Post on 06-Mar-2019
1
SKRIPSI
PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DASAR DI
KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR
TENTANG EFEKTIFITAS
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh :
HUSNUL KHOTIMAH
103018227368
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
2
ABSTRAK
Husnul Khotimah, NIM : 103018227368, PERSEPSI KEPALA SEKOLAH
DASAR TENTANG EFEKTIVITAS MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR, skripsi program strata satu (SI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010.
Penelitian ini bertujuan mengetahui Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang
Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Kecamatan Tanah Sareal Bogor.
Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, dengan mengambil 20 orang
kepala sekolah sebagai sampel penelitian. Sampel diambil dengan teknik acak
sederhana (simple random sampling), bentuk instrumen yang digunakan adalah
kuesioner/angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumus persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persepsi Kepala Sekolah Dasar
Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Kecamatan Tanah
Sareal Bogor sudah berjalan efektif. Hal ini terbukti dari lima indikator, empat
indikator berkategori sangat efektif. Adapun yang berkategori efektif, yaitu
pemanfaatan sumber dana yang meliputi penyediaan bea siswa untuk siswa
berprestasi, pembebanan biaya ekstrakurikuler kepada orang tua siswa, bea siswa
dari lembaga sosial/orang tua asuh, partisipasi orang tua siswa dalam KPHB,
pembebanan biaya pemeliharaan gedung sekolah, kepada orang tua siswa,
penyusunan anggaran untuk mendukung rencana sekolah dan kreatifitas guru dalam
mendisain program pendidikan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperluas
wawasan dalam pengkajian tentang persepsi mengenai efektifitas MBS. Bagi kepala
sekolah dasar dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan keleluasaan dalam
pengambilan keputusan tentang pengelolaan sumber daya, kurikulum, dan
peningkatan profesionalisme guru. Bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
3
khususnya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan wacana dan diskusi hangat yang
turut memberi sumbangsih untuk memperkaya khazanah intelektual dan keilmuan
yang terkait tentang Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) bagi civitas akademika.
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat yang tanpa batas telah diberikan. Sholawat dan salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektifitas MBS di kecamatan Tanah Sareal Bogor ” ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu Pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat motivasi, do’a dan bantuan dari banyak pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. Muarif Sam, M.Pd, pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan
arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Abdul Rozak, M.Si, dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan kritik
dan saran.
5. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan begitu banyak pengalaman
dan ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah Sareal Bogor, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Drs. Cepi Saefulloh, M.Pd, Pengawas Dikdas Disdikpora Kota Bogor yang telah
Membantu penulis informasi sebagai bahan penelitian.
9. Kedua orang tua Ayahanda Usman Pian dan Aidah Asmawi yang sangat penulis
cintai, Karya ilmiah ini aku persembahkan untuk mereka. Abi, Ibu, Ayah, Bunda,
Bang Dede, Teh Iis dan adiku sayang yang telah memberikan perhatian, motivasi
5
dan doa, Semoga Allah yang membalas semuanya. Buat keponakan Tante yang
hebat K`khilda, Uda`Rafi, dan Nasywa. Kalian memberi senyum sempurna buat
tante.
10. Temen-temen KI-MP angkatan 2003, buat sahabat-sahabatku Ade Faizatul
Mutmainah, Himah Septania (Golin), Asih Sumiasih, Iis Umairoh, Chairunnisa,
Siti Hasanah, Ikrimah, dan Azis Uban. Love you all and always miss you..
11. Seseorang yang Special di Hati yang selalu mengobarkan motivasi. Kebersamaan
denganmu memberikan pengalaman-pengalaman yang baru bagiku. Terima kasih
Allah telah memperkenalkannya padaku.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Amin
Jakarta, 27 Juli 2010 Penulis
6
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...........................
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1. Pengertian MBS ..................................................................
2. Konsep MBS .......................................................................
3. Komponen MBS .................................................................
4. Tujuan MBS ........................................................................
5. Manfaat MBS ......................................................................
6. Karakteristik MBS ..............................................................
7. Prinsip MBS ........................................................................
8. Implementasi MBS ..............................................................
9. Analisis Perlunya MBS .......................................................
7
B. Efektivitas MBS
1. Pengertian Efektivitas..........................................................
2. Strategi Efektivitas MBS .....................................................
3. Keterlibatan Masyarakat pada Efektivitas MBS ...................
4. Sistem Pendidikan Nasional yang Diperlukan Masyarakat
Masa Depan ........................................................................
C. Persepsi Tentang Efektivitas MBS
1. Pengertian Persepsi .............................................................
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi ..........
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ......................................................................
B. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................
C. Populasi dan Sampel .................................................................
D. Metodologi Penelitian ...............................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
F. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................
BAB VI HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Pelaksanaan MBS ....................................................
B. Deskripsi Data ..........................................................................
C. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran-saran ...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
8
DAFTAR TABEL
Kisi-Kisi Angket .................................................................................................... 30
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .............................................................................. 30
Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam melaksanakan Program Sekolah ...... 33
Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dengan Baik............................................... 34
Pelibatan Guru dalam Menyusun Program Kerja .................................................... 34
Melalui Penerapan MBS Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah ........................ 34
Tanggung JawabKepada Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah ......................... 35
Keterbukaan Manajemen Meningkatkan Mutu Pendidikan ..................................... 35
Menyarankan Guru agar Meningkatkan Program Pengajaran di Sekolah ................ 35
Pelaksanaan Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis .......................................... 36
Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Setiap Ajaran Baru ......................................... 36
Program Tahunan yang Telah Ditetapkan Sesuai Jadwal Pelaksanaan ................... 37
Jadwal Pelaksanaan Program Tahunan Sekolah .................................................... 37
Usulan dari Orang Tua SiswaTerhadap Penerapan Program Tahunan Sekolah ....... 37
Penyusunan Organisasi Sekolah Melibatkan Unsur Masyarakat ............................. 38
HUMAS Mempunyai Wewenang dan Tanggung Jawab yang Berbeda ................... 38
Pengadaan Kerjasama dengan Instansi Kesehatan .................................................. 38
Mengundang Orang Tua Siswa Menghadiri Rapat ................................................. 39
Pengadaan Bakti Sosial kepada Masyarakat Bersama Siswa .................................. 39
Antusiasme Masyarakat terhadap Program Hubungan Sekolah .............................. 39
Pelibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan ................................................ 40
Tanggung Jawab Kepala Sekolah Terhadap Pelaksanaan HUMAS......................... 40
Sikap Kepala Sekolah Terhadap Pengawasan Masyarakat ...................................... 40
Pelibatan Guru dalam Pengambilan Keputusan ...................................................... 41
Optimalisasi Sumber Daya untuk Memajukan Sekolah .......................................... 41
Kemampuan TU dalam Menunjang KBM .............................................................. 42
Upaya Peningkatan Kedisiplinan Guru dalam Mengajar ......................................... 42
Tingkat Kedisiplinan Guru dalam Mengajar ........................................................... 42
Peningkatan Kesejahteraan Guru dan Staff ............................................................. 43
9
Kreatifitas Guru dalam Mendisain Program Pendidikan ......................................... 43
Penyediaan Bea Siswa untuk Siswa Berprestasi .................................................... 43
Pembebanan Biaya Ekstrakurikuler kepada Orang Tua Siswa ................................ 44
Bea Siswa dari Lembaga Sosial/Orang Tua Asuh ................................................... 44
Partisipasi Orang Tua Siswa dalam KPHB ............................................................. 44
Pembebanan Biaya Pemeliharaan Gedung Sekolah kepada Orang Tua Siswa ........ 45
Penyusunan Anggaran untuk Mendukung Rencana Sekolah ................................... 45
Penyusunan Laporan Akhir Pertanggungjawaban Pengelolaan Anggaran Dana
Operasional Sekolah pada Dewan Sekolah ............................................................. 45
Pengadaan Pelatihan dan Pengembangan Profesionalisme Guru ............................. 46
Penyediaan Media Pembelajaran Efektif ................................................................ 46
Pemenuhan Fasilitas yang Diperlukan oleh Guru dan Siswa ................................... 47
Mengarahkan Guru Untuk Memberikan Appersepsi ............................................... 47
Kelengkapan Buku Wajib bagi Siswa..................................................................... 47
Anjuran bagi Guru untuk Menggunakan Sumber lain ............................................. 48
Penyediaan Layanan BK ........................................................................................ 48
Penyediaan Bimbingan Belajar .............................................................................. 48
Nilai Rata-rata Skor Penelitian .............................................................................. 50
10
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini pendidikan di Indonesia belum banyak mengalami perbaikan. Dengan
demikian kelemahan proses dan hasil pendidikan dari sebuah jalur pendidikan akan
mempengaruhi indeks keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Hal ini tergambar
dengan prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh di bawah negara-negara Asia
lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks
sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan, posisi
Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun, padahal Indonesia kini sudah menjadi
bagian dari masyarakat dunia yang sudah tidak bisa dihindari. Indonesia kini
menjadi bagian dari kompetisi masyarakat dunia. Jika tidak bisa menjadi pemenang,
maka akan menjadi yang kalah serta tertinggal dari masyarakat lainnya. Oleh sebab
itu, penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif serta memiliki
berbagai keunggulan komparatif menjadi sebuah keharusan yang mesti menjadi
perhatian dalam sektor pendidikan.1
Indikator lain yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia adalah masih rendahnya penghasilan per kapita masyarakat Indonesia, hal
ini dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000 tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per kepala yang
menunjukan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Akibat dari rendahnya mutu pendidikan, lulusan pendidikan di Indonesia
kurang kompetetif serta kalah bersaing negara-negara berkembang lainnya. Hal ini
sekaligus menunjukkan adanya kesenjangan kualitas pendidikan di Indonesia yang
sangat memprihatinkan bila dibandingkan dengan jumlah sekolah di Indonesia yang
sangat banyak. Indikator kesenjangan itu adalah: [1] Banyaknya sekolah . [2]
Minimnya pestasi. [3] Lulusan pendidikan terutama di sekolah berbasis Islam
1 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet.I, h. 1.
12
sangatlah rendah sehingga kalah kompetetif, baik dari level regional maupun
nasional. Kesenjangan yang serius itu sudah saatnya dibenahi dengan langkah
menerapkan manejemen pendidikan yang baik dan manejemen pendidikan yang
berdasarkan pada manajemen berbasis sekolah adalah upaya yang tepat untuk
mengatasi persoalan mutu pendidikan yang rendah itu, karena pada dasarnya
manajemen berbasis sekolah merupakan upaya sistematis yang menyangkut efisiensi
dan efektifitas dalam pemanfaatan serta pengelolaan sumber daya pendidikan agar
menghasilkan mutu pendidikan yang baik dan unggul.
Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh pendidikan, karena itu sudah
sepantasnya pemerintah lebih memperhatikan peningkatan kualitas pendidikan.
Kompleksitas permasalahan pendidikan di Indonesia sangat banyak dan hal tersebut
telah di identifikasi secara rinci oleh Bank Dunia baik dari aspek sistem yang
menyangkut keuangan, ketenangan, kurikulum, sarana dan prasarana serta tinggkat
partisipasi masyarakat yang masih rendah yang akan mempengaruhi efektifitas
manajemen berbasis sekolah.
Kualitas suatu pendidikan sangat dipengaruhi oleh sistem manajemen yang
diterapkan. Dalam manajemen pendidikan dikenal dengan dua mekanisme
pengaturan yaitu system sentralisasi dan sistem desentralisasi. Pendidikan yang
selama ini dikelola secara terpusat (sentralisasi) harus diubah untuk mengikuti irama
yang sedang berkembang. Otonomi daerah sebagai kebijakan politik di tingkat makro
akan memberi impas terhadap otonomi sekolah sebagai subsistem pendidikan
nasional. Maka sudah sepantasnya pengelolaan pendidikan diserahkan sepenuhnya di
tingkat sekolah, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat dan pemberdayaan
potensi lokal. Modal pengelolaan tersebut dikenal dengan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) atau School Based Managemen (SBM).
Model manajemen berbasis sekolah adalah model manajemen yang
menyelelaraskan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang menyerahkan
sepenuhnya pengelolaan pendidikan pada sekolah sekolah, karena diyakini bahwa
untuk meningkatkan kualitas pendidikan sedapat mungkin keputusan saharusnya
13
dibuat oleh mereka yang berada di garis depan (Line Staf) yang bertanggung jawab
secara langsung terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan.
Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk operasional dari sistem
desentralisasi yang di harapkan dengan sistem tersebut akan membuka peluang pada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan dan meningkatkan kualitas
pendidikan serta pemberdayaan potensi lokal.
Kemudian semakin tingginya kehidupan sosial masyarakat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah semakin meningkatkan
tuntutan kebutuhan kehidupan sosial masyarakat. Pada akhirnya tuntutan tersebut
bermuara kepada pendidikan, karena masyarakat menyakini bahwa pendidikan
mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. Pendidikan
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi
tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang. Sesuai dengan tuntutan tersebut perlu adanya suatu upaya penting yang harus
dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan, adalah dengan pemberdayaan
sekolah melalui manajemen berbasis sekolah.2
Pilihan ini didasari atas asumsi bahwa model School Based Management
memiliki karakteristik system pengelolaan sekolah sebagai lembaga yang memiliki
kewenangan otonomi dalam memenuhi kebutuhan siswanya dengan dukungan
stakeholders pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Selain itu dalam Undang-
undang N0.25 Tahun 2000 tentang program pembangunan Nasional menyebutkan
bahwa salah satu tujuan pembinaan sekolah, mulai dari pra sekolah sampai dengan
sekolah menengah adalah terselenggaranya manajemen yang berbasis sekolah dan
masyarakat (School Community Based Education).
Dalam implementasinya, Manajemen berbasis Sekolah memerlukan pedoman-
pedoman sebagai pendukung keberhasilannya, atau dapat juga sebagai perangkat
implementasi MBS. Perangkat tersebut antara lain kesiapan SDM yang terkait
dengan pelaksanaan MBS, kategori sekolah dan daerah, peraturan/kebijakan,rencana
2 Nanang Fattah, Mohammad Ali, Materi Pokok Manajemen berbasis Sekolah (MBS), (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), Cet. ke-3, h.1.3
14
sekolah, rencana pembiayaan, monitoring dan evaluasi internal, monitoring dan
evaluasi eksternal, serta laporan akhir.
Melalui perangkat MBS inilah konsep-konsep MBS dapat diimplementasikan.
Namun perangkat ini tidak akan dapat berjalan dan berfungsi dengan baik tanpa
adanya dukungan dari komponen sekolah. Komponen sekolah ini terdiri dari
kurikulum dan program pengajaran, tenaga pendidikan, kesiswaan, keuangan, sarana
dan prasarana pendidikan, pengelolaan husemas (hubungan sekolah dan masyarakat)
serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi kabupaten Bogor khususnya
di kecamatan Tanah Sareal adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya
pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui
pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajeman sekolah. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan
yang cukup menggembirakan, namun sebagaian lainnya masih memprihatinkan.
Selain itu faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan. Pertama, sekolah difungsikan sebagai pusat produksi dimana apabila
input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat serta perbaikan
sarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka dengan sendirinya mutu pendidikan akan
meningkat, ternyata anggapan ini tidak benar, di sebagaian besar sekolah mutu
pendidikan yang diharapkan tidak terjadi walaupun input pendidikan telah dipenuhi
selama bertahun-tahun.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga
sekolah-sekolah sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang baku, mempunyai
jalur yang sangat panjang dan terkadang kebijaksanaan tidak sesuai dengan kondisi
sekolah setempat.
Ketiga, peranserta masyarakat, khususnya orang tua dalam membantu
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat kurang. Partisipasi masyarakat selama
15
ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan dalam proses
pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, pengawasan dan akuntabilitas).3
Akibatnya, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil
pelaksanaan pendidikan kepada orang tua sebagai pihak yang dilayani dan
berkepentingan dengan pendidikan.
Sebagai sebuah model pengelolaan pendidikan yang masih dianggap baru,
MBS mulai diterapkan diberbagai lembaga pendidikan, walaupun hasilnya belum
sepenuhnya dapat diukur. Di sekolah-sekolah di Kecamatan Tanah Sareal, MBS juga
nampak sudah diterapkan, walaupun belum efektifitas secara keseluruhan. Namun
demikian, sekolah-sekolah tersebut sudah mampu mengambil keputusan yang sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi sekolah, program sekolah disusun dan
dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan proses belajar mengajar, dan
adanya keterbukaan dalam pengelolaan pendidikan sekolah, baik menyangkut
program, anggaran, ketenagaan dan prestasi. Namun belum adanya keterlibatan
semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah, pelaksanan sampai dengan
evaluasi (kepala sekolah, guru, BP3, tokoh masyarakat dan lain-lain).4
Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Sistem ini muncul hasil adopsi dari negara-negara maju
setelah melihat perkembangan pendidikan di kita jauh ketinggalan. Sekalipun sistem
tidak memberikan jaminan pasti, namun perlu kita sikapi bahwa hal ini merupakan
terobosan yang perlu diterapkan di sekolah-sekolah. Apalagi sistem yang diterapkan
di Indonesia selama ini cenderung monoton dan secara umum tidak memperlihatkan
perkembangan.
Melihat kenyataan tersebut, tentu saja perlu dilakukan upaya perbaikan-
perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan,
3 Wawan Kusmawan, ”Manajeman Madrasah Aliyah Menyongsong Masa Depan”, dalam Media Pembinaan, No. 2/XXX, Mei 2003, h. 5 4 Wawancara dengan Bpk. Moh. Badri (Pengawas RA/SD/MI Tanah Sareal), Tanggal 6 November 2007
16
sehingga kepala sekolah yang mempunyai peran yang sangat sentral dalam
pengelolaan pendidikan tidak terkesan hanya ikut-ikutan peraturan atau kebijakan
pemerintah saja.
Berdasarkan penjabaran yang telah diuraikan diatas, peneliti menganggap
penting untuk melakukan kajian dan mengetahui lebih jauh hal tersebut melalui
penelitian yang berjudul ”Persepsi Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Tanah
Sareal tentang Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah”.
B. Identifikasi Masalah
MBS adalah program yang masih baru di Indonesia, tentu saja ketika
dilaksanakan pasti ada problemnya, untuk itu penulis dapat mengidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Sumber daya manusianya belum siap dalam pelaksanaan MBS
2. Minimnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan MBS
3. Pengetahuan tentang MBS masih kurang, baik oleh kepala sekolah maupun
komponen-komponen sekolah yang lain.
4. Masih belum efektifnya pelaksanaan MBS di sekolah-sekolah.
5. Kultur manajemen yang masih kaku
6. Partisipasi masyarakat yang masih kurang.
7. Resistensi (penolakan) sebagaian masyarakat terhadap penerapan MBS
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih efektif dalam mengkaji permasalahan dalam pengelolaan sekolah
dan mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan maka dalam
penelitian ini, peniliti memfokuskan pada masalah “Persepsi Kepala Sekolah Dasar
tentang Efektifitas MBS”
Persepsi Kepala Sekolah Dasar tentang Efektifitas MBS adalah suatu
tanggapan dan gambaran kepala sekolah dalam keefektifan implementasi
pengelolaan sekolah dasar dengan model “Manajemen Berbasis Sekolah”, karena
MBS merupakan model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan, kemampuan,
17
kebutuhan sekolah dan menjamin adanya keberagaman dalam pengelolaan sekolah,
sehingga memiliki otonomi luas dalam mengelola sumber dayanya dengan
melibatkan partisipasi masyarakat serta tidak mengabaikan kebijakan pendidikan
nasional. Untuk dapat mengetahui persepsi kepala sekolah tentang efektifitas MBS
dapat diukur dengan penilaian kepala sekolah mengenai pelaksanaaan semua tugas
pokok sekolah, jalinan partisipasi masyarakat, serta memanfaatkan sumber daya,
sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peniliti merumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan MBS pada Sekolah Dasar di Kec. Tanah Sareal
Bogor?
2. Bagaimana persepsi Kepala Sekolah Dasar di Kec. Tanah Sareal dalam
pelaksanaan MBS?
3.Bagaimana Efektivitas MBS yang telah dilaksanakan Kepala Sekolah Dasar
di Kec. Tanah Sareal Bogor?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Peneliti diharapkan dapat memperluas wawasan dalam pengkajian tentang
persepsi mengenai efektifitas MBS.
2. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan keleluasaan dalam
pengambilan keputusan tentang pengelolaan sumber daya, kurikulum, dan
peningkatan profesionalisme guru.
3.Bagi guru diharapkan dapat meningkatkan kepedulian guru dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan cara
pengelolaan komponen-komponen pengajaran secara efektif dan efisien.
18
4.Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi, minat, dan
kekreatifitasan siswa dalam belajar dengan cara mengikuti langkah-langkah
belajar dengan sistem ”MBS”.
19
20
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
School Based Management (SBM) sudah lama dipakai terutama di negara-
negara Eropa dan Amerika Serikat dan negara-negara lainnya, seperti: di Inggris
disebut Local Management Of Schools, di Australia (Victiria) The School Of The
Future, di Amerika Serikat Charter School, atau Site Based Management dan
School-Based Leadership dan di Hongkong disebut School Management Intiative.
Sedangkan pengertian tentang SBM pada umumnya cukup beragam, namun secara
umum pengertian SBM disini dapat disimpulkan yaitu: keseimbangan kekuasaan dan
wewenang (Power&Authorities) antara sekolah, pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat dan masyarakat di dalam pengelolaan
pendidikan yang bermutu.5
School Based Management (SBM) atau Manajemen Berbasis Sekolah ini
diadopsi dan diangkat sebagai sebuah substitusi terhadap pola pengambilan berbagai
kebijakan pengembangan sekolah, dari mulai kurikulum, strategi, evaluasi serta
berbagai sarana pembelajaran lainnya, yang semua lebih banyak digagas oleh
sekolah bersama dengan stakeholder (pihak yang berkepentingan) dan bahkan user-
nya (siswa). Oleh karena itu pihak sekolah harus benar-benar memahami tentang
konsep MBS tersebut.
Dede Rosyada, mengutip pendapat Etheridge, menyatakan bahwa manajemen
berbasis sekolah adalah sebuah proses formal yang melibatkan kepala sekolah, guru,
orang tua siswa, siswa, dan masyarakat yang berada dekat dengan sekolah, dalam
proses pengambilan berbagai keputusan.6
Nanang Fattah mendefinisikan manajemen berbasis sekolah adalah suatu
pendekatan yang bertujuan untuk merancang kembali pengelolaan sekolah dengan
memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi 5 Hikmat RJ Suganjar, “School Based Management (SBM): Format Madrasah Masa Depan dan Masa Depan Madrasah”, dalam Media Pembinaan, Bandung, Mei 2003, hlm. 7. 6 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004).Cet. I, .h. 267.
9
21
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala
sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.7
Dari dua pengertian di atas, Dede Rosyada menyatakan MBS adalah sebuah
proses formal yang melibatkan komponen-komponen sekolah. Sedangkan Nanang
Fattah menyatakan bahwa MBS merupakan pendekatan baru dan lebih kepada tata
akademiknya.
Berbeda dari dua pendapat di atas, Umaedi berpendapat bahwa manajemen
berbasis sekolah (School-Based Management) adalah sesuatu yang relatif,
keseimbangan kekuasaan dan kewenangan (power&authorities ) antar sekolah,
pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Propinsi, pemerintah Pusat dan masyarakat
di dalam pengelolaan pendidikan yang bermutu.8
Mulyasa mendefinisikan manajemen berbasis sekolah merupakan paradigma
baru manajemen pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada sekolah, dan
perlibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan Nasional.9
Sedangkan Depdiknas yang dikutip Ibtisam Abu-Duhou merumuskan
pengertian MBS sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua dan
masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional.10
Disimpulkan bahwa dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki
kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih
mandiri dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dengan melibatkan
masyarakat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
7 Nanang Fattah, Mohammad Ali, Materi pokok Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), Cet. ke-3, h.1.3 8 Umaedi, ”Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) : Pengelolaan Pendidikan Dalam Era Masarakat Berubah”, Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dengan Pendidikan Agama di Sekolah Umum, (Jakarta:2002), h. 9 9 E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. IV, h.33 10 Ibtisam Abu-Duhou, School Based Management, Terjemahan, (Jakarta: Logos, 2002), Cet. I, h. xvii
22
2. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memahami konsep MBS adalah:
a) Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan desentralisasi,
kekuasaan atau wewenang di tingkat sekolah. Dalam sistem keputusan, hal ini
dikaitkan dengan program dan kemampuannya dalam peningkatan kinerja
sekolah.
b) Penelitian tentang program MBS berkenaan dengan desentralisasi kekuasaan dan
program peningkatan partisipasi local stakeholder. Pendelegasian otoritas
pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pemberdayaan sekolah, perlu
dihubungkan dengan efektifitas program.
c) Strategi MBS harus lebih menekankan kepada elemen manajemen partisipatif.
Pengalaman dalam implementasi strategi MBS yang menekankan pada
kekuasaan daripada kemampuan profesional (pengetahuan dan keahlian)
menyebabkan kegagalan dalan menerapkan konsep MBS. Menurut Nanang,
aspek kemampuan, informasi dan imbalan yang memadai merupakan elemen-
elemen yang sangat menentukan efektifitas program MBS dalam meningkatkan
kinerja sekolah.11
3. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Tujuan Program MBS adalah peningkatan mutu pembelajaran. Program ini
terdiri atas tiga komponen, yaitu:
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Peran Serta Masyarakat (PSM), dan
Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar melalui Penginkatan Mutu
Pembelajaran yang disebut Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) di SD-MI, dan Pembelajaran Kontekstual di
SLTP-MTs.
11 Nanang, h. 1.4
23
4. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sebagai salah satu konsep dan paradigma baru pendidikan di era otonomi,
MBS berupaya terwujudnya sistem pendidikan yang memberdayakan, demokratisasi
yang berorientasi pada kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab sekolah. Dari
sinilah tujuan utama MBS diperoleh yaitu untuk membuat sekolah lebih independen
dan terus menerus meningkatkan kinerja sekolah terutama peningkatan out put
pendidikan melalui proses belajar mengajar yang bermutu.
Hal ini senada dengan ungkapan E. Mulyasa bahwa tujuan utama MBS adalah:
a. Meningkatkan efisiensi b. mutu c. pemerataan pendidikan Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya,
partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu didapat
melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem
insentif dan disentif. Sedangkan peningkatan pemerataan melalui peningkatan
partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada
kelompok tertentu.12
12 E. Mulyasa, Manajeman Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h. 25
24
5. Manfaat Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Dengan adanya otonomi, sekolah dapat mengelola sumber daya yang
dimilikinya dengan pengembangan dan implementasi MBS sesuai dengan cultur,
kondisi, dan kebutuhan sekolah juga masyarakat setempat.
Keleluasaan dalam mengelola sumber daya yang dimaksud memberikan nilai-
nilai positif bagi pengembangan pendidikan masa depan dan meningkatkan mutu
pendidikan secara makro. Nilai positif MBS banyak dirasakan oleh stakeholder
pendidikan seperti, birokrasi, kepala sekolah, guru, masyarakat, dan pelaksanaan
sistem.
Bagi guru dan masyarakat, nilai positif yang didapat seperti guru merasa
dihargai, sehingga tingkat kepuasan kerja dan motivasinya meningkatkan masyarakat
merasa puas, karena aspirasinya terakomodasi sehinga dukunganya lebih besar.
Sedangkan manfaat yang diperoleh oleh sekolah dan pelaksana sistem seperti,
kepala sekolah diberi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kepemimpinannnya,
kedudukan kepala sekolah stabil, karena adanya dukungan dari berbagai pihak dan
organisasi penyelenggara pendidikan lebih efektif dan efisien.
Manfaat MBS dimunculkan karena adanya alasan-alasan MBS harus
diimplementasikan dan dikembangkan. Ametembun secara ringkas menyebut
keunggulan-keunggulan MBS, sebagai berikut:
a) Program-program bagi peserta didik lebih baik b) Pemanfaatan sumber-sumber daya manusia secara penuh c) Kualitas keputusan-keputusan meningkat d) Meningkatkan loyalitas dan komitmen staf e) Mengembangkan keterampilan-keterampilan staf f) Tujuan-tujuan organisasi jelas g) Meningkatkan ”morale” staf h) Merangsang kreatifitas dan inovasi staf i) Memperbesar konfidensi masyarakat j) Menambah akuntabilitas finansial, dan k) Restrukturisasi.13
Departemen Agama melalui Dirjen Kelembagaan Agama Islam, menjelaskan
manfaat MBS bagi madrasah/sekolah, yaitu:
13 Amtembun, School Based Management, (Bandung: Suri, 2001) h. 10
25
a) Madrasah dapat mengoptimalkan sumber-sumber daya yang tersedia untuk
memajukan madrasah, agar bisa mengetahui peta kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi.
b) Madrasah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan out
put pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
c) Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat memenuhi
kebutuhan madrasah, karena madrasah lebih mengetahui apa yang terbaik
bagi madrasahnya.
d) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif apabila
masyarakat turut serta mengawasinya.
e) Keterlibatan warga madrasah dalam pengambilan keputusan menciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat.
f) Madrasah bertanggungjawab terhadap mutu pendidikan di madrasahnya
kepada pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat.
g) Madrasah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu
pendidikan.14
6. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS memiliki karakteristik yang mesti dipahami oleh penyelenggara
pendidikan pada era desentralisasi ini. Oleh karena itu, untuk menerapkan MBS
sekolah perlu memiliki sejumlah karakteristik dari MBS tersebut agar sekolah lebih
efektif.
Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat
mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan
sumber daya dan administrasi.15
Untuk lebih jelasnya karakteristik MBS dapat diketahui melalui uraian
pendekatan sistem yaitu, (input), proses maupun hasil (output) pendidikan.
a. Masukan Pendidikan
14 Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dengan Pendidikan Agama di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah (Jakarta:2002), h. 6 15 E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi dan Implementasi h. 29
26
Masukan pendidikan adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh sistem sekolah
untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan. Masukan yang dimaksud dalam
implementasi MBS adalah:
1) Kebijakan, tujuan dan sasaran program jelas 2) Sumber daya tersedia dan siap 3) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi 4) Memiliki harapan prestasi yang tinggi 5) Fokus pada pelanggan 6) Manajemen
b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sekolah, termasuk
segala proses yang terjadi di sekolah dalam rangka mengubah masukan untuk
menghasilkan keluaran.16
c. Hasil Pendidikan
Hasil pendidikan yang diharapkan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh
proses pembelajaran dan manajemen sekolah.
Pada dasarnya, hasil pendidikan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hasil
berupa prestasi akademik dan non-akademik. Hasil berupa prestasi akademik
misalnya, Nilai Ebtanas Murni (NEM), lomba karya ilmiah remaja, lomba kinerja
siswa, lomba matematika/fisika dan lainnya. Hasil prestasi non-akademik, misalnya
kesenian olah raga, kejuruan, kerja sama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi
terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, dan kerajinan.
7. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Agar sukses, para pengelola patut mempedulikan prinsip-prinsip MBS,
sebagai berikut:
a) MBS berpendirian bahwa dalam lingkungan organisasi-organisasi yang
demokratik, power (kekuasan, kewenangan) perlu dibagi-bagikan secara arif,
karena menghargai abilitas dan motif-motif rekan sejawat dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
16 Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2002), Cet. I, h.48
27
b) Implementasi MBS secara sukses menghendaki pemahaman dan penerimaan
semua pihak, bahwasanya missi persekolahan yang esensial – yaitu the
intructions of students – terjadi di kelas, dan bahwa semua aktifitas Kandep
Diknas/Kanwil Depdiknas hanyalah sebagai penunjang
pendidikan/pengajaran/pembelajaran bagi peserta didik.
c) Dalam lingkungan MBS tenaga-tenaga personil sekolah tidak disupervisi
sebagai bawahan, tetapi sebagai sejawat yang bekerja bersama.
d) Akuntabilitas tercapai melalui proses perumusan tujuan-tujuan dengan
kebebasan maksimum. Pemecahan masalah-masalah tercapai melalui kerja
kelompok dan evaluasi terfokus pada program-program, bukan pada individu-
individu.
e) Perbedaan dan ketidaksepakatan pendapat diperkenankan dan dihargai
sebagai kesempatan-kesempatan belajar.
f) Kesuksesan MBS tetap memelihara relasi-relasi insani yang positif, dan
menghendaki anggota-anggota staf (baca: guru-guru) lebih berorientasi
kepada organisasi/institusi sekolah sebagai suatu keseluruhan.17
8. Implementasi Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam mengimplementasikan MBS di tingkat sekolah para pelaksana
pendidikan perlu mengetahui dan memahami prosedur dan mekanisme MBS, strategi
sukses MBS, langkah-langkah dan implementasi tantangannya.
Oleh karena itu, ada beberapa tahapan untuk mengimplementasikan model
MBS dalam manajeman sekolah. Tahapan tersebut secara jelas berkaitan dengan
aspek perumusan tujuan dan sasaran, pembuatan kebijakan, perencanaan kurikulum,
penetapan sumber daya, implementasi dan evaluasi serta pengkajian ulang.18
Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, semua komponen
sekolah harus meningkatkan kinerja dan profesionalisme kerja dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini sangat diperlukan karena untuk
17 Ametembun, h. 13 18 Ibtisam Abu-Duhou, h. 131
28
mencapai tujuan pendidikan, output yang diperoleh dari proses pendidikan harus
memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dan itu
tidak terlepas dari peranan sekolah, seperti, kepala sekolah, guru, staf dan orang tua.
Dalam kaitan ini Ametembun merinci apa yang harus dilakukan penyelenggara
pendidikan dalam pelaksanaan konsep MBS secara sistematik.
a) Menyusun organisasi
b) Perumusan tujuan
c) Penyusunan anggaran
d) Alokasi Personil
e) Pengembangan kurikulum
f) Penyebaran informasi
g) Pembuatan keputusan19
Dari pemikiran tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS
akan berhasil apabila pelaksanaan MBS menerapkan strategi-strategi seperti:
1. Sekolah harus memiliki otonom yang menyangkut empat hal, yaitu kekuasaan
dan wewenang, pengembangan pengetahuan yang berkesinambungan, akses
informasi kesegala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap orang yang
berhasil.
2. Peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan
keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non instruksional
3. Kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menggerakan dan mendayagunakan
setiap sumber daya secara efektif.
4. Proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kinerja dewan sekolah
yang aktif
5. Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-
sungguh
6. Adanya pedoman dari departemen terkait dalam hal ini Depdiknas.
7. Adanya transparansi dan akuntabilitas
8. Peningkatan kinerja sekolah dalam kaitan ini output pendidikan yang berkualitas
19 Ametembun. h. 30
29
9. Sosialisasi konsep MBS melalui uji coba, seminar, work shop dan lain
sebagainya.
Dalam implementasi MBS akan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yang
sifatnya internal dilingkungan sekolah, ataupun faktor eksternal diluar sekolah.
Secara umum beberapa pendukung keberhasilan MBS tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang profesional
MBS akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan profesional kepala sekolah
dalam memimpim dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien, serta mampu
menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondusifuntuk proses belajar dan
mengajar.
2. Kondisi sosial, ekonomi, dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat
pendidikan orang tua siswa dan masyarakat. Kemapuan dalam membiayai
pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam dorongan anak untuk terus belajar.
3. Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat menentukan efektefitas implementasi MBS terutama bagi
sekolah yang kemampuan orang tua/masyarakatnya relatif belum siap
memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Alokasi dana
pemerintah dan pemberian wewenang dalam pengelolaan sekolah kepada sekolah
menjadi penentu dalam keberhasilan.
4. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah.
Tanpa profesionalisme kepala sekolah, guru, pengawas, dan tenaga pendidikan
yang lain akan sulit dicapai PBM yang bermutu serta prestasi siswa.20
Selain merumuskan langkah-langkah di atas, implementasi MBS sedikitnya
mempunyai tiga tantangan yang akan dihadapi sekolah. Pertama, kemampuan
sekolah untuk melaksanakannya (Capacity building), Kedua, keterbukaan
20 Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dengan Pendidikan Agama di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, (Jakarta:2002), h. 7
30
manajemen (Tranparancy), Ketiga, tanggung jawab kegiatan dan hasil pendidikan
(Accountability).21
Jadi, dalam implementasi MBS perlu memperhatikan prinsip dan karakteristik,
tujuan, dan manfaat yang dimiliki MBS agar tujuan yang ingin dicapai sekolah dalam
mengimplementasikannya dapat tercapai secara maksimal. Karena semua komponen
yang ada dalam MBS merupakan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Maka pelaksanaan MBS harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah dibuat.
9. Analisis Perlunya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan bidang
pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas
manusia Indonesia secara kaffah. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan
Nasional telah merancangkan ”Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal
2 Mei 2002. dan lebih terfokus lagi, setelah diamanatkan dalam Undang-Undang
Sisdiknas (2003) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk ”mencerdaskan
kehidupan bangsa”.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan,
terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, tangguh, kreatif, demokratis, dan profesional
pada bidangnya masing-masing. Kompetensi tersebut diperlukan, terutama untuk era
kesejagatan, khususnya globalisasi pasar bebas. Menyadari hal tersebut pemerintah
telah melakukan penyempurnaan sistem pendidikan. Untuk kepentingan tersebut
diperlukan paradigma baru dalam manajeman pendidikan. Dalam hal ini, berbagai
pihak menganalisis dan melihat perlu adanya diterapkan manajeman berbasis
sekolah.
21 Umaidi, Manajeman Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2000, h. 11
31
B. Efektifitas Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
1. Pengertian Efektifitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata efektifitas berasal dari bahasa Inggris,
yaitu effective yang bermakna ”1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya),
2) manjur atau mujarab (tentang obat), 3) dapat membawa hasil, berhasil guna
(tentang usaha atau tindakan).”22
Menurut Lipham dan Hoel (1987) yang dikutip E. Mulyasa meninjau efektifitas
suatu kegiatan dari faktor pencapaian tujuan, yang memandang bahwa ”efektifitas
berhubungan dengan pencapain tujuan bersama bukan pencapaian tujuan pribadi.
Suatu organisasi dan lembaga, termasuk sekolah dikatakan efektif jika tujuan
bersama dapat dicapai, dan belum bisa dikatakan efektif meskipun tujan individu
yang ada didalamnya dapat dipenuhi”.23
Sementara itu, T. Hani Handoko berpendapat bahwa ”efektifitas merupakan
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”.24 Dengan kata lain, seorang manajer
efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metoda (cara) yang tepat
untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa efektifitas berkaitan
dengan terlaksananya tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya
partisipasi aktif dari anggota. Dengan demikian, efektifitas manajeman berbasis
sekolah (MBS) berarti bagaimana manajeman berbasis sekolah berhasil
melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat,
mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, sumber belajar untuk
mewujudkan tujuan sekolah.
22 Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, h. 284. 23 E.Mulyasa, , Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 83 24 T.Hani Handoko, Manajeman Edisi 2, (Yogykarta: BPFE, 1995), Cet. 9, h. 7
32
2. Strategi Efektifitas manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Apa yang membuat implementasi sekarang menjadi efektif?
Dasarnya adalah - Manajemen implementasi yang bagus. Seperti semua inisiatif yang
lain, manajemen yang bagus adalah kunci untuk implementasi yang afektif. Bila
perubahan sistemik dilaksanakan tanpa perubahan kebudayaan organisasi,
implementasinya sering gagal dan kembali ke keadaan sebelumnya, seperti kita
sudah melihat dulu setelah kepala sekolah yang mendorong prosesnya dipindahkan
kesekolah yang lain.
Untuk implementasi yang bagus semua stakeholder harus sangat mengerti peran
mereka masing-masing. Sesuai dengan etos MBS peran mereka tidak dapat
dipastikan dari awal secara hitam di atas putih, mereka perlu, secara proses terbuka,
mendiskusikan dan menukar pikiran supaya peran mereka yang paling mendukung
guru di lapangan dan proses belajar-mengajar secara maksimal dapat ditentukan. Di
dalam program baru, tidak ada peserta (stakeholder) yang dianggap superior, semua
stakeholder walau mereka adalah Dewan Pendidikan, guru baru, atau orang tua yang
petani, membawa input (pengalaman) dan kebutuhan mereka ke meja diskusi untuk
mencari jalan terbaik untuk membantu stakeholder yang lain maupun keperluan
mereka sendiri. Sekarang, yang juga sangat mendukung prosesnya adalah kita
sekalian mengimplementasikan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif dan
Menyenangkan)
Bila proses-proses di atas sudah diikuti dengan baik, dan berjalan secara efektif
kita seharusnya dapat melihat situasi pengajaran dan pelajaran yang lebih baik, tetapi
bila kita tidak mulai menghadapi hal cara siswa kita belajar, dan apa yang mereka
pelajari keuntungan mungkin tidak dapat dilihat dari hasil karya mereka (outcomes).
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial
para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun, karena itu
hubungan baik antarguru perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana kerja yang
kondusif dan menyenangkan. Dalam rangka inilah dirasakan perlunya efektifitas
manajemen berbasis sekolah untuk mengimplementasikan manajemen berbasis
sekolah secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan
kepemimpinan, perencanaan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan
33
dengan mengembangkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja,
keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang
kondusif.25
3. Keterlibatan Masyarakat pada Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).
Menurut Mulyasa,26 hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain:
a. Untuk memajukan kulitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.
b. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kulitas hidup dan penghidupan
masyarakat.
c. Merangsang masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Tujuan hubungan sekolah dengan orang tua menurut Mulyasa,27 dimaksudkan
agar orang tua mengetahui berbagai kegiatan peserta didik dan juga agar orang tua
murid mau memberi perhatian yang besar dalam menunjang program-program
sekolah. Tujuan hubungan sekolah dan orang tua peserta didik antara lain sebagai
berikut:
a. Saling membantu dan isi-mengisi.
b. Bantuan keuangan dan barang-barang.
c. Untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang kurang baik.
d. Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak.
5. Sistem pendidikan Nasional yang Diperlukan Masyarakat Masa Depan.
Dalam koridor reformasi, otonomi pendidikan mempunyai dua arti:
pertama ialah menata kembali sistem pendidikan nasional yang sentralistis
menuju kepada suatu sistem yang memberikan suatu kesempatan luas kepada
inisiatif masyarakat. Otonomi pendidikan berarti pula demokratisasi sistem
pendidikan yang berarti mengembalikan hak dan kewajiban masyarakat untuk
mengurus pendidikan.
25 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi dan Implementasi, h. 57. 26 E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi, dan Implementasi, h. 50. 27E.Mulyasa, h. 143.
34
Kedua yang dapat diamati adalah otonomi pendidikan bukan berarti melepaskan
segala ikatan untuk membangun Negara kesatuan Republik Indonesia otonomi
pendidikan justru berarti untuk memperkuat dasar-dasar pendidikan pada tingkat
Grass-Root untuk membentuk suatu masyarakat Indonesia yang bersatu berdasarkan
kebhinekaan masyarakat kita.28
GBHN, menetapkan misi dalam rangka mewujudkan visi bangsa Indonesia
antara lain:
1. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian dinamis, kreatif dan
berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.
2. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama
pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan mengembangkan sistem
ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan
berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif,
mandiri, maju, berdaya asing, berwawasan lingkungan, berkelanjutan.
3. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu
guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan,
cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan
kualitas manusia Indonesia.
Masalah efektifitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara antara
tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau
perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.
Dari berbagai analisis teori tentang efektifitas MBS, maka yang dimaksud dengan
efektifitas MBS adalah bagaimana keberhasilan MBS dalam melaksanakan semua
tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat, mendapatkan serta
memanfaatkan sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan
tujuan sekolah.
28 H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional,( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 76
35
C. Persepsi tentang Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Persepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu perception yang berarti pengamatan.
Dalam kamus ilmiah populer, kata ’persepsi’ mempunyai arti pengamatan, hal
mengetahui, melalui indera; tanggapan (indera); daya memahami.29
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, kemampuan untuk membeda-bedakan,
memfokuskan objek-objek disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan
pengamatan disebut persepsi.30
Dalam buku Psikologi Umum dan Perkembangannya, M. Alisuf Sabri
mendefinisikan persepsi atau pengamatan sebagai ”aktivitas jiwa yang
memungkinkan manusia mengenali rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-
alat inderanya”.31
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami
persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi, bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi seperti yang dikatakan oleh David Krech:
Peta kognitif individu itu buknlah penyajian potografik dari suatu kenyataan
fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai
objek tertentu, diseleksi sesuai kepentingan utamanya dan dipahami menurut
kebiasaannya. Setiap pemahaman (perciever) adalah pada tingkat tertentu bukanlah
seniman yang bersifat representatif, karena lukisan gambar tentang kemyataan itu
hanya menyatakan pandangan realitas individunya.32
Dapat diartikan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif seseorang tentang
suatu objek yang dipahami melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan
29 Pius A. Partanto & M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 591 30 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 2000), Cet. 8, h.39 31 M.Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 45 32 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 142
36
dan penciuman, dan akan menghasilkan makna yang mungkin berbeda dengan
kenyataannya.
Persepsi dikemukakan oleh Desiderato, seperti yang dikutip oleh Jalaludin
Rakhmat, ”persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).33 Dari
pendapat Jalaludin dapat dipahami bahwa persepsi itu merupakan sesuatu yang ada
dilingkungannya yang kemudian ditafsirkan sesuai dengan pengetahuannya.”
Dari pendapat di atas dapat disimak bahwa persepsi yang dimaksud lebih
ditekankan kepada kecenderungan perasaan dan sikap dari seorang pemimpin
terhadap bawahannya dari hasil interaksinya.
Persepsi diartikan dengan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari
pengamatan. Kesan tersebut menjadi isi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam
hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan
untuk masa yang akan datang. Dengan uraian ini, maka dapat dikemukakan adanya
tiga macam tanggapan, yaitu:
1) Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan
2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan
imajinatif
3) Tanggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai tanggapan
antisipatif.34
Miftah Thoha menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi
pengembangan persepsi seseorang, yaitu:
1) Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologi. sebagai contoh, terbenamnya matahari
diwaktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang
yang kelabu bagi seseorang yang buta warna.
33 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet. 21, h. 129 34 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), h. 23
37
2) Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anaknya adalah famili. Orang
tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam
memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-
persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya.
3) Kebudayaan
Kebudaaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu
faktor yang kuat di dalam mempengeruhi sikap, nilai, dan cara seseorang
memandang dan memahami keadaan di dunia ini.35
Dari beberapa pengertian persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah suatu proses pemahaman seseorang dari hasil interaksinya dengan orang lain
dalam suatu lingkungan yang berupa pendapat dan penilaian dirinya terhadap apa
yang diterima dan ditangkapnya selama melakukan kegiatan atau pekerjaan di
lingkungan tersebut. Dengan adanya persepsi maka seseorang dapat memberikan
pendapat atau penilaian tentang suatu objek yang menjadi perhatiannya. Dan dengan
adanya persepsi maka baik dan buruknya seseorang atau suatu objek dapat diketahui
dengan jelas sesuai dengan kenyataan yang ada.
Jadi, persepsi kepala sekolah dasar tentang efektifitas MBS dalam penelitian ini
adalah penilaian atau pandangan kepala sekolah dasar terhadap keefektifan
implementasi pengelolaan sekolah dasar dengan model “Manajemen Berbasis
Sekolah” yang diukur berdasarkan keberhasilan MBS dalam melaksanakan semua
tugas pokok sekolah, jalinan partisipasi masyarakat, serta pemanfaatan berbagai
sumber, baik sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan
tujuan sekolah.
35 Miftah Thoha, h. 147
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang Persepsi Kepala Sekolah Dasar tentang Efektifitas Manajeman
Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan MBS pada sekolah Dasar Negeri di Kec. Tanah
Sareal Bogor.
2. Mengetahui persepsi kepala sekolah tentang efektifitas MBS.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang menjadi objek penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri di Kec.
Tanah Sareal Kota Bogor. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
dan diperkirakan selesai pada bulan Juni 2009.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, dimana seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian.36 Dalam penelitian ini ditujukan
kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kec. Tanah Sareal Kota Bogor, yang
berjumlah 34 orang.
Sedangkan sampel adalah sebagaian dari populasi yang memiliki karakteristik
yang sama, sehingga betul-betul memiliki populasi37. Sampel dalam penelitian ini
memakai (Random Sampling), adapun yang diambil sebanyak 20 orang kepala
sekolah.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode survey, sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif analisis. Hal ini 36 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, Cet. 12, Edisi Revisi. V, h. 108. 37 Suharsimi Arikunto, h. 109.
39
dimaksudkan untuk menggambarkan suatu kegiatan atau keadaan tertentu dengan
terlebih dahulu menganalisis kejadiannya, untuk kemudian dipertimbangkan dengan
teori yang ada.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
angket dan kuesioner. Angket atau kuesioner ini merupakan data primer. Adapun
angket ini disebarkan kepada kepala sekolah-kepala sekolah untuk memperoleh data
persepsi tentang efektifitas MBS. Angket yang disebarkan kepada responden
berisikan butir-butir pernyataan dalam bentuk skala bertingkat yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.
F. Instrumen Pengumpulan Data
a. Definisi Operasional
Secara konseptual yang dimaksud dengan persepsi kepala sekolah dasar tentang
efektifitas Manajeman Berbasis Sekolah (MBS) dalam penelitian ini adalah suatu
penilaian atau pandangan kepala sekolah dasar terhadap keefektifan implementasi
pengelolaan dan pengaturan sekolah dasar dengan model ”Manajeman Berbasis
Sekolah”. Untuk dapat mengetahui tentang persepsi kepala sekolah tentang
efektifitas manajeman berbasis sekolah dapat diukur berdasarkan aspek pelaksanaan
tugas pokok sekolah, jalinan dan partisipasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya,
sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.
b.Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang bertujuan
untuk memperoleh data mengenai Persepsi Kepala Sekolah Dasar tentang Efektifitas
MBS. Angket ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang memiliki empat pilihan
alternatif jawaban, Responden hanya memilih salah satu dari alternatif jawaban
tersebut sesuai dengan pendapat atau keadaan sebenarnya. Angket ini disusun atas
dasar indikator-indikator dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
40
Tabel 1
Kisi-kisi Insrtumen Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektifitas MBS38
Variabel Indikator No. Item
Persepsi Kepala
Sekolah Dasar
Negeri tentang
Efektifitas MBS
1. Tugas Pokok Sekolah
2. Partisipasi Masyarakat
3. Pemanfaatan Sumber Daya
4. Pemanfaatan Sumber Dana
5. Pemanfaatan Sumber Belajar
14,15,16,17,18,19,20,21
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13
22,23,24,25,26,27,28
37,38,39,40,41,42,43
29,30,31,32,33,34,35,36
Tabel 2
Kisi-kisi Wawancara
No Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perkembangan dan pelaksanaan MBS
Aspek yang diterapkan pada awal pelaksanaan
Wujud pertanggungjawabannya
Jumlah SD di Kecamatan Tanah Sareal Negeri Dan Swasta
Sekolah yang telah melaksanakan MBS
Jenjang pendidikan kepala sekolah
Kepala sekolah yang telah mengikuti pelatihan MBS
G. Teknik Analisis Data
Dalam hal ini, peneliti menganalisis data berdasarkan teknik deskriptif dengan
prosentase yaitu:
1. Mentabulasi data dan dihitung prosentasenya dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
f P = X 100 %
N
Keterangan:
38 E. Mulyasa, Manajeman Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h. 82
41
P = Angka Persentase
F = Frekuansi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Case (Jumlah frekuensi atau banyaknya
Individu)39
2. Mendeskripsikan data yang menggambarkan persepsi kepala sekolah tentang
efektifitas MBS
3. Menganalisis data yang diperoleh dengan mendeskripsikan persepsi kepala
sekolah tentang efektifitas MBS.
39 Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1999), h. 43
42
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Pelaksanaan MBS Di SD Kecamatan Tanah Sareal Bogor
Pelaksanaan MBS Di Kecamatan Tanah Sareal diterapkan sejak tahun 2006
setelah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diganti dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan penerapan MBS pada dasarnya serentak
dilaksanakan oleh seluruh sekolah dasar yang ada di Kecamatan Tanah Sareal, akan
tetapi pada proses pelaksanaanya disesuaikan dengan kondisi sekolah tersebut.
Aspek-aspek yang telah dilaksanakan secara optimal yaitu aspek sosialisasi
dan pelatihan, karena aspek ini mempunyai peranan yang sangat penting agar setelah
dilaksanakan MBS ada perubahan sikap dan prilaku tenaga kependidikan dan
masyarakat.
Walaupun perkembangan MBS dilaksanakan pada setiap sekolah, akan tetapi
dalam tingkat keberhasilannya prosentase tiap sekolah berbeda. Hal ini tergantung
intensitas komunikasi antara sekolah dengan masyarakat, selain itu juga status
sekolah negeri dan swasta sangat menentukan keberhasilan penerapan MBS.
Tolak ukur MBS juga dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh sekolah,
Seperti juara tingkat Nasional: Juara kinerja Kepala Sekolah dan juara Kepala
Sekolah berprestasi. Sekolah tersebut dijadikan uji banding bagi sekolah lain, sebagai
contoh SDN Sukadamai.
Adapun jumlah Sekolah Dasar Negeri yang ada di kecamatan Tanah Sareal
34 sekolah, swasta 5 sekolah, dan jenjang pendidikan kepala sekolah rata-rata strata
satu (S1) sedangkan sebagian diploma II yang sedang melanjutkan studi strata satu.
Pelatihan MBS telah dilaksanakan pada tingkat kota, propinsi dan nasional,.
walaupun masing-masing sekolah memiliki persepsi dan pelaksanaan yang berbeda
karena adanya perbedaan karakteristik tiap sekolah.
Terkadang MBS pada setiap sekolah hanya di atas kertas dalam prakteknya
belum dilaksanakan secara maksimal karena adanya kendala yang dihadapi sekolah.
B. Deskripsi Data
32
44
Data dari hasil penelitian yang terjaring melalui penyebaran angket
dikelompokkan kedalam 4 (empat) indikator sehingga tersaji data tentang tugas
pokok sekolah, partisipasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya, pemanfaatan
sumber dana dan pemanfaatan sumber belajar. data dari ke-4 indikator tersebut
diuraikan satu demi satu.
1. Tugas Pokok Sekolah
Data tentang tugas pokok sekolah terangkum dalam 8 tabel dimulai dari tabel
3 sampai dengan tabel 10 dan tiap-tiap tabel diuraikan satu per satu sebagaimana
tercantum di bawah ini:
Tabel 3 Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam Melaksanakan Program Sekolah
No Item Alternatif Jawaban F % 1 Selalu 20 100
Sering 0 0 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 100% kepala sekolah mengaku
selalu menjalin hubungan baik dengan para guru dalam melaksanakan program
sekolah.
Tabel di bawah ini berisi data mengenai Penyelenggaraan Kegiatan
Pendidikan dengan Baik, di mana 100% kepala sekolah menyatakan selalu.
Tabel 4 Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dengan Baik
No Item Alternatif Jawaban F % 2 Selalu 20 100
Sering 0 0 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
45
Tabel 5 Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam Melaksanakan Program Sekolah
No Item Alternatif Jawaban F % 3 Selalu 18 90
Sering 2 10 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 90% kepala sekolah menyatakan
selalu melibatkan guru dalam menusun program kerja. Sementara 10% menyatakan
sering, dengan demikian kepala sekolah dengan maksimal melibatkan guru dalam
menyusun program kerja.
Selanjutnya tabel di bawah ini berisi data mengenai Penerapan MBS dapat
Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah, dimana 15% menyatakan sangat setuju,
sedangkan 25% menyatakan setuju.
Tabel 6 Melalui Penerapan MBS Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah No Item Alternatif Jawaban F %
4 Sangat Setuju 15 75 Setuju 5 25 Kurang Setuju 0 0 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 7 Tanggung Jawab kepada Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah
No Item Alternatif Jawaban F % 5 Sangat Setuju 16 80
Setuju 4 20 Kurang Setuju 0 0 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 80% kepala sekolah menyatakan
sangat setuju bahwa dengan bertanggung jawab kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sementara 20% menyatakan
46
setuju. Artinya seluruh kepala sekolah bertanggung jawab kepada orang tua,
masyarakat, dan pemerintah dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Tabel dibawah ini menggambarkan tentang menjalin hubungan baik dengan
guru dalam melaksanakan program sekolah. Untuk itu diketahui bahwa 85% kepala
sekolah sangat setuju dengan keterbukaan manajemen sekolah karena dapat
meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Sedangkan 15% kepala sekolah
menyatakan setuju.
Tabel 8 Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam Melaksanakan Program Sekolah
No Item Alternatif Jawaban F % 6 Sangat Setuju 17 85
Setuju 3 15 Kurang Setuju 0 0 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 9 Menyarankan Guru agar Meningkatkan Program Pengajaran di Sekolah
No Item Alternatif Jawaban F % 7 Selalu 16 80
Sering 4 20 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Sesuai dengan tabel di atas diketahui bahwa 80% kepala sekolah selalu
menyarankan guru agar meningkatkan program pengajaran di sekolah. Sementara
20% menyatakan sering.
Tabel di bawah ini diketahui bahwa 80% kepala sekolah menyatakan selalu
melaksanakan kepemimpinan sekolah yang demokratis. Sedangkan 20%
menyatakan sering.
47
Tabel 10 Pelaksanaan Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis
No Item Alternatif Jawaban F % 8 Selalu 16 80
Sering 4 20 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
2. Partisipasi Masyarakat
Data tentang partisipasi masyarakat terangkum dalam 13 tabel dimulai dari
tabel 11 sampai dengan tabel 23 dan tiap-tiap tabel diuraikan satu per satu
sebagaimana tercantum di bawah ini:
Tabel 11 Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Setiap Ajaran Baru
No Item Alternatif Jawaban F % 1 Selalu 20 100
Sering 0 0 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 100% kepala sekolah menyatakan
selalu mengadakan musyawarah bersama guru-guru guna penetapan rencana
program sekolah pada setiap tahun ajaran baru.
selanjutnya tabel di bawah ini diketahui bahwa 100% kepala sekolah
menyatakan selalu membuat jadwal pelaksanaan program tahunan yang telah
ditetapkan.
Tabel 12 Program Tahunan yang Telah Ditetapkan Sesuai Jadwal Pelaksanaan No Item Alternatif Jawaban F %
2 Selalu 20 100 Sering 0 0 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
48
Tabel 13 Jadwal Pelaksanaan Program Tahunan Sekolah
No Item Alternatif Jawaban F % 3 Selalu 15 75
Sering 2 10 Kadang-Kadang 3 15 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Sesuai dengan tabel di atas diketahui bahwa 75% kepala sekolah selalu
membuat jadwal pelaksanaan program tahunan sekolah bersama guru dan orang tua
murid, sedangkan 10% menyatakan sering.
Selanjutnya tabel di bawah diketahui bahwa 50% kepala sekolah menyatakan
selalu meminta orang tua murid memberikan usulan guna penetapan program
tahunan sekolah, sedangkan 30% menyatakan sering dan 20% menyatakan kadang-
kadang.
Tabel 14 Usulan dari Orang Tua Siswa Terhadap Penerapan
Program Tahunan Sekolah No Item Alternatif Jawaban F %
4 Selalu 10 50 Sering 6 30 Kadang-Kadang 4 20 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 15 Penyusunan Organisasi Sekolah Melibatkan Unsur Masyarakat
No Item Alternatif Jawaban F % 5 Selalu 11 55
Sering 4 20 Kadang-Kadang 5 25 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 55% kepala sekolah menyatakan
selalu merancang struktur organisasi sekolah dengan melibatkan masyarakat.
sementara 20% kepala sekolah menyatakan sering, akan tetapi 25% kepala sekolah
menyatakan kadang-kadang.
49
Tabel 16 HUMAS Mempunyai Wewenang
dan Tanggung Jawab yang Berbeda No Item Alternatif Jawaban F %
6 Sangat setuju 13 65 Setuju 6 30 Kurang Setuju 0 0 Tidak Setuju 1 5
Jumlah 20 100
Dari tabel di atas diketahui bahwa 65% kepala sekolah menyatakan setuju
bila setiap unit organisasi dalam struktur organisasi HUMAS mempunyai wewenang
dan tanggung jawab yang berbeda. Sementara 30% menyatakan setuju dan 5%
menyatakan tidak setuju.
Dapat diihat dari tabel di bawah ini diketahui bahwa 70% kepala sekolah
menyatakan selalu mengadakan kegiatan kerjasama dengan instansi kesehatan,
sedangkan 20% menyatakan 20%. Sementara 10% kepala sekolah menyatakan
kadang-kadang.
Tabel 17 Pengadaan Kerja Sama dengan Instansi Kesehatan
No Item Alternatif Jawaban F % 7 Selalu 14 70
Sering 4 20 Kadang-Kadang 2 10 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 18 Mengundang Orang Tua Siswa Menghadiri Rapat
No Item Alternatif Jawaban F % 8 Selalu 19 95
Sering 1 5 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 95% kepala sekolah menyatakan
selalu mengundang orang tua murid untuk menghadiri rapat atau pun pengambilan
lapor hasil belajar siswa dan hanya 5% kepala sekolah yang menyatakan sering.
50
Tabel 19 Pengadaan Bakti Sosial
kepada Masyarakat Bersama Siswa No Item Alternatif Jawaban F %
9 Selalu 3 15 Sering 7 35 Kadang-Kadang 7 35 Tidak Pernah 3 15
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 15 % kepala sekolah menyatakan
bahwa pihak sekolah selalu mengadakan bakti social bersama para siswa dan
masarakat. Sementara 35 % menyatakan sering dan kadang-kadang. Sedangkan 15 %
menyatakan tidak pernah.
Tabel 20 Antusiasme Masyarakat terhadap Program Hubungan Sekolah
No Item Alternatif Jawaban F % 10 Selalu 5 25
Sering 10 50 Kadang-Kadang 5 25 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Sesuai tabel di atas diketahui 25% kepala sekolah menyatakan bahwa
masyarakat selalu terlibat dan antusias terlibat dalam program hubungan sekolah
dengan masyarakat. Sementara 50% menyatakan sering dan 25% menyatakan
kadang-kadang.
Tabel dibawah ini diketahui bahwa 45% kepala sekolah menyatakan selalu
ikut terjun langsung dalam pelaksanaan kegiatan yang melibatkan masyarakat
sehingga pelaksanaannya berjalan dengan baik sesuai tujuan yang telah
direncanakan. Sementara 35% kepala sekolah menyatakan sering dan hanya 20%
yang menyatakan kadang-kadang.
Tabel 21 Pelibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan
No Item Alternatif Jawaban F % 11 Selalu 9 45
Sering 7 35 Kadang-Kadang 4 20 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
51
Tabel 22 Tanggung Jawab Kepala Sekolah Terhadap Pelaksanaan HUMAS No Item Alternatif Jawaban F %
12 Selalu 15 75 Sering 5 25 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 75% kepala sekolah menyatakan
selalu bertanggung jawab terhadap pelaksanaan hubungan sekolah kepada
masyarakat dan 25% kepala sekolah menyatakan sering.
Dari table menggambarkan tentang sikap kepala sekolah terhadap
pengawasan masyarakat. Untuk itu diketahui bahwa 85% kepala sekolah menyatakan
selalu tidak merasa terganggu dengan pengawasan yang dilakukan masyarakat.
sementara 10% menyatakan sering dan hanya 5% yang menyatakan kadang-kadang.
Tabel 23 Sikap Kepala Sekolah Terhadap Pengawasan Masyarakat
No Item Alternatif Jawaban F % 13 Selalu 17 85
Sering 2 10 Kadang-Kadang 1 5 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
3. Pemanfaatan Sumber Daya
Data tentang pemanfaatan sumber daya terangkum dalam 7 tabel dimulai dari
tabel 24 sampai dengan tabel 30 dan tiap-tiap tabel diuraikan satu per satu
sebagaimana tercantum di bawah ini:
Tabel 24 Pelibatkan Guru dalam Pengambilan Keputusan
No Item Alternatif Jawaban F % 1 Selalu 18 90
Sering 2 10 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
52
Tabel di atas dapat dilihat bahwa 90% kepala sekolah menyatakan selalu
melibatkan guru dalam pengambilan keputusan. sementara hanya 10% yang
menyatakan sering. Artinya seluruh kepala sekolah melibatkan guru dalam
pengambilan keputusan.
Tabel di bawah ini menggambarkan tentang optimalisasi sumber daya untuk
memajukan sekolah. Untuk itu diketahui bahwa 90% kepala sekolah menyatakan
selalu mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolah.
Sementara 10% menyatakan sering.
Tabel 25 Optimalisasi Sumber Daya untuk Memajukan Sekolah
No Item Alternatif Jawaban F % 2 Selalu 18 90
Sering 2 10 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di bawah ini diketahui bahwa 70% kepala sekolah
menyatakan TU sekolah selalu memiliki kemampuan dalam bidang administrasi dan
ketatausahaan yang menunjang KBM. Sementara 10% menyatakan sering, akan
tetapi 20 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 26 Kemampuan TU dalam Menunjang KBM
No Item Alternatif Jawaban F % 3 Selalu 14 70
Sering 2 10 Kadang-Kadang 4 20 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 27 Upaya Peningkatan Kedisiplinan Guru dalam Mengajar
No Item Alternatif Jawaban F % 4 Selalu 17 85
Sering 3 15 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
53
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 85% kepala sekolah menyatakan
selalu berusaha meningkatkan kedisiplinan guru dalam mengajar. Sementara 15%
menyatakan sering.
Tabel 28 Tingkat kedisplinan Guru dalam Mengajar
No Item Alternatif Jawaban F % 5 Selalu 10 50
Sering 6 30 Kadang-Kadang 3 20 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 50% kepala sekolah menyatakan
guru selalu disiplin dalam mengajar. Sedangkan 30% menyatakan sering dan 20%
menyatakan kadang-kadang.
Tabel di bawah ini diketahui bahwa 55% kepala sekolah menyatakan selalu
meningkatkan kesejahteraan guru dan staff. Sementara 30% menyatakan sering dan
15% menyatakan kadang-kadang.
Tabel 29 Peningkatan Kesejahteraan Guru dan Staff
No Item Alternatif Jawaban F % 6 Selalu 11 55
Sering 6 30 Kadang-Kadang 3 15 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 30 Kreatifitas Guru dalam Mendisain Program Pendidikan
No Item Alternatif Jawaban F % 7 Selalu 17 85
Sering 3 15 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 85% kepala sekolah menyatakan
selalu menyarankan perlu adanya kreatifitas guru dalam mendisain program
pengajaran, sedangkan 15% menyatakan sering.
54
4. Pemanfaatan Sumber Dana
Data tentang pemanfaatan sumber dana terangkum dalam 7 tabel dimulai dari
tabel 31 sampai dengan tabel 37 dan tiap-tiap tabel diuraikan satu per satu
sebagaimana tercantum di bawah ini:
Tabel 31 Penyediaan Bea Siswa untuk Siswa Berprestasi
No Item Alternatif Jawaban F % 1 Selalu 5 25
Sering 2 10 Kadang-Kadang 8 40 Tidak Pernah 5 25
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 25% kepala sekolah menyatakan
selalu menyediakan bea siswa bagi siswa yang berprestasi. Sementara 10%
menyatakan sering, 40% menyatakan kadang-kadang dan 25% menyatakan tidak
pernah.
Selanjutnya dari tabel di bawah ini diketahui bahwa 20% kepala sekolah
menyatakan kadang-kadang membebankan biaya ekstrakurikuler kepada orang tua
siswa. Sementara 80% menyatakan tidak pernah.
Tabel 32 Pembebanan Biaya Ekstrakurikuler Kepada Orang Tua Siswa
No Item Alternatif Jawaban F % 2 Selalu 0 0
Sering 0 0 Kadang-Kadang 4 20 Tidak Pernah 16 80
Jumlah 20 100
Tabel 33 Bea Siswa dari Lembaga Sosial/Orang Tua Asuh
No Item Alternatif Jawaban F % 3 Selalu 3 15
Sering 1 5 Kadang-Kadang 6 30 Tidak Pernah 10 50
Jumlah 20 100
55
Dari tabel di atas diketahui bahwa 15% kepala sekolah menyatakan selalu
mencarikan bea siswa atau orang tua asuh kepada siswa yang kurang mampu,
sedangkan 5% menyatakan sering, 30% menyatakan kadang-kadang dan 50%
menyatakan tidak pernah.
Tabel 34 Partisipasi Orang Tua Siswa dalam KPHB
No Item Alternatif Jawaban F % 4 Selalu 12 60
Sering 6 30 Kadang-Kadang 2 10 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 60% kepala sekolah menyatakan
selalu menerima partisipasi orang tua murid dalam kegiatan peringatan hari-hari
besar yang dilakukan oleh sekolah. Sementara 30% menyatakan sering dan 10%
menyatakan kadang-kadang.
Tabel di bawah ini diketahui bahwa 20% kepala sekolah menyatakan kadang-
kadang mengenakan biaya pemeliharaan dan perbaikan gedung sekolah kepada orang
tua murid berupa sumbangan sukarela setelah ada kesepakatan antara orang tua dan
sekolah dan 80% yang menyatakan tidak pernah.
Tabel 35 Pembebanan Biaya Pemeliharaan Gedung Sekolah
Kepada Orang Tua Siswa No Item Alternatif Jawaban F %
5 Selalu 0 0 Sering 0 0 Kadang-Kadang 4 20 Tidak Pernah 16 80
Jumlah 20 100
Tabel 36 Penyusunan Anggaran untuk Mendukung Rencana Sekolah
No Item Alternatif Jawaban F % 6 Selalu 18 90
Sering 1 5 Kadang-Kadang 1 5 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
56
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 90% kepala sekolah menyatakan
selalu menyusun anggaran yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan rencana
sekolah. Sementara 5% menyatakan sering dan kadang-kadang.
Tabel 37
Kreatifitas Guru dalam Mendisain Program Pendidikan No Item Alternatif Jawaban F %
7 Selalu 17 85 Sering 3 15 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 85% kepala sekolah menyatakan
selalu menyusun laporan akhir pengelolaan anggaran dana operasional sekolah untuk
dipertanggungjawabkan dan diajukan pada dewan sekolah. dan 15% menyatakan
sering.
5. Pemanfaatan Sumber Belajar
Data tentang pemanfaatan sumber belajar terangkum dalam 8 tabel dimulai
dari tabel 38 sampai dengan tabel 45 dan tiap-tiap tabel diuraikan satu per satu
sebagaimana tercantum di bawah ini:
Tabel di bawah ini diketahui bahwa 40% kepala sekolah menyatakan selalu
mengadakan pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan profesionalisme guru
sebagai tenaga kependidikan. Sementara 50% menyatakan sering dan 10%
menyatakan kadang-kadang.
Tabel 38 Pengadaan Pelatihan dan Pengembangan Profesionalisme Guru
No Item Alternatif Jawaban F % 1 Selalu 8 40
Sering 10 50 Kadang-Kadang 2 10 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
57
Tabel 39 Penyediaan Media Pembelajaran Efektif
No Item Alternatif Jawaban F % 2 Selalu 5 25
Sering 11 55 Kadang-Kadang 4 20 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 25% kepala sekolah menyatakan
selalu menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
teknologi dan metode pembelajaran sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih
efektif. Sedangkan 55% menyatakan sering dan 20% menyatakan kadang-kadang.
Artinya hamper seluruh kepala sekolah menyediakan media pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan teknologi dan metode pembelajaran.
Selanjutnya table di bawah ini menggambarkan tentang pemenuhan fasilitas
yang diperlukan oleh guru dan siswa. Untuk itu dapat diketahui bahwa 55% kepala
sekolah menyatakan selalu berupaya memenuhi fasilitas yang diperlukan olewh guru
mauapun murid. Sementara 35% menyatakan sering dan 10% menyatakan kadang-
kadang.
Tabel 40 Pemenuhan Fasilitas yang Diperlukan oleh Guru dan Siswa
No Item Alternatif Jawaban F % 3 Selalu 11 55
Sering 7 35 Kadang-Kadang 2 10 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 41 Mengarahkan Guru untuk Memberikan Appersepsi
No Item Alternatif Jawaban F % 4 Selalu 16 80
Sering 4 20 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
58
Dapat diketahui dari tabel di atas bahwa 80% kepala sekolah menyatakan
selalu mengarahakan guru untuk memberikan appersepsi dalam setiap awal
pembelajaran sebelum kegiatan inti. dan 20% menyatakan sering.
Tabel 42 Kelengkapan Buku Wajib bagi siswa
No Item Alternatif Jawaban F % 5 Selalu 3 15
Sering 4 20 Kadang-Kadang 2 10 Tidak Pernah 11 55
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hanya 15% kepala sekolah yang
menyatakan selalu mengharuskan siswa memiliki buku pegangan atau buku wajib
untuk semua bidang studi. 20% menyatakan sering, 10% menyatakan kadang-
kadang. Sementara 55% menyatakan tidak pernah
Dari tabel di bawah ini diketahui bahwa 70% kepala sekolah menyatakan
selalu mengarahkan guru untuk menggunakan buku atau sumber lain yang
berhubungan dengan pelajaran, sedangkan 30% menyatakan sering.
Tabel 43 Anjuran bagiGuru untuk Menggunakan sumber Lain
No Item Alternatif Jawaban F %
6 Selalu 14 70 Sering 6 30 Kadang-Kadang 0 0 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 44 Penyediaan Layanan BK
No Item Alternatif Jawaban F % 7 Selalu 6 30
Sering 8 40 Kadang-Kadang 5 25 Tidak Pernah 1 5
Jumlah 20 100
59
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hanya 30 % kepala sekolah yang
menyatakan selalu menyediakan layanan bimbingan konseling bagi para siswa.
Sementara 40 % menyatakan sering, 25 % menyatakan kadang-kadang dan 5
%menyatakan tidak pernah.
Tabel 45
Penyediaan Bimbingan Belajar No Item Alternatif Jawaban F %
8 Selalu 4 20 Sering 9 45 Kadang-Kadang 7 35 Tidak Pernah 0 0
Jumlah 20 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 20% kepala sekolah menyatakan
selalu menyarankan siswa untuk mengikuti bimbingan belajar atau les di sekolah.
Sementara 45% menyatakan sering dan 35% menyatakan kadang-kadang.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari beberapa data yang merupakan hasil perhitungan statistic deskriptif,
yang perlu dibahas adalah nilai mean atau nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi dan gambaran msing-masing aspek yang diteliti
berdasarkan tanggapan responden.
Untuk memberikan interprestasi atas nilai rata-rata yang diperoleh
digunakan pedoman interprestasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto, yaitu sebagai berikut:40
- Sangat Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100 %
- Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 51-75 %
- Kurang Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 26-50 %
- Tidak Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 0-25 %
Untuk menentukan presentase, digunakan perhitungan sederhana dengan
langkah-langkah sebagai berikut: 40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 196
60
- Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan
jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
- Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang
diperoleh dari hasil penelitian.
- Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus:
NS X 100 %
NH
Berdasarkan skor penelitian yang ada maka dapat disajikan analisis
deskriptif sebagai berikut:
Tabel 46
Nilai Rata-Rata Skor Penelitian
Indikator Skor Nilai Harapan
(NH)
Nilai Skor (NS)
NS X 100 %
NH
Keterangan
1. Tugas Pokok
Sekolah
619 8 X 4
= 32
619 : 20
= 30,95
( 30,95 : 32 ) X 100 %
= 96,7 %
Sangat
Efektif
2. Partisipasi
Masyarakat
912 13 X 4
= 52
912 : 20
= 45,6
( 45,6 : 52 ) X 100 %
= 87,6 %
Sangat
Efektif
3. Pemanfaatan
Sumber Daya
514 7 X 4
= 28
514 : 20
= 25,7
( 25,7 : 28 ) X 100 %
= 91,7 %
Sangat
Efektif
4. Pemanfaatan
Sumber Dana
356 7 X 4
= 28
356 : 20
= 17,8
( 17,8 : 28 ) X 100 %
= 63,5 %
Efektif
5. Pemanfaatan
Sumber Belajar
501 8 X 4
= 32
501 : 20
= 25,05
( 25,05 : 32 ) X 100 %
= 78,2 %
Sangat
Efektif
Jumlah
2902
172
145,1 (145,1:172) X 100%
= 84,3%
Sangat
Efektif
Sebagaimana terlihat pada tabel 46 di atas, berdasarkan nilai rata-ratanya
untuk indikator tugas pokok sekolah berkategori sangat efektif, partisipasi
masyarakat berkategori sangat efektif, pemanfaatan sumber daya berkategori sangat
efektif, pemanfaatan sumber dana berkategori efektif, dan pemanfaatan sumber
belajar berkategori sangat efektif.
61
Dengan demikian, walau ada satu indikator yang berkategori efektif, namun secara umum Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Kecamatan Tanah Sareal Bogor berkategori Sangat Efektif. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan rata-rata tiap item sebagaimana terdapat pada lampiran, diketahui hampir semua pernyataan berkategori sangat efektif, hanya beberapa yang jawabannya berkategori efektif, bahkan kurang efektif.
Pada indikator tugas pokok sekolah sudah sangat efektif, ini terlihat dari skornya yang mencapai 96,7%. Begitu pula pada indikator partisapasi masyarakat sudah sangat efektif terlihat dari skornya mencapai 87,6%, hanya hal-hal yang perlu mendapat perhatian serius dari pihak sekolah adalah tentang jadual pelaksanaan program tahunan sekolah yang dibuat kepala sekolah, guru, dan orang tua, sekolah meminta orang tua siswa memberikan usulan dalam penerapan program tahunan sekolah, struktur organisasi sekolah melibatkan unsur masyarakat, mengadakan kegiatan kerjasama dengan instansi kesehatan, dan pihak sekolah mengadakan bakti sosial kepada masyarakat bersama siswa yang hanya kadang-kadang dilibatkan, serta masih kurangnya antusias masyarakat dalam program hubungan sekolah, pelaksanaan kegiatan yang melibatkan masyarakat berjalan dengan baik sesuai tujuan yang direncanakan, dan ada beberapa kepala sekolah yang justru merasa terganggu dengan pengawasan yang dilakukan masyarakat.
Dan pada indikator pemanfaatan sumber daya pun sudah sangat efektif, yang dapat terlihat pada skor yang mencapai 91,7%. Hanya masih ada yang perlu diperbaiki dalam pernyataan kemampuan TU menunjang KBM yang masih kurang dan juga pernyataan guru sudah disiplin dalam mengajar karena masih ada guru yang kurang disiplin dalam mengajar. pada indikator pemanfaatan sumber dana sudah efektif terlihat dari pencapaian skor 63,5%, tapi walau begitu masih ada yang harus diperbaiki yaitu pernyataan sekolah menyusun anggaran untuk mendukung rencana sekolah yang pada pelaksanaanya masih kurang efektif.
Terakhir, pada indikator pemanfaatan sumber belajar ang sudah sangat efektif dengan pencapaian skor 78,2%, dari indikator ini ada hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian adalah tentang mengadakan pelatihan dan pengembangan profesionalisme guru yang masih terkadang saja diadakan dan dilaksanakan dan menyediakan media pembelajaran efektif yang masih kurang. serta masih kurangnya pemenuhan fasilitas yang diperlukan oleh guru dan siswa.
62
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat
dikemukakan beberapa temuan, yaitu:
1. Persepsi kepala sekolah dasar tentang efektivitas MBS di kecamatan tanah
sareal Bogor sangat baik, hal ini dibuktikan dari lima indikator. Empat
indicator berkategori sangat efektif, yaitu tugas pokok sekolah, partisipasi
masyarakat, pemanfaatan sumber daya dan pemanfaatan sumber belajar.
Sedangkan yang berkategori efektif, yaitu pemanfaatan sumber dana.
2. Masih ada yang perlu diperhatikan terkait dalam indicator pemanfaatan
sumber dana, seperti penyediaan bea siswa untuk siswa berprestasi,
pembebanan biaya ekstrakurikuler kepada orang tua siswa, bea siswa dari
lembaga sosial/orang tua asuh, partisipasi orang tua siswa dalam kegiatan
peringatan hari besar(kphb), pembebanan biaya pemeliharaan gedung
sekolah, kepada orang tua siswa, penyusunan anggaran untuk mendukung
rencana sekolah dan kreatifitas guru dalam mendisain program pendidikan.
Dari temuan-temuan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa para kepala
sekolah berpersepsi sangat baik terhadap penerapan MBS di Kecamatan Tanah
Sareal Bogor. Karena kepala sekolah berpersepsi sangat baik, maka efektivitas
dalam melaksanakan tugas pokok sekolah, partisipasi masyarakat, pemanfaatan
sumber daya, pemanfaatan sumber belajar dan pemanfaatan sumber dana berjalan
sangat efektif.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, ada beberapa hal yang dapat disampaikan
peneliti sebagai saran terhadap Persepsi kepala sekolah dasar tentang efektivitas
MBS di kecamatan tanah sareal Bogor, yaitu:
1. Kepala Sekolah, sebagai seseorang yang memegang peranan yang sangat
penting di sekolah hendaknya memperluas wawasan dalam pengkajian
64
tentang persepsi mengenai efektifitas MBS dan meningkatkan keleluasaan
dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan sumber daya, kurikulum,
dan peningkatan profesionalisme guru.
2. Bagi guru hendaknya dapat meningkatkan kepedulian guru dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan cara
pengelolaan komponen-komponen pengajaran secara efektif dan efisien
dengan cara mengikuti langkah-langkah belajar dengan sistem ”MBS”.
3. Pengawas Pendidikan hendaknya melakukan upaya-upaya maksimal bagi
sekolah yang kemampuan manajemennya kurang untuk menyiapkan
pelaksanaan MBS, sehingga berjalan efektif.
4. Kepala Dinas hendaknya lebih mensosialisasikan dan mengadakan pelatihan
MBS secara merata di setiap unit sekolah.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Edisi. 1, Cet. 15, 2005.
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2004.
Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah
dengan Pendidikan Agama di Sekolah Umum, Jakarta:2002.
Drs, N. A. Ametembun, Scool-Based Management (Manajemen Berbasis-Sekolah),
Bandung: Suri, 2001.
Drs. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. 21, 2004.
Drs. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: PT. Bulan
Bintang, Cet. 8, 2000.
Drs. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,
Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987.
E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi dan Implementasi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. 10, 2006.
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. 6, 2005.
Hikmat RJ Suganjar, School Based Management (SBM), Bandung: Armico, 2003.
Ibtisam Abu-Duhou, School-Based Management, Terjemahan, Jakarta: Logos, 2002.
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Komite Sekolah,
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, Cet. 1, 2003.
Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M. Sc. Ed., Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, Cet. 1, 2002.
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT. Ardadizya
Jaya, Cet. 1, 2000.
T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, Edisi 2, Cet. 9, 1995
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2002.
66
Umaedi, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Strategi PeningkatanMutu Pendidikan
pada Madrasah, Jakarta: Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama
Islam, Direktorat Madrasah dengan Pendidikan gama di Sekolah Umum,
2002.
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Depdiknas,
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002.