Post on 07-Jul-2018
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
1/14
SEJARAH FILSAFAT NILAI
“Filsafat Nilai”,meliputi: Sejarah perkembangan Filsafat dan Nilai, objek dan subjek nilai serta nilai kuantintas dan nilai kualitas. Mengenai sejarah perkembangan filsafat
dan nilai, seperti filsafat nilai. Adapun perkembangan filsafat nilai secara non formal
berkembang sejak aman !eraklitos,permenides, !ipias, "orgias sampai kepada
perkembangan filsafat abad pertengahan dan modern #ang melatar belakangi
munculn#a filsafat nilai di a$al abad ke%&'. (erkembangan selanjutn#a memasuki
$ila#ah kajian sumber nilai, nilai subjek dn objektis dan nilai #ang berkuantitas dan
kualitas.
S)*A+A! F-SAFA N-A
Munculn#a Filsafat Nilai Masalah eksistensi dan esensi alam, manusia dan uhan atau
#ang ada dan mungkin ada sebagai objek nilai menjadi fokus dalam pengajian parafilosof sejak dahulu kala. Antara lain #ang pertama sekali mengemukakann#a adalah
seorang filosof kenamaan /unani #akni hales 0123%431 SM5. Sebagai bapak filsafat
kelahiran Miletus negara bagian /unani, pertama ia mengajukan sebuah pertan#aan
#ang rele6an dengan ada dan Ada 0pengada pertama5 #aitu“7hat is the nature of $orld
stuf“8 0apa sebenarn#a bahan alam semesta itu85. (ertan#aan ini ditemukan ja$aban#a
oleh hales bah$a bahan atau sesuatu itu adalah “air”. Secara aksiologis apakah air
mempun#ai nilai objektif atau subjektif. Mungkinkah air bernilai meskipun tanpa
epistemolog dan ontolongin#a8 Atau apakah air termasuk kategorisasi nilai atau tidak
bernilai8 (erkembangan selanjutn#a sekitar pada tahun 499%an SM muncul buah pikiran
baru, atau filsafat baru dari seorang ahli pikir #ang berusaha keras untuk memutar
otakn#a dan sempat mengagetkan bahkan menggegerkan orang a$am. !al ini
dilontarkan oleh !eraklitos dalam filsafatn#a “bah$a sesungguhn#a #ang ada, #ang
hakikat ialah gerak dan perubahan 0(antarei5“ 0.;ertens, &''eno 0lahir tahun
3'9 SM5 sebagai tokoh pertama #ang mengajarkan ajaran kebenaran, dan kebenaran itu
mampu ditangkap oleh intelek manusia. eori kebenaran #ang diajarkan oleh >eno
adalah bagaimana mencari kebenaran itu melalui metode dialektika 0Abdullah,2992:&=5. Munculn#a metode dialektika ini memicu munculn#a ajaran sofisme. a
berhasil membuktikan bah$a segala #ang bergerak, #ang ada serta ruang kosong itu
semuan#a tidak ada. ;elum lagi ketika munculn#a Socrates sebagai bapak #ang bijak
$alaupun secara fisik beraut jelek, namun perilaku #ang bijak men#elamatkan manusia
dan meluruskan otak para sofis%sofisme #ang dianggap telah merusak pemikiran
pemuda Athena. ?engan munculn#a Socrates di permukaan sebagai ahli dalam
mengajarkan cara mencari kebenaran, membuat sakit kuping, geger otak dan merasa
gelisah bagi kalangan polish Athena dari satu sisi. onsekuensi dari gerakan aksiologis
kefilsafatan #ang dilancarkan oleh Socrates itu mendapat kecaman dan tuduhan keras
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
2/14
dari pemerintah /unani bah$a Socrates telah melakukan tindakan #ang merusak otak
dan masa depan para pemuda Athena. uduhan #ang dialamatkan oleh pemerintah
kepadan#a karena telah dengan sengaja membentuk kelompok%kelompok separatis,sebagai $adah dialog antara pemuda dengan pemuda lain. ujuan dari pembentukan
kelompok ini adalah mengajarkan tentang bagaimana cara mencari kebenaran dengan
menggunakan metode dialektika. Metode dialektika ini dapat diaplikasikan dengan
berdasar pada konsep filsafat aksiologi tentang apakah dalam dialektika itu mengandung
nilai atau nihil. !al inilah sehingga Socrates menjadikan dialektika sebagai metode
pencarian kebenaran. Metode dialektika bagi Socrates adalah suatu metode #ang
mengandung nilai manfaat bagi seluruh pencari kebenaran. Sa#angn#a proses pencarian
kebenaran melalui metode dialektika itu, berjalan belum sampai batas dan berla#ar
belum sampai samudra kepuasan, bahkan dirasa belumlah tuntas oleh para penggemar
filsafat saat itu, sebab sang guru #ang menggembleng mereka keburu menemui takdir
#ang tragis meskipun Socrates menganggap itulah #ang terbijak dan kearifan. Namun diakhir perjalanan hidupn#a, Socrates mendapat ken#ataan men#edihkan, dia meminum
racun sebagai alternatif jitu untuk mempertahankan kebenaran. ?engan cara meminum
racun bagi Sang Filosof 0Socrates5, menjadi bahan renungan bagi kalangan orang a$am
saat itu 0Abdullah, 2992:=@5. ;ersamaan dengan itu mereka mulai bimbang dan ragu
terhadap kebenaran #ang sebenarn#a. Apakah kebenaran itu berada pada diri indi6idu
#ang sub#ektif atau pada diri uni6ersal #ang ob#ektif. (ertan#aan kemudian apakah
dengan cara meminum racun bagi Sang bijaksana$an adalah sebuah konsep #ang
bernilai bagi dirin#a atau juga merupakan nilai bagi #ang lain. Secara substansial bah$a
meminum racun megandung nilai konsistensi dan kejujuran serta menjadi pelajaran bagi
para pengagumn#a, bah$a cara pembelaan dengan menggunakan cara tidak bijak
adalah pelanggaran dan otomatis tidak memberikan nilai teleologis kepada generasi
pelanjut. (erkembangan selanjutn#a ketika munculn#a keraguan terhadap berbagai nilai
kebenaran #ang muncul, men#ebabkan pemikiran manusia pada saat itu mengalami
kegoncangan. egoncangan itu membuat mereka selalu melahirkan teori pencarian nilai
kebenaran melalui metode dialektika 0tesa%antitesa%sintesa5. ?ari perkembangan
pemikiran manusia selanjutn#a selalu melahirkan aksiologi pemikiran filsafat #ang
relatif adan#a, hal ini disebabkan oleh ciri kebenaran dalam filsafat #ang relatif pula.
?alam perkembangann#a, filsafat selalu mengalami perubahan #ang antitesissintesis
dan tesis. Bntuk menelusuri perkembangan pemikiran filsafat nilai #ang sintesis%dan
antitesis dari berbagai macam aspek baik ontologis, epistemologis maupun aCiologisn#a
serta tokoh%tokoh 0filosof%filosof5 #ang berpengaruh pada setiap amann#a dibutuhkan penguasaan dan ketajaman analisis hirarki historis. erutama mengenai periodesasi
perkembangan filsafat #ang historik dan sistematis. Nilai%nilai kehidupan orang "reek
0/unani5 dahulun#a lebih ban#ak perca#a pada taha#ul dan dongeng. Mereka perca#a
pada dongeng%dongeng ini disebabkan oleh adan#a keajaiban dari alam itu sendiri,
sehingga terkadang membuat mereka kagum, takut dan heran sehingga dari situlah
mereka menganggap bah$a dongeng%dongeng #ang diperca#a adalah sangat bernilai
bagi kehidupan mereka. ?engan perasaan dan alasan seperti ini mereka menganggap
bah$a keajaiban #ang terdapat pada alam realitas ini penuh dengan nilai estetika dan
etika #akni terdapatn#a de$a%de$a serta biduanda dan bidadarin#a #ang sejenis, serta
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
3/14
dengan bermacam%macam jenis dan naman#a. Setelah itu lama kelamaan timbul
“Fantasi” cetakan pikiran #ang menjadi barang peradaban manusia bermula 0Fuad
!asan, 2999: 1@5. arena itu manusia adalah makhluk #ang berpikir atau dia dapat berfilsafat dengan cara melakukan perenungan #ang mendalam tentang berbagai
kejadian alam ini sebagaimana disebutkan dalam AlDuran Surat Ali mran 0=5:&'9%&'&.
Terjemahnya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah ngkau menciptakan ini dengan sia-sia, !aha suci ngkau, !aka peliharalah Kami dari siksa neraka
A#at di atas menjelaskan bah$a mesekipun seseorang /ang dihadirkan di Negara
/unani tetapi slam dating menjelaskan dan mengiformasikan bah$a aka nada
sekelompok orang #ang selalu cenderung mengkaji sejumlah ciptaan uhann#a.
Aksiologi dari beberapa dongeng dan takh#ul bagi orang /unani adalah penerimaan
terhadap nilai%nlai #ang ajaib sehingga mereka senantiasa berangan%angan terhadap nilai
estetika atau sesuatu #ang indah%indah, #ang menjadikan dasar bagi mereka untuk
mencari pengetahuan #ang semata%mata han#a untuk mencari tahu saja. ?engan
seringn#a melihat keajaiban pada alam, maka mereka senantiasa mengajukan
pertan#aan dalam hati “dari mana datangn#a kejadian di alam ini” Mengapa kita begini,
bagaimana kemajuan dan kemana sampain#a kemudian apakah semuan#a mengandung
nilai atau bagaimana” Setelah bertahun%tahun keberadaan dan perubahan demi
perubahan dan perkembangan pada alam itu, membuat orang%orang /unani terpikat
olehn#a. Sehingga dibalik kebesaran alam tersebut juga terdapat alam #ang lebih kecil
dan kompleks, sehingga mereka cenderung memandang dirin#a sebagai
“Microcosmos.” Atas dasar itu, muncul pertan#aan tentang alam kecil #ang ada dalam
dirin#a. ;agi mereka alam kecil itu merupakan alam lahirn#a. e#akinan seperti ini
membuat mereka selalu mengajukan pertan#aan%pertan#aan seperti: “apa $ujud lahirku,
apa ke$ajibanku8 ;agaimana seharusn#a sikapku #ang bernilai dan dimana seharusn#a
http://4.bp.blogspot.com/-nJVqfuXdhn8/U3o8cWU6N5I/AAAAAAAAACw/EGI_4gw2MuE/s1600/Al+Imran+190.jpg
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
4/14
aku dapatkan nilai kebahagiaan8 0Ahmad afsir, 2999: 2@5. ?engan dasar itulah muncul
keinsafan dalam diri mereka tentang ke$ajiban hidup dan bertindak etik. ern#ata pada
pandangan mereka terutama orang /unani dahulu kala men#impulkan bah$a segala peristi$a dan kejadian itu pada pokokn#a han#a satu #aitu kebenaran 0Fuad !asan,
2999: 3=5. Alasann#a adalah untuk melihat nilai fenomena atau nilai gejala alam seperti
itu 0berbagai bencana dan keteraturan serta keindahan alam5. lmu dan cara pandangn#a
serta metoden#a adalah satu saja #aitu ingin tahu karena ia cinta pada pengetahuan
sehingga diberilah dengan nama atau istilah “(hilosopia” (hilosophia artin#a “cinta
akan pengetahuan” atau pengetahuan tentang hikmah” 0Fil dan Safah5 0>uhairani, &''2:
=5 Sebagaimana kebiasaann#a, orang%orang "reek memandang alam itu dengan sebulat%
bulatn#a, sehingga hampir seluruh filosof "reek memiliki ahli dalam dunia perfilsafatan
juga memiliki dan mempelajari segala macam ilmu pengetahuan. arena penguasaan
terhadap ilmu pengetahuan itu mereka selalu cinta untuk mencari nilai kebenarann#a.
?engan pencarian #ang sebenarn#a inilah sehingga selalu disebut “Filosof”. ;agi orang#ang mendalami dunia filsafat setidak%tidakn#a mereka tidak pernah puas dan ada
penghabisann#a. Sehingga dalam hidupn#a, ia menghabiskan $aktu untuk mencari dan
mencari serta selalu mengajukan beberapa pertan#aan dengan metode 0dialektika.
;eberapa bentuk dialektikan#a sebagai berikutE“Apakah barang #ang lahir itu
merupakan barang #ang sebenarn#a atau han#alah ba#angan dari sifat atau pokok #ang
lebih mendalam letakn#a8 0(lato5 0Fuad !asan, 2999:uhairani, &''2: 45
(erkembangan Filsafat Nilai (engertian aCiologi secara etimologis berasal dari bahasa
nggris #akni aCiolog# 0nggris5: aCios 0nilai5 dan logos 0ilmu5. erm aCiolog# pertama
digunakan oleh (aul -epp#. Secara formal perkembangan aksiolog# merupakan cabang
filsafat baru #ang berkembang sekitar paruh kedua abad ke%&'. ACiolog# sama artin#a
dengan alue heor# atau heor# of alue. stilah ini digunakan sebelum muncul istilah
ACiolog#. ACiolog# juga mempun#ai persamaan istilah dengan 7aardenfilosofi 0;ahasa
;elanda5 #ang berarti filsafat nilai. Filsafat Nilai adalah cabang Filsafat #ang membahas
nilai secara filosofisGkefilsafatanE mendasar, men#eluruh, sistematis, sampai pada
hakikat nilai itu sendiri, untuk mendapatkan kebenaran sesuai dengan ken#ataan. “A
branch of philosoph# dealing $ith 6alues, i.e., ethics, aesthetics, religion 0;ased on the"reek for “$orth”. he stud# of the nature of t#pes of and criteria of 6alues and of
6alue judgments, especiall# in the ethics 0*ohn $artfield5. he general theor# of 6alueE
the stud# of objects of interest 0-ote5. “ACiolog# is the science of 6alue.he $ord
HaCiolog#I, deri6ed from "reek roots HaCiosI 0$orth of 6alue5 and HlogosI 0logic or
theor#5, means the theor# of 6alue. he de6elopment of the science makes possible the
objecti6e measurement of 6alue as accuratel# as a thermometer measures
heat.”0)nsiklopedia filsafat, 299&: 345 ACiolog#: the branch of (hilosoph# dealing $ith
the nature of 6alue and the t#pes of 6alue, as in morals, aesthetics, religion, and
metaph#sics.” 0)nsiklopedia filsafat, 299&: 315 “alue theor# concerns itself $ith the
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
5/14
$orth,utilit#, trading or economic 6alue, moral 6alue 06irtue5, legal 6alue, Duantitati6e
or aesthetics 6alue of people and things%or combination of all these.” 0)nsiklopedia
filsafat, 299&: 3@5 (entingn#a aksiologi memoti6asi orang menan#akan prinsip 0arche5dari +ealitas: +ealitas adalah alam, bersifat benda$i J muncul ja$aban: air, apeiron,
udara. idak han#a benda, +ealitas juga terdapat dunia esensi, konsep, hubungan
Jdisebut objek ideal. ?i samping realitas fisis dan objek ideal, ada #ang dinamakan
fenomena psikisGkeadaan psikologi. Kontoh: &. ;atu, he$an, gunung 0dunia
fisikGbenda$i5 2. ;ilangan, konsep, hubungan 0dunia esensiGobjek ideal5 =.
(engalamanku, harapanku, suka dukaku, persepsiku 0keadaan psikologi5
Nilai Subjektif Lbjektif dan ualitas dan uantitas (erumpamaan dalam filsafat nilai
adalah “;erapa nilai #ang diperoleh Andi dalam pertandingan mela$an ?ino8” an#a
ta. “=%& untuk Andi”, ja$ab Ani. “;in, kamu ujian kemarin dapat nilai berapa8” an#a
Saleh pada +obin. “-uma#an,
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
6/14
2. kemukakan secara historis masa perkembangan kemajuan dan stagnasi filsafat nilai =.
Apa #ang dimaksud dengan sejarah filsafat nilai ?an apakah filsafat nilai ada sejak
masa Socrates, abad pertengahan atau pasca abad modern8 *elaskan menurut 6ersi anda.3. Apa #ang bias anda tangkap dari uraian perkembangan sejarah filsafat nilai. unci
*a$aban es Formatif &. Sejarah perkembangan filsafat nilai secara substansial muncul
ketika manusia ada, pengenalan manusia terhadap nilai secara filosofis nanti pada masa
hales dan Socrates, (lato dan Aristoteles dan lebih formalitas pada abad ke 29 2.
(erkembangan filsafat nilai pada abad pertengahan mengalami stagnan, nanti pada abad
ke 29 mulai berkembang dengan pesat =. Sejarah filsafat nilai adalah perjalanan
pemahaman manusia terhadap nilainilai kehidupan sebagai makhluk #ang berppikir 3.
;ah$a perkembangan filsafat nilai seiring dengan perkembangan peradaban manusia
PENGERTIAN, OBYEK FILSAFAT NILAI DAN CABANG FILSAFAT NILAI
Sebelum memahami pengertian dan ob#ek filsafat nilai, terlebih dahulu dikemukakanilustrasi berikut sebagai pengantar. ?alam kehidupan kita sehari%hari realitas
mempun#ai lapisan dan aspek #ang berbeda%beda. ita melihat titik%titik hitam pada
kertas putih dan titik%titik hitam itu sungguh%sungguh n#ata. -alu kita melihatn#a secara
lebih teliti dan menemukan bah$a titik%titik hitam itu adalah tanda #ang membentuk
kata. -angkah berikutn#a adalah bah$a kita berusaha membaca kata%kata itu. Bntuk itu
kadang%kadang bahkan kita harus terlebih dahulu mempelajari bahasan#a. ita mencari
makna kata%kata itu dan akhirn#a memahami maknan#a. ?alam arti tertentu, makna ini
merupakan lapisan #ang lebih dalam dari pada realitas #ang terdiri dari dari tanda%tanda
tertulis. adang%kadang kita dapat membaca kata, tetapi makna #ang lebih dalam belum
meresap ke dalam benak kita. Makna tersebut dapat merupakan suatu pesan atau
imbauan, atau suatu tantangan. Maknan#a #ang sepenuhn#a #aitu lapisan #ang lebih
dalam dan paling “n#ata” barangkali adalah imbauan religius atau moral untuk
memperbaharui kehidupan dan mas#arakat manusia atau untuk melakukan tindakan
#ang dari segi moral dapat dipertanggungja$abkan. idak mudah untuk mengacu secara
jelas kepada dimensi #ang paling dalam dari dunia n#ata. -ebih mudah menunjukkan
realitas titik tinta dari pada imbauan etis. Suatu definisi lama #ang sudah dikenal umum
mengatakan bah$a manusia adalah binatang #ang berakal budi 0animal rationale5.
Aristoteles #ang memberikan definisi ini, menggunakan kata /unani “logos” untuk
“akal budi”. ata ini aslin#a berarti “bicara” dan ungkapan /unani #ang lain, memberi
“logos” #ang berarti Hmempertanggungja$abkan”. ;icara dan bahasa berperan dalam
komunikasi sosial manusia 0(eursen, &''9: &5. Manusia melalui pandangan, kata, dantindakan, melakukan lebih dari sekedar mengungkapkan fakta. +ealitas merupakan
suatu aturan, tetapi apakah #ang n#ata itu8 ni bukan sekedar pertan#aan #ang
memberikan fakta, melainkan merupakan tugas penilaian moral tentang suatu situasi. ni
bukan bukan masalah fakta, melainkan masalah nilai. Masalah nilai merupakan masalah
#ang dibahas dalam salah satu cabang filsafat, #akni aksiologi, sehingga aksiologi
diartikan sebagai filsafat nilai 0us$anjono, 29&9: &3&5.
A. (engertian Filsafat Nilai
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
7/14
?alam memahami pengertian filsafat nilai, terdapat dua kata #ang sebaikn#a diletakkan
dalam pengertian #ang berbeda #akni, kata filsafat dan nilai. erdapat berapa pandangan
#ang dapat dipakai untuk mengenal apa itu filsafat. Secara etimologis, istilah filsafatmerupakan padanan kata falsafah 0bahasa Arab5 dan philosoph# 0bahasa nggris5, #ang
berasal dari bahasa /unani philosophia, #ang berasal dari akar kata, philos dan sophia.
ata philos berarti cinta 0lo6e5 atau sahabat, dan sophia berarti kebijaksanaan 0$isdom5,
kearifan, dan pengetahuan. Sehingga kata filsafat berarti, “lo6e of $isdom” atau cinta
kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat pengetahuan, sahabat
kebijaksanaan, sahabat kearifan 0Maksum, 299
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
8/14
didalamn#a seperti: MaC Scheler 0&
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
9/14
membebaskan diri dari perbudakan atas dirin#a sendiri. Manusia dilingkupi penderitaan
seperti rasa rindu, tidak pernah merasa tenang, tidak pernah puas, jika sukses malah
merasa hampa. Lleh karena itu manusia harus memerdekakan diri dan hidupn#a dari penjara kehidupan ini. Schopenhauer memandang manusia semua sama, semua adalah
saudara, oleh karena itu hendakn#a kita memperlakukan manusia lain dengan adil sama
seperti kita memperlakukan diri kita, dan belas kasih karena kita ikut merasakan apa
#ang dialami saudara kita tersebut. ?an inilah #ang menjadi dasar moralitas sehingga
sebuah tindakan dapat dinilai baik 0Suseno, 299@: &1'5. ?efinisi%definisi nilai
sebagaimana terungkapkan di atas baik secara etimologi maupun secara terminologi
menerangkan kepada kita bah$a moral, etika atau keseluruhan tindakan manusia baik
#ang men#angkut hal%hal fisik ataupun #ang berhubungan dengan perasaan ruhaniah ,
menjadi pembicaraan nilai.
;. Lb#ek Filsafat Nilai
Sebelum memahami ob#ek filsafat nilai, terlebih dahulu dikemukakan apa ob#ek filsafat. Lb#ek filsafat dibagi menjadi dua, ob#ek material dan ob#ek formal. Lb#ek
materil filsafat ialah segala sesuatu #ang menjadi masalah atau segala sesuatu #ang
ingin diketahui oleh manusia, dengan target pengetahuan hakiki. Sedangkan ob#ek
formal filsafat ialah usaha mencari sesuatu atau usaha mengetahui secara radikal dan
formal 0Maksum, 299
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
10/14
pemikiran ;aruch Spinoa 0&1=2%&1@@5. ;agin#a di alam semesta ini tiada #ang bersifat
rahasia, karena rasio manusia telah melingkupi segala sesuatun#a, termasuk Allah
sebagai suatu substansi. ;ahkan Allah menjadi sasaran akal. !arun !adi$ijono 0&''=:2@5 memberi pengertian substansi Spinoa adalah apa #ang ada dalam dirin#a sendiri
dan #ang mendasarkan pengertian mengenai pada dirin#a sendiri. ?imana implikasin#a
#akni alam dengan segala isin#a adalah identik dengan Allah 0Frans Magnis Suseno,
&''@ : ='5. Atau sebalikn#a, Allah adalah alam itu sendiri #ang segala sesuatu dapat
dijangkau oleh rasioGtidak ada substansi #ang transenden 0lihat juga *oko Sis$anto,
299': 3&5. ?engan demikian, #ang benar dan bernilai menurut paham rasionalisme
adalah apa #ang dapat di ukur dan diurai oleh akal budi. (engukuran le$at akal budi ini
bukanlah sekedar untuk memunculkan suatu pengetahuan baru, namun untuk mencegah
kekeliruan dalam mengutarakan suatu opini. Sebagaimana mmanuel ant 0&@23%&
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
11/14
dan tidak benar, #ang dimengerti oleh akal murni. Agus Makmur omo sendiri
menerangkan jika etika adalah bagian filsafat #ang memberi pegangan%pegangan
bagaimana kita mengaktualisasikan kemauan sebagaimana mestin#a. (ertan#aan #ang paling mendasar adalah: apa itu baik menurut etika8 Adakah ukuran formal #ang
disepakati untuk mengatakan bah$a suatu tindakan dapat dikatakan baik8 Mari kita
membahas pertan#aan di atas dengan melihat beberapa pengertian%pengertian.
Misaln#a, kaum hedonis berpendapat bah$a baik adalah apa #ang dapat memberikan
rasa nikmat. ;aik itu #akni apa #ang diinginkan oleh orang 0etika psikologis5. ?an lebih
jauh lagi !erbert Spencer 0&
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
12/14
a. eori ?eontologis.
;erasal dari bahasa /unani, deon Q #ang di$ajibkan, #ang diharuskan. ;ah$a betul
salahn#a suatu tindakan tidak dapat ditentukan dari akibat%akibat tindakan itu,melainkan ada tindakan #ang begitu saja terlarang, atau begitu saja $ajib dengan
sendirin#a. Kontoh, mengambil buah dari pohon seseorang tanpa meminta iin lebih
dahulu kepadan#a adalah tidak boleh. ita tidak membutuhkan suatu aturan 0meski pun
ada norma #ang mengaturn#a5 untuk tahu bagaimana hukum dan akibat dari tindakan
mencuri tersebut.
b. eori eleologis.
?ari bahasa /unani, telos Q tujuan. eori ini berpaham bah$a betul tidakn#a suatu
tindakan justru tergantung dari akibat%akibatn#a. alau akibat dari tindakan itu baik,
maka ia boleh dilakukan, bahkan $ajib. Namun sebalikn#a, bila tindakan itu berakibat
buruk, maka ia dilarang untuk dilakukan. eori ini justru memandang mencuri barang
dari orang #ang ka#a namun kikir untuk memberikan hidup bagi orang lain itu maka itu boleh sepanjang akibat%akibatn#a baik. c. eori )goisme )tis eori ini merupakan
kelanjutan dari teori ke dua di atas. eori ini ban#ak berbicara tentang akibat dari
perbuatan bagi kepentingan pribadi, bukan kepentingan umum. eori egoisme etis
berpendapat bah$a orang #ang betul%betul hidup sesuai dengan kepentingann#a sendiri
adalah seorang #ang matang dan tahu tanggung ja$ab. Lrang itu tidak menuruti begitu
saja segala macam keinginan dan nafsu seperti iri hati, dendam dan sebagain#a.
Melainkan ia membuat penilaian lebih dahulu tentang apa #ang cocok untukn#a,
kemudian bertindak sesuai dengan penilaian itu. Secara moral, bukankah justru
kekuatan%kekuatan irrasionallah #ang paling mengacaukan hidup kita dan hidup orang
lain, dan bukan usaha untuk bertindak sesuai dengan kepentingan #ang n#ata8 ?engan
demikian, perbuatan, tindakan, dan rasa sebagai hasil dari gerak pikir serta
pertimbangan #ang dalam akan mengandung nilai etika manakala perbuatan dan
tindakan tersebut sesuai dengan norma%norma #ang ada, baik norma itu sifatn#a
sub#ektif positif terlebih lagi jika norma tersebut disepakati secara umum 0ob#ektif5.
=. )stetika.
;erbicara mengenai estetika, tidaklah melulu berbicara tentang seni dengan segala
keindahan #ang dimilikin#a. arena bisa jadi suatu aksi, tindakan bahkan ucapan
mengandung nilai estetika, #ang menurut Susanne . -anger 0&
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
13/14
mustahil pada akhirn#a muncul beberapa teori #ang memperbincangkan hal itu. )stetika
atau dengan kata lain etistika, istilah #ang dikembangkan oleh AleCander "ottlieb
;aumgarten 0&@&3%&@125 mendefinisakan sebagai ilmu pengetahuan tentang keindahan.)stetika di bagi dalam dua bagian #aitu estetika deskriptif dan estetika normatif.
)stetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena%fenomena pengalaman
keindahan. Sedangkan estetika normatif mempersoalkan dan men#elidiki hakikat, dasar
dan ukuran pengalaman keindahan. ;aik (lato, Aristoteles maupun Agustinus 0=43%3=95
memandang bah$a keindahan dari suatu ob#ek hasil seni manusia tidak lebih dari
sebuah tiruan dari ob#ek #ang lain. Lleh karena itu keindahan itu bukan terletak pada
ob#ek melainkan pada idea atau apa #ang ada dalam pikiran. Sedangkan ?a6id !ume
0&@&&%&@@15 mengatakan bah$a nilai indah bukanlah sesuatu kualitas ob#ektif #ang
terletak di dalam ob#ek%ob#ek itu sendiri, melainkan di dalam pikiran. Namun, apa
#ang dianggap indah dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan preferensi indi6idu. eori ini
sejalan dengan mmanuel ant #ang mengatakan bah$a keindahan itu merupakan penilaian etistika #ang memilki nilai sub#ektif, dimana pertimbangan etistika
memberikan faktor #ang sangat menjembatani segi%segi dan praktik dari sifat dasar
manusia. -ain pula dengan #ang dikemukakan oleh "eorge Santa#ana 0&
8/19/2019 SEJARAH FILSAFAT NILAI
14/14
dalam penderitaan, maka manusia harus melepaskan diri dari penderitaan tersebut,
dengan dua cara #akni dengan seni%seni sebagai jalan pertama, dan #ang kedua dengan
jalan defenif. Lrang #ang genial, mampu untuk melakukan kontemplasi estetik. ar#aseni, merupakan. kemampuan imajinasi pemandangan estetik untuk membukan#a
terhadap idea%idea abadi. ontemplasi estetik tanpa pamrih membebaskan orang genial
dari cengkeraman keinginan dan kecenderungan #ang mengacaukan itu. Schopenhauer
secara eksplisit memang mengacu kepada filsafat /unani tentang theorian#a (lato.
Sedang puncak pengalaman estetik Schopenhauer adalah musik, di mana musik
dianggap sebagai realitas dibelakang konsep%konsep #ang mena$arkan diri untuk
dipahami. api kontemplasi estetik ini han#a sementara. Maka manusia harus
menempuh jalan #ang kedua di atas, manusia harus melepaskan dirin#a dari segala
macam keinginan, karena keinginan itu akan selalu men#iksa manusiaE bahkan
keinginan hidup sekalipun 0Suseno, 299@ : 2115. ?engan kata lain ungkapan
menghilangkan segala macam keinginan termasuk keinginan 0nafsu5 hidup, bukan berarti kita harus bunuh diri, tapi menerima apa #ang telah dan akan terjadi tentu akan
lebih menenangkan. erlepas dari semua teori diatas, Muthahhari 02993 :