Post on 02-Mar-2019
Subsidi Beras untuk Keluarga Miskin
Menjadi Bantuan Pangan Non-Tunai
Prof. Dr. Bustanul Arifin
barifin@uwalumni.com
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA
Dewan Komisioner dan Ekonom Senior INDEF
Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia
Diskusi Perhepi “Antisipasi Penerapan Kebijakan Rastra Sistem Non-Tunai, tanggal 29 Mei 2017 di Jakarta
Sistematika Pembahasan
1. Teori: Pertanian untuk Pengentasan Kemiskinan
2. Pengeluaran pangan kaum miskin masih cukup besar
3. Evaluasi ketepatan raskin: Tidak mencapai tujuan
4. Beberapa hal yang perlu didiskusikan bersama:
a) Apakah Indonesia masih memerlukan Raskin?
b) Bagaimana mengentaskan kemiskinan di perdesaan?
c) Raskin stabilisasi harga pangan atau perlindungan sosial?
d) Raskin dijadikan sepenuhnya bantuan sosial?
e) Apakah persoalan ada di mekanisme penyaluran Raskin?
f) Bagaimana memperbaiki implementasi kebijakan Raskin?
SDGs: Tidak Ada Kemiskinan pada 2030
47,97
38,74
37,87
38,39
37,34
36,15
35,10
39,30
37,17
34,96
32,53
31,02
30,02
29,89
29,13
28,59
28,07
28,55
28,28
27,73
28,59
28,51
28,01
23,4
3
19,1
4
18,4
1
18,2
0
17,4
2
16,6
6
15,9
7 17,7
5
16,5
8
15,4
2
14,1
5
13,3
3
12,4
9
12,3
6
11,9
6
11,6
6
11,3
7
11,4
7
11,2
5
10,9
6
11,2
2
11,1
3
10,8
6
0
5
10
15
20
25
30
0
10
20
30
40
50
60
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Mar
-11
Sep
-11
Mar
-12
Sep
-12
Mar
-13
Sep
-13
Mar
-14
Sep
-14
Mar
-15
Sep
-15
Mar
-16
Jumlah Penduduk Miskin Presentase Penduduk Miskin
Data September 2016: Dari 28 juta penduduk miskin, 17,7 juta (63.2%)
berada di pedesaan dan 10,3 juta (36.8%) sisanya berada di perkotaan
Jum
lah
Pen
du
du
kM
iski
n(J
uta
Ora
ng
)
Pre
sen
tase
Pen
du
du
kM
iski
n(%
)
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
Pengentasan Kemiskinan Semakin Lambat
Teori Dasar: Pertanian untuk Kemiskinan
• Data: Miskin perkotaan 63,2%; miskin perdesaan: 38,8%
• Peningkatan pendapatan, terutama di pedesaan;
• Penurunan inflasi pangan, perkotaan dan pedesaan;
• Peningkatan pendapatan petani tidak identik dengan peningkatan produksi. Strategi sisi suplai saja tidak cukup;
• Pendapatan petani yang lebih tinggi dapat mengurangikemiskinan di pedesaan. Harga pangan yang lebih rendahdapat mengurangi inflasi, sehingga kemiskinan di perkotaan(dan juga di pedesaan) akan menurun.
• Kombinasi strategi peningkatan produksi dan penyerapan (permintaan) produk pangan, secara teori dapat mengatasikemiskinan dan mendorong stabilasasi harga pangan
D
S0
S1
O
P0
P1
Q0 Q1
E0
E1
D’
P2
Q2
E2
Kenaikan produksi dari kurva S0 ke S1
menyebabkan pendapatan justeru turun
dari OP0E0Q0 menjadi OP1E1Q1 (karena
permintaan komoditas pangan inelastis).
Pendapatan petani akan lebih tinggi bila
kenaikan produksi secara simultan diikuti
dengan kenaikan permintaan (oleh Bulog,
industri pengolahan, konsumen).
Kenaikan permintaan dari D ke D’ akan
menyebabkan harga naik ke P2, yang masih
lebih rendah dari P0. Dengan tingkat harga
P2 pendapatan petani (OP2E2Q2) lebih
besar dari kondisi awal (OP0E0Q0).
Pada keseimbangan E2, surplus konsumen
(SK) dan surplus produsen (SP) lebih besar
dibandingkan SK dan SP pada kondisi awal.
S1
O
P0
P1
D
S0
Q0 Q1
E0
E1
Kombinasi: Supply-Side & Demand-Side
Sumber: Siregar, 2016
Belanja Pangan Penduduk Miskin: 65%
0
10
20
30
40
50
60
70
CPI Weights (2012) Poverty Basket Weights (2007)
Other Foods Rice
Source: BPS, World Bank
Note: CPI weights are rebased to 2012, while Poverty Basket weights are from the 2007 series. New
Poverty Basket weights cannot be derived as BPS no longer releases a fully disaggregated CPI.
Spending patterns of the poor changes a lot less. Old weights are still likely to be fairly representative.
Weight of Food
in CPI (%)
Pengeluaran beras: 26% pada laju inflasi
Studi Inflasi karena Harga Beras (Ikhsan, 2017)
Studi kuantitatif yang melihat pengaruh konvergensi, produksi, konsumsi, impor,
harga beras internasional, distribusi Raskin, kualitas jalan, efek spasial dan efek
tahunan terhadap inflasi harga beras di tingkat propinsi menunjukan:
1. Pentingnya kualitas jalan terhadap laju inflasi karena harga beras.
2. Terdapat transmisi inflasi antar wilayah di Indonesia: Tambahan 1 persen
rata-rata inflasi di wilayah di Indonesia dapat meningkatkan inflasi di suatu
daerah yang terkoneksi dengan perdagangan melalui kontainer laut sekitar
0.3 persen. (BD Analisis, Efek Spasial Terhadap Inflasi di Indonesia, 2014)
3. Efek impor tidak konsisten, mungkin karena kebijakan impor tidak konsisten
4. Raskin secara statistik tidak signifikan mempengaruhi harga beras
5. Produksi beras menurunkan inflasi (signifikan),
6. Konsumsi meningkatkan inflasi beras (tidak signifikan).
Analisis Kuantitatif: Dampak Faktor Penyebab Inflasi Beras
VariablesInflasi Beras
(OLS)
Inflasi Beras
(Fixed Effect)
Inflasi Beras
(Dynamic AB-GMM)
Inflasi Beras (T-1) -0.250** -0.356** -0.381**
Konsumsi Beras (Ln, Kg) 0.185 19.08 53.66
Produksi Beras (Ln, Ton) 0.636 -11.50 -44.26**
Impor (Ln, Ton) 2.264*** - -
Impor (Ln, Ton) (T-1) -0.964 - -
Impor (Ln, Ton) (T-2) -4.053*** - -
Impor * Harga Beras Vietnam - 0.0573 0.00813
Impor (T-1)*Harga Beras Vietnam (T-1) - -0.00759*** -0.0114***
Impor (T-2)*Harga Beras Vietnam(T-2) 0.00213 -0.000822 -0.00573**
Inflasi Harga Beras Vietnam (%) - -0.761 -0.203
Inflasi Harga Beras Vietnam (%) (T-1) - - -
Distribusi Raskin (Ln, Ton) -0.985 -1.225 -0.833
%Jalan Bagus thd Total Jalan Provinsi -0.0117*** -0.0192*** -0.0388***
Efek Spasial 0.0784 0.239 0.326*
Konstan 49.88* 94.65
Observasi 143 143 112
Total Propinsi 29 29
*** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1 “- “ variabel dibuang karena kolinieritas ganda
Subsidi Harga Beras: Evolusi Raskin
• 1998: Operasi Pasar Khusus (OPK) karena Krisis Ekonomi
• 2002: Subsidi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin)
• 2012: Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah
• 2014: Subsidi Beras untuk Masyarakat Pra-Sejahtera (Rastra)
• 2016: Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT)
26% Pengeluaran untuk beras
Pengeluaran makanan
Pengeluaran lainnya35%
65%
Pelaksanaan Raskin memerlukan anggaran besar
Sumber: Nota Keuangan, berbagai tahun
Subsidi pangan pertanian meningkat, tapi....
Sumber: World Bank, Januari 2017, diolah dari Data APBN Kementerian Keuangan
Rp Trillion
Anggaran Kedaulatan Pangan: Cukup BesarUraian APBN-P 2016 APBN 2017
Kementerian Negara/Lembaga 42,2 40,8
1. Kementerian Pertanian 27,6 22,1
2. Kementerian Kelautan Perikanan 8,0 6,5
3. Kementerian Pekerjaan Umum dan PR 6,7 10,4
4. Kementerian Sosial - 1,7
Non-K/L 75,6 62,4
1. Subsidi 53,6 52,2
a. Subsidi Pangan 22,5 19,8
b. Subsidi Pupuk 30,1 31,2
c. Subsidi Benih 1,0 1,3
d. Subsidi Bunga Kredit Resi Gudang 0,0 0,0
2. Belanja Lain-lain 4,2 4,5
a. Cadangan Beras Pemerintah 2,0 2,5
b. Cadangan Stabilitasi Pangan 2,2 2,0
3. Transfer ke Daerah (DAK) 17,9 5,7
a. DAK Irigasi 13,9 4,0
b. DAK Pertanian 3,9 1,7
Total 117,9 103,1
Sumber: Nota Keuangan dan APBN 2017
Hasilnya: Impor Beras 2,7 juta ton (Rp 15,3 T)
Tahun Volume (kg) Nilai (US$ )
2014 Triwulan 4 503.324.559 239.439.407
2015 861.601.001 351.602.090
Triwulan 1 66.562.915 29.213.209
Triwulan 2 127.866.410 55.705.088
Triwulan 3 35.181.781 14.964.060
Triwulan 4 631.989.895 251.719.733
2016 1.283.178.527 531.841.557
Triwulan 1 981.992.734 401.346.706
Triwulan 2 91.720.535 40.012.930
Triwulan 3 72.605.748 31.181.924
Triwulan 4 136.859.510 59.299.997
2017 Triwulan 1 43.898.090 26.097.555
Total Impor 2.692.002.177 1.148.980.609Sumber: BPS
LBDSE, 2017
Diskrepansi Data Beras: Paradoks
Sumber: BPS, 2010-2016
Surplus Beras 2010-2015 Impor Beras 2010-2015
Realisasi Penyaluran Raskin 2014-2017
Uraian 2014 2015 2016 2017
Jumlah RT Miskin 15,530,897 15,530,897 15,530,897 15,530,897
RT Sasaran 15,530,897 15,530,897 15,530,897 14,212,742
% RT sasaran thd RTmiskin 100,00 100,00 100,00 91,51
Durasi (bulan) 12 14 12 12
Pagu alokasi setahun (ton) 2,795,561 3,261,488 2,795,561 2,558,293
Realisasi setahun (ton) 2,774,869 3,202,022 2,782,326 105,467
% Realisasi thd alokasi 99,26 98,18 99,53 4,12
Sumber: Bulog, per 13 April 2017
• Rumah tangga sasaran Raskin adalah kelompok miskin dan hampir miskin
(berada di sekitar garis kemiskinan), karena merupakan kelompok paling
rentan terhadap shock perubahan harga dan lingkungan eksternal lain;
• 2017: Percontohan BPNT di 44 kota. Rumah tangga sasaran berkurang.
Kebijakan Raskin: Dibenci, tapi Dirindu
TidakTepat
Exclusion and inclusion error
masih tinggi
Rata-rata RTS-PM
Menerima 4-6 kg/bulan
Seharusnya 15 kg/bulan
Rata-rata RTS-PM
Menerima Rp 2.000/kg
Seharusnya Rp 1.600/kg
Sering terjadi keterlambatan dan
penyatuan (rapel) distribusi
Sasaran
Jumlah
Harga
Waktu
Sumber: TNP2K, 2016
Evaluasi Ketepatan Raskin (Purbasari, 2017)
20
10
14
5,652,82 3,79
0
5
10
15
20
25
2004 2007 2010
Kilo
gram
ber
as p
er b
ulan
Tidak tepat jumlah
Yang seharusnya diterima
Yang diterima secara aktual
Tidak tepat sasaran
43% 39% 38%24%
57% 61% 62%76%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tidak tepat waktu
Tidak tepat waktu Tepat waktu
Tidak tepat harga
39%Harga:
Rp1.600-2.000
32%Harga =
Rp1.600
29%Harga >
Rp2.000
57%Harga Rp1.600
33%Harga Rp1.600-2.000
Tidak tepat mutu
62%Pecah,
berbau,
bewarna,
dan berkutu
38%Baik
83%Tidak
membayar
13%Membayar
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Jawa Luar Jawa
Tidak tepat administrasi
Tidak tahuMembayarTidak membayar
Tidak semestinya
menerima, tapi
menerima
Pembelian Penyimpanan Distribusi ke Desa Distribusi ke RTPengaduan dan
Keluhan
40%Raskin terlambat tiba ke titik
distribusi di desa (World Bank,
2014)
Distribusi ke desa yang dikelola
Bulog sering tertunda. Walaupun
hampir seluruh beras tiba ke titik
distibusi atau alokasi di akhir tahun,
rata-rata keterlambatan mencapai 2
bulan.
54-81%Responden menyatakan kualitas
Raskin buruk (JPAL, 2014)
Beras terpapar kelembaban di
gudang dalam waktu yang lama.
Distribusi Raskin bulanan jauh lebih
rendah dari total stok di gudang,
sehingga stok tertahan di gudang
cukup lama. (World Bank, 2014)
30%Raskin di titik distribusi tidak
sampai ke RT/pembeli (World
Bank, 2014)
Karena tidak ada SOP tingkat local,
distribusi dari TA/TD ke RT tidak
merata. Banyak kejadian “bagi rata”
sehingga rumah tangga target tidak
mendapat manfaat yang
seharusnya.
Raskin dimaksudkan untuk memberikan akses beras kepada
orang miskin dengan harga 60-75% di bawah harga pasar.
Rasikin tidak efektif mencapai tujuan
Sumber: Ikhsan, 2017
Upaya bertahap untuk
memerbaiki efektivitas
Program Raskin
• TNP2K melakukan uji coba dengan mengirim Kartu Raskin ke
1,3 juta RTS-PM di 53 kabupaten/kota di 7 provinsi
• Pemantauan efektivitas uji coba kartu dilakukan dengan survai
3.300 rumah tangga di 22 kabupaten/kota di 11 provinsi
• TNP2K bekerja sama dengan J-PAL (Jameel Poverty Action Lab)
melakukan eksperimen Kartu Raskin di 572 desa di 6 kabupaten/
kota untuk menguji desain kartu, informasi yang perlu ada dalam
kartu, target kartu, dsb.
FGD: Beberapa Hal Perlu Dibahas Bersama
1. Apakah Indonesia masih memerlukan Kebijakan Raskin?
• Sekadar informasi, upaya untuk menghentikan Raskin telah
dicoba dilakukan berkali-kali, tapi belum berhasil.
• Raskin bahkan pernah dituding penyebab harga beras turun –
mengurangi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi.
• Sekian temuan tentang ketidakefektifan, ketidaktepatan harga,
sasaran, jumlah, kualitas, administrasi, waktu dll lebih banyak
dianggap sebagai ekses atau unsur implementasi kebijakan
• Fakta: Amanat konstitusi fakir miskin wajib dipelihara negara.
Beras merupakan porsi dominan pengeluaran kaum miskin;
• Bukti empiris: Keterlambatan penyaluran raskin berdampak
pada peningkatan harga eceran beras (tahun 2010 dan 2015)
2. Bagaimana mengentaskan kemiskinan pedesaan?
• Strategi peningkatan produksi pangan melalui langkah-langkah berikut:
o Perbaikan manajemen usahatani, sistem insentif baru berbasis inovasi danteknologi, benih, panen-pascapanen;
o Pembangunan infrastruktur pedesaan untuk mendukung supply chain pangan
o Teknologi informasi untuk memotong rantai dan marjin biaya tataniaga, petani dapatmenerima harga lebih tinggi, konsumen membayar harga relatif lebih rendah.
o Dukungan alokasi anggaran R&D pertanian, follow-up kebijakan promotifpengembangan bioteknologi;
• Strategi peningkatan permintaan komoditas pangan seiring kenaikan produksi:
o Pengembangan agregator bisnis untuk melakukan pembelian langsung dari para petani (dalam kelompok atau koperasi) dengan memanfaatkan e-commerce
o Pendalaman industri (hilirasi) dan pengolahan komoditas pangan. Pemanfaatan produk samping penggilingan padi: dedak, bekatul, dan olahan lain.
o Penganekaragaman konsumsi pangan, pemberian insentif kebjakan pangan lokal, basis penguasaan teknologi tepat-guna.
o Pemanfaatan potensi dan kearifan pangan lokal, pengembangan industri kuliner dan peningkatan gizi masyarakat, pengembangan kewirausahaan UKMK pedesaan
• Apa kabar penyaluran alokasi dana desan dan pengembangan BUMDesa?
3. Raskin: Stabilisasi pangan atau perlindungan sosial?
• Pemerintah menjamin ketersediaan dan aksesbilitas beras dengan kualitas
yang baik dan harga terjangkau sepanjang musim dan sepanjang tahun.
• Program Raskin masih tetap diperlukan untuk mengintegrasikan ketahanan
pangan dengan perlindungan sosial dan penanganan rawan pangan;
• Program Raskin perlu diperbaiki dalam delivery system, untuk memenuhi
enam tepat: sasaran, jumlah, waktu, harga, kualitas, dan administrasi.
• Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu memperbakin pengendalian
dengan melakukan pendampingan Program Raskin, dengan mengalokasikan
anggaran daerah yang memadai sesuai dengan amanat UU 18/2012 tentang
Pangan khususnya Pasal 18 Ayat d.
• Program Raskin perlu memperhatikan potensi sumber daya lokal agar tidak
kontraproduktif dengan program diversifikasi pangan. Pemerintah daerah
memberikan dukungan untuk mengembangkan pangan lokal dan
pengindustriannya sesuai dengan potensi dan budaya lokal.
• Raskin adalah program subsidi beras untuk masyarakat miskin dan rentan
o Subsidi adalah selisih antara harga patokan beras Bulog di pasar
dengan harga tebus di titik distribusi (Rp 1.600/kg).
o RTS menyediakan minimal Rp 24.000 untuk menebus 15 Kg Raskin
setiap bulan
o RTS tidak memiliki uang yang dibutuhkan untuk menebus Raskin pada
saat distribusi. Keterlambatan distribusi dan rapel distribusi
menjelaskan ketidakmampuan RTS.
• Perubahan Raskin menjadi Bansos memiliki konsekuensi sebagai berikut:
o Harga tebus raskin di titik distribusi menjadi gratis. Ini akan mengatasi
permasalahan ketidakmampuan RTS dalam menebus Raskin
o Besaran subsidi sama dengan harga patokan beras bulog di pasar.
o Perkiraan tambahan kebutuhan anggaran untuk perubahan Raskin
menjadi Bansos: Rp 1.600 x 15kg x 15.4 juta = Rp 369,6 miliar/bulan
4. Raskin dapat dijadikan sepenuhnya Bantuan Sosial?
Jumlah Rumah Tangga (RT)
25.771.493
Jumlah Keluarga (KK)
27.046.374
Kemensos: Program Penanganan Fakir Miskin
Jumlah Penduduk
93.026.921 Jiwa
Data Terpadu: Memuat 40 % Status Sosial Ekonomi Terendah by Name & Address
Garis kemiskinan (Sep 2016)
Penerima
KPS/KKS/KIP
/Rastra
10,7 %
40%
25%
Inclusion Error
Exclusion Error
Penerima Bantuan
Iuran (PBI) JKN35%
Program Keluarga Harapan (PKH)8%
Data Terpadu*
Sumber: TNP2K, 2017
1. E-money / Uang Tunai
o Setiap Rumah Tangga Sasaran akan menerima bantuan dalam bentuk
uang (tunai maupun elektronik) sebagai pengganti subsidi raskin
o Daerah yang belum tercakup dalam layanan keuangan digital, dapat
menerima uang tunai yang didistribusikan melakukan PT. Pos atau Bank
seperti BLSM, PKH dan BSM
2. Voucher Beras Bulog melalui Mitra Bulog
o Setiap RTS menerima voucher yang dapat ditukarkan dengan beras
Bulog melalui toko/warung yang sudah bekerjasama dengan Bulog
o Dalam pelaksanaannya, Bulog harus dapat memastikan keberadaan
mitra di daerah-daerah pilot
3. Voucher Beras melalui mitra penyelenggara Raskin
o Setiap RTS menerima voucher yang dapat ditukar dengan beras
(termasuk beras Bulog) melalui toko/warung yang sudah bekerjasama
dengan Pihak Penyelenggara Raskin (Tim Kordinasi Raskin)
5. Pemerintah melakukan ujicoba Mekanisme Raskin
Uji Coba e-Voucher Beras Berbasis Telko
Kelebihan Kekurangan
Dapat memenuhi syarat sebagai electronic
voucher
Membutuhkan jaringan telekomunikasi
yang cukup
Dapat digunakan untuk mengambil bantuan
pangan di outlet: warung, kios, toko kelontong,
mini market, koperasi, dll. Masyarakat sangat
mudah untuk mengubah toko/warung biasa
menjadi agen e-voucher.
Walaupun sangat mudah untuk
mengubah toko/warung biasa menjadi
agen, namun dibutuhkan smartphone
Dapat dikombinasikan untuk mengambil beras
dan sebagian lagi untuk bahan makanan lain
(telur, minyak) yang akan ditentukan kemudian
Penerima manfaat harus memiliki
telepon genggam (HP)
Manfaat tidak harus diambil semua pada
periode pemberian bantuan (dapat diambil
kemudian dan tidak hangus)
Diperlukan proses untuk menyiapkan
jaringan outlet
Sebenarnya dapat menggunakan HP biasa
(Non-Smartphone)
Antisipasi persoalan pada jaringan dan
provider, terutama pada daerah jauh
Sumber: TNP2K, 2017
BPNT: Cara Baru Penyaluran Raskin 2017
• Rumah tangga Sasaran diberikan voucher senilai tertentu per bulan.
• Voucher dapat ditebus untuk membeli beras dan telur pada harga pasar di pedagang pasar tradisional dan warungan yang telah teregistrasi
– Memberikan nutrisi lebih seimbang (beras-karbohidrat dan telur-protein)
– Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada rakyat miskin (tentang kapan, berapa, dan apa yang dibeli)
– Mendorong usaha eceran rakyat untuk melayani rakyat miskin
• Poin: Menggeser dari Bulog kepada usaha ritel rakyat untuk rakyat. Sumber: Purbasari (2016)
Efektivitas: Cash transfer, Raskin atau Voucher?
Kriteria Raskin Cash
Transfer
Food Voucher Komentar
Tepat Sasaran √ √√√ √√√ Tepat Sasaran tergantung pada database dan
metoda menentukan penerima bantuan. Tetapi
pengalaman BLT cenderung lebih baik
dibandingkan dengan yang lain
Tepat Jumlah √ √√√ √√√
Tepat Waktu √ √√√ √√ Cash Transfer bisa mengikuti pola penyaluran
BLT yang disempurnakan – sebagian melalui
bank account, sebagian melalui pos
Biaya Fiskal √ √√√ √√ Biaya Distribusi Cash transfer paling rendah
Pemenuhan Nutrisi √ √√ √√√ Empirical Question: pengalaman negara lain
tidak bisa digeneralisasikan. Namun pengalaman
BLT menunjukkan umumnya penerima
menggunakannya untuk membeli makanan
Welfare Effect dan
penurunan kemiskinan
√ √√√ √√ Cash transfer lebih efektif
Manfaat Tambahan √ √√ √√√ Food Voucher dimanfaatkan sebagai incentive
tool for modernisasi pedagang tradisional
Sumber: Ikhsan, 2017
Hasil Studi BKP Kementan (2017) di 5 Kota
• Data keluarga penerima manfaat (KPM) tidak sesuai Pedum BPNT 2017. Pencairan Januari-Februari menggunakan data PPLS 2011
• Waktu penyaluran mengalami keterlambatan. Penyaluran bantuandilakukan sekaligus untuk dua bulan (rapel Januari-Februari)
• Kesiapan e-warong belum optimal. Rasio e-warong dengan KPM yang dilayani belum seimbang dengan KPM. Sebaran distribusi e-warong juga tidak merata
• Saran ke depan: Pemutakhiran basis data untuk menetapkan KPM sebaiknya mengacu pada data PBDT 2015 yang sudah diverifikasi
• Waktu penyaluran bantuan dilaksanakan setiap bulan kepada KPM
• Menambah jumlah e-warong sesuai dengan rasio ideal jumlah KPM yang dilayani dan mendistribusikan e-warong seca ramerata
6. Bagaimana memperbaiki implementasi Kebijakan Raskin?
• Apa pun strategi yang dipilih, akurasi ketepatan sasaran adalah faktor kunci, yang mampu memperbaiki implementasi kebijakan Raskin;
• Faktor akurasi seperti: tepat jumlah, tepat waktu, dan prediktabilitas juga menjadi amat penting;
• Setelah ujicoba BPNT di 44 kota pada 2017, voucher atau kartu pangan akan operasional pada 2018, kecuali di daerah amat jauh.
• Voucher didisain non-transferable, sehingga tidak salah sasaran dantidak disalahgunakan untuk kepentingan lain;
• Perkuat Bulog dalam menjalankan perannya untuk membeli gabahpetani (dan pangan lain) dalam Perpres 48/2016 dan 20/2016
• Pembangunan infrastruktur pedesaan dan pengembangan sistemlogistik pangan menggunakan anggaran realokasi subsidi pupuk;
• Anggaran ketahanan pangan yang ditransfer ke daerah melalui DAK diarahkan untuk pelayanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat
Terima Kasih