PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN...

161
PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh Haris Maulana 11140220000019 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2018 M

Transcript of PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN...

Page 1: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM

PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh

Haris Maulana

11140220000019

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H / 2018 M

Page 2: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

ii

Page 3: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

iii

Page 4: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

iv

Page 5: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil A‟lamin, penulis ucapkan kepada

Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kekuatan,

kesabaran, dan ketabahan kepada penulis dalam mengerjakan

skripsi ini, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

dengan tepat waktu. Shalat serta salam, semoga selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan

kepada kita sebagai umat Islam sampai hari akhir,

Penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk penulis

menyelesaikan studi dan mendapatkan gerah Sarjana Strata Satu

(S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Untuk menyelesaikan syarat tersebut, penulis menyelesaikan

skripsi yang berjudul “PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM

PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945”. Penulis

tertarik mengangkat tema ini karena melihat perjuangan Polisi

Istimewa pada saat mempertahankan kemerdekaan perlu

diapresiasi dan orang-orang yang akan membaca skripsi ini

diharapkan mampu menambah kecintaannya terhadap tanah air.

Jakarta, 1 Oktober 2018

Haris Maulana

Page 6: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini, ada bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun

materil. Tanpa bantuan dari beberapa pihak tersebut mungkin

sampai saat ini skripsi penulis belum terselesaikan. Sudah

sepatutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penuli

mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Asmawi dan Ibunda Saidah yang selalu

memberikan semangat, doa, dan motivasi baik moril

maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini.

2. Kakanda Brigadir Pol. Syaiful Anwar, S.H. yang rela

meluangkan waktunya untuk membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A. selaku dekan

Fakultas Adab dan Humaniora. 5. Bapak H. Nurhasan, M.A. selaku ketua Jurusan Sejarah

dan Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adan dan

Humanioran, dan sebagai dosen pembimbing skripsi. 6. Ibu Sholikatus Sa‟diyah, M.Pd. selaku sekretaris Jurusan

Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan

Humaniora.

Page 7: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

vii

7. Bapak Prof. Dr. Didin Saepudin, M.A. selaku dosen

pembimbing akademik. 8. Bapak Prof. Dr. Budi Sulistiono, M. Hum dan Bapak Dr.

Abd. Wahid Hasyim, M. Ag selaku Dosen Penguji

Skripsi. 9. Seluruh dosen Sejarah dan Peradan Islam (SPI) yang tidak

bisa disebutkan satu persatu, yang telah mendidik,

memotivasi, dan memberikan pengetahuan baru kepada

penulis selama berada di bangku kuliah. 10. Lembaga-lembaga yang telah membantu penulis dalam

memberikan sumber data, Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab

dan Humaniora, Perpustakaan Nasional Indonesia, Arsip

Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan

Universitas Indonesia, Museum Polri, Perpustakaan

Mabes Polri, dan Pusat Sejarah Mabes Polri. 11. Seluruh mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam (SPI)

angkatan 2014, seluruh teman-teman Sejarah dan

Peradaban Islam A yang sama-sama berjuang untuk

menjadi Sarjana Strata Satu (S1). 12. Seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Hanya ucapan terimakasih yang mampu penulis ucapkan

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini. Semoga Allah SWT yang akan membalas semua

kebaikan keluarga dan sahabat-sahabat penulis.

Aamiin Ya Robbal Alamin

Page 8: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

viii

KUTIPAN TENTANG POLISI ISTIMEWA

“Pembela Tanah Air (PETA) yang diharapkan memberi

dukungan pada perjuangan rakyat telah dilucuti senjatanya oleh

tentara Jepang. Untung ketika itu M. Jasin tampil memimpin

Pasukan Polisi Istimewa yang berbobot tempur militer untuk

mendukung dan mempelopori perjuangan di Surabaya” –

Sutomo (Bung Tomo).1

“Moh. Jasin dan Pasukan Polisi Istimewa mendahului yang lain

muncul di medan juang Surabaya tahun 1945 dan karena itu

Pasukan Polisi Istimewa ini adalah modal pertama perjuangan”

– Dr. H. Roeslan Abdulghani.2

“Omong kosong jika ada yang mengaku dalam bulan Agustus

1945 memiliki pasukan bersenjata, yang ada hanya Pasukan

Polisi Istimewa dan tanpa pasukan ini tidak akan ada Hari

Pahlawan 10 November 1945” – Brigadir Jenderal TNI/AD

Sudarto.3

“Pasukan Polisi Istimewa bertempur melawan tentara Jepang

dengan gagah berani” – Abdul Radjab, Ex Tentara Republik

Indonesia Pelajar (TRIP).4

1 Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan

Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,

2010), 4 2 Jusuf Chuseinsaputra, Peran Polri dalam Trikora dan Dwikorai,

(Minangkabau : Yayasan Dialektika, 2007), 12. 3 Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak

Proklamasi – 1950, (Jakarta : Godhessa Pura Mas, 1985), 28. 4 Jusuf Chuseinsaputra, Peran Polri dalam Trikora dan Dwikorai, 12.

Page 9: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

ix

“Pak Yasin dan Pasukan Polisi Istimewa adalah guru dan pelatih

kami” – Jenderal TNI/AD Sukanto Sayidiman.5

5 Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak

Proklamasi – 1950, 28.

Page 10: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

x

ABSTRAK

Haris Maulana. Peran Polisi Istimewa dalam Pertempuran

Surabaya Tahun 1945.

Skripsi ini berjudul “Peran Polisi Istimewa dalam Pertempuran

Surabaya Tahun 1945”. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui sejarah perjuangan Polisi Istimewa pada saat

mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya dalam

pertempuran di Surabaya tahun 1945. Perjuangan Polisi Istimewa

di Surabaya sangat jarang sekali diketahui, karena selama ini

yang selalu dimunculkan dalam setiap pertempuran-pertempuran

yang terjadi di Indonesia adalah tentara. Padahal dalam

pertempuran di Surabaya tahun 1945, Polisi Istimewa merupakan

salah satu kekuatan militer paling lengkap dengan memiliki

persenjataan berat dan kendaraan tempur. Polisi Istimewa bahkan

melatih kemiliteran pejuang-pejuang dan mempersenjatai

pejuang-pejuang di Surabaya. Selain melatih dan mempersenjatai

pejuang-pejuang di Surabaya, Polisi Istimewa pun turut

bertempur melawan Jepang untuk melucuti persenjataannya, serta

bertempur melawan Sekutu untuk mempertahankan kemerdekaan

Indonesia.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sejarah dan

sosiologi. Teori yang digunakan adalah teori peranan. Menurut

Soerjono (1987), peranan adalah suatu proses dinamis dari

kedudukan (status). Seseorang yang sedang melakukan hak-hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang

tersebut sedang melakukan suatu peranan. Dalam penelitian ini

akan memaparkan peran Polisi Istimewa dari mulai melucuti

persenjataan Jepang hingga bertempur melawan Sekutu. Hasil

temuan dari penelitian ini adalah Polisi Istimewa selalu ikut

dalam setiap pertempuran yang terjadi di Surabaya tahun 1945.

Kata Kunci: Polisi Istimewa, Pelucutan Senjata Jepang,

Pertempuran Surabaya

Page 11: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .......................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH........................................................... vi

KUTIPAN TENTANG POLISI ISTIMEWA .............................. viii

ABSTRAK ...................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................... 12

C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ................ 13

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... 13

E. Metode Penelitian ................................................... 14

F. Sistematika Penulisan ............................................. 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................. 18

A. Landasan Teori ....................................................... 18

B. Kajian Pustaka ........................................................ 19

C. Kerangka berpikir ................................................... 22

BAB III TERBENTUKNYA POLISI ISTIMEWA ............... 24

A. Polisi Bersenjata pada Masa Belanda ..................... 24

B. Pembentukkan Tokubetsu Keisatsu Tai ................. 29

C. Terbentuknya Polisi Istimewa ................................ 33

BAB IV PEREBUTAN SENJATA JEPANG OLEH

POLISI ISTIMEWA .................................................. 43

Page 12: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

xii

A. Penyerbuan Gudang Senjata Don Bosco ................ 43

B. Penyerbuan Markas Kempetai (Polisi

Militer Jepang) ........................................................ 48

C. Penyerbuan Markas Kaigun (Angkatan Laut

Jepang) .................................................................... 53

D. Perebutan Senjata di Gedung General Electronic ... 61

E. Perebutan Pedang Samurai Jepang ......................... 65

F. Pengambilalihan Rumah Sakit Karangmenjangan . 66

G. Perebutan Pangkalan Udara Morokrembangan ...... 69

BAB V POLISI ISTIMEWA MELAWAN SEKUTU .......... 73

A. Kedatangan Sekutu di Surabaya ............................. 73

1. Munculnya Resolusi Jihad ................................ 73

2. Pendaratan Sekutu di Surabaya ........................ 75

3. Perjanjian Sekutu dan Indonesia di Surabaya ... 81

B. Pertempuran Tiga Hari di Surabaya ....................... 85

1. Penyebab Pertempuran Tiga Hari ..................... 85

2. Pertempuran Tiga Hari antara Polisi Istimewa

dengan Sekutu................................................... 87

3. Akhir Pertempuran Tiga Hari ........................... 101

C. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya ........ 107

1. Penyebab Pertempuran 10 November 1945 di

Surabaya ........................................................... 107

2. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

antara Polisi Istimewa dengan Sekutu .............. 111

3. Akhir Pertempuran Polisi Istimewa di

Surabaya ........................................................... 125

D. Penyebab Surabaya Dikuasai Sekutu ..................... 126

Page 13: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

xiii

1. Persenjataan ...................................................... 126

2. Keahlian Bertempur .......................................... 126

E. Laskar atau Badan Perjuang yang Terlibat dalam

Pertempuran Surabaya 10 November 1945 ............ 127

1. BKR (Badan Keamanan Rakyat) ...................... 128

2. Laskar Hizbullah ............................................... 129

3. Laskar-Laskar dan Badan Perjuangan

Pemerintah ........................................................ 133

F. Tokoh-Tokoh Polisi Istimewa dalam Pertempuran

Surabaya 10 November 1945 ................................. 134

1. Moehammad Jasin ............................................ 134

2. Soetjipto Danoekusumo .................................... 135

BAB VI PENUTUP ................................................................... 138

A. Kesimpulan ............................................................. 138

B. Implikasi ................................................................. 139

C. Saran-Saran ............................................................. 139

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 141

LAMPIRAN .................................................................................... 147

Page 14: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 bagi

masyarakat Indonesia bukan hanya secarik kertas tanpa isi, tetapi

sebagai bentuk realisasi masyarakat Indonesia yang selama ini

bercita-cita dalam perjuangannya secara gigih. Setelah

diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia yang diketahui secara

umum, maka masyarakat Indonesia menuntut supaya apa yang

tertulis di dalam proklamasi tersebut bisa lekas terwujud secara

nyata. Di mana-mana dilakukan penurunan bendera Hinomaru

(Jepang) dengan menggantinya menjadi Sang Saka Merah Putih.

Kalau penurunan ini tidak bisa dilakukan secara damai, maka

akan dilakukan dengan cara kekerasan. Pada saat itu masih

berlangsungnya kekuasaan Jepang di Indonesia, dalam hal

tersebut diartikan oleh rakyat sebagai suatu hal yang mengingkari

lahirnya negara baru Republik Indonesia.6

Selama Jepang berkuasa di Indonesia, militer Jepang giat

memobilisasi rakyat agar dapat menyediakan tenaga-tenaga

rakyat untuk mempertahankan kedudukannya dari ancaman

Sekutu. Pada April 1943, militer Jepang mengumpulkan dan

melatih para pemuda untuk menjadi pemuda yang bersifat semi-

militer yang dikenal dengan sebutan Seinendan. Selain itu masih

ada lagi satu organisasi pemuda yang dibentuk oleh militer

6 Memet Tanumidjaja, Sejarah Perkembangan Kepolisian Indonesia,

(Jakarta : Departemen Pertahanan – Keamanan Pusat Sedjarah ABRI, 1971),

25.

Page 15: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

2

Jepang pada bulan Oktober 1943 dan memiliki jumlah anggota

terbanyak selain Heiho, yaitu Pembela Tanah Air (PETA).

Pada tahun yang sama, pihak militer Jepang juga

membentuk satu lembaga pendidikan militer yang mendidik

pemuda Indonesia, akan tetapi hampir terlupakan dalam

penulisan sejarah Indonesia, yaitu Sekolah Polisi. Karesidenan

Surabaya pun termasuk karesidenan yang memiliki Sekolah

Polisi. Di sekolah kepolisian ini tidak hanya menyangkut tentang

pengetahuan dan latihan kepolisian, tetapi dilatih juga pendidikan

dan latihan militer.7

Ketika Indonesia sudah merdeka, Jepang sangat berusaha

cukup keras supaya dapat mencegah penyebaran berita tentang

proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut. Akan tetapi, para

wartawan yang mengetahui hal tersebut tidak habis akal. Mereka

menyebarkan berita tentang kemerdekaan Indonesia

menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa. Bahasa daerah

tersebut merupakan bahasa yang kurang dipahami oleh Jepang.

Dalam harian Warta Surabaya edisi 17 Agustus 1945 misalnya,

berita yang dikeluarkan pada saat itu ditulis menggunakan bahasa

Jawa.

Selain berita kemerdekaan Indonesia yang ditulis oleh

media cetak menggunakan bahasa daerah, para penyiar radio pun

tidak mau ketinggalan. Mereka menyebarkan berita proklamasi

7Lulusan dari pendidikan ini ditempatkan di Dinas Kepolisian Umum

dan sebagian lainnya di Korps Kepolisian Khusus yang disebut Tokubetsu

Keisatsu Tai (Kesatuan Polisi Istimewa). Lihat, Moehammad Jasin, Memoar

Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia,

(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010), 5-6.

Page 16: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

3

kemerdekaan Indonesia menggunakan bahasa Madura yang tidak

dimengerti oleh Jepang. Karena Jepang tidak mengerti bahasa

yang disebarkan lewat radio tersebut, akhirnya Jepang tidak

kuasa menahan penyebaran berita tentang proklamasi

kemerdekaan Indonesia di wilayah Jawa Timur.8

Upaya itu dilakukan karena banyak yang belum

mengetahui kemerdekaan Indonesia. Walaupun merdekanya

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi tidak semua

masyarakat yang megetahui tepat pada tanggal tersebut. Setelah

mengetahui Kemerdekaan Indonesia, pasukan Tokubetsu

Keisatsu Tai yang nanti akan berganti namanya menjadi Polisi

Istimewa ini bersama-sama menurunkan bendera Jepang di

Markas Tokubetsu Keisatsu Tai dan menggantinya menjadi

bendera Merah Putih. Markas kesatuan ini menempati gedung

sekolah yang terletak di Coen Boulevard (sekarang jalan Polisi

Istimewa), Surabaya.9

Tokubetsu Keisatsu Tai merupakan satu-satunya pasukan

yang dibentuk oleh Jepang, terdiri atas orang-orang Indonesia

yang pada pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia masih

memiliki persenjataan lengkap. Sangat beruntung bagi kepolisian

(Keisatsu) yang masih dipercaya Jepang dan tidak sampai dilucuti

senjatanya, seperti yang terjadi pelucutan senjata terhadap PETA

8 Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

12-13. 9 Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan

Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, (Yogyakarta : Mata Padi Pressindo,

2013), 8.

Page 17: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

4

dan Heiho. Sehingga pada saat itu Tokubetsu Keisatsu Tai masih

terorganisir dan memiliki serta memegang persenjataan dalam

mendukung tugas dan fungsi dari kepolisian pada saat itu.10

Memang pasukan inilah salah satu yang diharapkan oleh Jepang

dapat membantu ketika perang melawan Sekutu.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, di mana Indonesia baru

saja merdeka, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),

berdasarkan usul Oto Iskandar Dinata, telah menetapkan status

polisi sebagai berikut :

a. Supaya susunan Kepolisian Pusat dan Daerah segera

dipindahkan ke dalam kekuasaan Pemerintah Indonesia.

b. Polisi dan susunannya yang ada di waktu ini, masih tetap

adanya, ditambah dengan tenaga pimpinan dari bekas-

bekas PETA dan pemimpin rakyat.

c. Supaya diperintahkan dengan petunjuk-petunjuk sikap

baru terhadap rakyat.

Sejak saat itu pula Kepolisian Indonesia dimasukkan ke

dalam bagian lingkungan Departemen Dalam Negeri, sehingga

status tersebut secara administratif tidak mengalami perubahan

antara Kepolisian Indonesia pada saat itu dengan Dinas Polisi

Umum pada masa penjajahan Belanda.11

Pada awal hari-hari kemerdekaan inilah bahwa peran dari

Polisi Istimewa menjadi tulang punggung masyarakat Surabaya

10

Jusuf Chuseinsaputra, Peran Polri dalam Trikora dan Dwikorai,

(Minangkabau : Yayasan Dialektika, 2007), 11. 11

Awaloedin Djamin, Sejarah Perkembangan Kepolisian di

Indonesia dari Jaman Kuno sampai Sekarang, (Jakarta : Yayasan Brata Bakti,

2007), 117-118.

Page 18: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

5

dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, hal tersebut

dikarenakan hanya Polisi Isitmewa yang saat itu masih bernama

Tokubetsu Keisatsu Tai yang masih memiliki persenjataan.12

Pada tanggal 21 Agustus 1945, Moehammad Jasin

membacakan Proklamasi Polisi Istimewa sebagai Polisi Indonesia

di Coen Boulevard (sekarang Jalan Dr. Soetomo) Markas Polisi

Istimewa Karesidenan Surabaya. Pernyataan Polisi Istimewa

tersebut segera diketik dan kemudian disebarluaskan berita

tersebut di jalan raya. Menyebarnya berita Polisi Istimewa

tersebut memicu para anggota PETA dan Heiho yang sudah

dibubarkan untuk bergerak melucuti senjata Jepang dan

mengambil alih kekuasaan.

Pada tanggal 23 Agustus 1945, Moehammad Jasin

mendapat pernyataan dukungan dari pemuda Dinoyo. Waktu

Polisi Istimewa diproklamirkan, pada saat itu anggota Polisi

Istimewa berjumlah 150 orang dan anggota Polisi Istimewa

Mojokerto 50 orang. Pasukan tersebut disusun menjadi empat

seksi senapan dan satu senjata berat.13

Meskipun belum memiliki struktur organisasi yang

lengkap sebagaimana lembaga negara pada umumnya, namun

semangat juang untuk mempertahankan kemerdekaan negaranya

tidak tergantung pada ada atau tidaknya struktur organisasi yang

mapan. Para anggota Polisi Istimewa yang telah menyatakan diri

12

Atim Supomo dan Djumarwan, Pelopor, (Jakarta : Pustaka Pelajar,

1998), 31. 13

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

16-17.

Page 19: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

6

sebagai Polisi Republik Indonesia, dengan senjata lebih baik

daripada yang digunakan oleh pejuang lainnya mereka

menyatakan akan membela tanah air, yaitu Indonesia.

Untuk lebih megefektifkan perjuangan kemudian dibentuk

pos-pos tandingan yang dipusatkan di Ngagel dan Wonokromo

yang merupakan urat nadi lalulintas di kota Surabaya. Di setiap

pos-pos tandingan tersebut ditempatkan personil Polisi Istimewa,

yang merupakan satu-satunya pasukan bersenjata reguler paling

lengkap di Surabaya. Sebagai persiapan untuk kedatangan Sekutu

ke Surabaya, Polisi Isitmewa menggunakan tanda (pita) pada

bagian lengan tangannya dan bertulisan CSP (Central Special

Police) yang bertujuan sebagai petunjuk bahwa Polisi Istimewa

yang bertugas sebagai penjaga keamanan dan ketertiban umum,

sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dari pihak militer.14

Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan wilayah

Surabaya dari kemungkinan penyerangan oleh Sekutu, para

pemuda Surabaya yang dibantu oleh anggota Polisi Istimewa

mulai melakukan pelucutan senjata-senjata yang dimiliki oleh

pihak tentara Jepang. Hal tersebut merupakan upaya dari rakyat

dan Polisi Istimewa agar memiliki persenjataan yang lengkap

untuk bisa mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari

serangan-serangan pihak luar maupun pihak Sekutu.

Dalam upaya pelucutan senjata militer Jepang untuk

mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus

1945, Polisi Istimewa merupakan faktor utama yang menambah

14

Aminuddin Kasdi, 50 Tahun Pusdik Brimob Watukosek Pasuruan

Jawa, (Jakarta : Unesa University Press, 2004), 37-38.

Page 20: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

7

semangat dan keberanian rakyat Surabaya dalam melakukan

pelucutan senjata militer Jepang. Polisi Istimewa dengan para

rakyat Surabaya mulai mengepung dan menyerang markas-

markas dari militer Jepang untuk mendapatkan persenjataan dari

militer Jepang. Setiap kali dilakukan pemberian senjata oleh

pihak militer Jepang selalu Polisi Istimewalah yang

menandatangani penyerahan senjata-senjata militer Jepang

tersebut. Setelah itu senjata-senjata yang didapat dibagikan

kepada rakyat Surabaya dan badan-badan pejuangan lainnya.

Kemudian, setalah membagi-bagikan senjata, Polisi Istimewa

juga terlibat dalam melakukan pelatihan kemiliteran dan juga

memberi pelatihan menggunakan senjata kepada rakyat dan

pejuang-pejuang untuk mempersiapkan mereka semua dalam

menghadapi Sekutu.15

Bahkan, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Polisi

Republik Indonesia ini membuat para pemimpin dari Hizbullah

untuk ikut menggerakkan massa untuk berjuang bersama. Mereka

memandang bahwa perang mempertahankan tanah air merupakan

suatu perang sabil, yaitu suatu kewajiban yang melekat pada

setiap orang Muslim. Pernyataan itu membuat para kyai dan

murid-muridnya yang berasal dari pesantren-pesantren yang ada

di Jawa Timur ikut serta menurunkan massa ke kota Surabaya

dan mengambil bagian dalam perjuangan mempertahankan tanah

15

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

28-29.

Page 21: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

8

air. Hizbullah juga dipersenjatai oleh Polisi Istimewa.16

Ditambah

lagi dengan munculnya resolusi jihad pada 22 Oktober 1945

untuk menyerukan perlawanan fisik untuk mempertahankan

kemerdekaan.17

Pada tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu yang

diangkut dengan menggunakan kapal Wavenley, Malika,

Assidious, Floristen, dan lain-lain, dengan melibatkan juga

pengawal yang menggunakan kapal perang, mulai memasuki

pelabuhan Surabaya. Jumlah tentara Sekutu yang berlabuh di

Surabaya diperkirakan berkekuatan sekitar 6000 tentara yang

kebanyakan dari tentara tersebut berasal dari serdadu India yang

biasa disebut sebagai tentara Gurkha.

Mengetahui kedatangan pasukan Sekutu itu membuat drg.

Moestopo yang merupakan seorang dokter gigi di Surabaya yang

menjabat sebagai Ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jawa

Timur dan dipercaya oleh pemerintah pusat untuk menjabat

sebagai Menteri Pertahanan ad-interim, mengirim pesan morse

kepada pasukan Sekutu dari Pantai Tanjung Perak supaya

pasukan Sekutu tidak mendaratkan pasukannya di Surabaya.

Larangan pesan tersebut dilakukan berulang kali dengan

menambah ancaman bahwa jika Sekutu sampai berani

16

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 26. 17

Abdul Latief Bustami dan Tim Sejarah Tebuireng, Resolusi Jihad

“Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama Hingga Negara”, (Jombang :

Pustaka Tebuireng, 2015), 173.

Page 22: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

9

mendaratkan pasukannya, pasukan Sekutu harus menerima resiko

berperang melawan pejuang Surabaya.18

Namun oleh Pemerintah Pusat meminta sebaliknya,

pemerintah pusat mengatakan bahwa ketika tentara Sekutu datang

jangan sampai ada rakyat Surabaya yang mengganggunya. Pada

sore harinya, pasukan Sekutu berhasil mendaratkan pasukannya

di Surabaya. Untuk memenuhi permintaan Pemerintah Pusat yang

ingin menyelesaikan setiap permasalahan dengan damai,

kemudian sore itu juga Saudara Sugiri, Bambang Suparto,

Roeslan Abdulgani menuju Tanjung Perak. Ketika utusan dari

Pemerintah Daerah tersebut menemui Wakil Komandan Tentara

Sekutu tersebut yang bertugas di Surabaya di sebuah tempat di

pelabuhan, bertanyalah mereka maksud tujuan serdadu Sekutu

Angkatan Perang Inggris yang pada saat itu sudah bergerak dan

berbaris untuk menuju kota. Kemudian jawaban dari Wakil

Komadan Tentara Sekutu tersebut adalah untuk menduduki

gedung-gedung yang berada di dalam kota. Mereka akan

menduduki gedung-gedung di dalam kota tersebut dengan atau

tanpa persetujuan dari pemerintah Republik Indonesia setempat.

Akhirnya para utusan Pemerintah Daerah terpaksa harus pulang

dengan tanpa hasil.19

Untuk kelanjutan menanggapi kedatangan tentara Sekutu

di Surabaya, diadakan perundingan antara pihak Republik

Indonesia dan pihak dari Sekutu pada tanggal 26 Oktober 1945.

18

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 27. 19

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, (Jakarta : Visimedia, 2008), 107.

Page 23: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

10

Perundingan ini diikuti oleh Brigjen Mallaby beserta stafnya dari

pihak Sekutu, sementara dari pihak Indonesia diikuti oleh

Residen Soedirman, Doel Arnowo, Walikota Radjiman dan

Muhammad. Setelah melalui ketegangan-ketegangan, hasil

perundingan tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut:

1. Inggris (Sekutu) berjanji bahwa di antara tentaranya

yang datang ke Surabaya tidak menyertakan Angkatan

Laut dan Angkatan Udara Belanda.

2. Untuk menjamin keadilan dan ketentraman telah

disetujui oleh kedua belah pihak untuk bekerja sama

antara Indonesia dengan tentara Sekutu.

3. Supaya kerja sama dapat dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya, maka akan segera diselenggarakan kontak

biro.

4. Yang akan dilucuti senjatanya hanya tentara Jepang

saja, kemudian pengawasan terhadap tentara Jepang

dilakukan oleh pihak Sekutu dan selanjutnya tentara

Jepang akan dipindahkan ke luar Pulau Jawa.20

Walaupun sudah diadakan perundingan dan menghasilkan

kesepakatan dari dua belah pihak, tetapi pihak Sekutu tidak

mematuhi hasil perundingan yang telah dibuat tersebut.

Bersamaan dengan itu, terbongkar juga tujuan utama dari

kedatangan Sekutu ke Surabaya. Dalih Sekutu yang pada awalnya

mengatakan bahwa kedatangan mereka di Surabaya adalah dalam

rangka melucuti senjata militer Jepang yang pada saat itu sudah

20

Hasyim Latief, Laskar Hizbullah: Berjuang Menegakkan Negara

RI, (Jakarta : Lajnah Ta‟lif wan Nasyr PBNU, 1995), 54-55.

Page 24: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

11

kalah dalam Perang Dunia II, segera terbongkar. Rakyat Surabaya

mencium kecurigaan terhadap kedatangan Sekutu yaitu dalam

rangka mengembalikan Surabaya kepada Belanda. Perlakuan dan

sambutan baik yang dilakukan oleh rakyat Surabaya terhadap

Sekutu dibalas dengan tindakan provokatif oleh sekutu. Dengan

semena-mena, tentara Sekutu banyak menangkapi anggota-

anggota BKR dan melucuti senjatanya yang dimiliki rakyat

Surabaya, bukan hanya melucuti senjata-senjata yang dimiliki

oleh tentara Jepang seperti yang tertulis di dalam perjanjian.21

Pada pertempuran pertama melawan Sekutu tanggal 28,

29, dan 30 Oktober 1945, Polisi Istimewa pun ikut bertempur

melawan Sekutu.22

Kemudian pasukan Sekutu menjadi terpecah-

pecah dan terkepung, sehingga mereka hampir kehabisan peluru

dan persediaan makanan. Demikian pula dengan markas Brigadir

Jenderal Mallaby beserta pasukan Sekutu juga diserang. Karena

menghadapi keadaan yang sangat tertekan, Brigjen Mallaby

meminta bantuan Jenderal Hawthorn di Jakarta supaya bisa

dilakukan upaya-upaya penyelamatan pasukan Sekutu di

Surabaya lewat para pimpinan Republik Indonesia Pusat dengan

jalan mengadakan gencatan senjata.23

21

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

51-52. 22

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Catatan Julius

Pour: Mallaby Dibunuh atau Terbunuh?, (Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer,

2012), 114. 23

Achmad Tahir, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB),

(Jakarta : PP Korps Sarjana Veteran RI, 1994), 194.

Page 25: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

12

Banyak pertempuran yang dilakukan oleh Polisi Istimewa

beserta pejuang lainnya melawan Sekutu yang akhirnya tercipta

lagi perundingan dan kesepakatan yang dilakukan kedua belah

pihak. Tetapi, pihak Sekutu terus-menerus selalu mengingkari

perjanjian tersebut dengan pihak Indonesia yang kemudian

mengakibatkan terjadinya pertempuran lagi. Puncak pertemuran

tersebut terjadi pada tanggal 10 November 1945 yang merupakan

perjuangan heroik dan menjadi salah satu pertempuran yang

paling dikenang di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melihat ada

beberapa hal permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini,

di antaranya:

1. Muncul sebagai kekuatan tempur pada saat pertempuran

Surabaya tetapi banyak yang tidak mengenal dari Polisi

Istimewa, hanya mengenal Kepolisian Republik Indonesia

yang dikenal di Indonesia sekarang ini.

2. Memiliki peranan penting dalam peristiwa pertempuran

Surabaya, tetapi sangat jarang buku-buku sejarah yang

mengisahkan tentang perjuangan Polisi Istimewa.

3. Mohammad Jasin sebagai pasukan pertempuran Polisi

Istimewa tetapi perannya tidak banyak yang mengetahui.

4. Banyaknya pejuang yang menjadi tentara setelah berakhirnya

pertempuran tersebut mengakibatkan lebih menonjolnya

peran tentara di dalam buku-buku sejarah dalam pertempuan

Surabaya dibanding dengan Polisi Istimewa.

Page 26: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

13

5. Polisi Istimewa merupakan kesatuan tempur yang

mempersenjatai rakyat yang berjuang dan laskar-laskar

pejuang, tetapi banyak yang tidak mengetahuinya.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis

membatasinya pada perjuangan Polisi Istimewa dalam

mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia khususnya

pada tahun 1945 di Surabaya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalahan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana terbentuknya Polisi Istimewa di Surabaya?

2. Bagaimana Peran Polisi Istimewa dalam merebut

persenjataan Jepang?

3. Bagaimana peran Polisi Istimewa dalam pertempuran

Surabaya 10 November 1945?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitan ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui terbentuknya Polisi Istimewa.

2. Untuk mengetahui peran Polisi Istimewa dalam merebut

persenjataan Jepang.

3. Untuk mengetahui peran Polisi Istimewa dalam Pertempuran

Surabaya 10 November 1945.

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi literatur untuk

mahasiswa UIN dalam mengetahui peran dari Kepolisian

Page 27: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

14

Indonesia dalam pertempuran Surabaya guna

mempertahankan Kemerdekaan Indonesia yang pada saat itu

berasal dari Pasukan Polisi Istimewa.

2. Penelitian ini diharap bisa memberikan masukan kepada

anggota Polisi untuk lebih profesional dalam melaksanakan

tugasnya, khususnya dalam masalah keamanan dan

pertahanan.

3. Bisa menjadi salah satu informasi bagi peneliti yang akan

melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang sejarah.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan

penelitian sejarah. Menurut Kuntowijoyo, ada lima tahap dalam

melakukan penelitian sejarah, yaitu: pemilihan topik,

pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, dan keabsahan

sumber), interpretasi: analisis dan sintesis, dan penulisan.24

1. Pemilihan Topik

Pemilihan topik merupakan langkah awal dalam

melakukan penelitian untuk menentukan permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian tersebut. Biasanya pemilihan topik

ditentukan dari ketertarikan penulis dalam mengkaji topik

tersebut dan kedekatan emosional. Hal tersebut cukup

diperhatikan oleh para peneliti supaya dapat mendalami

permasalahan yang ada di dalam topik tersebut. Untuk topik

dalam penelitian ini adalah “Peran Polisi Istimewa dalam

Pertempuran Surabaya Tahun 1945”.

24

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta : Tiara

Wacana, 1995), 69.

Page 28: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

15

2. Pengumpulan Sumber

Untuk pengumpulan sumber, penulis mencari sumber

yang sifatnya sebagai sumber primer dan sumber sekunder.

Penulis mendapatkan sumber-sumber tersebut berasal dari

berbagai tempat seperti, Perpustakaan Museum Polri,

Perpustakaan Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Universitas Indonesia, dan koleksi

pribadi penulis baik sumber primer maupun sumber sekunder.

3. Verifikasi

Verifikasi bisa dikatakan juga sebagai kritik sumber.

Setelah sumber terkumpul, perlu dilakukan kritik terhadap

sumber-sumber yang sudah dikumpulkan untuk menilai sumber-

sumber mana saja yang dapat digunakan serta untuk menguji

autentisitas, keakuratan sumber, dan menilai kredibilitas data

dalam sumber-sumber yang digunakan agar memperkuat hasil

penelitian yang menggunakan sumber-sumber tersebut dalam

penelitian ini.

4. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu penafsiran dari hasil kritik

sumber untuk menguaraikan fakta-fakta yang sudah didapat dari

hasil kritik sumber. Setelah fakta yang berhasil dikumpulkan

kemudian disatukan untuk menjadi kisah sejarah yang benar dan

hanya menjabarkan sesuai dengan fakta yang tidak dilebihkan

dan tidak dikurangi.

5. Penulisan

Page 29: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

16

Penulisan atau historiografi merupakan tahap akhir dalam

tahap penelitian ini. Penulisan ini hasil dari semua fakta-fakta dan

opini yang dituliskan dalam penelitian ini dan dilakukan dengan

berdasarkan kronologis dan sistematis, sehingga dalam penulisan

skripsi ini menggunakan kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Sebagai

pedoman dalam penulisan skripsi ini menggunakan surat

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507

tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini dibuat untuk membahas peran dari Polisi

Istimewa selama Pertempuran Surabaya Tahun 1945. Supaya

pembahasan berdasarkan urutan waktu atau kejadian, maka

penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I, Dalam bab ini adalah Pendahuluan yang terdiri

dari, Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II, Dalam bab ini adalah Kajian Pustaka yang

berisikan Landasan Teori, Kajian Pustaka, dan Kerangka

Berpikir.

Bab III, Dalam bab ini menjelaskan tentang terbentuknya

Polisi Istimewa yang dimulai dari kepolisian bersenjata pada

masa penjajahan Belanda, dan masa penjajahan Jepang.

Ditambah dengan sejarah terbentuknya Polisi Istimewa.

Bab IV, Dalam bab ini menjelaskan tentang pelucutan

atau pengambilan senjata Jepang oleh Pasukan Polisi Istimewa di

Page 30: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

17

berbagai tempat, seperti gudang senjata Don Bosco, Markas

Kempetai, dan Markas Kaigun..

Bab V, Dalam bab ini menjelaskan pasukan Polisi

Istimewa Surabaya melawan Sekutu.

Bab VI, Bab ini berisikan Penutup yang terdiri dari,

Kesimpulan, Implikasi, dan Saran.

Page 31: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian sejarah

dengan pendekatan sejarah dan sosiologi. Metode yang

digunakan yaitu metode sejarah. Menurut Sartono Kartodirdjo,

pendekatan sosiologi merupakan suatu barang tentu yang akan

meneropong segi-segi sosial suatu peristiwa yang akan dikaji,

misalnya kelompok sosial mana yang berperan, serta nilai-

nilainya, konflik berdasarkan kepentingan, dan lain sebagainya.25

Sementara pendekaan sejarah menurut Basri MS untuk

menjelaskan secara rinci mengapa suatu peristiwa dapat terjadi

atau latar belakang terjadinya suatu peristiwa.26

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teori peranan. Sebenarnya, istilah “peran” berasal dari dunia

teater. Dalam teater, seorang aktor harus memainkan karakter

tokoh yang sudah ditetapkan dalam suatu adegan tertentu dan

dalam posisinya memerankan tokoh tertentu diharapkan dapat

berprilaku seperti tokoh yang sudah ditentukan.27

Menurut Soerjono, peranan adalah suatu proses dinamis

dari kedudukan (status). Seseorang yang sedang melakukan hak-

hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang

25

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi

Sejarah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), 4. 26

Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah: (Pendekatan, Teori, dan

Praktik), (Jakarta : Restu Agung, 2006), 35. 27

Marvin E. Shaw dan Philip R. Costanzo, Teori-Teori Psikologi

Sosial, Sarlito Wirawan Sarwono, (Jakarta : CV. Rajawali, 1984), 233.

Page 32: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

19

tersebut sedang melakukan suatu peranan. Perbedaan antara

kedudukan dari peranan adalah demi kebutuhan dan kepentingan

ilmu pengetahuan. Kedudukan dan peranan tidak dapat

dipisahkan, karena yang satu tergantung dengan yang lainnya,

maupun sebaliknya. Tidak ada peranan tanpa kedudukan, maupun

sebaliknnya tidak ada kedudukan tanpa peranan.28

Dalam hal ini, Polisi Istimewa, sebagai pasukan

bersenjata dan berkekuatan militer, melaksanakan hak dan

kewajibannya dengan melatih kemiliteran masyarakat,

mempersenjatai badan perjuangan lainnya, dan mempertahankan

kemerdekaan Republik Indonesia sesuai dengan kedudukannya.

B. Kajian Pustaka

Secara umum tulisan sejarawan tentang Pertempuran

Surabaya 1945 sangat banyak. Akan tetapi yang pembahasannya

lebih fokus kepada peran Polisi Istimewa dalam Pertempurn

Surabaya masih sangat jarang ditemukan. Padahal masyarakat

pejuang di Surabaya pada saat itu sangat berharap terhadap

bantuan Polisi Istimewa dalam setiap pertempuran-pertempuran

melawan tentara Sekutu. Oleh karena itu penelitian tentang Peran

Polisi Istimewa dalam Pertempuran Surabaya tahun 1945 sangat

menarik karena pasukan inilah yang sangat diandalkan pada saat

itu.

Mengenai penggambaran permasalahan yang ada di atas,

terdapat beberapa literatur yang membahas tentang peran Polisi

Istimewa dalam Pertempuran Surabaya. Di bawah ini merupakan

28

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali

Press, 1987), 220.

Page 33: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

20

kumpulan referensi yang menjadi rujukan dalam penelitian peran

Polisi Isitmewa dalam Pertempuran Surabaya tahun 1945, anatara

lain:

1. Buku “Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan

Sejarah Kelahiran Kepolisian Indonesia” karya

Moehammad Jasin. Buku ini menceritankan tentang penulis

buku tersebut dalam pengalaman Pertempuran Surabaya dan

menceritakan juga bagaimana terbentuknya Polisi Istimewa

tersebut, karena penulis buku ini memang sebagai pelaku

sejarah dalam peristiwa tersebut serta penulis buku ini juga

sebagai komandan Polisi Isitmewa yang memproklamirkan

Kepolisian yang dibentuk oleh Jepang kemudian menjadi

Kepolisian Republik Indonesia yang akan setia kepada

negara Indonesia.29

Buku tersebut menjadi buku rujukan

utama bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.

2. Buku karya Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri

yang berjudul “Pasukan Polisi Istimewa: Prajurit Istimewa

dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur” buku ini

mengkisahkan peran dari Polisi Istimewa dalam

mempertahankan Kemerdekaan Indonesia yang baru

berumur sebentar, buku ini khususnya mengisahkan

perjuangan Polisi Istimewa dalam mempertahankan

29

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama, 2010)

Page 34: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

21

Kemerdekaan Indonesa di daerah Jawa Timur.30

Buku ini

sangat membantu penulis dalam mencari perjuangan-

perjuangan Kepolisian dalam Pertempuran Surabaya

sehingga buku ini juga bisa dijadikan sebagai rujukan utama

dalam penulisan karya tulis ini.

3. Buku Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan

Julius Pour, Mallaby dibunuh atau terbunuh?” yang ditulis

oleh anak angkat dari Bung Hatta yang bernama Des Alwi ini

merupakan pelaku sejarah dalam pertempuran Surabaya ini.

Dalam buku tersebut banyak mengkisahkan berbagai macam

peran dari badan perjuangan di Surabaya. Salah satunya

adalah peran dari Polisi Istimewa yang banyak melatih

pejuang-pejuang yang akan bertempur mempertahankan

kemerdekaan di Surabaya. Selain itu, Des Alwi juga

mengkisahkan dirinya pada awal bertemu Bung Hatta dan

Sutan Syahrir dan dijadikan sebagai anak angkat dari kedua

tokoh tersebut, dan bagaimana Des Alwi ikut dalam

pertempuran Surabaya pada tahun 1945.31

Penelitian ini akan menggunakan literatur-literatur

tersebut sebagai referensi untuk penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

30

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

(Yogyakarta : Mata Padi Pressindo, 2013) 31

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour, Mallaby dibunuh atau terbunuh?, (Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer,

2012).

Page 35: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

22

C. Kerangka Berpikir

Keterangan :

Polisi Istimewa merupakan kesatuan bersenjata yang

dibentuk oleh Jepang pada saat berkuasa di Indonesia dengan

Tokubetsu Keisatsu Tai. Setelah Indonesia merdeka, kesatuan

tersebut memproklamirkan bahwa Polisi Istimewa akan berpihak

kepada Indonesia dan menjadi Polisi Indonesia. Setelah

memproklamirkan terbentuknya Polisi Istimewa, kesatuan ini

menjadi pasukan terdepan dengan laskar-laskar perjuangan

lainnya dalam menjaga dan mepertahankan kemerdekaan

Polisi Istimewa

Teori Peranan

Merebut Senjata

Militer Jepang

Kedatangan Sekutu

ke Surabaya

Pertempuran

Tiga Hari

Pertempuran Polisi

Istimewa dalam 10

November 1945 di

Surabaya

Page 36: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

23

Indonesia serta berperan penting dalam setiap pertempuran

mempertahankan kemerdekaan.

Polisi Istimewa ini satu-satunya pasukan yang masih

memiliki persenjataan lengkap pada awal kemerdekaan

Indonesia, karena kesatuan-kesatuan militer lainnya dibubarkan

oleh Jepang. Untuk mempertahankan kemerdekaan pada saat itu,

harus memiliki persenjataan dan harus mempersenjatai pejuang-

pejuang lainnya, sehingga Polisi Istimewa dan masyarakat pada

saat itu bersama-sama merebut persenjataan militer Jepang dan

kemudian membagi-bagikannya kepada pejuang-pejaung lainnya.

Perebutan senjata ini dilakukan sebelum kedatangan Sekutu ke

Surabaya.

Setelah Sekutu sudah datang ke Surabaya, akhirnya

pemerintah daerah dan pihak Sekutu mengadakan peremuan

untuk membuat perjanjian apa saja yang boleh dilakukan dan apa

saja yang tidak boleh dilakukan oleh Sekutu di Surabaya. Tetapi

Sekutu mengingkari perjanjian tersebut sehingga mengakibatkan

pertempuran antara Sekutu dengan pejuang-pejuang Indonesia

termasuk Polisi Istimewa yang berlangsung selama tiga hari.

Pertempuran tiga hari tersebut bukan pertempuran terbesar

yang terjadi di Surabaya pada saat awal kemerdekaa Indonesia.

Pertempuran terbesar terjadi pada tanggal 10 November 1945,

yang mengakibatkan korban jiwa sampai ribuan dari dua belah

pihak. Pada pertemuran ini Polisi Istimewa berperan dalam

pertempuran tersebut dan karena pertempuran hebat tersebut

sehingg pada tanggal 10 November diperingati sebagai Hari

Pahlawan.

Page 37: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

24

BAB III

TERBENTUKNYA POLISI ISTIMEWA

A. Polisi Bersenjata pada Masa Hindia Belanda

Pendidikan Polisi pertama kali dibuka oleh pemerintah

Hindia Belanda pada tahun 1911 untuk Agen van Polisi (Politie

Agent) di Batavia, Semarang, dan Surabaya. Pembukaan

pendidikan polisi ini dimaksudkan untuk menambah jumlah

personil Polisi di tempatnya masing-masing.32

Tetapi, pada tahun

1914 pendidikan polisi dipusatkan di Batavia untuk tingkat Agent

van Politie (Agen Polisi)33

, Inspecteur van Politie (Inspektur

Polisi)34

, dan Aspirante Commissaris van Politie (Komisaris

Polisi)35

. Sekolah kepolisian ini terletak di jalan Jatibaru,

Batavia.36

32

Mabes Polri, Sejarah Kepolisian di Indonesia, (Jakarta : Markas

Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 1999), 30. 33

Agent van Politie (Agen Polisi) merupakan pangkat terendah dalam

kepolisian pada saat itu. Pada saat ini, pangkat terndah dalam kepolisian adalah

Bhayangkara Dua (Bharada). Wawancara dengan Brigadir Polisi Syaiful

Anwar, Tangerang Selatan, 4 Mei 2018. 34

Inspecteur van Politie (Inspektur Polisi) merupakan nama pangkat

yang masih digunakan sampai sekarang di Indonesia dengan nama bahasa

Indonesia yaitu, Inspektur Polisi. Sekarang ini seorang polisi yang sudah

melalui pendidikan perwira akan mendapatkan pangkat Inspektur Polisi Dua

(Ipda). Wawancara dengan Brigadir Polisi Syaiful Anwar, Tangerang Selatan,

4 Mei 2018. 35

Aspirante Commissaris van Politie (Komisaris Polisi) merupakan

pangkat tertinggi dari lulusan sekolah polisi yang belaku pada saat kolonial

Belanda. Jika ada seorang yang ingin menjadi polisi dan mendapatkan pangkat

Komisaris Polisi hanya mengikuti pendidikan Aspirante Commissaris van

Politie (Komisaris Polisi). Pada saat ini, pangkat Komisaris Polisi pun masih di

gunakan di Indonesia. Tetapi, setiap anggota polisi yang ingin mendapatkan

pangkat Komisaris Polisi harus lulusan perwira dan mendapatkan pangkat

Inspektur Polisi Dua (Ipda) terlebih dahulu, kemudian harus menunggu

Page 38: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

25

Pada tahun 1920, pendidikan polisi ini dipindahkan ke

daerah Buiten Zorg (Bogor) dengan nama Opleinding‟s School

voor Het Personeel der Algemene Politie (Pendidikan Anggota

Polisi). Kemudian pendidikan polisi ini dipindah ke daerah

Sukabumi pada tahun 1925. Pada saat pendidikan polisi di daerah

Sukabumi sampai tahun 1930, ada orang pribumi yang berhasil

lulus pendidikan tingkat Komisaris Polisi berjumlah tiga orang,

salah satu orang tersebut adalah R. Said Soekanto

Tjokrodiatmodjo yang nanti akan menjadi Kepala Kepolisian

Republik Indonesia yang pertama.37

Terpilihnya Raden Said

Soekanto Tjokrodiatmodjo terjadi pada tanggal 29 September

1945, sejak saat itu resmi menjadi Kepala Kepolisian Republik

Indonesia Pusat.38

Pada tanggal 8 Maret 1942, Polisi yang dibentuk oleh

pemerintah Hindia Belanda secara resmi dibubarkan. Kemudian

kenaikan pangkat sesuai waktu yang sudah ditetapkan dan memiliki prestasi

sehingga bisa sampai pangkat Komisaris Polisi. Seorang perwira yang ingin

mendapatkan pangkat Komisaris Polisi harus melalui beberapa pangkat

terlebih dulu, dari Inspektur Polisi Dua (Ipda), Inspektur Polisi Satu (Iptu),

Ajun Komisaris Polisi (AKP), dan Komisaris Polisi (Kompol). Kepolisian

sekarang ini, seorang yang baru lulus pendidikan tidak bisa langsung

mendapatkan pangkat Komisaris Polisi. Wawancara dengan Brigadir Polisi

Syaiful Anwar, Tangerang Selatan, 4 Mei 2018. 36

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, (Jakarta : Yayasan Brata Bhakti, 2007), 63. 37

Wahid Rahmanto dan Yoyok Widoyoko, Setengah Abad

Mengabdi: Memperingati Bhayangkara Emas 1 Juli 1996, (Jakarta : Markas

Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 1996), 49-50. 38

Awaloedin Djamin, Kedudukan Kepolisian Negara RI dalam

Sistem Ketatanegaraan: Dulu, Kini, dan Esok, (Jakarta : PTIK Press, 2007),

10.

Page 39: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

26

petugas-petugas kepolisian yang berasal dari Eropa pada akhir

April 1942 berakhir di kamp-kamp sipil Jepang, mereka berada di

kamp-kamp tersebut bersama dengan orang Eropa lainnya. Sejak

saat itulah kepolisian Hindia Belanda berakhir.39

Setelah itu

bergantilah Jepang yang menguasai Indonesia menggantikan

Belanda.

Pada tahun 1912, ketika Belanda masih berkuasa,

dibentuk Polisi Bersenjata yang ditugaskan sebagai alat

kekuataan dari pemerintah Hindia Belanda yang ditempatkan di

daerah-daerah.40

Polisi Bersenjata ini dipercayai oleh pemerintah

Hindia Belanda memiliki tugas pokoknya sebagai berikut: 1.

Mampu menjamin keamanan, ketentraman, dan ketertiban. 2.

Mampu mengendalikan dan mempertahankan wilayah yang

terjadi kekacauan, hingga kemudian tentara mengambil alih

tugas. 3. Untuk memperkuat situasi daerah-daerah yang baru

dikuasai.41

Polisi Bersenjata ini merupakan polisi yang bersifat

militer. Sebagai pimpinan, Polisi Bersenjata dikepalai oleh

seorang Perwira Polisi. Untuk pegawai-pegawainya kebanyakan

diambil dari para tentara. Setiap anggota dari Polisi Bersenjata ini

diasramakan. Korps ini terbagi dalam divisi-divisi, divisi berada

39

Marieke Bloembergen, Polisi Zaman Hindia Belanda: dari

Kepedulian dan Ketakutan, terjemahan Tristan P. Moeliono, Anna Whardana,

Nicolette P. R. Moeliono, dan Tita Soeprapto Mangoensadjito, (Jakarta :

Kompas, 2011), 464. 40

Mabes Polri, Sejarah Kepolisian di Indonesia, 28. 41

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, 56.

Page 40: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

27

di dalam brigade, dan brigade berada di dalam detasemen. Selain

itu, Polisi Bersenjata ini berada di bawah lingkungan Departemen

Binenlans Bestuur (Departemen Dalam Negeri).42

Polisi Bersenjata ini memang memiliki perkembangan

yang cepat, tetapi juga redup dengan cepat. Keredupan dari Polisi

Bersejata ini karena tidak ahli dalam memberantas kejahatan-

kejahatan yang terjadi, selain itu Polisi Bersenjata ini tidak bisa

melakukan penyidikan dan penyelidikan karena tidak memiliki

keahlian tersebut. Polisi Bersenjata juga semakin redup dengan

adanya pertambahan Polisi Umum yang semakin banyak di kota

karena adanya reorganisasi yang mengakibatkan banyaknya

penjahat yang meninggalkan kota karena terdesak sehingga harus

ke luar kota.43

Polisi Bersenjata ini juga seringkali melakukan tindakan-

tindakan indisipliner, akhirnya tindakan-tindakan indisipliner

tersebut diketahui oleh pemerintah kolonial yang mengakibatkan

pemerintah kolonial merasa kehilangan muka karena malu.44

Lama-kelamaan Polisi Bersenjata ini pun berakhir dan pegawai-

pegawainya yang dinilai masih bisa melanjutkan kerjanya dididik

pada Sekolah Polisi untuk dikerjakan pada Polisi Lapangan

42

M. Odang, Perkembangan Kepolisian di Indonesia, (Jakarta :

Markas Besar Kepolisian RI, 1952), 7. 43

Mabes Polri, Sejarah Kepolisian di Indonesia, 28. 44

Marieke Bloembergen, Polisi Zaman Hindia Belanda: dari

Kepedulian dan Ketakutan, terjemahan Tristan P. Moeliono, Anna Whardana,

Nicolette P. R. Moeliono, dan Tita Soeprapto Mangoensadjito, 72.

Page 41: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

28

(Veldpolitie). Polisi Lapangan ini sebagai penyelenggara dan

mempertahankan keamanan di luar kota.45

Menurut Engelhard, kegagalan dari Polisi Bersenjata

adalah kurangnya pengawasan dari kepemimpinan yang efektif,

hal tersebut dikarenakan beban berat yang dipegang oleh pejabat-

pejabat pemerintah. Selain itu, perekrutan, pendidikan, dan

pelatihan yang buruk yang menyebabkan kinerja dari Polisi

Bersenjata ini semakin memburuk.46

Karena kinerja dari Polisi

Bersenjata semakin buruk, mengakibatkan pemerintah kolonial

merasa kehilangan muka.

Dalam perkembangan kepolisian di masa Hindia Belanda,

Polisi Bersenjata pun digantikan dengan Polisi Lapangan yang

memiliki tugas yang sama dengan Polisi Bersenjata.47

Polisi

Lapanganan ini dibentuk pada tahun 1920.48

Setelah dibentuknya

Polisi Lapangan ini, tugas-tugas Polisi Bersenjata diambil alih

oleh Polisi Lapangan. Polisi Lapangan merupakan pasukan yang

selalu siap ditugaskan dengan keahlian cepat, menjalankan tugas-

tugas kepolisian dengan mahir, mampu melakukan pengsutan

tindak kejahatan, dan diperkenankan menggunakan pukulan

dengan senjatanya. Sebenarnya, tugas utama Polisi Lapangan

adalah melakukan preventif dalam tugas kepolisian, yaitu

melakukan pencegahan pada tindak kejahatan dan gangguan

45

M. Odang, Perkembangan Kepolisian di Indonesia, 8. 46

Marieke Bloembergen, Polisi Zaman Hindia Belanda: dari

Kepedulian dan Ketakutan, terjemahan Tristan P. Moeliono, Anna Whardana,

Nicolette P. R. Moeliono, dan Tita Soeprapto Mangoensadjito, 78. 47

Aminuddin Kasdi, 50 Tahun Pusdik Brimob Watukosek Pasuruan

Jawa Timur, (Jakarta : Unesa University Press, 2004), 29. 48

Mabes Polri, Sejarah Kepolisian di Indonesia, 29.

Page 42: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

29

keamanan. Untuk melakukan pengusutan sebenarnya hanya

sebatas perluas mandat saja, tugas utama melakukan pengusutan

merupakan tugas Polisi Pangreh Praja49

dan Reserse Desa.50

B. Pembentukan Tokubetsu Keisatsu Tai

Perbedaan pada saat Belanda berkuasa di Indonesia

dengan Jepang berkuasa adalah saat Belanda berkuasa di

Indonesia hanya terdapat satu pemerintahan sipil di Indonesia,

tetapi saat Jepang berkuasa di Indonesia, tentara pendudukan

Jepang membagi Indonesia menjadi tiga pemerintahan militer,

yaitu:

1. Jawa dan Madura berada di bawah kekuasaan Tentara

Keenam Belas (Angkatan Darat) berpusat di Jakarta.

2. Sumatera berada di bawah kekuasaan Tentara Kedua

Puluh Lima (Angkatan Darat) berpusat di Bukittinggi.

3. Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, Nusa Tenggara, dan

Irian Jaya berada di bawah kekuasaan Armada Selatan

Kedua (Angkatan Laut) yang berpusat di Makassar.51

Selain itu, susunan organisasi kepolisian pada saat

pendudukan Jepang terbagi-bagi menjadi regional tidak terpusat

dan masing-masing regional ini memiliki kantor pusat masing-

49

Polisi Pangreh Praja merupakan kesatuan-kesatuan kecil yang

ditugaskan di daerah-daerah yang dipimpin oleh Camat, Wedana, dan Bupati.

Lihat, Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan Ambar

Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman Kuno

sampai Sekarang, 58. 50

Aminuddin Kasdi, 50 Tahun Pusdik Brimob Watukosek Pasuruan

Jawa Timur, 30. 51

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, 79.

Page 43: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

30

masing. Untuk anggota polisi pada saat pendudukan Jepang ini,

Jepang mendapat anggota polisi yang pernah bekerja pada saat

Belanda berkuasa di Indonesia. Jumlah anggota polisi yang

diterima oleh Jepang sebanyak 31.620 anggota yang terdiri atas,

10 Hopkomisaris, 117 Komisaris Polisi, 13 Wedana Polisi, 63

Hopinspektur Polisi, 88 Asisten Wedana, 545 Inspektur Polisi,

1.463 Mantri Polisi, 513 Hopagen Polisi, 154 Hopposhuis

Komandan, 2.582 Poshuis Komandan/Reserse dan 26.073 Agen

Polisi.52

Jepang mendapat keuntungan dengan mengambil

anggota-anggota polisi yang pernah bekerja pada masa kolonial

Belanda.53

Pada masa pendudukan Jepang ini kepolisian terdiri dari 4

region, yaitu:

1. Kepolisian di Pulau Jawa dan Madura, yang berkantor

pusat di Jakarta dan di bawah kendali Angkatan Darat

(Rikugun)

2. Kepolisian di Pulau Sumatera, yang berkantor pusat di

Bukittinggi dan di bawah kendali Angkatan Darat

(Rikugun).

52

Hopkomisaris, Komisaris Polisi, Wedana Polisi, Hopinspektur

Polisi, Asisten Wedana, Inspektur Polisi, Mantri Polisi, Hopagen Polisi,

Hopposhuis Komandan, Poshuis Komandan/Reserse, dan Agen Polisi adalah

kepangkatan yang digunakan di masa kolonial Belanda. Struktur kepangkatan

pada saat itu berbeda dengan strukutur kepangkatan kepolisian di Indonesia

sekarang dan nama-nama kepangkatannya pun berbeda, hanya ada beberapa

yang sama seperti, Inspektur Polisi dan Komisaris Polisi. Wawancara dengan

Brigadir Polisi Syaiful Anwar, Tangerang Selatan, 4 Mei 2018. 53

Mabes Polri, Sejarah Kepolisian di Indonesia, 33-34.

Page 44: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

31

3. Kepolisian region Timur Besar yang meliputi Pulau-

pulau Sumatera, Maluku, dan Irian Barat, yang berkantor

pusat di Makassar dan berada di bawah kendali Angkatan

Laut (Kaigun).

4. Kepolisian di Pulau Kalimantan, yang berkantor pusat di

Banjarmasin dan di bawah pimpinan Angkatan Laut

(Kaigun).54

Pada awal tahun 1943, posisi Jepang pada Perang Pasifik

mulai berubah. Jepang mengalami banyak kekalahan terutama

dalam pertempuran laut di sekitar Midway dan Laut Karang. Pada

saat itu Jepang mulai melakukan posisi bertahan karena keadaan

Jepang mulai terdesak. Kemudian Jepang mencari dukungan pada

penduduk Indonesia untuk membantu perang tersebut. Pada

tanggal 9 Maret 1943, Jepang membentuk Seinendan atau barisan

pemuda. Tujuannya adalah untuk mendidik para pemuda

Indonesia supaya bisa menjaga dan mempertahankan tanah airnya

dengan kekuatan sendiri. Sebenarnya maksud Jepang membentuk

Seinendan supaya menjadikan para pemuda sebagai pasukan

cadangan untuk kepentingan perangnya.55

Memasuki tahun 1944, keadaan Jepang semakin tertekan

dalam perang tersebut, bahkan beberapa wilayah kekuasaan

Jepang dapat direbut Sekutu. Selain itu serangan Sekutu juga

54

Wahid Rahmanto dan Yoyok Widoyoko, Setengah Abad

Mengabdi: Memperingati Bhayangkara Emas 1 Juli 1996, 35. 55

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, 87-88.

Page 45: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

32

sudah mulai menyerang negari Jepang sendiri.56

Pada tahun ini

juga Jepang membentuk pasukan yang mobil dan mempunyai

persenjataan yang lebih lengkap di setiap Syu (Karesidenan), dan

Kochi (Kerajaan), di Jawa dan Madura. Pasukan ini dibentuk

dengan maksud sebagai pasukan penggempur di bawah perintah

Syu Chiang Butyo (Bagian Keamanan Karesidenan), dengan

sebutan Tokubetsu keisatsu tai. Di setiap karesidenan pasukan ini

terdiri dari 60 sampai 150 orang.57

Anggota Tokubetsu Keisatsu Tai ini terdiri dari polisi

muda atau pemuda polisi. Pasukan ini memiliki persenjataan

yang lebih lengkap dibanding dengan Polisi Umum. Untuk

memobilisasikan pasukan, maka setiap anggota diasramakan,

mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus, sebagai pasukan

terlatih, berdisiplin tinggi, terorganisir dengan rapih, dan ahli

dalam menggunakan persenjataan. Tujuannya adalah supaya

memiliki peran dalam kamtibmas dan siap diturunakan dalam

front pertempuran.58

Seluruh anggota dari Tokubetsu Keisatsu Tai ini dipilih

dari polisi yang sudah ada pada saat itu, kemudian setiap anggota

yang akan menjadi pasukan Tokubetsu Keisatsu Tai diberi latihan

tentang kemiliteran yang sangat berat selama 3 bulan. Selain

diberi latihan militer seperti perang, setiap anggota Tokubetsu

56

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, 89. 57

Mabes Polri, Sejarah Kepolisian di Indonesia, 43-44. 58

Aminuddin Kasdi, 50 Tahun Pusdik Brimob Watukosek Pasuruan

Jawa Timur, 34.

Page 46: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

33

Keisatsu Tai juga diberikan pelatihan disiplin dan semangat juang

yang tinggi.59

Tetapi setahun kemudian Jepang harus rela

meletakan kekuasaan di Indonesia karena kalah perang dan

menyerah terhadap Sekutu.

C. Terbentuknya Polisi Istimewa

Pada tanggal 19 Agustus 1945, dua hari setelah Indonesia

merdeka, Jepang melakukan pelucutan senjata terhadap pasukan

Peta (Pembela Tanah Air), Gyugun (di Sumatera), dan Heiho.60

Kesatuan militer tersebut berhasil dilucuti persenjataannya oleh

Jepang, tetapi hanya (Polisi) Keisatsu termasuk Tokubetsu

Keisatsu Tai kesatuan bersenjata yang tidak dilucuti oleh Jepang

karena masih ditugaskan sebagai pasukan yang menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat.61

Masih diberikannya

Tokubetsu Keisatsu Tai persenjataan oleh Jepang, karena

Tokubetsu Keisatsu Tai memiliki status yang resmi dan

keberadaannya diakui oleh Sekutu. Hal tersebut memang

dikehendaki oleh pihak Sekutu, agar seluruh pihak aparatur

Jepang beserta Polisi Indonesia sebagai pemegang pengendali

keamanan yang sah dapat membantu Sekutu pada saat pasukan

59

Mabes Polri, Setengah Abad Polri Melayani Masyarakat, (Jakarta :

Dinas Penerangan Polri, 1995), 38. 60

Pelucutan senjata tersebut dilakukan karena Jepang masih merasa

dihantui dengan pemberontakan yang dilakukan oleh Peta di Blitar yang di

bawah pimpinan Cudanco Supriadi pada bulan Februari 1945. Team Kodak X

Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun

1945-1949, (Surabaya : Grafika Dinoyo, 1982), 28. 61

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, 118.

Page 47: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

34

Sekutu tiba di Indonesia. pernyataan tersebut tercantum di dalam

Piagam Teluk Tokyo:

“… We hereby command all civil, military, and naval

officials to obey and enforce all proclamations, orders

and directives deemed by the Supreme Commander for the

Allied Powers to be proper to effectuate this surrender

and issued by him or under his authority and we direct all

such officials to remain at their posts and to continue to

perform their non-combatant duties unless specifically

relieved by him or under his authority.

We hereby command the Japanese Imperial Government

and the Japanese Imperial Headquarters at once to

liberate all Allied prisoners of war and civilian internees

now under Japanese control and to provide for their

protection, care, maintenance and immediate

transportation to places as directed.

The Japanese Imperial Headquarters further orders its

commanders in Japan and abroad to disarm completely

all forces or under Japanese control they situated, and to

deliver intact and in safe condition all weapons and

equipment at such time and at such places as many be

prescribed by the Allied Commanders indicated above.

All Japanese and Japanese-controlled military and civil

authorities shall assist the occupation of Japan and

Page 48: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

35

Japanese controlled areas by forces of the Allied

Powers…”62

Dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:

“… Kami dengan ini memerintahkan semua pejabat sipil,

militer, dan angkatan laut untuk mematuhi dan

menegakkan semua pernyataan, perintah, dan arahan

yang disebut oleh Panglima Tertinggi untuk Sekutu agar

tepat untuk menerapkan penyerahan ini dan dikeluarkan

olehnya atau di bawah otoritasnya dan kami

mengarahkan semua pejabat tersebut untuk tetap berada

di pos mereka dan terus menjalankan tugas non-tempur

mereka kecuali secara khusus dibebaskan olehnya atau di

bawah otoritasnya.

Kami dengan ini memerintahkan Pemerintah Kekaisaran

Jepang dan Markas Besar Kerajaan Jepang sekaligus

untuk membebaskan semua tawanan perang Sekutu dan

tahanan sipil yang kini berada di bawah kendali Jepang

dan untuk menyediakan perlindungan, perawatan,

pemeliharaan, dan transportasi segera ke tempat-tempat

seperti yang diarahkan.

Markas Besar Kekaisaran Jepang lebih lanjut

memerintahkan para komandannya di Jepang dan luar

negeri untuk melucuti semua pasukan secara total atau di

bawah kendali Jepang yang mereka tempati, dan untuk

menyerahkan dengan lengkap dan dalam kondisi aman

62

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, (Jakarta : Yayasan Dwi Warna, 1991), 87-88.

Page 49: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

36

semua senjata dan peralatan dan pada saat itu dan di

tempat-tempat seperti banyak yang ditentukan oleh

Komandan Sekutu yang ditunjukkan di atas.

Semua orang Jepang dan otoritas militer dan sipil yang

dikendalikan oleh Jepang akan membantu pekerjaan

Jepang dan area yang dikendalikan Jepang oleh

kekuatan-kekuatan Sektutu... ”

Pemerintah Jepang yang ada di Jawa dan Sumatera

melakukan pelucutan senjata dan pembubaran Peta. Gyugun, dan

Heiho yang dilakukan pada tanggal 18 sampai 25 Agustus 1945

yang kebanyakan anggota dari kesatuan militer tersebut belum

mengetahui tentang kemerdekaan Indonesia.63

Pelucutan senjata

tersebut karena kekhawatiran Jepang terhadap kesatuan-kesatuan

militer tersebut akan melakukan pemberontakan ulang. Selagi

Sekutu belum datang, pihak Jepang merasa masih berkuasa di

Indonesia.64

Di Surabaya, setelah mengetahui kemerdekaan Indonesia,

para polisi dan anggota Tokubetsu Keisatsu Tai langsung

bergerak cepat dalam merespon berita kemerdekaan Indonesia.

Pada malam hari kemerdekaan Indonesia, Soeratmin memangil S.

Prawirosoedirdjo rekan sesama anggota Tokubetsu Keisatsu Tai

beserta dengan kawan-kawan yang lainnya untuk membicarakan

63

M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, terj: Satrio

Wahono, Bakar Bilfagih, Hasan Huda, Miftah Helmi, Joko Sutrisno, dan Has

Manadi, (Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2007), 431. 64

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, 118.

Page 50: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

37

masa depan dari Tokubetsu Keisatsu Tai. Di dalam pembicaraan

tersebut memutuskan pergantian nama dari Tokubetsu Keisatsu

Tai menjadi Polisi Istimewa, yang disingkat PI.65

Nama Polisi

Istimewa tersebut diambil dari arti kata Tokubetsu Keisatsu Tai

(Tokubetsu = Istimewa, Keisatsu = Polisi, Tai = Kesatuan).66

Perubahan nama Tokubetsu Keisatsu Tai menjadi Polisi Istimewa

ini belum diresmikan.

Setelah sehari diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia.

Seorang anggota Tokubetsu Keisatsu Tai bernama Agen Polisi

III67

Nainggolan baru mengetahui berita kemerdekaan Indonesia,

yang kemudian memberitahukan berita tersebut kepada atasannya

yang bernama Inspektur Polisi I Moehammad Jasin. Nainggolan

mengetahui kabar tersebut berasal dari kantor Domei yang

merupakan kantor berita Jepang yang ada di Surabaya. Pada

tanggal 19 Agustus 1945, Nainggolan bersama rekannya, Soegito

menurunkan bendera Jepang di markas Tokubetsu Keisatsu Tai

dan menggantinya dengan bendera Indonesia (merah putih).

Markas Tokubetsu Keisatsu ini berada di Coen Boulevard

65

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

(Yogyakarta : Mata Padi Pressindo, 2013), 24. 66

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama, 2010), 4. 67

Agen Polisi III merupakan pangkat terendah dalam kepolisian pada

saat kolonial Jepang. Jika disamakan dengan pangkat kepolisian di Indonesia

sekarang ini, sebagai pangkat terendah sama dengan Bhayangkara Dua

(Bharada). Wawancara dengan Brigadir Polisi Syaiful Anwar, Tangerang

Selatan, 4 Mei 2018.

Page 51: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

38

(sekarang Jalan Dr. Soetomo) dan markas tersebut sebelumnya

merupakan gedung sekolah.68

Ketika pimpinan Jepang yang datang ke kantor tersebut

dan melihat bendera Indonesia berkibar di depan kantor

Tokubetsu Keisatsu Tai, kemudian pimpinan Jepang memanggil

orang yang mengibarkan bendera, setelah bertemu dengan

Nainggolan dan Soegito yang merupakan pengibar bendera

Indonesia di Markas Tokubetsu Keisatsu Tai, kemudian pimpinan

Jepang tersebut menamparnya. Pimpinan Jepang langsung

memerintahkan kembali supaya bendera tersebut diganti lagi

dengan bendera Jepang.69

Setelah peristiwa tersebut, nampak

semakin menambah semangat juang mereka. Setelah menerima

sanksi dan pimpinan Jepang tersebut memasuki kantor,

Nainggolan dan Soegito mendapat dukungan dari anggota

Tokubetsu Keisatsu Tai berkebangsaan Indonesia untuk

menaikkan kembali bendera Indonesia bahkan para pemuda yang

berada di sekitar ikut membantu. Setelah pemasangan bendera

Indonesia kembali, tiang bendera dan sekitarnya dililitkan kawat

supaya pihak Jepang tidak ada yang bisa menurunkan bendera

tersebut.70

Keesokan harinya, di tanggal 20 Agustus. Inspektur Polisi

Moehammad Jasin mengadakan pertemuan khusus dengan

68

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 8. 69

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

14 70

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 9.

Page 52: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

39

Inspektur Polisi Soetardjo, Komandan Polisi Abidin, dan

Komandan Polisi Musa. Pertemuan yang di adakan ini

dimaksudkan untuk membicarakan perkembangan keadaan yang

ada di Surabaya dan menyusun rencana perjuangan. Sempat para

peserta pertemuan tersebut merasa sedikit khawatir karena ada

Jepang yang masih merasa berkuasa di Surabaya. Tetapi, karena

demi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,

mereka memutuskan untuk membentuk Polisi Republik

Indonesia. Pada pertemuan ini menghasilkan beberapa keputusan

penting, yaitu:

1. Menetapkan Moehammad Jasin sebagai komandan dan

memutuskan untuk menahan pimpinan Jepang.

2. Memutuskan jaringan telepon ke luar.

3. Melakukan pembongkaran senjata yang berada di

belakang markas dan menambah senjata pasukan dengan

banyak senjata berat.

4. Memproklamirkan Polisi Istimewa sebagai Polisi

Republik Indonesia pada tanggal 21 Agustus 1945 dan

poster-poster untuk proklamasi dipersiapkan. Setelah

diproklamirkan resmi menggunakan Polisi Istimewa.

5. Melaksanakan apel pagi pada tanggal 21 Agustus dan

komandan membacakan teks proklamasi di hadapan para

pasukan.

6. Pada pukul 08.00 tanggal 21 Agustus 1945 mulai

melakukan penempelan poster proklamasi di tembok

sepanjang Jalan Tunjungan, Surabaya. Kemudian

pasukan Polisi Istimewa turun ke jalan melakukan

Page 53: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

40

pameran diri sebagai kepolisian milik Republik

Indonesia.71

Pada hari Selasa tanggal 21 Agustus 1945, untuk

mendukung rakyat Surabaya dalam mempertahankan

kemerdekaan Indonesia akhirnya Moehammad Jasin atas nama

warga polisi memproklamirkan bahwa sejak saat itu polisi adalah

Polisi Republik Indonesia. Teks proklamasi tersebut seperti

berikut:

Proklamasi

Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perjoeangan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan ini

menyatakan Poelisi sebagai Polisi Republik Indonesia.

Soerabaya, 21 Agustus 1945

Ttd

Mohammad Jasin

Inspektur Poelisi I.72

Setelah pembacaan proklamasi tersebut, Moehammad

Jasin sebagai komandan memerintahkan pasukannya untuk

melakukan pawai siaga sebagai upaya menunjukkan kekuatan

dan kesiapan mengatasi reaksi Jepang. Pada hari itu juga Polisi

Istimewa yang berbobot tempur militer dan sudah menjadi Polisi

Republik Indonesia keluar dengan menggunakan truk dan

71

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

15-16. 72

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, 119.

Page 54: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

41

kendaraan lapis baja yang sudah dipasangkan bendera berwarna

merah putih menuju ke Jalan Tunjungan, Surabaya. Sambil

menunjukkan sebagai pasukan kekuatan milik rakyat dan

bersikap patriotik kepada proklamasi Indonesia, pasukan Polisi

Istimewa juga sambil meneriakkan yel-yel “Merdeka” dan “Tetap

Merdeka”. Awalnya masyarakat merasa ragu-ragu untuk

menjawab yel-yel tersebut, tapi karena sikap patriotik Polisi

Istimewa akhirnya masyarakat membalas yel-yel tersebut

bersama-sama.73

Setelah diproklamirkannya Polisi Istimewa sebagai Polisi

Republik Indonesia, kemudian anggota Polisi Istimewa

memasangkan ban (pita) berwarna putih di lengan kirinya dengan

tulisan P.I yang merupakan singkatan dari Polisi Istimewa dengan

warna tulisan merah dan menggunakan ikat kepala dengan

gambar bulatan lonjong yang berwarna merah putih sebagai ganti

dari lambang sakura.74

Di Surabaya terdapat dua Polisi Istimewa, yaitu:

1. Pasukan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya, langsung

berada di bawah Pusat Kepolisian Karesidenan Surabaya,

yang bermarkas di Jalan Dr. Soetomo No. 7 Surabaya.

Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya dipimpin oleh

Moehammad Jasin.

2. Pasukan Polisi Istimewa Kota Surabaya, langsung berada

di bawah Kantor Besar Kota Surabaya, yang bermarkas di

73

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 15. 74

Aminuddin Kasdi, 50 Tahun Pusdik Brimob Watukosek Pasuruan

Jawa Timur, 36.

Page 55: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

42

jalan Paradeplein No. 1 Surabaya. Polisi Istimewa Kota

Surabaya dipimpin oleh Soetjipto Danoekusumo.75

Mulai pada saat diproklamirkan, Polisi Istimewa benar-

benar menjadi Polisi Republik Indonesia yang bertekat menjaga

kemerdekaan Indonesia, bersama masyarakat bahu-membahu

supaya Indonesia tetap berada dalam kemerdekaan yang

diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan akan melawan

musuh-musuh yang ingin mengganggu kedaulatan negara

Republik Indonesia.

75

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 150.

Page 56: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

43

BAB IV

PEREBUTAN SENJATA JEPANG OLEH POLISI

ISTIMEWA

A. Penyerbuan Gudang Senjata Don Bosco

Gedung Don Bosco merupakan gedung yang digunakan oleh

Jepang sebagai gudang senjata yang dikuasai oleh Dai 10360

Butai Kaisutiro Butai, gedung ini berada di bawah pimpinan

Mayor Hashimoto. Pasukan Mayor Hashimoto ini terdiri atas satu

detasemen tentara serta pegawai sipil yang berjumlah 150 orang.

Gedung ini terletak di perbatasan Surabaya sebelah barat, dekat

perkampungan Sawahan. Gedung ini dulunya sebagai gedung

asrama pendidikan Katolik.

Sejak tanggal 26 September 1945, gudang senjata Don Bosco

sudah mulai didatangi oleh masyarakat. Masyarakat yang datang

ke gudang senjata Don Bosco ini membawa berbagai macam

senjata, ada yang membawa bambu runcing dan ada yang

membawa senjata api yang didapatkan dari perampasan terhadap

tentara Jepang. Masyarakat ini sudah datang ke Don Bosco sejak

pagi dan jumlah mereka pun semakin lama semakin bertambah.

Mereka yang datang ke Don Bosco sambil berteriak dengan

sangat semangat menandakan bahwa mereka sudah tidak sabar

untuk mengambil senjata dari gudang senjata Don Bosco.76

Hal

tersebut karena gudang senjata Don Bosco ini merupakan gudang

senjata milik tentara Jepang terbesar di Asia Tenggara yang

76

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Catatan Julius

Pour: Mallaby Dibunuh atau Terbunuh?, (Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer,

2012), 168-169.

Page 57: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

44

terletak di Surabaya, sehingga gudang senjata ini menjadi pusat

perhatian untuk pengambilan senjata.77

Pada saat dalam perebutan senjata di Don Bosco ini Polisi

Istimewa menjadi pelopor, karena Polisi Istimewa memiliki

persenjataan yang lengkap dari Jepang.78

Akhirnya pihak dari

Don Bosco yang diwakili oleh seorang perwira berbadan besar

menemui Bung Tomo untuk melakukan perundingan. Dalam

perundingan tersebut pihak Jepang tidak ingin menyerahkan

senjata-senjata tersebut sebelum ada perintah dari Panglima

Tentara Jepang di Jawa Timur, Mayor Jenderal (Mayjen) Iwabe.79

Terjadi perundingan antara Bung Tomo dengan komandan

gudang senjata Don Bosco yaitu Mayor Hashimoto. Mayor

Hashimoto merasa keberatan bila pihak Don Bosco harus

berhadapan langsung dengan rakyat yang berada di luar. Supaya

ada yang bisa bertanggung jawab untuk menjamin keamaan,

akhirnya Mayor Hashimoto meminta agar bisa berhubungan

dengan pembesar Republik Indonesia.80

Permintaan tersebut pun

dituruti, kemudian Bung Tomo menghubungi markas Badan

Keamanan Rakyat (BKR) dan kantor Pemerintah Kota Surabaya.

Tidak lama kemudian datang Soejitno dari Barisan Pencegah

77

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama, 2010), 22. 78

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

(Yogyakarta : Mata Padi Pressindo, 2013), 29. 79

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, (Jakarta : Visimedia, 2008), 34 80

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, 36.

Page 58: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

45

Bahaya Udara (Keibodan) Kota dan H. R. Mohammad (mantan

Daidancho Peta Sidoarjo) untuk melakukan perundingan. Hasil

perundingan tersebut, yaitu:

1. Komandan gudang senjata Don Bosco beserta wakil dari

Kempetai harus berjanji akan menyerahkan senjata-

senjatanya setelah Panglima Tentara Jepang di Jawa

Timur Mayjen Iwabe mengetahui semua peristiwa yang

terjadi.

2. Rakyat yang melakukan pengepungan gudang senjata Don

Bosco diminta untuk membubarkan diri.81

Keesokan harinya, komandan Polisi Istimewa Karesidenan

Surabaya, Moehammad Jasin datang ke gudang senjata Don

Bosco. Moehammad Jasin ini menjadi juru bicara dalam

perundingan pengambilan senjata ini, Mayor Hashimoto

mengatakan bahwa Panglima Tentara Jepang di Jawa Timur

mendapat perintah dari atasannya kalau mereka harus tetap

menjaga keamanan.

Awalnya Mayor Hashimoto tetap ingin menjalankan perintah

dari Panglima Tentara Jepang di Jawa Timur Mayjen Iwabe,

tetapi setelah mengetahui alasan kenapa rakyat ingin mengambil

persenjataan di Don Bosco, Mayor Hashimoto pun bertanya

kepada perwakilan Indonesia yang hadir dalam pertemuan

tersebut tentang perwakilan Indonesia bisa menjamin keamanan

dan keselamatan pihak mereka atau tidak. Kemudian

81

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

29.

Page 59: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

46

Moehammad Jasin selaku Komanda Polisi Istimewa Karesiden

Surabaya dan sebagai juru bicara menyanggupi hal tersebut,

asalkan persenjataan dan perlengkapan untuk pemerintah dapat

ditambah dengan secukupnya.82

Pihak Don Bosco akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain

menyerahkan persenjataan beserta gedungnya, tetapi pemberian

senjata tersebut harus berada di bawah tanggung jawab dari Polisi

Istimewa.83

Setelah itu Mayor Hashimoto meminta Moehammad

Jasin untuk membuat surat penyerahan persenjataan yang akan

diberikan kepadanya. Surat tersebut sebagai barang bukti kepada

tentara Sekutu bahwa persenjataan diberikan kepada pihak

Indonesia untuk menambah perlengkapan senjata untuk menjaga

keamanan.84

Dalam proses penandatangan penyerahan senjata, pihak Don

Bosco berdiam diri, hal tersebut mencerminkan sebenarnya

mereka tidak ingin menyerahkan senjata dan juga khawatir kalau

mereka nanti dituduh sebagai penjahat perang oleh pihak Sekutu

karena telah memberikan persenjataan ke pihak Indonesia.

Kemudian Moehammad Jasin meminta Mayor Hashimoto untuk

cepat melakukan penandatanganan tersebut. Hal tersebut

dikarenakan masyarakat yang berada di luar gedung sudah mulai

berteriak-teriak, masyarakat yang di luar sudah lama menunggu.

82

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, 37-38. 83

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Catatan Julius

Pour: Mallaby Dibunuh atau Terbunuh?, 170. 84

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, 39.

Page 60: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

47

Selain itu juga Moehammad Jasin khawatir kalau perundingan

tersebut terlalu lama akan menimbulkan penilaian yang keliru

oleh masyarakat di luar terhadap perwakilan yang sedang

berunding.85

Karena adanya desakan dari masyarakat yang berada di luar

gedung, akhirnya Mayor Hashimoto segera melakukan

penandatanganan.86

Kemudian naskah penyerahan senjata

tersebut ditandatangani oleh Mayor Hashimoto dengan

Moehammad Jasin yang didampingi oleh Bung Tomo. Setelah

naskah tersebut ditanda tangani, kemudian naskah tersebut

dibawa keluar oleh Moehammad Jasin untuk ditunjukkan kepada

masyarakat yang berada di luar sebagai bukti bahwa gudang

beserta isinya (persenjataan) sudah menjadi milik Republik

Indonesia. Kemenangan ini disambut dengan teriakan “Merdeka”

oleh masyarakat.87

Setelah penyelesaian tanda tangan naskah tersebut,

penyerahan senjata di gudang senjata Don Bosco ini berjalan

dengan tertib dan suasana tenang.88

Setelah berhasil mendapatkan

senjata yang ada di Don Bosco, kemudian senjata-senjata tersebut

dibagi-bagikan kepada rakyat dan badan-badan perjuangan

85

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 22-23. 86

Fadma Yulista, “Perebutan Senjata Jepang di Surabaya Tahun

1945”. AVATAR, e-Journal Pendidikan Sejarah 5, no. 3, (2017): 925. 87

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 24. 88

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, 39.

Page 61: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

48

lainnya.89

Karena gudang senjata Don Bosco merupakan gudang

senjata tentara Jepang terbesar di Asia Tenggara, jumlah senjata

yang didapat dari gudang senjata Don Bosco ini sangat banyak,

bahkan sebanyak empat gerbong kereta berisi senjata dikirim ke

Jakarta.90

Dalam pengambilan senjata di Don Bosco ini Polisi

Istimewa menunjukkan peran pentingnya, apalagi dengan

komandan Polisi Istimewa yaitu Moehammad Jasin sangat bisa

melakukan perundingan dengan pihak Don Bosco sehingga bisa

meyakinkannya untuk memberikan senjata-senjatanya dan

menjamin keselamatan mereka.

B. Penyerbuan Markas Kempetai (Polisi Militer Jepang)

Kempetai merupakan Polisi Militer Jepang yang terkenal

dengan kekejamannya pada masyarakat. Markas Kempetai di

Surabaya yang terletak di daerah Pasar Besar ini oleh masyarakat

Surabaya dianggap sebagai markas yang sangat ditakuti dan

dibenci karena kekejamannya. Di markas inilah beberapa pejuang

kemerdekaan pernah merasakan siksaan yang sangat menyakitkan

seperti, Pramoedji, Rachim, Abdoel Azis, Soekajat, Tjak

Doerasih, Tjak Doel Arnowo, dan Ir. Darmawan. Mereka adalah

pejuang-pejuang kemerdekaan yang pernah merasakan siksaan di

markas Kempetai semasa menjadi tahanan.91

89

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

30. 90

Awaloedin Djamin, I Ketut Ratta, I Gede Putu Gunawan, dan

Ambar Wulan, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia: dari Zaman

Kuno sampai Sekarang, (Jakarta : Yayasan Brata Bhakti, 2007), 120. 91

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Catatan Julius

Pour: Mallaby Dibunuh atau Terbunuh?, 178-179.

Page 62: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

49

Pada tanggal 1 Oktober 1945 pukul 07.00, masyarakat

Surabaya dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Pemuda

Republik Indonesia (PRI), dan Polisi Istimewa sudah mulai

mengepung markas Kempetai. Pengepungan tersebut dilakukan

pada pagi hari, karena pada malam hari prajurit Kempetai diduga

sebagai prajurit yang ahli dalam pertempuran malam hari dan

pada siang hari kemampuan Kempetai tidak sehebat malam hari

dalam bertempur. Pada siang hari pukul 12.00, melalui lubang

dari markas Kempetai, prajurit Kempetai melakukan penembakan

terhadap orang-orang yang berada di luar.92

Walaupun keadaan sudah berubah tidak seperti sebelumnya

Jepang menguasai Indonesia, tetapi prajurit Kempetai tidak ingin

membukakan gerbangnya karena mereka tidak memiliki

tanggung jawab lagi kepada Markas Besar Balatentara Nippon di

Tokyo. Sekarang tanggung jawab itu ada di tangan Pimpinan

Tentara Serikat di Asia Tenggara. Karena memiliki tanggung

jawab tersebut, ketika petinggi Badan Keamanan Rakyat (BKR)

dan Polisi ingin melakukan perundingan kepada Kempetai, tetapi

markas tersebut tetap tidak dibuka. Malahan mereka secara diam-

diam mengunci semua akses masuk ke markas dan memperkuat

pertahanan.93

Keesokan harinya, tanggal 2 Oktober 1945, masyarakat

masih terus mengepung markas Kempetai. Pengepungan markas

ini masih belum jelas kepastian perundingan antara dua belah

92

Fadma Yulista, “Perebutan Senjata Jepang di Surabaya Tahun

1945”. AVATAR, e-Journal Pendidikan Sejarah 5, no. 3, (2017): 923-924. 93

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, 43-44.

Page 63: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

50

pihak, yaitu pihak Indonesia dengan pihak Kempetai. Pada pukul

12.00 siang, pengepungan yang dilakukan oleh masyarakat sudah

mencapai pintu gerbang markas Kempetai. Walaupun kepungan

yang dilakukan oleh masyarakat dengan jumlah yang tidak

sedikit, pihak Kempetai tetap tidak ingin menyerah. Namun,

masyarakat yang berada di luar pintu gerbang markas mendapat

tembakan dari senapan mesin oleh prajurit Kempetai dari dalam

markas. Masyarakat di luar pun tidak tinggal diam, mereka

membalas tembakan tersebut dengan senjata yang dimilikinya.

Di alun-alun yang menghubungkan antara kantor

Gubernur dan markas Kempetai, Polisi Istimewa bergerak dengan

niat untuk membantu masyarakat yang sudah berhasil masuk ke

markas Kempetai.94

Setelah beberapa jam berlangsung

pertempuran sengit, utusan dari pemerintah Indonesia datang ke

markas Kempetai, utusan tersebut adalah Ketua BKR Soengkono,

Residen Soedirman, dan komandan Polisi Istimewa Karesidenan

Surabaya Inspektur Polisi II Moehammad Jasin.95

Dengan

keberaniannya Moehammad Jasin menerobos kawat besi berduri

dan langsung menuju ke ruang Kempetai.96

Setelah berhasil menerobos masuk markas Kempetai,

Moehammad Jasin tidak sadar ternyata seorang rekannya

94

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

32. 95

Fadma Yulista, “Perebutan Senjata Jepang di Surabaya Tahun

1945”. AVATAR, e-Journal Pendidikan Sejarah 5, no. 3, (2017): 924. 96

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

32.

Page 64: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

51

bernama Soeprapto mengikutinya menerobos markas Kempetai.

Ketika ingin memasuki pintu markas, ada dua prajurit yang

menodongkan senjata yang berlaras bayonet kepada Meohammad

Jasin dan Soeprapto. Tapi Moehammad Jasin mencoba untuk

tetap tenang, selain itu Mohammad Jasin mengenal Takahara

bersaudara yang mana Takahara yang adik adalah seorang

anggota Kempetai. Moehammad Jasin mengatakan kepada kedua

prajurit tersebut keinginannya untuk bertemu dengan Takahara.

Kemudian dibawalah mereka menemui Takahara bersaudara.

Takahara yang lebih tua yang bekerja sebagai penerjemah tentara

Jepang menanyakan maksud dari Moehammad Jasin.

Moehammad Jasin meminta agar Kempetai menyerah dan semua

tanggung jawab akan ditanggung semua oleh Moehammad Jasin.

Kemudian Jasin langsung diantarkan untuk bertemu dengan

komandan Kempetai (Kempetai Tyo).97

Takahara yang lebih tua mengenalkan Moehammad Jasin

sebagai Tokubetsu Keisatsu Tayto (komandan Polisi Istimewa)

dan menyampaikan maksud kedatangan dari Moehammad Jasin.

Setelah mendengar penjelasan dari Takahara, komandan

Kempetai tidak memberikan komentar apa-apa, hanya memanggil

stafnya dan mendiskusikan permintaan Moehammad Jasin kepada

stafnya tersebut. Pada saat diskusi sedang berlangsung,

tampaknya Moehammad Jasin mengetahui kalau Kempetai akan

menyerah dan menuruti permintaan dari Moehammad Jasin.

Moehammad Jasin pun langsung mengambil sapu tangannya

97

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 19-20.

Page 65: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

52

yang berwarna putih dan langsung mengaitkannya ke tangan

komandan Kempetai tersebut sambil mengayunkannya di depan

jendela untuk menunjukkan kepada masyarakat yang ada di luar.

Pada saat itu terjadi, komandan Kempetai hanya menuruti semua

yang dilakukan oleh Moehammad Jasin, padahal Moehammad

Jasin melakukan semua itu tanpa ada ancaman apapun.98

Tak lama kemudian Takahara yang lebih tua menurunkan

bendera Jepang yang ada di halaman markas Kempetai sebagai

simbol bahwa Kempetai sudah menyerah kepada pada pejuang

Republik Indonesia. melihat penurunan bendera tersebut, rakyat

pun langsung mendekati dan segera menaikan bendera Indonesia

sambil berteriak gembira dan meneriakkan kata “Merdeka”

sebagai tanda kemenangan para pejuang Republik Indonesia

melawan Kempetai yang di kenal sangat kejam dan

mengerikan.99

Dalam pertempuran yang berlangsung di markas Kempetai

menelan korban jiwa sebanyak 40 orang tewas tertembak. Dari 40

orang tersebut, 25 orang Indonesia dan 15 anggota Kempetai.

Selain itu, ada yang mengalami luka-luka sebanyak 81 orang,

orang yang luka-luka sebanyak 60 orang Indonesia, 14 orang

Jepang, 2 China, dan 5 orang warga Belanda.100

98

Fadma Yulista, “Perebutan Senjata Jepang di Surabaya Tahun

1945”. AVATAR, e-Journal Pendidikan Sejarah 5, no. 3, (2017): 926. 99

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 21. 100

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Catatan Julius

Pour: Mallaby Dibunuh atau Terbunuh?, 182.

Page 66: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

53

Perebutan senjata di markas Kempetai dapat dilihat bahwa

Polisi Istimewa turun berperan. Polisi Istimewa dengan badan

perjuangan lain menggempur markas Kempetai yang tidak ingin

menyerah dan memberikan senjara kepada pejuang Indonesia.

Bahkan peran dari komandan Polisi Istimewa Moehammad Jasin

pun memiliki peran yang sangat besar, karena Moehammad Jasin

sebagai orang yang paling berani menerobos markas Kempetai

dan menemui komandan markas Kempetai untuk melakukan

perundingan supaya Kempetai bersedia memberikan

persenjataannya. Usaha dari Moehammad Jasin ini pun

membuahkan hasil dengan Kempetai bersedia memberikan

persenjataannya kepada pejuang Indonesia.

C. Penyerbuan Markas Kaigun (Angkatan Laut Jepang)

Pada tanggal 2 Oktober 1945, tujuan perebutan senjata

selanjurnya adalah Markas Besar Kaigun di Embongwungu.

Markas Besar Kaigun tersebut sudah dikepung oleh masyarakat

Surabaya sejak pukul 10.00 pagi101

, pengepungan yang dilakukan

oleh masyarakat tersebut dipelopori oleh BKR, PRI, BKR

Pelajar, dan Polisi Istimewa yang selalu ikut berperan di dalam

melakukan perebutan senjata. Pengepungan tersebut

101

Pengepungan yang dilakukan masyarakat ke Markas Besar Kaigun

Embongwungu menurut pernyataan Laksamana Shibata yang tertulis di dalam

buku “Seratus Hari di Surabaya yang Menggemparkan Indonesia” yang ditulis

oleh Roeslan Abdulgani, menyebutkan bahwa pengepungan tersebut dilakukan

dalam jumlah 700 rakyat yang masing-masing memegang senjata. Lihat,

Roeslan Abdulgani, Seratus Hari di Surabaya yang menggemparkan

Indonesia: Kisah Singkat Tentang Kejadian-kejadian di Kota Surabaya antara

Tanggal 17 Agustus s/d Akhir November 1945, (Jakarta : Yayasan Idayu,

1980), 14.

Page 67: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

54

menggunakan senjata berat, senjata tangan, dan 1 tank. Seluruh

alat komunikasi ke luar dan ke dalam milik Kaigun diputus.

Setelah alat komunikasi tersebut diputus, pejuang yang tadi

mengepung mulai masuk ke Markas Besar Kaigun untuk

mendapatkan persenjataan milik Kaigun, tetapi tidak ditemukan

persenjataan yang dicari tersebut.

Laksamana Shibata menemui semua pejuang yang datang

ke Markas Besar Kaigun dan menjelaskan bahwa seluruh

persenjataan yang ada di Markas Besar Kaigun sudah diserahkan

kepada Polisi Indonesia102

dan akan diserahkan kepada Residen

Soedirman. Mendengar penjelasan dari Laksamana Shibata yang

sangat jelas membuat masyarakat merasa puas dan memutuskan

untuk meninggalkan Markas Besar Kaigun untuk kembali ke

rumahnya masing-masing.103

Pada sore harinya tujuan pengambilan senjata yang

dilakukan oleh pejuang di Surabaya adalah Markas Kaigun104

102

Penyerahan persenjataan yang terjadi di Markas Besar Kaigun di

Embongwungu ditanda tangani oleh Moehammad Jasin selaku komandan

Polisi Istimewa atas nama Pemerintah Republik Indonesia. Lihat, Moehammad

Jasin, Singa Pejuang Republik Indonesia, (Jakarta : PPKBI, 1998), 37. 103

Aminuddin kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya,

(Surabaya : Panitia Pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan di Surabaya, 1986),

145. 104

Markas Kaigun yang diserang oleh pejuang di Surabaya ini adalah

Markas Marinir dari Angkatan Laut Jepang. Pasukan Marinir Angkatan Laut

Jepang ini terkenal sebagai pasukan terkuat yang berada di Surabaya, terutama

dalam hal persenjataannya dan jumlah anggota dari Marinir ini yang paling

banyak terdapat di asrama Kaigun tersebut. Lihat, Aminuddin Kasdi, Suparto

Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10 November 1945: Citra Kepahlawanan

Bangsa Indonesia di Surabaya, 145.

Page 68: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

55

yang berada di Gubeng.105

Dalam perebutan senjata di markas

Kaigun ini, sebagian besar dari Polisi Istimewa masih berada di

markas Kempetai dalam pengambilan senjata, tetapi Polisi

Istimewa yang tidak ikut melakukan perebutan senjata di markas

Kempetai bergerak untuk melakukan perebutan senjata di markas

Kaigun di Gubeng ini. Polisi Istimewa melakukan penyerangan

dari asrama Kaigun dan bagian lainnya dari markas Kaigun

tersebut yang dibantu dengan laskar pejuang lainnya.106

Polisi Istimewa yang melakukan penyerang ke markas

Kaigun di Gubeng ini berasal dari pasukan Polisi Istimewa Seksi

IV. Pasukan Polisi Istimewa Seksi IV ini berada di bawah

pimpinan Sukarli dan pasukan Polisi Istimewa Seksi IV ini

mendapat bantunan dari pasukan Polisi Istimewa Seksi Senapan.

Keterlibatan Polisi Istimewa dalam melakukan penyerangan

markas Kaigun di Gubeng untuk membantu masyarakat yang

berjuang dalam merebut senjata milik pasukan Kaigun.

Di saat pertempuran yang sangat sengit sedang

berlangsung, Agen Polisi Wirato, Inspektur Polisi Soetarjo, dan

Abdul Hamid berhasil menerobos masuk markas Kaigun. Setelah

berhasil menerobos masuk mereka langsung menemui pimpinan

markas dan langsung melakukan perundingan. Hasil dari

perundingan tersebut pihak Kaigun akan menyerahkan

105

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, (Jakarta : PT

Mutiara Sumber Widya, 1985), 29. 106

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 145.

Page 69: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

56

persenjataan yang dimiliki dengan jaminan keselamatan untuk

seluruh anggotanya.107

Hasil dari perundingan tersebut kemudian dilaporkan

kepada markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) Kota di

Pregolan. Setelah menerima laporan tersebut, Soengkono

langsung berangkat ke markas Kaigun di Gubeng untuk menemui

pimpinan markas Kaigun. Ketika bertemu dengan Soengkono,

pimpinan markas Kaigun bersedia menyerahkan senjata yang ada

di markas Kaigun Gubeng. Tetapi sebagai militer, pimpinan

markas Kaigun akan menyerahkan persenjataan tersebut setelah

mendapat perintah dari atasannya yaitu Laksamana Shibata.108

Kemudian Seongkono yang ditemani Roeslan Wongso

Kusumo mendatangi rumah Laksamana Shibata di Ketabang.

Setelah bertemu dengan Laksamana Shibata, Soengkono

mengatakan bahwa penyerangan yang sedang terjadi di markas

Kaigun Gubeng bukan karena kebencian terhadap Jepang, tapi

untuk mendapatkan senjata yang dimiliki oleh Kaigun untuk

melawan Belanda yang akan menjajah Indonesia kembali.109

Karena masih terjadi pertempuran di markas Kaigun Gubeng,

Soengkono bertanya kepada Laksamana Shibata tentang siapa

yang bisa menghentikan pertempuran tersebut. Laksamana

Shibata mengatakan bisa menyelesaikan pertempuran tersebut

107

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

33. 108

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 147. 109

Achmad Tahir, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB),

(Jakarta : PP Korps Sarjana Veteran RI, 1994), 192.

Page 70: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

57

dengan mengirim utusan seorang perwira untuk menyatakan

persetujuan penyerahan senjata.110

Abdul Hamid pun menghubungi Moehammad Jasin

selaku komandan Polisi Istimewa pada sore hari itu juga untuk

datang ke markas Kaigun di Gubeng. Setelah dihubungi oleh

Abdul Wahid, Moehammad Jasin pun langsung mendatangi

Markas Kaigun di Gubeng untuk menerima penyerahan senjata

dengan membawa pasukannya sebanyak 1 regu yang membawa

bendera Merah Putih yang besar. Pada saat perjalanan menuju

markas Kaigun, ternyata pertempuran pun sudah berhenti

sehingga tidak menyulitkan perjalanan.111

Setelah selesainya penandatanganan naskah penyerahan

senjata tersebut antara komandan Polisi Istimewa Karesiden

Surabaya Moehammad Jasin112

dengan pihak Jepang, markas

Kaigun tersebut diambil alih dan dikuasai oleh 1 seksi dari Polisi

Istimewa. Seluruh penghuni markas Kaigun tersebut yang

berjumlah sekitar 900 orang diamankan oleh 2 seksi Polisi

110

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 30. 111

Team Kodak X Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan

Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun 1945-1949, (Surabaya : Grafika Dinoyo,

1982), 59-60. 112

Naskah penyerahan senjata harus ditandatangani oleh

Moehammad Jasin sebagai komandan Polisi Istimewa karena pihak Jepang

hanya ingin menyerahkan senjata hanya kepada Polisi sebagai pasukan

bersenjata yang resmi, pihak Jepang tidak ingin menyerahkan senjata kepada

laskar atau Badan Keamanan Rakyat (BKR). Lihat, Aminuddin Kasdi, Suparto

Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10 November 1945: Citra Kepahlawanan

Bangsa Indonesia di Surabaya, 147.

Page 71: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

58

Istimewa, sesuai janji awal untuk seluruh pihak Jepang akan

mendapatkan jaminan keselamatan.113

Hasil persenjataan yang didapat dari markas Kaigun

Gubeng diangkut oleh Polisi Istimewa yaitu Luwito dan Samsi

Muda yang akan dibawa ke Asrama Coen Boelevard (sekarang

Jalan Dr. Soetomo). Senjata yang dibawa sebanyak 4 truk kecil

yang terdapat berbagai macam senjata, seperti senapan, bren,

revolver, pistol sein, klewang, bayonet dan sebagainya. Untuk

pengambilan senjata-senjata berat dilakukan oleh anggota BKR

Kota yang sebelumnya mengatakan kepada pihak Jepang bahwa

anggota BKR Kota yang memakai baju bisa sebagai Polisi

berpakaian preman. Senjata-senjata berat yang didapatkan dari

markas Kaigun Gubeng ini terdiri dari meriam penangkis

serangan udara 3,5 cm, senapan mesin 2 cm, metraliur, dan bom

2 laras ganda. Senjata yang didapat ini dibagikan kepada badan-

badan perjuangan, selain itu akan diberikan kepada anggota Polisi

di luar kota yang meminta tambahan persenjataan.114

Di dalam pertempuran di markas Kaigun Gubeng, ada

seorang pejuang Indonesia yang gugur dalam pertempuran

tersebut yaitu Agen Polisi III Robertus Soebardi. Sebagai seorang

pejuang yang rela mengorbankan nyawanya demi negara, Agen

Polisi III Robertus Soebardi di makamkan di Taman Makam

113

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

33. 114

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 148.

Page 72: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

59

Pahlawan (TMP) Kusuma Bangsa dan acara pemakamannya pun

dilakukan dengan upacara militer.115

Pada saat Polisi Istimewa yang sedang bertugas untuk

membawa persenjataan yang berhasil diambil dari markas

Kaigun, dalam perjalanannya ke Coen Boelevard melewati Polisi

Istimewa melewati Hoogendorplaan (Jalan Kartini). Di

Hoogendorplaan ini terdapat 2 gedung yang cukup besar. Gedung

pertama digunakan sebagai tempat penjualan daging bagi tentara

Jepang dan orang-orang (penduduk) sipil Jepang. Sementara

untuk gedung yang kedua tersebut digunakan sebagai oleh Jepang

asrama.116

Dalam perjalanan ke Coen Boelevard, Polisi Istimewa

yang sedang membawa persenjataan melalui Darmo Boulevard

melihat suatu kerumunan masyarakat yang sedang melakukan

pengepungan di asrama tersebut. Tetapi, pada pengepungan

tersebut masyarakat mengalami kesulitan, kesulitan tersebut

karena Jepang tidak ingin menyerah kepada masyarakat.

Masyarakat yang melakukan pengepungan tersebut hanya

membawa persenjataan senapan beberapa pucuk saja. Melihat hal

tersebut membuat Pasukan Istimewa yang sedang membawa

persenjataan ke Coen Boelevard terhenti untuk membantu

masyarakat. Kemudian Polisi Istimewa memberikan tambahan

senjata sebanyak 10 pucuk kepada masyarakat. Sebetulnya,

115

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

34. 116

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 148.

Page 73: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

60

semua masyarakat yang sedang melakukan pengepungan tersebut

meminta senjata kepada Polisi Istimewa, tetapi tidak diberikan

oleh Polisi Istimewa. Polisi Istimewa hanya ingin memberi

senjata kepada masyarakat yang bisa menembak karena tidak

semua masyarakat bisa menembak.

Setelah mendapat bantuan senjata dari Polisi Istimewa,

masyarakat pun semakin bersemangat untuk melakukan

penyerangan ke gedung asrama. Kemudian gedung asrama

tersebut ditembaki dengan gencar oleh masyrakat yang dibantu

oleh Polisi Istimewa yang menembaki menggunakan bren dari

atas truk. Tembakan-tembakan tersebut diarahkan ke jendela dan

ke pintu gedung asrama. Karena tembakan yang sangat gencar

dan begitu banyak, akhirnya pihak Jepang pun mengibarkan

bendera putih sebagai tanda menyerah. Kemudian pihak Jepang

yang sudah menyerah pun ditawan. Setelah Jepang sudah

tertawan, akhirnya Polisi Istimewa pun melanjutkan

perjalanannya ke Coen Boulevard.117

Dalam dua hari ini Polisi Istimewa memiliki peran yang

sangat besar dalam mendapatkan persenjataan dari Jepang.

Perebutan senjata pertama di markas Kaigun dengan komandan

Polisi Istimewa Moehammad Jasin yang menjadi orang yang

dipercaya oleh Jepang karena Polisi Istimewalah badan

perjuangan yang diakui oleh Jepang. Perebutan senjata kedua

terjadi di gedung yang terletak Hoogendorplaan yang pada saat

itu dikepung oleh masyarakat. Kemudian Polisi Istimewa yang

117

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 148.

Page 74: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

61

sedang mengangkut senjata dari markas Kaigun membantu

dengan memberikan senjata kepada masyarakat yang mengepung

dan Polisi Istimewa pun membantu dengan menembaki gedung

tersebut, sehingga pihak Jepang pun menyerah.

D. Perebutan Senjata di Gedung General Electronica

Terjadi juga perebutan senjata di gedung General

Electronica yang terletak di Kaliasin pada 2 Oktober 1945. Pada

saat perebutan senjata di gedung General Electronica, terjadi

pertempuran antara pihak pejuang di Surabaya dengan Jepang

untuk mendapatkan persenjataan di gedung General Electronica.

Karena pertempuran tersebut, komandan Polisi Istimewa Kota

Surabaya Inspektur Polisi Soetjipto Danoekusumo

memerintahkan anggotanya yaitu Pembantu Inspektur Polisi

Soeyapto untuk menghubungi seorang Perwira Penghubung

Jepang.118

Setelah mendapatkan perintah dari Soetjipto

Danoekusumo, Soeyapto langsung menemui Perwira Penghubung

Jepang yang berada di gedung Handels Vereeniging Amsterdam

(HVA) untuk mendatangi kantor Polisi atas perintah Soetjipto

Danoekusumo.119

Ketika Soeyapto tiba di gedung HVA dan berhasil

menemui Perwira Penghubung Jepang, Soeyapto pun memberi

tahu perihal kedatangannya menemui Perwira Penghubung

Jepang. Setelah mengetahui perihal kedatangan Soeyapto atas

118

Sutjipto Danoekusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sotjipto Danukusumo, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,

1997), 82. 119

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 134.

Page 75: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

62

perintah Soetjipto Danoekusumo untuk memintanya mendatangi

kantor Polisi, akhirnya Perwira Penghubung Jepang tersebut pun

menuruti permintaan tersebut dan mendatangi kantor Polisi untuk

bertemu dengan Soetjipto Danoekusumo.

Setelah Perwira Penghubung Jepang dan Soeyapto tiba di

kantor Polisi dan bertemu dengan Soetjipto Danoekusumo.

Ternyata permintaan Soetjipto Danoekusumo untuk

mendatangkan Perwira Penghubung Jepang tersebut untuk pergi

bersama ke Embong Malang untuk menemui Jenderal Iwabe.

Setelah mengetahui untuk apa diminta datang ke kantor Polisi,

akhirnya mereka pun bersama-sama pergi ke Embong Malang

untuk menemui Jenderal Iwabe. Mendatangi Jenderal Iwabe

tersebut untuk meminta surat penghentian pertempuran yang

sedang berlangsung di gedung General Electronica. Kemudian

Jenderal Iwabe pun memberikan surat yang diminta untuk

menghentikan pertempuran di General Electronica.120

Setelah mendapatkan surat dari Jenderal Iwabe, kemudian

tim yang beranggotakan Soetjipto Danoekusumo, Soeyapto, dan

Perwira Penghubung Jepang langsung berangkat ke gedung

General Electronica di Kaliasin. Ketika tiba di gedung General

Electronica tembak-menembak pun masih terus berlangsung.

Rakyat Surabaya pun sudah mengepung gedung tersebut dan

tentara Jepang yang masih beradi di gedung General Electronica

pun masih bertahan dengan memberikan perlawanan yang sangat

120

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

31.

Page 76: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

63

sengit. Bahkan tentara Jepang meletakkan senjata-senjata

mitraliyur di atas balkon dan loteng-loteng yang mengakibatkan

rakyat tidak bisa maju.121

Pada saat berada di JL. Kaliasin, tim yang sedang

mendekati gedung General Electronica sambil berteriak meminta

suapaya tembak-menembak tersebut dihentikan. Bahkan Perwira

Penghubung Jepang pun ikut berteriak dengan mengatakan “Utte

ikang! Utte ikang!” supaya tentara Jepang bisa mengerti dan

menghentikan tembak-menembak tersebut. Walaupun pada awal-

awal permintaan tersebut tidak didengar dan masih terus

melakukan tembak-menembak, tapi tim terus berusaha berteriak

dengan suara keras, akhirnya rakyat dan tentara Jepang mulai

mengerti bahwa tim yang datang ini membawa perintah yang

penting dan menghentikan tembak-menembak.122

Ketika tembak-menembak antara pihak rakyat Surabaya

dengan tentara Jepang sudah mereda, Soetjipto Danoekusumo

pun memberikan surat dari Jenderal Iwabe kepada komandan

Jepang yang berada di gedung General Electronica. Dalam surat

tersebut Jenderal Iwabe meminta supaya tentara Jepang untuk

menyerahkan senjatanya kepada pihak Indonesia. Kemudian

komandan Jepang memerintahkan kepada anggotanya supaya

mengumpulkan senjatanya untuk diberikan kepada pihak pejuang

Indonesia. walaupun pihak Jepang sudah bersedia untuk

memberikan senjatanya, ada rakyat yang masih marah kepada

121

Sutjipto Danoekusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sotjipto Danukusumo, 82-83. 122

Sutjipto Danoekusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sotjipto Danukusumo, 83.

Page 77: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

64

pihak Jepang dan ingin membunuh tentara Jepang. Rakyat yang

ingin membunuh tentara Jepang dapat dicegah oleh Inspektur

Polisi Sotjipto Danoekusumo dengan cara mengarahkan pistolnya

kearah pelipis rakyat tersebut, sehingga rakyat tersebut pun

mengurungkan niatnya untuk membunuh tentara Jepang.123

Kalau saja rakyat tersebut berhasil membunuh tentara

Jepang, kemudian tentara Jepang yang belum menyerahkan

senjatanya pasti akan berontak dan melakukan penyerangan

kepada rakyat yang ada di gedung General Electronica, bahkan

bisa membunuh semua rakyat yang ada di situ.124

Pada saat

pengambilan senjata di gedung Gedung Electronica, persenjataan

yang didapat ada beberapa senjata dan peralatan militer.125

Sotjipto Danoekusumo beserta anggotanya dalam

perebutan senjata di gedung General Electronoica memiliki peran

yang sangat penting, karena Sotjipto Danoekusumo beserta

anggotanya berhasil mendapatkan surat dari Jenderal Iwabe

sehingga bisa memberhentikan pertempuran antara pihak Jepang

dengan pihak Indonesia. Pihak Jepang pun memberikan

persenjataannya karena peran dari Sotjipto Danoekusumo dengan

anggota Polisi Istimewa lainnya.

123

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

31. 124

Sutjipto Danoekusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sotjipto Danukusumo, 83. 125

Batara R. Hutagalung, 10 November ‟45: Mengapa Inggris

Membom Surabaya?, (Jakarta : Millennium Publisher, 2001), 143.

Page 78: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

65

E. Perebutan Pedang Samurai Jepang

Selain persenjataan canggih yang dimiliki oleh Jepang

dilakukan perebutan oleh pihak masyarakat Surabaya beserta

laskar-laskar perjuangan lainnya, perebutan senjata tradisional

milik Jepang pun tak luput dari perebutan untuk digunakan dalam

mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu pedang samurai.

Dalam perebutan pedang samurai ini peran Polisi Istimewa yang

sangat penting. Perebutan pedang samurai ini terjadi pada akhir

bulan September 1945. Perebutan pedang samurai ini di sebuah

rumah yang terletak di desa Karangrejo dekat dengan pabrik kopi

dan tidak jauh dari Dam Gunungsari. Rumah di daerah

tersebutlah yang dipergunakan oleh Jepang untuk menyimpan

pedang-pedang samurai yang sangat banyak tersebut.126

Mengetahui ada sebuah rumah yang menyimpan banyak

pedang samurai, kemudian Polisi Istimewa melakukan

penggerebekan rumah yang dijadikan tempat penyimpanan

pedang-pedang samurai.127

Pada saat melakukan penggerebekan

ternyata banyak tentara Jepang yang berhasil melarikan diri dari

penggerebekan yang dilakukan oleh Polisi Istimewa, sehingga

hanya seorang tentara Jepang yang berhasil ditangkap oleh Polisi

Istimewa dalam penggerebekan tersebut. Saat penggerebekan

tersebut berhasil mendapatkan 400 buah pedang samurai yang

126

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 149. 127

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

34.

Page 79: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

66

ditinggalkan oleh penjaganya karena banyak yang melarikan diri

dari penggerebekan tersebut.

Berasal dari mana pedang-pedang samurai yang direbut

dari Jepang tersebut tidak ada yang mengetahui. Tetapi, pedang-

pedang samurai dan tentara Jepang yang berhasil ditangkap

dibawa ke markas Pemuda Republik Indonesia (PRI) Tengah di

bengkel Harley Davidson yang terletak di kaliasin untuk

diperiksa, karena Polisi Istimewa yang melakukan penggerebekan

tidak sempat untuk melakukan pemeriksaan.128

Bisa dikatakan

bahwa Polisi Istimewa di dalam perebutan pedang samurai ini

memiliki peran yang sangat penting. Karena Polisi Istimewalah

yang merencanakan dan pelaku yang melakukan penggerebekan

tersebut.

F. Pengambilalihan Rumah Sakit Karangmenjangan

Polisi Istimewa yang pada saat awal kemeredekaan

Indonesia sebagai pasukan yang berkekuatan militer, banyak

melakukan perebutan-perebutan senjata milik Jepang. Ternyata,

selain melakukan perebutan senjata yang dimiliki Jepang untuk

kebutuhan pertempuran, Polisi Istimewa juga melakukan

perebutan rumah sakit yang dikuasai oleh Jepang.129

Perebutan

rumah sakit yang dilakukan oleh Polisi Istimewa adalah Rumah

Sakit Karangmenjangan. Moehammad Jasin sebagai komandan

Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya sebelum melakukan

128

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 149. 129

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

35.

Page 80: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

67

pengambilan Rumah Sakit Karangmenjangan terlebih dahulu

mendatangi Rumah Sakit Simpang untuk menemui pimpinan dari

Rumah Sakit Simpang dengan maksud membicarakan rencana

pengambilalihan Rumah Sakit Karangmenjangan agar menjadi

milik Indonesia.

Setelah selesai melakukan pertemuan dengan pimpinan

Rumah Sakit Simpang, Moehammad Jasin pun langsung

berangkat ke Rumah Sakit Karangmenjangan. Pada saat

berangkat ke Rumah Sakit Karangmenjangan, sekelompok

perawat laki-laki yang berasal dari Rumah Sakit Simpang dan

sekelompok pemuda mengikuti satu regu Polisi Istimewa ke

Rumah Sakit Karangmenjangan menggunakan beberapa

kendaraan.130

Ketika sudah tiba di Rumah Sakit Karangmenjangan,

Moehammad Jasin langsung melakukan pembicaraan dengan

pimpinan Rumah Sakit Karangmenjangan. Setelah moehammad

Jasin menjelaskan kedatanganya untuk mengambilalih Rumah

Sakit Karangmenjangan menjadi milik Indonesia, ternyata

pimpinan Rumah Sakit Karangmenjangan menolak untuk

memberikannya dan tetap ingin mempertahankan rumah sakit

tersebut dan tidak ingin memberikannya kepada pihak

Indonesia.131

130

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 140. 131

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

35.

Page 81: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

68

Mendengar pernyataan dari pimpinan Rumah Sakit

Karangmenjangan tidak ingin memberikan rumah sakit tersebut

kepada pihak Indonesia, pihak Indonesia pun tetap memaksa agar

Rumah Sakit Karangmenjangan harus menjadi milik Indonesia

dengan bagaimana pun. Kemudian Moehammad Jasin

mengancam pimpinan Rumah Sakit Karangmenjangan bila tidak

memberikan rumah sakit tersebut maka akan dilakukan denga

cara kekerasan yaitu penyerbuan kepada Rumah Sakit

Karangmenjangan oleh Polisi Istimewa. Pimpinan Rumah Sakit

Karangmenjangan merasa ketakutan mendengar ancaman dari

Moehammad Jasin dan melihat pasukan Polisi Istimewa serta

para perawat laki-laki yang dari Rumah Sakit Simpang sudah siap

melakukan serangan yang hanya tinggal menunggu komando,

akhirnya pimpinan Rumah Sakit Karangmenjangan pun beserta

dengan stafnya dan isinya memberikan Rumah Sakit

Karangmenjangan kepada pihak Indonesia.132

Ketika berhasil mendapatkan Rumah Sakit

Karangmenjangan, Polisi Istimewa memberikan seluruh urusan

operasional rumah sakit tersebut kepada para dokter dan perawat

yang dibawa dari Rumah Sakit Simpang.133

Berkat Moehammad

Jasin yang memimpin Polisi Istimewa untuk melakukan

pengambilalihan Rumah Sakit Karangmenjangan ini, akhirnya

pihak Indonesia berhasil mendapatkan Rumah Sakit

132

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 140. 133

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

35.

Page 82: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

69

Karangmenjangan tanpa adanya pertempuran dari pihak

Indonesia dan Jepang.

G. Perebutan Pangkalan Udara Morokrembangan

Selain gudang persenjataan Jepang yang direbut oleh

pejuang di Surabaya, pejuang di Surabaya juga melakukan

perebutan Pangkalan Udara Morokrembangan. Penyerbuan yang

dilakukan di Pangkalan Udara Morokrebangan ini diserbu oleh

Pemuda Republik Indonesia (PRI) Utara, Badan Keamanan

Rakyat (BKR) Udara, Pemuda Republik Indonesia (PRI)

Sulawesi, dan pasukan dari Polisi pada tanggal 3 Oktober 1945.

Sebelum terjadinya pertempuran antara pejuang Indonesia dengan

pihak Jepang di Pangkalan Udara Morokrembangan, Residen

Soedirman yang didampingi oleh Pembantu Inspektur Polisi

Soeyapto atas perintah dari komandan Polisi Istimewa Kota

Surabaya yaitu Sutjipto Danoekusumo. Selain itu kedatangan

Residen Soedirman dikawal panser dari Polisi Istimewa yang

dikendari oleh Samiko. Pengawalan kepada Residen Soedirman

yang dilakukan oleh Polisi Istimewa untuk memberikan rasa

aman kepada Residen Soedirman.134

Para pejuang di Surabaya yang mendatangi Pangkalan

Udara Morokrembangan ini sudah siap untuk melakukan

pertempuran dengan Jepang kalau cara tersebut diperlukan.

Tetapi, Jepang yang menjaga Pangkalan Udara Morokrembangan

tersebut tidak memperlihatkan sikap permusuhan terhadap para

pejuang walaupun senjata selalu berada di tangan dari pasukan

134

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 149.

Page 83: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

70

Jepang. Kemudian, Residen Soedirman menyerahkan surat

kepada Komandan Jepang di Pangkalan Udara Morokrembangan

untuk meminta seluruh Pangkalan Udara Morokrembangan

beserta isinya. Permintaan pun dituruti dengan baik sehingga

tidak menimbulkan pertempuran dan senjata-senjata yang didapat

dari Pangkalan Udara Morokrembangan langsung dibagikan

kepada pemuda-pemuda Surabaya.135

Persenjataan yang di dapat dari Pangkalan Udara

Morokrembangan terdapat 2 skuadron pesawat Catalia, 3

skuadron pesawat tempur, 40 pesawat pengintai, 1 kapal terbang,

dan 3 dakota. Seluruh peralatan tempur yang berada di Pangkalan

Udara Moroktembangan resmi menjadi milik pemuda-pemuda

Surabaya.136

Selain peralatan tempur, rakyat juga mengambil

semua macam perbekalan yang ada di gudang Pangkalan Udara

Morokrembangan, baik itu adalah perbekalan dari sipil atau

militer.137

Ketika kembalinya Polisi Istimewa ke markasnya setelah

dari Pangkalan Udara Morokrembangan, terdengan suara ledakan

yang sangat besar dari kejauhan. Kemudian terlihat asap yang

sangat tebal berada di atas Pulau Madura, setelah itu ada kabar

yang mengatakan bahwa suara ledakan tersebut berasal dari

135

Sutjipto Danoekusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sotjipto Danukusumo, 84. 136

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 149. 137

Irna H. N. Hadi Soewito, Rakyat Jawa Timur Mempertahankan

Kemerdekaan 1, (Jakarta : PT Grasindo, 1994), 25.

Page 84: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

71

gudang peluru Jepang yang meledak.138

Nampaknya pelucutan

senjata dari Jepang yang dilakukan oleh pejuang-pejuang di

Surabaya diikuti di seluruh Jawa Timur seperti, Karesidenan

Malang, Besuki, Kediri, Madiun, Bojonegoro, dan Madura.139

Polisi Istimewa di dalam perebutan Pangkalan Udara

Morokrembangan dari Jepang melakukan tugas sebagai pengawal

dari Residen Soedirman. Pengawalan yang dilakukan oleh Polisi

Istimewa menggunakan kendaraan panser sebagai pelindung dari

Residen Soedirman. Pengawalan tersebut pun berjalan dengan

baik, karena Residen Soedirman tetap aman dan bahkan berhasil

merebut Pangkalan Udara Morokrembangan.

Menurut pernyataan dari Jenderal Iwabe sebagai bentuk

laporan kepada Pemerinah Republik Indonesia, mengatakan

bahwa senjata dan peralatan perang yang didapatkan oleh pejuang

di Surabaya sebagai berikut:

1. 18.750 pucuk senapan berjenis karabin dan jenis lainnya.

2. 700 pistol colt revolver dan vickers Jepang.

3. 2.500 senapan mesin ringan dan berat.

4. 200 pelembar atau pelontar granat dan granat yang

jumlahnya berpeti-peti.

5. 17 pucuk meriam infanteri howitzer

6. 145 pucuk meriam anti pesawat udara.

7. 20-25 pucuk merian anti tank.

8. 650 mortir beserta dengan amunisinya.

138

Sutjipto Danoekusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sotjipto Danukusumo, 84. 139

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 149.

Page 85: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

72

9. 18 unit kendaraan tempur jenis tank besar termasuk

brencarrier.

10. 62 unit panserwagen.

11. 1.900 kendaraan bermotor, yang terdiri atas truk-truk

pengangkut, kendaraan patroli, sedang, dan pick up kecil dan

sedang.

12. Ditambah dengan persenjataan dan peralatan perang bekas

tentara Belanda, Australia, dan Inggris yang direbut oleh

Jepang yang kemudian dapat diambil pihak pejuang di

Surabaya.140

140

Batara R. Hutagalung, 10 November ‟45: Mengapa Inggris

Membom Surabaya?, 146.

Page 86: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

73

BAB V

POLISI ISTIMEWA MELAWAN SEKUTU

A. Kedatangan Sekutu di Surabaya

1. Munculnya Resolusi Jihad

Sebelum kedatangan Sekutu, para kyai di bawah pimpinan

Hasyim Asy‟ari memunculkan Resolusi Jihad untuk menghadapi

kemungkinan peperangan untuk menjajah Indonesia kembali.

Para kyai memiliki peran penting dalam membakar semangat dan

moril para pejuang, terlihat saat berusaha menyampaikan bahwa

perjuangan membela tanah air adalah bagian dari jihad fi

sabilillah (berjuang di jalan Allah). Sebelum munculnya Resolusi

Jihad, terlebih dulu muncul Fatwah Jihad yang dtandadatangani

oleh Hasyim Asy‟ari pada 17 September 1945. Fatwa tersebut

berisi: 1. Hukum memerangi orang kafir yang merintangi

kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardu „ain untuk orang

Islam dan mungkin juga bagi orang kafir. 2. Untuk orang yang

meninggal pada saat berperang melawan NICA dan

komplotannya, maka orang itu mati syahid. 3. Orang-orang yang

memecah persaudaraan kita saat ini makan wajib dibunuh.141

Setelah munculnya Fatwah Jihad, Nahdlatul „Ulama (NU)

sebagai organisasi sosial keagamaan yang anti dengan penjajahan

memanggil seluruh konsulnya se-Jawa dan Madura untuk

menentukan sikap terhadap NICA (Netherlands-Indies Civil

Administratio) dan Sekutu. Pertempuran yang dilakukan para

141

Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama – Santri & Resolusi Jihad:

Garda Terdepan Menegakkan Indonesia (1945-1949), (Tangerang : Pustaka

Compass, 2014), 205.

Page 87: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

74

konsul NU dilakukan di kantor PBNU Bubutan Surabaya pada

tanggal 21-22 Oktober 1945 dan pertemuan dipimpin oleh KH.

Wahab Hasbullah. Dari hasil pertemuan tersebut menghasilkan

Resolusi Jihad.142

Adapun isi dari Resolusi Jihad sebagai Berikut:

“Bismillahirrahmanirrahim

Rapat Besar wakil-wakil daerah (konsul-konsul) Perhimpunan

Nahdlatul Ulama seluruh Jawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober

1945 di Surabaya.

Mendengar:

Bahwa di tiap-tiap daerah seluruh Jawa-Madura ternyata betapa

besarnya hasrat umat Islam alim dan alim ulama di tempatnya

masing-masing untuk mempertahankan dan menegakkan AGAMA,

KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA.

Menimbang:

a. Bahwa untuk mempertahankan dab menegakkan Negara

Republik Indonesia menurut Hukum Islam, termasuk sebagai

kewajiban bagi tiap-tiap orang Islam.

b. Bahwa di Indonesia ini warga negaranya adalah sebagian

besar terdiri dari umat Islam.

Mengingat:

a. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Jepang yang datang

dan berada di sini telah banyak sekali dijalankan kejahatan

dan kekejaman yang mengganggu ketentraman umum.

b. Bahwa semua yang dilakukan oleh mereka itu dengan

maksud melanggar kedaulatan Negara Rebublik Indonesia

dan agama, dan ingin kembali menjajah di sini makan di

beberapa tempat telah terjadi pertempuran yang

mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia.

c. Bahwa pertempuran-pertempuran itu sebagian besar telah

dilakukan oleh umat Islam yang merasa wajib menurut

agamanya untuk mempertahankan kemerdekaan negara dan

agamanya.

d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kejadian-kejadian itu

perlu mendapatkan perintah dan tuntutan yang nyata dari

142

Hasyim Latief, Laskar Hizbullah: Berjuang Menegakkan Negara

RI, (Jakarta : Lajnah Ta‟lif wan Nasyr PBNU, 1995), 53.

Page 88: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

75

pemerintah Republik Indonesia yang sesuai dengan kejadian-

kejadian tersebut.

Memutuskan:

a. Memohon dengan sangat kepada pemerintah Republik

Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang

nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan

membahayan Kemerdekaan dan Agama dan Negara

Indonesia terutama terhadap pihak Belanda dan kaki

tanganya.

b. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat

„sabilillah‟ untuk tegaknya Negara Republik Indonesia dan

Agama Islam.

Surabaya, 22 -10-1945

HB. Nahdlatul Ulama”143

Isi pokok pada Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 ini

adalah untuk menyerukan perlawan fisik untuk mempertahankan

kemerdekaan. Perlawanan fisik yang dilakukan terhadap Sekutu

dan Belanda yang membonceng terhadap Sekutu yang ingin

menjajah Indonesia kembali hukumnya adalah wajib dilakukan

bagi setiap muslim.144

Munculnya Resolusi Jihad ini semakin

membuat umat Islam dan badan perjuangan semangat dalam

mempertahankan kemerdekaan.

2. Pendaratan Sekutu di Jakarta

Sebelum datangnya Sekutu ke Surabaya, Sekutu

mengutus seorang perwira bernama Kapten Huijer145

ke

143

Kutipan asli diambil dari buku, Zainul Milal Bizawie, Laskar

Ulama – Santri & Resolusi Jihad: Garda Terdepan Menegakkan Indonesia

(1945-1949), 207-208. 144

Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarah Tebuireng, Resolusi Jihad

“Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama Hingga Negara”, (Jombang :

Pustaka Tebuireng, 2015), 173. 145

Kapten Huijer merupakan seorang perwira yang berasal dari

Tentara Angkatan Laut Belanda. Huijer berasal dari kesatuan komando

Angkatan Laut Belanda yang sangat berpengalaman dan memiliki keberanian

Page 89: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

76

Surabaya. Datangnya Kapten Huijer ke Surabaya bertujuan untuk

mengurus tahanan Relief of Allied Prisoners of War and

Internees (RAPWI). Ketika sampai di Surabaya, Kapten Huijer

langsung menemui Residen Seodirman untuk meminta supaya

seluruh tawanan Sekutu dibebaskan. Selain itu, Kapten Huijer

juga meminta supaya Pangkalan Udara Morokrembangan

dikosongkan. Permintaan Kapten Huijer pun ditolak, karena

masyarakat mencurigai ada rencana licik yang direncanakan oleh

Belanda untuk berkuasa lagi di Indonesia.146

Melihat sikap dari

Kapten Huijer yang tidak sopan dan untuk memberikan rasa

aman kepada dirinya sendiri, Residen Soedirman pun meminta

supaya Kapten Huijer diamankan.147

Pada tanggal 22 Oktober 1945, Ketua Badan Keamanan

Rakyat (BKR) Kota Surabaya, Kolonel Soengkon meresmikan

terbentuknya BKR-Pelajar. Susunan BKR-Pelajar sebagai

berikut:

1. Staf I berasal dari pelajar SMT Darmo dan SMP II Ketabang.

Ketua dari sekolah-sekolah tersebut bernama Achmad

Wardojo dan Moeljosoedjono. Markas Staf I berada di

yang luar biasa. Kapten Huijer pernah bertugas di Markas Besar Pasukan

Sekutu di Colombo, Sri Langka. Pada saat bertugas di Markas Besar Pasukan

Sekutu di Colombo, Kapten Huijer bersama-sama dengan Kapten Raymond

Westerling. Lihat, Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan

Julius Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, (Jakarta : Bhuana Ilmu

Populer, 2012), 217-218. 146

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

(Yogyakarta : Mata Padi Pressindo, 2013), 48. 147

G. Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 I, (Yogyakarta : Kanisius,

1999), 99.

Page 90: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

77

Darmo Raja No. 49 dan jumlah anggota staf I sekitar 300

orang.

2. Staf II berasal dari pelajar yang berasal dari sekolah-sekolah

yang berada di sekitar Praban. Markas staf II menempati

gedung SMP 1 Praban, sebagai ketua Aniroen dan wakil

ketua Mohammad Tohor. Jumlah anggota sekitar 200 orang.

3. Staf III berasal dari pelajar SMTT dan STN. Markas dari staf

III menempati gedung Sekolah Teknik Pertama di Sawahan.

Sebagai ketua Abdoel Sjoekoer dan wakil ketua Soenarto.

Jumlah anggota staf III sekitar 800 orang.

4. Staf IV berasal dari pelajar SMT Darmo kelas II dan pelajar

yang berasal dari sekitar Heeren Straat (sekarang Jalan

Rajawali). Sebagai ketua Soetojo Rahardjo dan wakil ketua

Ismail Kartasasmita. Jumlah anggota staf IV sekitar 30

orang.148

Setelah terbentuknya BKR-Pelajar sebanyak IV staf,

kemudian Staf I, II, dan IV, mendapat pelatihan kemiliteran dari

komandan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya Moehammad

Jasin, Karli, dan para pelatih lainnya yang berasal dari Polisi

Istimewa. Setelah dilatih oleh para pelatih dari Polisi Istimewa,

staf I, II, dan IV disatukan menjadi badan perjuangan sendiri

yang diresmikan pada tanggal 19 Oktober 1945 oleh Ketua BKR

Kota Surabaya, Kolonel Soengkono. Staf I, II, dan IV kemudian

menjadi badan perjuangan sendiri dengan nama resmi “BKR

148

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 127-128.

Page 91: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

78

Kota, Darmo 49, Soerabaya”.149

Dibentuknya pasukan ini untuk

memperkuat pertahanan Indonesia.

Pada awalnya ada isu yang menyebutkan bahwa Sekutu

akan datang ke Surabaya pada tanggal 4 Oktober 1945, sehingga

masyarakat Surabaya mempercepat dalam melakukan konsolidasi

kekuatan mereka.150

Ternyata kabar pasti Sekutu akan tiba di

Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 yang disampaikan oleh

orang-orang yang berasal dari gubernuran yang mendapat

informasi dari Menteri Penerangan Amir Syarifuddin dan

mengatakan bahwa kedatangan Sekutu ke Surabaya untuk

menyelasikan masalah tawanan perang dan kaum interniran

Belanda, melucuti dan memulangkan Tetara Jepang ke

negaranya, dan menjaga serta memelihara ketertiban umum.

Bahkan Amir Syarifuddin meminta supaya masyarakat Surabaya

untuk membantu tugas Sekutu di Surabaya.151

Pada tanggal 25 Oktober 1945, Sebelum Sekutu

mendaratkan armadanya, drg. Moestopo yang mendapat

kepercayaan dari pemerintah pusat menjadikannya sebagai

Menteri Pertahanan ad-interim dengan didampingi oleh

komandan Polisi Istimewa Karesiden Surabaya Mohammad

Jasin, mengirimkan morse dari pantai Tanjung Perak kepada

armada Sekutu supaya tidak mendaratkan pasukannya. Larangan

149

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 128. 150

Mestika Zeid, “Perjuangan dan Diplomasi”. Dalam Indonesia

dalam Arus Sejarah: Perang dan Revolusi, ed. Taufik Abdullah dan A. B.

Lapian (Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2009), 205. 151

R. S. Achmad, Surabaya Bergejolak, (Jakarta : CV Haji

Masagung, 1990), 53.

Page 92: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

79

pendaratan pasukan itu diulang lagi dengan menambah ancaman,

kalau pasukan Sekutu tetap ingin melakukan pendaratan maka

akan menghadapi resiko berperang. Tetapi balasan dari Sekutu

bahwa mereka tidak menerima perintah dari siapapun kecuali dari

Panglima Sekutu.152

Para pemuda yang sudah memiliki persenjataan yang

didapat dari Jepang siap untuk bertempur menghadapi siapapun

untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.153

Melihat

jawaban yang tidak diharapkan dari Sekutu membuat

Moehammad Jasin sebagai komandan Polisi Istimewa

Karesidenan Surabaya langsung mempersiapkan pasukannya

untuk menghadapi pasukan Sekutu di garis demarkasi di pesisir

pantai. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) juga mempersiapkan

pasukannya yang berjumlah sekitar 20.000 orang. Dari rakyat pun

ikut dalam persiapan melawan Sekutu dengan massa tidak kurang

dari 120.000 yang bersiap di gerbang Surabaya. Bahkan

masyarakat juga tidak ketinggalan ikut andil dengan menebang

pohon-pohon yang kemudian dibentangkan di jalan untuk

menghalangi tank yang dibawa Sekutu tidak bisa memasuki

jantung kota.154

152

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama, 2010), 27. 153

Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho, Sejarah Nasional

Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik, (Jakarta : Balai Pustaka,

2010), 187. 154

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 28.

Page 93: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

80

Tepat pada tanggal 25 Oktober 1945 ini akhirnya Sekutu

mendaratkan pasukannya di pelabuhan Tanjung Perak dari

Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal (Brigjen)

Mallaby, Brigade ini berada dalam bagian Divisi India ke-23 di

bawah pimpinan Mayor Jenderal (Mayjen) D. C. Hawthorn.155

Kedatangan Sekutu ke Surabaya menggunakan beberapa kapal

seperti, kapal Wapenley, Malika, Assidious, Floristin, dan lain-

lain. Selain itu, kapal-kapal ini didampingi dengan kapal-kapal

perang. Jumlah pasukan yang dibawa dengan kapal-kapal tersebut

berjumlah sekitar 6000 orang.156

Pasukan Sekutu yang datang ke Surabaya merupakan

pasukan yang berkebangsaan Inggris dan kesatuan-kesatuan

tentara Inggris yang berkebangsaan India yang lebih dikenal

dengan Gurkha. Pasukan Inggris yang tergabung dengan Sekutu

yang ditugaskan ke Indonesia dikenal sebagai Allied Force for

Netherlands East Indies (AFNEI).157

Tugas dari AFNEI datang ke

Indonesia sebagai berikut:

155

Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho, Sejarah Nasional

Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik, 187. 156

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 27. 157

Menurut Des Alwi seorang pelaku sejarah yang ikut berjuang di

Surabaya dan juga sebagai anak anggkat dari Moehammad Hatta mengatakan

pasukan yang tiba berasal dari Punjabi dan Dogra yang didatangkan dari

wilayah India bagian timur, sehingga pasukan tersebut bukan berasal dari

Gurkha. Diketahuinya yang mendarat bukan orang Gurkha karena ada

perbedaan antara orang Gurkha dengan pasukan yang didaratkan di Surabaya.

Orang Gurkha berasal dari Nepal, India bagian utara dan wajah orang Gurkha

memiliki kemiripan dengan orang China. Tentara Gurkha terkenal dengan

keberanian dan kekejamannya di dalam pertempuran satu lawan satu dengan

menggunakan senjata tradisional bernama “kukri” sejenis pisau tajam

Page 94: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

81

1. Melucuti persenjataan, mengembalikan tentara Jepang ke

negaranya, dan menerima penyerahan tentara Jepang tanpa

syarat apapun.

2. Untuk membebaskan Allied Prisoners and War Interness

(APWI) dan tugas ini diberi nama sebagai Relief of Allied

Prisoners of War and Internees (RAPWI).

3. Untuk membuat kemungkinan agar pemerintah sipil bisa

berfungsi kembali, maka dari itu AFNEI menjaga keamanan

dan ketertiban.

4. Untuk mencari informasi tentang penjahat perang dan

mengadilinya.158

3. Perjanjian Sekutu dan Indonesia di Surabaya

Pada saat kedatangan pasukan Sekutu, sebenarnya

Pemerintah Daerah Surabaya merasa keberatan dengan

kedatangan Sekutu. Walaupun merasa keberatan, tetapi

Pemerintah Daerah Surabaya tetap menerima pendaratan Sekutu

karena adanya pesan dari Pemerintah Pusat supaya kedatangan

melengkung. Pada saat Perang Dunia II, masyarakat antar negara menyaksikan

keberanian dari pasukan Gurkha ini ketika berhasil melumpuhkan pasukan dari

Jerman dan Jepang.

Karena sejak awal berita yang sudak tersebar bahwa pasukan Sekutu

yang akan mendarat di Surabaya adalah Gurkha, maka setiap pasukan Sekutu

yang berasal dari India disebut sebagai Gurkha. Padahal pada awal kedatangan

Sekutu ke Surabaya atau selama bulan Oktober 1945, pasukan yang berasal

dari Gurkha tidak ada yang ikut datang dan bertempur di Surabaya. Pasukan

Gurkha datang ke Surabaya pada bulan November 1945 setelah pasukan dari

Inggris datang dan langsung ikut bertempur di Surabaya untuk menghukum

rakyat Surabaya. Lihat, Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945:

Catatan Julius Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 208-209. 158

G. Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 I, 97.

Page 95: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

82

Sekutu harus diterima di Surabaya.159

Langkah awal Sekutu

ketika tiba Surabaya adalah dengan menemui pimpinan pejuang,

yang pada saat itu pihak Sekutu diwakilkan langsung oleh

Brigjen Mallaby. Kemudian pimpinan pejuang diwakili dengan

drg. Moestopo, Bung Tomo (pimpinan Badan Pemberontakan

Republik Indonesia), dan Moehammad Jasin (komandan Polisi

Istimewa Karesidenan Surabaya). Ketika Brigjen Mallaby sedang

melangsungkan pembicaraan dengan perwakilan Indonesia,

pasukan Sekutu bergerak memasuki pusat kota. Melihat pasukan

Sekutu bergerak memasuki pusat kota, pemuda pejuang sangat

marah dan ingin menyerang pasukan Sekutu. Kemudian Sekutu

memberitahu bahwa kedatangan mereka hanya untuk

membebaskan tahanan orang-orang Belanda dan melucuti

persenjataan Jepang, kedatangan mereka tidak ingin berperang

dengan Indonesia. mendengar alasan tersebut kemudian

meredahkan amarah pemuda pejuang dan tidak menimbulkan

pertempuran.160

Dua orang perwira dari pihak Sekutu yang bernama

Kapten Donald dan Letnan Gordon Smith, menuju ke gubernuran

untuk menemui Gubernur Soeryo atas perintah Brigjen Mallaby.

Kedatangan dua perwira tersebut dengan maksud menyampaikan

pesan dari Brigjen Mallaby kepada Gubernur Soeryo untuk

melakukan pertemuan di kapal perang miliki Sekutu. Tetapi,

Gubernur Soeryo menolak permintaan tersebut, karena Gubernur

159

Achmad Tahir, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB),

(Jakarta : PP Korps Sarjana Veteran, 1994), 192. 160

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 28.

Page 96: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

83

Soeryo akan menghadiri rapat kerja dengan seluruh residen di

Jawa Timur. Kedua perwira tersebut pun memaksa Gubernur

Soeryo, tetepi Gubernur Soeryo tetap tidak bisa memenuhi

permintaan dua perwira tersebut. Kemudian dua perwira tersebut

meninggalkan ruangan tanpa pamit kepada Gubernur Soeryo.161

Setelah undangan dari Brigjen Mallaby ditolak oleh

Gubernur Soeryo, pada sore harinya Sekutu mendaratkan

pasukannya tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada

Pemerintah Daerah Surabaya. Mengetahui hal tersebut Gubernur

Soeryo mengirim delegasi untuk menemui Sekutu, delegasi

tersebut yaitu Roeslan Abdulgani, dr. Soegiri, Bambang

Soeprapto, Kustur, dan drg. Moestopo sebagai Menteri

Pertahanan ad-interim. Delegasi tersebut dikirim untuk

menyampaikan pesan dari Gubernur Soeryo yang mendapat

perintah dari Pemerintah Pusat supaya tidak menghalangi tugas

Sekutu di Surabaya dan harus menyelesaikan segala urusan

dengan Sekutu melalui cara yang damai.

Dari delegasi tersebut ikut juga dua anggota Polisi

Istimewa yaitu Komandan Polisi Prawirosoedirdjo dan

Komandan Polisi Paiman untuk menemui Sekutu. Delegasi ini

juga meminta agar Sekutu tetap berada di pelabuhan untuk

sementara waktu sampai pihak Pemerintah Republik Indonesia

mengatur tempat untuk mereka. Kolonel Pugh dari Sekutu

meminta supaya pasukan Sekutu boleh masuk ke kota dan akan

161

Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,

1997), 108-109.

Page 97: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

84

tidur di jalan. Mendapat jawaban tersebut delegasi kembali ke

gubernuran untuk melapor. Setelah itu Kolonel Pugh diantar dr.

Soegiri untuk bertemu dengan drg. Moestopo di bekas gedung

Handels Vereeniging Amsterdam (HVA). Dalam pembicaraan

antara Kolonel Pugh dengan drg. Moestopo menghasilkan

kesepakatan bahwa Sekutu boleh keluar pelabuhan, tetapi tidak

lebih hingga garis 800 meter dari pelabuhan.162

Pada esok harinya, yaitu tanggal 26 Oktober 1945,

diadakan perundingan antara pihak Sekutu dengan pihak

Republik Indonesia di Jalan Kayoon.163

Pihak Indonesia yang

hadir dalam pertemuan tersebut adalah Residen Soedirman, Doel

Arnowo (Ketua Komite Nasional Indonesia), Radjamin Nasution

(Walikota Surabaya), dan Mohammad Mangundiprodjo

(perwakilan TKR). Sementara itu pihak dari Sekutu yang hadir

adalah Brigjen Mallaby yang didampingi dengan beberapa

stafnya.164

Dalam perundingan yang dihadiri oleh dua belah pihak

tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut:

1. Tidak boleh ada tentara Belanda yang ikut dengan pasukan

Sekutu.

2. Untuk menjamin ketentraman dan keamanan, pihak Sekutu

harus bersedia bekerja sama dengan pihak Indonesia.

162

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

50. 163

Heru Sukadri K, Soewarno, dan Umiati RA, Sejarah Revolusi

Kemerdekaan (1945 – 1949) Daerah Jawa Timur, (Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1991), 109. 164

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 233.

Page 98: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

85

3. Untuk memperlancar kerjasama antara pihak Indonesia

dengan Sekutu, maka dibentuk kontak biro.

4. Persenjataan yang dilucuti oleh Sekutu hanya tentara Jepang,

tidak boleh ada pelucutan terhadap pasukan Indonesia.165

Setelah disepakatinya perjanjian tersebut, pada hari itu

juga Sekutu melakukan pendaratan pasukan-pasukannya.

Kemudian pasukan Sekutu menuju ke penjara Kalisosok tempat

ditahannya orang-orang Belanda dan membebaskan tahanan-

tahanan tersebut, bahkan Kapten Huiyer yang sebelum

kedatangan Sekutu ke Surabaya ditangkap pihak Indonesia juga

dibebaskan tanpa meminta izin terlebih dahulu. Pada keesokan

harinya tanggal 27 Oktober 1945, pasukan Sekutu mendatangi

tempat-tempat interniran Belanda dan tempat tawanan-tawanan

Jepang. Selain itu Sekutu menempati gedung-gedung strategis

yang berada di Surabaya, seperti gedung Hogere Burger School

(HBS), Badan Penanaman Modal (BPM), Radio Republik

Indonesia (RRI), Internatio, Hotel Brantas, dan lain-lainnya.166

Sekutu sudah boleh membebaskan interniran Belanda dan

menduduki tempat-tempat strategis karena sudah tertulis di dalam

perjanjian.

B. Pertempuran Tiga Hari di Surabaya

1. Penyebab Pertempuran Tiga Hari

Setelah Sekutu merasa sudah kuat keberadaannya di

Surabaya dengan adanya perjanjian-perjanjian yang dilakukan

165

Iskandar Syah, Sejarah Nasional Indonesia, (Yogyakarta : Suluh

Media, 2016), 22. 166

Heru Sukadri K, Soewarno, dan Umiati RA, Sejarah Revolusi

Kemerdekaan (1945 – 1949) Daerah Jawa Timur, 110.

Page 99: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

86

sebelumnya dengan pihak Indonesia, pada tanggal 27 Oktober

1945 pukul 11.00, datang pesawat dari Jakarta atas utusan

Panglima Divisi ke-23, Mayjen Hawthorn untuk menyebarkan

pamflet-pamflet dari pesawat ke seluruh Jawa. Isi pamflet

tersebut adalah perintah supaya seluruh persenjataan yang

dimiliki oleh masyarkat harus diserahkan kepada pihak Sekutu di

Surabaya dalam batas waktu 2X24 jam setelah pamflet tersebut

disebar.167

Sangat jelas bahwa yang dilakukan Sekutu sangat

bertentangan dengan isi perjanjian dengan pihak Indonesia.

Kemudian drg. Moestopo bersama dengan Residen Soedirman

menemui Brigjen Mallaby untuk menanyakan maksud dari

pamflet-pamflet tersebut. Ternyata Mallaby tidak mengetahui

adanya pamflet-pamflet yang ditandatangani oleh atasannya.

Tetapi, sebagai seorang militer, Mallaby lebih memilih untuk

mematuhi perintah dari atasannya. Walaupun sudah ada

kesepakatan dengan pihak Indonesia, Mallaby akan tetap

melaksanakan perintah yang diberikan oleh atasannya. Sikap

yang ditunjukkan Mallaby membuat drg Moestopo dan

Soedirman sangat kecewa, karena Mallaby dianggap tidak bisa

memegang perjanjian yang sudah disepakati.168

Bahkan tentara

Sekutu melakukan pelucutan senjata para pejuang Indonesia dan

167

Batara R. Hutagalung, 10 November ‟45: Mengapa Inggris

Membom Surabaya?, (Jakarta : Millennium Publisher, 2001), 229. 168

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, (Jakarta : Yayasan Dwi Warna, 1991), 363-364.

Page 100: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

87

melakukan penembakan mortir ke pos-pos pertahanan

Indonesia.169

Secara terang-terangan Sekutu melakukan pelanggaran

terhadap perjanjian yang sudah disepakati antara dua belah pihak

(Sekutu dan Indonesia). Isi perjanjian tersebut dilanggar oleh

pihak Sekutu yang mengakibatkan kemarahan masyarakat

Surabaya. Kemarahan masyarakat Surabaya pun mengakibatkan

pertempuran selama tiga hari karena menolak perintah untuk

menyerahkan persenjataan kepada Sekutu.

2. Pertempuran 10 November 1945 antara Polisi Istimewa

dengan Sekutu

Pada tanggal 28 Oktober 1945, pasukan Polisi Istimewa

yang dipimpin oleh Moehammad Jasin mendapat tugas untuk

menyerang pasukan Sekutu yang berada di Hotel Internatio dan

pos tentara Sekutu yang terletak di Jembatan Merah. Pergerakan

Polisi Istimewa ini bermodalkan senjata berat dan didukung oleh

mobil lapis baja sehingga penyerangan pun dilakukan dengan

kekuatan yang luar biasa. Walaupun terlihat ada balasan

tembakan dari Sekutu, tetapi tembakan balasan tersebut tidak

menghasilkan apa-apa dan pasukan Sekutu pun pada akhirnya

tidak berdaya.170

Pada saat melakukan penyerangan kedua tempat tersebut,

Moehammad Jasin dan pasukannya mendapat bantuan tenaga dari

Polisi Istimewa Mojokerto, Kediri, Malang, Besuki. Tambahan

169

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 29. 170

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 30-31.

Page 101: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

88

pasukan Polisi Istimewa dari daerah lain semakin menambah

kekuatan pasukan Polisi Istimewa yang dipimpin oleh

Moehammad Jasin, sehingga pada saat bertempur dengan Sekutu

di dua tempat tersebut, Moehammad Jasin dan Pasukannya tidak

mendapat kesulitan. Setelah berhasil mengalahkan Sekutu di

Hotel Internatio dan pos tentara Sekutu di Jembatan Merah,

Moehammad Jasin membagi pasukannya untuk melancarkan

serangan selanjutnya. Satu kelompok pasukan Polisi Istimewa

diperintahkan oleh Moehammad Jasin untuk melakukan

penyerangan Sekutu di gedung sekolah HBS (Horege Burger

School), pasukan ini berada di bawah komando Wirato.171

Disaat Moehammad Jasin sedang menyusun strategi,

mendapat berita bahwa pos polisi di Bubutan telah berhasil

dikuasai oleh Sekutu. Mengetahui kabar tersebut Moehammad

Jasin langsung memerintahkan dua anggotanya yaitu Luwito dan

Gontah untuk memimpin satu pasukan Polisi Istimewa yang

dilengkapi dengan mobil lapis baja atau panser untuk menyerang

pos polisi yang dikuasai oleh Sekutu.172

Serangan pun dilakukan

oleh Polisi Istimewa di bawah pimpinan Gontah, penyerangan ini

pun membuat Sekutu yang menduduki pos polisi Bubutan tidak

berdaya sehingga pasukan Sekutu pun berhasil diporak-

porandakan oleh Polisi Istimewa. Jumlah pasukan Sekutu yang

menduduki pos polisi Bubutan berjumlah 350 orang dan

kebanyak dari pasukan Sekutu adalah tentara Gurkha yang

171

Moehammad Jasin, Singa Pejuang Republik Indonesia, (Jakarta :

PPKBI, 1998), 43. 172

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 31.

Page 102: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

89

sebagian besar beragama Islam.173

Hal itu diketahui karena pada

saat mereka tertembak, mereka minta diampuni oleh Polisi

Istimewa karena mereka sesama orang muslim.174

Satu pasukan Polisi Istimewa melakukan penyerangan ke

Hotel Liberty (Yamato Hoteru atau Oranje Hotel) di Tunjangan.

Pasukan Polisi Istimewa yang menyerang Hotel Liberty berada di

bawah pimpinan Prawiro . Dalam Penyerangan ini, Polisi

Istimewa menjadi pelopor karena para pejuang lainnya pun

segera mengikuti penyerangan yang dilakukan oleh Polisi

Istimewa sehingga pertempuran hebat pun terjadi. Penyerangan

ke Hotel Liberty dikarenakan sebagai markas Sekutu yang

menjadi tempat persembunyian NICA (Netherlands-Indies Civil

173

Des Alwi menceritakan kisahnya saat pertempuran sedang

berlangsung, ketika Presiden Soekarno datang ke Surabaya atas permintaan

pihak Sekutu untuk menyelesaikan pertempuran yang sedang terjadi. Des Alwi

mengatakan kepada Soekarno bahwa ada tentara Sekutu yang selalu

meneriakkan Allahu Akbar, tetapi Des Alwi tidak mengetahui apakah mereka

orang Islam. Kemudian Soekarno memperikirakan bahwa Inggris merekrut

orang India bagian timur, kalau hal tersebut benar, kemungkinan mereka yang

dikirim ke Surabaya adalah orang Islam. Soekarno pun memerintahkan Des

Alwi agar memberitahu pejuangan Indonesia di Surabaya bahwa Sekutu

membawa orang-orang Islam dalam pasukannya dan Soekarno meminta agar

sebisa mungkin hindari pertempuran dengan orang-orang Islam tersebut.

Soekarno pun meminta kepada Des Alwi untuk mengajak orang-orang Islam

yang ada di pihak Sekutu agar mendukung kemerdekaan Indonesia, jangan

sampai terpengaruh adu domba dan jangan saling membunuh sesama muslim.

Untuk orang-orang Inggris, Soekarno mengatakan terserah pejuang di

Surabaya ingin melakukan apa pun terhadap orang-orang Inggris. Lihat, Des

Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius Pour. Mallaby

dibunuh atau Terbunuh?, 272. 174

Moehammad Jasin, Singa Pejuang Republik Indonesia, 43.

Page 103: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

90

Administratio) yang sangat tidak diterima oleh masyarakat

Surabaya bahkan masyarakat Indonesia.175

Penyerangan juga terjadi di gedung HBS. Gedung HBS

ini dijadikan sebagai tangsi oleh Sekutu. Atas perintah dari

Moehammad Jasin selaku komandan Polisi Istimewa Karesidenan

Surabaya, satu pasukan yang dipimpin oleh Wirato mendapat

tugas untuk melakukan penyerangan di gedung HBS. BKR

(Badan Keamanan Rakyat) Laut di bawah pimpinan Oemar Said

juga sudah bersiap-siap untuk menyerang gedung HBS. Pasukan

yang dipimpin oleh Oemar Said berjumlah 31 orang.176

Polisi

Istimewa dan BKR Laut beserta rakyat pun melakukan

penyerangan ke gedung HBS. Akhir dari penyerangan ke gedung

HBS ini, Polisi Istimewa dan BKR Laut pimpinan Oemar Said

beserta rakyat berhasil melumpuhkan dua peleton pasukan Sekutu

yang mempertahankan gedung HBS tersebut. Malapetaka dalam

pasukan Indonesia dengan tertembaknya Oemar Said di bagian

perutnya, tetapi nyawa Oemar Said masih bisa tertolong.177

Pada sore hari sekitar pukul 16.00, tiga orang anggota

Polisi Istimewa yang bernama Komandan Polisi Sahoed

Prawirodirdjo, Komandan Polisi Soekardi, dan Agen Polisi

Kadam mengadakan koordinasi pasukan menggunakan sepeda

175

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya,

(Surabaya : Panitia Pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan di Surabaya, 1986),

200. 176

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, (Jakarta : PT

Mutiara Sumber Widya, 1985), 54. 177

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 34.

Page 104: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

91

motor Zyspan Harley Davidson kebeberapa tempat untuk

berkumpul di Kantor Besar Polisi. Ketika tiga anggota Polisi

Istimewa tersebut menuju Hoofdbureau, mereka dicegat oleh

pasukan Sekutu dan diculik untuk dibawa ke lapangan terbang

Tanjung Perak. Sesampainya di Jalan Rajawali, tentara Sekutu

melakukan penembakan kepada tiga anggota Polisi Istimewa

tersebut. Setelah tertembak, ketiga anggota Polisi Istimewa

tersebut dibawa oleh kawan-kawan yang berasal dari PRI-II

untuk dibawa ke Pos Palang Merah PRI II.178

Pimpinan Palang Merah yang mengetahui ada anggota

Polisi Istimewa yang diserang oleh Sekutu, pimpinan Palang

Merah tersebut pun langsung melaporkannya kepada Bung Tomo

sebagai pimpinan Badan Pemberontak Republik Indonesia

(BPRI). Mengetahui adanya anggota Polisi Istimewa ada yang

tertembak, Bung Tomo langsung menyiarkannya lewat radio dan

menyebutkan nama-nama anggota Polisi Istimewa yang

mendapat serangan dari pihak Sekutu. Dalam pidatonya di radio,

Bung Tomo pun memerintahkan supaya masyarakat mengadakan

penyerangan terhadap Sekutu.179

Penyerangan pun terjadi di penjara Koblen. Di penjara

Koblen terdapat banyak tahanan-tahanan Jepang yang ditawan

oleh pihak Indonesia sewaktu melakukan pelucutan senjatanya.

Kemudian tahanan-tahanan Jepang tersebut dipersenjatai oleh

178

Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, 112-113. 179

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

53-54.

Page 105: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

92

pasukan Sekutu dari tentara Gurkha. Melihat hal tersebut,

membuat masyarakat yang berada di sekitar penjara Koblen

merasa khawatir dan terancam. Masyarakat pun bersiap dan

sudah berjaga-jaga di sekitar penjara Koblen sejak Minggu

malam, penyerangan di penjara Koblen pun akan dilakukan

keesokan harinya pada saat suasana terang.180

Pada pagi harinya, tanggal 29 Oktober 1945, pasukan

Polisi Istimewa melakukan penerobosan ke penjara Koblen untuk

mencegah supaya pasukan Sekutu yang berasal dari tentara

Gurkha dan orang-orang Jepang tidak bisa melarikan diri dari

penjara Koblen untuk mencari tempat perlindungan di tempat

lain.181

Letusan tembakan pertama terjadi sekitar pukul 09.00,

disusul dengan tembak-menembak antar dua belah pihak karena

tentara Gurkha dan Jepang tetap ingin mempertahankan penjara

tersebut.182

Masyarakat sempat ingin melakukan pembakaran

terhadap penjara tersebut, tetapi rencana pun dibatalkan karena

letak dari penjara tersebut berdekatan dengan perumahan. Karena

luas penjara Koblen sangat luas dan terdapat lapangan yang tidak

rata, geranat tangan yang dilempar ke dalam penjara oleh rakyat

Surabaya pun tidak mengenai sasaran dengan tepat. Cara lain pun

dilakukan dengan menobrak pintu belakang penjara dan para

pejuang pun berhasil masuk, tanah yang tidak rata pun menjadi

180

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 400-401. 181

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 53. 182

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 401.

Page 106: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

93

menguntungan karena bisa menjadi tempat perlindungan dari

para pejuang. Setelah itu, mobil lapis baja pun masuk ke penjara

Koblen.

Mendapat posisi yang tidak menguntungkan karena

menghadapi Polisi Istimewa dengan masyarakat, akhirnya

pasukan Gurkha dan Jepang yang bertahan pun akhirnya

menyerah. Ada sekitar 300 pasukan Gurkha dan Jepang yang

menyerah kepada pihak pejuang di Surabaya dan ada beberapa

pasukan Gurkha yang meninggal. Pasukan yang menyerah pun

dibawa oleh masyarakat ke kantor seksi polisi. Selain orang-

orang Ghurka dan Jepang, ternyata pasukan yang menyerah

didapati beberapa orang berkulit putih yang diduga berasal dari

orang-orang NICA (Netherlands-Indies Civil Administratio).183

Gedung Radio Surabaya yang dikuasai oleh tentara

Sekutu pun mendapat kepungan dari masyarakat Surabaya.

Masyarakat yang melakukan pengepungan ternyata tidak

menguasai medan pertempuran, sehingga mengakibatkan

banyaknya korban jiwa yang berjatuhan. Musuh yang menguasai

lantai dua dengan mudah menembakan masyarakat yang berada

di bawah. Tentara Sekutu yang menguasai gedung Radio

Surabaya mengira pemancar radio Surabaya ada di gedung

tersebut, ternyata pemancar radio Surabaya terletak di Embong

Malang sehingga membuat pasukan Sekutu melakukan

kekeliruan yang tidak disadari. Bahkan pemancar radio Surabaya

yang terletak di Embong Malang mendapat penjagaan yang

sangat ketat oleh Polisi Istimewa.

183

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 53-54.

Page 107: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

94

Pasukan Sekutu yang berada di lantai dua sangat

diuntungkan dengan menembak dan mengawasi masyarakat yang

sedang mengepungnya, karena jendela tempat pasukan Sekutu

melakukan tembakan dan mengawasi masyarakat tertutup dengan

gorden. Sehingga setiap orang yang lewat depan gedung Radio

Surabaya ditembak dan banyak menimbulkan korban jiwa.

Setelah banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, akhirnya diutus

seorang kurir untuk meminta pertolongan kepada Polisi Istimewa.

Melihat keadaan di gedung Radio Surabaya nampaknya tidak

cukup jika hanya dibantu dengan pasukan, maka dikirimkan

bantuan dengan panser Polisi Istimewa yang dikendarai oleh

Loewito, Wagimin, dan Soetrisno.184

Setelah panser Polisi Istimewa sampai di gedung Radio

Surabaya, terlihat banyak sekali korban yang berjatuhan namun

tidak ada yang berani menolong dan memindahkannya ke tempat

yang aman. Panser Polisi Istimewa datang dari arah barat dengan

sangat hati-hati. Sebenarnya, ada beberapa orang penyerbu yang

berhasil sampai di bawah gedung Radio Surabaya, tetapi tidak

ada yang berani untuk masuk, dikarenakan khawatir ada pasukan

yang menjaga pintu masuk gedung dari atas. Panser Polisi

Istimewa yang melewati gedung Radio Surabaya pun menjadi

incaran tembakan dari atas gedung oleh pasukan Sekutu. Panser

Polisi Istimewa pun berputar arah sehingga posisinya berada di

depan gedung, kemudian anggota Polisi Istimewa yang ada di

dalam panser melakukan tembakan menggunakan senapan mesin

184

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 388.

Page 108: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

95

watermantel 7,7 yang diarahkan ke jendela tempat pasukan

Sekutu mengintai dan melakukan tembakan.

Ketika polisi Istimewa melakukan penembakan, ternyata

masih ada balasan tembakan dari pasukan Sekutu. Tembakan dari

panser tampaknya bisa dihindari oleh pasukan Sekutu. Kemudian

Luwito pun turun dari panser dan meminta para pengepung yang

ada di bawah bagian depan gedung untuk menyingkir ke kiri,

karena Polisi Istimewa bermaksud ingin menghancurkan dinding

kaca di muka ruang tamu dan membakar gedung. Wagimin

langsung mengendarai panser untuk berpindah ke bawah gedung

untuk menghindari lemparan granat musuh. Sementara tugas

Soetrisno melindungi teman-temannya dari incaran sniper

musuh.185

Ketiga anggota Polisi Istimewa kemudian berkumpul lagi

sambil melakukan gerakan mendekati gedung untuk

membakarnya sambil membawa dua gerigen bensin dari

pansernya dan melemparkannya dengan tutup yang sudah

terbuka. Setelah bagian depan gedung sudah dibasahi dengan

bensin, Wagimin langsung mengendarai panser untuk menjauhi

gedung. Pada saat menjauhi gedung ini dilempar sebuah granat

tangan tepat di muka gedung. Dimulai dengan suara yang keras

seketika api pun membakar gedung Radio Surabaya. Panser

Polisi Istimewa segera diamankan supaya tidak terkena api.

Setelah gedung terbakar, pasukan Sekutu yang awalnya

hanya berlindung di dalam gedung segera keluar sebanyak 10

185

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 208.

Page 109: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

96

orang dari kepulan api. 10 orang dari Sekutu tersebut keluar

dengan setengah wajahnya hangus dengan menyandang

senjatanya sambil mengangkat tangan sebagai tanda menyerah.

Walaupun musuh sudah menyerah, masyarakat yang sudah sangat

emosional dengan yang dilakukan oleh musuh, kemudian

masyarakat langsung menyerang tanpa belas kasihan. Musuh

dibunuh dengan senjata apa adanya yang dimiliki oleh

masyarakat.186

Setelah selesai melaksanakan tugasnya di gedung Radio

Surabaya, tiga anggota Polisi Istimewa pulang membawa

pansernya ke asramanya di Coen Boulevard (sekarang Jalan

Soetomo) melalui Kaliasin. Setiba di pertigaan Kaliasin-

Keputran-Palmenlaan, anggota Polisi Istimewa yang sedang

dalam perjalanan ke asramanya melihat kepulan asap dan suara

tembakan. Anggota Polisi Istimewa pun mengendarai pansernya

untuk mendekati sumber dari kepulan asap dan suara tembakan.

Ketiga anggota Polisi Istimewa tersebut melihat ada beberapa

kendaraan militer berwarna hijau sedang terbakar. Ternyata yang

membakar adalah masyarakat sekitar Keputraan yang

menghentikan konvoi pasukan Sekutu dan membakar

kendaraannya. Kendaraan yang dibakar sangat banyak yang

terdiri atas truk dan jip. Sebuah jip tidak terbakar, tetapi

radioatornya pecah karena tembakan sehingga tidak bisa berjalan.

Tentara musuh yang kendaraannya terbakar berhamburan

keluar untuk mencari tempat yang aman dengan masuk ke

186

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 389-390.

Page 110: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

97

kampung yang ada di sekitarnya, ke Keputraan Pasar Kecil, dan

naik ke atas tumpukan balok yang ada di tepi jalan besar deket

perempatan Tamarindelaan (sekarang sekitar Hotel Olimpic)

untuk berlindung. Musuh yang masuk ke perkampungan tidak

terhitung jumlahnya, tetapi mereka dikejar oleh masyarakat dan

dapat dipastikan mereka semua tewas atau luka parah.187

Pada pertempuran tersebut, panser Polisi Istimewa tidak

membantu apa-apa, karena kalau menggunakan senapan mesin

panser akan mengenai masyarakat sendiri. Akhirnya Soetrisno

turun dari panser untuk mengejar musuh yang lari ke atas

tumpukan balok, Luwito pun mengikuti Soetrisno turun dari

panser untuk mengejar musuh. Tiba-tiba musuh melempar granat

tangan ke arah Soetrisno dan Luwito, tetapi granat tersebut tidak

meledak karena penutup granatnya tidak dibuka. Musuh yang

melempar granat bahkan terjepit di tumpukan balok dan tidak

bisa keluar dari balok-balok tersebut hingga musuh pun sampai

menangis. Masyarakat kemudian mendekatinya dan menyerang

menggunakan senjata hingga terbunuh.188

Pasukan Sekutu yang berhasil sembunyi di balik

tumpukan balok melakukan penembakan ke arah masyarakat.

Luwito pun menyerang menggunakan revolver, sementara

Soetrisno menyerang menggunakan senapan terhadap pasukan

Sekutu yang bersembunyi di balik balok. Pertempuran jarak dekat

pun terjadi karena jaraknya begitu dekat. Beberapa tentara Sekutu

187

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 209. 188

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 391.

Page 111: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

98

berhasil melarikan diri dari kepungan masyarakat, bahkan

berhasil menaiki mobil truk yang masih utuh. Tentara Sekutu

tersebut mengendarai mobil truk ke arah selatan dengan terburu-

buru dan panik karena jalanan dipenuhi dengan rintangan seperti

papan, tong sampah, dan bangku. Bahkan tembakan dari anggota

Polisi Istimewa ke arah truk semakin membuat mereka panik.

Tentara Sekutu yang menyelamatkan dirinya membawa truk

memasuki Hoogendorplaan (sekarang Jalan Kartini).

Wagimin yang tetap berada di panser Polisi Istimewa

langsung menghidupkan pansernya, kemudian Luwito dan

Soetrisno pun naik ke panser. Panser Polisi Istimewa mengejar

truk yang dikendarai tentara Sekutu dan menabrak semua

rintangan yang ada di depannya. Panser terpaksa harus memutar

agak jauh melalui Coen Boulevard dan Darmo Boulevard

berbelok ke Reiniersz Boulevard (sekarang Jalan Diponegoro)

dan terus ke arah utara. Ketika sampai di asrama polisi

Kembangkunig di ujung Jalan Hoogendorplaan, truk yang

dikendarai oleh tentara Sekutu langsung masuk ke halaman dan

menabrak pohon trembesi (kayunya sangat keras) hingga ringsek.

Tentara Sekutu yang berjumlah tiga orang itu pun langsung

diserang dan dibunuh oleh masyarakat.189

Anggota Polisi Istimewa mengendarai pansernya kembali

ke Jalan Keputran tadi. Di sini Polisi Istimewa menemukan satu

orang tentara Gurkha yang masih hidup yang tertangkap, tentara

189

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 209-

210.

Page 112: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

99

Gurkha tersebut dibawa oleh Polisi Istimewa di atas panser.

Ketika Polisi Istimewa ingin membawa tentara Gurkha, panser

Polisi Istimewa diberhentikan oleh masyarakat yang meminta

agar tentara Gurkha diberikan kepada mereka. Akhirnya

permintaan masyarakat dikabulkan oleh Polisi Istimewa dengan

memberikan tentara Gurkha kepada masyarakat. Kelanjutan nasib

dari tentara Gurkha tersebut tidak diketahui lagi oleh Polisi

Istimewa. Polisi Istimewa kemudian kembali ke markasnya di

Coen Boulevard dengan menarik jip rampasan menggunkan

panser Polisi Istimewa.190

Sebenarnya dalam pertempuran di Keputraan terdapat

peristiwa yang sangat menyakitkan dari seorang anggota Polisi

Istimewa bernama Luwito. Pada saat pertempuran sedang

berlangsung pasukan Sekutu hanya bisa mendapat bantuan dari

meriam kapal perang di Tanjung Perak. Bantuan tembakan

tersebut tidak bisa dilakukan secara terus-menerus, karena

khawatir bisa terkena teman sendiri. Tembakan meriam jatuh di

dekat panser Polisi Istimewa dan tekanan udara dari tembakan

meriam sangat kuat sehingga pintu panser menutup sendiri.

Menutupnya pintu panser secara tiba-tiba dengan cepat mengenai

mulut dari Luwito, darah pun mengalir dari mulut Luwito dan

merontokkan lima buah giginya.191

Setelah sampai di markas Polisi Istimewa di Coen

Boulevard, ketiga anggota Polisi Istimewa Luwito, Wagimin, dan

190

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 391. 191

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 210.

Page 113: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

100

Soetrisno mendapatkan perintah lagi untuk membantu masyarakat

kampung Dinoyo yang sedang melakukan pengepungan di

gedung British-American Tobacco (BAT) di Jalan Ngagel yang

sudah dikuasai oleh tentara Sekutu. Pengepungan yang dilakukan

oleh masyarakat sangat lemah sehingga tentara Sekutu dapat

melarikan diri dengan cepat ke kolong jembatan Ngagel yang

bisa melindungi diri tentara Sekutu. Ternyata di bawah jembatan

tersebut mereka sudah membuat lubang sebesar satu pasukan

Sekutu. Masyarakat tidak ada yang berani mendekati, karena

setiap saat tentara Sekutu bisa melakukan tembakan.

Masyarakat yang tidak melakukan apa-apa khawatir pada

malam hari mereka bisa lolos dari kepungan. Polisi Istimewa pun

datang menggunakan pansernya untuk membantu masyarakat

Dinoyo. Polisi Istimewa yang tiba tidak mampu membantu

banyak, karena tembakan dari samping jembatan tidak ada hasil

apapun. Tiga anggota Polisi Istimewa memberikan saran supaya

jembatan dilubangi menggunakan alat ganco dan lainnya. Lubang

tersebut harus dibuat tepat di atas tempat musuh berlindung

supaya dapat membuang bensin dari atas dan masuk ke dalam

tempat persembunyian musuh. Masyarakat pun menyetujui ide

tersebut dan melakukan yang disarankan oleh Polisi Istimewa.192

Setelah jembatan dilubangi, masyarakat pun langsung

menuangkan bensin ke lubang dan jatuh ke tempat

persembunyian tentara Sekutu. Ketika bensin sudah merembes ke

bawah, kemudian disulutkan api sehingga tempat persembunyian

192

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 394.

Page 114: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

101

tentara Sekutu pun terbakar. Tentara Sekutu seketika keluar dari

tempat persembunyiannya untuk menyelamatkan diri dari

bakaran api.193

Masyarakat yang sudah siap menunggu tentara

Sekutu keluar langsung menembaki menggunakan senapan dan

ada yang melempari menggunakan batu. Tentara Sekutu pun

tidak bisa berbuat apa-apa, karena kesulitan bergerak di air

sehingga menjadi bulan-bulanan masyarakat. Semua tentara

Sekutu pun langsung tewas.

Ketika semua tentara Sekutu tewas, masyarakat langsung

turun ke sungai untuk mengambil senjata-senjata miliki tentara

Sekutu. Tiga anggota Polisi Istimewa hanya melihat dan tidak

bisa berbuat apa-apa, bahkan ketiga anggota Polisi Istimewa baru

menyaksikan cara penumpasan musuh semacam itu yang sangat

jarang terjadi. Setelah berhasil menyelesaikan tugasnya, Polisi

Istimewa pun kembali ke asramanya. Saat dalam perjalanan ban

panser Polisi Istimewa kempes dan tidak membawa peralatan

untuk menggantinya, mengetahui ban panser Polisi Istimewa

kempes masyarakat pun membantu mengganti ban sehingga

panser Polisi Istimewa bisa bergerak lagi menuju asramanya.194

3. Akhir Pertempuran Tiga Hari

Pada hari pertama pertempuran, pihak Sekutu ternyata

menyadari bahwa mereka tidak akan bisa menahan gempuran

yang dilakukan oleh pejuang Indonesia di Surabaya terhadap pos-

193

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 210. 194

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 395.

Page 115: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

102

pos pertahanan tentara Sekutu.195

Perkiraan tersebut pun ternyata

benar, tentara-tentara Sekutu pun terpecah-pecah dan bahkan ada

terkepung oleh pejuang Indonesia. tentara Sekutu sudah

kehabisan amunisi dan bahan makanan. Markas Brigjen Mallaby

dengan stafnya pun sudah mulai diserang.196

Keadaan yang

semakin kritis membuat Mallaby meminta bantuan dengan

mengirim pesan kepada pimpinan pasukan Inggris di Jakarta

yaitu Mayjen Hawthorn. Setelah menerima pesan tersebut,

Hawthorn menghubungin pimpinan Indonesia yang dianggap bisa

menenangkan kemarahan pejuang di Surabaya yaitu Presiden

Soekarno untuk datang ke Surabaya.197

Tanggal 29 Oktober 1945, sekitar pukul 11.30, mendarat

pesawat Royal Air Force (RAF) dan mendarat di Pangkalan

Udara Morokrembangan, yang keluar dari pesawat tersebut

ternyata benar-benar Presiden Indonesia. Selain Soekarno yang

datang, Wakil Presiden Bung Hatta dan Menteri Penerangan

Amir Syarifuddin pun menemani Soekarno ke Surabaya.198

Pada

saat rombongan Pesiden tiba disambut dengan tembakan-

tembakan yang sangat hebat. Tembakan-tembakan yang

diarahkan ke pesawat yang ditumpangin Soekarno karena

masyarakat ada yang belum mengetahui kedatangan Soekarno ke

195

Batara R. Hutagalung, 10 November ‟45: Mengapa Inggris

Membom Surabaya?, 239. 196

Achmad Tahir, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB),

194. 197

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 58. 198

Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 265.

Page 116: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

103

Surabaya. Walaupun yang menjaga rombongan Soekarno hanya

sedikit dari Sekutu, tetapi Soekarno tiba merasa takut199

Soekarno dan rombongannya langsung dibawa menuju

kantor Gubernur untuk bertemu dengan Mallaby membicarakan

tentang keadaan yang ada di Surabaya. Pertemuan antara

Soekarno dengan Mallaby pada hakikatnya untuk memenuhi

permintaan dari pihak Sekutu untuk segera diadakan gencatan

senjata. Pertemuan ini pun berlangsung hingga malam hari.200

Hasil pertemuan tersebut sebagai berikut:

1. Perjanjian yang dibuat untuk menjaga ketentraman kota

Surabaya.

2. Supaya tercipta ketentraman dan keamanan, maka kontak

tembak harus dihentikan.

3. Untuk keselamatan semua orang termasuk orang-orang

interniran akan dijamin oleh kedua belah pihak (Sekutu

dan Indonesia).

4. Persyaratan-persyaratan di famlet yang disebarkan melalu

pesawat akan diperundingkan antara Presiden Soekarno

dengan Panglima Tentara Pendudukan Jawa (Mayor

Jenderal Hawthorn) pada tanggal 30 Oktober 1945.

5. Semua orang bebas keluar pada malam hari, termasuk

orang Indonesia dan Sekutu.

6. Semua pasukan harus kembali ke tangsinya masing-

masing dan yang luka-luka dibawa ke rumah sakit.201

199

Merdeka, edisi 31 Oktober 1945. 200

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 59-60. 201

Kedaulatan Rakyat, edisi 30 Oktober 1945.

Page 117: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

104

Keesokan harinya, pada tanggal 30 Oktober 1945, Mayjen

Hawthorn sebagai Panglima Divisi ke-23 Inggris dan Panglima

Tentara Pendudukan Jawa datang ke Surabaya, mendarat di

Pangkalan Udara Morokrembangan sekitar pukul 09.15. Brigjen

Mallaby yang datang menjemput menyampaikan laporan tentang

situasi di Surabaya yang disampaikan di ruang darurat pinggir

landasan. Dua jam kemudian, Mayjen Hawthorn dan Brigjen

Mallaby yang didampingi oleh Kolonel Pugh mendatangi kantor

Gubernur untuk melakukan perundingan dengan Presiden

Soekarno.202

Dipihak Indonesia yang hadir dalam perundingan

tersebut antara lain: Soekarno, Moh. Hatta, Amir Syarifuddin,

Atmadji, Mohammad Mangoenprodjo, Soengkono, Gubernur

Soeryo, Residen Soedirman, Doel Arnowo, Soemarsono (Ketua

PRI), Bung Tomo (Ketua BPRI), Roeslan Abdulghani, Kundan

(penerjemah), Koesnandar, Inspektur Polisi Soejono

Prawirabisma. Komandan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya

Moehammad Jasin tidak diikutsertakan Soekarno karena

Moehammad Jasin orang yang paling dibenci Sekutu, sehingga

harus dihindarkan oleh Soekarno.203

Ketika sedang berlangsungnya perundingan, para pejuang

dari TKR dan Polisi Istimewa selalu bersiaga. Siaga yang

dilakukan oleh TKR dan Polisi Istimewa karena kapal perang

Sekutu masih menembakkan dengan suara yang begitu keras,

walaupun tidak ada yang mengetahui ke arah mana tembakan itu

202

Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 285. 203

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 380.

Page 118: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

105

diarahkan. Suara tembakan dari kapal perang Sekutu dianggap

sebagai gertakan kepada pihak Indonesia, akhirnya Komandan

TKR dan Polisi Istimewa pun memerintahkan supaya gedung

Gubernuran dikepung dengan tank dan panser. Kendaran tempur

tersebut pun berputar-putar mengelilingi gedung untuk

menjaganya.204

Dalam perundingan tersebut, pihak Indonesia memberikan

konsepsi kepada pihak Sekutu, yaitu:

1. Surat-surat (pamflet) yang disebarluaskan di kota

Surabaya tidak berlaku, sehingga TKR dan para

pejuang tidak boleh dilucuti senjatanya.

2. Tentara Sekutu tidak boleh menjaga seluruh kota

Surabaya, hanya ditempatkan dekat Darmo untuk

menjaga para tawanan dan pejuang Indonesia pun ikut

menjaga.

3. Pelabuhan Tanjung Perak harus dijaga bersama antara

tentara Sekutu dan TKR.205

Selain itu dibentuk kontak biro untuk memudahkan

komunikasi antara Sekutu dan Indonesia. Anggota kontak biro

antara lain, Brigjen Mallaby, Kapten Shaw, Mayor Husson,

Kolonel Pugh, Wing Atmaji, Mochamad, Sungkono, Suyono,

Kusnandar, Kundan, dan Roeslan Abdulghani.206

204

Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, 118. 205

Kedaulatan Rakyat, edisi 30 Oktober 1945. 206

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, 123.

Page 119: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

106

Perundingan antara pihak Indonesia dan pihak Sekutu

ternyata tercatat sebagai sejarah yang sangat penting, hal tersebut

karena: Pertama, keberadaan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

diakui secara de facto207

oleh Sekutu sebagai angkatan bersenjata

Republik Indonesia. Kedua, uniform tentara Indonesia di

Surabaya menjadi identifikasi dari pihak Sekutu sebagai angkatan

perang Indonesia, supaya dapat diketahui dan tidak dilucuti.

Perundingan pun berakhir sekitar pukul 13.00, setelah

perundingan berakhir pimpinan dari kedua pihak yaitu Soekarno

dan Mayjen Hawthorn pun kembali ke Jakarta.208

Setelah perjanjian disepakati, wartawan luar negeri dari

Amerika, Australia, dan India yang berjumlah 11 orang yang

ditangkap di Hotel Liberty, awalnya ditahan bersama tentara-

tentara Sekutu, kemudian dibebaskan dan diizinkan

meninggalkan Surabaya ke Jakarta karena tugas mereka bukan

sebagai tentara. Mereka diizinkan meninggalkan Surabaya pada

tanggal 31 Oktober 1945. Pada saat wartawan-wartawan tersebut

kembali ke Jakarta, mereka mendapat perlindungan dari Polisi

Istimewa dan TKR.209

207

De facto adalah pengakuan yang didasari atas fakta-fakta adanya

negara. Pengakuan tersebut karena memenuhi tiga unsur utama negara yaitu,

adanya wilayah, rakyat, dan pemeritahan yang berdaulat. Lihat, A. Ubaedillah

dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[negara]an (Civic Education):

Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta : Indonesia

Center For Civic Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014),

122. 208

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 385. 209

Kedaulatan Rakyat, edisi 2 November 1945.

Page 120: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

107

C. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

1. Penyebab Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

Sudah disepakatinya gencatan senjata antara pihak

Indonesia dan Sekutu tampaknya belum diketahui oleh semua

orang sehingga pertempuran pun masih tetap terjadi dibeberapa

tempat, seperti di Hotel Internatio. Para anggota kontak biro dari

kedua belah pihak pun mendatangi Hotel Internatio di Jembatan

Merah. Hotel Internatio ternyata masih diduduki oleh Sekutu,

sehingga para pejuang masih mengepung hotel tersebut.210

Ketika

mobil anggota kontak biro mendekati Hotel Internatio, mobil

dihentikan para pejuang yang sedang mengepung hotel. Para

pejuang meminta supaya orang-orang Belanda dan tentara Sekutu

yang ada di dalam hotel untuk menyerah.

Tuntutan dan permintaan para pejuang dihiraukan,

malahan mereka mendapat tembakan dari dalam hotel dan terjadi

kontak tembak karena para pejuang membalas termakan tersebut.

Adanya tembakan dari dalam hotel membuat anggota kontak biro

berlari menyelamatkan dirinya masing-masing. Malang untuk

Brigjen Mallaby yang tidak sempat menyelamatkan diri sehingga

menjadi sasaran dari kontak tembak yang terjadi dan menjadi

korban dari kontak tembak tersebut. Tiba-tiba sebuah granat jatuh

di dekat mobil dan meledak sehingga korban yang berada di

210

Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho, Sejarah Nasional

Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik, 192.

Page 121: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

108

dalam mobil yaitu Brigjen Mallaby tidak bisa dikenali setelah

terjadinya ledakan.211

Tewasnya Brigjen Mallaby tidak ada yang mengetahui

siapa yang membunuh dan melemparkan granat ke mobil yang

ditumpangi olehnya. Bahkan anggota kontak biro pun tidak ada

yang mengetahuinya karena sibuk menyelamatkan dirinya

masing-masing pada saat pertempuran terjadi.212

Menurut

Moekari seorang mantan anggota Polisi Istimewa, menuturkan

bahwa, yang membunuh Brigjen Mallaby adalah tentara Belanda

yang membonceng pada Sekutu. Kalau tentara Inggris yang

membunuh sangat tidak mungkin karena mereka tidak mempunya

kepentingan di Indonesia. Bahkan orang Indonesia pun mustahil

untuk melakukan lemparan granat, karena hanya tentara yang

terlatih yang mampu melempar granat. Jadi Belanda ingin

mengadu domba Indonesia dengan Inggris untuk dapat

menguasai Indonesia lagi.213

Setelah tewasnya Brigjen Mallaby, dua perwira staf

Mallaby yaitu, Kapten Smith dan Langland yang mendampingi

Brigjen Mallaby pada saat mendatangi Hotel Intrenatio langsung

mengirim pesan kepada Panglima AFNEI (Allied Forces

Netherlands East Indies, pasukan Sekutu untuk kawasa Hindia

Timur Belanda) yaitu, Letnan Jenderal (Letjen) Philip Christison

211

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 38. 212

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, (Jakarta : Visimedia, 2008), 125. 213

Tari Moekari, 500 KM: Sebuah Nilai PerjuanganTanpa Angka,

(Malang : An-Nuha Publishing, Tanpa Tahun), 37.

Page 122: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

109

yang bermarkas di Singapura.214

Smith dan Langland pun

menjelaskan semua yang terjadi di Surabaya termasuk tewasnya

Brigjen Mallaby kepada Letjen Philip Christison.

Pada tanggal 8 November 1945, Gubernur Soeryo

menerima sebuah surat yang isinya adalah ancaman dan surat

yang satunya lagi adalah undangan pertemuan yang dijadwalkan

pada tanggal 9 November 1945 jam 11.00 di kantornya.215

Surat

yang ditujukan itu bernada sangat angkuh dan berada di luar batas

kesopanan sehingga Gubernur Soeryo pun menolak surat dari

Mayjen Mansergh. Menolak untuk menghadiri pertemuan

tersebut, akhirnya Gubernur Soeryo mengirim surat kepada

Mayjen Mansergh yang berisi tentang ketidak sopanan Mansergh

dalam bertutur kata, pihak Indonesia di Surabaya sedang

melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian,

pernyataan keadaan Surabaya dalam versi Mayjen Mansergh

tidak benar, dan meminta supaya Mayjen Mansergh mengganti

istilah Hindia Belanda dalam suratnya dengan kata Jawa, Madura,

Bali dan Lombok.216

Setelah membaca surat balasan dari Gubernur Soeryo,

Mayjen Mansergh tampaknya kesal. Mayjen Mansergh pun

memberi dua buah surat. Surat pertama berisi ultimatum yang

ditujukan untuk All Indonesian of Surabaya dan harus dipatuhi.

214

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 302. 215

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

73. 216

Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak

Proklamasi – 1950, 141-142.

Page 123: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

110

Surat kedua berisi tentang penjelasan dari ultimatum tersebut dan

surat ditujukan kepada Gubernur Soeryo.217

Ultimatum tersebut

berisi tentang tuntutan agar semua pimpinan Indonesia, pimpinan

pemuda, kepala polisi, dan kepala pemerintah, harus melakukan

laporan sesuai waktu dan tempat yang sudah ditentukan dengan

mengangkat tangan di kepala serta menandatangani dokumen

sebagai tanda menyerah kepada Sekutu. Isi ultimatum tersebut

sangat sudah merendahkan martabat bangsa Indonesia.218

Akhirnya Mayjen Mansergh menyebarkan pamflet

melalui udara yang berisi ultimatum kepada masyarakat

Surabaya, terutama kepada polisi dan masyarakat yang memiliki

senjata supaya menyerahkan senjatanya di tempat yang sudah

ditentukan dan mengangkat tangan sebagai tanda menyerah.

Penyerahan senjata dari tanggal 9 November 1945 pukul 18.00

sampai pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Jika ultimatum

tidak ditaati maka Surabaya akan digempur dan dihancurkan dari

laut, udara, dan darat.219

Senjata yang diminta bukan hanya

senapan, pistol, meriam, tank, mortir, granat dan senjata canggih

lainnya, tetapi senjata tradisonal pun harus diserahkan juga

seperti tombak, pedang, keris, bambu, dan sumpit beracun.220

Pamflet yang disebar melalui udara oleh pesawat Sekutu

ternyata tidak membuat rakyat Surabaya takut dan menyerah.

217

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 344. 218

Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho, Sejarah Nasional

Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik, 193. 219

Tari Moekari, 500 KM: Sebuah Nilai PerjuanganTanpa Angka, 39. 220

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 348-349.

Page 124: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

111

Setelah adanya pamflet tersebut semakin membuat masyarakat

semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan

mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi Sekutu. Walaupun

Sekutu beranggapan kematian Brigjen Mallaby adalah aib yang

hanya dengan kekuatan senjata untuk menyelesaikannya,

tampaknya masyarakat tidak peduli dengan ancaman Sekutu.

Sikap masyarakat Surabaya tetap yaitu, lebih baik mati daripada

dijajah kembali.221

2. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya antara

Polisi Istimewa dengan Sekutu

Setelah ditolaknya ultimatum yang diberikan oleh Sekutu,

Polisi Istimewa langsung menyiapkan diri untuk menghadapi

pertempuran seperti yang tertulis di dalam isi ultimatum tersebut.

Polisi Istimewa membagi pasukannya pada garis pertahanan

Surabaya, pembagiannya sebagai berikut:

1. Seksi I dan Seksi II di garis pertahanan utara, pasukan

Polisi Istimewa dipimpin oleh Komandan Polisi Musa.

2. Seksi III di garis pertahanan timur, pasukan Polisi

Istimewa dipimpin oleh Agen Polisi I Lasiono.

3. Seksi IV pasukan Polisi Istimewa yang menggunakan

senjata berat dipimpin oleh Agen Polisi I Soekarja

yang ditempatkan di Keputran untuk menguasai

221

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 41.

Page 125: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

112

wilayah Kaliasin dan Palmenlaan (sekarang Jalan

Panglima Soedirman).222

Sesuai dengan janjinya, tepat pada pukul 06.00, tanggal

10 November 1945, Sekutu mulai menyerang Surabaya Utara

dari laut menggunakan armada kapal perang yang berasal dari

The 5-th Cruiser Squadron di bawah komando Laksamana Muda

Laut W.R. Patterson.223

Selain melakukan serangan dari laut,

Sekutu juga melakukan serangan dari udara dan melakukan

bombardemen (pemboman) dari pesawat-pesawat tempur

berjumlah 12 pesawat tempur jenis Mosquito dan 2 pesawat

tempur jenis SCP. Penyerangan ini dilakukan secara membabi

buta selama kurang lebih tiga jam. Sasaran yang terkena

tembakan tersebut pun hancur dan mengakibatkan korban jiwa.

224

Pangkalan Udara Morokrembangan yang sejak awal

sangat ingin dikuasai oleh Sekutu pun mendapat serangan.

Pejuang Indonesia yang ada di Pangkalan Udara

Morokrembangan pun berusaha supaya pangkalan udara tersebut

tidak jatuh ke tangan Sekutu, sehingga terjadi pertempuran antara

pihak Sekutu dengan pejuang Indonesia. Setelah pertempuran

222

Team Kodak X Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan

Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun 1945-1949, (Surabaya : Grafika Dinoyo,

1982), h. 72-73 ; Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

84. 223

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 387. 224

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 485.

Page 126: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

113

berlangsung selama dua jam, akhirnya tentara Sekutu berhasil

merebut Pangkalan Udara Morokrembangan. Sekitar pukul 09.00,

Pangkalan Udara Morokrembangan yang berhasil direbut sudah

bisa digunakan oleh Sekutu untuk mendaratkan serta melepas

landaskan pesawat miliknya dengan aman.225

Melihat gerakan yang dilakukan Sekutu sudah semakin

menjadi-menjadi, akhirnya dikeluarkan surat perintah resmi oleh

Komando Pertempuran Surabaya yaitu Soekono untuk melakukan

serangan balasan kepada Sekutu. Pada pukul 09.30, Bung Tomo

melalui Radio Pemberontakan memberikan kepada para pejuang

untuk melakukan perlawanan terhadap serangan-serangan yang

dilakukan oleh Sekutu. Dalam siaran melalui radio

pemberontakan, Bung Tomo mengucapkan semboyannya yang

sangat terkenal yaitu “Selama banteng-banteng Indonesia masih

berdarah merah, yang dapat membikin secarik kain putih

menjadi merah dan putih, selama itu tidak akan suka kita

membawa bendera putih untuk menyerah kepada siapapun

juga”.226

Sebelum Polisi Istimewa bertempur melawan Sekutu,

pasukan Polisi Istimewa mendapat dukungan dan doa dari para

ulama-ulama yang datang ke Surabaya yang berasal dari Tebu

Ireng, Jombang, Pasuruan, dan Probolinggo. Para ulama yang

datang dari daerah yang berbeda-beda setelah di Surabaya

berkumpul di Keputran. Para ulama tersebut menyiapkan air

225

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 387. 226

Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, 144.

Page 127: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

114

putih yang sudah didoakan oleh mereka dan meminta pasukan

Polisi Istimewa untuk berkumpul terlebih dahulu sebelum

berangkat perang. Setelah pasukan Polisi Istimewa berkumpul,

para ulama memberikan kepada setiap anggota Polisi Istimewa

air putih yang sudah dibacakan doa. Hal itu dilakukan supaya

selama dalam pertempuran setiap anggota Polisi Istimewa

selamat dan mendapat perlindungan dari Allah SWT.227

Untuk menghadapi serangan balasan terhadap Sekutu,

Inspektur Polisi Soetjipto Danoekusumo sebagai komandan Polisi

Istimewa Kota Surabaya melakukan pemeriksaan kesiapan

pasukan di pertahanan Indonesia dengan menaiki panser yang

dikendarai oleh Agen Polisi II Eman. Soetjipto Danoekusumo

berkeliling untuk menempatkan regu dan peleton Polisi Istimewa

di setiap pertahanan kota dalam membantu pejuang lainnya. Di

setiap pos pertahanan kota, Soetjipto melakukan briefing dengan

memperkirakan Sekutu akan menyerang menggunakan pasukan

Infanteri228

seperti pertempuran sebelumnya.229

Pada pukul 10.00, Soetjipto dan Eman mendatangi markas

Hoofdbureau (sekarang Polrestabes Surabaya). Pesawat Inggris

berputar-putar di langit Surabaya untuk menjatuhkan bom-bom

untuk menyerang kota Surabaya. Ketika Soetjipto dan Eman

keluar dari panser, tiba-tiba bom milik Inggris jatuh tepat

227

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

85. 228

Infanteri adalah nama kesatuan atau kecabangan dalam pasukan

militer. 229

Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, 145.

Page 128: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

115

mengenai kedua kaki Eman, sehingga kedua kaki Eman pun

putus. Meskipun kedua kaki Eman putus, Eman masih bertahan

hidup dengan merasakan rasa sakit yang dialaminya sambil

berteriak meminta pertolongan. Mengetahui anggotanya luka

sangat parah, Soetjipto secara spontan langsung mendekati dan

membantu Eman dengan memindahkan tubuhnya ke tempat yang

aman yaitu di bawah pohon.230

Setelah Soetjipto mengevakuasi Eman, Soetjipto berteriak

memerintahkan agar Polisi Istimewa yang ada di markas

Hoofdbureau untuk mengarahkan tembakannya ke pesawat

musuh yang sedang melintas di atas markas. Tetapi usaha

tersebut tidak membuahkan hasil, malahan pesawat Inggris terus

melakukan bombardemen (pemboman) dengan menghujani kota

Surabaya ditambah dengan tembakan meriam. Bom pun jatuh di

depan markas Hoofdbureau sehingga menimbulkan korban jiwa.

Tubuh korban pun banyak yang berserakan, ada potongan daging

korban pengeboman yang tersangkut di pohon beringin. Bahkan

pengungsi yang sedang lewat dekat markas Hoofdbureau

menggunakan kereta pun terkena bom, sehingga korban jiwa pun

berkisar kurang lebih seratus orang.231

Semua anggota Polisi Istimewa Kota Surabaya diberi

kesempatan untuk mengevakuasi dan menyelamatkan

keluarganya untuk dipindahkan ke tempat yang aman supaya

230

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

86. 231

Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, 145-146.

Page 129: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

116

tidak menjadi korban atas serangan Sekutu. Setelah

mengevakuasi keluarganya ke tempat yang aman, anggota Polisi

Istimewa pun berkumpul kembali dan ditempatkan di sepanjang

Jalan Kereta Api dari pasar Turi hingga daerah Sidotopo. Markas

Polisi Istimewa Kota Surabaya pun dipindahkan ke Gubeng dekat

dengan markas Soengkono di Pregolan Bunder supaya

mempermudah menjalin komunikasi satu sama lain.232

Pada siang harinya dilakukan rapat di markas Pregolan

Bunder untuk membahas keadaan Surabaya dan menyusun

strategi penyerangan terhadap Sekutu.233

Yang datang dalam

rapat tersebut adalah Soengkono, Soetjipto Danoekusumo sebagai

komandan Polisi Istimewa Kota Surabaya, Prangko sebagai

petugas sekretaris, Kolonel Ruslan Wongsokusumo, Setyono dari

KNI (Komite Nasional Indonesia), dan Pembantu Inspektur Polisi

Bany Notosubiyoso.234

Pada saat rapat sedang berlangsung, tanpa

diketahui ternyata ada sebuah granat musuh yang mengincar rapat

yang sedang berlangsung. Akibat ledakan dari granat tersebut

mengakibatkan tewasnya Setyono dan melukai Kolonel Ruslan

Wongsokusumo.235

232

Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak

Proklamasi – 1950, 151. 233

Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, 149. 234

Irna H. N. Hadi Soewito, Rakyat Jawa Timur Mempertahankan

Kemerdekaan 1, (Jakarta : PT Grasindo, 1994), 84. 235

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

86.

Page 130: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

117

Memindahkan markas Polisi Istimewa Kota Surabaya ke

Gubeng ternyata bukan tempat yang tepat, karena di sekitar

daerah tersebut tentara Inggris melakukan penekanan dengan

melakukan serangan-serangan yang sangat gencar. Akibat dari

serangan-serangan yang sangat menekan Polisi Istimewa,

akhirnya markas Polisi Istimewa Kota Surabaya pun dipindahkan

lagi ke Jalan Markus (sekarang Jalan Musi). Di markas baru ini,

diadakan rencana untuk menyelamatkan pasukan dengan

memindahkannya untuk mundur ke luar kota. Untuk

mempermudah pergerakan mundur, pasukan pun dibagi menjadi

dua yaitu, pasukan induk yang berjumlah 250 orang yang

dipimpin langsung oleh komandan Polisi Istimewa Kota

Surabaya mundur ke barat. Pasukan kedua yang berjumah 75

orang mundur ke kuburan Cina Pasar Kembang sampai ke

Tandes.236

Inggris melakukan pengebomam melalui pesawat-

pesawatnya dan tembakan-tembakan meriamnya hampir ke

seluruh penjuru Kota Surabaya dengan membabi-buta. Akibat

dari tembakan-tembakan yang dilakukan Inggris ke Kota

Surabaya mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang

berjatuhan. Korban jiwa dari tembakan-tembakan pesawat-

pesawat dan meriam Inggris dari kalangan masyarakat dan para

anggota Polisi Istimewa. Walaupun mendapat serangan yang

gencar, para pemuda Surabaya tidak tinggal diam, mereka

membalas dengan melakukan tembakan-tembakan ke arah

236

Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak

Proklamasi – 1950, 152.

Page 131: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

118

pesawat Inggris. Bahkan mereka berhasil menjatuhkan dua buah

pesawat Inggris dan menewaskan seorang perwira tinggi Inggris

bernama Brigadir Jenderal Robert Guy Loder Symonds, seorang

Komandan Detasemen Artileri Inggris.237

Pasukan Polisi Istimewa Karesiden Surabaya di bawah

pmimpinan Moehammad Jasin pun setelah meletusnya

pertempuran 10 November langsung memindahkan pasukannya

ke Tembok meninggalkan Gaduh, tapi sebagian tetap bertahan di

Gaduh. Pada sore harinya mereka kembali lagi ke tempat

pertahanan di Gaduh. Pada saat di Gaduh, pasukan Polisi

Istimewa ini mendapat serangan dari Sekutu sehingga

mengharuskan mereka untuk mundur ke Kresek. Pada keesokan

harinya, tanggal 11 November pukul 10.00, tentara Sekutu

mendatangi Kresek untuk menguasai wilayah tersebut dan tentara

Sekutu mengira wilayah tersebut tidak dipertahankan pihak

Indonesia. Pasukan Polisi Istimewa pimpinan Moehammad Jasin

membiarkan tentara Sekutu memasuki wilyah tersebut dan secara

diam-diam mengatur strategi untuk menyerang tentara Sekutu.

Ketika musuh lengah pasukan Polisi Istimewa melakukan

penyerangan sehingga musuh bisa dihancurkan.238

Sekutu pun melakukan penyerangan di daerah kantor

Gubernur dan sekitar jembatan merah. Mereka melakukan

pemboman menggunakan pesawat-pesawatnya dan

menggerakkan tank-tanknya. Selanjutnya melakukan

237

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

86. 238

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 178-179.

Page 132: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

119

penyerangan ke Sawahkurung, Jatipurwo, Sidotopo, dan di

daerah sekitar Nyamplungan. Tapi di daerah tersebut terjadi

pertempuran yang begitu sengit antara pihak Sekutu dan pihak

Indonesia. pihak Indonesia diperkuat oleh Polisi Istimewa dan

badan perjuangan lainnya seperti Pemuda Republik Indonesia

(PRI), Hizbullah, Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan lain-

lain. Pertempuran terjadi hingga sore hari dan dari pihak

Indonesia korban para pemuda 20 orang dan puluhan lainnya

luka-luka.

Polisi Istimewa yang menghadapi Sekutu berhasil

menghambat gerakan tentara Sekutu beserta tanknya yang

melakukan gerakan melalui Jalan Jakarta dan berhasil

menghambat pergerakannya. Sekutu hanya maju beberapa ratus

meter disekitar Jalan Kereta Api, Viaduct, Jalan Juliana, Jalan

Kantor Pos Surabaya, Seksi Polisi Kebalen, Hoofdbureau, dan

Jalan Societeit. Terhambatnya gerakan tentara Sekutu karena

terjadinya pertempuran yang terjadi oleh Sekutu dan Polisi

Istimewa beserta pejuang-pejuang lainnya dari Pemuda Republik

Indonesia (PRI) Maluku, Badan Pemberontak Republik Indonesia

(BPRI), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan Tentara Republik

Indonesia Pelajar (TRIP), ditambah dengan pasukan dari luar

Kota Surabaya seperti Malang, Bali, Jombang, solo, dan lain-lain.

Pertempuran yang sangat sengit terjadi sampai malam hari,

bahkan pada pukul 23.00 terjadi pertempuran jarak dekat yang

Page 133: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

120

mengakibatkan korban jiwa dari kedua belah pihak dengan

jumlah yang sangat banyak sampai tidak terhitung.239

Pertempuran pun terus berlangsung setiap hari. Pada

tanggal 18 Oktober, Moehammad Jasin selaku komandan Polisi

Istimewa Karesiden Surabaya menyampaikan pesannya melalui

radio bahwa semua anggota Polisi Istimewa harus mengambil

bagian dalam setiap pertempuran mempertahankan kemerdekaan

Indonesia karena Polisi Istimewa merupakan pasukan militer.240

Keterlibatan Polisi Istimewa dalam setiap pertempuran memang

terlihat pada saat terjadi pertempuran disetiap tempat, bahkan

Polisi Istimewa pun mengikut sertakan kendaran pansernya

dalam pertempuran melawan Sekutu.241

Sampai pada hari kesepuluh, pertahanan di sekitar Jalan

Kereta Api sekitar daerah Kandang Sapi yang dipertahankan oleh

Polisi Istimewa di bawah pimpinan Komandan Polisi Musa

beserta Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan badan-badan

perjuangan lainnya masih bisa mempertahankan wilyah tersebut.

Pada hari kesebelas, tanggal 21 November 1945, Inggris

menggerakkan pesawat Angkatan Udaranya untuk menggempur

pasukan Indonesia dan berhasil mematahkan pertahanan tersebut.

Polisi Istimewa bersama pasukan lainnya melakukan perlawan

sambil mundur untuk membentuk pertahanan baru di sekitar

Tembok-Dukuh Sawahan.

239

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 487. 240

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 265. 241

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 195.

Page 134: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

121

Pasukan Polisi Istimewa berniat untuk menarik mundur

pasukannya dan pasukan yang lain ke markasnya di Coen

Boulevard, untuk ke markasnya tersebut mereka harus melalui

Kedungdoro yang ternyata sudah menjadi pertahanan Sekutu

sehingga terjadi pertempuran sengit. Pada pertempuran inilah

Komandan Polisi Musa gugur setelah terkena pecahan mortir

musuh.242

Mantan anak buah Musa di Polisi Istimewa pada saat

pertempuran sedang berlangsung yaitu, Agen Polisi III Moekari

mengkisahkan bahwa, Moekari bergerak mendahuli Musa sambil

melindunginya tapi, Musa berteriak dan memarahi Moekari,

Musa sebagai komandan harus berada di depan dan anak buahnya

berada di belakangnya.

Moekari menggambarkan Musa sebagai seorang pejuang

sejati dan berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih demi tegaknya

Republik Indonesia. pada saat Musa gugur, ditemukan secarik

kertas di dalam saku bajunya yang berisi tentang pesan meminta

kepada rekan-rekannya untuk terus melanjutkan perjuangannya

mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan meminta supaya

kalau dia meninggal ingin dimakamkan di Lawang karena

isterinya tinggal di daerah tersebut.243

Setelah gugurnya Musa,

kemudian pasukan dibagi menjadi dua yaitu, sebagian ada yang

membawa jenazah Musa ke markas dan sebagiannya lagi

mengungsikan orang yang luka-luka ke pos Palang Merah di

Kembang Kuning. Untuk jenazah Musa akhirnya dimakamkan di

242

Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak

Proklamasi – 1950, 153. 243

Tari Moekari, 500 KM: Sebuah Nilai PerjuanganTanpa Angka, 43.

Page 135: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

122

Lawang sesuai permintaannya dan upacara pemakannya sangat

mengharukan.244

Pada tanggal 23 Novemeber, Moehammad Jasin

memindahkan markas Polisi Istimewa Karesiden Surabaya di

Coen Boulevard tidak lagi di Kota Surabaya tetapi

memindahkannya di Sidoarjo. Hal tersebut dilakukan untuk

mencari tempat yang aman dari serangan musuh. Walaupun

markas Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya dipindah ke

Sidoarjo, anggota Polisi Istimewa tetap berada di Kota Surabaya

dengan jumlah sekitar 150 orang dan terbagi di dalam sektor-

sektor pertempuran karena harus selalu mengambil bagian dalam

setiap pertempuran.245

Tugas selanjutnya yaitu memperkuat Seksi IV di bawah

pimpinan Agen Polisi I Soekarja. Pada seksi IV ini, Polisi

Istimewa menggunakan senjata beratnya untuk mempertahankan

Keputran. Khawatir Keputran akan direbut oleh Sekutu, anggota

lainnya diperintahkan untuk siap mengevakuasi perbelakan ke

Ngoro, Jombang, sementara untuk mesiu dan peluru dipindahkan

ke Pandaan, Pasuruan jika pertahanan direbut oleh Sekutu.246

Sementara itu pertahanan di Jalan Kembang Kuning dan beberapa

pertahanan daerah Darmo sudah berhasil dikuasai oleh Inggris,

bahkan Rumah Sakit Darmo pun dikuasai. Hal tersebut

mengakibatkan Polisi Istimewa yang berada di Keputran harus

244

Team Kodak X Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan

Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun 1945-1949, 74. 245

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 195. 246

Team Kodak X Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan

Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun 1945-1949, 74.

Page 136: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

123

berada di belakang kedudukan Sekutu. Karena keadaan tidak

memungkinkan terus bertahan, akhirnya pasukan Polisi Istimewa

pun harus mengundurkan diri ke Wonokromo melalu Dinoyo dan

markas komandonya pun harus dipindah ke Sepanjang.247

Perempuran di Surabaya pun terus berlanjut dan semakin

sengit, karena para pejuang harus mempertahankan supaya

seluruh Surabaya tidak dikuasai oleh Sekutu. Pada tanggal 27

Novemeber 1945, Inspektur Polisi Soenarjo menghadap Soetjipto

Danoekusumo untuk meminta bantuan agar keluarganya dapat

dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Soetjipto pun menerima

permintaan tersebut. Sementara itu, tentara Inggris terus-terusan

mendesak para pejuang Indonesia dan hampir menguasai seluruh

Surabaya.248

Tembat pertahanan terakhir pejuang Indonesia ada

di Gunung Sari. Pasukan Indonesia yang bertahan di Gunung Sari

untuk menahan agar daerah tersebut tidak dikuasi oleh tentara

Inggris hanya pasukan L-1 dan pansernya, pasukan Polisi

Istimewa, Tentara Keamanan Rakyat Bermotor (TKR-PBM),

Batalyon TKR Bambang Juwono, stelling artileri di Jalan

Joyoboyo dan Kesatrian di bawah pimpinan Minggu, dan

pasukan Pelajar.249

Untuk menguasai seluruh Surabaya, akhirnya Sekutu

melakukan penyerangan ke Gunung Sari dari arah barat laut dan

247

Hadiman Suparmin, Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak

Proklamasi – 1950, 153. 248

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

88. 249

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 215.

Page 137: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

124

timur pada tanggal 28 November 1945. Dengan sisa kekuatan

yang ada, Polisi Istimewa dengan pasukan lainnya melakukan

serang balik ke Sekutu. Tampaknya serangan yang dilakukan

oleh pejuang Indonesia tidak membuahkan hasil dan mendapat

tekanan dari Sekutu sehingga mereka harus menyingkir ke

pinggiran Surabaya.250

Jatuhnya Gunung Sari ke tangan Sekutu

pada tanggal 28 November 1945, membuat seluruh Surabaya

dikuasai oleh musuh. Walaupun masih memiliki kekuatan

pasukan dan persenjataan, Inggris tidak terlihat usahanya untuk

memperluas kedudukannya di luar Surabaya. Hal tersebut

ternyata sesuai dengan target Sekutu yang hanya menguasai

Surabaya hanya sampai sungai Surabaya.

Sebetulnya, Sekutu berencana sudah menguasai Surabaya

pada tanggal 26 November 1945, karena perlawanan yang sangat

sengit dari para pejuang akhirnya Sekutu baru bisa menguasai

Surabaya pada tanggal 28 November 1945, dua hari terlambat

dari rencana. Para pejuang Indonesia mampu mempertahankan

Surabaya selama kurang lebih tiga minggu, namun perjuangan

mereka harus kandas setelah Surabaya berhasil direbut oleh

Sekutu. Kurangnya logistik, kekuatan fisik yang sudah menurun,

pengalaman tempur yang kurang, dan tidak adanya pasukan

cadangan untuk menggantikan pasukan yang sudah kelelahan di

front terdepat merupakan penyebab Surabaya dapat dikuasai oleh

Sekutu. Jalan terakhir yang harus dilakukan oleh para pejuang

250

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

88.

Page 138: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

125

adalah dengan meninggalkan Surabaya untuk menyusun kekuatan

baru.251

3. Akhir Pertempuran Polisi Istimewa di Surabaya

Ketika Surabaya sudah dikuasai oleh Sekutu, semua

pasukan termasuk Polisi Istimewa keluar dari Surabaya. Keluar

dari Surabaya bukan karena kekurangan pasukan, tetapi karena

kalah kuat. Kalau Sekutu menyerang menggunakan tank dan

pesawat tidak ada yang bisa menahannya. Polisi Istimewa yang

berada di bawah pimpinan Moehammad Jasin meninggalkan

Surabaya menuju ke Sidoarjo kemudian ke Malang. Polisi

Istimewa yang berada di bawah komando Soetjipto

Danoekusumo meninggalkan Surabaya menuju ke Mojokerto.

Polisi Istimewa ketika meninggalkan Surabaya tidak langsung

mundur, tetapi setiap wilayah dipertahankan dulu, kalau tidak

bisa dipertahankan maka Polisi Istimewa mundur.252

Moehammad Jasin memerintahkan Polisi Istimewa untuk

mundur menuju Sidoarjo dan memutuskan akan bertahan di sana.

Pada tanggal 7 Desember 1945, tentara Sekutu melakukan patroli

yang kemudian bertemu dengan Polisi Istimewa sehingga kontak

tembak tidak bisa dihindarkan. Akibat kontak tembak ini

menewaskan seorang anggota Polisi Istimewa bernama Agen

Polisi Soewarno.253

251

Aminuddin Kasdi, Suparto Brata dan Soedjijo, Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 274. 252

Tari Moekari, 500 KM: Sebuah Nilai PerjuanganTanpa Angka, 48 253

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

90.

Page 139: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

126

D. Penyebab Surabaya Dikuasai Sekutu

1. Persenjataan

Polisi Istimewa dan pejuang-pejuang di Surabaya kalah

dalam hal persenjataan dengan Sekutu. Sebagai pemenang perang

dunia 2, sangat jelas jika Sekutu dapat memenangkan perang

karena memiliki persenjataan yang canggih dan modern. Pada

saat bertempur dengan pejuang di Indonesia, Moekari sebagai

mantan anggota Polisi Istimewa yang pada saat itu ikut berperang

mengisahkan bahwa pejuang-pejuang di Surabaya tidak bisa

menandingi persenjataan tank-tank dan pesawat milik Sekutu dan

lebih memilih mundur.254

Selain menggunakan tank dan pesawat,

Sekutu pun menggunakan meriam kapal perangnya untuk

melakukan tembakan-tembakan menghadapi pertahanan pejuang-

pejuang di Surabaya.255

persenjataan-persenjataan yang

digunakan Sekutu jelas tidak seimbang dengan persenjataan yang

dimiliki oleh Polisi Istimewa.

2. Keahlian Bertempur

Keahlian bertempur Polisi Istimewa sebenarnya bisa

menandingi kehebatan dari tentara-tentara Sekutu bahkan

melebihinya. Tidak sedikit tentara Sekutu yang berhasil

ditewaskan oleh Polisi Istimewa. Des Alwi sebagai pelaku

sejarah yang ikut bertempur mengisahkan kehebatan Polisi

Istimewa di bawah pimpinan Moehammad Jasin ketika bertempur

melawan Sekutu. Saat bertempur, pergerakan Polisi Istimewa

254

Tari Moekari, 500 KM: Sebuah Nilai PerjuanganTanpa Angka, 48. 255

Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, 118.

Page 140: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

127

sangat cepat dan terampil disaat melakukan serangan kepada

Sekutu. Tentara Sekutu yang terpencar dari induk pasukan bisa

dapat dipastikan akan kalah satu persatu.256

Walaupun tentara-

tentara Sekutu memiliki pengalaman tempur yang banyak

dibandingkan dengan Polisi Isitimewa, kemampuan Polisi

Istimewa dalam bertempur sudah dilatih pada saat pendudukan

Jepang dan menjadi andalan pasukan Jepang. Des Alwi

mengetahui itu karena asrama Polisi Istimewa dekat dengan

tempat tinggalnya.257

Walaupun keahlian bertempur Polisi Istimewa bisa

menandingi tentara Sekutu, tetapi banyak pejuang-pejuang di

Surabaya yang tidak memiliki keahlian bertempur yang

sebanding dan bertempur hanya bermodalkan nekat saja.

Ditambah dengan pengalam tempur tentara-tentara Sekutu tentu

hal tersebut menjadikan kekalahan dalam pertempuran di

Surabaya, sehingga Surabaya dapat dikuasai oleh Sekutu.

E. Laskar atau Badan Perjuang yang Terlibat dalam

Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Pada saat terjadinya perang pada 10 November 1945 di

Surabaya, Polisi Istimewa bersama-sama dengan laskar atau

badang perjuangan lainnya dalam mempertahankan kemerdekaan

di Surabaya. Berikut adalah laskar atau badan perjuangan yang

terlibat dalam Pertempuran Surabaya 10 November 1945:

256

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 262-263. 257

Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945: Catatan Julius

Pour. Mallaby dibunuh atau Terbunuh?, 283-284.

Page 141: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

128

1. BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan TKR (Tentara

Keamanan Rakyat)

Pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI (Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia) dalam rapatnya memutuskan

membentuk BKR. BKR merupakan bagian dari Badan Penolong

Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang ditugaskan untuk

menjaga keselamatan masyarakat. Di Surabaya BKR baru

terbentuk pada tanggal 2 September 1945, karena Surabaya masih

disibukkan dengan pembentukkan KNIP (Komite Nasional

Indonesia Pusat), pembentukkan KNI Daerah Surabaya, dan aksi

pengibaran bendera merah putih.258

Pada tanggal 4 September 1945, diadakan pertemuan lagi

dan menghasilkan BKR terdiri dari 3 eselon yaitu:

BKR Jawa Timur:

Kepala : drg. Moestopo

Wakil : Katamhadi

Penulis : Mohammad Mangoendiprodjo

BKR Karesidenan Surabaya:

Kepala : Abdoelwahab

Wakil : Jonosewojo

Penulis : Soesilo

BKR Kota Surabaya:

Kepala : Soengkono

Wakil : Soerachman

258

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

18.

Page 142: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

129

Penulis : Dawoed259

Pada akhir bulan Oktober 1945, drg Moestopo digantikan

Jonosewojo atas persetujuan Soekarno. Soekarno pun

mengeluarkan maklumat pada tanggal 5 Oktober 1945 yang

berisikan bahwa BKR berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan

Rakyat).260

Setelah keluarnya maklumat tersebut, BKR Jawa

Timur, BKR Karesidenan Surabaya, BKR Kota Surabaya

mengganti nama BKR menjadi TKR.

2. Laskar Hizbullah

Untuk mencari tambahan pasukan untuk dikirim ke

Burma dan kepulauan pasifik, Jepang melakukan pendekaan

kepada tokoh-tokoh di Jawa. Selain itu jepang juga melakukan

pendekatan dengan para ulama serta tokoh-tokoh Islam melalu

seoang berkebangsaan Jepang beragama Islam yaitu Abdul

Hamid Ono. Abdul Hamid Ono atas nama pemerintah Jepang

meminta kepada KH. A. Wachid Hasyim untuk memerintahkan

para santri untuk bergabung dengan Heiho. Wachid Hasyim pun

menolak dan meminta agar para santri diberikan pelatihan

kemiliteran hanya untuk pertahanan di dalam negeri bukan untuk

dikirim bertempur jauh dari tanah air.

Permintaan Abdul Hamid Ono menjadi pencetus Wachid

Hasyim dan tokoh-tokoh masyumi untuk melatih santri-santri

kemiliteran yang diberi nama Hizbullah (Tentara Allah). Faktor

259

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 155. 260

Lorenzo Yauwerissa dan Pusat Sejarah Polri, Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Jawa Timur,

19.

Page 143: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

130

lain untuk membentuk Hizbullah adalah bahwa berperang untuk

membela dan mempertahankan agama Allah hukumnya wajib.

Untuk keinginan tersebut tercapai, atas nama Masyumi, Wachid

Hasyim menyampaikan keinginan tokoh-tokoh Islam kepada

Abdul Hamid Ono. Abdul Hamid Ono pun menyampaikan

kepada pemerintah Jepang dan diterima oleh pemerintah

Jepang.261

Pada tanggal 14 Oktober 1944, pemerintah Jepang secara

resmi menyetujui dibentuknya Laskar Hizbullah di Jakarta.

Anggota-anggota Hizbullah berasal dari pemuda-pemuda Islam

se-Jawa dan Madura. Tiga bulan setelah dibentuknya Hizbullah,

tepatnya pada bulan Januari 1945, Masyumi mengumumkan

susunan Dewan Pengurus Pusat Hizbullah, susunannya sebagai

berikut:

Ketua : H. Zainul Arifin

Wakil Ketua : Mohammad Roem

Angota-Anggota :

1. Urusan Umum : - S. Soerowiyonoto

- Soedjon

2. Bagian Propaganda : - Anwar Tjokroaminoto

- KH. Zarkasy

- Masyhudi

3. Urusan Perencanaan : - Mr. Jusuf Wibisono

- Sunaryo Mangun

- Djunaidi

261

Hasyim Latief, Laskar Hizbullah: Berjuang Menegakkan Negara

RI, 16-17.

Page 144: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

131

4. Urusan Keuangan : - R.M.O Djunaidi

- Prawoto Mangku Sasmito262

Pada pelatihan Hizbullah pertama di Cisarua Bogor,

diikuti oleh 500 orang pemuda muslim yang berasal dari Jawa

dan Madura. Sejumlah nama kyai dari pondok pesantren pun ikut

dalam pelatihan tersebut seperti, KH. Mustofa Kamil (Banten),

KH. Mawardi (Solo), KH. Zarkasi (Ponorogo), KH. Mursyid

(Pacitan), KH. Syahid (Kediri), KH. Abdul Halim (Majalengka),

KH. Thohir Dasuki (Surakarta), KH. Roji‟un (Jakarta), KH.

Munasir Ali (Mojokerto), KH. Abdullah, KH. Wahib Wahab

(Jombang), KH. Hasyim Latif (Surabaya), KH. Zaiunuddin

(Besuki), Sulthan Fajar (Jember), KH. Abdullah Abbas

(Cirebon), dsb.263

Di Surabaya, ketika diumumkannya pembukaan

pendaftaran Hizbullah mendapat antusisas yang luar biasa oleh

para pemuda. Ketika pertama kali dibuka, kantor Masyumi yang

terletak di Jalan Bubutan langsung didatangi oleh pemuda Islam

untuk mendaftar. Latihan pun segera dilaksanakan dan dilakukan

di halaman Masjid Kemayoran pada tanggal 3 Februari 1945

yang dihadiri oleh para ulama, tokoh-tokoh masyarakat, dan para

pembesar Jepang. Pada tanggal 25 September 1945 di Markas

Jalan Kepanjen, disusunlah struktur organisasi Laskar Hizbullah

Surabaya, susunannya sebagai berikut:

Ketua umum : KH. Abdunnafik

262

Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur,

(Jombang, Pustaka Tebuireng, 2015), 34. 263

Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama – Santri & Resolusi Jihad:

Garda Terdepan Menegakkan Indonesia (1945-1949), 139.

Page 145: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

132

Ketua I : KH. Thohir Bakri

Ketua II : KH. Anwar Zain

Sekretaris : Moch. Rofiie

Bagian Keuangan : Ja‟far

Bagian Perlengkapan : Abd. Mutolib

Bagian Perbekalan : Sariyan

Kepala Barisan : Abdul Majid Asmara

Wakil Kepala Barisan : Mustakim Zen

Kepala Seksi I : Abdul Manan Nahrawi

Kepala Seksi II : Sidik Said

Kepala Seksi III : Umar Chaban Wirtak

Kepala Seksi IV : Achiyat

Kepala Seksi V : Achiyar

Kepala Seksi VI : Syamsul Anam

Kepala Seksi VII : Abu Bakar Alwi264

Untuk memperluas gerak Laskar Hizbullah Surabaya,

pada awal Oktober setelah perobekan bendera di Hotel Yamato

dan pertempuran di markas Kempetai, dibentuklah cabang-

cabang:

1. Hizbullah Surabaya, dipimpin oleh KH. Abdunnafik,

bermarkas di Jalan Nyamplungan.

2. Hizbullah Surabaya Tengah, dipimpin oleh Husaini

Tiway dan Moh. Moehadjir, bermarkas di Madrasah NU

Kawatan.

264

Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur,

(Jombang, Pustaka Tebuireng, 2015), 63-65.

Page 146: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

133

3. Hizbullah Surabaya Barat, dipimpin oleh Damiri Ichsan

dan A. Hamid Has, Bermarkas di KembangKuning

4. Hizbullah Surabaya Selatan, dipimpin oleh Mas Ahmad,

Syafi‟I dan Abid Saleh, bermarkas di pondok Sidoresmo.

5. Hizbullah Surabaya Timur, dipimpin oleh Mustakin Zain,

Abdul Manan dan Achyat bermarkas di Sidokapasan.

Setelah Achyat pindah ke BKR, Hizbullah Surabaya

Timur dipimpin oleh Mustakim Zen dan Syaban

Abbas.265

3. Laskar-Laskar dan Badan Perjuangan Pemerintah

Selain Polisi Istimewa, BKR dan TKR, dan Laskar

Hizbullah, laskar-laskar dan badan perjuangan pemerintah yang

ikut turut dalam Pertempuran Surabaya 10 November 1945

adalah, Komite Nasional dan Pemerintahan, Polisi Tentara

Keamanan Rakyat (PTKR), Angkatan Muda Surabaya (AMS),

Pemuda Republik Indonesia (PRI), Pemuda RI Maluku, PRI

Sulawesi (Perisai), PRI Kalimantan, Pemuda Puteri Republik

Indonesia (PPRI), Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan

Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), Marine Keamanan Rakya

(MKR) dan Pasukan L, Pelajar Surabaya (TKR Pelajar/TRIP dan

TGP), dan lain-lain.266

265

Hasyim Latief, Laskar Hizbullah: Berjuang Menegakkan Negara

RI, 28. 266

Barlan Setiadijaya, 10 november ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia, 9-10.

Page 147: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

134

F. Tokoh-Tokoh Polisi Istimewa dalam Pertempuran

Surabaya 10 November 1945

Selama perjuangan Polisi Istimewa di Surabaya, ada

beberapa tokoh penting dalam perjuangan Polisi Istimewa di

Surabaya. Tokoh ini menjadi pimpinan yang sangat berperan

dalam memimpin anggota-anggotanya. Berikut adalah beberapa

tokoh-tokoh Polisi Istimewa dalam Pertempuran Surabaya 10

November 1945:

1. Moehammad Jasin

Sebagai Komandan Polisi Istimewa Karesidenan

Surabaya, Moehammad Jasin menyampaikan kepada seluruh

pasukannnya supaya selalu mengambil bagian dalam setiap

pertemp uran yang terjadi di Surabaya untuk

mempertahankan kemerdekaan Indonesia karena Polisi

Istimewa sudah menjadi pasukan militer.267

Moehammad

Jasin juga yang memproklamasikan bahwa Polisi Istimewa

menjadi Polisi Republik Indonesia bukan lagi menjadi polisi

yang berada di bawah kendali Jepang. Diproklamasikannya

Polisi Istimewa menjadi Polisi Republik Indonesia ini di saat

Jepang masih berada di Indonesia, tetapi Moehammad Jasin

dengan keberaniannya tetap memproklamasikan Polisi

Istimewa menjadi Polisi Republik Indonesia.268

Moehammad Jasin lahir pada tanggal 9 Juni 1920 di

Bau-Bau, Buton, Sulawesi Tenggara. Ayahnya bernama Haji

267

Nugroho Notosusanto, Pertempuran Surabaya, 195. 268

Team Kodak X Jatim, Peranan Polri dalam Perjuangan

Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun 1945-1949, 29.

Page 148: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

135

Mekkah kelahiran Bone yang bermigrasi ke Buton yang

bekerja sebagai pedang kelontong dan Ibunya bernama Siti

Rugayah yang berasal dari Maros. Siti Rugayah merupakan

istiri kedua dari Haji Mekkah setelah istri pertamanya

meninggal dunia.269

Penghargaan tertinggi yang didapatkan Moehammad

Jasin adalah gelar Pahlawan Nasional. Setelah melewati

berbagai macam pengusulan, akhirnya gelar Pahlawan

Nasional diberikan kepada Moehammad Jasin berdasarkan

dengan Keputusan Presiden Nomor 116/TK/Tahun 2015

pada tanggal 4 November 2015. Selain diberikan kepada

Moehammad Jasin, Keputusan Presiden Nomor

116/TK/Tahun 2015 memberikan gelar Pahlawan Nasional

kepada Bernard Wilhem Lapian, Mas Isman, I Gusti Ngurah

Made Agung, Ki Bagus Hadikusumo. Moehammad Jasin

merupakan Polisi Republik Indonesia pertama yang

mendapat gelar Pahlawan Nasional berkat jasanya kepada

Indonesia.270

2. Soetjipto Danoekusumo

Soetjipto Danoekusumo merupakan Komandan Polisi

Istimewa Kota Surabaya. Pasukan Polisi Istimewa di bawah

pimpinan Soetjipto Danoekusumo melebur bersama dengan

Polisi Karesidenan Surabaya dan badan perjaungan lainnya

269

Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, 47-48. 270

http://tribratanews.ntb.polri.go.id/2015/11/16/perjalanan-sejarah-

komjen-pol-m-yasin-sang-pahlawan/ diakses pada 3 Oktober 2018, pukul

22.07.

Page 149: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

136

di Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Soetjipto juga ikut berperan dalam pelucutan senjata Jepang

seperti di gedung General Electronica. Pada pertempuran 10

November 1945, Soetjipto melakukan pemeriksaan terhadap

pos-pos pertahanan yang diduduki oleh anggotanya secara

langsung di lapangan.271

Soetjipto Danoekusumo lahir pada tanggal 28

Februari 1922 di Campurdarat, sebuah kecamatan kecil dekat

Kabupaten ibu kota Tulungagung. Ayahnya bernama Danoe

Wirjodihardjo dan ibunya bernama Siti Kopah, dan Soetjipto

merupakan anak ketiga dari pasangan tersebut.272

Jabatan tertinggi yang pernah didapatkan Soetjipto di

kepolisian yaitu saat ia secara resmi dilanting menjadi

Menteri Panglima Angkatan Kepolisian RI (sekarang

Kapolri) pada tanggal 4 Januari 1964 di Istana Bogor.

Soekarno memberi amanat saat pelantikan bahwa ada

usaha0usaha dari luar untuk meruntuhkan Indonesia. Maka

dari itu Soekarno menghimbau bahwa tugas untuk

mempertahankan negara dan menjaga keamanan dalam

negeri adalah tugas dan tanggung jawab Kepolisian Negara

RI bersama dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan

Angkatan Udara. Pada tanggal 8 Januari 1964, diadakan

upacara serah terima jabatan Mentri Panglima Angkatan

271

Sutjipto Danukusumo, Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sutjipto Danukusumo, 145. 272

Panitia Penulisan Ensiklopedia Kapolri, Ensiklopedia Kapolri:

Jendelal Polisi R. Soetjipto Danoekoesoemo, (Jakarta : Panitia Penulisan

Ensiklopedia Kapolri, 2007), 15.

Page 150: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

137

Kepolisian RI di Lapangan Olahraga Departemen Angkatan

Kepolisian dan yang bertugas sebagai inspektur upacaranya

adalah Menko/Kasab Jenderal A.H. Nasution.273

273

Panitia Penulisan Ensiklopedia Kapolri, Ensiklopedia Kapolri:

Jendelal Polisi R. Soetjipto Danoekoesoemo, 78.

Page 151: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

138

BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam pembahasan skripsi ini, antara lain:

1. Sebelum munculnya Pertempuran Surabaya pada 10

November 1945, Polisi Istimewa dan pejuang lainnya

melakukan pelucutan senjata milik Jepang sebagai modal

dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2. Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945

merupakan pertempuran pertama yang terjadi di Indonesia

pada awal kemerdekaan sebagai upaya untuk

mempertahankan kemerdekaan.

3. Polisi Istimewa sebagai pasukan yang masih memiliki

persenjataan pada awal kemerdekaan, memberikan

pelatihan dan mempersenjatai masyarakat di Surabaya.

4. Polisi Istimewa merupakan badan perjuangan yang diakui

oleh Jepang dan internasional. Bahkan ketika terjadi

pelucutan senjata yang dimiliki oleh tentara Jepang, para

tentara Jepang hanya ingin menyerahkannya kepada Polisi

Istimewa.

5. Pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945, Polisi

Istimewa pun memiliki peran karena Polisi Istimewa

selalu mengambil bagian dalam setiap pertempuran di

Surabaya dan bertempur bersama pasukan Indonesia

lainnya.

Page 152: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

139

B. Implikasi

Sebagai suatu jawaban dari pertanyaan di dalam rumusan

masalah skripsi ini, dapat dikatakan bahwa Polisi Istimewa

menjawab semua tantangan yang dilakukan Sekutu yang ingin

menguasai Indonesia sebagai tempat jajahan Belanda dengan

melakukan perlawanan-perlawanan bersenjata. Hal tersebutlah

yang membuat semua masyarakat Indonesia sekarang ini bisa

hidup dengan negara merdeka dan rasa aman. Peranan yang

diambil oleh Polisi Istimewa dalam setiap pertempuran

mempertahankan kemerdekaan berimplikasi luas terhadap

eksistensi negara Indonesia ini.

Dalam konteks inilah penulis melihat perjuangan Polisi

Istimewa sejak awal kemerdekaan sampai sekarang ini untuk

menjadikan Indonesia sebagai negara merdeka dan mampu

dipandang oleh negara-negara lain. Perjuangan Polisi Istimewa

pun dilakukan dengan tulus dan ikhlas hanya demi tegaknya

negara Indonesia. perjuangan-perjuangan Polisi Istimewa dengan

pejuang lainnyalah yang mampu membuat Indonesia dikatakan

sebagai negara pejuang. Hal tersebut semakin membuat penulis

bangga dengan mereka yang merelakan jiwa dan raganya untuk

Indonesia dan semakin membuat penulis cinta terhadap tanah air.

Demikianlah, sangat luas implikasi dalam skripsi ini

untuk membangun negara yang damai, tidak ada penjajahan, dan

hidup merdeka.

C. Saran

Dalam Skripsi ini, penulis memiliki beberapa saran,

antara lain:

Page 153: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

140

1. Pada saat pertempuran Surabaya, Polisi Istimewa

memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap

pertempuran, seharusnya peranan dari Polisi Istimewa ini

bisa lebih diekspose. Pada setiap peringatan pertempuran

Surabaya yang lebih dikenal sebagai Hari Pahlawan,

keterlibatan Polisi Istimewa di dalam pertempuran

Surabaya selalu jarang dimunculkan. Kepada Kepolisian

Republik Indonesia seharus bisa lebih memperhatian

sejarahnya.

2. Setiap anggota Kepolisian Republik Indonesia

seharusnya lebih mampu memahami sejarahnya, karena

para pendahulu mereka adalah para pejuang yang rela

mengorbankan jiwa dan raganya demi tegaknya Republik

Indonesia.

3. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, karena banyak keterbatasan dari diri penulis

pribadi maupun keterbatasan sumber yang didapat oleh

penulis. Penulis berharap akan ada penelitian-penelitian

lanjutan yang mengambil tema ini sehingga akan banyak

lagi sejarah-sejarah perjuangan dari badan perjuangan

yang berperan dapat terekspos dan diketahui oleh orang

banyak.

Page 154: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

141

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer:

Abdulgani, Roeslan. Seratus Hari di Surabaya yang

menggemparkan Indonesia: Kisah Singkat Tentang

Kejadian-kejadian di Kota Surabaya antara Tanggal 17

Agustus s/d Akhir November 1945. Jakarta : Yayasan

Idayu, 1980.

Achmad, R. S. Surabaya Bergejolak. Jakarta : CV Haji

Masagung, 1990.

Alwi, Des. Pertempuran Surabaya November 1945. Catatan

Julius Pour: Mallaby Dibunuh atau Terbunuh.

Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer, 2012.

Danoekusumo, Sutjipto. Hari-hari Bahagia Bersama Rakyat:

Catatan Perjuangan Sotjipto Danukusumo, Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan, 1997.

Jasin, Moehammad. Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:

Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Istimewa. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama, 2010.

____________. Singa Pejuang Republik Indonesia. Jakarta :

PPKBI, 1998.

Kedaulatan Rakyat, edisi 30 Oktober 1945.

Kedaulatan Rakyat, edisi 2 November 1945.

Latief, Hasyim. Laskar Hizbullah: Berjuang Menegakkan Negara

RI. Jakarta : Lajnah Ta‟lif wan Nasyr PBNU, 1995

Merdeka, edisi 31 Oktober.

Moekari, Tari. 500 KM: Sebuah Nilai PerjuanganTanpa Angka.

Malang : An-Nuha Publishing, Tanpa Tahun.

Page 155: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

142

Sutomo. Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan

Pengalaman Seorang Aktor Sejarah. Jakarta : Visimedia,

2008.

Sumber Sekunder:

Bizawie, Zainul Milal. Laskar Ulama – Santri & Resolusi Jihad:

Garda Terdepan Menegakkan Indonesia (1945-1949).

Tangerang : Pustaka Compass, 2014

Bustami, Abdul Latif dan Tim Sejarah Tebuireng, Resolusi Jihad

“Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama Hingga

Negara”, Jombang : Pustaka Tebuireng, 2015.

Bloembergen, Marieke. Polisi Zaman Hindia Belanda: dari

Kepedulian dan Ketakutan, terjemahan Tristan P.

Moeliono, Anna Whardana, Nicolette P. R. Moeliono dan

Tita Soeprapto Mangoensadjito. Jakarta : Kompas, 2011.

Chuseinsaputra, Jusuf. Peran Polri dalam Trikora dan Dwikora.

Minangkabau : Yayasan Dialektika, 2007.

Djamin, Awaloedin. Kedudukan Kepolisian Negara RI

dalam Sistem Ketatanegaraan: Dulu, Kini, dan Esok.

Jakarta : PTIK Press, 2007.

Djamin, Awaloedin. Ratta, I Ketut. Gunawan, I Gede Putu dan

Wulan, Ambar.. Sejarah Perkembangan Kepolisian di

Indonesia : dari Zaman Kuno Sampai Sekarang. Jakarta :

Yayasan Brata Bakti, 2007.

El-Kayyis, Isno. Laskar Hizbullah di Jawa Timur. Jombang :

Pustaka Tebuireng, 2015.

Page 156: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

143

Hutagalung, Batara R. 10 November ‟45: Mengapa Inggris

Membom Surabaya?. Jakarta : Millennium Publisher,

2001.

K, Heru Sukadri. Soewarno dan RA, Umiati. Sejarah Revolusi

Kemerdekaan (1945 – 1949) Daerah Jawa Timur. Jakarta

: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi

Sejarah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Kasdi, Aminuddin. 50 Tahun Pusdik Brimob Watukosek

Pasuruan Jawa Timur. Jakarta : Unesa University Press,

2004.

Kasdi, Aminuddin. Brata, Suparto dan Soedjijo. Pertempuran 10

November 1945: Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia

di Surabaya. Surabaya : Panitia Pelestarian Nilai

nilai Kepahlawanan di Surabaya, 1986.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Tiara

wacana, 1995.

Mabes Polri. Sejarah Kepolisian di Indonesia. Jakarta : Markas

Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 1999.

____________. Setengah Abad Polri Melayani Masyarakat.

Jakarta : Dinas Penerangan Polri, 1995.

Moedjanto, G. Indonesia Abad Ke-20 I. Yogyakarta :

Kanisius, 1994.

MS, Basri, Metodologi Penelitian Sejarah: (Pendekatanan, Teori,

dan Praktik). Jakarta : Restu Agung, 2006.

Notosusanto, Nugroho. Pertempuran Surabaya. Jakarta : PT

Mutiara Sumber Widya, 1985.

Page 157: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

144

Odang, M. Perkembangan Kepolisian di Indonesia. Jakarta :

Markas Besar Kepolisian RI, 1952.

Panitia Penulisan Ensiklopedia Kapolri, Ensiklopedia Kapolri:

Jendelal Polisi R. Soetjipto Danoekoesoemo, Jakarta :

Panitia Penulisan Ensiklopedia Kapolri, 2007

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho. Sejarah Nasional

Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik.

Jakarta : Balai Pustaka, 2010.

Rahmanto, Wahid dan Widoyoko, Yoyok. Setengah Abad

Mengabdi: Memperingati Bhayangkara Emas 1 Juli 1996.

Jakarta : Markas Besar Kepolisian Negara Republik

Indonesia, 1996.

Ricklefs, M. C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. terj: Satrio

Wahono, Bakar Bilfagih, Hasan Huda, Miftah Helmi,

Joko Sutrisno, dan Has Manadi. Jakarta : PT Serambi

Ilmu Semesta, 2007.

Setiadijaya, Barlan. 10 November ‟45: Gelora Kepahlawanan

Indonesia. Jakarta : Yayasan Dwi Warna, 1991.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Penganter. Jakarta :

Rajawali Press, 1987.

Soewito, Irna H. N. Hadi. Rakyat Jawa Timur Mempertahankan

Kemerdekaan 1. Jakarta : PT Grasindo, 1994.

Suparmin, Hadiman. Lintasan Perjalanan Kepolisian R.I. Sejak

Proklamasi – 1950. Jakarta : Godhessa Pura Mas, 1985.

Supomo, Atim. Pelopor. Jakarta : Pustaka Pelajar, 1998.

Syah, Iskandar. Sejarah Nasional Indonesia. Yogyakarta : Suluh

Media, 2016.

Page 158: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

145

Tahir, Achmad. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).

Jakarta : Korps sarjana Veteran RI, 1994.

Tanumidjaja, Memet. Sejarah Perkembangan Kepolisian

Indonesia. Jakarta : Departemen Pertahanan – Keamanan

Pusat Sedjarah ABRI, 1971.

Team Kodak X Jatim. Peranan Polri dalam Perjuangan

Kemerdekaan di Jawa Timur Tahun 1945-1949. Surabaya

: Grafika Dinoyo, 1982.

Ubaedillah, A dan Rozak, Abdul.Pendidikan Kewarga[negara]an

(Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan

Masyarakat Madani. Jakarta : Indonesia Center For Civic

Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Yauwerissa, Lorenzo dan Pusat Sejarah Polri. Pasukan Polisi

Istimewa: Prajurit Istimewa dalam Perjuangan

Kemerdekaan di Jawa Timur. Yogyakarta : Mata Padi

Pressindo, 2013.

Zeid, Mestika. “Perjuangan dan Diplomasi”. Dalam Indonesia

dalam Arus Sejarah, ed. Taufik Abdullah dan A.B.

Lapian. Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2009.

Jurnal:

Yulista, Fadma. “Perebutan Senjata Jepang di Surabaya Tahun

1945”. AVATAR: e-Journal Pendidikan Sejarah 5, No. 3

(2017): 918-928.

Internet:

https://pesonakotasurabaya.wordpress.com/tag/monumenperjuang

an-polri/#jp-carousel-1511 diakses pada 19 September

2018, pukul 23.30 WIB.

Page 159: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

146

https://pesonakotasurabaya.files.wordpress.com/2014/08/monper-

polri.jpg diakses pada 19 September 2018, pukul 23.35

WIB.

http://tribratanews.ntb.polri.go.id/2015/11/16/perjalanan-sejarah-

komjen-pol-m-yasin-sang-pahlawan/ diakses pada 3

Oktober 2018, pukul 22.07.

Wawancara

Wawancara dengan Bapak Brigadir Pol Syaiful Anwar, S.H.

Anggota Kepolisian Republik Indonesia, pada tanggal 4

Mei 2018 jam 20.00

Page 160: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Prasasti Proklamasi Polisi Republik Indonesia.274

274

https://pesonakotasurabaya.wordpress.com/tag/monumenperjuanga

n-polri/#jp-carousel-1511 diakses pada 19 September 2018, pukul 23.30 WIB.

Page 161: PERAN POLISI ISTIMEWA DALAM PERTEMPURAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42406/1/...PERTEMPURAN SURABAYA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Monumen Perjuangan Polri di Surabaya.275

275

https://pesonakotasurabaya.files.wordpress.com/2014/08/mon-per-

polri.jpg diakses pada 19 September 2018, pukul 23.35 WIB.