Post on 19-Oct-2020
i
MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN SATU ATAP
DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO DESA BUMIREJO
KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Muh. ‘Azim Asror
NIM : 111 11 077
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Al- Insyiroh : 5-6) (Al-Qur’an dan terjemahnya. Khadim Al Haramain Asy
Syarifain. Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Raja Kerajaan Arab Saudi.
Hal. 1073)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan dengan ketulusan hati kepada:
1. Ibuku (Nur Hikmah) dan Bapakku (Fatkhurrohman) engkau yang ku
kasihi dan ku sayangi, yang telah banyak berkorban tanpa letih maupun
pamrih, meskipun banyak cobaan dan rintangan yang menghadang, namun
engkau tetap tersenyum dan bersabar, semoga Allah SWT. Melimpahkan
segala kerohmatan-Nya di dunia dan akhirat.
2. Istriku (Pradika Mustafidah Sari) tercinta yang telah setia dalam menemani
segala kehidupanku baik diwaktu bahagia maupun dikala sedih, serta
selalu memberikan motivasi dan do’a demi terselesainya skripsi ini,
semoga dalam setiap langkahmu Allah SWT. Selalu Memberikan
kemudahan.
3. Anakku (Muhammad Naufal Afkar) yang selalu menghiburku baik
diwaktu sedih maupun senang, semoga Allah SWT. Menjadikanmu anak
yang Sholeh.
4. Guru spiritual dan teladanku Bapak KH. Mahfudz Ridwan, Lc. Yang
selalu memberikan semangat dan ketenangan hati, serta membimbingku
agar menjadi insan yang lebih baik, semoga Allah SWT. Selalu
memberikan kesehatan kepada beliau.
5. Sahabatku di rumah KH. Abdul Aziz Bakrie (Alm) yang telah memberikan
motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun, serta selalu membuatku
tersenyum baik diwaktu sedih maupun senang.
vii
6. Sahabat-sahabat PP. Edi Mancoro yang telah setia menemaniku dari awal
perjalanan di bangku perkuliahan hingga saat ini, semoga Allah SWT.
Menjadikan kalian sebagai generasi penerus Bangsa yang sholeh-sholehah.
7. Sahabat PAI-B angkatan 2011. Semoga dimanapun kalian berada, selalu
mengamalkan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya
yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh
umat manusia, penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang
bijaksana bagi seluruh alam semesta.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik
tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang
terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-
informasi yang dibutuhkan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Progdi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
4. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M. Pd. Selaku pembimbing skripsi yang
senantiasa sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal
keilmuan kepada penulis.
ix
6. Kepala MTs Salafiyah Bapak Diego Faizzata, S. Pd.I. yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian skripsi
ini, sehingga dapat terlaksana dengan baik.
7. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih
sayang dan memberikan bantuan moril dan materil maupun spiritual.
8. Sahabat-sahabatku seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
angkatan 2011.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala
bantuan yang diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah SWT serta
tercatat dalam bentuk amalan ibadah. Amin.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pada
khusunya dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 6 Juni 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Azim Asror, Muhammad. 2016. Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap di
MTs Salafiyah Wonoyoso Desa/ Kelurahan Bumirejo, Kecamatan
Kebumen, Kabupaten Kebumen Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
dan ILmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M. Pd.
Kata Kunci: Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen kurikulum
pendidikan satu atap di MTs Salafiyah Wonoyoso desa/ Kelurahan Bumirejo,
Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen pertanyaan utama yang ingin
dijawab melalui penelitian ini adalah (a) Bagaimana penerapan kurikulum di
MTs Salafiyah Wonoyoso, (b) Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan
kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, (c) Sejauhmana keberhasilan
manajemen kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, untuk menjawab
pertanyaan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif.
Dalam melaksanakan penelitian penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, yang dari penelitian tersebut menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Adapun subjek dan objek penelitian yaitu
Kepala Madrasah, Wakil Kepala 1, dan pengasuh Pondok Pesantren.
Sedangkan objeknya yaitu MTs Salafiyah Wonoyoso. Dalam proses
pengumpulan data, penulis menggunakan cara wawancara, observasi dan
dokumentasi. Adapun dalam proses pengecekan dan keabsahan data, peneliti
menggunakan metode triangulasi yaitu dengan membandingkan dan
mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Berdasarkan analisa data yang didapatkan bahwa kurikulum yang
diterapkan di MTs Salafiyah Wonoyoso, yaitu menggunakan tiga kurikulum,
pertama, kurikulum Kemendikbud, kedua, kurikulum Kemenag, dan ketiga,
kurikulum Pondok Pesantren. Adapun hambatan dalam penerapan kurikulum
di MTs Salafiyah Wonoyoso ialah adanya tenaga pengajar yang mengajar
mata pelajaran tidak sesuai denga jurusannya ketika berkuliah, kurang
berkompetennya tenaga pengajar karena hanya sebatas mengenyam
pendidikan setara dengan SMA dan masih kurangnya pengetahuan tentang
teknologi informasi. Sedangkan keberhasilan penerapan kurikulum ditandai
dengan banyaknya lulusan dari lembaga tersebut mahir dalam bidang ilmu
agama dan ilmu umum serta terpenuhinya sarana dan prasarana yang
memadai. Serta semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga, ditandai dengan banyaknya siswa yang mendaftar dari daerah
tersebut.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................ ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………... iii
HALAMAN DEKLARASI……………………………………... iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………… vi
KATA PENGANTAR…………………………………………... viii
ABSTRAK………………………………………………………. x
DAFTAR ISI…………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………….. xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………. xv
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………. 1
B. Pembatasan Masalah………………………………… 5
C. Fokus Penelitian……………………………………... 7
D. Tujuan Penelitian…………………………………...... 8
E. Manfaat penelitian…………………………………… 8
F. Metode Penelitian……………………………………. 9
G. Sistematika Penulisan………………………………... 14
BAB. II. KAJIAN TEORI
A. Manajemen Kurikulum………………………………. 15
xii
1. Pengertian Manajemen…………………………… 15
2. Fungsi Manajemen……………………………….. 18
3. Pengertian Kurikulum…………………………… 20
4. Fungsi Kurikulum……………………………….. 20
5. Komponen Kurikulum…………………………... 22
6. Pengertian Manajemen Kurikulum…………….... 26
B. Perencanaan Kurikulum di Sekolah
1. Pengertian Perencanaan Kurikulum……………... 27
2. Fungsi Perencanaan Kurikulum…………………. 28
3. Model Perencanaan Kurikulum…………………. 29
4. Sifat Perencanaan Kurikulum…………………… 31
5. Asas-Asas Perencanaan Kurikulum……………... 32
C. Pengorganisasian Kurikulum………………………... 34
D. Pelaksanaan Kurikulum……………………………... 41
E. Macam-Macam Kurikulum………………………….. 50
F. Pendidikan Satu Atap………………………………... 53
1. Pengertian Pendidikan Satu Atap………………... 53
2. Pola Pendidikan Satu Atap………………………. 56
3. Model-Model Pengembangan SD-SMP Satu Atap. 57
4. Tujuan Kurikulum Pendidikan Satu Atap………... 63
5. Kriteria Calon SD-SMP Satu Atap………………. 64
G. Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kurikulum Kementerian Agama, dan Kurikulum
xiii
Pondok Pesantren…………………………………….. 66
BAB. III. LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Salafiyah Wonoyoso
Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen.
1. Letak Geografis………………………………….. 75
2. Sejarah Berdirinya……………………………….. 76
3. Visi Misi…………………………………………. 78
4. Tujuan Madrasah……………………………….. 79
5. Sasaran………………………………………….. 85
6. Struktur Organisasi……………………………... 86
7. Keadaan Guru dan Siswa……………………….. 87
8. Fasilitas dan Prestasi……………………………. 69
B. Manajemen Kurikulum MTs Salafiyah Wonoyoso
Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen………………………………... 96
BAB. IV. PEMBAHASAN………………………………. 117
BAB. V. PENUTUP……………………………………… 129
A. Kesimpulan ………………………………………… 129
B. Saran………………………………………………... 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I Skema Pendidikan Satu Atap……………………………. 59
Tabel II Struktur Muatan Kurikulum SMP/ MTs………………… 67
Tabel III Struktur Muatan Mata Pelajaran Kementerian Agama….. 70
Tabel IV Data Daftar Guru dan Karyawan……………………….. 87
Tabel V Data Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017………… 91
Tabel VI Data Sarana dan Prasarana………………………………. 92
Tabel VII Data Alokasi Waktu Masing-Masing Mata Pelajaran……. 99
Tabel VIII Alokasi Waktu Tiga Kurikulum......................................... 121
xv
DAFTAR GAMBAR
Bagan I SD-SMP Satu Atap dengan Satu Pengelola……………. 61
Bagan II SD-SMP dengan Satu SD atau SMP
Satu Pengelola…………………………………………... 62
Bagan III Lebih dari Satu SD dengan Satu SMP…………………. 63
Bagan IV Struktur Organisasi MTs Salafiyah Wonoyoso…………. 86
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan rencana tertulis tentang kemampuan yang
harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan
pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut,
dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian
kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan
dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi
dirinya pada satuan pendidikan tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional,
dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2008: 92).
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan
nasional adalah aspek kurikulum, kurikulum merupakan salah satu komponen
yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum
merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan
institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peran
penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/ berkualitas. Salah satu
aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah
pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga
pendidikan yang bersangkutan (Rusman, 2009:1). Kurikulum merupakan
2
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam mencapai
tujuan pendidikan yang memerlukan inovasi dan pengembangan. Melihat hal
ini kurikulum selalu bersifat dinamis selalu berubah dan menyesuaikan diri
dengan kebutuhan peserta didik.
Kurikulum mempunyai pengaruh yang besar dalam segala bentuk
aktifitas pendidikan disebuah lembaga pendidikan. Karena kurikulum
memberikan rancangan pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman dalam
proses pembelajaran. Sebuah kurikulum lembaga pendidikan yang
direncanakan, diatur dan dilaksanakan dengan baik maka akan menghasilkan
peserta didik yang berwawasan luas dan berfikir kedepan sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.
Selain kurikulum sebagai tolak ukur suatu keberhasilan lembaga
pendidikan dalam melaksanakan seluruh proses pendidikan, juga ditentukan
oleh manajemen dari lembaga pendidikan tersebut. Manajemen merupakan
alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan
memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan
ditingkatkan (Hamalik, 2008:27). Sehingga manajemen yang baik akan
meningkatkan kualitas suatu lembaga. Manajemen berlangsung dalam suatu
proses berkesinambungan secara sistematik, yang meliputi pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan, dan
control (Hamalik, 2008: 32). Kegiatan manajemen menjadi tanggung jawab
utama pimpinan lembaga pendidikan tersebut. Manajemen pendidikan
3
sebagai proses atau sistem pengelolaan. Kegiatan pengelolaan suatu sistem
pendidikan ini mempunyai tujuan terlaksananya kegiatan belajar mengajar
dengan baik. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen
kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan
lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber
belajar, pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum (Rusman, 2009:5)
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam
rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum (Rusman, 2009:3).
Sehingga dapat dipahami bahwa kurikulum berperan sangat penting
dalam pendidikan, tanpa kurikulum maka pendidikan di Negeri ini akan
menjadi pincang, serta kurikulum tanpa adanya manajemen yang baik
menjadikan lembaga pendidikan tersebut kesulitan dalam pelaksanaan segala
aktifitas pendidikan, karena tidak adanya perencanaan, pelaksanaan,
pengontrolan, dan evaluasi yang baik, sehingga kurikulum tidak dapat
berjalan dengan semestinya.
Dari paparan yang telah disampaikan di atas, penulis bermaksud
meneliti sebuah lembaga pendidikan berupa madrasah sebagai pendidikan
formal yang satu atap dengan pondok pesantren sebagai sebuah acuan dalam
setiap pelaksanaan program pendidikannya. Dengan diterapkannya tiga model
kurikulum, MTs Salafiyyah mampu bersaing dengan sekolah umum yang
dipandang sebagai lembaga pendidikan unggulan namun hanya pada
pendidikan umumnya saja, sedangkan pendidikan satu atap memiliki
4
keunggulan dan nilai plus, disamping pendidikan umum lembaga pendidikan
ini juga menggunakan materi tambahan terutama dalam bidang agama, seperti
Bahasa Arab, dan pendidikan akhlak dengan mengkaji kitab kuning atau
materi-materi pondok pesantren. Objek penelitian ini adalah Madrasah
Tsanawiyah Salafiyah Wonoyoso, Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen,
Kabupaten Kebumen. Pendidikan satu atap yang berbasis pondok pesantren.
Beberapa hal yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian di
tempat ini, antara lain diterapkannya tiga macam kurikulum, yaitu kurikulum
Kementerian pendidikan dan kebudayaan, kurikulum Kementerian agama,
dan kurikulum lokal berbasis pondok pesantren, serta eksistensi madrasah
tersebut tetap terjaga hingga sekarang. Karena secara geografis lokasi
madrasah berada di tengah kota Kebumen, yang sangat bermacam lembaga
pendidikan disekitarnya, dan penuh dengan modernisasi perkotaan, namun
MTs Salafiyah tetap mendapat tempat dihati para orang tua untuk
mempercayakan anaknya pada madrasah tersebut. Hal tersebut menjadi
sesuatu yang menarik bagi penulis untuk mengetahui lebih jauh bagaimana
eksistensi tersebut terjaga hingga saat ini dari sudut pandang manajemen
kurikulumnya.
Berangkat dari hal di atas, maka penulis mengajukan judul dalam
penelitian ini adalah: “MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN
SATU ATAP DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO DESA BUMIREJO
KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016
5
B. Pembatasan Masalah
Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti
permasalahan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu
penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul diatas yaitu antara
lain :
1. Manajemen :
Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti
mengatur(Hamalik, 2008:27).
Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan
keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia serta sumber-
sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Fungsi manajemen meliputi beberapa poin yang harus di
pahami, diantaranya Perencanaan (Planning), pengorganisasian
(Organizing), penerapan (Actuating), dan pegontrolan (Controlling).
Sehingga manajemen berisikan keempat hal tersebut, namun yang
penulis bahas disini mengenai penerapan (Actuating).
Bertitik pada rumusan tersebut, maka ada beberapa hal yang
perlu dijelaskan lebih lanjut.
a. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan
proses kerjasama antar dua orang atau lebih secara formal.
6
b. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber,
yakni sumber manusia, sumber material, sumber biaya, dan
sumber informasi.
c. Manajemen dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang
efisien dan efektif, dari segi tenaga, dana, waktu dan
sebagainya.
d. Manajemen mengacu ke pencapaian tujuan tertentu yang telah
di tentukan sebelumnya (Hamalik, 2008:28).
2. Kurikulum :
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh
lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program
pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,
sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Hamalik, 2008:10).
Menurut Dr. E. Mulyasa, M. Pd. (2009: 22), kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan kompetensi
dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Adapun yang
dimaksud dengan manajemen kurikulum adalah suatu proses
pengelolaan kurikulum yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan serta pengawasan.
3. Pendidikan satu atap
7
Pendidikan dasar yang mencangkup SD dan SMP yang sederajat
atau lembaga pendidikan lain seperti pondok pesantren yang
diselenggarakan secara terpadu, baik terpadu secara fisik maupun
secara pengelolaan (http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-
sdsmp-satu-atap).
4. MTs Salafiyah
Madrasah satu atap yang berbasis pondok pesantren dengan
menggunakan perpaduan kurikulum Kemendikbud, kurikulum
Kemenag, dan Kurikulum pondok pesantren dibawah naungan
Yayasan Pesantren Salafiyah Wonoyoso desa Bumirejo, Kecamatan
Kebumen, Kabupaten Kebumen.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi
permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini.
Beberapa permasalahan itu adalah :
1. Bagaimana penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso desa
Bumirejo, Kebumen?
2. Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs Salafiyah
Wonoyoso desa Bumirejo Kebumen?
3. Sejauhmana keberhasilan manajemen kurikulum di MTs Salafiyah
Wonoyoso desa Bumirejo Kebumen?
http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-ataphttp://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-atap
8
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti ini
memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui:
1. Penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo
Kebumen.
2. Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso
desa Bumirejo Kebumen.
3. Keberhasilan manajemen kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso
desa Bumirejo Kebumen.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang bisa diambil,
yaitu:
1. Manfaat teoritis
a. Untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan serta teori
tentang manajemen kurikulum lembaga pendidikan islam
khususnya Madrasah Tsanawiyah dan Pondok Pesantren.
b. Pengembangan khasanah keilmuan di dunia pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat,
sebagai bahan pertimbangan untuk memilih madrasah.
9
b. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaksana dan pengelola
lembaga pendidikan MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo
Kebumen.
c. Penelitian ini dianggap penting untuk memberikan sumbangan
pemikiran untuk manajemen kurikulum pendidikan satu atap di
MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo Kebumen.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
maupun dalam peristilahannya. Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati (moleong, 2009:4).
Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif disebut juga penelitian
naturalistik. Disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang
dikumpulkan bersifat kualitatif bukan kuantitatif karena tidak
menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi
lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana adanya
tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes. Penelitian kualitatif
10
hasilnya bersifat objektif berlaku sesaat dan setempat kemudian pada
penelitian pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial, sedangkan
data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif (Nasution,
2003:18-19).
2. Subjek dan objek penelitian
Subjek penelitian meliputi : Kepala madrasah, Wakil Kepala1
(Waka Kurikulum), Pengasuh Pondok Pesantren.
Untuk menentukan subjek penelitian yang dijadikan informan
menurut moleong ada beberapa kriteria yaitu : ia harus jujur, taat pada
janji, patuh pada peraturan , tidak termasuk salah satu kelompok yang
bertentangan dengan latar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu
tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi (Moleong, 2003:90).
Objek penelitian adalah MTs Salafiyah Wonoyoso Kebumen yang
terletak di Gg. Walikonang dusun Wonoyoso desa Bumirejo kec.
Kebumen Kab. Kebumen Provinsi Jawa Tengah.
3. Pengumpulan data
a. Wawancara tak berstruktur
Wawancara menurut Lexy J. Moleong adalah percakapan
dengan maksud tertentu (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang
11
akan diajukan (Moleong, 2003:130). Wawancara dalam penelitian
kualitatif biasanya merupakan jenis wawancara tak berstruktur.
Tujuannya ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam
mengenai pandangan responden. Sehingga dengan wawancara tak
berstruktur pewawancara dapat menanyakan permasalahan yang
akan di kaji dengan leluasa tanpa terpaku pada batas-batas teks
pertanyaan.
b.Observasi
Dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati secara
langsung terhadap sumber data. Dalam observasi kita tidak hanya
mencatat suatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga segala
sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang mungkin ada kaitannya.
Karena dalam tiap pengamatan harus selalu dikaitkan dua hal yakni
informasi (apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang berkaitan
disekitarnya) sehingga tidak kehilangan makna (Nasution, 2003:58).
Dengan melakukan pengamatan, maka akan jelas informasi yang
peneliti dapatkan sebagai bahan penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah memperoleh data dengan meneliti dan
mempelajari serta menganalisa dokumen-dokumen yang berupa data
umum yang berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen
madrasah. Dokumentasi terdiri atas tulisan pribadi seperti buku
harian, surat-surat dan dokumen resmi (Nasution, 2003:85). Dengan
12
dokumentasi akan memeberikan data-data yang ada dilapangan yang
sangat penting untuk membantu kelengkapan penelitian.
4. Analisis data
Menurut Milles dan Huberman ada tiga macam kegiatan dalam
analisis data kualitatif, yaitu:
a. Reduksi data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah”
yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Sebagaimana
pengumpulan data berproses, terdapat beberapa tahapan dari Reduksi
data (membuat rangkuman, pengodean, membuat tema-tema,
membuat gugus-gugus, membuat pemisahan-pemisahan, menulis
memo-memo). Dan reduksi data/ pentransformasian proses terus
menerus, setelah kerja lapangan, hingga laporan akhir lengkap.
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam,
memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu
cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan
diverifikasikan.
b. Model data (Data Display)
Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data adalah model
data. kita mendefinisikan “model”sebagai suatu kumpulan informasi
yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
13
c. Penarikan/verifikasi kesimpulan.
Langkah ketiga dari aktifitas analisis adalah penarikan dan
verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai memutuskan apakah ”makna” sesuatu mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin alur
kausal, dan proposisi proposisi. Peneliti yang kompeten dapat
menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara
kejujuran dan kecurigaan (skeptisme), tetapi kesimpulan masih jauh,
baru mulai dan pertama masih samar, kemudian meningkat menjadi
eksplisit dan mendasar menggunakan istilah klasik Glasser dan
Strauss.
Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan suatu
inisiatif berulang-ulang secara terus-menerus. Masalah reduksi data,
model, dan penarikan/verifikasi kesimpulan masuk ke dalam gambar
secara berurutan sebagai episode-episode analisis mengikuti masin-
masing yang lain. Tetapi dua masalah yang lain selalu menjadi
bagian dari dasar (Emzir, 2011:129-135).
5. Pengecekan keabsahan data
Penelitian ini menggunakan triangulasi untuk pengecekan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik
trianggulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber.
Menurut patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
14
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal ini dicapai dengan jalan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b) Membandingkan apa yang dikatakan key informan dengan
informan.
c) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang terkait (Moleong, 2009:330-331).
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi: latar
belakang masalah, pembatasan masalah, fokus penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika
penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Pada bab ini akan dijelaskan tentang manajemen kurikulum yang
meliputi: pengertian manajemen kurikulum, fungsi kurikulum,
komponen kurikulum, perencanaan kurikulum di sekolah,
pengorganisasian kurikulum di sekolah, dan pelaksanaan
kurikulum di sekolah, kurikulum pendidikan satu atap.
BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Kurikulum
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen pada dasarnya merupakan istilah yang tidak
asing lagi ditelinga. Seringkali orang menyebut sebuah pengelolaan,
kegiatan atau pengelolaan usaha dengan istilah manajemen. Manajemen
berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan melalui
proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.
Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan
yang diinginkan(Hasibuan, 2005:1).manajemen juga berkenaan dengan
cara-cara pengelolaan suatu lembaga agar lembaga tersebut efisien dan
efektif (Tilaar, 2002: 10). Manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses
social yang berkenaan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan
manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya
(Hamalik, 2008: 16).
Selain pendapat dari pakar pendidikan, Allah SWT. Berfirman
tentang manajemen yang berbuyi:
16
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh. (Ash shoff ayat 4).”
Dari ayat Al-Qur’an di atas maka dapat disimpulkan bahwa Allah
SWT. Juga menyukai orang yang me-manaj sesuatu dengan baik, agar apa
yang direncanakan dapat tercapai dengan baik dan mendapatkan hasil yang
baik pula.
Disamping pengertian manajemen di atas, sebagai bahan
perbandingan setidaknya perlu disimak beberapa definisi manajemen yang
dikemukakan para tokoh/pakar manajemen diantaranya :
a. Malayu S.P Hasibuan, (2005: 2) manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
b. Andrew F. Sikula mendefinisikan manajemen sebagai berikut :
“Management in general refers ro planning, organizing, controlling,
staffing, leading, motivating, and decision making activities performed
by any organization, in order to coordinate the varied resources of the
enterprise so as to bring and efficient creation of same product or
service”.
17
(manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara
efisien (Hasibuan, 2005: 2)
c. G.R.Terry mendefinisikan manajemen sebagai berikut:
“Management is a distinct process consisting of planning,
organizing, actuating, and controlling, performed, to determine an
accomplish stated objectives by the use of human being and other
resources”
(manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya) (Hasibuan, 2005: 2-3).
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas
bahwa pengertian manajemen dapat diartikan sebagai suatu
proses/kegiatan atau usaha pencapaian tujuan tertentu melalui
kerjasama dengan orang lain, demi tercapainya suatu tujuan dengan
memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia dan sumber
18
daya lainnya, melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengontrolan.
2. Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi yang berurutan dalam proses manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan
Perencanaan adalah mengembangkan suatu rencana, seseorang harus
mengacu ke masa depan atau menentukan pengaruh pengeluaran
biaya, atau keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir,
mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun
program yakni menetapkan prioritas dan urutan strategi, anggaran
biaya atau alokasi sumber-sumber, menetapkan prosedur kerja dengan
metode yang baru dan mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa
aturan dan ketentuan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi kegiatan-kegiatan membentuk/mengadakan
struktur organisasi baru untuk menghasilkan produk baru, dan
menetapkan garis hubungan kerja antar struktur yang ada dengan
struktur yang baru, merumuskan komunikasi dan hubungan-hubungan,
menciptakan deskripsi kedudukan yang menunjuk apakah rencana
dapat dilaksanakan oleh organisasi yang ada atau diperlukan orang
lain yang memiliki ketrampilan khusus.
19
c. Staffing
Meliputi kegiatan seleksi calon tenaga staf, memberikan orientasi
pada tenaga staf kearah pekerjaan dan tugas, memberikan latihan-
latihan ketrampilan sesuai dengan bidang tugas serta melakukan
pembinaan ketenagaan.
d. Pengarahan
Meliputi langkah-langkah pendelegasian atau pelimpahan tanggung
jawab dan akuntabilitas, memotivasi dan mengkoordinasi agar usaha-
usaha kelompok serasi dengan usaha-usaha lainnya, merangsang
perubahan bila terjadi perbedaan/pertentangan untuk mencari
pemecahan/penyelesaian sebelum mengerjakan tugas-tugas
berikutnya.
e. Control
Meliputi kegiatan pengadaan sistem pelaporan yang serasi dengan
struktur pelaporan keseluruhan, mengembangkan standar perilaku,
mengukur hasil berdasarkan kualitas yang diinginkan dalam kaitannya
dengan tujuan, melakukan tindakan koreksi dan memberikan ganjaran
(Hamalik, 2008:33-34).
Memahami dari penjelasan diatas tentang fungsi
manajemen, harus mengandung setidaknya ada lima fungsi yang
berurutan, yaitu, planning, organizing, actuating, staffing, dan
controlling, sehingga semua fungsi diatas merupakan suatu kesatuan
20
untuk memanaj suatu lembaga ataupun instansi sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan lembaga tersebut.
3. Pengertian Kurikulum
Menurut E. Mulyasa (2006: 24-25), kurikulum merupakan
kumpulan perangkat perencanaan dan pengaturan tentang tujuan,
kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar, serta penerapan pedoman
pelaksanaan aktifitas belajar guna meraih kompetensi dasar dan tujuan
pendidikan.
Mencermati apa yang dimaksud Mulyasa tersebut, kurikulum
sangat menentukan awal, proses, dan akhir pembelajaran. Kurikulum
menjadi pengawal dinamika pendidikan yang ditujukan untuk
mencerdaskan anak-anak bangsa(Yamin, 2010:40).
Sehingga berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh mulyasa
dapat disimpulkan bahwa kurikulum sangat penting demi menunjang
kesuksesan segala proses pendidikan dalam suatu lembaga/ instansi
pendidikan terkait, sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah dan
pendidikan nasional.
4. Fungsi Kurikulum
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Apabila salah satu komponen dalam kurikulum tidak
21
berfungsi maka akan mengakibatkan komponen yang lain terganggu.
Fungsi kurikulum difokuskan pada enam aspek berikut :
a. Fungsi penyesuaian
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara
menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa bersifat dinamis
maka masing-masing individupun harus memiliki kemampuan
menyesuaikan diri secara dinamis pula.
b. Fungsi integrasi
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang
terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari
masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan
sumbangsih dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
c. Fungsi differensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap
perbedaan diantara setiap orang dimasyarakat. Pada dasarnya,
differensiasi akan mendorong orang berfikir kritis dan kreatif,
sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat.
d. Fungsi persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih jauh, misal melanjutkan studi kesekolah
yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat.
e. Fungsi pemilihan
22
Perbedaan atau differensiasi dan pemilihan (seleksi)
adalah dua hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan
berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa
yan diinginkan dan menarik minatnya.
f. Fungsi diagnostic
Salah satu pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima
dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostic kurikulum dan
akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.
Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh
kurikulum secara keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan
dengan arah filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan yang
diharapkan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan (Hamalik,
2011: 13-14).
Dari definisi diatas, fungsi kurikulum memiliki andil yang
strategis dalam pembentukan kepribadian peserta didik, baik
kaitannya dengan tujuan lulusan yang berkompeten maupun tujuan
pendidikan secara menyeluruh, untuk memajukan dunia
pendidikan di negeri ini.
5. Komponen Kurikulum
23
Kurikulum dalam suatu sekolah memiliki lima komponen yaitu:
a. Komponen tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara
keseluruhan, meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, dan
domain psikomotorik. hal ini dicapai dalam rangka mewujudkan
lulusan dalam satuan pendidikan sekolah yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Secara hirarkis tujuan pendidikan tersebut
dapat diurutkan sebagai berikut:
1) Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan pendidikan yang ingin
dicapai pada tataran nasional. Dalam pencapaiannya dapat
berwujud sebagai warga Negara berkepribadian nasional yang
bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat bangsa dan
tanah air.
2) Tujuan institusional yaitu yang ingin dicapai pada tingkat
lembaga pendidikan, dalam penyampaiannya dapat berwujud
sebagai tamatan sekolah yang mampu dididik lebih lanjut
menjadi tenaga professional dalam bidang tertentu dan pada
jenjang tertentu.
3) Tujuan kurikulum yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai
pada tingkat tataran mata pelajaran atau bidang studi tertentu
yang dipelajari.
24
4) Tujuan instruksional yaitu tujuan yang ingin dicapai pada
tingkat tataran pengajaran yang dapat berwujud sebagai bentuk
watak, kemampuan berfikir dan kemampuan berbicara.
b. Komponen isi/ materi
Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan isi atau materi
tersebut biasanya berupa materi bidang studi. Bidang-bidang studi
tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan
yang ada. Bidang-bidang studi tersebut biasanya telah dicantumkan
dalam struktur program kurikulum sekolah yang bersangkutan.
c. Komponen media (sarana dan prasarana)
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media
merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih
mudah untuk dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu
pemanfaatan dan pemakaian media dalam pengajaran secara tepat
terhadap pokok bahasan yang disajikan kepada peserta didik akan
mempermudah peserta didik dalam menanggapi, memahami isi
sajian guru dalam pengajaran. Dengan kata lain, ketepatan pemilihan
media yang digunakan guru akan membantu kelancaran dalam
pencapaian tujuan pengajaran (pendidikan).
d. Komponen strategi
Strategi menunjuk pada pendekatan dan metode serta
peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada
25
hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh
dalam melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian,
pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara
umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Dengan kata lain, strategi pengajaran mengatur seluruh komponen,
baik pokok maupun penunjang, dalam sistem pengajaran.
e. Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangat penting dalam sistem pengajaran sebab
diharapkan melalui proses belajar-mengajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada diri peserta didik. Keberhasilan proses belajar
mengajar merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk
menciptakan suasana pengajaran yang kondusif, sehingga
memungkinkan dan mendorong peserta didik untuk secara leluasa
mengembangkan kreativitasnya dengan bantuan guru.
Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pengajaran
yang kondusif ini merupakan indikator kreativitas dan efektivitas
guru dalam mengajar. hal tersebut dapat tercapai secara lebih baik
jika guru dapat: (a) memusatkan pada kepribadiannya dalam
mengajar, (b) menerapkan metode mengajarnya, (c) memusatkan
pada proses dan produknya, dan (d) memusatkan pada kompetensi
yang relevan (Subandijah, 1993: 4-6).
26
Komponen kurikulum dapat dipahami sebagai seluruh
penunjang proses pembentukan dan pelaksanaan kurikulum untuk
menunjang tercapainya tujuan lembaga pendidikan yang disesuaikan
dengan tujuan pendidikan secara nasional.
6. Pengertian Manajemen Kurikulum
Bertitik tolak kepada pengertian diatas maka manajemen kurikilum
dapat diartikan sebagai upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola
perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan,
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Manajemen kurikulum sangat penting sebagai suatu sistem
pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan
sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.
Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai
dengan konteks manajemen berbasis sekolah. Oleh karena itu, otonomi
yang diberikan kepada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola
kurikulum secara mandiri denan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah
tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum
dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol
implementasi kurikulum, sehinga lembaga pendidikan atau sekolah selain
dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi
27
kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas
kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada
masyarakat maupun pada pemerintah (Rusman, 2011: 3).
Sehinga manajemen kurikulum sangat diperlukan agar terjadi
keharmonisan antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaannya dalam
kegiatan belajar mengajar.
B. Perencanaan Kurikulum di Sekolah
1. Pengertian perencanaan kurikulum
Perancanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks
yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan.
Ada dua pendekatan perencanaan kurikulum :
a. Pendekatan yang bersifat “administrative approach”
Yaitu kurikulum direncanakan dari pihak atasan kemudian
diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru.
Jadi from the top down, dari atas ke bawah atas inisiatif para
administrator. Dalam kondisi ini guru-guru tidak dilibatkan. Mereka
lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima dan pelaksana. Semua ide,
gagasan dan inisiatif berasal dari pihak atasan.
b. Pendekatan yang bersifat “grass roots approach”
Yaitu yang dimulai dari bawah, yakni dari pihak guru-guru atau
sekolah secara individual dengan harapan bisa meluas ke sekolah-
28
sekolah lain. Kepala sekolah serta guru-guru dapat merencanakan
kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat kekurangan-
kekurangan dalam kurikulum yang berlaku. Mereka tertarik oleh ide-ide
baru mengenai kurikulum dan bersedia menerapkannya disekolah
mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran (Hamalik, 2008: 149-150)
Selanjutnya, dengan bertindak dari pandangan bahwa guru adalah
manajer (the teacher as manajer) J.G Owen sangat menekankan
perlunya keterlibatan guru dalam perencanaan kurikulum. Guru harus
ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum karena dalam
praktek mereka adalah pelaksana-pelaksana kurikulum yang sudah
disusun bersama.
2. Fungsi perencanaan kurikulum
Pimpinan perlu menyusun perencanaan kurikulum secara cermat,
teliti, menyeluruh, dan rinci, karena memiliki multi fungsi sebagai berikut:
a. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta
yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan yang perlu
dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem
pengontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan untuk
mencapai tujuan manajemen organisasi.
b. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai penggerak roda organisasi
dan tata laksana untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat
29
sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang matang
besar sumbangannya terhadap pembuatan keputusan oleh pemimpin,
dan oleh karenanya perlu membuat informasi kebijakan yang relevan,
disamping seni kepemimpinan dan pengetahuan yang dimilikinya.
c. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk
melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal
(Hamalik, 2008: 152).
Sehingga dari poin-poin penjelasan di atas, dapat disimpulkan,
bahwa perencanaan harus memiliki fungsi yang dapat memberikan
pengaruh pada tujuan akhir suatu institusi, yaitu sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
3. Model perencanaan kurikulum
a. Model perencanaan rasional deduktif atau Tayler, menitik beratkan
logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari
spesifikasi tujuan (goal and objektives) tetapi cenderung mengabaikan
problematika dalam lingkungan tugas. Model itu dapat diterapkan
pada semua tingkat pembuatan keputusan, misalnya rasionalisasi
proyek pengembangan guru atau menentukan kebijakan suatu
planning by-objektives di lingkungan departemen. Model ini cocok
untuk sistem pendidikan yang sentralistik yang menitik beratkan pada
sistem perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap sebagai suatu
30
alat untuk mengembangkan/ mencapai maksud-maksud di bidang
social ekonomi.
b. Model interaktif rational (the rational-interaktive model), memandang
rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat-pendapat
yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan logik. Perencanaan
kurikulum di pandang sebagai suatu masalah lebih ‘perencanaan
dengan’ (planning with) daripada ‘perencanaan bagi’ (planning for).
Seringkali model ini dinamakan model situasional, asumsi
rasionalitasnya menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang
tidak memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolah atau tingkat local.
Hal ini mungkin merupakan refleksi suatu keyakinan ideologis
masyarakat demokrasi atau pengembangan kurikulum berbasis
sekolah. Implementasi rencana merupakan fase krusial dalam
pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi
antara perencana dan pengguna kurikulum.
c. ‘The disciplines model’, perencanaan ini menitik beratkan pada guru-
guru; mereka sendiri yang merencanakan kurikulum berdasarkan
pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis, (isu-
isu pengetahuan yang bermakna), sosiologi (argument-argumen
kecenderungan sosial), psikologi (untuk memberitahukan tentang
urutan-urutan materi pelajaran) demikian dikemukakan oleh Lawton)
d. Model tanpa perencanaan (non planning model) adalah suatu model
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan intuitif guru-guru didalam
31
ruangan kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit
upaya kecuali merumuskan tujuan khusus, formalitas, pendapat, dan
analisis intelektual (Hamalik, 2008: 153-154).
Sehingga dari empat model perencanaan kurikulum yang telah
dijelaskan diatas, semuanya memiliki karakteristik tersendiri dalam
merencanakan kurikulum yang tujuannya adalah terlaksananya
kurikulum yang baik, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4. Sifat perencanaan kurikulum
Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Bersifat strategis, karena merupakan instrument yang sangat penting
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
b. Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek-aspek
kehidupan dan penghidupan masyarakat.
c. Bersifat integrative, yang mengintegrasikan rencana yang luas,
mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas.
d. Bersifat realistis, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan
kebutuhan masyarakat.
e. Bersifat humanistic, menitik beratkan pada pengembangan sumber
daya manusia baik kuantitatif maupun kualitatif.
f. Bersifat futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam merencanakan
masyarakat yang maju.
32
g. Merupakan bagian yang integral yang mendukung manajemen
pendidikan secara sistematik.
h. Perencanaan kurikulum mengacu pada pengembangan kompetensi
sesuai dengan standar nasional.
i. Berdeverensifikasi untuk melayani keragaman peserta didik.
j. Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai
dengan kondisi dan potensi daerah (Hamalik, 2008: 150).
5. Asas-asas perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan asas-asas sebagai
berikut:
a. Objektivitas
Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas, dan spesifik
berdasrkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai
dengan kebutuhan.
b. Keterpaduan
Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua
disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan
internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.
c. Manfaat
Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan
ketrampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan dan
33
tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam
penyelenggaraan pendidikan.
d. Efisiensi dan efektifitas
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana,
tenaga, waktu dan efektif dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
e. Kesesuaian
Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik,
kemampuan tenaga pendidikan, kemajuan IPTEK dan perubahan/
perkembangan masyarakat.
f. Keseimbangan
Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis
bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan
program yang akan dilaksanakan.
g. Kemudahan
Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi pemakainya yang
membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran.
h. Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan
tahap-tahap dan jenis dan jenjang satuan pendidikan.
i. Pembakuan
Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis
satuan pendidikan, sejak dari pusat, propinsi, kabupaten/ kota madya.
34
j. Mutu
Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu,
sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan
secara keseluruhan (Hamalik, 2008: 149-156).
Sehingga dala perencanaan kurikulum harus memperhatikan
muatan yang akan di ajarkan dalam kurikulum sebagai proses pembeljaran,
agar nantinya dalam pelaksanaannya dapat tercapai hasil yang
memuaskan.
C. Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni secara
struktural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional dalam konteks
akademik atau kurikulum. Pengorganisasian kurikulum seyogyanya dilihat dari
kedua pendekatan tersebut, yakni dalam konteks akademik (Hamalik, 2008:
136).
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum
yang tujuan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran
serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum sangat terkait
dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan
yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya,
nilai social, aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum,
35
diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan bahan (squence),
kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan (integrated).
1. Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajaran merupakan salah satu
factor yang harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum.
2. Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu diperhatikan,
terutama berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa, jangan
sampai terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat
kesukarannya, pendekatan spiral merupakan salah satu upaya dalam
menerapkan factor ini. Artinya materi yang dipelajari siswa semakin lama
semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan secara
vertical maupun horisontal.
3. Keseimbangan bahan pelajaran perlu dipertimbngkan dalam organisasi
kurikulum. Semakin dinamis perubahan dan perkembangan dalamilmu
pengetahuan, social budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap
dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam
keseimbngan pada organisasi kurikulum: (1) keseimbangan terhadap
substansi bahan atau isi kurikulum; dan (2) keseimbangan yang berkaitan
dengan cara atau proses belajar.
4. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus menjadi bahan
pertimbangan dalam organisasi kurikulum.
Secara umum ada tiga bentuk pengorganisasian kurikulum, yaitu
sebagai berikut:
a. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum)
36
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam
berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah, satu sama lain,
seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan
yang lain, juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain dengan
demikian sukar terdapat kebulatan pengetahuan pada anak
(Suryosubroto, 2005: 1).
Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan
maupun kelebihan.
Kekurangan mata pelajaran terpisah-pisah (sparated subject
curriculum) adalah sebagai berikut.
1) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah,
yang menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu
dengan yang lainnya
2) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak
bersifat aktual.
3) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa
cenderung pasif.
4) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan social
yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
5) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari
masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang
akan datang.
37
6) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat,
minat dan kebutuhan siswa.
Sementara itu, kelebihan mata pelajaran yang terpisah-
pisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut :
1) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana,
dan mudah dipelajari.
2) Kurikulum dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai
dan budaya terdahulu.
3) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain,
bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga
mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.
Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan
diperoleh siswa dari buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak
menghafal dalam mempelajari pengetahuan yang sifatnya terlepas-lepas
sehingga kemampuan siswa kurang berkembang dan cenderung kurang
mengoptimalkan potensi siswa sebagai individu.
b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Currriculum)
Kurikulum bentuk ini pun sudah lama digunakan dalam dunia
pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau sering disebut broad field
pada hakikatnya adalah penyatuan mata pelajaran yang sejenis, seperti
IPA (di dalamnya tergabung fisika, biologi, dan kimia) dan IPS.
Kurikulum bentuk ini sebagai upaya penggabungan dari mata
38
pelajajaran yang terpisah-pisah dengan maksud untuk mengurangi
kekurangan yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran.
Korelasi kurikulum merupakan penggabungan dari mata pelajaran
yang sejenis secara insidental. Dari bahan-bahan kurikulum yang
terlepas-lepas diupayakan disatukan dengan bahan kurikulum atau mata
pelajaran yang sejenis sehingga dapat memperkaya wawasan siswa dari
berbagai disiplin ilmu. Namun, kenyataan dilapangan atau dusekolah
terbukti bahwa guru-guru masih berpegang pada latar belakang
pendidikannya. Salah satu penyebabnya karena guru yang bersangkutan
belum memahami prinsip-prinsip pola penggabungan mata pelajaran
tersebut.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum
ini, kekurangannya adalah sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang
begitu mendalam.
2) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang
aktualyang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
3) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan
siswa.
4) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan
bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.
Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran gabungan
(correlated curriculum) adalah sebagai berikut:
39
1) Bahan bersifat korelasi meskipun sebatas beberapa mata pelajaran.
2) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang
studi.
3) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang
sejenis.
Bahan pelajaran dalam kurikulum ini memungkinkan substansi
pelajarannya, memiliki pengertian-pengertian yang lebih mendalam
disbanding dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah.
c. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa dalam suatu
pokok bahasan harus integrated atau terpadu secara menyeluruh.
Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan mata pelajaran pada
satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai
disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas
antara mata pelajaran dapat ditiadakan. Kurikulum ini memberikan
kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun
individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar,
memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat
melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran.
Dalam penerapan kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki
kemampuan mengimplementasikan berbagai strategi belajar mengajar
yang sesuai dengan karakteristik kurikulum tersebut. Pembelajaran
yang mungkin banyak digunakan seperti pemecahan masalah, metode
40
proyek, pengajaran unit (unit teaching), inkuiri, discovery dan
pendekatan tematik yang dilakukan dalam pembelajaran kelompok
maupun secara perorangan. Bahan pelajaran yang dipelajari siswa
dirumuskan dalam pokok bahasan berupatopik atau pernyataan yang
dapat mendorong siswa untuk memecahkan permasalahan yang
diajukan.
Proses pembelajaran lebih bersifat fleksibel disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi siswa, sehingga tidak mengharapkan hasil
belajar yang sama dari semua siswa. Jika dilihat dari prosesnya,
kurikulum ini dalam pengembangannya lebih banyak dipercayakan
pada guru-guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri.
Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam
kurikulum ini. Kekurangan kurikulum ini diantaranya sebagai berikut:
1) Ditinjuau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka
kurikulum ini akan banyak menimbulkan keberatan.
2) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis.
3) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan
kebutuhan siswa maupun kelompok.
4) Guru belum memiliki kemampuan untuk menerapkan kurikulum
bentuk ini.
5) Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum
ini.
Sementara kelebihan kurikulum ini adalah sebagai berikut:
41
1) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan
cara memadukan beberapa mata pelajaran, secara menyeluruh
dalam menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.
2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan
bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan
permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan
belajar secara bekerjasama (cooperative) (Rusman, 2011: 50-66).
Dari definisi tiga pola pengorganisasian kurikulum diatas masing-
masing memiliki kekurangan dan kelebihan, namun dari beberapa pola
tersebut sangat penting kaitannya dengan terlaksananya sebuah
kurikulum yang baik dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional
demi terbentuknya sistem pendidikan yang memiliki pandangan
kedepan dan perkembngan yang signifikan.
D. Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu
pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, dan kurikulum tingkat kelas. Dalam
tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, dan pada tingkatan kelas
yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan dalam tugas antara kepala
sekolah dan guru, dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan
tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat sekolah dan tingkat
kelas, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum
42
tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab
melaksanakan proses administrasi kurikulum.
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dia
berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun rencana
tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan
membuat notula rapat, membuat statistic dan membuat laporan.
a. Kepala sekolah sebagai pemimpin
Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah
melaksanakan dan membina serta mengembangkan kurikulum.
Pada umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah) harus
memiliki sifat/ sikap/ tingkah laku tertentu yang justru merupakan
kelebihan dibandingkan orang lain/ bawahannya yang dipimpin. Sifat/
sikap/ tingkah laku tersebut diantaranya:
1) Mampu mengelola sekolah (managerial skill) kemampuan ini
ditandai dengan kemampuan dan ketrampilannya dalam
mengelola pelaksanaan kurikulum, misalnya guru bidang studi,
pembentukan regu-regu guru dan koordinator bidang studi,
pemberian tugas pada guru, mendorong, mengawasi dan
menilai kegiatan guru dalam pelaksanaan program sekolah
sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada.
43
2) Kemampuan professional atau keahlian dalam jabatannya,
keahlian ini memungkinkan kepala sekolah tersebut untuk
melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas-tugas administrasi yang
dibebankan kepadanya.
3) Bersikap rendah hati dan sederhana, sikap rendah hati berarti
tidak pernah menyombongkan diri tentang kemampuan,
pengetahuan dan kelebihan-kelebihannya dalam bidang
pendidikan.
b. Perilaku seorang administrator
Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan
dengan perencanaan program, pengorganisasian staf, pergerakan
semua pihak yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan
supervise, penilaian terhadap personal sekolah.
c. Penyusunan rencana tahunan
Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kepemimpinannya. Berdasarkan jangka waktunya,
perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang (misalnya renana
untuk 5 sampai 10 tahun) dan rencana jangka pendek (rencana
tahunan, bulanan).
d. Pembinaan organisasi sekolah
44
e. Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi sekolah
yang kuat. Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya
ditunjang oleh:
1) Guru bidang studi yang memadai baik jumlah maupun
kualitasnya.
2) Staf karyawan tata usaha yang cakap dan terampil.
3) Bagian pengadaan alat bantu mengajar.
4) Bagian perpustakaan dimana sumber bacaan disediakan dan
dioprasikan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
5) Pengelolaan laboratorium tempat diadakannya percobaan dan
praktek.
6) Usaha kesehatan sekolah (UKS), yang dibina oleh dokter,
perawat, tenaga psikiater.
7) Bagian bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina oleh tenaga
konselor yang ahli.
8) Bagian yang bertugas membina kegiatan-kegiatan ekstra
kurikuler, kepramukaan, latihan ketrampilan.
9) Organisasi siswa (osis)
10) Organisasi orang tua murid
11) Bagian kerohanian dan pembinaan masjid sekolah.
Organisasi yang lengkap seperti di atas menuntut
kemampuan organisasi yang memadai dari seorang kepala
sekolah agar mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Semua
45
organisasi harus bekerja secara terpadu dibawah koordinasi yang
baik, senantiasa terarak kepencapaian tujuan instruksional dan
kurikuler sekolah bersangkutan.
f. Koordinasi dalam pelaksanaan kurikulum
Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran
dan tindakan para personal dan staf pada sub organisasi dalam
organisasi sekolah untuk melaksanakan kurikulumnya.
Koordinasi dalam pengorganisasian diperlukan agar setiap
suborganisasi sekolah bersangkutan bergerak bersama-sama
sesuai dengan tujuan, fungsi dan ruang lingkup tugas, tanggung
jawab dan wewenang masing-masing sub organisasi untuk
mencapai tujuan bersama.
g. Kegiatan memimpin rapat kurikuler
Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk
memusyawarahkan penyelenggaraan, hasil-hasil dan berbagai
masalah kurikuler disekolah. Rapat dapat diselenggarakan pada
awal tahun akademik, pertengahan tahun/ semester, akhir tahun
akademik, atau dilaksanakan secara incidental, menurut
kebutuhan yang ada disekolah bersangkutan.
h. Sistem komunikasi dan pembinaan kurikulum
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu
berkomunikasi dengan baik dengan semua pihak yang terlibat
dalam proses administrasi, baik dalam organisasi maupun luar
46
organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi hubungan yang
interaktif dari semua pihak yang pada akhirnya mengembangkan
proses kerjasama yang baik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
administrasi kurikulum. (Hamalik, 2008:174)
Sistem komunikasi penting untuk melaksanakan kurikulum,
dalam pelaksanaan kurikulum, kepala sekolah perlu
mengembangkan sistem informasi secara efektif agar semua
pihak/ personal yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum
bertindak satu arah, satu pemikiran, satu sikap dan satu
pemikiran, satu sikap dan satu keinginan, mencapai tujuan-tujuan
sekolah secara tepat guna dan berdaya guna.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas, pembagian
tugas-tugas tersebut mliputi tiga jenis kegiatan administrasi, (a) pembagian
tugas mengajar (b) pembagian tugas pembinaan ekstra kurikuler, (c)
pembagian tugas bimbingan belajar. Pembagian tugas ini dilakukan
melalui musyawarah guru yang dipimpin kepala sekolah. Keputusan tugas
tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal pelajaran untuk satu
semester atau satu tahun akademik.
Pembagian tugas-tugas bagi guru pada hakikatnya harus
mempertimbangkan hal-hal berikut.
47
a. Tugas-tugas yang ditetapkan guru hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan individual, spesialisasi pengalaman serta minat yang
bersangkutan.
b. Pada sekolah-sekolah yang melaksanakan guru kelas, mengadakan
pembagian tugas pada guru untuk memegang kelas tertentu, yang
berarti jika ada 6 kelas maka berarti oada sekolah tersebut paling
tidak terdapat 6guru dan kepala sekolah. Tiap guru bertanggung
jawab mengajar sejumlah bidang pengajaran bagi kelas yang
bersangkutan.
c. Sekolah yang telah melaksanakan sistem bidang studi, pembagian
tugas guru berdasarkan keahlian/ spesialisasi dalam salah satu
bidang studi dengan ketentuan jumlah jam pelajaran yang telah
ditetapkan. Guru bersangkutan bertugas mengajar satu bidang studi
saja bagi semua kelas.
d. Guru-guru yang memiliki keahlian khusus ditugaskan untuk
melaksanakan kegiatan kurikuler lainnya dan atau program ekstra
kurikuler, seperti; guru seni, music, olahraga, ketrampilan dsb.
e. Ada sejumlah sekolah didaerah atau pedesaan yang masih
kekurangan guru atau yang ada tidak sesuai dengan jumlah bidang
studi. Masalah ini ditanggulangi dengan memberikan tugas-tugas
tambahan kepada beberapa orang guru, mengajar beberapa bidang
studi atau mengajar beberapa kelas.
48
Sehingga dalam penugasan guru melaksanakan pembelajaran harus
sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh guru
tersebut, agar kurikulum yang telah disusun berjalan dengan semestinya.
Pemberian tugas guru dapat dibagi menjadi tiga dalam
pelaksanaannya, yaitu:
1. Kegiatan dalam proses belajar mengajar
Kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas seorang guru sebagai
mana yang telah diuraikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
a. Menyusun rencana pelaksanaan program/ unit.
b. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran.
c. Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan
siswa.
d. Pengisian buku laporan pribadi siswa.
2. Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar
ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat paedagogis dan
menunjang pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah.
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler ini sesungguhnya merupakan
bagian integral dari kurikulum sekolah yang bersangkutan, dimana
semua guru terlibat di dalamnya.
Kendati kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi program
instruksional yang dilaksanakan secara regular, dan tidak diberi kredit
49
tertentu, tetapi mengundang varitas kegiatan secara luas, misalnya
kepramukaan, usaha kegiatan sekolah, palang merah remaja, olahraga
prestasi, koperasi dan tabungan sekolah, dll. Kegiatan-kegiatan ekstra
ini mengandung nilai tertentu antara lain:
a. Memenuhi kebutuhan kelompok,
b. Menyalurkan minat dan bakat,
c. Memberikan pengalaman eksplotorik.
d. Mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata
pelajaran.
e. Mengikat para siswa disekolah.
f. Mengembangkan loyalitas terhadap sekolah.
g. Mengintegrasikan kelompo-kelompok social.
h. Mengembangkan sifat-sifat tertentu.
i. Menyediakan kesempatan pemberian bimbingan secara
informal.
j. Mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah.
3. Kegiatan bimbingan belajar
Guru memegang peran utama dan bertanggung jawab
membimbing para siswa untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya, dan membantu memecahkan masalah dan kesulitan para
siswa yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa tersebut mampu
secara mandiri membimbing dirinya sendiri. Tujuan utama bimbingan
50
yang diberikan guru adalah untuk mengembangkan semua
kemampuan siswa agar mereka berhasil mengembangkan hidupnya
pada tingkat atau keadaan yang lebih layak dibandingkan dengan
sebelumnya. Secara umum prosedur bimbingan perlu dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Analitis; guru menganalisis semua permasalahan dan kesulitan
yang hendak dihadapi para siswanya.
b. Informasi; mencari informasi tentang semua sebab yang mungkin
menyebabkan masalah, atau kesulitan yang sedang dihadapi oleh
siswa.
c. Orientasi, guru melakukan berbagai pendekatan kearah pemecahan
masalah atau kesulitan serta bantuan apa yang sekiranya
diperluakan. Bagi siswa yang bersangkutan.
d. Penyuluhan, guru memberikan bantuan dan nasihat kepada siswa
yang bersangkutan, (individual ataupun kelompok) sesuai dengan
jetis, bentuk dan penyebabnya.
e. Penempatan: menempatkan kembali siswa yang sudah mendapat
penyuluhan kedalam kelompok atau kelasnya sendiri (Hamalik,
2006:173-189).
E. Macam-Macam Kurikulum
Macam-macam kurikulum menurut beberapa sudut pandang ada tiga
yaitu, ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, berdasarkan struktur dan mata
51
pelajaran, serta berdasarkan proses pengembangannya dan ruang lingkup
penggunaannya. Masing-masing sudut pandang memiliki macam-macam
kurikulum, yaitu:
1. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaanya, ada tiga macam kurikulum,
diantaranya yaitu:
a. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal,
sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang didalam
dokumen kurikulum.
b. Kurikulum actual atau factual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan
dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
c. Kurikulum tersembunyi, (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu
yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum
faktual.
2. Berdasarkan struktur dan mata pelajaran, ada tiga macam kurikulum yaitu:
a. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum), kurikulum yang
mata pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah. Misalnya
mata pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran
geografi, dan seterusnya.
b. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang bahan
ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya ilmu pengetahuan social
merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran
52
dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah
sekolah dasar.
c. Kurikulum terkorelasi (correlated curriculum) kurikulum yang bahan
ajarnya dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar
yang lain.
3. Berdasarkan proses pengembangannya dan ruang lingkup penggunaanya,
kurikulum dapat dibedakan menjadi berikut:
a. Kurikulum nasional (national curriculum), yakni kurikulum yang
disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara
nasional.
b. Kurikulum Negara bagian (state curriculum), yakni kurikulum yang
disusun oleh masing-masing Negara bagian, misalnya di masing-
masing Negara bagian Amerika Serikat, dan digunakan oleh masing-
masing Negara bagian itu.
c. Kuikulum sekolah (school curriculum), yakni kurikulum yang disusun
oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari
keinginan untuk melakukan differensiasi dalam kurikulum (Suparlan,
2011: 56-58).
Sehingga dari beberapa pemaparan diatas tentang macam-macam
kurikulum dapat disimpulkan bahwa ada beberapa macam kurikulum
tergantung dari sudut pandang penyusunan dan pelaksanaanya, yang
masing-masing juga memiliki macam kurikulum.
53
F. PENDIDIKAN SATU ATAP
1. Pengertian pendidikan satu atap
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) sedang menyiapkan peta jalan atau road
map wajib belajar 12 tahun. Mendikbud Anies Baswedan mengatakan
beberapa perangkat yang disiapkan menuju wajar 12 tahun itu antara lain
perangkat hukum dan sisi penyediaan sarana dan prasarana berupa guru,
unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB).
“(Dulu) wajib belajar enam tahun itu ditetapkan pada tahun 1984
setelah pemerintah menyiapkan suplay side- nya. Sekolah-sekolah SD itu
dibangunnya tahun 70an, lalu tahun 1984 baru diberlakukan ajar 6 tahun.
Yang kita harus lakukan juga adalah menyiapkan supply side-nya yaitu
gurunya, sekolahnya, sehingga begitu nanti ketok palu, untuk wajib belajar
12tahun, kita sudah siap”. Ujarnya usai berbicara pada Seminar Nasional
Wajib Belajar 12 Tahun di kantor Kemendikbud. Jakarta (15/12/2015).
Mendikbud mengatakan, mengelola wajar 12 tahun dari sisi
penyediaan, artinya pemerintah harus menambah kemampuan untuk dapat
menampung semua lulusan SMP yang akan melanjutkan ke pendidikan
menengah baik SMA atau SMK. Namun ia menegaskan, usaha
memperluas sisi penyediaan sarana dan prsarana tersebut tidak boleh
mengesampingkan Kualitas sarana dan prasarana serta kualitas tenaga
54
didik dan tenaga kependidikan. Pendidikan katanya merupakan suatu
proses yang dilakukan secara bertahap.
“kita melihatnya bertahap, membangun sekolah itu cepat. Tapi
mengisi anaknya tidak cepat. Anak-anak itu lulus SMP dan SMA juga
tahunan. Kita membayangkan pertumbuhan sekolah seimbang dengan
pertumbuhan lulusan”. Tutur Mendikbud.
Ia juga mengatakan hasil dari proses pendidikan tidak dapat dilihat
dengan instan, melainkan akan dilihat dalam waktu yang panjang.
Pendidikan diharapkan bisa menjadi escalator social ekonomi, dan bisa
mengalahkan ketertinggalan dan kemiskinan di berbagai daerah di
Indonesia. “karena itu road map (peta jalan) yang disusun menceminkan
kondisi tiap daerah karena setiap daerah berbeda-beda.” Ujarnya.
Sementara terkait perangkat hukum, Mendikbud mengatakan akan ada
pembahasan dengan DPR mengenai payung hukum untuk wajib belajar 12
tahun. (Desiana Maulipaksi).
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-
perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930
Pada daerah terpencil, terpencar dan terisolir umumnya SMP
belum didirikan atau SMP yang sudah ada berada diluar jangkauan lulusan
SD setempat. Dikarenakan jumlah lulusan SD didaerah tersebut pada
umumnya relatif sedikit, maka pembangunan Unit Sekolah Baru SMP
dipandang tidak efisien. Dilain pihak daerah tersebut merupakan daerah-
daerah dimana APK SMP masih rendah dan merupakan lokasi tempat
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930
55
anak-anak yang belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau yang
sederajat. Salah satu cara yang bisa dilakukan pada daerah dengan ciri
seperti tersebut diatas adalah dengan mendekatkan SMP ke lokasi
konsentrasi anak-anak yang belum mendapatkan layanan pendidikan SMP
tersebut dengan mengembangkan pendidikan dasar terpadu di SD yang
sudah ada atau bisa disebut sebagai SD- SMP Satu Atap. Pengembangan
pendidikan dasar terpadu ini menyatukan lokasi SMP dan Lokasi SD
dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya dan sarana prasarana yang
ada pada SD yang telah ada tersebut (http: //www.diknas.or.id).
SD- SMP Satu atap, atau biar pendek sebutannya : SMP satu atap,
adalah SMP ‘biasa’ yang tempat belajarnya di gedung SD dimana siswa
itu tadinya menyelesaikan menyelesaikan tingkat pembelajaran SD-nya.
Mereka tetap belajar digedung SD itu dikarenakan SMP biasa berada
dilokasi yang relative jauh. Sementara untuk dibangunkan gedung SMP
baru di daerah terjangkau belum memungkinkan karena jumlah murid
yang akan ditampung (tamatan SD) terlalu kecil. Jadi, mereka belajar
pelajaran SMP di gedung tempat mereka belajar pelajaran SD.
SMP satu atap adalah salah satu usaha pemerintah untuk m