Post on 29-May-2019
SALAH HUKUM ( ABUSE OF JUSTICE) DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PIDANA ISLAM
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
Oleh: ISMAIL MARZUKI
09370037
PEMBIMBING Dr. OCKTOBERRINSYAH, M. Ag.
JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013
ii
ABSTRAK
Karya ilmiah ini ditulis berkenaan dengan maraknya fenomena penegakan hukum yang melukai rasa keadilan masyarakat, salah satu di dalamnya adalah salah hukum (abuse of justice). Salah hukum (abuse of justice) merupakan suatu kesalahan yang dilakukan aparat penegak hukum dalam menerapkan suatu peraturan perundang-undangan bagi seseorang yang diduga pelaku kejahatan baik kesalahan itu karena ada unsur kesengajaan maupun karena khilaf, dan apabila si tertuduh terbukti, maka akan menimbulkan keonaran di tengah-tengah masyarakat. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya salah hukum ini, di antaranya adalah ketidakmampuan aparat (unability) dan ketidakmauan aparat (unwillingness). Hal ini tentu sangat merugikan tersangka dalam suatu proses peradilan.
Mengingat banyaknya fenomena yang demikian, sampai saat ini pun, masyarakat masih belum mampu untuk melakukan terobosan baru dalam upaya hukum untuk meminta pertanggungjawaban pejabat penegak hukum, baik itu kepada pihak kepolisian, kejaksaan maupun hakim itu sendiri, hal ini dikarenakan masih ada rasa phobia yang berlebihan dalam benak masyarakat terhadap aparat. Oleh sebab itu yang menjadi pertanyaannya adalah sejauh mana hukum Islam memandang kasus salah hukum (abuse of justice), apakah sanksi bagi pejabat penegak hukum jika terjadi salah hukum (abuse of justice) tersebut, dan bagaimana status hukum korban salah hukum itu.
Adapun jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah jenis penelitian kepustakaan (library research), dengan sifat penelitian dekriptif-analitik dengan pendekatan yuridis-normatif. Data diperoleh dari buku-buku, kitab, jurnal, undang-undang, artikel, dokumentasi, laporan hasil penelitian terdahulu dan sumber lain yang relevan dengan pembahasan yang dikaji. Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut dengan analisis deduktif-eksploratif, yaitu bagaimana hukum Islam memandang konsep salah hukum ini.
Setelah melakukan kajian terhadap data, penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep salah hukum sangat bertentangan dengan sistem peradilan Islam, karena Islam sangat menjunjung tinggi seluruh hak tersangka. Hak seorang tersangka dapat dibatasi, namun terhadap hak-hak yang prinsip tetap tidak boleh dihilangkan. Misalnya hak untuk hidup, tidak disiksa, dan hak untuk dipelakukan secara manusiawi. Jika pejabat penegak hukum melakukan kesalahan dalam proses peradilan yang dilakukannya dengan kesengajaan, maka baginya berhak untuk dikenakan sanksi, sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Namun, jika kesalahan itu dilakukan karena khilaf, maka sanksi baginya tidak berlaku kecuali ditemukan bukti baru. Dan bagi korban, berhak untuk memperoleh kompensasi dan rehabilitasi sebagai akibat dari kesalahan aparat tersebut.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03 / RO
iii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Hal : Skripsi Kepada, Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta, Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberi petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Ismail Marzuki NIM : 09370037 Judul Skripsi : Salah Hukum (Abuse Of Justice) Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam
Sudah dapat diajukan kepada Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam studi Ilmu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat dengan segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 21 Januari 2013
Pembimbing
Dr. Ocktoberrinsyah, M. Ag.
NIP. 19681020 199803 1 002
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM JURUSAN JINAYAH SIYASAH
Jl. Marsda Adi Sucipto Telp./Fax. (0274) 512840 Yogyakarta 55281
iv
PENGESAHAN SKRIPSI Nomor : UIN.02/DSH/PP.00.9/206/2013
Skripsi/Tugas Akhir dengan judul : SALAH HUKUM (ABUSE OF JUSTICE)
DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Ismail Marzuki NIM : 09370037 Telah dimunaqasyahkan pada : 15 Februari 2013 Dengan nilai : A- (90,33)
Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
SIDANG DEWAN MUNAQASYAH :
Ketua Sidang
Dr. Ocktoberrinsyah, M.Ag. NIP.19681020 199803 1 002
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. H. Abd. Salam Arief, M.A. Subaidi, S.Ag.,M.Si. NIP.19490521 198303 1 001 NIP. 19750517 200501 1 004
Yogyakarta, 15 Februari 2013
UIN Sunan Kalijaga Fakultas Syari’ah dan Hukum
DEKAN
Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D. NIP. 19711207 199503 1 002
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03 / RO
v
SURAT PERNYATAAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ismail Marzuki
NIM : 09370037
Jurusan : Jinayah Siyasah
Fakultas : Syariah dan Hukum
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau laporan penelitian yang saya lakukan sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 10 Februari 2013 Yang menyatakan
Ismail Marzuki NIM. 09370037
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 05936/U/1987. I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
� Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
� Ba’ B be
� Ta’ T te
� Sa’ Ś es (dengan titik diatas)
� Jim I je
� Ha’ H ha (dengan titik di bawah)
� Kha’ Kh ka dan ha
� Dal D de
Żal Ż zet (dengan titik di atas)
� Ra’ R er
� Za’ Z zet
Sin S es
� Syin Sy es dan ye
� Sad Ş es (dengan titik di bawah)
� Dad D de (dengan titik di bawah)
� Ta’ ț te (dengan titik di bawah)
� Za’ Z zet (dengan titik di bawah)
� ‘Ain ‘ koma terbalik di atas
� Gain G ge
� Fa’ F ef
vii
� Qaf Q qi
� Kaf K ka
� Lam L ‘el
� Mim M em
� Nun ‘n ‘en
� Waw W W
� Ha’ H ha
� Hamzah ‘ aposrof
� Ya’ Y ye
II. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap
������ Ditulis muta’addidah
��� Ditulis ‘iddah
III. Ta’ Marbutah di Akhir Kata
a. Bila dimatikan/sukunkan ditulis “h”
�� Ditulis hikmah
��� Ditulis Jizyah
b. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis h
������� ���� Ditulis Karãmah al-auliyã
c. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan
dammah ditulis t
��������� Ditulis Zãkah al-fiţri
IV. Vokal Pendek
���� ��� Fathah Ditulis A
���� ��� Kasrah Ditulis I
���� ��� Dammah Ditulis U
viii
V. Vokal Panjang
1 Fathah diikuti Alif Tak berharkat
� !�� Ditulis Jãhiliyyah
2 Fathah diikuti Ya’ Sukun (Alif layyinah)
"#$% Ditulis Tansã
3 Kasrah diikuti Ya’ Sukun &�� Ditulis Karǐm
4 Dammah diikuti Wawu Sukun '(�) Ditulis Furūd
VI. Vokal Rangkap 1 Fathah diikuti Ya’ Mati Ditulis ai *�$�+ Ditulis bainakum
2 Fathah diikuti Wawu Mati Ditulis au ,�- Ditulis qaul
VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
*�.�� Ditulis a’antum
/��0 Ditulis ‘u’iddat
12�34�� Ditulis la’in syakartum
VIII. Kata Sandang Alif + Lam
a. Bila diikuti huruf Qomariyah
5��6�� Ditulis al-Qur’ãn
7��6�� Ditulis al-Qiyãs
b. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf ‘l’ (el) nya.
���#�� Ditulis as-Samã’
8�9�� Ditulis asy-Syams
IX. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
'(���� :(; Ditulis zawil furūd atau al-furūd
$#�� <!� Ditulis ahlussunnah atau ahl as-sunnah
ix
MOTTO
��� ��#�+ =� >� ��#)( ,=� >� ��#�+ ������ ��#) ,���
,�>� @ �A�B�+ ��� �����#)(( C�D� E F��G��)@���� � I6$>�1 (,KL��
RusaknyaRusaknyaRusaknyaRusaknya rakyat disebabkan karena rusaknya para pemimpin. Rusaknya rakyat disebabkan karena rusaknya para pemimpin. Rusaknya rakyat disebabkan karena rusaknya para pemimpin. Rusaknya rakyat disebabkan karena rusaknya para pemimpin. Rusaknya para pemimpin disebabkan karena rusaknya para ulama, dan rusaknya para pemimpin disebabkan karena rusaknya para ulama, dan rusaknya para pemimpin disebabkan karena rusaknya para ulama, dan rusaknya para pemimpin disebabkan karena rusaknya para ulama, dan rusaknya para ulama disebabkan karena kecintaan mereka terhadap harta dan para ulama disebabkan karena kecintaan mereka terhadap harta dan para ulama disebabkan karena kecintaan mereka terhadap harta dan para ulama disebabkan karena kecintaan mereka terhadap harta dan
jabatan/kedudukan. (Aljabatan/kedudukan. (Aljabatan/kedudukan. (Aljabatan/kedudukan. (Al----GhazaliGhazaliGhazaliGhazali))))
E ���� * )��3M * ��� E ����� 1����+ N� O� 1����� P��!� ��.��� (NASHAIHUL ‘IBAD)
Barang siapa yang bertambah pandai ilmunya, kemudian ia tidak Barang siapa yang bertambah pandai ilmunya, kemudian ia tidak Barang siapa yang bertambah pandai ilmunya, kemudian ia tidak Barang siapa yang bertambah pandai ilmunya, kemudian ia tidak bertambah zuhud mengenai dunia, maka hanya akan bertambah jauh dari bertambah zuhud mengenai dunia, maka hanya akan bertambah jauh dari bertambah zuhud mengenai dunia, maka hanya akan bertambah jauh dari bertambah zuhud mengenai dunia, maka hanya akan bertambah jauh dari
AllahAllahAllahAllah
���Q RQ S( $# R� �% 5T) * ������ �% UVQ��( W�Q#% %���I�(-�X R� �� N 1> R�� �%( +�- R�I+( ��Y� R$
1 U��Z�) (:M��3� *3�! [�9� * ��>�( P���� \�� @���� E <Q� 1+ ;��� Pelajarilah oleh kalian ilmu pengetahuan karena mempelajarinyaPelajarilah oleh kalian ilmu pengetahuan karena mempelajarinyaPelajarilah oleh kalian ilmu pengetahuan karena mempelajarinyaPelajarilah oleh kalian ilmu pengetahuan karena mempelajarinya merupakan merupakan merupakan merupakan
suatu kebaikan, mencarinya adalah ibadah, suatu kebaikan, mencarinya adalah ibadah, suatu kebaikan, mencarinya adalah ibadah, suatu kebaikan, mencarinya adalah ibadah, muzakarah muzakarah muzakarah muzakarah (mendiskusikannya(mendiskusikannya(mendiskusikannya(mendiskusikannya) terhadapnya lasana tasbih, membahasnya merupakan ) terhadapnya lasana tasbih, membahasnya merupakan ) terhadapnya lasana tasbih, membahasnya merupakan ) terhadapnya lasana tasbih, membahasnya merupakan jihad, memberikannya (dengan kemurahan hati) dianggap mendekatkan jihad, memberikannya (dengan kemurahan hati) dianggap mendekatkan jihad, memberikannya (dengan kemurahan hati) dianggap mendekatkan jihad, memberikannya (dengan kemurahan hati) dianggap mendekatkan diri (kepada Allah), dan mengajarkannya kepada orang yang tidak diri (kepada Allah), dan mengajarkannya kepada orang yang tidak diri (kepada Allah), dan mengajarkannya kepada orang yang tidak diri (kepada Allah), dan mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengerti berartimengerti berartimengerti berartimengerti berarti shodaqah”shodaqah”shodaqah”shodaqah”
x
PERSEMBAHAN Atas Karunia Allah Subhanahu Wata’ala Skripsi ini Kupersembahkan Kepada : Almamaterku tercinta, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kepada keluargaku tercinta : Ayahanda termulia Abdul Latif, ibunda Samnatun Hasanah, adikku Ana Masruroh Mutia & Ghafriah Laili Zam-Zam Ulfataini, Suparto (kakek) & Sumarni (nenek), Dan semua civitas para pecinta ilmu Semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita semua Amin…
xi
KATA PENGANTAR
����﷽
يك له رش هد ان الاله اال هللا وحده الشا .� والحول و ال قوة ا ال با�كر شالولحمد � ا
.بعد اما هلوسررو هد ان دمحما عبدهشاو
Segala pujian bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam senantiasa tercurah
kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang mampu memberikan suri
tauladan bagi umatnya sehingga kita mampu terlepas dari zaman jahiliyah menuju
zaman sekarang yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Syukur alhamdulillah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan skripsi
sebagai bukti tanggung jawab penyusun untuk memenuhi tugas akhir yang
diberikan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum, juga sebagai salah satu syarat yang
harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum
Islam. Dalam penyusunan skripsi yang berjudul SALAH HUKUM (ABUSE OF
JUSTICE) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM ini, tidak sedikit
hambatan yang penyusun hadapi. Hambatan-hambatan itu tidak berlalu begitu saja
tanpa adanya doa kedua orang tua, bimbingan, bantuan serta dorongan dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penyusun haturkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas membantu, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan petunjuknya, segala
puji bagi-Mu wahai dzat yang maha welas asih.
xii
2. Ayahanda Abdul Latif dan Ibunda tercinta Samnatun Hasanah, yang tiada
henti selalu memberi motivasi Ananda untuk melangkah maju dan yang
selalu mencurahkan doa, kasih sayang dan cintanya hingga tak berbatas,
yang senantiasa mengadakan sebuah ketiadaan. Mungkin sampai habis
kata-kata di dunia ini, belum cukup untuk mengungkapkan segenap
perasaan sayang dan terimakasih Ananda untuk Ayah dan Ibu.
3. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’ari selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
4. Bapak Noorhaidi, S.Ag, M.Phil, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
5. Bpk. Dr. H. M. Nur, S.Ag.,M.Ag selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
6. Bpk. Subaidi, S.Ag.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga
7. Bapak Dr. Ocktoberrinsyah, M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah
sudi dan ikhlas meluangkan waktu di sela-sela kesibukan beliau untuk
mengarahkan, membimbing serta memberikan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Abang saya Qomarus Zaman, S.HI, Adik saya Masruroh Mutia Septiani
dan Ghafriah Laili Zam-Zam Ulfataini serta saudara-saudaraku yang telah
memberikan bantuan dan dukungan materil maupun moril.
xiii
9. Seluruh teman-teman JS angkatan 2009, teman-teman KKN Jetis, dan para
Rekan-Rekanita Forum Keluarga Mahasiswa Bondowoso Yogyakarta
(FKMBY), serta keluarga besar warga Pangguyuban Alumni Nurul Jadid
Yogyakarta (PANJY), dan semua teman-teman yang tak mampu
lembaran-lembaran ini menyebutkan satu-persatu.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga kita semua oleh Allah senantiasa
diberi sehat selamat jasmani rohani dari segala penyakit dan musibah, lancar
urusan, banyak dapat rizki yang halal, baik yang datangnya tidak disangka-
sangka, tercapai segala apa yang dicita-citakan dan inginkan, lulus dalam
segala ujian, diberi kekayaan baik harta, ilmu dan pangkat yang tinggi serta
sukses dunia dan akhirat. Semoga Allah mengabulkan. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Akhir kata, penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif dari pembaca tetap penulis
harapkan demi perbaikan dan sebagai bekal pengetahuan dalam penyusunan-
penyusunan berikutnya. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi penulis pribadi, Amin.
Yogyakarta, 10 Februari 2013 M
Penyusun
ISMAIL MARZUKI NIM. 09370037
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i ABSTRAK ii HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv SURAT PERNYATAAN SKRIPSI v PEDOMAN TRANLITERASI ARAB LATIN vi HALAMAN MOTTO ix HALAMAN PERSEMBAHAN x KATA PENGANTAR xi DAFTAR ISI xiv BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………... 1 B. Pokok Masalah ……………………………………………. 5 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ………………………… 5 D. Telaah Pustaka ……………………………………………. 6 E. Kerangka Teoritik ………………………………………… 8 F. Metode Penelitian ………………………………………… 13 G. Sistematika Pembahasan ………………………………….. 15 BAB II : ASAS-ASAS HUKUM PIDANA ISLAM DAN MAQÃŞID
AS-SYARĨ’AH ……………… 17
A. Asas-Asas Hukum Pidana Islam ………………………….. 17 1. Asas Legalitas …………………………………………. 18 2. Asas Praduga Tak Bersalah ……………………………. 19 3. Asas Kesalahan ………………………………………... 20 4. Asas Tidak Berlaku Surut ……………………………... 21 5. Asas Kesamaan Dihadapan Hukum ………………….... 23 6. Asas Larangan Memindahkan Kesalahan Kepada Orang
Lain ……………………………………………………. 24
7. Asas Tidak Sahnya Hukuman Karena Subhat ………..... 25 B. Maqãşid as-Syari’ah ……………………………………… 27 1. Definisi Maqãşid as-Syari’ah …………………………. 27 2. Macam-Macam Maqãşid as-Syari’ah …………………. 28 a) Dharuriyyat (Tujuan-Tujuan Primer) ………………. 29 b) Hajiyyat (Tujuan-Tujuan Sekunder) ………………... 29 c) Tahsiniyyat (Tujuan-Tujuan Tertier) ……………….. 30 BAB III : TINJAUAN UMUM SALAH HUKUM ( ABUSE OF
JUSTICE) ……………………………………………………. 32
xv
A. Pengertian Salah Hukum Dan Unsur-Unsurnya ………...... 32 1. Pengertian Salah Hukum ………………………………. 32 2. Unsur-Unsur Salah Hukum ……………………………. 33 B. Sebab-Sebab Terjadinya Salah Hukum …………………… 34 1. Tingkat Penyelidikan atau Penyidikan ……………….... 35 2. Tingkat Kejaksaan …………………………………….. 38 3. Tingkat Pemeriksaan di Persidangan ………………….. 40 C. Hak-Hak Terdakwa ……………………………………….. 41 1. Hak Untuk Segera Mendapatkan Pemeriksaan ……….. 43 2. Hak Untuk Diberitahu Secara Jelas Tentang Apa Yang
Disangkaan dan Didakwakan …………………………. 43
3. Hak Bebas Memberi Keterangan ……………………... 44 4. Hak Untuk Mendapatkan Bantuan Juru Bahasa ……… 45 5. Hak Mendapatkan Bantuan Penasihat Hukum ……….. 46 6. Hak Untuk Mengajukan Pra Peradilan ………………... 48 7. Hak Diberitahukan Tentang Penahanan Atas Dirinya
Maupun Keluarganya …………………………………. 49
8. Hak Mengajukan Saksi a de Charge ………………….. 50 9. Hak Untuk Upaya Hukum ……………………………. 51 10. Hak Menuntut Ganti Kerugian ……………………….. 53 11. Hak Memperoleh Rehabilitasi ………………………... 53 12. Hak Untuk Dianggap Tidak Bersalah ………………... 54 13. Hak Terdakwa Untuk Mengingkari Keterangan ……... 54 14. Hak Untuk Diberlakukan Secara Manusiawi dan
Diperlakukan Sama di Depan Hukum ………………..... 55
BAB IV : ANALISIS KONSEP SALAH HUKUM ( ABUSE OF
JUSTICE) DALAM HUKUM ISLAM DAN PENANGGULANGANNYA ……………………….………
57
A. Analisis Konsep Salah Hukum (Abuse of Justice) Berdasarkan Unsur Kesengajaan ……………………….....
57
B. Analisis Konsep Salah Hukum (Abuse of Justice) Berdasarkan Kekhilafan ………………………………
75
C. Penanggulangan Kejahatan Salah Hukum (Abuse Of Justice)……………………………………………………..
77
BAB V : PENUTUP …………………………………………………… 81 A. Kesimpulan ……………………………………………….. 81 B. Saran ………………………………………………………. 82
DAFTAR PUSTAKA 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Daftar Terjemahan 88 2. Biografi Tokoh 91 3. Daftar Riwayat Hidup 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum
yang berkonstitusi tertulis. Dalam konstitusi tersebut pada Pasal 27 ayat (1)
berbunyi sebagai berikut: “segala warga Negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualiannya.” “Menjunjung hukum”
bermakna mematuhi hukum, berperilaku sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan hukum.1
Namun dalam realitasnya, banyak aparat penegak hukum kita yang
meremehkan suatu peraturan perundang-undangan, baik perundang-undangan
yang bersifat privat maupun publik. Dalam kondisi seperti itulah terjadi suatu
sistem yang bisa dikatakan sebagai transaksi jual beli hukum.
Maraknya transaksi jual beli hukum di negeri ini menandakan bahwa
banyak aparat penegak hukum kita yang tidak patuh terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Ironisnya, banyak di antara anggota
legislatif selaku pembuat peraturan perundang-undangan melanggar juga
terhadap hukum yang mereka buat sendiri. Maka jangan berharap aturan
hukum di negeri ini akan berjalan mulus, jika aparat penegak hukumnya sendiri
termasuk anggota legislatif masih bersikap dan berperilaku yang tidak sesuai
1 Leden Marpaung,, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
hlm. 1.
2
dan tidak menunjukkan kepatuhannya terhadap aturan-aturan hukum yang
berlaku.
Padahal di antara fungsi adanya aturan-aturan hukum itu dibuat adalah
untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat. Artinya, hukum bisa dikatakan
sebagai perisai dari kesewenang-wenangan orang lain. Namun, apa jadinya jika
aturan hukum disalahgunakan? apakah dampak yang akan ditimbulkan jika
hukum tidak ditegakkan?.
Banyak sekali fenomena penyalahgunaan hukum di negeri ini yang
mengakibatkan salah hukum (abuse of justice) yang bisa kita jadikan bahan
instropeksi dalam proses penegakan hukum selanjutnya. Salah hukum dapat
terjadi karena aparat penegak hukum merekayasa suatu perkara dengan sengaja
atau memang tidak ada unsur sengaja untuk merekayasa suatu kasus, misalnya
salah tangkap, atau juga karena menerapkan sanksi tidak sesuai dengan aturan
hukum yang ada.
Untuk mengetahui definisi salah hukum, maka setiap kata dari
keduanya harus diuraikan terlebuh dahulu. Diawali dari kata salah menurut
kamus hukum, salah; dapat disalahkan adalah seseorang yang dituduh
menyiarkan kabar bohong bila perbuatan si tertuduh dapat dibuktikan
menimbulkan keonaran, kesalahan dapat dalam bentuk disengaja atau karena
kekhilafan, dan kesalahan itu merupakan tindak pidana yang dapat dituntut.2
Kata hukum adalah keseluruhan dari pada peraturan-peraturan yang mana tiap-
2 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, (Semarang: Aneka Ilmu, 2000), hlm. 746.
3
tiap orang yang bermasyarakat wajib menaatinya, bagi pelanggaran terdapat
sanksi.3
Apabila terjadi salah hukum, maka korban dari salah hukum inilah
yang sangat menderita dan sangat dirugikan, baik secara jasmani maupun
rohani. Salah satu contohnya adalah kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M
Hamzah yang dituduh telah melakukan dua tindak pidana. Pertama, mereka
dituduh telah menerima suap dari Anggoro Widjojo, tersangka kasus korupsi
pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu. Dengan total uang suap 5,1
miliar. Kedua, mereka juga dituduh telah menyalahgunakan kewenangannya
saat mengeluarkan keputusan cegah kepada Anggoro. Di mana kemudian pihak
kepolisian memeriksa para saksi hingga pimpinan KPK, yakni M Jasin dan
Haryono Umar, termasuk juga Bibit dan Chandra. Bibit dan Chandra pun
dijadikan tersangka oleh Mabes POLRI dan ditahan di Kelapa Dua, Depok.
Namun, penahanan dua komisioner KPK ini pun mendapatkan reaksi keras dari
masyarakat karena banyak kejanggalan-kejanggalan. Masyarakat menolak
keduanya ditahan, POLRI pun kemudian membebaskan Bibit dan Chandra
pada tanggal 03 November 2009.4
Dari contoh kasus Bibit dan Chandra tersebut, kita bisa memahami
bahwa pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang
didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam hal ini
pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seseorang
3 Ibid,, hlm. 439. 4 “Kasus Bibit dan Chandra”, http://politik.news.viva.co.id/news/read/182013-jalan-
panjang-kasus-bibit-chandra. Diakses pada tanggal 26 November 2012.
4
yang didakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan
berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar.5
Hal ini terjadi dikarenakan gagalnya proses penegakan hukum di
Negara ini. Peradilan gagal memproses pelaku pelanggar hukum secara tepat
dan benar serta gagal menerapkan hukum sebagaimana mestinya. Salah satu
penyebab utamanya adalah integritas penegak hukum yang rendah. Cikal bakal
kegagalan peradilan ini sebagian besar dilakoni aparat penegak hukum kita
yang tidak professional.6 Sehingga diperlukan suatu aturan tentang adanya
sanksi bagi pejabat penegak hukum yang melakukan suatu pelanggaran, baik
itu pelanggaran yang disengaja maupun tidak. tujuannya adalah untuk
meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas aparat penegak hukum.
Peristiwa di atas mencerminkan bahwa hakim, jaksa, polisi dan
pengacara yang sebenarnya diharapkan menjadi penegak hukum yang memiliki
tanggung jawab menegakkan wibawa hukum dan menegakkan keadilan di
tengah-tengah masyarakat ternyata telah melupakan semboyannya sendiri yaitu
Integrity is not negotiable.7
Oleh karena itu, hendaklah dalam memproses setiap tindak kejahatan,
para penegak hukum harus jeli dan teliti dalam memeriksa kasus tersebut,
mulai dari penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang, alat-alat bukti sampai
5 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia: Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), hlm. 249. 6 Amir Syamsuddin, Integritas Penegak hukum: Hakim, Jaksa, Polisi dan Pengacara,
(Jakarta: Kompas, 2008), hlm. 9.
7 Ibid., hlm. IX.
5
pada putusan. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kekeliruan dalam menuduh
seseorang bersalah.
B. Pokok Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penyusun dapat
mengambil suatu rumusan pokok masalah yaitu:
1. Bagaimana konsep salah hukum (abuse of justice) dalam perspektif hukum
pidana Islam?
2. Apakah sanksi bagi pelaku salah hukum (abuse of justice) dalam hukum
pidana Islam?
3. Bagaimana status hukum korban salah hukum (abuse of justice)?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka:
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi pokok masalah di atas, maka yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep salah hukum
(abuse of justice) dalam perspektif hukum pidana Islam.
b. Untuk mengetahui dan memahami persamaan dan perbedaan bentuk
konsep salah hukum (abuse of justice) dalam hukum Islam dan hukum
positif.
c. Untuk mengetahui bagaimanakah sanksi bagi pelaku abuse of justice.
6
d. Untuk mengetahui status hukum bagi korban salah hukum.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini dapat diharapkan memenuhi
beberapa hal sebagai berikut:
a. Secara ilmiah, memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang konsep
abuse of justice dan sanksinya dalam aspek hukum pidana Islam.
b. Secara praktis, menjadi sumbangan pemikiran dan landasan rintisan bagi
pengembangan khazanah ilmu pengetahuan umum (sekaligus sebagai
masukan berupa ide maupun saran) dan disiplin ilmu syari’ah khususnya
dalam bidang pengembangan Ilmu Jinayah Atau Hukum Pidana Islam
yang penyusun tekuni.
c. Sebagai bahan dan penelitian awal untuk dilanjutkan penelitian-
penelitian selanjutnya.
D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka dapat memberikan konstibusi positif bagi pemahaman
secara utuh. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam melakukan penelitian
dan juga untuk membedakan dengan penelitian-penelitian yang lainnya.
Karena itu, penyusun mencoba melihat beberapa literatur yang relevan dengan
pembahasan yang penyusun telaah.
Karya dari Muhammad Salam Madkur yang berjudul “Peradilan
Dalam Islam” menjelaskan bahwa menegakkan peradilan itu adalah kewajiban
yana ditetapkan dan diikuti Rasul, begitu juga dengan para sahabat, tabi’in dan
7
generasi seterusnya. Lebih lanjut beliau juga membahas tentang kewajiban-
kewajiban para hakim untuk tunduk dan patuh pada batas-batas aturan Allah
SWT, kepada siapa hak itu harus diberikan dan kepada siapa pula kewajiban
itu dibebankan.8
Karya dari T.M. Hasbi as-Shiddieqy yang berjudul “Peradilan dan
Hukum Acara Islam” menjelaskan tentang hukum-hukum peradilan dan segala
yang berpautan dengan hakim dan pengadilan, serta diterangkan pula masalah
murafa’at (hukum acara Islam) yang terdiri dari unsur-unsur peradilan dan lain-
lainnya.9
Kemudian dalam karyanya Moch, Faisal Salam yang berjudul
“Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek” yang berisikan sejarah
hukum acara pidana sebelum KUHAP dan proses pembuatan KUHAP baru di
mana ada perbedaan diantara keduanya, di antaranya dari sudut hak-hak
terdakwa/tersangka mendapat bentuan hukum pada tingkat pemeriksaan.10
Kemudian dalam skripsinya Yeni Lusmayantini yang berjudul “Hak-
hak Terdakwa dalam Proses Pemeriksaan Perkara Tugas dan Wewenang
Pengacara/Advokat”, yang menjelaska tentang hak-hak terdakwa dalam proses
8 Muh. Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam, alih bahasa Imron A.M, cet. ke- 4,
(Surabaya: Bina Ilmu, 1993).
9 T.M. Hasbi as-Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997).
10 Moch. Faisal Salam, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju, 2001).
8
pemeriksaan perkara seperti hak mendapat bantuan hukum
pengacara/advokat.11
Kemudian skripsi dari Ainun Yudhistira yang berjudul “Salah Hukum
(Abuse of Justice) dalam Kasus Sengkon-Karta perspektif Hukum Islam” yang
menitikberatkan terhadap upaya hukum bagi terdakwa apabila terjadi salah
hukum dalam memutus sanksi pidana.12 Akan tetapi tidak menjelaskan
bagaimana konsep salah hukum dan sanksinya bagi pelaku tersebut yang telah
banyak merugikan korban salah hukum baik jasmani maupun rohani dalam
perspektif hukum Islam.
E. Kerangka Teoretik
Orang pada mulanya dengan mudah memperkirakan, bahwa kejahatan
akan lenyap atau berkurang dengan sendirinya apabila telah dicapai berbagai
kemajuan dalam segala bidang, utamanya bidang ekonomi. Akan tetapi dalam
kenyataanya tidaklah selalu demikian, karena kemajuan-kemajuan di bidang-
bidang itu sendiri, telah pula diikuti secara membandel oleh kemajuan aktivitas
berbagai bentuk kejahatan. Malahan menurut Howard Jones, justru kemajuan-
kemajuan itu sendiri dapat dikatakan sebagai biang dari perkembangan
11 Yeni Lusmayantini, Hak-hak Terdakwa dalam Proses Pemeriksaan Perkara, (Skripsi
tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, 2003).
12 Ainun Yudhistira, Salah Hukum (Abuse of Justise) dalam Kasus Sengkon-Karta Perspektif Hukum Islam, (Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, 2009).
9
kejahatan.13 Salah satunya adalah salah hukum yang tidak lepas dari
perkembangan itu.
Salah hukum merupakan salah satu bentuk perilaku kajahatan yang
sangat membahayakan eksistensi seseorang. Dalam hukum Islam, setiap
tindakan yang menyinggung kehormatan seseorang dan dapat menimbulkan
kebencian, permusuhan, merusak kehormatan dan nama baik keluarga,
hukuman had atas tindak pidana tersebut dijadikan sebagai hak Allah SWT.
Hak Allah dalam kasus ini lebih besar dari pada hak orang yang tertuduh.14
Artinya hukuman bagi si penuduh tidak boleh dikurangi atau diampuni oleh si
tertuduh. Adapun yang dimaksud dengan hak Allah seperti yang telah
penyusun uraikan di atas adalah hak masyarakat.15
Ini mengindikasikan bahwa Islam pun memberikan gambaran bahwa
setiap orang berhak untuk mencari keadilan, mengingat bahwa untuk mencari
keadilan lembaga penegak hukum hendaknya tidak membeda-bedakan derajat
tiap insan dihadapan hukum. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang
1945 dan Amandemen Tahun 2002 pasal 28D ayat (1) dinyatakan bahwa
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.”16
13 Elwi Danil, Korupsi: Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 17-18.
14 Tim Tsalisah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2007), hlm. 236.
15 Ibid, hlm. 235. 16 UUD ’45 dan Amandemen Tahun 2002, (Surakarta: Sendang Ilmu, 2002), hlm. 26.
10
Dalam suatu proses peradilan, baiknya aparat penegak hukum agar
berhati-hati dalam menyelidiki, memeriksa, dan mengadili serta memutuskan
suatu perkara pidana. Sehingga tidak terjadi salah hukum yang mengakibatkan
korban menderita banyak kerugian.
Salah hukum dapat terjadi jika aparat penegak hukum tidak
berperilaku dan bersikap sesuai dengan aturannya. Dalam hal ini, kita perlu
melakukan terobosan baru dalam upaya hukum untuk meminta
pertanggungjawaban pejabat penegak hukum, seperti polisi, jaksa, dan hakim
terhadap kegagalan penegakan hukum yang mereka lakukan. Polisi, jaksa, atau
hakim memang memiliki kewenangan untuk melakukan penegakan hukum
berdasarkan undang-undang, tetapi juga dibebani tanggung jawab untuk
menjalankan kewenangannya secara benar dan bertanggung jawab. Para
korban atau masyarakat lain secara hukum dapat meminta pertanggungjawaban
aparat penegak hukum sebagai pribadi pejabat apabila melakukan
penyimpangan dalam proses penegakan hukum dan bertindak sewenang-
wenang yang melanggar hak-hak asasi warga Negara.17
Dari kacamata Maqāşid al-Syarī’ah, salah hukum merupakan
pelanggaran dan kejahatan terhadap manusia baik dari segi menjaga jiwa (hifdu
an-nafs), menjaga keturuan (hifdu an-nasab), menjaga harta (hifdu al-māl),
menjaga akal (hifdu al-‘aql), maupun menjaga agama (hifdu al-dīn) yang
kesemuanya merupakan poin penting dalam kehidupan manusia.
17 Amir Syamsuddin, Integritas Penegak Hukum, hlm. 11.
11
Dari aspek menjaga jiwa (hifdu an-nafs), dan menjaga keturuan (hifdu
an-nasab, tidak jarang korban salah hukum ini reputasi diri dan keluarganya
akan dinilai jelek oleh masyarakat luas. Sehingga akan mencemarkan nama
baik diri beserta keluarga korban bahkan keturunannya pun akan menerima
akibatnya. Dari aspek menjaga harta (hifdu al-māl) dan menjaga akal (hifdu al-
‘aql), korban akan berusaha dengan segala upaya dan daya untuk tidak
menerima tuduhan kriminal yang diterimanya. Dan ini penyusun rasa akan
menghabiskan banyak tenaga baik itu materil maupun non-materil. Bahkan
aspek religious korban akan dinilai buruk, ditambah lagi jika korban adalah
tokoh agama.
Dipandang dari aspek-aspek di atas ternyata tidak sedikit akibat yang
ditimbulkan dari salah hukum tersebut terhadap korban. Mulai dari harga diri
yang rusak, persepsi masyarakat yang buruk sampai kepada eksistensi
keagamaan korban pun dinilai negatif. Oleh karena itu, wajar jika pelaku
dihukum dengan hukuman berat walaupun tidak bisa mengubah kondisi yang
telah tercipta.
Adapun hukum acara pidana positif memandang bahwa dengan
adanya Negara Indonesia sebagai Negara hukum yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, maka hukum yang berlaku haruslah menjunjung tinggi
keadilan dan hak asasi manusia bagi setiap warga negaranya. Di mana dalam
hukum acara pidana positif terdapat asas-asas yang berkaitan dengan salah
hukum, di antaranya adalah asas remedy and rehabilitation yang menjelaskan
bahwa kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun diadili tanpa
12
alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai
orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan
rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum yang
dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut
dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi.
Kemudian asas pengawasan; pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan
dalam perkara pidana dilakukan oleh ketua pengadilan negeri yang
bersangkutan.18
Menurut J.C.T. Simorangkir mengemukakan bahwa terdakwa adalah
seseorang yang diduga telah melakukan suatu tindakan pidana dan ada cukup
alasan untuk dilakukan pemeriksaan di muka sidang pengadilan.19 Dari sini
setidaknya ada tiga unsur yang dapat kita pahami, yakni, adanya orang yang
dituntut, diduga sebagai pelaku tindak pidana, dan cukup alasan untuk
dilakukan pemeriksaan atas dirinya di depan sidang pengadilan.
Adapun konsep atau teori yang digunakan dalam pembahasan ini lebih
cenderung menggunakan ayat-ayat al-Qur’an dan hadist nabi Muhammad
SAW. Sebagaimana firman Allah SWT:
������ � � � �� ��20
Redaksi ayat di atas menunjukkan bahwa fitnah itu lebih keji dari
pada pembunuhan. Ayat tersebut merupakan salah satu sumber dari al-Qur’an
dalam menganalisis pembahasan selanjutnya.
18 Luhut M.P. Pangaribuan, Hukum Acara Pidana, (Jakarta: Djembatan, 2008), hlm. 1.
19 J.C.T. Simorangkir, dkk, Kamus Hukum, (Jakarta: Aksara Baru, 1980), hlm. 167.
20 Al-Baqarah, (2): 217.
13
F. Metode Penelitian
Guna menunjang dan mengarahkan penelitian ini sampai pada target
secara ilmiah, maka penelitian ini menggunakan metode/operasionalisasi dan
cara kerja untuk dapat memahami obyek yang bersangkutan.21 Metode tersebut
meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penyusun gunakan dalam skripsi ini adalah
penelitian kepustakaan (library research). Library research yaitu jenis
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data melalui
penelusuran kepustakaan yang selanjutnya digunakan sebagai landasan teoritis
yang berkaitan dengan masalah yang penyusun teliti.
Adapun sumber pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
library research yaitu data sekunder yang diperoleh dengan menelusuri dan
mengkaji buku literatur kepustakaan seperti; undang-undang, buku, jurnal,
catatan kuliah, artikel, dokumentasi, laporan hasil penelitian terdahulu, dan
sumber lain yang relevan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.22
Ciri-ciri umum data sekunder yaitu:23
a. Data sekunder pada umumnya ada dalam keadaan siap terbuat:
21 Kuntjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1997), hlm. 16.
22 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.
23 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 24.
14
b. Bentuk maupun isi data sekunder telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-
peneliti terdahulu;
c. Dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan tempat.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-
analitik.24 Deskriptif-analitik artinya setelah data yang berkaitan dengan
penelitian terkumpul, kemudian diklasifikasikan, digambarkan, diuraikan, dan
selanjutnya dilakukan analisisa secara mendalam dan komprehensif sehingga
diperoleh gambaran dari obyek penelitian.25 Dengan demikian mempermudah
penyusun untuk melakukan analisis dan memberikan kesimpulan.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (legal-resech).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis-normatif, yang
digunakan untuk mengkaji sumber-sumber yang didasarkan pada norma-norma
hukum yang berlaku, baik yang bersumber dari nas al-Qur’an dan hadist,
pendapat para ulama’ dalam kitab-kitabnya, maupun kitab undang-undang
yang berlaku (KUHP, KUHAP dan sebagainya).
4. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang penyusun kumpulkan dalam penelitian ini adalah data
yang bersifat liteler, yaitu membaca dan menelaah sumber-sumber
24 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia,
2005), hlm. 69. 25 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1985), hlm. 139.
15
kepustakaan, khususnya buku-buku atau kitab yang mengupas tentang salah
hukum (abuse of justice).
5. Teknik Analisis Data
Dari data-data yang telah terkumpul dalam penelitian ini, penyusun
kemudian menganalisa isinya (content analysis), di mana dengan content
analysis diharapkan penyusun dapat memunculkan data-data kepustakaan yang
valid dan akurat tentang dimensi jawaban dari permasalahan yang ada.
Sebagai alat untuk menganalisa data, penyusun menggunakan
instrumen deduktif-eksploratif,26 yakni analisa terhadap data dan penafsiran-
penafsiran yang bersifat umum yang mempunyai unsur kesamaan dalam
masalah yang sedang dikaji, kemudian data dan penafsiran tersebut dijelaskan
(eksplor) secara rinci dan dijadikan premis mayor. Sedangkan inti masalah
yang penyusun angkat dalam penelitian ini dijadikan premis minor (khusus).
Sehingga dengan demikian mempermudah penyusun untuk mengambil sebuah
kesimpulan secara khusus.
G. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, di mana setiap bab masing-masing
terkait satu dengan lainnya secara sistematis dalam satu rangkaian logis
(logical sequence) yang utuh.
Bab pertama sebagai bab pendahuluan menguraikan dan menjelaskan
aspek-aspek metodologis dari penelitian. Bab ini meliputi latar belakang 26 M. Subana dan Sudrajat, Dasar., hlm. 69.
16
masalah, pokok masalah, menguraikan tujuan dan kegunaan penelitian ini,
telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab dua, membahas tentang teori-teori keIslaman. Bab ini terdiri dari
tiga sub bab. Pertama, asas-asas hukum pidana Islam. Kedua, pembuktian
dalam hukum Islam. Dan ketiga, tentang Maqãşid as-Syari’ah.
Bab tiga, membahas tentang tinjauan umum tentang salah hukum
(abuse of justice). Bab ini terdiri dari tiga sub bab. Pertama, berisi tentang
definisi salah hukum, unsur-unsurnya. Kedua, berisi tentang sebab-sebab
terjadinya salah hukum. Ketiga, berisi tentang hak-hak bagi terdakwa.
Bab empat, analisis, yang terdiri dari analisis konsep salah hukum
(abuse of justice) dalam hukum Islam dan penanggulangan kejahatan salah
hukum.
Bab lima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan sebagai
jawaban dari pokok masalah yang diangkat. Tidak itu juga pada bab ini
dimasukkan saran dan rekomendasi yang mudah-mudahan signifikan dan
menjadi kontribusi bagi semua pihak.
81
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan terdahulu dalam karya ilmiah ini,
penyusun dapat memberi kesimpulan bahwa:
1. Salah hukum (abuse of justice) merupakan suatu kesalahan yang dilakukan
oleh aparat/pejabat penegak hukum dalam menerapkan suatu peraturan
perundang-undangan terhadap seseorang yang diduga melakukan tindak
pidana, baik kesalahannya dalam bentuk kesengajaan atau kekhilafan yang
apabila orang tersebut terbukti telah melakukan tindak pidana, maka akan
menimbulkan keonaran. Kesalahan tersebut dapat dilakukan dengan
sengaja/tidak sengaja merekayasa bukti-bukti formal, atau penerapan sanksi
yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Akibat dari kesalahan
pejabat penegak hukum tersebut, seorang tersangka/terdakwa merasa
dirugikan, baik secara fisik, materiel maupun non-materiel. Dengan kata lain
bahwa orang yang tidak bersalah, harus menjalani hukuman karena tidak
profesionalnya aparat penegak hukum dalam memeriksa dan memutus suatu
perkara.
2. Terhadap kesalahan pejabat penegak hukum yang demikian, seharusnya ada
suatu sanksi agar tidak terjadi suatu peristiwa yang sama terhadap seorang
tersangka/terdakwa, sanksi yang dapat dikenakan menurut hukum Islam
adalah hukuman takzir. Hal ini disebabkan karena adanya diskresi yang
82
besar bagi aparat yang cenderung disalahgunakan. Oleh sebab itu, menurut
hemat kami, aparat yang dengan sengaja melakukan pelanggaran, baik itu
pelanggaran terhadap hak-hak tersangka/terdakwa maupun perekayasaan
bukti-bukti formal, mereka dapat dikenakan sanksi pidana sekaligus sanksi
administrasi. Mengingat akibat dari kesalahan yang dilakukan karena ada
unsur kesengajaan oleh aparat sangat merugikan pihak tersangka/terdakwa,
termasuk hakim yang salah mengambil suatu dasar untuk putusannya,
padahal ia tahu bahwa itu salah, maka ia bisa dikenakan hukuman, termasuk
hukuman pidana. Sedangkan bagi pejabat penegak hukum yang karena
kekhilafannya berbuat kesalahan dalam memeriksa dan memutus perkara,
maka ia tidak kenakan sanksi kecuali ditemukan bukti baru (novum).
3. Kemudian bagi korban salah hukum, mereka berhak untuk melakukan upaya
hukum dan meminta pertanggungjawaban penegak hukum untuk
memperoleh apa yang seharusnya menjadi haknya. Mereka berhak untuk
memperoleh kompensasi dan rehabilitasi (pemulihan nama baik secara
hukum).
B. SARAN
Untuk meningkatkan kinerja penegakan hukum di negeri ini menjadi
lebih baik, penyusun memberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
1. Hendaklah aparat penegak hukum memperhatikan prinsip kehati-hatian
dalam memeriksa suatu kasus, khususnya kasus pidana. Jika memang semua
bukti tidak mendukung bahwa tertuduh telah melakukan tindak pidana,
83
maka berikanlah hak-haknya. Seperti memperoleh rehabilitasi dang anti
rugi.
2. Hindari perlakuan yang tidak manusiawi, seperti penyiksaan (baik fisik,
mental maupun psikis), karena hal itu hanya akan mempersulit pemeriksaan
terhadap tersangka atau bahkan dapat menimbulkan kebencian masyarakat
terhadap lembaga penegak hukum.
3. Dalam proses pemeriksaan di persidangan, perhatikan prinsip persamaan
dihadapan hukum (equality before the law). Hakim tidak boleh memandang
penuntut umum lebih tinggi derajatnya atau kedudukannya dari tersangka.
Hakim wajib mendengarkan keterangan dari para pihak. Dan tersangka
berhak untuk menolak atau menyangkal tuduhan-tuduhan jaksa penuntut
umum.
4. Majelis hakim hendaklah dalam memeriksa perkara mampu menggali
hukum dan menerapkannya dengan seadil-adilnya, jangan hanya terpaku
atau melihat pada bukti-bukti formal yang kemungkinan besar hal itu bisa
direkayasa oleh si pembuat surat dakwaan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Hadist
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Baru; Revisi Terjemah, Semarang: CV. Toha
Putra, 1989.
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Jilid IV, Mesir: Dãr al-Bãb al-Halabį, 1963.
Muslim, Imam bin Hajjaj, Sahih Muslim, cek. ke-2, Lebanon: Daru al-Kutub al-
Ilmiyah, 2008.
Muhammad, Abu ‘Isa bin ‘Isa bin Surah, Al-Jãmiu as-Sahih wa huwa Sunan Al-
Timidzi, Bairut: Daar al-Fikr, 1988.
Fiqh dan Ushul Fiqh
Al Faruk, Asadulloh, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2007.
Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
As-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 1997.
Djazuli, A., Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Djalil, Basiq, Peradilan Islam, Jakarta: Amzah, 2012.
Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang,1976.
Hulam, Taufiqul, Reaktualisasi alat bukti tes DNA; Perspektif Hukum Islam Dan
Hukum Positif, Yogyakarta: UII Press, 2002.
Jazuli, A., Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Kencana, 2010.
HA, Noorwahidah, Pidana Mati dalam Hukum Pidana Islam, cet. ke-1, Surabaya:
al-Ikhlas, 1994.
Muhdlor, Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia al-Asri,
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum P.P. Krapyak, 1998.
Syarbini al-Khãtib, Mugnį al-Muhtaj, Beirut: Dãr al-Fikr, t.t.
Munajat, Makhrus, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Jogjakarta: Logung
Pustaka, 2004.
85
------------, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta: Bidang Akademik
UIN Sunan Kalijaga, 2008.
------------, Studi Islam Di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Pesantren Nawesea
Press, 2008.
Qohar, Adnan dan Anshoruddin., Hukum Acara Peradilan Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Rahman, Fathur, Usul Fikih bagi Pemula, Jakarta: CV. Artha Rivera, 2008.
Subekti, R., Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramita, 1999.
Tim Tsalisah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT. Kharisma Ilmu,
2007.
Umar, Nasruddin, Konsep Maqasid Syari’ah menurut al-Syatibi, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1996.
Wahyudi, Yudian, Ushul fikih versus Hermeneutika, Yogyakarta: Pesantren
Nawesea Press, 2006.
Zein, Satria Efendi M., Usul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2005.
Buku dan Dokumen
Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Hukum Pidana
Dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2010.
Danil, Elwi, Korupsi: Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012.
Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP,
Penyidikan dan Penuntuta: Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002.
Kaligis, O.C., Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa, dan Terpidana, Bandung: PT. Alumni, 2006
Kaufal, M.A, Penerapan KUHAP Dalam Praktek Hukum, Edisi ke-8, Malang, UMM Press, 2005.
Kuntjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997),
86
KSBH, Hak Anda Dalam pemeriksaan perkara pidana tentang pemeriksaan
pendahuluan (pemeriksaan oleh polisi dan pra-peradilan), Yogyakarta,
LP3ES, t.t.
Packer, Herbert L., The Model In Operation: From Arrest To Charge, California: Stanford University Press, 1968.
Marpaung, Leden, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, Jakarta: Sinar Grafika,
2010.
Pangaribuan, Luhut M.P., Hukum Acara Pidana, Jakarta: Djembatan, 2008.
Ritonga, A. Rahman, dkk., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997.
Salam, Moch. Faisal, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Bandung:
Mandar Maju, 2001.
Santoso, Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam; Penegakan Syari’at Dalam Wacana Dan Agenda, Jakarta: Gema Insani, 2003.
Simorangkir, J.C.T., dkk, Kamus Hukum, Jakarta: Aksara Baru, 1980.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Subana, M. dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka
Setia, 2005.
Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1985.
Syamsuddin, Amir, Integritas Penegak hukum: Hakim, Jaksa, Polisi dan
Pengacara, Jakarta: Kompas, 2008.
Skripsi, Tesis dan Disertasi
Lusmayantini, Yeni, Hak-hak Terdakwa dalam Proses Pemeriksaan Perkara,
(Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kalijaga, 2003).
Yudhistira, Ainun, Salah Hukum (Abuse of Justice) dalam Kasus Sengkon-Karta
Perspektif Hukum Islam, (Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fakultas
Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, 2009).
87
Kamus dan Undang-Undang
Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Implementasi Prinsip dan
Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Puspa, Yan Pramadya, Kamus Hukum, Semarang: Aneka Ilmu, 2000.
Team Redaksi Penerbit Kesindo Utama, KUHP & KUHAP, Surabaya: Kesindo
Utama, 2010.
UU No. 14 Tahun 1970
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004.
UUD ’45 dan Amandemen Tahun 2002, Surakarta: Sendang Ilmu, 2002.
Internet dan Lain-lain
Citra Hakim dan Penegakan Hukum, oleh Anang Priyanto, Pdf. Diunduh pada
tanggal 12 Januari 2013.
Hakim Harus Mempertanggung Jawabkan Pekerjaan Profesionalnya,
http://www.patarutung.net/index.php, diakses pada tanggal 26 Januari
2013.
http://click-gtg.blogspot.com/2010/02/menanti-akhir-peradilan-sesat.html, diakses
pada tanggal 26 Januari 2013.
“Kasus Bibit dan Chandra”, http://politik.news.viva.co.id/news/read/182013-
jalan-panjang-kasus-bibit-chandra. Diakses pada tanggal 26 November
2012.
Tinjauan Yuridis Penanganan Perkara Penipuan (Pasal 378 KUHP) dan
Penggelapan (Pasal 372 KUHP), http://rangselbudi.wordpress.com,
diunduh pada tanggal 22 Januari 2013.
88
LAMPIRAN I
No. Hlm. FN TERJEMAHAN
BAB I
1 12 20 Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan
BAB II
2 18 6
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),
maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan)
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka
sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri.
Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami
mengutus seorang rasul.
3 19 7
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota,
sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak
pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali
penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman
4 19 9 Tidak ada hukum bagi perbuatan manusia sebelum adanya
aturan.
5 20 13 Hukum asal sesuatu itu adalah boleh sampai datang petunjuk
yang melarangnya.
6 24 24 Andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan
aku potong tangannya.
7 24 25 Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
89
sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
8 25 26 Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain
9 25 27 Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.
10 26 30 Hukuman hudud gugur dengan sebab keraguan.
11 26 31 Hindarilah hukuman hudud sebab adanya keraguan.
12 26 33
Apabila seorang hakim berijtihad dan kemudian salah, maka
ia mendapat satu pahala. Namun, jika ia berijtihad lalu
kemudian benar, maka ia mendapat dua pahala.
BAB IV
13 60 8
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota,
sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka dan tidak
pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota kecuali
penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.
14 60 9
Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia
aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang
yang sampai Al-Quran (kepadanya).
15 68 19
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin
dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka
sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata.
16 72 25 Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya,
90
17 72 26
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa,
maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka
pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim.
18 72 27 Seorang imam lebih baik salah memaafkan dari pada salah
menjatuhkan hukuman.
19 74 30 Hindarilah hukuman had karena ada unsur syubhat.
20 75 31 Seorang imam lebih baik salah memaafkan dari pada salah
menjatuhkan hukuman.
21 76 32 Kesalahan (dosa) seseorang tidak dicatat karena khilaf, lupa
dan dipaksa.
91
LAMPIRAN II
BIOGRAFI TOKOH
A. Drs. Mahrus Munajat, M. Hum
Beliau dilahirkan di Pemalang pada tanggal 02 Februari 1968.
Riwayat pendidikan dimulai dari Pendidikan Dasar (SD) Negeri Sokawangi I
Pemalang selesai tahun 1982, dilanjutkan pendidikan menegah di SMP Negeri
3 Pemalang selesai tahun 1985. Pendidikan menegah atas ditempuh di SMA
Negeri I Pemalang selesai tahun 1988. Di tahun yang sama, beliau masuk di
Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Jurusan Perdata Pidana Islam dan
selesai pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan studi Magister Ilmu Hukum
UII dengan konsentrasi Hukum Islam dan diselesaikan pada tahun 1999.
Adapun pendidikan non formal, beliau tempuh di Pondok Pesantren
Salafiyah Kauman Pemalang tahun 1983-1988, sempat belajar di Pondok
Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta tahun 1988-1922 dan dilanjutkan
ke Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem Pendowoharjo Sewon Bantul
Yogyakarta.
Banyak sekali hasil penelitian beliau yang dipublikasikan, di
antaranya adalah Reaktualisasi Hukum Pidana Islam, Tujuan Pemidanaan
dalam Islam, Hukum Qisas Diyat dalam Perspektif Humanisme dan masih
banyak lagi yang lainnya.
92
B. Topo Santoso, S.H., M.H
Beliau dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 05 Juli 1970. Pria yang
bertempat tinggal di Anyelir II No. 218 Depok I ini, berhasil menyelesaikan
pendidikan S1-nya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) tahun
1992 dan pernah mengikuti pendidikan di luar negeri, antara lain di Australia
tahun 1994 dan Dalas USA tahun 1996.
Beliau menjadi asisten dosen di FHUI sejak tahun 1996 sampai tahun
2000. Setelah itu, beliau menjadi dosen di Fakultas Hukum sampai sekarang.
Peraih gelar Magister Hukum dari FHUI di tahun 1999 ini, juga menjadi dosen
di Fakultas Hukum Universitas Indonesia Esa Unggul sampai sekarang. Dan ia
pun dipercaya untuk menjabat Pembantu Dekan Bidang Akademis sejak Juni
1999 di sana.
Selain mengajar, beliau juga terlibat dengan berbagai aktivitas yang
terkait dengan bidang keilmuannya. Ia pun menjadi peneliti dan pembicara di
berbagai seminar maupun acara-acara diskusi. Karyanya dalam bentuk buku
juga telah diterbitkan, antara lain: Seksualitas dan Hukum Pidana tahun 1997
dan Menggagas Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari’at dalam Konteks
Modernitas tahun 2000.
93
CURRICULUM VITAE
Nama lengkap : Ismail Marzuki
Tempat & tanggal lahir : Bondowoso, 28 Juli 1991
Jenis Klamin : Laki-Laki
Nama Ayah : Abdul Latif
Nama Ibu : Samnatun Hasanah
Alamat Asal : Ds. Selolembu RT 04 RW 02, Kec. Curahdami,
Kab. Bondowoso
Alamat Yogja : Perum POLRI Gowok Blok C V/146 Sleman,
Yogyakarta
Riwayat Pendidikan
� SDN Selolembu (1997-2003)
� MTs Negeri II Bondowoso (2003-2006)
� MA Nurul Jadid (2006-2009)
� UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2009-2013)