BAB I. PENDAHULUAN -...

24
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program P2BN menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun pada tahun 2008-2009 (Purwanto, 2008), sedangkan pada tahun 2014 ditergetkan surplus beras 10 juta ton. Untuk mencapai target tersebut perlu diimplementasikan beberapa strategi, ada tiga strategi utama, yaitu: (1) perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru, (2) peningkatan produktivitas dengan menerapkan budidaya padi sawah sesuai konsep PTT padi sawah, antara lain penggunaan; varietas unggul baru (VUB), benih bermutu, bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang tepat, pemupukan lengkap yang rasional, pengendalian organisme pengganggu tanamam (OPT) sesuai konsep pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT), dan (3) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP). Dalam upaya mencapai sasaran P2BN beberapa strategi yang perlu dilakukan adalah: (1) peningkatan produktivitas, antara lain melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah yang merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Badan Litbang, 2009). Komponen teknologi tersebut, seperti perbaikan mutu benih dan penggunaan varietas unggul baru (VUB), pemupukan berimbang dan rasional, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dan pengelolaan air serta penggunaan pupuk organik, (2) Perluasan areal tanam, antara lain dicapai melalui peningkatan indeks pertanaman (IP), pemanfaatan lahan-lahan suboptimal, pencetakan sawah baru, penyediaan air melalui rehabilitasi jaringan irigasi primer, sekunder, tersier dan jaringan irigasi tingkat usahatani, maupun jaringan irigasi desa (Purwanto, 2008). Salah satu strategi yang diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan produksi padi sawah, kacang tanah dan jagung melalui penerapan inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas, diantaranya varietas unggul yang telah banyak dimanfaatkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan IPTEK, Badan Litbang juga telah megembangkan suatu pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan efisien dalam pemanfaatan input produksi.

Transcript of BAB I. PENDAHULUAN -...

 

 

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program P2BN menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun

pada tahun 2008-2009 (Purwanto, 2008), sedangkan pada tahun 2014 ditergetkan

surplus beras 10 juta ton. Untuk mencapai target tersebut perlu diimplementasikan

beberapa strategi, ada tiga strategi utama, yaitu: (1) perluasan areal tanam dengan

mencetak sawah baru, (2) peningkatan produktivitas dengan menerapkan budidaya

padi sawah sesuai konsep PTT padi sawah, antara lain penggunaan; varietas unggul

baru (VUB), benih bermutu, bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan

lahan dan air yang tepat, pemupukan lengkap yang rasional, pengendalian organisme

pengganggu tanamam (OPT) sesuai konsep pengendalian hama/penyakit terpadu

(PHT), dan (3) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP).

Dalam upaya mencapai sasaran P2BN beberapa strategi yang perlu dilakukan

adalah: (1) peningkatan produktivitas, antara lain melalui pendekatan pengelolaan

tanaman terpadu (PTT) padi sawah yang merupakan suatu pendekatan inovatif dan

dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan

komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Badan Litbang, 2009).

Komponen teknologi tersebut, seperti perbaikan mutu benih dan penggunaan varietas

unggul baru (VUB), pemupukan berimbang dan rasional, pengendalian organisme

pengganggu tanaman (OPT) dan pengelolaan air serta penggunaan pupuk organik, (2)

Perluasan areal tanam, antara lain dicapai melalui peningkatan indeks pertanaman

(IP), pemanfaatan lahan-lahan suboptimal, pencetakan sawah baru, penyediaan air

melalui rehabilitasi jaringan irigasi primer, sekunder, tersier dan jaringan irigasi tingkat

usahatani, maupun jaringan irigasi desa (Purwanto, 2008).

Salah satu strategi yang diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan

produksi padi sawah, kacang tanah dan jagung melalui penerapan inovasi teknologi.

Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai

inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas, diantaranya varietas

unggul yang telah banyak dimanfaatkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan

IPTEK, Badan Litbang juga telah megembangkan suatu pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan

efisien dalam pemanfaatan input produksi.

 

 

Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang merupakan

pendekatan dalam budidaya tanaman padi sawah adalah salah satu bentuk

implementasi dari revolusi hijau lestari. Berbeda dengan revolusi hijau generasi

pertama yang lebih mengutamakan peningkatan produksi pada lahan sawah irigasi,

revolusi hijau lestari mencakup semua agroekosistem padi, yaitu lahan sawah irigasi,

lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. PTT

padi sawah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi

masukan (input) produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam

yang bijak dengan melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang

saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan

partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif). Melalui PTT

diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani padi dapat

ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat menjadi usahatani berkelanjutan.

1.2. Dasar Pertimbangan

Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah program PTT telah menjadi

program nasional sejak tahun 2003, dan dijadikan sebagai landmark pangan nasional

oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan Program Peningkatan Produksi Beras

Nasional (P2BN). Untuk mendukung pengembangan Program PTT secara nasional,

Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT adalah

sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Tujuan

utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau

narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran

teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara

alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan

waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang

dikembangkan (Deptan, 2008a). Kegiatan SL-PTT padi sawah telah dimulai sejak

tahun 2008 di seluruh Indonesia, untuk mempercepat pelaksanaan dan

pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi

inovasi teknologi dalam mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut.

PTT diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partisipatif, petani

berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi,

memperhatikan keseuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan

 

 

ekeonomi stempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan

baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi terbaik,

memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung; dan 5)

Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan

IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang, 2009).

Anjuran teknologi produksi padi yang dilaksanakan dalam program PTT adalah:

1) Penggunaan varietas padi unggul (VUB) atau berdaya hasil tinggi dan atau bernilai

ekonomi tinggi; 2) Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu bibit tinggi; 3)

Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi; 4) Penggunaan kompos bahan organik

dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah (soil amandement); 5)

Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui: a) Pengaturan tanam, sistem

legowo, tegel maupun sistem tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan

populasi minimum, b) Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan

serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh); c)

Penanaman bibit umur muda (<21 hari setelah semai) dengan jumlah bibit terbatas

antara 1-3 bibit per lubang; d) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan

e) Pengendalian gulma; 6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan PHT,

dan 7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis atau mesin perontok (Abdullah dkk,

2008).

Hasil pengujian demplot adaptasi beberapa VUB padi sawah pada Tahun 2011

di beberapa kelompok tani pada beberapa kecamatan di Kabupaten Agam

menunjukkan hasil dicapai cukup tinggi untuk VUB Inpari 12 dengan rataan hasil 7,54

t/ha, Silugonggo dengan rataan 6,52 t/ha. Hasil analisis tanah pada beberapa

hamparan kelompok tani pada lima kecamatan menunjukkan bahwa untuk unsur hara

P dan K dengan kandungan hara Rendah sd Tinggi.

1.3. Tujuan Kegiatan

Pengkajian bertujuan untuk: Mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi

sawah melalui identifikasi biofisk dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA,

demplot uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) padi sawah, kegiatan pelatihan untuk

PPL dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok

tani, pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam mendukung program SL-PTT

padi sawah sehingga dapat meningkatkan produksi.

 

 

1.4. Keluaran (OUTPUT) Yang Diharapkan

Terlaksananya percepatan diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui

identifikasi biofisik dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA/KKP, demplot uji

adaptasi varietas unggul baru (VUB) padi sawah, melaksanakan kegiatan pelatihan

untuk PPL dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota

kelompok tani, pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam mendukung

program SL-PTT padi sawah sehingga dapat meningkatkan produksi padi sawah

minimal 15%.

1.5. Hasil (OUTCOMES) Yang Diharapkan

Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah diharapkan memberikan hasil

terhadap VUB padi sawah yang diuji adaptasinya sehingga dengan penanaman VUB

padi sawah tersebut dapat meningkatkan produktivitas, disamping itu diharapkan

dapat menambah ilmu pengetahuan PPL/POPT dalam penerapan inovasi teknologi PTT

padi sawah, baik melalui pelatihan ataupun dari distribusi media cetak.

1.6. Manfaat (BENEFIT) Yang Diharapkan

Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah dapat memberikan manfaat bagi

petani dalam menambah pilihan akan VUB padi sawah yang akan ditanam dalam

upaya peningkatan produksi padi sawah.

1.7. Dampak (IMPACT) Yang Diharapkan

Kegiatan pendampingan SLPTT akan memberikan dampak dalam peningkatan

produksi padi sawah.

 

 

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PTT Padi Sawah

Pengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ternyata

mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi (Deptan, 2008)

melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang saling menunjang

(sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan partisipasi petani sejak

awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif).

Penerapan PTT padi sawah di Sumatera Barat yang dimulai pada tahun 2001 di

Kabupaten Padang Pariaman, Agam dan Tanah Datar, dapat meningkatkan

produktivitas padi sebesar 12,3-21,0%. Kemudian pada tahun 2004-2006, PTT

diterapkan dengan menggunakan varietas Batang Piaman di Kabupaten Padang

Pariaman, Tanah Datar, Agam, Sijunjung, Kota Padang, Solok. Pada penerapan PTT

tersebut terjadi peningkatan produksi 15,5-56,6% serta keuntungan bagi petani

sebesar 16,4-85,6% (Abdullah dkk, 2008).

Adapun teknologi produksi yang dianjurkan pada Model PTT padi sawah

adalah: (1) Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan

dan keinginan petani setempat; (2) Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah

tinggi); (3) Bibit muda (umur <21 hari setelah semai); (4) Jumlah bibit 1-3 batang per

lubang dan sistem tanam jajar legowo 2:1 atau legowo 4:1; (5) Pemupukan N

berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD); (6) Pemupukan P dan K berdasarkan status

hara tanah, yang ditentukan dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau petak

omisi, serta pemecahan masalah kesuburan tanah apabila terjadi di lokasi; (7) Bahan

organik (kompos jerami 5 t/ha, atau pupuk kandang 2 t/ha); (8) Pengairan berselang

(intermittent irrigation); (9) Pengendalian gulma secara terpadu; (10) Pengendalian

hama dan penyakit secara terpadu (PHT); dan (11) Panen beregu dan pasca panen

menggunakan alat perontok (Abdullah dkk, 2008).

Penerapan PTT diawali dengan pemahaman terhadap masalah dan peluang

(PMP) pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan dengan tujuan: (1)

Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala, dan peluang usahatani;

(2) Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi; dan (3)

 

 

Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani di wilayah setempat

(Hasan dkk, 2009).

Varietas Unggul Baru (VUB)

Saat ini telah banyak varietas unggul baru (VUB) padi sawah yang dihasikan

oleh Badan Litbang Deptan, khusus untuk masyarakat Sumbar yang suka dengan rasa

nasi pera (kandungan amilosa >25%) dan memberikan produksi cukup tinggi adalah:

Logawa, Inpari 12, IR-66, dan Tukad Unda yang perlu didiseminasikan kepada petani

Sumatera Barat. Selain memberikan hasil yang cukup tinggi, VUB juga mempunyai

umur yang lebih pendek. Logawa baik untuk lahan sawah dataran rendah sampai 500

m dpl dengan umur 110-120 hari (15-25 hari lebih genjah dari IR-42), potensi hasil

7,5 t/ha dan tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2, serta tahan terhadap

penyakit hawar daun strain III. IR-66 termasuk varietas yang berumur cukup genjah,

yaitu 110-120 hari tetapi mempunyai potensi hasil yang lebih rendah dibanding

Logawa, yaitu 5,5, t/ha, tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1,2,dan 3, tahan

wereng hijau, dan agak tahan wereng punggung putih, serta tahan hawar daun,

tungro dan agak tahan blas. Tukad Unda mempunyai umur yang lebih pendek yaitu

105-115 hari, potensi hasil 7,0 t/ha, agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3,

tahan terhadap penyakit blas, serta agak tahan hawar daun bakteri strain VIII. Tukad

Unda dan IR-66 merupakan varetas pilihan bagi daerah endemik tungro karena kedua

varietas tersebut tahan terhadap penyakit tungro yang akhir-akhir ini banyak

menyerang pertanaman padi sawah di Sumatera Barat. Inpari 12 merupakan VUB

yang paling baru dilepas yaitu pada tahun 2009, sesuai selera masyarakat Sumbar

dengan kadar amilosa 26,4 %, umur 103 hari, potensi hasil lebih tinggi yaitu 8,0 t/ha,

agak tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, tahan penyakit blas

ras 033, agak tahan terhadap ras 133 dan 073. Deskripsi varietas-varietas yang telah

dilepas Kementerian Pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.

 

 

Tabel 1. Deskripsi beberapa varietas unggul baru dan varietas unggul lokal padi sawah

Varietas Potensi

hasil (t/ha)

Umur tanaman

(hari)

Bobot 1000 butir

(g)

Tekstur nasi (Kadar amilosa)

Silugonggo Batang Piaman Batang Lembang Logawa Tukad Unda IR-66 Sarinah Maro Rokan Hipa 4 Inpari 12 Inpari 21-Batipuah Dodokan Ciherang Cisokan IR-42 Anak Daro Kuriak Kusuik Junjuang Sagamgam Panuah

5,5 7,6 7,8 7,5 7,0 5,5 8,0 9,5 9,0 10,0 8,0 8,20 7,0 8,5 6,0 7,0 6,4 6,5 6,0 7,8

85-90 105-117 93-115 110-120 105-115 110-120 107-116 114-120 108-115 114-116 103-112

±120 100-105 116-125 90-100 135-145 135-145

±155 ±125 ±141

25,0 27,0 29,0 27,0 24,0 25,0 25,5 27,0 26,0 24,5 25,1 25,3 23,3 28,0 22,0 23,0 22,4 24,9 24,8 24,9

Pera (26,9%) Pera (28,0%) Pera (27,0%) Pera (26,0%) Pera (25,0%) Pera (25%) Pulen (23,3%) Pulen (23,1%) Sedang (23,5%) Pera (24,7%) Pera (26,4%) Pera (26,0%) Pulen (20,7%) Agak Pulen (23,0%) Pera (26,0%) Pera (27%) Pera (27,0%) Pera (27,0%) Pera (24,8%) Pera (26,5%)

Sumber: Suprihatno, dkk. 2010

 

 

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah dilaksanakan di Kabupaten Agam

dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2012.

3.2. Prosedur Penelitian

Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah dilaksanakan dengan beberapa

kegiatan sebagai berikut:

a. Koordinasi dan sosialiasi inovasi teknologi PTT dan SL-PTT padi sawah

Kegiatan koordinasi dan sosialisasi pelaksanaan pendampingan SL-PTT padi

sawah dilaksanakan dengan Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan

Kabupaten Agam. Kegiatan koordinasi dan sosialisasi meliputi penyampaian rencana

kegiatan pendampingan SL-PTT pada Dinas terkait yang meliputui aspek: kegiatan

pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Sumbar, Kalender tanam padi sawah, serta

inovasi teknologi lainnya yang mendukung kegiatan SL-PTT padi sawah di Kabupaten

Agam.

b. Identifikasi Biofisik Lokasi Pendampingan SL-PTT Padi Sawah

Lokasi kegiatan pendampingan SL-PTT model melalui peningkatan

produktivitas dan peningkatan Indek Pertanaman (IP) dan kegiatan pendampingan

SLPTT padi sawah melalui displai VUB padi sawah dilakukan terlebih dahulu identifikasi

biofisik lokasi dengan metode PRA/KKP. Data yang dikumpulkan meliputi biofisik,

sosial ekonomi, inovasi teknologi padi sawah yang dilakukan seperti: varietas yang

dipakai, pemupukan, jenis OPT dan pengendaliannya, sistem tanam dan inovasi

teknologi PTT padi sawah lainnya serta dilakukan identifikasi untuk jenis traktor yang

digunakan untuk lokasi pelaksana SLPTT model.

c. Demplot Uji Adaptasi VUB Padi Sawah

Demplot Uji Adaptasi VUB padi sawah dilakukan dengan menguji 1-3 varietas

unggul padi sawah dan satu varietas unggul lokal padi sawah sebagai pembanding

yang telah digunakan petani secara luas di lokasi pelaksanaan SL-PTT di Kabupaten

Agam. VUB yang digunakan seperti: Inpari-12, Inpari 21, dan Inpara-3, Caredek

 

 

Merah dan Sagamgam Panuah. Sedangkan varietas unggul lokal yang banyak

berkembang di Kabupaten Agam seperti: PB 42, Cisokan dan Kuriek Kusuik. Demplot

displai/uji adaptasi VUB dilaksanakan berdampingan dengan lokasi SL-PTT di luar

Labor Lapang (LL) dengan ukuran plot 0,50-1,00 ha dengan menggabungkan

beberapa lokasi SLPTT dari beberapa kelompok tani. Inovasi teknologi yang

digunakan adalah PTT padi sawah dengan pilihan teknologi dasar seperti: benih

bermutu, pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah,

pengaturan populasi tanam secara optimum (sistem tanam legowo 4:1 atau 6:1),

pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara dengan penggunaan

PUTS dan BWD, pengendalian OPT dengan pendekatan PHT. Teknologi pilihan

disesuaikan dengan kondisi setempat seperti: pengolahan tanah sesuai musim,

penggunaan bibit muda (<21 hari), tanam benih 1-3 batang per rumpun, pengairan

secara efektif dan efisien, dan panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.

Pelaksanaan di lapangan demplot VUB dilaksanakan oleh peneliti, penyuluh bekerja

sama dengan PPL/THL/POPT dan petugas pertanian lainnya. Secara umum pupuk

yang digunakan dengan takaran 300 kg NPK Phonska + 100 kg Urea/ha dan bahan

organik 1 ton/ha. Mendukung pelaksanaan pendampingan SL-PTT padi sawah di

Kabupaten Agam dan Kota Padang juga dilaksanakan kajian tentang Pengelolaan Hara

Spesifik Lokasi (PHSL) padi sawah untuk menentukan penggunaan hara spesifik lokasi.

Data yang dikumpulkan meliputi komponen hasil setiap VUB yang digunakan,

serangan H/P, produksi, serta umur VUB yang di displaikan.

d. Pelatihan

Kegiatan diseminasi lainnya adalah peneliti dan penyuluh BPTP Sumbar sebagai

narasumber inovasi teknologi PTT padi sawah untuk PPL/THL dan POPT, dengan

menyampaikan inovasi teknologi PTT padi sawah sepeerti: peggunaan hara spesifik

lokasi (PHSL), penangkaran benih padi sawah, jenis OPT utama padi sawah dan cara

pengendaliannya. Disamping itu juga dilalukan pelatihan untuk PL-2, PL-3 dan SL yang

dilaksanakan oleh kelompok tani pelaksana SLPTT padi sawah di Kabupaten Agam

dan Kota Padang. Kegiatan pelatihan dikoordinasikan dengan Dinas Pertanian/Bapeluh

dan BPP/BPK setempat.

 

10 

 

e. Kegiatan Perbanyakan dan Distribusi Media Cetak

Dalam pelaksanaan pendampingan program SL-PTT di Kabupaten Agam dan

Kota Padang juga dilakukan pendistribusian media cetak dan media terekam berupa

inovasi teknologi PTT, brosur dan leaflet yang berhubungan dengan inovasi teknologi

PTT padi sawah seperti: PHSL, pengendalian OPT dan inovasi teknologi lainnya

kepada PPL dan anggota kelompok tani.

f. Temu Lapang Inovasi Teknologi Padi Sawah

Dalam mendukung pelaksanaan pendampingan program SL-PTT padi sawah di

Kabupaten Agam dan Kota Padang juga dilakukan temu lapang baik pada saat tanam

ataupun panen padi sawah untuk kegiatan GT VUB/demplot displai introduksi/uji

adaptasi VUB bekerjasama dengan Dinas/Bapeluh/Kelompok Tani. Kegiatan temu

lapang jika memungkinkan akan dilakukan oleh Bapak Kepala Badan Litbang

Kementan atau Bapak Menteri Pertanian. Kegiatan temu lapang dihadiri oleh peneliti,

penyuluh, penyuluh lapang dan anggota kelompok tani sekitarnya.

 

11 

 

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.  Koordinasi dan Sosialisasi dengan Pemda Kabupaten Agam dan Kota Padang 

Kegiatan koordinasi dan sosialisasi di tingkat Pemda dan BPTP dilakukan

dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan serta Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam serta

dengan Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang telah

dilaksanakan dengan menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan pendampingan

SLPTT padi sawah di Kabupaten Agam dan Kota Padang.

Tabel 2. Perkembangan Koordinasi dan sosialisasi Pendampingan Program SLPTT di Kabupaten Agam Dan Kota Padang, Desember 2012.

No. Bentuk Kegiatan (Koordinasi dan Sosialisasi)

Pihak Yang Terlibat

Waktu Pelaksanaan

Rencana Tindak Lanjut

1. Pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar, Dinas Pertanian Hortikultura dan Peternakan Kab. Agam dan BP3KP Kecamatan, PPL, PHP dan Ketua Kelompok tani.

Maret 2012 Pelaksanaan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kab. Agam

2. Pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi pendampingan SL-PTT padi sawah di Kota Padang

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar, Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang dan BPP dan UPT Kecamatan, PPL, PHP dan Ketua Kelompok tani.

September 2012

Pelaksanaan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kab. Agam

 

12 

 

Gambar 1. Kegiatan koordinasi dan sosialisasi pelaksanaan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam dan Kota Padang

2. Identifikasi Biofisik Lokasi Pendampingan SL-PTT Padi Sawah

Dalam mendukung kegiatan SLPTT model padi sawah telah dilakukan PRA/KKP

di Kabupaten Agam dan Kota Padang pelaksana SLPTT model, hasil laporan PRA/KKP

lokasi pendampingan SLPTT padi sawah model dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Hasil PRA/KKP lokasi pendampingan dan pelaksanaan SLPTT model di Kabupaten Agam dan Kota Padang, Desember 2012.

No. Kabupaten/Kota/ Kecamatan

Eksisting Inovasi Teknologi Padi Sawah

Rekomendasi Inovasi Teknologi Padi Sawah

1. Kabupaten Agam Kecamatan Tanjung

Mutiara Varietas ditanam Sokan Gadang dan Bendang Pulau tidak berlabel, umur benih 25 hss dengan jumlah benih 7 btg/rumpun, pemupukan Urea 50-100 kg/ha, Phonska 50-100 kg/ha, jerami dibakar, hasil 2,70

Varietas ditanam Batang Piaman berlabel, umur benih 15 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3

 

13 

 

t/ha, hama penyakit menyerang al: wereng coklat, walang sangit, kepinding tanah, dan penggerek batang, serta penyakit blas dan tungro.

bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 6:1 dan tegel, PHT.

Kecamatan Lubuk Basung

Varietas ditanam Cisokan, Batang Piaman, PB 42, IR 64, dan Bendang Pulau tidak berlabel, umur benih 15-30 hss dengan jumlah benih 2-7 btg/rumpun, pemupukan Urea 50-100 kg/ha, Phonska 50-100 kg/ha, jerami dibakar, hasil 2,20-4,20 t/ha, hama penyakit menyerang al: wereng coklat, tikus, walang sangit, dan penggerek batang, serta penyakit blas.

Varietas ditanam Batang Piaman berlabel, umur benih 10-15 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1 atau 6:1, dan tegel, PHT. Beberapa kelompok ingin jadi penangkar VUB Inpari 21-Batipuah

Kecamatan Ampek Nagari

Varietas ditanam Batang Piaman, dan PB 42 sebagian berlabel, Pulau Intan, Benang Serumpun dan Bendang Pulau tidak berlabel, umur benih 13-25 hss dengan jumlah benih 3-7 btg/rumpun, pemupukan Urea 100-150 kg/ha, SP-36 50-100, KCl 50 dan Phonska 50 kg/ ha, jerami sebagian dibakar dan sebagian dikomposkan, hasil 4,80 t/ha, hama penyakit menyerang al: wereng coklat, walang sangit, kepinding tanah dan penggerek batang, serta penyakit blas.

Varietas ditanam Batang Piaman berlabel, umur benih 13-15 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1 atau 6:1 dan tegel, PHT.

Kecamatan Palembayan

Varietas ditanam Cisokan dan PB 42 tidak berlabel, umur benih 15 hss dengan jumlah benih 1-3 btg/rumpun, pemupukan Urea 50-100 kg/ha, Phonska 50 kg/ ha dan SP-36 50-100 kg/ha, sebagian jerami dikompos, hasil 4,00-5,00 t/ha, hama penyakit menyerang al: wereng coklat dan penyakit tungro.

Varietas ditanam Batang Piaman berlabel, umur benih 15 hss, pemupukan 50 kg Urea+175 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1 atau 6:1 dan tegel, PHT.

Kecamatan Baso Varietas ditanam Cisokan tidak berlabel, umur benih 15-20 hss dengan jumlah benih 3-5 btg/rumpun, pemupukan Urea 100-200 kg/ha, Phonska 25-30 kg/ha, sebagain jerami dibakar dan sebagian dikompos, hasil 6,00-7,00 t/ha, hama penyakit menyerang al: keong mas dan penyakit blas, sebagian besar

Varietas ditanam Cisokan berlabel, umur benih 10-20 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1 atau 6:1, PHT, butuh hand traktor

 

14 

 

kelompok belum mempunyai hand traktor.

Yanmar 6,5 PK dan threser.

Kecamatan Tilatang Kamang

Varietas ditanam Kuriek Kusuik tidak berlabel, umur benih 20-25 hss dengan jumlah benih 1-5 btg/rumpun, pemupukan Urea 50-100 kg/ha, Phonska 200 kg/ha, jerami sebagian dikompos, hasil 4,30-6,10 t/ha, hama penyakit menyerang al: penggerek batang, serta penyakit blas.

Varietas ditanam Kuriek Kusuik berlabel, umur benih 15-20 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 6:1, PHT.

Kecamatan Kamang Magek

Varietas ditanam Kuriek Kusuik tidak berlabel, umur benih 15-30 hss dengan jumlah benih 3-8 btg/rumpun, pemupukan Urea 200 kg/ha, Phonska 75-100 kg/ha, dan SP-36 50 kg/ha, jerami sebagian dikompos dan dibakar, hasil 3,70-4,50 t/ha, hama penyakit menyerang al: tikus, walang sangit, kepinding tanah dan penyakit blas.

Varietas ditanam Kuriek Kusuik berlabel, umur benih 15-20 hss, pemupukan 50 kg Urea+250 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 6:1, PHT.

2. Kota Padang Kecamatan Kuranji Varietas ditanam PB-42 tidak

berlabel, umur benih 12-20 hss, pemupukan Urea 100-150 kg/ha, Phonska 100-150 kg/ha, pupuk kandang 500-1000 kg/ha, jerami dibakar, hasil 3,50-4,20 t/ha, hama penyakit menyerang al: penggerek batang, walang sangit, tikus, kepinding tanah dan penyakit blas.

Varietas ditanam PB-42 berlabel, umur benih <20 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1, PHT.

Kecamatan Bungus Teluk Kabung

Varietas ditanam PB-42 tidak berlabel, umur benih 20 hss, pemupukan Urea 35-100 kg/ha, Phonska 100-150 kg/ha, jerami sebagian besar ditebar disawah, hasil 3,30-3,90 t/ha, hama penyakit menyerang al: penggerek batang dan penyakit tungro.

Varietas ditanam PB-42 berlabel, umur benih <20 hss, pemupukan 50 kg Urea+175 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1, PHT.

Kecamatan Pauh Varietas ditanam Cisokan dan PB-42 tidak berlabel, umur benih 15-25 hss, pemupukan Urea 100-150 kg/ha, SP-36 50-100 kg, Phonska 100-150 kg/ha, pupuk organic 100 kg/ha, jerami sebagian dibakar dan sebagian ditebar disawah, hasil 3,90-5,10 t/ha, hama penyakit menyerang al: penggerek batang, kepinding tanah, walang sangit, keong mas dan penyakit blas.

Varietas ditanam Cisokan berlabel, umur benih <20 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska+ 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1, PHT.

 

15 

 

Kecamatan Nanggalo Varietas ditanam PB-42 tidak berlabel, umur benih 12-20 hss, sebagian sistem tanam jajar legowo, pemupukan Urea 100 kg/ha,ZA 50 kg, Phonska 100-200 kg/ha, jerami sebagian dibakar dan sebagian ditebar disawah, hasil 3,00-3,90 t/ha, hama penyakit menyerang al: penggerek batang, walang sangit, dan keong mas.

Varietas ditanam PB-42 berlabel, umur benih <20 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1, PHT.

Kecamatan Lubuk Kilangan

Varietas ditanam PB-42 tidak berlabel, umur benih 11-25 hss, pemupukan Urea 50-200 kg/ha, Phonska 100-150 kg/ha, jerami sebagian dikompos, sebaian dibakar dan sebagian diletakkan dipematang sawah, hasil 2,40-3,90 t/ha, hama penyakit menyerang al: penggerek batang, tikus, walang sangit, keong mas, penyakit blas dan tungro, sebagian sawah kena limbah semen Padang.

Varietas ditanam PB-42 dan Cisokan berlabel, umur benih <20 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1, PHT.

Kecamatan Lubuk Begalung

Varietas ditanam PB-42 tidak berlabel, umur benih 14-25 hss, sebagian sistem tanam jajar legowo, pemupukan Urea 75-200 kg/ha, Phonska 150-200 kg/ha, pupuk organik 100 kg per ha, jerami sebagian dibakar dan sebagian ditebar disawah, hasil 3,90-4,50 t/ha, hama penyakit menyerang al: penggerek batang, penakit blas dan tungro.

Varietas ditanam PB-42 berlabel, umur benih <20 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska dan 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1, PHT.

Kecamatan Koto Tangah

Varietas ditanam PB-42 tidak berlabel, umur benih 12-18 hss, sebagian tanam sistem legowo dan sebagian benih 1 batang/rumpun, pemupukan Urea 75-200 kg/ha, Phonska 150-200 kg/ha, pupuk organik 100 kg per ha, jerami sebagian dibakar dan sebagian ditebar disawah, hasil 3,90-4,50 t/ha, hama penyakit menyerang al: penggerek batang, tikus, keong mas, dan penyakit blas.

Varietas ditanam PB-42 berlabel, umur benih <20 hss, pemupukan 50 kg Urea+200 kg NPK Phonska dan 25 kg KCl per ha, pemberian Urea berikutnya dengan BWD, jumlah bibit ditanam 1-3 bibit/rumpun, sebagian melaksanakan sisitem tanam legowo 4:1, PHT.

 

16 

 

Gambar 2. Kegiatan pelaksanaan PRA/KKP lokasi pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam dan Kota Padang

3. Kegiatan Displai Adaptasi VUB Padi Sawah

  Perkembangan displai uji adatasi VUB padi sawah dalam kegiatan

pendampingan program SL-PTT pada di Kabupaten Agam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tabel perkembangan pelaksanaan Displai VUB padi sawah di Kabupaten Agam, Desember 2012.

Lokasi (Kab/Kota/Kec)

Displai VUB Produktivitas Varietas Pembanding (t/ha)

Varietas Prod (t/ha)

LL SL-PTT Non SL-PTT

Kamang Hilir, Kecamatan Kamang Magek

Kuriek Kusuik Caredek Merah

7,14 5,80

7,12 (Kuriek Kusuik)

7,02 (Kuriek Kusuik)

6,50 (Kuriek Kusuik)

Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya

Inpari 21-Batipuah Inpari 12 Cisokan

7,38 6,92 7,04

6,88 (PB-42)

6,78 (PB-42)

5,92 (PB-42)

 

17 

 

Lubuk Basung, Kecamatan Lubuk Basung

Inpari 21-Batipuah*) Inpari 12 *) Cisokan *)

5,60 (Btg

Piaman)

5,50 (Btg

Piaman)

5,10 (Btg

Piaman)

Keltan Sawah Sago, Manggopoh, Kecamatan Lubuk Basung

Inpari 21-Batipuah**) Inpari 12 Cisokan

Keltan Binuang Sakti, Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek

Kuriek Kusuik **) Caredek Merah

Keltan Lakota, Pananmpuan, Kecamatan IV Angkek

Kuriek Kusuik **) Caredek Merah

*) Gagal panen akbat banjir dan serangan tikus **) Tanam Desember 20012

Gambar 3. Keragaan tanaman display VUB padi sawah pada lokasi pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam

 

18 

 

4. Pelatihan/Narasumber

Pelatihan teknis inovasi teknologi yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat

baik untuk PL2 di tingkat provinsi dan PL3 pada 14 Kabupaten/Kota pelaksana SL-PTT

dapat dlihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Pelatihan Teknis Inovasi Teknologi kegiatan pendampingan SLPTT di Kabupaten Agam, Desember 2012

Tingkat Penyelenggaraan

Pelatihan

Topik/Materi Pelatihan

Sasaran Peserta Pelatihan Waktu

Pelaksa naan

Rencana Tindak Lanjut Asal

Institusi

Jml Peserta

(org) BP4K2P Kecamatan Tilatang Kamang dan Kamang Magek

1. Inovasi teknologi PTT padi sawah dalam upaya peningkatan produksi

2. Kalender Tanam

UPTD, PPL dan PHP BP4K2P Kec. Tilatang Kamang dan Kamang Magek

25 orang

27 Juni 2012

Dilaksanakan pada kegiatan SLPTT pad sawah

Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Mutiara

1. Inovasi teknologi PTT padi sawah dalam upaya peningkatan produksi

2. Kalender Tanam

UPTD, PPL dan PHP BP4K2P Kec. Lubuk Basung, danTanjung Mutiara

25 orang

4 Juli 2012

Dilaksanakan pada kegiatan SLPTT pad sawah

Gambar 4. Kegiatan pelaksanaan pelatihan bagi PP, THL dan POPT dalam kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam.

 

19 

 

5. Distribusi Media Cetak

Perkembangan penyebarluasan inovasi media cetak seperti leaflet pada BPTP

Sumbar dalam kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah di Kabupaten Agam dan

Kota Padang pada tahun anggaran 2012 ini dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Perkembangan Penyebarluasan Inovasi (Leaflet) untuk Distan, Bapeluh, PPL dan POPT di Kabupaten Agam dan Kota Padang, Desember 2012

No. Judul Materi Leaflet Jml

EkspJumlah Inovasi Yang Dimuat

Target Penerima Media Informasi

Realisasi

1. Deskripsi VUB Spesifik Sumatera Barat

100 4 VUB padi sawah

PPL dan PHP Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari, IV Koto, Sei Puar, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Kamang Magek, Ka Distan dan Ka Bapeluh Kab. Agam dan BPP Nanggalo dan Marapalam Kota Padang

Telah didistri-busikan

2. Teknologi Perbanyakan Benih

100 Teknologi perbanyakan benih

PPL dan PHP Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari, IV Koto, Sei Puar, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Kamang Magek, Ka Distan dan Ka Bapeluh Kab. Agam dan BPP Nanggalo dan Marapalam Kota Padang

Telah didistri-busikan

3. Pemupukan Spesifik Lokasi

100 2 inovasi teknologi padi sawah penggunaan PUTS dan BWD

PPL dan PHP Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari, IV Koto, Sei Puar, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Kamang Magek, Ka Distan dan Ka Bapeluh Kab. Agam dan BPP Nanggalo dan

Telah didistri-busikan

 

20 

 

Marapalam Kota Padang

4. Hama utama dan pengendaliannya

100 4 jenis hama utama padi sawah

PPL dan PHP Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari, IV Koto, Sei Puar, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Kamang Magek, Ka Distan dan Ka Bapeluh Kab. Agam dan BPP Nanggalo dan Marapalam Kota Padang

Telah didistri-busikan

5. Penyakit utama dan pengendaliannya

100 3 jenis penyakit utama padi sawah

PPL dan PHP Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari, IV Koto, Sei Puar, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Kamang Magek, Ka Distan dan Ka Bapeluh Kab. Agam dan BPP Nanggalo dan Marapalam Kota Padang

Telah didistri-busikan

6. Pengelollaan Hara Spesifik Lokasi

100 PHSL untuk padi sawah dan PUJS untuk jagung

PPL dan PHP Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari, IV Koto, Sei Puar, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Kamang Magek, Ka Distan dan Ka Bapeluh Kab. Agam dan BPP Nanggalo dan Marapalam Kota Padang

Telah didistri-busikan

7. Buku Lapangan Hama, Penyakit dan Defisiensi Hara Tanaman Padi Sawah

100 Hama, Penyakit dan Masalah Hara Padi Sawah

PPL dan PHP Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari, IV Koto, Sei Puar, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Kamang Magek, Ka

Telah didistri-busikan

 

21 

 

Distan dan Ka Bapeluh Kab. Agam dan BPP Nanggalo dan Marapalam Kota Padang

8. Bagan Warna Daun (BWD)

50 Pemupukan N PPL dan PHP Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari, IV Koto, Sei Puar, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Kamang Magek, Ka Distan dan Ka Bapeluh Kab. Agam dan BPP Nanggalo dan Marapalam Kota Padang

Telah didistri-busikan

6. Temu Lapang

Dalam mendukung pelaksanaan pendampingan SL-PTT juga dilakukan temu

lapang baik dilaksanakan pada saat panen kegiatan demplot displai VUB padi sawah.

Beberapa kegiatan temu lapang yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini.

Tabel 7. Perkembangan kegiatan temu lapang pelaksanaan pendampingan SL-PTT di Kabupaten Agam, Desember 2012.

Materi/Tema Target Peserta (Jumlah dan Asal)

Realisasi Jml Peserta

Asal Peserta Ket

Panen display VUB padi sawah di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam

50 orang dari Camat Tanjung Raya, UPT/ BP3K Kecamatan Tanjung Raya, BPTP Sumbar, Wali Nagari, PPL dan anggota kelompok tani

50 orang Kecamatan Tanjung Raya, Camat, UPT/ BP3K Kecamatan Tanjung Raya, BPTP Sumbar, Wali Nagari, PPL dan anggota kelompok tani

 

22 

 

Gambar 5. Kegiatan pelaksanaan temu lapang panen displai VUB dalam kegiatan

pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam.

 

23 

 

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Telah dilakukan kegiatan koordinasi dan sosialisasi dengan Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan serta Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam dan Kota Padang dengan

menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah

di Kabupaten Agam.

2. Telah dilakukan pelaksanaan identifikasi biofisik lokasi pendampingan SL-PTT

dengan metode PRA/KKP pada beberapa kecamatan pelaksana SL-PTT padi

sawah di Kabupaten Agam dan Kota Padang.

3. Hasil panen display VUB padi sasah menunjukkan VUB Inpari 21-Batipuah dan

Inpari 12 hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding untuk

Kecamatan Tanjung Raya dan Varietas lokal Kuriek Kusuik hasilnya lebih tinggi

dibandingkan pada yang sama pada loasi LL, SL-PTT dan Non SL-PTT di

Kecamatan Kamang Magek.

4. Pelatihan inovasi teknologi untuk peningkatan produksi padi sawah serta kalender

tanam untuk PPL dan POPT telah dilakukan.

5. Media cetak inovasi teknologi PTT padi sawah dan buku saku Hama Penyakit padi

sawah dan pengendaliannya serta BWD telah didistribusikan kepada Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan dan Badan Penyuluhan

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, PPL/THL dan POPT

Kabupaten Agam dan Kota Padang.

5.2. Saran

Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah disarankan supaya petani

dapat mengadopsi dan melaksanakan inovasi teknologi padi sawah spesifik lokasi yang

telah diterapkan dalam kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah seperti

penggunaan VUB, sistem tanam jajar legowo serta pemupukan spesifik lokasi.

 

24 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal.

Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal

Bappeda dan BPS Propinsi Sumatera Barat. 2011. Sumatera Barat Dalam Angka (Sumatera Barat in Figures) 2010/2011. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. 633 hal.

Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Rencana operasional peningkatan tambahan produksi beras 2 juta ton tahun 2007. Makalah disampaikan pada Lokakarya P2BN, Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Maret 2007.

Deptan, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal.

Las,I. H. Syahbuddin, E. Surmaini, dan Achmad M. Fagi. 2008. Iklim dan Tanaman Padi: Tantangan dan peluang. Dalam: Suyamto et al (Eds).Buku Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.151-189.

Purwanto.S. 2008. Implementasi kebijakan untuk pencapaian P2BN. Dalam. B. Suprihatno et al. (Eds). Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN. Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.9-37.

Puslitbangtan dan BBP2TP. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Puslitbangtan dan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pertanian. 20 hal.

Suprihatno, B., AA. Daradjat, Satoto, Suwarno, E. Lubis, Baehaki SE., Sudir, SD. Indrasari, P. Wardana, dan MJ. Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 118 hal.