Post on 29-Nov-2014
description
1
TEORI-TEORI ALIRAN KLASIK
Elkana Goro Leba
Para teoritikus tipe 1, dikenal juga sebagai aliran klasik, mengembangkan prinsip atau model
universal yang dapat digunakan pada semua keadaan. Para ahli yang menganut aliran ini antara
lain :
1. Frederik Taylor
Ia mengusulkan 4 prinsip scientific management, yang menurutnya akan menghasilkan
kenaikan yang berarti dalam produktivitas, yaitu:
a) Penggantian metode.
b) Seleksi dan pelatihan para pekerja secara ilmiah.
c) Melakukan kerjasama antara manajemen dan buruh untuk menyelesaikan tujuan.
d) Pembagian tanggung jawab yang lebih merata.
Taylor juga hanya melihat pengorganisasian pekerjaan pada tingkat yang paling rendah
dari organisasi. Walaupun berfokus pada segmen yang terbatas dari aktifitas organisasi,
ia telah merenovasi pekerjaan seorang manajer. Jadi Taylor menjelaskan bahwa, bahwa
manajer harus mempelajari dengan hati-hati cara terbaik untuk melaksanakan suatu
pekerjaan untuk memaksimalkan efisiensi. Selain itu sebagai manajer mempunyai
tanggung jawab secara eksplisit untuk menyeleksi, melatih, dan memotivasi para pekerja
guna memastikan bahwa cara yang mereka ikuti adalah yang terbaik.
2. Henry Fayol
Henry Fayol memiliki focus yang berbeda dengan Frederik Taylor. Ide-ide Taylor
didasarkan atas penelitian ilmiah, sedangkan fayol atas dasar pengalamannya bertahun-
tahun sebagai praktisi eksekutif.
Ia mengusulkan 14 prinsip, yaitu :
a) Pembagian Kerja
b) Wewenang
c) Disiplin
2
d) Kesatuan Komando
e) Kesatuan Arah
f) Mendahulukan Kepentingan Umum
g) Imbalan Jasa
h) Sentralisasi
i) Rantai Skalar
j) Tata Tertib
k) Keadilan
l) Stabilitas Masa Kerja Para Pegawai
m) Inisiatif
n) Semangat Koorps
3. Max Weber
Ia mengusulkan Struktur Organisasi “tipe ideal”. Ia mengatakan bahwa struktur ideal
sebagai birokrasi. Struktur ideal tersebut memiliki cirri-ciri : adanya pembagian kerja,
adanya hierarki wewenang yang jelas, adanya prosedur seleksi yang formal, adanya
peraturan yang rinci, serta adanya hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan
pribadi.
4. Ralph Davis
Mengatakan bahwa, struktur merupakan hasil logis dari tujuan-tujuan organisasi. Selain
itu ia juga mengatakan bahwa, tujuan utama sebuah perusahaan adalah pelayanan
ekonomis. Nilai ekonomis dikembangkan melalui aktifitas yang dilakukan oleh para
anggotanya untuk menciptakan produk atau jasa organisasi. Aktivits-aktivitas tersebut
kemudian menghubungkan tujuan organisasi dengan hasilnya. Adalah pekerjaan manajer
untuk mengelompokkan aktivitas-aktivitas tersebut sedemikian rupa sehingga
membentuk struktur organisasi. Ia kemudian berkesimpulan bahwa dngan demikian
struktur organisasi bergantung pada tujuan-tujuan organisasi.
3
TEORI KLASIK TENTANG BIROKRASI, UNSUR-UNSUR,
DAN FUNGSI
A. PERKEMBANGAN TEORI KLASIK
Pengkajian tentang organisasi, walaupun berlangsung dalam suatu pengertian yang
formal dan tersebar secara luas hanya dalam decade-dekade yang belakangan ini saja, dalam
banyak hal merupakan sesuatu yang sudah benar-benar tua. George telah mengemukakan
beberapa bab untuk menjelaskan tentang berbagai unsure teori oengorganisasian yang telah
dilahirkan selama beberapa ribu tahun yang lampau.
Pada akhir 1800-an sekumpulan konsep tentang pengorganisasian, sekarang dikenal
teori klasik, mulai dikembangkan secara ekstensip. Dan pengaruh tepri klasik yang kuat
mengenai pengorganisasian tersebut tetap sangat besar efeknya dapat terlihat dalam berbagai
seluk beluk organisasi yang sebenarnya. Tentunya, konsep-konsep yang klasik dari
pengorganisasian dapat dinilai dalam derajat yang besar atas keberadaan organisasi yang
kompleks, yang dalam banyak cara telah membuatnya dan kemungkinan jadi peradaban yang
mutakhir.
Pengorganisasian yang berdasarkan birokrasi dan beberapa komponen yang lainya dari
teori klasik yang keberadaanya telah terdapat pada ribuan tahun. Sperti contohnya , adanya
birokrasi besar pada zaman mesir kuno yang dikembangkan sepenuhnya di cina dan juga
dikerajaan romawi. Gereja katholik romawi telah memanfaatkan beberapa unsure dari teori
klasik itu untuk hamper selama 2000-an. Jadi konsep-konsep klasik dan pemakaianya telah
berlangsung meliputi beberapa abad. Sebelumnya walaupun konsep-konsep klasik sering
digunakan, telah dilakukan sedikit penelitian umum mengenai hal terswebut.
Teori klasik berkembang dalam tiga jalur yaitu birokrasi, teori administrasi, menajemen
ilmiah. Ketiga jalur ini dapat kita peroleh jika ingin mengetahuinya, pada asumsi yang sama.
Ketiganya dikembangkan dengan perkiraan waktu yang sama (kira-kira antara tahun 1900-1950).
4
Ketiganya, bagi tujuan pegkajian kita, sangat berhubungan erat sehingga dapat dianalisa secara
bersama, hamper bagaikan suatu penganalisahan. Selama beberapa decade ini para ahli teori
administrasi dan menajamen secara ilmiah telah membaca hasil kerja satu sama lain, akan tetapi
suatu kekosongan komunikasi yang kuas rupanya tetap ada, dalam kedua tujuanya yaitu antara
para ahli teori birokrasi dan kedua golongan lainya. Misalnya, Lyndall Urwick, seorang teoriwan
administarasi yang unggul, menulis bahwa ia tidak pernah mengatahui Max Weber, yang
barangkali merupakan penulis penting mengenai birokarasi itu.
Birokrasi telah dikembangkan berbagai bagian oleh para ahli sosiologi, yang secara
luas mengusahakan menjadi sesuatu yang ilmiah, memisahkannya, dari segi pandangan yang
deskriptif. Teori administrative dan manajemen secara ilmiah pada pihak yang lain,
dikembangkan oleh para penulis yang kepentingannya pertama-tama adalah pada perbaikan
prakteknya secara langsung dengang perbandingan, mengutamakan terhadap jalannya
manajemen secara ilmiah terletak pada pekerja secara individu dan mandornya, teristimewa pada
kegiatan manuafktur. Para penulis manajemen secara ilmiah mengambil suatu sudut pandangan
yang mikro, dengan memperhatikan bahkan menitik beratkan unsure mikro yang sedemikian
rupa sebagai unit elemen dalam proses kerja.
Istilah yang banyak dipakai untuk mengatakan tentang pandangan organisasi klasik
ialah struktur oargnisasi yang formal.pandagan klasik ini agaknya memberikan suatu definisi
bagi sebuah organisasi. Sebuah organiasi merupakan struktur dari hubungan-hubungan,
kemampuan, tujuan, peranan, kegiatan, komunikasi dan factor lainnya yang ada pada saat orang-
orang sedang melakukan tugasnya secara bersama.
Birokrasi, teori administratip dan manajemen secara ilmiah merupakan tiga jalur dari
perkembangan teori klasik yang telah menjelaskan tentang segi pandangan ini. Bahwa pda ketiga
jalur organisasi ini telah diketahui dalam tingkatan yang besar sebagai struktur yang mekanis.
Adalah sangat mengherankan, bahwa sebelumnya dinyatakan ketiga jalur tersebut sebagai suatu
pengembangan pada tingkatan yang luas secara bebas.
B. KELAZIMAN BIROKRASI
Bayangkan jika organisasi manusia itu tanpa struktur, tanpa kestabiIan dan tanpa
peraturan. Tentunya akan menderita kekacau baluan. Untuk menanggulangi apa yang sebaliknya
5
akan membingungkan — orang telah menciptakan birokrasi untuk memmeri organisasinya (dan
dengan demikian juga pada tingkatan yang luas itu sendiri) struktur, kestabilan dan peraturan.
Suatu nama dan bukan julukan , birokrasi itu merupakan atau menunjukkan suatu
hirarki yang terintegrasi dan jahatan khusus yang dihatasi dc ngan aturan—aturan yang
sistematis — suatu struktur rutin yang tidak mengenai orang tertentu di mana di dalamnya
kewenangan yang disahkan menenteramkan jabatan atau perkantoran dan bukan pada seseorang
yang sedang memegang jabatan itu. Birokrasi itu banyak didapat dalam organisasi politik,
keagamaan, perdagangan, militer, pendidikan dan organisasi lainnya. Studi yang sistematik
mengenai organisasi yang birokratis itu tertunda sehingga sampai saatnya abad yang sekarang
ketika Max Weber menggambarkan pandangan birokrasinya yang ideal. Akan tetapi susunan
dengan sifat-sifat yang ditaksirkan pada birokrasinya Max Weber yang ideal itu hanyalah
terdapat pada suatu jumlah peradaban dan itupun beribu-ribu tahun yang lampau. Beberapa di
antara konsep-konsepnya yang sama digunakan dalarn organisasj.organisasi yang mutakhir.
Barangkali banyak di antara dorongan untuk pembentukan dan usaha mempelajari
birokrasi muncul dari kompleksitas peradaban yang serba mutakhir ini.
Dalam peperangan zaman kuno . . . suatu kesehruhan balatentara seringkali dipimpin
atau dikoamanmdokan oleh seseorang secara manunggal dan kewenangannya secara luas dalam
suatu bentuk yang lengkap dan langsung sampai pada prajurit-prajurit dengan pangkat terbawah.
Hal ini dimungkinkan karena arena pertempuran secara keseluruhan berada dalam jangkauan
suara dan pandangan orang tersebut dan karena pada umumnya pelaksanaan seluruh siasat
balatentara dilakukan secara serempak.
Apa yang menjadi perbedaannya ketika itu dengan operasi perang mutakhir di mana
para ahli teknik yang khusus seringkali digabungkan pada satuan komando tertinggi dan
angkatan udara, laut, darat dan kekuatan setempat dan menyalurkan hirarki. Hal yang sama
seperti itu terdapat dalam suatu perusahaan, bagaimana hal itu (yang lain dan konsep-konsep
birokrasi) dapat mengkoordinasikan ribuan orang-orang yang tidak terhitung yang telah
menunjang atau memperbesar perusahaan perakit mobil? Suatu jaringan telepon dan rangkaian
toko-toko pengecer obat metupaican bagian dan keadaan di atas. Urwick, sehubungan dengan hal
itu telah menulis :
6
………bentuk birokrasi organisasi tidak dapat dihindari secara mutlak jika sistem kerja
sama manusia dikembangkan di bawah suatu ukuran (niiai) tertentu . . . (Birokrasj) didapat pada
kebanyakan bentuk kerjasama manusia yang berkembang di bawah kepemimpinan secara tatap
muka bagi sejumlah kecil mereka yang sulit diurus para pengikutnya secara individu.
Demikian pula Dimock membuat maksud yang serupa :
Kompleksitas itu menghasilkan birokrasi. Kalau kehidupan itu sederhana, kalau
hubungan antar perorangan itu adalah langsung serta kelembagaan itu kecil, maka individu
tersebut kemungkinan malas-malasan, acuh tak acuh atau bahkan bertindak lamban, tetapi jarang
anda akan mendapatkan (dalam hal ini) suatu situasi kelembagaan yang secara akurat dapat
dilukiskan, baik pada pengertian yang populer atau dalam sesuatu yang serba teknis akan seperti
birokratis yang kita gunakan itu. Dalam suatu lingkungan yang kompleks, bagaimanapun, maka
kelembagaan itu menjadi besar, hubungan antar perorangan, dan organisasi serta prosedur secara
sangat teliti ditentukan, dan birokrasi merupakan konsekuensi kelazimannya. Birokrasi tersebut
tidak dapat ditolak kecuali kalau penyebab yang menimbulkan kompleksitas itu dihilangkan.
Secara umum hal itu menjadi buruk hanya kalau kompleksitas dan perkiraannya memang sudah
menjadi buruk sifatnya.
Dalam pengertian yang populer kata birokrasi telah sering digunakan untuk mengkritik
kegagalan terhadap pemberian kewenangan dan pertanggungjawaban yang secara jelas,
kecurangan dan peraturan serta kerutinan yang tidak ditujukan kepada orang tertentu, para
pegawai yang melakukan kesalahan besar, penyelenggaraan yang lamban, pengelakan tanggung
jawab, prosedur dan perintah yang dipertengkarkan, penurunan usaha, pembangunan mercu suar,
terlalu banyaknya kekuasaan pada tangan orang atau orang-orang yang salah, pemborosan
sumber penghasilan dan kelembaman. Tentu ada benarnya bahwa masalah-masalah ini (dan
masih banyak lagi) secara sering ditemukan di dalam birokrasi. Kemungkinan kesemua ini sering
disebabkan atau menjadi lebih buruk oleh birokrasi. Tetapi dalam pengertian yang digunakan
dalam buku ini semuanya itu bukan birokrasi. Kesemuanya itu adalah patologis atau
penyelewengan fungsi birokrasi. Birokrasi dalam pengertian yang digunakan di sini, merupakan
suatu metode organisasi yang merupakan suatu Unsur yang mendasar dan peradaban yang
mutakhir. Rupanya yang tidak berhasil, oleh karenanya, dipetengkarkan bagaimana kita
seharusnya atau sebaiiknya untuk mengadakan birokrasi. Semua kekuatan tersebut dapat lebih
7
dimanfaatkan secara menguntungkan dalam pengertian birokrasi yang lebih baik dan dalam
menentukan bagaimana hal tersebut dapa diperbaiki.
Bennis meramalkan bahwa kematian birokrasi, akan meminta bahwa “dalam dua puluh
lima tahun berikutnya sampai lima puluh tahun, kita semua akan turut menyaksikan dan turut
berpartisipasi dalam keadaan berakhirnya birokrasi ……………“
Barangkali memang demikianm, meskipun Dennis bahkan menguraikan dengan kata-kata sendiri
komentar yang terkenal dan Winston Churchill terhadap demokrasi, menentukan pikiran atau
perasaan terhadap kejijikannya terhadap birokrasi dengan ucapan ini : “Kita dapat mengatakan
tentang birokrasi bahwa hal itu adalah teori organisasi yang mungkin paling buruk — (kecuali)
jika semua yang lain-lainnya sejauh mungkin telah dicoba (diusahakan)”.
Birokrasi layaknya sebagai suatu perasaan, tidak ada masalah sejauh mana hal itu
dibicarakan dimana deskripsinya rupa-rupanya tetap tidak Iengkap. Dalam banyak hal birokrasi
itu merupakan cara untuk mencari jalan keluar. Tentunya hal itu merupakan suatu keseluruhan
bidang studi dengan suatu literatur yang demikian ekstensif dan tetap dengan pertumbuhan yang
cepat sehingga seseorang dapat menekuni dan mempelajarinya dalam waktu yang panjang.
C. UNSUR-UNSUR BIROKRASI
Tidak dapat disangsikan lagi, unsur-unsur birokrasi itu merupakan bagian yang vital
dan organisasi petusahaan, pemerintah, pendidikan dan organisasj yang kompleks lainnya.
Sejumlah elemen-elemen yang lebih penting utau yang khusus dilukiskan di bawah ini. Suatu
efek dari elemen-elemen ini sampai kepada penyhusunan suatu organisasi seperti dilukiskan
pada batas pandangan klasik yang diberikan di atas. Unsur-unsur ini melukiskan yang
sebenarnya atau birikrasi yang dieal dalam pelaksanaan organisasi seringkali hanya menemukan
sebagian dari kriteria ini.
1. Hirarki (Urutan Kewenangan dalam Organisasi)
Dalam suatu birokrasi tujuan organisasi yang Iebih luas dibagi lagi ke dalam beberapa
sub tujuan. Kegiatan kerja untuk menyelesaikan tujuan ini secara khusus dirusak oleh spesialisasi
mungkin terhadap unit yang paling kecil. Berbagai kegiatan digabungkan lagi dengan penekanan
yang lebih berat pada Spesialisasi, dan ditujukan pada posisi yang spesifik. Kekuasaan dan
8
kewenangan didelegasikan secara menurun, dimulai dari puncak, dari setiap supervisor kepada
para bawahannya.
Setiap posisi melingkupi suatu bidang yang untuk mana Ia mempunyai batas kekuasaan
yang sempurna. Di sini terdapat bagian tugas yang jelas terbagi demikian pula kompetensi,
kewenangan, pertanggungjawaban dan komponen jabatan lainnya. Posisi yang mendasar atau
tingkat yang terendah dikelompokkan secara bersama dan ditentukan pada jabatan yang lebih
tinggi. Pada perubahan itu maka setiap jabatan pengawasan adalah di bawah pengendalian suatu
jabatan yang lebih tinggi. Setiap pegawai dipertanggungiawabkan pada pengawasnya, baginya
dan bagi pekerjaan para bawahannya yang berhubungan dengan berhagai kegiatan dan
keputusan. Kesemuanya dipertanggungiawabkan pada pejabat yang tertinggi di pusat dan hirarki
yang berbentuk piramid. Sehingga seluruh pelaksanaan diorganisasikan ke dalam hirarki yang
ditegaskan degan jelas dan yang tidak terputus-putus, berurutan. Setiap posisi adalah
bertanggngjawab terhadap berbagai kegiatan dimana hal tersebut dapat dilaksanakan atau
diawasi dengan sangat aik. Setiap yurisdiksi posisi secara umum ditegaskan dan satu sama lain
adalah berdiri sendiri. Demikianlah, bahwa hal itu tidak membagi yurisdiksi atau batas
kekuasaan dengan sesuatu poisisi lainnya (kecuali ke atas atau ke bawah dalam hirarki tersebut).
Melalui prosedur ini birokrasi menciptakan dasar hirarki klasik atau struktur suatu organisasi.
2. Kualitas Keahlian
Birokrasi mempunyai berbagai kualitas keahilan. Dalam hal ini terdapat penyeleksian
yang bebas yang didasarkan atas kemanpuan (kualifikasi teknis), atas latihan-latihan kejuruan
yang tinggi. Keterampilan dipelajarinya pada latihan-latihan kejuruan itu atau melalui
pengalaman. Mereka selanjutnya diniiai melalui test yang obyektif. Seorang pemegang jabatan
mengangkat seseorang secara sembarang, menyusun pedoman guna membagi pelaksanaan tugas-
tugas jabatannya dengan yang lain-Iainnya. Terdapat suatu kebebasan hubungan yang
berdasarkan kesepakatan antara pegawai (pejabat) dengan organisasinya. Seseorang memiliki
sejumlah kebebasan pribadinya, terutama pada bidang-bidang yang tidak berhubungan secara
langsung dengan pekerjaan, akan tetapi ia merupakan sasaran bagi penguasa dan terkendali pada
bidang tugas jabatannya. Ia harus berada dalam pengaturan organisasi yang lebih luas dan
seharusnya tidak merugikan organisasi dalam mengadakan kontak dengan masyarakat.
9
Pembayaran jasa-jasanya adalah dengan gaji yang pasti dan ditentukan dengan permintaan atau
tuntutan pekerjaan, bukan berdasarkan kesanggupan orang itu. Dalam perusahaan atau bidang
perusahaan yang banyak pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para manajer ahli
ketimbang oleh para Pemiliknya. Setiap pegawai ditetapkan dengan pengecualian yang sangat
penting dan pejabat pusat yang bertindak sebagai “pimpinan tertinggi dan organisasi yang
menguasai posisi kewenangannya dengan kebajikan atas pemberian, pemilihan atau telah
dicalonkan untuk pengganti”.
Aspek-aspek pekerjaan yang profesional dalam suatu birokrasi dapat dibedakan
terhadap suatu organisasi yang lebih tradisioniI di mana pimpinan bebas untuk memberikan
‘‘kelonggaran’’ pada dasar kesenangan atau ketidak senangan pribadinya. kesukaan atau ketidak
sukaan pribadinya, dengan menguba-ubah secara sungguh—sungguh, terutama dalam berganti-
gantinya pemberian, yang seringkali menjadi suatu sumber pendapatan/penghasilan yang teratur.
Karena besarnya kesempatan untuk penyalahgunaan dan pemerasan dalam penyesuaian diri yang
demikian, maka dalam organisasi yang tradisional banyak orang Iebih menyukai birokrasi.
3. Aspek-aspek Karier
Birokrasi mempunyai sejumlah aspek karier yang sangat erat hubungannya dengan dan
barangkali dalam beberapa keadaan yang meliputi unsure-unsur profesional yang baru
digambarkan itu. Jabatan merupakan satu-satunya yang lazim, tentunya yang utama dalam
pekerjaan. Pekerjaan itu merupakan karier dengan kedudukan tetap dan hak-hak pension.
Kenaikan pangkat didasarkan pada masa kerja yang lebih lama dan prestasi, yang diputuskan
dengan pertimbangan para pemimpin ataan. Pemecatan pegawai hanya dikarenakan sebab-sebab
yang obyektif. “Birokrasi itu meningkatkan ketenangan lapangan kerja”,dan untuk alas an dan
pertimbangan initelah dianjurkan agar organisasi sering-sering menarik orang-orang yang
menghargai ketenangan diatas segala-galanya.
4. Kekuasaan, Peraturan, dan Prosedur
Dalam suatu birokrasi keputusan diatur oleh suatu system yang abstrak yang sesuai
dengan kekuasaan, peraturan, dan prosedur. Perilaku merupakan sasaran dari disiplin dan
pengendalian yang sistematik. Tujuan yang rasional berdasarkan pada hal-hal yang umum dan
10
dimintanya factor-faktor yang abstrak. Penggunaan yang besar diperuntukkan berbagai catatan
dan arsip, yang memberikan kenaikan akibat seringnya terdapat kekhususan birokrasi yang
mengurus keputusan ini. Penggunaan secara paksa dan kekuasaan dibatasi dengan tegas, yang
didasarkan pada peraturan-peraturan organisasi. Secara ringkasnya, seoarang birokrat selalu
mengusahakan rasionalitas, rutinisasi, obyektifitas, dan kelangsungan hidup organisasinya.
5. Kekuasaan dan Kewenangan yang Legal
Dalam suatu birokrasi kewenangan dan kekuasaan menentramkan kelembagaan atau
jabatan. Seseorang yang memegang suatu jabatan, kekuasaan yang ia gunakan adalah sah dalam
jabatan itu, yaitu kekuasaan tersebut tidak tergantung kepada pribadinya, melainkan hal itu
merupakan bagian dari jabatan yang didudukinya. Karena pemegang jabatan adalah yang dipilih
berdasarkan kemampuan teknisinya, ia memegang dan menggunakan pengaruhnya sehubungan
dengan keahliannya itu. Pejabt tertinggi merupakan suatu pengecualian, ia mungkin memegang
kekuasaan itu melalui pemilihan, pemberian atau penggantian.
6. Sifat yang Normatif pada Birokrasi
Barangkali sesuatu hal atau masalah yang sangat penting yang selalu bertahan dalam
fikiran tentang birokrasi yaitu sesuatu model yang normatif. Ini bukan merupakan produk alami,
agaknya hal ini merupakan suatu ciptaan manusia, model organisasi yang berhubungan dengan
konsepsi. Suatu analisa yang tidak memihak oleh karenanya telah diprsiapkan. Sebagai suatu
model yang normative birokrasi itu tidak melukiskan terutama organisasi-organisasi khusus yang
ada. Penekanan atau perhatian berlebihan pada pembuatan suatu pola organisasi yang ideal
(normative) yang disesuaikan dengan dan pelaksanaan asumsi tertentu serta nilai-nilai. Weber
menuliskan : Pada kemurnian konsepsinya, konsepsi mental itu ( birokrasi 0 tidak dapat
ditemukan secara nyata dimanapun. Hal itu merupakan sesuatu yang diidam-idamkan.
Seperti yang diuraikan persons, “Pada umumnya metodologi Weber adalah penyesuaian secara
normative”. Pelakunya tidak hanya diperlakukan sebagai penanggap terhadap dorongan, akan
tetapi sebagai pembuat suatu “karya” untuk menyesuaikan diri dengan ‘impian” tertentu dari
pola-pola yang actual, dari tingkah laku dengan kemungkinan bahwa karya-karyanya itu hanya
sebagian yang akan mencapai keberhasilan. Tipe yang ideal selanjutnya, tidak hanya merupakan
11
sesuatu yuang abstraksi , melainkan suatu jenis abstraksi yang khusus. Hal ini merumuskan
keadaan dimana pola yang normative atau yang ideal diikutsertakan dengannya.
Dalam metodologinya birokrasi tersebut dapat dibandingkan dengan manusia ekonomis yang
sudah sering kita jumpai dalam teori ekonomi.
Batas yang membagi uraian tentang birokrasi seperti suatu ketentuan dari apa yang kadang
kadang seharusnya telah mengakibatkan sesuatu menjadi tidak jelas sama sekali,yang kadang-
kadang ketidakjelasan itu berada tidak pada keseluruhannya. Demikian cepatnya orang-orang
berbuet untuk memuji atau menjatuhkan unsur unsurbirokrasi pada organisasi. Sebagian besar
barang kali pertimbangan itu adalah disebabkan kebingungan atau kekacauan yang pada
umumnya terdapat disekeliling subjek ini yang dapt diketahui, patut dijelaskan, dengan
meningkatkannya bahwa para ahli sosiologi yang kesarjanaannya obyektif terutama seperti yang
diorientasikan pada gambaran yang mereka dapatkan melalui riset terutama akan memajukan
birokrasi sebagai suatu model yang normative. Rupanya hal itu sangat berlawanan, yaitu uraian
pada ahli untuk memajukan suatu model yang normatif. Jarak perbedaan antara model normative
ini dengan suatu ketentuan seperti diatas biasanya sangat tipis, jika ketidakjelasan tersebut
berada pada keseluruhannya. Selanjutnya para ahli sosiologi ini terutama menitikberatkan pada
organisasi-organisasi pemerintahan.
Berbagai masalah metodologis pada umumnya tidak dapat dipisahkan yang dengan nyata
memang banyak jenisnya, dan banyak menantikan pemecahan. Bagaimanapun hal itu punya
kemampuan untuk membantu menimbulkan sifat dasar birokrasi sebagai model yang normatif.
Secara khusus suatu organisasi kadang-kadang menggunakannya, akan tetapi tidak seluruh
elemen ini. Jadi organisasi biasanya hanya menggunakan sebagian birokratis, tingkatan birokrasi
pada organisasi ini tergantung pada luasnya, terhadap luas inilah unsure-unsur birokrasi tersebut
dimasukkan.
D. FUNGSI-FUNGSI BIROKRASI
Fungsi-fungsi birokrasi meliputi:
1. Spesialisasi
Mungkin birokrasi menggunakan spesialisasi untuk mencapai peningkatan produktifitas.
Dalam masyarakat modern seseorang dapat mencapai keahlian yang terbatas pada tingkat
12
pekerjaan. Birokrasi memungkinkan seseorang menjadi spesialisasi di bidang dinama dia
mempunyai keahlian. Suatu organisasi yang besar dan demikian pula masyarakatnya,
dapat menjadi sesuatu yang sangat kompleks. Misalnya, ribuan mereka yang memiliki
spesialisasi diminta menghasilkan secara besar-besaran pada perusahaan mobil yang
modern atau untuk menangani suatu sistem telekomunikasi. Sejumlah pekerjaan tertentu
dapat dikualifikasikan sebagai rutinisasi., sehingga pekerjaan dapat ditangani secara lebih
mudah dan efisien oleh seorang spesialis. Dalam pengertian ini, suatu organisasi yang
birokratis, baik pada pemerintahan, industri maupun pendidikan, dapat dibandingkan
dengan suatu garis pertemuan dalam mana setiap anggota menyelenggarakan fungsi
khususnya dalam suatu cara yang telah dikajinya secara matang. Birokrasi merupakan
sarana untuk menanggulangi kompleksitas, yang mengubah setiap posisi ke dalam
kesederhanaan yang relatif. Birokrasi juga merupakan suatu sarana untuk mewujudkan
kemampuan kerja secara spesialisasi.
2. Struktur
Birokrasi ` memberikan bentuk atau segi pembentuk pada suatu organisasi yaitu dengan
jalan membuat strukturnya. Tugas atau kewajiban setiap posisi dengan jalan ini dapat
digambarkan. Dalam hal ini terdapat suatu hierarki pimpinan yang bertanggung jawab
pada setiap tingkatan bagi kegiatan unit-unit bawahan. Dan ini merupakan suatu sarana
pemenuhan bagi keterbatasan individu pada jangkauan sesuatu pekerjaan pada tantangan
kompetensinya. Seperti misalnya dalam hal ini kehati-hatian sangat diperlukan untuk
tidak terlalu memberi persetujuan antara para bawahan terhadap seorang manajer.
Struktur merupakan pusat penonjolan dari teori klasik, dan birokrasi merupakan sarana
pencapaian serta penggambarannya dan penggunaan kesempatan yang potensial dengan
sebaik-baiknya.
3. Kemungkinan Meramalkan Dan Kesatabilan
Kekuasaan, pengaturan,penyusunan, aspek-aspek professional dan unsur-unsur birokrasi
lainnya yang memungkinkan untuk memberikan ramalan yang mantap dan kestabilan
bagi suatu organisasi. Birokrasi merupakan suatu sarana yang baik untuk pencapaian
kestabilan pada pengalaman yang berharga.
13
Birokrasi itu juga menghasilkan berbagai ketentuan. Birokrasi tersebut membawa
beberapa jenis kelayakan / tata tertib kedalam suatu masyarakat (sebaliknya ) yang
anarkis dan dengan cara demikian merasionalkan hubungan manusia yang sebaliknya
akan menjadi irasional dan serba kebetulan. Untuk menggambarkannya, birokrasi itu
memungkinkan seorang mahasiswa tingkat pertama untuk meramalkan dengan
kepercayaan yang tinggi bahwa universitasnya akan tetap dalam eksistensinya 4 tahun
kemudian ketika mahasiswa tersebut mengharapkan menerima suatu gelar daripadanya.
Birokrasi juga memperbesar sifat kehidupan yang tak terbatas yang demikian bernilai
dalam organisasi pada umumnya.
4. Rasionalitas
Birokrasi membawa kerasionalan pada suatu organisasi. Dalam suatu birokrasi keputusan
di buat menurut tujuan ( tidak berat sebelah ) dan secara umum menurut kriteria – tidak
dengan perubahan pikiran yang tiba-tiba, yang bertingkah, ataupun yang mendukung
suatu pihak.
Menurut Weber, suatu organisai yang rasional bersandar pada kepercayaan dalam
kelegalitasan pola-pola kekuasaaan atau peraturan yang normatif atau hak dari mereka
yang diangkat di bawah kekuasaan peraturan yang demikian untuk menghasilakan
perintah-perintah. Rasionalitas tentunya merupakan suatu hubungan yang dikatakan
rasional bagi seseorang tidak berlaku demikian bagi atau pada orang lain, dan demikian
sebaliknnya.
Sering pula terjadi saling melengkapi dengan basis-basis lain, seperti misalnya seperti
norma-norma pribadi dan tradisi menjadi nilai bagi rasionalitas. Keunikan dari suatu
organisasi yang rasional yaitu bahwa dalam pertimbangannya dalah sederhana sehingga
dengan mana pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, penilaiannya tidak hanya pada
orang-orang tertentu tetapi pada dasar-dasar yang rasional. Hal tersebut tidak membuat
perbedaan atau membedakan organisasai yang rasional apa itu artinya persahabatan
kualitas kepribadian yang memiliki spesialisasi tambahan, atau hubungan keluarga.
Suatu kebirokratisan memperlakukan dengan cara yang dapat di terima hierarki tujuan
dengan jalan memaksa agar tujuan paling bawah bersesuaian pada tujuan pad tingkat
14
yang lebih tinggi dan jika tujuan-tujuan tersebut di capai maka tujuan mana yang akan
melengkapinya. Dimensi lain dari rasionalitas di capai dengan pemastian bahwa semua
kegiatan organisasi menunjang tujuan organisasi. Secara sekaligus dimensi yang
rasionalitas ini adalah yang lebih mudah di gambarkan dibanding menyelesaikan secara
praktek dimana banyak faktor-faktor yang mencampuri dapat mempersulit proses itu.
5. Demokrasi
Birokrasi itu menunjang demokrasi dengan penekanannya pada kompetensi teknis
sebagai basis utama untuk memperolah dan mempertahankan suatu pekerjaan atau
jabatan. Perlindungan, keinginan memilih sesuatu, kebiasaan dan basis-basis perantara
laninnya tidak mempunyai dampak negatif, kemampuan seseorang dalam hal ini
memperhitungakan segala sesuatunya. Karena danya kesempatan untuk dididik, di
pergunakan, dan dipilihkan untuk pekerjaan atau jabatan adalah terbuka bagi setiap
penduduk, suatu tingkat demokrasi yang berarti telah dicapai. Pejabat puncak telah dapat
menerima posisi dengan cara pemilihan, pemberian, atau asas keberhasilan yang bukan
berdasarkan birokratis. Jadi hal itu adalah mungkin bahwa suatu birokrasi dapat
menunjang birokrasi dengan kebijaksanaan yang internal dan yang bertujuan. Namun
birokrasi yang sama kalau di pandang pada tingkat yang lain dapat berlaku terhadap
demokrasi itu.
15
TEORI KLASIK :
PENYELEWENGAN FUNGSI DAN SUATU PERSPEKTIF
Beberapa kritik yang menuntut birokrasi merupakan cara berpikir yang kaku “seperti
model mesin “ yang melalaikan perhitungan terhadap banyaknya sifat-sifat kemanusiaan yang
penting. Birokrasi itu memberikan atau menawarkan beberapa kesempatan bagi para anggota
untuk memindahkan atau mengalihkan tujuan dan untuk bekerja secara pribadi atau cita-cita
sampingan yang tidak dapat menunjang secara memadai seluruh tujuan organisasi. Birokrasi
mempunyai kencenderungan untuk tumbuh dan mengabadikan atau menghidupkan secara terus-
menerus dirinya sendiri berdasarkan pemanfaatan hidupnya.
Birokrasi pada umumnya tidak memperhitungkan fakta-fakta dimana kegiatan organisasi
sebenarnya tidak dapat di tekan kedalam semua yang iklusif, posisi yang satu sama lain adalah
eksklusif.
Banyak masalah birokrasi yang mungkin akan disederhanakan seandainya kebutuhan
individu dan sifat-sifat setiap anggota organisasi selalu diingat dan dipertimbangkan dalam
membuat keputusan pimpinan.
16
TEORI KLASIK : TEORI ADMINITRATIF
Teori administrasi merupakan suatu kumpulan orientasi (penyesuaian diri) yang
normative Dari gagasan-gagasan yang umumnya menghubungkan penyusunan suatu organisasi.
Pendekatan ini secara umum dikenal sebagai “prinsip manajemen”. Para ahli pengetahuan
social menggambarkan “birokrasi yang ideal” ; para teoritikus administrasif mengemukakan cara
penyelesaian untuk keberhasilannya.
Teori administratif menunjukan keuntungan para birokrasi seperti dalam hal pengaturan,
stabilitas, dan ketentuan (kepastian), teori tersebut menderita penyelewengan fungsi dari
birokrasi yang meliputi rigiditas, impersonalitas dan kategori yang berlebihan.
Prinsip-prinsip manajemen memilki berbagai kelemahan bagi kebenarannya yang
universal. Prinsip itupun gagal memuaskan para ahli ilmu pengetahuan yang mengeluh karena
prinsip-prinsip tersebut merupakan pepatah dan bahwa pemula dan pembuktiannya kurang
ilmiah. Kelemahan ini adalah yang sekarang. Prinsip-prinsip tersebut dikurangi kelemahannya
dengan perluasan untuk memilki konsep-konsep operasional bagi organisasi sekalipun sekarang
ini hal tersebut menjadi sesuatu yang serba kurang. Dengan penuh harapan ilmu pengetahuan
akan terus memberikan konsep-konsep perbaikan bagi organisasi sementara itu sesuatu yang ada
tentunya akan dimanfaatkan. Dunia organisasi mau tidak mau melanjutkan penggunaan
organisasi itu sepenuhnya telah ilmiah.
Teori administrative yang secara kelembagaan kekuasaannya dipusatkan. Jadi hal itu
barangkali adalah pertentangan filosofis dengan semua yang menghendaki individualisme yang
tidak terbatas. Barangkali sebagian perkiraan ini penolakannya oleh beberapa orang yang
menghendaki agar organisasi lebih demokratis. Sungguhpun demikian pandangan ini dapat
memperoleh simpati dan mungkin juga beberapa penghargaan yang kurang praktis. Bentuk-
bentuk khusus dari susunan kekuasaan itu tidak perlu didisangsingkan lagi akan mengalami
perubahan, akan tetapi beberapa susunan kekuasaan tampaknya akan terus berlangsung untuk
beberapa lama dari sekarang. Mengahadapi beberapa kesulitan dalam seluruh persetujuan yang
17
memuaskan terhadap teori administratif. Dan teori tersebut masih harus diakui sebagai suatu
bidang yang melanjutkan validitas dalam penelitian organisasi-organisasi manajemen.
TEORI KLASIK : KETATALAKSANAAN
Manajemen ilmiah merupakan aplikasi(penerapan/pendayagunaan) dari metode analisa
secara ilmiah dan pemecahan masalah dalam menangani berbagai masalah. Tanpa masalah
penerapan ini telah diadakan untuk selama beberapa decade dan barang kali berabad-abad.
Seperti digambarkan oleh Taylor, Manajemen cara ilmah pada umumnya diorientasikan
pada produksi perusahaan. Taylor mengemukakan bahwa manajemen yang efektif membutuhkan
pengetahuan yang eksak sehubungan dengan pekerjaan apa yang diinginkan dan cara yang
terbaik serta termurah untuk menyelesaikan atau mencapainya.
Hampir semua karya Taylor dirancang untuk menunjang gagasan yaitu pengeluaran yang
rendah bagi tenaga kerja yang digabungkan dengan upah yang tinggi bagi karyawan. Untuk
menyelsaikan hal demikian ia mengusahakan untuk menurunkan cara-cara kemiliteran, atau
penilaian sesat pada pekerjaan. Ia juga mengusahakan kerja sama antara pimpinan dengan para
pekerjanya dan berhasrat untuk menurunkan keseringan terjadinya perpecahan kelompok ini.
Organisasi modern menggunakan manajemen yang sistematis yang diketemukan pada
prinsip-prinsip ilmiah dalam aplikasi yang tidak terhitung. Akan tetapi manajemen ilmiah
mempunyai beberapa kekurangan seperti; terlalu mekanistis, terlalu impersonal, terlalu
memperhatikan teknik-teknik, terlalu menitikberatkan pada pekerja, terlalu banyak pesialisasi,
sebagian besar dipakai untuk mengulangi pekerjaan prouksi, penilaian rasionalitas yang
berlebihan, terlalu menekankan motivasi-motivasi ekonomi belaka dan sebagainya. Taylor
menyebut suatu engelolaan yang sempurna sebagai revolusi mental, meskipun mungkin dunia
industry, tidak dipersiapkan sejauh itu.
18
KESIMPULAN
Birokrasi merupakan suatu model organisasi yang normatif menegaskan struktur suatu
organisasi. Birokrasi memberikan sejumlah konsep seperti halnya tata tertib dan rasionalitas
terhadap teori administratif dan managemen secara ilmiah. Ketiga pendekatan yang melalui di
susun managemen klasik. Walaupun ketiga arus pemikiran ni dikembangkan pada sekitar waktu
yang sama dan memberikan banyak kekhususan, para pemulanya ternyata bekerja secara praktis
satu sama lainnya secara bebas. Unsur-unsur birokrasi hampir ditemukan secara universal secara
organisasi yang modern kalau hal-hal itu menjadi lebih kompleks dibanding dengan hubungan
secara tatap muka.
Birokrasi memberikan suatu hierarki tata tertib yang dapat menguntungkan spesialisasi.
Pemegang jabatan ( kecuali pimpinan pelaksana ) di pilih dengan kulifikasi obyektif tidak
dengan jalan mendahulukan keluarga sendiri, perlindungan dan kepribadian yang menarik
perhatian pimpinan. Keputusan di buat oleh suatu kekuasaan yang abstrak yang konsekuen,
peraturan yang proseduril. Otoritas, responsibilitas,kegiatan, sistem komunikasi, kekuasaan dan
segi-segi lainnya di susun dengan atau secara birokrasi. Dengan beberapa birokrasi menjadi
suatu organisasi lebih demokratis dengan mengurangi patronase ( perlindungan terhadap sesuatu
maksud ) dan tindakan lainnya dengan hak-hak istimewa.
Kualitas birokrasi di sini menggambarkan hal-hal tersebut pada model yang normatif, terutama
seperti yang di anjurkan oleh Weber. Berbagai praktek birokrasi yang actual seringkali secara
singkat menurunkan impian-impian ini. Tambahan pula, birokrasi melahirkan sebuah
konsekuensi yang diharapkan atau penyelewengan fungsi.
19