Post on 27-Nov-2015
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)BANYUWANGI – JAWA TIMUR
TAHUN 2010
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)BANYUWANGI – JAWA TIMUR
TAHUN 2010
Dosen :Dra.HENNY FITRIAH,M.Pd.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)BANYUWANGI – JAWA TIMURTAHUN 2010
Mata Kuliah : ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI DASARKode Mata Kuliah : MKK 4.2.1Beban Studi : 2 SKSPokok Bahasan : 3. Perkembangan Antropologi KesehatanSub Pokok Bahasan:
3.1 Hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antro kesehatan
3.2 Perkembangan antro kesehatan dan sisi biological pole3.3 Perkambangan antro kesehatan dari sisi sosio cultural pole3.4 Beda antara perkembangan antro kesehatan biological pole
dan sosio cultural pole3.5 Kegunaan antro kesehatan
Waktu : 2 x 50 menitDosen : HENNY FITRIAH, S.Pd., M.Pd.
Antropologi biologi
Antropologi
Antropologi budaya
Paleantropologi
Antropologi fisik
Phehistori/Prasejarah
Etnolinguistik
Etnologi
Etnopsikologi
Antropologi diakronik (Ethnology)
Antropologi sinkronik (Sosial anthropology)
Antropologi
Spesialisasi
Antropologi
terapan
Antropologi ekonomi
Antropologi politik
Antropologi kependudukan
Antropologi kesehatan
Antropologi kesehatan jiwa
Antropologi pendidikan
Antropologi perkotaan
Antropologi hukum
A. Perkenalan dengan AntropologiApakah antropologi itu? Seorang ahli antropologi bangsa Amerika pernah
mengatakan, bahwa pokok-pokok yang tercakup oleh antropologi “dibatasi hanya oleh manusia”. Dalam pernyataan yang sederhana itu Alfred Kroeber memberi penghargaan kepada ruang lingkup yang sangat luas dari pengetahuan yang dicakup oleh antropologi. Jenis makhluk yang disebut Homo Sapiens memang merupakan satu pokok yang sangat luas, karena meliputi manusia sebagai makhluk fisik, manusia dalam masa prasejarahnya dan manusia dalam sistem kebudayaannya, yaitu sebagai pewaris suatu sistem yang kompleks, yang terdiri dari adat-adat, sikap-sikap dan pelaku. Secara harafiah dalam bahasa Yunani kata antropos berarti “manusia” dan logos berarti “studi” jadi antropologi merupakan suatu disiplin yang berdasarkan rasa ingin tahu yang tiada henti-hentinya tentang umat manusia.
B. Ruang Lingkup Antropologi
Ilmu antropologi berbeda dari disiplin-disiplin ilmu yang lain tentang manusia, ilmu
antropologi lebih luas ruang lingkupnya. Ilmu tersebut memang dimaksudkan sebagai ilmu
yang khusus dan langsung menyoroti segala jenis manusia ( tidak hanya bangsa tetangga
saja) dan manusia dalam semua zaman diperhatikannya, mulai dari jenis manusia yang
muncul lebih dari sejuta tahun yang lalu dan ditelusurinya perkembangannya sampai zaman
sekarang. Jadi, para ahli antropologi berusaha memperluas ilmu yang mendalami tentang
manusia, melalui pendekatan perbandingan maupun pendekatan historis terhadap
kebudayaan di seluruh dunia. Setiap bagian dari dunia yang pernah didiami oleh manusia
menarik perhatian para ahli antropologi.
Perkembangan antropologi dapat diketahui melalui beberapa fase sebagai berikut :
Fase pertama Dimulai dari abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19. Penemuan “dunia baru” yang kita kenal sekarang sebagai benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia mendorong bangsa-bangsa Eropa Barat terutama para pelaut, musfir, penyiar agama, dan para pedagang untuk mengenal penduduk pribumi yang mereka anggap “aneh”. Keanehan itu antara lain terlihat dari bentuk tubuh, warna kulit, bahasa dan benda-benda hasil budaya yang sangat berbeda dengan budaya orang-orang Eropa.
Fase Kedua Dimulai dari pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Pada saat itu, antropologi sudah menampakkan kegiatannya, yaitu menghimpun dan mengintegrasikan tulisan-tulisan mengenai kebudayaan umat manusia yang tersebar di seluruh permukaan bumi. Para ahli antropologi pada waktu itu berupaya untuk merekonstruksi sejarah tumbuh dan berkembangnya kebudayaan manusia. Mereka berkesimpulan bahwa kebudayaan umat manusia berkembang secara evolusi. Perkembangan itu dimulai dari bentuk-bentuk kebudayaan yang “primitif” atau sederhana menuju bentuk-bentuk kebudayaan yang lebih maju atau “modern”.
Fase KetigaDimulai pada permulaan abad ke-20 sampai dengan tahun 1930-an. Pada saat itu, penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa Barat terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika sedang mencapai puncaknya. Negara-negara besar seperti Inggris, Perancis, Jerman dan Amerika Serikat berlomba-lomba untuk memperluas daerah jajahannya, termasuk Belanda pada saat itu sedang menjajah Indonesia.
Fase KeempatTerjadi pada kurun waktu sesudah tahun 1930-an. Pada fase ini, antropologi sudah memperlihatkan perkembangannya, baik untuk kepentingan akademis dengan segala metode dan konsep-konsep ilmiahnya maupun untuk kepentingan praktis dengan segala analisis dan metode penelitian lapangannya. Hal ini justru terjadi setelah para ahli antropologi sadar benar bahwa apa yang disebut masyarakat dan budaya primitif yang belum tersentuh budaya Barat sudah hampir hilang. Apalagi setelah berakhirnya Perang Dunia II, kolonialisme cenderung berakhir, sehingga antropologi seolah-olah kehilangan objek penelitiannya.
Para ahli antropologi dunia sepakat untuk mengadakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
• Anthropology atau “ilmu tentang manusia” adalah suatu istilah yang pada awalnya mempunyai makna yang lain, yaitu “ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia”.
• Cultural anthropology akhir-akhir ini terutama digunakan di Amerika, tetapi kemudian digunakan juga di negara-negara lain untuk bagian dari antropologi yang tidak mempelajari physical anthropology, yaitu yang secara khusus mempelajari tubuh manusia. Universitas Indonesia secara resmi memakai istilah “antropologi budaya” untuk menggantikan istilah G.J. Held, “ ilmu kebudayaan”.
• Social anthropology dipakai di Inggris untuk fase ketiga antropologi, untuk membedakannya dari ethnology, yang dinegara itu dipakai untuk fase-fase pertama dan kedua ilmu itu.
Di bidang akademisDi bidang penelitian praktis atau terapan (applied)
C. Ilmu-ilmu Bagian dari AntropologiAntopologi berasal dari kata Latin antropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi antropologi berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia.
Dalam garis besanya, antropologi terbagai atas dua bagian ilmu, yakni :
• Antropologi fisik mempelajari fisik manusia seperti bentuk tubuh dan ciri-ciri tubuh yang dominan.
• Antropologi budaya mempelejari aspek-aspek kebudayaan manusia.
Antropologi fisik terbagi atas dua subbagian ilmu, yakni paleoantropologi
dan antropologi fisik dalam arti khusus yang biasa juga disebut
somatologi.
Antropologi budaya terbagi atas tiga subbagian ilmu, yakni : Etnolinguistik Prasejarah Etnologi
Paleoantropologi :mempelajari asal usul dan evolusi manusia mulai dari bentuk-bentuk pramanusia sampai menjadi manusia homosapiens.
Antropologi fisik dalam arti khusus biasa disebut somatologi mempelajari keanekaragaman ras manusia. Ras adalah penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri tubuh yang khas atau dominan.
Etnolinguistik yang biasa juga disebut antropologi linguistik mempelajari penyebaran bahasa-bahasa yang ada di dunia.
Praserajah yang biasa juga disebut prehistori mempelajari semua kebudayaan manusia, semenjak manusia ada kira-kira pada satu juta tahun yang lalu sampai dikenalnya tulisan.
Etnologi (etnos = bangsa, logos = ilmu) adalah bagian ilmu antropologi yang mempelajari dasar-dasar kebudayaan manusia, terutama mengenai sejarah pertumbuhan dan persebarannya.
Untuk lebih jelasnya kelima bagian ilmu tersebut akan dijelaskan batasannya pada uraian berikut ini.
Antropologi
Antropologi Fisik (Antropologi Regawi)
Antropologi Budaya
Paleoantropologi
Somatologi (Antropologi
fisik dalam arti khusus)
Etnolinguistik
Prasejarah/Arkeologi
Etnologi
Bagian-bagian antropologi dapat dipelajari melalui bagan
berikut ini.
D. Spesialisasi Dalam Antropologi Budaya
Sebelum mendalami spesialisasi, biasanya seorang ahlli
antropologi terlebih dahulu mempelajari bagian-bagian ilmu
antropologi budaya, yakni etnolinguistik, prasejarah dan etnologi.
Ketiga bagian ilmu antropologi budaya tersebut dipelajari sebagai
ilmu pengetahuan murni atau pure science. Artinya mata pelajaran
akademis yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan.
Spesialisasi antropologi terapan mulai menampakkan
kegaitannya sebagai ilmu pengetahuan praktis pada tahun 1930-an.
Pelopornya antara lain R. Firth, seorang sarjana antropologi dari
Inggris. Firth aktif mengadakan penelitian-penelitian lapangan
mengenai gejala-gejala ekonomi pedesaan seperti penumpukan
modal, pengerahan tenaga kerja, peningkatan produksi pertanian
rakyat, dan pemasaran hasil-hasil produksinya. Daerah penelitiannya
antara lain Malaysia dan melanesia di Kepulauan Ocenia
E. Aspek-Aspek Budaya
1. Pengertian Budaya
Secara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sangsekerta
buddayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau
akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Ada juga hal yang menyatakan bahwa budaya berasal
dari kata budi-daya yang berarti daya dari budi. Jadi, kata budaya
atau daya dari budi itu berarti cipta, karsa dan rasa.
Berikut ini adalah beberapa definisi tentang budaya menurut beberapa ahli.
• Sir Edwar Burnett Tylor, seorang ahli antropologi dari Inggris,
pada tahun 1871 untuk pertama kalinya mendefinisikan
budaya secara rinci sebagai pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
• Prof. Dr. Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia yang
besar jasanya dalam pengembangan antropologi di Indonesia,
mendefinisikan budaya sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa,
tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.
• William A. Haviland, seorang ahli antropologi Amerika,
mendefinisikan budaya sebagai seperangkat peraturan yang standar,
yang apabila dipenuhi atau dilaksanakan oleh anggota masyarakatnya
akan mengahasilkan perilaku yang dianggap layak dan dapat diterima
oleh anggota masyarakatnya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :a) Adanya unsur-unsur budaya berupa perilaku yang nyata di satu pihak
dan di lain pihak adanya unsur-unsur budaya berupa nilai-nilai, kepercayaan, norma dan perilaku manusia.
b) Budaya dimiliki oleh seluruh anggota masyarakat pendukung budaya yang bersangkutan.
c) Budaya terbentuk sebagai hasil belajar.
2. Wujud Budaya
⌂ Sistem Gagasan
Budaya dalam wujud ini bersifat abstrak, tidak dapat diraba
atau difoto, hanya ada dalam alam pikiran tiap warga
pendukung budaya yang bersangkutan.
Sistem gagasan yang telah dipelajari oleh setiap warga
pendukung budaya semenjak dini sangat menentukan sifat
dan cara berpikir serta tingkah laku warga pendukung
budaya tersebut. Itulah sebabnya wujud budaya dalam
bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistemniali
budaya.
Gagasan-gasasan inilah yang akhirnya menghasilkan
berbagai hasil karya manusia berdasarkan nilai-nilai, cara
berpikir dan pola tingkah laku.
⌂ Sistem Tindakan
Budaya dalam wujud ini bersifat konkret, dapat dilihat dan
difoto. Misalnya, petani bekerja di sawah, karyawan bekerja di
pabrik, atau siswa belajar di sekolah.
Untuk kegiatan tertentu, warga pendukung budaya tertentu
melakukan serangkaian tingkah laku berdasarkan pola atau
sistem tertentu pula.
Dengan memperhatikan contoh di atas, kita dapat melihat
petani bekerja di sawah, karyawan bekerja di pabrik dan siswa
belajar di sekolah. Masing-masing aktivitas tesebut berada
dalam satu sistem tindakan dan tingkah laku yang berbeda.
⌂ Hasil Karya Manusia
Wujud budaya dalam kategori ini konkret, dapat dilihat, diraba,
dan difoto. Sebagai contohnya, dapat kita lihat hasil karya
manusia mulai dari proyek-proyek raksasa seperti waduk
pembangkit tenaga listrik, industri-industri besar, bagunan-
bangunan megah, sampai pada karya dalam bentuk benda-benda
kecil sperti jarum dan kancing baju.
3. Substansi Utama Budaya- Sistem Pengetahuan
- Sistem Nilai Budaya
- Persepsi
- Pandangan Hidup
- Etos Budaya
- Sistem Pengetahuan
Salah satu upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan budayanya adalah untuk mengembangkan sistem pengetahuan.
Melalui sistem pengetahuan, manusia mampu beradaptasi untuk menyesuaikan hidupnya dengan alam sekitarnya.
Disamping itu, melalui sistem pengetahuan, manusia juga mampu meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya.
Pengetahuan manusia tentang flora dan fauna dapat membantu upaya manusia untuk mengembangkan produktivitas di bidang perburuan, penangkapan ikan, peternakan, dan pertanian.
Pengetahuan manusia tentang pengobatan tradisional melalui dukun atau tabib membantu upaya manusia mengobati dan menyembuhkan berbagai penyakit atau luka akibat kecelakaan dan peperangan.
Sekarang ini, sistem pengetahuan manusia telah berkembang sedemikian canggih, terutama di bidang elektronik dan komunikasi. Bidang ini telah menghantarkan kita kepada suatu upaya peningkatan kesejahteraan manusia sebagai bagian masyarakat dunia, dalam suatu era yang disebut sebagai era globalisasi.
- Sistem Nilai Budaya
Koentjaraningrat menyatakan bahwa sistemnilai budaya
terdiri atas konsep-konsep yang hidup dalam pikiran
sebagaian besar warga masyarakat.
Konsep-konsep tersebut berkenaan dengan hal-hal yang
harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.
Oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi
sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, sistem nilai budaya merupakan
suatu pedoman hidup yang ideal, yang dicita-citakan.
- Persepsi
Persepsi biasanya disebut juga sudut pandang dari seorang individu
atau kelompok masyarakat mengenai suatu hal atau suatu masalah.
Dalam hal-hal tertentu, sering terjadi persepsi yang satu berbeda
dengan persepsi yang lain. Akibatnya, akan terjadi konflik atau
ketegangan, mulai dari hal yang sederhana sampai yang serius.
Konflik yang sederhana mungkin hanya sekadar menimbulkan
kesalah pahaman di antara pihak-pihak yang berbeda persepsi
tersebut.
Melalui suatu konsensus atau penyesuaian persepsi, bisa saja
diambil semacam kesepakan untuk mempersamakan persepsi,
sehingga konflik itu akan mereda, bahkan hilang sama sekali.
Akan tetapi, kalau sering konflik itu malah dapat menimbulkan
berbagai benturan persepsi.
Persepsi dapat timbul suatu perdebatan sengit sehingga
mengakibatkan terjadinya pertengkaran atau perkelahian.
- Pandangan Hidup
Koentjaraningrat menjelaskan, bahwa pandangan hidup
biasanya mengandung sebagian nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat.
Nilai-nilai itu dipilih secara selektif oleh individu-individu dan
golongan-golongan dalam masyarakat.
- Etos Budaya
Koentjaraningrat menyatakan bahwa etos adalah watak khas
dari suatu kebudayaan yang tampak (dari luar).
Clifford Geertz menyatakan bahwa etos budaya adalah sifat,
watak, kualitas kehidupan sekelompok masyarakat atau
bangsa.
Termasuk ke dalam cakupan etos adalah moral, sikap
perilaku, dan gaya estetika atau kepekaan seseorang
terahdap seni dan keindahan.
4. Sistem Sosial Budaya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas. Berdasarkan
batasan tersebut, sistem sosial budaya dapat diartikan sebagai
sperangkat unsur sosial budaya yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
Koentjaraningrat menyebutkan adanya tujuh komponen
sistem sosial budaya, yaitu :
Bahasa
Sistem pengetahuan
Organisasi sosial
Sistem peralatan hidup atau teknologi
Sistem mata pencaharian
Sistem religi dan kepercayaan hidup
Sistem kesenian.
Bahasa
Bahasa adalah sistem perlambang bunyi yang berartikulasi (yang dihasilkan oleh alat-alat ucap di rongga mulut), yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran manusia.
Sistem perlambang bunyi yang dipakai manusia dalam berinteraksi sosial sedemikian sistematis dan efektif, sehingga hanya manusialah yang dikatakan memiliki bahasa. Adapun binatang tidak memiliki bahasa.
Sebagai salah satu unsur sistem sosial budaya, bahasa mempunyai berbagai fungsi dan karakteristik.
Fungsi dan karakteristik bahasa itu sejalan dengan perkembangan masyarakat yang bersangkutan.
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, sosialisasi, artikulasi, dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan merupakan salah satu upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan budayanya.
Melalui sistem pengetahuan yang dimilikinya, manusia mampu beradaptasi dengan alam sekitarnya.
Melalui sistem pengetahuan pula, mereka mampu meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya.
Organisasi sosial
Dalam Kamus Sosiologi, organisasi sosial dinyatakan sebagai cara-cara perilaku manusia yang terorganisis secara sosiol.
Dikatakan terorganisir secara sosial karena adanya sekelompok individu yang merasa terikat oleh aturan-aturan atau adat istiadat tertentu yang mengatur kehidupan kelompoknya.
Itulah sebabnya kelompok sosial semacam ini disebut kesatuan sosial.
Kelompok sosial mengorganisasikan anggota kelompoknya pada kesatuan sosial
Sistem peralatan hidup atau teknologi
Peralatan produksi. Yakni alat-alat untuk membuat atau memproduksi kebutuhan hidup.
Peralatan distribusi dan transportasi. Yakni alat-alat untuk mengangkut benda atau barang-barang hasil produksi ke tempat pemasaran atau konsumen.
Peralatan komunikasi. Pada masyarakat tradisional, sudah dikenal teknologi komunikasi.
Peralatan konsumsi. Dalam bentuk wadah seperti keranjang, bakul, koli atau peraltan dapur seperti tembikar, gentong, mangkuk, pring dan gayung.
Senjata. Yakni peralatan untuk mempertahankan diri dari serangan binatang buas atau musuh.
Pakaian dan kelengkapannya.
Makanan dan minuman.
Peralatan berlindung atau istirahat
Sistem Mata pencaharian
Para ahli antropologi menyatakan bahwa sistem mata pencaharian manusia yang paling tua adalah berburu (termasuk menangkap ikan0 dn meramu hasil hutan.
Dalam kurun waktu yang cukup lama, pemenuhan kebutuhan manusi asangat bergantung pad aalam skitarnya.
Dengan teknologi yang sangat sederhana, yaitu alat-alat yang terbuat dari batu, tulang dan kayu, manusia berburu dan meramu hasil hutan untuk memenuhi kebuuthan hidupnya.
Sistem mata pencaharian semacam ini disebut “food gathering” atau mengumpulkan/meramu makanan. Masyarakat hidup secara nomaden, artinya berpindah-pindah tempat sesuai dengan pola food gathering itu.
Pada awalnya, sistem pertanian dimulai secara sederhana dalam bentuk perladangan yang berpindah-pindah tempat.
Produksinya belum begitu intensif.
Sistem Religi Dan Kepercayaan Hidup
Sistem religi dalam kerangka budaya suatu masyarakat memiliki tiga unsur utama yaitu Sistem keyakinan, Sistem upacara keagamaan dan Umat yang menganut religi tersebut.
Sistem upacara keagamaan mengandung lima komponen sebagaimana tertera pada bagan dibawah ini.
Sistem Keyakinan
Emosi Keagamaan
Peralatan Ritus dan Upacara
Umat beragama
Sistem Ritus dan Upacara
Sistem Kesenian
Sistem kesenian merupakan salah satu perwujudan budaya manusia akan rasa seni dan keindahan.
Pada berbagai suku bangsa di Indonesia dikenal berbagai ragam seni tradisional.
Dalam banyak hal, dapat kita perhatikan bahwa sistem kesenian tradosional erat sekali hubungannya dengan unsur budaya lainnya, terutama unsur religi atau keagamaan.
Budaya adalah Milik Bersama Budaya Berkaitan dengan Situasi Masyarakatnya Budaya Berfungsi untuk Membantu Manusia Budaya Diteruskan dan Diwariskan Melalui Proses
Belajar
5. Sifat-sifat Budaya
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum
yang melekat pada setiap budaya, kapapun dan dimana pun
budaya itu berada
Sifat-sifat itu adalah sebagai berikut :
F. Konsep-Konsep Realitas Sosial dan Budaya
Sosialisasi
Perilaku Menyimpang
Pengendalian Sosial
Proses Sosial
Perubahan Sosial Budaya
Kebudayaan
Sosialisasi
Perilaku Menyimpang
Pengendalian Sosial
Proses Sosial
Perubahan Sosial Budaya
Kebudayaan
Masyarakat – Interaksi Sosial Nilai – Norma Norma – Masyarakat Masyarakat – Kebudayaan Kebudayaan – Perubahan Sosial Budaya Masyarakat – Penyimpangan Sosial Penyimpangan Sosial – Pengendalian Sosial Masyarakat – Sosialisasi Norma – Penyimpangan Sosial Status dan Peran - Masyarakat
G. Hubungan Berbagai Konsep Realitas Sosial Budaya di
Masyarakat
H. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI BUDAYA ATAU SOSIAL DAN SOSIOLOGI
Persamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu. Sepintas lalu
tampak tidak ada perbedaan antara sub ilmu antropologi sosial
(atau antropologi sinkronik) dan sosiologi.
Namun secara lebih khusus ada beberapa perbedaan yang lebih
mendasar, yaitu :
Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal mula dan
sejarah perkembangan yang berbeda
Perbedaan sejak awal itu menyebabkan pengkhususan pada
pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu masing-masing
pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu masing-masing
Perbedaan sejak awal itu juga telah menyebabkan
berkembangnya metode-metode dan masalah-masalah yang
khusus pada antropologi budaya maupun sosial dan sosiologi.
Sejarah Perkembangan Sosiologi
Mula-mula sosiologi hanya merupakan bagian dari imu filsafat. Dalam menganalisa hal-hal yang ada dalam alam sekelilingnya, para ahli filsafat juga memikirkan masyarakatnya, sehingga juga ada filsafat sosial yang menjadi bagian dari ilmu filasafat. Sejak abad ke-19 itu, sesuai dengan perubahan filsafat dan cara berpikir orang di Eropa Barat, teori-teori dan konsep-konsep filsafat sosial tertentu telah berubah pula.
Setelah timbul krisis-krisis besar dalam kehidupan masyarakat bangsa-bangsa Eropa (seperti revolusi Perancis, revolusi industri, dan lain-lain), kegiatan menganalisa masalah-maslah masyarakat makin digalakkan, sehingga ketika pada ahli filsafat seperti H de Saint-Simon (1760-1825) dan A. Comte (1789-1857) mengumumkan pendapat mereka mengenai sifat positif dari segala cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu tentang masyarakat (sosiologi), timbul kesadarn akan adanya ilmu yang berdiri sendiri, yaitu sosiologi. Namun ketika sosiologi memisahkan diri sebagai suatu ilmu khusus, pemikiran tentang masyarakat manusia yang sebelumnya masih dapat diklasifikasikan sejajar dengan aliran-aliran filsafat yang besar yang ada, menjadi sukar. Perjuangan mengenai dasar, tujuan, dan metode yang digunakan dalma ilmu yang baru itu telah menimbulkan berbagai aliran yang saling bertentangan dan berubah-ubah, yang baru menjadi mantap setelah tahun 1925.
Dari perbadingan mengenai sejarah perkembangan
antropologi budaya atau sosial dan sosiologi, tampak bahwa
perbedaan yang besar di antara kedua ilmu tersebut.
Antropologi budaya atau sosial berasal dari himpunan bahan
keterangan tentang berbagai masyarakat dan kebudayaan
masyakarat pribumi bukan-Eropa, yang menjadi suatu ilmu
khusus karena adanya kebutuhan untuk mencapai pengertian
tentang tingkat-tingkat awal dari sejarah perkembangan
masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa Barat itu
sendiri. Sebaliknya, sosiologi dimulai sebagai suatu bagian
dari ilmu filsafat, yang menjadi suatu ilmu khusus karena
masyarakat Eropa yang tengah dilanda krisis memerlukan
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai asas-asas dari
masyarakat dan kebudayaannya sendiri.
Hubungan antara Geologi dan Antropologi
Hubungan antara Paleontologi dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Anatomi dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Psikiatri dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Linguistik dan Antropologi
I. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN
Hubungan antara Arkeologi dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Sejarah dan Antropologi
Hubungan antara Geografi dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Ekonomi dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Hukum Adat Indonesia dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Administrasi dan Antropologi
Hubungan antara Ilmu Politik dan Antropologi
J. MAKHLUK MANUSIA
1. MAKHLUK MANUSIA DI ANTARA MAKHLUK-MAKHLUK LAIN
Dari sudut biologi, manusia hanya satu di antara lebih
dari sejuta jenis makhluk yang pernah atau masih hidup di
dunia. Pada pertengahan abad ke-19 para ahli biologi (di
antaranya yang terpenting adalah C. Darwin) mengumumkan
pendirian (proposisi) tentang proses evolusi biologi, yang
mengatakan bahwa bentuk-bentuk hidup yang tertua adalah
makhluk bersel satu yang sangat sederhana, yaitu antara lain
protozoa. Dalam waktu puluhan juta tahun, kemudian
berkembang berbagai bentuk kehidupan, yaitu makhluk-
makhluk yang memiliki organisme yang makin lama makin
kompleks, sampai pada kera dan manusia.
Seperti halnya beribu-ribu jenis makhluk lain, makhluk manusia
menyusui keturuannya, dan berdasarkan ciri itulah manusia
dikelaskan bersama makhluk-makhluk tersebut di dalam golongan
binatang menyusui, atau mamalia. Dalam kelas mamalia ini terdapat
sub-golongan (disebut juga “suku”) Primat. Termasuk dalam suku
Prima adalah semua jenis kera, mulai dari yang rupa dan ukurannya
mirip tupai (yaitu Tarsii), sampai pada yang besar, seperti gorila.
Memang, sebelum zaman Darwin para ahli biologi telah lama
mengamati bahwa antara organisme kera dan organisme manusia
terdapat banyak persamaan ciri.
Suku Primat terbagi ke dalam dua sub-suku, yaitu
- Sub-suku prosimii,
- Sub suku Anthropoid.
Para ahli biologi menempatkan manusia ke dalam sub suku
Anthropoid, yang kemudian masih dibagi menjadi tiga infrasuku,
yaitu
- Infrasuku Ceboid,
- Infrasuku Cercopithecoid,
- Infrasuku Hominoid
2. EVOLUSI CIRI-CIRI BIOLOGI
→ Sumber ciri-ciri Organisme Fisik. Dalam proses evolusi,
terjadilah percabangan pada bentuk-bentuk makhluk yang
tua, sehingga terjadi bentuk-bentuk makhluk yang baru.
Pada proses tersebut ciri-ciri biologi yang baru berwujud
pada organisme dari suatu makhluk, sehingga terjadi
bentuk yang agak berbeda dari yang ada semula
Primat
Anthropoid
Prosimii
Tarsiiformes
Lorisiformes
Daubentonioid
Taupaioid
Lemuoid
Ceboid
Cereopitcheoid
Hominoid
Homonidae
Ramapithecus
Pongidae
Homo Sapiend
Neandertal
Pithecanthropus
Australoid
Negoroid
MongoloidCausasoid
SUKU PRIMAT DAN SUB-SUB GOLONGANNYA
Suku Subsuku Infrasuku Keluarga Jenis Ras