Post on 27-Oct-2019
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri”
(Q.S Ar-Ra’d : 11)
“Selalu ada harapan untuk kita
Yang sering berdoa…
Selalu ada jalan untuk kita
Yang sering berusaha…”
(Penulis)
Kupersembahkan Untuk
♥ Kedua orang tuaku papa Jamaludin Patilima dan mama Linda Patilima, terimakasih..
♥ Kedua adikku tersayang Sri Sundari Patilima dan Vina Saputri Patilima
♥ Keluarga besar yang selalu mendukung dan memotisivasiku
ALMAMATER TEMPAT AKU MENIMBA ILMU
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SULTAN AMAI GORONTALO
2019
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt, karena atas izin dan kuasa-Nyalah
penelitian yang berjudul “Efektivitas Taman Pengajian Al-Qur’an (TPA)
Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Nonformal Dalam Peningkatan
Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an di Desa Ipilo Kecamatan Gentuma
Raya Kabupaten Gorontalo Utara” yang dapat diseleaikan dengan baik.
Salawat serta salam kita khaturkan kepada Junjungan kita Nabi Besar
Muhammad Saw, beserta sahabat, keluarga, kerabat dan anak-Nya.
Terwujudnya penulisan skripsi serta selesainya studi peneliti tidak
terlepas dari bantuan semua pihak. Peneliti berdoa semoga Allah Swt
mencatat semua itu sebagai amal jariyah disisi-Nya. Sebagai manusia biasa
peneliti dengan ridha Allah Swt menyampaikan, permohonan maaf atas
segala kesalahan dan kekurangan, baik kesalahan-kesalahan selama
peneliti belajar di IAIN Sultan Amai Gorontalo, maupun dalam menyusun
skripsi ini, dan ucapan terimakasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Lahaji Haedar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo.
2. Dr. Sofyan AP. Kau, S.Ag, M.Ag., Dr. Ahmad Faisal, M.Ag., dan Dr.
Mujahid Damopolii, S.Ag., M.Pd., masing-masimg sebagai Wakil Rektor
1, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, IAIN Sultan Amai Gorontalo.
3. Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.
vii
4. Drs. H. Muh. Hasbi, M.Pd., Dr. Hj. Lamsike Pateda, S.Pd., M.Pd., Dr. H.
Arten Mobonggi, S.Ag., M.Pd., masing-masing sebagai Wakil Dekan I, II,
III di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
5. Dr. Razak H Umar, M.Pd., dan Dr. Hj. Munirah, M.Pd., selaku Ketua dan
Sekretaris prodi Pendidikan Agama Islam.
6. Drs. H. Zainul Romiz Koersy, M.Ag,. sebagai pembimbing I, dan sebagai
pembimbing II, Dr. Razak H Umar, M.Pd., yang ikhlas membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Drs. H. Ramoend Manahun, M.Sos.I, selaku Kepala Perpustakaan IAIN
Sultan Amai Gorontalo.
8. Staf Perpustakaan yang telah menyediakan referensi untuk dapat
memudahkan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
9. Seluruh dosen pada fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan
Amai Gorontalo yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
10. Kedua Orang tua tercinta Ayah (Jamaludin Patilima) dan Ibu (Linda
Patilima) yang senantiasa memberikan do’a, motivasi serta dorongan
kepada penulis sehingganya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
11. Nanto Patilima, Sp selaku Kepala Desa Ipilo Kecamatan Gentuma Raya,
beserta staf pemerintah Desa Ipilo Kecamatan gentuma Raya, dan Guru
Ngaji TPA Nurul Ikhlas desa Ipilo Kecematan gentuma Raya, yang telah
bersedia menerima penulis untuk meneliti di tempat tersebut dan telah
vii
memberikan sejumlah data, yang penulis butuhkan dalam penyusunan
Skripsi.
12. Sahabat-sahabat PAI angkatan 2015 terkhusus PAI D yang senantiasa
bersama-sama mulai dari semester I sampai semester 8 dalam mengikuti
perkuliahan dengan penuh semangat dan keceriaan.
13. Kepada omaku tersayang (Monira Suaib dan Oku Suaib) yang tiada
hentinya memberikan semangat serta motivasi yang baik kepada penulis.
14. Adik-adikku tersayang (Sri Sundari Patilima dan Vina Saputri Patilima),
yang selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam penyelasaian
skripsi ini.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sekali lagi terimah kasih atas bantuan, bimbingan yang telah diberikan oleh
semua pihak penulis. Inshaa Allah beroleh imbalan yang setimpal dari Allah
Swt.
Amin yaa robbal ‘aalamin...
Gorontalo, 1 Agustus 2019 29 Dzulqaidahah 1440 H
Penyusun,
Sripuspita Patilima
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................ v DAFTAR ISI ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................... xii ABSTRAK ................................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. I B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5 C. Tujuan dan Manfaat ...................................................................... 5 D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional ................................... 5 E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Efektifitas Taman Pengajian Al-qur’an (TPA) ................................ 8 B. Lembaga Pendidikan Islam Nonformal ......................................... 14 C. Keterkaitan Efektifitas TPA dalam Peningkatan
Baca Tulis Al-qur’an ...................................................................... 17 D. Kerangka Berfikir .......................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................. 20 B. Data dan Sumber data ................................................................. 20 C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 21 D. Teknik Analisis Data ..................................................................... 22 E. Pemeriksaan Keabsahan data ...................................................... 24 F. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................ 25
BAB IV LAPORAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. ...................... A. Laporan Hasil Penelitian ............................................................... 27
1. Sejarah Singkat Desa Ipilo. ....................................................... 27 2. Letak Geografis Desa Ipilo ........................................................ 28 3. Bagang Organisasi Pemerintah Desa ....................................... 29 4. Penduduk Desa Ipilo ................................................................. 30 5. Sejarah Berdirinya TPA di Desa Ipilo ........................................ 31 6. Keadaan Guru TPA di Desa Ipilo. ............................................. 33
ix
7. Keadaan Murid TPA di Desa Ipilo ............................................. 34 B. Analisis Hasil Penelitian ................................................................ 52
1. Efektivitas TPA dalam Meningkatkan Kemampuan Baca
Tulis Al-Qur’an .......................................................................... 35
2. Kendala dan Solusi TPA Nurul Ikhlas. ....................................... 40 BAB V PENUTUP. ...................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................... 41 B. Saran ............................................................................................ 42 C. Penutup ........................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk
meningkatkan, memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang dalam
mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.1 Agar
pendidikan juga bisa menjadi suatu jalan atau cara untuk bisa mengantarkan manusia mencapai
tujuan hidupnya sehingga dengan adanya pendidikan manusia berhak memiliki kewajiban yang
harus dijalani manusia untuk kehidupannya.
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana pembelajaran dan proses belajar agar anak didik secara aktif
mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia,
pegendalian diri, kecerdasan, kepribadian, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara”.2
Pengertian pendidikan secara umum dan yang di jelaskan oleh sistem Pendidikan
nasional mengenai pendidikan di atas dapat dipahami bahwa salah ciri dari pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar peserta didik dalam
mengembangkan potensi, kekuatan keagamaan yang menjurus pada iman dan ketaqwaan serta
berakhlak dan memiliki berbagai kemampuan potensi yang dimilikinya untuk dirinya bangsa dan
1 Beni Ahmad Saebi dan Hendra Akhdiat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 1 (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
h.39
2 UU Sisdiknas No 20. Tahun 2003, BAB 1 Pasal 1, (Bandung; Citra Umbara), h. 3.
negara. Tujuan ini hanya dapat dicapai melalui pendidikan agama yang intensif dan efektif.3
Untuk hal ini pemerintah juga telah menetapkan peraturan tentang pendidikan keagamaan yaitu
pada pasal 30 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada
ayat 3 dan 4 pasal 30 Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa: “Pendidikan keagamaan
dapat diselenggrakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan
keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, dan bentuk lain yang sejenis.4 Oleh sebab
itu di butuhkan efektivitas taman pengajian Al-Qur’an (TPA) untuk wujudkan salah satu dari isi
tujuan pendidikan nasional yang bersifat keagamaan dan akhlak.
Efektivitas pembelajaran adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran dan tujuan
pembelajaran telah dicapai. Efektivitas jika dikaitkan dengan taman pengajian Al-qur’an (TPA)
menududuki peranan yang sangat penting dalam menciptakan anak didik yang berkualitas.
Namun demikian kedudukannya sangat tergantung pada manusia dan pengelolaannya.
Merunjuk dari pendidikan dan efektivitas Taman Pengajian Al-qur’an (TPA) , bahwa
dengan adanya penyelenggarakan pendidikan Taman Pengajian Al-qur’an dapat dikatakan
bahwa sub sistem dari pendidikan nasional yang mengandung nilai strategi tersendiri dalam
upaya mengkondisikan kepribadian anak dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, juga
memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan
yang pada umumnya kurang begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat TK maupun
ditingkat Sekolah Dasar ataupun Madrasah Ibtidaiyah.5
3 Dr. Zakiah Drazat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. II (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
h.171
4 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 30
ayat 3 dan 4.
5 Tasyfirin Karim, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat,
2004), h. 26-28.
Pernyataan diatas menunjukan bahwa pemerintah juga memberikan perhatian terhadap
pendidikan agama. Konkret dari peratturan tersebut salah satunya dapat dilihat dari
berkembangnya sebuah lembaga pendidikan non formal keagamaan. Soelaiman Joesoef
menyatakan bahwa “Pendidikan non formal adalah setiap kesempatan dimana terdapat
komunikasi yang teratur dana terarah dari luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi,
pengalaman, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tujuan mengembangkan
tingkat keterampilan. Sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya untuk menjadi peserta
ayng efesien dan efektf dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, bahkan lingkungan masyarakat
dan Negara.6
Pendidikan non formal mempunyai keluasan jauh lebih besar dari pada pendidikan
sekolah dan secara cepat dapat di sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa
berubah. Pendidikan non formal dapat menangani kegiatan pendidikan yang tidak dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah. Pendidikan non formal merupakan jalan
antara pendidian sekolah dan dunia kerja. Dengan demikian, pendidikan non formal sebagai
pelengkap atau pengganti pendidikan yang tidak dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
sekolah. Eksistensi TPA diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menghadapi
tantangan yang tengah dihadapi oleh umat Islam.
Taman pengajian Al-qur’an adalah lembaga pendidikan luar sekolah (non formal), jenis
keagamaan yang mempunyai muatan pengajarannya lebih menekankan aspek keagamaan dengan
mengacu pada sumber utamanya, yaitu Al-qur’an dan As-sunnah. Hal ini disesuaikan dengan
taraf perkembangan anak, yaitu untuk kelompok anak usia 4-6 tahun untuk kelompok Taman
kanak-kanak Al-qur’an (TKA) dan untuk usia 7-12 tahun untuk kelompok taman pendidikan Al-
6 Sulaiman Yusuf dan Santoso Slamet, Pendidikan Luar Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 91.
qur’an (TPA). Dengan demikian, ukuran pengajaran tertentu yang kurang memungkinkan untuk
tercapai secara tuntas melalui pendidikan sekolah formal. Contohnya, baca tulis Al-qur’an,
hafalan ayat-ayat Al-qur’an, maupun penanaman aqidah akhlak dan ejenisnya.7
Membaca Al-qur’an termasuk ibadah dan karena harus sesuai dengan uturan yang telah
ditentukan. Sikap memperbaiki bacaan Al-qur’an dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya
merupakan suatu ibadah, sama halnya meresapi, memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-
qur’an merupakan ibadah. Oleh karena itu, sangat penting sekali mengajarkan membaca Al-
qur’an dengan baik dan benar sejak dini, bila tidak maka sulit belajar ketika membacanya bila
sudah terlanjur dewasa. Al-qur’an juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan pegangan
hidup umat Islam.8
Oleh sebab itu, setiap umat muslim diharapkan mampu membaca Al-qur’an karena
dengan memiliki kemampuan membaca huruf Al-qur’an, diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dalam mengetahui wahyu Ilahi. Sebagai lembaga pendidikan TPA seharusnya dapat
menjadi sarana afektif bagi terciptanya pemahaman yang kreatif menjadi tempat bagi anak anak
didiknya dalam uoaya pembangunan dan pengarhan potensi agar mampu menjadi generasi yang
mandiri.
Sebagai masyarakat yang memegang teguh agama Islam kita harus mengutamakan
pendidikan ini kepada anak-anak dan adik-adik kita. Kebanyakan masyarakat sekarang hanya
terlalu mementingkan pendidikan formal daripada pendidikan non formal. Padahal pendidikan
7 As’ad Humam, dkk. Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan
Memahami Al-qur’a. (yogyakarta: Balai penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-qur’an
Nasional, 2010), h. 7
8 Dede Abdurrahman, efektivitas Program Pembelajaran TPA dalam Meningkatkan Kemampuan Baca
Tulis Al-qur’an di TPA Al-hikmah Desa Sidosari Natar Lampung Selatan (Lampung: Skripsi, 2017) h. 27-28
non formal juga sangat penting bagi pertumbuhan anak apalagi Taman Pendidikan Al-qur’an.
Karena disini anak kita akan diarahkan bagaimana cara membaca juga menulis Al-qur’an.
Pada umumnya pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah (pendidikan formal) itu
tidak memfokuskan di baca al-qur’an saja karena di dalamnya juga membahas masalah-masalah
agama yang lain seperti shalat, aqidah, dan lain sebgainya yang berkaitan dengan agama
makanya akan jarang dibahas tentang membaca dan menulis Al-qur’an. Disinilah Lembaga
Taman Pendidikan Al-qur’an berperaan. Karena TPA berfokus pada baca tulis Al-qur’an bukan
pada masalah-masalah agama yang dibahas di lembaga formal tadi.
Secara umum keterampilan membaca dan menulis Al-qur’an mempunyai banyak metode
dan alat-alat untuk lebih mempermudah mempelajarinya seperti dalam taman pengajian
biasaanya dan yang paling banyak digunakan itu ialah menggunakan iqra’ sebagai langkah awal
untuk mengenalkan huruf-huruf hijaiyah. dengan alat bantu seperti ini sang guru bisa memilih
metode apa yang cocok digunakan kepada anak-anak agar mereka bisa lebih paham dan cepat
mengerti.
Berdasarkan hasil observasi yang telah di lakukan oleh penulis di Desa Ipilo kec.
Gentuma raya Kab. Gorontalo Utara, penulis melihat beberapa ilustrasi dari permasalahan yang
nantinya akan dibahahas. Di desa ini yang mempunyai Program pendidikan TPA, sayangnya
walaupun adanya keberadaan program ini masih banyak para siswa ketika disekolah apabila
hendak diuji untuk mengaji masih banyak diantara mereka yang belum lancar bahkan ada yang
tidak bisa sama sekali.
Dari latarbelakang massalah diatas, penulis memfokuskan diri untuk melakukan
penelitian dengan mengangkat judul Efektivitas Taman Pengajian Al-qur’an (TPA) Sebagai
Lembaga Pendidikan Islam Non Formal Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-
qur’an di Desa Ipilo Kec. Gentuma Raya Kab.Gorontalo Utara”.
B. Rumusan Masalah
Beranjak dari fenomena di atas, maka pokok masalah yang akan diangkat dalam
penelitian ini adalah “Efektifitas taman pendidikan Al-qur’an (TPA) sebagai lembaga pendidikan
Islam non formal dalam peningkatan kemampuan baca tulis Al-qur’an di desa Ipilo kec.
Gentuma raya”
Berdasarkan permasalahan di atas penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektifitas taman pengajian Al-qur’an dalam meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis Al-qur’an?
2. Apa kendala dan solusi TPA dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
AL-qur’an?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui efektifnya pembelajaran di TPA dalam meningkatkan
kemampuan baca tulis Al-qur’an.
b) Untuk mengetahui kendala dan solusi dalam meningkatkan kemampuan baca tulis
Al-qur’an .
2. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai berikut:
a) Dapat meningkatkan efektifnya pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan
baca tulis Al-qur’an di desa Ipilo.
b) Dapat mengetahui kendala dan solusi apa dalam meningkatkan kemampuan baca
tulis Al-qur’an.
D. Pengertian Judul dan Definisi operasional
1. Pengertian Judul
Untuk memudahkan pemahaman serta menghindari kesalahtafsiran terhadap judul ini,
perlu kiranya penulis memberikan pengertian terhadap beberapa kata yang ada pada judul
sebagai berikut:
a. Efektifitas adalah tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang di harapkan.9
b. Taman pendidikan Al-qur’an (TPA) adalah sebuah tempat yang indah dan nyaman.
Menurut As’ad Humam, Taman pendidikan al-qur’an (TPQ) adalah “lembaga pendidikan
dan pengajaran al-qur’an untuk anak usia SD (7-12 tahun)”.10
c. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.11
2. Definisi Operasional
9 Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan , Pengajaran dan Umum (Bandung : Angkasa, 1994), h. 61.
10
As’ad Human, Pedoman peneglolaan pembinaan pengembangan; membaca, menulis, memahami al-
qur’an, (Yogyakarta: Litbang LPTQ nasional Team Tadarus AMM, 1995), h 35.
11
depdiknas RI (2003). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional, (Jakarta
:Depdiknas.
Berdasarkan pengertian judul tersebut penulis dapat merumuskan definisi operasional
dari penelitian ini yaitu : maksud dari efektifitas taman pendidikan Al-qur’an (TPA) sebagai
lembaga pendidikan Islam nonformal dalam peningkatan kemampuan baca tulis Al-qur’an di
desa Ipilo ialah, meneliti tentang tahapan untuk mencapai tujuan Taman pendidikan Al-qur’an
dengan kemampuan belajar anak-anak sebagaimana yang di harapkan.
E. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka merupakan salah satu kebutuhan ilmiah yang berguna untuk menghindari
plagiasi terhadap suatu karya ilmiah, dan memberikan kejelasan dan batasan pemahaman
informasi yang digunakan dan jangkauan yang didapatkan untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan tema penulisan.
Oleh karena itu penulis memaparkan telaah pustaka berupa kajian penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan konteks penelitian yang penulus lakukan. adapun beberapa penelitian
yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian sebagai berikut:
1. Jubaidah Matsalikin. 2017. Eksistensi Program Baca Al-qur’an Dalam Meningkatkan
Keterampilan Baca Al-qur’an Pada Peserta Didik di SD Integral Hidayatullah Kota
Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian ini dikemukakan bahwa masih banyak para
siswa yang buta akan huruf-huruf hiajiyah walaupun disekolah tersebut ada program
unggulan membaca al-qur’an. ini disebabkan para guru yang hanya mengajar materi dari
pada mengaplikasikannya dalam berupa praktekum. Serta adanya beberapa factor yang
mempengaruhi kenapa para siswa tidak bisa membaca al-quran apalagi menulis. ini di
sebabkan oleh kurangnya perhatian dari para guru-guru dalam hal tersebut.
2. Mas’udah, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-qur’an Melalui Metode
Index Card Match di RA Muslimat NU Angin-Angin Buko Wedung Demak”12
. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan baca tulis Al-
qur’an harus dilakukan secara signifikan yang berarti secaru continue/terus menerus.
Upaya tersebut yang dilakukan haruslah dimulai secara bertahap dari surah Al-fatihah.
Karena siklus minta anak sangat rendah untuk itu sebaiknya orangtua anak didik dapat
memahami permasalahan belajar khususnya yang menyangut kemampuan anak dalam
menguasai baca tulis Al-qur’an sehingga anak lebih mengenal materi belajar untuk
meningkatkan minat belajaranya.
Dapat disimpulkan dari kedua judul diatas yaitu penelitian mereka tentang para siswa
yang buta akan huruf hijaiyah karena kurangnnya para guru dalam hal ini dan upaya secara
bertahap agar para siswa mampu membaca al-quran dengan baik. maka dari itu di sini saya akan
menekankan penelitian saya kepada adanya tentang tahapan untuk mencapai tujuan TPA di
tengah-tengah masyarakat agar mampu membangkitkan keinginan para anak-anak hingga mau
belajar membaca dan menulis Al-quran denan baik
12 Mas’udah, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-qur’an Melalui Metode Index Card Match
di RA Muslimat NU Angin-Angin Buko Wedung Demak”, (Semarang : Program sarjana Pendidikan Islam Negeri
Walisongo, 2011)
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Efektifitas Taman Pengajian Al-qur’an (TPA)
1. Efektivitas TPA
Efektivitas berasal dari kata efek yang artinya pengasuh yang ditimbulkan oleh
sebab, akibat/dampak, efektif yang artinya berhasil, sedangkan efektivitas menurut
bahasa adalah ketepatan gunaan, hasil guna menunjang tujuan. Secara umum teori
efektifitas berorientasi pada tujuan1. Dan menurut departemen pendidikan , efektifitas
adalah keadaan yang berpengaruh dan dapat membawa dan hasil guna (usaha, tindakan).2
Sedangkan menurut Saliman dan Sudarsono dalam kamus pendidikan mengungkapkan
bahwa efektivitas adalah tahapan untuk mencapai tujuan sebagimana yang diharapkan3.
Jadi, efektivitas pembelajaran adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran dan
tujuan pembelajaran telah dicapai.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam efektifitas TPA menduduki peranan
yang sangat penting dalam menciptakan anak didik yang berkualitas. Namun demikian
kedudukannya sangat tergantung pada manusianya dan pengelolaanya.
Meskipun demikian kedudukan TPA sebagai :
a. Media sosialisasi nilai-nilai ajaran agama,
b. Pemelihara tradisi keagamaan,
1 Aan Komariah dan Cepi Tranata, Visionary Leadersip Menuju Sekolah Efektif (Jakarta : Bumi Aksara,
2005), h. 7.
2 Dinas Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka , 1998), h.
219
3 Saliman dan Sudarsono, Kaamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum (Bandung : Angkasa, 1994), h. 61.
c. Sebagai lembaga pembentuk akhlak dan kepribadian,
d. Benteng moralitas bangsa.4
Keempat hal tersebut sangat mungkin terlahir di TPA. Sebab TPA merupakan
lembaga pendidikan diniyah dan turut mencoraki dan mewarnai kehidupan anak didik
secara khusus dan masyarakat pada umumnya.
Oleh sebab itu keterkaitan TPA dengan masyarakat merupakan “ikatan
emosional” ketimbang pilihan rasional. ikatan ini muncul di karenakan bertemunya dua
kepentingan. Pertama, hasrat buat masyarakat islam untuk berperan serta dalam
Pendidikan (meningkatkan pendidikan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya). Kedua,
morivasi keagamaan (keinginan agar anak-anak mendapat pendidikan agama yang cukup.
Dalam konteks inilah dapat di bayangkan betapa pentingnya kedudukan dan
efektifitas TPA yang baik akan memberikan dampak-dampak yang berjangkauan luas
terhadap masa depan masyarakat muslim Indonesiia. Kedudukan TPA yang paling sakral
adalah dapat di jadikan sebagai lembaga pendidikan diniyah dalam menanamkan nilai-
nilai agama dan perumbuhan serta pekembnagan mereka.5
2. Pengertian Taman Pengajian Al-qur’an (TPA)
4 Husni Rahim, Arah BAru PEndidikan Islam, (Jakarta: logos, 2001), h. 32-33
5 U.Syamsudin MZ, KEbijakan Umum Penge & Kiat Pengelolaan TK/TP Al-qur‟an, (Jakarta: 1996), h. 8
Taman Pendidikan Al-qur‟an adalah lembaga pendidikan dan pengajaran luar
sekolah untuk anak-anak yang mendidik santri agar mampu membaca Al-qur‟an dengan
baik dan benar, sesuai ilmu tajwid sebagai target pokok.6
Secara etimologi taman adalah tempat yang menyenangkan, sedangkan
pendidikan Al-qur‟an adalah upaya pembinaan kepribadian sesuai dengan petunjuk-
petunjuk Al-qur‟an. maka dapat disimpulkan, pengertian Taman Pengajian Al-qur‟an
adalah suatu lembaga pendidikan luar sekolah (non formal) yang memfokuskan kepada
pengenalan Islam Melalui sumber utamanya yaitu Al-qur‟an, dengan cara membaca dan
memahami kandungan Al-qur‟an, serta pokok-pokok ibdah lainya.
Lembaga TPA merupakan lembaga pendidikan luar sekolah (non formal) jenis
keagamaan. Oleh karena itu, muatan pengajarannya lebih menekankan pada aspek
keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya yaitu al-Qur‟an dan as-Sunnah.
Dengan demikian, porsi pengajaranya tertentu yang kurang memungkinkan untuk
diberikan secara tuntas melalui pendidikan formal dapat diperoleh melalui lembaga ini
misalanya, baca tulis Al-quran, pengajaran shalat, hafalan ayat-ayat Al-qur‟an dan
sejenisnya.
3. Peran TPA
Taman pendidikan Al-qur‟an (TPA) merupakan Lembaga Islam non formal yang
penyelenggaraannya di tangani oleh masyrakat Islam. TPA mempunyai peran yaitu
sebagai berikut:
6 Chairani Idris dan Tasyirifin Karim, Pedoman Pembinaan dan Pengembangan TKA/TPA, (Jakarta:
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA BKPRMI, 1995), h. 2.
a. Sebagai wadah belajar bagi anak-anak seusia SD (6-12 tahun) yang materi pokok
pelajarannya adalah kemampuan membaca dan menulis Al-qur‟an dengan kaidah
Islam.
b. Sebagai wadah pembinaan ibadah, aqidah dan aqhlak. Dengan kata lain TPA
mempunyai banyak peran.
c. Sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang mempunyai peran penting bagi
perkembangan anak dan pelaksanaanya mengalami permasalahan.7
Landasan Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ)
Untuk lebih jelasnya dasar keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur‟an
terbagi menjadi, antara lain :
1). Al-Qur‟an
Terjemahnya
Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk pelajaran, Maka
Adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS Al Qamar [54]:17)
Terjemahnya
Dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-
orang yang bertakwa. (QS Al Haqqah [69] :48)
7 As‟ad Humam, Pedoman Pengelolaan Pembinaann dan Pengembangan, Membaca, Menulis, Memahami
Al-quran Al-qur‟an, (Jogjakarta: Litbang LPTQ Nasional, 1995), h. 15
2). Hadits
Terjemahnya
Sebaik-baik dari kalian semua adalah yang mau belajar Al-Qur‟an dan
mengajarkannya (HR Bukhori)
3). Halaqah Ulama
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Kholdun dan Ibnu Sina bahwa
pengajaran Al-Qur‟an haruslah mendapat prioritas pertamayang diajarkan
kepada anak-anak.
4. Tujuan
Kurikulum dan pola penyelenggaraan Pendidikan Taman Pengajian Al-qur‟an
bertujuan.
a. Menyiapkan para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
qur‟ani, mecintai Al-qur‟an sebagai pedoman dan pandangan hidup.
b. Sebagai lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini penting bagi
perkembangan jiwa anak utamanya dalam proses wosialisasi.
c. Secara lebih khusus membekali para santri dengan kemampuan berfikir kreaatif,
mengembangkan dan mengasah potensi yang ada pada dirinya.
Secara kelembagaan, tujuan adanya taman Pengajian Al-qur‟an (TPA)
diantaranya adalah sebagai berikut:8
8 Windi, Jurnal Kontribusi Taman pendidikan Al-qur‟an Terhadap pencapaian pembelajaran PAI, 2009. h.
15
1) Membantu mengembangkan potensi anak kea rah pembentukan sikap,
pengetahuandan keterampilan kegamaan, melalui pendekatan yang disesuaikan
dengan lingkungan dan taraf perkembangan anak berdasarkan tuntunan ajaran Al-
qur‟an dan sunnah rasul.
2) mempersiapkan anak agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan
keterampilan kegamaan yang telah dimilikinya, melalui program pendidikan
lanjutan.
Taman Pengajian AL-qur‟an menanamkan pendidikan Al-qur‟an, baik itu mahraj
huruf atau apaun yang berhubungan degngan alqur‟an, maka tujuan TPA adalah:
a. Secara umum menyiapkan generasi qur‟ani, menyongsong masa depan yang gemilang,
b. secara khusus adalah agar anak didik mampu:
1) Membaca Al-qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid.
2) hafalan-hafalan surah pendek.
3) hafalan ayat-ayat pilihan.
4) hafalan bacaan-bacaan dalam shalat
5) hafalan do‟a sehari-hari
6) berakhlak mulia
7) memiliki jiw serta semangat islam.
Oleh karena itu sebagai suatu Institusi Pendidikan Agama Islam, Taman Pengajian Al-
qur‟an (TPQ) mempunyai suatu pendidikan, bukan pengajaran semata, karena pendidikan
agama lebih mengarahkan pada pembentukan dan membina para santri untuk menjadi muslim
ideal, muslim yang benar-benar mengahyati nilai-nilai agama. dengan kata lain kalau
pengajaran agama lebih di arahkan bagaimana agar santri menjadi seorang ahli agama, tetapi
pendidikan agama mengarahkan santri agar menjadi agamawan yang baik.9
Tujuan penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ) dalam pandangan
human adalah untuk menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi muda yang Qur‟ani.
Komitmen dengan Al-Qur‟an dan menjadikan Al-Qur‟an sebagai bahan bacaan dan
pandangan hidup sehari-hari.
Tujuan Taman Pengajian Al-qur‟an adalah menyiapkan landasan rohani emosi dan
tradisi bagi anak-anak sebagai generasi qur‟ani, yang mencintai dan di cintai Allah SWT.
bercirikan kepribadian:
1. Muttaqien (mampu menguasai diri agar terhindar dari dosa dan noda serta setia dalam
menepati kewajiban agama)
2. Muhsinin (Sedia berbuat baik untuk orang lain dan rela berkorban untuk kepentingan
bersamadalam kebaikan)
3. Muqsithin (bersikap adil dalam setiap perkara)
4. Shobirin (tabah dan ulet dalam berusaha, tidak putus asa dan pantang menyerah serta
sanggup menanggung resiko dalam mencapai cita-cita)
5. Mutawakilin (berusaha maksimal, namun tidak lupa berserah diri kepada Allah)
6. Tawwabin (bersedia mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki diri)
7. Mutathohirin (Sanggup membina kehidupan dan lingkungan yang bersih).
Kepribadian ideal tematik dalam Al-qur‟an tersebut di jabarkan dalam ciri yang
bersifat etik, dan di rumuskan secara operasional dalam tujuan:
a) Aspek Pengetahuan dengan Tujuan
9 Derajat, DR. Zakiah, dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak bagi anak-anak dan remaja, h. 6
1. Anak mengetahui bahwa Al-qur‟an adalah kitab suci umat Islam
2. Anak mengetahui bahwa Al-qur‟an berisi firman (wahyu) Allah Swt
3. Anak mengetahui bahwa Al-qur‟an mempunya wawasan dasar keislaman
4. anak terasang mengetahui isi kndungan kitab suci Al-qurab.
b. Aspek Keterampilan dengan Tujuan:
1. Anak dapat membaca Al-qur‟an deagn tertib, lancar dan benar.
2. Hafalan surah-surah pendek dan bebrapa ayat pilihan
3. Anak mampu mencari nama surah, ayat, juz sebagai bekal nantinya
menjadikan Al-qur‟an sebagai rujukan.
4. Anak mulai menggenal menuliskan Al-qur‟an.
c. Aspek Sikap dan Tujuan
1. Anak sengan bertadarus Al-qur‟an
2. Anak sengan mendengarkan bacaan Al-qur‟an
3. Anak senang mengmalkan ajaran-ajaran Al-qur‟an sesuai dengan pendidikan
yang diterimanya.
Berdasarkan hal di atas maka tujuan taman pendidikan Al-qur‟an adalah menanamkan
nilai-nilai Al-qur‟an dalam diri santri agar kelak mereka dapat menjalani kehidupannya selalu
berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Al-qur‟an.
Fungsinya adalah meyelenggarakan pendidikan anak, atau anak usia pra-sekolah (2-6
tahun) yang pengetahuan kognitifnya masih ada pada tahap operasional. Selaras dengan
perkembangan kognifinya, perkembangn moral anak usia pra sekolah memilikipertimbangan
moral yang bersifat objektif. Artinya dalam memberikan pertimbangan moral, anak usia ini
melihat suatu tingkah lakuhanya dari segi tingkah laku itu sendiri, perbuatan salah atau benar
misalnya di tentukan pertimbangan berdasarkan konsekuensidari perbuatan itu sendiri maka
fungsi TPA adalah mendidik anak tidak hanya sebatas konsekuensi semata, tetapi bagaiman
anak melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan moral.10
10 U. syamsuddin MZ., Kebikjakan Umum & Penegelolaan TK/TP Al-qur‟an (Jkarta, Cet. III: 1996) h.8
B. Lembaga Pendidikan Islam Non Formal
1. Pengertian Pendidikan Islam Non Formal
a. Pengertian Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.11
Archibald Collaway mendefinisikan Pendidikan Luar sekolah (Pendidikan Non
formal) adalah sebagai suatu bentuk kegiatan belajar yang berlangsung di luar sekolah.12
Santoso S. Hamijoyo mendefinisikan pendidikan luar sekolah (Pendidikan non
formal) adalah sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukuan secara terorganisasikan,
terencana, di luar system persekolahan yang ditunjakan kepada individu ataupun
kelompok dalam masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.13
Soelaiman Joesoef menyatakan bahwa pendidikan non formal adalah setiap
kesempatan di mana terdapat komunikasi yng teratur dan terarah di luar sekolah dan
seseorang memperoleh informasi, pengalaman, pengetahuan, latihan ataupun bimbingan
sesuai dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan. Sikap dan nilai-nilai yang
memungkinkan baginya menjadi peserta yang efesien dan efektif dalam lingkungan
keluarga, pekerjaan, bahkan lingkungan masyarakat dan Negara.14
b. Pengertian Pendidikan Islam
11 Depdiknas RI. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan NAsional.
Jakarta : Depdiknas.
12
Prof. H. M. Saleh Marzuki, M.Ed, Pendidikan Non formal, (Bandung : P.T Remaja Rosdakarya, 2010) h.
99
13
Ibid, h.103
14
Sulaiman Yusuf dan Santoso Slamet, Pendidikan Luar Sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), h. 91
Dalam khazana Islam, ada 3 istilah yang berhubungan dengan makna pendidikan
yaitu Ta‟lim, Ta‟dib, dan tarbiyah.
1) Al-ta‟lim merupakan bentuk mashdar dari kata „allama-yu‟allimu. Kata at-ta‟lim
ini pada dasarnya tidak ditemukan secara lansung dalam bahasa Al-qur‟an, namun
dapat di pahami dengan akar katanya sendiri yItu „alima. Al-Raghib al-Asfahani,
mengamukakan bahwa „alima digunakan secara khusus untuk menunjukan suatu
yang diulang dan diperbanyak sehingga menghasilkan bekas atau pengaruh pada
diri seseorang. Selain itu digunakan pula untuk mengingatkan jiwa agar
memperoleh gambaran mengenai arti sesuatu dan bahkan terkadang pula kata
tersebut diartikan sebagai pemberitahuan.15
2) At-ta‟dib biasanya merunjuk kepada proses pembentukan kepribadian. Kata At-
ta‟dib merupakan kata masdar dari addaba yang dapat diartikan kepada proses
mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau
budi pekerti.
3) Kata terbiyyah berbeda dengan pengertian kata at-ta‟dib dan at-ta‟lim. Kata
tarbiyyah menurut Nizar (2011 : 87) memiliki arti mengasuh,bertanggung jawab,
member makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan,
dan memproduksi serta menjinakan, baik yang mencakup aspek jasmaniyah
maupun rohaniyah. Makna tarbiyyah mencakup semua aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara harmonis dan intergral.16
2. Tujuan Pendidikan Islam Non formal
15 Dr. H. Muh. Arif, M.ag dan Dra. Hj. Munirah, M.pd, Ilmu Pendidikan Islam, (Gororntalo : Sultan Amai
Press IAIN SULTAN AMAI GORONTALO, 2013), h. 13
16
Ahmad Munjin Nasih, S.Pd,M.Ag., Pendidikan Agama Islam, (Op ceet : 1998) h.5
Tujuan pendidikan Islam Non formal adalah:
a. Pendidikan Agama Islam non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
b. Pendidikan Agama Islam nonformal berfungsi sebagai mengembsngksn potensi
pesertta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta mengembangkan sikap dan kepribadian professional.
c. Pendidikan Islam non formal meliputi kecapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
kesetraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
d. ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan agama islam nonformal
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5),
dan yat (6) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.17
Adapun tujuan pendidikan agama Islam menurut Muhaimin yaitu untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama
Islam pada lensia, sehingga mereka menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt.18
17 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, “Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasanya”, (Bandung: Citra Umbara, 2003, h. 14-15
18
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2001) h. 78.
Menurut hery Noer Ali dan Munzier tujuan pendidikan Islam mencakup beberapa
hal diantaranya:
1) Agama Islam menyery manusia agar beriman dan bertaqwa.
2) Agama Islam menekankan amal shaleh dan menetapkan bahwa iman selalu
diwujudkan dengan amal shaleh tersebut.
3) Agama Islam menekankan pentingnya berakhlak yang mulia.19
Pada intinya tujuan Pendidikan agama Islam nonformal sebagaimana diatas tidak
lain, untuk lebih meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengelaman
ajaran agama yang telah diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik supaya terhindar
dari gangguan jiwa (depresi, tkut, cemas).
C. Keterkaitan Efektifitas TPA dalam Peningkatan Baca Tulis Al-qur’an
Pada dasarnya taman pendidikan Al-qur‟an/taman pegajian al-qur‟an (TPA) merupakan
suatu lembaga yang dirintis oleh KH> As‟ad Humam sebgai pengasuh Tim Tadarrus AMM
Yogyakrta yang telah melopori berdirinya TK Al-qur‟an yang didirikan oleh beliau pada tanggal
16 Maret 1988. Yang kemudian oleh BKPRMI (Badan Koordiansi Pemuda Remaja Masjid
Indoesia) dijadikan program Nasional sejak tahun 1989. Kurikulum Taman Pengajian AL-qur‟an
yang dipelopori oelh BKPRMI dengan menggunakan bahan pengajaran atau materi pokok terdiri
dari buku paketIqro 6 jilid dan materi hafalan susunan KH. As‟ad Humam.20
19 Hery Noer Ali dan Monzier, Watak pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), h. 138-140.
20
H.U Syamsuddin.,dkk, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-qur‟an (TKA)
Taman Pendidikan Al-qur‟an (TPA), Jakarta: LPTKA BKPTMI Pusat, 2000),h.1
Taman Pengajian Al-qur‟an merupakan suatu program kegiatan yang secara nasional di
pelopori oleh LPTKA BKPRMI, tampil untuk melakukan kegiatan pemberantasan buta baca tulis
Al-qur‟an pada masyarakat Indonesia.21
Taman Pengajian Al-qur‟an bertugas menyempurnakan
bekal yang kurang dari rumah dan memperbaiki serta mengemabngkan yang telah baik, maka
sebagai Taman Pendidikan Al-qur‟an pembinaan baca tulis Al-qur‟an menajdi sebuah keharusan
yang diberikan keapda ank-anak.
Keberadaan TPA harus dipertahankan ditengah-tengah masyarakat, karena ia mempunyai
kedudukan yang cukup strategis dalam membina dan mengarahkan manganalitas anak didik
kepada terbentuknya akhlak al-karimah, atau dapat pula dikatakan kedudukan TPA dapat
dijadikan sebagai pemanfaatan etika-keagamaan.22
Di satu sisi kedudukan TPA adalah sebagai
pendidikan Al-qur‟an bagi anak-anak kita yang sangat sentral dalam menciptakan generasi baru
yang tangguh, beriman, berakhlak mulia dan pandai bersyukur. Maka oleh sebab itu tidak ada
jalan lain kecuali mendidik anak-anak dengan aksara jiwa Al-qur‟an. Sedemikian pentingnya
kedudukan TPA dalam membentuk karakter, maka penangannya memerlukan orang-orang yang
memiliki profesionalitas baik secara akademik maupun secara kelembagaan.
Sebagai salah satu lembaga Pendidikan Agama Islam Efektifitas TPA sangat menduduki
peran penting dalam menciptakan anak didik yang berkualitas. Namun demikian tahapahapannya
sangat tergantung pada manusianya dan pengelolaanya. Sebab peranan lembaga pendidikan amat
penting dalam pembinaan baca tulis Al-quran. Guru tidak hanya membina akhlak tetapi juga
membina kecerdasan dan keterampilan dalam baca tulis Al-qur‟an. Sebab ketika anak-anak
21ibid , h. ix.
22
Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta: Kalimah, 2001), h 134.
memasuki sekolah TK maupun SD mereka belum berpengalaman dalam hal tersebut terutama
anak-anak yang latar belakang keluarganya buta akan huruf-huruf hijaiyah.
Maka guru Taman Pendidikan Al-qur‟an adalah ornag yang pertama yang melakukan
pembinaan baca tulis Al-qur‟an dengan metode yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak.
Mengingat keadaan anak-anak yang belum mampu di ajak berfikir untuk memahami
pedoman-pedoman baca tulis Al-qur‟an, maka pemilihan metode pendidikan bagi anak-anak
harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan meraka secar signifikan.
Tujuan Taman Pengajian Anak-anak adalah memperkenalkan kepada mereka apa itu
agama, apa itu shalat dll yang berbaur tentang agama. Akan tetapi hal yang paling utama
tujuannya ialah mengajarkan bagaimana cara membaca dan menulis Al-qur‟an. Sebab Al-qur‟an
merupakan pedoman hidup kearah yang lebih baik.
Oleh sebab itu TPA Adalah sebagai peletak dasar pembiaan baca tulis Al-qur‟an yang
harus mereka selalu terapkan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam. Di sinilah mereka di
bina dan di arahkan dari satu sisi ke sisi yag lainnya. Namun demikian kesulitan yang di hadapi
dalam menjalakan fungsi TPA secara operasional.
Dari sinilah di pahami bahwa dalam perspektif pendidikan, keberadaan TKA/TPA
banyak berorientasi pada pembinaan dan pengembangan kognitif (bacaan Al-quran dan hafalan-
hafalan surah pendek) dan psikomotorik (keterampilan) melafalkan hafalan surah-surah pendek
tersebut dalam melaksnakan shalat.
Setiap orang tua muslim, pasti menginginkan anak-anak mereka secara dini mampu
menganl aksara Al-quran, maka dewasa ini hampir di setiap daerah telah berdiri TPA. Aktifitas
TPA tersebut perlu ditingkatkan dan dipertahankan yang sudah ada, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas.
D. Kerangka Pikir
Gambar 1
Kerangka Berfikir
Efektivitas Taman
Pengajian Al-Qur‟an
1. Beriman dan bertakwa
2. Menekankan amal saleh dan iman
3. Menekankan pada akhlak
1. Aspek pengetahuan dan tujuan
2. Aspek keterampilan dan sikap
3. Aspek sikap dan tujuan
Lembaga pendidikan
Islam non formal
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan
kualitatif. Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kuaitatif sebagai suatu tradisi tertentu dlam
ilmu pengetahuan social secara fundamental tergantung dari pengamatan pada manusia baik
dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.1
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa pengertian ini
mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penenlitian yang bernuana kuantitatif yaitu
dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu di gunakan pada penelitian
kualitatif.
B. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi sumber data utamanya adalah hasil wawancara
dan hasil pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Ditambah data-data lain yang berasal dari
dokumentasi, dan lembaga terkait yang memiliki kaitannya dengan objek peneitian yang peneliti
lakukan.
Agar lebih jelasnya peneliti mengambil data penelitian ini dari dua sumber data yaitu data
primer dan sumber data sekunder.
1 Lexy J maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.4.
1. Data primer adalah sumber data langsung diperoleh dari informan yaitu kepala desa,
operator desa dan guru ngaji di Desa Ipilo Kec. Gentuma Raya Kab. Gorontalo Utara
2. Data skunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dan sumber data dalam
penelitian ini yaitu literatur atau keterangan lain yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti.q
C . Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara penulis
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode dalam
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaaan atau perilaku
objek sasaran.2 Metode observasi ini adalah metode pendukung untuk penelitian ini,
karena dengan metode observasi penulis bisa mendapatkan informasi secara langsung dan
juga memperoleh data yang rinci dan jelas. Observasi yang digunakan didalam penelitian
ini adalah observasi nonpartisipan, yaitu bentuk observasi atau pengamatan dimana
peneliti tidak terlibat langsung atau tidak berperan secara langsung ke dalam kegiatan
yang di teliti.
2. Metode Wawancara
2 Abdurahmat Fathoni, Metodologi Penelitian Teknik Menyusun Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.
104
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Metode wawancara adalah
“teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah,
artinya pertanyaan datang dari pihak yang wawancara dan jawaban diberikan oleh yang
diwawancarai.3 Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interview)
yang mengajukan pertanyaan dan terwancara (interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.4
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tahap tatap muka (face to face) meaupun dengan menggunakan telefon.
Jenis wawancara ada dua yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu
dalam melakukan wawancara , pengumpulan data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
dipersiapkan.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
3 Abdurahman Fathoni, Metodologi Penelitian Teknik Menyusun Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
h.105
4 Lexy J Maleong, Metodologi Peneltian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 186
untuk pengumpulan datanya . pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.5
Berdasarkan jenis wawancara di atas, penulis menggunakan wawancara tidak
terstrukutur, artinya pewawancara memberikan kebebasan kepada orang yang di
wawancara untuk memberikan pendapat atau jawaban sendiri. Penulis menggunakan cara
ini karena untuk mendapatkan data yang signifikan dan juga tidak menginginkan adanya
kekakuan antara penulis sebagai pewawancara dengan orang yang di wawancara. Dalam
implementasinya penulis akan mewawancarai Kepala desa dan pengurus maupun guru
ngaji di desa Ipilo Kec. Gentuma Raya Kab. Gorontalo Utara.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu penulis mengambil sejumlah data pendukung dalam penelitian
berupa dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dalam hal
ini penulis lebih takankan pada data yang sifatnya tertulis. Adapun dokumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis tentang jumlah murid, letak geografis
Desa dan lain-lain yang dapat menyempurnakan data yang diperlukan.
D. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya
mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
5 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Alfabeta,2013)
h.194-197
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Adapun langkah-langkah dalam teknis analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi suatu data yang berasal dari
lapangan, sehingga data yang teleh direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih
tajam tentang hasil pengamatan.
Dalam proses reduksi data ini peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap
data yang hendak di kode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-
cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Display Data
Display data merupakan proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk
kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah
dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang
tepat.
3. Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulan-simpulan
sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali
(diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya kearah
simpulan yang mantap. Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan tentative
yang masih perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus-menerus dianalisis tentang
verifikasi kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.
Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-
pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya. Simpulan akhir yang
dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian dan temuan penelitian
yang sudah dilakukan pembahasan.
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar dalam proses selanjutnya kita dapat mengetahui apa saja yang telah ditemukan dan
di interpretasi di dalam lapangan, maka kita perlu mengetahui kredibilitasnya dengan
menggunakan teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang
diperdalam, triangulasi (sumber, metode, penelitian dan teori) dan pelacakan kesesuaian
hasil. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat atau tidaknya ditransfer kelatar lain
(transferability), ketergantungan pada konteksnya (dependability) dan dapat tidaknya di
konfirmasikan kepada sumbernya (confirmability).
Jadi, yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus
memenuhi; (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar agar hal itu
dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang
konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.
Menurut Lexy Moleong proses yang dimaksud ini memberi gambaran mengenai
kebenaran data yang menulis temukan dilapangan. Cara yang penulis lakukan dalam proses
ini ialah, meperdalam observasi terhadap objek penelitian dan memperpadat frekuensinya.
Ada berbagai jenis triangulasi :
1. Triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif (Patton 1987).
2. Triagulasi metode, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa
sumber data dengan metode sama (Patton).
3. Triangulasi teori, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.6
Teknik Triangulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi
dengan menggunakan pemanfaatan sumber yaitu teknik pemeriksaaan keabsahan data
dengan membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan dokumentasi
serta pengecekan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data yaitu
triangulasi dengan memanfaatkan sumber, yang dapat diartikan sebagai pembandingan dan
pengecekan kembali.
F. Tahap-tahap Penelitian
6 Prof. DR. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitia Kualitatif, (Bandung: Remaja RosdaKarya Offset,
2017), hal, 330-331
Tahap-tahap penelitian yang di maksud dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan
proses penenletian. Maleong mengungkapkan bahwa pelaksnaan penelitian meliputi tiga tahap,
yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.7
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap pra lapangan ini, peneliti mengajukan judul skripsi untuk
mendapatkan persetujuan kepada ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negri (IAIN)
Gorontalo. Setelah mendapat persetujuan dari ketua jurusan, berkonsultasi dengan
pembimbing untuk mendapatkan persetujuan serta mendapatkan pengarahan. Selain itu
peneliti juga menyusun proposal penelitian dengan menentukan pula lapangan penelitian,
orentasi atau penjajakan lapangan penelitian, menyiapkan administrasi semisal surat
permohonan izin penelitian serta perlengkapan penelitian yang diperlukan selama
melakukan penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Setelah mendapat izin dari kepala desa Ipilo dan guru ngaji, Peneliti kemudian
mempersipkan diri untuk memasuki lokasi penelitian tersebut dengan harapan bisa
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam pengumpulan data. Selanjutnya
peneliti memulai penelitian sesuai dengan kebutuhan peneliti untuk memperoleh data
tentang Efektifitas Taman Pengajian Al-qur’an sebagai lembaga pendidikan islam
nonformal dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-qur’an di desa Ipilo kecamatan
Gentuma Raya.
3. Tahap Analisis Data
7 Ibid., h. 333
Tahap ini meliputi analisa data yang dperoleh dari hasil wawancara mendalam,
observassi mendalam, observasi partisipan, dokumentasi yang dikumpulkan selama
penelitian. Setelah itu dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan
yang di teliti. Selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek
sumber data dan metode yang di pergunakan untuk memperoleh data sehingga data
benar-benar kredibel sebagai dasar dan bahan untuk pemberian makna data yang
merupakan proses penentuan dalam memahami proses penentuan dalam memahami
konteks penelitian yang secara detail.
Tahap ini kemudian di akhiri dengan kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulkan data sampai pemberian makna data. Setelah itu
melakukan konsultasi hasil penelitian kepada dosen pembimbing untuk mendapat
kritikan, perbaikan, serta saran atau koreksi yang kemudian akan ditindakilanjuti dengan
perbaikan. Langkah lebih lanjut adalah melakukan pengurusan kelengkapan persyaratan
untuk mengadakan ujian skripsi dan revisi apabila terdapat kritik dan saran dari para
penguji skripsi, serta mendapatkan tanda tangan pengesahan skripsi dari para pihak
terkait dari dosen pembimbing sampai dengan rector, kemudian mempublikasikan skripsi
melalui media-media yang memungkinkan. 8
8 Ibid., h. 333
BAB IV
LAPORAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Laporan Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Desa Ipilo
Desa Ipilo adalah Desa Pemekaran dari Desa Molonggota, pada tanggal 15
September 1997 dengan Jumlah Penduduk pada masa itu berjumlah 1.140 jiwa yang
terdiri dari 240 Kepala Keluarga.
Nama Desa Ipilo diambil dari Nama sebuah Kayu yang berada di Desa ini yaitu
Kayu Besi yang dalam bahasa Gorontalo Kayu Wipilo atau sering disebut oleh
masyarakat setempat Kayu Ipilo. Kayu tersebut merupakan merupakan salah satu potensi
sumber daya alam yang ada di Desa ini, sebab kayu tersebut sangat banyak hidup
didataran Desa dan tepi sungai.
Adapun yang memimpin Desa Ipilo yang pertama kali mekar dari Molonggota
adalah Bapak Nikson Taha sebahgai Pejabat Kepala Desa setelah itu yang menjabat
sebagai Kepala Desa Bapak Nupuri Patilima selama Dua periode karena pada pemilihan
Kepala Desa Definitive Bapak Nupuri Patilima terpuilih dan diberikan kepercayaan oleh
masyarakat Desa Ipilo untuk memimpin Desa pemekaran dari Molonggota untuk kedua
kalinya, pada tahun 2006 sebelum berakhir masa jabatan Bapak Nupuri Patilima beliau
mengalami sakit yang berkepanjangan dan diangap tidak dapat menunaikan tugas sebagai
kepala desa maka ditunjuk pelaksana tugas sebagai kepala desa yaitu bapak Sudirman
Dunggio hingga terpilihnya kepala Desa definitive periode 2006-2012 yaitu Ibu Husna
Badjuri yang dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin satu periode, kemudian pada
tahun 2012 diadakan kembali Pemilihan Kepala Desa Desfinitive 2012-2018 yang
terpilih adalah Bapak Irvan Olii yang dipercayakan oleh masyarakat. Setelah habis masa
pemerintahan Bapak Irvan Olii diadakan kembali pemilihan kepala desa pada tahun 2019
secara definitife untuk periode 2019-2024 yaitu Bapak Nanto Patilima,Sp untuk
memimpin Desa ini yang hingga sekarang masih memimpin sebagai kepala Desa Ipilo.
Tabel 1
Perincian Nama-nama Kepala Desa Ipilo Selama Masa Pemerintahan
NO N A M A PERIODE (TAHUN)
1 NIKSON TAHA
Plh. Selama Proses
Pemekaran
2 NUPURI PATILIMA 2 Periode (1997-2006)
3 SUDIRMAN DUNGGIO
Plh. Selama Proses
Pemilihan
4 HUSNA BADJURI 1 Periode (2006-2012)
5 IRVAN OLII 1 periode (2012-2019)
6 NANTO PATILIMA 2019 s/d sekarang
2. Letak Geografis Desa Ipilo
Desa Ipilo dengan Ibu Kota Pemerintahan berada pada dusun Bihe Jaya telrtak pada
sebelah Timur dari Ibukota Kecamatan Gentuma Raya dengan luas wilayah ±Ha 17.169
Ha pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut (DPL). Suhu rata-rata harian berkisar
antara 27°Cc sampai dengan 32°Cc. Curah hujan rata-rata 120 mm/tahun.
Desa Ipilo terbagi menjadi 3 (tiga) dusun, yaitu :
- Dusun I Bihe Jaya
- Dusun II Tengah
- Dusun III Pongoala
Dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Bubode Kec. Temilito.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Langke
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Motomingo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Durian
Berdasarkan tata guna tanah, Desa Ipiloterbagi sebagai berikut :
- Pemukiman ± 120 Ha,
- Huma/ladang ± 80 Ha,
- Sawah + 65 Ha,
- Tanah yang dikelola + 120 Ha,
- Tanah kering + 90 Ha,
- Tanah Basah + 50 Ha,
- Hutang lindung + 650 Ha,
- Tegalan/Kebun ± 105 Ha,
- Hutan Lindung ± 942 Ha,
- Hutan Rakyat ± 0 Ha,
- Kolam/Empang ± 0,5 Ha,
- Lahan Kerin/Tidur ± 150 Ha.
Dari segi orbitasi atau jarak desa dengan pusat Pemerintahan, jarak dengan
Kecamatan Gentuma Raya± 4 km, jarak dengan Kabupaten Gorontalo Utara ± 25 km
dan jarak dengan Provinsi Gorontalo ± 94 km. Dengan pusat Pemerintahan Desa terletak
pada Koordinat Lintang Utara: 0,883˚L dengan Bujur Timur pada koordinat 123,
0166˚BT, kendaraan umum yang digunakan sebagai sarana angkutan ke pusat
pemerintahan adalah kendaraan bermotor. (Ojek, dan Angkutan pedesaan).
3. Bagang Organisasi Pemerintah Desa
Gambar 2
Struktur Pemerintah Desa
BPD Kepala Desa
NANTO PATILIMA, SP
Sekretaris Desa LISNAWATI PATILIMA
a. Kades : NANTO PATILIMA,SP
b. Sekdes : LISNAWATI PATILIMA
c. Bendahara Desa : RISNA PATILIMA
d. Kaur Pemerintahan : DIAN PANUNU
e. Kaur Pembangunan : WARNI DETUAGE
f. Kaur Umum : HALIPA PATILIMA
g. Kepala Dusun Bihe Jaya : MUSA IBRAHIM
h. Kepala Dusun Tengah : RAHMAT KALUKU
i. Kepala Dusun pongoala : SAHAMINA DETUAGE
4. Penduduk Desa Ipilo
Jumlah pendidikan Desa Ipilo Kecematan Gentuma Raya berjumlah 292 KK atau
1051 jiwa. Desa ipilo tempat dimana TPA Nurul Ikhlas berada, terdiri dari 3 dusun yaitu
dusun bihejaya, dusun tengah dan dusun pongoala.
Kaur Pemerintahan DIAN PANUNU
Kaur Umum HALIPA
PATILIMA
Kaur Pembangunan
WARNI DETUAGE
Kaur Keuangan RISNA
PATILIMA
Kaur Pemerintahan DIAN PANUNU
Menurut laporan sensus bulan mei 2019 penduduk desa ipilo berjumlah 1051 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga 292. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
berikut!
Tabel 2
Perincian Penduduk Desa Ipilo Kecamatan Gentuma Raya
NO
D U S U N
JUMLAH
RTM KK Lk Pr Lk +
Pr
1 Bihe Jaya 244 188 432 55 123
2 Tengah 163 207 370 33 91
3 Pongoala 132 117 249 28 78
J U M L A H 539 512 1051 116 292
Sumber: data sensus penduduk desa ipilo tahun 2019. Dicatat pada tanggal 1 mei 2019.
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa jumlah penduduk paling banyak
adalah dusun bihejaya. Akan tetapi tempat diadakannya pendidikan TPA ialah di dusun
tengah karena tempatnya yang strategis terletak diantara dusun bihejaya dan dusun
pongola.
Tabel 3
Perincian Penduduk Desa Ipilo Tahun 2019 Menurut Kelompok Umur
NO KELOMPOK UMUR JUMLAH (
Orang)
1 0 – 4 tahun 89
2 5 – 9 Tahun 135
3 10 -14 Tahun 167
4 15 – 19 tahun 100
5 20 – 24 Tahun 90
6 25 – 29 tahun 80
7 30 – 34 Tahun 135
8 35 – 39 Tahun 32
9 40 – 44 Tahun 63
10 45 – 49 Tahun 53
11 50 – 54 Tahun 23
12 55 -59 Tahun 20
13 60 – 64 tahun 27
14 65 – keatas 37
J U M L A H 1051
Sumber: data sensus penduduk desa ipilo tahun 2019. Dicatat pada tanggal 1 mei 2019
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah anak usia 5-14 tahun
didesa ipilo berjumlah 302 jiwa dari seluruh jumlah penduduk desa ipilo. Besarnya
jumlah usia anak tersebut merupakan suatu potensi bagi pengembangan sebuah lembaga
pendidikan TPA.
5. Sejarah Berdirinya TPA di Desa Ipilo
TPA Nurul Ikhlas di dirikan pada tahun 2003. TPA ini berdiri dilatarbelakangi
oleh anak-anak yaang hanya belajar mengaji dirumah dengan diajari oleh masing-masing
orang tua. Akan tetapi ada banyak juga anak-anak yang memiliki orang tua yang tidak tau
mengaji memiliki keinginan yang kuat untuk belajar huruf hijaiyah. Ketika mereka
disekolah ada pelajaran agama ketika disuruh membaca huruf hijaiyah anak-anak yang
tidak tau mengaji hanya bisa diam. Ketika melihat keadaan anak didik nya tidak bisa
membaca huruf hijaiyah maka guru tersebut berkeinginan kuat bagaimana agar mereka
bisa membaca dan mengenal huruf hijaiyah tersebut. Karena dia berfikir apabila ia
mengajar pelajaran agama yang dalam seminggu hanya sekali pertemuan dan hanya
berdurasi kurang lebih dari 2 jam, dan waktu tersebut hanya digunakan untuk belajar
mengaji berarti teori tentang pembelajaran agama tidak bisa ia uraikan. Maka dengan
demikian ia mengumpulkan para anak-anak yang tidak tau mengaji tersebut dan membuat
izin dan kesepakatan dengan orang tua murid untuk mengaji setiap sore hari 1 minggu
dengan 2x pertemuan dirumah beliau.
Seiring berjalannya waktu, ia membuat sitem pengajian dimana setiap kali
pertemuan akan diadakan ditempat-tempat berbeda agar anak-anak tidak bosan dengan
tempat mengaji mereka. Maka dia mengadakan sistem cabu lot dimana apabila nama
yang terpilih yang jatuh maka pengajian akan diadakan dirumah murid tersebut. Dengan
adanya kegiatan ini ternyata dapat menarik banyak minat anak-anak.
Sistem tersebut berakhir setelah nama-nama semua murid telah mendapat giliran
mereka masing-masing. Karena ada beberapa alasan juga maka tempat pengajian tersebut
telah dipindahkan dimasjid Nurul Ikhlas dusun tengah desa ipilo. Pengajian tersebut
diadakan setiap hari Jum’at dan Minggu ba’da ashat dimasjid Nurul Ikhlas. Awal
penamaan TPA ini diambil dari masjid tersebut.
Adapun dasar yang melatarbelakangi berdirinya TPA Nurul Ikhlas adalah agar
anak-anak muslim dapat memahami cara membaca al-qur’an dengan baik dan benar.
Latar belakang tersebut kemudian menjadi bahan acuan bagi jalannya pendidikanlembaga
ini. Tujuan umum yang ingin dicapai oleh TPA Nurul Ikhlas dalam proses belajar
mengajar baca tulis Al-qur’an antara lain:
a. Para murid dapat mengenal dan membedakan serta mengucapkan secara benar
huruf-huruf hijaiyah.
b. Para murid dapat memahami hukum bacaan Al-qur’an yang sesuai dengan kaidah
ilmu tajwid.
c. Para murid dapat mempraktikan pengetahuan mereka kedalam kehidupan sehari-
hari.
d. Para murid dapat memiliki akhlak yang baik dan dapat mencontoh sifat dan
perbuatan Rasulullah SAW.
Sejalan dengan perkembangannya TPA Nurul Ikhlas mengalami banyak
tantangan. Namun dengan perlahan segala tantangan itu dapat diatasi oleh para tenaga
kerja TPA Nurul Ikhlas.
6. Keadaan Guru TPA di Desa Ipilo
Pada awal berdirinya TPA Nurul Ihklas, tenaga guru yang ada hanya
mengandalakan seorang tenaga pengajar mapel agama Sekolah Dasar saja yaitu Ibu
Salma. Seiring bertambahnya murid maka dibutuhkan juga tambahan tenaga pengajar.
Hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kualitas mengajar dan kemampuan baca
tulis Al-qur’an untuk para murid.
Sebelumnya TPA ini telah beberapa kali mengganti tenaga pengajarnya hingga
sekarang telah menemukan tenaga pengajar tetap yang direkomdasikan dari pihak aparat
desa langsung. Adapun tenaga pengajar tersebut adalah ketua keagamaan didesa tersebut
bersama sang istri dengan yang bernama Bapak Agus Gobel dan Ibu Asma Detuage.
Berdasarkan keterangan diatas dapat dipahami bahwa latar belakang mereka,
kiranya cukup mendukung dalam proses peningkatan pengajaran baca tulis Al-qur’an.
TPA Nurul Ikhlas desa Ipilo kecamatan Gentuma Raya merupakan sebuah
lembaga pendidikan yang bergerak dibidang pendidikan agama Islam bagi anak-anak
khususnya usianya berkisar antara 5 sampi 12 tahun yang mengajarkan kepada anak-anak
bagaiman cara membaca dan menulis huruf-huruf hijaiyah dengan baik dan benar. Untuk
itu penting diadakannya sarana dan prasarana untuk membangkitkan keinginan yang kuat
dalam diri para anak-anak agar kiranya bisa mendorong para murid untuk terus belajar
mengenal Al-qur’an, karena sarana prasana pendidikan yang lengkap akan
mempengaruhi kemajuan dan mutu santrinya.
Adapun sarana dan prasaran yang dimiliki oleh TPA Nurul ikhlas adalah sebagai
berikut!
Tabel 4
Sarana dan prasarana Pendidikan di TPA Nurul Ikhlas
NO Sarana dan prasarana Jumlah
1 Papan tulis 1
2 Iqra’ 20
3 Al-qur’an 5
4 Meja Iqra’/Alqur’an 15
5 Spidol 2
Sumber: Dokumentasi, Data sarana dan prasarana di TPA Nurul Ikhlas Tahun 2019.
Dicatat pada tanggal 1 mei 2019
Sedangkan alat kelengkapan lainnya adalah buku absensi, catatan pribadi siswa,
dan juz amma. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TPA Nurul Ikhlas menjadi sarana
pengembangan intelketual para santri. Selanjutnya hanya tinggal pengembangan saja
yang harus diperhatikan oleh para tenaga pengajar.
7. Keadaan Murid TPA di Desa Ipilo
Murid merupakan sasaran dari setiap lembaga, begitupun dengan Lembaga
Pendidikan TPA Nurul Ikhlas. Dari mulainya perkembangan sampai sekarang, dukungan
masyarakat dalam mendidik anaknya belajar di TPA ini sangat mempengaruhi
eksistensinya. Namun terkadang juga terjadi merosotnya jumlah murid dan tergantung
jumlah anak usia sekolah yang ada di desa Ipilo Kecamatan Gentuma Raya.
Dukungan masyarakat terhadap eksistensi TPA Nurul Ikhlas merupakan motivasi
tersendiri bagi pengajar TPA ini dalam pengembangan lembaga tersebut. Dengan
dukungan dari masyarakat berupa kepercayaan orang tua dalam menyerahkan anak
mereka untuk dididik di TPA Nurul Ikhlas, menjadikan TPA Ini tetap bertahan hingga
sekarang
Adapun keadaan murid TPA Nurul Ikhlas Desa Ipilo Kecamatan Gentuma Raya
Tahun 2018-2019 adalah dengan jumlah putra 9 + putri 24 = 33 orang dengan presentase
sebagai berikut!
Tabel 5
Jumlah Murid di TPA Nurul Ikhlas
No Waktu Iqra’ Jumlah siswa Jumlah
lk pr
1 15 : 30 1 2 4 6
2 15 : 30 2 1 3 4
3 15: 30 3 0 4 4
4 15:30 4 3 1 4
5 15:30 5 1 2 3
6 15:30 6 2 5 7
7 15:30 Al-
Qur’an
0 5 5
Total 33
Sumber: Dokumentasi, Data sarana dan prasarana di TPA Nurul Ikhlas Tahun 2019.
Dicatat pada tanggal 1 mei 2019
Dengan jumlah santri tersebut tentunya akan mempengaruhi fokus pembelajaran.
Untuk itu akan diadakan evaluasi di setiap akhir pertemuan untuk mengukur kemampuan
pengatahuan murid. Bagi murid yang memiliki hasil tes paling baik akan diberikan
riward berupa kesempatan menjadi assisten guru ngaji dipertemuan berikutnya. Dengan
penerapan sistem tersebut dapat mempermudah guru ngaji dalam mengontrol muridnya.
B. Analisis Hasil Penelitian
Penulis telah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode dan instrumen
yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya. Adapun data-data tersebut diperoleh dengan
melakukan observasi, interview dan dokumentasi pada objek penelitian yang peneliti laksanakan
di TPA Nurul Ikhlas Desa Ipilo Kecematan Gentuma Raya.
Di dalam penganalisaan data, penulis menggunakan metode deskriktif, yang berarti
metode pengambilan kesimpulan hasil observasi pada kegiatan belajar mengajar dan interview
dari guru TPA dan murid, yang terkait dengan penelitan penulis.
Setelah data diperoleh, maka dilanjutkan dengan analisa data secara induktif yaitu
penganalisaan data yang bertitik tolak dari fakta yang bersifat khusus kemudian disimpulkan
secara umum.
Adapun hal-hal yang penulis analisa dalam skripsi ini adalah kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan oleh guru termasuk bagimana menggunakan metode pembelajaran dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
1. Efektifitas TPA dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-qur’an
a. Tujuan Pembelajaran TPA Nurul Ikhlas
Tujuan ialah sesuatu yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tujuan
dalam pendidikan merupakan suatu yang bernilai normatif. Sebab dalam tujuan terdapat
jumlah nilai yang harus ditanamkan kepada para murid. Di TPA Nurul Ikhlas juga
memiliki tujuan yang ingin dicapai seperti yang dikatakan oleh Bapak kepala desa selaku
penanggung jawab TPA ini beliau mengatakan bahwa “Diadakannya lembaga ini
bertujuan untuk mendidik akhlak murid dan juga agar mereka tidak buta huruf-huruf
hijaiyah dan juga menjadi bekal mereka diakhirat nanti”.1
1 Hasil wawancara dengan kepala desa Ipilo pada tanggal 1 mei 2019
Adapun hasil dari wawancara yang penulis dapatkan dapat disimpulkan sebagai
berikut. Tujuan umum yang ingin dicapai oleh TPA Nurul Ikhlas dalam proses belajar
membaca tulis Al-qur’an antara lain:
1) Para murid dapat mengenal dan membedakan serta mengucapkan secara benar
huruf-huruf hijaiyah.
2) Para murid dapat memahami hukum bacaan Al-qur’an yang sesuai dengan kaidah
ilmu tajwid.
3) Para murid dapat mempraktikan pengetahuan mereka kedalam kehidupan sehari-
hari.
4) Para murid dapat memiliki akhlak yang baik dan dapat mencontoh difat dan
perbuatan Rasulullah SAW.
b. Metode Pembelajaran
Pembelajaran di TPA Nurul Ikhlas menggunakan metode Iqra’ dan Qira’ati,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Agus Gobel bahwa: “Metode iqra’ yaitu
cara membaca Al-qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun
buku panduan iqra’ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat bacaan yang mudah hingga
ketingkat bacaan sempurna, yaitu dari pengenalan huruf-huruf hijaiyah hingga membaca
huruf-huruf yang telah tersambung-sambung”.2
Dan juga seperti yang dikatakan oleh Ibu Asma Detuage: “Dan untuk para murid
yang telah tamat bacaan iqra’ dan melanjutkan ketahap pembelajarn membaca Al-
qur’an kita menggunakan metode qira’ati. Metode qir’ati artinya membaca Al-qur’an
2 Hasil wawancara dengan Bapak Agus Gobel, Guru ngaji TPA Nurul Ikhlas tanggal 1 mei 2019
yang langsung memasukan dan mempraktikan bacaan tartil sesuai dengan qaidah ilmu
tajwid”3.
Jawaban responden menunjukan bahwa metode yang mereka gunakan di TPA
Nurul Ikhlas adalah metode pembelajaran secara bertahap dari penganalan huruf,
membaca yang mudah hingga bacaan yang sempurna. Adapun pelajaran-pelajaran
tambahan yaitu menghafal surah-surah pendek, menulis bacaan yang akan dipelajari dan
do’a - do’a pendek lainnya. Dari tahun ketahun metode yang digunakan tetaplah sama.
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang fikiran, perasan dan kemamuan peserta didik sehingga mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.4
Sebagimana yang di sampaikan oleh Ibu Asma selaku guru ngaji TPA bahwa
media pembelajaran di TPA ini berupa papan tulis, meja Al-qur’an/iqra, Al-qur’an dan
iqra. Sedangkan alat kelengkapan lainnya adalah buku absensi dan juz amma. Karena
kurangnnya media sebagai sarana prasarana ini, yang menjadi salah satu faktor
penghambat pengembangan intelektual para murid.5
d. Evaluasi
Menurut Nurkancana Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan
proses untuk menentukan nilai dari suatu hal.6
3 Hasil wawancara dengan Ibu Asma Detuage, Guru ngaji TPA Nurul Ikhlas tanggal 1 mei 2019
4 https://belajar psikologi.com/pengertian-mediapem-belajaran/. Tanggal 21 januari 2012
5 Hasil wawancara dengan Ibu Asma Detuage, Guru ngaji TPA Nurul Ikhlas tanggal 1 mei 2019
6 https://www.zonareferensi.com/pengertian-evaluasi. 2 mei 2018
Evaluasi yang dilakukan di TPA Nurul Ikhlas sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh Ibu Asma Detuage bahwa evaluasi di TPA Nurul Ikhlas itu berbeda dengan
evaluasi-evaluasi yang dilakukan disekolah formal. Evaluasi akan dilakukan setiap kali
pertemuan yaitu pada akhir pembelajaran. Evaluasinya berupa pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan materi-materi yang telah dijelaskan selama pengajian berlangsung.
Evaluasi ini dilakukan untuk melatih daya ingat para murid agar mereka bukan hanya
sekedar mendengar akan tetapi bisa mengerti apa yang telah dijelskan sebelumnya.7
e. Kegiatan Belajar Mengajar
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pelaksanaan pembelajaran di TPA Nurul
Ikhlas dimulai pada pukul 15.30 (ba’da ashar). Sebelum kegiatan belajar mengajar
dimulai selalu diawali dengan berdo’a bersama membaca al-fatihah dan do’a sebelum
belajar selanjutnya ketika materi Al-qur’an para santri duduk dengan rapi mengaji
dihadapan guru dan yang belum akan mencatat materi yang akan dibacakan. Setelah
mengaji memembaca tulis Al-qur’an para santri akan malakukan evaluasi sebelum
kegiatan pengajian ditutup. Setelahnya kegiatan belajar mengajar ditutup dengan doa
bersama membaca surah Al-ikhlas, Al-alaq dan An-nass.
Kegiatan yang diselenggarkan di TPA Nurul Ikhlas tidak hanya belajar baca tulis
Al-qur’an saja. Akan tetapi setiap bulan Ramadhan akan ada kegiatan MTQ di
kecamatan, maka kegiatan ini akan digunakan sebagai ajang untuk mengasah
kemampuan para murid selama proses pembelajaran. Prestasi yang pernah diraih oleh
murid di TPA Nurul Ikhlas antara lain:
a. Lomba Tahfaiz
b. Lomba adzan
7 Asma Detuage (guru ngaji TPA Nurul Ikhlas), wawamcara, tanggal 1 mei 2018.
c. Lomba busana muslim
d. Lomba qasidah
Dari analisis data pembelajaran di TPA Nurul Ikhlas dalam meningkatkan
kemampuan baca tulis Al-qur’an dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi para murid
TPA Nurul Ikhlas dalam membaca huruf hijaiyah dengan metode iqra’ maupun qira’ati
terlihat cukup baik. Prestasi yang telah dicapai oleh para murid tersebut tentunya
dipengaruhi pula oleh bagaimana para guru menerapkan metode tersebut kepada para
muridnya.
Dalam tinjauan teori tentang tujuan umum pengajaran TPA terbagi dua kelompok,
yaitu tujuan pembelajaran materi pokok dan tujuan pembelajaran materi penunjang.
Dalam tujuan pembelajaran materi pokok murid diharapkan mampu membaca huruf
hijaiyah serta potongan-potongan ayat al-qur’an melalui buku iqra’. Sedangkan dalam
tujuan pembelajaran materi penunjang, ada beberapa target pencapaian yang ingin
dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung, antara lain murid dapat menguasai
hafalan do’a dan ayat-ayat pendek, juga mampu membiasakan sikpa dan adab yang baik,
serta memiliki keterampilan menulis huruf arab dengan benar.
Tujuan tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pengajaran yang
ditetapkan di TPA, termasuk juga TPA Nurul Ikhlas. Dengan adanya tujuan tersebut
kiranya dapat merealisasikan tujuan metode yang digunakan, mempertimbangkan faktor
perbedaaan individual murid, kemampuan guru, kelengkapan fasilitas serta
mempertimbangan segi kelemahan dan kelebihan metode.
Pendidik TPA Nurul Ikhlas desa ipilo juga menyusun dasar dan tujuan yang ingin
dicapai. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawamcara dengan tenaga pengajar di TPA
tersebut. Latar belakang berdirinya TPA ini dikembangkan menajadi tujuan yang lebih
spesifik yang akan menjadi acuan dari pelaksanaan setiap pendidikan yang ada di
lembaga ini. Dengan harapan Para murid dapat mengenal dan membedakan serta
mengucapkan secara benar huruf-huruf hijaiyah, para murid dapat memahami hukum
bacaan Al-qur’an yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, para murid dapat
mempraktikan pengetahuan mereka kedalam kehidupan sehari-hari, para murid dapat
memiliki akhlak yang baik dan dapat mencontoh difat dan perbuatan Rasulullah SAW.
Dengan demikian para tenaga pengajar yang ada dapat mengarahkan para muridnya
kedalam bentuk pembinaan yang berisi pengajaran yang mengarah kearah tersebut.
Guna untuk mencapai hasil yang maksimal, para pemerintah desa memberikan
bantuan dalam melengkapi fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh para murid. Walaupun
masih menggunakan masjid sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran akan
tetapi para murid bisa merasa nyaman dengan keadaan tersebut. Fasilitas pendukung
berupa absensi, catatan pribadi murid dan juga buku tentang keagamaan juga tersedia.
Akan tetapi itu belum berarti kualitas pengajaran akan dicapai dengan mudah, oleh
karenanya pemerintah desa merekrut langsung tenaga pengajar yang ahli dalam bidang
tersebut. dengan demikian agar kiranya dapat mempengaruhi murid agar bisa menguasai
materi dengan mudah.
Dalam penerapan metode iqra’ dan qira’ati, guru di TPA Nurul Ikhlas
melaksanakan penerapan dimana siswa membaca atau mempelajari baca tulis AL-qur’an
dari yang tingakatan yang mudah sampai tingkatan yang paling sempurna hingga
penggunaan tasjid yang benar. Kesalahan yang dilakukan oleh murid ketika membaca
akan disikapi oleh guru dengan cara memberikan tanda seruan yang mengisyaratkan
nahwa apa yang dibaca masih belum tepat.
Para guru TPA Nurul Ikhlas menyadari bahwa para murid masih memiliki usia 5-
12 tahun yang mana pada usia mereka ini masih kental dengan nuansa bermain maka para
guru juga memberikan selingan dengan bermain sambil belajar. Selain itu juga para guru
dapat menggunakan variasi metode agar murid tidak cepat bosan.
Dari analisa yang dapat disimpulkan berdasarkan data yang diperoleh melalui
pengumpulan data, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran di
TPA Nurul Ikhlas dalam Peningkatan baca tulis Al-qur’an cukup efektif dengan
penerapan metode iqraa’ and qira’ati dalam proses pembelajatan sehingga siswa dapat
meningkatkan kemampuan baca tulis AL-qur’an secara baik dan benar.
2. Kendala dan Solusi TPA Nurul Ikhlas
Dalam melakukan segala sesuatu ketika proses belajar mengajar tentunya guru selalu
mengalami yang namanya kendala yang terjadi dan mencari berbagai solusi dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi ketika menerapkan baca tulis Al-qur’an.
Peneliti mewawancarai guru ngaji beliau mengatakan bahwa “kendalanya adalah sarana
prasana yang kurang mendukung seperti belum ada bangunan khusus TPA sehingganya masih
menggunakan masjid sebagai tempat pengajian, belum ada penerapan kurikulum, dan masalah
menghadapi anak yang sulit diarahkan”.8
Tambahan dari hasil wawancara diatas juga terkait dengan solusi yang dikatakan oleh
Ibu Asma Detuage bahwa “saya melakukan interaksi dengan kepala desa terkait masalah
sarana prasarana yang kurang agar kiranya kepala desa mau memenuhi permintaan pengadaan
8
Hasil wawancara dengan Ibu Asma Detuage, Guru ngaji TPA Nurul Ikhlas tanggal 1 mei 2019
kelengkapan sarana prasarana. Saya juga melakukan pendekatan diri dengan orang tua terkait
anak-anak mereka yang sulit diatur agar kiranya dibina dengan baik”.9
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa kendala yang ada di TPA
Nurul Ikhlas adalah sarana prasarana yang kurang mendukung dan anak-anak yang sulit diatur.
Dan solusinya adalah interaksi dengan kepala desa untuk masalah pengadaan sarana prasarana
dan interaksi dengan orang tua terkait masalah anak yang sulit diatur.
9
Hasil wawancara dengan Ibu Asma Detuage, Guru ngaji TPA Nurul Ikhlas tanggal 1 mei 2019
1
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah membahas laporan hasil penelitian dan menganalisa data yang
diperoleh dari hasil penelitian lapangan di TPA Nurul Ikhlas Desa Ipilo
Kecamatan Gentuma Raya maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
Efektifitas taman pengajian Al-qur’an sebagai lembaga pendidikan Islam
non formal dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-qur’an di desa Ipilo
belum efektif. Hal ini di karenakan adanya kendala yang kurang mendukung
berupa kurangnya sarana prasarana dan masalah siswa yang sulit diatur. Hal
lainnya yang perlu diperhatikan untuk mencapai efektifnya pembelajaran dalam
meningkatkan kemampuan baca tulis Al-qur’an harus memperhatikan metode atau
rancangan dan evaluasi untuk mengontrol kegiatan belajar siswa untuk
mendapatkan hasil yang baik. Dan juga untuk guru ngaji kiranya juga
memerlukan variasi metode atau rancangan pembelajaran yang unik selama proses
pembelajaran agar para murid bisa merasa nyaman selama menerima materi.
Adanya media pembelajaran sebagai alat pendukung dan juga penerapan
metode iqraa dan qira’ati juga menjadi hal yang mempengaruhi efektivitas
pembelejaran baca tulis Al-qur’an di TPA Nurul Ikhlas. Hal lainnya juga
didukung oleh kemampuan guru ngaji dengan pengetahuan yang mereka miliki
dalam penggunaan metode yang dikuasai dengan baik. Kemampuan para guru
2
dalam penguasaan kelas juga akan mempengaruhi tingkat disiplin murid karena
akan berpengaruh pada tingkat pemahaman yang akan diterima siswa itu sendiri.
B. Saran
1. Kepada para guru ngaji TPA Nurul Ikhlas desa ipilo kecamatan gentuma
raya kiranya dapat meningkatkan kualitas belajar.
2. Kepada masyarakat desa ipilo kecamatan gentuma raya kiranya dapat terus
mendukung program TPA Nurul Ikhlas sebagai pendidikan nonformal
dengan mempercayakan anaknya untuk di didik di lembaga tersebut.
3. Kepada pemerintah kecamatan gentuma raya hendaknya dapat
memberikan perhatiannya melalui bantuan sarana dan prasarana untuk
mendukung proses belajar mengajar.
C Penutup
Alhamdulillahirabbil’alamin. Sebagai hamba Allah sudah sepantasnya kita
memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki penulis, maka sudah sewajarnya apabila terdapat kekurangan, baik berupa
metodologi, sistematika penulisan maupun penggunaan kata. Hal tersebut
bukanlah suatu kesengajaan dari penulis karena penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini. Dengan demikian, penulis
dengan rendah hati mengharapkan kritikan yang sifatnya membangun agar
3
nantinya dapat dijadikan pengatuhan baru dalam hal perbaikan dan
penyempurnaan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi diri penulis pribadi khususnya
dan umumnya untuk inovasi pendidikan dan masyarakat. Amiin.
4
DAFTAR PUSTAKA
Aan Komariah dan Cepi Tranata, Visionary Leadersip Menuju Sekolah Efektif
(Jakarta : Bumi Aksara, 2005)
Ahmad Munjin Nasih, S.Pd,M.Ag., Pendidikan Agama Islam, (Op ceet : 1998)
Chairani Idris dan Tasyirifin Karim, Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan TKA/TPA, (Jakarta: Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan TKA BKPRMI, 1995)
Dinas Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :
Balai Pustaka , 1998)
Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta:
Kalimah, 2001)
Dr. H. Muh. Arif, M.ag dan Dra. Hj. Munirah, M.pd, Ilmu Pendidikan Islam,
(Gororntalo: Sultan Amai Press IAIN SULTAN AMAI GORONTALO,
2013)
Hery Noer Ali dan Monzier, Watak pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung
Insani, 2000)
H.U Syamsuddin.,dkk, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak
Al-qur’an (TKA) Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), Jakarta:
LPTKA BKPTMI Pusat, 2000)
5
Human As’ad, Pedoman peneglolaan pembinaan pengembangan; membaca,
menulis, memahami al-qur’an, (Yogyakarta: Litbang LPTQ nasional
Team Tadarus AMM, 1995)
Prof. H. M. Saleh Marzuki, M.Ed, Pendidikan Non formal, (Bandung : P.T
Remaja Rosdakarya, 2010)
Maleong, Lexi J. M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006)
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: remaja Rosdakarya,
2001)
Rahim Husni, Arah BAru PEndidikan Islam, (Jakarta: logos, 2001)
Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan , Pengajaran dan Umum (Bandung :
Angkasa, 1994)
U.Syamsudin MZ, KEbijakan Umum Penge & Kiat Pengelolaan TK/TP Al-
qur’an, (Jakarta: 1996)
Sulaiman Yusuf dan Santoso Slamet, Pendidikan Luar Sekolah, (Surabaya :
Usaha Nasional, 1981)
Depdiknas RI (2003). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
pendidikan Nasional, (Jakarta :Depdiknas.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, “Tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Penjelasanya”, (Bandung: Citra Umbara,
2003)
6
UU Sisdiknas No 20. Tahun 2003, BAB 1 Pasal 1, (Bandung; Citra Umbara)
Jubaidah Matsalikin. Eksistensi Program Baca Al-qur’an Dalam Meningkatkan
Keterampilan Baca Al-qur’an Pada Peserta Didik di SD Integral
Hidayatullah Gorontalo. 2017
Windi, Jurnal Kontribusi Taman pendidikan Al-qur’an Terhadap pencapaian
pembelajaran PAI, 2009
BIOGRAFI PENULIS
EFEKTIFITAS TAMAN PENGAJIAN AL-QUR’AN (TPA) SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL DALAM
PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR’AN DI DESA IPILO KEC. GENTUMA RAYA
KAB. GORONTALO UTARA
Sripuspita Patilima, adalah penulis skripsi ini.
Penulis lahir dari seorang Ibu bernama Linda
Patilima dan seorang ayah bernama
Jamaludin Patiluma. Anak pertama dari 3
bersaudara. Penulis dilahirkan dan dibesarkan
di Desa Ipilo Kec. Gentuma Raya Kab.
Gorontalo Utara pada tanggal 14 Juni 1996.
Penulis menempuh pendidikan di SDN 2 Ipilo
(lulus pada Tahun 2008), kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama di MTs. Pondok Pesantren Al-Falah Limboto Barat (lulus pada
tahun 2011), setelah itu melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMA N 1 Atinggola (lulus pada tahun 2014). Hingga akhirnya menempuh
pendidikan perguruan tinggi di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Sultan Amai Gorontalo dan mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Strata 1 (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tahun
akademik 2015.