjaman bergulir adalah hutang yang wajib dibayar kembali dan bukan hibah.
5) Tahap Pembinaan Pinjaman Minimal 1 bulan setelah injaman direalisasi petugas UPK wajib memantau keadaan peminjam, perkembangan usaha dan penggunaan pinjaman apakah digunakan sesuai tujuan semula. Pada tahapan ini petugas juga wajib mengingatkan peminjam tentang kewajiban angsuran yang harus dilakukan dan juga mengingatkan kembali bahwa pinjaman ini adalah hutang bukan hibah.
6) Tahap Pembayaran Kembali Pinjaman Peminjam melakukan pembayaran kembali atas pinjamannya. Agar tidak sampai terjadi keterlambatan atau tunggakan, maka petugas UPK beberapa hari sebelum waktu pembayaran wajib mengingatkan peminjam atas kewajibannya. Dalam melaksanakan tugas ini petugas UPK dapat dibantu oleh relawan, aparat kelurahan/desa, tokoh masyarakat maupun Pengawas UPK.
e. Monitoring Pinjaman Bergulir Dalam kegiatan monitoring pinjaman diuraikan secara rinci kegiatan untuk mencapai kinerja pinjaman bergulir yang memuaskan dengan cara memantau secara administratif dan kunjungan kepada peminjam di lapangan.
f. Penyelesaian Pinjaman Bermasalah
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
10
Dalam kegiatan penyelesaian pinjaman bermasalah, dibahas mengenai penyebab dan upaya penyelesaian pinjaman yang bermasalah (tunggakan) baik melalui penagihan secara intensif, maupun dengan penyelamatan pinjaman bermasalah.
g. Pelaporan Pinjaman Bergulir Dalam kegiatan ini diuraikan mengenai laporan yang harus dibuat oleh UPK baik laporan bulanan maupun khusus atau yang tidak terjadwal, baik neraca/laba rugi maupun untuk aplikasi SIM dalam rangka transparansi dan pertanggungjawaban UPK atas kinerja Pinjaman Bergulir yang dikelolanya.
5. PELAKSANAAN PENDAMPINGAN
Pendampingan atau konsultasi merupakan elemen penting dalam upaya memperkuat kemampuan pengelolaan pinjaman bergulir. Kegiatan pendampingan diberikan dalam bentuk coaching (petunjuk singkat), konsultasi atau diskusi, membantu pelaksanaan kegiatan sampai dengan petugas dapat melaksanakan secara mandiri, perbaikan terhadap hal–hal yang kurang/tidak benar, membimbing hingga terjadi perubahan sikap/perilaku, serta upaya lain yang mengarah pada peningkatan kemampuan para petugas dan anggota masyarakatnya. Strategi pendampingan ini perlu diberikan baik kepada LKM, UPK, maupun kepada kelompok pemanfaat pinjaman. a. Pendampingan kepada LKM/UPK
Pendampingan kepada LKM maupun UPK dilakukan oleh Konsultan pendamping: 1) Fasilitator dan Senior Fasilitator
a) Menjaga proses agar sesuai dengan tujuan, strategi dan prinsip pengelolaan pinjaman bergulir
b) Mendorong proses pembelajaran bagi masyarakat miskin dalam hal penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan mereka serta kegiatan produktif lainnya
c) Mendorong proses pembelajaran bagi pengelola pinjaman bergulir agar dana BLM dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin
d) Memberikan konsultasi terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh LKM/UPK dalam proses pelaksanaan pengelolaan pinjaman bergulir, meliputi: pengambilan keputusan persetujuan pinjaman, memproyeksi pendapatan dan biaya (proyeksi laba rugi), memproyeksi tingkat ketersediaan modal sebagai dana bergulir, dan berbagai aspek lainnya.
e) Memberikan coaching dan peningkatan kemampuan kepada LKM dan UPK f) Melakukan monitoring, evaluasi, analisis dan rekomendasi perbaikan
kinerja LKM dan UPK.
2) Asisten Kordinator Kota (Askorkot) dan Korkot a) Melakukan monitoring, evaluasi, analisis dan rekomendasi perbaikan
kinerja LKM / UPK secara terus menerus dalam pengelolaan pinjaman bergulir.
b) Melakukan pengumpulan sumber daya (polling resources) terhadap sumber daya yang ada baik individu maupun lembaga yang mempunyai kemampuan serta kepedulian terhadap pengembangan keuangan mikro dan pinjaman bergulir.
c) Memfasilitasi terbukanya akses bagi LKM/UPK terhadap sumber pelayanan dari luar.
d) Mengupayakan pencapaian target pelayanan LKM dan UPK sesuai indikator kinerja yang ditetapkan.
3) TA Kredit Mikro/ Manajemen Keuangan
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
11
a) Melakukan monitoring, evaluasi, analisis dan rekomendasi perbaikan kinerja LKM / UPK secara terus menerus dalam pengelolaan pinjaman bergulir.
b) Melakukan pengumpulan sumber daya (polling resources) terhadap sumber daya yang ada baik individu maupun lembaga yang mempunyai kemampuan serta kepedulian terhadap pengembangan keuangan mikro dan pinjaman bergulir.
c) Memfasilitasi terbukanya akses bagi LKM/UPK terhadap sumber pelayanan dari luar.
d) Mengupayakan pecapaian target pelayanan LKM dan UPK sesuai indikator kinerja yang ditetapkan.
b. Pendampingan kepada KSM.
Konsultasi serta pendampingan kepada KSM penerima pinjaman dilakukan oleh : 1) Fasilitator dengan dukungan KMW, dengan kegiatan :
a) Menjaga agar KSM yang dilayani selalu memenuhi kriteria kelayakan. b) Menghadiri pertemuan anggota yang diselenggarakan oleh kelompok
maupun pertemuan antar kelompok yang ada. c) Membantu menyusun proposal, pengembangan usaha maupun Ekonomi
Rumah Tangga (ERT) anggota. d) Mengembangkan berbagai sikap positip dalam berkelompok (komunikasi,
kerjasama, disiplin, tanggung renteng, dan lain-lain). e) Membantu serta memfasilitasi KSM/anggota dalam hal memerlukan
bantuan teknik usaha. f) Mendorong ke arah berfungsinya kelompok dalam memperlancar
pengelolaan pinjaman bergulir. g) Mendorong proses belajar KSM dan anggota dalam melakukan akses ke
lembaga keuangan mikro. 2) UPK
a) Menjaga agar KSM yang dilayani selalu memenuhi kriteria kelayakan b) Memberikan pelatihan dasar pinjaman berguir, pembukuan , PERT dan
Kewirausahaan c) Mengembangkan berbagai sikap positip dalam berkelompok (komunikasi,
kerjasama, disiplin, tanggung renteng, dan lain-lain) d) Mendorong ke arah berfungsinya kelompok dalam memperlancar
pengelolaan pinjaman bergulir e) Mendorong proses belajar KSM dan anggota dalam melakukan akses ke
lembaga keuangan mikro.
3) Relawan a) Mengembangkan berbagai sikap positip dala berkelompok (komunikasi,
kerjasama, disiplin, tanggung renteng, dan lain-lain) b) Mendorong ke arah berfungsinya kelompok dalam memperlancar
pengelolaan pinjaman bergulir c) Mendorong proses belajar KSM dan anggota dalam melakukan akses ke
lembaga keuangan mikro.
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
12
BAB 4
TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR Tahapan pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir dibagi dalam tiga tahap yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap terminasi. Di bawah diuraikan kegiatan strategis yang perlu dilakukan pada setiap tahap.
1. TAHAP PERSIAPAN.
Tahap persiapan pada dasarnya adalah menyiapkan para pelaku terkait agar memahami konsep pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir dalam P2KP. Tahap persiapan ini tidak berdiri sendiri melainkan paralel dan terintegrasi dengan langkah-langkah persiapan yang dilakukan oleh program. Berbagai hal strategis yang perlu mendapat perhatian dalam tahap persiapan disajikan dalam Tabel-1.
Tabel 1 : Proses Kegiatan Tahap Persiapan
NO KEGIATAN PELAKU HASIL YANG DIHARAPKAN
1 Penyampaian konsep pelaksanaan pinjaman bergulir dalam berbagai lokakarya/orientasi, baik di tingkat nasional, propinsi, kab/kota, maupun kecamatan/kelurahan.
KMP dan KMW Kesamaan persepsi/ pemaham-an dari para pelaku dalam konsep program pinjaman bergulir
2 Tim pinjaman bergulir baik di tingkat KMP maupun KMW telah ada dan siap menjalankan tugasnya.
PIMPRO Tersedia tenaga ahli yang kompeten untuk pinjaman bergulir.
3 Identifikasi kebutuhan pinjaman bergulir yang tercermin dalam PJM/Pronangkis
LKM Diketahui ada / tidak adanya kebutuhan pinjaman bergulir di satu kelurahan
4 Pengujian kelayakan untuk LKM/UPK, KSM, anggota KMW, Relawan, Fasilitator, UPK
LKM/UPK, KSM-KSM, anggota memenuhi kriteria kelayakan.
5 Pelatihan orientasi program pinjaman bergulir untuk LKM Askorkot dan atau Fasilitator
LKM siap melaksanakan program pinjaman bergulir
6. Pelatihan dasar pinjaman bergulir , pembukuan dan pengawasan untuk Pengawas UPK
Askorkot dan atau Fasilitator
Pengawas siap melaksanakan tugas pengawasan UPK
7 Pelatihan dasar pengelolaan pinjaman bergulir bagi calon manajer UPK dan petugas UPK
Fasilitator UPK siap melaksanakan program pinjaman bergulir
8 Pelatihan dasar pinjaman bergulir serta pembukuan sederhana bagi KSM calon penerima pinjaman.
LKM, Fasilitator, Relawan.
KSM siap berfungsi sebagai instrumen pelaksanaan program pinjaman bergulir.
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
13
2. TAHAP PELAKSANAAN Tahap pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir dapat dimulai setelah berbagai langkah strategis dalam tahap persiapan dilakukan. Berbagai kegiatan strategis yang perlu dilakukan dalam tahap pelaksanaan disajilkan dalam Tabel-2.
Tabel 2 : Proses Kegiatan Tahap Pelaksanaan
NO KEGIATAN
PELAKU HASIL YANG DIHARAPKAN
1 Bimbingan anggota-anggota KSM dalam mengindentifikasi dan mengembangkan rencana usaha, Ekonomi Rumah Tangga, kebutuhan modal pinjaman, kemampuan membayar, kesanggupan melaksanakan prinsip tanggung renteng dll
Fasilitator, UPK Relawan
Setiap KSM mempunyai rencana usaha yang berbasis pada rencana usaha anggota.
2 Bimbingan penyusunan proposal berdasar rencana Fasilitator, Relawan
Setiap kelompok dapat menyusun proposal yang realistis.
3 Memotivasi dan memobilisasi tabungan anggota sesuai kemampuan dan menempatkannya di bank atau lembaga keuangan terdekat
Fasilitator, UPK, Relawan
Anggota KSM termotivasi memupuk tabungan berdasar kemampuannya.
4 Analisa kelayakan KSM dan proposal pinjaman KSM oleh UPK yang berbasis pada karakter, kelayakan usaha, dan kemampuan bayar, sebelum diteruskan ke Manajer UPK untuk disetujui atau ditolak
UPK Proposal yang akan diserahkan kepada Manajer UPK telah disaring UPK sesuai prinsip pinjaman bergulir.
5 Realisasi pinjaman ke KSM (bagi yang layak dan disetujui) dengan surat perjanjian pinjaman
UPK, KSM Ada pengadministrasian pinjaman.
6 Melakukan pembukuan dan pelaporan sesuai sistim akuntansi pinjaman bergulir
UPK, Fasilitator Laporan keuangan secara periodik dibuat dan diumumkan di tempat strategis
7 Melakukan monitoring dan supervisi pemanfaatan pinjaman
UPK, Fasilitator, Relawan, KSM
Pemanfaatan pinjaman oleh anggota-anggota KSM dilakukan dengan benar
8 Supervisi pasif berdasar laporan keuangan UPK Fasilitator, KMW Kinerja Keuangan UPPK berkembang baik
9 Kunjungan konsultasi sebulan sekali ke UPK TA Keu.Mikro KMWKMP
Membantu menyelesaikan masalah yang ada.
10 Melakukan monitoring pelaksanaan pinjaman bergulir di wilayahnya berdasar SIM yang ada.
SIM KMW updating data pinjaman bergulir setiap bulan.
11 Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan pinjaman bergulir di wilayahnya setiap bulan dan triwulan untuk KMP
TA Keuangan Mikro KMW
Laporan setiap region tersedia baik bulanan maupun triwulan
12 Menganalisis laporan KMW dan memberikan umpan balik serta dukungan
KMP Laporan sebagai alat pengawasan manajemen.
13 Melakukan monitoring program pinjaman bergulir secara nasional berdasar SIM yang ada
KMP Data secara nasional selalu up to date.
14 Melakukan pertemuan 3 bulan sekali dengan TA Keuangan Mikro KMW dan untuk membahas issu-issu strategis
KMP Proses perbaikan lebih terkonsep.
15 Menyusun laporan bulanan maupun triwulan mengenai pelaksanaan pinjaman bergulir secara nasional untuk PMU/Proyek
KMP Laporan secara nasional tersedia baik bulanan maupun triwulan.
16 Membuat kebijakan yang dianggap perlu guna mendukung pelaksanaan pinjaman bergulir
PMU/Proyek Penyesuaian kebijakan yang mendukung (bila perlu).
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
14
3. TAHAP TERMINASI Tahap terminasi bukan berarti baru dilakukan menjelang program berakhir, melainkan sudah merupakan satu strategi yang inheren dalam setiap langkah mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan menjelang akhir sebuah program. Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan pada menjelang akhir program agar dapat lebih menunjang kelestarian kegiatan meskipun program telah berakhir : disajikan dalam Tabel-3. Tabel 3. : Proses Kegiatan TAHAP Terminasi
NO KEGIATAN
PELAKU HASIL YANG DIHARAPKAN
1 Mengembangkan jaringan kerjasama dengan sumberdaya luar baik LSM, perguruan tinggi, individu, pengusaha, perbankan, dinas dll yang mempunyai kemampuan dan kepedulian dalam pengembangan usaha mikro, keuangan mikro dan pinjaman bergulir
KMW, LKM Ada “polling resources”
2 Membantu akses LKM/UPK, KSM/anggota terhadap berbagai sumber daya luar sesuai kebutuhan.
KMW, LKM Terjadi kerjasama antara LKM/UPK, KSM/anggota dengan sumberdaya yang ada.
3 Memperkuat asosiasi/forum antar LKM atau UPK atau KSM
KMW, LKM, UPK, KSM
Terdapat berbagaii asosiasi/forum sesuai kebutuhan.
4 Melakukan evaluasi akhir tingkat kesehatan pengelolaan dana bergulir UPK berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
KMW Diketahui UPK yang kinerjanya memuaskan, minimum dan suspend.
5 Menyiapkan rekomendasi bentuk bantuan teknis lebih lanjut bagi UPK yang kinerjanya memuaskan.
KMW, KMP. Ada konsep bantuan teknis lebih lanjut bagi UPK yang kinerjanya memuaskan.
6 Menyiapkan rekomendasi bentuk tindakan yang harus dilakukan oleh proyek terhadap UPK yang kinerjanya inimum atau suspend.
KMW, KMP Ada rekomendasi untuk UPK yang kinerjanya minimum atau suspend.
7 Mendorong secara bertahap UPK potensial dapat membayar sendiri biaya konsultasi dan supervisi paska proyek.
KMW, LKM/UPK Ada kemandirian financial.
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
15
BAB 5
PELATIHAN DAN PEMBEKALAN YANG DIPERLUKAN Beberapa pelatihan diperlukan bagi LKM, Pengawas, UPK, dan KSM dalam rangka persiapan pelaksanaan Pinjaman Bergulir. Pelatihan ini sebagian dapat dilaksanakan bersamaan dengan pelatihan dasar LKM, sebagian lainnya harus berdiri sendiri. Untuk daerah lokasi lama, dapat juga diberikan materi yang sama dengan lokasi baru, sebagai bahan penyegaran dan penyamaan materi. Pihak-pihak yang dilatih dan materi yang harus disampaikan dalam pelatihan/pembekalan disajikan dalam Tabel-4.
Tabel-4. Daftar sasaran dan materi pelatihan/pembekalan pada tahap persiapan
No. Sasaran Materi Pemandu
Askot MK Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman
Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengelolaan Kas
Pedoman Teknis Pengawasan
Kewirausahaan
Rencana Usaha
PERT
TA KMW
Faskel Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman
Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengelolaan Kas
Pedoman Teknis Pengawasan
Kewirausahaan
Rencana Usaha
PERT
Askot, TA KMW
1. LKM Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengawasan
Rencana Usaha
Fasilitator dan atau Askorkot
2. Pengawas Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengelolaan Kas
Pedoman Teknis Pengawasan
Kewirausahaan
Rencana Usaha
PERT
Fasilitator dan atau Askorkot
3. UPK Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Fasilitator
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
16
Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengelolaan Kas
Pedoman Teknis Pengawasan
Kewirausahaan
Rencana Usaha
PERT
4. KSM PERT(Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga)
Kewirausahaan
Pinjaman Bergulir
Pembukuan sederhana KSM
Fasilitator dan UPK
Dalam tahap pelaksanaan kepada Fasilitator, LKM, Pengawas, UPK serta KSM dan anggotanya perlu diberikan coaching penyegaran mengenai hal–hal yang perlu mendapatkan perbaikan (Sasaran, Materi dan Pemandu disajikan dalam Tabel-5).
Tabel-5. Daftar sasaran dan materi coaching penyegaran tahap pelaksanaan
No. Sasaran Materi Pemandu
1. Fasilitator Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengelolaan Kas
Pedoman Teknis Pengawasan
Kewirausahaan
Rencana Usaha
PERT
TA dan Askot MK
2. LKM Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengawasan
Rencana Usaha
Fasilitator
3. Pengawas Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengelolaan Kas
Pedoman Teknis Pengawasan
Kewirausahaan
Rencana Usaha
PERT
Fasilitator
4. UPK Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir
Pedoman Teknis Pinjaman Bergulir
Fasilitator
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
17
Pedoman Teknis Keorganisasian
Pedoman Teknis Pembukuan
Pedoman Teknis Pengelolaan Kas
Pedoman Teknis Pengawasan
Kewirausahaan
Rencana Usaha
PERT
5. KSM Pinjaman Bergulir
Pembukuan sederhana KSM
PERT(Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga)
Kewirausahaan
UPK dibantu Fasilitator
BAB 6
MONITORING DAN EVALUASI Monitoring proyek secara umum bertujuan untuk mengukur kinerja proyek berdasar pada tujuan proyek yang telah dirumuskan, input, aktivitas serta output. Sedangkan monitoring program pinjaman bergulir bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelayanan pinjaman bergulir dari UPK kepada nasabah sehingga tujuan program pinjaman bergulir tercapai. Monitoring serta evaluasi pinjaman bergulir didasarkan pada kerangka logis (logical framework) yang telah dirumuskan dan terdiri dari 31 indikator keberhasilan yang akan digunakan untuk menguji apakah tujuan serta 4 output / hasil dari strategi pendukung telah tercapai. Sedangkan monitoring kinerja UPK akan didasarkan pada sistim pembukuan yang standar, sistim pengelolaan pinjaman dan nasabah, serta sistim pemeriksaan UPK. Informasi yang akan didapat dari sistim pelaporan tersebut antara lain informasi pengenai transaksi pinjaman, kualitas pinjaman, serta tingkat kesehatan UPK. Khususnya untuk pemeriksaan tingkat kesehatan UPK, KMW dapat bekerjasama dengan konsultan/lembaga external yang mempunyai kompetensi di bidang itu. Monitoring kinerja pinjaman bergulir secara umum didasarkan pada kerangka logis yang terdiri dari satu tujuan umum, satu tujuan pinjaman bergulir, 4 (empat) output/hasil pinjaman bergulir dan 31 indikator kinerja sebagaimana tertera di bawah ini :
Tabel 6 : Kerangka logis strategi pengembangan pinjaman bergulir
Hirarki Tujuan Indikator Kinerja Jun 08
Des 08
Jun 09
Des 09
Des 10
Tujuan umum : Keadaan ekonomi dari masyarakat golongan miskin telah meningkat.
1. Meningkatnya omzet usaha, pendapatan, dan modal sendiri bagi warga miskin kelompok sasaran proyek.
2. Meningkatnya aset, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, bagi warga miskin kelompok sasaran proyek.
3. Kegiatan sistem Pinjaman Bergulir tidak merusak tatanan lembaga keuangan mikro yang sudah ada
Tujuan pinjaman mikro: UPK telah mening-katkan jangkauan pelayanan nya kepada
4. UPK yang telah seluruh peminjamnya berasal dari keluarga miskin / berpenghasilan rendah
5. % UPK yang KSM peminjamnya beranggotakan minimal 30 % perempuan
6. % KSM yang telah selesai dengan periode pinjaman bergu lir UPK dan telah menabung ke lembaga keuangan formal
70%
20%
20%
75%
40%
40%
80%
50%
50%
90%
70%
70%
90%
70%
70%
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
18
Hirarki Tujuan Indikator Kinerja Jun 08
Des 08
Jun 09
Des 09
Des 10
kelompok masyarakat miskin dengan pinjam an bergulir yang sehat untuk memperbaiki ekonominya dan mem bangun pengalaman memanfaatkan pinjam an yang layak
7. % UPK dengan KSM Peminjam yang mendapat pinjaman kembali (berulang ) >25%
8. Peminjam dengan catatan pinjaman yang bagus berlanjut akses pinjamannya
9. UPK dengan kinerja memuaskan.
10. UPK yang memenuhi standard pelayanan minimal
20%
-
2.000
60%
40%
-
3.000
65%
50%
80%
3.500
75%
70%
90%
4.000
85%
70%
90%
4.000
85%
Output/hasil 1 : Sedikitnya 70% UPK telah mencapai kinerja keuangan yang memuaskan.
11. % UPK dengan LAR > 3 bulan kurang dari 10%
12. % UPK dengan PAR > 3 bulan kurang dari 10 %.
13. % UPK dengan CCR lebih dari 125 %.
14. % UPK dengan ROI lebih dari 10 %
15. % UPK yang memiliki jasapinjaman lebih tinggi dari BRI untuk kredit mikronya
30%
35%
35%
35%
80%
50%
70%
50%
50%
90%
55%
80%
80%
80%
90%
60%
90%
90%
90%
90%
70%
90%
90%
90%
90%
Output/hasil 2 : Semua UPK secara operasional terpisah dari LKM dan berfungsi secara memuaskan
16. % UPK yang telah memiliki tanggung jawab penuh dan mengelola kegiatannya sehari-hari
17. % UPK yang secara keuangan terpisah dari LKM
18. % UPK yang kinerjanya “Sangat Baik” dalam evaluasi bulanan.
19. % UPK yang menyerahkan Laporan Keuangan Bulanan tepat waktu kepada Pengawas
20. % UPK yang menyerahkan data Keuangan tepat waktu kepada PNPM melalui sistem pelaporan on-line
10%
10%
10%
60%
10%
40%
40%
30%
70%
40%
75%
75%
50%
80%
100%
100%
100%
75%
90%
100%
100%
100%
75%
90%
100%
Output/hasil 3 : LKM telah memiliki pengawasan yang memadai ke UPK .
21. % LKM memenuhi persyaratan kelayakan untuk mengelola pinjaman bergulir
22. % LKM telah memiliki landasan hukum yang dipersyaratkan (AD / ART)
23. % LKM yang memiliki UPK dan telah memiliki sistem pengawasan.
24. % LKM yang memiliki UPK telah memiliki laporan pemeriksaan terakhir termasuk risalah nya
10%
10%
10%
10%
30%
40%
40%
30%
65%
75%
75%
50%
70%
90%
90%
75%
70%
90%
90%
75%
Output/hasil 4 : PNPM telah menyediakan pelatihan yang memadai, dukungan teknis dan monitoring ke masyarakat
25. TA Pinjaman Mikro telah dimobilisir, TA Pinjaman Bergulir Nasional telah dibentuk dan aktif
26. Fasilitator khusus kredit mikro telah dilatih dan telah siap aktif
27. Sistem Klasifikasi UPK telah dibentuk dan semua UPK telah dibuat rangkingnya
28. UPK telah diaudit tahunan
29. % UPK yang tertunda karena RR < 75 %.
30. Pedoman Teknis untuk LKM dan UPK telah selesai .
31. Rencana Tahunan untuk pelaksanaan telah lengkap dan telah dimonitor
Febr 2008
X
Siap
20%
X
X
75% 50%
40%
100%
50 %
90%
70%
90%
70%
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
19
Pelaku Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara berjenjang dan periode waktu yang berbeda, demikaian juga tanggung jawabnya. Jenjang monitoring, periode dan tanggung jawab tersebut adalah sebagai berikut: 1. UPK wajib membuat Neraca dan Laba Rugi setiap akhir bulan, menempelkannya di tempat
strategis sebagai wujud transparansi serta bahan monitoring partisipatif warga, dan dengan bantuan fasilitator memasukkan data Pinjaman Bergulir kedalam aplikasi SIM (Sistem Informasi Manajemen) yang dapat diakses di semua tataran PNPM dan publik.
2. Pengawas mempunyai tanggung jawab utama memantau kinerja UPK. Untuk itu Pengawas harus melakukan kegiatan pengawasan baik secara singkat maupun pengawasan lengkap secara terjadwal - minimal sekali sebulan - terhadap kinerja pegawai UPK, kegiatan operasional UPK maupun kinerja Keuangan dan Pembukuan UPK. Pedoman Pengawas dalam melakukan kegiatan pengawasan secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Pengawasan UPK.
3. Fasilitator wajib melakukan kunjungan uji petik ke UPK / LKM di wilayah dampingannya minimal sekali bulan untuk melakukan pemantauan kinerja dengan menggunakan lembar pengukuran kinerja yang telah dimodifikasi mencakup hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Pengawas.
4. Level Korkot (Koordinator Kota) wajib melakukan uji petik tiap bulan sebanyak 25% dari seluruh kelurahan di wilayahnya, difokuskan pada UPK dengan kinerja buruk dengan sedikit uji petik di UPK yang berkinerja baik, untuk memverifikasi penemuan fasilitator dan memastikan kepatuhan fasilitator dalam melaksanakan kegiatan monitoringnya. Korkot melakukan uji petik menggunakan lembar pengukuran kinerja yang telah ditentukan PNPM.
5. TA KMW wajib melakukan uji petik tiap bulan terhadap 10% dari seluruh UPK/LKM di wilayahnya. Tujuannya adalah untuk memastikan kinerja UPK/LKM , memastikan kepatuhan Fasilitator dan Korkot dalam melaksanakan kegiatan monitoringnya. TA KMW melakukan uji petik menggunakan lembar pengukuran kinerja yang telah ditentukan PNPM.
6. KMP juga wajib melakukan uji petik untuk memastikan kinerja UPK / LKM serta memastikan bahwa TA KMW, Korkot, Fasilitator telah melaksanakan pendampingan dan monitoring secara benar.
Di samping monitoring yang dilakukan secara berjenjang, kinerja keuangan pinjaman bergulir dapat juga dipantau melalui kegiatan monitoring/review partisipatif oleh warga kelurahan/desa setempat minimal sekali setahun bersamaan dengan review kelembagaan dan program. Selain review partisipatif, Pemda setempat baik melalui Satker maupun PJOK dapat melakukan monitoring terhadap BKM baik untuk keuangan maupun kegiatan infrastruktur dan sosial.
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
20
BAB 7
PELAPORAN UPK setiap akhir bulan harus membuat Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laba Rugi UPK yang disampaikan kepada LKM serta menempelkannya di lima tempat strategis. LKM menyampaikan Laporan Neraca dan Laba Rugi UPK beserta laporan keuangan Sekretariat LKM kepada Kelurahan dan PJOK Kecamatan sebagai wujud pertanggung jawaban pengelolaan dana BLM yang disalurkan melalui LKM. Bentuk Laporan Neraca dan Laba Rugi UPK serta Laporan Keuangan LKM dapat dilihat dalam Pedoman Teknis Pembukuan. Disamping itu fasilitator wajib menghimpun data Pinjaman Bergulir dari UPK yang didampinginya setiap bulan sebagai bahan masukan sistem informasi manajemen (SIM). Kegiatan ini harus dilakukan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya dan telah diterima oleh KMP tanggal 10 pada bulan yang sama. Pengumpulan data ini menggunakan form Pengumpulan Data Pinjaman Bergulir sebagaimana Lampiran 4. Melalui data Laporan Neraca dan Laba Rugi serta Pengumpulan Data Pinjaman Bergulir yang kesemuanya dibuat tiap bulan (selambat-lambatnya tanggal 5) dapat dilihat indikator pencapaian kinerja pinjaman bergulir yang telah ditetapkan baik indikator utama maupun indikator keseluruhan Melalui pembuatan indikator kinerja dapat diketahui capaian kinerja UPK apakah memuaskan, minimal atau ditunda (suspend). Informasi ini dapat dijadikan bahan untuk membuat rencana kerja UPK/LKM bulan berikutnya.
BAB 8
PENUTUP
Pedoman Pelaksanaan pinjaman bergulir ini merupakan acuan kebijakan dan dasar penyusunan
pedoman teknis dan modul pelatihan yang diperlukan dalam pelaksanaan pemberian Pinjaman Bergulir oleh UPK. Hal yang lebih utama harus digunakan sebagai acuan dasar adalah Pedoman Umum PNPM ”Mandiri” Jika di kemudian hari diperlukan penyesuaian atau perubahan, maka harus mendapat persetujuan Project Management Unit.
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
21
Lampiran 1
INDIKATOR KINERJA PINJAMAN BERGULIR Satisfac
tory
Mini
mum
Suspend
PNPM Level
Loans at Risk (LAR) Jumlah KSM yang menunggak ≥ 3 bln Jumlah
KSM peminjam
< 10% <20% >20%
PMU LEVEL
Cost coverage (CCR) Total Pendapatan Tunai
Total Biaya Tunai
>125% >100% <100%
Return on investment (ROI) Laba / Rugi Bersih
Modal Pinjaman Bergulir
>10% >0% < 0%
OTHER INDICATORS
Jumlah Kelurahan PB
Jumlah KSM
Jumlah anggota KSM
peminjam
% peminjam perempuan > 30% >20% <20%
Rata-rata besarnya pinjaman Saldo pinjaman
Jumlah anggota KSM peminjam
<IDR 2
million
>IDR 2
million
Loans at Risk (LAR) > 1 bulan Jumlah peminjam yang menunggak > 1 bl Jumlah
peminjam
<25% < 35% >35%
Portfolio at risk (PAR) SaldoPinjaman yang menunggak ≥ 3 months
Saldo Pinjaman
< 10% <20% >20%
Non-performing loans (NPL) Tunggakan angsuran ≥ 3 months
Saldo Pinjaman
< 5% <20% > 20%
* Portfolio yield Pendapatan tunai dari Jasa dan fee
Rata-rata saldo pinjaman
> 30% >20% < 20%
* Return on investment (ROI) Laba / Rugi Bersih
Modal Pinjaman Bergulir
> 10% >0% < 0%
* Return on assets (ROA) Laba / Rugi Bersih
Rata-rata harta UPK
> 5% >0% < 0%
* Biaya per (anggota KSM )
peminjam
Biaya / beban Operasional UPK
Rata-rata jumlah anggota KSM peminjam
< IDR
60,000
<IDR
100,000
> IDR
100,000
Sasaran Pengentasan
Kemiskinan
Jumlah peminjam miskin
Jumlah seluruh peminjam
> 70% >25% <25%
Perputaran nasabah
Jumlah anggota peminjam awal periode laporan +
Jumlah anggota peminjam baru selama periode –
jumlah anggota peminjam pada akhir periode
laporan
<15% <50% > 50%
Rata-rata anggota peminjam selama periode
laporan
Tingkat Pengembalian
Tunggakan
Jmlh pembayaran tunggakan yang diterima
Jumlah tunggakan pinjaman
> 75% >25% <25%
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
22
Lampiran-2
JASA PINJAMAN Jenis jasa pinjaman : 1. Jasa Pinjaman tetap (flat) 2. Jasa Pinjaman menurun 3. Jasa Pinjaman annuitas
1. Jasa Pinjaman Tetap (flat)
Jasa Pinjaman Tetap : jasa pinjaman dihitung dari pokok pinjaman mula-mula, dan dibebankan/dipungut sama dalam setiap kali membayar angsuran Contoh : A menerima pinjaman sebesar 1.000.000,- jangka waktu 10 bulan, dengan angsuran bulanan Jasa pinjaman ditetapkan 2% tetap (flat) A wajib membayar angsuran pinjaman tiap bulan – selama 10 bulan – sebesar :
Pokok Pinjaman = Rp. 100.000,-
Jasa Pinjaman 2% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 20.000,-
Jumlah = Rp. 120.000,-
Bulan ke Perhitungan jasa pinjaman Pembayaran Angsuran
Saldo Pinjaman Pokok Jasa
0 Realisasi/Pencairan Pinjaman 1.000.000,-
1 2% x 1.000.000,- = 20.000,- 100.000,- 20.000,- 900.000,-
2 2% x 900.000,- = 18.000,- 100.000,- 20.000,- 800.000,-
3 2% x 800.000,- = 16.000,- 100.000,- 20.000,- 700.000,-
4 2% x 700.000,- = 14.000,- 100.000,- 20.000,- 600.000,-
5 2% x 600.000,- = 12.000,- 100.000,- 20.000,- 500.000,-
6 2% x 500.000,- = 10.000,- 100.000,- 20.000,- 400.000,-
7 2% x 400.000,- = 8.000,- 100.000,- 20.000,- 300.000,-
8 2% x 300.000,- = 6.000,- 100.000,- 20.000,- 200.000,-
9 2% x 200.000,- = 4.000,- 100.000,- 20.000,- 100.000,-
10 2% x 100.000,- = 2.000,- 100.000,- 20.000,- lunas
Jumlah 1.000.000,- 200.000,-
2. Jasa Pinjaman Menurun
Jasa Pinjaman Menurun : jasa pinjaman dihitung dari saldo pokok pinjaman yang lalu, dibebankan/dipungut setiap kali membayar angsuran. Contoh : A menerima pinjaman sebesar 1.000.000,- jangka waktu 10 bulan, dengan angsuran bulanan Jasa pinjaman ditetapkan 2% menurun. A wajib membayar angsuran pinjaman tiap bulan dengan besar pembayaran tiap bulan sebagai berikut :
Bulan ke Perhitungan jasa pinjaman Pembayaran Angsuran
Saldo Pinjaman Pokok Jasa
0 Realisasi/Pencairan Pinjaman 1.000.000,-
1 2% x 1.000.000,- = 20.000,- 100.000,- 20.000,- 900.000,-
2 2% x 900.000,- = 18.000,- 100.000,- 18.000,- 800.000,-
3 2% x 800.000,- = 16.000,- 100.000,- 16.000,- 700.000,-
4 2% x 700.000,- = 14.000,- 100.000,- 14.000,- 600.000,-
5 2% x 600.000,- = 12.000,- 100.000,- 12.000,- 500.000,-
6 2% x 500.000,- = 10.000,- 100.000,- 10.000,- 400.000,-
7 2% x 400.000,- = 8.000,- 100.000,- 8.000,- 300.000,-
8 2% x 300.000,- = 6.000,- 100.000,- 6.000,- 200.000,-
9 2% x 200.000,- = 4.000,- 100.000,- 4.000,- 100.000,-
10 2% x 100.000,- = 2.000,- 100.000,- 2.000,- lunas
Jumlah 1.000.000,- 120.000,-
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
23
3. Jasa Pinjaman Annuitas
Jasa Pinjaman Annuitas : jasa pinjaman dihitung terlebih dari saldo pokok pinjaman yang lalu, dijumlahkan seluruh jasa hasil perhitungan tersebut kemudian dibagi dengan frekuensi angsuran. Hasil perhitungan ini ditambah dengan kewajiban angsuran pokok, menjadi jumlah besarnya angsuran yang wajib dibayar setiap kali angsuran. Contoh: A menerima pinjaman sebesar 1.000.000,- jangka waktu 10 bulan, dengan angsuran bulanan Jasa pinjaman ditetapkan 2% annuitas. Maka angsuran yang dilakukan oleh A adalah sebagai berikut
Bulan ke Perhitungan jasa pinjaman Pembayaran Angsuran Saldo Pinjaman (+
jasa pinjaman) Pokok Jasa
0 Realisasi Pokok + Jasa 1.120.000,-
1 2% x 1.000.000,- = 20.000,- 112.000,- 1.008.000,-
2 2% x 900.000,- = 18.000,- 112.000,- 896.000,-
3 2% x 800.000,- = 16.000,- 112.000,- 784.000,-
4 2% x 700.000,- = 14.000,- 112.000,- 672.000,-
5 2% x 600.000,- = 12.000,- 112.000,- 560.000.-
6 2% x 500.000,- = 10.000,- 112.000,- 448.000,-
7 2% x 400.000,- = 8.000,- 112.000,- 336.000,-
8 2% x 300.000,- = 6.000,- 112.000,- 224.000,-
9 2% x 200.000,- = 4.000,- 112.000,- 112.000,-
10 2% x 100.000,- = 2.000,- 112.000,- lunas
Jumlah 120.000,- 1.120.000,-
Catatan : Apabila menggunakan perhitungan jasa pinjaman annuitas, maka secara administratip seluruh bunga diterima sebagai penerimaan pada waktu realisasi/pencairan, sehingga jasa tersebut ditambahkan kedalam pokok menjadi hutang pokok seluruhnya. Dasar untuk menetapkan besarnya jasa pinjaman: Besarnya seluruh penerimaan jasa pendapatan (1 tahun) harus dapat menutup seluruh biaya UPK selama 1 tahun, yang terdiri antara lain : a. Biaya dana (seandainya ada/biaya jasa tabungan) - % pertahun b. Biaya operasional UPK 6 % pertahun c. Biaya cadangan resiko pinjaman 5 % pertahun d. Keuntungan yang diharapkan 10 % pertahun
Jumah 21 % pertahun Pembagian Keuntungan (Laba) Keuntungan (Laba) minimal ditentukan 10 % pertahun. Keuntungan/Laba inilah yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan BKM dan UP-2 lainnya termasuk Pengawas dan untuk pemupukan modal (disesuaikan dengan aturan yang ada dalam AD. Contoh peruntukan pembagian Keuntungan (Laba) : a. Pemupukan modal (minimal 20% dari seluruh laba) b. Dana Lingkungan c. Dana Sosial d. BOP BKM e. Biaya Pengawas f. Dll (sesuai AD LKM)
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
Lampiran-3
Daftar Rumah Tangga Sasaran Utama dan Sasaran Tambahan PINJAMAN BERGULIR
No. Nama Alamat Umur L/P Pekerjaan/Usaha Pendapatan/bulan
Jumlah Tanggungan
Status Rumah
Miskin/ Non
Miskin Pokok Lain2 Pokok Lain2
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
Lampiran-4 FORM PENGUMPULAN DATA DANA PINJAMAN BERGULIR
Bulan : ..........................20..
Nama Kelurahan / Desa :
Nama Kecamatan :
Nama Kabupaten / Kota :
Kode Nama Rekening Jumlah
Informasi Keuangan
10000 Kas
11000 Bank
12000 Pinjaman KSM
12010 Cadangan Resiko Pinjaman
13000 Pinjaman Lain-lain
14000 Inventaris / Harta Tetap
14010 Akumulasi Penyusutan Inventaris /Harta Tetap
JUMLAH: Aktiva/Kekayaan
20000 Hutang dari pihak III
21000 Tabungan KSM
22000 Alokasi Laba untuk LKM
JUMLAH :Kewajiban
30000 Modal Pinjaman Bergulir
31000 Modal PNPM
32000 Modal dari sumber lain
33000 Pemupukan Modal dari Laba
34000 Laba/Rugi Tahun lalu
34010 Laba/Rugi Tahun Berjalan
JUMLAH: Modal
JUMLAH : Modal dan Kewajiban
Informasi Pendapatan dan Biaya
41000 Jasa Pinjaman
42000 Pendapatan lain dari pinjaman
JUMLAH: Pendapatan Operasional
43000 Bunga Tabungan di Bank
44000 Pendapatan non operasional Lainnya
JUMLAH: Pendapatan Non operasional
JUMLAH : Pendapatan
51010 Biaya Insentif Petugas UPK
51020 Biaya Administrasi Kantor
51030 Biaya Transportasi dan Komunikasi
51040 Biaya Rapat
51050 Biaya Cadangan Resiko Pinjaman
51060 Biaya Penyusutan Inventaris dan Harta Tetap
JUMLAH: Biaya Operasional
52000 Biaya Non Operasional
JUMLAH :Biaya
JUMLAH: Laba (Rugi) s/d Bulan ini
Informasi Pinjaman
61000 Realisasi pinjaman bulan ini
61000 Realisasi pinjaman s/d bulan lalu
JUMLAH : Realisasi Pinjaman s/d bulan ini
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
26
Halaman 2
FORM PENGUMPULAN DATA DANA PINJAMAN BERGULIR
Bulan : ...........................................20..
No.Sandi Nama Rekening Jumlah
Informasi Saldo Pinjaman
70000 Saldo Pinjaman lancar
70010 Saldo Pinjaman yang mengandung tunggakan < 3 bulan
70030 Saldo Pinjaman yang Mengandung Tunggakan 3 s/d 6 bln / kali angsuran
70060 Saldo Pinjaman yang Mengandung Tunggakan > 6 s/d 9 bln / kali angsuran
70090 Saldo Pinjaman yang Mengandung Tunggakan > 9 bln / kali angsuran
JUMLAH : Saldo Pinjaman
70100 Jumlah Saldo Pinjaman yang mengandung Tunggakan > 3 bulan/kali angsuran
Informasi Nilai Tunggakan
71010 Jumlah tunggakan < 3 bulan/kali angsuran
71030 Jumlah tunggakan 3 s/d 6 bln / kali angsuran
71060 Jumlah tunggakan > 6 s/d 9 bln / kali angsuran
71090 Jumlahi tunggakan > 9 bln / kali angsuran
JUMLAH : Tunggakan .
71100 Jumlah tunggakan > 3 bulan/ kali angsuran
71110 Pembayaran tunggakan yang diterima bulan ini
Informasi Peminjam / Nasabah
72010 Jumlah KSM penerima pinjaman pertama bulan ini
72020 Jumlah KSM penerima pinjaman pertama s/d bulan lalu
Jumlah KSM penerima pinjaman pertama s/d bulan ini
72030 Jumlah KSM penerima pinjaman kedua dst bulan ini
72040 Jumlah KSM penerima pinjaman kedua dst s/d bulan lalu
Jumlah KSM penerima pinjaman kedua dst s/d bulan ini
72050 Jumlah KSM penerima pinjaman bulan ini
72060 Jumlah KSM penerima pinjaman s/d bulan lalu
Jumlah KSM penerima pinjaman s/d bulan ini
72100 Jumlah KSM pinjaman lancar
72110 Jumlah KSM pinjaman menunggak < 3 bln/kali angsuran
72130 Jumlah KSM pinjaman menunggak 3 s/d 6 bln/kali angsuran
72160 Jumlah KSM pinjaman menunggak 6 s/d 9 bln/kali angsuran
72190 Jumlah KSM pinjaman menunggak >9 bln/kali angsuran
JUMLAH : KSM peminjam (aktif )
72210 Jumlah KSM pinjaman menunggak > 1 bln/kali angsuran
72230 Jumlah KSM pinjaman menunggak > 3 bln/kali angsuran
72300 Jumlah KSM yang melunasi pinjaman dan tidak pinjam lagi bulan ini
72310 Jumlah KSM yang melunasi pinjaman dan tidak pinjam lagi s/d bulan lalu
JUMLAH: KSM yang melunasi pinjaman dan tidak pinjam lagi s/d bulan ini
72320 Jumlah KSM yang melunasi pinj. & menabung di Lembaga Keuangan Formal bln ini
72330 Jumlah KSM yang melunasi pinj. & menabung di Lembaga Keuangan Formal s/d bln lalu
Jumlah kSM yg melunasi pinj. & menabung di Lemb. Keuangan Formal s/d bln ini
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
27
halaman : 3
FORM PENGUMPULAN DATA DANA PINJAMAN BERGULIR
Bulan : .................................20..
No.Sandi Nama Rekening Jumlah
Informasi Anggota KSM Peminjam
80000 Jumlah anggota KSM penerima pinjaman pertama s/d bulan ini
80010 - Jumlah anggota KSM perempuan penerima pinjaman pertama s/d bulan ini
80020 - Jumlah anggota KSM miskin penerima pinjaman pertama s/d bulan ini
81000 Jumlah anggota KSM penerima pinjaman kedua dst s/d bulan ini
81010 - Jumlah anggota KSM perempuan penerima pinjaman kedua dst s/d bulan ini
81020 - Jumlah anggota KSM miskin penerima pinjaman kedua dst s/d bulan ini
82000 Jumlah anggota KSM penerima pinjaman pertama bulan ini (baru)
82010 - Jumlah anggota KSM perempuan penerima pinjaman pertama bulan ini
82020 - Jumlah anggota KSM miskin penerima pinjaman pertam bulan ini
83000 Jumlah anggota KSM penerima pinjaman kedua dst bulan ini
83010 - Jumlah anggota KSM perempuan penerima pinjaman kedua dst bulan ini
83020 - Jumlah anggota KSM miskin penerima pinjaman kedua dst bulan ini
84000 Jumlah anggota KSM penerima pinjaman bulan ini
84010 Jumlah anggota KSM penerima pinjaman s/d bulan lalu
JUMLAH : anggota KSM penerima pinjaman s/d bulan ini
85000 Jumlah anggota KSM pinjaman lancar
85010 Jumlah anggota KSM penjaman menunggak < 3 bln/kali angsuran
85030 Jumlah anggota KSM penjaman menunggak 3 s/d 6 bln/kali angsuran
85060 Jumlah anggota KSM penjaman menunggak >6 s/d 9 bln/kali angsuran
85090 Jumlah anggota KSM penjaman menunggak > 9 bln/kali angsuran
JUMLAH : anggota KSM peminjam (aktif)
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
Skim Pinjaman yang diatur dalam Pinjaman Bergulir antara lain :
1) Peminjam adalah KSM dan angotanya yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan
2) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai kegiatan usaha produktif yang sudah ada maupun untuk menciptakan peluang usaha
3) Besar Pinjaman pertama kali maksimal Rp 500.000,- namun disesuaikan dengan usaha peminjam. Pinjaman selanjutnya maksimal Rp. 2.000.000,- (Diluar jumlah maksimal tersebut peminjam dapat diberikan pinjaman dengan pola channeling dengan Lembaga keuangan/bank lainnya) Frekuensi peminjaman maksimal 4 kali.
4) Jangka waktu pinjaman 3-12 bulan, tergantung dari perputaran usaha peminjam 5) Angsuran pinjaman maksimal bulanan, tanpa grace period (tenggang waktu) 6) Jasa pinjaman 1,5 s/d 3 % per bulan, dihitung dari pokok pinjaman semula. Jasa
pinjaman minimal harus dapat menutup seluruh biaya operasional UPK.
JASA PINJAMAN
Jenis jasa pinjaman :
1. Jasa Pinjaman tetap (flat) 2. Jasa Pinjaman menurun 3. Jasa Pinjaman annuitas
1. Jasa Pinjaman Tetap (flat) Jasa Pinjaman Tetap : jasa pinjaman dihitung dari pokok pinjaman mula-mula, dan
dibebankan/dipungut sama dalam setiap kali membayar angsuran
Contoh :
A menerima pinjaman sebesar 1.000.000,- jangka waktu 10 bulan, dengan angsuran bulanan
Jasa pinjaman ditetapkan 2% tetap (flat)
A wajib membayar angsuran pinjaman tiap bulan – selama 10 bulan – sebesar :
Pokok Pinjaman = Rp. 100.000,-
Jasa Pinjaman 2% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 20.000,-
Jumlah = Rp. 120.000,-
Bulan ke Perhitungan jasa pinjaman Pembayaran Angsuran
Saldo Pinjaman Pokok Jasa
0 Realisasi/Pencairan Pinjaman 1.000.000,-
1 2% x 1.000.000,- = 20.000,- 100.000,- 20.000,- 900.000,-
2 2% x 900.000,- = 18.000,- 100.000,- 20.000,- 800.000,-
3 2% x 800.000,- = 16.000,- 100.000,- 20.000,- 700.000,-
4 2% x 700.000,- = 14.000,- 100.000,- 20.000,- 600.000,-
5 2% x 600.000,- = 12.000,- 100.000,- 20.000,- 500.000,-
6 2% x 500.000,- = 10.000,- 100.000,- 20.000,- 400.000,-
7 2% x 400.000,- = 8.000,- 100.000,- 20.000,- 300.000,-
8 2% x 300.000,- = 6.000,- 100.000,- 20.000,- 200.000,-
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
2
9 2% x 200.000,- = 4.000,- 100.000,- 20.000,- 100.000,-
10 2% x 100.000,- = 2.000,- 100.000,- 20.000,- lunas
Jumlah 1.000.000,- 200.000,-
2. Jasa Pinjaman Menurun Jasa Pinjaman Menurun : jasa pinjaman dihitung dari saldo pokok pinjaman yang lalu,
dibebankan/dipungut setiap kali membayar angsuran.
Contoh :
A menerima pinjaman sebesar 1.000.000,- jangka waktu 10 bulan, dengan angsuran bulanan
Jasa pinjaman ditetapkan 2% menurun.
A wajib membayar angsuran pinjaman tiap bulan dengan besar pembayaran tiap bulan
sebagai berikut :
Bulan ke Perhitungan jasa pinjaman Pembayaran Angsuran
Saldo Pinjaman Pokok Jasa
0 Realisasi/Pencairan Pinjaman 1.000.000,-
1 2% x 1.000.000,- = 20.000,- 100.000,- 20.000,- 900.000,-
2 2% x 900.000,- = 18.000,- 100.000,- 18.000,- 800.000,-
3 2% x 800.000,- = 16.000,- 100.000,- 16.000,- 700.000,-
4 2% x 700.000,- = 14.000,- 100.000,- 14.000,- 600.000,-
5 2% x 600.000,- = 12.000,- 100.000,- 12.000,- 500.000,-
6 2% x 500.000,- = 10.000,- 100.000,- 10.000,- 400.000,-
7 2% x 400.000,- = 8.000,- 100.000,- 8.000,- 300.000,-
8 2% x 300.000,- = 6.000,- 100.000,- 6.000,- 200.000,-
9 2% x 200.000,- = 4.000,- 100.000,- 4.000,- 100.000,-
10 2% x 100.000,- = 2.000,- 100.000,- 2.000,- lunas
Jumlah 1.000.000,- 120.000,-
3. Jasa Pinjaman Annuitas Jasa Pinjaman Annuitas : jasa pinjaman dihitung terlebih dari saldo pokok pinjaman yang lalu,
dijumlahkan seluruh jasa hasil perhitungan tersebut kemudian dibagi dengan frekuensi
angsuran. Hasil perhitungan ini ditambah dengan kewajiban angsuran pokok, menjadi jumlah
besarnya angsuran yang wajib dibayar setiap kali angsuran.
Contoh:
A menerima pinjaman sebesar 1.000.000,- jangka waktu 10 bulan, dengan angsuran bulanan
Jasa pinjaman ditetapkan 2% annuitas.
Maka angsuran yang dilakukan oleh A adalah sebagai berikut
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
3
Bulan ke Perhitungan jasa pinjaman Pembayaran Angsuran Saldo Pinjaman
(+ jasa pinjaman) Pokok Jasa
0 Realisasi Pokok + Jasa 1.120.000,-
1 2% x 1.000.000,- = 20.000,- 112.000,- 1.008.000,-
2 2% x 900.000,- = 18.000,- 112.000,- 896.000,-
3 2% x 800.000,- = 16.000,- 112.000,- 784.000,-
4 2% x 700.000,- = 14.000,- 112.000,- 672.000,-
5 2% x 600.000,- = 12.000,- 112.000,- 560.000.-
6 2% x 500.000,- = 10.000,- 112.000,- 448.000,-
7 2% x 400.000,- = 8.000,- 112.000,- 336.000,-
8 2% x 300.000,- = 6.000,- 112.000,- 224.000,-
9 2% x 200.000,- = 4.000,- 112.000,- 112.000,-
10 2% x 100.000,- = 2.000,- 112.000,- lunas
Jumlah 120.000,- 1.120.000,-
Catatan :
Apabila menggunakan perhitungan jasa pinjaman annuitas, maka secara administratip
seluruh bunga diterima sebagai penerimaan pada waktu realisasi/pencairan, sehingga jasa
tersebut ditambahkan kedalam pokok menjadi hutang pokok seluruhnya.
Dasar untuk menetapkan besarnya jasa pinjaman:
Besarnya seluruh penerimaan jasa pendapatan (1 tahun) harus dapat menutup seluruh biaya
UPK selama 1 tahun, yang terdiri antara lain :
a. Biaya dana (seandainya ada/biaya jasa tabungan) - % pertahun b. Biaya operasional UPK 6 %
pertahun c. Biaya cadangan resiko pinjaman 5 % pertahun d. Keuntungan yang diharapkan 10 % pertahun
Jumah 21 %
pertahun
Pembagian Keuntungan (Laba)
Keuntungan (Laba) minimal ditentukan 10 % pertahun. Keuntungan/Laba inilah yang dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan BKM dan UP-2 lainnya termasuk Pengawas dan untuk
pemupukan modal (disesuaikan dengan aturan yang ada dalam AD.
Contoh peruntukan pembagian Keuntungan (Laba) :
a. Pemupukan modal (minimal 20% dari seluruh laba)
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
4
b. Dana Lingkungan c. Dana Sosial d. BOP BKM e. Biaya Pengawas f. Dll (sesuai AD LKM)
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
5
Contoh Yang Sudah Diterapkan
Desa gondang
Skim Pinjaman yang diatur dalam Pinjaman Bergulir antara lain : 1) Peminjam adalah KSM dan angotanya yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan (warga
miskin dan sesuai dengan hasil surve dilapangan yang tertuang dalam dokumen pemetaan swadaya yang dilakukan oleh masyarakat sendiri berdasarkan ketentuan criteria kemiskinan yang telah disepakati bersama)
2) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai kegiatan usaha produktif yang sudah ada maupun untuk menciptakan peluang usaha (tujuan untuk peningkatan ekonomi yang diiringi dengan penguatan melalui pelatihan pelatihan pengembangan ekonomi lokal)
3) Besar Pinjaman pertama kali maksimal Rp 500.000,- namun disesuaikan dengan usaha peminjam. Pinjaman selanjutnya maksimal Rp. 2.000.000,- (Diluar jumlah maksimal tersebut peminjam dapat diberikan pinjaman dengan pola channeling dengan Lembaga keuangan/bank lainnya) Frekuensi peminjaman maksimal 4 kali.
4) Jangka waktu pinjaman 10 bulan, tergantung dari perputaran usaha peminjam (hasil kesepatan masayrakat) (dalam program banyak pilihan 10 minggu, 10 bulan atau ketentuan lainnya sesuai kesepakatn bersama)
5) Angsuran pinjaman maksimal bulanan, tanpa grace period (tenggang waktu) 6) Jasa pinjaman 1,75 % per bulan, dihitung dari pokok pinjaman semula.
Jenis jasa pinjaman yang digunakan adalah Jasa Pinjaman tetap (flat) sepeti contoh diatas
Jasa pinjaman minimal harus dapat menutup seluruh biaya operasional UPK (baik untuk alat tulis, fotocopy, gaji pengelola yang disepakati bersama masyarakat) mengingat form pembukuan yang digunakan cukup banyak
Kalau dirasa masih belum cukup perlu disepakati bersama seluruh warga dengan tidak memberatkan warga khususnya peminjam
Dasar untuk menetapkan besarnya jasa pinjaman:
Besarnya seluruh penerimaan jasa pendapatan (1 tahun) harus dapat menutup seluruh
biaya UPK selama 1 tahun, yang terdiri antara lain :
e. Biaya dana (seandainya ada/biaya jasa tabungan) - % pertahun f. Biaya operasional UPK 6 % pertahun g. Biaya cadangan resiko pinjaman 5 % pertahun h. Keuntungan yang diharapkan 10 % pertahun
Jumah 21 % pertahun
21%/12 bulan =1,75 %/bulan
Pembagian Keuntungan (Laba)
Keuntungan (Laba) minimal ditentukan 10 % pertahun. Keuntungan/Laba inilah yang dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan BKM dan UP-2 lainnya termasuk Pengawas dan
untuk pemupukan modal (disesuaikan dengan aturan yang ada dalam AD).
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
6
Dari hasil 10% pertahun dialokasikan sebagai berikut
- Kegiatan social 10%
- Kegiatan lingkungan 50%
- Kegiatan ekonomi (Pemupukan modal) 25%
- BOP BKM 5%
- Biaya Pengawas 10%
Dasar pertimbangan diatas
- Bahwa kebutuhan masyarakat untuk porsi kegiatan lingkungan yaitu pembangunan
infrastruktur cukup besar berdasarkan hasil perencanan yang tertuang dalam
Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulanagn Kemiskinan
- Kegiatan social diberikan kepada orang miskin yang tidak mampu seperti anak yatim,
beasiswa prestasi tapi kurang mampu, dan jompo sesuai kesepatan bersama
masyarakat
- Kegiatan ekonomi untuk pemupukan modal sangat penting mengingat bahwa
perguliran ekonomi ini merupakan roda utama dalam kegiatan pembanguna
selanjutnya karena masayrakat diharapkan untuk bias mandiri tanpa mengandalkan
bantuan dari pihak lain
Catatan
Sehingga masyarakat diberi modal untuk dikembangkan secara mandiri dan berkelanjutan yang
tujuan utamanya adalah untuk penanggulangan kemiskinan yang mana direncanakan dari, oleh
dan untuk masyarakat sendiri dan hasilnya adalah untuk masyarakat khususnya warga miskin
melalui pembelajaran dan pemberdayaan secara mandiri. konsep awal sampai akhir program
PNPM adalah pada koridor penangulangan kemiskinan yang bertujuan mewujudkan perubahan
social masyarakat dan penataan lingkungan hunian yang sehat dan bertumpu pada hal sebagai
berikut
Bermanfaat bagi warmis
Memberikan peningkatan ekonomi
Perubahan perilaku
Lingkungan tertata
Permasalahan dapat terselesaikan
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
1
Contoh Yang Sudah Diterapkan
Desa Galang Pengampon
Skim Pinjaman yang diatur dalam Pinjaman Bergulir (Sender Sawah) antara lain : 1) Peminjam adalah KSM dan angotanya yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan (warga
miskin dan sesuai dengan hasil surve dilapangan yang tertuang dalam dokumen pemetaan swadaya yang dilakukan oleh masyarakat sendiri berdasarkan ketentuan criteria kemiskinan yang telah disepakati bersama)
2) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai kegiatan usaha produktif yang sudah ada maupun untuk menciptakan peluang usaha (tujuan untuk peningkatan ekonomi yang diiringi dengan penguatan melalui pelatihan pelatihan pengembangan ekonomi lokal)
3) Besar Pinjaman diatur berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak dengan persetujuan BKM melalui UPK/ UPS sesuai dnegan kemampuan peminjam.
4) Jangka waktu pinjaman paling lama pada saat musim panen tiba sesuai dengan kondisi lapangan dan kesepakatan bersama.
5) Angsuran pinjaman maksimal bulanan, atau diberikan pada saat musim panen, minimal dengan modal awal yang dipinjam kembali utuh.
6) Jasa pinjaman diserahkan kepada pihak peminjam sesuai dengan hasil panen yang didapat.
Jenis jasa pinjaman yang digunakan adalah bebas tergantung besar kecilnya hasil yang didapat
Jasa pinjaman minimal harus dapat menutup seluruh biaya operasional UPK (baik untuk alat tulis, fotocopy, gaji pengelola yang disepakati bersama masyarakat) mengingat form pembukuan yang digunakan cukup banyak
Kalau dirasa masih belum cukup perlu disepakati bersama seluruh warga dengan tidak memberatkan warga khususnya peminjam
7) Sistem pinjaman diatur secara bergilir (peminjam yang sudah lunas tidak diperkenankan meminjam lagi, dengan asumsi masih terdapat daftar tunggu, kecuali jika daftar tunggu telah habis) sesuai dengan kesepakatan BKM dan keseluruhan masyarakat serta tidak dapat diganggu gugat oleh pihak manapun Pembagian Keuntungan (Laba)
Keuntungan (Laba) minimal dapat menutup biaya operasional untuk membiayai kegiatan
BKM dan UP-2 lainnya termasuk Pengawas dan untuk pemupukan modal (disesuaikan
dengan aturan yang ada dalam AD).
Dari hasil yang didapat pertahun dialokasikan sebagai berikut berdasarkan kesepakatan
bersama
- Kegiatan social 10%
- Kegiatan lingkungan 50%
- Kegiatan ekonomi (Pemupukan modal) 25%
- BOP BKM 5%
- Biaya Pengawas 10%
Dasar pertimbangan diatas
Pedoman Pelaksanaan
KEGIATAN PINJAMAN BERGULIR
2
- Bahwa kebutuhan masyarakat untuk porsi kegiatan lingkungan yaitu pembangunan
infrastruktur cukup besar berdasarkan hasil perencanan yang tertuang dalam
Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulanagn Kemiskinan
- Kegiatan social diberikan kepada orang miskin yang tidak mampu seperti anak yatim,
beasiswa prestasi tapi kurang mampu, dan jompo sesuai kesepatan bersama
masyarakat
- Kegiatan ekonomi untuk pemupukan modal sangat penting mengingat bahwa
perguliran ekonomi ini merupakan roda utama dalam kegiatan pembanguna
selanjutnya karena masayrakat diharapkan untuk bias mandiri tanpa mengandalkan
bantuan dari pihak lain
Catatan
Sehingga masyarakat diberi modal untuk dikembangkan secara mandiri dan berkelanjutan yang
tujuan utamanya adalah untuk penanggulangan kemiskinan yang mana direncanakan dari, oleh
dan untuk masyarakat sendiri dan hasilnya adalah untuk masyarakat khususnya warga miskin
melalui pembelajaran dan pemberdayaan secara mandiri. konsep awal sampai akhir program
PNPM adalah pada koridor penangulangan kemiskinan yang bertujuan mewujudkan perubahan
social masyarakat dan penataan lingkungan hunian yang sehat dan bertumpu pada hal sebagai
berikut
Bermanfaat bagi warmis
Memberikan peningkatan ekonomi
Perubahan perilaku
Lingkungan tertata
Permasalahan dapat terselesaikan
DESA GALANG PENGAMPON KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
Alamat : Desa Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan
Lampiran
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana : Lingkungan
Titik : 1 Kondisi : 0 %
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana Lingkungan : Pavingisasi
Titik : 2 Kondisi : 50 %
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana Lingkungan : Pavingisasi
Titik : 3 Kondisi : 100 %
DESA GALANG PENGAMPON KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
Alamat : Desa Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan
Lampiran
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana : Lingkungan
Titik : 1 Kondisi : 0 %
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana Lingkungan : Pavingisasi
Titik : 2 Kondisi : 50 %
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana Lingkungan : Pavingisasi
Titik : 3 Kondisi : 100 %
DESA GALANG PENGAMPON KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
Alamat : Desa Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan
Lampiran
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana : Lingkungan
Titik : 1 Kondisi : 0 %
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana Lingkungan : Pavingisasi
Titik : 2 Kondisi : 50 %
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana Lingkungan : Pavingisasi
Titik : 3 Kondisi : 100 %
DESA GALANG PENGAMPON KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
Alamat : Desa Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan
Lampiran
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana : Lingkungan
Titik : 1 Kondisi : 0 %
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana Lingkungan : Pavingisasi
Titik : 2 Kondisi : 50 %
Nama KSM : Amanah
Desa : Galang P
Jenis Prasarana Lingkungan : Pavingisasi
Titik : 3 Kondisi : 100 %
DESA GONDANG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
Alamat : Balai Desa GONDANG Wonopringgo Pekalongan
Lampiran
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
Nama KSM : Mulyorejo
Desa : Gondang
Jenis Prasarana Lingkungan : Pembuatan Saluran Air
Titik : 1 Kondisi : 0 %
Nama KSM : Mulyorejo
Desa : Gondang
Jenis Prasarana Lingkungan : Pembuatan Saluran Air
Titik : 2 Kondisi : 50 %
Nama KSM : Mulyorejo
Desa : Gondang
Jenis Prasarana Lingkungan : Pembuatan Saluran Air
Titik : 3 Kondisi : 100 %
DESA GONDANG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
Alamat : Balai Desa GONDANG Wonopringgo Pekalongan
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
Nama KSM : Mulyorejo
Desa : Gondang
Jenis Prasarana Lingkungan : Pembuatan Saluran Air
Titik : 1 Kondisi : 0 %
Nama KSM : Mulyorejo
Desa : Gondang
Jenis Prasarana Lingkungan : Pembuatan Saluran Air
Titik : 2 Kondisi : 50 %
Nama KSM : Mulyorejo
Desa : Gondang
Jenis Prasarana Lingkungan : Pembuatan Saluran Air
Titik : 3 Kondisi : 100 %
Kantor sekretariat PNPM kabupaten Pekalongan
Ruangan kantor PNPM MP- tahapan kegiatan di
masyarakat
Mesin paving untuk masyarakat agar bisa membuat dan memperdayakannya
Pemberian beasiswa terhadap anak-anak kurang mampu
Pembangunan rumah warga yang meningkat daya perekonominnya
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fuzi Rahmawati
Tempat/tanggallahir : Grobogan, 19 Maret 1989
Alamat : RT/RW: 09/03, Desa Tungu,
Kec. Godong, Kab. Grobogan.
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Jenjang pendidikan :
1. TK Masyitoh Tungu Tahun lulus 1994
2. MI Tungu Tahun lulus 2000
3. MTs N Jeketro Tahun lulus 2004
4. SMA N 1 Gubug Tahun lulus 2007
5. Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Tahun lulus 2012
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 12 Desember 2011
Penulis,
Fuzi Rahmawati
NIM. 072311034