Post on 04-Dec-2015
1. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mampu menjelaskan kegunaan alat-alat di Laboratorium 1.2 Mampu menggunakan alat-alat laboratorium 1.3 Mampu melakukan percobaan dengan cara dan urutan yang benar
1. DASAR TEORI
2.1 Teknik Laboratorium Laboratorium kimia adalah suatu ruangan khusus yang dilengkapi dengan berbagai alat-alat dan fasilitas-fasilitas sehingga dapat memenuhi syarat untuk dapat melakukan percobaan-percobaan dan praktikum yang menunjang mata kuliah kimia dasar. (Mulyana, 1982) Untuk mendukung kegiatan praktikum mata kuliah kimia dasar di laboratorium kimia dasar, tersedia berbagai jenis peralatan dengan fungsi tertentu.Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengetahui kegunaan dan mampu menggunakan masing-masing alat tersebut.Pemilihan alat tertentu umumnya berdasarkan ketelitian yang dikehendaki, sifat dari zat yang dipakai dan keamanan terhadap si pemakai serta lingkungannya. Nama-nama serta fungsi beberapa peralatan sederhana yang sering digunakan di laboratorium kimia dasar adalah sebagai berikut :
1. Tabung reaksi
Sebagai tempat untuk mereaksikan dua atau lebih zat.
1. Penjepit
Untuk menjepit tabung reaksi.
1. Pengaduk gelas
Untuk mengocok atau mengaduk suatu baik akan direaksikan maupun ketika reaksi sementara berlangsung.
1. Corong
Corong dibagi menjadi dua jenis yakni corong yang menggunakan karet atau plastic dan corong yang menggunakan gelas. Corong digunakan untuk memasukkan atau memindah larutan dari satu tempat ke temapt lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saring pada bagian atas.
1. Kertas saring
Untuk menyaring larutan.Dalam suatu pekerjaan, analisis secara gravimetri, endapan sering disaring dengan menggunakan kertas saring yang tak meninggalkan abu.
1. Pipa bengkok
Terbuat dari gelas.Fungsinya adalah untuk mengalirkan gas ke dalam suatu tempat tertutup atau ke dalam larutan.
1. Kaca arloji2. Sebagai penutup saat melakukan pemanasan terhadap suatu bahan kimia
3. Untuk menimbang bahan-bahan kimia4. Untuk mengeringkan suatu bahan dalam desikator.5. Gelas ukur
Untuk mengukur volume larutan.Pada saat praktikum dengan ketelitian tinggi gelas ukur tidak diperbolehkan untuk mengukur volume larutan.Pengukuran dengan ketelitian tinggi dilakukan menggunakan pipet volume.
1. Gelas beker
Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan.Gelas beker memiliki takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengulur volume suatu zat cair.
1. Erlenmeyer
Tempat membuat larutan.Dalam membuat larutan Erlenmeyer yang selalu digunakan.
1. Labu ukur
Untuk membuat dan atau mengencerkan larutan dengan ketelitian yang tinggi.
1. Pipa gondok
Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggembung.
1. Pipet ukur
Untuk mengukur volume larutan.
1. Pipet Pasteur (pipet tetes)’
Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil.
1. Buret
Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan untuk mengukur volume suatu larutan. (Ensiklopedia Umum) 2.2 Teori Asam – Basa 2.2.1 Teori Asam Basa Browsted – Lowry Dalam kimia, teori Bronsted-Lowry adalah teori mengenai asam basa yang digagaskan oleh Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923 secara terpisah.Dalam teori ini, asam Bronsted didefinisikan sebagai sebuah molekul atau ion yang mampu melepaskan atau “mendonorkan” kation hidrogen (proton, H+), dan basa Bronsted sebagai spesi kimia yang mampu menarik atau “menerima” kation hidrogen (proton). (Ensiklopedia Umum) 2.2.2 Teori Asam Basa Arhenius Arhenius berpendapat tentang teori pengionan elektrolit. Elektrolit yang dilarutkan didalam air akan terurai menjadi ion positif dan negatif. Zat yang larut dalam air menghasilkan ion H+ disebut asam, zat yang larut dalam air dan menghasilkan ion H– disebut basa. (Gany, 1991) 2.2.3 Teori Asam Basa Lewis Menurut Lewis, asam merupakan akseptor pasangan elektron, sedangkan basa merupakan donor pasangan elektron. Lewis berpendapat bahwa teori Bronsted – Lowry merupakan kasus khusus, karena proton dapat dianggap sebagai akseptor
pasangan elektron dan basa (OH–,NH2,H2SO42- dan sebagainya) sebagai donor pasangan
elektron. (Cotton &Willkinson, 1989) 2.3 Pengenceran Pengenceran merupakan proses mencampur larutan pekat (dari konsentrasi tinggi) dengan cara menambah pelarut untuk memperoleh volume air yang lebih besar dengan konsentrasi larutan lebih rendah. Pada proses pengenceran, volume dan kemolalan berubah, jumlah mol zat terlarut tidak berubah. Sehingga hasil kali normalitas dengan volume senyawa semula yang digunakan (V1 . N1) harus sama dengan hasil akhir setelah pengenceran (V1 . N1 = V2 . N2) dengan : V1 = volume asli larutan yang digunakan N1 = normalitas asli V2 = volume larutan yang dibuat N2 = normalitas standar yang dibuat Normalitas merupakan banyaknya ekuivalen zat terlarut er liter larutan. (Kunfelter, 1990) 2.4 Penyaringan / Filtrasi Penyaringan adalah suatu metode dimana suatu padatan siap untuk dipisahkan dari cairan dengan melewati campuran menembus suatu saringan, yaitu suatu penghalang dengan banyak lubang kecil.Filtrasi adalah metode sederhana untuk memisahkan endapan dari air dalam serangkaian perlakuan atau percobaan untuk kegunaan penyerapan, karena partikel pasir dan tanah liat membuat endapan ini tidak dapat menembus saringan. (Lemoy, 1991) 2.5 Titrasi Asam dan Basa Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut analisis volumetrik.Larutan dalam buret disebut penitrasi.Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam basa.Sebagian larutan asam diletakkan pada Erlenmeyer atau gelas kimia.Indicator adalah suatu zat yang mempunyai warna dalam keadaan asam dan basa berlainan.Titrasi telah mengalami netral apabila telah mencapai suatu titik akhir.Suatu titik akhir adalah titik dimana indicator tertentu berubah warna. Selam titrasi, titranditeteskan secara perlahan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi larutan pereaksi lain. Penambahan dilakukan sampai seluruh reaksi yag ditandai dengan adanya perubahan warna dalam Erlenmeyer yang tidak hilang meskipun digoyang-goyang. (Braddy, 1994) 2.6 Indikator Asam Basa Indikator asambasa adalah asam atau basa organic yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hydrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Pemilihan suatu indikator untuk suatu titrasi asam basa tertentu tergantung kuat relative asam dan basa dalam titrasi. Indikator asam basa diantaranya :
NamaJangka pH dalam perubahan warna
Warna Asam Warna Basa
Metil kuning 2 – 3 Merah KuningDinitrofenol 2,4 – 4,0 Tak berwarna KuningMetil orange 3 – 4,5 Merah KuningMetil merah 4,4 – 6,6 Merah KuningLakmus 6 – 8 Merah BiruFenolftalein 8 – 10 Tak berwarna MerahTimolftalein 10 – 12 Kuning UnguTrinitrobenzena 12 – 13 Tak berwarna Jingga
( Keenan, 1984 ) 2.7 Analisa Bahan 2.7.1 HCl Merupakan larutan yang bersifat asam, tidak berwarna, larut dalam air, baunya tajam, titik didih -85oC dan titik leleh 114oC. (Mulyono, 1997) 2.7.2 NaOH NaOh berbentuk padatan kristal putih dan dapat larut dalam air, jika diberi kalor. NaOH dapat menyebabkan iritasi dikulit dan beracun.NaOH memiliki titik didih 193oC dan titik leleh ± 3,18oC. (Bisri,1996) 2.7.3 NH4Cl Suatu garam yang digunakan untuk pembuatan HCl di laboratorium. Amonuim Klorida merupakan garam yang dihasilkan
dari reaksi ammonia dengan asam klorida, bersifat basa, berwarna bening. Berfungsi untuk pengisi batu baterai dan bahan untuk pembuat pupuk. (Vogel,1985) 2.7.4 H2SO4 Merupakan asam kuat yang dihasilkan dari reaksi SO3
– dan H2O, memiliki pH lebih dari 7, berguna dalam industri pupuk, detergen, insektisida, cat, dan lain-lain. (Chang, 1984) 2.7.5 Fenolphtalein (PP) Kristal berwarna yang meleleh pada suhu 2610C. Larut dalam alcohol dan pelarut organic lainnya tetapi hanya larut sedikit dalam air. Fungsinya sebagai indikator asam basa, tak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah muda pada larutan basa. Perubahan pH-nya 8,2 – 10,0. (Mulyono, 1996) 2.7.6 (CH3COOH)2Pb Senyawa beracun yang manis dapat melarutkan timbal monoksida. (CH3COOH)2Pb dapat digunakan dalam pengobatan untuk persenyawaan timbal lainnya. (Anonim, 1973) 2.7.7 PbSO4 Kristal putih berbentuk rambis, racun keras, sedikit larut dalam air, tidak larut dalam alcohol. Dibuat dengan mereaksikan timbal nitrat dan natrium sulfat.Dipakai sebagai pigmen untuk zat. (Ensiklopedia Umum) 2.7.8 Kertas Lakmus Kertas lakmus adalah senyawa organic yang dapat mengalami perubahan warna karena pengaruh asam dan basa dalam suatu larutan dengan pH tertentu. (Khopkas, 1990) 2.8 Teori Tumbukan Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan kita tidak perlu memikirkan tentang orientasi dari tumbukan. Reaksi yang melibatkan tumbukan antara dua atau lebih partikel akan membuat mekanisme reaksi menjadi lebih rumit. 2.8.1 Orientasi dari Tumbukan Pertimbangkan suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua molekul etena CH2=CH2 dan hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk menghasilkan kloroetan. Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul, ikatan rangkap diantara dua karbon berubah menjadi ikatan tunggal.Satu hidrogen atom berikatan dengan satu karbon dan atom klor berikatan dengan satu karbon lainnya. Reaksi hanya dapat terjadi bila hidrogen yang merupakan ujung dari ikatan H-Cl mendekati ikatan rangkap karbon-karbon.Tumbukan selain daripada itu tidak bekerja dikarenakan kedua molekul tersebut akan saling bertolak. Tumbukan-tumbukan(collisions) yang ditunjukkan di diagram, hanya tumbukan 1 yang memungkinkan terjadinya reaksi. 2.8.2 Energi Tumbukan Aktivasi Energi Walaupun partikel-partikel itu berorientasi dengan baik, Anda tidak akan mendapatkan reaksi jika partikel-partikel tersebut tidak dapat bertumbukan melampui energi minimum yang disebut dengan aktivasi energi reaksi. Aktivasi energi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melangsungkan terjadinya suatu reaksi. Contoh yang sederhana adalah reaksi exotermal yang digambarkan seperti di bawah ini: Jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang lebih rendah dari energi aktivasi, tidak akan terjadi reaksi. Mereka akan kembali ke keadaan semula. Anda dapat membayangkan energi aktivasi sebagai tembok dari reaksi. Hanya tumbukan yang memiliki energi sama atau lebih besar dari aktivasi energi yang dapat menghasilkan terjadinya reaksi. Di dalam reaksi kimia, ikatan-ikatan diceraikan (membutuhkan energi) dan membentuk ikatan-ikatan baru (melepaskan energi).Umumnya, ikatan-ikatan harus diceraikan sebelum yang baru terbentuk.Energi aktivasi dilibatkan dalam menceraikan beberapa dari ikatan-ikatan tersebut. Ketika tumbukan-tumbukan tersebut relatif lemah, dan tidak cukup energi untuk memulai proses penceraian ikatan. mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak bereaksi.
1. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Tabung reaksi Pipet ukur Labu ukur Kertas saring
Corong Erlenmeyer Kertas lakmus Buret Gelas beker Pengaduk gelas Penjepit Gelas ukur Pipet tetes Pipet gondok Kaca arloji Pemanas spiritus
3.1.2 Bahan
H2SO4
HCl NaOH NH4Cl (CH3COOH)2Pb Indikator fenolphtalein Aquades/air PbSO4
1. DATA PENGAMATAN
4.1 Pembuatan dan pengendapan gas dengan kertas lakmus
V NH4Cl (mL) V NaOH (mL) Pengamatan Kesimpulan
Setemgah tabung reaksi
18 tetes
Setelah dipanaskan, tercium bau sampah dan bau pesing dari gas yang dihasilkan. Kertas lakmus merah berubah menjadi biru.
Larutan mengandung NH3 yang berbau tidak sedap. Larutan tersebut bersifat basa.
4.2 Pengenceran dengan labu ukur
1. Pengenceran HCl
V1 HCl (mL) N1 (HCL) V2 larutan (mL) N2 (larutan) Perhitungan
25 0,2 100 0,05
V1N1 = V2N2 25.0,2 = 100. N2 N
2 = 5/100 = 0,05
1. Pengenceran H2SO4 pekat
V1 H2SO4 (mL) N1 (H2SO4)V2 larutan (mL)
N2 (larutan) Perhitungan
3 10
4.3 Penyaringan endapan
V Pb(CH3COO)2 (mL) V H2SO4 (mL) Pengamatan Kesimpulan
5 13
Awalnya larutan berwarna bening kemudian setelah ditambahkan H2SO4 encer terjadi perubahan warna dari bening menjadi keruh (putih susu). Ternyata, setelah disaring, pada kertas saring terdapat endapan berwarna putih.
Hasil kali kelarutan (Ksp) PbSO4 lebih kecil dari Qc PbSO4.
4.4 Titrasi
V1 titrat (mL) N1 (titrat) V2 titrat (mL) N2 (titrat) Pengamatan Perhitungan100 0,05 34,2 0,1
1. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan I dengan judul Teknik Laboratorium yang bertujuan agar mampu menjelaskan kegunaan alat-alat di laboratorium, mampu menggunakan alat-alat laboratorium, dan mampu melakukan percobaan dengan cara dan urutan yang benar. Dalam percobaan ini terdapat 6 percobaan, yaitu: 5.1 Cara memegang botol dan menuang larutan dalam botol Percobaan ini bertujuan agar praktikan mengetahui cara memegang botol dan menuang larutan dlam botol yang benar.Digunakan alat-alat seperti sarung tangan latex, masker, serbet, tisu, serta tabung reaksi. Percobaan ini dilakukan dengan cara memegang botol larutan dengan etiket botol menghadap telapak tangan, hal ini bertujuan untuk menghindari etiket botol yang rusak jika terkena tetesan dari larutan karena etiket botol berisi informasi larutan tersebut seperti nama, konsentrasi, dan sebagainya. Kemudian letakkan tutup botol dalam keadaan terbalik untuk menghindari kontaminasi bahan kimia dalam botol dengan kotoran dari luar yang akan menempel jika tutupnya tidak diletakkan dengan terbalik karena hal ini dapat mengurangi keakuratan larutan.
5.2 Pembuatan dan pengenalan suatu gas serta pengenalan kertas lakmus Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui suatu gas bersifat asam atau basa tanpa mengetahui pH-nya.
Digunakan alat seperti tabung reaksi, penjepit, kertas lakmus pemanas spiritus, pipet tetes dan gelas ukur. Sedang bahan-bahannya adalah NH4Cl dan NaOH. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan NH4Cl dengan NaOH untuk memperoleh gas NH3. Larutan hasil pencampuran harus dipanaskan dan digoyang-goyangkan. Penggoyangan tabung reaksi ini ditujukan agar NH4Cl dan NaOH menjadi larutan homogen, selain itu penggoyangan dilakukan agar tidak terjadi dumping atau keluarnya cairan dari tabung reaksi. Pemanasan dapat dilakukan secara komunal (bersamaan) sehingga dapat diperoleh gas yang diinginkan. Pembauan dilakukan dengan mengibas-ibaskan tangan di atas tabung reaksi, jangan membaui gas tersebut dengan mendekatkan tabung reaksi ke hidung karena hal ini sangat berbahaya. Dari pencampuran dan pemanasan tersebut diperoleh gas dengan bau yang tidak sedap atau menyengat. Gas NH3 ternyata dapat membirukan kertas lakmus yang didekatkan pada mulut tabung. Hal ini membuktikan gas yang dihasilkan bersifat basa karena berasal dari pencampuran NH4Cl dan NaOH. NaOH merupakan basa kuat sehingga membirukan lakmus. NH4Cl(aq) + NaOH(aq) à NaCl + NH3 + H2O (Vogel, 1979) Secara fisis, NH3 tidak berwarna, dengan titik didih 33,5˚C dan titik leleh -77,74˚C dan mempunyai bau menyengat (pesing). (Cotton, 1989) Kelautan ammonia sangat tinggi, sehingga sebagian besar akan larut dalam air. Oleh karena itu, pemanasan untuk menguapkan NH3 yang larut menyebabkan bau gas yang menyengat setelah pemanasan. Dalam pemanasan, tabung reaksi jangan langsung terkena api. Karena cairannya sangat reaktifdan mudah terbakar dan jangan dihadapkan ke praktikan agar jika meledak tidak terkena langsung dengan muka atau kulit, begitu juga saat pembauan, tidak boleh terjadi interaksi langsung, harus dengan cara dikipas-kipaskan karena jika larutan (gas) berbahaya dapat membahayakan keselamatan praktikan.
5.3 Pengenceran dengan labu ukur Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan HCl 0,05 N dari larutan HCl 0,2 N. Metode yang digunakan adalah metode pengenceran. Prinsip yang mendasari percobaan ini yaitu jika kita melakukan pengenceran, maka jumlah mol zat terlarut tetap, sedangkan konsentrasi dan volumenya berubah, dapat dituliskan dengan notasi: N1.V1 = N2 .V2 Pengenceran dilakukan dengan mencampurkan sebuah larutan dengan aquades.Kita menggunakan pipet gondok, pipet tetes, dan labu ukur. Pertama kita mengambil larutan HCl 0,2 N menggunakan pipet gondok. Kita harus memperhatikan miniskus (permukaan cekung dari zat cair) pada batas ukur pipet gondok saat mengambil larutan HCl karena kesalahan dalam menentukan batas ukur akan mempengaruhi besarnya normalitas larutan pengenceran.Kemudian kita memasukkan larutan HCl ke dalam labu ukur dan menutupnya lalu menggoyangkannya (dibolak-balik) agar larutan dapat tercampur dengan cepat. Reaksi pengenceran HCl dapat dituliskan sebagai berikut : HCl(pekat) + H2O à HCl(encer) (Khlopkar, 1999)
5.4 Pengenceran H2SO4 Pekat Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan H2SO4 encer dari H2SO4 yang lebih pekat. Untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis, seperti pengenceran H2SO4 pekat, maka pengenceran dilakukan dengan cara menuangkan H2SO4
pekat sedikit demi sedikit ke dalam pelarut. Metode yang digunakan adalah metode pengenceran. Alat-alat yang dibutuhkan adalah 2 buah gelas ukur dan pipet ukur.Sedangkan bahannya adalah aquades dan H2SO4 pekat.Pengenceran H2SO4 pekat dilakukan dengan mengambil aquades dengan pipet ukur, bagian bawah miniskus harus sejajar dengan skala 10 ml lalu dituang ke gelas ukur.Bersihkan pipet ukur, lalu ambil H2SO4 dengan pipet ukur, bagian bawah miniskus harus sejajar dengan skala 3 ml lalu tuangkan ke gelas ukur yang berbeda.Lalu tuangkan H2SO4 dari gelas ukur tersebut ke dalam gelas ukur yang berisi aquades tersebut secara perlahan. Hal ini dikarenakan karena H2SO4 sangat reaktif (mudah meledak) jika dalam keadaan konsentrasi tinggi dan jika kita memasukkan aquades ke larutan H2SO4 atau menuang H2SO4 dengan tidak perlahan maka akan bereaksi secara tiba-tiba dan
terjadi percikan api kecil. Selain itu, jika kita memasukkan air ke H2SO4 dapat mengurangi efek panas (eksoterm) pada reaksi tersebut.
5.5 Penyaringan Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan suatu endapan dari larutan. dilakukan dengan menggunakan alat-alat kertas saring, corong, erlenmeyer, dengan bahan-bahan H2SO4 hasil pengenceran dan (CH3COO)2Pb. Caranya adalah dengan penambahan (CH3COO)2Pb ke dalam larutan H2SO4 hasil pengenceran. Dalam percobaan ini, kertas saring yang digunakan dilipat dua sampai tiga lipatan untuk memudahkan memasukkan ke dalam corong lalu teteskan air pada kertas saring agar kertas saring melekat pada dinding corong.Kemudian pasang corong tersebut diatas Erlenmeyer. (CH3COO)2Pb ditambah dengan larutan H2SO4 encer terjadi perubahan warna larutan dari bening menjadi keruh berwarna putih susu. Dan setelah disaring dengan kertas saring, ternyata terdapat endapan putih pada kertas saring tersebut.Berikut reaksi yang terjadi : (CH3COO)2Pb + H2SO4 PbSO4 + 2(CH3COOH) Endapan putih yang terdapat pada kertas saring tersebut adalah PbSO4.Kenapa pada kertas saring bisa terdapat endapan? Hal ini dapat terjadi jika hasil kali kelarutan (Ksp) dari larutan PbSO4 adalah 2,53 x 10-8 lebih kecil daripada Qc larutan PbSO4.
5.6 Titrasi Titrasi adalah proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Titran yaitu zat yang digunakan untuk menitrasi(penitrasi) sedangkan titrat merupakan zat yang akan dititrasi. Proses titrasi ini menggunakan larutan NaOH, larutan HCl, dan indikator PP atau Fenolphtalein.Buret yang berisi larutan NaOH diteteskan secara perlahan-lahan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan HCl yang sudah ditetesi indikator PP. Proses titrasi ini dilakukan secara perlahan-lahan sambil menggoyangkan Erlenmeyer. Larutan HCl akan berubah menjadi merah muda ketika larutan NaOH yang diteteskan mencapai titik stop.
1. PENUTUP
6.1 KESIMPULAN 6.1.1 Teknik Laboratorium
1. Cara memegang botol dan menuangkan larutan ke dalam botol.
Dengan melakukan percobaan diatas, praktikan dapat mengetahui bagaimana cara memegang botol, membuka, dan menutup tutup botol dan menuangkan larutan dengan baik dan benar.
2. Pembuatan dan pengenalan suatu lakmus
Setelah melakukan percobaan di dapatkan hasil bagaimana cara mengenal suatu gas yaitu dengan cara mengibaskan tangan ke hidung supaya baunya tercium dan perubahan warna pada kertas lakmus menandakan asam apabila merah menjadi merah ataupun biru menjadi merah dan menandakan basa apabila biru menjadi biru ataupun merah menjadi biru.
3. Pengenceran dengan labu ukur
Pada proses ini dihasilkan volume larutan yang besar setelah akhir pengenceran daripada sebelum pengenceran dan didapatkan larutan dengan konsentrasi yang kita harapkan.
4. Pengenceran H2SO4 pekat
Pada proses pengenceran dihasilkan kenormalan larutan yang lebih kecil dan menimbulkan reaksi eksoterm.
5. Penyaringan
Pada proses penyaringan ini terjadi endapan berwarna putih dan menjadi perubahan putih keruh.
6. Titrasi
Pada proses titrasi, ketika sebuah larutan diberi indikator PP akan menghasilkan warna merah muda menandakan larutan bersifat basa dan tidak berwarna menandakan larutan bersifat asam. 6.2 SARAN
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam mengamati perubahan warna, bau, suhu larutan dan menentukan batas ukuran pada alat-alat laboratorium.
2. Dalam melakukan praktikum, praktikan harus hati-hati dalam menggunakan alat-alat laboratorium.
3. Dalam melakukan, jangan berhubungan langsung dengan zat kimia (cair/gas) terutama zat kimia yang berbahaya.
LAPORAN KIMIA DASAR PENGENALAN GAS DAN KERTAS LAKMUS & PENGENCERAN SUATU LARUTAN
I . PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
1. Pengenalan gas dan kertas lakmus
2. Pengenceran suatu larutan
B. Tujuan percobaan
1. Untuk mengetahui adanya suatu gas dan mampu mengenal sifat
asam atau basa dari gas tertentu dengan kertas lakmus
2. - Mengetahui cara menggunakan labu ukur dalam mengencerkan
suatu larutan
- Menghitung normalitas HCL dan H2SO4 yang telah diencerkan
II . METODE
A. Alat dan bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Buncen
4. Labu ukur
5. R
6. ak tabung reaksi
7. Korek api
8. Pro pipet
9. Pipet ukur
Bahan :
1. 2ml NH4Cl
2. 2ml NaOH
3. Kertas lakmus
4. 10ml HCl
5. Aquades
6. 10ml H2SO4
B. Cara kerja
1. Pengenalan gas dan kertas lakmus
Sebanyak 2ml larutan NH4Cl dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan larutan
NaOH sebanyak 2ml ke dalam tabung reaksi. Dekatkan kertas lakmus pada tabung reaksi,
amati warna larutan, pH, dan bau. Setelah diamati pegang tabung reaksi menggunakan
penjepit. Kemudian panaskan tabung reaksi di atas buncen sambil digoyangkan perlahan.
Setelah dipanaskan kibaskan tangan di atas tabung reaksi untuk membaui larutan tersebut.
Kemudian dekatkan kertas lakmus dengan tabung reaksi lalu amati perubahan warna larutan,
pH, dan bau.
2. Pengenceran suatu larutan
Sebanyak 10ml larutan HCl 0,1 N dimasukkan ke dalam labu ukur. Tambahkan
aquadest sampai tanda batas. Kemudian hitung normalitas HCl.
Sebanyak 10ml aquadest dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian amati
perubahan suhu yang terjadi. Sebanyak 3ml H2SO4 96% dimasukkan ke dalam tabung reaksi
melalui dinding tabung reaksi, kemudian amati kembali perubahan suhu yang terjadi. Setelah
mengamati perubahan suhu hitunglah normalitas larutan H2SO4..
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1
Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan
Warna larutan Bening Bening
Bau Tidak berbau Menyengat
Warna kertas lakmus Hijau muda Hijau
PH 7 8
Tabel 2Sebelum Sesudah
Volume HCl 10 ml 100 ml
Konsentrasi 0,1 0,01
Tabel 3
Sebelum pemanasan Sesudah pemanasan
Pangamatan suhu Dingin Panas
Konsentrasi 0,96 N 0,22 N
B. Pembahasan
Percobaan 1 :
Menurut konsem Bronsted-Lowry mengenai asam dan basa, suatu asam adalah zat
yang dapat memberikan ion hidrogen yang bermuatan positif atau proton (H+). Dua contoh
dari asam Bronsted-Lowry adalah HCl dan HNO3. Basa didefinisikan tidak hanya molekul
atau ion yang menghasilkan OH- saja tetapi zat yang dapat menerima H+. Contohnya OH- dan
NH3. (Fessenden dkk, 1989)
Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang dalam pelarut air menghasilkan ion
hidrogen (H+). Contohnya HCl, sedangkan basa adalah zat yang dalam pelarut menghasilkan
ion hidroksi (OH-), Contohnya NaOH. Asam adalah zat yang dapat melarutkan logam,
tergantung dari kekuatannya. Asam memiliki rasa masam, contohnya adalah asam asetat
(CH3COOH), sedangkan basa memiliki rasa pahit dan licin bila di pegang. Dalam keadaan
murni, basa biasanya berbentuk padat. Basa bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam
kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian, contohnya adalah sabun. (Petrucci,
1987).
Indikator asam-basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan atau bentuk lain, kertas
berpori direndam dalam larutan indikator, atau dikeringkan. Jika kertas ini dibasahi dengan
larutan yang sedang diuji, terjadi perubahan warna yang dapat dijadikan sebagai penentu pH.
Kertas yang seperti ini lazim disebut kertas pH (lakmus) (Petrucci, 1987).
Kertas lakmus adalah salah satu alat ukur ph konvensional. Kertas lakmus biru
digunakan untuk mengukur pH asam, sedangkan kertas lakmus merah digunakan untuk
mengukur pH basa. Prinsip kerjanya sederhana, hanya dengan melihat perubahan warna pada
kertas lakmus saat dicelupkan pada larutan yang ingin diketahui nilai pHnya. Selanjutnya
perubahan warna kertas lakmus dicocokkan dengan bagan warna penunjuk yang ada sehingga
diketahui nilai pHnya. Alat ukur ini kurang efektif karena sensitivitasnya kecil dan nilai pH
yang terbaca adalah nilai pendekatan (yaitu dengan menentukan kemiripan warna yang paling
dekat antara kertas lakmus dan bagan warna) (Anonim, 2012).
Sehingga fungsi dari kertas lakmus adalah mengetahui sifat asam atau basa dari suatu
zat. Suatu zat tergolong asam apabila lakmus biru setelah diinteraksikan dengan suatu zat
akan berubah warna menjadi merah. Begitu sebaliknya untuk kertas lakmus merah akan
berubah menjadi biru bila diinteraksikan dengan zat basa. Apabila lakmus merah atau biru
tidak berubah warna ketika direaksikan dengan suatu zat, maka zat itu bersifat netral. pH 7
bersifat netral, pH di bawah 7 bersifat asam, pH di atas 7 bersifat basa.
Perubahan warna yang dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena
adanya orchein (ekstrak Lichenes) di dalam kertas lakmus. Lakmus biru dibuat dengan
menambahkan ekstrak lakmus yang berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan
menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkan di udara terbuka, sehingga
menghasilkan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan
tetap biru, karena orhein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi pada anion (OH -)
(Miftahur, 2014)
Demikian juga dengan kertas lakmus merah dibuat dengan cara yang sama, tetapi
ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi merah. Sehingga
mekanisme reaksi orhein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila kertas lakmus
merah di masukkan ke dalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap merah, karena
lakmus merah memang merupakan orhein dalam suasana asam. Sedangkan, apabila kertas
lakmus merah dimasukkan dalam larutan yang bersifat basa, maka orhein yang berwarna biru
akan kembali terbentuk (Miftahur, 2009)
Benda-benda pada umumnya berbentuk sebagai padatan, cairan, atau gas. Keadaan
gas adalah keadaan yang paling sederhana untuk dipahami dari ketiga bentuk tersebut.
Perilaku gas telah dengan jelas digambarkan pada penemuan hukum gabungan kimia (The
law of chemical combination) pada pembuktian teori atom Dalton. Gas dapat memuai
memenuhi ruangan dan akan menyerupai bentuk ruang tempatnya berada. Semua zat yang
bersifat gas dapat berbaur dengan sesamanya dan akan bercampur dalam segala
perbandingan, karena itu semua campurn gas adalah larutan yang homogen (Petrucci, 1987)
Gas tidak kasat mata dalam arti bahwa tidak ada partikel-partikel gas yang dapat
dilihat. Beberapa gas ada yang berwarna seperti gas klor yang berwarna kuning kehijau-
hijauan. Ada beberapa gas yang mudah meledak seperti hidrogen, dan beberapa diantara gas
secara kimiawi bersifat inert seperti helium (Petrucci, 1987)
Suatu gas tidak mempunyai bentuk, gas mengambil bentuk dari wadahnya. Gas tidak
mempunyai volume yang tentu, melainkan dapat dimampatkan maupun dimuaikan menurut
perubahan ukuran wadah. Volume wadahnya adalah volume ukuran gas tersebut (Keenan
dkk, 1995)
Menurut Boyle “Volume sejumlah gas pada suhu tetap berbanding terbalik terhadap
tekanan gasnya”. Jika suhu dan sejumlah gas dibiarkan tetap (konstan), penggandaan tekanan
menyebabkan volume turun menjadi setengah kali dari keadaan semula. Keadaan ini seperti
kerja dari suatu pompa tangan dengan tangkai penekan. Tangkainya dapat ditekan sedikit dan
udara di dalam pompa tertekan dalam taraf tertentu. Tetapi sulit mengurangi volume gas lebih
lanjut karena semakin tingginya tekanan yang diperlukan (Petrucci, 1987)
Pada percobaan pengenalan gas dan kertas lakmus ini diteliti adanya suatu gas NH3
yang merupakan hasil reaksi dari NH4Cl dengan NaOH. Hal yang dilakukan adalah
mencampurkan larutan NH4Cl 1% sebanyak 2ml dan NaOH 1% sebanyak 2ml. Penambahan
ini bermaksud agar terjadi reaksi yang menghasilkan produk yaitu NH3. Setelah ini campuran
dipanaskan dengan cara digoyang-goyangkan secara perlahan di atas buncen. Mulut tabung
reaksi diarahkan ke tempat yang kosong karena apabila mendidih larutan akan tertumpah
keluar.
Setelah mendidih, bauilah uap yang dihasilkan reaksi yang sudah dipanasi tadi. Cara
membauinya dengan mengibas-ngibaskan tangan di atas mulut tabung dengan jarak yang
lumayan jauh tetapi tetap bisa membaui. Melakukan hal ini tentu saja harus dengan hati-hati
karena gas tersebut adalah zat kimia yang bisa jadi akan berbahaya bila terhirup dengan kadar
yang banyak. Lalu setelah kita membaui letakkan kertas lakmus di atas mulut tabung dan
lihat perubahan warna yang terjadi.
Larutan awal sebelum dipanaskan memiliki warna bening demikian juga setelah
dipanaskan. Perubahan reaksi hanya terjadi pada bau gas yang dihasilkan dan pH. Pada
percobaan ini sebelum dipanaskan larutan tidak berbau apa-apa, tetapi setelah direaksikan
campuran tersebut menghasilkan bau yang menyengat atau pesing. Amoniak atau NH3
merupakan basa karena pH yang terbaca pada kertas lakmus adalah 8 dengan warna hijau.
Larutan NH4Cl dicampurkan dengan NaOH menghasilkan amoniak, air dan garam.
Dengan persamaan reaksi :
NH4Cl (aq) + NaOH(aq) NaCl (aq) + NH3 (g) + H2O (l)
Dari percobaan diatas dapat di simpulkan bahwa hasil reaksi antara NH4Cl (aq)
dengan NaOH (aq) akan menghasilkan suatu gas yang bersifat basa yaitu NH3 (g). Gas ini
berbau amonia (pesing) menyengat. Gas ini memiliki pH 8.
Percobaan 2 :
Pengenceran adalah suatu metode yang digunakan untuk menurunkan normalitas
suatu larutan dan kepekatan zat tertentu dengan cara menambahkan pelarut agar volume akhir
lebih besar. Pengenceran suatu larutan yang lebih pekat, tidak mengubah jumlah total
partikel-partikel zat terlarut (Chang, 2005).
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan pengenceran selalu terjadi, misalnya ketika ibu
sedang memasak di dapur, apabila sayur terlalu asin maka ibu pasti akan menambahkan air
ke dalam sayur tersebut. Demikian juga saat kita membuat teh manis, terkadang kita
membuat teh terlalu manis sehingga kita akan menambahkan air pada teh yang terlalu manis
itu. Atau sebaliknya jika teh kurang manis kita pasti akan menambahkan gula ke dalamnya.
Dari dua kejadian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengenceran adalah
berkurangnya rasio zat terlarut di dalam larutan akibat penambahan pelarut. (Zulfikar, 2014)
Sebaliknya pemekatan adalah bertambahnya rasio konsentrasi zat terlarut di dalam
larutan akibat penambahan zat terlarut. Dalam laboraturium kimia selalu terjadi kegiatan
pengenceran dan umumnya tersedia zat padat atau larutan dalam konsentrasi yang besar atau
dengan tingkat kemurnian yang tinggi (Zulfikar, 2014) sehingga tujuan pengenceran adalah
untuk mengurangi konsentrasi zat terlarut dengan penambahan pelarut.
Cara pengenceran yaitu dengan menggunakan labu ukur dimana zat yang terlarut
ditambahkan sejumlah pelarut sehingga mencapai batas leher labu ukur. Sedangkan untuk
mengenceerkan zat kuat pekat dan reaktif terhadap air seperti H2SO4 dengan meletakkan
terlebih dahulu zat pelarut baru sedikit demi sedikit zat terlarut ditambahkan. Rumus yang
digunakan dalam pengenceran adalah :
V1 . N1 = V2.N2
V1 adalah volume dari zat sebelum diencerkan, N1 adalah normalitas zat sebelum
pengenceran, V2 adalah volume total pelarut dan zat terlarut, N2 adalah normalitas zat
sesudah pengenceran.
Pada percobaan kali ini larutan yang diencerkan adalah HCl dilakukan dengan larutan
HCl 0,1N sebanyak 10ml diencerkan dengan aquades hingga volume mencapai batas leher
labu ukur. Dan menghasilkan normalitan 0,01N. HCl merupakan asam kuat karena akan
memberikan ion Hidrogen (H+) bila dilarutkan dalam air. Inilah reaksi pengenceran larutan
HCl :
2HCl(aq) + 2H2O(aq) 2Cl- (g) + 2H3O+(aq)
Pengenceran HCl berbeda dengan pengenceran H2SO4. Pada pengenceran H2SO4 dilakukan
dengan cara memasukan aquades sebanyak 10ml terlebih dahulu ke dalam tabung reaksi.
Setelah itu barulah memasukan H2SO4 pekat 96% sebanyak 3ml secara perlahan melewati
dinding tabung reaksi. Hingga volume H2SO4 menjadi 13ml dan konsentrasinya adalah 22%.
Perubahan yang terjadi setelah pengenceran adalah perubahan suhu menjadi panas dimana
sebelumnya adalah normal. Suhu menjadi panas karena sifat asam sulfat yang eksotermik.
Perbedaan berat jenis kedua cairan ini pula yang membuat perubahan suhu terjadi. Dan ini
adalah reaksi pengenceran H2SO4 :
H2SO4(aq) + H2O H3O+(aq) + HSO4
-(aq)
IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan pada percobaan 1
1. Reaksi antara NH4Cl (aq) dengan NaOH (aq0 menghasilkan gas NH3.
2. Gas NH3 memiliki bau pesing menyengat.
3. Cara mengetahui sifat asam atau basa dari NH3 (g) dengan menggunakan indikator kertas
lakmus.
4. Kertas lakmus berubah warna menadi hijau tua ketika berada pada larutan basa.
5. Hasil reaksi NH4Cl (aq) dengan NaOH(aq) mengubah pH dari 6 menjadi pH basa yaitu 8.
6. Hasil reaksi NH4Cl (aq) dengan NaOH(aq) tidak mengubah warna larutan, yaitu tetap bening.
7. Hasil samping reaksi NH4Cl (aq) dengan NaOH(aq) adalah garam NaCl dan air.
B. Kesimpulan percobaan 2
1. Proses pengenceran adalah proses penurunan konsentrasi zat terlarut dengan menambahkan
pelarut.
2. Setelah pengenceran normalitas larutan HCl mengalami penurunan dari 0,1N menjadi 0,01N.
3. Labu ukur berfungsi untuk pengenceran larutan dengan kadar tepat.
4. Setelah pengenceran konsentrasi larutan H2SO4 berubah dari 0,96N menjadi 0,22N
5. Larutan H2SO4 bersifat eksotermis karena afinitas yang kuat terhadap air dan cenderung
melepas panas ke lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond.2005. Kimia Dasar Edisi 3 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Fessenden, Joan S dan Fessenden, Ralp J. 1989. Kimia Organik Edisi 3
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Keenan, Charles W. , Kleinfelter, Donald C., dan Wood, Jesse H.. Ilmu
Kimia untuk Universitas. 1995. Erlangga. Jakarta.
Miftahur. 2009. Menunjukan Larutan Asam, Basa, dan Netral Dengan
Indikator Kertas Lakmus Merah dan Biru. http://miftahur.com. Diakses pada tanggal 16 September 2014.
Matiin, Nafi’ul. A. M. Agus. Sekartedjo. 2012. Pengaruh Variasi Bending
Sensor pH Berbasis Serat Optik Plastik Menggunakan Lapisan Silica Sol Gel Terhadap Sensitivitas. Jurnal Teknik POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar : Prinsip dan Terapan Modern
Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Zulfikar. 2010. Pengenceran. http://www.chen-is-try.org. Diakses pada
tanggal 16 September 2014.
Lampiran
A. Perhitungan Pengenceran HCl 0,1 N :
V1 . N1 = V2.N2
10 . 0,1 = 100 . N2
1 = 100 . N2
N2 = 0,01 N
B. Perhitungan Pengenceran H2SO4 pekat 96% :
V1 . N1 = V2.N2
3,096 = 13 . N2
2,88 = 13 . N2
N2 = 0,22 N
Keterangan :
V1 : Volume zat sebelum diencerkan
V2 : Volume total zat pelarut dan terlarut
N1 : Normalitas zat sebelum pengenceran
N2 : Normalitas zat sesudah pengenceran
PENGENCERAN
Untuk pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan cara
mengencerkan larutan pekatnya atau membuat dari kristalnya. Cara pengenceran larutan bisa
menggunakan alat pipet atau labu takar. Penggunaan labu takar akan lebih tepat dalam
penaraan volume. Bila menggunakan labu takar, rawat alat dengan cara mencuci dengan
sabun lunak dan bilas dengan air kran diikuti akuades. Kemudian biarkan kering sebelum
digunakan kembali. Pengeringan labu takar jangan didalam oven.
Prinsip-prinsip pengenceran antara lain : pengenceran dilakukan dengan memakai
labu ukur, dihitung jumlah zat terlarut yang akan diencerkan, kemudian dimasukkan
kedalam labu ukur zat terlarut yang akan diencerkan diatas dan ditambahkan aquadest
sampai tanda batas yang terdapat pada labu ukur/gelas kimia. Pada prinsip nya semua
pengenceran dilakukan dengan memakai labu ukur karena dilabu ukur sudah terdapat tanda
batas yang mengandung arti sebatas mana aquadest harus ditambahkan. Sebelum
pengenceran dilakukan kadar solute yang akan diencerkan harus dihitung terlebih dahulu.
Intinya zat padat yang akan diencerkan diambil terlebih dahulu kemudian dicampur/
ditambahkan aquadest sampai tanda batas dilabu ukur. Sedangkan pengenceran zat cair,
lazimnya dilakukan pada praktikum kimia, solute berupa cairan yang akan diencerkan
terlebih dahulu harus dihitung, kemudian ditambahkan ditambahkan aquadest sampai tanda
batas dilabu ukur. Perbedaan antar keduannya terlihat jelas pada solute yang digunakan.
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Prinsip Cara Mengencerkan
1. Lakukan perhitungan pengenceran
2. Masukan larutan pekat ke labu takar (dengan pemipetan)
3. Tambahkan pelarut sampai leher labu takar
4. Gojok hingga homogen
5. Tambahkan pelarut sampai batas
6. Tutup dan gojok lagi
Larutan didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat ataupun lebih.
Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut jumlahnya lebih sedikit
dibanding pelarut. Sedangkan pelarut bisa berupa air ataupun cairan organik seperti metanol,
etanol, aseton dan lain-lain.
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol zat
terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran.
Dengan kata lain jumlah mmol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mmol
zat terlarut sesudah penegenceran atau jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran sama
dengan jumlah gr zat terlarut sesudah pengenceran.
Konsentarsi suatu larutan yang menunjukkan ke bobot volume zat terlarut yang berada
dalam pelarut ataupun larutan yang banyaknya ditentukan. Part per million (ppm) adalah
salah satu satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan bagain dalam satu juta
bagian yang lain. Satuan ini biasanya banyak dipakai dalam kimia analisa untuk menytakan
satuan konsentrasi senyawa misal banyaknya polutan dalam air sungai atau banyaknya
kandungan zat dalam air minum. Larutan merupakan campuran dari dua zat atau lebih.
Larutan dapat terjadi karena komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul-
molekul atau lain-lain yang bercampur baur. Larutan dapat berupa padat , cair atau gas.
Namun lazimnya yang disebut larutan adalah zat cair. Larutan terdiri dari dua komonen
yaitu pelarut dan zat terlarut. Contoh dari solvent antara lain : air, alcohol, benzene, dan
kloroform. Sedangkan solute sesuatau yang berbentuk gas, zat padatan atau pun cairan,
sebagai contoh garam, gula, lemak dan sirup.
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk
asam 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya
sebanding dengan 1 mol ion OH-.Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas suatu larutan
menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Misalnya 1.0 liter larutan mengandung
0.5 mol senyawa X, maka larutan ini disebut larutan 0.5 molar (0.5 M). Umumnya
konsentrasi larutan berair encer dinyatakan dalam satuan molar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari Hasil praktikum pembuatan dan pengenceran dapat disimpulkan :
1. Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
2. Larutan terdiri dari dua komonen yaitu pelarut dan zat terlarut. Dengan cara pembuatan
pengenceran ini maka larutan akan memiliki konsentrasi tertentu atas hasil dari
pengenceran.
3. Pengenceran dapat dihitung dengan rumus : M1.V1 = M2.V2
4. Zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, alkohol amoniak, kloroform, benzena,
minyak, dan asam asetat,
5. Pengenceran dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu menentukan konsentrasi dan
volume larutan yang akan dibuat.
B. Saran
Sebaiknya dalam pratikum pembuatan dan pengenceran larutan ini, harus dilaksanakan
dengan teliti, agar lebih mengetahui dan lebih mengerti bagamaimana cara pengenceran
larutan tersebut. Dan jika pada saat pratikum berlangsung lebih baik lagi apabila percobaan
dapat menggunakan normalitas larutan lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh,umi. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjar Baru : Universitas lambung mangkuratBrady, J.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa AksaraPuraba, Michael. 2002, Kimia Sma 2, Eirlangga, Jakarta.
http://lansida.blogspot.com/2010/10/pengenceran-larutan.htmlhttp://wanibesak.wordpress.com/2010/10/08/pembuatan-pengenceran-dan-pencampuran-
larutan/
Prosedur Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.2. Membuat perhitungan masing-masing bahan yang akan dilaukan
pengenceran.3. Memasukkan larutan alcohol 70% ke dalam gelas ukur sebanyak 26,32
ml, setelah volume alcohol pas pindahkan kedalam gelas beker.4. Setelah itu, tambahkan aquades kedalam gelas beker 10 ml lalu aduk
hingga rata.5. Setelah itu, masukan kedalam labu ukur 100ml lalu peduhi labu ukur
hingga 100 ml kemudian kocok hingga rata.
Titik akhir titrasi dan pemilihan indikator
Titik akhir titrasi ditentukan dengan memilih indikator yang warnanya berubah sekitar titik ekivalen. Misalnya pada titrasi larutan garam Na2CO3 dengan larutan HCl, titik ekivalen pertama terjadi pada [H3O+] = √K1K2 nilai pH sekitar 8,35. Jadi indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein (8,1 – 10) yang berubah dari merah menjadi tidak berwarna. Pada titik ekivalen kedua, [H3O+] = √Ka1 nilai pH = 3,17; dan indikator yang sesuai adalah jingga metil. Dengan indikator ini perubahan warna yang diamati kurang tajam. Untuk memperbaiki pengamatan pada titik ekivalen ini, larutan dapat dididihkan terlebih dahulu, sehingga gas CO2 keluar dan sifat larutan ditentukan oleh garam NaCl yang tertinggal. Kelebihan asam dititrasi dengan larutan baku basa, dengan demikian dapat digunakan indikator metil jingga.
Pada pemilihan indikator harus diperhitungkan pula zat apa yang digunakan sebagai titran (yang diisikan dalam buret). Misalnya pada titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH. Jika larutan HCl dipakai sebagai titran, larutan analit bersifat basa, maka indikator fenolftalein yang ditambahkan pada analit berwarna merah. Hilangnya warna merah indikator terjadi pada pH 8,1; sedangkan titik ekivalen titrasi terdapat pada pH 7,0. Jadi hilangnya warna merah terjadi sebelum titik ekivalen tercapai. Karena itu sebaiknya dipakai indikator dengan traye