Post on 02-Jul-2015
presentasiSejarah
Kelompok 4
presentasiSejarah
Kelompok 4
KELOMPOK 2
1. Febrian edi inugroho (04)
2.Sugeng Widodo
3. Ulfa rohmah
4. Yulia safitri
Menu utama
1. Pertem puran medan
area2. Pertempuran 5 hari di
semarang
Pertempuran Medan Area
Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar
berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai
Gubernur Sumatera. Menanggapi berita proklamasi tersebut, para
pemuda dibawah pimpinan Achmad membentuk barisan Pemuda
Indonesia.
Pendaratan Sekutu di kota Medan terjadi pada tanggal 9
Oktober 1945 dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Awalnya mereka diterima
secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan
tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara
Belanda).Pendaratan tentara sekutu (Inggris) ini di ikuti oleh pasukan
NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.
Kedatangan tentara sekutu dan NICA ternyata memacing berbagai
insiden. Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada
tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan
NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang
dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para
pemuda.
Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap
hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada tanggal 13
Oktober 1945 pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu
dan NICA. Kemudian pada tanggal 1 Desember 1945 Inggris
mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar
menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak
pernah dihiraukan. Pada tanggal 15 Desember 1945 Sekutu
memasang papan yang bertuliskan � Fixed Boundaries Medan
Area� ( batas resmi wilayah Medan) diberbagai pinggiran kota
Medan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para
pemuda.
Operasi-operasi militer Inggris semakin intensif
dilaksanakan. Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan
NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota
Medan. Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua
belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil
menduduki kota Medan. dan kantor gubernur terpaksa
dipindahkan ke kantor walikota. Markas Divisi II TKR
dipindahkan pula ke Pematang Siantar. Demikian pula Laskar-
laskar Pemuda memindahkan markasnya masing-masing ke
luar kota Medan untuk mengadakan konsolidasi. Pasukan
laskar masih bertempur tanpa adanya kesatuan komando,
maupun koordinasi. Lambat laun mereka menyadari
kelemahan ini setelah beberapa kali menderita kerugian.
Atas perakasa Dewan Pertahanan Daerah, maka
diundang para komandan laskar untuk berunding di Tebing
Tinggi selama 2 hari pada tanggal 8-10 Agustus 1946 untuk
membahas masalah perjuangan. Akhirnya mereka sepakat
membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area
(KRLMA). Konsekuensinya dari pembentukan komando ini,
Laskar-laskar dibebaskan dari organisasi induknya masing-
masing. Kapten Nip Karim dipilih sebagai Komandan dan
Marzuki Lubis sebagai Kepala Staf. Markas Komando berada
di Two Rivers.KRLMA terdiri dari 5 batalyon dan 1 kompi
istimewa dengan pembagian wilayah dan tanggung jawab
pasti. KRLMA terus mengadakan serangan terhadap Sekutu
diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi
perlawanan rakayat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda.
Pertempuran itu terjadi di Pandang, Bukit tinggi dan Aceh.
Atas prakarsa pimpinan Divisi Gajah 10 Oktober 1946 disetujui
untuk mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan direbut di
Medan Timur adalah Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan
barat ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan Pringgan, sedangkan di
Medan selatan adalah kota Matsum yang akan jadi sasarannya.
rencana gerakan ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan
Medan-Belawan.
Hari "H" ditentukan tgl 27 Oktober 1946 pada jam 20.00,
sasaran pertama Meda timur dan Medan selatan. Tepat pada hari "H",
Batalyon A Resimen Laskar rakyat di bawah Bahar bergerak
menduduki Pasar Tiga bagian Kampung Sukarame, sedangkan
Batalyon B menuju ke kota Matsum dan menduduki Jalan Mahkamah
dan Jalan Utama. Di Medan barat Batalyon 2 Resimen lasykar rakyat
dan pasukan Ilyas Malik bergerak menduduki jalan Pringgan, kuburan
China dan Jalan Binjei.
Inggris telah menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada
Belanda. Pada saat sebagian pasukan Inggris bersiap-siap untuk
ditarik dan digantikan oleh pasukan Belanda, pasukan kita menyerang
mereka. Gerakan-gerakan batalyon-batalyon Resimen Lasykar Rakyat
Medan Area rupanya tercium oleh pihak Inggris/Belanda. Daerah
Medan selatan dihujani dengan tembakan mortir. Pasukan kita
membalas tembakan dan berhasil mengehentikannya.
Sementara itu Inggris menyerang seluruh Medan selatan.
Pertempuran jarak dekat berkobar di dalam kota. Pada keesokan
harinya kota Matsum bagian timur diserang kembali. Pasukan Inggris
yang berada di Jalan Ismailiah berhasil dipukul mundur.
Sementara pertempuran berlangsung, keluar perintah pada 3
November 1946 gencetan senjata diadakan dalam rangka penarikan
pasukan Inggris dan pada gencatan senjata itu dilakukan, digunakan
untuk berunding menentukan garis demarkasi. Pendudukan Inggris
secara resmi diserahkan kepada Belanda pada tanggal 15 November
1946.
Tiga hari setelah Inggris meninggalkan kota Medan, Belanda mulai
melanggar gencatan senjata. Di pulau Brayan pada tanggal 21 November,
Belanda merampas harta benda penduduk, dan pada hari berikutnya Belanda
membuat persoalan lagi dengan menembaki pos-pos pasukan Laskar di Stasiun
Mabar, juga Padang Bulan ditembaki.
Pihak Laskar membalas. Kolonel Schalten ditembak ketika meliwati di
depan pos Lasykar. Belanda membalas dengan serangan besar-besaran di
pelosok kota. Angkatan Udara Belanda melakukan pengeboman, sementara itu
di front Medan selatan di Jalan Mahkamah kita mendapat tekanan berat, tapi di
Sukarame gerakan pasukan Belanda dapat dihentikan.
Pada tanggal 1 Desember 1946 pasukan kita mulai menembakkan
mortir ke sasaran pangkalan Udara Polonia dan Sungai Mati. Keesokan harinya
Belanda menyerang kembali daerah belakang kota. Kampung Besar, Mabar, Deli
Tua, Pancur Bata dan Padang Bulan ditembaki dan di bom. Tentu tujuannya
adalah memotong bantuan logistik bagi pasukan yang berada di kota. Tapi
walaupun demikian, moral pasukan kita makin tinggi berkat kemenangan yang
dicapai.
Karena merasa terdesak, Belanda meminta kepada Pimpinan RI agar
tembak menembak dihentikan dengan dalih untuk memastikan garis demarkasi
yang membatasi wilayah kekuasaan masing-masing. Dengan adanya demarkasi
baru, pasukan-pasukan yang berhasil merebut tempat-tempat di dalam kota,
terpaksa ditarik mundur.
Selagi kita akan mengadakan konsolidasi di Two Rivers, Tanjung
Morawa, Binjai dan Tembung, mereka diserang oleh Belanda. Pertempuran
berjalan sepanjang malam. Serangan Belanda pada tanggal 30 Desember 1946
ini benar-benar melumpuhkan kekuatan laskar kita. Daerah kedudukan laskar
satu demi satu jatuh ke tangan Belanda. Dalam serangan Belanda berhasil
menguasai Sungai Sikambing, sehingga dapat menerobos ke segala arah.
Perkembangan perjuangan di Medan menarik perhatian Panglima
Komandemen Sumatera. Ia menilai bahwa perjuangan yang dilakukan oleh
Resimen Lasykar Rakyat Medan Area, ialah karena kebijakan sendiri.
Komandemen memutuskan membentuk komando baru, yang dipimpin oleh
Letkol Sucipto. Serah terima komando dilakukan pada tanggal 24 Januari 1947
di Tanjung Morawa. Sejak itu pasukan-pasukan TRI memasuki Front Medan
Area, termasuk bantuan dari Aceh yang bergabung dalam Resimen Istimewa
Medan Area.
Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan
konsolidasi, disusun rencana serangan baru terhadap kota Medan. Kekuatannya
sekitar 5 batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari "H" ditentukan
15 Februari 1947 dan jam "j" adalah pukul 06.00. Sayang karena kesalahan
komunikasi serangan ini tidak dilakukan secara serentak, tapi walaupun
demikian serangan umum ini berhasil membuat Belanda kalang kabut
sepanjang malam. Karena tidak memiliki senjata berat, jalannya pertempuran
tidak berobah. menjelang subuh pasukan kita mundur ke Mariendal. Serangan
umum 15 Februari 1947 ini adalah serangan besar terakhir yang dilancarkan
oleh pejoang-pejoang di Medan Area.
Sampai menjelang Agresi Militer ke I Belanda, yang mana pasukan RI
di Medan Area berjumlah yang riel sebesar 7 batalyon dan tetap pada
kedudukan semula yang membagi Front Medan Area atas beberapa sektor, ialah
Medan timur, Medan selatan, Medan barat dan Medan utara. Dan begitu pula
membagi Medan atas 4 sektor yang sama, dan dengan demikian mereka
langsung berhadapan dengan pasukan kita.
Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda ke I, Belanda melancarkan
serangannya terhadap pasukan RI ke semua sektor. Perlawanan terhadap
Belanda hampir 1 minggu, dan setelah itu pasukan-pasukan RI mengundurkan
diri dari Medan Area.
Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di
Semarang adalah serangkaian pertempuran antara rakyat
Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang.
Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat
Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi(bedakan
dengan Peristiwa 10 November - perlawanan terhebat rakyat
Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda).
Pertempuran dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945
(walau kenyataannya suasana sudah mulai memanas
sebelumnya) dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945.
2. Pertempuran 5 hari di
semarang
Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia
Pada 1 Maret 1942, tentara jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh
hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda
menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki
oleh Jepang.
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada Agustus1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlbat adalah sbb :1.dr. Kariadi
dr. Kariadi adalah dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.
2.Mr. Wongsonegoro Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang.
3.Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta Tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang bersama Mr. Wongsonegoro.
4.Mayor Kido Pimpinan Batalion Kido Butai yang berpusat di Jatingaleh.
5.drg. Soenarti Istri dr. kariadi
6.Kasman SingodimejoPerwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.
7.Jenderal Nakamura Jenderal yang ditangkap oleh TKR di Magelang
Perjuangan Pemuda Semarang
Berita Proklamasi dari Jakarta akhirnya sampai ke
Semarang. Seperti kota-kota lain, di Semarang pun rakyat
khususnya pemuda berusaha untuk melucuti senjata Tentara
Jepang Kidobutai yang bermarkas di Jatingaleh. Pada tanggal 13
Oktober, suasana semakin mencekam, Tentara Jepang semakin
terdesak. Tanggal 14 Oktober, Mayor Kido menolak penyerahan
senjata sama sekali. Para pemuda pun marah dan rakyat mulai
bergerak sendiri-sendiri. Aula Rumah Sakit Purusara dijadikan
markas perjuangan. Para pemuda rumah sakit pun tidak tinggal
diam dan ikut aktif dalam upaya menghadapi Jepang. Sementara
itu taktik perjuangan pemuda menggunakan taktik gerilya.
Sumber Air Minum Diracuni
Setelah pernyataan Mayor Kido, Pada Minggu, 14
Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit
mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil
Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita
sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore
harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan
kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul
18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan
serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi
istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum
bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di Candilama.
Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke
markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara
Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun
menjadi gelisah.
Dr. Kariadi Terbunuh
Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang
memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera
memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter
Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana.
Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di
beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Isteri dr.
Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan
yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus
menyelidiki kebenaran desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga
Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam
perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi
dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang
menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat
dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah,
keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat
diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.
Kejadian ini merupakan penyulut utama Perang Lima Hari di Semarang.
Kronologis
Sekitar pukul 3.00 WIB, 15 Oktober 1945, Mayor Kido memerintahkan
sekitar 1.000 tentaranya untuk melakukan penyerangan ke pusat Kota Semarang.
Sementara itu, berita gugurnya dr. Kariadi yang dengan cepat tersebar, menyulut
kemarahan warga Semarang. Hari berikutnya, pertempuran meluas ke berbagai
penjuru kota. Korban berjatuhan di mana-mana. Pada 17 Oktober 1945, tentara
Jepang meminta gencatan senjata, namun diam-diam mereka melakukan
serangan ke berbagai kampung. Pada 19 Oktober 1945, pertempuran terus
terjadi di berbagai penjuru Kota Semarang. Pertempuran ini berlangsung lima
hari dan memakan korban 2.000 orang Indonesia dan 850 orang Jepang. Di
antara yang gugur, termasuk dr. Kariadi dan delapan karyawan RS Purusara.
Berdasarkan kejadiannya, kronologis pertempuran lima hari di
Semarang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. 7 oktober : pemuda Semarang berusaha melucuti senjata Tentara Jepang di
Jatingaleh. Sementara di saat yang sama, pimpinan Jepang dan pemuda
berunding mengenai penyerahan senjata.
2. 13 oktober: suasana semakin menegang dan Jepang semakin terdesak.
3. 14 oktober : Mayor Kido menolak penyerahan senjata. Pukul 06.30,
Aula RS Purusara dijadikan markas perjuangan dan pemuda mencegat
serta memeriksa mobil Jepang yang lewat. Mereka juga menyita sedan
milik Kampetai. Sore harinya, pemuda menjebloskan Tentara Jepang ke
Penjara Bulu namun pukul 18.00 Jepang melancarkan serangan
mendadak kepada delapan polisi istimewa yang menjaga Resevoir
Siranda di Candi. Kedelapan Polisi itu disiksa dan sore itu juga tersiatr
kabar kalau Jepang menebar racun dalam reservoir tersebut. Selepas
Maghrib, dr. Kariadi memutuskan untuk segera memeriksa reservoir itu
namun istrinya, drg. Sonarti, mencoba mencegahnya karena ia
berpendapat bahwa suasana sedang sangat berbahaya namun tidak
berhasil. Sayangnya, dalam perjalanan dr. Kariadi dan beberapa tentara
pelajar, mereka ditembak secara keji. Dr. kariadi sempat dibawa ke
rumah sakit sekitar namun tidak dapat diselamatkan. Selain kejadian di
atas, pada hari itu juga terjadi pemberontakan 4.000 tentara Jepang di
Cepiring.
4. 15 oktober : pukul 03.00, Mayor Kido menyuruh 1.000 tentara untuk
melakukan penyerangan ke pusat kota mendengar berita
penangjkapann Jenderal Nakamura dan berita gugurnya dr. Kariadi
menyulut kemarahan warga Semarang. Di Semarang juga terjadi
penangkapan Mr. Wongsonegoro, Dr. Sukaryo, dan Sudanco Mirza
Sidharta.
5. 16 oktober : pertempuran terus berlanjut
6. 17 oktober : Jepang berunding dengan Mr. Wongsonegoro
7. 18 oktober : Ada perundingan gencatan senjata oleh KAsman
Singodimejo dan Jenderal Nakamura. Dalam perundingan ini, Jepang
ingin agar senjata yang direbut segera dikembalikan bila tidak Jepang
akan meloakukan pengeboman pada tanggal 19 oktober 1945 pukul
10.00.
8. 19 oktober : Pukul 07.45, kedatangan Sekutu di pelabuhan Semarang
dengan kapal HMS Glenry mempercepat perdamaian antara Jepang
dan rakyat sehingga perang berakhir.
Peringatan
Untuk memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang,
dibangun Tugu Muda sebagai monumen peringatan. Tugu Muda ini
dibangun pada tanggal 10 November 1950. Diresmikan oleh presiden
Ir. Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953. Bangunan ini terletak di
kawasan yang banyak merekam peristiwa penting selama lima hari
pertempuran di Semarang, yaitu di Jl. Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl.
Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran dengan lawang sewu. Selain
pembangunan Tugu Muda, Nama dr. Kariadi diabadikan sebagai
nama salah satu rumah sakit di Semarang.
Semoga kita dapat
mengambil manfaat dari presentasi ini
Semoga ilmu yang kita
dapat dari materi ini dapat
bermanfaat
bagi kita di dunia & akhirat
Wassalamualaikum.Wr.Wb