Post on 15-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika kita membicarakan mengenai sejarah Islam, maka kita akan
menemukan dinasti-dinasti Islam yang berperan dalam pembentukan suatu
peradaban Islam. Sejarah Islam dibagi oleh para ahli ke dalam tiga periode
besar, yakni periode Klasik, Pertengahan, dan Modern. Periode klasik (650
- 1250 M), periode pertengahan (1250 – 1800 M), dan periode modern
(1800 M sampai saat ini).1
Sejarah Islam Periode Klasik (650 – 1250 M), perkembangan Islam
pada periode klasik dibagi menjadi dua masa yakni masa kemajuan dan
masa disintegrasi. Masa kemajuan disini dalam rentang waktu 650 – 1000
M, Merupakan masa perluasan, integrasi dan keemasan Islam dari sejak
kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai dihanguskannya Baghdad oleh
Hulagu Khan. Masa ini mencakup Masa Nabi Muhammad SAW, masa
Khulafaur Rasyidin, Masa Dinasti Umayah Timur atau Umayah
Damaskus, masa Dinasti Abbasiyah. Dan masa disintegrasi 1000 – 1250
M, ditandai dengan perpecahan-perpecahan yang terjadi di tubuh Dinasti
Abbasiyah.
Sejarah Islam Periode Pertengahan (1250 – 1800 M), masa ini dalam
rentang waktu 1250 – 1500 M ditandai dengan munculnya Jengis Khan,
Timur Lenk. Dan kurun waktu 1500 – 1800 M merupakan masa tiga
kerajaan besar yakni Kerajaan Turki Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di
Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Sejarah Islam Periode Modern (1800 M - sampai sekarang), pada
1800 – 1900 M yakni penjajahan wilayah Islam oleh Barat, Mesir dikuasai
oleh Napoleon Bonaparte. Periode ini disebut juga periode pembaharuan
karena merupakan zaman kebangkitan dan kesadaran umat Islam terhadap
1 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: UI-Press 1985), hlm. 56.
“Dinasti Ayyubiyah” 1
kelemahan dirinya dan adanya kesadaran untuk memperoleh kemajuan
dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang pengetahuan dan teknologi.
Dari awal dinasti yang pertama muncul yaitu dinasti Umayyah,
Abbasiyah, Fatimiyah, Ayyubiyah, hingga Turki Utsmani dinasti terakhir
Islam. Setiap dinasti–dinasti tesebut telah memberikan suatu andil yang
sangat berarti, memberikan peran penting demi tersambungnya suatu
peradaban Islam, seperti dalam bidang pendidikan, politik, kesenian, dan
kebudayaan. Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskankan diri dari
kekuasaan Baghdad pada masa Khalifah Abbasiyah, diantaranya yaitu :2
1. Yang berbangsa Persia :
a. Thahriyyah di Khurasan, (205–259 H / 820–872 M)
b. Shafariyah di Fars, (254–290 H / 868–901 M)
c. Samaniyah di Transxonia, (261–389 H / 873–998 M)
d. Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H / 932-1055 M)
2. Yang berbangsa Turki :
a. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H / 837-903 M)
b. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H / 932-1163 M)
c. Ghaznawiyah di Afghanistan, (351-585 H / 962-1189 M)
d. Dinasti Saljuk, (469-706 H / 1077-1307 M)
3. Yang berbangsa Kurdi :
a. Al-Barzuqani, (348-406 H / 959-1015 M)
b. Abu Ali, (380-489 H / 990-1095 M)
c. Ayyubiyah, (564-648 H / 1167-1250 M)
4. Yang berbangsa Arab:
a. Idrisiyyah di Marokko, (172-375 H / 788-985 M)
b. Aghlabiyyah di Tunisia, (184-289 H / 800-900 M)
c. Alawiyah di Tabaristan, (250-316 H / 864-928 M)
d. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H / 929-1002 M)
2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 65-66.
“Dinasti Ayyubiyah” 2
e. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H / 1011-1150 M)
f. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H /996-1095 M)
g. Mirdasiyyah di Aleppo (414-472 H / 1023-1079 M)
5. Yang mengaku dirinya sebagai khilafah :
a. Umawiyyah di Spanyol
b. Fatimiyyah di Mesir (909-1171 M)
Dari dinasti-dinasti itu, nampak jelas adanya persaingan antara
bangsa, terutama antara bangsa Arab, Persia dan Turki. Disamping itu juga
latar belakang kebangsaan dinasti-dinasti itu adanya paham keagamaan
yang berlatar belakang syi’ah dan sunni3. Namun dalam makalah ini saya
akan membahas lebih jauh tentang dinasti dari bangsa Kurdi yaitu Dinasti
Ayyubiyah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya dinasti Ayyubiyah ?
2. Apa pencapaian-pencapaian dari Dinasti Ayyubiyah ?
3. Apa sebab kemunduran dari dinasti Ayyubiyah ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul tentang “Dinasti Ayyubiyah”
ini adalah untuk :
1. Mengetahui sejarah singkat berdirinya dinasti Ayyubiyah.
2. Mengetahui pencapaian-pencapaian yang dicapai oleh dinasti Ayyubiyah.
3. Mengetahui sebab kemunduran dinasti Ayyubiyah.
BAB II
3 Loc.cit.
“Dinasti Ayyubiyah” 3
PEMBAHASAN
A. Sejarah Dinasti Ayyubiyah
Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni, Dinasti ini didirikan oleh
Shalahuddin Al-ayyubi, nama lengkapnya adalah Yusuf bin Ayyub bin
Syadzi.4 Lahir di Tikrit 532 H/1137 M, meninggal pada tahun 589 H/1193
M, Shalahuddin berasal dari suku Kurdi Hadzbani.5 Nama Ayyubiyah
dinisbatkan kepada Najmuddin Ayyub bin Syadi, Ayah dari Shalahuddin
al-Ayyubi, seorang Kurdi yang berasal dari Kota Dvin, di Utara Armenia.
Najmuddin Ayyub berasal dari suku Rawadiyah yang merupakan warga
mayoritas Kota Dvin. Sebagian orang-orang Bani Ayyub menyatakan
bahwa mereka bukanlah orang Kurdi dan mengklaim sebagai orang Arab
keturunan dari Bani Umayyah yang tinggal di Utara Armenia. Shalahuddin
al-Ayyubi sendiri membantah pendapat ini, dan menyatakan bahwa
Shalahuddin al-Ayyubi adalah orang asli Kurdi bukan dari bangsa Arab.6
Dinasti Ayyubiyah berdiri diatas puing-puing dinasti Fatimiyah
Syi’ah di Mesir. Kematian khalifah al-Adid dari dinasti Fatimiyah pada
tahun 567 H/1171 M, adalah tanda berakhirnya dinasti Fatimiyah, dan
kekuasaan diambil oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Al-Ayyubi diakui sebagai
khalifah Mesir oleh al-Muhtadi pada tahun 1175 M.7 Kemudian al-Ayyubi
berhasil menguasai Aleppo dan Mousul. Untuk mengantisipasi
pemberontakan dari pengikut Fatimiyah dan serangan dari tentara Salib,
al-Ayyubi membangun benteng bukit di Muqattam. Tempat ini menjadi
pusat pemerintahan dan militer.
4 Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm. 223.
5 Kurdi adalah sebuah kelompok etnis di Timur Tengah, yang sebagian besar menghuni suatu daerah yang kemudian dikenal sebagai Kurdistan, meliputi wilayah bagian yang berdekatan dari Iran, Irak, Suriah, dan Turki.
6 http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/dinasti_dinasti-lokal-aghlabiyah-fatimiyah-dll.pdf.
7 Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm, 165-166.
“Dinasti Ayyubiyah” 4
Pusat pemerintahan Dinasti Ayyubiyah adalah Kairo, Mesir. Wilayah
kekuasaannya meliputi kawasan Mesir, Suriah, dan Yaman. Keberhasilan
Shalahuddin di Mesir mendorongnya menjadi penguasa otonom. Dalam
mengkosolidasikan kekuatannya, Shalahuddin banyak memanfaatkan
keluarganya untuk ekspansi ke wilayah lain, seperti Turansyah.
Saudaranya dikirim untuk menguasai Yaman pada 569 H/1173 M.8
Taqiyuddin, keponakannya disetting untuk melawan tentara Salib yang
menduduki Dimyat. Sedangkan Syihabuddin, pamannya mendapat
perintah untuk menduduki Mesir Hulu (Nubia). Yang akhirnya
memudahkan penaklukan Syiria, termasuk Damaskus, Aleppo dan
Mousul.
Shalahuddin menjadi khalifah pertama dinasti Ayyubiyah dengan
gelar Al-Malk An-Nasir-As-Sultan Shalahuddin Yusuf.9 Dan Khalifah
Abbasiyah memberinya gelar Al-Muiz li Amiril Mu’minin (penguat
kedudukan Amiril Mu’minin). Khalifah Abbasiyah juga menyerahkan
Mesir, Nubah, Yaman, Tripoli, Palestina, Suriah, Maghribi (Maroko) di
bawah kekuasaan Shalahuddin al-Ayyubi. Hal itu dilakukan setelah
Shalahuddin menghilangkan penyebutan nama Khalifah Fatimiyah dalam
Khutbah Jum’at diganti dengan menyebutkan Khalifah Abbasiyah.10
Shalahuddin al-Ayyubi dikenal sebagai Panglima Perang. 11Shalahuddin
juga mendorong kemajuan di bidang agama dan pendidikan. Dinasti ini
berkuasa selama ± 90 tahun.12 yang dikuasai oleh beberapa penguasa,
diantaranya :
8 http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/dinasti_dinasti-lokal-aghlabiyah-fatimiyah-dll.pdf.
9 Drs. Mahrus As’ad, M. Ag dan Adad Nursahad, S. Ag, Sejarah Kebudayaan Islam, (Bandung: Erlangga, 2009), hlm. 59.
10 Loc.cit.
11 Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 278.
12 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm. 151.
“Dinasti Ayyubiyah” 5
1. Salahuddin al-Ayyubi nama lengkap Salah al-Din Yusuf Ibn Ayyub
(1174-1193 M)
2. Al-Manshur bin al-Aziz (1193-1199 M)
3. Al-Adil bin Ayyub (1199-1218 M)
4. Al-Kamil bin al-Adil (1218-1237 M)
5. Abu Bakar bin al-Kamil dengan gelar Al-Adil II (1237-1239 M)
6. Al-Shalih Ayyub bin al-Kamil (1239-1249 M)
7. Al-Muazham Turan bin Ash-Shalih (1249-1250 M)
8. Shultanah Syajarutud al-Durr istri Malik Sholeh (1250-1250 M)
9. Al-Ashraf bin Yusuf (1250-1260 M)13
Shalahuddin berhasil menyatukan satu kekuatan Islam yang sangat
besar setelah sebelumnya kaum muslimin dilanda perpecahan dan
penderitaan serta kelemahan. Tujuan Shalahuddin al-Ayyubi menyatukan
Mesir, Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya
di bawah komando al-Ayyubiyah adalah agar terjadinya koalisi umat Islam
yang kuat. Dengan pasukan yang besar itu, Shalahuddin menghadapi
kekuatan pasukan Salib dan berhasil menang atas mereka dengan
kemenangan telak dalam Perang Hithin pada tahun 583 H / 1187 M.
Shalahuddin al-Ayyubi berhasil mengambil kembali Bait al-Maqdis dan
berhasil mengusir orang-orang Salibis dari sebagian besar wilayah Syam.14
Lima tahun kemudian setelah peristiwa ini, tepatnya tahun 588 H/1192 M.
Shalahuddin al-Ayyubi membuat perjanjian dengan tentara Salib bahwa
orang-orang Kristen yang hendak berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan
diganggu, perjanjian ini disebut dengan Shulh al-Ramlah atau perjanjian
Ramalah.
Kesultanan yang telah dibangun oleh Shalahuddin dari Tigris sampai
ke Nil telah dibagi-bagikan kepada ahli warisnya.15 Sayangnya tidak ada
satu pun di antara mereka yang mewarisi kepandaiannya. Anak-anaknya
13 Samsul Munir Amin, Op.cit, hlm. 452.14 Badri Yatim, Op.cit, hlm. 78.
15 Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005), hlm. 833.
“Dinasti Ayyubiyah” 6
al-Malik al-Afdhal yang menggantikan kedudukannya di Damaskus, al-
Zahir mewarisi tahta di Aleppo, dan si bungsu sekaligus kepercayaan
Shalahuddin, Shalah al-Adil yang menguasai Karak dan Syaubak, gagal
meneruskan kejayaan Daulah Ayyubiyah ini. Perjuangan Shalahuddin
sampai menjadi sultan dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu:16
1. Periode berjuang di Mesir
Shalahuddin muncul pertama kali sebagai prajurit biasa di Mesir pada
tahun 599 H/1164 M sewaktu umurnya 27 tahun. Ketika itu Nuruddin
Zanki, pamannya mengirimkan angkatan bersenjata yang terdiri dari suku
Kurdi dibawah pimpinan Shirkuh dibantu oleh banyak staf komando,
Shalahuddin salah satunya. Tentaranya diminta untuk menyerang Tyre
agar bisa mengalihkan serangan tentara Salib dari Mesir. Permintaan itu
menyebankan Nuruddin campurtangan dalam urusan Mesir dan menjadi
tahu bahwa Mesir telah lemah menghadapi tentara salib dan memberi
kesempatan kepada Salahuddin sebagai wakil Nuruddin untuk menguasai
Mesir. Ketika khalifah al-Adhid meninggal Shalahuddin diangkat menjadi
penguasa Mesir, tetapi beliau tidak bersedia menjadi raja penerus daulah
Fatimiyah. Shalahuddin memproklamirkan Mesir menyatu dengan
pemerintah Abbasiyah di Baghdad.
2. Periode menghadapi Syiria (1174-1186 M)
Karena kedudukannya yang teguh di Mesir, banyak orang yang
cemburu atas kenaikan dan kebesarannya. Disampaikan kepada Nuruddin
bahwa Shalahuddin hendak merampas Mesir dari kekuasaannya. Maka
disiapkan angkatan bersenjata untuk menyerang Mesir dan menghajar.
Shalahuddin, karena putera raja Syam masih kecil, maka Shalahuddin
memproklamirkan dirinya sebagai raja Mesir dan “pelindung” raja Syam.
Shalahuddin menjadi penguasa Arab terpenting mempersatukan Mesir,
Syria, Mesopotamia dan Yaman untuk melawan tentara Salib. Orang
16 http://www.academia.edu/5567823/Sejarah_Ekonomi_di_Masa_Ayyubiyyah.
“Dinasti Ayyubiyah” 7
Kurdi dan Turkuman bergabung dengan pasukan Shalahuddin yang sangat
berpengaruh di wilayah Asia Barat.
Untuk mempertahankan diri melawan pengikut Fatimiyah di Mesir dan
melawan bahaya orang Salib di Syria, dan Palestina, Shalahuddin
mendirikan benteng di atas bukit Muqattam yang paling Barat. Tempat ini
menjadi pusat pemerintahan dan kubu militer yang sanggup menagkis
serangan luar. Ini adalah rencana Shalahuddin untuk menghubungkan
benteng ini dengan perbentengan Kairo kuno zaman Fatimiyah dan
memperluas benteng sehingga memagari letak kota Fustat sepanjang
sungai Nil.
3. Periode berjuang di Palestina (1186-1193 M)
Periode ini digunakan untuk pereng suci melawan tentara Salib.
Kebijakan Shalahuddin adalah membentuk persatuan negara Arab untuk
mengusir orang Salib. Dalam perang ini Shalahuddin selalu mengalahkan
tentara Salib sampai puncaknya menghancurkan mereka di Hittin dekat
Teberias tahun 1187 M. Kemudian diikuti dengan penundukan atas
Palestina, Acre (Okka), Nabulus, Caesaria, Jaffa, Ascolon, Beirut. Pada
tahun yang sama Jerussalem juga menyerah, negeri Tripolis, Antiokh,
seluruh pesisir Utara Tyre dikuasai. Pada zamannya, pasukan salib
dipimpin oleh tiga raja yaitu : Frederick Barbarossa, Philip II (Perancis),
dan Richard I (Inggris). Perang suci ini diakhiri dengan “Perjanjian
Ramalah” pada tahun 1192 di Ramle, isi perjanjian tersebut adalah :17
Shalahuddin harus kembali ke Syiria.
Jerussalem tetap berada ditangan umat Islam, dan umat Kristen
diizinkan untuk menziarahinya.
Tentara Salib akan mempertahankan pantai Syria dari Tyre
sampai ke Jaffa.
17 Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Saufa, 2014), hlm. 267.
“Dinasti Ayyubiyah” 8
Pada tahun 1193 M, al-Ayyubi meninggal dunia di Damaskus. Ia
digantikan oleh saudaranya, sultan al-Adil. Pada tahun 1218 M, al-Adil
meninggal setelah kalah melawan pasukan Salib dan kota Dimyath jatuh
ketangan tentara Salib. Setelah al-Adil wafat, para penerus Dinasti
Ayyubiyah, yang semuanya keturunan al-Adil, memerintah di Mesir,
Damaskus dan Mesopotamia. Beberapa penguasa lain, yang masih berasal
dari keluarga Ayyubiyah, memerintah di Emessa, Hamah, dan Yaman.
Setelah al-Adil wafat digantikan oleh al-Kamil.18 Setahun setelah
kenaikan tahtanya, St. Francis dari Assisi berkunjung ke istananya, dan
mendiskusikan berbagai masalah keagamaan dengannya. Keterkaitannya
kepada pengetahuan mungkin tergambar dari panggilannya kepada
seorang Kairo yaitu “Umar ibn al-Farid (1181-1235 M)” penyair sufi Arab
terbesar. Awalnya al-Kamil bersahabat dengan Richard, kini ia bersahabat
dengan Frederick II, yang pada tahun 1227 menjadi panglima pasukan
Salib.19
Al-Kamil melanjutkan perang melawan tentara Salib. Akan tetapi,
antara al-Kmil dengan saudaranya al-Mulk al-Muazham (gubernur
Damaskus) terjadi konflik. Al-Kamil merasa bahwa al-Mu’azham akan
menyingkirkannya. Oleh karena itu al-Kamil mengirimkan kudeta kepada
Frederick Barbarossa dengan menawarkan kerjasama dan Jerussalem
dijadikan sebagai imbalan atas bantuan Frederick. Pada tahun 1229, dalam
suatu perjanjian yang curang, Yerusalem diputuskan untuk diserahkan
kepada Frederick, juga daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan
Akka, dengan jaminan al-Kamil akan menerima bantuan dari Frederick
untuk melawan musuh, yang kebanyakan dari mereka adalah keluarga
Ayyubiah. Pada tahun 1229, dibentuk perjanjian antara al-Kamil dengan
Frederick yang isinya sebagai berikut :20
18 Jaih Mubarok, Op. Cit. hlm. 107.19 Philip K. Hitti, Op. Cit, hlm. 835.20 Jaih Mubarok, Op. Cit, hlm. 107.
“Dinasti Ayyubiyah” 9
Jerussalem dengan Bethlehem, Nazaret, dan rute haji ke Jaffa dan
Acre akan menjadi kekuasaan absolutkaisar, dengan pengecualian
bahwa area masjid Umar di Jerussalem tetap menjadi milik
terbatas bagi umat Islam.
Tawanan-tawanan Kristen dibebaskan.
Kaisar harus melindungi sultan dari serangan-serangan musuh.
Perjanjian ini berlaku selama dua tahun.
Setelah al-Kamil meninggal, digantikan oleh puteranya Abu Bakar
dengan gelar al-Adil II (berlangsung sekitar 3 tahun). Kepemimpinan Abu
Bakar ditolak oleh saudaranya, al-Malik al-Shalih Najm al-Din Ayyub.
Budak-budak Abu Bakar bersengkokol dengan al-Malik al-Shalih
sehingga berhasil menjatuhkan Abu Bakar dan mengangkat al-Malik al-
Shalih Najm al-Din Ayyub (1239-1249 M) sebagai sultan. Selama al-
Malik al-Shalih menjadi pemimpin, pamannya Isma’il bekerjasama dengan
pimpinan pasukan Salib, Franks mengepung Damaskus. Al-Malik al-
Shalih dapat mematahkan konspirasi tersebut dan mengalahkan pasukan
Franks di dekat Gaza.
B. Kemajuan Dinasti Ayyubiyah
Pada masanya, Shalahuddin al-Ayyubi mendorong para ilmuwan
untuk berlomba memajukan ilmu pengetahuan, membuat bendungan,
menggali terusan, mendirikan masjid, dan berhasil mendirikan tiga buah
madrasah di Kairo dan di Iskandariyah untuk mengembangkan mazhab
Sunni. Salah satu bintang dalam ilmu pengetahuan adalah seorang Yahudi
bernama Musa bin Maimoon atau Maimoonides, seorang yang mashur
dikalangan tabib Yahudi dan ahli filsafat dari seluruh zaman Arab. Ia lahir
di Cordova pada tahun 1135 M tetapi keluarganya meninggalkan negeri itu
sebelum jatuh ketangan Kristen dan tinggal di Kairo pada tahun 1165 M.
Di Kairo ia menjadi dokter pribadi sultan Shalahuddin al-Ayyubi,
pemimpin Islan dan anaknya. Sezaman dengan Maimoonides, terdapat
“Dinasti Ayyubiyah” 10
seorang pemuda yang bernama Abd Latief, ia pertamakali tinggal di
Baghdad, kemudian ia pindah ke Kairo, di sana ia menyaksikan wabah
kelaparan dan gempa bumi di Mesir yang terjadi pada tahun 1200-1202 M.
Selam di Mesir ia dapat memperbaiki teori Galen tentang tulang rahang
bawah dan tulang rahang yang menghubungkan tulang punggung dan
tulang kaki.
Al-Kamil mendirikan sekolah tinggi al-Kamiliyah yang sejajar
dengan perguruan tinggi lainnya. Tahun 1246 terdapat Bin al-Baytar,
dokter hewan (al-Baytari) dan medical. Dalam kalangan zoologi (ilmu
hewan), Muhammad al-Damiri mengarang buku dengan judul “Hayat al-
Hayawan” (The Life of Animals). Buku ini lama sekali dipakai oleh
sekolah-sekolah di berbagai negeri Timur.21
C. Kemunduran dan Akhir Dinasti Ayyubiyah
Untuk mempertahankan kekuasaan, al-Malik al-Shalih
mendatangkan budak-budak dari Turki dalam jumlah besar untuk dilatih
kemiliteran yang ditempatkan di dekat sungai Nil yang juga disebut laut
(al-bahr), sehingga mereka disebut Mamluk al-Bahri. Pasukan ini
dijadikan pasukan saingan yang sudah ada sebelumnya, militer yang
berasal dari bangsa Kurdi.
Pada saat Malik al-Shalih wafat (November 1249), istri yang paling
ia sayangi dan paling enerjik, yaitu Syajar al-Dur (Pohon Mutiara)
merahasiakan kematian al-Shalih selama 3 bulan sampai anak dan
pengganti al-Shalih , Turansyah, kembali dari Mesopotamia.22 Turansyah
gagal beradaptasi dengan budak-budak (mamluk) ayahnya, yang
berkelompot dengan ibu tirinya. Konflik terjadi antara Turansyah dengan
Mamluk al-Bahri, karena Turansyah dianggap mengabaikan peran
Mamluk al-Bahri dan lebih mengutamakan tentara yang bersal dari bangsa
Kurdi. Oleh karena itu Mamluk al-Bahri di bawah pimpinan Baybars dan
21 Musyrifah Sunanto, Op. Cit., hlm, 156-157.22 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal., 837.
“Dinasti Ayyubiyah” 11
Izzudin Aybak melakukan kudeta terhadap Turansyah (1250 M).
Turansyah terbunuh. Syajar memproklamirkan sebagai ratu negara Islam,
dan keturunan dinasti Ayyubiah di Damaskus yang baru berumur enam
tahun, al-asyraf Musa dengan memepertimbangkan martabatnya disetujui
untuk menjadi penguasa, tetapi yang bertindak sebagai raja adalah mamluk
Aybak.23 Baybars dan Izzudin Aybak adalah perintis berdirinya dinasti
Mamalik di Mesir,24 dan berakhirlah Dinasti Ayyubiyah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
23 Ibid.,24 Jaih Mubarok, Op.Cit., hal., 108.
“Dinasti Ayyubiyah” 12
Ayyubiyah adalah sebuah dinasti besar yang berbentuk kerajaan. Dinasti ini
berkuasa di Timur Tengah antara abad ke-12 sampai abad ke-13. Dinasti
Ayyubiyah berdiri diatas puing-puing dinasti Fatimiyah di Mesir. Kematian
khalifah al-Adid dari dinasti Fatimiyah pada tahun 567 H/1171 M, adalah tanda
berakhirnya dinasti Fatimiyah, dan kekuasaan diambil oleh Shalahuddin al-
Ayyubi. Pusat pemerintahan Dinasti Ayyubiyah adalah Kairo, Mesir. Wilayah
kekuasaannya meliputi kawasan Mesir, Suriah, dan Yaman. Keberhasilan
Shalahuddin di Mesir mendorongnya menjadi penguasa otonom. Dalam
mengkosolidasikan kekuatannya, Shalahuddin banyak memanfaatkan keluarganya
untuk ekspansi ke wilayah lain.
Perjuangan Shalahuddin sampai menjadi sultan dapat dibagi menjadi tiga
periode, yaitu: Periode berjuang di Mesir, Periode menghadapi Syiria (117-1186
M), dan Periode berjuang di Palestina (1186-1193 M). Shalahuddin al-Ayyubi,
beliaulah sesungguhnya sosok pahlawan Muslim yang patut kita jadikan teladan.
Tidak hanya lihai dalam mengomandoi para prajurit dan menyusun strategi
perang, beliau pandai dalam berdiplomasi dan meyakinkan pihak musuh untuk
menerima jalan perdamaian. Shalahuddin al-Ayyubi adalah anak seorang
gubernur, namun sosok ini tidak menonjolkan diri dan sombong, beliau selalu
bijak dalam menyikapi suatu hal. Raja Richard dari Kerajaan Inggris mengakui
bahwa sosok Shalahuddin al-Ayyubi, mampu mempersatukan kembali bangsa
Arab dan kaum Muslim untuk mengusir Pasukan Salib dari Yerussalem.
Kepemimpinannya dalam menjalankan roda pemerintahan Islam sekaligus
memimpin pasukan di medan perang, dikagumi sekaligus disegani kawan dan
lawan-lawanya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
“Dinasti Ayyubiyah” 13
Salahuddin al-Ayyubi Benteng yang di bangun
Shalahuddin
Ilustrasi Perang Salib Raja Richard
“Dinasti Ayyubiyah” 14
Timur Tengah (1190 M.). Wilayah kekuasaan Shalahuddin (warna merah);
Wilayah yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 (warna pink). Warna
hijau terang menandakan wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai
meninggalnya Shalahuddin.
Replika Pedang Shalahuddin al-Ayyubi dan Raja Richard
“Dinasti Ayyubiyah” 15
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakara : Amzah.
As’ad, Mahrus & Nursahad, Adad. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung:
Erlangga.
Hitti, Philip K. 2005. History Of The Arabs. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.
Mubarok, Jaih. 2005. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-
Press.
Sa’id Mursi, Muhammad. 2008. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Sunanto, Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Prenada Media
Syukur al-Azizi, Abdul. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap.
Yogyakarta: Saufa.
Yatim, Badri. 2001. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT.Raja Grafindo
Persada.
http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/dinasti_dinasti-lokal-aghlabiyah-
fatimiyah-dll.pdf di unduh pada 1 juni 2014.
http://www.academia.edu/5567823/Sejarah_Ekonomi_di_Masa_Ayyubiyyah di
unduh pada 9 Februari 2015.
“Dinasti Ayyubiyah” 16