Post on 06-Feb-2021
1
SOLUSI BANJIR JAKARTA
Sejarah Banjir Jakarta
Berdasarkan catatan sejarah, Jakarta telah berkali-kali dilanda banjir. Peristiwa-peristiwa
besar yang perlu diketahui adalah banjir pada 1665, 1670, 1725, 1872, 1892, 1909, 1918,
dan 1932.
Berikut catatan banjir yang pernah terjadi di jakarta dari tahun berdirinya kota Batavia
pada tahun 1619.
Berdasarkan catatan sejarah banjir, ketika Jakarta disebut Batavia, kota ini beberapa kali
banjir, antara lain, pada tahun 1621 sampai 1942 pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, frekuensi banjir datang setiap 20 tahun, Kemudian pada periode terakhir, banjir
terjadi pada tahun 1976, sampai 2015 pada periode ini frekuensi banjir datang setiap 10
tahun, 5 tahun dan terakir sekali setiap 1 tahun.
Dari tahun 1621 sampai tahun 1942 selama 321 tahun terjadi banjir besar 16 kali,dan dari
tahun 1942 sampai tahun 2015 selama 73 tahun terjadi banjir besar 16 kali, dari data data
tersebut frequensi banjir di masa pemerintahan Belanda terjadi 20 tahun sekali dan di masa
Kemerdekaan sampai masa Reformasi frequensi banjir terjadi 5 tahun sekali.
Gambar dibawah ini adalah sejarah perkembangan kota batavia dari Pengelolaan air dan
penanganan bangunannya , pertumbuhan penduduk dan kepadatan kota jakarta,di masa
pemerintahan belanda sampai masa kemerdekaan , frequensi banjir dan sejarah kejadian
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
1621 1876 1942 1999
1654 1892 1976 2002
1670 1895 1977 2005
1699 1899 1979 2007
1714 1904 1984 2012
1725 1909 1994 2013
1854 1918 1996 2014
1872 1932 1997 2015
2
banjir dari data ini menunjukkan semuanya berkembang atau bertambah hanya 2 parameter
yang tetap ( atau tidak berubah ) yang berhubungan dengan banjir yaitu curah hujan baik
bulanan maupun tahunan dan luas daerah aliran sungai (DAS) yang slalu tetap.
Prathiwi W. Putri KU Leuven, Belgium widyatmi.putri@asro.kuleuven.be
Flood-management infrastructures have been lacking behind the growth of the city (Source: Authors based on various sources)
3
Hampir 400 tahun lamanya atau tepatnya 394 tahun sudah terjadi banjir di Jakarta,
mengapa solusi banjir juga belum bisa di selesaikan, padahal curah hujan selama 150 tahun
terakhir relative sama besarnya dan data tersebut akan saya sampaikan dari beberapa
sumber yang sangat dipercaya, saya dapatkan dari internet hasil pengamatan atau
pencatatan para pakar peneliti pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Ciliwung dan sekitarnya.
4
Mencegah banjir, dengan cara simpanlah curah hujan sesuai
firman Allah SWT
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya”
(QS. Al Mukminun ayat 18.).
Firman tersebut dasar utama yang membuat prinsip yang saya yakini akan bermanfaat untuk
indonesia kedepan,dan selama ini ada yang salah dalam mengelola hujan di indonesia
sehingga terjadi dengan istilah, musim hujan banjir, musim kemarau kekeringan ini karena
ada kekeliruan dalam mengelola hujan tersebut alasan saya berdasarkan firman Allah
sebagai berikut :
“Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila
hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka
menjadi gembira” (Al Qur”an, surat 30; ayat 48)
5
Hujan merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT bagi semua makhluk di alam semesta
ini. Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup.
Berkat kekuasaan Allah , setiap saat air asin yang 97 % dari jumlah air di Bumi berpindah
dari lautan menuju atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan. Kehidupan pun bergantung
pada Hydrology cycle ini.
6
Manfaat air hujan sesuai Surat (16) AN-NAHL (Lebah) Ayat 10 dan 11 )
Allah SWT berfirman, ”Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang
pada (tempat tumbuhnya) kamu mengembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi
kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam
buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memikirkan.”jadi sudah jelas bahwa manfaatnya hujan antara lain
untuk minuman dan pertanian, dan lain sbagainya seperti firman Allah dalam ( Al Qur”an
surat 50,ayat 9 “ Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya
Untuk itulah Alquran mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang
diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Dalam Alquran surat Al Waaqi’ah ayat 68-70 Allah
berfirman,”Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang
menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya Kalau Kami kehendaki,
niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.”
Saya akan buktikan bahwa konsep saya secara ilmiah dan data data yang falit, dalam
mengatasi banjir jakarta harus Penyebabnya yang di perbaiki atau yang ditangani untuk
solusinya karena Banjir itu adalah Akibat.
SOLUSI BANJIR JAKARTA
Mengatasinya harus dengan Hukum Sebab – Akibat
7
Banjir di jakarta adalah meningkatnya debit sungai yang melintasi wilayah Jakarta , dan
daya tampung atau kapasitas sungai sudah tidak mampu untuk mengalirkan peningkatan
debit tersebut, ini terjadi dari tahun 1970 sampai sekarang pada 13 sungai yang ada di
Jakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya, sebagai contoh saya perlihatkan gambar
grafik untuk sungai Ciliwung dibawah ini
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Q.S. Al Zalzalah : 7
Hukum Sebab-Akibat Non Phisik
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula. Q.S. Al Zalzalah : 8
8
Jadi banjir adalah terjadinya peningkatan debit disungai, maka untuk mengatasi banjir
tersebut harus mengurangi debit disungai.
Mengapa ada peningkatan debit di sungai, padahal curah hujan bulanan relative sama
besarnya, seperti data dibawah ini hasil monitoring oleh BMKG di 85 Stasiun dari 12
Provinsi di Indonesia
Informasi Perubahan Normal Curah Hujan
Terjadinya fenomena perubahan iklim di Indonesia dapat diamati dari terjadinya perubahan
rata-rata curah hujan jangka panjang di wilayah tersebut. Dalam rangka menyediakan
informasi yang memuat identifikasi wilayah yang mengalami perubahan rata-rata curah
hujan jangka panjang di Indonesia, maka Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG
mengeluarkan Informasi Perubahan Normal Curah Hujan dalam bentuk atlas.
Perubahan normal curah hujan memuat informasi perubahan normal curah hujan 30
tahunan di wilayah Indonesia. Data yang digunakan adalah data rata-rata bulanan curah
hujan selama periode tahun 1971 – 2010 yang dikumpulkan dari titik – titik pengamatan
yang tersebar di seluruh Indonesia. Perubahan normal curah hujan dihitung berdasarkan
selisih antara rata-rata bulanan curah hujan periode tahun 1981 – 2010 dengan rata-rata
bulanan curah hujan periode tahun 1971 – 2000. Ada 85 titik pengamatan ( Sts. Hujan ) di 12 Provinsi ( saya ambil contoh di 6 stasiun dari 85 stasiun ) dan sumber lainnya.
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g1.jpg
9
Jawa Barat
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Informasi_Perubahan_Iklim/Informas
i_Perubahan_Normal_Curah_Hujan.bmkg#ixzz3PXnKiwYa
DKI
Curah Hujan Bulanan Jakarta tahun 1866-2003 (sumber: BMG)
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Informasi_Perubahan_Iklim/Informasi_Perubahan_Normal_Curah_Hujan.bmkg#ixzz3PXnKiwYahttp://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Informasi_Perubahan_Iklim/Informasi_Perubahan_Normal_Curah_Hujan.bmkg#ixzz3PXnKiwYa
10
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/03g21.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/03g21.jpg
11
12
Gambar 2 Curah Hujan Rata-Rata Tahun 1983-2012 pada Stasiun Katulampa
13
14
Setelah melihat data data curah hujan diatas, berarti ada yang salah dalam mengelola hujan
di Indonesia, karena ternyata bukan hujan penyebab utama adanya peningkatan debit di
sungai.
Mari kita mencari penyebab dari terjadinya peningkatan debit di sungai yang kita sebut
sebagai Banjir karena meluapnya air disungai sungai tersebut.
Debit yang membuat Banjir, sedangkan adanya debit adalah karena turunnya hujan, padahal
curah hujan relative sama besarnya setiap bulannya.
Mari kita menghitung bagaimana proses terjadinya debit disungai, sesuai teori dari Ilmu
Hidrologi.
Untuk Menghitung Debit Sungai,dengan Metode Rasional adalah :
Q = 0.278 C. I. A
Dimana :
C = COEF. RUNOFF ( INI PARAMETER YANG BERUBAH )
I = INTENSITAS HUJAN ( CURAH HUJAN BULANAN TETAP )
A = LUAS DAS ( TETAP )
Map of upper Ciliwung watershed
15
Dari data di atas curah hujan relative sama selama 150 th.
Luas DAS ( Daerah Aliran Sungai ) ini juga tetap luasnya.
Dari tiga parameter dalam rumus debit tersebut, kalau ada peningkatan Debit di sungai
berarti yang berubah parameter C, inilah penyebab banjir yang sesungguhnya karena
parameter ( I) dan ( A) tetap, jadi solusinya Adalah memperbaiki koefisien runoff ( atau
aliran permukaan).
Peta dibawah ini membuktikan adanya perubahan nilai C yaitu dengan kerusakan atau
terjadi perubahan tutupan lahan ( luas resapan air berkurang ) di DAS. Seperti bukti di
bawah ini :
16
hasil penelitian untuk membuktikan adanya perubahan koefisien runoff saya sampaikan
dibawah ini :
Pemisahan aliran dasar dengan menggunakan metode Fixed Based Length
menghasilkan persamaan regresi seperti yang ditampilkan pada gambar 7 dan 8 untuk debit
yang diamati pada tanggal 16 Januari dan 4 Maret 2013. Persamaan yang diperoleh pada
tanggal 16 Januari 2013 adalah y1 = - 2.125x + 30.75 dan y
2= 1.825x – 24.55 . Sementara
persamaan yang diperoleh pada tanggal 4 Maret 2013 adalah y1 = - 0.275x + 7.35 dan y
2 =
1.125x – 17.85 . Persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan besaran aliran
dasar atau baseflow.
Nilai aliran dasar pada tanggal 16 Januari 2013 adalah 167.6 m3
/liter dan nilai
aliran permukaan langsungnya adalah 178.3 m3
/liter, sementara untuk pengamatan pada
tanggal 4 Maret 2013, nilai aliran dasar adalah 113.3 m3
/liter dan nilai aliran permukaan
langsungnya adalah 206.9 m3
/liter. Bila dibandingkan dari debit yang masuk, maka nilai
DRO pada tanggal 16 Januari 2013 sebesar 0.52 dan pada tanggal 4 Maret 2013 sebesar
0.65 . Nilai tersebut juga berarti bahwa dari curah hujan yang masuk ke dalam DAS
Ciliwung Hulu dan menjadi debit aliran sungai akan dilimpaskan sebesar 52% pada
tanggal 16 Januari 2013 dan 65% pada tanggal 4 Maret 2013.
Sumber : Makalah Seminar hasil Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB.
17
Indikator adanya perubahan nilai C akan terlihat pada peningkatan debit dimusim hujan
dan penurunan debit di musim kemarau, seperti bukti dalam grafik dibawah ini :
Kesimpulan :
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g1.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g2.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g1.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g2.jpg
18
Penyebab Banjir adalah adanya perubahan tutupan lahan atau berkurangnya luas
resapan air di daerah aliran sungai, akibatnya terjadi peningkatan runoff atau aliran
permukaan yang mengalir kesungai maka terjadilah Banjir.
Jadi SOLUSI yang benar adalah melakukan perbaikan DAS agar bisa menyerap curah
hujan untuk dimanfaatkan di musim Kemarau.
Prinsipnya air hujan harus dikelola , karena hujan itu Rahmat dari Allah SWT dan semua
mahkluk membutuhkan air hujan ( air tawar ).
Menyelesaikan masalah banjir harus menyimpan air hujan sebanyak banyaknya di bumi
sesuai yang di firmankan oleh Allah SWT QS. [ 23 ] : 18
Untuk menyimpan curah hujan di bumi banyak metode yang bisa dilakukan antara lain :
1. Pembuatan sumur resapan di DAS,( 500 000 titik sumur resapan di DAS ciliwung). 2. Biopori di DAS 3. Pembuatan Waduk di DAS 4. Pembuatan tandon air seperti situ-situ 5. Reboisasi hutan di DAS . 6. Teknik Pemanenan Air Hujan (RAIN WATER HARVESTING)dan lain sebagainya.
Metode diatas baik pelaksanaannya maupun manfaatnya memakan waktu cukup lama
dan banyak kendala dilapangan untuk penanggulangan Banjir di Jakarta.
Seperti :
1. Pembuatan sumur resapan, cara ini akan efektive jika dilakukan di setiap rumah karena air hujan tertangkap langsung tetapi pelaksanaannya terkendala
dilapangan,system anggaran tidak memungkinkan untuk membuat konstruksi di
aset pribadi. Kalau dilakukan dilapangan kurang efektive.
2. Biopori ini terlalu banyak jumlahnya, dan kurang efektive dari segi penangkapan hujannya.
19
3. Pembuatan waduk terkendala lahan jika dibuat pada masa sekarang dan hasilnya tidak signifikan, seperti waduk ciawi , Pengaruhnya terhadap banjir Jakarta
hanya 8%," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto (Djokir) di kantornya,
Jakarta, Rabu (22/1/2014)
4. Pembuatan tandon air seperti situ situ inipun terkendala dengan penyiapan lahan dan volume tampungannya juga tidak signifikan untuk mengurangi banjir Jakarta.
5. Reboisasi hutan memerlukan waktu cukup lama, ini dilakukan untuk jangka panjang dalam rangka untuk memperbaiki daerah resapan di DAS.
6. Pemanenan Air hujan juga terkendala karena ini perlu partisipasi Masyarakat,swasta dan kebijakan Pemerintah yang didukung oleh seluruh rakyat
Indonesia.
Kami ada metode yang sangat cepat dan manfaatnyapun cukup banyak dan metode
ini juga menyimpan curah hujan di bumi untuk dimanfaatkan, mudah
pemeliharaannya dan umur konstruksinya cukup lama relative seterusnya, yaitu
dengan membuat saluran tertutup dengan memakai bahan pipa galvanes dengan
diameter 10 m yang ditanam sepanjang sungai ciliwung antara Bendung Cilodong
sampai Muara Baru dengan panjang kurang lebih 51 km dan dengan perbedaan beda
tinggi 130 m dengan kedalaman kurang lebih 5 m dibawah dasar sungai.
Metode ini konsep teman saya yaitu Bapak Sudirman Indra.( Bapak Ancin )
Teknik tersebut juga sebagai Waduk didalam tanah , air hujan disimpan didalam
Pipa dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus untuk berbagai keperluan dan
jika debit banjir baru di buang kelaut seperlunya untuk mengurangi luapan di sungai.
Adapun manfaat atau keuntungan dari metode ini antara lain :
1. Menurunkan debit sungai ciliwung antara 579 m3/det.dengan menurunnya debit di sungai ciliwung berarti menurunnya luas daerah genangan di jakarta,
Berikut kejadian banjir di jakarta :
No. BANJIR TAHUN
Debit ( m3
/det ) Keterngan
1. 1989 144 Debit Rencana
2. 1990 202,76 Kala Uang 100 Tahun
3. 1991 276,25 570 m3
/det
4. 1992 307,47
5. 1993 339,68 Debit PIPA : 579 m3
/det
6. 1994 629,97
20
13. 2001 412 Debit Rencana
14. 2002 526 Kala Uang 100 Tahun
15. 2003 216,91 570 m3
/det
16. 2004 216,91
17. 2005 307,47 Debit PIPA : 579 m3
/det
18. 2006 216,91
19. 2007 629,97 579,01 m3
/det depok
20. 2008 451
21 2009 307,47 Hasilnya mengurangi 87,50 %
22 2010 629,97 Dari banjir yang terjadi.
23 2011 216,91
24 2012 246,05
7. 1995 188,88
8. 1996 552,27
9. 1997 514,66
10. 1998 477,89
11. 1999 339,68
12. 2000 441,95
21
Dari kejadian banjir tersebut, jika metode ini dilakukan maka akan mengurangi banjir
sebesar 87,50 % dari banjir yang terjadi di sungai Ciliwung, ini hasilnya sangat significan
lebih dari 10 kali lipat jika dibandingkan dengan pembuatan waduk ciawi.
2. Secara otomatis menurunnya kerugian yang di akibatkan oleh terjadinya banjir yang terjadi seperti tahun tahun berikut : tahun 2002 sebesar Rp.9.8 triliun ;
tahun 2007 Rp. 5.16 triliun ; tahun 2013 Rp. 20 triliun dan tahun 2014 Rp. 5
triliun dan tahun 2015 Rp. 2 triliun, kerugian rata rata Rp. 8,4 triliun per tahun.
3 Air yang ditampung di dalam pipa bisa untuk sumber air baku guna beberapa keperluan seperti untuk PDAM, untuk industri, untuk pemadam kebakaran, untuk
pertanian dan peternakan dan lain lain, serta kualitas airnya dijamin masih baik
tidak tercemar oleh Industri.
4 Debit andalannya selama 1 tahun 157 juta m3/tahun,( debit katulampa ) atau dari debit rata rata tahunan 1 milyart m3/tahun ( data rata rata tahunan katu lampa )
dengan tersedianya air baku yang mengalir dalam pipa tersebut, DKI di
untungkan bisa mengurangi anggaran pengeluaran untuk membeli air dari
jatiluhur sebesar dalam 1 m3 Rp. 220 x 1000 000 000 = Rp. 220.000.000.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
debit 3,46 1,45 2,10 16,9 4,67 4,29 9,43 3,90 2,92 5,26 2,34 3,77
3,464
1,459 2,106
16,980
4,672 4,295
9,430
3,902 2,923
5,263
2,340
3,770
0,000
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
de
bit
m
3/d
et
Bulan
debit andalan bulanan
22
Asumsi kebutuhan untuk PDAM = 30 liter/hari/orang = 130 juta m3/tahun atau
27000 liter/detik = 850 juta m3/tahun.
DKI akan mampu memenuhi kebutuhan air baku sepanjang tahun, tidak membeli
air dari Jatiluhur dan Tangerang.
5 Air dalam pipa bisa dimanfaatkan untuk penggerak turbin yang akan menghasilakan listrik untuk pompa di Waduk Pluit, dan di sungai lainnya.
Estimasi Daya Hydrolis Air jika Q = 50 m3/det ( debit rata rata bulanan )
mendapatkan Daya sebesar = 63 700 Kw.
6 Tanpa pembebasan lahan, karena dibangun di dalam sungai ciliwung.
7 Untuk parivisata, karena airnya akan memancar di tepi pantai muara baru.
8 Debit air akan terjamin sepanjang musim hujan maupun musim kemarau karena dilengkapi dengan pintu pengaturan, jika debit katulampa besar pintu akan
dibuka 100 % sehingga debit banjir tersebut bisa dikendalikan didalam pipa,
kemudian kalau pipa sudah penuh akan dilepas kelaut, jadi ada sisa debit yang
akan dimanfaatkan, berbeda dengan penanganan yang sekarang sudah berjalan
debit banjir seluruhnya terbuang percuma kelaut, dan jika musim kemarau terjadi
kekeringan, karena hujan di indonesia terjadi hanya 6 bulan dalam setahun dan
pada waktu musim kemarau tidak ada cadangan air di Daerah Aliran Sungai
karena air hujan 75 % sampai 95 % menjadi runoff disebabkan oleh penutupan
luas lahan resapan air di DAS Ciliwung.
17,020
29,224
14,714 14,354
16,901
12,889 14,201
13,105
16,615
12,955
18,175
21,143
12,356
14,874
11,304
13,318
8,648
10,353 9,503
17,871
8,247
0,000
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
deb
it m
e/d
et
tahun 1983 - 2003
debit rata rata tahunan
23
9 Dengan system Resevoir dalam tanah tersebut, pada daerah aliran sungai secara berkala kita lakukan perbaikan ( atau tangkapan air hujan kita optimalkan ke
dalam tanah ) maka runoff akan menurun sehingga debit puncakpun menurun,
akirnya air hujan yang terbuang kelaut makin sedikit karena antara runoff dan
infiltrasi ketanah makin seimbang, sehingga hampir seluruh curah hujan bisa kita
manfaatkan, system ini akirnya sesuai dengan firman Allah SWT.bahwa air hujan
itu Rahmat bagi semua makluk karena, sebagai sumber kehidupan, sebagai
sumber sumber di Bumi, dan sangat berbeda dengan penanganan banjir selama
ini yang dilakukan dengan menormalisasi sungai untuk menyesuaikan debit yang
makin tahun makin meningkat dan selalu dibuang kelaut, tanpa memikirkan
bagaimana kalau musim kemarau datang dan di daerah resapan sudah tidak ada
air hujan yang meresap akirnya sungai menjadi kering.
Padahal curah hujan bulanan sesuai data yang saya berikan hampir 150 tahun
relative sama, dan jika hujan turun pada musimnya hanya selama 6 bulan, jika selama 6
bulan itu hampir 75 % terbuang kelaut alangkah menyesalnya kita pada waktu musim
kemarau kekeringan, dan waktu sekarangpun Jakarta juga masih devisit air baku kurang
lebih 9000 liter/detik, ini akan terus terjadi bahkan akan lebih mengkawatirkan jika POLA
PIKIR dalam mengelola curah hujan masih seperti saat ini, yaitu untuk mengatasi banjir
selalu dibuang kelaut hampir 400 tahun pola pikir ini belum berubah dan saya berharap
dengan tulisan saya yang sudah masuk tahun ke 4 ( empat ) ini kembali saya informasikan
kepada pembuat kebijakan di Jakarta maupun di Indonesia supaya direnungkan makna dari
tulisan saya ini, dan Alhamdullilah sudah 3 kali konsep saya ini tentang menyimpan air
hujan sudah saya presentasikan kepada Tim Gubernur DKI tgl 18 Nopember 2014, dengan
Gubernur DKI tanggal 5 Februari 2015 dan terakhir dengan PAM Jaya tanggal 3 Maret
2015.
24
25
26
Berikut saya sampaikan hasil penelitian tentang hujan ;
Berikut ini hasil sementara perhitungan yang telah kami lakukan dengan
mempergunakan rumus Hanzen-williems. Sebagai berikut :
Demikian konsep dari Bapak Sudirman Indra.( Bapak Acin ) insya Allah konsep ini
segera bisa di aplikasikan untuk membebaskan Jakarta dari banjir dan defisit air
baku , dengan konsep ini debit banjir yang rutin setiap tahun datang di jakarta akan
berkurang 80 % karena telah ditangkap di wilayah Depok melalui PIPA yang
langsung mengalir kelaut, gambar dibawah ini posisi awal pemasangan PIPA di 2
titik usulan tersebut.
No. Formula debit melalui pipa
Debit ( m3/det )
1. Formula Hazen – Williems
579
27
Inilah berita bahwa Bapak Gubernur Ahok setuju dengan konsep ini,dengan ditindak
lanjuti mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah Belanda sebagai berikut :
28
Wassalam
Djoko Suryanto,M.E.
Ground Water Hydrology
Maret 2015
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan
Pemerintah Belanda mewacanakan pembangunan pipa untuk mengalihkan
aliran air dari Bendung Katulampa ke Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjelaskan pipa-
pipa tersebut akan dipasang di trase sungai, mulai dari Katulampa hingga laut
Jakarta sebagai pembuangan terakhirnya.
"Kami punya ide, karena kami selalu ingin membuang air dari Katulampa.
Kayak sodetan di Kanal Banjir Timur (KBT), kami mau buang air ke sana (KBT)
60 meter kubik air per detik," kata Basuki seusai bertemu Duta Besar
Kerajaan Belanda untuk Indonesia, di Balai Kota, Jumat (13/3/2015).
Apabila pembangunan pipa itu bisa dilakukan, lanjut dia, pembangunan
Waduk Ciawi yang terdiri atas dua waduk, yakni Sukamahi dan Megamendung
tidak perlu dilaksanakan. Sebab, menurut Basuki, air yang ditampung ke
dalam waduk pun lama kelamaan akan penuh juga.
Perihal wacana ini, Basuki juga akan berkonsultasi dengan Presiden Joko
Widodo. Pemasangan pipa di trase sungai ini biayanya lebih rendah dibanding
pembangunan Waduk Ciawi. Terlebih, pihak Belanda sepakat dengan
pemikiran Pemprov DKI.
"Kenapa tidak lebih baik, (aliran air) dari Katulampa, kami pasang pipa 30-40
km sampai (laut) Jakarta. Tanamnya di trase sungai. Nah, kami tidak mengerti
(mekanisme), makanya kami minta bantu mereka (Belanda). Kalau
(pembangunan pipa) itu jadi, masalah air di Jakarta selesai, bisa kurangi banjir
Jakarta," kata Basuki.
Nantinya, pipa-pipa tersebut, lanjut dia, juga bisa berfungsi sebagai tempat
penampungan air yang bisa dimanfaatkan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) untuk digunakan sebagai bahan baku air minum. Adapun dalam
pertemuan tersebut, mereka juga membahas pengelolaan sumber daya air
(SDA), pengendalian banjir, dan pengembangan kawasan pesisir.