Post on 04-Jul-2015
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
8
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Presentasi
IPA
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Filmstrip
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
8
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
7
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
6
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
5
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
4
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
3
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
PICTURE
START
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Tertawalah sejenak
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Saling Ketergantungan
antar KomponenDi dalam ekosistem terjadi saling
ketergantungan antar komponen, sehingga
apabila salah satu komponen mengalami
gangguan maka mempengaruhi komponen
lainnya. Ekosistem dikatakan seimbang
apabila jumlah antara produsen, konsumen I
dan konsumen II seimbang
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Keseimbangan ekosistem dapat
terjadi bila ada hubangan timbal balik
di antara komponen–komponen
ekositem. Perhatikan grafik
perbandingan jumlah produsen,
herbivora dan karnivora!
Semula produsen, herbivora dan
karnivora berada pada tempat
tertentu. Tumbuhan sebagai produsen
yang jumlahnya paling banyak.
Apabila ada hal-hal yang mengubah
lingkungan maka organisme tersebut
tidak akan mengalami perubahan,
tetapi jika jumlah organisme tidak
terkendalikan akan membahayakan
organisme lainnya.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
DAMPAK OVER
EKSPLOITASI
EKOSISTEM
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
1. Fragmantasi dan Degradasi Habitat
Meningkatkan populasi penduduk dunia menyebabkan semakin banyak lahan
yang dibutuhkan untuk mendukung kesejahteraan manusia, seperti yang dibutuhkan
untuk mendukung kesejahteraan manusia, seperti lahan untuk pertanian, tempat tinggal,
industri dan sebagainya.
Fragmentasi habitat misalnya terjadi pada kawasan yang ditebang atau
dirambah, sehingga menyisakan kawasan hutan kecil. Hutan yang ditebang atau
dirambah memberikan dampak antara lain perubahan pada struktur komunitas hutan dan
kematian pohon yang berada di pinggiran hutan akibat tingginya paparan angin dan
cahaya matahari.
Fragmentasi dan degradasi habitat menyebabkan munculnya masalah lain
seperti kematian organism karena hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal dan
menurunnya keanekaragaman sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya
keanekaragaman spesies pada habitat tersebut.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
2. Tergantungnya Aliran Energi di Dalam
Ekosistem
Ekosistem alami yang dirusak dan diubah menjadi ekosistem
buatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan aliran energy dalam
ekosistem tersebut. Contohnya, ketika proses penebangan atau
pembakaran hutan selesai, maka kawasan hutan kemudian ditanami
dengan satu jenis tumbuhan (sistem monokultur). Hal tersebut
menyebabkan aliran energy yang semula bersifat komleks, yaitu antara
berbagai jenis produsen (pohon-pohon besar dan kecil), konsumen
(berbagai macam hewan), detritivora (jamur, bakteri, dan sebagainya),
menjadi aliran energy yang lebih sederhana, yaitu satu jenis produsen
(contohnya padi), beberapa konsumen, dan detrivor.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
3. Resistensi Beberapa Spesies Merugikan
Penggunaan pestisida dan abiotik secara berlebihan untuk
membunuh populasi organisme yang merugikan (hama atau pathogen)
dapat menyebabkan munculnya populasi organisme yang kebal
terhadap pestisida dan antibiotik tersebut. Hama yang tidak atau
kurang sensitif (kebal) terhadap pestisida jenis tertentu dapat bertahan
dari penggunaan pestisida tersebut.
Demikian juga adanya jika antibiotik digunakan secara
berlebihan, yaitu dalam dosis yang terlalu tinggi atau frekuensi yang
terlalu sering. Populasi spesies patogen yang dapat bertahan dari dosis
antibiotik tersebut akan berkembang biak menghasilkan populasi
spesies patogen yang kebal.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
4. Hilangnya Spesies Penting di Dalam
Ekosistem
Setiap organisme memiliki peran penting di
dalam suatu ekosistem. Contohnya, di dalam
ekosistem sawah, hilangnya keberadaan predator
seperti burung, ular, dan sabagainya dapat
meningkatkan populasi organism lain, misalnya tikus
makan padi akan menurun dan hasil panen akan
berkurang.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
5. Introduksi Spesies Asing
Introduksi atau masuknya spesies dari suatu
ekosistem ke dalam ekosistem lainnya biasanya
bertujuan untuk meningkatkan tingka kesejahteraan
manusia. Namun, introduksi spesies asing juga dapat
merugikan, karena terkadang didalam ekosistem yang
baru, spesies tersebut tidak memiliki predator alami.
Serangga Neochetine eichhorniae yang merupakan
predator tanaman eceng gondok dan dapat
mengendalikan populasi enceng gondok di perairan tidak
hidup di Indonesia.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
6. Berkurangnya Sumber Daya Alam
Terbaharui
Kayu, tanduk, gading, dan sebagainya
merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Walaupun memiliki sifat dapat
diperbaharui, penggunaan dan eksploitasi secara
berlebihan dapat menurunkan jumlah dan
kualitas baik semakin berkurang. Hal tersebut
menyebabkan kualitas kayu dan tingkat
regenerasi semakin menurun.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
7. Tergantungnya Daur Materi di Dalam
Ekosistem
Seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk, tingkat aktivitas manusia
juga akan ikut meningkat. Meningkatnya
aktivitas manusia didunia berpengaruh
terhadap daur biogeokimia. Sebagai
contoh, daur karbon yang terganggu akibat
semakin banyaknya penggunaan bahan
bakar.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Dibandingkan dengan komponen biotik
lainnya, manusia merupakan jenis
organisme yang memiliki pengaruh
yang kuat di bumi ini. Kemampuan
manusia untuk beradaptasi dengan
lingkungan dan mengubah lingkungan
sesuai dengan yang diinginkannya,
menyebabkan populasi manusia
meningkat dengan cepat.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Over Eksploitasi Ekosistem
Over eksploitasi
ekosistem
menghasilkan
pencemaran.
Pencemaran
disebabkan oleh limbah.
Dampak yang
ditimbulkan antara lain :
a. Bahaya erosi, banjir,
dan penyusutan keragaman
hayati
b. Pencemaran
lingkungan
c. Penyusutan sumber
daya
d. Pemanasan global
e. Lubang ozon
f. Hujan asam
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Pencemaran lingkungan dapat diukur oleh
parameter ualitas limbah yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pencemaran yang sudah
terjadi di lingkungan. Yaitu :
1. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
2. COD (Chemical Oxygen Demand)
3. DO (Dissolved Oxygen)
4. pH
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
BOD (Biochemical Oxygen Demand):
Ukuran kandungan oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam air untuk
menguraikan bahan organic dalam air. BOD
ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang
terserap oleh limbah cair akibat adanya
mikroorganisme selama kurun waktu dan temperature
tertentu. (biasanya 5 hari dan dalam 20 ̊ C). Nilai BOD
diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan
oksigen terlarut akhir.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
COD (Chemical Oxygen Demand)
Jumlah oksigen yang diperlukan
agar buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.
Indicator ini umumnya berguna pada
limbah industri.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
DO (Dissolved Oxygen)
Kadar oksigen yang terlarut dalam air.
Penurunan DO dapat diakibatkan oleh
pencemaran air yang mengandung bahan
organic sehingga menyababkan organisme
air terganggu. DO penting dalam
pengoperasian system saluran pembuangan
maupun pengolahan limbah.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
pH
Ukuran keasaman dan kebasaan
limbah. Air yang tercemar memiliki pH
antara 6,5- 7,5. di bawah itu, air bersifat
asam. Jika di atas itu, air bersifat basa.
Perubahan pH air tergantung pada polutan
air tersebut.
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Selesai
frz
>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Mari Gosok Gigi!