Post on 14-Nov-2021
STRATEGI DAKWAH SANGGAR BUDAYA BETAWI
SI PITUNG DALAM PEMBINAAN PEMUDA DI WILAYAH
RAWA BELONG JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S. Kom. I)
Oleh :
AHMAD RIFQI
Nim: 106053001989
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/2011 M
STRATEGI DAKWAH SANGGAR BUDAYA BETAWI SI
PITUNG DALAM MEMBINA PEMUDA DI WILAYAH RAWA
BELONG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S. Kom. I)
Oleh :
AHMAD RIFQI
Nim: 106053001989
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Murodi, M.A.
NIP : 19640705 1992031 1 003
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: “Srategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam
Pembinaan Pemuda Di Rawa Belong Jakarta Barat” telah diujikan dalam
sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari kamis tanggal 17 Maret 2011 skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi
Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 31 Mei 2011
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Wahidin Saputra, MA Drs. Sugiarto, MA
NIP. 19700903 199603 1 001 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Drs. M. Sungaidi, MA H. Mulkanasir, BA., S.Pd. MM
NIP. 1960 08 03 1997 03 1006 NIP. 19550101 198302 1 001
Pembimbing,
Prof. Dr. H. Murodi, MA
NIP. 19640705 1992031 1 003
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Maret 2011
Ahmad Rifqi
i
ABSTRAK
Ahmad Rifqi
Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan
Pemuda di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat.
Aktivitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif bilamana apa yang
menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai dan dalam pencapaiannya dikeluarkan
pengorbanan-pengorbanan yang wajar, atau lebih tepatnya jika kegiatan lembaga
dakwah yang dilaksanakan mempunyai strategi akan menjamin tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan oleh lembaga (Sanggar Budaya Betawi Si Pitung) akan
menumbuhkan sebuah citra (image) profesionalisme dikalangan masyarakat.
Strategi yang didukung dengan metode yang bagus dan pelaksanaan program
yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang dan berorientasi
jelas di mana cita-cita dan tujuan telah direncanakan
Pembinaan mempunyai peran yang sangat penting dalam mencerdaskan
dan membuat perubahan prilaku dalam diri manusia untuk menjadi lebih baik
keberhasilan pembinaan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan, maka
kemerosotan akhlak pada zaman sekarang karena keadaan lingkungan inilah yang
menjadi penghambat tersendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik melalui
sebuah pembinaan. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut dapat
diupayakan melalui pendidikan non formal dengan berbagai bentuk pembinaan
khususnya pemuda agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana peran sanggar
budaya Betawi dalam menyikapi kemerosotan akhlak pemuda zaman sekarang
serta faktor penghambat dan pendukung untuk program pendukung pendidikan
formal khususnya pada para pemuda dan generasi selanjutnya di Rawa Belong
dan sekitarnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dan prilaku yang dapat diamati. Dalam hal ini penulis
mengumpulkan data-data aktual, melakukan studi kepustakaan dari literature
tertulis, baik dari buku-buku, artikel, majalah, internet dokumen serta melakukan
observasi.
Hasil dari penelitian Strategi Dakwah di Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong dalam program Pembinaan Pemuda di Wilayah Rawa Belong
Jakarta Barat yaitu dengan melakukan pendekatan dan pembinaan kelompok
didasarkan atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang melingkupinya yaitu
orang-orang atau mad’u yang dituju oleh suatu kegiatan. Dalam
mengimplementasikan strategi dakwah bertumpu pada pembinaan dan
pengorganisasian sumber daya manusia yang ditampakkan melalui pembentukan
struktur organisasi kepengurusan, program kegiatan, budaya organisasi, dan
kepemimpinan. Begitu juga mengadakan sebuah evaluasi tentang strategi dakwah
diantaranya: Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), Rapat Evaluasi pelaksanaan
kegiatan dan Memperbaiki Mekanisme Kerja.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga Allah Swt limpahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad Saw, berserta keluarganya, para sahabatnya, dan Insya Allah
kepada kita semua sebagai umatnya yang masih taat dan patuh mengikuti
ajarannya serta sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman nanti.
Bab demi bab terselesaikanlah sudah dalam sebuah bentuk karya ilmiah
skripsi yang Insya Allah berguna untuk penulis dan orang lain nantinya. Halangan
serta tantangan dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan para dosen
maupun pengajar lainnya yang memiliki intensitas ilmu yang telah
mentransferkan ilmunya kepada penulis. Penulis merasa bahwasanya
terselesaikannya penulisan skripsi ini banyak dibantu oleh banyak orang yang
selalu berhubungan langsung maupun yang tidak berhubungan langsung kepada
penulis, dan hanya ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada beliau-
beliau semuanya, diantaranya:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan. MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya. MA, Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan
MHU
3. Bapak H. Mulkanasir B.A,S.Pd, M.M, Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah
dan MHU
iii
4. Bapak Prof. Dr. H. Murodi, MA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan perhatian bimbingan dan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang
tua penulis, yaitu Ayahanda H. Sayuti Dachlan dan Ibunda Hj. Ida Rosyidah,
yang dengan susah payah membimbing penulis sejak kecil sampai saat ini.
Berkat doa beliau jualah skripsi ini terselesaikan. Begitu juga kepada kakak
saya Khairul Fajri, S.Si yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis.
6. Ketua penguji dan anggota penguji yang telah menguji dan memberikan
pengarahan perbaikan terhadap skripsi penulis.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
Dosen-dosen Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah memberikan ilmu dan
pegetahuan kepada kami, terutama kepada penulis.
8. Pembina, Pengurus, dan Anggota Sanggar Si Pitung Rawa Belong yang telah
membantu penulis, khususnya kepada bapak Bachtiar dan Rudi M. Noor, yang
telah membantu dan memberikan waktu dan informasinya tentang bahan
penulisan skripsi ini.
9. Seluruh staff perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah membantu dalam menyediakan sumber-sumber
pustaka selama penulis merampung skripsi ini.
10. Orang-orang yang penulis sayang terimakasih atas dukungannya, doa, dan
perhatiannya terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Saudara penulis di Komunitas Teater Palmerah yang telah memberikan
semangat dan motivasi, khususnya pelatih Teuku Arief Irawan, SE dan Dadi
Krismatono yang telah memberikan ilmu tentang hidupnya kepada penulis.
iv
12. Warga Cikoan Bogor, Umi Embad, Mang Baen, Umi Rw, Bapak Rw Cikoan
yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
13. Teman-teman KKN lintas Fakultas, yang membantu penulis.
14. Teman-teman MD angkatan 2006 yang sama-sama berjuang dari semester
awal telah kita lewati, susah senang kita bersama. Rahmad Kartolo, S.Sos,
Marullah, M. Zainuddin, S.Sos, Deden Nurdin Salim, S.Sos, A. Sonhaji
Arafat, S.Sos, Iwan, S.sos, Hasan Ra, Sos, Husien Ra, S.Sos, Merliza, S.Sos,
Ibrohim, dan semuanya.
15. Teman-teman di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
16. Teman-teman di KOMFAKDA HMI Cabang Ciputat.
17. Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), yang telah memberikan
pengetahuan tetang budaya Betawi.
18. Keluarga besar SAIHUN, yang telah memberikan motivasi.
19. Keluarga besar Mardiana, yang telah memberikan motivasi.
20. Temen-temen MD.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, dan mudah-
mudahan skripsi ini bermanfaat. Penulis menyadari meskipun telah semaksimal
mungkin berusaha dalam pembuatan skripsi ini, tentu masih banyak kekurangan.
Kritik selalu penulis harapkan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Jakarta, 7 Februari 2011
Penulis
Ahmad Rifqi
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFRTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 15
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 15
E. Metodologi Penelitian .............................................................. 17
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 18
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI DAKWAH,
BUDAYA BETAWI DAN PEMBINAAN ROHANI ISLAM
A. Strategi Dakwah ....................................................................... 21
1. Pengertian strategi dan tahapan-tahapan strategi ............... 21
2. Pengertian dakwah, tujuan, metode, media, materi dan
hukum dakwah ................................................................... 28
3. Strategi dakwah ................................................................. 37
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Strategi Dakwah ........ 40
B. Budaya Betawi ......................................................................... 41
1. Pengertian Budaya ............................................................. 41
2. Fungsi budaya .................................................................... 42
3. Pelaku budaya .................................................................... 42
4. Betawi ............................................................................... 44
vi
C. Pembinaan Rohani Islam.......................................................... 46
1. Pengertian pembinaan rohani Islam ................................... 46
2. Tujuan pembinaan rohani Islam ......................................... 49
3. Bentuk pembinaan rohani Islam......................................... 51
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG SANGGAR BUDAYA
BETAWI SI PITUNG RAWA BELONG
A. Sejarah Berdirinya Sanggar Budaya Betawi Si pitung Rawa
Belong ...................................................................................... 53
B. Visi, Misi dan Tujuan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa
Belong ...................................................................................... 56
C. Struktur Organisasi Sanggar Budaya Betawi Si Pitung ........... 57
D. Program-program ..................................................................... 60
BAB IV : ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN ROHANI ISLAM DI
SANGGAR BUDAYA BETAWI SI PITUNG RAWA
BELONG
A. Analisis Strategi pembinaan Rohani Sanggar Budaya Betawi Si
Pitung Rawa Belong ................................................................. 63
B. Langkah – Langkah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Mengimplementasikan Strategi Dakwah ................................. 67
C. Evaluasi Strategi Dakwah ........................................................ 76
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 79
B. Saran-saran ............................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama dan kehidupan berbudaya merupakan unsur yang tidak
terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Agama dan
prilaku kebudayaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa ketergantungan
manusia terhadap kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber
kehidupan mereka, tempat mereka berkomunikasi untuk memohon bantuan
terhadap al-khalik yakni terhadap Allah Swt.
Agama dan prilaku kebudayaan merupakan bawaan dari hidup dan
fitrah manusia. Banyak sekali keragaman budaya yang telah terjadi membuat
nilai persatuan dan kesatuan Islam itu sendiri terbentuk. Kalau melihat sejarah
Islam itu sendiri, cikal bakal terjadinya perpecahan dalam Islam berawal dari
meninggalnya Rasulullah Saw yang semasa hidupnya berperan sebagai
sumber solusi dari berbagai macam permasalahan umat Islam pada masa itu,
perdebatan dari kalangan sahabat berkaitan dengan siapa yang pantas
mengganti beliau sebagai kholifah yang menyebabkan terjadinya perbedaan
pendapat dalam Islam.
Kaitannya pada zaman sekarang yakni zaman modern banyak sekali
fenomena-fenomena yang timbul yakni hilangnya fungsi agama sebagai
monitoring dan controlling dalam menselaraskan kehidupan manusia dengan
syariat Islam.
2
Kalau kita perhatikan cirri-ciri urgensi dari study Islam pada masa
sekarang ada dua hal yang perlu kita perhatikan:
1. Ukhuwah Islamiyah adalah hal yang perlu kita tingkatkan untuk
menambah nilai persatuan dan kesatuan demi mencegah adanya
perpecahan dalam internal masyarakat.
2. Ukhuwah Insaniyah yakni pentingnya menimbulkan toleransi terhadap
sesama manusia tanpa membedakan agama, budaya, ras, dan warna kulit.
Di era globalisasi dan informasi merupakan kenyataan yang tidak
dapat ditolak dan Islam menghadapi tantangan yang tak bisa dielakkan.
Nilai-nilai dan sistem budaya modern yang bersifat sekuler dengan
begitu bebas bisa memasuki lingkungan kehidupan umat Islam,
konsekuensinya adalah akan membawa kehancuran dalam budaya umat Islam.
1. Di bidang akhlaq. Krisis akhlaq merupakan salah satu dampak dari
modernisasi. Sebagai contoh; kurangnya rasa saling menghargai dan
menghormati dari yang muda terhadap yang lebih tua.
2. Di bidang ibadah. Sudah banyaknya masyarakat Islam yang enggan
melaksanakan shalat lima waktu, puasa, dan zakat yang kita kenal sebagai
ibadah sosial yang berupaya meningkatkan ekonomi Islam.
3. Di bidang tauhid. Banyaknya masyarakat Islam yang terjerumus terhadap
kekafiran dikarenakan kurangnya nilai keimanan masyarakat modern.
3
Umat Islam sebagai umat moderat menyatukan pluralitas melalui
keadilan. (QS. Al-Baqarah: 143)
Artinya: Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. Dan kami tidak menetapkan kiblat yang
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui
(supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah,
dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-
Baqarah: 143)
Perbedaan, keikhasan dan keunikan merupakan kenischayaan yang ada
dimana-mana, pada orang kembar, keluarga, komunitas dan masyarakat
sehingga kemanapun kita pergi menemukan perbedaan dan kita harus
menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Keikhlasan kita tercermin dari
menerima dan memberikan ruang dan peluang kepada orang lain yang berbeda
pendapat, kelompok, dan komunitas.1
Dakwah lewat budaya harus dilihat bagaimana komunikasi terhadap
budaya itu sendiri dilihat dari berbagai level, komunikator, level keluarga,
komunikasi antarpribadi, orang yang berbeda jenis kelamin, etnis dan ras.
1 Armawati Arbi, MSi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003)Cet-1,
hal. 169
4
Komunikasi antar kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi politik
tingkat nasional dan internasional.2
Yusuf Al-Qardawi menganjurkan menjaga keseimbangan antara
Inklusif dan Ekslusif, terlalu inklusif melupakan identitas diri dan terlalu
ekslusif kurang bergaul dan tidak mengenal orang lain.3
Inilah yang dikenal dengan khazanah budaya kita dan dikenal dengan
israiliat. Israiliat ini laris diantara para ulama dari kalangan mufasir dan ahli
hadist. Mereka mengambil riwayat-riwayat yang shahih saja, dalil aqli yang
jelas saja dan ilmu yang kukuh saja. Tetapi mereka juga mengambil hal-hal
yang menyebarluas dikalangan awam, bukan ilmu yang dipercaya atau yang
tertulis dikalangan mereka.
Seorang muslim sesungguhnya tidak akan mengambil segala-galanya,
yang hak maupun yang bathil. Ia hanya akan mengambil hal-hal yang sesuai
dengan apa yang sudah dijelaskan didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia untuk
menuju Allah Swt, yaitu jalan menuju Islam. Islam bersumber dari wahyu
Allah Swt dan Sunnah Rasulullah Saw, ia merupakan nilai yang akan
memberikan corak, warna, dan bentuk kebudayaan Islam. Suatu bentuk
kebudayaan yang berisikan pesan atau nilai-nilai Islami menurut kacamata Al-
Qur’an dan As-Sunnah, sekalipun ia muncul dari orang atau masyarakat yang
bukan agama Islam. demikian juga sebaliknya, tidak dikatakan budaya Islam.
2 Ibid, hal. 171
3 Ibid. hal. 180
5
meskipun ia lahir dari orang atau masyarakat penganut agama Islam, jika tidak
memuat pesan atau nilai-nilai Islami.4
Dalam perspektif dakwah Islam, budaya atau kebudayaan adalah
aktualisasi dari sikap tunduk (ibadah atau peribadatan) manusia kepada Allah
Swt. Salah satu simbol dan nilai budaya sebagai sikap tunduk kepada Allah
Swt, tertera dalam Al-Qur’an Surat Asy Syuaara (26) ayat 224-227
Artinya: “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-
tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang
mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?. Kecuali orang-orang
(penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak
menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita
kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui
ke tempat mana mereka akan kembali.”
Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah
organisasi, tatanan strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada
suatu pencapaian tujuan yang diinginkan.
Pada hakikatnya strategi merupakan serangkaian perencanaan atau
suatu keputusan menejerial yang strategis untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah,
strategi mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan
4 Artikel Diakses Pada Tanggal 20 Desember 2010 dari http:
//www.google.com/doc/Dakwah dan Budaya
6
dakwah, jika strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivitas
dakwah akan tersusun secara sistematis dan teratur.
Sesuai dengan perkembangan saat ini, dakwah harus mampu
memtransformasikan dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan konteks zaman
sekarang, dakwah harus mampu beradaptasi dengan fenomena yang ada
namun dengan tetap menjaga kandungan dakwah itu supaya tidak
terkontaminasi dengan hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam yang
termuat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Risalah Islamiyah yang dibawa Nabi Muhammad adalah untuk seluruh
umat manusia dimanapun dan kapanpun. Oleh sebab itu, kegiatan dakwah
cakupannya sangat luas, sehingga Allah Swt memberi peringatan pada setiap
manusia agar selalu mengajak kepada manusia untuk melakukan amar ma’ruf
dan nahyi mungkar.
Berdakwah memang merupakan tugas yang berat, namun mulia disisi
Allah, karena para ulama (mubaligh) itu adalah ahli waris dari para Nabi
sebagai pembawa agama yang benar, yaitu agama Allah, agama Islam, agar
umat manusia tidak terjerumus kedalam lembah nista dan nestapa, yakni
lembah kekafiran dan kemusyrikan.
“Tiada hari tanpa kegiatan dakwah.”5 Raf’iudin mengatakan bahwa:
Sebagai orang Islam, kita hendaknya sepakat dengan semboyan seperti itu.
Namun mengingat diri sendiri adalah yang terpenting, maka kita harus
berbekal diri dengan menambah khazanah ilmu pengetahuan serta mengetahui
5 Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka
Setia, 2001) hal. 13-14
7
berbagai ilmu dan kejadian yang berkembang dewasa ini. Ini berarti bahwa
disamping mempelajari ilmu agama, umat Islam juga dituntut untuk
menambah pengetahuan serta keterampilan untuk membawa dan mengarahkan
umat Islam lainnya kearah kemajuan yang sesuai dengan tuntunan zaman.
Karena pada dasarnya dakwah tidak hanya terletak pada majelis dakwah
pengajian umum semata, tetapi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Misalnya pada suatu perjanjian atau tempat kita berkerja dan beraktivitas, kita
melihat kemungkaran, maka kita harus mencegahnya. Itupun sudah termasuk
berdakwah.6
Budaya sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.7 Manusia
belajar, berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut
menurut budayanya.
Seiring dengan adanya sebuat keterikatan antara dakwah dan
kebudayaan yang menjadi salah satu media yang efektif dalam menyampaikan
segala bentuk informasi, maka mau tidak mau dakwah harus menggunakan
fasilitas tersebut sebagai bentuk dari fleksibelitas dakwah dengan
perkembangan zaman. Dengan demikian setidaknya dakwah dapat
meminimalisir penyalahgunaan tentang kebudayaan yang berasal dari dunia
barat yang berdampak pada perubahan dinamika sosial yang secara sistematis
6 Ibid, Hal. 13-14
7 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication Konteks-konteks
Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 237
8
telah menggeser pola-pola umum yang telah tertanam bertahun-tahun pada
kebudayaan bangsa kita sendiri, kendatipun tidak semual hal tersebut buruk
untuk diterima bahkan jika dapat memformulasikan akan menjadi suatu
kemajuan tersendiri.
Para ahli sosiologi menggambarkan ciri-ciri kelompok kedalam dua
katagori yaitu primary group (kelompok primair) dan secondary group
(kelompok sekundair) sebagai berikut:
1. Primary group (kelompok primer) adalah keluarga. Ia merupakan unit
atau kesatuan organisasi sosial yang terdiri dari sistem nilai-nilai yang
mengajar anggota-anggotanya bagaimana dia harus memuaskan
kebutuhannya. Keluarga adalah suatu lembaga yang memberikan pola
tingkah laku manusia, mengkoordinasikan serta mengintegrasikannya dan
sampai tertentu ia dapat memberikan ramalan tentang perilaku manusia.
Keluarga adalah mempunyai fungsi membentuk pribadi, mengendalikan
tingkah laku dan mentransmisikan warisan sosial dari suatu generasi ke
generasi lainnya.
2. Secondary group (kelompok sekunder) adalah masyarakat itu sendiri
dimana didalamnya berkembang berbagai organisasi sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan, agama, dan sebagainya yang pengaruhnya tidak
kecil terhadap perkembangan pribadi manusia. Kelompok ini sering juga
disebut lembaga sekunder untuk menunjukkan bahwa sebagai suatu
lembaga, kelompok sekunder ini memiliki suatu sistem nilai-nilai sosial
9
dan kultural yang berkembang menurut mekanisme perkembangan
lembaga itu sendiri.
Meskipun peranan lembaga sekunder dalam pembentukan kepribadian
manusia tidak sebesar lembaga primer, akan tetapi peranannya dalam
mempengaruhi arah perkembangan hidup manusia khususnya yang
menyangkut sikap dan perilaku cukup besar pula, terutama yang terbesar
pengaruhnya diantara lembaga-lembaga sekunder adalah lembaga keagamaan
dan lembaga pendidikan.8
Pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis)
yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam
bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi
cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan
individual dan sosio-kulturan dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran
Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.9
Dakwah artinya mengajak manusia dengan cara yang bijaksana agar
manusia selalu berda pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dakwah Islamiyah
yang di lakukan Nabi Muhammad Saw telah berasil membentuk masyarakat
Islami. Oleh karena itu perjalanan yang menuju sebuah masyarakat ideal,
mutlak memerlukan proses dakwah, hal ini disebabkan karena dakwah akan
memberikan landasan filosofi serta memberikan kerangka dinamika dan
8 Social Psychology, An Interdisciplinary Approach; Hubert Bonner, hal, 320.
9 Amrullah Ahmad, (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta:
Primaduta, 1983), hal. …
10
perubahan sistem dalam proses perwujudan masyarakat yang adil dan
makmur.10
Yang menjadi salah satu permasalahan yang perlu mendapatkan
perhatian khusus bagi umat Islam sekarang adalah permasalahan yang
berkaitan dengan generasi muda. Khususnya para pemuda. Pemuda juga
merupakan generasi penerus bangsa. Pemuda juga merupakan tumpuan
harapan masa depan agama dan bangsa. Dikatakan bahwa: ٌشبا ن ا ليوم رجل الغد
“Pemuda atau remaja yang sekarang adalah pemimpin dimasa yang akan
datang.” Dengan demikian, jika pemuda itu baik, berilmu dan berakhlak
mulia, akan cerahlah masa depan agama dan bangsa. Akan tetapi sebaliknya,
jikalau pemuda itu rusak, akan rusaklah masa depan agama dan bangsa.
Pada kenyataannya kalau diamati, generasi muda dewasa ini sangat
memprihatinkan. Sebagian dari remaja kita sudah kehilangan moral dan lepas
kendali agama. Hal ini dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
diantara mereka yang lebih suka nongkrong di pinggir jalan tanpa alasan yang
jelas. Main di tempat hiburan, diskotik, dan bergaul bebas tanpa batas.
Mengonsumsi narkotika, ekstasi, nipam, dan heroin dan minuman keras dan
beberapa perbuatan yang kriminal dan tawuran. Sebagai bagian dari bangsa
Indonesia, umat Islam menghadapi kenyataan ini tentunya memiliki rasa
tanggung jawab, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
Bila melihat Betawi secara umum, maka akan terlihat adalah pola
hidupnya, bagaimana mengsinkronisasikan antara kebudayaan dan agama,
10
Amrullah Ahmad, (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta:
Primaduta, 1983), hal. 285.
11
dalam bidang seni misalnya, orang Betawi memiliki kesenian bela diri yang
disebut Cingkrik yang berasal dari Rawa Belong yang dibawa oleh Si Pitung.
Hal itulah yang menjadi sumber nilai agama Islam yang dianut oleh
masyarakat Betawi sangat berkaitan erat dengan kehidupan mereka sehari-hari
misalnya pada zaman dahulu masyarakat Betawi khusunya para pemuda
Betawi ada sebuah kebiasaan yang berbeda dari budaya-budaya daerah lainnya
yaitu, di rumah mereka mengaji dan belajar tentang Islam, di luar rumah
mereka belajar beladiri. Hal ini lah yang menjadi nilai-nilai keagamaan dalam
masyarakat Betawi yang sangat kental.
Perubahan di zaman sekarang ini yang berdampak pada berbagai
dinamika kehidupan menjadikan suatu keharusan bagi umat Islam untuk
mengikutinya. Keterpaduan antara dakwah dan kebudayaan sebagai salah satu
strategi berupa mengembangan akhlakul karimah dan kecintaan serta
kepedulian kita terhadap pemuda kita, ditunjukan oleh sebuah lembaga
kebudayaan betawi Sanggar Si Pitung yang telah melestarikan kebudayaan
betawi dan ingin berdakwah untuk menjaga generasi muda sampai sekarang
yang berlandaskan untuk perkembangan dakwah di Jakarta. Hal ini sesuai
dengan semboyan kaum nahdliyin yang berbunyi:
Artinya: “Memelihara tradisi terdahulu yang baik serta mengambil yang
lebih baik dari yang baru”.
Kemampuan sebuah lembaga kebudayaan dalam menghadapi
tantangan global terus ditingkatkan, jaringan komunikasi dibangun dan
12
dikembangkan melalui seni dan kebiasaan kehidupan sehari-hari yang
semakin hari semakin besar peranannya dalam menciptakan regenerasi yang
solid dan semakin besar pula pengaruhnya dalam dunia dakwah dan
kebudayaan itu sendiri.
Sanggar Kebudayaan Betawi Si Pitung tampil dengan gagasan-gagasan
dakwah yang sesuai dengan kondisi masyarakat Rawa Belong, ditengah-
tengah gemparnya dinamika sosial yang kompleks, keragaman budaya asing
yang masuk, bahkan dengan munculnya banyak pemikiran-pemikiran yang
radikal yang menggerogoti kesatuan dan persatuan umat Islam.
Minimnya pendidikan agama dan pengaruh lingkungan merupakan
penuntun manusia untuk hidup lebih arif dan berakhlak mulia. Seseorang yang
tidak memiliki pendidikan agama, akan rentan keimanan dan akidahnya.
Bahkan ada yang terjerumus kedalam jurang kehidupan yang nista penuh
dosa. Oleh karenanya tanamkan nilai-nilai agama sedini mungkin pada para
pemuda sekarang.
Banyaknya pengaruh negatif dari barat, merupakan salah satu proyek
kaum Zionis, Komunis, Yahudi, dan Nasrani yang akan menghancurkan
akidah umat Islam dan bangsa Indonesia. Mereka mengemasnya dengan
media masa, televisi, video, film, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kita
harus mampu membendung pengaruh negatif itu dengan memberikan
pengarahan dengan intensif kepada anak-anak kita. Ambilah yang positif dari
arus globalisasi dan buanglah yang negatif, yang bertentangan dengan moral
agama dan bangsa.
13
Ribuan bahkan ratusan kebudayaan asing yang masuk mengandung
unsur-unsur kemaksiatan yang telah beroperasi di Jakarta yang ditimbulkan
dengan sengaja oleh orang-orang pencari keuntungan atau yang memang
mempunyai misi untuk merusak moral masyarakat kita. Jika hal ini tidak
dicegah dengan cepat maka kebobrokan moral akan semakin merajalela dan
mengakar pada kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Dalam upaya menjaga eksistensi serta membina para pemuda tersebut
pada arah dakwah, perlu adanya manajemen yang strategis, relevan, dan
efektif dalam menyikapi dan menghadapi berbagai macam kesempatan,
hambatan maupun tantangan yang semakin kompleks dan serba cepat ini yang
terjadi terhadap pemuda kita sekarang.
Sanggar Kebudayaan Betawi Si Pitung merupakan nama sebuah
lembaga kebudayaan Betawi yang didalamnya menjalankan peran dan
fungsinya adalah sebagai pelestarian kebudayaan adat Betawi, konsolidasi
organisasi serta media dakwah yang sejuk, toleran dan mengedepankan Islam
di Rawa Belong melalui kebudayaan. Dari deskripsi diatas penulis tertarik
untuk meneliti lebih jauh tentang “Strategi Dakwah Sanggar Budaya
Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan Rohani Islam Pemuda di Wilayah
Rawa Belong ”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
14
Untuk menjelaskan permasalahan dan sekaligus menghindari
ketidak fokusan dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis merasa perlu
untuk memberikan pembatasan masalah yaitu pada ruang lingkup Strategi
Sanggar Kebudayaan Si Pitung Dalam Berdakwah Melalui Kebudayaan
Betawi Di Rawa Belong yang meliputi perumusan dan
pengimplementasian dalam membina pemuda.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Strategi dakwah apa yang dilakukan Sanggar Kebudayaan Betawi Si
Pitung Dalam Membina Pemuda di Wilayah Rawa Belong?
b. Bagaimana Langkah-langkah yang dilakukan Senggar Kebudayaan
Betawi Si Pitung Dalam Mengembangkan Dakwah di Rawa Belong
dalam mengimplementasikan strategi dakwah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan Sanggar Betawi Si
Pitung dalam membina pemuda di wilayah Rawa Belong.
b. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mengimplementasikan
strategi dakwah yang dilakukan Sanggar Betawi Si Pitung dalam
mengembangkan dakwah melalui seni di Rawa Belong.
2. Manfaat Penelitian
15
a. Memberikan pengetahuan keilmuan yang baru khususnya kepada
penulis tentang strategi dakwah melalui Sanggar kebudayaan betawi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi Sanggar Betawi dalam rangka membina pemuda.
D. Tinjuan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka langkah
awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi
terdahulu yang mengangkat judul tentang “Startegi Dakwah Sanggar
Budaya Si Pitung Rawa Belong Dalam Membina Pemuda di Wilayah
Rawa Belong”, maksud pengkaji ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa
yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi
terdahulu.
Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis
akhirnya menemukan skripsi yang mengangkat tentang Strategi Dakwah
Majelis Taklim judul tersebut adalah karya dari Ida Damroh jurusan
Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan judul skripsi
“Strategi Dakwah Majelis Taklim Baiturrahman Pondok Jaya Tanggerang”
dengan bahasan bagaimana strategi yang dilakukan Majelis Taklim
Baiturrahman, Relevansi strategi dakwah Majelis Taklim Baiturrahman pada
zaman sekarang, faktor pendukung dan penghambat. Tetapi dalam penelitian
yang penulis lakukan dalam membuat strategi dakwah berbeda dengan skripsi
Ida Damroh yaitu dapat dilihat startegi dakwah yang dilakukan lembaga
16
tersebut dan dalam pengimplementasian startegi dakwah, dengan tidak
menerapkan konsep yang terdapat didalam strategi dakwah Ida Damroh,
karena dalam skripsi penulis menerapkan konsep lebih berfokus pada strategi
dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong.
Lain hal nya dengan skripsi yang kedua, “Peran Penyuluhan Agama
Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja”. Study Kasus Remaja Masjid Al
Mu’alla Rw 008 di Desa Ciheulang Tonggoh Cibadak Sukabumi, yang
disusun oleh Andu Junaedi, Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
lulusan tahun 1427 H/2006 M. Skripsi ini Andi Junaedi mengemukakan
bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja. Dalam skripsi Andi Junaidi
walaupun ada kesamaan dalam judul penulisan tetapi yang membedakan
dengan skripsi penulis adalah metodenya dan pengimplementasiannya.
Demikian tinjauan pustaka ini penulis lakukan sebagai perbedaan
bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi-skripsi
terdahulu, terlihat pada objek dan subjek penelitiannya. Bahwa penelitian
terdahulu hanya menjelaskan konsep strategi dakwah sedangkan penelitian ini
penulis memberikan cara pengimplementasian tentang strategi dakwahnya.
E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan penulis adalah metode
kualitatif, menurut lexy yang dikutip dari Bogdan dan Taylor mendefisinikan
metode kualitatif sebagai sumber prosedur. Sedangkan penerapan metode
17
kualitatif dalam penulisan skripsi yang akan disusun adalah studi lapangan
(field research) yaitu melakukan penelitian secara langsung ke Sanggar Si
Pitung Rawa Belong untuk memperoleh keterangan langsung serta
memperoleh data-data yang terkait dengan pembahasan skripsi yang penulis
susun.
Adapun subjek penelitian adalah Sanggar Betawi Si Pitung dan objek
penelitian yang penulis lakukan adalah Strategi Dakwah yang di lakukan
Sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong Dalam Membina Para Pemuda di
Wilayah Rawa Belong.
Untuk memperoleh ketepatan data dan keakuratan informasi yang
mendukung penelitian, peneliti akan melakukan pengumpulan data melalui
beberapa cara diantaranya:
1. Observasi: Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.11
Observasi dilakukan dengan cara
melakukan tinjauan langsung ke sekretariat Sanggar Betawi Si Pitung
Rawa Belong.
2. Wawancara: Wawancara merupakan percakapan dengan maksud
tertentu.12
Dalam rangka penggalian data-data yang diperlukan.
3. Catatan lapangan: Catatan lapangan adalah catatan yang berupa coretan
seperluanya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata inti, frase, pokok-
11
Husni Utsman dan Purnomo setiadi Akbar. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
Bumi Aksara. 1998) cet ke 2. hal 54 12
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Rosdakarya). Hal.
135
18
pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa,
sosiogram, diagram dan lain-lain.13
4. Analisis data-data melalui internet dan buku-buku yang berkaitan tentang
dakwah dan kebudayaan.
Adapun teknik penulisan yang digunakan penulis mengacu pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
diterbitkan oleh Center For Quality Development and Assurance (CeQDA)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 Cetakan
Pertama.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah, dan sekaligus agar pembahasan dapat dilakukan
secara terarah dan sistematis, maka penulis membagi atas lima bab. Kelima
bab tersebut secara rinci sebagai berikut;
BAB I: Penulis mengurai beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian
ini, pada bagian awal diuraikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam
mengumpulkan data, dan diakhiri dengan uraian tentang
sistematika penulisan.
13
Ibid. hal. 153
19
BAB II: Membahas tentang strategi dakwah dan pembinaan pemuda di
Rawa Belong. Agar pembahasan ini jelas, maka akan
dikemukakan tentang definisi strategi baik ditinjau dari etimologi
maupun terminology, proses tahapan dalam strategi, faktor-faktor
yang mempengaruhi penetapan strategi, serta kriteria strategi
yang baik. Selain itu penulis juga akan mengemukakan tentang
dakwah, definisi dakwah dan urgensi dakwah, serta
memformulasikan antara keduanya menjadi strategi dakwah yang
diuraikan menjadi pengertian strategi dakwah, prinsip-prinsip
strategi dakwah dan langkah-langkah penyusunan strategi
dakwah. Kemudian penulis akan melanjutkan dengan
memaparkan tertang pengembangan budaya Betawi yang
meliputi sejarah, serta perkembangannya sampai sekarang.
BAB III: Penulis akan mencoba untuk memaparkan gambaran secara
umum mulai dari pengurus Sanggar Betawi Si Pitung Rawa
Belong, sejarah berdirinya, Visi dan Misi, dan struktur organisasi
Sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong serta program-program
yang dilakukan.
BAB IV: Penulis mencoba untuk menganalisis strategi Sanggar Betawi Si
Pitung Rawa Belong, Implementasi strategi Sanggar Betawi Si
Pitung Rawa Belong dan evaluasi strategi dakwah sanggar
betawi si pitung
20
BAB V: Merupakan bab penutup, yang mana dalam bab ini penulis
mengemukakan kesimpulan dari seluruh pembahasan
sebelumnya dan sekaligus menjawab permasalahan pokok yang
dikemukakan sebelumnya, dan kemudian penulis mengemukakan
saran-saran.
21
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi dan Tahapan-tahapan Strategi
a. Pengertian Strategi
“Kata strategis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos,
yang berasal dari kata Stratos, yang berarti militer dan Ag yang berarti
memimpin. Dan pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai
generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam
membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan
perang.1
Secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu,
Strategos yang berarti Jendral. Strategi pada mulanya berasal dari
peristiwa peperangan yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan
musuh. Namun, pada akhirnya strategi berkembang untuk semua
kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan
agama.2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi
adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk
melaksankan kegiatan tertentu.3 Untuk mengetahui lebih jelas
1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), hal. 8 2 Rafiudin dan Manan Abd. Djaliel. Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia). hal. 76 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), hal. 199
22
mengenai pengertian strategi, penulis mengedepankan pengertian
strategi yang dikemukakan beberapa pakar diantaranya:
1) Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan
tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu
perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan
mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk
mewujudkan tujuan tersebut.4
2) Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat
kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi
tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya
secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan
tercapai.5
3) Menurut William F. Glueck, yang dikutip dalam buku Amirullah,
et. Al, Strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat
kompeherensif terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga
terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan
bahwa sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai
dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang
menerapkannya.6
4) Pengertian strategi menurut Prof. Din Syamsudin mengandung
arti antara lain:
4 A.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), hal. 58
5 George Stainer dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, t.t.), hal. 20
6 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000),
Cet Ke-1, hal. 4
23
a) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.
b) Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program
untuk mencapai tujuan.
c) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan
fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan
bertahap.7
Dari beberapa definisi startegi diatas, penulis menyimpulkan
strategi adalah rencana yang akan dilakukan oleh suatu organisasi dimana
strategi dapat dilakukan secara terencana atau yang telah disusun secara
sistematis dan strategi yang timbul secara spontan. Strategi dibutuhkan
agar sesuatu yang telah terencana dengan sempurna dapat mencapai hasil
yang diinginkan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengawasan terhadap hal-hal
yang sifatnya dapat berubah. Dalam hal tersebut strategi yang dibutuhkan
oleh suatu organisasi adalah strategi yang muncul secara spontan. Dimana
hal-hal yang belum direncanakan harus dilakukan.
Dalam strategi mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,
program, dan kegiatan yang nyata dengan mengantisipasi
perkembangannya. Kurangnya aplikasi atau penerapan sebuah strategi
yang baik dapat menyebabkan strategi yang telah direncanakan gagal.
Akan tetapi penerapan strategi yang tersusun sempurna bukan saja akan
meraih kesuksesan, melainkan dapat mengokohkan strategi yang pada
awalnya diragukan. Hasil baik yang didapat bukan semata-mata karena
7 Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Lagos,
2000), Cet Ke-1, hal. 127
24
strategi yang dimiliki, namun hal tersebut dikarenakan kemampuan dalam
menerapkan strategi yang efektif.
b. Tahapan-Tahapan Startegi
Joel Ross dan Michael mengungkapkan, bahwa sebuah organisasi
tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa ada kemudinya, bergerak
berputus pada lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara
tanpa adanya tujuan tertentu.8
Adapun tahapan-tahapan strategi terdiri dari tiga tahapan:
1) Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancama eksternal,
menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif
memilih strategi untuk dilaksanakan.9 Dalam perumusan strategi juga
ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari
atau melakukan suatu keputusan dalam satu proses kegiatan. Teknik
perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka
kerja berikut ini :
a) Tahap Input (masukan)
Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi
sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan
strategi.
8 Fred R David, Manajemen Startegi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), hal. 3
9 Ibid, hal. 15.
25
b) Tahap Pencocokan
Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan
srategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor
eksternal dan internal.10
c) Tahap Keputusan
Menggunakan semacam teknik, diperoleh dari input sasaran dalam
mengevaluasi strategi alternatif yang telah diidentifikasikan dalam
tahap kedua.11
Perumusan strategi haruslah selalu melihat ke arah
depan dengan tujuan, artinya perencanaan amatlah penting dan
mempunyai andil yang besar.
2) Tahap Pengimplementasian Strategi
Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif,
mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memanfaatkan sistem informasi yang masuk.12
Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam
strategi kerena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah startegi
yang dirumuskan menjadi sebuah tindakan. Menetapkan tujuan,
melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan
budaya yang mendukung startegi merupakan usaha yang dilakukan dalam
mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses memerlukan
dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras.
10
Ibid, hal. 183. 11
Ibid, hal. 198 12
Ibid. hal. 5
26
Implementasi strategi merupakan proses pelaksanaan strategi.
Yang mana dalam pelaksanaannya perlu konsistensi yang tinggi dari
masing-masing anggota yang terlibat didalamnya. Komitmen serta
kerjasama dari seluruh unit diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
3) Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam strategi adalah evaluasi. Tiga macam aktivitas
mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah :13
a) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi. Adanya perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang
dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi suatu hambatan dalam
mencapai tujuan begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya
strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang buruk
dapat berakibat pula bagi hasil yang akan dicapai.
b) Mengukur Prestasi (Membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan).
Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi
individual dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian
sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk evaluasi strategi haruslah
dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil
lebih penting dari pada kriteria yeng mengungkapkan apa yang telah
terjadi.
13
Ibid, hal. 104
27
c) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana.
Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa
strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi harus
dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil
tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang
direncanakan, maka disitulah tindakan korektif diperlukan.
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan
merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Evaluasi strategi mungkin
berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlau banyak penekanan
pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang dicapai, evaluasi
strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah
dicapai.
Evaluasi perlu untuk semua organisasi dari semua kegiatan dengan
mempertanyakan pertanyaan dan asumsi manejerial, harus memicu tinjauan
dari nilai-nilai yang merangsang sebuah kreativitas. Evaluasi menjadi tolak
ukur dari keberhasilan strategi yang akan diterapkan kembali dimasa
mendatang oleh suatu organisasi. Manfaat evaluasi pada proses tahapan
strategi yang ketiga ini adalah untuk:
a. Meninjau faktor eksternal dan internal
b. Mengukur prestasi yang dicapai dengan cara membandingkan antara hasil
yang ingin dicapai dengan kenyataan yang ada.
c. Mengambil tindakan korektif bagi suatu organisasi.14
14
S.P Siagian. Manajemen Modern. (Jakarta. Masagung. 1994) cet ke-2, hal. 21
28
2. Pengertian Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab
da`wah, merupakan bentuk kata masdar dari kata kerja da`a, yad`u,
da`watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.15
Maka dakwah
dari sudut bahasa berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan.
Sedangkan secara istilah dakwah dapat didefinisikan sebagai setiap
kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk
beriman dan taat kepada Alllah SWT sesuai dengan garis aqidah, yaitu
syaariat dan akhlak Islamiyah.16
Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan
baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang
lain baik secara individual maupun secara kelompok terhadap ajaran
agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya
unsur-unsur paksaan. Dengan demikian eksistensi dakwah adalah terletak
pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap
orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi
untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru
dakwah atau lembaga dakwah.
Dalam pesan dakwah merupakan ciri khas kejiwaan, maka kegiatan
dakwah yang didasarkan atas pandangan psikologi mengandung sifat
15
Muhammad Yunus. Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Al-
Quran, 1973) hal. 126 16
Muhammad Sayyid Alwakil. Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemah Nabhani
Idris, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), hal 1
29
persuasif (memberikan keyakinan), motivasi (merangsang), konsultatif
(memberikan nasihat), serta edukatif (mendidik atau membina). Sifat-sifat
demikian merupakan intinya dakwah yang dikembangkan dalam sistem
dan metologi dakwah.17
Menurut Dr. M. Quraish Shihab Bahwa dakwah adalah sebagai
seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang
lebih baik atau sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.18
Menurut Wardi Bachtiar dakwah dapat dilakukan dalam 3
kategori yaitu :
1) Dakwah bi al-lisan
Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan, dapat berupa ceramah symposium, diskusi, khutbah,
sarasehan dan lain sebagainya.
2) Dakwah dengan tulisan
Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan
dakwah melaului tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar,
spanduk, pamflet, lukisan-lukisan, buletin dakwah dan lain sebaginya.
3) Dakwah bi al-hal
Dakwah bi al-hal adalah dakwah melalui perbuatan nyata seperti
perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara
lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja
keras serta menolong sesama manusia. Dakwah ini dapat berupa
pendirian rumah sakit, pendirian panti dan memelihara anak yatim
17
M. Arifin, M.Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000), Cet Ke- 5, hal. 6 18
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, (Badung: Raizan, 1995), Cet. Ke 2 hal. 31
30
piatu, pendirian lembaga pendidikan, pendirian pusat pencarian nafkah
seperti pabrik, pusat perbelanjaan, kesenian dan lainnya.19
Menurut Sayyid Quthub dakwah merupakan salah satu kewajiban
bagi orang Islam, dakwah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kaum
muslim baik individu maupun kelompok. Tentunya dengan
memperhatikan tugas-tugas dakwah yang demikian berat dan tantangan
yang demikian besar, maka dakwah tidak bisa tidak menghendaki adanya
kelompok orang atau umat (kelompok profesional) yang secara sunggu-
sungguh memikirkan masalah dakwah dan melakukan tugas dakwah
dengan baik dan sempurna.20
Dari pernyataan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa,
dakwah adalah mengadakan suatu perubahan dan pembenahan baik yang
bersifat individu maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah
sendiri dapat disampaikan melalui lisan, tulisan dan juga dengan tinggkah
laku yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam upaya
mempengaruhi orang lain agar timbulnya keinsyafan dalam individu
dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam keseharian.
b. Tujuan Dakwah
Tujuan dilaksankannya dakwah adalah untuk mengajak manusia
kejalan Tuhan yang benar, yaitu Islam. Dakwah adalah usaha atau
kegiatan yang bertujuan, suatu kegiatan tidak akan bermakna jika tanpa
arah tujuan yang jelas. Tujuan dakwah Islam antara lain adalah mengubah
19
Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wahana Ilmu,
1997), hal 34 20
A. Ilyas Ismail M.A. Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran
Dakwah Harakah , (Jakarta: Penerbit Madani, 2006) hal. 20
31
pandangan hidup seseorang. dari perubahan pandangan hidup ini akan
berubah pula pola pikir dan pola sikap.21
Menurut Sayyid Quthub Pada dasarnya tujuan dakwah adalah
untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian rohani bagi umat
manusia baik dalm kehidupan maupun dunia akhirat kelak. Akan tetapi
kebahagian tentu tidak dapat dicapai apabila terjadi berbagai kerusakan di
tengah-tengah masyarakat, baik berupa kedzholiman, kemunkaran, dan
berbagai tindak kejahatan lainnya. Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai
apabila sebagian anggota masyarakat merampas hak-hak anggota
masyarakat lainya dengan menuhankan diri dan memperbudak orang lain.
Maka dari itu tujuan dakwah yang sesungguhnya adalah hal-hal yang
mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia.22
c. Metode Dakwah
Secara bahasa metode berasal dari 2 kata yaitu meta (melalui) dan
hodos (jalan/cara). dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata
Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq.
metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang
mencapai suatu maksud.23
Metode Dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang
da`i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau kumpulan
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.24
21
Rafiudin dan Maman Abdul Jalil. Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2001) Cet Ke-2, hal 32 22
A. Ilyas Ismail M.A. Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran
Dakwah Harakah , (Jakarta: Penerbit Madani, 2006), hal 30 23
M. Munir. Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006), hal. 6 24
Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997) hal. 34
32
Dalam menghadapi bermacam-macam nilai, keagamaan, pilihan
hidup dan sejumlah janji-janji kenikmatan duniawi, dakwah diharapkan
bisa menjadi solusi dengan fungsi mengimbangi dan pemberi arah dalam
kehidupan umat. Dakwah ke depan menempatkan perencanaan dan strategi
yang tepat dengan merujuk kepada metode dakwah Rasulullah SAW. Para
intelektual muslim dapat merumuskan konsep dan metode dakwah untuk
generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah bagi berbagai lapisan
masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong rendah atau
sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi,
sehingga materi dakwah sesuai dengan objeknya.
Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada
umumnya terbagi pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut :
1) Metode dari segi cara, yaitu :
a) Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah
umum, cara ini marak dilakukan oleh masyaraka luas.
b) Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar
dan sejenisnya.
2) Metode dari segi jumlah audiens, yaitu :
a) Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap
perorangan secara langsung (Face to Face atau Privat).
b) Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap
kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya, seperti
kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain.
33
3) Metode dari segi pelaksanaan, yaitu :
a) Cara Langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatap
muka antara komunikator dengan komunikannya.
b) Cara tidak langsung, yaitu dakwah yang dilakukan oleh media
seperti televisi, radio, penerbitan-penerbitan, internet dan lain-lain.
4) Metode dari segi penyampaian isi, yaitu: Cara serentak, cara ini
dilakukan untuk pokok-pokok bahsan yang praktis dan tidak terlalu
banyak kaitannya dengan masalah-masalah lainnya (fokus terhadap
suatu permasalahan ).25
Jadi kesimpulan metode dakwah adalah suatu cara bagaimana
menyampaikan dakwah sehingga pesan dakwah yang disampaikan kepada
mad‟u mudah untuk dicerna, dipahami, dan meyakini.26
Adapun metode dalam melaksanakan dakwah tercantum dalam Al
Qur`an surat An-Nahl ayat 125:
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(QS.
an-Nahl : 125)
25
Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usha
Nasional, 1994) Cet Ke-1 Hal 80-87 26
Imam Zaidillah Al-wisral, Stategi Dakwah, (Jakarta: Kalam mulia, 2002), Cet ke-1, hal
71
34
d. Materi Dakwah
Materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-
Qur`an dan al-Hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari`ah
dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.27
Al-Qur`an adalah sumber ajaran Islam yaitu wahyu Allah SWT
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu Allah SWT itu
diturunkan dalam bahasa Arab dan secara otentik terhimpun dalam mushaf
al-Qur`an. Sedangkan Hadist atau as-Sunnah ditinjau dari segi bahasa
berarti cara, jalan, kebiasaan, dan tradisi. Kebiasaan dan tradisi mencakup
yang baik dan buruk. Kata as-Sunnah di dalam al-Qur`an diulang 16 kali
pada 11 surat. Makna Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj
Al-Khatib identik dengan Al-Hadist, yaitu berupa ucapan, perbuatan atau
ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sunnah
merupakan salah satu nama dari dalil-dalil hukum. Apabila suatu hukum
ditetapkan bedasarkan hukum tersebut iaalah keterangan dari Nabi
Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan.28
Menurut M. Syafaat Habib materi dakwah adalah seluruh ajaran
agama Islam secara kaffah, tidak dipotong-potong. Ajaran Islam telah
tertuang dalam Al-Qur`an dan as-Sunnah, sedangkan perkembanganya
dikemudian akan mencakup kultur Islam.29
27
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997) hal 34 28
Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono. Etika Membagun Masyarakat Islam
Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet Ke-2, hal 37 29
Syafaat Habib. Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 2000) Cet Ke-1, hal 94
35
e. Media Dakwah
Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa Latin yaitu
Medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya
media mempunyai arti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat
perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.30
Dakwah dapat didefinisikan sebagai penyebarluasan ajaran atau
paham, dan media merupakan alat penyebaran itu. Jadi media dakwah
adalah alat penyebaran ajaran atau paham. Maka, pengemasannya pun
harus benar-benar bisa diterima mad`u yang notabene memiliki banyak
pilihan untuk memilih media mana yang selayaknya dikonsumsi. Dalam
artian, media dakwah harus bisa sedemikian mungkin untuk menarik
simpati pasarnya.
Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang
tak bisa dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media sebagai alat
untuk melakukan aktivitas dakwah. Media dakwah adalah peralatan yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern
umpamanya : televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar.31
Untuk mencapai sasaran dakwah yang tepat dan memperoleh
tujuan yang akan dicapai maka dakwah sudah barang tentu memerlukan
alat dan sarana sebagai agen pelayanan masyarakat yang mencakup
seluruh segi kehidupan manusia atau masyarakat, alat dan sarana tersebut
adalah media dakwah. Media merupakan segala sesuatu yang membantu
30
Amuni Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya Islam: Al-Iklas, 1999) hal
163 31
Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), hal 35
36
juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan
efesien.32
f. Hukum Dakwah
Hukum ada dalam masyarakat sejak manusia itu ada di atas muka
bumi ini. Masyarakat terbentuk apabila ada dua orang atau lebih untuk
hidup bersama. oleh karena itu, hukum ada dan diprlukan keberadaannya
sejak adanya manusia itu sendiri dan paling tidak, sejak adanya dua
manusia untuk hidup bersama. Demikian juga dengan dakwah, dakwah
ada dan diperlukan keberadaannya sejak manusia itu ada. Bahkan ada yang
mengatakan, dakwah itu ada sejak manusia hidup di dalam surga (Nabi
Adam dan Siti Hawa), dan terus berkembang sampai saat dimana manusia
berada di muka bumi. Dengan demikian dakwah itu ada dan dilakukan,
sejak adanya manusia.33
Allah SWT berfirman tentang dakwah dalam Al-Qur`an berbunyi :
Artinya : ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik ”.(QSAl-Imran : 110)
32
Abdul Karim Zaidan. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakrta: Media Dakwah, 1984) Cet
Ke-2, hal. 26 33
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di
Indonesia), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet ke-1, hal 1
37
Dakwah merupakan tugas yang mulia, karena dakwah tidak lain
untuk menujukan manusia kepada kebaikan dan menggiring mereka untuk
bersatu dalam satu kalimat tauhid. mengajak mereka untuk menghadapi
kedzaliman dan kejahilan. tak ada suatu perbuatan yang paling mulia
selain berdakwah. Rasulullah SAW bersabda “balligu anni wallau ayyah”.
Pada dasarnya ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib
hukumnya akan tetapi wajibnya ada yang berpendapat wajib `ain, artinya
seluruh umat Islam dalam kedudukan apapun tanpa kecuali wajib
melaksanakan dakwah, dan ada pula yang berpendapat wajib kifayah,
artinya dakwah itu hanya diwajibkan atas sebagian umat Islam yang
mengerti saja seluk-beluk agama Islam.34
Dari definisi-definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
dakwah adalah merupakan kewajiban bersama yang harus kita kerjakan
dan kita lakukan dengan strategi yang matang. Maka dakwah akan
tersampaikan dengan efektif dan efisien kepada semua golongan
masyarakat sehingga tercapai tujan dakwah itu sendiri.
3. Pengertian Strategi Dakwah
Menurut Asmuni Syukri, strategi dalam dakwah artinya sebagai
metode, siasat, taktik atau maniuvers yang digunakan dan dipakai dalam
aktifitas (kegiatan) dakwah. Strategi dalam usaha dakwah harus
memperhatikan beberapa asas dakwah yaitu:
34
Syamsuri Siddiq. Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung: PT Al Ma`rifat, 1981)
hal. 12
38
a. Asas Fisiologi: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya
dengan tujuan-tujan yang hendak dicapai dalam proses atau aktifitas
dakwah Islam.
b. Asas Keahlian dan Kemampuan Da‟i
c. Asas Sosiologis: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya
dengan situasi dan kondisi lingkungan sasaran dakwah.
d. Asas Psikologis: Asas ini yang hubungannya dengan kejiwaan manusia.
e. Asas Efektifitas dan Efesiensi: Asas ini maksudnya, dalam aktifitas
dakwah harus berusaha menseimbangkan antara biaya, waktu, tenaga,
yang harus dikeluarkan dengan pencapaian hasil, artinya antara ketiga hal
tersebut harus sesuai dengan hasil dakwah yang akan dicapai.35
Memperhatikan pengertian strategi dan dakwah maka pengertian
strategi dakwah adalah tata cara mencapai tujuan dakwah yang telah
disepakati bersama dengan memperhatikan kemampuan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman yang ada baik dari Sumber Daya Manusia (SDM)
dan Sumber Daya Alam (SDA).
Strategi digunakan dalam segala hal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan
tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik
(cara) operasionalnya.
35
Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1983), hal. 35
39
Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari
perencanaan (planning) dan managemen dakwah untuk mencapai suatu tujuan.
Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara teknik (taktik) harus dilakukan, dalam arti
kiat bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung
pada situasi dan kondisi. Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala
sesuatunya harus dipersatukan dengan komponen-komponen yang merupakan
jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu:
1) * Who? (Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya?)
2) * Says What? (Pesan apa yang disampaikan?)
3) * In Which Channel? (Media apa yang digunakan?)
4) * To Whom? (Siapa mad'unya atau pendengarnya?)
5) * With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?)
Pertanyaan "efek apa yang diharapkan" secara emplisit mengandung
pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama. Pertanyaan tersebut,
yakni :
1) > When (Kapan dilaksanakannya?)
2) > How (Bagaimana melaksanakannya?)
3) > Why (Mengapa dilaksanakan demikian?)
Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi dakwah sangat penting,
karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu
kegiatan dakwah bisa berjenis-jenis, yakni :
1) Menyebarkan Informasi
2) Melakukan Persuasi
3) Melaksanakan Instruksi.
40
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Strategi Dakwah
Kesadaran bagi setiap orang baik individu atau kelompok organisasi,
baik organisasi sosial maupun organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak
dicapai akan berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan usaha-
usaha yang mengarahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi.
Suatu strategi harus efektif dan jelas karena akan mengarahkan
organisasi kepada tujuannya, untuk itu suatu strategi harus memperhatikan
faktor-faktor penetapan strategi, diantaranya:
a. Lingkungan
Lingkungan tak pernah berada pada kondisi pada kondisi tetap dan selalu
berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala
sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya
kepada cara pikir tetapi tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan
pandangan hidup.
b. Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan
organisasi yang ada. Lingkungan dalam organisasi yang ada. Lingkungan
dalam organisasi terdiri dari pemimpin, para pengikut pemimpin itu,
atasan, rekan sejawat, organisasi dan tuntunan pekerjaan. Daftar itu
tidaklah inklusif, tetapi berisi beberapa komponen yang saling berinteraksi
yang penting diketahui pemimpin.36
36
Paul Harsey dan Ken Blanchard,Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga,
1982), edisi Ke-4, hal. 149
41
c. Kepemimpinan
S.P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni “Seorang
pemimpin orang tertinggi dalam mengambil keputusan”. Oleh karena itu
setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan
baik eksternal dan internal berbeda.37
B. Budaya Betawi
1. Pengertian Budaya
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah pendukungnya, walaupun secara teoritis dan
untuk kepentingan analitis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan dan
dipelajari secara terpisah. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.38
Kebudayaan secara sederhana banyak yang mengartikan sebuah
seni, akan tetapi kebudayaan bukan sekedar sebuah seni, kebudayaan
melebihi seni itu sendiri karena kebudayaan meliputi sebuah jaringan kerja
dalam kehidupan antar manusia. Kebudayaan merupakan satu unit
interpretasi, ingatan, dan makna yang ada didalam manusia dan bukan
sekedar kata-kata. Budaya meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma,
semua ini merupakan langkah awal dimana kita merasa berbeda dalam
37
S.P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), cet. Ke-2, hal. 9 38
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta, LkiS,
2003), hal.3
42
sebuah wacana. Kebudayaan melibatkan karakteristik suatu kelompok
manusia dan bukan sekedar pada individu.39
Para Antropologi mengatakan bahwa kebudayaan merupakan
kebutuhan kompleks yang didalamnya. Meliputi pengetahuan, seni moral,
hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat dari kebudayaan tertentu.40
2. Fungsi Budaya
Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi
budaya kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan
gejala sosial dari berbagai sumber termasuk definisi diatas dapat dipetik
beberapa fungsi budaya sebagai identitas dan citra suatu masyarakat.
Identitas ini termasuk oleh berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan sisi
geografis, sistem-sistem sosial, politik dan ekonomi, perubahan nilai-nilai
didalam masyarakat .
3. Pelaku Budaya
Dalam masa pembangunan bangsa timbul persoalan tentang tujuan
pendidikan sekolah disamping sebagai latihan untuk suatu jenis
perkerjaan, serta bagaimana menyelenggarakan pendidikan untuk
mencapai itu.
Dalam usaha mencari identitas nasional kaum intelektual perlu
memegang pimpinan dalam aktivitas kultural tidak hanya meneruskan
kebudayaan tradisional, tetapi juga menginterpretasikan sumber-sumber
kultural berdasarkan pandangan dan perspektif baru.41
39
Ibid, hal. 11 40
Idid, hal. 10-11 41
Sartono Kartodirdjo, Kebudayaan Pembangunan Dalam Perspektif Sejarah.
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet Ke-3, hal, 4
43
Pendidikan generasi muda perlu mendorong kreativitas untuk
mengerjakan apa yang telah diwarisi dari masa lampau, mengubah warisan
itu dengan mensistematikan dan merasionalisasikan serta menyesuaikan
kepada tugas-tugas baru yang dapat dipandang sebagai model sesuai
dengan cita-cita kita tentang kebenaran, keindahan dan keutamaan.
Pada persilangan jalan sekarang ini, waktu nilai-nilai tradisional
sering dirasakan menjadi hambatan bagi modernisasi, sangat penting
bahwa kita mampu menyusun model sosial yang mencerminkan tipe ideal
masyarakat Indonesia serta identitas nasionalnya. Apabila pada zaman
kolonial pendidikan terbatas pada golongan kecil, pada zaman
kemerdekaan terbuka kesempatan luas bagi lapisan-lapisan sosial yang
lebih luas untuk mengikuti pendidikan. Dengan perluasan basis sosial
pendidikan itu, maka asimilasi kultural elite terpelajar mengalami
hambatan.
Pelestarian dan pengembangan bagian kultural mempunyai arti
penting dalam pembangunan. Masyarakat Indonesia dalam fase transisinya
membutuhkan lembaga dan organisasi yang dapat menjamin kontinuitas
menyilangi masa historis dan antara generasi sosial.
Setiap orang atau kelompok berbudaya. Budaya setiap orang
berbeda dengan orang lain. Budaya itu tidak dapat didebut baik atau baik.
Kesan buruk-baik timbul tatkala orang seseorang berinteraksi
(berkomunikasi) dengan orang lain dengan menggunakan budayanya
sendiri tanpa memperhatikan dan menyesuaikan dirinya dengan budaya
orang lain itu. Setiap orang terlibat didalam proses perubahan nilai dan
perubahan budaya.
44
Budaya eksis karena ada pelakunya yang disebut pelaku budaya.
Posisi dan peran manusia didalam sejarah kebudayaan, dapat
diidentifikasikan seperti ini:42
a. Sebagai tenaga kerja, sejak zaman perbudakan sampai pada zaman
manusia dipandang sebagai alat objek.
b. Sebagai tenaga pengolah, dengan menggunkan alat sederhana
(pembuat alat sederhana).
c. Sebagai pengguna produk orang lain.
d. Sebagai peniru atau pelaksana cara orang lain.
e. Sebagai penemu objek atau cara baru.
f. Sebagai engineer, designer, atau pembaru (innovator).
g. Sebagai pemikir dan pencipta sesuatu yang belum ada dan menjadi
warisan budaya.
4. Betawi
Sejak zaman Gubernur Ali Sadikin, telah dilakukan penggalian
arkeologi disitus-situs Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah, Jakarta
Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Ditemukan berbagai peralatan
kerja zaman batu. Tapi temuan itu tidak mempunyai arti karena pihak
arkeologi tidak menguraikan komunitas apa yang menggunakan perkakas
tersebut. Seolah-olah perkakas itu hadir begitu saja dan berdiam ribuan
tahun tanpa pernah ada yang menggunakannya.43
Ridwan Saidi, mengatakan itu adalah komunitas Betawi purba,
karena orang Betawi merupakan mukimin awal Nusa Kelapa yang
42
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi.(Jakarta, PT Aneka Cipta, 2003) Cet Ke-2, hal
47 43
Ridwan Saidi. Potret Manusia Betawi, (Jakarta: Perkumpulan Renaissance Indonesia,
2011), hal. 7
45
kemudian dikenal dengan Jakarta. Inilah kelemahan kebanyakan
Arkeologi Nasional mereka bertindak sebatas menggali saja. Memang
tidak mudah menelusuri asal muasal suatu kelompok etnik. Karena
perpindahan manusia berlangsung pada masa ribuan tahun sebelum
masehi. Apakah kelompok etnik yang disebut Melayu Jawa, kemudian
Betawi memang asli, berasal, dan berdiam di areal tanah dengan batas
barat, Kali Cisadane, batas timur, Kali Citarum, dan batas selatan,
Cibinong dan Cileungsi yang disebut kawasan Nusa Kelapa yang sekarang
bernama DKI Jakarta. Hal ini tidak saja menurut Arkeologi tetapi juga
menurut Palaentologi.
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang
menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga
kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata
“Batavia” yaitu nama kuno yang Jakarta yang diberikan Belanda pada
waktu penjajahannya.
Pada dasarnya masyarakat Betawi adalah masyarakat terbuka.
Terutama setelah kedatangan Islam, perkawinan tidak bersifat endogam,
yang pentig sama-sama beragama Islam. Tidak ada larangan pernikahan
dengan suku budaya lain, bahkan oleh bangsa lainnya tetapi yang paling
terpenting ada kesamaan agama yaitu Islam. Di masa lalu banyak terjadi
perkawinan perempuan Betawi dengan Bangsa-bangsa Eropa setelah yang
bersangkutan menyatakan dirinya masuk ke dalam agama Islam.44
44
Ibid, hal. 16
46
Inilah yang menjadi awal sangat eratnya budaya Betawi dengan
Nilai-nilai dakwah Islamiyah yang menjadi pedoman hidup masyarakat
Betawi pada zaman dahulu dan sampai sekarang.
C. Pembinaan Rohani Islam
1. Pengertian Pembinaan Rohani Islam
a. Pengertian pembinaan
Kata pembinaan berasal dari akar kata bahasa arab yaitu , yang
artinya: membangun, mendirikan, membina.45
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan
mengundang arti: 1. Proses, cara, perbuatan, membina 2.
Pembaharuan, penyempurnaan 3. Usaha, tindakan dan kegiatan yan
dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.46
Pembinaan menurut istilah adalah suatu kegiatan untuk
mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu yang telah ada
sebelumnya.47
Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau
pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya
kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai
kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua
45
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Alqur‟an, 1973),
hal. 73 46
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), hal. 152 47
Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), hal.
17
47
unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa
tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan pembinaan itu
bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu.48
Berdasarkan referensi yang tertera diatas, penulisan mengambil
kesimpulan bahwa pengertian pembinaan adalah suatu upaya
pengelolaan atau penanganan berupa melatih membiasakan,
memelihara, menjaga, mengarahkan serta mengembangkan
kemampuan seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik secara
efektif dan efisien.
Arti kata pembinaan dari segi terminologis yaitu suatu upaya,
usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan,
mengarahkan, dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai
tujuan agar sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga pribadi maupun kehidupan sosial masyarakat.49
b. Pengertian Rohani
Rohani berasal dari kata ”roh”, yang artinya menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:50
1) Sesuatu atau unsur yang ada dalam jasad dan diciptakan Tuhan
sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan); nyawa: jika sudah
terpisah dari badan, berakhirlah kehidupan seseorang.
2) Makhluk hidup yang berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan
(malaikat, jin, setan dsb).
48
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002) Cet Ke-3, hal. 7 49
Proyek Penerangan Bimbingan/Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada
Darmawanita, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984), hal. 8 50
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, op.cit., hal. 960
48
3) Semangat; spirit: Kedamaian bagi seluruh warga sesuai dengan
Islam.
Sedangkan pengertian lainnya, “Rohani adalah kondisi
kejiwaan seseorang, dimana terbentuk dalam hubungan manusia
dengan Tuhan dalam budi perkerti seseorang serta melalui hubungan
manusia denga sesama manusia sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya”.51
Mengenai pengertian „roh‟ ini, Imam Ghozali berpendapat
bahwa roh mempunyai dua pengertian, yaitu:52
1) Jasmaniah adalah zat halus yang berpusat diruangan hati dan
menjalar keseluruh ruangan urat nadi (pembuluh darah)
selanjutnya tersebar kedalam seluruh tubuh, karenanya manusia
dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan
serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup.
2) Rohaniah adalah bagian dari yang ghaib, dengan ini manusia dapat
mengena dirinya sendiri dan Tuhannya seerta menyadari
keberadaan orang lain (berkepribadian, berketuhanan, dan
berprikemanusiaan) juga bertanggung jawab atas tingkah lakunya.
c. Islam
Kata Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-Islam yang
mempunyai beberapa arti diantaranya, yaitu:53
51
Peter Salim dan Yeni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English, 1991), hal. 199 52
Kafrawi Ridwan dan Quraish Shihab, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997), Cet. Ke-4, Jilid 2, hal. 246 53
Ibid, hal. 246
49
1) Melepaskan diri dari segala penyakit lahir dan batin.
2) Kedamaian dan keamanan.
3) Ketahanan dan Kepatuhan.
Makna asal Islam adalah menerima segala perintah dan
larangan Allah SWT yang terdapat dalam wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Barang siapa yang menghadapkan
wajah dan hatinya dalam permasalahan hidup mereka kepada Allah
SWT, maka ia adalah seorang muslim. Penerimaan dan penyerahan
diri secara penuh terhadap hukum-hukum-Nya adalah merupakan
syarat untuk menjadi muslim yang utuh.
Menurut M. Arifin pembinaan rohani Islam dapat diartikan
sebagai berikut:
“Segala usaha, tindakan yang dilakukan untuk pembinaan
kondisi jiwa seseorang untuk memperbaiki, membentuk, memelihara
lingkungan berserta isinya sesuai dengan syariat dan ajaran-ajaran
agama Islam, mempertinggi moral; budi pekerti luhur serta
mengingkatkan kondisi atau keadaan rohaninya sehingga dapat
berinteraksi dengan Tuhannya.”54
2. Tujuan Pembinaan Rohani Islam
Dalam melaksanakan pembinaan rohani Islam, pastinya memiliki
tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:55
54
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Golden Terayun Press, 1998), cet. Ke-6 55
Abu Bakar Ahmad, Kepada Pendidik Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991) hal.
10
50
a. Menumbuhkan pemahaman dan kesadaran; bahwa setiap manusia pada
dasarnya adalah hamba Allah SWT (Abdullah) dan Khalifatullah
(wakil Allah SWT). Menumbuhkembangkan bahwa manusia pada
hakikatnya adalah hamba Allah SWT, mengajarkan bahwa tidak ada
suatu pun yang pantas dipuji kecuali Allah SWT. Semua perbuatan
yang dilakukan di dunia ini, akan dimintai pertanggungjawabannya
nanti di akhirat. Pemahaman tentang manusia sebagai hamba Allah
diwujudkan melalui penghambaan diri berupa perbuatan amal
kebajikan, mengemban amanat Allah SWT, melaksanakan ajaran-Nya
dalam melayani sesama manusia.
b. Meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan seseorang serta
meningkatkan pengetahuan ajaran agama Islam, seperti: pendidikan
ajaran agama Islam dan sebagainya,
c. Menanamkan makna dan konsep amal shaleh. Amal shaleh mencakup
berupa kebutuhan niat dalam hati, prosedur dan metode kerja yang
profesional, tujuan yang jelas dan terarah serta mempunyai nilai guna.
Dengan kata lain; pembinaan rohani Islam bertujuan untuk
menimbulkan pandangan positif dan sikap optimistik dalam menjalani
kehidupan.
d. Menemukan dan menumbuhkan; bahwa makna kerja sebagai ibadah,
suratan jalan hidup sekaligus perwujudan ibadah sosial.
Tujuan pembinaan ini sangat diperlukan, agar pembinaan yang
dilakukan mempunyai tujuan yang jelas dan tepat sasaran, sehingga
seseorang yang melakukan kejahatan dapat kembali kepada jalan yang
benar.
51
Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang
secara berlanjut dan penuh daya kemapuan. Dengan kemampuan itu dapat
menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidupnya seoptimal
mungkin, yang berarti pula, ia memiliki kesempatan yang luas untuk
memfungsikan dirinya sebaik mungkin untuk beribadah dan beramal
shaleh, sehingga menjadi rahmat bagi masyarakat.
3. Bentuk Pembinaan Rohani Islam
Selama ini, pembinaan hanya dilakukan ketika seseorang atau
sekelompok orang melakukan sebuah kesalahan maka akan ada sebuah
pembinaan agar tidak melakukan kesalahan selanjutnya, dan hanya
dilakukan sementara tidak bertahap dan berkelanjutan.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan :
a. Pendekatan Pengalaman. Pendekatan pengalaman yaitu pemberian
pengalaman keagamaan dalam rangka penanaman nilai-nilai
keagamaan. Dengan pendekatan ini diberikan kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara individual maupun
secara kelompok. Syaiful Bahri Djamrah et.al., menyatakan bahwa
pengalaman yang dilalui seseorang adalah guru yang terbaik.
Pengalaman merupakan pendidik tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh
siapapun juga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik dari sekedar
bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali.56
56
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineke Cipta, 1997), hal. 70
52
b. Pendekatan Emosional. Pendekatan emosional ialah suatu usaha untuk
menggugah perasaan dan emosi dalam meyakini ajaran Islam serta
dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.57
Emosi
adalah gejala kejiwaan yang ada didalam diri seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai
perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmania
maupun perasaan rohania. Di dalam perasaan rohania tercakup
perasaan intelektual, perasaan estetis dan perasaan etis, perasaan sosial
dan perasaan harga diri.
Emosi berperan dalam pembentukan kepribadiaan seseorang. Untuk
itu, pendekatan emosional perlu dijadikan salah satu pendekatan dalam
pembinaan rohani Islam.
57
Ibid, hal. 73
53
BAB III
GAMBARAN UMUM SANGGAR BUDAYA BETAWI SI
PITUNG RAWA BELONG
A. Sejarah Berdirinya Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong
Sanggar adalah sebuah lembaga atau perkumpulan yang didalam
berisikan kumpulan orang-orang yang menekuni dibidang seni dan budaya.
Begitu juga nama Si Pitung, yang merupakan nama seorang legenda dari
Betawi pada zaman Belanda yang pada saat itu sebagai pahlawan yang
membantu kaum miskin yang tertindas oleh bangsa Belanda di wilayah
Batavia yang sekarang di sebutnya sebagai wilayah DKI Jakarta yang menjadi
Ibukota bangsa Indonesia yang kini sudah menjadi tujuan orang-orang desa
untuk datang ke Jakarta tempat menukar nasib. Masyarakat Jakarta
mengetahui bahwa Si Pitung adalah putra Betawi yang lahir di Rawa Belong
sampai wafatnya beliau yang merupakan sebuah legenda yang hingga
keberadaannya kini sudah melekat namanya di masyarakat luas, khususnya di
daerah Rawa Belong itu sendiri dan umumnya di luar wilayah Bawa Belong.
Adapun sejarah berdirinya Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa
Belong adalah tanggal 5 Mei 1996 pertama kali diawali dari berkumpulnya
anak-anak muda diwilayah Rawa Belong yang sedang belajar ilmu beladiri
yang bernama TUMBAL SI PITUNG. yang diwariskan oleh Pitung yang
bernama Silat Cingkrik dari rawa belong itu sendiri tepatnya di Jalan Yusuf Rt
004/011 No. 8. Kel. Sukabumi Utara, Kec. Kebon Jeruk 11540 Jakarta Barat.
Silaturrahim itu terjadi pada tanggal 5 Mei 1996. Dari silaturrahmi dan
semangat untuk melestarikan kebudayaan silat cingkrik tersebut maka
54
muncullah usulan dari salah satu pemuda tersebut yang bernama Bang
Bachtiar agar dibentuknya Sanggar Kesenian Budaya Betawi sebagai wadah
anak-anak Betawi untuk belajar silat Cingkrik dari Rawa Belong. Maka
dengan kesepakan dari para anggota yang lain maka Bang Bachtiar terpilih
menjadi ketua sanggar yang diamanatkan sebagai penerus kesenian dan
kebudayaan Betawi di daerah Rawa Belong. Dan kediaman Bang Bachtiar
dijadikan tempat seketariat Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong,
ternyata sanggar ini berjalan dengan apa yang sudah direncanakan. Hal ini
dikarenakan semangat dari anak muda dan dukungan dari para masyarakat
sekitar yang besar terhadap kecintaan budaya Betawi. 1
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong ini berada di bawah
naungan Bang Bachtiar, karena hampir semua kegiatan yang ada didalam
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong dikendalikan dan diatur oleh
Bang Bachtiar, bahkan guru-guru yang mengajar disanggar diberikan uang
jasa dari Bang Bachtiar, namun seiring dengan kurun waktu, akhirnya Sanggar
Budaya Betawi Si Pitung mencoba meningkatkan kualitasnya dengan
merumuskan beberapa kegiatan-kegiatan yang sangat menarik dari sanggar-
sanggar lain pada waktu itu. Sehingga keberadaan sanggar ini mendapatkan
respon yang cukup baik oleh masyarakat Rawa Belong khususnya dan dari
luar lingkungan masyarakat Rawa Belong pada umumnya.
Banyak hal yang sudah dilakukan oleh Sanggar Budaya Betawi Si
Pitung Rawa Belong dari mulai kegiatan yang bersifat pelestarian dan
pengembangan Budaya Betawi dan mengajarkan kepada para anggotanya
1 Wawancara pribadi dengan Bang Bachtiar, Pimpinan Sanggar Si Pitung Rawa Belong,
(Rawa Belong: 15 Februari 2011).
55
tentang pentingnya pendidikan agama sehingga perubahan-perubahan dari
para anggota yang negatif berubah menjadi positif. Hal yang istimewa dari
sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong yaitu tidak adanya donatur
atau bantuan dana dari siapun tetapi pengurus mereka percaya dengan niat
yang ikhlas dan bersyukur kepada Allah SWT yang menjadikan sanggar si
Pitung berkembang pesat sampai saat ini.2
Dengan berjalanya waktu nama Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
sejak berdirinya hingga saat sekarang ini akhirnya pun menjadi berkembang
sehingga anggotanya terus menerus berdatangan yang cukup pesat, tetapi
perkembangan jumlah anggota berbeda kenaikannya setiap tahunnya.
Sebagai sample daftar anggota sanggar tahun 2008-2010.
No Tahun
Jumlah Anggota Umur Perkembangan Anggota Masehi Hijriah
1.
2.
3.
2008
2009
2010
1428
1429
1430
30 Orang
60 Orang
80 Orang
7-29
10-20
10-27
50 Orang
70 Orang
100 Orang
TOTAL 220 Orang
Sumber: Hasil wawancara dengan Rudi M. Noor wakil pimpinan Sanggar
Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong tanggal 13 Februari 2011
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dari tahun berdirinya pada tahun
1996 hingga tahun 2010 berjumlah 500 orang.3
Seiring dengan perkembangan jumlah anggota pada Sanggar Budaya
Betawi Si Pitung Rawa Belong dari tahun ketahun, hal ini disebabkan karena
adanya kemampuan dan kewibawaan pimpinan Sanggar Budaya Betawi Si
Pitung terhadap masyarakat dalam meningkatkan kualitasnya dengan program
2 Bachtiar. Pimpinan Sanggar Si Pitung Rawa Belong, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 15
Februari 2011) 3 Rudi M. Noor, Wakil Pimpinan Sanggar Si Pitung Rawa Belong, Wawancara Pribadi,
(Jagakarsa Jakarta Selatan: 13 Februari 2011)
56
yang berupa strategi yang sangat menarik, figur kepemimpinan dalam
memberikan arahan dengan penuh rasa humoris dan kekeluargaan sehingga
para anggota merasa sesama anggota sanggar memiliki rasa kekeluargaan
yang erat dan selalu memberikan contoh yang baik kepada anggota yang lebih
muda dan mengajarkan nilai-nilai Islami dan diiringi dengan rasa saling
menghormati. Metode menjadikan anggota sebagai bagian dari keluarga dan
bukan hanya menasehati tetapi menberikan contoh langsung dengan praktek
kepada anggota.
Maka dengan perkembangan tersebut Alhamdulillah keberadaan
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong dikenal masyarakat luas dan
para pejabat pemerintahan DKI Jakarta.4
B. Visi, Misi dan Tujuan Sanggar Si Pitung Rawa Belong
Sebuah organisasi atau lembaga harus terlebih dahulu menetapkan visi
dan misi organisasi atau lembaga. Visi dan misi organisasi menyajikan
kerangka kerja yang menuntun suatu nilai dan kepercayaan organisasi.
Pernyataan visi dan misi dari suatu organisasi memerankan peranan penting
dalam strategi perkembangan sistem kualitas lembaga.
Visi dan misi memberikan identitas organisasi dan pemahaman
terhadap arah yang dituju.5
Visi
1. Mengenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas.
2. Menjaga budaya Betawi agar tidak punah.
4 Wawancara Pribadi dengan Bang Bachtiar Pimpinan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong, (Jakarta; 15 Februari 2011) 5 Wawancara Pribadi dengan Bang Bachtiar Pimpinan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong, (Jakarta; 15 Februari 2011)
57
Misi
1. Sebagai lembaga pembinaan dan pengembangan seni budaya Betawi.
2. Menjaga dan membina akhlak para pemuda dan generasi Betawi dari
pengaruh budaya Barat.
3. Mendidik dan mengajarkan pentingnya ilmu agama dalam berbudaya.
Tujuan
1. Ikut serta mendidik dalam pelestarian budaya Betawi.
2. Meningkatkan kesadaran para pemuda Betawi dalam beriman kepada
Allah Swt.
3. Untuk mempererat ukhuwah islamiyah antar anggota.
4. Menjaga generasi muda Betawi dari budaya Barat
C. Organisasi Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong
1. Kepengurusan
Untuk menunjang visi, misi, dan tujuannya, Sanggar Budaya Betawi Si
Pitung Rawa Belong menetapkan pengurus organisasi sebagai berikut:6
Susunan Pengurus Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong.
Dewan Pembina:
1. Ustd. Drs. H. Ahmad Ziyad.
2. Bpk. H. Abdurrahman
Dewan Pengurus:
1. Ketua : Bachtiar
2. Wakil Ketua : Rudi M. Noor
3. Sekretaris : Riya
4. Bendahara : Nur
6 Wawancara pribadi dengan Bang Bachtiar Pimpinan Sanggar Si Pitung Rawa Belong
(Jakarta; 15 Februari 2011)
58
Penanggung Jawab Bidang Lat Silat:
1. Ari
2. Bayu
3. Jepri
4. Jeri
5. Tian
6. Toro
7. Agus
Penanggung Jawab Bidang Seni:
1. Abdul Khair
Penanggung Jawab Bidang Rohani Islam:
1. Syarif, S. Ag.
2. Ahmad Rifqi
3. Ustd. Kamal
4. Kiki
5. Abdurrahman
2. Pembagian Tugas Pengurus
Adapun pembagian tugas sesuai dengan hasil rapat antar pengurus
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong, bahwa setiap pengurus
mempunyai tugas dan tanggung jawab. Adapun tugas dan tanggung jawab
masing-masing bagian adalah sebagai berikut:7
1. Dewan Pembina :
a. Memberikan masukan dan binaan terhadap pengurus dan anggota dan
sebagai monitoring kegiatan sanggar.
2. Dewan Pengurus :
a. Ketua Umum
1) Bertanggung jawab terhadap sanggar dalam melaksanakan
program kegiatan.
2) Bertanggung jawab terhadap jalannya sanggar.
7 Wawancara pribadi dengan Bang Bachtiar Pimpinan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong (Jakarta; 15 Februari 2011)
59
3) Mengkoordinasikan job description kepada masing-masing para
penanggung jawab kegiatan.
4) Memberikan keputusan segala sesuatu apa yang terjadi di sanggar.
b. Wakil Ketua
1) Menggantikan ketua umum, apabila ketua umum berhalangan hadir
dalam hal apapun.
2) Membantu ketua umum agar kegiatan sanggar terlaksana dengan
baik.
3) Bertanggung jawab kepada ketua umum.
3. Sekretaris
a. Mencatat surat-surat atau hal yang penting bersama ketua umum.
b. Menggantikan ketua umum dan wakilnya, apabila berhalangan hadir.
c. Menerima tamu.
d. Mencatat semua atau hal-hal yang penting yang berhubungan dengan
sanggar.
e. Bertanggung jawab kepada ketua umum.
4. Bendahara
a. Bersama ketua umum bertanggung jawab atas pengaturan keuangan.
b. Bertanggung jawab atas pemasukan dan pengeluaran dana sanggar.
c. Membuat laporan keuangan.
d. Bertanggung jawab kepada ketua umum tentang hal keuangan sanggar.
Penanggung Jawab Bidang Silat
a. Bertanggung jawab terhadap berjalannya latihan silat.
b. Memberikan pengajaran terhadap para anggota yang lama maupun
yang baru.
60
c. Menghadirkan pelatih yang berpengalam dalam silat Cingkrik.
d. Membuat laporan kegiatan kepada ketua umum.8
Penanggung Jawab Bidang Seni
a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan pelatihan seni.
b. Memberikan pengajaran kepada anggota.
c. Mengatur jadual kegiatan atau acara sanggar dalam hal seni.
d. Bertanggung jawab kepada ketua umum.
Penanggung Jawab Bidang Rohani Islam
a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan keagamaan
b. Mencari informasi seminar-seminar tantang kerohanian
c. Mengadakan pengajian 1 minggu sekali
d. Menghadirkan ustd untuk memberikan bekal agama kepada para
anggota
D. Program-program
Dalam pelaksanaan kegiatanya, Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong rutin mengadakan program-program yang tujuan ialah
membudayakan seni dan nilai-nilai keagamaan. Diantaranya ialah kegiatan
rutin yang dilakukan oleh Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong,
berikut adalah jadwal kegiatan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa
Belong:
8 Wawancara pribadi dengan Bang Bachtiar Pimpinan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong (Jakarta; 15 Februari 2011)
61
1. Program Latihan : Untuk meningkatkan kualitasnya sebagai sarana
pengembangan seni budaya Betawi dan pengabdiannya kepada Allah Swt
sanggar kegiatannya yaitu:
Jadwal kegiatan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong:
Kegiatan Rutin:
a. Malam Rabu : Latihan Silat Cingkrik yang dilatih oleh Baba
Abdurrahman.
b. Malam Kamis : Mengaji yang dipimpin oleh Ustd Ahmad Ziyad,
S.Ag.
c. Malam Jumat : Yasinan yang dipimpin oleh Ustd Syarif, S.Ag.
d. Malam Sabtu : Latihan SilatCingkrik yang dilatih oleh
penanggung jawab bidang Silat dan mengajarkan kepada anak-anak
kecil, serta mempersiapkan diri untuk acara-acara.
e. Sabtu : Acara Palang Pintu
f. Malam Minggu : Latihan Marawis untuk usia 7-15 tahun.
g. Ahad : Latihan Lenong
2. Program Pendidikan Pelatihan Silat Kepada Anak-anak Usia Dini :
Program ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada usia dini, sekaligus
melatih anak-anak agar dapat melestarikan dan memperkenalkan seni
budaya betawi khususnya silat cingkrik agar seni silat cingkrik bisa
berkembang dan tetap ada sampai sepanjang zaman. Jumlah anak-anak
yang mengikuti pelatihan ini berjumlah 50 anak, yang berasal dari wilayah
sanggar dan sekitarnya bahkan keluar wilayah rawa belong. Pelajaran yang
diberikan kepada anak-anak dari para pengajar meliputi:
62
a. Malam Jumat, yaitu materi yang diberikan sebagai bekal ilmu agama
Islam, baca Qur’an dan Iqro dan cerita-cerita para Nabi dan legenda-
legenda Betawi.
b. Malam Sabtu, yaitu jadwal latihan silat dan tidak ada materi formal.
c. Malam Minggu, latihan marawis untuk usia 7 Tahun – 15 Tahun.
d. Sabtu dan minggu, yaitu acara-acara palang pintu pengantin sunat,
atraksi silat, dan lenong.
63
BAB IV
ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN ROHANI ISLAM DI
SANGGAR BUDAYA BETAWI SI PITUNG RAWA BELONG
A. Analisis Strategi Pembinaan Rohani Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong
Setiap organisasi, komunitas, ataupun semacamnya, biasanya dibentuk
atas dasar sebuah tujuan dan cita-cita yang mereka ingin capai. Untuk
mencapai tujan yang mereka harapkan diperlukan perumusan sebuah metode
dan strategi yang strategis agar semua yang mereka lakukan tidak berlawanan
dengan segala macam hukum dan aturan yang sudah ditetapkan. Hal ini
biasanya dilakukan untuk menghindari kontroversi yang berujung pada
konflik, meski konflik tidak bisa dihilangkan dalam dinamika kehidupan yang
selalu dinamis.
Seiring berjalannya waktu, Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa
Belong terus melakukan strategi dalam mengembangkan dan mencapai
tujuannya. Sebagimana ucapa Ali Bin Abi Thalib bahwa “Kebenaran yang
tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebhatilan yang terorganisir dengan
rapi”. Ini membuktikan bahwa dalam rangka menjalankan kegiatan terlebih
kegiatan dakwah maka diperlukan suatu wadah organisasi, karena dalam
organisasi atau lembaga terdapat aktifitas dengan visi dan misi yang sama
yang menuju satu tujuan sehingga dapat berkerja sama menjalankan
kegiatannya.
64
Dalam mewujudkan keberhasilan strategi dakwah Sanggar Budaya
Betawi Si Pitung Rawa Belong melakukan pendekatan dan pembinaan
kelompok didasarkan atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang
melingkupinya yaitu orang-orang atau mad’u yang dituju oleh suatu kegiatan.
Dalam rangka mencapai tujuan dakwah strategi pembinaan rohani
Islam Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong dalam menghadapi para
anggotanya melakukan pendekatan atau khusus metode tersendiri yang telah
dijalankan oleh Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong, yaitu
pendekatan melalui diskusi tentang agama Islam agar anggotanya tidak
terpengaruh terhadap perubahan zaman dan budaya Barat yang negatif dengan
memperkenalkan budaya Betawi yang identik dengan kehidupannya yang
berlandaskan nilai-nilai dakwah Islamiyah.
Dalam proses pembinaan yang dilakukan oleh Sanggar Budaya Betawi
Si Pitung Rawa Belong memiliki beberapa prinsip yang akan membawa
kearah pengembangan dakwah dan anggota Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong, yaitu :
1. Mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan
2. Membuat penjelasan tentang budaya Betawi dan nilai-nilai dakwah
Pendekatan yang dilakukan oleh Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong ini hampir sama dengan sanggar-sanggar Betawi lainnya tapi
ada babarapa hal yang berbeda dari sanggar Betawi lainnya yang berada di
sekitar wilayah Rawa Belong itu sendiri. Semangat yang besar terhadap
pendidikan agama, pengembangan dan melestarikan budaya Betawi. Sanggar
Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong ini tidak untuk masyarakat Rawa
65
Belong dan sekitarnya saja bahkan bukan hanya dari orang-orang suku Betawi
saja bahkan juga dari suku-suku lainpun ikut bergabung dan masyarakat luas
pun dapat bergabung dalam menuntut ilmu.
Secara manusiawi akar masalah akhlak adalah minimnya pendidikan
formal dan agama, sehingga seseorang tidak mampu mengetahui potensi
dirinya, mengembangkannya, dan apalagi memanfaatkannya. Begitu pula,
akibat minimnya pendidikan ia juga tidak mampu mengeksplorasi potensi
lingkungannya, tetumbuhan, hewan, tanah, air, dan kekayaan yang
dikandungnya.
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong merupakan lembaga
yang bergerak dalam bidang pengembangan dan pelestarian budaya Betawi,
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong memiliki program pembinaan
pemuda untuk mengenal budaya Betawi dan melestarikannya serta
memasukkan nilai-nilai dakwah yang telah melekat erat pada budaya Betawi
itu sendiri yang terus diusahakan secara kontinu dan lebih sesuai metodenya
yang para pemuda tersebut agar lebih tepat sasarannya.
Pentingnya strategi dakwah adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan
pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Fokus perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan kepada
strategi dakwah, karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif
banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu sendiri.
Dengan demikian strategi pembinaan dakwah, baik secara makro
maupun secara mikro mempunyai funsi ganda, yaitu :
66
1. Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang bersifat informatif, persuasif
dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil
optimal.
2. Menjembatani "Cultur Gap" akibat kemudahan diperolehnya dan
kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika
dibiarkan akan merusak nilaii-nilai dan norma-norma agama maupun
budaya.1
Strategi dakwah yang dilakukan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong dengan mensosialisasikan kepada masyarakat dengan cara
merekrut para pemudanya, yaitu melalui program kegiatan yang seperti;
Pertama, memberikan pengajaran ilmu beladiri dengan gratis dan program
kegiatan ini dapat mewujudkan mental-mental para pemuda dalam
menghadapi kehidupan dan memberikan semangat kepada para anggotanya
untuk berlatih dan mempunyai kemampuan beladiri, pepatah Betawi pada
zaman dulu, “Anak Betawi setiap hari kegaiatannya adalah kalau dirumah
belajar ngaji, keluar rumah belajar ilmu beladiri”. Hal ini lah yang
menguatkan bahwa orang Betawi harus bisa ilmu agama dan harus bisa
menjaga dirinya sendiri. Kedua, program pengajian, yaitu dengan cara
mewajibkan kepada seluruh anggota sanggar untuk mengaji agar dapat
membedakan mana yang baik menurut agama dan mana yang tidak baik
menurut agama.
Menyadari hal itu Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong
harus merumuskan masalah pokok yang dihadapi tuntutan zaman. Pembinaan
1 Sumber:http://uchinfamiliar.blogspot.com/2009/04/strategi-dakwahulan tahun.. Diakses
pada tanggal berapa 21 februari 2011
67
yang dilakukan oleh Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong harus
meninjau kesenjangan antara sasaran ideal dengan kenyataan yang kongkret
dari tiap-tiap individu pemuda anggota sanggar, serta masyarakat saat ini.
Jenjang masalah inipun tidak sama antara kelompok masyarakat yang satu
dengan kelompok masyarakat yang lainnya. Dan setiap kurun waktu tertentu
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong harus ada kajian ulang setiap
masalah itu seiring dengan pesatnya perubahan masyrakat setiap zaman.
Tahap pembuatan atau perumusan serta pengimplementasian strategi
adalah tahap yang paling urgent yang harus dilalui. Tahap perumusan menjadi
sebuah tantangan bagi setiap organisasi untuk mengetahui posisi dan
menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh dan dijalankan.
B. Langkah-Langkah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Mengimplementasikan Strategi Dakwah
Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam
strategi kerena implementasi berarti memobilisasi strategi yang dirumuskan
untuk menjadi sebuah tindakan.
Tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi,
maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang
jauh dari kenyataan. Implementasi bertumpu pada alokasi dan
pengorganisasian SDM yang ditempatkan melalui penutupan struktur
organisasi, budaya perusahaan atau organisasi.
68
Adapun rumusan strategi yang dilakukan oleh Sanggar Budaya Betawi
Si Pitung adalah melalui pendekatan secara sosiologi yaitu dengan dengan
melihat kebisaan masyarakat wilayah Rawa Belong.
Pada tahap penerapan pengimplementasian strategi yang dilakukan
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong bertumpu pada pembinaan
dab pengorganisasian sumber daya manusia yang ditampakkan melalui
program kegiatan, budaya organisasi, dan kepemimpinan.
1. Struktur Organisasi
Strategi dan struktur organisasi yang digunakan perusahaan atau
lembaga harus sesuai dan cocok. Intinya pemimpin harus melihat secara
cermat serta organisasi yang sedang berjalan dan bertanya apakah
perusahaan memiliki organisasi yang tepat dan mendukung organisasi
tersebut.
Struktur organisasi dalam hal ini lembaga yang bergerak dibidang
dakwah adalah sarana untuk menolong pemimpin (manajer) dakwah dalam
mencapai sasaran dakwah itu dirumuskan dari strategi organisasi. Strategi
dan struktur dalam organisasi dakwah khususnya di sanggar sipitung
difokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut:
a. Perumusan Strategi
b. Kesatuan Orang
c. Pembagian Kerja
d. Pendelegasian Wewenang
e. Kordinasi
f. Pengawasan
g. evaluasi
69
Untuk mendapatkan struktur organisasi yang paling efektif harus
disesuaikan dengan tuntunan strategi organisasi, karena desain struktur
organisasi erat kaitannya dengan kegiatan dan sumber daya organisasi.
Jika organisasi sesuai dengan perubahan yang diusulkan dalam strategi,
maka akan memudahkan pengimplementasian strategi.
Menunjukkan organisasi dalam kondisi sangat kuat namun,
organisasi tidak sejalan dengan formulasi maka strategi yang ditetapkan
akan sulit diimplementasikan sehingga organisasi dalam kondisi yang
sangat lemah.
Tujuan dari dibentuknya pengorganisasian dakwah khusunya di
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong adalah :
a. Membagi-bagi kegiatan menjadi departemen-departemen atau divisi-
divisi dan tugas-tugas yang terperinci dan spesifik.
b. Membagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai dakwah
dan menjadikan nilai dakwah tersebut menjadi standarisasi setiap
semua kegiatan yang ada di Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa
Belong.
c. Mengkordinasikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dakwah .
Dalam hal ini Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong
menetapkan dan menyusun pengurusan untuk berjalan semua program
yang telah direncanakan. Secara sederhana Sanggar Budaya Betawi Si
Pitung Rawa Belong membentuk organisasinya sebagai berikut :
Dewan Pembina :
Dewan pengurus :
1. Ketua :
2. Wakil Ketua :
70
3. Sekretaris :
4. Bendahara :
Penanggung Jawab Bidang Lat Silat :
Penanggung Jawab Bidang Seni :
Penanggung Jawab Bidang Rohani Islam :
Adapun pembagian tugas sesuai dengan hasil rapat antar pengurus
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong, bahwa setiap pengurus
mempunyai tugas dan tanggung jawab. Adapun tugas dan tanggung jawab
masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
a. Dewan Pembina :
Memberikan masukan dan binaan terhadap pengurus dan anggota dan
sebagai monitoring kegiatan sanggar.
b. Dewan Pengurus :
1) Ketua Umum
a) Bertanggung jawab terhadap sanggar dalam melaksanakan
program kegiatan.
b) Bertanggung jawab terhadap jalannya sanggar
c) Mengkoordinasikan job description kepada masing-masing
para penanggung jawab kegiatan.
d) Memutuskan segala sesuatu apa yang terjadi di sanggar
2) Wakil Ketua
a) Menggantikan ketua umum, apabila ketua umum berhalangan
hadir dalam hal apapun.
b) Membantu ketua umum agar kegiatan sanggar terlaksana
dengan baik.
c) Bertanggung jawab kepada ketua umum
71
3) Sekretaris
a) Mencatat surat-surat atau hal yang penting bersama ketua
umum
b) Menggantikan ketua umum dan wakilnya, apabila berhalangan
hadir
c) Menerima tamu
d) Mencatat semua atau hal-hal yang penting yang berhubungan
dengan sanggar.
e) Bertanggung jawab kepada ketua umum.
4) Bendahara
a) Bersama ketua umum bertanggung jawab atas pengaturan
keuangan
b) Bertanggung jawab atas pemasukan dan pengeluaran dana
sanggar.
c) Membuat laporan keuangan.
d) Bertanggung jawab kepada ketua umum tentang hal keuangan
sanggar.
5) Penanggung Jawab Bidang Silat
a) Bertanggung jawab terhadap berjalannya latihan silat
b) Memberikan pengajaran terhadap para anggota yang lama
maupun yang baru
c) Menghadirkan pelatih yang berpengalam dalam silat cingkrik
d) Membuat laporan kegiatan kepada ketua umum
72
6) Penanggung Jawab Bidang Seni
a) Bertanggung jawab terhadap kegiatan pelatihan seni
b) Memberikan pengajaran kepada anggota
c) Mengatur jadual kegiatan atau acara sanggar dalam hal seni
d) Bertanggung jawab kepada ketua umum
7) Penanggung Jawab Bidang Rohani Islam
a) Bertanggung jawab terhadap kegiatan keagamaan
b) Mencari informasi seminar-seminar tantang kerohanian
c) Mengadakan pengajian 1 minggu sekali
d) Menghadirkan ustad untuk memberikan bekal agama kepada
para anggota
2. Penyelenggaraan program kegiatan pembinaan
Program kegiatan adalah bentuk dari proses untuk mencapai
tujuan akhir sebuah organisasi.
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong
mengimplementasi strategi dakwah adalah dengan membuat program
kegiatan yang baik untuk mencapai pelaksanaan yang baik dalam
organisasi, dengan adanya kegiatan pembinaan akan lebih efektif dan
efisien dalam penyelenggaraan kegiatan, dalam hal ini sanggar sipitung
mempunyai beberapa kegiatan, diantaranya:
a. Intensifikasi penyelenggaraan dakwah melalui forum pengajian yang
dilaksanakan setiap malam kamis yang dipimpin langsung oleh Bpk.
Drs. Ahmad Ziyad.
73
b. Ikut serta dalam penyelenggaraan diskusi atau seminar tentang
kebudayaan Betawi yang terdiri dari mahasiswa Betawi dan dan
Sanggar-sanggar yang ada di Jakarta yang diadakan oleh LKB
(Lembaga Kebudayaan Betawi) yang dilaksanakan rutin setiap hari
Jum’at.
c. Pelatihan silat secara rutin satu minggu dua kali pertemuan yang
dipimpin oleh Bpk. H. Abdurrahman.
d. Penyelenggaraan forum silaturrahmi dengan berbagai sanggar-sanggar
budaya Betawi.
e. Pemanfaatan berbagai forum yang ada disemua tingkatan untuk
melakukan upaya pembinaan atau orientasi. Kerjasama Sanggar
Budaya Betawi Si Pitung dengan sekolah-sekolah lain.
f. Pementasan seni Palang Pintu untuk acara upacara pernikahan adat
Betawi serta pementasan Lenong Betawi.
Dalam pelaksanaan kegiatanya, Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong rutin mengadakan program-program yang tujuan ialah
membudayakan seni dan nilai-nilai keagamaan. Diantaranya ialah kegiatan
rutin yang dilakukan oleh Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong,
berikut adalah jadwal kegiatan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa
Belong:
a. Program Latihan : Untuk meningkatkan kualitasnya sebagai sarana
pengembangan seni budaya Betawi dan pengabdiannya kepada Allah
Swt sanggar kegiatannya yaitu:
Kegiatan Rutin:
74
1) Malam Rabu : Latihan Silat Cingkrik yang dilatih oleh Baba
Abdurrahman
2) Malam Kamis : Mengaji yang dipimpin oleh Ustd Drs. Ahmad
Ziyad.
3) Malam Jumat : Yasinan yang dipimpin oleh Ustd Syarif, S.Ag.
4) Malam Sabtu : Latihan Silat Cingkrik yang dilatih oleh
penanggung jawab bidang Silat dan mengajarkan kepada anak-
anak kecil, serta mempersiapkan diri untuk acara-acara.
5) Sabtu : Acara Palang Pintu.
6) Malam Ahad : Latihan Marawis untuk usia 7-15 tahun.
7) Ahad : Acara Palang Pintu dan Latihan Lenong.
b. Program Pendidikan Pelatihan Silat Kepada Anak-anak Usia Dini :
Program ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada usia dini,
sekaligus melatih anak-anak agar dapat melestarikan dan
memperkenalkan seni budaya Betawi khususnya silat Cingkrik agar
seni silat Cingkrik bisa berkembang dan tetap ada sampai sepanjang
zaman. Jumlah anak-anak yang mengikuti pelatihan ini berjumlah 50
anak, yang berasal dari wilayah sanggar dan sekitarnya bahkan keluar
wilayah Rawa Belong. Pelajaran yang diberikan kepada anak-anak dari
para pengajar meliputi:
1) Malam Jumat, yaitu materi yang diberikan sebagai bekal ilmu
agama Islam, baca Qur’an dan Iqro dan cerita-cerita para Nabi dan
legenda-legenda Betawi
2) Malam Ahad, yaitu jadwal latihan Marawis untuk usia 7-15 tahun.
75
3) Malam Sabtu, yaitu jadwal latihan silat dan tidak ada materi formal
4) Sabtu dan minggu, yaitu acara-acara palang pintu pengantin sunat,
atraksi silat.2
5) Budaya organisasi
Setiap perusahaan akan membentuk budaya organisasinya sendiri
yang berbeda dari organisasi lain. Begitu pula budaya merupakan
komponen yang menyebabkan suatu organisasi dapat diimplementasikan
pada organisasi lain dengan kondisi yang relatif sama. Oleh sebab itu,
budaya suatu organisasi harus tercipta sejak berdirinya organisasi seiring
dengan penetapan struktur, misi, tujuan, dan berbagai harapan yang
diinginkan.
Keberadaan budaya organisasi berfungsi untuk menguatkan
kemampuan dan kepercayaan diri dalam berorganisasi. Budaya organisasi
yang dihidupkan oleh Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong
berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah, kebersamaan, silaturrahim yang
selalu dibina dalam kekeluargaan para anggota dan para masyarakat
sekitar, karena Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong adalah
bertujuan untuk mempererat Ukhuwah Islamiyyah antar para anggota dan
masyarakat sekitar. Budaya tersebut diaplikasikan dalam kehidupan
keseharian dalam berbagai aktifitas .
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan yang diterapkan di Sanggar Budaya Betawi Si
Pitung Rawa Belong, dapat kita artikan bahwa orang yang menjabat
2 Profile Company Sanggar Sipitung
76
sebagai pemimpin, dialah yang menguasai Sanggar Budaya Betawi Si
Pitung Rawa Belong itu, walaupun kenyataannya tidak selalu demikian.
Beberapa sifat penting yang diinginkan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung
Rawa Belong.
a. Kepemimpinan Sanggar Budaya Betawi Rawa Belong dalam
memecahkan setiap permasahan yang timbul, yaitu dengan
musyawarah mendengarkan pendapat para anggota, mencari akar
permasalah sebelum memberikan keputusan, dan memberikan solusi
untuk setiap permasalahan yang timbul.
b. Melakukan interaksi dengan para anggotanya, yaitu menjaga
kebersamaan dengan para anggota, selalu melakukan kordinasi,
musyawarah dan menjadikan contoh yang baik kepada para
anggotanya.
C. Evaluasi Strategi Dakwah
Setiap organisasi tentu menginginkan hasil yang baik, sempurna, dan
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh sebuah organisasi. Sanggar Budaya
Betawi Si Pitung Rawa Belong merupakan organisasi yang berorientasi
dakwah, dengan arti memberikan pelayanan dan pembinaan kepada anggota
tentang ajaran-ajaran agama serta memberikan sebuah pengetahuan yang
mendalam kepada anggota, baik itu masalah aqidah, ibadah, maupun hal-hal
yang sudah menjadi kewajiban bagi Umat Islam. Dalam melaksanakan proses-
proses strategi dalam kegiatan dakwah yang dilakukan tentu berbagai kendala
dan hambatan, sehingga apa yang sudah terjadi menjadi tolak ukur tidak
berjalannya secara maksimal.
77
Evaluasi startegi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan
merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan, karena terlalu banyak
penekanan pada evaluasi strategi yang akan merugikan suatu hasil yang
dicapai.
Dalam hal ini Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong
mengadakan sebuah evaluasi tentang strategi dakwah diantaranya:
1. Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM)
Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman)
dan faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi
pembuatan strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa
Belong. Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang harus
dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam
mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal diantaranya strategi
yang tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk berakibat buruk
pula pada hasil yang dicapai.
Disini bisa dilihat, apakah strategi dakwah yang dilakukan
Sanggar Si Pitung Rawa Belong sudah tepat sasaran dan tujuannya.
Diantaranya evaluasi tentang materi dakwah yang akan disampaikan,
prioritas-prioritas mana yang dilakukan terlebih dahulu, tentang
pengaturan kegiatan-kegiatan dakwah yang mempunyai agenda yang
teratur, supaya lebih mempermudah bagi anggota untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan tersebut. Disamping itu juga anggota baru harus
digandeng oleh para anggota yang lama itu sendiri.
78
2. Rapat Evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Tugas yang paling penting bagi pengurus sanggar adalah
bagaimana mengkoordinasikan pelaksanaan dakwah itu, apa yang harus
dikerjakan setelah dakwah itu berjalan. Disinilah pentingnya koordinasi
untuk mengdakan evaluasi, sejauh mana hasil strategi dakwah sanggar
yang telah dicapai. Evaluasi ini penting untuk sesuai dengan perubahan
Sanggar dalam kurun waktu tertentu harus selalu ada peningkatan dalam
menjalankan agama Islam. Sebelum hal itu dilakukan, terlebih dahulu
harus ditetapkan target hasil dari setiap paket dakwah yang kita jalankan
sehingga memudahkan membuat grafik perkembangan dakwah.
3. Memperbaiki Mekanisme Kerja
Dalam mengambil kebijakan untuk mengubah suatu strategi tidak
harus strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru
harus dirumuskan. Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong
melihat yang terdaji pendorong dan hambatan dalam mengimplementasi
strategi dakwah yang sudah ada, setelah itu baru diukur apakah strategi
yang sudah ada sudah mencapai sasaran dan tujuan Sanggar Budaya
Betawi Si Pitung Rawa Belong.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan
tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik
(cara) operasionalnya.
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil analisis
penelitian terhadap strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dalam
pembinaan rohani pemuda di wilayah Rawa Belong Jakarta Barat sebagai
berikut:
1. Mengenai keberhasilan strategi pembinaan pemuda Sanggar Budaya
Betawi Si Pitung yaitu dengan melakukan pendekatan dan pembinaan
kelompok didasarkan atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang
melingkupinya yaitu orang-orang atau mad’u yang dituju oleh suatu
kegiatan.
2. Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dalam mengimplementasikan strategi
dakwah bertumpu pada pembinaan, program-program dan
pengorganisasian sumber daya manusia yang ditampakkan melalui
pembentukan struktur organisasi kepengurusan, program kegiatan, budaya
organisasi, dan kepemimpinan.
80
3. Evaluasi startegi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan
jaminan keberhasilan dimasa depan, karena terlalu banyak penekanan pada
evaluasi strategi yang akan merugikan suatu hasil yang dicapai. Dalam hal
ini Sanggar Budaya Betawi Si Pitung mengadakan sebuah evaluasi tentang
strategi dakwah diantaranya: Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM),
Rapat Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan Memperbaiki Mekanisme Kerja.
B. Saran-Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pengurus Sanggar
Budaya Betawi Si Pitung, ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan
melalui saran-saran yang membangun:
1. Demi mencapai efektifitas dan efisiensi kegiatan yang telah direncanakan
Sanggar Budaya Betawi Si Pitung maka perlu lebih ditingkatkan lagi
manajemen dalam pembinaan pemudanya.
2. Sanggar Budaya Betawi Si Pitung harus terus meningkatkan kegiatan-
kegiatan pembinaan dengan meteode-metode yang lebih baik.
3. Menambah jumlah pengajar/guru-guru profesional agar kegaiatan yang
dilakukan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
4. Keberadaan Sanggar Budaya Betawi Si pitung ditengah-tengah masyarakat
merupakan sebuah bentuk bahwa nilai-nilai keislaman harusun
diutamakan. Dengan kegiatan pembinaan dakwah yang telah dicanangkan
agar terus dijaga dan dibina guna mempererat ukhuwah Islamiyah.
Semoga apa yang telah penulis utarakan dapat dijadikan rujukan dan
literature yang bersifat konstruktif bagi aktualisasi dakwah melalui seni
kebudayaan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abda Muhaemin Slamet, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994)
Ahmad Abu Bakar, Kepada Pendidik Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991)
Ahmad Amrullah, (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta:
Primaduta, 1983),
Alwakil Sayyid.Muhammad Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemah
Nabhani Idris, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002)
Al-wisral Zaidillah,Imam Stategi Dakwah, (Jakarta: Kalam mulia, 2002)
Amirullah dan Budi Cantika Sri, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2000
Arbi, Armawati, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003)
Arifin,M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Golden Terayun Press, 1998)
Arifin,M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000),
Aziz Ali Moh., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004),
Bachtiar.Wardi Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wahana
Ilmu, 1997)
Djamarah Syaiful Bahri dan Zaini Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
PT. Rineke Cipta, 1997)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1997)
Fred R David, Manajemen Startegi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002),
Habib Syafaat. Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 2000) Harsey Paul
danBlanchar Ken d,Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga,
1982)
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di
Indonesia), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Http: //www.google.com/doc/Dakwah dan Budaya Artikel Diakses Pada Tanggal
20 Desember 2010
82
Http://uchinfamiliar.blogspot.com/2009/04/strategi-dakwahulan tahun.. Diakses
pada tanggal berapa 21 februari 2011
Ismail A. Ilyas . Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran
Dakwah Harakah , (Jakarta: Penerbit Madani, 2006)
Kardiman A.M, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.),
Karim Zaidan Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakrta: Media Dakwah, 1984
Kartodirdjo Sartono, Kebudayaan Pembangunan Dalam Perpsfektif Sejarah.
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994
Liliweri,Alo Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta,
LkiS, 2003),
Marbun, B.N.. Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005)
Munir. M Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006),
Munir M dan Ilahi Wahyu, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006)
Ndraha Taliziduhu, Budaya Organisasi.(Jakarta, PT Aneka Cipta, 2003)
Proyek Penerangan Bimbingan/Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada
Darmawanita, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984)
Purnomo Hari Setiawan dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah
Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI,
1999),
Purwanto S.K,Srijanti, Wahyudi Pramono. Etika Membagun Masyarakat Islam
Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)
Rafi’udin, Djaliel Abdul, Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung:
Pustaka Setia, 2001)
Ridwan Kafrawi dan Shihab, Quraish Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997),
Saidi Ridwan. Potret Manusia Betawi, (Jakarta: Perkumpulan Renaissance
Indonesia, 2011),
Salim Peter dan Yeni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English, 1991),
Siagian.S.P Manajemen Modern. (Jakarta. Masagung. 1994)
Siddiq Syamsuri. Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung: PT Al Ma`rifat,
1981)
83
Shihab Quraish M., Membumikan al-Quran, (Badung: Raizan, 1995),
Stainer George dan Minner John, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, t.t.),
Syukri Amuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya Islam: Al-Iklas, 1999)
Syamsudin, Din, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta:
Lagos, 2000)
Thoha,Miftah Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002)
Tubbs L. Stewart dan Moss, Sylvia, Human Communication Konteks-
konteksKomunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
Utsman, Husni dan Akbar. setiadi Purnomo Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
Bumi Aksara. 1998)
Yunus Muhammad. Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Al-
Quran, 1973)
Wahyudi, Sri Agustinus, Manajemen Strategik, Pengantar Proses Berfikir
Strategik, (Jakarta; Bina Rupa Aksara, 1996),