Post on 11-Apr-2019
STRATEGI PUBLIC RELATIONS BADAN WAKAF INDONESIA
DALAM MENSOSIALISASIKAN WAKAF TUNAI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh:
FATMAWATI HARAHAP
NIM. 109051000106
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2013
Fatmawati Harahap
i
ABSTRAK
Fatmawati Harahap
Strategi Public Relations Badan Wakaf Indonesia dalam Mensosialisasikan
Wakaf Tunai
Wakaf tunai atau wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam bentuk uang. Salah satu lembaga wakaf yang
melaksanakan pensosialisasian wakaf tunai adalah Badan Wakaf Indonesia.
Dalam mensosialisasikan wakaf tunai yang tergolong masih relatif baru bagi
masyarakat Indonesia tentu tidak mudah. Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang
tepat agar tercapainya pemahaman masyarakat akan wakaf tunai.
Dari latar belakang masalah di atas maka muncul pertanyaan, Bagaimana
strategi yang digunakan public relation Badan Wakaf Indonesia dalam
mensosialisasikan wakaf tunai? Bagaimana metode komunikasi persuasif yang
digunakan Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai?
Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif analitis yaitu bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
objek tertentu.
Penilitian ini bertujuan mendeskripsikan strategi public relations serta
metode komunikasi persuasif yang digunakan Badan Wakaf Indonesia khususnya
divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan
wakaf tunai agar tercapainya pemahaman masyarakat mengenai wakaf tunai yang
tergolong merupakan jenis wakaf yang relatif masih baru di Indonesia.
Dalam mensosialisasikan wakaf tunai, BWI menggunakan strategi
persuasif. Dalam mewujudkan strategi persuasif tersebut BWI menerapkan
beberapa langkah strategi yaitu bekerja sama dengan media massa, memanfaatkan
media internal, melaksanakan kegiatan fundraising, dan memanfaatkan media
online. Sedangkan metode komunikasi persuasif yang digunakan BWI dalam
pensosialisasian wakaf tunai adalah metode asosiasi, metode integrasi, metode
ganjaran, metode icing, dan metode red-herring.
Kata kunci: BWI, wakaf tunai, strategi persuasif, public relations, metode,
sosialisasi
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan karunia
dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan barakah-Nya
kepada seluruh makhluk-Nya. Sehingga peneliti dapat menempuh jenjang
pendidikan sampai saat ini dan dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai
gelar Sarjana Komuniakasi Islam (S. Kom.I).
Sholawat serta salam semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ummatnya
dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran.
Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, peneliti tidak dapat menyelasaikan karya ini dengan
baik, semua berkat arahan, bantuan, petunjuk serta motivasi dari semua pihak
yang diberikan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini pada
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan banyak
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
iii
1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang
Akademik, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pembantu Dekan
Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A
selaku pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, dan Ibu Dra. Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Ibu Dra, Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik
KPI C 2009 yang telah membantu mengarahkan penulis untuk mengikuti
proses kegiatan akademik.
5. Dr. Hj. Roudhonah, M.A. selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan
sabar meluangkan waktunya untuk membantu dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang
bermanfaat bagi penulis.
7. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan kemudahn penulis untuk mendapatkan berbagai
referensi dalam penyelesaian skripsi ini.
iv
8. Segenap pihak Badan Wakaf Indonesia yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian dan wawancara serta banyak membantu dalam
penulisan skripsi ini khususnya Bapak Abdullah, Bapak Sigit Abdi Prianto,
Ibu Nani Almuin dan Bapak Nurkaib yang telah membantu dan memberikan
informasi kepada penulis dalam penelitian mengenai sosialisasi wakaf tunai
yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia.
9. Kepada ayahanda M. Syaiful Harahap dan mama’ tercinta Sumarni yang
selalu mendoakan dan memberikan motivasi serta kasih sayangnya yang tidak
terbatas demi kesuksesan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
10. Kakak-kakakku tercinta, Dina Masdaleni Harahap SP beserta suami Adrimas
Kamal SP, dan Elistina Harahap SE.I. beserta suami Popy Ardiansyah Amd.
yang senantiasa memberikan dukungannya kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2009, Khususnya KPI C yang
saling membantu satu sama lain dan tetap menjaga kekompakan.
12. Sahabat-sahabat aku Nany Suryaningsih, Popy Oktarini, dan Siti Dahlia yang
senantiasa memberikan dukungan dan waktunya. Serta teman-teman kosan
Ella Dhanila Kartika Sari dan Mirna Fitri Setiawati yang selalau mensupport
penulis. Semoga persahabatan kita tetap utuh selamanya.
13. Teman-teman KKN SIC GOLD Cibuntu 2012 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang sudah mendukung serta memotivasi penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
v
Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi
pelajaran hidup kepada peneliti. Semoga Allah SWT semakin menambah karunia-
Nya kepada kita semua. Terimakasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala
kekhilafan. Dan akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca, dan khsusnya bagi peneliti. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Jakarta, 17 Juni 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 12
F. Sistem Penulisan ........................................................................ 14
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI PUBLIC
RELATIONS, KOMUNIKASI PERSUASIF DAN WAKAF TUNAI
A. Strategi Public relations .............................................................. 16
1. Pengertian Strategi ............................................................... 16
2. Pengertian Public relations .................................................. 18
3. Strategi Public relations ....................................................... 30
B. Marketing Public relations ......................................................... 33
1. Pengertian Marketing Public Relations ................................ 33
2. Tujuan Marketing Public Relations ...................................... 33
3. Perbedaan Marketing Public relations dan Public Relations 34
C. Komunikasi Persuasif ................................................................ 34
1. Pengertian Komunikasi Persuasif ........................................ 34
vii
2. Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif ..................................... 36
3. Metode Komunikasi Persuasif ............................................. 38
C. Wakaf Tunai ................................................................................ 38
1. Pengertian Wakaf Tunai ....................................................... 38
2. Dasar Hukum Wakaf Tunai .................................................. 40
3. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai ........................................... 45
4. Tujuan dan Manfaat Wakaf Tunai ....................................... 46
BAB III GAMBARAN UMUM BADAN WAKAF INDONESIA
A. Sejarah Berdiri Badan Wakaf Indonesia .................................... 49
B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia ......................... 51
C. Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia ....................................... 53
1. Visi ......................................................................................... 53
2. Misi ........................................................................................ 53
D. Strategi Badan Wakaf Indonesia ................................................ 53
E. Struktur Lembaga ....................................................................... 51
F. Program kerja ............................................................................. 54
1. Divisi Pembinaan Nazhir ....................................................... 56
2. Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf ...................... 56
3. Divisi Kelembagaan .............................................................. 57
4. Divisi Hubungan Masyarakat ................................................ 58
5. Divisi Penelitian dan Pengembangan wakaf ......................... 59
6. Divisi Kerja Sama Luar Negeri ............................................. 59
G. Profil Anggota Divisi Humas BWI ............................................ 60
BAB IV PILIHAN STRATEGI PUBLIC RELATIONS BADAN WAKAF
INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN WAKAF TUNAI
A. Peran Divisi Hubungan Masyarakat BWI dalam Mensosialisasikan
Wakaf Tunai ................................................................................ 67
viii
B. Metode Komunikasi Persuasif yang Dikembangkan BWI ........ 74
1. Metode Asosiasi ................................................................... 74
2. Metode Integrasi ................................................................... 75
3. Metode ganjaran ................................................................... 75
4. Metode icing ......................................................................... 76
5. Metode red-herring .............................................................. 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 79
B. Saran ........................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Strategi Dua Komponen .......................................................................... 32
Tabel 2. Pola Dasar The 3-C’s Options ............................................................... 32
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Hubungan Media BWI ............................................................. 68
Gambar 2. Talk Show Wakaf Uang di Radio Ras FM Jakarta saat Bulan
Ramadhan ........................................................................................ 69
Gambar 3. Pamphlet yang Digunakan BWI dalam Mensosialisasikan Wakaf
Tunai ............................................................................................... 71
Gambar 4. Pemberian Materi Wakaf Uang Training Pegawai BNI Syariah
Jakarta ............................................................................................. 72
Gambar 5. Fundraising Wakaf Uang Ramadhan 1433 H Jakarta ..................... 73
Gambar 6. Fundraising Kerja Sama BWI Pusat dab BSM Tahun 2011 .............. 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Praktek wakaf telah dikenal sejak dulu sebelum hadirnya agama Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW meskipun dengan nama dan istilah
yang berbeda. Hal ini terbukti bahwa banyak tempat-tempat ibadah yang
terletak di suatu tanah yang pekarangannya dikelola dan hasilnya untuk
membiayai perawatan dan honor yang merawat tempat ibadah.1 Sedangkan
dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak masa Rasulullah saw karena wakaf
disyari’atkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah pada tahun kedua
hijiriyah.2
Wakaf merupakan istilah lain dari amal jariah. Amal jariah disebut
wakaf karena benda yang diamaljariahkan dimaksudkan agar kepemilikan
benda itu tidak berpindah-pindah serta agar manfaat dan hasil benda tersebut
dapat digunakan untuk kemaslahatan umat. Hal ini sejalan dengan pengertian
kata wakaf yang berasal dari kata waqafa yang berarti menghentikan,
mengekang atau menahan.3
1Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf,
(Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 9. 2Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, h.
11. 3“Amal” dalam Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, ed., Ensiklopaedi Islam cet. 3,
(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 131.
2
Dalam istilah syara’ secara umum, wakaf dapat diartikan sejenis
pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan)
asal (tahbisul ashli), lalu menjadikam manfaatnya berlaku umum.4 Sedangkan
dalam hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan
lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa
perorangan maupun badan pengelola, dengan ketentuan bahwa hasil atau
manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan ajaran syari’at
Islam.5 Benda wakaf sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu benda wakaf
tidak bergerak dan benda wakaf bergerak. Contoh benda wakaf tidak bergerak
adalah tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya, dan sumur untuk
diambil airnya.6 Sedangkan contoh benda wakaf bergerak adalah hewan,
perlengkapan rumah ibadah, senjata, pakaian, buku, mushaf, uang, saham atau
surat berharga lainnya.7
Beberapa tahun terakhir di Indonesia sedang menggema dalam upaya
menggalakkan bentuk wakaf baru dengan nama wakaf tunai (cash waqf).
Wakaf tunai dipelopori oleh Prof. M.A. Mannan, seorang pakar ekonomi asal
Bangladesh. Munculnya gagasan mengenai wakaf tunai memang mengejutkan
4Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta :
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 1. 5Biro Perbankan Syari’ah Bank Indonesia 2001, Peranan Perbankan Syariah dalam
Wakaf Tunai (Sebuah Kajian Konseptual), (Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam
Universitas Indonesia, 2006), h. 91. 6Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, Fiqih Wakaf, (Jakarta :Direktorat Pemberdayaan Wakaf
dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia,
2006), h. 40. 7Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf, h. 42-44
3
banyak kalangan. Karena wakaf tunai berlawanan dengan persepsi umat Islam
yang terbentuk bertahun-tahun lamanya, bahwa wakaf itu berbentuk benda-
benda tak bergerak seperti tanah. Wakaf tunai bagi umat Islam Indonesia
memang masih relatif baru. Hal ini bisa dilihat dari peraturan yang
melandasinya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru memberikan fatwanya
pada pertengahan Mei 2002. Sedangkan Undang-undang tentang wakaf
disahkan pada tanggal 27 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.8
Wakaf tunai diperbolehkan berdasarkan firman Allah :
“Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebijakan (yang sempurna) sebelum
kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.Dan apa saja yang
kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui”. (QS : Ali Imran
: 92).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seseorang tidak akan mencapai
tingkat kebaikan di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas menafkahkan di jalan
Allah harta yang dicintainya diantaranya melalui sarana wakaf. Dalam ayat ini
dikemukakan juga kapan dan bagaimana sehingga nafkah seseorang dapat
bermanfaat. Yakni, bahwa yang dinafkahkan hendaknya harta yang disukai,
karena Kamu sekali-kali tidak meraih kebajikan (yang sempurna), sebelum
8Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia,
(Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h.8
4
kamu menafkahkan dengan cara yang baik dan tujuan serta motivasi yang
benar yakni sebagian dari harta benda yang kamu sukai. Jangan khawatir akan
merugi atau menyesal dengan pemberian yang tulus, karena apa saja yang
telah dinafkahkan baik itu dari harta yang disukai ataupun yang tidak disukai
karena sesungguhnya Allah maha mengetahui dan akan memberikan ganjaran
baik di dunia maupun diakhirat kelak.9
Secara ekonomi, wakaf tunai sangat potensial untuk dikembangkan di
Indonesia, karena dengan model wakaf ini daya jangkau mobilisasinya akan
jauh lebih merata kepada sebagian anggota masyarakat dibandingkan dengan
model wakaf-wakaf tradisional-konvensional, yaitu dalam bentuk harta fisik
yang biasanya dilakukan oleh keluarga yang terbilang relatif mampu (kaya).10
Dibandingkan dengan Bangladesh pengelolaan wakaf tunai di
Indonesia masih ketinggalan. Semua wakaf dinegara ini berkembang dengan
pesat termasuk wakaf uang. Di Bangladesh wakaf uang dikelola oleh Social
Invesmen Bank Ltd. (SIBL). Bank ini telah mengembangkan pasar modal
sosial (the Voluntary Capital Market). Instrument-instrument produk
keuangan Islam dalam pasar modal antara lain: surat obligasi pembangunan
perangkat wakaf (Waqf Properties Deveopment Bond), sertifikat wakaf tunai
(cash waqf deposit sertifiate), sertifikat wakaf keluarga (family waqf
sertificate), obligasi pembangunan perangkat masjid (mosque properties
9M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an), cet. I,
Vol. 2, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2000), h. 142. 10
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia,,
h.9.
5
development bond), saham komunitas masjid (mosque community share),
sertifikat pembayaran zakat (zakat/usher paymen certificate), dan lain-lain.11
Di Indonesia sudah ada beberapa lembaga yang telah melaksanakan
wakaf tunai, salah satunya adalah Badan Wakaf Indonesia. Badan Wakaf
Indonesia (BWI) merupakan lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada
masyarakat. Saat ini Badan Wakaf Indonesia juga telah mulai
mensosialisasikan wakaf tunai kepada umat Islam Indonesia. Hal ini sesuai
dengan salah satu landasan pemikiran dibentuknya Badan Wakaf Indonesia
(BWI), yaitu dalam kaitan pengelolaan wakaf produktif dengan
berkembangnya wacana cash waqf atau wakaf tunai (uang) dan sejenisnya.
Dalam mensosialisasikan wakaf tunai yang bagi umat Islam Indonesia
masih relatif baru tentulah tidak mudah. Kebanyakan umat Islam di Indonesia
belum memahami wakaf tunai. Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia wakaf
itu hanyalah benda tidak bergerak seperi tanah, bangunan, serta pohon yang
diambil buahnya. Oleh karena itu, dibutuhkanlah strategi yang tepat agar
pensosialisasian wakaf tunai dapat berjalan dengan efektif dan tercapainya
pemahaman umat Islam Indonesia akan wakaf tunai. Dalam mensosialisasikan
wakaf tunai Badan Wakaf Indonesia dapat menggunakan strategi public
11
Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Departemen Agama
RI, Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006),
h. 112.
6
relations. Peran strategi public relations ini diharapkan dapat membantu Badan
Wakaf Indonesia mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu terwujudnya
pemahaman umat Islam Indonesia mengenai wakaf tunai sehingga umat Islam
Indonesia tergerak untuk berwakaf.
Public relations merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah
satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi.12
Public relations dituntut mampu menjadikan orang lain memahami satu pesan,
demi menjaga citra dan reputasi lembaga yang diwakilinya.13
Tentu saja dalam
mencapai tujuan tersebut dibutuhkan strategi public relations yang tepat
sasaran. Karena pada dasarnya segala tindakan dan perbuatan itu tidak terlepas
dari strategi.
Menurut Ahmad S. Adnanputra, strategi public relations adalah
alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public
relations dalam kerangka suatu rencana public relations (public relations
plan).14
Terdapat tiga jenis strategi public relations yaitu strategi persuasif,
strategi melalui kontribusi pada tujuan dan misi perusahaan (strategi edukatif-
informatif), dan strategi yang dibentuk oleh dua komponen (komponen
sasaran dan komponen sarana).
12
Onong Uchahana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung : PT Remaja
Rosda Karya, 1999) cetakan ke XII, h. 131. 13
Muhammad Iqbal, Strategi Public Relation Polri dalam Membangun Citra Pelayanan
pada Masyarakat (Study pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat), (Jakarta : FIDKOM UIN
Jakarta, 2011), h. 1. 14
Rosady Ruslan, Manajemen Public relations dan Media Komunikasi (konsepsi dan
Aplikasi), Edisi revisi, cet. 8. (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2007),h. 134.
7
Public relations dapat juga diartikan sebagai alat komunikasi persuasif
yang dapat dipakai oleh orang untuk mempengaruhi orang lain dan institusi
lain dalam rangka membantu mereka mencapai tujuan.15
Untuk mencapai
tujuan tersebut, public relations dapat melakukannya dengan menggunakan
metode-metode komunikasi persuasif.
Strategi public relations yang diterapkan oleh Badan Wakaf Indonesia
dalam mensosialisasikan wakaf tunai adalah strategi persuasif, hal ini terlihat
dari upaya Badan Wakaf Indonesia dalam mewujudkan pemahaman
masyarakat tentang wakaf tunai dan mempengaruhi masyarakat agar mau
berwakaf. Disinilah keistimewaan public relations Badan Wakaf Indonesia.
Tidak seperti nazhir atau badan wakaf lain yang tujuan utamanya melakukan
sosialisasi untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya, tujuan utama
Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai justru hanya
untuk terwujudnya pemahaman masyarakat akan wakaf tunai.
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk meneliti bagaimana strategi
public relations yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia dalam
mensosialisasikan wakaf tunai kepada umat Islam Indonesia dengan
menggunakan metode-metode komunikasi persuasif. Sehingga umat Islam
Indonesia dapat lebih mengetahui tentang wakaf tunai serta pemanfaatan dari
wakaf tunai tersebut.
15
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta : Kencana, 2008), edisi ke-8, cetakan
ke-1, h. 234.
8
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas peneliti tertarik untuk
mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul
“STRATEGI PUBLIC RELATIONS BADAN WAKAF INDONESIA
DALAM MENSOSIALISASIKAN WAKAF TUNAI”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar tidak meluas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi
pada strategi atau usaha Public Relations divisi Hubungan Masyarakat
Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana strategi public relation yang digunakan Badan Wakaf
Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai?
b. Bagaimana metode komunikasi persuasif yang digunakan Badan
Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. Untuk mengetahui strategi public relation yang digunakan Badan Wakaf
Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai.
2. Untuk mengetahui metode komunikasi persuasif yang digunakan Badan
Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai.
9
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk
mengembangkan pengetahuan ilmiah bagi mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dibidang komunikasi yang berhubungan dengan Public Relations.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam dan juga bermanfaat bagi
seluruh lapisan masyarakat.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu bertujuan
membuat deskripsi secara sistematis, factual dan akurat tentang fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.16
Penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
16
Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta :
Kencana Prenada Merdia Group. 2006), h. 69.
10
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.17
Peneliti berusaha menggambarkan secara jelas segala hal yang
terjadi di lapangan dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang
berdasarkan tujuan penlitian. Pendekatan kualitatif ini menitikberatkan
pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui
pengamatan dan wawancara.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Kantor Sekeratariat Badan Wakaf
Indonesia : Gedung Bayt Al Quran Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Jl. Raya TMII Pintu 1 - Jakarta Timur 13560. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Februari sampai dengan Mei 2013.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah divisi
Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia yang merupakan tempat
penulis memperoleh keterangan atau data.Sedangkan yang menjadi objek
penelitian adalah strategi public relations yang dilakukan Badan Wakaf
Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai.
17
lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h.6.
11
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti melakukan pengumpulan
data dengan melakukan beberapa teknik, antara lain :
a. Wawancara mendalam. Wawancara atau interview adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang
diwawancarai.18
Wawancara dilakukan peneliti secara langsung
terhadap orang-orang yang dianggap perlu dan mewakili dalam
penelitian ini yaitu Bapak Nurkaib selaku staff divisi Hubungan
Masyarakat BWI dan Bapak Sigit Ahmad Prianto selaku staff
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf BWI. Wawancara ini
bertujuan untuk menggali keterangan-keterangan yang mendalam
sehingga terkumpul informasi-informasi yang diperlukan.
b. Observasi langsung, yaitu untuk mengamati bagaiman bentuk strategi
Public Relations divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia
dengan cara mengamati langsung kegiatan yang dilakukan oleh divisi
Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia selama kurang lebih
tiga bulan.
c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan data berupa tulisan berbentuk
catatan-catatan, arsip atau dokumen milik Badan Wakaf Indonesia dan
data dari beberapa media massa, buku-buku atau foto-foto yang
mempunyai kaitan dengan penelitian guna mendukung data penelitian.
18
Moh. Nazin, Metode Penelitian, (Bandung : Ghalia Indonesia, 1999), hlm. 234.
12
5. Teknik analisis data
Analisis data menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip dari buku
Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Lexy J. Moleong adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan
kepada orang lain.19
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif yang dikemukakan Whitney yakni mencari fakta
dengan interpretasi yang tepat.20
6. Teknik penulisan
Dalam penulisan deskripsi ini, penulis berpedoman pada buku
Pedoman penulisan karya ilmiah UIN (skripsi, disertasi dan tesis) yang
diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang
berkaitan dengan penelitian yang penulis teliti sekalipun arah dan tujuan yang
diteliti berbeda. Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa sumber
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penlitian Kualitatif (Edisi Revisi),,(Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2009) h. 248. 20
Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, (Yogyakarta : AR-RUZ
MEDIA, 2011), h. 201.
13
kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan strategi public
relations yaitu :
1. Strategi Public relations PT. Anugerah Bersama Sejahtera dalam Menjalin
Loyalitas costumer. Penelitian ini lebih mengkhususkan diri pada
bagaimana public relations menumbuhkan rasa loyalitas yang tinggi pada
kostumer agar tetap menggunakan produk perusahaan dengan mengarah
pada citra perusahaan keluar.21
2. Strategi Komunikasi Public Relations Radio Gen FM Terhadap Minat
Pemasang Iklan. Pada penelitian ini lebih menitik beratkan tentang
bagaimana Public Relations menjual citra perusahaan terhadap pemasang
iklan agar mau memasang iklan di Gen fm.22
3. Strategi Public Relations Polri Dalam Membangun Citra Pelayanan Pada
Masyarakat (Studi Pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat). Pada
peneletian ini lebih menitik beratkan pada permasalahan tetang bagaimana
public relations menciptakan citra positif di masyarakat.23
4. Strategi Public Relations Bank BNI Syariah dalam Meraih Citra Positif Di
Media Online. Pada penelitian ini berisi tentang bagaimana divisi
21
Johan Alkautsar. Strategi Public Relation Pt. Anugrah Sejahtera Dalam Menjalin
Loyalitas Customer. (Jakarta : FIDKOM UIN JAKARTA, 2011). 22
Umu nur atiyah.Strategi Komunikasi Public Relation Radio Gen Fm Pada Minat
Pemasang Iklan. (Jakarta : FIDKOM UIN JAKARTA, 2011). 23
Muhammad Iqbal, Strategi Public Relation Polri Dalam Membangun Citra Pelayanan
Pada Masyarakat (Study Pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat), (Jakarta : FIDKOM UIN
Jakarta, 2011).
14
komunikasi BNI Syariah berupaya mengangkat citra perusahaan hingga
mampu meraih citra positif di media online. 24
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah “ Strategi Public
Relations Badan Wakaf Indonesia dalam Mensosialisasikan Wakaf Tunai”
yang menitikberatkan pada bagaimana divisi Hubungan Masyarakat Badan
Wakaf Indonesia berupaya mensosialisasikan wakaf tunai dengan
menggunakan metode-metode komunikasi persuasif.
Demikianlah perbedaan pokok bahasan atau materi yang diteliti oleh
penulis dengan penelitian sebelumnya.
F. Sistem Penulisan
BAB I PENDAHULUAN meliputi penjelasan tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulis.
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI PUBLIC
RELATIONS, KOMUNIKASI PERSUASIF DAN WAKAF TUNAI, yang
meliputi pengertian tentang strategi, jenis-jenis strategi, pengertian public
relations dan ruang lingkupnya, strategi public relations, metode komunikasi
persuasif dan pengertian wakaf tunai,.
24
Ditya Arif Setiabudi. Strategi Public Relations Bank Bni Syariah Dalam Meraih Citra
Positif Di Media Online. (Jakarta : FIDKOM UIN JAKARTA, 2012).
15
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN WAKAF
INDONESIA (BWI) yang meliputi sejarah berdirinya BWI, visi dan misi
BWI, tugas dan wewenang BWI, struktur lembaga, dan program kerja BWI
BAB IV PILIHAN STRATEGI PUBLIC RELATIONS BADAN WAKAF
INDONESIA (BWI) berisi tentang strategi public relations Badan Wakaf
Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai.
BAB V PENUTUP meliputi kesimpulan dan saran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI PUBLIC RELATIONS,
KOMUNIKASI PERSUASIF DAN WAKAF TUNAI
A. Strategi Public relations
1. Pengertian Strategi
Secara etimology, strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stratos
yang berarti pasukan dan agein yang berarti memimpin. Jadi strategi
berarti perihal memimpin pasukan. Ilmu strategi adalah ilmu tentang
memimpin pasukan1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa arti strategi adalah ilmu siasat perang; akal atau tipu muslihat untuk
mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.2 Dan dalam
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa strategi adalah
keahlian mengatur atau merencanakan tentang suatu kegiatan guna meraih
suatu target atau sasaran.3 Jadi strategi dapat juga diartikan sebagai suatu
siasat meminpin dan merencanakan suatu kegiatan untuk mencapai target
yang sudah ditetapkan.
Sedangkan secara terminology, strategi dapat didefenisikan sebagai
berikut :
1Ali Murtopo, Strategi Kbeudayaan, (Jakarta: Center for Strategic and Internasional
Studies-CSIS 1978), h.7 2Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: PT. Media
Pustaka Phoenix, 2008), h. 825. 3Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Edisi Pertama,
(Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 1463.
17
a. Menurut J L Thompson strategi adalah cara untuk mencapai sebuah
hasil akhir. Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi.
Bennett menggambarkan organisasi sebagai arah yang dipilih
organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya. 4
b. Menurut Onong Uchana Effendy, strategi adalah perencanaan dan
manajemen untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai
tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
memberi arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan taktik
operasionalnya.5
c. Menurut Sthepanie K. Marrus, strategi adalah sebuah proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dicapai.6
d. Menurut Stainer dan Mineer, strategi adalah penempatan misi
perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat,
sehingga sasaran organisasi akan tercapai.7
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
strategi adalah suatu keahlian atau cara mengenai pengaturan dan
4Sandra Oliver, Strategi Public relations, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006), h. 2.
5Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), Cetakan ke-21, h.32. 6Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 31. 7George Steiner & John Mineer, Manajemen Strategik, (Jakarta : Erlangga), h. 20.
18
perencanaan suatu kegiatan untuk meraih target atau tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Mintzberg ada lima kegunaan dari strategi, yaitu :
a. Sebuah rencana, merupakan suatu arah tindakan yang diinginkan
secara sadar;
b. Sebuah cara, merupakan suatu manuver spesifik yang dimaksudkan
untuk mengecoh lawan atau kompetitor;
c. Sebuah pola, dalam suatu rangkaian tindakan;
d. Sebuah posisi, merupakan suatu cara untuk menempatkan organisasi
dalam sebuah lingkungan;
e. Sebuah perspektif, merupakan suatu cara yang terintegrasi dalam
memandang dunia.8
Dengan demikian, kegunaan dari strategi adalah sebuah
perencanaan serangkaian tindakan yang diinginkan secara sadar untuk
mengecoh kompetitor dan menempatkan organisasi dalam sebuah
lingkungan yang terintegrasi dalam memandang dunia.
2. Pengertian Public Relations
Public relations merupakan suatu istilah yang terdiri dari dua kata,
yaitu public dan relations. Pengertian public adalah sekelompok orang
yang meletakkan perhatian pada sesuatu hal yang sama, yang mempunyai
8Sandra Oliver, Strategi Public relations, h. 2.
19
minat dan kepentingan yang sama.9 Public dalam public relations
hanyalah merupakan kelompok orang, yang mempunyai hubungan dengan
kepentingan tertentu yang timbul karena adanya masalah tertentu, yaitu
issue.10
Sedangkan istilah relations dalam public relations merupakan
suatu prinsip, karena istilah relations dalam public relations mengandung
arti adanya hubungan timbal balik (two way traffic communication).11
Sedangkan secara terminology, Public relations dapat diartikan
sebagi berikut:
a. Menurut The International Public relations Association (IPRA) sebuah
organisasi profesi ditingkat internasional, memberikan defenisi public
relations sebagai berikut :
“Public relations is a management function, of e continuing and
planned character, through which public and private organizations
and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy
and support of those with whom they are or may be concerned – by
evaluating public opinion abaout themselves, in order to correlate, as
far as possible, their own policies and procedures, the achieves by
planned and widespread information more productive cooperation
and more efficient fulfillment of their commont interests.”12
(public relations adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang
direncanakan dan dijalankan secara kesinambungan, yang oleh
organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga umum dan pribadi
dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian,
simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya dan yang
9Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public relations 2.0 (Teori dan Praktik Public
relations di Era Cyber 1010), (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 5. 10
Soenarko Setyodarmodjo, Public relations; Pengertian, Fungsi, dan Peranannya,
(Surabaya: Penerbit Papyrus Surabaya, 2003), h. 2. 11
Bambang Siswanto, Hubungan Masyarakat; Teori dan Praktek, (Jakarta: Bumi Aksara,
1992), h. 4. 12
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2004),
cetakan ke-2, h. 14
20
diduga akan ada kaitannya dengan cara memiliki opini public mereka,
dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan
ketatalaksanaan, guna mencapai kerjasama yang lebih produktif dan
untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, yang
terencana dan tersebar luas)
b. Menurut (British) Institute of Public relations, public relations adalah
keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat
baik (good-will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya.13
c. Frank Jefkins mendefenisikan public relations sebagai semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara
suatu organisasi dengan semua khlayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. 14
d. Glen M. Broom menyatakan bahwa :
“Public relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik,
mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau
organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan
melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan
dukungan publik”.15
Dari beberapa defenisi diatas terdapat beberapa inti dari public
relations yakni hubungan timbal balik (two way communication) antara
organisasi/lembaga dengan publiknya sehinga terciptanya good-will,
13
Frank Jefkins, Public relations edisi kelima, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2003), h. 9. 14
Frank Jefkins, Public relations edisi kelima, h. 10. 15
Onong Uchana Effendy, Human Relations dan Public relations, (Bnadung : Penerbit
Mandar Maju, 1993), h. 116.
21
kepercayaan, penghargaan pada dan dari publik suatu badan khususnya
dan masyarakat pada umumnya.
a. Karakteristik Public Relations
Menurut Frida Kusumastuti dalam bukunya yang berjudul
Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, terdapat empat ciri utama Public
relations, yaitu:
1) Adanya upaya komunikasi yang bersifat dua arah. Hakikat public
relations adalah komunikasi. Namun, tidak semua komunikasi
dapat dikatakan public relations. Komunikasi yang menjadi ciri
public relations adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan
terjadinya arus informasi timbal balik.
2) Sifatnya yang Terencana. Sifat public relations yang terancana
dapat diartikan bahwa kerja atau aktivitas public relations
merupakan kerja atau aktivitas yang berkesinambungan, memiliki
metode, terintegrasi dengan bagian lain dan hasilnya tangible
(nyata).
3) Berorientasi pada Organisasi/Lembaga
4) Sasarannya adalah Public yakni suatu kelompok dalam masyarakat
yang memiliki karakteristik kepentingan yang sama.16
public
dikelompokkan menjadi dua yakni:
a) Internal public, yaitu public yang terdiri dari orang-orang yang
berada dalam lingkungan organisasi/lembaga.
b) Eksternal public, yaitu orang-orang atau kelompok yang berada
diluar organisasi, namun mempunyai kepentingan dan masalah
dalam hubungan organisasi tersebut.17
Sedangkan menurut Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, ciri-ciri
public relations adalah sebagai berikut:
1) Public relations adalah kegiatan komunikasi dalam suatu
organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik;
16
Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 17. 17
Soenarko Setyodarmodjo, Public relations; Pengertian, Fungsi, dan Peranannya, h. 9.
22
2) Public relations merupakan penunjang tercapai tujuannya yang
ditetapkan oleh suatu organisasi;
3) Publik yang menjadi sasarannya adalah publik ekstern dan publik
intern;
4) Operasionalisasi public relations adalah membina hubungan yang
harmonis antara organisasi dengan publik dan mencegah terjadinya
rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi
maupun dari pihak publik.18
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri public relations adalah komunikasi yang berlangsung merupakan
komunikasi timbal balik (two way traffic communication), memiliki
kegiatan yang sudah terencana, sasaran kegiatannya adalah publik, dan
operasionalisasinya beorientasi pada hubungan yang baik antara
organisasi dan publiknya.
b. Tujuan, Fungsi dan Tugas Public Relations
1) Tujuan Public Relations
a) Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (Aspek
Kognisi);
b) Menjaga dan membentuk saling percaya (Aspek Afeksi);
18
Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, cet. VII,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 24.
23
c) Memelihara dan menciptakan kerja sama (Aspek
Psikomotoris).19
Dari tiga tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa setelah
pengetahuan atau pikiran dibuka, emosi atau kepercayaan disentuh
maka selanjutnya perilaku positif dapat diraih. Pada akhirnya,
semua itu kembali pada tujuan yang lebih penting yaitu
terbentuknya citra yang favourable terhadap organisasi di mana
public relations tersebut berada.
2) Fungsi Public Relations
Fungsi disini berarti mengenai masalah kegunaan public
relations dalam mencapai tujuan organisai atau lembaga. Menurut
Djanalis Djanaid ada dua fungsi public relations, yaitu :
a) Fungsi Konstruktif
Peranan public relations dalam hal ini mempersiapkan
mental publik untuk menerima kebijakan organisasi/lembaga,
menyiapkan mental organisasi/lembaga untuk memahami
kepentingan publik, mengevaluasi perilaku publik maupun
organisasi untuk direkomendasikan kepada manajemen,
menyiapkan prakondisi untuk mencapai saling pengertian,
saling percaya saling membantu terhadap tujuan-tujuan publik
organisasi/lembaga yang diwakilinya. Fungsi konstruktif ini
mendorong public relations membuat aktivitas maupun
kegiatan-kegiatan yang terencana, berkesinambungan yang
cenderung bersifat proaktif.
19
Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 20-22.
24
b) Fungsi Korektif.
Dalam hal ini, public relations berperan dalam
mengatasi terselesaikannya masalah apabila dalam organisasi
yang diwakilinya terjadi masalah-masalah (krisis) dengan
publiknya.20
Sedangkan menurut Cutlip and Center serta Canfield, ada
empat fungsi public relations, yaitu :
a) Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan
organisasi.
b) Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dengan
publik, baik internal maupun eksternal
c) Menciptakan komunikasi dua arah secara timbale balik dengan
menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan
menyalurkan opini publik pada perusahaan.
d) Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan
organisasi untuk kepentingan umum.21
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
fungsi public relations adalah menyebarkan informasi dari organisasi
kepada public dan menyalurkan opini public kepada perusahaan agar
terciptanya hubungan yang harmonis antara organisasi dengan
publiknya serta berperan dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan (krisis) yang timbul diantara organisasi dengan
publiknya.
3) Tugas Public Relations
a) Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi
kecenderungan perilaku publik, kemudian direkomendasikan
kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan
20
Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 23. 21
Onong Uchana, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, h. 36.
25
organisasi/lembaga.22
Menurut Frank Jefkins ada empat kondisi
kecenderungan publik yang dihadapi oleh public relations,
yakni permusuhan (hostility), prasangka (prejudice), apatis
(apathy), tidak tahu (ignorance)23
. Disinilah public relations
bertugas untuk merubah kecenderungan publik dari yang
memusuhi menjadi simpati, yang berprasangka menjadi
menerima, yang apatis menjadi peduli, dan yang tidak tahu
menjadi tahu.
b) Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan
kepentingan publik. Tugas public relations disini adalah
mempertemukan kepentingan antara organisasi/lembaga
dengan publik menjadi saling mengerti, dipahami, dihormati,
dan dilaksanakan. Apabila kepentingannya berbeda, maka
public relations dapat bertugas untuk menghubungkannya.24
c) Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga,
khususnya yang berkaitan dengan publik. Hal ini berarti bahwa
public relations memiliki wewenang untuk memberikan
nasihat apakah suatu program sebaiknya diteruskan ataukah
ditunda atau bahka dihentikan. Public relations bertugas untuk
senantiasa memonitor semua program.25
22
Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 25. 23
Frank Jefkins, Public relations (Edisi Kelima), h. 59-60. 24
Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 25-26. 25
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 26.
26
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tugas public relations adalah mengintepretasi, menganalisis dan
mengevaluasi program-program organisasi khususnya yang
berkaitan dengan public serta mempertemukan kepentingan
organisasi dengan kepentingan public.
c. Aktifitas-Aktifitas Public Relations
Public relations Society of America (PRSA), sebuah organisasi
public relations yang terbentuk pada tahun 1947 di Amerika. Pada
tahun 2002 PRSA merumuskan aktiftas-aktifitas public relations
sebagai berikut:
1) Community Relations. Hubungan publik yang memfokuskan diri
pada komunitas yang berkaitan dengan keberlangsungan
perusahaan.
2) Counseling. Dalam aktifitas ini, para professional public relations
hendaknya secara rutin memberikan masukan/pertimbangan
kepada pihak manajemen sebelum mereka mengambil keputusan,
membuat kebijakan, membangun relasi, atau melakukan
komunikasi dengan publik. pihak manajemen menyatakan kepada
publik apa yang mereka lakukan, sedangkan bagian public
relations membantu mendefinisikan dan mempresentasikan pesan
tersebut untuk sampai kepada publik.
3) Development/Fundraising. Dalam hal ini, public relations berperan
untuk menerjemahkan kebutuhan organisasi kepada pihak-pihak
yang memiliki peluang dan atau kemampuan untuk memberikan
kontribusi.
4) Employee/Member Relations. Tugas public relations adalah untuk
menciptakan hubungan yang baik, tidak hanya kepada para pekerja
melainkan juga kepada keluarga pekerja. Dengan demikian akan
terbentuk motivasi yang baik dan moral yang tinggi dari para
pekerja sehingga loyal kepada perusahaan.
5) Financial Relations. Peran public relations adalah membangun
jembatan komunikasi antara investor, pemilik perusahaan, para
pemegang saham, komunitas financial seperti bank, dan publik.
27
6) Government Affairs. Ini merupakan tipe aktfitas publik relations
yang memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak
pemerintah.
7) Industry Relations. Selain menjalin relasi dengan publik,
perusahaan juga harus menciptakan relasi yang baik dengan
perusahaan-perusahaan lain yang secara langsung berkaitan dengan
bisnis perusahaan.
8) Issues Management. Pengembangan manajemen isu merupakan
bagian dari kekuatan perusahhan. Menajemen isu melibatkan
publik dalam jumlah besar demi terciptanya citra dari produk
maupun citra perusahaan.
9) Media relations. Perkembangan dari media massa memberikan
pengaruh yang berarti bagi perusahaan. Pemberitaan yang baik di
media akan memberikan pencitraan yang baik bagi perusahaan dan
meningkatkan kepercayaan pelanggan dalam memakai produk
ataupun jasa perusahaan. Aktifitas inilah yang menjalin relasi
dengan media dan mendapatkan kepercayaan dari liputan media.
10) Marketing Communications.
11) Minority Relations/Multicultural Affairs. Merupakan aktifitas
public relations yang memfokuskan diri pada terbentuknya relasi
pada kelompok minoritas yang secara langsung ataupun tidak,
dapat memberikan dampak publisitas perusahaan.
12) Public Affairs. Merupakan interaksi dari public relations yang
melibatkan para ofisial dan pemimpin dari berbagai bentuk
organisasi atau para pemegang saham.
13) Special Events and Public Participant. Merupakan aktifitas
langsung yang melibatkan publik dan dilakukan oleh public
relations untuk menjalin interaksi antara organisasi/perusahaan
dengan publik 26
d. Media/Sarana Public Relations
Media merupakan sarana atau alat untuk menyampaikan pesan
atau sebagai mediator antara komunikator dengan komunikannya.
Media atau alat public relations dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Media umum seperti surat menyurat, telepon dan faxsimile.
26
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public relations 2.0 (Teori dan Praktik Public
relations di Era Cyber 1010), (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 126-129.
28
2) Media massa seperti media media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid dan bulletin) dan media elektronik (televisi, radio dan
film).
3) Media khusus seperti iklan, logo dan nama perusahaan.
4) Media internal seperti house journal (profil perusahaan, laporan
tahunan perusahaan dan majalah bulanan), printed media
(booklets, pamphlet, cop surat, kartu nama, dan kalender),
spoken and visual word (video record dan tape record), media
pertemuan (seminar, rapat, presentasi, diskusi, pameran,
sponsorship, dan gathering meet).27
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam menyampaikan pesan, public relations juga membutuhkan
media. Media terdiri dari media umum, media massa, media
khusus, dan media internal.
e. Jenis-Jenis Public Relations
1) Public Relations Pemerintahan
Public relations pemerintahan pada dasarnya bersifat
politis. Bagian public relations di institusi pemerintahan dibentuk
untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan-
kebijakan pemerintahan seperti memberi informasi secara teratur
tentang kebijakan, rencana-rencana, serta hasil-hasil kerja
27
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public relations, cet. II, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 23-25.
29
institusi dan juga memberi pengertian kepada masyarakat tentang
peraturan dan perundang-undangan dan segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.28
2) Public Relations Industri dan Bisnis
Public Relations di sini merupakan fungsi manajemen
yang turut menentukan suksesnya operasi suatu perusahaan.
Public relations industri tidak dapat dilepaskan dari prinsip
ekonomi. Sebab industri dan bisnis memiliki orientasi pada
keuntungan (profi oriented). Beberapa penerapan public relations
dalam industri dan bisnis meliputi hubungan dengan pelanggan,
peran public relations terhadap marketing, hubungan dengan
pemegang saham, karyawan, pers,dan dengan pemerintahan.29
3) Public Relations Sosial
a) Public relations penegak hukum
Penegak hukum perlu mendengarkan dan tanggap
terhadap kepentingan umum supaya mereka dapat membantu
masyarakat dengan baik. Termasuk dalam hal ini public
relations yang berada dalam kepolisian.
b) Public relations organisasi keagamaan
Organisasi-organisasi keagamaan sekarang banyak
memiliki staf public relations yang mengurusi publikasi,
publisitas, penerangan, pengumpulan dana dan
penyelenggaraan special event.
c) Public relations profesi
Tujuan utama dari penerapan public relations profesi
adalah untuk mendapat pengakuan akan ke profesionalan dan
publikasi tentang apa yang telah dilakukan bagi kepentingan
masyarakat banyak.
28
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, h. 37. 29
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, h. 41.
30
d) Public relations organisasi sukarela
Organisasi sukarela memerlukan nasihat ahli public
relations dan menggunakan pendekatan kehumasan.30
3. Strategi Public Relations
Menurut Ahmad S. Adnanputra, strategi public relations adalah
alternative optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan
public relations dalam kerangka suatu rencana public relations (public
relations plan).31
Dapat juga dikatakan bahwa strategi public relations
adalah suatu kerangka langkah optimal melalui penggunaan media yang
terencana untuk mencapai tujuan public relations. Terdapat tiga jenis
strategi public relations sebagai berikut:
a. Strategi persuasif
Strategi persuasif memiliki ciri-ciri:
1) Informasi atau pesan yang disampaikan harus berdasarkan pada
kebutuhan atau kepentingan khalayak sebagai sasarannya.
2) Public relations sebagai komunikator dan sekaligus mediator
berupaya membentuk sikap dan pendapat yang poistif dari
masyarakat melalui rangsangan atau stimulasi.
3) Mendorong publik untuk berperan serta dalam aktifitas perusahaan
atau organisasi agar tercipta perubahan sikap dan penilaian
30
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, h. 41-43. 31
Rosady Ruslan, Manajemen Public relations dan Media Komunikasi (konsepsi dan
Aplikasi), Edisi revisi, cet. 8. (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2007),h. 134.
31
4) Perubahan sikap dan penilaian dari publik dapat terjadi maka
pembinaan dan pengembangan terus-menerus dilakukan agar peran
serta tersebut terpelihara dengan baik.32
b. Strategi melalui kontribusi pada tujuan dan misi perusahaan (strategi
edukatif-informatif):
1) Menyampaikan fakta dan opini yang ada di dalam maupun di luar
perusahaan.
2) Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari
perubahan yang terjadi secara historis
3) Melakukan analisa SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities,
Threats).
c. Strategi yang dibentuk oleh dua komponen
1) Komponen sasaran
Yaitu satuan atau segmen yang akan digarap (stakeholder
yangdipersempit menjadi publik sasaran (target publik).
2) Komponen sarana
Yaitu melalui pola dasar „The 3 C‟s options‟ yaitu :
a) Conservation (mengukuhkan).
b) Change (mengubah).
c) Crystallization (mengkristalkan).33
32
Ahmad kurnia, SPd,MM, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/search/label/Public%20Relations. 33
Rosady Ruslan, Manajemen Public relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan
Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h. 135.
32
Tabel 1. Strategi Dua Komponen
Komponen Pembentukan strategi public relations
Komponen
sasaran
Satuan atau segmen yang akan digarap
Komponen
sarana
Paduan atau bauran sarana untuk menggarap suatu
sasaran
Adapun tahap-tahap kegiatan strategi public relations ini adalah
pertama yaitu komponen sasaran, umumnya adalah para stakeholders yang
dipersempit menjadi publik sasaran melalui upaya segmentasi yang
dilandasi “seberapa jauh sasaran tersebut menyandang opini bersama,
potensi polemik, dan pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga,
nama perusahaan dan produk yang menjadi perhatian khusus”. Maksud
sasaran disini adalah publik sasaran (target publik).
Tabel 2. Pola Dasar The 3-C‟s Options
Komponen Strategi public relations
Mengukuhkan (conservation) Terhadap opini yang aktif- pro
(propenen)
Mengubah (change) Terhadap opini yang aktif-contra
(openen)
Mengkristalisasi (cristalliation) Terhadap opini yang pasif
(uncommitted)
Kedua, komponen sarana pada strategi PR berfungsi untuk
mengarahkan tiga kemungkinan tersebut ke arah yang menguntungkan.
Hal tersebutdilaksanakan melalui pola dasar „The 3 C‟s options‟ yaitu
conservation(mengukuhkan), change(mengubah), dan crystallization
33
(mengkristalkan) dari stakeholder yang disegmentasikan menjadi publik
sasaran.
B. Marketing Public Relations
1. Pengertian Marketing Public Relations
Menurut Thomas L. Harris marketing public relations adalah proses
perencanaan dan pengevaluasian program-program yang mendorong
pembelian dan kepuasan pelanggan melalui komunikasi berisi informasi
yang dapat dipercaya den kesan yang menggambarkan perusahaan dan
produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan.34
Secara umum marketing public relations merupakan suatu proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang
dapat merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui
pengkomunikasian informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-
kesan positif yang ditimbulkan dan berkaitan dengan identitas perusahaan
atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan bagi
para konsumennya.35
2. Tujuan Marketing Public Relations
Menurut Rosady Ruslan, terdapat beberapa tujuan marketing
public relations, yaitu:
1) Menumbuhkembangkan citra positif perusahaan kepada public
eksternal atau masyarakat dan konsumen.
34
Iman Mulyana Dwi Suwandi, “Marketing Public Relations,” artikel diakses pada
tanggal 24 Juni 2013 dari www.e-iman.uni.cc 35
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0, h. 78.
34
2) Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan
perusahaan.
3) Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations
4) Efektif dalam embangun pengenalan merek dan pengetahuan merek.
5) Mendukung bauran pasar.36
3. Perbedaan Marketing dan Public Relations
Sangat sulit menentukan perbedaan antara Public Relations dan
Pemasaran(marketing), bahkan terkesan tidak jelas. Kedua bidang ini
saling mempengaruhi dan sangat penting dimiliki oleh sebuah perusahaan
atau organisasi. Public Relations dan Pemasaran menentukan sukses atau
tidaknya sebuah perusahaan. Namun, yang menjadi dasar perbedaan dari
public relations dan marketing adalah pemasaran(marketing) dimaksudkan
untuk suatu strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dalam hal
promosi produknya kepada masyarakat. Sedangkan Public Relations
adalah penunjang keefektifan jalannya sebuah strategi marketing tersebut.
C. Komunikasi Persuasif
1. Pengertian Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
latin yakni communicare dan persuasion. communicare berarti
berpartisipasi, memberitahukan atau menjadi milik bersama.37
Sedangkan
36
Iman Mulyana Dwi Suwandi, “Marketing Public Relations,” artikel diakses pada
tanggal 24 Juni 2013 dari www.e-iman.uni.cc 37
Soleh Soemirat dan Asep Suryana, Komunikasi Persuasif, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 1.20.
35
persuasio berarti membujuk, merayu, mengajak atau meyakinkan.38
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, persuasi diartikan sebagai
bujukan; ajakan yang diajukan kepada seseorang dengan menjanjikan
harapan yang baik untuk meyakinkan.39
Menurut Jalaludin Rakhmat, persuasi adalah salah satu teknik
komunikasi yang menekankan pada proses mempengaruhi pendapat, sikap
dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga
orang tersebut bertindak seperti kehendaknya sendiri.40
Andersen (1972) mengartikan persuasi sebagai suatu proses
komunikasi interpersonal. Komunikator berupaya dengan lambang-
lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima. Jadi secara sengaja
merubah sikap atau kegiatan seperti yang diinginkan komunikator.41
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi persuasif adalah suatu proses komunikasi berupa bujukan,
rayuan atau ajakan yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat
dan perilaku seseorang seperti yang diinginkan oleh komunikator tanpa
adanya paksaan, tetapi melalui kesadaran sendiri.
38
Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Pendekata Komunikologis, h. 79. 39
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Edisi Pertama, h.
1146. 40
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 155-156. 41
Soleh Soemirat dan Asep Suryana, Komunikasi Persuasif, h. 1.25.
36
2. Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif
a. Komunikator (Source/Persauder)
Dalam komunikasi persuasif, komunikator disebut “persuader” yaitu
orang dan atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan
tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain,
baik secara verbal maupun nonverbal.42
Persuader dituntut untuk
memilki kredibilitas dan daya tarik, baik secara fisik maupun
psikologis.43
b. Pesan (Message)
Pesan adalah sesuatu yang perlu disampaikan dari persuader kepada
persuade. Dalam menyajikan pesan komunikasi persuasif dapat
dilakukan dengan melihat tujuannya, yakni menarik perhatian,
meyakinkan, dan menyentuh atau menggerakkan.44
Secara umum ada
tiga aspek yang terkait langsung dengan pengorganisasian pesan dalam
komunikasi persuasif, yakni sisi pesan, susunan penyajian, dan
pernyataan kesimpulan.45
c. Media (Medium)
Media merupakan saluran pembawa pesan kepada komunikan. Media
pula yang menerjemahkan pesan-pesan tersebut agar dapat dicapai
oleh khalayak.46
42
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 157. 43
Liestianingsih Dwi Dayanti dan Frida Kusumastuti, Hubungan Masyarakat, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), h. 5.25. 44
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 160. 45
Liestianingsih Dwi Dayanti dan Frida Kusumastuti, Hubungan Masyarakat, h. 5.25. 46
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public relations 2.0, h. 144.
37
d. Komunikan (Persuadee)
Persuadee adalah orang dan/atau kelompok orang yang menjadi tujuan
pesan itu disampaikan/disalurkan oleh persuader/komunikator baik
secara verbal maupun non verbal. Menurut Mar‟at(1982) walaupun
telah menerima pesan dari persuader, namun sikapnya belum tentu
berubah.47
Beberapa hal yang menentukan komunikan dalam
merespons pesan-pesan persuasif antara lain keyakinan, sikap dan
nilai-nilai yang dimiliki oleh komunikan.48
e. Efek (Effect)
Dalam komunikasi persuasif efek yang ingin dicapai adalah adanya
perubahan baik secara kognitif (berkaitan dengan pendapat, pandangan
dan opini komunikan), afektif (berhubungan dengan emosi dan kondisi
psikologis komunikan) maupun behavioral (berhubungan dengan sikap
dan perilaku yang timbul sebagai akibat dar penerimaan pesan).49
f. Feed Back
Feed back dapat diartikan sebagai tanggapan, umpan balik, jawaban
atau respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya
dapat diterima dan berjalan.50
Secara umum, proses komunikasi dibangun oleh tiga unsur yaitu
komunikator , pesan, dan komunikan. Akan tetapi, selain tiga unsur
47
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 162. 48
Liestianingsih Dwi Dayanti dan Frida Kusumastuti, Hubungan Masyarakat, h. 5.26. 49
Liestianingsih Dwi Dayanti dan Frida Kusumastuti, Hubungan Masyarakat, h. 5.26. 50
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 46.
38
tersebut dapat juga ditambah dengan unsur-unsur yang lain, yaitu media,
efek (effect) dan feedback.
3. Metode Komunikasi Persuasif
a. Metode Asosiasi
Metode asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan jalan
menumpangkannya pada suatu obyek atau peristiwa yang sedang
menarik perhatian khalayak.
b. Metode Integrasi
Metode integrasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatukan diri
dengan komunikan, dalam arti menyatukan diri secara komunikatif.
c. Metode Pay Off and Fear Arousing
Metode pay off (rewarding) adalah mengiming-iming dengan hal yang
menguntungkan atau memberi harapan-harapan yang baik.
Fear arousing (punishment) adalah menakut-nakuti atau
menggambarkan konsekwensi yang buruk.
d. Metode Icing
Metode icing adalah menata pesan komunikasi dengan emotional
appeal sedimikian rupa, sehingga komunikan menjadi lebih tertarik.
e. Metode Red Herring
Metode Red Herring adalah cara seorang persuader mengelakkan
argumentasinya yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit
demi sedikit ke segi yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh
dalam menyerang lawan.51
D. Wakaf Tunai
1. Pengertian Wakaf Tunai
Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.52
Wakaf
tunai (cash waqf/wakaf al-nuqud) dapat juga diartikan sebagai wakaf yang
diberikan oleh muwakif/wakif (orang yang berwakaf) dalam bentuk uang
51
Roudhonah, Ilmu Komunikasi,h. 167-169. 52
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
Pedoman Pengelolaan Wakaf tunai, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), h. 1.
39
tunai yang diberikan kepada lembaga pengelola wakaf (nadzir) untuk
kemudian dikembangkan dan hasilnya untuk kemashlahatan umat,
sementara pokok wakaf uangnya tidak boleh habis sampai kapanpun.53
Wakaf uang adalah salah satu wakaf produktif. Dilihat dari dasar
pelaksanaannya wakaf memang ditujukan untuk produktif agar hasilnya
dapat lebih optimal. Untuk mengelola wakaf secara produktif, terdapat
beberapa asas yang mendasarinya, yaitu :
a. Asas keabadian manfaat
b. Asas pertanggungjawaban
c. Asas profesionalitas manajemen
d. Asas keadilan sosial.54
Bank Indonesia memberikan defenisi wakaf tunai sebagai
penyerahan aset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat
dipindahtangankan dan dibekukan selain untuk kepentingan umum yang
tidak mengurangi ataupun menghilangkan jumlah pokok.55
Berdasarkan beberapa defenisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa wakaf tunai merupakan salah satu wakaf produktif yang dilakukan
53
Ryan Indrawan, Strategi Pengelolaan Wakaf Uang pada Badan Wakaf Indonesia,
(Jakarta: FSH UIN JAKARTA, 2012), h. 16 54
Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimas Islam, Departemen Agama
RI, Wakaf for Beginners-Panduan Praktis untuk Remaja agar Mencintai Wakaf, (Jakarta:
Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimas Islam, Departemen Agama RI, 2009),
h. 61. 55
Direktorat pemberdayaan Wakaf, Wakaf for Beginners-Panduan Praktis untuk Remaja
agar Mencintai Wakaf, h. 91
40
seseorang atau kelompok orang dalam bentuk uang tunai yang tidak dapat
dipindahtangankan selain untuk kepentingan umum.
2. Dasar Hukum Wakaf tunai
Wakaf tunai diperbolehkan berdasarkan firman Allah, hadits Nabi,
dan pendapat ulama, yaitu :
a. Firman Allah
Artinya:
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahui”. (QS : Ali Imran ayat 92)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seseorang tidak akan
mencapai tingkat kebaikan di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas
menafkahkan di jalan Allah harta yang dicintainya. Dalam ayat ini
dikemukakan juga kapan dan bagaimana sehingga nafkah seseorang
dapat bermanfaat. Yakni, bahwa yang dinafkahkan hendaknya harta
yang disukai, karena Kamu sekali-kali tidak meraih kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan dengan cara yang baik dan
tujuan serta motivasi yang benar yakni sebagian dari harta benda yang
kamu sukai. Jangan khawatir akan merugi atau menyesal dengan
pemberian yang tulus, karena apa saja yang telah dinafkahkan baik itu
41
dari harta yang disukai ataupun yang tidak disukai karena
sesungguhnya Allah maha mengetahui dan Allah yang akan
memberikan ganjaran baik di dunia maupun diakhirat kelak.56
Dari segi agama, kebaikan bukan hanya terletak pada shalat
dan ibadah. Membantu orang-orang lemah dan memenuhi kebutuhan
ekonomi masyarakat juga merupakan tugas seorang muslimin. Maka
sebaiknya harta yang diinfakkan merupakan sesuatu yang terbaik dan
jangan bakhil terhadap jumlahnya.
Dalam infak, intinya adalah pada kualitas bukannya pada
kuantitas, artinya baik walaupun sedikit. Dalam Islam, tujuan infak
bukan hanya mengenyangkan perut orang-orang lapar, melainkan
pertumbuhan ekonomi yang menafkahkan juga dimaksudkan.
Menghilangkan keterikatan hati dari mahbub imajinasi dan khayali
menyebabkan mekarnya jiwa kedermawanan dan pengorbanan.57
Artinya:
“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir. Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(Karunianya) Lagi Maha Mengetahui” (QS : Al-Baqarah ayat 261)
Dalam ayat ini Allah swt. menggambarkan keberuntungan
orang yang suka membelanjakan atau menyumbangkan harta bendanya
56
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an), cet.
I, Vol. 2, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2000), h. 142. 57
Artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2013 dari http://rumahislam.com/tafsir-depag-
ri/158-qs-003-al-imran/1035-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-092.html
42
di jalan Allah, yaitu untuk mencapai keridaan-Nya. Hubungan antara
infak dan hari akhirat adalah erat sekali karena sebagaimana diketahui,
seseorang tak akan mendapat pertolongan apa pun dan dari siapa pun
pada hari akhirat itu, kecuali dari hasil amalnya sendiri selagi ia masih
di dunia, antara lain amalnya yang berupa infak di jalan Allah.
Ayat ini juga berpesan kepada yang berpunya agar tidak
merasa berat membantu, karena apa yang dinafkahkan akan tumbuh
berkembang dengan berlipat ganda. Ayat ini menyebut angka tujuh.
Angka tersebut tidak harus dipahami angka yang di atas enam dan di
bawah delapan, tetapi ia serupa dengan istilah seribu satu yang tidak
berarti angka di bawah seribu dua dan di atas seribu. Angka ini dan itu
berarti banyak. Bahkan pelipat gandaan itu tidak hanya tujuh ratus kali,
tetapi lebih dari itu, karena Allah terus menerus melipatgandakan bagi
siapa saja yang Dia kehendaki.58
Pada akhir ayat ini Allah swt. menyebutkan dua sifat di antara
sifat-sifat-Nya, yaitu Maha Luas dan Maha Mengetahui. Maksudnya,
Allah Maha Luas rahmat-Nya kepada hamba-Nya, karunia-Nya tak
terhitung jumlahnya. Dan Maha Mengetahui siapakah di antara hamba-
hamba-Nya yang patut diberi pahala yang berlipat-ganda, yaitu mereka
yang suka menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan umum,
untuk menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan pendidikan
58
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an), cet.
X, Vol. 1, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007), h. 567.
43
bangsa dan agama, serta keutamaan-keutamaan yang akan membawa
bangsa itu kepada kebahagiaan di dunia dan di akhir. Apabila nafkah-
nafkah semacam itu telah menampakkan hasilnya untuk kekuatan
agama dan kebahagiaan bangsa, maka orang-orang yang bernafkah itu
pun akan dapat pula menikmatinya.59
b. Hadits Nabi
سلم يستأمري الىجي صل افأ ت قبل:أصبة عمرأرضبثجيجرعمر عه اثي هلل علي
ب ل ا هلل, إ و أ فقب ل : في جت أرضب ثخيجر لم أصت مب ال قط أ وفس صيب ر س
؟ ق , فمب تأ مرو ث بعىد مى ب فتصد قت ث تصدق قبل فب ل: إن شئت حجست أصل
ب اليجبع ث ب عمراو ال ال أصل اليرث ت يجتبع ف قبل,فتصد ق عمر ي
ف الر قب ة ف القرث الفقرآء الضيفف سجيل اهلل ال جىبح عل اثه السجيل
لي فأبمه ب ثبلمعر ن يأ كل مى يطعمأ ل في صديقب غيرمتم
Artinya:
Dari Ibnu Umar berkata : “Umar bin Khathab mendapat (jatah)
tanah (kebun) di Khaibar, lalu ia menemui Rasulullah saw meminta
pendapat beliau tentang tanah tersebut. Umar berkata: „Wahai
Rasulullah saw saya mendapat (jatah) tanah di Khaibar, sebelumnya
saya tidak pernah mendapatkan yang lebih bernilai dari tanah ini, maka
apa yang baginda perintahkan (sarankan) kepadaku dalam hal ini?‟
Beliau bersabda: „Jika engaku mau, engkau pertahankan (wakafkan)
harta yang pokok (tanah tersebut dan engkau sedekahkan hasilnya‟”
Ibnu Umar berkata: “maka Umar pun mensedekahkannya (dengan
syarat) bahwa harta yang pokok (tanah tersebut) tidak boleh dijual,
dibeli, diwariskan, atau dihibahkan.” Ibnu Umar berkata lagi: “Lalu
Umar mensedekahkan hasilnya kepada para fuqara, sanak kerabat,
untuk memerdekakan budak, fi sabilillah, dan tamu. Boleh bagi orang
yang mengurusnya boleh memakannya (menggunakannya) dengan
59
Tim Depag RI Tafsir Departemen Agama RI - QS 002 : Al Baqarah, artikel diakses
pada tanggal 12 Mei 2013 dari http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/157-qs-002-al-baqarah/584-
tafsir-depag-ri-qs-002-al-baqarah-261.html
44
cara yang baik atau member makan teman tanpa maksud memperkaya
diri.60
Dari hadis di atas , dapat diambil beberapa pelajaran, yaitu :
1. Tidak ada wakaf kecuali pada harta yang tetap dan manfaatnya
dapat diambil terus menerus. Tidak sah wakaf berupa harta yang
tidak bermanfaaat terus-menerus seperti makanan.
2. Dalam wakaf cukup menggunakan kata sedekah, baik dia
mengatakan “aku menyedekahkan harta ini” atau “aku
menjadikannya sebagai sedekah”, hingga dia menambahkan
kepadanya perkara yang lain, sebab kata sedekah bisa bermakna
penyerahan hak milik atau sekedar memberi manfaat. Apabila
ditambahkan kepadanya sesuatu yang dapat membedakan antara
kedua kemungkinan itu, maka dianggap sah. Berbeda apabila
dikatakan “Saya mewakafkan”, sesungguhnya hal ini sangat tegas
mengatakan bahwa pemberian tesebut adalah wakaf.
3. Hadist ini dijadikan dalil bahwa jika pewakaf mempersyaratkan
imbalan tetentu untuk pengurus wakaf, maka dia boleh
mengambilnya. Adapun jika tidak dipersyaratkan, maka tidak
boleh mengambil imbalan dari wakaf kecuali dirinya masuk
kategori orang yang berhk menerima wakaf, seperti: fakir atau
miskin.61
c. Pendapat Ulama
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga
membolehkan wakaf uang. Hal ini sesuai dengan Fatwa MUI yang
dikeluarkan pada tanggal 11 Mei 2002, yaitu :
1) Wakaf uang (cash wakaf/ waqf al-nuqud) adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang
2) Termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga
60
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, (Jakarta:
Pustaka As-Sunnah Jakarta, 2009), h. 659. 61
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari/Al Imam Al
Hafizh, penerjemah Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), h. 533-536.
45
3) Waqaf uang hukumnya bjawaz (boleh)
4) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara syar‟i. Nilai pokok wakaf uang harus
dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau
diwariskan.62
3. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai
Pada dasarnya rukun dan syarat wakaf tunai adalah sama dengan
rukun dan syarat wakaf tanah. Adapun rukun wakaf tunai adalah:
a. Ada orang yang berwakaf (wakif);
b. Ada harta yang diwakafkan (mauquf);
c. Ada tempat ke mana diwakafkan harta itu/tujuan wakaf (mauquf
„alaih) atau peruntukan benda wakaf;
d. Ada akad/pernyataan wakaf (sighat) atau ikrar wakaf.63
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 terdapat tmabahan
unsur atau rukun wakaf, yaitu :
a. Ada orang yang menerima harta yang diwakafkan dari wakif sebagai
pengelola wakaf;
b. Ada jangka waktu wakaf (wakaf tertentu).
62
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama, Proses Lahirnya Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,
(Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama, 2006), h. 14-15. 63
Dr. Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai Ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta: Program
Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2006), h. 58.
46
Selain rukun wakaf, terdapat juga syarat-syarat umum sahnya
wakaf yang harus dipenuhi. Adapun yang menjadi syarat umum sahnya
wakaf adalah:
a. Wakaf harus kekal (abadi) terus menerus;
b. Wakaf harus dilakukan secara tunai tanpa digantungkan kepada akan
terjadinya suau peristiwa dimasa akan datang, sebab pernyataan wakaf
berakibat lepasnya hak milik seketika setelah wakif menyatakan
berwakaf;
c. Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf itu disebutkan
dengan terang kepada siapa diwakafkan;
d. Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh
khiyar, artinya tidak boleh membatalkan atau melangsungkan wakaf
yang telah dinyatakan sebab pernyataan wakaf berlaku tunai dan untuk
selamanya. 64
4. Tujuan dan Manfaat Wakaf Tunai
a. Tujuan Wakaf Tunai
Tujuan wakaf tunai yang pasti adalah untuk mendapatkan ridho
dari Allah SWT. Wakaf tunai merupakan ibadah ma‟aliyah untuk
mendekatkan diri kepada Allah, berbentuk sedekah jariyah, yaitu
sedekah yang terus mengalir pahalanya untuk orang yang
menyedekahkannya selama harta yang diwakafkan itu masih ada dan
64
Rachmadi usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, edisi ke-1, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), h. 111.
47
dimanfaatkan. Selain itu, wakaf tunai juga memiliki beberapa tujuan
sosial, yaitu:
1) Membantu penggalangan tabungan sosial melalui wakaf tunai yang
dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup
maupun yang telah meninggal sehingga dapat memperkuat
integrasi kekeluargaan antar umat.
2) Mendistribusikan kekayaan secara adil dan kemudian berujung
pada kesejahteraan bersama.
3) Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan
sosial menjadi modal sosial dan membantu pengembangan pasar
modal sosial.65
4) Menggali tanggung jawab sosial orang-orang kaya atau
berkecukupan terhadap masyarakat miskin disekitarnya.
5) Meningkatkan investasi sosial.
6) Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya
atau berkecukupan terhadap masyarakat miskin disekitarnya.66
Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan utama wakaf tunai adalah
untuk mendapatkan ridho Allah SWT sedangkan tujuan sosialnya
adalah untuk membantu penggalangan tabungan sosial guna membantu
masyrakat miskin yang membutuhkan.
65
www.mais.Gov.my 66
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Ekonisia Kampus
Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 264.
48
b. Manfaat Wakaf Tunai
Menurut M. Syafei Antonio ada empat manfaat wakaf tunai,
yaitu:
1) Seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa memulai
memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu lama.
2) Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah
kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung
atau diolah untuk lahan pertanian.
3) Dana wakaf tunai dapat dimanfaatkan untuk membantu sebagian
lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4) InsyaAllah, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembagkan
dunia pendidikan tanpa harus bergantung pada anggaran
pendidikan negara yang memang semakin lama semakin terbatas.67
Dapat disimpulkan bahwa manfaat wakaf tunai adalah
mempermudah masyarakat untuk berwakaf tanpa harus menunggu
lama, membantu dalam pemanfaatan aset-aset tanah wakaf, serta
membantu pengembangan pendidikan-pendidikan Islam
67
M. Syafii Antonio, Cash Waqf dan Anggaran Pendidikan (Kumpulan Hasil Seminar
Perwakafan), (Jaksarta: Bimas dan Haji DEPAG RI, 2004), h. 212.
49
BAB III
GAMBARAN UMUM BADAN WAKAF INDONESIA
A. Sejarah Berdiri Badan Wakaf Indonesia
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) dilatarbelakangi dari kondisi
perwakafan Indonesia yang masih belum profesional pelayanannya. Kelahiran
BWI juga merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran Badan Wakaf
Indonesia, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan
dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama,
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat oleh Presiden Republik
Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007,
yang ditetapkan di Jakarta, tanggal 13 Juli 2007. Jadi, Badan Wakaf Indonesia
adalah lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia
yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan
manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.1
Badan Wakaf Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan.2 Dalam kepengurusan, Badan
1“Profil Badan Wakaf Indonesia”, artikel di akses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=13&Itemid
=136&lang=in 2Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf,
(Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), h. 48
50
Wakaf Indonesia terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan,
masing-masing dipimpin oleh satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua
yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan unsur
pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsur pengawas
pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia. Jumlah anggota Badan Wakaf
Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30
(tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU
No.41/2004).3
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat
dan diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf
Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali,
pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada
Presiden oleh Menteri. Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf
Indonesia kepada Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf
Indonesia. (Pasal 55, 56, 57, UU No.41/2004).4
Saat ini, BWI sedang menyelesaikan pembangunan Rumah Saki Ibu
dan Anak di Serang Banten, yang dana pembangunannya tentu saja dengan
memanfaatkan wakaf tunai yang sudah terkumpul. Hal ini sudah cukup
menjadi indikator keberhasilan BWI. indikator utama keberhasilan BWI
3Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Badan Tentang
Wakaf, h. 21. 4Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Badan Tentang
Wakaf, h. 22-23.
51
sendiri tidak diukur berdasarkan penghimpunan dana wakafnya, tetapi dilihat
dari seberapa banyak orang-orang yang terbantu dari pengelolaan dana wakaf
tersebut.
B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia
Sesuai dengan UU No. 41/2004 Pasal 49 ayat 1 disebutkan, Badan
Wakaf Indonesia mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf.
2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala
nasional dan internasional.
3. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan
status harta benda wakaf.
4. Memberhentikan dan mengganti nazhir.
5. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.
6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam
penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.5
Pada ayat (2) dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa dalam
melaksanakan tugasnya Badan Wakaf Indonesia dapat bekerjasama dengan
instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat, para
ahli, badan internasional, dan pihak lain yang dianggap perlu. Dalam
melaksanakan tugas-tugas itu Badan Wakaf Indonesia memperhatikan saran
5Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Badan Tentang
Wakaf, h. 19-20.
52
dan pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama Indonesia, seperti tercermin
dalam Pasal 50.
Dalam Pasal 50 disebutkan bahwa “dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 49, Badan Wakaf Indonesia
memperhatikan saran dan pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama
Indonesia.6 Terkait dengan tugas dalam membina nazhir, Badan Wakaf
Indonesia melakukan beberapa langkah strategis, sebagaimana disebutkan
dalam PP No.4/2006 pasal 53, meliputi:
1. Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional Nazhir wakaf baik
perseorangan, organisasi dan badan hukum.
2. Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas,
pengkoordinasian, pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda
wakaf.
3. Penyediaan fasilitas proses sertifikasi Wakaf.
4. Penyiapan dan pengadaan blanko-blanko AIW, baik wakaf benda tidak
bergerak dan/atau benda bergerak.
5. Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan
dan pengembangan wakaf kepada Nazhir sesuai dengan lingkupnya.
6. Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri
dalam pengembangan dan pemberdayaan wakaf.7
6Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Badan Tentang
Wakaf, h. 20. 7Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Badan Tentang
Wakaf, h. 78-79.
53
Tugas-tugas itu, tentu tidak mudah diwujudkan. Jadi, dibutuhkan
profesionalisme, perencanaan yang matang, keseriusan, kerjasama, dan tentu
saja amanah dalam mengemban tanggung jawab. Untuk itu, Badan Wakaf
Indonesia merancang visi dan misi, serta strategi implementasi.
C. Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia
1. Visi
Visi Badan Wakaf Indonesia adalah “Terwujudnya lembaga
independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan dan
integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional”.8
2. Misi
Sedangkan misi Badan Wakaf Indonesia adalah “Menjadikan
Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat”.9
D. Strategi Badan Wakaf Indonesia
Adapun strategi untuk merealisasikan Visi dan Misi Badan Wakaf
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan Wakaf Indonesia, baik
nasional maupun internasional.
8Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Badan Wakaf Indonesia, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2012), h. 4. 9Kementerian Agama, Himpunan Peraturan Badan Wakaf Indonesia, h. 4.
54
2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.
3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf.
4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazhir dalam pengelolaan
dan pengembangan harta wakaf.
5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazhir wakaf.
6. Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf.
7. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
8. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang
berskala nasional dan internasional.10
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi yang
dilakukan Badan Wakaf Indonesia dalam merealisasikan visi dan misinya
adalah meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan Wakaf Indonesia,
profesionalitas dan keamanahan nazhir serta kesadaran kemauan masyarakat
untuk berwakaf, membuat peraturan wakaf, mengawasi, melindungi,
menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf.
E. Struktur Lembaga
Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia Periode 2011-2014
Dewan Pertimbangan
Ketua : Dr. H.M. Anwar Ibrahim (Ketua)
Wakit Ketua : Bahrul Hayat, Ph.D
: Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
10
“Profil Badan Wakaf Indonesia”, artikel di akses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=13&Itemid
=136&lang=in
55
Anggota : Drs. H. Ahmad Djunaidi, MBA
: Dr. Mulya E. Siregar
: H. Muhammad Abbas Aula, Lc. MHI
Badan Pelaksana
Ketua : Prof. DR. KH. Muhammad Tholhah Hasan
Wakit Ketua I : H. Mustafa Edwin Nasution, Ph.D
Wakil Ketua II : Drs. KH. A. Hafizh Utsman
Sekretaris : Drs. Sutami, M.Pd.I
Wakil Sekretaris : H.M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D
Bendahara : Prof. Dr. Suparman, MSc
Wakil Bendahara : H.M. Mardini
Divisi-Divisi
Pembinaan Nazhir : Dr. KH. Maghfur Usman
: Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA
: Dr. H. Jafril Khalil, MCL. Drs. FIIS
Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf : Ir. Suhaji Lestiadi
: Iggi Haruman Ahsien, SE
: Ir. H.M. Khoirul Huda
Hubungan Masyarakat : Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA
: Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS
Kelembagaan : Dr. Wahiduddin Adams, SH. MA
: Drs. Arifin Nurdin, SH
: Mohammad Sholeh Amin, SH
56
Penelitian dan Pengembangan : Prof. Dr. Uswatun Hasanah, MA
: Dr. Amelia Fauzia,
: H. Abdul Qadir, SH, MA
Kerjasama Luar Negeri : Dr. H. Nursamad Kamba
: H. Arif Zamhari, Ph.D11
F. Program kerja
Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, Badan Wakaf
Indonesia mempunyai 6 divisi, yakni Divisi Pembinaan Nazhir, Divisi
Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf, Divisi Kelembagaan, Divisi
Hubungan Masyarakat, Divisi Penelitian dan Pengembangan Wakaf, dan
Divisi Kerja Sama Luar Negeri.
Adapun program kerja dari masing-masing divisi adalah sebagai
berikut
1. Divisi Pembinaan Nazhir
Pembinaan nazhir diarahkan untuk membentuk nazhir professional,
baik perseorangan, organisasi, atau badan hukum. Adapun program dari
divisi ini adalah sebagai berikut:
a. Menyusun kurikulum dan modul untuk pelatihan nazhir.
b. Menyelenggarakan pelatihan atau workshop untuk nazhir.
11
“Struktur Lembaga BWI” artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=14&Itemid
=45&lang=in
57
c. Menyusun standar etika dan profesionalitas nazhir.
d. Mendata dan memetakan nazhir.12
2. Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf
Sesuai dengan namanya, divisi ini berperan untuk mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf ke arah produktif. program-
programnya adalah sebagai berikut:
a. Memetakan tanah wakaf untuk tujuan produktif.
b. Mengatur dan mengembangkan wakaf uang.
c. Membangun Gedung Wakaf Centre.
d. Mengembangkan program investasi harta benda wakaf.13
3. Divisi Kelembagaan
Divisi ini memliki wilayah kerja dalam penyusunan peraturan,
pedoman, dan petunjuk teknis pelaksanaan perwakafan sebagai tindak
lanjut pengaturan baik yang diperintahkan secara langsung oleh UU No.
41 tahun 2004 maupun PP No. 42 tahun 2006. Program-programnya yaitu:
12
“Divisi Pembinaan Nazhir”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=18&Itemid
=123&lang=in 13
“Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf”, artikel diakses pada tanggal 21
Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=19&Ite
d=124&lang=in
58
a. Menyiapkan berbagai peraturan perwakafan.
b. Menyiapkan dan menyusun Pedoman Penyelesaian Sengketa
Mengenai Perwakafan baik Musyawarah, Mediasi, Arbitrase atau
Pengadilan.
c. Menyiapkan dan menyusun pedoman perubahan status dan penukaran
harta benda wakaf.
d. Pengembangan Lembaga (Capacity Building), pembentukan
perwakilan Badan Wakaf Indonesia di Provinsi dan atau
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan bersama Departeman Agama dan
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota.14
4. Divisi Hubungan Masyarakat
Divisi Humas berperan sebagai pusat informasi Badan Wakaf
Indonesia, baik dari dalam ke luar atau sebaliknya. Kebijakan-kebijakan
serta program-program Badan Wakaf Indonesia harus dapat
tersosialisasikan dengan baik melalui divisi ini. Program-programnya
meliputi:
a. Sosialisasi Badan Wakaf Indonesia
b. Sosialisasi Wakaf Uang
14
“Divisi Kelembagaan”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=21&Itemid
=125&lang=in
59
c. Publikasi dan Edukasi Publik tentang perwakafan, khususnya Badan
Wakaf Indonesia, melalui berbagai media, antara lain: konferensi pers,
seminar, talkshow, penerbitan, dan website.15
5. Divisi Penelitian dan Pengembangan wakaf
Divisi ini berperan penting sebagai sentral riset Badan Wakaf
Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan keupayaan divisi-divisi
lain. Riset ini juga dilakukan dengan bersinergi dan berkoordinasi dengan
divisi-divisi yang berkaitan dengan bidang yang diteliti, dan program-
program yang dikembangkan. Adapun program kerja Divisi Penelitian dan
Pengembangan adalah sebagai berikut:
a. Inventarisasi dan pemetaan asset-aset wakaf di seluruh Indonesia.
b. Pemetaan dan analisis potensi ekonomi asset-aset wakaf.
c. Publikasi ilmiah dan populer terkait dengan perwakafan.
d. Studi banding
6. Divisi Kerja Sama Luar Negeri
Divisi Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas dan fungsi :
a. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga wakaf di dunia Islam
dalam bidang pembinaan nazhir, pengelolaan harta benda wakaf, dan
pengembangan informasi perwakafan.
15
“Divisi Hubungan Masyarakat”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=20&Itemid
=126&lang=in
60
b. Memperkenalkan Badan Wakaf Indonesia dan perwakafan di
Indonesia kepada lembaga-lembaga wakaf di luar negeri.
c. Sosialisasi program-program Badan Wakaf Indonesia ke luar negeri.
d. Menjembatani hubungan lembaga-lembaga wakaf di Indonesia dengan
lembaga-lembaga wakaf internasional dan sebaliknya.
e. Berpartisipasi dalam pengembangan wakaf produktif di dunia Islam16
G. Profil Anggota Divisi Humas BWI
1. Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA (Ketua Divisi Humas BWI)
Masykuri Abdillah, lahir pada 22 Desember 1958 di Weleri,
Kendal, Jawa Tengah. Setelah tamat Sekolah Dasar (SD), ia melanjutkan
belajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pondok Pesantren Futuhiyyah
Mranggen, Demak (selesai 1973). Kemudian ia melanjutkan
pendidkanrnya di Madrasah Aliyah Tebuireng, Jombang (selesai 1976).
Gelar Sarjana Muda ia peroleh dari Fakultas Syari‟ah, Perguruan Tinggi
Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta (1981), dan gelar Sarjana Lengkap dari
Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta (1985). Pada tahun 1995 ia berhasil meraih gelar doktor dalam
bidang Islamic Studies pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Timur
Tengah, Universitas Hamburg, Jerman dengan disertasi “Responses of
16
“Divisi Kerja Sama Luar Negeri”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=25&Itemid
=141&lang=in
61
Indonesian Muslim Intellectuals to The Concept of Democracy”, yang
telah diterbitkan oleh Abera-Verlag, Hamburg, Jerman (1996).
Setelah kembali dari studi di Jerman ia mulai aktif mengajar di
Fakultas Syari‟ah, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan kemudian
menjadi Ketua Jurusan Muamalah/Ekonomi Islam, Fakultas Syariah IAIN
Jakarta (1997–1998). Pada periode 2000–2003 ia mendapatkan amanat
menjadi Pembantu Rektor IV (Bidang Kerjasama Antar Lembaga), dan
pada 2003–2007 menjadi Pembantu Rektor I (Bidang Akademik)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini ia
adalah Guru Besar pada Fakultas Syari‟ah dan Sekolah Pascasarjana, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Direktur Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia (PPSDM) UIN Jakarta dan juga menjadi Ketua Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU). Seiring dengan tugasnya sebagai akademisi dan
pengurus ormas, ia sering menjadi pembicara dalam berbagai diskusi,
seminar/conference dan workshop, baik di dalam maupun di luar negeri.
Sejak menjadi mahasiswa pada 1980-an, ia mulai menulis artikel di
media massa, kemudian setelah menyelesaikan program S3, ia semakin
banyak menulis di berbagai media massa (seperti Kompas, Republika,
dsb), jurnal dan antologi serta diskusi dan seminar/conference. Tulisan-
tulisannya berkisar tentang Islam, politik, hukum, pendidikan dan issu-issu
kontemporer. Disertasinya telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia
dengan judul Demokrasi dalam Persimpangan Makna: Respon Intelektual
62
Muslim Indonesia terhadap Konsep Demokrasi, (Yogyakarta, Tiara
Wacana, 1999 dan 2004).
Diantara tulisan-tulisannya dimuat dalam buku, Masykuri
Abdillah, dkk, Fomalisasi Syari’at Islam di Indonesia: Sebuah Pergulatan
yang Tak Pernah Tuntas (Jakarta: Renaisan, 2005). Artikel-artikel lainnya
yang perlu disebutkan disini adalah Islam, Demokrasi, dan Masyarakat
Madani (1999), Agama dan Hak-Hak Asasi Manusia (2000), Islam,
Negara dan Civil Society: Prospek dan Tantangan Pasca Orde Baru
(2001), Hukum Pidana Islam dalam Konteks Pembinaan Hukum Pidana
Nasional (2002), Pesantren dalam Konteks Pendidikan Nasional dan
Pengembangan Masyarakat (2003), Demokrasi yang Religius:
Membincang Konsep Demokrasi di Indonesia (2004), Negara Ideal
Menurut Islam dan Implementasinya pada Masa Kini (2005), Syari’ah
dalam Konteks Globalisasi (2006), dan Kebebasan Berfikir dalam Konteks
Masyarakat Indonesia (2007).
Sedangkan makalah-makalahnya yang disampaikan di forum
internasional antara lain: Revised Policy of the New Order Government
toward Islam and its Impact on the Status of Islamic Law (Singapura,
1996), Islamic Legal Thought and Practice in Contemporary Indonesia
(Taipe, 1997), Indonesian Intellectual Muslims in the 1999 Elections
(Leiden, 1999), Cultural and Non-Media Massages of America: The Case
of Indonesia (Washington, 2002), The Development of Islamic Law in
Contemporary Indonesia (Canberra, 2004), Andunisia wa Bilâd al-Syâm
63
(Damaskus, 2004), Discourses on the Implementation of Islamic Law in
Contemporary Muslim State (Islamabad, 2005), Islam and Human Rights:
Managing Diversity in the Case of Indonesia (Kuala Lumpur 2006), The
Implementation of Shari’ah in a Democratic Muslim Country: Indonesian
Experience (London, 2006) Ways of Constitution-Building in Muslim
Countries: The Case of Indonesia (Berlin, 2007).
2. Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS (Divisi Humas BWI)
Muhammad Syakir Sula lahir di palopo, Sulawesi Selatan, 12
Februari 1964. Dengan latar belakang belasan tahun sebagai praktisi
ekonomi syarih, saat ini syakir lebih dikenal sebagai Pakar Bisnis Syariah.
Kesehariannya banyak diisi sebagai pembicara seminar, nara sumber
workshop, simposium, konsultan Sharia Marketing dan Islamic Insurance.
Sebagai Profesional; Syakir telah berpengalaman belasan tahun
sebagai direktur marketing di beberapa perusahaan berbasis syariah seperti
asuransi syariah (sebagai Direktur Takaful) , perbankan syariah (Asisten
Direksir BMI), pasar modal syariah (CEO di Batasa Group) dan juga
properti (Direktur The Nobel).
Sekarang ini, Syakir Sula aktif sebagai Dewan Pengawas Syariah
(DPS) di beberapa perusahaan asuransi dan bank syariah a.l.: DPS Bank
BTN Syariah, DPS Asuransi Panin Life (syariah), DPS Asuransi Central
Asia Raya (syariah), DPS Nasional Re (syariah) dan DPS Jamkrindo
(Penjamin Syariah), selain sebagai anggota KPS-BI (Komite Perbankan
64
Syariah) di Bank Indonesia, dan Staff Ahli Direksi ICDIF-LPPI
(Internasional Center of Development in Islamic Finance), dan juga
bergabung sebagai advesor di salah satu perusahaan securitas “Risk &
Risk” Management.
Sebagai Aktivis Ekonomi Syariah; Muhammad Syakir Sula adalah
Sekjen MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), Wakil Ketua Umum IAEI
(Ikatan Ahli Ekonomi Islam), Ketua III PKES (Pusat Komunikasi
Ekonomi Syariah), Ketua Umum IIIS (Internasional Islamic Insurance
Society), Anggota Pleno DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional-MUI),
Sekretaris LP&E MUI (Lembaga Perekonomian & Keuangan Majelis
Ulama Indonesia), Deputi Ketua Divisi Humas BWI (Badan Wakaf
Indonesia), dan Wakil Ketua Komite Tetap Keuangan Syariah KADIN
Indonesia.
Sebagai Akademisi; ia adalah pengajar “Islamic Insurance” di
Program S2 dan S3 IEF (Islamic Economic & Finance) Trisakti
University, Pengajar “Sharia Marketing Management” di Program
Eksekutif MBA in Sharia Banking & Finance ITB-ICDIF LPPI, dan
pengajar tetap di IIIS (International Islamic Insurance Society). Dia juga
masih aktif sebagai Ketua Yayasan Fi Zhilal Al Quran Jatinangor
Bandung, sebuah pesantren mahasiswa yang ia dirikan dan dipimpinnya
20 tahun yang lalu, ketika masih kuliah di Universitas Padjadjaran
Bandung, juga Dewan Pembina Yayasan Teuku Laksamana Haji Ibrahim
Pesantren Modern Islam „Dayah Jeumala Amal‟ Aceh Darussalam.
65
Sebagai Penulis; Ia telah menulis beberapa buku ekonomi syariah
antara lain: Asuransi Syariah - Konsep dan Sistem Operasional (Gema
Insani Press, 2004), Perbedaan Asuransi Syariah & Konvensional (Takaful
Press, 2003), Konsep & Sistem Ekonomi Syariah “Amanah Bagi Bangsa”
(ABB Press, 2006), dan buku Best Seller : “Marketing Syariah” (Mizan
Bandung 2007), serta buku heboh “Marketing Bahlul” (RajaGrafindo,
2008).
3. Nurkaib (Staff Divisi Humas BWI)
Nurkaib berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Studi strata satu ia
tempuh di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, lulus tahun 2009.
Sebelum menjadi staf Humas Badan Wakaf Indonesia pada Mei 2013, ia
aktif di dunia perbukuan, baik sebagai editor maupun penerjemah, sebagai
karyawan perusahaan penerbitan maupun pekerja lepas.
Ia pernah bekerja sebagai editor di Penerbit Raudhah Press di
Ciracas, Jakarta Timur (2006-2007), Editor Akuisisi dan Pengembangan di
Cicero Publishing di bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan (2007-2008).
Selain bekerja kantoran, ia juga bekerja lepas terutama sebagai
penerjemah dan editor di beberapa penerbit nasional.
Buku-buku yang sudah terbit melalui sentuhan tangannya antara
lain Buku Pintar Sains dalam Al-Quran (2013, Penerbit Zaman, sebagai
penerjemah) | Ensiklopedia Peradaban Islam vol. 1-8 (Tazkia Publishing,
2012, Editor) | Risalah Ikhlas dan Ukhuwah (Nur Semesta, 2012, Editor) |
66
Positive Parenting: 7 Kebutuhan Psikologis Anak (Zaman, 2010,
Penerjemah) | Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad Saw
vol. 1-8 (Tazkia Publishing, 2010, Editor) | Ensiklopedia Kemukjizatan
Ilmiah Alquran dan Sunnah (Kharisma Ilmu, 2009, Co-Editor) | Biografi
Empat Imam Mazhab seri 1-4 (Erlangga, 2009, Penerjemah) | Biografi
Empat Sahabat Rasul seri 1-4 (Erlangga, 2009, Penerjemah) | Smart
Parenting: 2.000 Kiat Cerdas Mendidik Anak (Azkia Publishing, 2008,
Penerjemah) | Qalbu Leverage System: 7 Steps to The Holistic Wealth
(Cicero Publishing, 2008, Editor) | Magnet Muhammad: The True Law of
Attraction (Cicero Publishing, 2008, Editor) | Jejak Rekam Ekonomi Islami
(Cicero Publishing, 2008, Editor) | Hadits For Teenagers (Cicero
Publishing, 2008, Editor) | Majmu’ Syarif al-Umm (Raudhah Press, 2007,
Editor) | as-Sullam (Raudhah Press, 2006, Editor).
67
BAB IV
PILIHAN STRATEGI PUBLIC RELATIONS BADAN WAKAF INDONESIA (BWI)
DALAM MENSOSIALISASIKAN WAKAF TUNAI
Badan Wakaf Indonesia yang selanjutnya disingkat BWI adalah lembaga
independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam
melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta
bertanggung jawab kepada masyarakat.1 Kehadiran BWI adalah untuk memajukan
dan mengembangkan perwakafan di Indonesia.
Salah satu bentuk wakaf yang masih baru dan sedang dikembangkan di
BWI adalah wakaf tunai. Dalam mensosialisasikan wakaf tunai yang bagi umat
Islam Indonesia masih relatif baru tentulah tidak mudah. Oleh karena itu,
dibutuhkanlah peran strategi public relations yang dilakukan BWI dalam
mensosialisasikan wakaf tunai, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu
terwujudnya pemahaman umat Islam Indonesia mengenai wakaf tunai.
A. Strategi Divisi Hubungan Masyarakat BWI dalam Mensosialisasikan
Wakaf Tunai
Dalam mensosialisasikan wakaf tunai dibutuhkan strategi public
relations yang tepat. Terdapat tiga jenis strategi public relations, yaitu strategi
1“Profil Badan Wakaf Indonesia”, artikel di akses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=13&Itemid
=136&lang=in
68
persuasif, strategi melalui kontribusi pada tujuan dan misi perusahaan (strategi
edukatif-informatif), dan strategi yang dibentuk oleh dua komponen yaitu
komponen sarana dan komponen sasaran. Sedangkan strategi public relations
yang digunakan BWI dalam hal ini divisi Hubungan Masyarakat BWI adalah
strategi persuasif.
Penggunaan strategi persuasif ini dapat terlihat dari usaha-usaha BWI
dalam mempengaruhi pola pikir umat Islam Indonesia agar umat Islam
Indonesia paham mengenai wakaf tunai dan pemanfaatan wakaf tunai serta
mau melakukan wakaf tunai. Dalam mewujudkan strategi tersebut, BWI
menerapkan beberapa langkah strategi yaitu:
1. Bekerja Sama dengan Media Massa
BWI melakukan sosialisasi wakaf tunai dengan memanfaatkan
media relations (hubungan media). Media relations merupakan relasi yang
dibangun dan dikembangkan dengan media untuk menjangkau publik guna
meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujun
individu maupun organisasi/perusahaan.2 Berikut peneliti gambarkan
bentuk hubungan media BWI
Gambar 1. Alur Hubungan Media BWI
2 Wahidin dan Rulli, Public relations 2.0, h. 130.
BWI MEDIA MASSA PUBLIK
69
Gambar 1. menunjukkan hubungan timbal balik antara BWI
dengan publiknya dengan memanfaatkan media massa. BWI
menggunakan media massa sebagai medium untuk menyampaikan pesan
(wakaf tunai) dan pencitraan kepada publik. Semakin banyak akses yang
didapat publik dari media massa berkaitan dengan produk atau layanan
yang diberikan BWI, maka diharapkan semakin besar tingkat kepercayaan
publik kepada BWI. Media Massa baik itu media cetak, televisi maupun
radio yang pernah digunakan BWI untuk mensosialisasikan wakaf tunai
adalah Metro TV, TV One, dan Ras FM.
Gambar 2. Talk Show Wakaf Uang di Radio Ras Fm Jakarta Saat Bulan
Ramadhan
2. Memanfaatkan Media Internal
Media internal merupakan media yang dipergunakan untuk
kalangan terbatas dan non komersial serta lazim digunakan dalam aktivitas
public relations. Ada empat jenis media internal, yaitu :
70
a. House journal, seperti profile perusahaan (company profile), laporan
tahunan perusahaan (annual report), dan majalah bulanan (in house
magazine).
b. Printed Materials, seperti barang cetakan untuk publikasi dan promosi
berupa booklets, pamphlet, cop surat, kartu nama, memo dan kalender.
c. Spoken and visual word, seperti audio visual, video record,
broadcasting, tape record.
d. Media pertemuan, seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi, pameran,
acara khusus, sponsorship, dan gathering meet.
Dari keempat jenis media internal tersebut, hampir semuanya dilakukan
oleh BWI, yaitu :
a. Untuk house journal, BWI memiliki profile perusahaan (company
profile) dan laporan tahunan, keduanya dapat diakses ataupun
didownload oleh `masyarakat secara gratis di website BWI yaitu
www.bwi.or.id.
b. Untuk printed materials, BWI menggunakan pamphlet yang berisi
tulisan mengenai wakaf tunai dan juga kalender yang berisi profil
BWI.
71
Gambar 3. Pamphlet yang digunaan BWI dalam mensosialisasikan
wakaf tunai
c. Untuk jenis spoken and visual word, BWI memiliki rekaman talkshow
di radio maupun televisi yang dapat diakses dan didownload secara
gratis di website BWI yaitu www.bwi.or.id .
d. Media pertemuan merupakan media yang sering digunakan oleh BWI,
hal ini sejalan dengan pernyataan Sigit Indra Prianto, salah satu staff
BWI bahwa BWI sering diundang ke acara-acara baik resmi maupun
tidak resmi sebagai pembicara seperti pihak perbankan yang ingin
meng- up date pengetahuannya mengenai wakaf.3
3 Wawancara Pribadi dengan Sigit Indra Prianto, Jakarta, 30 April 2013.
72
Gambar 4. Pemberian Materi Wakaf Uang Training Pegawai BNI Syariah,
Jakarta
3. Melaksanakan Kegiatan Fundraising
Selain seminar, BWI juga melakukan fundraising untuk
mensosialisasikan wakaf tunai. Fundraising ini dilakukan sendiri leh BWI
ataupun bekerja sama dengan pihak lain.
Menurut Prof. Dr. Suparman IA, Fundraising adalah suatu kegiatan
penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun badan hukum.
Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat atau calom
wakif agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan
hartanya untuk diwakafkan. Ini adalah penting, sebab sumber harta wakaf
adalah berasal dari donasi masyarakat. Tujuan dari kegiatan fundraising
adalah menghimpun dana, memperbanyak donatur/ wakif, meningkatkan
atau membangun citra lembaga, menghimpun simpatisan/relasi dan
pendukung, serta meningkatkan kepuasan donator.4
4Prof. Dr. Suparman IA, Manajemen Fundraising dalam Penghimpunan
Harta, artikel diakses pada tanggal 5 mei 2013 dari
73
Gambar 5. Fundraising Wakaf Uang Ramadhan 1433 H, Jakarta
Gambar 6. Fundraising Kerjasama BWI Pusat & Bsm
Tahun 2011
4. Memanfaatkan Media Online
Media online merupakan media baru yang dapat di manfatkan oleh
praktisi public relations dengan menggunakan internet. Praktisi public
relations dapat menggunakan website, jejaring sosial seperti facebook,
twitter, dan blog. Salah satu yang digunakan oleh BWI adalah website.
Website BWI berisikan profil BWI, mengenai wakaf, cara berwakaf,
artikel yang berkaitan dengan wakaf, berita dan juga forum tanya jawab.
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=394%3Amanajemenfudraising-dalam-penghimpunan-harta-wakaf-bagian-1&catid=27%3Aopini&Itemid=137&lang=in
74
Jadi masyarakat lebih dipermudah ketika ingin bertanya menegnai
wakaf, khususnya wakaf uang. Selain itu masyarakat juga dapat
mendownload rekaman talkshow mengenai wakaf baik itu diradio maupun
televisi di website ini.
B. Metode Komunikasi Persuasi yang Dikembangkan BWI
Seperti yang dijabarkan di atas, strategi public relations yang
digunakan oleh BWI adalah strategi persuasif. Karena menggunakan strategi
persuasif, tentulah BWI juga membutuhkan metode komunikasi yang tepat.
Hal ini karena kegiatan public relations pada hakikatnya merupakan bagian
dari metode berkomunikasi (technique of communication) dengan ciri khas
komunikasi dua arah (two way traffic communiction) antara organisasi yang
diwakilinya dengan publik atau sebaliknya.5 Metode komunikasi yang
digunakan adalah metode komunikas persuasif. Metode-metode tersebut
adalah:
1. Metode asosiasi
Penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkan pada
suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak, yang
sering dilakukan dunia bisnis dan politik.
Menurut Sigit Indra Prianto, saat ini BWI belum memiliki duta
wakaf seperti yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa yang mempunyai duta
wakaf yaitu Inneke Koeserawati. Tetapi untuk wakaf tunai duta wakafnya
atau dapat artikan pencanang wakafnya adalah Presiden Susilo Bambang
5 Rosady Ruslam, Kiat dan Strategi Kampanye Public relations, ih. 19.
75
Yudhoyono. Inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi BWI. Mereka
ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa orang yang berpengaruh
saja seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berwakaf, ini berarti
bahwa masyarakat yang lain juga bisa berwakaf. Intinya, BWI ini menitik
beratkan pada pejabat buka orang terkenal seperti artis.6
2. Metode integrasi
Kemampuan komunikator menyangkutkan diri secara komunikatif dengan
komunikan, menggunakan kata-kata verbal atau nirverbal, yang
menggambarkan komunikator “senasib” dengan komunikan. Contoh:
penggunakan kata “kita” bukan “saya” atau “Kami”.
Metode ini juga dilakukan BWI. Misalnya ketika BWI diundang sebagai
narasumber mengenai wakaf, ketika menyampaikan pesannya BWI akan
menggunakan kata-kata kita seperti “Perkembangan wakaf di Indonesia
bukan lah tanggung jawab BWI saja, tetapi juga kita”.7 Kata kita disini
dapat artikan kita sebgai BWI ataupun masyarakat lain baik itu Pemda,
DPR, maupun masyrakat lainnya. Melalui metode ini, BWI berusaha
menyampaikan kepada masyrakat bahwa perkembangan wakaf tunai
bukan hanya menjadi tanggung jawab BWI ataupun nazhir-nazhir wakaf
yang lain, tetapi merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam.
6 Wawancara Pribadi dengan Sigit Indra Prianto, Jakarta, 30 April 2013
7Wawancara Pribadi dengan Sigit Indra Prianto, Jakarta, 30 April 2013
76
3. Metode ganjaran
Metode mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau yang
memberi harapan. Berbeda dengan metode fear arousing (pembangkit rasa
takut) yg menggambarkan konsekuansi buruk dengan menjanjikan
hukuman. Metode ganjaran dapat menumbuhkan kegairahan emosional,
fear arousing dapat menimbulkan ketegangan emosional.
Metode ini pasti dilakukan BWI untuk mempengaruhi publik. Saat
mensosialisasikan wakaf tunai BWI hanya mengiming-imingi calon wakif
dengan pahala yang terus mengalir sebagaimana dijanjikan Allah Swt.
Iming-iming lain, yang bersifat materi, belum pernah diberikan oleh BWI.8
Selain itu dengan adanya wakaf tunai juga memberi iming-iming kepada
publik bahwa masyarakat dimudahkan dalam berwakaf tanpa harus
menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Sejauh ini BWI tidak pernah
menggunakan metode fear arousing.9
4. Metode Icing
Seni menata pesan komunikasi dengan emosional atau sedemikian
rupa sehingga komunikan tertarik perhatiannya. Fakta dari pesan tetap
utuh, tidak diubah, tidak ditambah dan tidak dikurangi. Komunikator
mempertaruhkan kehormatanya sebagai pusat kepercayaan, apabila dalam
8 Wawancara melalui email dengan Bapak Nurkaib, Staff Hubungan Masyarakat BWI
pada tanggal 14 Mei 2013. 9Wawancara Pribadi dengan Sigit Indra Prianto, Jakarta, 30 April 2013
77
menghias pesan-pesan membuat faktanya menjadi cacat, maka
komunikator akan kehilangan kepercayaan yang sudah dibinanya.
Menurut Sigit Indra Prianto, metode ini selalu digunakan BWI
ketika akan mensosialisasikan wakaf tunai. BWI mengemas informasi
sedemikian rupa agar publik lebih mudah menyerap informasi yang
disampaikan sehingga feedback yang terima juga lebih baik. Misalnya
ketika BWI menjadi pembicara dalam seminar wakaf. Saat menyampaikan
materi BWI mengemas informasi dengan menarik melaui tampilan-
tampilan slide yang akan dibaca oleh peserta seminar.10
5. Metode red-herring
Seni komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan.
Mengelakan argumentasinya yang lemah untuk kemudian sedikit-demi
sedikit ke aspek yang dikuasainya sebagai senjata ampuh dalam
menyerang lawan. Biasanya dilakukan pada saat komunikator dalam posisi
terdesak.
Metode ini lebih banyak dipakai ketika dalam kegiatan
fundraising. Dalam kegiatan fundraising pasti ada penyampaian materi
seperti seminar. Ketika menyampaikan materi wakaf tersebut ketika ada
audiens yang bertanya dan komunikator/penyampai materi tidak dapa
menjawab, komunikator biasanya akan mengajak penanya untuk
berbincang-bincang lebih lama ketika komunikator belum menemukan
10
Wawancara Pribadi dengan Sigit Indra Prianto, Jakarta, 30 April 2013
78
jawaban atas pertanyaan dari publik. Biasanya komunikator akan berusaha
mengingat atau mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Atau dapat juga
komunikator mlempar pertanyaan tersebut ke audiens dengan harapan
audiens ada yang dapat membantu menjwab.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi public relations yang digunakan oleh Divisi Hubungan
Masyarakat Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf
tunai adalah strategi persuasif. Dalam mewujudkan strategi tersebut
BWI menerapkan beberapa langkah strategi, yaitu:
a. Bekerja sama dengan media massa seperti talkshow di Ras FM, TV
One, dan Metro TV.
b. Memanfaatkan media internal yaitu menggunakan spanduk,
kalender, buku profil BWI, serta brosur.
c. Melaksanakan kegiatan fundraising yaitu kegiatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan dana wakaf. Kegiatan ini dilakukan baik
oleh BWI sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain seperti bank
maupun pemerintah.
d. Memanfaatkan media online yaitu sosialisasi melalui website
pribadi BWI (www.bwi.or.id)
2. Metode komunikasi persuasi yang digunakan oleh BWI dalam
mensosialisasikan wakaf tunai adalah metode asosiasi (BWI
menitikberatkan pada pejabat seperti Bapak Presiden Susilo Bambang
80
Yudhoyono yang merupakan pencanang wakaf tunai), metode integrasi
(dalam penyampaian pesan BWI mengungkapkan bahwa
perkembangan wakaf merupakan tanggung jawab bersama), metode
ganjaran (BWI hanya memberikan iming-iming kepada masyarakat
kalau berwakaf akan mendapat pahala yang akan terus mengalir
selama harta benda wakaf masih dimanfaatkan, sejauh ini BWI tidak
pernah memberikan iming-iming dengan harta benda), metode icing
(BWI mengemas informasi sedemikian rupa agar publik lebih mudah
dalam menyerap informasi yang disampaikan), dan metode red-
herring (metode ini lebih banyak dipakai ketika dalam kegiatan
fundraising).
B. Saran
1. Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi wakaf khususnya wakaf tunai secara
merata diseluruh Indonesia baik itu melalui penggunaan berbagai
media maupun ditambahnya jumlah kantor perwakilan BWI di tiap
daerah.
2. Publikasi dan sosialisasi harus dipercepat. Publikasi yang lambat dapat
mempengaruhi pensosialisasian yang dilakukan BWI.
3. Kegiatan Humas BWI haruslah lebih diutamakan, karena Humas
merupakan corong utama BWI.
4. Sosialisasi dan perkembangan wakaf khususnya wakaf tunai di
Indonesia bukan hanya tugas BWI saja, tetapi tugas seluruh umat
81
muslim yang ada di Indonesia. Untuk itu diperlukan partisipasi umat
muslim Indonesia guna tercapainya pemahaman akan wakaf tunai.
5. Pemerintah hendaknya perlu lebih memperhatikan lagi masalah
perwakafan di Indonesia. Khususnya yang berkaitan dengan wakaf
tunai.
6. Hendaknya para pengurus BWI berusaha melaksanakan amanah
dengan yang sebaik-baiknya dan kepercayaan masyarakat tidak
disalahgunakan.
82
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin. Mukhtasar Shahih Muslim. Jakarta:
Pustaka As-Sunnah Jakarta. 2009.
Al- Asqalani. Ibnu Hajar. Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari/Al
Imam Al Hafizh. penerjemah Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam. 2010.
Alkautsar, Johan. Strategi Public Relation Pt. Anugrah Sejahtera Dalam Menjalin
Loyalitas Customer. Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA. 2011.
Antonio, M. Syafii. Cash Waqf dan Anggaran Pendidikan (Kumpulan Hasil
Seminar Perwakafan). Jakarta: Bimas dan Haji DEPAG RI. 2004.
Atiyah, Umu nur. Strategi Komunikasi Public Relation Radio Gen Fm Pada
Minat Pemasang Iklan. Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA. 2011.
Biro Perbankan Syari’ah Bank Indonesia 2001. Peranan Perbankan Syariah
dalam Wakaf Tunai (Sebuah Kajian Konseptual). Jakarta: Program Studi
Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia. 2006.
Dayanti, Liestianingsih Dwi dan Kusumastuti, Frida. Hubungan Masyarakat.
Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.
Departemen Agama RI Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai.
Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, ed. Ensiklopaedi Islam cet. 3. Jakarta: PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Fiqih Wakaf. Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia. 2006.
. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta : Direktorat
Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 1.
83
. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia. 2006.
. Pedoman Pengelolaan Wakaf tunai. Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Depatemen Agama. 2006.
. Proses Lahirnya Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
2006.
. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia. 2006.
. Wakaf for Beginners-Panduan Praktis untuk Remaja agar
Mencintai Wakaf. Jakarta: Direktorat pemberdayaan Wakaf Direktorat
Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI. 2009.
Effendy, Onong Ucjhana. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. cet.
VII. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
. Human Relations dan Public relations. Bandung: Penerbit Mandar
Maju 1993.
. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan ke-21. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2007.
Hasanah, Dr. Uswatun. Wakaf Tunai Ditinjau dari Hukum Islam. Jakarta:
Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia. 2006.
Indrawan, Ryan. Strategi Pengelolaan Wakaf Uang pada Badan Wakaf Indonesia.
Jakarta: FSH UIN JAKARTA. 2012.
Iqbal, Muhammad. Strategi Public Relation Polri dalam Membangun Citra
Pelayanan pada Masyarakat (Study pada Kepolisian Resort Metro Jakarta
Barat). Jakarta: FIDKOM UIN Jakarta. 2011.
Jefkins, Frank. Public relations edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2003.
Kementerian Agama. Himpunan Peraturan Badan Wakaf Indonesia. Jakarta:
Kementerian Agama RI. 2012.
84
. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf.
Jakarta: Kementerian Agama RI. 2012.
Kriyantono, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group. 2006.
Kusumastuti, Frida. Dasar-Dasar Huma. cetakan ke-2. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia. 2004.
Moleong, MA, Prof. Dr. lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.
Murtopo, Ali. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Center for Strategic and
Internasional Studies-CSIS. 1978.
Nazin, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia. 1999..
Oliver, Sandra. Strategi Public relations. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2006.
Prastowo, Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta: AR-RUZ
MEDIA. 2011.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. cet. II. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2000.
. Manajemen Public relations dan Media Komunikasi (konsepsi dan
Aplikasi). Edisi revisi, cet. 8. Jakarta: PT Raja Grafindo persada. 2007.
Salim, Drs. Peter dan Salim, Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Edisi
Pertama. Jakarta: Modern English Press. 1991.
Saputra, Wahidin dan Nasrullah, Rulli. Public relations 2.0 (Teori dan Praktik
Public relations di Era Cyber 1010). Jakarta: Gramata Publishing. 2011.
Setiabudi, Ditya Arif. Strategi Public Relations Bank Bni Syariah Dalam Meraih
Citra Positif di Media Online. Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA. 2012.
Setyodarmodjo, MPA, Prof. Dr. Drs. Soenarko. Public relations; Pengertian,
Fungsi, dan Peranannya. Surabaya: Penerbit Papyrus Surabaya. 2003.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an).
cet. X. Vol. 1 dan 2. Tangerang: Penerbit Lentera Hati. 2007.
85
Siswanto, Drs. Bambang. Hubungan Masyarakat; Teori dan Praktek. Jakarta:
Bumi Aksara. 1992.
Soemirat, Soleh dan Suryana, Asep. Materi Pokok Komunikasi Persuasif. cet. I.
edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.
Soemirat, Soleh. dan Suryana, Asep. Komunikasi Persuasif. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2008.
Steiner, George & Mineer, John. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Ekonisia
Kampus Fakultas Ekonomi UI. 2003.
Umar, Husein. Strategic Management in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2001.
Usman, Rachmadi. Hukum Perwakafan di Indonesia. edisi ke-1. Jakarta: Sinar
Grafika. 2009.
Team Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: PT.
Media Pustaka Phoenix. 2008.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. edisi ke-8, cetakan ke-1. Jakarta:
Kencana, 2008.
Internet
Ahmad kurnia, SPd,MM, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/search/label/Public%20Relatio
ns.
Artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2013 dari http://rumahislam.com/tafsir-
depag-ri/158-qs-003-al-imran/1035-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-
092.html
“Divisi Hubungan Masyarakat”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013
dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo
ut=blog&id=20&Itemid=126&lang=in
“Divisi Kelembagaan”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo
ut=blog&id=21&Itemid=125&lang=in
86
“Divisi Kerja Sama Luar Negeri”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013
dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo
ut=blog&id=25&Itemid=141&lang=in
“Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf”, artikel diakses pada tanggal 21
Februari 2013 dari http : //www.bwi.or.id/index.php? option =
com_content & view = section & layout = blog &id = 19 & Ite
d=124&lang=in
“Divisi Pembinaan Nazhir”, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo
ut=blog&id=18&Itemid=123&lang=in
Iman Mulyana Dwi Suwandi, “Marketing Public Relations,” artikel diakses pada
tanggal 24 Juni 2013 dari www.e-iman.uni.cc
“Profil Badan Wakaf Indonesia”, artikel di akses pada tanggal 21 Februari 2013
dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo
ut=blog&id=13&Itemid=136&lang=in
“Struktur Lembaga BWI” artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=section&layo
ut=blog&id=14&Itemid=45&lang=in
Tim Depag RI Tafsir Departemen Agama RI - QS 002 : Al Baqarah, artikel
diakses pada tanggal 12 Mei 2013 dari http://rumahislam.com/tafsir-
depag-ri/157-qs-002-al-baqarah/584-tafsir-depag-ri-qs-002-al-baqarah-
261.html
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Sigit Indra Prianto
Jabatan : Staff Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf BWI
Tanggal : 30 April 2013
1. Apakah BWI hanya konsentrasi dengan wakaf tunai atau dengan wakaf
lain?
Jawab: Jadi, BWI ini memang kelahirannya dilatarbelakangi dari kondisi
perwakafan Indonesia yang kurang lebih masih belum profesional
pelayanannya. Jadi ketika belum profesional muncullah BWI.Intinya BWI
yang pertama itu tidak hanya konsen diwakaf tunai. Itu Cuma salah satu
tugas pokoknya, tapi tugas-tugas pokonya yang lain intinya itu
memberdayakan wakaf di Indonesia dan juga mengembangkan potensi
wakaf di Indonesia dan yang tidak kalah penting yaitu membina nazhir, baik
itu nazhir wakaf benda tidak bergerak maupun nazhir wakaf benda bergerak
contohnya wakaf uang, seperti itu.
2. Bagaimana kegunaan humas di BWI?
Jawab: Humas disini dalam arti kata menjadi corong bagi organisasi BWI
untuk menyampaikan segala hal informasi yang memang harus diketahui oleh
publik dalam hal ini bisa saja informasi yang tadi itu mengenai sosialisasi,
misalnya kita ada peraturan wakaf yang baru atau ada istilahnya undang-
undang yang baru, atau hal-hal yang terkait dengan wakaf kita sampaikan. Itu
yang pertama. Yang kedua juga mengenai, misalnya dari divisi ibu Nani,
inikan terkait dengan LitBang, kan ada istilahnya update pengetahuan baru,
atau pengembangan pemikiran baru, nah itukan disampaikan medianya
melalui humas, termasuk juga tadi penghimpunan. Bisa juga kan, karena
kitakan kerja sama juga dengan LKS PWU dan juga stakeholder yang lain.
Karena dari BWI memang saluran utamanya untuk menyampaikan kepada
publik, itu memang melalui divisi humas. Medianya kan ada website, ada
juga misalnya ada orang yang datang kesini meminta informasi ke kita, kita
terima dan juga selain itupengurus BWI juga sering diundang ke event event
yang sifatnya resmi maupun tidak resmi, nah itu juga menjadi bagian dari PR
dari BWI itu sendiri, seperti itu. Jadi memang humas ini medianya ada
website, tapi juga selain website kita juga ada orang-orang yang memang
berperan tadi menjadi public relations juga baik itu staffnya maupun
pengurusnya sendiri. Jadi, selain komunikasi dua orang melalui media
informasi bisa juga ya secara itu tadi dari orang ke orang, seperti itu.
Termasuk juga ada event-event tertentu yang bisa kita pakai untuk melakukan
sosialisasi dan public relations itu sendiri.
3. Bagaimana PR yang dijalankan BWI, apakah PR dari dalam perusahaan
dalam artian bentukan dari BWI atau menggunakan konsultan PR?
Jawab: Iya, kita memang ada divisinya sendiri. Ada pengurusnya sendiri, ada
ketuanya, ada anggotanya, termasuk ada staff divisinya sendiri. Tapi kalau
dalam event tertentu, misalnya kita melakukan kerja sama misalnya
melakukan sosialisasi wakaf melalui talkshow baik itu media televisi maupun
radio. Nah itukan kita tidak bisa menyelenggarakan sendiri, kita kan butuh
orang atau butuh partner yang untuk sebagai mitra kita untuk membuat event
ini. Nah saat itu mungkin baru kita melakukan kerja sama dengan pihak lain,
termasuk penyelenggaraannya maupun mencari sponsornya. Sponsor
merupakan bagian dari public relations kan, kan marketingnya juga termasuk
disitu. Jadi, srategi PR nya melalui event dan juga kerja sama dengan media
dan juga ada pertemuan dan seminar juga ada. Kita lebih banyak memang
diundang, seperti diundang menjadi pembicara, tapi memang ada juga event-
event besar kita yang menyelenggarakan misalnya seperti symposium wakaf
Asia Tenggara kan itu termasuk skala Internasional dan kita yang
menyelenggarakan.
4. Perusahaan atau lembaga apa saja yang biasa mengundang BWI sebagai
pembicara?
Jawab: Kalau yang mengundang biasanya kebanyakan itu dari kementerian
yang menjadi mitra kita, misalnya kementerian agama. Pihak perbankan pun
kadang-kadang juga ada. Bank juga kan ketika ingin melakukan upgrade
informasi mengenai wakaf kepada pegawainya, dia kan juga butuh orang
yang kompeten tentang wakaf dan termasuk juga kita. Kita juga diundang
oleh nazhir maupun BWI perwakilan didaerah. Jadi kita istilahnya
memberikan eksistensi maupun upgrade tentang wakaf.
5. Bagaimana humas yang ada di BWI perwakilan daerah, apakah mereka
menyusun strategi sendiri atau humas pusat yang mengatur?
Jawab: Masing-masing perwakilan memiliki humas sendiri, Cuma memang
BWI perwakilan ini masih baru dan memang kalu dari segi korespondensi PR
dan sebagainya itu memang masih dilakukan offline, jadi belum online. Jadi
misalnya mereka di daerah ingin menyelenggarakan event-event tertentu atau
ingin tahu tentang informasi tertentu biasanya rujukannya kekita, ke pusat
dulu biasanya seperti itu. Kecuali kalau mereka ingin membuat event di
daerah mereka, kerja sama dengan gubernur atau kabupaten atau kita,
mungkin mereka bisa melakukan sendiri. Karena kan di dalam struktur BWI
perwakilan itukan ada unsur-unsur dari latar belakang yang beragam antara
divisi, atau juga dari pemda setempat ada juga dari provinsi.
6. Apakah keistimewaan humas di BWI?
Jawab: Pada prinsipnya kalau dari tupoksi humas BWI itu intinya memang
sosialisasi karena kitakan memang sebagai lembaga negara yang resmi
memang tujuan kita atau amanah yang kita terima memang sosialisasi, karena
memang sosialisasi masih kurangkan, memang ini yang masih dikejar.
Sosialisai bisa seperti itu tadi, bisa offline di via radio, via media cetak,
maupun pertemuan secara langsung seperti ini. Nah tapi muaranya itu tetap di
komunikasi, bagaimana masyarakat itu mendapatkan informasi dari yang
belum tahu menjadi tahu tentang wakaf tentunya seperti itu.
7. Apakah komunikasi yang digunakan disini merupakan komunikasi persuasif?
Jawab: Ya betul, betul, komunikasi persuasif yang kita gunakan.
8. Di dalam teori komunikasi ada teknik komunikasi persuasif, diantaranya
teknik asosiasi, integrasi, teknik ganjaran, teknik tataan, dan teknik red-
herring. Apakah BWI menggunakan teknik tersebut? ]
Jawab:
1. Teknik asosiasi
Sementara ini kita belum. Istilah duta wakaf itu belum ada. Kalau ditabung
wakaf itukan ada duta wakaf kalau tidak salah Inneke Koeserawati. Nah
itukan menjadi duta wakaf sebagai ikonnya. Kita belum, tapi untuk wakaf
uang duta wakaf nya itu justru pencangannya itu oleh Presiden. Itu
sebenarnya yang kita jual. Jadi wakaf uang sudah dicanangkan oleh
presiden SBY, di Istana Negara pada tahun 2010. Nah itukan sebenarnya
sudah menjadi simbol itu tadikan, bahwa ini nih orang yang berpengaruh
saja sudah wakaf, coba donk yang lain ikut juga berwakaf. Jadi intinya kita
justru menitik beratkan pada tokoh-tokoh yang justru sifatnya pejabat ya
bukan istilahnya orang-orang yang terkenal.
2. Teknik integrasi
Itu pasti, prinsipnya gini kalau wakaf itukan tidak bisa dilakukan oleh
saya, jadikan memang ini tanggung jawab kita. Dalam artian bisa kita
sebagai BWI, masyarakat sebagai stakeholder maupun kebijakan yang
lain. Makanya di forum itu ada beberapa stakeholder kan misalnya ada
pemda, ada dari Kemmenag, ada dari DPR. Nah kita disini maksudnya
bahwa semua elemen kita ini bertanggungjawab untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia, nah itu bukan sering bahkan hampir selalu. Jadi
domainnya bukan hanya di BWI tapi juga diseluruh stakeholder yang ada.
3. Teknik ganjaran
Oww ini pasti. Pahala yang utama pastikan. Anda berwakaf berarti anda
berpahala. Pahalanya ini mengalir sampai dengan sepanjang masa. Sampai
anda meninggal kalau harta benda yang diwakafkan masih memberikan
manfaat bagi orang lain, otomatis kan anda akan mendapatkan pahala yang
mengalir.
4. Teknik tataan
Ini juga pasti. Karena kan ketika kita melakukan sosialisai misalnya
seminar, itu kan ada medianya, contohnya seperti power point, itukan
sebenarnya sudah menatakan. Teknik-teknik penyampaiannya seperti apa,
secara umum mulai dari latar belakang BWI, sejarah BWI, program BWI,
baru masuk keundang-undang. Nah ini kan sebenarnya memenuhi.
5. Teknik red-herring
Kalau itu,, pernah. Hal ini pernah terjadi. Tetapi itu lebih banyak terjadi di
lingkup fundraising ya, ketika dia diajukan pertanyaan yang kira-kira tidak
di mengerti nantinya dia akan mengelakkan sedikit seperti mengajak
ngobrol, diputer-puter dulu, nah mungkin ketika dia ingat baru dia
menyampaikan inti dari informasi itu. Tetapi pada prinsipnya itu terjadi
juga, tetapi lebih banyak terjadi pada fundrising.
9. Jenis media apa saja yang digunakan oleh BWI dalam mensosialisasikan
wakaf tunai?
Jawab: Media cetak sudah, media televisi sudah, media radio sudah, media
online juga sudah.
10. Dari media-media tersebut, media mana yang menurut anda paling efektif?
Jawab: Kalau menurut saya yang paling efektif justru lebih banyak media
offline, misalnya seminar, sosialisasi langsung itu lebih kena walaupun secara
pasifnya gak dapat ya tapi secara pemahannya tentang wakaf tu lebih dapat
dibandingkan dengan media televisi yang kalau hanya muncul sekali ya
mungkin sambil lalu aja sih begitu. Kecuali kalau dilakukan berulang-ulang
mungkin kena, tapi kalau yang lebih efektif ya itu tadi yang offline tadi.
Strateginya lebih ke seminar. Dan yang kedua mungkin melalui website kita,
karena interaktif dengan pengunjungnya itu banyak pertanyaan-pertanyaan
yang muncul, sehingga feedbacknya juga banyak. Biasanya kan website-
website kementerian atau lembaga itukan cenderung pasif, nah kalau saya
lihat BWI ini termasuuk website yang aktif seperti pengajuan pertanyaan
maupun kita mereplay pertanyaan seperti itu. Dan itu lebih banyak terutama
yang terkait dengan wakaf uang yang keingin tahuannnya itu banyak, dan
salurannya itu lebih banyak di website.Kalau saya lihat seperti itu.
11. Selain divisi humas, pernah tidak divisi lain ikut melakukan sosialisasi
mengenai wakaf tunai?
Jawab: Selalu ikut. Karena seperti yang saya katakana tadi bahwa kalau kita
berbicara mengenai public relations sebenarnya semua element di BWI ini
menjadi public relations. Contohnya ketika dia di lingkungan rumahnya,
masyarakat kan tahu dia pegawai BWI dan orang akan berasumsi bahwa ini
orang paham mengenai wakaf, jadi banyak yang bertanya juga termasuk juga
saya pribadi banyak ditanya seperti wakaf itu apa sih? Kenapa ada wakaf
uang? Kenapa wakaf melalui uang? Nah itu tadikan banyak masyarakat yang
ingin tahu. Dan itu gak hanya terjadi di divisi humas saja, tetapi juga ketika
kita keluar dari kantor maupun ada dlingkungan keluarga kita, kita pun juga
istilahnya menjadi duta wakaf secara tidak langsung. Jadi memang semuanya
melakukan hal itu.
12. Apakah strategi tersebut sudah sejalan dengan dengan visi dan misi BWI?
Jawab: Kalau sejalan dan seiring, kita kita memang sudah di atur dengan
undang-undang dari pemerintah yang mengatur fungsi dan tugas BWI. Tetapi
memang efektif atau tidaknya tergantung dari elemen-elemen lain.
Katakanlah kecukupan dari SDM kita. Itu yang pertama. Kalau yang kedua
terkait dengan pendanaan orgnisasi seperti itu. Tetapi untuk sejalan dan
seiring memang sudanh sejalan dengan undang-undang. Tapi memang untuk
pendanaan untuk organisasi dari pemerintah memang belum maksimal.
13. Bagaiamana hasil yang didapatkan bwi dalam kurun waktu 1 tahun (2012)?
Jawab: Jadi begini, BWI periode pertama dari tahun 2007 sampe tahun 2011
itu fokus di memantapkan sosial regulasinya, selain peraturan atau undang-
undang kita kan juga butuh job desc yang lebih detail. Nah diperiode pertama
itu kita memang fokus untuk menyempurnakan detail di lapangan itu menurut
saya sudah sangat optimal dengan banyak peratuan BWI yang cukup banyak
mengatur hal-hal yang tidak diatur di Undang-Undang maupun di PP ini
menunjukkan bahwa kita sudah memenuhi di sisi Undang-Undang. Termasuk
juga pembentukan BWI yang tadinya back up dari segi pendanaan dan SDM
masih terbatas, kini kita sudah memiliki perwakilan di sepuluh daerah di
tambah lagi dengan di daerah-daerah yang lain itu juga membuktikan bahwa
kita dalam progress yang tepat walaupun itu belum maksimal itu yang kedua.
Yang ketiga kalau berbicara tentang wakaf uang sesuai dengan undang-
undang itu dapat dikatakan cukup berhasil dibandingkan dengan nazhir-
nazhir yang lain. Beda ya dengan bentuk wakaf melalui uang seperti dompet
dhuafa atau muammalat, itu memang wakaf melalui uang yang memang dari
segi operasionalnya itu tidak sesuai dengan undang-undang. Karena kalau
dari kita kan memang harus menyelenggarakan sesuai dengan undang-
undang, dan itu lebih ribet dan kurang menarik dari segi pengelolaan wakaf.
Tapi dari segi tidak menarik dan sifatnya yang kaku itupun kita cukup banyak
mendapatkan penghimpunan yang cukup besar. Dan sekarang kita sedang
membangun rumah sakit ibu dan anak di Serang Banten, ini juga sudah cukup
menjadi indicator keberhasilan kita untuk mengaplikasikan proses
penyelenggaraan wakaf itu sesuai dengan undang-undang. Minimal ada
progrresnya lah seperti itu.
14. Apakah tujuan akhir dari strategi tersebut?
Jawab: yang pertama itu dikembalikan lagi ke visi dan misi BWI. Yang
pertama kan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Tentu sajakan
muaranya itukan pengembangan wakaf di Indonesia menjadi lebih maju,
lebih profesional, juga masyarakat jadi lebih paham tentang wakaf. Yang
kedua keberhasilan kita bukan dari segi penghimpunannya yang menjadi
indikator utamanya, tapi seberapa banyak orang-orang yang terbantu dari
pengelolaan filantropi itu. Justru itu kebalik, selama ini kan orang
menganggap kebrhasilannya dilihat dari seberapa banyak penghimpunannya,
mereka tidak tahu bahwa sebenarnya muaranya itu adalah seberapa banyak
orang yang terlepaskan dari kemiskinan dari dana wakaf, zakat, maupun infaq
dan sedekah.
15. Bagaimana opini masyarakat (nasabah) terhadap BWI?
Jawab: ini kembali lagi kepada sosialisasi lagi. Opininya sih kalau orang
sudah tahu tentang wakaf, sudah tahu tentang BWI. Mereka baru ngerti
ternyata ada BWI nih, ternyata ada wakaf uang yang bisa kita berwakaf
melalui instrumen-instrumen perbankan syariah yang menjadi mitra BWI,
misalnya wakaf itu bisa lewat ATM, atau setor langsung, atau bisa juga cash
delivery. Nah itu kan sebenarnya jetika orang tahunya wakaf tanah saja, nah
ternyata ada pemikiran baru tentang wakaf uang. Nah orang kan jadi tahu
ternyata ada wakaf tentang uang. Jadi memang kuncinya ketika orang sudah
tahu atau sudah paham tentang wakaf, tidak susah untuk mengarahkan
mereka untuk berwakaf, seperti itu. Semakin sosialisasi ditingkatkan, kitakan
semakin berharap orang-orang paham tentang wakaf.
16. Apakah perbedaan BWI dengan organisasi pengelolaan wakaf yang lain?
Jawab: di Undang-Undang ini, BWI memiliki dua fungsi utama. Yang
pertama sebagai regulator yang kedua sebagai operator. Yang pertama
memang kita lebih mengedapnkan sisi regulatornya, kita memperkuat
peraturannya. Yang kedua dari sisi operator, ini memang agak bias juga. Satu
sisi sebagai regulator, satu sisi sebagai operatornya. Sebenarnya ini tidak
boleh. Tapi memang latar belakang BWI ini menjadi operator atau nazhir, itu
memang yang pertama dilatarbelakangi Indonesia itu belum ada model nazhir
yang ideal, terutama nazhir wakaf uang. Karena sebelum BWI dibentuk
kebanyakan ada wakaf melalui uang. Jadi ketika orang berwakaf, uang itu
langsung dipakai untuk membangun atau dibelikan barang lainnya.
Sedangkan kalu di Undang-Undang wakaf Indonesia uang itu masuk dulu ke
LKS PWU, dikelola melalui instrumen-instrumen perbankan syariah baru
hasilnya itu dimanfaatkan. Itukan dua hal yang berbeda, makanya karena
belum ada model nazhir wakaf uang, maupun nazhir yang skalanya nasional
maupun internasional dibentuklah BWI. BWI dibentuk sebagai regulator dan
operator dengan harapan menjadi nazhir wakaf yang skalanya nasional
maupun internasional dan juga sebagi nazhir wakaf uang.
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Nurkaib
Jabatan : Staff Divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia
Tanggal : 13 Mei 2013
1. apakah alasan/sebab berdirinya BWI?
Jawab: BWI berdiri atas amanat UU No 41. Tahun 2004 Tentang Wakaf. UU
tsb bisa diunduh di website www.bwi.or.id
2. bagaimana kondisi BWi dari semenjak didirikan sampai sekarang?jelaskan.
jawab: Kondisinya baik-baik saja. Silakan unduh file laporan wakaf uang bwi
di situs untuk mengetahui perkembangan bwi.
3. bagaimana/apa saja strategi public relations yang diterapkan oleh BWI dalam
mensosialisasikan wakaf tunai? Jelaskan
jawab: Sosialisasi wakaf tunai kami lakukan melalui website, radio, televisi,
media cetak, dan beberapa alat promosi lainnya, seperti kalender, spanduk,
dan buku profil BWI.
4. apa saja langkah-langkah yang dilakukan BWI dlam menerapkan Strategi
tersebut?jelaskan
jawab: Kami perbarui informasi di situs kami secara berkala; adakan rubrik
tanya-jawab di situs; selenggarakan talkshow, buat rilis berita ke media massa,
dan lain-lain.
5. apakah BWI menerapkan strategi komunikasi persuasi? tolong anda jelaskan
jawab: Semua sosialisasi kami lakukan secara persuasif
6. ada beberapa metode komunikasi persuasif, salah satunya metode pay off
(memberikan ganjaran atau iming-iming) dan fear rousing (menakut-nakuti).
apa kah BWI menerapkan metode itu dalam mensosialisasikan wakaf tunai?
misalnya ketika berwakaf akan diberi hadiah atau ketika tidak berwakaf akan
mendapatkan akibatnya seperti itu.
Jawab: Kami hanya mengiming-imingi calon wakif dengan pahala yang terus
mengalir sebagaimana dijanjikan Allah Swt. Iming-iming lain, yang bersifat
materi, belum pernah kami berikan. '
Mengetahui
Nurkaib