Post on 20-Mar-2021
i
SKRIPSI
KINERJA POLISI LALU LINTAS
DALAM PENERAPAN E-TILANG DI KOTA MAKASSAR
Oleh:
AHMAD FADLI
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 04986 14
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
SKRIPSI
KINERJA POLISI LALU LINTAS
DALAM PENERAPAN E-TILANG DI KOTA MAKASSAR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
AHMAD FADLI
Nomor Stambuk: 10561 04986 14
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
v
\
vi
ABSTRAK
Ahmad Fadli, Andi Rosdianti Razak dan Muhammad Tahir. Kinerja Polisi Lalu
Lintas Dalam Menerapkan E-Tilang di Kota Makassar.
Kinerja merupakan salah satu faktor yang menentukan pencapaian tujuan
organisasi. Berdasarkan hal tersebut kajian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kinerja kepolisian dalam menerapkan e-tilang dan penyelesaian perkara
tindak pidana pelanggaran berlalu lintas di Kota Makassar.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan yaitu bentuk penelitian
yang bertujuan mengungkapkan makna yang diberikan oleh masyarakat pada
perilakunya dan kenyataan sekitar.Metode yang digunakan adalah metode kualitatif
yaitu suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik
pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kinerja polisi lalu lintas dalam
mensosialisasikan e-tilang di kota Makassar belum berjalan sesuai dengan prosedur
yang erlaku dan optimal. Masyarakat juga menilai bahwa penerapan e-tilang ini
hanya sebagai alat untuk memantau keadaan ruas-ruas jalan di kota Makassar dan
tidak berfungsi sebagai alat penilangan secara otomatis. Dengan adanya penerapan e-
tilang dapat meningkatkan keselamatan dan ketertiban di jalan dan meningkatkan
disiplin berlalu lintas dan menekan tingkat fatalitas korban kecelakaan dengan
melalui pelatihan e-tilang di kota Makassar.
Kata Kunci: Kinerja, Polisi Lalu Lintas, Pener
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Menerapkan E-Tilang di Kota Makassar”. Untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program Ilmu Administrasi
Negara di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik tanpa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kepada Ibu Dr. Andi Rosdianti Razak, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr.
Muhammad Tahir, M.Si selaku pembimbing II. Terima kasih atas segala
bimbingan, ajaran dan ilmu-ilmu baru yang penulis dapatkan selama penyusunan
skripsi ini. Dengan segala kesibukan masing-masing dalam pekerjaan maupun
pendidikan, masih bersedia untuk membimbing dan menuntun penulis dalam
menyusun skripsi ini. Terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan yang
penulis lakukan.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara dan Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos., M.AP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Kedua orang tua penulis, Ibunda Sitti Aminah, S.Pd, Ayahanda Drs. Kamo. S.Pd,
adik-adik tercinta ananda, Fajar Al Ifkhan dan Jusmiati Usman, dan seluruh
keluarga besar penulis. Terimakasih atas curahan kasih sayang, dorongan doa,
nasihat, motivasi, dan pengorbanan materialnya selama penulis menempuh studi
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Segenap Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammaiyah Makassar.
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM .......................................................................... ...iv
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 9
BAB II. TINJAUAN .................................................................................................. 10
A. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 10
B. Teori dan Konsep Kinerja .............................................................................. 11
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ................................................ 14
D. Indikator Kinerja ............................................................................................ 16
E. Pengertian Rekaman CCTV (Closed Circuit Television) ............................. 18
F. Pengertian E Tilang ........................................................................................ 20
G. Kerangka Pikir ............................................................................................... 25
H. Fokus Penelitin ............................................................................................... 26
I. Deskripsi Fokus Penelitian ............................................................................. 27
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 28
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................................... 28
B. Jenis dan Tipe Penelitian ................................................................................ 28
C. Sumber Data ................................................................................................... 29
D. Informan Penelitian ........................................................................................ 30
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 31
F. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 33
G. Teknik Pengabsahan Data .............................................................................. 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 35
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Polrestabes Makassar .......................... 35
B. Hasil Penelitian .............................................................................................. 43
C. Pembahasan Penelitian ................................................................................... 46
D. Faktor Penghambat Dalam Penerapan E-Tilang Di Kota Makassar .............. 54
x
E. Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Hambatan Yang Terjadi Dalam
Sosialisasi Tilang Elektronik .......................................................................... 56
BAB V. PENUTUP ................................................................................................... 59
A. Kesimpulan .................................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 61
LAMPIRAN ............................................................................................................... 64
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan ------------------------------------------------------------------------- 31
Tabel 4.1 Angka Pelanggar Lalu Lintas -------------------------------------------------- 46
Tabel Matriks --------------------------------------------------------------------------------- 65
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ---------------------------------------------------------------- 25
Gambar 3.1 Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman ------------- 33
Gambar 4.1 Logo PolretabesKota Makassar --------------------------------------------- 38
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Sat Lantas Polrestabes Makassar ------------------ 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar
yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia juga akan batu sandungan dalam era
globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persimpangan mutu. Jika bangsa
Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan global. Maka langka yang pertama yang
harus dilakukan adalah menata sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual,
spiritual, kreativitas, moral, maupun tanggung jawab.Kualitas sumber daya manusia
sangat erat kaitannya dengan kinerja (Performance).
Sebagai aparatur pemerintah, pegawai sekaligus sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pemikir,
perencana, penggerak partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetian kepada pancasila dan undang-
undang dasar 1945 serta sekaligus berperan sebagai pengendali dan pengawas
pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Melalui kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu
pekerjaan atau apa yang keluar ( out-come ). Bila diperhatikan lebih lanjut apa yang
terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan adalah suatu proses yang mengolah in-
put menjadi out-put( hasil kerja ). Penggunaan indikator kunci untuk mengukur hasil
2
.
kinerja individu, bersumber dari fungi-fungsi yang diterjemahkan dalam
kegiatan/tindakan dengan landasan standar yang jelas dan tertulis.Mingingat kinerja
mengandung komponen kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat
tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya, terutama tujuan
organisasi.
Kinerja sering dianggap sebagai konstruk multidimensi (Bates & Holton,
2009) yang tidak hanya dikaitkan dengan keseluruhan organisasi tetapi juga dengan
bagian-bagian dalam organisasi termasuk unit aktivitas, proses dan individu
karyawan.Karena itulah sangat tidak mengherankan jika kinerja didefinisikan secara
beragam.Dalam hal ini kinerja kepolisian di uji untuk mampu memberantas persoalan
lalu lintas agar dapat mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.Sangat di harapkan
dengan adanya E-Tilang dimaksudkan untuk bisa memberikan efek waspada kepada
para pengguna jalan agar selalu berhati-hati dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas
yang ada.Meski pihak kepolisian tidak ada di lokasi untuk mengatur lalu lintas di
jalan.
Kesesuian kompetensi dengan bidang tugas berpengaruh terhadap
kinerja.Faktor pertimbangan dalam penempatan seseorang dalam bidang tugas baik
penempatan awal, mutasi maupun promosi menjadi hal-hal yang dapat
memepengaruhi kinerja polisi. Dalam prakteknya terutama dalam organisasi
pemerintah lebih mengedepankan proses seleksi atau atau proses rekrutmen dengan
sederet persyaratan yang rumit. Dalam pengalaman emperik, jika untuk
3
.
meningkatkan kinerja polisi maka kompetensi seorang menjadi persyaratan yang
utama harus di penuhi.
Efektivitas menggambar seluruh siklus input, proses dan output yang
mengacu pada hasil guna dari pada suatu organisasi, program atau kegiatan yang
menyatakan sejauh mana tujuan yang telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya
suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Hal ini berarti
bahwa pengertian efektivitas yang di pentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan
yang dikehendaki.Polisi memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja
maka perhatian dalam peningkatan kinerja menjadi penting.polisi sebagai pengayom
masyarkat memiliki tugas utama untuk memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Berdasarkan keseluruhan etos kinerja dan manajemen kinerja dengan asumsi
bahwa jika tingkat kinerja polisi dapat meningkat, kinerja yang lebih baik akan
mengikuti sebagai akibat langsung. Dengan demikian mereka menganggap sumber
daya sebagai asset paling berharga.Keberadaan anggota polisi sebagai aparat penegak
hukum dituntut untuk bekerja secara legalitas proporsionalitas efektif dan efisien
dalam rangka memaksimalkan tugas pokok fungsi dan peran kepolisian.
Membahas tentang kinerja dan pencapaian tujuan organisasi tidak terlepas
dari siapa yang ada dan menjalankan organisasi tersebut, tidak lain adalah manusia
itu sendiri. Sebagai unsur organisasi, manusia memiliki peran yang sangat penting
dalam menjalankan fungsinya dalam rangka kemajuan organisasi.Potensi setiap
4
.
individu yang ada dalam organisasi harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal.Di mana keberhasilan organisasi
sangat tergantung pada peran manusia didalamnya karena manusia sebagai sumber
daya yang potensial dan merupakan sumber kekuatan untuk menggerakkan roda
aktivitas organisasi. Sumber daya manusia harus diarahkan dan dikoordinasikan
untuk menghasilkan konstribusi terbaik bagi organisasi, sehingga apa yang menjadi
tujuan organisasi dapat terwujud.
Realitas kinerja kepolisian membutuhkan adanya partisipasi masyarakat untuk
membangun bersama sebuah lingkungan yang aman. Tuntutan Profesional,
Proporsional, humanis merupakan wujud dari kinerja kepolisian di mata masyarakat.
Kepolisian mengeluarkan tindakan baru dalam penegakan tertib lalu lintas bernama
E-Tilang (tilang elektronik). E-Tilang adalah digitalisasi proses tilang, dengan
memanfaatkan teknologi, diharapkan seluruh proses E-Tilang akan lebih efisien dan
efektif juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi.
Melalui Kombes Polisi Dicky Sondani dalam keterangannya memberitahukan
pelaksanaan E- Tilanguji coba tilang elektronik di Kota Makassar ini dimulai pada
Selasa (18/12/2018) hingga Minggu (23/12/2018). Sedangkan penerapan resminya
akan dimulai pada Senin (24/12/2018). Artikel ini telah tayang di Kompas.com
dengan judul "Selasa, Makassar Uji Coba Tilang Elektronik", yakni di berbagai titik
kota. Saat ini e-TLE atau tilang elektronik baru di pasang di 23 titik di Kota Makassar
diantaranya “Under Pass Simpang 5 Bandara Sultan Hasanuddin, Simpang 4 Daya,
5
.
Telkomas, Jalan AP Pettarani (Fly Over bawah), Fly Over atas (Urip Sumoharjo),
Lanto Dg Pasewang-Ratulangi, Rujab GubernurSudirman, Jalan Sudirman-Kartini,
Haji BauRatulangi, Jalan Abdesir-SMA 5, Jalan Kerung-kerung-Veteran, Jalan
Mesjid RayaBandang, Andalas-Tentara Pelajar, Haji BauPenghibur, Jalan
Bawakaraeng-Latimojong,Bawakaraeng-Jalan Vetran, Jalan LatimojongSungai
Saddang, Tentara Pelajar-Dr Wahidin, Toddopuli-Jalan Anggrek, Jalan Ahmad Yani
(Depan Malpolrestabes Makassar)-Teras Balai Kota Makassar, Roof Top, Jalan
Ratulang, Jalan Adyaksa-Pengayoman, Jalan Jenderal Sudirman (Monumen
Mandala).
Begitu pula halnya, seharusnya pihak kepolisian memberikan
pe3nerapanlanjutan ke sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman kepada para
remaja agar selalu mematuhi aturan lalu lintas yang berlaku. Dan menjelaskan kepada
seluruh kalangan baik berupa seminar atau kompersipers terhadap penerapan E-
Tilang dan sanksi yang akan di berikan ketika masih ada pengguna jalan yang belum
mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada di badan jalan. Dengan memberikan
sosialisasi terus menerus tentu akan memberikan pemahaman mendalam kepada
seluruh warga kota Makassar tentang aturan berlalu lintas. Sehingga akan
mengurangi angka pelanggaran dan kecelakaan bagi para pengguna jalan di kota
Makassar.
Berdasarkan kantor kejaksaan Negeri Makassar dapat kita ketahui bersama
mengenai data jumlah denda tilang melalui E-Tilang yakni di umumkan setiap hari
6
.
jum’at melalui via sms terhitung mulai dari 2 bulan terakhir yakni bulan November –
Desember 2019. Adapun jumlah data sidang pelanggaran lalu lintas pada tanggal 15
November 2019 sebanyak 203 pelanggaran.Pelanggaran tanggal 22 November 2019
sebanyak 65 pelanggaran.Tanggal 29 November 2019 pelanggaran sebanyak
121.Pada tanggal 06 Desember 2019 pelanggaran sebanyak 87.Dan pada tanggal 13
Desember 2019 pelanggaran sebanyak 60.Adapun jenis pelanggaran meliputi
pelanggaran marka jalan, rambu lalu lintas, tidak menggunakan helm dan melawan
arus, dan terdiri dari kendaraan roda dua, roda 4, dan Truk.
Melalui sistem transportasi merupakan hal yang krusial dalam menentukan
keefektifansuatu kota. Banyak sekali kasus pelanggaran lalu lintas di jalan raya
yangdilakukan oleh pemakai jalan yang cenderung mengakibatkan timbulnya
kecelakaan dan kemacetan lalu lintas yang semakin meningkat. Pelanggaran lalu
lintas mayoritas berupa pelanggaran dalam hal marka, rambu lalu lintas dan
lampupengatur lalu lintas seperti larangan berhenti, parkir di tempat-tempat
tertentu,menerobos lampu merah, tanpa surat dan kelengkapan kendaraan , dan lain -
lain.
Berdasarkan Undang-Undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan untuk
mencapaitujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila,
transportasimemiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa
yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas
7
.
seluruh sektor dan wilayah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan
strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan
kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Undang-Undang ini
melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis
dalammendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya
memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam batang tubuh di jelaskan
bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh undang-undang ini adalah :
1. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Berdasarkan keterangan diatas bahwa adapun proses penerapan pada program
E-Tilang telah di jelaskan sebagai berikut :
Dengan proses pelayanan lebih cepat dari tilang konvensional, E-tilang
merupakan proses tilang dengan memanfaatkan teknologi yang diharapkan seluruh
prosestilang akan lebih efisien dan efektif. Penggunaan alat bukti rekaman CCTV
dalam proses E-tilang ini masih belum menyeluruh di Indonesia. Berdasarkan
latarbelakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
8
.
“Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Melakukan Penerapan Sistem E-Tilang Di Kota
Makassar.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan tersebut di atas, maka
terdapat dua rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut, yaitu:
1. Bagaimana kinerja polisi lalu lintas dalam melakukan penerapan program E-
Tilang di Kota Makassar ?
2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam dalam melakukan
penerapan program E-Tilang di Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti haruslah mempunyai tujuan yang
hendak dicapai yang mempunyai manfaat. Maka akan terdapat solusi untuk
permasalahan yang dihadapi. Karena tujuan ini akan menunjukan kualitas penelitian.
Dari uraian latar belakang, rumusan masalah diatas maka pada dasarnya penelitian ini
bertujuan:
a. Untuk mengetahui kinerja polisi lalu lintas dalam dalam melakukan penerapan
sistem E-Tilang di Kota Makassar.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam dalam
melakukan penerapan sistem E-Tilang di Kota Makassar.
9
.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan
kegunaanpraktis, yaitu:
a. Secara Teoritis
Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan penulis dalam bidang penggunaan rekaman CCTV terhadap
penerapan sistem E-tilang di Kota Makassar.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
bagipraktisi dalam mengetahui apa saja faktor penghambat terhadap penerapan
sistem E-tilang di Kota Makassar.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian terdahulu yang membahas oleh
Wahyuningsih, Setiyanto, Gunarto (2014) tentang Efektivitas Penerapan Sanksi
Denda E-Tilang Bagi Pelanngar Lalu Lintas. Berdasarkan undang-undang nomor 22
Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (Studi di Polres Rembang) dengan
hasil penelitian suatu penerapan e-tilang akan berjalan lancar, cepat dan mudah
apabila didukung oleh fasilitas sistem informasi yang berbasis jaringan atau website
sehingga menjadi cepat dan mudah serta keterbukaan pelaksanaan proses e-tilang
menjadi transparan di masyarakat. Dalam upaya pecegahan praktik pungutan liar
yang belum mengacu pada prinsip-prinsip pelayanan yang meliputi kesederhanaan,
kejelasan, kepastian waktu, dan kelengkapan sarana dan prasarana.Disamping itu
dalam memberikan pelayanan kurang dapat memelihara hubungan kerja serta
menciptakan kepuasan kepada masyarakat yang dilayani.
Menyikapi fenomena yang ada aparat harus memahami betul tugas pokok dan
fungsinya terutama yang bertugas di ruang pelayanan E-Tilang.Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan senantiasa perlu ditingkatkan, agar penilaian
masyarakat yang kurang puas terhadap citra dan kualitas pelayanan kepolisian yang
diberikan aparat kepolisian dapat diminimalisir sekecil mungkin.Disamping agar
11
.
masyarakat lebih memahami dengan adanya E-Tilang sebagaimana yang telah
diuraikan sebelumnya.
Adapun yang dilakukan kepolisian adalah untuk menumbuhkan kesadaran
dalam diri tentang keamanan yang diupayakan oleh aparat untuk diri masyarakat
sendiri, dan tidak menjadikan polisi sebagai musuh rakyat melainkan sebagai penjaga
keamanan masyarakat. Untuk mempertegas solusi alternatif permasalahan lembaga
polresta diharapkan untuk mendukung sepenuhnya terhadap petugas atau polisi dalam
upaya meningkatkan citranya dimata masyarakat terutama dalam pemberian
pelayanan surat E-Tilang, penyediaan fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana
sehingga memudahkan polisi dalam melaksanakan tugas secara maksimal.
B. Teori dan Konsep Kinerja
Setiap organisasi dituntut untuk memberikan konstribusi positif melalui
kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi tergantung pada kinerja pegawainya
(Gibson, et all, 2013:364).Kinerja adalah tingkat terhadapnya para pegawai mencapai
persyaratan pekerjaan secara efisien dan efektif (Simamora, 2015:34).Kinerja
pegawai merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antar hasil yang dapat dilihat
secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan organisasi.Kemudian
Robbins (2015) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai oleh pegawai
dalam pekerjaannya menurut kriteria yang berlaku untuk suatu pekerjaan.
Mangkunegara (2012:67) kinerja ialah hasil kerja baik secara kualitas maupun
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas sesuai dengan
12
.
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Sedangkan Rivai (2015:532) kinerja
diartikan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan,
dan menyempurnakannya sesuai tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan.
Perhatian terhadap kinerja merupakan suatu hal yang perlu bagi sebuah
organisasi ataupun perusahaan. Kinerja bukan hanya sekedar mencapai hasil tapi
secara luas perlu memperhatikan aspek-aspek lain, sebagaimana definisi kinerja
menurut Prawirosentono (2010), kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekolompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika.
Demikian juga kinerja sering dianggap sebagai konstruk multidimensi (Edy
Sustrisno,2014) yang tidak hanya dikaitkan dengan keseluruhan organisasi tetapi juga
dengan bagian-bagian dalam organisasi termasuk unit aktivitas, proses dan individu
karyawan.Karena itulah sangat tidak mengherankan jika kinerja didefinisikan secara
beragam.Untuk memahami pengertian kinerja, kiranya perlu terlebih dahulu
memahami arti kata kinerja secara harfiah.
Berdasarkan terjemahan silang ini tampak bahwa performance mempunyai
pengertian yang berbeda. Di satu sisi pengertiannya adalah kinerja, dan di sisi lain
pengertiannya adalah pertunjukan, pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil.
13
.
Dengan demikian, secara matematis, bisa disimpulkan bahwa kinerja pengertiannya
sama dengan pertunjukan, pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil. Namun
jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian yang pas untuk
kinerja adalah prestasi atau hasil.
Meski secara harfiah kinerja adalah kata benda yang memiliki definisi yang
sama dengan hasil atau prestasi, kinerja dalam literatur manajemen dan organisasi
memiliki makna luas dan beragam; bukan sekedar hasil atau prestasi. Cermati
misalnya pemahaman dan makna kinerja seperti yang dirangkum oleh
Moeheriono.(2012) sebagai berikut.
1. Kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur, baik diukur menggunakan angka
atau menggunakan sebuah ekspresi yang memungkinkan terjadinya komunikasi.
2. Kinerja berarti berupaya, sesuai dengan maksud tertentu, untuk menghasilkan
sesuatu (misal upaya menciptakan nilai).
3. Kinerja adalah hasil dari sebuah tindakan.
4. Kinerja adalah kemampuan untuk menghasilkan atau potensi untuk menciptakan
hasil (sebagai contoh, kepuasan pelanggan bisa dilihat sebagai potensi bagi
organisasi untuk menciptakan penjualan pada jangka waktu yang panjang).
5. Kinerja adalah perbandingan antara hasil dengan benchmark (patokan) tertentu
baik yang ditetapkan secara internal maupun patokan eksternal.
6. Kinerja merupakan hasil yang tidak diduga (mengejutkan) dibandingkan dengan
yang diharapkan.
14
.
7. Dalam disiplin psikologi, kinerja adalah bertindak (acting out).
8. Kinerja adalah pergelaran, khususnya dalam seni pertunjukan, yang melibatkan
para aktor, peran mereka dan bagaimana peran dimainkan serta melibatkan orang
luar yang menonton pergelaran tersebut.
9. Kinerja adalah judgment (sebuah keputusan atau penilaian) yang didasarkan
pada sesuatu yang lain sebagai pembanding. Persoalannya adalah siapa yang
harus menjadi pengambil keputusan dan bagaimana kriterianya.Usia mereka
berkisar belasan tahun hingga dua puluhan. Anak-anak yang seharusnya lebih
banyak berada di lingkungan sekolah dan ekstrakurikuler, namun banyak dari
mereka ternyata menghabiskan waktunya dengan aksi-aksi kriminalnya.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja yang secara konseptual merupakan konstruk yang sangat kompleks,
multi dimenasi dan multi-faceted sudah barang tentu melibatkan banyak faktor untuk
mewujudkannya. Secara umum beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:
1. Faktor individu.
Sumberdaya manusia bisa dikatakan mempunyai pengaruh besar dalam
kehidupan organisasi mengingat merekalah yang secara riil menjalankan aktivitas
sehari-hari organisasi.Baik buruknya kinerja organisasi tentu saja dipengaruhi oleh
kompetensi, kemampuan menjalankan tugas, pengetahuan, sikap kerja, komitmen,
dan motivasiserta efikasi diri karyawan.Semua atribut individu ini pada akhirnya ikut
berperan dalam meningkatkan kinerja organisasi.
15
.
2. Faktor kepemimpinan.
Tidak jarang dalam praktik ditemukan seorang karyawan yang memiliki
kompetensi yang tinggi tetapi kinerjanya buruk.Hal ini sering terjadi kepada satu atau
dua orang karyawan tetapi boleh jadi pada sebagian besar karyawan.Salah satu
penyebabnya adalah kualitas kepemimpinan seorang manajer.Manajer seringkali
mampu menjalankan fungsi manajerialnya, misal dalam hal pembuatan keputusan
tetapi tidak jarang gagal menjalankan fungsi kepemimpinan.Manajer misalnya tidak
mampu berinteraksi dengan karyawan dan gagal memberi dorongan, motivasi,
inspirasi dan dukungan terhadap karyawan.Akibatnya bisa diduga, karyawan tidak
bisa bekerja maksimal sehingga organisasi tidak mampu menghasilkan kinerja yang
diinginkan.
3. Faktor tim kerja.
Dalam kehidupan organisasi, tidak semua pekerjaaan bisa diselesaikan
seorang karyawan secara mandiri.Suka atau tidak keterlibatan rekan kerja tidak bisa
dihindarkan.Artinya kinerja individu dalam organisasi secara menyeluruh tidakhanya
ditentukan oleh kapasitas seseorang dalam menyelesaikan tugas tetapi juga dukungan
rekan kerja menjadi penting. Oleh karena itu dukungan tim kerja menjadi penentu
kinerja organisasi.
4. Faktor sistem organisasi.
Dalam bahasa sistem, organisasi terdiri dari banyak sub-sistem yang saling
berhubungan.Artinya gagalnya salah satu sub-sistem bisa menggagalkan performa
16
.
organisasi secara keseluruhan. Hal ini berarti organisasi harus secara menjaga dan
memonitor sistem organisasi agar organisasi bersangkutan berjalan lancar sehingga
organisasi mampu berkinerja dengan baik
5. Faktor situasi (konteks).
Keempat faktor yang disebutkan dimuka biasa disebut sebagai faktor internal
organisasi.Menurut teori sistem – open system theory keberhasilan sebuah organisasi
berprestasi tidak hanya ditentukan oleh faktor internal tetapi juga faktor
eksternal.Kemampuan organisasi mengatasi tekanan faktor eksternal seperti situasi
ekonomi, politik, budaya, teknologi, dan persaingan memungkinkan organisasi bisa
bekerja dengan baik yang berarti pula kinerjanya baik.
D. Indikator Kinerja
Indikator pengukuran kinerja merupakan salah satu hal yang mendasar dalam
manjemen kinerja.Manfaatnya sebagai landasan untuk memberikan umpan balik,
mengidentifikasi butir-butir kelemahan sebagai sarana koreksi dan
pengembangan.Langkah ini sebagai jawaban terhadap dua persoalan utama yaitu
apakah kita sudah mengerjakan hal yang benar dan apakah sudah mengerjakannya
dengan baik.
Adapun kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
17
.
kriteriayang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan
Basri, 2015:50).Adapun indikatornya yakni :
1. Kesesuaian Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia.
2. Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan
Suatu program dikatakan efektif apabila usaha atau tindakan yang dilakukan
sesuai dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas digunakan sebagai tolok ukur untuk
membandingkan antara rencana dan proses yang dilakukan dengan hasil yang
dicapai.
3. Kepatuhan Terhadap Regulasi
kepatuhan sebagai perilaku mengikuti permintaan otoritas meskipun individu
secara personal individu tidak setuju dengan permintaan tersebut. Kepatuhan
mengandung arti kemauan mematuhi sesuatu dengan takluk, tunduk.
4. Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan
Efisiensi berkenaan hubungan antara produk yang dihasilkan dengan sumber
daya yang digunakan.Penilaian diarahkan pada kecocokan, kelayakan, kataatan atas
peraturan yang berlaku.Dengan demikian pelaksanaan kegiatan dinyatakan efisien
jika pencapaian hasil kegiatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
18
.
E. Pengertian Rekaman CCTV (Closed Circuit Television)
Pengertian CCTV merupakan sebuah perangkat kamera video digital yang
digunakan untuk mengirim sinyal ke layar monitor di suatu ruang atau tempat
tertentu. Hal tersebut memiliki tujuan untuk dapat memantau situasi dan kondisi
tempat tertentu secara real time, sehingga dapat mencegah terjadinya kejahatan atau
dapat dijadikan sebagai bukti tindak kejahatan yang telah terjadi. Pada umumnya
CCTV sering kali digunakan untuk mengawasi area publik seperti : bank, hotel,
bandara, toko, pabrik maupun pergudangan. Bahkan pada perkembangannya,
rekaman CCTV sudah banyak dipergunakan di dalam lingkup rumah pribadi.
Melalui CCTV pertama dipasang oleh Siemens AG pada Test Stand VII di
Peenemunde, Jerman pada tahun 1942.CCTV tersebut digunakan untuk mengamati
peluncuran V-2 roket, mencatat insinyur dari Jerman (Walter Bruch) yang
bertanggung jawab untuk desian dan instalasi sistem. Sistem perekaman CCTV masih
sering digunakan di tempat peluncuran modern untuk merekam penerbangan roket,
untuk menemukan kemungkinan penyebab kerusakan, sementara roket yang lebih
besar sering dilengkapai dengan CCTV yang memungkinkan gambar-gambar
menjadi tahap pemisahan ditransmisikan kembali ke bumi dengan link radio.
Pada bulan September 1968, Olean, New York adalah kota pertama di
AmerikaSerikat yang menginstal kamera video sepanjang jalan bisnis utama dalam
upaya untuk memerangi kejahatan. Penggunaan kamera televisi sirkuit tertutup
untukperpipaan gambar ke kepolisian Olean sehingga mendorong Departemen Olean
19
.
ke teknologi terdepan melawan kejahatan.Penggunaan CCTV di kemudian hari
menjadi sangat umum di bank dan toko untuk mencegah pencurian, denganmerekam
bukti kegiatan kriminal.
Rekaman CCTV adalah suatu media yang dapat digunakan untuk
memuatrekaman setiap informasi yang dapat dilihat, dan didengar dengan bantuan
saranarekaman CCTV. Rekaman CCTV dijadikan sebagai alat bukti yang
sistemnyamenggunakan video kamera untuk menampilkan dan merekam suatu
gambar pada waktu dan tempat tertentu dimana perangkat ini terpasang yang
berartimenggunakan sinyal yang bersifat tertutup, tidak seperti televisi biasa yang
menggunakan broadcast signal.
Cara kerja CCTV hampir sama dengan stasiun televisi, yaitu mengirimkan
databerupa gambar dan suara ke sebuah monitor. Perbedaannya, stasiun televisi
mengirimkan data melalui menara pemancar, sedangkan CCTV mengirimkan data
melalui media kabel atau wifi yang dipasang atau dipancarkan pada sebuahmonitor
tersebut. Jadi, CCTV diibaratkan stasiun televisi yang hanya mengirimkan data ke
satu tujuan.
Penggunaan video kamera yang mengirim sinyal atau penyiaran yang
tertujupada lingkup perangkat tertentu yakni kepada seperangkat monitor
“spesifikterbatas”.Penyiaran rekaman CCTV tidak secara bebas dapat ditangkap
olehmonitor lain selain monitor “spesifik-terbatas” yang telah disediakan.
RekamanCCTV memiliki manfaat sebagai dapat merekam segala aktifitas dari jarak
20
.
jauhtanpa batasan jarak, dapat memantau dan merekam segala bentuk aktifitas
yangterjadi dilokasi pengamatan dengan menggunakan laptop atau PC secara realtime
dari mana saja, dan dapat merekam seluruh kejadian secara 24 jam, ataudapat
merekam ketika terjadi gerakan dari daerah yang terpantau.
F. Pengertian E-tilang (Tilang Elektronik)
Bukti pelanggaran disingkat tilang adalah denda yang dikenakan oleh polisi
kepada pengguna jalan yang melanggar peraturan.25 Proses penilangan sebelum
adanya E-tilang polisi memberhentikan pelanggar dengan sopan dan santun,
kemudian menerangkan tentang kesalahan pelanggar. Pelanggar diberikan surat tilang
dan akan diurus di Pengadilan, kemudian pelanggar akan membayar denda di
Pengadilan. Sehingga hal tersebut memerlukan waktu yang lama dalam mengurus
tilang.
E-Tilang atau Tilang Elektronik ini adalah digitaliasi proses tilang dengan
memanfaatkan teknologi diharapkan seluruh proses tilang akan lebih efisien dan
efektif juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi. Aplikasi
dikategorikan kedalam dua user yang pertama yaitu pihak kepolisian dan yang kedua
adalah pihak kejaksaan, pada sisi kepolisian sistem akan berjalan pada computer
tablet dengan sistem operasi android sedangkan pada pihak kejaksaan sistem akan
berjalan dalam bentuk website, sebagai eksekutor seperti proses siding manual.
Berdasarkan ketiga fungsi utama, aplikasi E-Tilang tidak menerapkan fungsi
sebagai pengantar untuk membayar denda ke Bank karena mekanisme melibatkan
21
.
form atau kertas tilang, pada E-Tilang form atau kertas bukti pelanggar tidak
digunakan, aplikasi ini hanya mengirim reminder berupa ID tilang yang menyimpan
seluruh data atau catatan polisi mengenai kronologis tilang yang akan diberikan
kepada pengadilan atau kejaksaan yang memiliki website dengan integrasi database
yang sama, sehingga aplikasi ini hanya mendigitalisasi tilang pada fungsi nomor dua.
Polisi telah menerapkan E-tilang atau tilang online, dengan adanya aturanbaru
ini, diharapkan proses penilangan yang dulu dianggap rumit, dan menyita banyak
waktu lewat persidangan, sudah tidak akan ada lagi. Dengan adanya E-tilang,proses
penilangan yang dulunya harus dicatat secara manual di atassecarik kertas blanko
atau surat tilang menjadi tidak berlaku lagi. Sebab pengendara yang melanggar akan
dicatat langsung melalui aplikasi yang sudah dimiliki oleh pihak kepolisian.
Pengendara yang terkena tilang diwajibkan untuk membayar denda maksimal
sesuai pasal yang dilanggar oleh pelanggar. Jika pengendara yang terkena tilang
sudah membayar lunas denda, polisi yang menilang akan menerimapemberitahuan di
ponselnya. Kemudian, pelanggar bisa menebus surat yang disitalangsung cukup
dengan menyerahkan tanda bukti bayar, maupun mengambilnya di tempat yang
disebut dalam pemberitahuan. Aplikasi E-tilang ini terintegrasidengan pengadilan dan
kejaksaan. Hakim akan memberi putusan, dan jaksa akan mengeksekusi putusan itu,
biasanya dalam waktu seminggu hingga dua minggu.
22
.
1. Cara Proses Pembayaran E-tilang
Dalam pemberlakuan sistem tilang elektronik atau E-tilang, Korlantas Polri
meminta seluruh masyarakat untuk terlebih dahulu mengunduh aplikasi E-tilangdi
ponsel berbasis sistem operasi Android. Setelah aplikasi diunduh dan berhasil
diinstal, nantinya petugas yang melakukan penilangan akan memberikan nomor ID
tilang kepada pengendara yang terkena tilang. Bagi masyarakat yang tidakmemiliki
ponsel berbasis android, dapat juga membayar melalui secara manualmelalui teller
bank yang sudah di tetapkan. Untuk pembayaran dendanya, pihak kepolisian telah
menunjuk satu bank yaitu bank BRI.
2. Manfaat E-tilang
E-tilang tidak hanya memberikan manfaat kepada masyarakat, tapi juga
kepada pihak kepolisian.Hampir di semua negara maju sudah menerapkan sistem
tilang elektronik dan tidak harus mengikuti sidang di pengadilan. Di negara lain
tilang adalah denda administrasi, bukan pidana sementara di Indonesia tilang berupa
denda pidana. Di samping itu, akan ada sisi positif lain dari E-tilang. Misalnya,untuk
mengurangi tindak korupsi yang biasa dilakukan oleh aparat penegak hukum yang
tidak bertanggung jawab kepada pelanggar.
E-tilang ini memiliki manfaat utama yaitu untuk memudahkan
masyarakat.Karena masyarakat sudah tidak perlu lagi mengikuti sidang pengadilan
yang sangat menyita waktu.Sistem realtime yang ada pada E-tilang ini
memungkinkanpihak kepolisian mengecek data pembayaran secara
23
.
langsung.Kedepannya,sistem ini juga akan dibuat terpadu dengan server SIM dan
STNK. Sehingga jika ada pelanggar yangbelum menyelesaikan kewajibannya,
mereka tidak bias memperpanjang surat menyurat kendaraan tersebut.
3. Kekurangan dari E-tilang
Saat ini, E-tilang masih memiliki keterbatasan. Sebab layanan baru ini hanya
bisa melayani slip tilang biru. Untuk informasi, tilang biru selama ini bisa dilakukan
dengan menitipkan uang tunai ke petugas.Namun, untukmeminimalisir terjadinya
pungli, diberlakukanE-tilang ini.Karena dengan sistem ini, tidak ada lagi transaksi
tunai antara pelanggar dengan petugas.
Setelah terekam, pengendara dalam waktu singkat akan mendapat
pemberitahuanberupa kode yang isinya persis seperti surat tilang, disertai kode untuk
melakukanpembayaran denda melalui BRI. E-tilang memberikan suatu kesempatan
kepada pelanggar untuk menitipkan denda langsung ke bank dengan fasilitas yang
diamiliki, bisa dengan e-banking, ATM, atau datang sendiri ke teller. Pengendara
diwajibkan untuk membayar denda maksimal sesuai pasal yang dilanggar.Jikasudah
lunas, petugas yang menilang akan menerima pemberitahuan juga diponselnya.
Pelanggar bisa menebus surat yang disita langsung dengan cukupmenyerahkan tanda
bukti bayar, maupun mengambilnya di tempat yang disebut dalam pemberitahuan.
24
.
1. Pengertian Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
penerapan adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli,
penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal
lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan
oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun
sebelumnya. Menurut Usman (2002), penerapan (implementasi) adalah bermuara
pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.Implementasi
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
mencapai tujuan kegiatan.
Menurut Setiawan (2004) penerapan (implementasi) adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata
penerapan (implementasi) bermuara pada aktifitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu system. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
penerapan (implementasi) bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma
tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
25
.
G. Kerangka Pikir
Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran dalam hal marka, rambu
lalu lintas dan lampu pengatur lalu lintas seperti larangan berhenti, parkir di tempat-
tempat tertentu, menerobos lampu merah, tanpa surat dan kelengkapan kendaraan,
dan lain -lain.
Dengan proses pelayanan lebih cepat dari tilang konvensional, E-tilang
merupakan proses tilang dengan memanfaatkan teknologi yang diharapkan seluruh
prosestilang akan lebih efisien dan efektif. Penggunaan alat bukti rekaman CCTV
dalam proses E-tilang ini masih belum menyeluruh di Indonesia.
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir
Kinerja Polisi Lalu Lintas
Dalam Menerapkan E-Tilang
Di KotaMakassar
Indikator Perencanaan Kinerja
(Rivai dan Basri, 2015)
Kesesuaian Perencanaan
Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan
Kepatuhan Terhadap Regulasi
Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan
Peningkatan Kinerja Polisi Lalu Lintas
Dalam Menerapkan E-Tilang
Di Kota Makassar
Faktor Penghambat :
1. Kurangnya
kesadaran
2. Kurangnya sarana
dan prasarana
3. SDM
Faktor Pendukung :
1. Kamera CCTV
2. Zebra Crozz
3. Lampu Traffic
4. Jaringan internet
5. Kolaborasi
instansi
26
.
Penjelasan bagan kerangka pikir kinerja polisi lalu lintas dalam Menerapkan
E-Tilang di kota Makassar.
Kinerja polisi lalu lintas dalam menerapkan E-Tilang di kota Makassar
menetapkan indikator perencanaan kinerja polisi lalu lintas dalam menerapkan E-
Tilang di kota Makassar menururt Rivai dan Basri, 2015, tersebut di atas.
Faktor pendukungnya adalah sebagai berikut:
a. kamera CCTV
b. zebra cross
c. Lampu traffic (lampu lalu lintas)
d. Jaringan internet
e. bekerja sama dengan pihak perbangkan (pemerintah)
Adapun faktor penghambatnya adalah sebagai berikut:
a. kurangnya kesadaran masyarakat tentang penerapan E-Tilang
b. sarana dan prasarana masih kurang.
c. Sumber daya manusia
H. Fokus Penelitian
Dalam Penelitian ini dengan judul yang akan menjadi fokus penelitian ialah
Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Memberikan Sosialisasi Terhadap Penerapan
Sistem E-Tilang Di Kota Makassar antara lain : (1) Kesesuaian Perencanaan, (2)
Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan, (3) Kepatuhan Terhadap Regulasi, (4) Efisiensi
Pelaksanaan Kegiatan, (5) Faktor Pendukung, dan (6) Faktor Penghambat. Adapun
27
.
hal yang ingin di capai yaitu adanya peningkatan Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam
Melakukan Penerapan E-Tilang Di Kota Makassar.
I. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Kesesuaian perencanaan adalah suatu langkah dimana perlu ada keseragaman
terhadap sasaran program yang akan di laksanakan polisi lalu lintas dalam
menyosialisasikan E-Tilang di kota Makassar.
2. Efektivitas pelaksanaan kegiatan adalahefektif apabila usaha atau tindakan
yang dilakukan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dimana pelaksanaannya
telah menjawab visi dan misi terhadap rancangan program sosialisasi E-tilang
di kota Makassar`
3. Kepatuhan terhadap regulasi adalah taat dan mengikuti segala aturan yang
diberlakukan guna mencapai tujuan yang telah di sepakati.
4. Efisiensi pelaksanaan kegiatan adalah pemanfaatan terhadap sumber daya
manusia maupun sumber daya alam guna memaksimalkan fungsi pelaksanaan
terhadap program sosialisasi E-Tilang`di kota Makassar.
5. Faktor pendukung adalah faktor yang memberikan pengaruh terhadap dampak
positif terhadap kinerja polisi lalu lintas dalam sosialisasi E-Tilang di kota
Makassar.
6. Faktor penghambat adalah faktor yang memberikan pengaruh terhadap
dampak negatif pada kinerja polisi lalu lintas dalam sosialisasi E-Tilang di
kota Makassar.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di wilayah Kota Makassar, khususnya di
lingkup Kantor Polrestabes Kota Makassar. Alasan pengambilan lokasi tersebut
yakni Kantor Polrestabes Kota Makassar memegang peranan dalam mewujudkan
pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan
terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta
mampu menjunjung tinggi martabat bangsa melalui program E-Tilang kepada para
pengguna lalu lintas yang melakukan pelanggaran.
Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini memakan waktu
dua bulan terhitung mulai bulai Maret - Mei 2020, untuk mengetahui apakah pada
instansi tersebut telah memanfaatkan program E-Tilang sebagai alternatif dalam
mengurangi pelanggaran lalu lintas di Kota Makassar.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
mendeskripsikan suatu objek fenomena atau setting sosial dalam suatu tulisan yang
bersifat narati, artinya data, fakta, yang dihimpun terbentuk kata atau gambar dari
pada angka-angka, mendeskripsikan suatu yang terjadi. Kualitatif juga bisa disebut
29
29
.
metode penelitian yang naturalistik karena penelitiannya dilaksanakan pada kondisi
yang alami.(Sugiyono, 2014). Oleh sebab itu penggunaan metode penelitian ini
merupakan pencocokan antara realita empirik dengan teori yang berlaku disebut
metode deskriptif. Metode kualitatif merupakan metode penelitian untuk menentukan
kondisi objek alamiah, sebagaimana penelitian merupakan instrument kunci dalam
hal pengumpulan data untuk menentukan makna dari pada generalisasi.
2. Tipe penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif tipe fenomologi dimaksudkan
untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti
berdasarkan pengalaman yang dialami informan, yakni mencoba menjelaskan
maupun mengungkapkan makna konsep yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu, mempelajari kondisi seorang individu maupun kelompok
yang dianggap mengalami kasus tertentu. Adapun masalah yang telah diteliti
mengenai bagaimana kinerja polisi lalu lintas dalam penerapan sistem E-Tilang di
Kota Makassar.
C. Sumber Data
Sumber data terdiri atas duayakni data primer dan data sekunder.Data primer
merupakan data yang diperolehsecaralangsung oleh peneliti (daritangan pertama),
sedangkan data sekunder ialah data yang diperolehpeneliti berdasarkan sumber yang
sudahada. Dengan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut.
30
.
a. Data Primer
Data primer merupakan data diperoleh langsung dari para informan di Kantor
Polrestanes Kota Makassar baik melalui pengamatan dan wawancara seperti
mengamati langsung proses administratif yang berjalan dan mengamatisejauhmana
kinerja polisi lalu lintas dalam memberikan sosialisasi terhadap sistem E-Tilang di
Kota Makassar.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dari hasil pencatatan dokumen-dokumen (arsip)
pada Kantor Polrestabes Kota Makassar seperti Peraturan tertulis, keadaan
personalisasi, fungsi dan tugas setiap seksi, keadaan fisik kantor, sarana dan
prasarana kerja dan data lain seperti data-data mengenai Kantor Polrestabes Kota
Makassar.
D. Informan Penelitian
Informan diambil dari lingkungan Kantor Polrestabes Kota Makassar.
Informan dipilih berdasarkan karakteristik kesesuaian dengan data yang diperlukan
yakni, polisi lalu lintas outsourcing. Informan yakni ditentukan tidak berdasarkan
jumlah yang dibutuhkan, namun berdasarkan pertimbangan fungsi para informan
sesuai batas penelitian (porposive).
31
.
Tabel3.1.Informan :
No. Nama Inisial Jabatan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7`
8.
Syahrul
Sahlan
Jamil
Yusuf Mustafa
Basri
Muhammad Zaim
Suwandi
Irfan Firdaus
Kasat Lantas
Polisi Lalu Lintas
Polisi Lalu Lintas
Polisi Lalu Lintas
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
1
1
1
1
1
1
1
1
Sumber data: Kantor Satuan Lalu Lintas, Pos Lantas Karebosi, Polrestabes
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yakni
sebagai berikut :
a. Interview (wawancara), yaitu pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
dan tatap muka langsung dengan informan yang sesuai dengan kebutuhan dan
berasal dari Kantor Polrestabes kota Makassar, dengan pedoman wawancara
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kinerja polisi lalu lintas dalam menerapkan E-Tilang?
2. Bagaimanakah proses kerja dari E-Tilang?
32
.
3. Upaya seperti apa yang dilakakukan terhadap pelanggar yang terkena E-
Tilang?
4. Kapan dan dimana dilakakukan penerapan E-Tilang?
5. Persiapan seperti apa yang dilakukan dalam menerapkan E-Tilang?
6. Hambatan apa saja yang dilakukan dalam menerapkan E-Tilang?
7. Apa manfaat dari E-Tilang?
8. Bagaimanakah penyelasaian prosedur E-tilang?
b. Observation (pengamatan), yaitu pengamatan dan pencatatan langsung secara
sistematis terhadap keadaan yang terjadi pada Polrestabes kota Makassar. Berikut
pedoman observasi menerapkan E-Tilang di kota Makassar.
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati penerapan E-
Tilang di Kota Makassar.
Data Umum:
Untuk memperoleh informasi dan data mengenai kondisi fisik maupun non
fisik dalam menerapkan program E-Tilang di kota Makassar.Aspek yang diamati:
1. Kantor polrestabes Makassar.
2. Lingkungan fisik polrestabes pada umumnya.
3. Ruangan kantor.
4. Sarana dan Prasarana lainnya.
5. Proses kegiatan dalam menerapkan program E-Tilang.
6. Siapa saja yang terlibat dalam menerapkan E-Tilang.
33
.
c. Documentation (dokumentasi), yaitu pengumpulan data berdasar dokumen serta
laporan tertulis lainnya (data sekunder) yang memiliki hubungan pada penelitian
ini, seperti data mengenai Kantor Polrestabes Kota Makassar. Hal ini tertera pada
halaman lampiran.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1) Reduksi data
(data reduction), denganmerangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2) Penyajian data (data
display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antarkategori, dan sebagainya; dan (3) Penarikan kesimpulan (verification),
penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data.
Gambar 3.1:
Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman (2012: 20)
Data
Reduction
Data Display
Display
Conclusions:
Drawing/Verifying
Drawing/Verifying
Data Collection
Collection
34
.
G. Pengabsahan Data
Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (1)Triangulasi sumber, dengan
menguji kredibilitas data melaluipengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa
sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda; dan (3)Tringulasi waktu,
dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan dengan wawancara, observasi,
atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Polrestabes Makassar
1. Letak Geografis
Kota Makassar disamping sebagai Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan juga
merupakan pintu gerbang Kawasan Indonesia Timur, sehingga bukan hal yang
berlebihan jika Makassar menjadi pusat berbagai kegiatan, baik dibidang
pemerintahan, pendidikan, perdagangan, perindustrian, maupun kegiatan lainnya.
Karena tingginya tingkat mobilisasi masyarakat dalam melakukan aktifitasnya
tentunya sangat berpengaruh pada perkembangan lalu lintas di Kota Makassar,
permasalahan semakin konpleks karena Kota Makassar juga merupakan Sentra
Transportasi Darat, baik yang melayani wilayah dalam Kota Makassar maupun antar
kota di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.
Agar permasalahan lalu lintas seperti kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan
lalu lintas yang terjadi di wilayah Kota Makassar dapat di atasi, maka perlu adanya
management lalu lintas yang baik dengan melibatkan berbagai unsur yang
berkompeten di bidang lalu lintas, termasuk adanya partisipasi masyarakat dalam
mematuhi dan melaksanakan aturan lalu lintas yang berlaku yang telah diatur dalam
UU No. 22 Tahun2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.
Sejalan dengan pemikiran diatas Sat Lantas Polrestabes Makassar menyadari
perlunya strategi untuk melakukan upaya dan tindakan khususnya perlu adanya
solusi/terobosan baikyang bersifat koordinatif, partisipasif dan kerja sama dengan
36
.
instansi terkait terutama instansi terkait lainnya di Kota Makassar maupun komponen
masyarakat lainnya, antara lain melalui kegiatan “ Pelatihan Penarapan E.Tilang bagi
pelanggaran lalu lintas “.Dengan akan di adakannya kegiatan “ Pelatihan E. Tilang
(Pelanggaran Lalu lintas)“ Jajaran Satuan Lalu lintas Polda Sulsel dan BRI
serta instansi terkait lainnta di Kota Makassar ini, diharapkan manjadi salah
satu solusi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam hal
penindakan pelanggaran lalu lintas di Kota Makassar dan membangun semangat para
anggota dalam membantu pelaku pelanggaran lantas sehingga diharapkan untuk
menjadi pelopor dalam tertib berlalu lintas, sehingga ke depan perwujudan
kamseltibkar lantas dapat terwujud dengan dimulai dari pengemudi sebagai
penggerak dalam tertib berlalu lintas. Keamanan, kenyamanan, ketertiban maupun
ketentraman serta kelancaran lalu lintas di Kota Makassar ini akan menjadi salah satu
etalase bagi dunia luar untuk berkunjung ke kota ini, termasuk ketertarikan untuk
berinvestasi menanamkan modalnya, dengan demikian akan meningkatkan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Kota Makassar ini.
Adapun tugas Polrestabes Makassar secara umum sebagai instansi penegakan
hukum yang cukup besar di Kota Makassar :
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2. Menegakkan hukum
3. Memberikan perlindungan, pengayoman , dan pelayanan kepada masyarakat
2. Visi dan Misi Polrestabes Makassar
37
.
a. Visi Polrestabes Makassar
Terwujudnya polisi yang semakin professional, modern, dan terpercaya guna
mendukung terciptanya kota Makassar, yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berdasarkan gotong royong.
b. Misi Polrestabes Makassar
1. Berupaya melanjutkan reformasi internal kepolisian.
2. Mewujudkan organisasi dan postur polisi yang ideal dengan didukung sarana
dan prasarana kepolisian modern.
3. Mewujudkan pemberdayaan kualitas sumber daya manusia polisi yang
professional dan kompeten, yang menjunjung etika dan HAM
4. Peningkatan kesejahteraan anggota polisi.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan prima dan kepercayaan terhadap public.
6. Memperkuat kemampuan pencegahan kejahatan dan deteksi dini berlandaskan
prinsip kepolisian proaktif dan kepolisian yang berorientasi pada penyeleksian
akar masalah.
7. Meningktkan harkamtibmas dengan mengikut sertakan public melalui
sinergitas polisional.
8. Mewujudkan penegak hukum yang professional dan berkeadilan.
38
.
Gambar 4.1 : Logo Polrestabes Kota Makassar
3. Struktur Organisasi Sat Lantas Polrestabes Makassar
Organisasi merupakan struktur tata pembagian kerja dan struktur tata
hubungan kerja antar kelompok pemegang posisi yang bekerja sama secara bersama-
sama mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu perlunya struktur organisasi di dalam
sebuah perusahaan adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
kedudukan tiap-tiap personil, tugas-tugas yang harus dilaksanakan serta wewenang
dan tanggung jawabnya. Untuk membatasi penelitian ini, penulis hanya mengambil
susunan organisasi Sub Sat Lantas Polrestabes Makassar yakni :
39
.
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Sat Lantas Polrestabes Makassar
KASAT LANTAS
Kompol Fatchur Rochman, SH
WAKASAT LANTAS
Kompol Cicilia Sri Mulatsih
KAUR BINOPS
Hj. Hartaty, S.Sos
KAUR MINTU
Ipda Priyatno
KAUR LAKA
Akp Kun Sundarwat
KANIT REGIDENT
Ps. Kanit Patroli
Ipda Tandi Apung
KANIT DIKYASA
Iptu Yap Dewi Tirta
KAUR LAKA
Akp Kun Sundarwat
Kasubnit I
Ibda A.
Mudawir
Kasubnit I
Iptu Parha
Kasubnit II
Ibda Risal N
Kasubnit 1
Ps.Kasubnit II
Ibda Ari
Sukarna
Kasubnit I
Ibda Nasri.K
Kasubnit 3 Kasubnit 2 Kasubnit II
AIPTU
Taufik
40
.
4. Maksud dan Tujuan E-Tilang (Electronic Traffic Law Enforcement)
a. Maksud
Maksud adalah untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan E-Tilang di
wilayah hukum Kota Besar Makassar, sehingga dapatmembuat terobosan baru dalam
bentuk Pelatihan E-Tilang (Pelanggaran Lalu Lintas) untuk mengajak seluruh
komponen masyarakat khususnya jajaran satuan lalu lintas polda sulsel, BRI,dan
Instansi terkait lainnya untuk turut berpastisipasi dalam mewujudkan komseltibkar
lantas khususnya di kota Makassar.
b. Tujuan
Adapun tujuan adalah untuk meningkatkan keselamatan dan ketertiban di
jalan dan meningkatkan disiplin berlalu lintas dan menekan tingkat fatalitas korban
kecelakaan dengan melalui pelatihan E-Tilang (Pelanggaran Lalu Lintas) di harapkan
juga, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dan kemampuan bagi para
anggota jajaran sat lantas polda sulses dalam memberikan sangsi kepada masyarakat
yang terjaring pelanggaran lalu lintas.
5. Manfaat E-Tilang (Electronic Traffic Law Enforcement)
1. Penggunaan personil dapat lebih diminimalisir dan difokuskan utnuk
kepentingan lain (Pengaturan Lalu Lintas dan Laka Lantas)
2. Turjawali 24 jam penuh
3. Semua pelanggaran lantas dapat dimonitor walaupun dalam jumlah banyak
4. Mudah dalam pembuktian (Valid dan Akurat)
41
.
5. Konsisten dan tegas dalam menindak semua pelanggar/tindakan KKN
6. Meminimalkan kemacetan (tidak perlu pemberhentian kendaraan )
6. Sistem Elektronik Deteksi Pelanggaran Lalu Lintas
1. Pelanggaran APIL (Traffic Light)
2. Pelanggaran Lawan Arus
3. Pelanggaran Jalur Busway
4. Pelanggaran Tata Cara Parkir dan Berhenti
5. Pelanggaran Tidak Menggunakan Helm
6. Pelanggaran Berbonceng Lebih Dari 2 Orang
7. Pelanggaran Di Bawah Umur
8. Pelanggaran Penggunaan TNKB
7. Lokasi Pemasangan CCTV Dalam Pelaksanaan E-Tilang
1. Persimpangan 5 Bandara
2. Persimpangan Jl. Haji Bau – Dr. Ratulangi
3. Persimpangan Jl. Jend. Sudirman – RA. Kartini
4. Persimpangan Jl. AP.Pettarani = MSC Telkomsel
5. Persimpangan Jl.AP.Pettarani – Letjen Hertasning
6. Persimpangan Jl.AP.Pettarani – Urip Sumoharjo
7. Persimpangan Jl. P. Kemerdekaan – Paccerakkang
8. Persimpangan Jl. Bawakaraeng – Veteran
9. Persimpangan Jl. Bawakaraeng – G. Latimojong
42
.
10. Persimpangan Jl. G.Latimojong – Sungai Saddang
11. Teras Balai Kota
12. Persimpangan Jl. Tentara Pelajar – Dr. Wahidin
13. Persimpangan Jl. Tentara Pelajar – Andalas
14. Persimpangan Jl. Mesjid Raya – Jl. Bandang
8. Mekanisme Tilang Kamera (Elektronic Traffic Law Enforcement)
1. Pada saat Ranmor melaksanakan Gar Lantas dan terlihat oleh kamera CCTV
(Petugas Operator melakukan Captuter sebagai bukti Pelanggaran)
2. Petugas Samsat melakukan pemblokiran STNK Ranmor
3. Setelah di blokir, maka petugas Tilang membuat surat pemberitahuan
berisikan :
*Waktu
*Tempat Tejadinya Gar Lantas
*Pasal Yang Dilanggar
*Foto Bukti Gar Lantas Kepada Pemilik
4. PT. Pos Indonesia melakukan pengiriman surat pemberitahuan kepada
pemilik kendaraaan
5. Pemilik kendaraan yang telah menerima surat pemberitahuan dapat
mengkonfirmasi Gar tersebut
43
.
6. Jika pemilik kendaraan telah mengakui terhadap yang dipersangkakan dalam
surat pemberitahuan dapat melakukan pembayaran denda melalui BRI dengan
kode briva agar dapat membuka blokir STNK
7. Pemilik kendaraan yang tidak melakukan pembayaran melaluin briva akan
membayar melalui kejaksaaan setelah ada putusan denda pengadilan, maka
otomatis pembukaan blokir akan terbuka.
9. Upaya Yang Telah Dilaksanakan Dalam Penerapan E-Tilang
1. Melaksanakan pelatihan atau pemahaman tentang pelaksanaan E-Tilang
kepada para anggota jajaran Sat Lantas Polrestabes Makassar
2. Melaksanakan koordinasi dengan Instansi terkait (Pengadilan, Kejaksaan,
BRI, Kantor Pos) tentang pelaksanaan E-Tilang.
3. Melaksanakan koordinasi Dishub tentang Pengecetan Marka jalan dan
pemenuhan Sarpras jalan
4. Melaksanakan penerapan melalui media Cetak atau Elektronik tentang
pelaksanaan E-Tilang bagi Pelanggar lantas
B. Fokus Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kinerja polisi lalu lintas
dalamsosialisasi e-Tilang atau Tilang Elektronik yang mendapat respon positif dari
tujuan dan manfaatnya namun dalamproses implementasinya masih ada beberapa
kekurangan atau masalah yangterjadi, artinya sebagian masyarakat sudah mengetahui
e-tilang tentang proses pembayaran denda tilang dengan e-tilang di Polrestabes Kota
44
.
Makassar, hal ini telah memberikan manfaat bagi masyarakat, namun masih ada
kendala dengan persentasi yang masih tinggi dengan masih memungkinkan terjadinya
pungutan diluar prosedur yang ada. Untuk itu penulis membahasanya menggunakan
teori Rivai dan Bassri yang menawarkan suatu model dasar yang mempunyai enam
variabel yangmembentuk ikatan (lingkage) antara kebijakan dan pencapaian
(performance).
Dalam Penelitian ini dengan judul yang akan menjadi fokus penelitian ialah
Kinerja Polisi Lalu Lintas DalamSosialisasi E-Tilang Di Kota Makassar antara lain :
(1) Kesesuaian Perencanaan, (2) Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan, (3) Kepatuhan
Terhadap Regulasi, (4) Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan, (5) Faktor Pendukung, dan
(6) Faktor Penghambat. Adapun hal yang ingin di capai yaitu adanya peningkatan
Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Memberikan Sosialisasi Terhadap Penerapan
Sistem E-Tilang Di Kota Makassar.
Bukti pelanggaran disingkat e-tilang adalah sanksi denda yang dikenakan oleh
Polisi kepada pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas. Pengadilan
bersamadengan kepolisian serta semua pihak pemerintah dan kejaksaan adalah
lembaga yang diberikan amanat untukmenyelenggarakan pengelolaan perkara
pelanggaran lalu lintas berdasarkanUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan serta peraturan terkait lainnya.Adapun undang-undang
no.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik pasal 5 (1) informasi
45
.
elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti
hukum yang sah. (2) informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil
cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari alat bukti
yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. (3) informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem
elektronik sesuai dengan ketentuan yang di atur dalam undang-undang ini. (4)
ketentuan mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku untuk: (a) surat yang menurut Undang-Undang
harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan (b) surat beserta dokumennya yang menurut
Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh
pejabat pembuat akta.
Melihat Undang-Undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan untuk
mencapaitujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila,
transportasimemiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa
yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas
seluruh sektor dan wilayah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan
strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan
kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
46
.
Adapun hasil penindakan pelaksanaan pelanggaran E-Tilang Periode Bulan
Januari – Juli 2019 yakni :
Tabel 4.1. Angka Pelanggar Lalu Lintas
No.
Bulan
Jenis Ran Jenis Gar
Jumlah R2 R4 R8 Helm Marka
1 Januari 255 145 - 80 311 400
2 Februari 398 142 - 82 458 540
3 Maret 353 102 - 108 347 455
4 April 100 - - 100 - 100
5 Mei 172 28 - 155 43 200
6 Juni 274 166 - 70 369 440
7 Juli 534 286 - 117 701 820
Jumlah 2086 869 - 721 2229 2955
Sumber data : Dokumen Kantor Polrestabes Kota Makasssar
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kesesuaian Perencanaan
Dalam membuat kebijakan ini ada standar dan sasaran yang
ditetapkan.Adapun standar yang ditetapkan dalam pembuatan kebijakan program
e-Tilang adalah berdasarkan pada PERDA No. 12 tahun 2016, tentang tata cara
penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas, juga didasarkan padaUndang-
Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Info Dan Transaksi Elektronik pasal5 dan
Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Jalan danAngkutan Jalan
47
.
pasal 272. Sasaran kebijakan ini yaitu mempersempit birokrasidan mempercepat
proses pelayanan masyarakat.
Berikut hasil wawancara penulisdengan BAUR (Bagian Urusan)
Tilang/Penanggung Jawab tentang standarkebijakan program e-Tilang di Satuan
Polisi Lalu Lintas (Satlantas) Polrestabes Makassar, menyatakan bahwa:
“Standar dari kebijakan e-Tilang ini ya mempercepat proses pelayanan
masyarakat berdasarkan pada PERDA No. 12 tahun 2016 yaitu
mengenaisidang tilang cara baru dimana pelanggar sekarang tidak perlu
datang dipersidangan lagi dan hanya melakukan lihat-bayar-ambil.
Melihat besarandenda di Hpnya dan mendapat nomor Briva terus
membayarkan langsung kebank BRI kemudian bisa langsung
mengambil barang sitaannya di kamiatau ke Poslantas. Ini juga
didasarkan pada Undang-UndangNo 11 Tahun 2008 Tentang Info Dan
Transaksi Elektronik pasal 5 danUndang- Undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas Jalan danAngkutan Jalan pasal 272.
Selanjutnya hasil wawancara dengan informan lainnya sebagai Staff
Pengaturmenyatakan bahwa:
“Sudah diatur dalam PERDA No. 12 tahun 2016 salah satunya ada
dalamPasal 4(Perkara pelanggaran lalu lintas yang diputus oleh
pengadilan dapatdilakukan tanpa hadirnya pelanggar).Dengan adanya
program inidiharapkan dapat memutuskan rantai antara si pelanggar
dengan petugasyaitu administrasinya. Jadi, antara pelanggar dan petugas
tidak terjadipembayaran atau kontak langsung”
Kemudian ditambahkan kembali oleh Bripka salah satu Staff Satlantas
Makassar yaitu:
“Standarnya itu untuk mempermudah masyarakat itu tak perlu
mengikutisidang yang sudah ditetapkan dalam PERDA No 12 tahun
2016 itu tadi.Misalnya langsung dia membayarkan itu, jadi untuk
mempermudahmasyarakat”
48
.
Berdasarkan perda bahwa standar pelaksanaan E-Tilang meliputi beberapa
kategori yakni kerjama pihak kepolisian dan kejaksaan selaku pemberi sanksi
kepada setiap penggar lalu lintas. Adapun kerja sama pihak bank yakni selaku
transanksi atas denda tilang yang ditetapkan pihak dan kejaksaan.
Pelanggaran lalu lintas secara elektronik adalah proses peradilan
yangdiselenggarakan secara terpadu berbasis elektronik yang disebut dengan e-
Tilang(ElektronikTilang) dan Pasal 4 yaitu Perkara pelanggaran lalu lintas yang
diputusoleh pengadilan dapat dilakukan tanpa hadirnya pelanggar. Pelanggar
hanyamelakukan “LIHAT-BAYAR-AMBIL” yaitu, pelanggar dapat
melihatinformasi denda tilang kemudianBAYAR denda ke rekening Kejaksaan
atau di kantor Kejaksaan Negeri Makassar atau ke Bank BRI dan mengAMBIL
barang bukti di kantor Poslantas atau Kejaksaan Negeri Makassar. Atas dasar
inilah pola layanan kepadamasyarakat dengan adanya e-Tilang ini bertujuan agar
lebih efisien, efektif dantransparan.
2. Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan
Efektivitas badan pelaksana meliputi siapa saja yang terlibat dalam
peimplementasian kebijakan publik, baik itu organisasi formal maupunorganisasi
informal.Implementasi kebijakan publik juga dipengaruhi oleh ciri-ciriagen
pelaksananya sebagai implementor kebijakan. Ciri-ciri yang tepat dan cocokdari
agen pelaksana akan mendukung proses pencapaian tujuan dari kebijakanpublik
49
.
serta adanya bentuk dukungan atau penolakan yang diberikan olehpelaksana dalam
kebijakan e-Tilang di Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas)Polrestabes Makassar.
Dalam implementasi kebijakan e-Tilang ini ada beberapa badan yangterlibat
diantaranya, Kepolisian, Pengadilan, Kejaksaan dan Bank yang memilikiperannya
masing-masing dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepadamasyarakat
dalm pengurusan e-Tilang.
Seperti yang dikatakan oleh BAUR (Bagian Urusan) Tilang/Penanggung
Jawab Tilang :
“Berdasarkan Perda no. 12 itu kepolisian, pengadilan, kejaksaan sama
Bank.Tugas dan fungsinya kepolisian penegakan hukum, pengadilan
memvonisbesaran denda pelanggaran, kalau kejaksaan mengeksekusi yang
sudahdibayarkan, kalau Bank mengumpul denda tilang atau PNBP.
Selanjutnya oleh Staff BAUR Tilangjuga mengatakan hal yang sama bahwa:
“Satu Polisi, kedua pengadilan ketiga kejaksaan dan BRI. Kalau
Polisibagian penilangan kita serahkan ke Pengadilan divonis terus
diserahkan keKejaksaan untuk BRI Cuma sebagai tempat penitipan
dendanya dan bisajuga melakukan pembayaran di Kejaksaan setelah ada
vonis dariPengadilan”
Hal ini juga tertuang di dalam PERDA No 12 Tahun 2016 Tentang Tata
CaraPenyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas bahwa Pengadilan bersama
denganKepolisian dan Kejaksaan adalah lembaga yang diberikan amanat
untukmenyelenggarakan pengelolaan perkara pelanggaran lalu lintas
berdasarkanUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan sertaperaturan terkait lainnya. Di samping itu juga Bank berperan sebagai
50
.
penerimadenda tilang sesuai Undang-Undang 22 tahun 2009 Pasal 267 ayat 3
“Pelanggaryang tidak dapat hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
menitipkandenda kepada Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah.” Dalam hal ini
Bank yangdimaksud adalah Bank BRI.
Mengenai mekanisme prosedur yang dicanangkan dalam kebijakan e-Tilang
ini informan BAUR (Bagian Urusan) Tilang/Penanggung Jawab Tilang
berpendapat bahwa :
“Mekanismenya Lihat-Bayar-Ambil. Dilihat pelanggarannya, si
pelanggarlangsung bisa membayarkan ke Bank setelah bayar ke bank
langsung ambilbarang bukti pada waktu saat itu juga ke petugasnya atau
bisa ambil keKejaksaan”
Dalam pengimplementasian kebijakan e-Tilang ini dukungan antar
badansudah tergolong baik hanya terkendala oleh hal-hal teknis.Hal ini
disampaikanoleh Staff sebagai Pengatur yang mengatakan bahwa :
“Saling mendukung namun teknisnya kurang bisa jadi dari perangkatnya”
Dukungan antar agen pelaksana bukan hanya faktor keberhasilan
implementasikebijakan tetapi karakteristik atau ciri-ciri atau budaya
organisasi yang ada jugaikut mempengaruhi.
Berdasarkan wawancara penulis kepada BAUR (BagianUrusan)
Tilang/Penanggung Jawab Tilang mengatakan :
“Mendukung, kamikan ada tuntutan juga zona WBK (Wilayah
BebasKorupsi) dan WBBM (Wilayah Birokrasi Bersih Melayani). Jadi
kalau bisadisini tidak ada cerita polisi bersentuhan lagi dengan uang”
51
.
Berdasarkan efektifitas pelaksanaan kegiatan meliputi tiga mekanisme yakni:
a. Lihat
Maksudnya melihat jumlah E-Tilang berdasarkan saksi yangberikan oleh pihak
kepolisian dan kejaksaan berdasarkan pelanggaran yang dilakukan.
b. Bayar
Yang dimaksudkan yakni memberikan sejumlah uang berupa denda berdasarkan
sanksi yang diberikan oleh pihak kepolisain dan kejaksaan melalui pihak bank.
c. Ambil
Maksudnya mengambil bukti pembayaran e tilang dan berikan kepada pihak
kepolisian sebagai bukti transanksi tilang.
3. Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Untuk menunjang
keberhasilan suatu kebijakan sangat dibutuhkan dukungan sumber daya yaitu, sumber
daya manusia (SDM), finansial (keuangan) dan sumber daya lainnya yang berperan
mendukung proses pengimplementasian suatu kebijakan.
Manusia menjadi sumber daya yang memiliki peranan terpenting dalam
implementasi suatu kebijakan. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses
implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan
pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan. Tetapi ketika
kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kinerja
kebijakan publik sangat sulit untuk diterapkan.
Dalam kebijakan Electronic Tilang (E-Tilang) di Satuan Polisi Lalu Lintas
(Satlantas) Kepolisian Resor Kota Besar Makassar ini pemanfaatan sumber daya
52
.
masih kurang maksimal.Sebagaimana hasil wawancara dengan BAUR (Bagian
Urusan) Tilang/Penanggung Jawab Tilang :
“SDMnya masih gaptek, segi finansialnya pengadaannya mereka gak bisa
beli, segi teknologi kendalanya kadang-kadang jaringan.Servernya di
Korlantas Makassar sendiri sering bermasalah. Kalau ada kendala tetap di
tilang secara manual dan minta no hp pelanggar dulu jika sudah aktif
langsung diinput dan terkirim ke HP pelanggar dengan menerima no briva
berapa nominalnya harus dibayar ke Bank”
Hal ini juga ditambahkan oleh Staff BAUR Tilang yaitu:
“Kalau saya bilang sudah cukup baik untuk Polrestabes Makassar sudah
cukup baik karena sudah secara keseluruhan satu-satu sudah mampu
mengoperasikan e-Tilangnya.Tidak ada kesalahan-kesalahanlah misalnya
dalam penentuan pasal. Kalau teknologi misalnya kendala lelet”
Sumber daya manusia yang ada masih tergolong kurang berkompeten dalam
memanfaatkan IT (gaptek).Kebijakan e-Tilang pada dasarnya memanfaatkan
teknologi sehingga memerlukan dukungan dari implementor untuk dapat
mengimplementasikannya. SDM yang tergolong masih gagap teknologi ini biasanya
yang sudah lanjut usia dan sudah lamban untuk mempelajari pengaplikasian teknologi
e-Tilang tersebut. Begitu juga dengan teknologi yang terkendala dengan jaringan atau
koneksi yang lambat sehingga menghambat kinerja petugas di lapangan serta kuota
internet yang menjadi tanggungan pribadi petugas juga menjadi salah satu
kendalanya.
Hal senada juga disampaikan staff sebagai Pengatur :
“Pelaksanaan sumber dayanya sudah bagus sekitar 75% di lapangan
karena masih ada juga petugas yang terbebani dengan biaya kuota segala
macam. Karena inikan bukan dari dinas, biayanya bukan dari dinas, biaya
dari anggota sendiri untuk Androidnya. SDM yang belum menguasi
53
.
biasanya yang sudah agak berumur yang gak melek teknologi dan gak
pake Android atau gak punya namun malas menginput.Itu semua masalah
teknis saja.”
Kemudian berdasarkan wawancara peneliti mengenai pemanfaatan teknologi
dalam implementasi kebijakan e-Tilang di Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas)
Polrestabes Makassar, yaitu :
“Yang kurang menguasai yang sudah berumur tidak mau lagi menguasai
ITnya, atau beralasan kuotanya habis, dan jaringan. Kadang internet
kitakan jaringannya agak lemot atau yang di Jakarta juga kan dari Mabes
ini aplikasinya dari sana juga, kalau di sana gak bagus disini otomatis
terganggu jaringannya karena servernya saling terhubung. Dan itu
terhubung juga antara Kepolisian, Pengadilan dan Kejaksaan”
Selanjutnya menurut informan dari Staff lainnya yaitu:
“SDM, trus masalah teknologi rata-rata kita sudah diwajibkan untuk
menggunakan Android yang bisa menerapkan aplikasi ini cuma itu doang
karena tidak terlalu sulit kan. Cuma tinggal menghapal pasalnya
masukkan nama, no handphone dll terus masuk ke handphone dan tinggal
bayar gak perlu kemana-mana bayar ke BRI”
Memaksimalkan biaya yang ada guna memberikan pelatihan kepada pihak
kepolisian agar lebih memahami fungsi dan perannya sebagai anggota kepolisian
yang bertugas dalam melaksanakan program e-tilang.
Pemanfaatan teknologi dalam implementasi e-Tilang menjadi faktor utama
dikarenakan yang mendukung program ini dasarnya menggunakan teknologi yaitu
mulai dari aplikasi secara elektronik hingga koneksi jaringan internet yang
dibutuhkan. Namun, dalam pelaksanaannya masih terkendala dengan faktor Sumber
Daya Manusia (SDM) yang masih gagap teknologi terutama yang sudah lanjut usia
dan masalah server yang memiliki koneksi yang lamban. Sedangkan pengaplikasian
54
.
e-Tilang sendiri tergolong mudah, hanya menghapal pasalnya kemudian memasukkan
nama pelanggar, nomor handphone dan tinggal bayar ke BRI.
Maksudnya memaksimalkan biaya yang ada guna memberikan pelatihan
kepada pihak kepolisian agar lebih memahami fungsi dan perannya sebagai anggota
kepolisian yang bertugas melaksanakan program e-tilang.
D. Faktor Penghambat Dalam Penerapan E-Tilang Di Kota Makassar
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggran lalu lintas
dijalan setiap tahunnya. Faktor tersebut antara lain adanya paradigma berpikir
masyarakat instan di zaman modern, mulai lunturnya sensitivitas dalam saling
berkendara, dan minimnya etika berkendara untuk tertib, salingmenghormati, saling
menghargai, sehingga mengakibatkan semakin tergerusnya rasa kepemilikan akan
sesuatu. Dalam penerapan tilang elektronik terjadi ketidak seimbangan antara harapan
dan kenyataannya.Pemerintah yang melakukan pemberlakuan tilang elektronik di
Kota Makassar masih menemukanbeberapa hambatan yang langsung dirasakanoleh
masyarakat Kota Makassar. Ada beberapa faktor penghambat dalam penerapan
tilangelektronik di Kota Makassar, yaitu :
1. Kurangnya pengawasan dari petugas kepolisian.
Adanya pemasangan CCTV disejumlah ruas jalan di Kota Makassar
seharusnya mendapat bantuan pengawasan daripihak petugas kepolisian.Tidak
semata-mata CCTV yang digunakan sebagai alas untuk memantau kelancaran lalu
lintas.Seringkali tidak adanya petugas yang mengawasi lalulintas membuat
55
.
masyarakat tidak takut melakukan pelanggaran, karena masyarakat cenderung takut
pada petugas yang berjagaketimbang CCTV yang terpasang.
2. Adanya perbaikan jalan di beberapa titik di Kota Makassar.
Perbaikan jalan di sepanjang Jalan AP.Pettarani yang merupakan jalan
protocol membuat penerapan tilang elektronik tidak maksimal. Jalan yang sempit
membuat kendaraan terpaksa melewati zebra croos.Perbaikan jalan ini tidak hanya
menimbulkanpelanggaran tetapi juga membuat kemacetanyang sangat meresahkan
masyarakat Kota Makassar. Dengan adanya perbaikan ini masyarakat beranggapan
bahwa sebelum menerapkan aturan yang lebih besar seharusnya pemerintah kota
Makassar lebih dahulu membenahi hal-hal kecil seperti penyelesaian perbaikan jalan,
marka jalan dan khususnya di jalan-jalan protokol.
3. Penerapan pemerintah dan pihak kepolisian yang tidak merata.
Penerapan pemerintah dan pihak kepolisian yang sangat minim tentang
penerapan tilang elektronik membuat kebanyakan masyarakat tidak menget ahui
bahwa ada penerapan elektronik di Kota Makassar. Masyarakat pinggiran kota yang
tidak mendapatkan informasi tentang penerapan tilang elektronik mengganggap
bahwa penerapan e-tilang hanyalah sebuah wacana pemerintah saja.
4. Penindakan pelanggaran yang kurang tegas.
Penindakan pelanggaran yang tegasmembuat masyarakat tidak takut bahkan
tidak menghiraukan adanya CCTV yang berfungsi sebagai pemantau dan alat bukti
tilang yang bisa merekam pelanggaran yang dilakukan diwaktu dan tempat tertentu.
56
.
Masyarakat seperti menutup mata dengan adanya tilang elektronikini dengan
menggunakan CCTV.
tilang elektronik yang masih terbilang rumit.
Kurangnya penerapan yang dilakukan oleh pemerintah membuat masyarakat
tidakpaham bahkan tidak tau prosedur penilangandengan menggunakan CCTV.
Sebagian masyarakat juga tahu tetapi menganggap penyelesaiannya masih sangat
rumit. Pemerintah kurang memperhatikanmasyarakat-masyarakat yang kurang paham
tentang elektronik.
E. Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Hambatan Yang Terjadi Dalam
Menerapkan Tilang Elektronik
Dalam menanggulangi hambatan yang terjadi dalam menerapkan tilang
elektronik, pemerintah dan pihak kepolisian harus menjalin kerja sama yang baik dan
membangun kekompakkan agar dalam penerapan tilang elektronik di Kota Makassar
dapat terlaksana dengan baik. Kepolisian mengeluarkan tindakan baru dalam
menegakkan tertib lalu lintas. Dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan seluruh
proses tilang akan lebihefisien dan efektif juga membantu kepolisiandalam
memaksimalkan kinerja kepolisian dalam menindaki pengguna jalan yang tidaktertib
saat berkendara.
Pemerintah bekerjasama denganKepolisian Republik Indonesia menerapkan
sistem ini agar dapat mengurangi atau menekan korban kecelakaan dan juga praktik
pungli (pungutan liar) dan suap. Proses tilang ini dibantu dengan pemasangan kamera
57
.
CCTV(Closed Circuit Television) di setiap lampu lalulintas untuk memantau keadaan
jalan. Melalui penelitian ini, banyak sarandan masukan yang diberikan oleh
masyarakat kepada pemerintah sosialisasitilang elektronik di Kota Makassar,
diantaranya :
1. Memperbanyak pemasangan CCTV disejumlah ruas jalan di Kota Makassar.
Rekaman CCTV adalah suatu media yangdapat digunakan untuk memuat
rekaman setiap informasi yang dapat dilihat, dan didengar dengan bantuan sarana
rekaman CCTV. Rekaman CCTV dijadikan sebagaialat bukti yang sistemnya
menggunakan video kamera untuk manampilkan dan merekam suatu gambar pada
waktu dan tempat tertentu dimana perangkat initerpasang yang berarti menggunakan
sinyal yang bersifat tertutup. Penerapan CCTVyang hanya diberlakukan di beberapa
ruas jalan masih memberi peluang besar bagi pengguna jalan yang tidak tertib saat
berkendara. Jika pemasangan CCTV disemua ruas jalan, maka masyarakat akan takut
dan menyadari bahwa setiap pelanggaran yang dilakukan pada saat dijalan raya
terekam oleh CCTV hingga menimbulkan kesadaran agar tidak melakukan
pelanggaran lagi. Beberapa masyarakat beranggapan bahwa peluang yang
ditimbulkan dapat membuat masyarakat tidak patuh.
2. Menertibkan kendaran-kendaran yang illegal
Beberapa masyarakat menyampaikanbahwa salah satu penyebab kemacetan di
Kota Makassar adalah adanya kendaraan yang dianggap ilegal, contohnya bentor
(BecakMotor) yang seringkali beroperasi dijalan raya. Kehadiran pengendara Bentor
yang membuat masyarakat merasa terganggu.Maka dari itu,untuk memaksimalkan
58
.
penerapan tilang elektronik di Kota Makassar, pemerintah dan pihak kepolisian di
harapkan mampu menertibkan pengendara kendaraan yang ilegal agar tidak terjadi
kemacetan lagi di jalanraya.
3. Memperluas Pelaksanaan tentang tilang elektronik
Pada dasarnya penerapan tilang elektronik baru-baru ini diberlakukan di Kota
Makassar. Kurangnya penerapan pemerintah dan pihak kepolisian menyebabkan
banyaknya masyarakat yang kurang tahu atau bahkan tidak mengetahui bahwa telah
ditetapkan tilangelektronik di Kota Makassar. Minimnya informasi yang didapatkan
oleh masyarakat membuat pemerintah menghadapi beberapa hambatan. Tingginya
tingkat pelanggaran lalulintas tidak sepenuhnya kesalahan ada pada masyarakat, akan
tetapi sebagian lagi dari pemerintah yang tidak memberikan pemahaman yang khusus
terkait tentang penerapan tilang elektronik ini. Sebagian lagi masyarakat hanya
mendapatkan informasi melalui sosial media. Dengan memperluasnya informasi
tentang penerapan ini, pihak kepolisian dan pemerintah kota Makassar mampu
bekerjasama dan melibatkan masyarakat secara langsung dalam menanggulangi dan
mengurangi tingkat pelanggaran dan menekan korban kecelakaan berlalu lintas.
4. Mengurangi biaya balik nama kendaraan
Beberapa masyarakat menganggap kurang efektifnya penerapan tilang
elektronikdikarenakan banyak pengemudi kendaraan membeli kendaraan nya melalui
pihak kedua atau pihak ketiga atau membeli mobil bekas. Pengemudi kendaraan
yang membeli kendaraan menggunakan nama pemilik sebelumnya dengan alasan
mahalnya biaya balik nama.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persepsi masyarakat terhadap Penerapan tilang elektronik di Kota Makassar belum
sepenuhnya setuju. Sebagian masyarakat menganggap bahwa tilang elektronik
hanya merupakan wacana pemerintah. Dilihat dari penerapan dan sosialisasi yang
belum maksimal dan penindakan yang tidak tegas membuat masyarakat tidak
mempedulikan adanya CCTV di beberapa ruas jalan yang ada di Kota Makassar.
Masyarakat kota Makassar lebih patuh terhadap petuga kepolisian yang berjaga
dari pada CCTV yang dipasang dibeberapa lampu lalu lintas di Kota Makassar.
Maka dari itu, masyarakat menilai bahwa penerapan e-tilang ini hanya sebagai alat
untuk memantau keadaan ruas-ruas jalan di Kota Makassar dan tidak berfungsi
sebagai alat penilangan secara otomatis.
2. Faktor penghambat dari penerapan tilang elektronik di Kota Makassar ada
beberapa :1) Ruas jalan yang tidak memadai, 2)kurangnya pengawasan dari pihak
petugas kepolisian, 3) kepadapatan kendaraan , 4)jam kerja petugas yang bertugas
memantauCCTV, 5) kurangnya penerapan pemerintah dan pihak kepolisian Kota
Makassar, 6) prosedur penyelesaian yang pelanggaran yang panjang dan tidak
dipahami oleh masyarakat Kota Makassar.
3. Upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi hambatan
yang terjadi dalam penerapan tilang elektronik di Kota Makassar yaitu
60
.
1)memperbanyak pemasangan CCTV di Kota Makassar, 2) menertipkan
kendaraan kendaraan ilegal, 3) memperluas hasil kerja tentang tilang elektronik,
4)mengurangi biaya balik nama kendaraan ,dan lain-lain. Masih banyak yang
harus dibenahi dari penerapan tilang elektronikini. Kemacetan yang parah akibat
adanya pengerjaan jalan membuat penerapan tilang elektronik tidak maksimal.
Banyaknya hambatan dalam penerapan ini, membuat masyarakat berpandangan
bahwa Kota Makassar masih belum mampu menerapkan tilang elektronik.
B. Saran
1. Pemerintah harus memperhatikan hal-hal yang menjadi sebuah hambatan dalam
penerapan tilang elektronik di Kota Makassar agar upaya-upaya yang dilakukan
untuk menertibkan masyarakat lebih maksimal.
2. Pemerintah diharapkan mampu memberikan informasi secara lebih luas kepada
masyarakat Kota Makassar, utamanya masyarakat yang berada dipinggiran-
pinggiran kota.
3. Masyarakat di harapkan memiliki kesadaran hukum tentang pentingnya mematuhi
rambu-rambu lalu lintas saat berkendara di jalan raya agar tingkat kecelakaan dan
pelanggaran lalu lintas dalam diminimalisir.
4. Petugas kepolisian yang bertugas di jalanraya diharapkan mampu menerapkan
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan menjauhi segala bentuk
pungli (pungutan liar) dalam bentuk penyelesaian di tempat.
61
.
DAFTAR PUSTAKA
Berger, Peter L & Thomas Luckmann.2010.Tafsir Sosial atas Kenyataan. Jakarta:
LP3S
Basri¸ A. F. M., dan Rivai¸ V.2015. Performance appraisal. Jakarta: PT. Raja.
Grafindo Persada.
Bates, R, & Holton, E. F. 2014.Peningkatan Kinerja Sumber Daya Manusia.Salemba:
Jakarta
Cahyadi, Budi. 2014. Home Security Membuat Webcam sebagai CCTV melalui
Smartphone Android, Yogyakarta: Andi Publisher.
Erwin, Muhammad. 2011.Filsafat Hukum Refleksi Kritik Terhadap Hukum,Jakarta :
Raja Grafindo.
Edy Sutrisno, 2014.Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetak Ke Enam. Pranada
Media Group, Jakarta.
Gibson, et al. 2013, Organisasi dan Manajeman, Edisi ke empat, Jakarta : Erlangga
Hamzah, Andi. 2010. Asas-asas Penting dalam Hukum Acara Pidana. Surabaya ;FH
Universitas.
Karjadi, M. 2011.Kejahatan Pelanggaran dan Kecelakaan, Bogor, Politeia.
Kelsen, Hans. 2012. Pengantar Teori Hukum. Nusa Media. Bandung,
Lebas, M., dan Euske, K.A. 2004.Konsep Dasar Kinerja dan Manajemen Kinerja.
Dharma,Surya.
Mathis Robert. L. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba: Jakarta.
Mangkunegara, .2012.Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Penerbit Refika
Aditama : Bandung.
Mertokusumo, Sudikno. 2011. Mengenal Hukum. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Muhammad, Abdulkadir, 2014. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
62
.
Muhammad, Rusli. 2013. Lembaga Pengadilan Indonesia Beserta Putusan
Kontroversial, Yogyakarta : UII Press
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad. 2011. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Bandung ; Nusa Media.
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Penerbit: Jakarta,
RajaGrafindo Persada.
Poerwadarminta.2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. 2015.Perilaku Organisasi.Edisi 12. Jakarta: Salemba
Empat.
Rivai.2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori ke
Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rahardjo, Satjipto. 2011. Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan
Sosiologis,Bandung ; Sinar Baru.
Raharjo,Rinto. 2014.Tertib Berlalu-lintas, Yogyakarta, Shafa Media.
Reksodiputro, Mardjono. 2014.Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Jakarta ; Ui
Press.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Shant, Dellyana, .2011. Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty,
Soekanto, Soerjono .2011.Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press.
Simamora, Henry. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 2. Yogyakarta:
STIE YKPN
------------, Soerjono.2013.Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat.Bandung
:Alumni.
------------, Soerjono.2013.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta, Rajawali.
------------, Soerjono.2013.Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.
63
.
------------, Soerjono.2013.Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta : Rineka Cipta
------------, Soerjono.2013.Pengantar Penelitian Umum.Bandung : Alumni
Prawirosentono. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan Kinerja
Karyawan. Yogyakarta: BPFE
PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Perasarana dan Lalu
LintasJalan, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan TransaksiElektronik.
Wright, Charles, R. 1992. Sosiologi Kumunikasi Massa. Bandung: Remaja Karya
64
.
65
.
Tabel Matriks Instrumen Penelitian:
Rumusan
Masalah
Fokus
Masalah
Indikator Fokus
Masalah Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
Informan Dokumen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Bagaimana
kinerja polisi
lalu lintas
dalam
memberikan
sosialisasi
terhadap
penerapan
sistem E-
Tilang di Kota
Makassar ?
2. Apakah faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
sosialisasi
penerapan
sistem E-
Tilang di Kota
Makaasar ?
Mengetahui
kinerja polisi lalu
lintas dalam
memberikan
sosialisasi
terhadap
penerapan sistem
E-Tilang di Kota
Makassar.
1. Kesesuaian
Perencanaan
2. Efektifitas
Pelaksanaan
Kegiatan
3. Kepatuhan
Terhadap
Regulasi
4. Efesiensi
Pelaksanaan
Kegiatan
1. Bagaimana pelaksanaan
kebijakan yang di lakukan
pihak kepolisian terkait
pelaksanaan E-Tilang
sebagai upaya untuk
mengurangi angka
pelanggaran lalu lintas di
kota makasssar ?
2. Bagaimana efektifitas
pelaksanaan dan siapa saja
yang terlibat dalam
pengimplementasian
kebijakan publik, baik itu
organisasi formal maupun
organisasi informal ?
3. Bagaimana upaya
memberdayakan sumber
daya guna mencapai
efesiensi dalam
melaksanakan kebijakan
E-tilang di kota makassar
?
1. Kasad
Lantas
Kota
Makassar
2. Polisi Lalu
Lintas
Kota
Makassar
3. Masyaraka
t Kota
Makassar
Dokumen yg
diperlukan
dlm observasi:
1. Peraturan
2. SOP
3. Dll
66
.
Rumusan
Masalah
Fokus
Masalah
Indikator Fokus
Masalah Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
Informan Dokumen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 4. Bagaimana upaya yang
dilakukan kepolisiaan agar
setiap element masyarakat
mampu mematuhi regulasi
yang di terkait
pelaksanaan E-tilang ?
5. Bagaimana upaya
pengawasan yang
dilakukan pihak kepolisian
guna memantau siapa saja
pengguna jalan yang
masih melanggar rambu-
rambu lalu lintas ?
6. Bagaimana upaya
sosialisasi yang di lakukan
pihak kepolisian guna
memberikan pemahaman
kepada masyarakat terkait
kebijakn E-Tilang di kota
makassar ?
7. Bagaimana penindakan
yang dilakukan pihak
kepolisian terkait
67
.
Rumusan
Masalah
Fokus
Masalah
Indikator Fokus
Masalah Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
Informan Dokumen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) pengguna jalan yang
masih melanggar rambu-
rambu lalu lintas ?
8. Bagaimana penyelasaian
prosedur E-tilang yang di
berlakukan di kota
makassar ?
68
.
69
.
70
.
71
.
72
.
Dokumentasi Bersama Dengan Kasad Lalu Lintas
73
.
Dokumentasi Dengan Polisi Lalu Lintas
74
.
75
.
Dokumentasi Penerapan E-Tilang
76
.
77
.
78
.
79
.
80
.
RIWAYAT HIDUP
Ahmad Fadli, lahir di Makassar Kecamatan Rappocini Kota
Makassar, pada tanggal 13 September 1995. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersudara dari pasangan
Drs. Kamo, S.Pd dan Sitti Aminah, S.Pd. Pada tahun 2002
penulis memasuki sekolah dasar di SDN Kompleks Ikip dan
lulus pada tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan Pendidikan ke SMPN 3
Makassar dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan
pendidikan ke SMAN 2 Makassar dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014
penulis melanjutkan pendidikan ke Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam rangka menyelesaikan pendidikan
dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara
penulis melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam
Sosialisasi E-Tilang di Kota Makassar” yang dibimbing oleh bapak Ibu Dr. Andi
Rosdianti Razak, M.Si dan Bapak Dr. Muhammad Tahir, M.Si