Post on 16-Oct-2015
1
TINGKAT PENERIMAAN MEDIA VIDEO CONFERENCE DALAM PROSES PEMBELAJARAN
DENGAN MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTED MODEL (TAM)
Syilvia Soviani
Pendidikan Ilmu Komputer, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan
Indonesia
shinobi.vie@gmail.com
Abstrak
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin merambah ke dunia pendidikan telah mengakibatkan terjadinya
modernisasi pendidikan yang terkait dengan bagaimana kita belajar, kapan dan dimana kita belajar, saat ini mulai
marak dilaksanakan pembelajaran jarak jauh. Salah satu teknologi yang muncul dalam dunia pendidikan sebagai
media pembelajaran jarak jauh adalah video conference yang menjadi perantara antara guru dan siswa saat melakukan
kegiatan belajar mengajar. Ketika video conference digunakan sebagai media pembelajaran jarak jauh maka perlu
diketahui bagaimana tingkat penerimaan siswa sebagai pembelajar terhadap media tersebut. Untuk mengetahui tingkat
penerimaan penggunaan media video conference dalam proses pembelajaran maka dilakukan penelitian dengan
menggunakan Technology Accepted Model (TAM), untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
media tersebut. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Struktural Equation Model (SEM) menggunakan AMOS
18.
Kata kunci : Pembelajaran jarak jauh, Video Conference, Technology Accepted Model (TAM), Structural Equation
Model (SEM).
1. Pendahuluan
Berbagai teknologi dirancang dan dibuat untuk
dapat meningkatkan kualitas pendidikan, hal tersebut
berdampak pada terjadinya modernisasi pendidikan
yang terkait dengan bagaimana kita belajar, apa yang
kita pelajari, serta kapan dan dimana kita belajar
(Resnick, 2002).
Seperti yang diungkapkan Rosenberg (2001)
perkembangan TIK telah menyebabkan lima pergeseran
dalam proses pembelajaran, dari pelatihan ke
penampilan, dari ruang kelas ke di mana dan kapan
saja, dari kertas ke on line atau saluran, fasilitas fisik ke
fasilitas jaringan kerja, dari waktu siklus ke waktu
nyata. Proses pembelajaran tidak lagi terbatas jarak dan
waktu juga tidak terpaku pada keberadaan pengajar dan
pembelajar yang harus berada dalam satu ruang dan
tempat yang sama. Oleh karena itu proses pembelajaran
jarak jauh pun bukan lagi hal asing dalam dunia
pendidikan.
Salah satu produk teknologi yang dapat
digunakan dalam pembelajaran jarak jauh adalah video
conference atau dikenal juga dengan video
teleconference yakni suatu teknologi multimedia
videobroadcasting yang dapat memungkinkan
terjadinya komunikasi interaktif antara suatu pihak
dengan pihak lain di tempat yang berbeda dalam waktu
yang bersamaan. Keberadaan media video conference
dapat memungkinkan pemerataan pendidikan ke
berbagai wilayah, apalagi Indonesia merupakan negara
kepulauan yang luas tentunya jika video conference
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran jarak dan
waktu tidak akan lagi menjadi hambatan.
Ketika sebuah teknologi atau media diterapkan
dalam proses pembelajaran tentunya perlu diketahui
bagaimana sikap dan perilaku yang dirasakan
(penerimaan) siswa terhadap teknologi atau media yang
digunakan saat mereka belajar. Penerimaan pengguna
(siswa) akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
implementasi dari teknologi yang ada dalam hal ini
video conference.
Penelitian ini berisi tentang kajian perilaku
pengguna dalam hal ini siswa terhadap penggunaan
media video conference dalam proses pembelajaran.
Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswa
kelas X Sekolah Menengah Atas yang diberikan
treatment belajar dengan menggunakan media video
conference.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
kerangka Technology Accepted Model (TAM). Uji
statistik dilakukan dengan menggunakan metode
Stuctural Equation Model (SEM) pada perangkat lunak
AMOS 18.
2
2. Landasan Teori
2.1 Pendidikan Jarak Jauh
Menurut De Anza College San Franscison oleh
Watkinss (1993) pendidikan jarak jauh berarti proses
belajar mengajar yang diadakan terpisah antara
pengajar atau instruktur dan siswa selama proses
pengajaran. Pendidikan jarak jauh merupakan metode
pembelajaran yang menggunakan korespondensi
sebagai alat untuk berkomunikasi antara pembelajar
dengan pengajar (Mackenzie, Christense, dan Rigby).
Korespondensi berperan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara pembelajar dengan pengajar
dengan karakteristik pembelajar dan pengajar bekerja
secara terpisah, namun keduanya dipersatukan dengan
korespondensi ini sehingga terjadi interaksi antara
pengajar dan pembelajar. Karena lokasi pengajar dan
pembelajar terpisah maka kegiatan belajar mengajar
harus dilakukan dengan menggunakan media, seperti
media cetak, elektronik, mekanis dan peralatan lainnya
Pembelajaran jarak jauh diharapkan dapat
mengatasi masalah kesenjangan pemerataan
kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi
dalam bidang pendidikan yang disebabkan oleh
berbagai hambatan seperti jarak, tempat, dan waktu.
Kemajuan pembelajaran jarak jauh dapat
memungkinkan terjangkaunya pendidikan oleh seluruh
lapisan masyarakat yang tinggal di berbagai tempat
baik di kota maupun di desa, sistem pembelajaran jarak
jauh merupakan suatu alternative pemerataan
kesempatan dalam bidang pendidikan
2.2 Video Conference
Video conference merupakan seperangkat
teknologi telekomunikasi interaktif yang
memungkinkankan dua pihak atau lebih di lokasi
berbeda dapat berinteraksi melalui pengiriman dua arah
audio dan video secara bersamaan. Teknologi inti yang
digunakan dalam konferensi video adalah sistem
kompresi digital audio dan video stream secara nyata.
Komponen lain yang dibutuhkan untuk sistem
konferensi video meliputi:
a. Video input: kamera video atau webcam
b. Video output: monitor komputer, televisi atau
proyektor
c. Audio input: mikrofon
d. Audio output: biasanya pengeras suara yang
berkaitan dengan perangkat layar atau telepon
e. Data transfer: jaringan telepon analog atau digital,
LAN atau Internet
Video conference dapat menghemat waktu,
tempat, dan tenaga, serta menghindarkan segala resiko
yang bisa terjadi setiap saat.
2.3 Technology Accepted Model
Technology Acceptance Model (TAM)
merupakan salah satu model yang dibangun untuk
menganalisis dan memahami faktorfaktor yang
mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi
komputer, TAM diperkenalkan pertama kali oleh Fred
Davis pada tahun 1986. TAM merupakan hasil
pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA),
yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan
Ajzen pada 1980. TRA menjelaskan tingkah laku
manusia secara nyata sebagai hasil pengaruh dua
kategori kepercayaan yang signifikan - yaitu tingkah
laku (behavioral) dan normatif (normative), (Tery,
1993: 207).
TAM bertujuan untuk menjelaskan dan
memperkirakan penerimaan (acceptance) pengguna
terhadap suatu teknologi atau sistem informasi. TAM
menyediakan suatu basis teoritis untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap
suatu teknologi. TAM menjelaskan hubungan sebab
akibat antara keyakinan (akan manfaat suatu sistem
informasi dan kemudahan penggunaannya) dan
perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari
pengguna/user suatu teknologi atau sistem informasi.
Hubungan antar konstruksi dalam TAM dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Technology Accepted Model (TAM)
1. Perceived Ease of Use (PEOU)
Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah
teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran
dimana seseorang percaya bahwa suatu teknologi
dapat dengan mudah dipahami dan digunakan.
Persepsi
Kegunaan
(Perceived Usefulness)
PU
Persepsi
Kemudahan
Penggunaan (Perceived
Easy to Use)
PEOU
Sikap terhadap
penggunaan teknologi
(Attitude
Towards Using
Technology
) ATU
Minat perilaku menggunakan
teknologi
(Behavioral Intention to
Uses) BITU
Penggunaan
teknologi sesungguhnya
(Actual
Technologi
Use) ATU
3
2. Perceived Usefulness (PU)
Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai
suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi
dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang
yang menggunakannya.
3. Attitude Toward Using (ATU)
Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan
sebagai sikap terhadap penggunaan teknologi yang
berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai
dampak bila seseorang menggunakan suatu
teknologi dalam pekerjaan atau aktivitasnya.
4. Behavioral Intention to Use (BITU)
Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan
perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi.
Tingkat penggunaan teknologi pada seseorang dapat
diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap
teknologi tersebut, misalnya motivasi untuk tetap
menggunakan serta keinginan untuk memotivasi
5. Actual Use (AU)
Actual Use adalah kondisi nyata penggunaan sistem.
Hal ini terlihat dari kepuasan seseorang dalam
menggunakan teknologi dimana mereka akan
meyakini bahwa teknologi tersebut mudah
digunakan dan akan meningkatkan produktifitas
mereka. Jika diterapkan dalam waktu yang lama
maka dapat dilihat pula dari frekuensi dan durasi
waktu penggunaan teknologi tersebut.
2.4 Structural Equation Model (SEM)
Structural Equation Modeling (SEM)
merupakan teknik analisis multivariat yang
dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang
dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang
telah digunakan secara luas dalam penelitian statistik.
Model-model yang dimaksud diantaranya adalah
regression analysis (analisis regresi), path analysi
(analisis jalur), dan confirmatory factor analysis
(analisis faktor konfirmatori) (Hox dan Bechger, 1998).
Menurut Widodo (2006) SEM tidak digunakan
untuk menghasilkan model namun untuk
mengkonfirmasi suatu bentuk model, hubungan
kausalitas diantara variabel tidak ditentukan oleh SEM,
namun dibangun oleh teori yang mendukungnya, SEM
tidak digunakan untuk menyatakan suatu hubungan
kausalitas, namun untuk menerima atau menolak
hubungan sebab akibat secara teoritis melalui uji data
empiris, studi yang mendalam mengenai teori yang
berkaitan menjadi model dasar untuk pengujian aplikasi
SEM.
3. Metodologi Penelitian
3.1 Instrumen Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari :
a. Konstruk Eksogenous (Exogenous Constructs)
Konstruk ini dikenal sebagai sources variables atau
independen variabel yang tidak diprediksi arau
dipengaruhi oleh variabel yang lain dalam model.
Pada penelitian ini konstruk eksogenous meliputi
Perceived Ease of Use (PEOU) yaitu suatu tingkatan
dimana seseorang percaya bahwa sebuah teknologi
dapat dengan mudah digunakan.
b. Konstruk Endogen (Endogenous Constructs)
Adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau
beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat
memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen
lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat
berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Pada
penelitian ini konstruk endogen meliputi Perceived
Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU),
Behavioral Intention To Use (BITU) dan Actual Use
(AU).
Berdasarkan variable laten yang dikembangkan
dari teori maka terbentuk model teoritis seperti yang
dijelaskan berikut ini :
1. Perceived Ease of Use (PEOU) meliputi :
Fleksibilitas penggunaan video conference
(X1)
Video conference mudah untuk
dipelajari/dipahami (X2)
Video conference mudah untuk digunakan
(X3)
Kemudahan untuk berinteraksi saat
menggunakan video conference (X4)
2. Perceived Usefulness (PU) meliputi :
Video conference mempertinggi efektivitas
(Y1)
Video conference memberikan apa yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran (Y2)
Video conference meningkatkan kinerja (Y3)
Video conference meningkatkan efisiensi (Y4)
3. Attitude Toward Using (ATU) meliputi :
Rasa penerimaan terhadap penggunaan video
conference (Y5)
Rasa pemolakan terhadap penggunaan video
conference (Y6)
4. Behavioral Intention to Use (BITU) meliputi :
Motivasi untuk tetap menggunakan video
conference (Y7)
Motivasi ke sesama pengguna video conference
(Y8)
4
5. Actual Use (AU) meliputi kepuasan penggunaan
video conference (Y9)
Hipotesis umum dari penelitian ini adalah :
Faktor-faktor dari model penerimaan yang digunakan
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan
pengguna media video conference.
Pengembangan hipotesis berdasarkan kostruksi-
konstruksi yang ada adalah sebagai berikut :
Hipotesis 1
H1,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh
terhadap persepsi kegunaan (PU)
H1,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak
berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (PU)
Hipotesis 2
H2,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh
terhadap sikap penggunaan (ATU)
H2,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak
berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU)
Hipotesis 3
H3,1 = persepsi kegunaan (PU) berpengaruh terhadap
sikap penggunaan (ATU)
H3,0 = persepsi kegunaan (PU) tidak berpengaruh
terhadap sikap penggunaan (ATU)
Hipotesis 4
H4,1 = sikap penggunaan (ATU) berpengaruh terhadap
minat penggunaan (BITU)
H4,0 = sikap penggunaan (ATU) tidak berpengaruh
terhadap minat penggunaan (BITU)
Hipotesis 5
H5,1 = sikap penggunaan (BITU) berpengaruh terhadap
minat penggunaan (AU)
H5,0 = sikap penggunaan (BITU) tidak berpengaruh
terhadap minat penggunaan (AU)
Model yang digunakan adalah model yang
terdapat pada gambar 2.1, sample dari penelitian ini
sebanyak 36 orang siswa yang belajar dengan
menggunakan media video conference.
3.2 Teknik Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
metode Structural Equation Model dengan
menggunakan perangkat lunak (software) AMOS 18,
berikut ini tahapan prosesnya, (Widodo, 2006) :
1. Pengembangan model berdasarkan teori
2. Pengembangan diagram lintasan (path diagram)
3. Pemilihan data input dan teknik estimasi
4. Evaluasi masalah identifikasi model
5. Evaluasi Asumsi dan Kesesuaian model
6. Interpretasi dan modifikasi model
4. Analisis dan Interpretasi
Observed, endogenous variables dalam model ini
antara lain X1, X2, X3, X4, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6,
Y7, Y8, Y9. Unobserved, endogenous variablesnya
terdiri dari PU, ATU, BITU dan AU. Serta Unobserved,
exogenous variablesnya terdiri dari e1, e2, e3, e4, e5,
e6, e7, e8, e9, e10, e11, e12, e13, e14, e15, e16, dan
e17.
Hasil perhitungan model awal menunjukkan
masih terdapat data yang memiliki nilai Probabilitas (P)
yaitu P1 atau P2 < 0.05 atau mengalami outlier
sehingga perlu dilakukan pembersihan data sampai
memenuhi syarat ketentuan normalitas data yakni -2.58
< c.r
5
Goodness of Fit atau nilai acuan persamaan model
struktural yang ditetapkan.
Nilai Probabilitas model sebesar 0.000,
CMIN/DF sebesar 2,400 masih lebih besar dari 2,00.
Nilai GFI sebesar 0,601 masih belum mendekati 1, nilai
AGFI sebesar 0,522 masih belum mendekati 1, nilai
RMSEA sebesar 0,203 masih lebih dari 0,08, nilai TLI
sebesar 0,456 masih belum mendekati 1 dan nilai CFI
sebesar 0,470 masih belum mendekati 1.
Karena model belum fit maka dilakukan
modifikasi berdasarkan modification indices yang
diberikan AMOS. Berikut ini hasil perhitungan
komputesi setelah model dimodifikasi :
Gambar 3.2 Modifikasi 1 model lengkap penerimaan
teknologi video conference
Model modifikasi 1 ini juga belum fit sehingga
dilakukan modifiasi yang signifikan terhadap model
tersebut berdasarkan kecenderungan modification
indices yang muncul. Model modikasi tersebut adalah :
Gambar 3.3 Model Penerimaan hasil modifikasi
ke-2
Perubahan yang dilakukan membuat observed
variable menjadi X1, X2, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7,
Y8. Unobserved variable untuk variable endogen
(terikat) tetap PU, ATU, BITU, AU. Dan Unobserved
variable untuk variable eksogen (bebas) yaitu e1, e2,
e3, e4, e5, e6, e7, e8, e9, e10, e11, e12, e13, e14.
Setelah data terbebas dari data yang outlier hasil
uji normalitas data menunjukkan nilai -0,792 yang
berarti data terdistribusi normal. Hasil dari perhitungan
menghasilkan nilai dan diagram berikut :
6
Gambar 3.4 Model penerimaan video conference
hasil modifikasi ke-3
Model masih memiliki nilai Probabilitas,
CMIN/DF, GFI, AGFI, RSMEA, TLI dan CFI yang
tidak sesuai standar maka modifikasi dilakukan kembali
berdasarkan Modification Indices yang dihasilkan
AMOS. Sehingga menghasilkan diagram berikut :
Gambar 3.5 Model penerimaan video conference
modifikasi ke-4
Sampai pada tahap ini modifikasi tidak dapat lagi
dilakukan meskipun modification indices masih
mengindikasinya beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk memodifikasi model, jika modifikasi tetap
dilakukan maka matriks covarian e5, e6, dan e8 akan
kembali menjadi tidak positif, jika memodifikasi
melalui pembuatan keterhubungan antarvariable maka
nilai TLI dan CFI akan menjadi buruk > 1, serta nilai
RSMEA menjadi 0,000.
Berdasarkan uji kesesuaian model, model
penerimaan video conference modifikasi ke-4 sudah fit
secara baik dengan nilai yang sudah sesuai dengan nilai
acuan persamaan model struktural seperti yang
diringkas dalam tabel berikut :
Tabel 3.1 Hasil Goodness of Fit Model
Indeks Cut off Value Hasil Evaluasi
Model
Chi Square Mendekati 0 39,503 Marginal
Probability 0,05 0,359 Baik
CMIN/DF 2,00 1,068 Baik
GFI Mendekati 1 0,816 Baik
AGFI Mendekati 1 0,726 Baik
RMSEA 0,08 0,021 Baik
TLI Mendekati 1 0,975 Baik
CFI Mendekati 1 0,980 Baik
Hasil uji model modifikasi ini lebih baik
dibandingkan model awal, sehingga model ini lah yang
diterima sebagai model penerimaan penggunaan video
conference dalam proses pembelajaran.
Uji Kesahihan Konvergen
Tabel 3.2 Bobot regresi pada faktor
Estimate S.E. C.R. P
x1
7
yang tidak sahih karena nilainya tidak lebih besar dari
dua kali standar kesalahan (standar error).
Analisis Model Grafis
Besarnya pengaruh masing-masing variabel laten secara
langsung (standardized direct effect) maupun tidak
langsung (standardized indirect effect) serta efek total
(standardized total effect) yang diringkas dalam tabel
berikut :
Tabel 3.3 Efek langsung, efek tidak langsung dan efek
total
Variabel Efek
langsung
Efek tidak
langsung
Efek
total
Persepsi
kemudahahan
penggunaan
(PEOU)
Persepsi
kegunaan (PU)
0,821 0,000 0.821
Persepsi
kemudahahan
penggunaan
(PEOU)
Sikap terhadap
penggunaan
teknologi
(ATU)
0,141 0,547 0,688
Persepsi
kemudahahan
penggunaan
(PEOU)
Minat perilaku
menggunakan
teknologi
(BITU)
-0,079 0,431 0,352
Persepsi
kemudahahan
penggunaan
(PEOU)
Penggunaan
teknologi
seseungguhnya
(AU)
0,609 0,175 0,784
Persepsi
kegunaan (PU)
Sikap
terhadap
penggunaan
teknologi
(ATU)
0,667 0,000 0,667
Sikap terhadap 0,627 0,000 0,627
penggunaan
teknologi
(ATU)
Minat perilaku
menggunakan
teknologi
(BITU)
Minat perilaku
menggunakan
teknologi
(BITU)
Penggunaan
teknologi
seseungguhnya
(AU)
0,497 0,000 0,497
Nilai utama yang akan digunakan untuk
mengetahui faktor penerimaan dalam model ini adalah
efek langsung (direct effect) yang tertera pada gambar
diagram, karena nilai tersebut menggambarkan kisaran
keterkaitan suatu variable secara langsung.Berdasarkan
nilai efek langsung yang dihasilkan faktor atau
konstruksi yang secara langsung berkaitan dengan
persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) adalah
persepsi kegunaan (PU) dan penggunaan sesungguhnya
(AU). Keterkaitan lain yang terjadi adalah antara faktor
persepsi kegunaan (PU) dengan faktor Sikap terhadap
penggunaan teknologi (ATU), dengan faktor Sikap
terhadap penggunaan teknologi (ATU) dengan faktor
minat perilaku menggunakan teknologi (BITU), serta
faktor minat perilaku menggunakan teknologi (BITU)
dengan faktor penggunaan sesungguhnya (AU).
Sementara itu faktor Sikap terhadap penggunaan
teknologi (ATU) dan faktor minat perilaku
menggunakan teknologi (BITU) hanya memberikan
pengaruh secara tidak langsung terhadap faktor persepsi
kemudahan penggunaan (PEOU).
Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi penelitian saat
pembelajaran dengan menggunakan media video
conference kondisi kelas saat pembelajaran bisa
dikatakan kondusif, dan proses pembelajaran berjalan
lancar. Gambar dan suara dapat diterima dengan jelas
guru dan siswa dapat berkomuniksi dengan baik.
Uji Hipotesis
Hipotesis 1
H1,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh
terhadap persepsi kegunaan (PU)
H1,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak
berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (PU)
8
Nilai keterkaitan antara PEOU dengan PU adalah
sebesar 0,821 > 0.5 berarti H1,1 diterima dan H1,0
ditolak.
Hipotesis 2
H2,1 = kemudahan penggunaan (PEOU) berpengaruh
terhadap sikap penggunaan (ATU)
H2,0 = kemudahan penggunaan (PEOU) tidak
berpengaruh terhadap sikap penggunaan (ATU)
Nilai keterkaitan antara PEOU dengan ATU adalah
sebesar 0,141 < 0.5 berarti H2,1 ditolak dan H2,0
diterima.
Hipotesis 3
H3,1 = persepsi kegunaan (PU) berpengaruh terhadap
sikap penggunaan (ATU)
H3,0 = persepsi kegunaan (PU) tidak berpengaruh
terhadap sikap penggunaan (ATU)
Nilai keterkaitan antara PU dengan ATU adalah sebesar
0,667 > 0.5 berarti H3,1 diterima dan H3,0 ditolak.
Hipotesis 4
H4,1 = sikap penggunaan (ATU) berpengaruh terhadap
minat penggunaan (BITU)
H4,0 = sikap penggunaan (ATU) tidak berpengaruh
terhadap minat penggunaan (BITU)
Nilai keterkaitan antara ATU dengan BITU adalah
sebesar 0,627 < 0.5 berarti H4,1 diterima dan dan H4,0
ditolak.
Hipotesis 5
H5,1 = sikap penggunaan (BITU) berpengaruh terhadap
minat penggunaan (AU)
H5,0 = sikap penggunaan (BITU) tidak berpengaruh
terhadap minat penggunaan (AU)
Nilai keterkaitan antara BITU dengan AU adalah
sebesar 0,50 > 0.5 berarti H5,1 diterima dan dan H5,0
ditolak.
Selain itu ditemukan keterkaitan lain yakni
antara variabel persepsi kemudahan (PEOU) dengan
penggunaan sesungguhnya (AU) dengan nilai efek
langsung sebesar 0,61 > 0,5. Meskipun telah dibuat
keterkaitan langsung antara variable persepsi
kemudahan (PEOU) dengan variable sikap penggunaan
(BITU) tetapi ternyata BITU tidak memberikan
pengaruh langsung yang signifikan terhadap PEOU,
yakni senilai -0,079 < 0.5.
Berdasarkan hasil perhitungan komputasi
dengan menggunakan software AMOS serta analisis
yang dilakukan terhadap hasil perhitungan tersebut
empat dari lima hipotesis yang ada diterima dan satu
hipotesis ditolak. Hal ini berarti hipotesis umum dari
penelitian ini ditolak karena ternyata tidak semua
faktor-faktor dari model penerimaan yang digunakan
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan
pengguna media video conference.
Dari model yang telah fit dapat disimpulkan
bahwa kondisi nyata penggunaan media video
converence dalam proses pembelajaran jarak jauh yang
diinterpretasikan oleh variabel penggunaan
sesungguhnya (AU) dipengaruhi oleh dua hal yakni
persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) dan minat
perilaku menggunakan teknologi (BITU).
Dari hasil perhitungan yang ditampilkan dalam
diagram diketahui tingkat penerimaan siswa terhadap
penggunaan video conference dalam proses
pembelajaran adalah sebesar 85%, motivasi siswa untuk
tetap menggunakan media video conference sebesar
77% dan kepuasan siswa saat menggunakan media
video conference yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah sebesar 79%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
video conference diterima dengan baik oleh siswa
sebagai media untuk pembelajaran jarak jauh, tetapi
motivasi dan kepuasan siswa dalam menggunakan
media tersebut masih kurang sehingga perlu dilakukan
peningkatan kualitas dari media video conference yang
digunakan.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rangkaian kegiatan penelitian yang
telah dilakukan, terdapat beberapa hal penting yang
dapat disimpulkan, hal-hal tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
penggunaan video conference adalah faktor
persepsi kemudahaan penggunaan (Perceived easy
of use/PEOU), faktor persepsi kegunaan (perceived
usefullness/PU), faktor sikap terhadap penggunaan
teknologi (attitude towards using/ATU), dan faktor
minat perilaku penggunaan teknologi (behavioural
intention to use/BITU).
a. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap
kondisi nyata (actual use/AU) dari
penggunaa media video conference adalah
persepsi kemudahan penggunaan (Perceived
easy of use/PEOU) dan minat perilaku
menggunakan teknologi (behavioural
intention to use/BITU).
b. Untuk meningkatkan penerimaan siswa
terhadap penggunaan media video conference
9
dalam proses pembelajaran jarak jauh maka
perlu dilakukan peningkatan kemudahan
penggunaan media video converence serta
minat siswa untuk menggunakan media
tersebut.
2. Faktor-faktor yang berhubungan atau berpengaruh
secara signifikan berdasarkan model fit adalah
antara faktor persepsi kemudahan penggunaan
(Perceived Easy of Use) terhadap faktor persepsi
kegunaan (Perceived Usefullness), faktor persepsi
kemudahan penggunaan (Perceived Easy of Use)
terhadap faktor penggunaan teknologi
sesungguhnya (Actual Use), faktor persepsi
kegunaan (Perceived Usefullness) terhadap faktor
sikap terhadap penggunaan teknologi (Attitude
Towards Using), faktor sikap terhadap penggunaan
teknologi (Attitude Towards Using) terhadap
faktor minat perilaku menggunakan teknologi
(Behavioural Intention to Use), dan minat perilaku
menggunakan teknologi (Behavioural Intention to
Use) terhadap faktor penggunaan teknologi
sesungguhnya (Actual Use).
a. Penerimaan penggunaan video conference
dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh
adanya keterkaitan antara faktor minat
perilaku penggunaan teknologi, sikap
terhadap penggunaan teknologi, persepsi
kegunaan dan persepsi kemudahan
penggunaan dari teknologi video conference
tersebut.
b. Media video conference akan diterima
dengan baik oleh siswa apabila siswa
memiliki keinginan untuk menggunakan
media dan memotivasi rekannya untuk
belajar dengan baik saat menggunakan media
tersebut, motivasi ini akan dipengaruhi oleh
rasa penerimaan dan penolakan yang muncul
terkait dengan kemampuan media untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran serta memberikan apa yang
dibutuhkan siswa saat belajar di kelas.
c. Keterkaitan lain menunjukkan bahwa
penggunaan media video conference juga
dipengaruhi oleh fleksibilitas media,
kemudahan media untuk dipahami dan
digunakan serta kemampuan media untuk
memberikan kemudahan interaksi dan
komunikasi langsung antara guru dan siswa
meskipun keduanya berada di tempat yang
berbeda.
5.2 Saran
1. Media video conference yang digunakan
dalam proses pembelajaran haruslah mudah
untuk digunakan agar siswa maupun guru
tidak merasa ribet saat menggunakan media
tersebut dan siswa dapat belajar dengan
nyaman tanpa merasa risih.
2. Minat siswa terhadap penggunaan video
conference dapat ditingkatkan dengan
memberikan siswa berbagai manfaat dan
kemudahan dalam menerima materi
pelajaran, memahami instruksi yang
disampaikan pengajar dan berkomunikasi
dengan pengajar.
3. Bagi pihak sekolah atau lembaga yang
menggunakan media video conference
direkomendasikan untuk lebih
memperhatikan infrastruktur yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan media
tersebut dengan menyesuaikan spesifikasi
komputer server, komputer client dan
bandwidthnya.
4. Bagi guru yang mengajar
direkomendasikan agar tetap bersikap
komunikatif dengan siswa, peka dan
menguasai keadaan kelas melalui video
yang ia terima dari ruang siswa agar siswa
tetap merasa dibimbing dan diawasi
gurunya, menggunakan metode
penyampaian materi yang lebih jelas dan
menarik, serta menghadirkan seorang guru
pendamping untuk memantau keadaan
siswa di dalam kelas secara langsung.
5. Bagi pengembang software media video
conference perlu dilakukan pengembangan
lebih lanjut berkaitan dengan kemudahan
dalam proses instalasi software, kemudahan
penggunaan fitur-fitur software,
kelengkapan fitur-fitur yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran serta kestabilan
software pada saat digunakan agar
teknologi video conference ini menjadi
media yang benar-benar memudahkan
proses pemerataan jangkauan pendidikan
ke berbagai daerah.
6. Bagi peneliti kajian di bidang ini
selanjutnya penulis merekomendasikan
untuk merancang dan menguji model
penerimaan baru yang dibangun dari
konstruksi dasar Technology Accepted
Model (TAM) ditambah dengan
10
konstruksi/faktor lain yang menurut
peneliti berpengaruh dan memiliki dasar
teori yang menjadi alasan kuat
ditambahkannya konstruksi atau faktor
tersebut.
Daftar Pustaka
__ Konferensi video. http:// www.Wikipedia.com. [7
Juni 2010]
__Pengertian Interaksi Manusia-Komputer. http://
www.Wikipedia.com. [7 Juni 2010]
__Pengenalan Path Analysis & SEM. (2009). [online].
http://leoriset.blogspot.com/2009/07/pengenalan-
path-analysis-sem. [2 Juli 2010]
Andriyani Dwi. S.ST. (2010). Pengenalan Structural
Equation Modeling. [online].
http://www.infoskripsi.com/Theory/Structural-
Equation-Modelling-SEM. [2 Juni 2010]
Budi. (2010). Sekilas Tentang Technology Acceptance
Model (Tam). [online].
http://www.google.co.id/search?q=langkah-
langkah+metode+TAM&ie=utf-8&oe=utf. [2
Juni 2010]
Hermawan Arif. (2010). Pengembangan Model
Penerimaan Penggunaan Internet Mahasiswa
Program Studi Manajeman Informatika DIII
Universitas Teknologi Yogyakarta. Yogyakarta :
Yogyakarta University of Technology.
Malhotra Yogesh, Galletta F. Dennis. (1999). Extending
the Technology Acceptance Model to Account for
Social. Hawaii International Conference on
System Sciences. University of Pittsburgh &
BRINT Research Institute.
Marzuki, C. 1999. Metodologi Riset. Jakarta: Erlangga.
Munir.Dr. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.
Munir.Dr. (2009). Penggunaan Learning Manajement
System (LMS) di Perguruan Tinggi : Studi Kasus
di Universitas Pendidikan Indonesia. Yogyakarta
: Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY &
LPM Universitas Negeri Yogyakarta.
Munir.Dr. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung :
Alfabeta.
Prasetyo Bambang, Jannah M. Lina. (2005). Metode
Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Rajawali Pers.
Wibowo Arief. (2008). Kajian tentang perilaku
pengguna sistem informasi Dengan pendekatan
technology acceptance model (tam). [online].
http://peneliti.bl.ac.id/wpcontent/uploads/2008/0
2/arif+wibowo.pdf. [2 Juni 2010]
Wijaya Toni. (2009). Analisis Structural Equation
Modeling Menggunakan AMOS. Yogyakarta :
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Wijaya Wisnu Stevanus. (2010) Kajian Teoritis
Technology Acceptance Model Sebagai Model
Pendekatan Untuk Menentukan Strategi
Mendorong Kemauan Pengguna Dalam
Menggunakan Teknologi Informasi Dan
komunikasi. wisnuwijaya@students.itb.ac.id
Yuadi Imam. (2010). Analisis Technology Acceptance
Model terhadap Perpustakaan Digital dengan
Structural Equation Modeling. Departemen Ilmu
Informasi dan Perpustakaan.
Zenever Sisilia. (2010). Implementasi Penggunaan Dan
Pemanfaatan Video Conference Pada Perguruan
Tinggi Negeri Di Indonesia. Bandarlampung.