Post on 22-Mar-2019
i
TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANGPERAN
DAN FUNGSI KADER DI KELURAHAN
KADIPIRO SURAKARTA
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh:
CAHYA HARDYTA
B10 128
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul : “Tingkat PengetahuanKader tentang Peran dan Fungsi
Kader Di Kelurahan Kadipiro Surakarta Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
kelulusan Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka Prodi D III Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Desy Handayani, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bp Cahyo Pamuji, STselakukepala di Kelurahan Kadipiro Surakarta yang
bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam penggunaan lahan.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta yang secara tidak
langsung telah membantu dalam penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.
v
6. Seluruh Kader Kelurahan Kadipiro Surakarta yang bersedia menjadi
responden dalam penulisn Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Ayah dan Ibu yang tercinta yang selalu memberi inspiransi dan memberikan
serta dukungan secara moral, material, dan spiritual.
8. Teman-teman STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu dan
memberikan informasi serta dukungan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisanini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, diharapkan masukan dari semua pihak berupa saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaanKarya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, Juli 2013
Penulis
vi
Program Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2013
Cahya Hardyta
B10 128
TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG PERAN DAN FUNGSI
KADER DI KELURAHAN KADIPIRO
SURAKARTA
Xii + 45 halaman + 3 tabel + 2 gambar + 13 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang :Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling
dekat dengan masyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai
pelatihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.Keaktifan kader dalam
kegiatan akan meningkatkan keterampilan karena selalu hadir dalam kegiatan
posyandu. Dari 10 orang kader aktif yang diwawancarai tentang peran dan fungsi
kader, terdapat kader yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (50%),
kader yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (30%), dan yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 orang kader (20%). Hal ini menunjukkan
masih kurangnya pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi
kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
dilaksanakan di Kelurahan Kadipiro Surakarta pada tanggal 25 Maret sampai 25
April 2013 dengan jumlah sampel 81 responden dan tehnik pengambilan sampel
menggunakansimple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang telah melalui uji
validitas dan ujireliabilitas.Analisis data menggunakan univariat.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader di
Kelurahan Kadipiro Surakarta sebanyak 30 responden (33%) berpengetahuan
baik, 36 responden (47%) berpengetahuan cukup, 15 responden (19%)
berpengetahuan kurang.
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi kader di
Kelurahan Kadipiro Surakarta sebagian besar pada kategori cukup 36 responden
(47%).
Kata Kunci : pengetahuan, kader peran dan fungsi
Kepustakaan : 18 Literatur ( 2002 – 2012 )
vii
MOTTO
Jangan salahkan dirimu atas keputusan yang salah.Setiap orang
membuatnya.Jadikan mereka pelajaran tuk keputusanmu selanjutnya.
IkhLaslah menerima kesalahan, dan belajar dari setiap kesalahan,
karena itu yang menjadikanmu kuat dalam menjalani kehidupan.
Ketika kamu jatuh, jangan tetap di bawah.Jatuh bukan berarti kalah,
itu hanya berarti kamu harus bangkit dan mencoba kembali.
Tak ada kata terlambat untuk berubah.Masa lalu hanyalah
pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi
kamu sendiri.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan :
1. Allah SWT yang telah memberikan Ramat dan Hidayah-Nya sehingga
terwujud karya tulis ini.
2. Bapak, Ibu yang tak telah mendampingiku karena tanpa mereka aku bukan apa
– apa dan terimakasih atas doa yang selalu menyertaiku.
3. Adikku tercinta yang selalu membantuku dan memberiku semangat dalam
setiap langkahku.
4. Guru – guru TK, SD, SMP, SMA yang sabar mendidikku dan Dosen – dosen
yang membimbingku.
5. Someone yang selama ini selalu ada di saat duka maupun suka.
6. Sahabat – sahabatku yang selalu membantu lewat doa maupun yang telah
berpartisipasi dalam membuat karya tulis ini.
7. Almamaterku.
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN................................ ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... vii
CURICULUM VITAE .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ............ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat penelitian .................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .......................................................................... 8
B. KerangkaTeori .......................................................................... 27
x
C. Kerangka Konsep ..................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................ 29
B. Lokosi dan Waktu Penelitian.................................................... 29
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel ............... 30
D. Istrumen Penelitian ................................................................... 31
E. Teknik Pengambilan Data ........................................................ 35
F. Variabel Penelitian ................................................................... 36
G. Definisi Operasional ................................................................. 36
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ...................................... 37
I. Etika Penelitian ......................................................................... 39
J. Jadwal .......................................................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum dan tempat penelitian ..................................... 41
B. Hasil penelitian ........................................................................... 41
C. Pembahasan ................................................................................ 42
D. Keterbatasan penelitian .............................................................. 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 48
B. Saran ........................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner ........................................................................... 32
Table 3.2 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 36
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran
dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro ................................... 42
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 27
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ....................................................................... 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 : Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 4 : Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 5 : Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 6 : Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran7 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 8 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 9 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 10 : Jawaban Kuesioner
Lampiran 11 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 12 : Hasil Penelitian
Lampiran 13 : Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Yulifah dan Yuswanto (2009), salah satu upaya
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat adalah dengan mengikut
sertakan masyarakat atau kader yang bersedia secara sukarela terlibat
dalam masalah-masalah kesehatan.
Posyandu merupakan milik masyarakat maka pelaksanaan kegiatan
posyandu agar hasilnya baik perlu peran serta masyarakat itu sendiri
khususnya keaktifan kader posyandu. Kader posyandu dipilih oleh
pengurus posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu. Kader
posyandu menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Namun
dalam pelaksanaan kegiatan posyandu ada hambatan-hambatan, salah
satunya adalah hambatan dari kader diantaranya kurang aktifnya kader-
kader posyandu (Depkes RI, 2006).
Melalui sistem pengkaderan dengan pelatihan, penyuluhan, dan
bimbingan dapat menumbuhkan sikap mandiri sehingga mampu menggali
dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia serta menumbuhkan dan
memecahkan masalah yang dihadapi guna mencapai pelayanan yang
optimal (Depkes RI, 2006).
2
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat
dengan masyarakat.Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai
pelatihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi.Para kader kesehatan masyarakat seyogyanya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca,
menulis dan menghitung secara sederhana (Meilani dkk, 2009).
Untuk itu diperlukan kader yang baik, yang dapat
menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat.Petugas kesehatan hanya mengawasi dan membantu upaya
yang bukan wewenang kader posyandu.Pada kenyataanya pada setiap
pelaksanaan kegiatan posyandu peran petugas kesehatan dan bidan lebih
menonjol (Depkes RI, 2006).
Keaktifan kader dalam kegiatan akan meningkatkan keterampilan
karena selalu hadir dalam kegiatan posyandu, kader akan mendapatkan
keterampilan dari pembinaan petugas maupun dengan belajar dari teman
sekerjanya. Pengetahuan sangat penting dalam memberikan pengaruh
terhadap sikap dan tingkah laku kader terhadap pelayanan posyandu
(Meilani dkk, 2011).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada
tanggal 31 Oktober 2012 di Kelurahan Kadipiro Surakarta didapatkan hasil
secara keseluruhan kader jumlah yang aktif adalah 416 orang dari 10 orang
kader aktif yang diwawancarai tentang peran dan fungsi kader, terdapat
3
kader yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (50%), kader
yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (30%), dan yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 orang kader (20%). Hal ini
menunjukkan masih kurangnya pengetahuan kader tentang peran dan
fungsi kader.
Berdasarkan latar belakang di atas, alasan mengambil penelitian di
Kelurahan Kadipiro karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman
kader dalam menerapkan dan melakukan peran dan fungsi kader sehingga
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan
Kader tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan KadipiroSurakarta
2013”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan
permasalahan ”Bagaimana Tingkat Pengetahuan Kader tentang Peran dan
Fungsi Kader di Kelurahan KadipiroSurakarta 2013?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi
kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta.
4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi
kader dengan kategori baik.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi
kader dengan kategori cukup.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang peran dan fungsi
kader dengan kategori kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan khususnya mengenai peran dan fungsi kader di masyarakat
maupun di posyandu.
2. Bagi penulis
Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata khususnya mengenai
peranan dan fungsi kader.
3. Bagi institusi
a. Kelurahan Kadipiro Surakarta
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
dalam rangka pembinaan dan pengembangan pelayanan kesehatan
dan sebagai bahan pertimbangan bagi profesi bidan dalam
5
memberikan pelayanan kepada kader tentang peran dan fungsi
kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta.
b. Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian
selanjutnya atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas
pendidikan kebidanan khususnya tentang pengetahuan kader
tentang peran dan fungsi kader.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan survey yang telah penulis lakukan telah di temukan penelitian
yang hampir sama dengan metode yang di susun penulis yaitu :
1. Tyas Ika Ayuning (2010) dengan judul “Pengetahuan Kader tentang
Posyandu di Purwosari Surakarta Tahun 2010”. Jenis penelitian adalah
deskriptif. Populasi penelitian ini adalah kader posyandu di Purwosari
Surakarta pada bulan Juni tahun 2010 sejumlah responden denagn
menggunakan tehnik accidental sampling. Alat pengumpulan data
menggunakan format kuesioner. Hasil penelitian yaitu gambaran
pengetahuan kader tentang posyandu dengan 6 responden (20%)
mempunyai pengetahuan baik, 20 responden (66,67%) mempunyai
pengetahuan cukup dan 4 responden (13,33%) mempunyai
pengetahuan kurang.
2. Andriani Dian (2009) dengan judul “Pengetahuan Kader tentang
Posyandu di Posyandu Ngudi Santosa Donohudan Ngemplak Boyolali
6
Tahun 2009”. Jenis penelitian adalah deskriptif. Populasi penelitian ini
adalah kader posyandu di Posyandu Ngudi Donohudan Ngemplak
Boyolali Tahun 2009 sejumlah 47 responden dengan menggunakan
tehnik accidental sampling. Alat pengumpulan data menggunakan
format kuesioner. Hasil penelitian yaitu gambaran pengetahuan kader
tentang posyandu mayoritas mempunyai pengetahuan baik yaitu
sebanyak 31 responden (65,96%), 10 responden (21,09%) mempunyai
pengetahuan cukup dan 6 responden (12,95%) mempunyai
pengetahuan kurang.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu jenis penelitian deskriptifdan
alat pengumpulan data menggunakan format kuesioner. Selain itu
perbedaannya yaitu pada tehnik pengambilan sampel, jumlah
responden, lokasi penelitian dan waktu penelitian.
F. Sistematika Penelitian
Untuk mengetahui cara menyeluruh karya tulis ini. Penulis akan
menguraikan sistematika penulisan Bab I sampai Bab V yang saling
berhubungan satu sama lainnya. Adapun sistematikanya adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian (tujuan umum dan tujuan
7
khusus), manfaat penelitian, keaslian penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang
akan diteliti meliputi pengetahuan, pengertian kader, peran
dan fungsi kader, tugas – tugas kader, strategi menjaga
eksistensi kader, kerangka teori dan konsep kerangka
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan jenis dan rancangan
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi sampel dan
teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional,
metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian,
jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum dan tempat
penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan
penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Pengetahuan (Knowledge)
a. Pengertian
1) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengindraan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimiliki
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pada waktu pengindraan
sampai hasil pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2010).
2) Pengetahuan merupakan sesuatu yang tertinggal dari hasil
pengindraan manusia terhadap dunia luar. Selain itu, pengetahuan
merupakan deskripsi arsip informasi konsep dan kenyataan tentang
alam semesta, baik yang ada dalam memori perseorangan maupun
tertulis (Mahmud, 2011).
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2007), dalam domain kognitif berkaitan
dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi,
analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai
berikut :
1) Tahu (Knowledge)
Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya.
Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau
9
mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil
dihimpun atau dikenali (recall of facts).
2) Memahami (Comprehension)
Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang
hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang
bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun
diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya
kemampuan menterjemahkan, mengiterpretasikan, menafsirkan,
meramalkan, dan mengeksplorasikan.
3) Menerapkan (Aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah
dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.
4) Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi
rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang
berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk
susunan berarti.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian
atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung
arti tertentu.
10
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal
yang bersangkutan dengan hal-hal serupa ataupun setara lainnya,
sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal
yang sedang dinilainya.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2010), ada beberapa cara untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu :
1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan
kemungkinan ketiga dan seterusnya, dan apabila kemungkinan
ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini
disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode
coba salah coba-coba.
2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
tidakdisengaja oleh orang yang bersangkutan.
3) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa
11
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya.
4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara
untuk memperoleh pengetahuan.
5) Cara Akal Sehat (Common Sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini
berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau
menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan
cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer
telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai
sekarang berkembang menjadi teori kebenaran bahwa hukuman
merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik)bagi
pendidikan anak.
6) Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang
bersangkutan.
12
7) Kebenaran Secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran
atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar
dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang
rasional dan yang sistematis.
8) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut
berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatan umum ke
khusus. Silogisme yaitu suatu bentuk deduksi yang memungkinkan
seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik.
13
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan.
2) Informasi/MediaMassa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru.
3) Sosial budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
14
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu.
6) Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
e. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke
dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita
15
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang
dapat digunakan utuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.
Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian
untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai,
sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu
dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang
lainnya.
2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple
choise), betul salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan pilihan
ganda, betul salah menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena
pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif
khususnya petanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan
sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah
disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilainnya
akan lebih cepat (Arikunto, 2010).
Pengukuran menurut Riwidikdo (2010), yaitu :
1) Baik
2) Cukup
3) Kurang
16
2. Kader
a. Pengertian
1) Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat
dengan masyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan
mengenai pelatihan untuk kader yang dimaksud untuk meningkatkan
pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka
untuk membaca, menulis, dan menghitung secara sederhana (Meilani
dkk, 2009).
2) Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang
dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk mengenai masalah-masalah
kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja
dalam hubungan yang amat dekat tempat-tempat pemberian
pelayanan kesehatan (Meilani dkk, 2009).
3) Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh
masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini
kader disebut juga sebagai penggerak atau promotor kesehatan
(Yulifah dan Yuswanto, 2009).
b. Peran dan fungsi
1) Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat
menurut Meilani dkk (2009) :
a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
17
b) Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa.
c) Upaya penyehatan lingkungan.
d) Peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan anak balita.
e) Pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi).
c. Fungsi kader
Menurut Depkes RI (2010), fungsi kader adalah :
1) Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes
bersama Bidan.
2) Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-
Balita, Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll).
3) Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang
berdampak terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis
masyarakat)
4) Pemecahan masalah bersama masyarakat
d. Peran tambahan kader
1) Berdasarkan Depkes RI (2010), peran tambahan kader meliputi :
a) Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari
b) Penyiapan untuk menghadapi bencana
c) Pengelolaan Pos Kesehatan Desa (POSKESDES) atau Upaya
Kesahatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) lainnya.
2) Berdasarkan Yulifah dan Yuswanto (2009) Kader kesehatan
mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan
18
yang optimal. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di
bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu.
Selain dalam kegiatan posyandu, kader juga mempunyai peran di
luar kegiatan posyandu, yaitu sebagai berikut:
a) Merencanakan kegiatan, antara lain menyiapkan dan
melaksanakan survei mawas diri, membahas hasil survei,
menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa,
menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan
bersama masyarakat, serta membahas kegiatan pembagian tugas
menurut jadwal kerja.
b) Melakukan komunikasi, memberikan informasi, dan motivasi
tatap muka (kunjungan) dengan menggunakan alat peraga, serta
melakukan demonstrasi (memberikan contoh).
c) Menggerakkan masyarakat, mendorong masyarakat untuk
bergotong-royong, memberikan informasi, serta mengadakan
kesepakatan kegiatan yang akan dilaksanakan.
d) Memberikan pelayanan, yaitu membagi obat, membantu
mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang
didesanya dan melaporkannya, memberikan pertolongan
pemantauan penyakit, serta memberikan pertolongan pada
kecelakaan.
19
e) Melakukan pencatatan seperti berikut ini :
(1) Keluarga Berencana (KB) atau jumlah pasangan usia subur,
jumlah peserta KB aktif.
(2) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), jumlah ibu hamil, vitamin A
yang dibagikan.
(3) Imunisasi, seperti jumlah imunisasi Tetanus Toksoid (TT) ibu
hamil dan jumlah bayi atau balita yang diimunisasikan.
(4) Gizi, seperti jumlah bayi yang mempunyai KMS, balita yang
ditimbang dan yang naik timbangannya.
(5) Diare, seperti jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang
ditemukan, dan dirujuk.
f) Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB-
kesehatan dan upaya kesehatan lainnya.
g) Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama
keluarga binaan.
h) Melakukan pertemuan kelompok.
e. Macam-macam dan peran Kader Kesehatan
Berdasarkan Iinrosita (2012),Saat ini pada umumnya kader kesehatan
ada beberapa kelompok, misalnya :
1) Kader Posyandu Balita
Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu)
dengan kegiatan rutin setiap bulannya melakukan pendaftaran,
pencatatan, penimbangan bayi dan balita.
20
2) Kader Posyandu Lansia
Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan
kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat
pemeriksaan kesehatan pasien lansia.
3) Kader Gizi
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas
melakukan pendataan, penimbangan bayi dan balita yang mengalami
gangguan gizi (malnutrisi).
4) Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kader KPKIA
Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas
melakukan pendataan, pemeriksaan ibu hami dan anak-anak yang
mengalami gangguan kesehatan (penyakit).
5) Kader Keluarga Berencana (KB)
Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan
pendataan, pelaksanaan pelayanan KB kepada pasangan usia subur
di lingkungan tempat tinggalnya.
6) Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas
melakukan pendataan dan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah
penduduk sekitar wilayah kerja puskesmas.
21
7) Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
Kader yang membantu petugas puskesmas melakukan
pendataan dan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di lingkungan
pos tempat kerjanya.
8) Kader Promosi Kesehatan (Promkes) KADER PHBS
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas
melakukan penyuluhan kesehatan secara perorangan maupun dalam
kelompok masyarakat.
9) Kader Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas
melakukan penjaringan dan pemeriksaan kesehatan anak-anak usia
sekolah pada pos pelayanan UKS.
f. Tugas-tugas kader
Sesuai dengan pengertian WHO (2002), kader berkerja di tempat
pemberian pelayanan kesehatan yang terdekat di masyarakat, seperti
Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Tugas-tugas kader dalam
rangka menyelenggarakan posyandu dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu sebagai berikut menurut Yulifah dan Yuswanto (2009):
1) Tugas kader pada saat persiapan hari buka posyandu, meliputi
beberapa hal berikut ini.
a) Menyiapkan alat penimbangan bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS),
alat peraga, alat pengukur lingkar lengan atas untuk ibu hamil dan
22
bayi/anak, obat-obatan yang dibutuhkan (misalnya, tablet tambah
darah/zat besi, vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan.
b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu dengan
memberitahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu, serta melakukan
pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat yang dapat
memotivasi masyarakat untuk datang ke posyandu.
c) Menghubungi kelompok kerja (pokja) posyandu, yaitu
menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta
untuk memastikan apakah petugas dapat hadir pada hari buka
posyandu.
d) Melaksanakan pembagian tugas di antara kader posyandu baik
untuk persiapan maupun pelaksaan kegiatan.
2) Tugas kader pada hari buka posyandu.
Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan pada lima meja :
a) Meja 1 (meja pendaftaran)
Mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada
KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, dan
mendaftarkan ibu hamil dengan menuliskan nama ibu hamil pada
formulir atau register ibu hamil.
b) Meja 2 (penimbangan).
Menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan
pada kertas.
23
c) Meja 3 (pengisian KMS)
Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan
balita dari kertas ke dalam KMS.
d) Meja 4 (penyuluhan)
(1) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS
kepada ibu.
(2) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu mengacu pada
data KMS atau dari hasil pengamatan masalah yang dialami
sasaran.
(3) Memberikan rujukan ke puskesmas apabila diperlukan.
(4) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader
posyandu, misalnya pemberian tablet tambah darah, vitamin
A dan oralit.
e) Meja 5 (pelayanan).
Meja 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan
oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain
pelayanan imunisasi, keluarga berencana, pengobatan, pemberian
tablet tambah darah, dan kapsul yodium.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan kader agar
kegiatan kelima meja dapat berjalan dengan baik, yaitu sebagai
berikut :
24
(1) Selama menunggu, berikan makanan tambahan (PMT) atau
mainan kepada balita agar anak tenang.
(2) Untuk menghindari rasa takut pada anak, usahakan kegiatan
pembinaan menggunakan teknik bermain.
(3) Dalam melakukan penyuluhan didasarkan kepada kebutuhan,
lakukan penyuluhan secara kelompok sebelum pendaftaran.
(4) Lakukan kegiatan membuka posyandu dengan disiplin waktu.
3) Tugas kader setelah membuka posyandu
a) Memindahkan catatan-catatan pada KMS ke dalam buku register
atau buku bantu kader.
b) Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu
bulan berikutnya.
c) Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu.
Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus memberikan tindak lanjut
dan mengajak ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan bulan
berikutnya.
4) Tugas kader di luar posyandu
Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan
tugas-tugas kader kesehatan masyrakat yang secara umum hampir
sama tugasnya di beberapa negara yaitu :
a) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit
yang ringan.
b) Melakukan pengobatan sederhana.
25
c) Pemberian motivasi dan saran – saran pada ibu – ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
d) Pemberian motivasi dan saran – saran tentang perawatan anak.
e) Memberikan dan motivasi dan peragaan tentang gizi (program
UPGK).
f) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
g) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
h) Melakukan penyuntukan imunisasi (Kolombia, Papua New
Guinea, dan Sudan).
i) Pemberian motivasi KB.
j) Membagikan alat – alat KB.
k) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan
perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
l) Pemberian motivasi tentang penyakit menular seksual,
pencegahan dan perujukan.
m) Pemberian motivasi tentang perlunya follow up pada penyakit
menular dan perlunya memastikan diagnosis.
n) Penanganan dalam mencegah penyakit menular.
o) Membantu kegiatan di klinik.
p) Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit.
q) Membina kegiatan UKS secara teratur.
r) Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas, membantu
pencatatan dan pelaporan.
26
g. Strategi menjaga eksistensi kader
Berdasarkan Meilani dkk (2009), perlu adanya srategi agar
mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat di bidang kesehatan.
Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah :
1) Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai
dilaksanakan, oleh bidan desa maupun petugas lintas sektor yang
mengikuti kegiatan posyandu.
2) Adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan
pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir di setiap posyandu.
3) Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa kecamatan. Di mana
semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta
hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4) Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke
puskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk
materi yang lain yang diberikan setiap tahun.
27
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010), Meilani, dkk (2009)
Tingkat
pengetahuan :
1. Tahu
2. Memahami
3. Menerapkan
4. Analisa
5. Sintesis
6. Evaluasi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Informasi/media
masa
3. Sosial Budaya
dan Ekonomi
4. Lingkunan
5. Pengalaman
6. Umur
Pengetahuan
Kader:
1. Pengertian
2. Peran dan fungsi
3. Tugas – tugas
4. strategi menjaga
eksistensi
28
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Pengetahuan kader
tentang peran dan
fungsi kader
Kurang
Cukup
Baik
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo
(2010), deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap
sekelompok objek yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena
(termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu.
Selanjutnya menurut Riwidikdo (2010), Kuantitatif yaitu data yang
dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Pada penelitian ini
menggambarkan tentang “Tingkat Pengetahuan Kader tentang Peran dan
Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta Tahun 2013”.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama kasus berlangsung (Notoadmojo, 2010). Penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Kadipiro Surakarta.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk
pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 25 Maret sampai 30 April 2013.
30
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Hidayat, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kader yang aktif di Kelurahan Kadipiro Surakarta berjumlah
416 kader.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Arikunto (2010), apabila subjeknya kurang dari 100 lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, selanjutnya jika subjeknya besar atau lebih dari 100 maka
dapat diambil 10 - 15%, atau 20 – 30% atau lebih.
Perhitungan sampel menurut Nursalam (2008), rumus dalam
pengambilan sampel, yaitu:
)(d N1
N
2+=n
Dimana :
n = Besarnya sampel
N = Populasi
d = Tingkat Signifikansi 10%
)(0,1 416 1
416
2+=n
31
= 6,804,16 1
416=
+ = 81
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 81 kader.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi
sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,
sehinga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada
(Hidayat, 2009). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan simple random sampling. Menurut
Hidayat (2009), teknik simple random sampling yaitu dengan cara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi,
pengambilannya dilakukan dengan cara dilotere dari seluruh jumlah
populasi. Pada penelitian pengambilannya menggunakan nomor dan
nama dengan cara dilotere.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini instrumen
penelitian atau alat yang digunakan untuk pengambilan data adalah
kuesioner.
1. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu
penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum atau banyak orang (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner
32
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang bersifat
langsung dan pertanyaan tertutup. Arikunto (2010), menyatakan bahwa
kuesioner tertutup adalah pernyataan yang membutuhkan jawaban atau
isian telah dibatasi atau ditentukan jawabannya yaitu benar dan salah.
2. Kriteria penilaian
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang
berbentuk pernyatan dimana dalam pernyatan tersebut disediakan
pilihan jawaban “benar” atau “salah” dan responden diminta memilih
salah satu jawaban tersebut. Pernyataan positif (favorabel) bila respon
den menjawab benar nilainya 1 dan menjawab salah nilainya 0.
Pernyataan negatif (unfavorable) bila responden menjawab benar
nilainya 0 dan menjawab salah nilainya 1. Pengisian kuesioner tersebut
dengan memberi tanda centang (√) pada lembar kuesioner yang sudah
disediakan.
3. Kisi-kisi kuesioner
Ada pun kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang peran dan fungsi kader
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner
No. Indikator Pernyataan
Total Favourable Unfavourable
1. Pengertian
kader
1,2,3 4,5 5
2. Peran kader 8,9,10,11,12,13,14,16 6,7*,15 11
3.
4.
Fungsi kader
Tugas kader
17,19*,21
24,25,26
18,20
22,23
5
5
5. Strategi
eksistensi
29*,30 27,28 4
Jumlah Soal 19 11 30
33
Keterangan :
Yang bertanda (*) tidak valid
Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas,
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan
karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji validitas
dilakukan di Kelurahan Nusukan Surakarta jumlah dengan 30 kader
pada tanggal 23 Maret 2013. Menurut Mahfoed (2007), alasan jumlah
responden 30 adalah karena kaidah umum penelitian agar diperoleh
distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva normal.
4. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument (Arikunto, 2010).
Instrumen dikatakan valid apa bila mampu mengukur apa yang
seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas
dengan rumus product moment. dibantu program SPSS (Statistical
Product and Service Solution)for Windows.Instrumen dikatakan valid
jika nilai p-value lebih kecil (<) 0,05 dengan taraf signifikan 0,05.
Menurut Riwidikdo (2010), rumus product moment adalah:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
X : Skor pertanyaan
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 SSS-S
SSS=
Nrxy
34
Y : Skor total
XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Untuk jumlah responden 30 dengan taraf signifikannya adalah 5%.
Uji validitas dilaksanakan di Kelurahan Nusukan Surakarta dengan
menyebarkan kuesioner sebanyak 30 butir pertanyaan. Responden
yang diuji sebanyak 30 kader. Dari 30 pertanyaan yang telah
dilakukan uji validitas didapatkan kesimpulan 27 butir yang
dinyatakan valid sedangkan yang tidak valid tiga butir yaitu nomor 7,
19, 29 dan dimana ketiga butir soal tersebut telah mewakili beberapa
indikator yang diujikan sehingga pertanyaan tersebut tidak digunakan.
5. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu instrument penelitian atau alat ukur dalam mengumpulkan
data untuk bisa diandalkan dan dipercaya keabsahannya serta uji
reliabilitas untuk mengetahui tingkat data yang bias dinyatakan reliabel
dalam data yang dikumpulkan dalam waktu yang berbeda
(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan
rumus Alpha Cronbach.
Menurut Riwidikdo (2010), rumus dari Alpha Cronbach adalah
sebagai berikut :
úû
ùêë
é S-úû
ùêë
é-
=t
b
k
kr
2
2
11 11 s
s
35
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2= Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005).
Dari 27 butir pertanyaan dinyatakan reliabel dan di daparkan harga
riil sebesar 0,921 > 0,60 sehingga intrumen penelitian dikatakan reliabel
dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan
data yang akan dilakukan dalam penelitian (Riwidikdo, 2010). Data yang
diperoleh terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer adalah data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari
yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan
keperluan penelitian (Hidayat, 2007). Data primer diperoleh dari hasil
pengisian kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data telah dikumpulkan oleh pihak lain dan
data sudah ada (Hidayat, 2007). Cara mendapat data sekunder ini
36
adalah dari studi dokumentasi. Studi dokumentasi adalah data
mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku
dan surat kabar (Arikunto, 2010). Data sekunder yang diperoleh dari
bagian ruang periksa yaitu data dari Kelurahan Kadipiro dengan
jumlah populasi yaitu 416 orang kader.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan ukuran yang dimiliki dalam anggota
dari kelompok yang berbeda (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
menggunakan variable tunggal yaitu pengetahuan kader tentang peran dan
fungsi kader.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang
lingkup atau pengertian variable - variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Nama
Variabel
Pengertian Indikator Alat Ukur Skala
Pengetahu
an kader
tentang
peran dan
fungsi
kader.
Segala
sesuatu
informasi
diketahui
dan
dimengerti
oleh kader
tentang
pengertian,
peran,
fungsi.
Baik :Bila nilai
responden yang diperoleh
(x) > mean + 1 SD
Cukup :Bila nilai
responden mean -1 SD ≤
x ≤ mean + 1 SD
Kurang :Bila nilai
responden yang diperoleh
(x) < mean – 1 SD
(Riwidikdo, 2010)
Kuesioner Ordinal
37
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2010), proses
pengolahan data ada 5 yaitu:
a. Editing
Editing adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner.
b. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data ke dalam program
atau “software” komputer.
d. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari
jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian
dimasukkan kedalam tabel.
e. Pembersihan data (cleaning)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali
untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
38
2. Analisa Data
Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian adalah Analisa
Univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap
penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari
variabel (Notoatmodjo, 2010).
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan menurut Riwidikdo (2010),
adalah sebagai berikut:
4) Baik : Bila nilai responden (x) > mean + 1 SD
5) Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
6) Kurang: Bila nilai responden (x) < mean – 1 SD
Untuk mencari simpangan baku dengan menggunakan rumus
menurut Riwidikdo (2010), yaitu:
Keterangan:
SD : Simpangan baku
xi : Nilai dari data
n : Banyaknya data
Untuk menghitung mean menggunakan rumus menurut Riwidikdo
(2010), yaitu:
Rumus : X = n
xå
39
Keterangan :
X : Rata-rata ( mean )
å x : Jumlah seluruh jawaban responden
n : Jumlah maksimal yang harus diperoleh responden
Untuk memperoleh skor prosentase menurut Riwidikdo (2010),
yaitu sebagai berikut:
Jumlah responden pada setiap kategori
Skor prosentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x100%
Total jumlah responden
I. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, tetap menjunjung tinggi kebebasan dan hak
dari setiap orang dalam memberikan masukan, pendapat serta jawaban dari
kuesioner yang ada. Sehingga nilai untuk tetap menjunjung tinggi etika
penelitian menjadi salah satu wujud akan tidak adanya intervensi dari
pihak manapun. Dan standar etika dalam melakukan penelitian, menurut
(Hidayat, 2009), antara lain:
1. Anonimity
Jaminan untuk tidak menyebutkan nama dan serta menerangkan sumber
data atau responden yang menjadi sumber data dalam penelitian.
2. Informed Consent
Pernyataan persetujuan antara peneliti dengan responden yang ditandai
dengan pemberian tanda tangan pada surat persetujuan.
40
3. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Kerahasiaan merupakan salah satu bentuk jaminan kepada responden,
apa bila yang bersangkutan tidak bersedia untuk diberitahukan segala
informasi tentang responden yang bersangkutan.
J. Jadwal Penelitian
Terlampir
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Kelurahan Kadipiro Surakarta memiliki wilayah yang terdiri 33
RW 242 RT serta 12,528 KK, seluruh total penduduk sebanyak 46,867
jiwa. Memiliki batas wilayah yaitu Utara berbatasan dengan Kabupaten
Boyolali, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sekip, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nusukan, sebelah Barat berbatasan
dengan Kelurahan Banyuanyar. Memiliki jumlah posyandu sebanyak 40
dan jumlah kader 416 yaitu kader balita sejumlah 302 orang, kader lansia
114 orang. Memiliki 1 Puskesmas induk, 2 Puskesmas pembantu dan 5
BPS.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan simple random sampling dan pengambilannya dilakukan
dengan cara dilotere. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup.
42
Tabel 4.1
Tabel Kuantitas Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan
Kadipiro Surakarta
No. Pengetahuan Frekuensi
(Orang) Prosentase (%)
1. Baik 30 37
2. Cukup 36 44
3. Kurang 15 19
Jumlah 81 100
.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tinggkat pengetahuan kader
tentang peran dan fungsi kader di Kelurahan Kadipiro adalah 36 responden
(44%) memiliki pengetahuan cukup, 30 responden (33%) memiliki
pengetahuan baik, 15 responden (19%) memiliki pengetahuan kurang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran
dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro Surakarta yang terbanyak dalam
kategori cukup yaitu 36 responden (44%).
C. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di Kelurahan
Kadipiro Surakarta dengan jumlah responden 81 kader. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini bahwa tingkat pengetahuan kader tentang
peran dan fungsi kader yaitu di kategori baik ada 30 responden (37%),
kategori cukup ada 36 responden (44%), kategori kurang 15 responden
(19%).
43
Dari hasil penelitian kader yang berpengetahuan cukup sebagian
besar kader telah memahami pengertian sebagai kader yaitu sebagai
penggerak atau promotor kesehatan, peran kader dalam posyandu maupun
di luar posyandu terutama pengamat terhadap masalah kesehatan
masyarakat, dan fungsi kader pada kegiatan posyandu. Adapun yang
belum dimengerti kader yaitu tugas sebagai kader terutama tugas diluar
posyandu.
Kader yang berpengetahuan baik sebagian basar kader telah
mengenai pengertian kader, peran kader di dalam maupun di luar
posyandu, fungsi kader, tugas – tugas kader, maupun strategi eksistensi
kader.
Selain itu kader yang berpengetahuan kurang rata – rata kader telah
mengerti tentang pengertian kader yaitu kader merupakan orang yang
dekat dengan masyarakat, fungsi kader di dalam posyandu. Akan tetapi
kurang memahami tentang peran kader terutama di luar masyarakat, tugas
– tugas kader maupun strategi eksistensi kader.
Pengertian kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita
yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk mengenai masalah-masalah
kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam
hubungan yang amat dekat tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan
(Meilani dkk, 2009). Sedangkan menurut Yulifah danYuswanto(2009)
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan
44
bertugas mengembangkan masyarakat.Dalam hal ini kader disebut juga
sebagai penggerak atau promotor kesehatan.
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat
menurut Meilani dkk (2009) adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa, upaya
penyehatan lingkungan, peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan anak balita,
pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi).
Fungsi Kader menurut Depkes RI (2010) adalah melakukan
pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama Bidan,
mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita,
Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll), mengidentifikasi dan melaporkan
kejadian masyarakat yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat
(surveilance ber-basis masyarakat), pemecahan masalah bersama
masyarakat.
Tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan posyandu
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut menurut Yulifah dan
Yuswanto (2009) adalah tugas kader pada saat persiapan hari buka
posyandu, meliput menyiapkan alat penimbangan bayi, Kartu Menuju
Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur lingkar lengan atas untuk ibu
hamil dan bayi/anak, obat-obatan yang dibutuhkan (misalnya, tablet
tambah darah/zat besi, vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan,
mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu dengan memberitahu
ibu-ibu untuk datang ke posyandu, serta melakukan pendekatan dengan
45
tokoh-tokoh masyarakat yang dapat memotivasi masyarakat untuk datang
ke posyandu, menghubungi kelompok kerja (pokja) posyandu, yaitu
menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta untuk
memastikan apakah petugas dapat hadir pada hari buka posyandu,
melaksanakan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk
persiapan maupun pelaksaan kegiatan. Tugas kader pada hari buka
posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan pada lima meja. Tugas
kader di luar posyandu kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader
melaksanakan tugas-tugas kader kesehatan masyrakat yang secara umum.
Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang
ringan, melakukan pengobatan sederhana, pemberian motivasi dan saran –
saran pada ibu – ibu sebelum dan sesudah melahirkan, pemberian motivasi
dan saran – saran tentang perawatan anak, memberikan dan motivasi dan
peragaan tentang gizi (program UPGK), program penimbangan balita dan
pemberian makanan tambahan, pemberian motivasi tentang imunisasi dan
bantuan pengobatan, pemberian motivasi KB, membagikan alat – alat KB,
pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum, pemberian motivasi tentang penyakit
menular seksual, pencegahan dan perujukan, pemberian motivasi tentang
perlunya follow up pada penyakit menular dan perlunya memastikan
diagnosis, penanganan dalam mencegah penyakit menular, membantu
kegiatan di klinik, merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit,
46
membina kegiatan UKS secara teratur, mengumpulkan data yang
dibutuhkan oleh puskesmas, membantu pencatatan dan pelaporan.
Berdasarkan Meilani dkk (2009), perlu adanya srategi agar mereka
dapat selalu eksis membantu masyarakat di bidang kesehatan. Beberapa
upaya yang dapat dilaksanakan adalah refresing kader posyandu pada saat
posyandu telah selesai dilaksanakan, oleh bidan desa maupun petugas
lintas sektor yang mengikuti kegiatan posyandu, adanya paguyuban kader
posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara
bergilir di setiap posyandu, revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa
kecamatan. Di mana semua kader diundang dan diberikan penyegaran
materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards, pemberian rewards
rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas untuk kader dan
keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap
tahun.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagian besar kader
berpengetahuan cukup mengenai peran dan fungsi kader di dalam
posyandu maupun di luar posyandu tetapi kader kurang memahami tentang
tugas – tugas kader terutama di luar posyandu seperti pemberian dan
pemahaman tentang KB, pencegahan dan penanganan pada penyakit
menular seksual di dalam masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya kualitas
pelayanan kader kesehatan dapat ditingkatkan dengan cara memberikan
penyegaran materi mengenai kesehatan dan pertemuan rutin setiap
bulannya ataupun lomba kesehatan lingkungan untuk meningkatkan
47
motivasi kader dalam melakukan peran dan fungsi maupun tugas kader di
dalam posyandu maupun di masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat.
D. Keterbatasan Peneliti
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa kendala dan
keterbatasan yaitu :
1. Kendala Penelitian
Kendala dalam penelitian ini adalah peneliti membutuhkan waktu
yang lama karena waktu untuk bertemu responden sulit, karena
sebagian besar responden bekerja disiang hari, sehingga penelitian tidak
bisa diselesaikan dalam waktu 1 hari.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.
b. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah
serta jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan
secara mendalam.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengambil judul Tingkat Pengetahuan Kader Tentang
Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro dengan jumlah 81 responden,
sehingga tingkat pengetahuan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di
Kelurahan Kadipiro kategori pengetahuan baik sebanyak 30 responden
(37%).
2. Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di
Kelurahan Kadipiro kategori pengetahuan cukup sebanyak 36 reponden
(44%).
3. Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Peran dan Fungsi Kader di
Kelurahan Kadipiro kategori pengetahuan kurang sebanyak 15 responden
(19%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Kader
Tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan Kadipiro maka saran yang
dapat peneliti sampaikan adalah:
49
1. Bagi Kader
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para kader lebih aktif mencari
informasi melalui media cetak, tenaga kesehatan, dan pokja IV tetapi
sebaiknya ikut serta dalam menerapkan dan melaksanakan ilmu yang
diperoleh terutama peran dan fungsi kader di dalam posyandu maupun di
luar posyandu.
2. Bagi Institusi
a. Kelurahan Kadipiro
Diharapkan bagi kelurahan maupun pokja IV dapat membimbing,
mengarahkan para kader dengan memberikan penyegaran materi
kesehatan, pertemuan rutin, dan memotivasi kader dalam melaksanakan
peran dan fungsi kader di posyandu maupun di luar posyandu.
b. STIKes Kusuma Husada Surakarta
Diharapkan akan lebih mengembangkan penelitian lebih lanjut
mengenai peran dan fungsi kader sehingga dapat dijadikan referensi dan
bahan bacaan.
3. Bagi peneliti lain
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peran dan
fungsi kader dengan metode penelitian yang berbeda, variabel yang
berbeda, instrumen yang berbeda, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D. 2009. Pengetahuan Kader tentang Posyandu di Posyandu Ngudi
Santoso DonohudanNgemplak Boyolali Tahun 2009. Jawa Tengah : Bagian
Kependidikan dan Biostatistik Falkutas Kesehatan Universitas Sebelas
Maret.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Depkes RI. 2006. Buku Pegangan Kader dan Toma.Jakarta : Depkes RI
–––––––––––– .2010.Buku Pedoman Desa Siaga Aktif. Jakarta : Depkes RI
–––––––––––––-.2006.Kurikulum Pelatihan Desa Siaga. Jakarta : Depkes RI
–––––––––––––-.2006.Modul Desa Siaga. Jakarta : Depkes RI
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hidayat,A.A.2009. MetodePenelitianKeperawatan danTeknisAnalisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Iinrosita, 2012.Macam dan Peran Kader.
http://iinrosita.wordpress.com/2012/01/14/peran-kader-kesehatan/. diakses
18 Februari 2013
Mahmud, H. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Meilani, N. N. Setyawati. D. Estiwidani. Sumarah. 2009. Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta : 2009
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
–––––––––––––-–. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press.
Tyas,I.A. 2010. Pengetahuan Kader tentang Posyandu di Purwosari Surakarta
Tahun 2010. Jawa Tengah : Bagian Kependidikan dan Biostatistik Falkutas
Kesehatan Universitas Sebelas Maret.
WHO. 2002. Kader Kasehatan Masyarakat (The Community Health Worker).
Jakarta : EGC
Yulifah, R. T.J.A. Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.Jakarta :
Penerbit Salemba Medika.