Post on 27-Oct-2019
PETUNJUK TEKNIS
Teknologi Budidaya
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi
Gogo Di Pulau Morotai
Penyusun :
Yopi Saleh
Himawan Bayu Aji Winda Zainiyah
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2017
ISBN: 978-602-6864-09-3
Petunjuk Teknis
i
KATA PENGANTAR
Pembangunan pertanian yang berkelanjutan pada prinsipnya adalah
pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah pada upaya perbaikan mutu
hasil pertanian, peningkatan kesejahteraan petani, dan perbaikan
lingkungan hidup. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka perlu diterapkan
suatu sistem usaha tani yang terpadu, dengan mengoptimalkan segenap
potensi yang ada.
Salah satu sistem pertanian tersebut dapat dilaksanakan melalui
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Di mana PTT merupakan suatu
pendekatan holistik bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi
spesifik lokasi, agar dapat berdaya guna dan berhasil guna. Kabupaten
Pulau Morotai memiliki potensi pengembangan padi gogo dalam rangka
mendukung kemandirian pangan di wilayah perbatasan. Melalui petunjuk
teknis (Juknis) Teknologi Budidaya Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Padi Gogo ini diharapkan petani padi lahan kering khususnya di Kabupaten
Pulau Morotai dan umumnya di Provinsi Maluku Utara maupun daerah
lainnya dapat menerapkan rekomendasi teknologi budidaya padi gogo
spesifik lokasi yang dapat dilihat dan dipelajari dalam juknis ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan petunjuk teknis ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan untuk
penyempurnaan. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan petunjuk teknis ini, kami sampaikan terima kasih, semoga
petunjuk teknis ini berguna bagi yang memerlukan.
Sofifi, Oktober 2017 Kepala BPTP Maluku Utara
Dr. Ir. Bram Brahmantiyo, M.Si
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
PERSYARATAN TUMBUH PADI GOGO ................................................. 3
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI GOGO ....................... 6
TEKNOLOGI BUDIDAYA PTT PADI GOGO ............................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 35
LAMPIRAN ........................................................................................ 37
Petunjuk Teknis
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lahan untuk pertanaman padi gogo .................................... 5
Gambar 2. Bagan alur perakitan komponen teknologi PTT padi gogo ..... 7
Gambar 3. Pelaksanaan seed treatment ............................................... 12
Gambar 4. Teknik Penanaman Padi Gogo ............................................. 13
Gambar 5. Ilustrasi sistem tanam mozaik varietas ................................ 14
Gambar 6. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) dan
penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata) .......... 18
Gambar 7. Wereng coklat dan gejala serangannya .............................. 20
Gambar 8. Larva lalat bibit, Lalat bibit dan gejala serangannya ............ 21
Gambar 9. Larva uret atau lundi ......................................................... 23
Gambar 10. Hama tikus dan dampaknya serangannya ......................... 24
Gambar 11. Skema TBS ..................................................................... 25
Gambar 12. Skema LTBS di lapangan ................................................. 26
Gambar 13. Orong-ornag (A dan B) dan gejala serangannya (C) .......... 27
Gambar 14. Walang sangit ................................................................. 28
Gambar 15. Gejala penyakit bercak daun coklat .................................. 29
Gambar 16. Gejala penyakit bercak daun Cercospora (Cercospora
oryzae) .......................................................................... 30
Gambar 17. Gejala blas daun dan blas leher ........................................ 31
Gambar 18. Gejala penyakit hawar daun bakteri .................................. 32
Petunjuk Teknis
1
PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan
masyarakat telah mendorong meningkatnya permintaan pangan terutama
beras. Disamping itu, adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dari
non beras ke beras turut meningkatkan kebutuhan beras. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka perlu diupayakan peningkatan produksi beras
melalui peningkatan produktivitas lahan sawah yang ada, pencetakan
lahan irigasi baru dan pengembangan lahan potensial lainnya termasuk di
dalamnya lahan kering melalui pengembangan padi ladang atau padi
gogo. Potensi lahan kering di Maluku Utara untuk pengembangan
tanaman padi gogo masih cukup besar. Hal ini dikarenakan padi gogo
dapat ditanam secara tunggal pada lahan terbuka/ladang, daerah aliran
sungai (DAS), atau tumpangsari dengan tanaman pangan ataupun
tanaman perkebunan muda.
Padi gogo juga memegang peranan cukup penting dalam sistem
pertanian Maluku Utara. Produksi padi gogo di provinsi Maluku Utara pada
tahun 2015 mencapai 20.252 ton atau 26,91% dari total produksi padi
Maluku Utara (BPS Maluku Utara, 2016). Kabupaten Pulau Morotai
merupakan salah satu kabupaten sentra produksi padi gogo, yang
memiliki produksi 2.853 ton, luas panen 1.334 ha dan produktivitas rata-
rata 2,14 ton/ha (BPS Pulau Morotai, 2016). Saat ini petani padi gogo di
Maluku Utara umumnya masih menggunakan varietas lokal dan belum
menerapkan teknologi yang dianjurkan. Hal tersebut menunjukkan
adanya peluang peningkatan produksi padi gogo melalui penerapan
inovasi teknologi.
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
2
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi gogo adalah
melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Pola
pengembangan padi gogo sebaiknya mengacu pada pendekatan model
pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Fitria dan Ali
(2014) menambahkan bahwa tujuan PTT adalah untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan
teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta
menjaga kelestarian lingkungan. Pendekatan PTT mengutamakan
sinergisme berbagai komponen teknologi dalam suatu paket teknologi
agar mampu meningkatkan efisiensi penggunaan input dan hasil panen.
Pendekatan PTT juga memperhitungkan keterpaduan antara tanaman di
satu pihak dan sumber daya yang ada dipihak lain (Las, 1999).
Petunjuk Teknis
3
PERSYARATAN TUMBUH PADI GOGO
1. Curah Hujan
Ketersediaan air untuk padi gogo tidak dapat ditentukan
sebagaimana halnya padi sawah irigasi. Sumber pengairan tanaman padi
gogo bergantung sepenuhnya pada hujan, baik jumlah maupun
distribusinya. Rendahnya curah hujan pada saat pertumbuhan tanaman
menyebabkan produksi rendah.
Tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan > 200 mm/bulan
yang berlangsung secara berurutan minimal selama 4 bulan. Kondisi yang
paling sensitif kekurangan air yang akan menentukan tingkat
produktivitasnya adalah pada pase anakan aktif, primordia bunga sampai
pengisian gabah. Oleh karena itu budidaya padi gogo sebaiknya dilakukan
pada awal musim hujan, dan dapat diikuti oleh tanaman palawija yang
lebih tahan kekeringan pada akhir musim hujan atau awal musim
kemarau. Bila pola curah hujan diatas 100 mm/bulan cukup panjang,
maka peluang penerapan pola tanam berbasis padi gogo juga akan
panjang (BB Padi, 2016a).
2. Radiasi Matahari
Tanaman padi gogo yang tumbuh pada musim berawan dan suhu
24-260C umumnya memberikan hasil tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan, makin tinggi radiasi matahari saat tanaman pada fase
reproduktif sampai fase pemasakan gabah, makin baik hasil padi gogo. Di
lain pihak, radiasi matahari yang diharapkan mencapai 16,5 kcal/cm²
pada fase pengisian sampai fase pemasakan gabah jarang terjadi.
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
4
3. Jenis tanah
Karakteristik lahan pada daerah pertanaman padi gogo cukup
beragam sebagaimana kondisi iklim. Tekstur tanah bervariasi mulai dari
pasir sampai liat, pH (kemasaman tanah) 3-10, kandungan bahan organik
1-50%, kandungan garam 0-1%, dan ketersediaan nutrisi bervariasi dari
defisiensi akut sampai berlimpah.
Tekstur tanah mempengaruhi nilai kelembaban tanah melebihi
sifat lainnya, kecuali topografi. Tekstur tanah merupakan hal yang penting
di areal pengembangan padi gogo yang tidak punya pengikat untuk
menahan kelembaban. Profil tekstur tidak saja di lapisan atas, tetapi juga
di lapisan bawah. Jika bagian bawah tanah mempunyai cukup liat, maka
fungsi tekstur lapisan atas menjadi berkurang.
Tanah Grumosol dan Andosol sangat peka erosi, sementara tanah
Mediteran merah kuning dan Regosol peka erosi. Litosol yang mempunyai
solum dangkal dan biasanya berasosiasi dengan Regosol, Mediteran, dan
Grumosol dapat dikategorikan sebagai jenis tanah yang telah tererosi.
Tanah alluvial berada di bagian lembah dan tidak terancam erosi. Tanah
Planosol pada dataran rendah yang berombak mempunyai kesuburan
rendah dan berpeluang tererosi. Di antara jenis tanah tersebut hanya
Latosol yang tahan erosi.
4. Profil Lahan Padi Gogo
Padi gogo ditanam pada ketinggian beberapa meter dari
permukaan laut sampai 800 mdpl. Sebaran lahan padi gogo secara
vertikal sangat penting diketahui, karena menyangkut teknologi koservasi
tanah dan air baik pada lahan datar maupun pada lahan yang berlereng
(Gambar 1). Erosi dan fluktuasi ketersediaan air sangat menentukan
Petunjuk Teknis
5
kesuburan tanah, produktivitas, kemantapan dan keberlanjutan produksi.
Topografi lahan yang banyak digunakan untuk pertanaman padi gogo
adalah lahan datar, berombak sampai bergelombang. sedangkan di lahan
yang berbukit dan bergunung jarang dilakukan.
Konservasi tanah menjadi prasyarat penting bagi pengembangan
padi gogo, baik di lahan datar maupun berlereng. Pada setiap topografi
lahan perlu dilakukan tindakan konservasi tanah supaya tidak
menimbulkan erosi yang akan mengakibatkan lapisan atas tanah (top soil
) menjadi hilang tercuci air hujan. Pelaksanaan konservasi dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk tergantung contur topografinya.
Demikian juga pada semua lahan perlu adanya konservasi, terutama
konservasi kesuburan dan penyangaan air yang sangat berguna untuk
pertanaman tahunan maupun penyanggan tanaman setahun/semusim.
Konservasi tanah dapat diupayakan dengan sistem teras bangku, teras
gulud, dan budidaya lorong (alley cropping). Jerami tanaman digunakan
sebagai mulsa dan sumber bahan organik tanah.
a. Lahan datar b. Lahan berlereng
Gambar 1. Lahan untuk pertanaman padi gogo
Sumber foto : BB Padi, (2016b)
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
6
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)
PADI GOGO
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi gogo adalah suatu
pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan
pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara
partisipatif bersama petani.
Prinsip�utama�penerapan�PTT�padi�gogo:
1) Terpadu
Sumber daya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara
terpadu.
2) Sinergis
Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar
komponen teknologi yang saling mendukung.
3) Spesifik Lokasi
Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial
budaya dan ekonomi petani setempat. Teknologi yang diterapkan
secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomis menguntungkan,
tidak bertentangan dengan sosial budaya petani setempat dan sesuai
dengan aturan hukum.
4) Partisipatif
Petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai
dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui
proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan.
Model pengembangan PTT padi gogo di lahan kering dirakit
secara in situ dengan melibatkan petani setempat. Keterlibatan petani
Petunjuk Teknis
7
dimulai sejak melakukan inventarisasi masalah dan peluang
pengembangan, menentukan paket teknologi yang akan dilakukan oleh
anggota kelompok tani. Agar pemilihan komponen teknologi dapat sesuai
dengan kebutuhan untuk memecahkan permasalahan setempat, maka
proses pemilihan atau perakitannya didasarkan pada analisis Kajian
Kebutuhan dan Peluang (KKP). Dalam KKP, kelompok sasaran berperan
aktif dalam menganalisis sumberdaya, potensi dan permasalahannya
sendiri dan sekaligus merencanakan untuk mengambil tindakan dalam
memecahkan permasalahannya. Pada tahap ini penyuluh hanya bertindak
sebagai fasilitator dan katalisator.
Dari hasil KKP teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya
peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih
teknologi yang diintroduksikan baik itu dari komponen teknologi dasar
maupun pilihan. Perlu diketahui bahwa, komponen teknologi pilihan dapat
menjadi kewajiban untuk diterapkan apabila hasil KKP memprioritaskan
komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk
memecahkan masalah utama suatu wilayah. Bagan alur perakitan
komponen teknologi PTT padi gogo seperti dibawah ini.
Gambar 2. Bagan alur perakitan komponen teknologi PTT padi gogo
Karakteristik &
masalah
prioritas wilayah
Pemilihan komponen
teknologi yang sesuai
PTT
(Rakitan teknologi spesifik lokasi)
KKP
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
8
TEKNOLOGI BUDIDAYA PTT PADI GOGO
1. Lahan dan Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah harus disesuaikan dengan kondisi lahan yang
akan diolah. Lahan yang akan diolah bergantung pada tipe lahan. Lahan-
lahan tersebut dapat dibagi dalam empat bagian :
a) Lahan perladangan berpindah (shifting cultivation). Hutan atau
semak belukar ditebang dan dibakar lalu ditanami. Setelah 2-3 tahun
kesuburan tanahnya menurun, lahan tersebut ditinggalkan untuk
berpindah kelain tempat dengan cara yang sama seperti
penggaraparan awal.
b) Lahan perladangan berpindah modern (modern shifting cultivation =
MSC). Perladangan ini dilakukan pada lahan hutan tanaman industri
(HTI) atau tanaman perkebunan yang secara periodik ada
peremajaan. Sebelum lahan ditanami tanaman hutan industri atau
perkebunan, lahan tersebut dapat ditanami padi gogo atau palawija
lainnya.
c) Lahan perladangan sistem tumpangsari (interculture) yaitu
kelanjutan dari MSC yang lahannya telah ditanami hutan tanaman
industri (jati, mahoni dll) atau perkebunan (kelapa dalam, kelapa
sawit, karet dll.) sampai tanaman hutan industri atau perkebunan
tersebut berumur 3 tahun atau tanaman pokok menutup 50%.
d) Lahan perladangan tetap (permanent cultivation). Merupakan lahan
ladang yang tetap ditanami padi gogo atau palawija lainnya.
Pengolahan tanah untuk padi gogo tergantung tipe lahan kering
yang akan dikelola. Pada areal perladangan tetap dan areal tumpangsari,
Petunjuk Teknis
9
pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunanakan herbisida,
alat sederhana sampai mesin pertanian. Pada lahan perladangan
berpindah dan perladangan berpindah modern pengolahan tanah hanya
dapat dilakukan dengan herbisida dan alat sederhana seperti cangkul.
Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan 2 kali, pengolahan tanah
pertama dilakukan pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan
pertama yang dapat melembabkan tanah dan yang kedua saat menjelang
tanam. Cara pengolahan tanah dapat dengan dicangkul atau
menggunakan ternak secara disingkal. Selanjutnya lahan dibiarkan. Bila
curah hujan sudah turun kontinyu dan memungkinkan untuk tanam,
lahan segera diolah lagi untuk menghaluskan bongkahan tanah sambil
meratakan sampai siap tanam (Badan Litbang Pertanian, 2008).
Pengolahan tanah yang paling baik adalah digarpu saat musim
kering (kemarau), sehingga tanah bagian atas dibalik dan akar-akar atau
rizome gulma seperti alang-alang diangkat. Pengolahan tanah dengan
garpu untuk membalik tanah di musim kering akan sangat menguragi
pertumbuhan gulma, bahkan gulma tidak dapat tumbuh sampai 2 bulan
setelah tanam. Bila gulma tidak tumbuh sampai 2 bulan setelah tanam,
pertanaman padi gogo tidak perlu disiang karena tanaman sudah
menutup. Selain itu juga perlu diberikan tambahan pupuk organik (pupuk
hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5 ton/ha.�
Bila kondisi lahan berlereng sampai bergelombang, setelah
pengolahan tanah pertama perlu dilakukan pembuatan teras gulud untuk
mengurangi terjadinya erosi tanah yang berlebihan. Pada guludan dapat
juga untuk menumpuk bebatuan bila ada, tetapi sebaiknya diusahakan
untuk menanam tanaman penguat teras. Pada lahan yang terbuka yang
relatif datar perlu dibuat bedengan, dengan lebar bedengan sekitar 6
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
10
meter. Antar bedengan dibuat saluran sedalam 20 cm yang dapat
berfungsi sebagai saluran drainase. Pembuatan saluran drainase sangat
perlu, karena bila terjadi hujan berkepanjangan pada beberapa tempat
akan terjadi genangan dan akan meningkatkan kelembaban tanah.
Kelembaban tanah yang tinggi dapat merangsang munculnya jamur upas
yang dapat menyerang perakaran tanaman padi gogo (BB Padi, 2016a).
2. Pemilihan Varietas Unggul Dan Benih Bermutu
a) Pemilihan Varietas
Pemilihan varietas padi gogo didasarkan pada :
tingkat daya adaptasi varietas terhadap kondisi lingkungan
setempat,
umur tanaman sesuai untuk mempermudah pengaturan pola
tanam,
ketahanan terhadap hama/penyakit,
produktivitas,
ketahanan terhadap kekeringan dan kerebahan, dan
preferensi petani.
b) Benih Bermutu
Benih merupakan bagian yang sangat penting dan paling utama,
hal ini disebabkan produksi padi gogo ditentukan lebih dari 50%
oleh benih yang baik. Penggunaan benih didasarkan pada :
sumber benih harus benar (berlabel) dari institusi terpercaya;
Benih harus bernas;
Tahan hama dan penyakit;
Daya kecambah diatas 85 %;
Tidak mengandung hama dan penyakit (tular benih).
Petunjuk Teknis
11
Untuk memperoleh bibit yang baik dapat dilakukan pemilihan
benih dengan cara:
Pemilahan benih bernas dengan air garam atau ZA (3%),
Benih direndam dalam larutan 20 gr ZA/liter air atau larutan
20 gr garam/liter air,
Benih yang mengambang/mengapung dibuang,
Sebelum disebarkan benih dibilas agar tidak mengandung
larutan pupuk/garam. Kemudian benih direndam selama 24
jam dan setelah itu ditiriskan selama 48 jam.
Upaya awal pengendalian hama sebelum benih ditanam maka
dilakukan seed treatment (perlakuan benih). Benih padi gogo dicampur
dengan insektisida atau fungisida dengan perbandingan tertentu.
Pelaksanaan seed treatment dengan pestisida sebelum tanam mempunyai
2 tujuan yaitu mengendalikan infeksi hama dan penyakit tular biji (seed
borne) dan proteksi terhadap penyakit tular biji saat pertkecambahan dan
saat tumbuh muda supaya tanaman tidak mati muda (dumping off). Seed
treatment yang digunakan harus bersifat sistemik atau translaminar,
dengan dosis rendah namun efektif mengendalikan hama.
Untuk melindungi pertumbuhan awal tanaman padi gogo dari
hama (lundi dan lalat bibit, penggerek batang) perlu dilakukan
perlindungan benih berupa insektisida yang berbahan aktif fipronil dengan
dosis 2 cc/kg benih dan golongan karbofuran. Sedangkan untuk
melindungi tanaman terhadap penyakit blas daun bisa digunakan
fungisida dengan bahan aktif benomil.
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
12
Gambar 3. Pelaksanaan seed treatment
Sumber foto : BB Padi (2016c)
3. Penanaman
Cara tanam padi gogo yang aman adalah dengan sistem tugal,
karena benih dapat berada pada kedalaman 2-3 cm dan pada kelembaban
tanah yang cukup setelah lubang tugalan ditimbun. Tanam tugal
dilakukan untuk mengantisipasi curah hujan yang tidak menentu. Pada
daerah-daerah yang curah hujannya dapat diramalkan tetap, maka tanam
padi gogo dapat dilakukan dengan sistim larikan. Kedalaman larikan
hanya 2-3 cm saja, namun benih yang ditanamkan akan cepat tumbuh
karena hujannya relatif tetap dan hari hujan merata.
Pengaturan jarak tanam yang penting dapat membentuk barisan
tanaman yang lurus untuk mempermudah pemeliharaan (penyiangan,
penyemprotan dan pemupukan). Penanaman sebaiknya menggunakan
sistem tanam jajar legowo dengan jarak {(20 x 10) x 30} cm, 4-5
butir/rumpun. Berdasarkan cara tanam ini, populasi tanaman akan
mencapai sekitar 400 000 rumpun/ha.
Petunjuk Teknis
13
Lahan yang telah diolah dibuat larikan dengan jarak antar larikan
20 dan 30 cm. Pada garisan yang terbentuk dapat dijadikan panduan
untuk penugalan benih. Benih ditanam pada larikan tersebut dengan jarak
antar titik 10 cm sebanyak 4-5 butir/titik. Selanjutnya lubang yang telah
diisi benih 4-5 butir ditutup dengan tanah dan pupuk organik.
Bila keadaan lahan tidak datar atau sedikit berlereng, sebaiknya
pengaturan barisan tanaman harus memotong lereng, agar bila ada hujan
yang relatif tinggi dapat mengurangi terjadinya aliran permukaan atau
mengurangi erosi. Keuntungan cara tanam jajar legowo adalah lebih
mudah dalam pemeliharaan tanaman terutama untuk kegiatan
penyiangan dan pemupukan secara larikan (pupuk dasar dan pupuk
susulan pertama).
Gambar 4. Teknik Penanaman Padi Gogo
Untuk mengurangi gangguan penyakit terutama blas perlu
dilakukan sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas agar
penyebaran penyakit dalam waktu singkat. Sistem tanam multi varietas
atau mozaik varietas merupakan cara menanam padi gogo di lahan kering
dengan menggunakan 3-4 varietas yang ditanam sekaligus secara
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
14
berselang-seling menurut varietas (BB Padi, 2015). Dengan cara ini, akan
terbentuk kelompok barisan tanam sesuai varietas dalam lorong-lorong
memanjang.
Varietas A Varietas B Varietas C Varietas A Varietas B Varietas C
Gambar 5. Ilustrasi sistem tanam mozaik varietas
5. Pemupukan
Takaran pupuk disusun berdasarkan kebutuhan hara tanaman,
cadangan hara dalam tanah, dan tingkat hasil tinggi realistis yang biasa
dicapai di suatu lokasi dalam beberapa musim terakhir. Cara mengukur
status hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan hara di lakukan
dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan Bagan Warna Daun
(BWD). Jenis pupuk yang digunakan diseusaikan dengan ketersediaan
pupuk di lokasi. Untuk pupuk tunggal (urea, SP-36, KCl), pupuk majemuk
(NPK ponska) dan bahan organik.
Rekomendasi pemupukan di Maluku Utara:
1. Urea 100 kg / ha,
2. NPK Phonska 300 kg / ha.
Petunjuk Teknis
15
Waktu pemupukan:
1. Pertumbuhan awal: umur 7-14 HST (NPK Phonska semuanya)
dilakukan dalam larikan dan bisa dicampur insektisida sistemik,
2. Anakan aktif: umur 21-28 HST (Urea 75 kg / ha), dan
3. Primordia: umur 35-50 HST (rekomendasi BWD). Bila nilai warna
pengukuran dibawah 3, maka pertanaman harus segera dipupuk
Pemberian pupuk juga bisa dilakukan dengan cara ditugal pada
jarak ±5 cm dari lubang tanam sedalam 7 cm lalu ditutup lagi dengan
tanah. Waktu pemupukan kondisi tanah harus dalam keadaan lembab.
6. Penyiangan
Penyiangan padi gogo merupakan bagian yang sangat berat bagi
petani, hal ini disebabkan karena tumbuhnya benih gulma bersamaan
dengan tumbuhnya benih padi gogo dan pertumbuhan gulma selanjutnya
lebih cepat dari pertumbuhan padi gogo. Oleh karena itu pengendalian
gulma padi gogo dimulai pada beberapa hari setelah tanam benih.
Pada lahan yang diolah sederhana, maka pada saat waktu tanam
musim hujan pada 1-2 hari sebelum tanam benih, lahan diaplikasi dengan
herbisida untuk menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma
secara manual sebaiknya dilakukan lebih awal. Penyiangan pertama
dilakukan 10-15 setelah tumbuh atau menjelang pemupukan pertama.
Sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-45 hari setelah
tumbuh atau menjelang pemupukan urea susulan pertama. Pada sistem
tanam jajar legowo, penyiangan gulma dapat digunakan cangkul untuk
bagian lorong yang luas (30 cm) dan pada bagian yang sempit (20 cm)
dapat menggunakan koret.
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
16
Pada lahan yang diolah dengan garpu, biasanya gulma tidak tumbuh
sampai 2 bulan setelah tanam. Pada kondisi seperti ini, pertanaman padi
gogo tidak perlu disiang karena pada umur 2 bulan daun padi sudah
menutup dan gulma akan kalah bersaing dengan padi gogo yang
ditanam.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama dan penyakit dapat mengganggu pertanaman
padi gogo, sehingga menurunkan hasil dan kualitas hasil. Hama adalah
organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara
fisik, atau semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian
seperti serangga, tikus, babi dan sebagainya. Penyakit adalah
mikroorganisme/pathogen yang menyebabkan tanaman berfungsi tidak
normal. Penyebabnya bisa berasal dari jamur/cendawan, bakteri,
nematode, virus.�
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya
padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian
yang memperhitungkan faktor pengendalian ekologi sehingga
pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan
alami dan tidak menimbukan kerugian besar. PHT merupakan paduan
beberapa cara pengendalian diantaranya melakukan monitoring populasi
hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi
pengendalian dapat ditetapkan. Lima strategi PHT, yaitu: (1) sanitasi
lingkungan di sekitar pertanaman, (2) penggunaan VUB tahan hama
penyakit, (3) penanaman serempak, (4) penerapan pola tanam (untuk
Petunjuk Teknis
17
memutus siklus hidup hama dan patogen penyebab penyakit, dan (5)
penggunaan pestisida secara bijaksana.
Sebelum melakukan pengendalian hama dan penyakit, perlu diperhatikan:
Yakinkan hama dan penyakit apa yang menyerang.
Lestarikan musuh alami dengan mengurangi atau tidak melakukan
pengendalian.
Amati populasi hama atau kerusakan, dan musuh alami.
Lakukan pengendalian dengan pestisida apabila serangan telah
melebihi ambang batas ekonomi.
a) Ambang ekonomi adalah kerapatan populasi hama atau
persentase kerusakan akibat hama yang membutuhkan tindakan
pengendalian untuk mencegah meningkatnya populasi yang
dapat mencapai tingkat luka ekonomik.
b) Prinsip PHT, bila perlu berdasarkan hasil monitoring dapat
digunakan pestisida kimia, hayati, dan nabati maupun
kombinasinya.
a. Hama Tanaman Padi Gogo
1. Penggerek Batang (stem borer)
Penggerek batang termasuk hama paling penting pada tanaman
padi yang sering menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang
tinggi. Di lapang, keberadaan hama ini ditandai dengan kehadiran
ngengat (kupu-kupu), kematian tunas-tunas padi (sundep, dead heart),
kematian malai (beluk, white head), dan ulat (larva) penggerek batang.
Hama ini dapat merusak tanaman pada semua fase tumbuh, baik pada
saat pembibitan, fase anakan, maupun fase berbunga. Bila serangan
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
18
terjadi pada pembibitan sampai fase anakan, hama ini disebut sundep
dan jika terjadi pada saat berbunga, disebut beluk.
Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang.
Oleh karena itu gejala serangan hama ini perlu diwaspadai, terutama
pada pertanaman musim hujan. Waktu tanam yang tepat, merupakan
cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek batang.
Tindakan pengendalian harus segera dilakukan, kalau > 10% rumpun
memperlihatkan gejala sundep atau beluk.
Insektisida yang efektif terhadap penggerek batang tersedia di
kios-kios sarana pertanian, terutama yang berbahan aktif: karbofuran,
bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz, dan fipronil. Sebelum
menggunakan suatu produk pestisida, baca dan pahami informasi yang
tertera pada label. Kecuali untuk kupu-kupu yang banyak beterbangan,
jangan memakai pestisida semprot untuk sundep dan beluk
(Puslitbangtan dan IRRI, 2011).
Gambar 6. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) dan
penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)
Petunjuk Teknis
19
2. Wereng Coklat (brown panthopper-BPH)
Wereng coklat / WCk (Nilaparvata lugens) menjadi salah satu
hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-
an. Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi
(varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP>200, dsb).
Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis,
tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng
coklat. Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat
meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah
sampai puso. Selain itu, WCk juga merupakan vektor penyakit virus kerdil
rumput dan kerdil hampa.
Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan
tanaman padi, WCk dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat
pada hampir semua fase tumbuh, sejak fase bibit, anakan, sampai fase
masak susu (pengisian). Gejala WCk pada individu rumpun dapat terlihat
dari daun-daun yang menguning, kemudian tanaman menguning dengan
cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn.
Dalam suatu hamparan, gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk
lingkaran, yang menunjukkan pola penyebaran WCk yang dimulai dari
satu titik, kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran.
Dalam keadaan demikian, populasi WCk biasanya sudah sangat tinggi.
WCk dapat dikendalikan dengan varietas tahan. Penanaman padi
dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan
insektisida juga efektif untuk mengendalikan hama ini. Berbagai
insektisida yang efektif antara lain yang berbahan aktif bupofresin,
fipronil, amidakloprid, karbofuran, atau teametoksan (Puslitbangtan dan
IRRI, 2011).
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
20
Gambar 7. Wereng coklat dan gejala serangannya
3. Lalat bibit (rice whorl maggot)
Lalat bibit (Hydrellia philippina Ferino) merupakan hama penting
pada daerah yang kondisi airnya sulit diatur. Dalam serangan yang tinggi,
hama ini dapat menyebabkan petani harus melakukan tanam ulang,
karena lebih dari 50% tanaman baru mereka mati oleh lalat bibit. Hama
ini umumnya menyerang pertanaman yang baru dipindah di sawah yang
tergenang. Gejala serangan berupa bercak kuning di sepanjang tepi daun,
daun yang terserang menjadi berubah bentuk, dan daun menggulung.
Telur serangga ini diletakkan di permukaan atas daun, berwarna keputih-
putihan, berbentuk lonjong menyerupai bauh pisang. Bila daun yang
menggulung dibuka, dengan mudah dapat dijumpai larva yang berwarna
kuning kehijauan yang tembus cahaya. Larva juga bergerak ke bagian
tengah tanaman sampai mencapai titik tumbuh.
Hama ini dapat dikendalikan dengan cara mengeringkan sawah.
Pengendalian lalat bibit yang tepat adalah melalui pencegahan karena
ketika gejala kerusakan terlihat di lapang, lalat bibit sudah tidak ada di
pertanaman. Penggunaan insektisida (jika diperlukan) adalah yang
Petunjuk Teknis
21
berbahan aktif: bensultap, BPMC, atau karbofuran (Puslitbangtan dan
IRRI, 2011).
Gambar 8. Larva lalat bibit, Lalat bibit dan gejala serangannya
4. Lundi/uret
Uret atau lundi adalah fase larva kumbang Scarabaeidae atau
Cerambycidae dengan ciri larva berukuran besar, gemuk, putih, badan
tembus cahaya, kepala warna coklat dan taring besar. Kaki berwarna
coklat terdapat pada rongga dada dan larva membentuk huruf C. Hama
ini menyerang padi gogo, jagung, ubikayu, tebu, dan tanaman lain. Larva
memiliki 3 instar, namun perkembangannya sangat lambat, untuk
mencapai fase pupa 5 bulan. Kumbang dewasa mulai terbang sore hari
dan puncak penerbangan pukul 21.00.
Kumbang betina dewasa menghasilkan feromon seks untuk
menarik kumbang jantan untuk kawin. Setelah kumbang jantan
menemukan betina, perkawinan berlangsung sampai dua minggu. Setelah
kawin, kumbang betina menggali lubang di tanah dan meletakan hanya
satu telur per lubang. Untuk meletakkan telur, kumbang betina mencari
kondisi kelembaban tanah yang kondusif untuk pematangan telur.
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
22
Kumbang betina meletakan 3-5 telur per malam. Telur menetas 7-10 hari,
bergantung suhu dan kelembaban tanah. Uret atau lundi yang hidup di
dalam tanah memakan akar tanaman muda, sehingga tanaman menjadi
layu dan mati. Pada daerah yang endemik intensitas serangan lundi dapat
mencapai 50%.
Pengendalian hama uret telah dilakukan melalui berbagai cara
seperti kultur teknis (tanam serempak, rotasi tanaman dengan tanaman
bukan inang, sanitasi lahan, pengolahan lahan yang dalam), pengendalian
biologis dengan jamur Metarhizium anisopliae, pengendalian secara
mekanik (mengumpulkan uret pada saat pengolahan tanah, menangkap
imago dengan memasang lampu perangkap), dan pengendalian secara
kimia dengan aplikasi karbofuran 20 kg/ha secara tugal pada saat tanam.
Pengendalian secara kimia, selain dengan aplikasi karbofuran 20 kg/ha,
saat ini telah diperoleh teknik pengendalian yang efektif yang mampu
menekan serangan hama uret atau lundi pada pertanaman padi gogo
dengan teknik seed treatment.
Berdasarkan hasil penelitian di Subang menunjukkan bahwa seed
treatment dengan insektisida fipronil dosis 25 ml/kg benih paling efektif
dalam menekan serangan hama uret atau lundi di pertanaman padi gogo.
Penampilan pertanaman padi gogo yang mendapat perlakuan seed
treatment terlihat lebih bagus dibandingkan dengan kontrol yang tanpa
perlakuan seed treatment (BB Penelitian Tanaman Padi, 2016).
Petunjuk Teknis
23
Gambar 9. Larva uret atau lundi
Larva/ulat menyerang pangkal batang dan akar tanaman
menyebabkan tanaman kerdil dan mati, menimbulkan kehilangan hasil 10
– 50%.
Teknologi Pengendalian :
a) Varietas tahan/kultur teknis/mekanis: Pengaturan pola tanam,
pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, pengolahan tanah,
pengaturan waktu tanam yaitu menanam pada awal musim hujan.
b) Biologi: musuh alami berupa parasit, predator dan patogen serangga.
c) Kimiawi: Seed treatment dengan fungisida dengan bahan aktif
benomil, insektisida golongan karbofuran. Penyemprotan dengan
insekisida golongan karbofuran.
5. Tikus (rat)
Tikus (Rattus rattus argentiventer) bisa menjadi hama pada
persemaian, masa vegetatif dan generatif padi. Hama ini menyerang pada
malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi dalam sarangnya di
tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan di daerah
perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah
pertanaman padi menjelang generatif. Tikus sangat cepat berkembang
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
24
biak dan hanya terjadi pada periode padi generatif. Dalam satu musim
tanam, satu ekor tikus betina dapat melahirkan 80 ekor anak.
Pengendalian tikus dilakukan melalui pendekatan PHTT (Pengendalian
Hama Tikus Terpadu), yaitu pengendalian yang didasarkan pada biologi
dan ekologi tikus, dilakukan secara bersama oleh petani sejak dini (sejak
sebelum tanam), intensif dan terus-menerus, memanfaatkan berbagai
teknologi pengendalian yang tersedia, dan dalam wilayah sasaran
pengendalian skala luas.
Gambar 10. Hama tikus dan dampak serangannya
Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan stadia pertumbuhan
padi antara lain sebagai berikut (Puslitbangtan dan IRRI, 2011):
Cara Pengendalian
Stadia padi / kondisi lingkungan sawah
Bera Olah
Tanah Semai Tanam Bertunas Bunting Matang
Tanam serempak + +
Sanitasi habitat ++ + +
Gropyok massal + ++ +
Fumigasi ++ ++
LTBS ++ + + ++
TBS ++
Rodentisida (Jika diperlukan)
+
Keterangan: + = dilakukan; ++ = difokuskan
Pada awal musim, pengendalian tikus ditekankan untuk menekan
populasi awal tikus, yang dilakukan melalui gropyok massal, sanitasi
Petunjuk Teknis
25
habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (Linier Trap
Barrier System), pemasangan bubu perangkap pada persemaian. TBS
merupakan pertanaman padi yang ditanam 3 minggu lebih awal,
berukuran minimal (20x20) m, dipagar dengan plastik setinggi 60 cm
yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m, memiliki bubu
perangkap pada setiap sisi pagar plastik dengan lubang menghadap
keluar, dan dilengkapi dengan tanggul sempit sebagai jalan masuk tikus.
LTBS merupakan bentangan pagar plastik sepanjang >100 m,
dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselang-seling
agar mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah).
Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung,
sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul/pematang besar. LTBS juga efektif
menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur
migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu
perangkap.
Gambar 11. Skema TBS
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
26
Gambar 12. Skema LTBS di lapangan
Fumigasi paling efektif dilakukan pada fase generatif, saat
sebagian besar tikus berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode ini
efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubang.
Rodentisida (klerat, racumin, petrokum) sebaiknya hanya digunakan saat
populasi tikus sangat tinggi, dan hanya efektif pada periode bera dan fase
awal vegetatif.
6. Orong-Orong (mole cricket)
Hama (Gryllotalpa orientalis Burmeister) ini dapat merusak
tanaman pada semua fase tumbuh. Biasanya ditemukan pada padi lahan
kering atau di lahan pasang surut. Siklus hidupnya 6 bulan. Benih yang
disebar di pembibitan juga dapat dimakannya. Hama ini memotong
tanaman pada pangkal batang dan orang sering keliru dengan gejala
kerusakan yang disebabkan oleh penggerek batang (sundep). Orong-
orong merusak akar muda dan bagian pangkal tanaman yang berada di
bawah tanah. Pertanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga
Petunjuk Teknis
27
terlihat adanya spot-spot kosong di lokasi pertanaman padi (Puslitbangtan
dan IRRI, 2011).
Cara pengendalian orong-orong:
Perataan tanah agar air tergenang merata;
Penggenangan sawah 3-4 hari dapat membantu membunuh telur
orong-orong di tanah;
Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida);
Penggunaan insektisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif
karbofuran atau fipronil.
Gambar 13. Orong-orong (A dan B) dan gejala serangannya (C)
7. Walang Sangit (rice bug)
Walang sangit (Leptocorisa oratorius) merupakan hama yang
merusak bulir padi pada fase berbunga sampai matang susu dengan cara
menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Gabah menjadi berkerut,
warna beras menjadi coklat/merah dan mengapur dan rasanya pun tidak
enak. Gejala serangan tampak pada daun terdapat bercak bekas isapan
oleh nimfa walang sangit dan pada bulir padi terdapat bintik hitam bekas
tusukan hama sehingga bulirnya hampa.
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
28
Gambar 14. Walang sangit
Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti
(Puslitbangtan dan IRRI, 2011):
Mengendalikan gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada di
sekitar pertanaman;
Meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata
agar tanaman tumbuh seragam;
Menangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum
stadia pembungaan;
Mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging
yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;
Menggunakan insektisida bila diperlukan antara lain yang berbahan
aktif BPMC, fipronil, metolkarb, MIPC, atau propoksur, dan sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di
kanopi.
b. Penyakit Padi
1. Bercak Coklat (brown spot)
Penyakit ini menyebabkan kerusakan serius pada pertanaman di
lahan yang kurang subur. Gejalanya bercak coklat (Helminthosporium
oryzae) pada daun berbentuk oval yang merata di permukaan daun
Petunjuk Teknis
29
dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah
bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapang.
Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk
bulat. Pada varietas yang peka panjang bercak dapat mencapai panjang 1
cm. Pada serangan berat, jamur dapat menginfeksi gabah dengan gejala
bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah.
Gambar 15. Gejala penyakit bercak daun coklat
Pengendalaian dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan,
pemupukan berimbang, mengurangi kelembaban dengan membersihkan
gulma yang ada. Juga bisa dilakukan penggunaan fungisida yang
berbahan aktif iprodione and carbendazim, mancozeb, propiconazole.
Rabcide 50 WP merupakan fungisida yang dianjurkan.
2. Bercak Daun Cercospora (narrow brown leaf spot)
Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit
memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun,
dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Pada
varietas tahan, bercak lebih sempit, lebih pendek dan lebih gelap
dibandingkan pada varietas yang rentan. Banyaknya bercak makin
meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang
berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
30
saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun
bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering. Infeksi
yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan pelepah
daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.
Gambar 16. Gejala penyakit bercak daun Cercospora (Cercospora oryzae)
Prioritas utama dalam pengendalian penyakit bercak daun
cercospora adalah dengan penanaman varietas tahan, perbaikan kondisi
tanaman, pemupukan berimbang. Penyemprotan fungisida difenoconazol
satu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot 400-500 l
/ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit
bercak daun cercospora hingga 32,10%. Selain itu, fungisida berbahan
aktif binomil, dan mankozeb juga dapat digunakan untuk penyemprotan
pada fase berbunga dan pengisian.
3. Blas (blast)
Penyakit blas (Pyricularia oryzae) menimbulkan dua gejala khas,
yaitu blas daun dan blas leher. Blas daun merupakan bercak coklat
kehitaman, berbentuk belah ketupat, dengan pusat bercak berwarna
putih. Sedang blas leher berupa bercak coklat kehitaman pada pangkal
leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang
Petunjuk Teknis
31
malai dan patah. Kemampuan patogen membentuk strain dengan cepat
menyebabkan pengendalian penyakit ini sangat sulit.
Gambar 17. Gejala blas daun dan blas leher
Pengendalian dilakukan dengan penanaman varietas tahan,
penggunaan benih sehat, sistem tanam multi varietas (mozaik varietas)
seed treatment dengan fungisida dengan bahan aktif benomil, melakukan
pergiliran tanaman dengan bukan padi, membakar sisa tanaman yang
terserang, pemupukan berimbang. Juga dapat diaplikasikan fungisida
berbahan aktif, isoprotionalane, benomyl+mancoseb, metil tiofanat,
fosdifen, atau kasugamisin.
4. Hawar Daun Bakteri (bacterial leaf blight - BLB)
Penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas campestris pv.
Oryzae) bersifat sistemik dan merusak tanaman pada berbagai fase
pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 macam yaitu
gejala layu kresek pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka
gejala hawar, dan gejala daun kuning pucat pada tanaman. Gejala lain
yang sering terjadi di daerah tropis adalah daun berwarna kuning pucat
pada tanaman dewasa dan daun tua berwarna hijau normal. Kadang-
kadang pada helaian daun terdapat garis berwarna hijau pucat.
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
32
Gambar 18. Gejala penyakit hawar daun bakteri
Penyakit HDB secara efektif dikendalikan dengan varietas tahan;
pemupukan lengkap; dan pengaturan air.
8. Panen
Pelaksanaan panen padi gogo dapat dilakukan apabila 95 %
gabah telah menguning. Umur panen tergantung dari varietas yang
ditanam, biasanya panen jatuh pada 30 – 35 hari setelah padi berbunga.
Rata-rata padi gogo berumur antara 110-130 hari untuk varietas unggul,
sedangkan varietas lokal bisa mencapai umur 5 bulan.
Cara panen bisa dengan sabit bergerigi, ani-ani, atau mesin
pemanen. Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal
yang sulit rontok dan tanaman padi berpostur tinggi dengan cara
memotong tangkainya. Sabit umumnya digunakan untuk memanen
varietas unggul baru dengan cara memotong pada bagian atas, tengah,
atau di bawah rumpun tanaman, bergantung pada cara perontokannya.
Cara panen dengan potong bawah umumnya diterapkan bila perontokan
dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Panen
padi dengan cara potong atas atau potong tengah dilakukan bila
perontokan gabah menggunakan mesin perontok.
Petunjuk Teknis
33
9. Penanganan Pascapanen
a. Perontokan
Perontokan padi merupakan tahapan awal pascapanen padi
setelah pemotongan. Malai dapat dirontok secara manual atau
menggunakan alat dan mesin perontok. Prinsip untuk melepaskan butir
gabah dari malainya adalah memberikan tekanan atau pukulan terhadap
malai tersebut. Perontokan dilakukan segera setelah padi dipanen baik
dengan cara digilas maupun dengan tresher. Pada saat perontokan,
gunakan tirai penutup dan alas (terpal) agar gabah tidak hilang atau
berserakan.
b. Pengeringan gabah:
Jemur gabah di atas lantai jemur,
Ketebalan gabah 5-7 cm,
Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali,
c. Penggilingan dan penyimpanan
Untuk memperoleh beras dengan kualitas tinggi, perhatikan
waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-
14%).
Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih (karung plastik
kapasitas 50 kg) dalam lumbung/gudang, bebas hama, dan
memiliki sirkulasi udara yang baik.
Simpan gabah pada kadar air kurang dari 14% untuk konsumsi
dan kurang dari 13% untuk benih.
Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan
digiling, dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air mencapai
12-14%.
Sebelum digiling, gabah yang baru dikeringkan diangin-anginkan
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
34
terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.
Petunjuk Teknis
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi
Gogo. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2015. Perbaikan Komponen
Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Gogo. Laporan
Tahunan 2014. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016a. Pengelolaan Lahan Kering
secara Intensif dan Bijaksana. (http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-
aktual/content/361-pengelolaan-lahan-lering-secara-intensif-dan-bijaksana). Diakses 12 Juli 2017.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016b. Jenis Tanah dan Profil Lahan
Padi Gogo. (http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-
teknologi/content/130-jenis-tanah-dan-profil-lahan-padi-gogo). Diakses 12 Juli 2017.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016c. Perlakuan Benih (Seed Treatment) pada Awal Pertanaman Padi Gogo. (http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-
teknologi/content/318-perlakuan-benih-seed-treatment-pada-
awal-pertanaman-padi-gogo). Diakses 13 Juli 2017.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016. Hama Uret Pada Padi Gogo
Dengan Teknik Seed Treatment.
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/454-hama-uret-pada-padi-gogo-dengan-teknik-
seed-treatment. Diakses 12 September 2017.
BPS Kabupaten Pulau Morotai. 2016. Pulau Morotai Dalam Angka 2016.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pulau Morotai. Daruba.
BPS Provinsi Maluku Utara. 2016. Provinsi Maluku Utara Dalam Angka
2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. Ternate.
Fitria, E. dan M. N. Ali. 2014. Kelayakan Usaha Tani Padi Gogo Dengan Pola Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Kabupaten Aceh
Besar Provinsi Aceh. Jurnal Widyariset, Volume 17, Nomor 3, Desember 2014: 425-434.
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
36
Las, I. 1999. Pola IP Padi 300-Konsepsi dan Prospek Implementasi Sistem Usaha Pertanian Berbasis Sumber Daya. Badan Litbang Pertanian,
Jakarta.
Puslitbangtan dan IRRI. 2011. Masalah Lapang Hama, Penyakit, dan Hara
Pada Padi. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Petunjuk Teknis
37
LAMPIRAN 1. Beberapa Varietas Unggul Padi Gogo
1. Inpago 7
Nomor seleksi : B12498E-MR-1
Asal persilangan : IR68886/BP68//Slegreng///Maninjau/
Asahan
Umur tanaman : ± 111 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ± 107 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Sedang
Warna gabah : Kuning jerami
Warna beras : Merah
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 20%
Bobot 1000 butir : 24,5 g
Rata-rata hasil : 4,6 t/ha
Potensi hasil : 7,4 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama : Agak tahan wereng batang coklat biotipe
1 dan 2, agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 3
Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 133 dan agak tahan penyakit blas ras 73, 173
dan 033.
Cekaman Abiotik : Agak rentan terhadap kekeringan dan rentanterhadap keracunan Almunium.
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan kering dataran rendahsampai sedang <700 m dpl.
Pemulia : Erwina Lubis dan Suwarno
Dilepas tahun : 2011
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
38
2. Inpago 8
Nomor seleksi : TB409B-TB-14-3
Asal persilangan : Cirata / TB 177
Umur tanaman : ± 119 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ± 122 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang
Warna gabah : Kuning jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22,30%
Bobot 1000 butir : 27,3 g
Rata-rata hasil : 5,2 t/ha
Potensi hasil : 8,1 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama : Agak rentan terhadap wereng batang
coklat Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 073,
173, 033, dan 133 Cekaman Abiotik : Toleran terhadap kekeringan, agak
toleran terhadap keracunan Almunium
(Al) dan Besi (Fe) Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan kering dataran
rendah sampai sedang <700 m dpl. Pemulia : Suwarno, Erwina Lubis dan Aris
Hairmansis Dilepas tahun : 2011
Petunjuk Teknis
39
3. Inpago 11 AGRITAN
Nomor seleksi : B12151D-MR-11
Asal persilangan : UPLRI/IRAT 13
Umur tanaman : ± 111 hari setelah semai
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ± 124 cm
Daun bendera : Tegak miring
Bentuk gabah : Bulat Besar
Warna gabah : Kuning Kotor
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Sedang
Kadar amilosa : ± 21,3 %
Bobot 1000 butir : 25 g
Rata-rata hasil : 4,1 t/ha
Potensi hasil : 6,0 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama
Agak rentan wereng batang coklat
biotipe 1, 2, dan 3.
Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 033, agak tahan terhadap penyakit blas ras
073 dan 133, tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan agak tahan hawar
daun bakteri strain VIII.
Cekaman Abiotik : Moderat terhadap kekeringan pada fase
vegetatif dan peka keracunan Al pada
tingkat 60 ppm Al3 Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan kering dataran
rendahsampai sedang <700 m dpl
Pemulia : B. Kustianto, Suwarno, dan Soewito T.
Teknisi : Aris Hairmansis, Supartopo, dan Suwarno
Dilepas tahun : 2015
Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo
40
4. Situ Bagendit
Nomor seleksi : S4325d-1-2-3-1
Asal persilangan :
Persilangan Batur/S2823-7d-8-1-A//S283-
7d-8-1-A
Umur tanaman : 110 – 120 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 99 – 105 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22%
Bobot 1000 butir : 27-28 g
Rata-rata hasil : 3-5 t/ha GKG
Potensi hasil : Ketahanan terhadap
Hama
Agak rentan wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3.
Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri
patotipe III dan IV
Cekaman Abiotik : Moderat terhadap kekeringan pada fase vegetatif dan peka keracunan Al pada
tingkat 60 ppm Al3 Anjuran tanam : Cocok ditanam di lahan kering maupun di
lahan sawah
Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, Ismail
BP, Nani Yunani
Dilepas tahun : 2003