Post on 26-May-2019
8
dipenuhi oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo sesuai dengan Perda tentang
RTRW Kabupaten Kulon Progo.
Luas Perkotaan Wates pada tahun 2017 berdasarkan Perda adalah
3.259,26Hasehingga untuk mencukupi kebutuhan ketersediaan RTH maka
diperlukan Ruang Terbuka Hijau di Kota Wates seluas 651,852 Ha (20%
Kewajiban Pemerintah Daerah). Berdasarkan data tahun 2013 dan dikonversi
sampai tahun 2017 menunjukan bahwa luas RTH Publik Kota Wateshanya seluas
291,3745 Ha atau sebesar 8,94 % dari total luas Kota Wates. Hal tersebut
menunjukan bahwa luas RTH Kota Wates masih belum memenuhi kebutuhan
minimal RTH Publik sebesar 20% untuk kewajiban Pemerintah Daerah
Kabupaten Kulon Progo. Permasalahan RTH di kota Wates adalah semakin
berkurangnya jumlah luas RTH yang tersedia, semakin berkurangnya luas RTH di
Kota Wates dikarenakan Inkonsistensi kebijakan dan strategi penataan ruang
menyebabkan sering terjadinya alih fungsi RTH, Pemeliharaan tidak konsisten
dan tidak rutin, Pemahaman masyarakat tentang pentingnya penghijauan di
kawasan perkotaan masih kurang sehingga peran serta masyarakat dalam merawat
RTH kurang optimal, serta Lemahnya koordinasi antar instansi menyebabkan
terjadinya tumpah tindih kewenangan/kesenjangan dalam pengeloaan RTH.
Kurangnya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Wates
mengakibatkan beberapa permasalahan lingkungan hidup seperti rendahnya
kualitas air tanah, tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, suhu udara
yang panas diperkotaan, melemahnya fungsi ekologis dalam pengembangan
keanekaragaman hayati, serta kurangnya tempat publik untuk rekreasi dan
olahraga oleh masyarakat sekitar.
Diperlukan penambahan Ruang Terbuka Hijau di daerah Perkotaan
Wates agar permasalahan-permasalahan yang terjadi karena kurangnya
ketersediaan RTH dapat teratasi. Hal ini juga merupakan bentuk pemenuhan hak
masyarakat terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Upaya pemerintah daerah
Kabupaten Kulon Progo dalam memperluas RTH di wilayah perkotaan Wates
menjadi bagian dalam program rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL).
9
2.2 Meningkatnya Beban Pencemaran Udara pada Perkotaan berdampak
pada penurunan derajat kesehatan masyarakat.
Perkotaan di Kabupaten Kulon Progo mengalami kemajuan yang
signifikan setiap tahunnya. Jumlah penduduk pada daerah perkotaan juga semakin
meningkat. Padatnya aktifitas masyarakat di daerah perkotaan menimbulkan
naiknya tingkat beban pencemaran lingkungan, salah satunya adalah pencemaran
udara. Pencemaran udara di perkotaan Kabupaten Kulon Progo disebabkan oleh
padatnya aktivitas kendaraan kermotor serta pembangunan yang terjadi di
beberapa titik lokasi. Berdasarkan data dari Indeks Kualitas Udara Kabupaten
Kulon Progo tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 menunjukan bahwa kualitas
udara di Kabupaten Kulon Progo masih tergolong baik. Namun pencemaran udara
di area perkotaan lebih tinggi. Hal ini harus tetap diperhatikan karena pencemaran
udara berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat yaituberdampak pada
kesehatan pernafasan manusia.
Hasil pemantauan kualitas udara pada kawasan perkotaan di Kabupaten
Kulon Progo pada tahun 2017 menunjukan bahwa parameter kebisingan
mendominasi dengan nilai melebihi baku mutu pada 2 titik lokasi pemantauan di
periode pertama dan 1 titik lokasi di periode kedua. Suara kendaraan bermotor
menjadi penyebab utama tingginya nilai parameter kebisingan di wilayah
perkotaan Kabupaten Kulon Progo. Perlu dilakukan banyak antisipatif oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo agar pencemaran udara di wilayah
perkotaan dapat diturunkan menjadi wilayah yang memiliki kualitas udara normal.
Sehingga kondisi udara tidak mempengaruhi kesehatan masyarakat yang tinggal
ataupun berkunjung di wilayah perkotaan Kabupaten Kulon Progo.
2.3 Alih Fungsi Lahan Hijau menjadi Lahan Terbangun Berdampak pada
Penurunan jasa ekosistem dari fungsi penyediaan daya dukung pangan
dan daya dukung air.
Kemajuan pembangunan sebuah wilayah dalam kegiatan perekonomian
dan usaha serta penyediaan sarana fasilitas publik menyebabkan banyak terjadi
alih fungsi lahan terutama dari lahan pertanian menjadi non pertanian. Alih fungsi
lahan atau konversi lahan hijau menjadi lahan terbangun berdampak pada
penurunan jasa ekosistem dari fungsi penyediaan, yaitu daya dukung pangan dan
10
daya dukung air.Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian banyak terjadi
dikarenakan wilayah Kabupaten Kulon Progo memiliki program pembanungan
mega proyek seperti pembangunan Bandara New Yogyakarta International
Airport (NYIA), pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS),pembangunan
Kawasan Industri Sentolo, serta pembangunan jalan Bedah Menoreh.
Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) merupakan
bandara baru yang dibangun di Kabupaten Kulon Progo sebagai solusi atas
kurangnya daya tampung Bandara Adisutjipto yang merupakan salah satu pintu
masuk wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara menuju
Yogyakarta. Bandara NYIA akan dibangun di atas lahan seluas 587 hektar dengan
daya tampung hingga 15 juta penumpang per tahun pada pembangunan tahap I
dan akan ditingkatkan menjadi 20 juta per tahun pada tahap II. Pada pembangunan
tahun 2017 Bandara NYIA di targetkan memiliki landasan pacu dengan panjang
3.600 meter dan lebar 45 meter yang membuatnya menjadi salah satu bandara
dengan luasan landasan pacu yang cukup luas bahkan melebihi bandara di Bali
dan Surabaya.
Jalan Jalur Lingkar Selatan atau yang biasanya disingkat JJLS merupakan
jalan yang dibangun di daerah selatan Pulau Jawa, dimana termasuk daerah
Kabupaten Kulon Progo. Pembangunan JJLS sepanjang 122,9
kilometerdiharapkan dapat menghubungkan daerah timur dan barat Yogyakarta,
yaitu Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul. JJLS yang melewati
Kabupaten Kulon Progo memberikan kontribusi alih fungsi lahan hijau menjadi
lahan terbangun jalan beton dan aspal yang cukup besar.
Kawasan Industri Sentolo (KIS) merupakan kawasan untuk perindustrian
dan kawasan untuk penjualan hasil industri yang berasal dari Kabupaten Kulon
Progo berupa hasil pertanian, kerajinan, pengolahan, jasa dll. Kawasan industri
Sentolo terletak di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo dengan luas lahan 70,2 Ha.
Area kawasan industri sebelumnya adalah lahan pertanian dan dengan adanya
pembangunan KIS secara otomatis akan mengurangi lahan hijau yang ada pada
Kabupaten Kulon Progo.
Jalan Bedah Menoreh merupakan proyek pembangunan jalan sepanjang 63
kilometer yang akan menghubungkan Bandara New Yogyakarta International
11
Airport (NYIA) Kulon Progo dengan candi Borobudur di Magelang. Nantinya
program bedah menoreh akan mengembangkan objek wisata di kawasan yang
dilalui. Bukan hanya menawarkan keindahan alam namun juga menggali potensi
budaya sebagai daya tarik wisatawan. Hal ini akan menjadikan pembangunan di
wilayah perbukitan Menoreh akan semakin pesat dan berdampak pada alih fungsi
lahan hijau menjadi lahan terbangun yang semakin luas.
Luas konversi lahan hijau menjadi lahan terbangun di Kabupaten Kulon
Progo terus mengelami peningkatan yang signifikan, dimulai dari tahun 2004
dengan adanya pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto yang disusul dengan
pembanguan mega proyek seperti JJLS, KIS, Bandara dan Jalan Bedah Menoreh.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progotahun 2017 terjadi
konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian sebesar 139 Ha. Hal ini
menyebabkan penurunan daya dukung pangan dan daya dukung air di wilayah
kabupaten Kulon Progo. Daya dukung pangan berkurang dikareanakan produksi
pertanian menurun akibat berkurangnya lahan pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan kebutuhan pangan di wilayah Kabupaten Kulon Progo lebih besar
dibandingkan ketersediaan pangan yang ada sehingga daerah harus memenuhi
kebutuhan pangan dari daerah lain. Daya dukung air menurun dikarenakan luas
permukaan area lahan terbuka semakin berkurang yang mengakibatkan daya serap
air hujan menjadi menurun. Kebutuhan air dari aktifitas pembangunan juga
mempengaruhi kuantitas air tanah pada wilayah Kabupaten Kulon Progo.
12
BAB III
ANALISIS PRESSURE, STATE, DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN
HIDUP DAERAH
3.1. Tataguna Lahan
Tataguna lahan merupakan suatu upaya perencanaan penggunaan lahan
yang memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya untuk pembagian
wilayah terhadap fungsi-fungsi tertentu. Perencanaan tataguna lahan pada suatu
wilayah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, kemudian dalam cakupan
kabupaten disebut sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK).
Kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten yang sedang berkembang dengan
pembangunan yang sangat pesat. Berikut merupakan tataguna lahan Kabupaten
Kulon Progo berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo
tahun 2012-2032.
3.1.1 Luas Penggunaan Lahan
Luas area Kabupaten Kulon Progo adalah 58.628,311 Ha meliputi 12
kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan, dan 917 pedukuhan. Karakteristik ekosistem
wilayah Kabupaten Kulon Progo terdiri dari pegunungan (Kecamatan Kokap,
Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang); perbukitan (Kecamatan Nanggulan, Sentolo,
Lendah, Pengasih); dan dataran (Kecamatan Wates, Temon, Panjatan, Galur).
Secara keseluruhan luas dataran di Kabupaten Kulon Progo mencapai 40,11% dari
total luas wilayah kabupaten. Merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 menunjukan tataguna lahan
berdasarkan tutupan lahan dibedakan menjadi empat yaitu tutupan lahan vegetasi,
tutupan lahan area terbangun, tutupan lahan tanah terbuka, dan tutupan lahan
badan air. Sedangkan berdasarkan nama kawasan dibedakan menjadi dua yaitu
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
13
1. Kawasan Lindung
Gambar 3.1 Peta Kawasan Lindung Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
Kawasan lindung yaitu wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan. Kawasan lindung dibagi menjadi lima kawasan
yaitu kawasan lindung terhadap kawasan dibawahnya; kawasan perlindungan
setempat; kawasan suaka margasatwa; kawasan rawan bencana; dan kawasan
lindung geologi.
a.) Kawasan Lindung Terhadap Kawasan Bawahnya
Kawasan lindung terhadap kawasan bawahnya dibagi menjadi dua yaitu
kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air. Berdasarkan RTRW
Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 – 2032, dilihat dari tutupan lahannya,
luas kawasan lindung Kabupaten Kulon Progo terhadap kawasan dibawahnya
sebesar 277,34 hektar, dengan luas hutan lindung 253,06 hektar dan kawasan
resapan air 24,28 hektar.
14
Rencana Pengendalian fungsi kawasan lindung berdasarkan RTRW
Kabupaten Kulon Progo dengan strategi sebagai berikut:
a. melaksanakan pengawasan dan pemantauan kawasan konservasi dan hutan
lindung;
b. mengembangkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan
lindung;
c. memulihkan fungsi kawasan lindung;
d. mengoptimalkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air serta aspek
sosial ekonomi;
e. melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; dan
f. mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami.
Kawasan hutan lindung berada di seluruh kawasan hutan negara dengan
luas 253,06 hektar, meliputi:
a. Desa Hargowilis Kecamatan Kokap; dan
b. Desa Karangsari dan Desa Sendangsari berada di Kecamatan Pengasih.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
berupa kawasan resapan air 24,28 hektar, meliputi:
a. Tempat cekungan air tanah pada daerah tubuh Pegunungan Menoreh;
b. Hutan konservasi di Desa Hargowilis Kecamatan Kokap; dan
c. Waduk Sermo di Kecamatan Kokap dan Bendung Sapon di Kecamatan
Lendah.
b.) Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Perlindungan Setempat adalah kawasan yang memberi
perlindungan kepada tempatnya sendiri. Kawasan perlindungan setempat di
Kabupaten Kulon Progo meliputi kawasan sempadan pantai, sempadan
sungai, kawasan sekitar waduk dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada
kawasan perkotaan. Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi pantai. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan
15
Sekitar Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk. Luas
kawasan perlindungan setempat yaitu 3144,34 hektar dengan kawasan
sempadan pantai 578,34 hektar, kawasan sempadan sungai 376 hektar,
kawasan sekitar danau atau waduk 167 hektar, dan Ruang Terbuka Hijau
seluas 2.023 hektar.
Rencana pengembangan daerah pantai menurut RTRW Kabupaten Kulon
Progo yaitu meningkatkan dan mendayaguna kawasan pantai yang bersinergi
dengan kelestarian ekosistem dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kawasan pertanian, pariwisata, pertambangan, industri
bahari serta perdagangan dan jasa;
b. memulihkan kawasan yang semula kawasan penambangan;
c. memanfaatkan energi ramah lingkungan;
d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung; dan
e. melestarikan ekosistem pantai.
Kawasan sempadan pantai berada di sepanjang Pantai Samudera Hindia
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat, meliputi:
a. Kecamatan Temon;
b. Kecamatan Wates;
c. Kecamatan Panjatan; dan
d. Kecamatan Galur.
Adapun dalam bidang pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
tinggi daerah sempadan pantai ditetapkan sebagai kawasan strategis, meliputi:
a. Kawasan pertambangan pasir besi di wilayah pantai yaitu Kecamatan
Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Galur.
b. Kawasan pembangkit listrik tenaga angin dan gelombang laut di pantai
selatan.
16
Kemudian dalam bidang pengembangan pesisir dan pengelolaan hasil
laut difokuskan pada Pantai Trisik, Pantai Karangwuni, Pantai Glagah, dan
Pantai Congot. Saat ini daerah pantai juga dikembangkan untuk kawasan
hutan mangrove yang berada di dua lokasi yaitu Jangkaran Kecamatan
Temon dan Banaran Kecamatan Galur. Berikut luasan tutupan mangrove
yang ada di Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.1 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2017 No
. Lokasi
Luas Lokasi
(Ha)
Persentase
tutupan (%)
Kerapatan
(pohon/Ha)
1. Jangkaran, Temon 7 71,43 5.000
2. Banaran, Galur 5 40 4.000
Total 12 111,43 5.000
Sumber : Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Kulon
Progo, 2017
Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi, seperti tempat budidaya ikan
dan habitat air payau, mengurangi abrasi air laut, dan melindungi dari
bencana tsunami. Fungsi lain dari hutan mangrove sebagai objek wisata yang
dapat memberikan nilai ekonomis untuk masyarakat setempat maupun
pemerintah. Keindahan hutan mangrove dapat dijadikan tempat rekresi alam
untuk wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Gambar 3.2 Hutan Mangrove Wana Tirta, Pasir Mendit, Jangkaran Kecamatan
Temon Kabupaten Kulon Progo
Kawasan sempadan sungai sebagaimana meliputi Sungai Progo, Sungai
Serang, dan Sungai Bogowonto serta anak-anak sungainya dengan luas
kurang lebih 2047,732 hektar. Kawasan sekitar waduk berada di daratan
17
sepanjang tepian Waduk Sermo di sebagian Kecamatan Kokap dengan luas
341,841 hektar. RTH kawasan perkotaan ditetapkan dengan luas kurang lebih
2.023 hektar atau paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas keseluruhan
kawasan perkotaan berada di seluruh ibukota kecamatan, meliputi : Perkotaan
Wates; Perkotaan Temon; Perkotaan Panjatan; Perkotaan Brosot; Perkotaan
Lendah; Perkotaan Kokap; Perkotaan Sentolo; Perkotaan Girimulyo;
Perkotaan Nanggulan; Perkotaan Samigaluh; dan Perkotaan Kalibawang.
c.) Kawasan Suaka Alam
Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang memiliki ciri khas tertentu,
baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan keutuhan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya
yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Suaka
Alam terbagi menjadi dua, yaitu kawasan Suaka Margasatwa dan kawasan
Cagar Alam. Kawasan Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang
mempunyai kekhasan/keunikan keanekaragaman satwa liar, dalam
kelangsungan suaka margasatwa memerlukan upaya perlindungan dan
pembinaan terhadap populasi dan habitatnya. Selain kawasan Suaka
Margasatwa Kabupaten Kulon Progo juga memiliki Kawasan Cagar Budaya.
Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan
hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami
yang khas. Luas suaka alam sebesar 388 hektar yang di dalamnya terdapat
kawasan Suaka Alam dan kawasan Suaka Margasatwa serta Suaka Marga
Laut.
Kawasan suaka alam di Kabupaten Kulon Progo dalam pelestarian
alamnya meliputi:
a. taman wisata alam tracking dan hashing berada di Kali Biru Desa
Hargowilis Kecamatan Kokap, Gunung Kelir, dan Tamanan Desa
Jatimulyo Kecamatan Girimulyo;
b. taman wisata alam tracking, hashing, layang gantung, panorama, dan
agrowisata teh berada di Suroloyo Pegunungan Menoreh Kecamatan
Samigaluh; dan
18
c. pemandian alam, di Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih; dan Desa
Gerbosari Kecamatan Samigaluh.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Kulon
Progo, meliputi:
a. Makam Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan Kalibawang;
b. Kawasan Sendangsono berada di Kecamatan Kalibawang;
c. Gereja Santa Maria Lourdes Promasan berada di Desa Banjaroyo
Kecamatan Kalibawang;
d. Puncak Perbukitan Suroloyo berada di Kecamatan Samigaluh;
e. Gua alam Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo;
f. Makam keluarga Paku Alam Girigondo berada di Kecamatan Temon;
g. Jembatan Duwet berada di Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang;
h. Perumahan pabrik gula Sewu Galur berada di Desa Karangsewu
Kecamatan Galur;
i. Rumah TB. Simatupang berada di Desa Banjarsari Kecamatan
Samigaluh;
j. Rumah H. Djamal berada di Desa Sentolo Kecamatan Sentolo.
d.) Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang memiliki kondisi atau
karakteristik geologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial budaya,
politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bahaya tertentu. Kawasan rawan bencana terdiri dari Kawasan Rawan Tanah
Longsor, Kawasan Rawan Gelombang Pasang, dan Kawasan Rawan Banjir
dengan total luas 139.445 hektar. Luas kawasan Rawan Letusan Gunung
Berapi adalah 58.630 hektar, luas kawasan rawan gempa bumi adalah 58.630
hektar, luas rawan gerakan tanah di Kabupaten Kulon Progo adalah 8.039
hektar dan Kawasan Rawan Tsunami sebesar 14.146,05 hektar. Kawasan
rawan bencana yang ada pada RTRW Kabupaten Kulon Progo adalah
kawasan rawan bencana yang terdiri atas:
19
a. kawasan rawan banjir;
b. kawasan rawan bahaya kekeringan; dan
c. kawasan rawan bencana angin topan.
Kawasan rawan banjir ada di wilayah bagian Selatan – Timur, meliputi
Kecamatan Temon; Kecamatan Wates; Kecamatan Panjatan; Kecamatan
Galur; dan Kecamatan Lendah. Kawasan rawan bahaya kekeringan dan
kawasan rawan angin topan berada di seluruh kecamatan.
e.) Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi di Kabupaten Kulon Progo, meliputi:
a. kawasan sekitar mata air;
b. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
c. cekungan air tanah.
Kawasan sekitar mata air meliputi sumber mata air Clereng dan Tuk
Mudal Anjir berada di Kecamatan Pengasih; Tuk Mudal dan Tuk Gua
Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo; Tuk Grembul berada di
Kecamatan Kalibawang; dan Tuk Gua Upas dan mata air Sekepyar berada di
Kecamatan Samigaluh; dan Kayangan berada di Kecamatan Girimulyo.
Kawasan rawan bencana alam geologi terdiri atas kawasan rawan letusan
gunung berapi; kawasan rawan gempa bumi; kawasan rawan gerakan tanah;
dan kawasan rawan tsunami. Kawasan rawan letusan gunung berapi berada di
seluruh kecamatan. Kawasan rawan gempa bumi berada di seluruh
kecamatan. Kawasan rawan gerakan tanah berada di deretan Perbukitan
Menoreh, meliputi Kecamatan Kokap; Kecamatan Sentolo; Kecamatan
Pengasih; Kecamatan Nanggulan; Kecamatan Girimulyo; Kecamatan
Kalibawang; dan Kecamatan Samigaluh. Kawasan rawan tsunami, meliputi
Kecamatan Temon; Kecamatan Wates; Kecamatan Panjatan; dan Kecamatan
Galur. Cekungan air tanah berupa cekungan air tanah Wates di Kecamatan
Wates.
20
2. Kawasan Budidaya
Gambar 3.3 Peta Kawasan Budidaya Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya di
Kabupaten Kulon Progo, terdiri atas:
a.) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032, Arahan
peruntukan Hutan Produksi adalah hutan produksi terbatas yang berada di
Desa Hargomulyo dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap dengan luas 601,6
hektar dan ditetapkan sebagai kawasan penyangga.
b.) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Arahan peruntukan Hutan Rakyat pada Kabupaten Kulon Progo
berdasarkan rencana pola ruang tahun 2012-2032 meliputi:
21
Tabel 3.2 Luas Hutan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo
No Nama Kecamatan Luas (Ha)
1. Wates 184
2. Galur 291
3. Nanggulan 435
4. Lendah 572
5. Panjatan 651
6. Temon 794,25
7. Sentolo 937
8. Pengasih 1.389
9. Kalibawang 1.855,37
10. Girimulyo 3.095,5
11. Samigaluh 3.675
12. Kokap 4.247
Sumber: Lembar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Kulon Progo Tahun (2012-2032), 2017
c.) Kawasan Peruntukan Pertanian
Arahan penetapan kawasan pertanian berdasarkan rencana pola ruang
Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 terdiri dari beberapa macam
kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, dan kawasan
agropolitan. Penetapan kawasan pertanian tanaman pangan terdiri atas
kawasan peruntukan pertanian lahan basah dengan luas kurang lebih 10.622
hektar meliputi semua kecamatan di Kabupaten Kulon Progo kecuali
Kecamatan Kokap serta kawasan peruntukan pertanian lahan kering dengan
luas kurang lebih 29.328 hektar tersebar di seluruh kecamatan. Penetapan
kawasan peruntukan pertanian holtikultura tersebar di seluruh kecamatan.
Kawasan peruntukan perkebunan terdiri atas komoditas kakao, kopi,
kelapa, cengkeh, tembakau, nilam, lada, teh, gebang, dan jambu mete.
Komoditas kakau diarahkan pada Kecamatan Temon, Wates, Panjatan,
Pengasih, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan
Samigaluh; Komoditas kopi diarahkan pada Kecamatan Pengasih, Kokap,
Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas kelapa diarahkan pada
seluruh kecamatan; Komoditas cengkeh diarahkan pada Kecamatan Pengasih,
Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas
tembakau diarahkan pada Kecamatan Sentolo dan Pengasih; Komoditas nilam
diarahkan pada Kecamatan Giimulyo dan Samigaluh; Komoditas lada
22
diarahkan pada Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh;
Komoditas teh diarahkan pada Kecamatan Girimulyo dan Kecamatan
Samigaluh; Komoditas gebang diarahkan pada Kecamatan Sentolo, Pengasih
dan Nanggulan; Komoditas jambu mete diarahkan pada Kecamatan Temon,
Wates, Panjatan, Galur, Sentolo dan Nanggulan.
Penetapan kawasan peruntukan peternakan terdiri atas Peternakan besar
dengan komoditas sapi, kuda dan kerbau, Peternakan kecil dengan komoditas
kambing, domba, babi dan kelinci, Peternakan unggas dengan komoditas
ayam, itik, dan puyuh. Semua jenis peternakan tersebar di seluruh kecamatan.
Pengembangan kawasan agropolitan, terdiri atas pengembangan kawasan
agropolitan Kalibawang dengan desa pusat pengembangan berada di Desa
Banjararum Kecamatan Kalibawang serta pengembangan kawasan
agropolitan Temon dengan desa pusat pengembangan berada di Desa
Jangkaran Kecamatan Temon.
d.) Kawasan Peruntukan Perikanan
Arahan penetapan kawasan perikanan berdasarkan rencana pola ruang
Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 adalah kawasan peruntukan
perikanan tangkap, kawasan peruntukan perikanan budidaya, kawasan
peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Kawasan peruntukan
perikanan tangkap berada di wilayah pantai sepanjang 24,9 kilometer sampai
dengan 4 mil laut ke Samudera Hindia, meliputi Kecamatan Wates, Panjatan
dan Galur. Kawasan peruntukan perikanan budidaya meliputi budidaya
perikanan darat tersebar di seluruh kecamatan dan budidaya perikanan air
payau, meliputi Kecamatan Temon, Wates, dan Galur. Kawasan peruntukan
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan meliputi industri pengolahan
tepung ikan di Desa Glagah Kecamatan Temon, Tempat Pelelangan Ikan
(TPI), dan pasar induk perikanan di sekitar Kompleks Perdagangan Gawok
Kecamatan Wates. Terdapat 4 TPI di kabupaten Kulon Progo, masing-masing
TPI tersebut adalah TPI di pelabuhan pendaratan ikan Tanjung Adikarta Desa
Karangwuni Kecamatan Wates, TPI Congot di Desa Jangkaran Kecamatan
Temon, TPI Bugel di Kecamatan Panjatan dan TPI Trisik di Desa Banaran
Kecamatan Galur.
23
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan perikanan di Kabupaten Kulon
Progo meliputi Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Adikarta di Desa
Karangwuni Kecamatan Wates dan sebagian Desa Glagah Kecamatan Temon
dengan luas kurang lebih 83 (delapan puluh tiga) hektar serta PPI Bugel, PPI
Sindutan, dan PPI Congot berada di Kecamatan Temon. Kawasan
Minapolitan dengan luas kurang lebih 7.160 (tujuh ribu seratus enam puluh)
hektar, meliputi pusat perikanan budidaya dan tangkap di Kecamatan Wates
dan pusat perikanan budidaya di Kecamatan Nanggulan.
e.) Kawasan Peruntukan Pertambangan
Terdapat tiga jenis kawasan peruntukan pertambangan berdasarkan Pola
Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032. Ketiga jenis
kawasan peruntukan pertambangan tersebut adalah kawasan peruntukan
pertambangan mineral, kawasan peruntukan pertambangan batubara, dan
kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas bumi.
Kawasan peruntukan pertambangan mineral terdiri atas mineral logam serta
mineral bukan logam dan batuan.
Mineral logam meliputi mineral logam emas, barit, dan galena di
Kecamatan Kokap yang berada di Desa Kalirejo, Hargotirto, Hargowilis,
Hargorejo dan Hargomulyo, mineral logam mangan yang berada di Desa
Kalirejo, Desa Hargowilis, dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap; Desa
Jatimulyo, Desa Giripurwo, Desa Pendoworejo, dan Desa Purwosari berada
di Kecamatan Girimulyo; Desa Karangsari, Desa Sendangsari, Desa
Sidomulyo, dan Desa Pengasih berada di Kecamatan Pengasih; Desa
Banyuroto dan Desa Donomulyo berada di Kecamatan Nanggulan; Desa
Purwoharjo, Desa Sidoharjo, Desa Gerbosari, Desa Pagerharjo, Desa
Ngargosari, Desa Pagerharjo, Desa Banjarsari, dan Desa Kebonharjo berada
di Kecamatan Samigaluh; dan Desa Banjararum, Desa Banjarasri, dan Desa
Banjaroyo berada di Kecamatan Kalibawang serta mineral logam pasir besi
yang berada di Desa Jangkaran, Desa Sindutan, Desa Palihan, dan Desa
Glagah Kecamatan Temon; Desa Karangwuni Kecamatan Wates; Desa
Garongan, Desa Pleret, dan Desa Bugel berada di Kecamatan Panjatan; dan
24
Desa Karangsewu, Desa Banaran, Desa Nomporejo, dan Desa Kranggan
berada di Kecamatan Galur.
Mineral bukan logam dan batuan terdiri atas pasir kuarsa, phospat,
gipsum, kaolin/tanah liat, batu gamping, trass, marmer, batu setengah mulia
dan fosil kayu, andesit, bentonit, pasir dan batu, serta tanah urug.
Kawasan peruntukan pertambangan batubara meliputi Desa Kembang
dan Desa Banyuroto berada di Kecamatan Nanggulan dan Desa Pendoworejo
Kecamatan Girimulyo. Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi,
minyak dan gas bumi meliputi seluruh kecamatan.
f.) Kawasan Peruntukan Industri
Arahan penetapan kawasan peruntukan industri dalam Rencana Pola
Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 terdiri atas industri
besar dan industri kecil. Industri besar meliputi Kawasan Industri Sentolo
dengan luas kurang lebih 4.796 (empat ribu tujuh ratus sembilan puluh enam)
hektar yang berada di Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Lendah, Kawasan
Industri Temon di Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 500 (lima
ratus) hektar, dan Kawasan peruntukan industri berada di Kecamatan
Nanggulan. Industri kecil dan mikro tersebar di seluruh kecamatan, meliputi
industri pengolahan pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan
bahan bangunan, industri logam dan jasa, dan industri kerajinan.
g.) Kawasan Peruntukan Pariwisata
Berdasarkan Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun
2012-2032, arahan kawasan peruntukan pariwisata Kabupaten Kulon Progo
meliputi kawasan peruntukan pariwisata alam, kawasan peruntukan
pariwisata budaya, dan kawasan peruntukan pariwisata buatan. Kawasan
peruntukan pariwisata alam meliputi Pantai Glagah berada di Kecamatan
Temon, Pantai Trisik berada di Kecamatan Galur, Pantai Congot berada di
Kecamatan Temon, Pantai Bugel berada di Kecamatan Panjatan, Puncak
Suroloyo berada di Kecamatan Samigaluh, Goa Kiskendo berada di
Kecamatan Girimulyo, Gunung Kuncir berada di Kecamatan Samigaluh,
Gunung Kelir berada di Kecamatan Girimulyo, Goa Sumitro berada di
25
Kecamatan Girimulyo, Goa Sriti berada di Kecamatan Samigaluh, Goa
Lanang Wedok berada di Kecamatan Pengasih, Goa Kebon berada di
Kecamatan Panjatan, Gunung Lanang berada di Kecamatan Temon, Goa
Banyu Sumurup di Kecamatan Samigaluh, dan Arung Jeram di Sungai Progo.
Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi Makam Nyi Ageng Serang
berada di Kecamatan Kalibawang, Goa Maria Sendangsono berada di
Kecamatan Kalibawang, Monumen Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan
Wates, Makam Keluarga Pakualaman Girigondo berada di Kecamatan
Temon, Petilasan Linggo Manik berada di Kecamatan Samigaluh, Petilasan
Ki Jaragil berada di Kecamatan Samigaluh, Makam Pangeran Aris Langu
berada di Kecamatan Kalibawang, Makam Kyai Krapyak berada di
Kecamatan Kalibawang, Petilasan Demang Abang berada di Kecamatan
Kalibawang, dan Makam Kyai Paku Jati berada di Kecamatan Pengasih.
Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi Waduk Sermo berada di
Kecamatan Kokap, Pemandian Clereng berada di Kecamatan Pengasih,
Taman Wisata Ancol berada di Kecamatan Kalibawang, Jembatan Bantar
berada di Kecamatan Sentolo, Jembatan Duwet berada di Kecamatan
Kalibawang, wisata agro meliputi Kecamatan Temon, Galur, Panjatan,
Kokap, Kalibawang dan Samigaluh, wisata desa kerajinan, meliputi
Kecamatan Galur, Lendah, Nanggulan, Kalibawang dan Sentolo.
h.) Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan Permukiman dibagi dua yakni Kawasan peruntukan
permukiman perkotaan dan Kawasan peruntukan permukiman perdesaan.
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi Perkotaan Temon,
Panjatan, Brosot, Lendah, Sentolo, Kokap, Nanggulan, Girimulyo,
Kalibawang, Dekso dan Samigaluh. Kawasan peruntukan permukiman
perdesaan meliputi Desa Glagah Kecamatan Temon, Desa Panjatan
Kecamatan Panjatan, Desa Brosot dan Desa Tirtorahayu berada di Kecamatan
Galur, Desa Sentolo Kecamatan Sentolo, Desa Hargomulyo Kecamatan
Kokap, Desa Jatisarono Kecamatan Nanggulan, Desa Jatimulyo Kecamatan
Girimulyo, Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang dan Desa Pagerharjo
Kecamatan Samigaluh.
26
Pemanfaatan kawasan peruntukan permukiman berada di seluruh
kecamatan, terdiri atas pengembangan permukiman swadaya, kawasan
permukiman siap bangun, permukiman baru. Pengembangan permukiman
khusus, terdiri atas permukiman nelayan berada di Kecamatan Wates,
permukiman transmigrasi lokal berada di Kecamatan Panjatan dan Galur.
i.) Kawasan Peruntukan Lainnya
Arahan penetapan kawasan peruntukan lainnya dalam Rencana Pola
Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah kawasan
peruntukan perdagangan dan jasa serta kawasan pertahanan dan keamanan.
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi Kecamatan Temon,
Wates dan Sentolo. Kawasan pertahanan dan keamanan meliputi Satuan
Radar Militer berada di Desa Jangkaran Kecamatan Temon, Detasemen 2
Satuan Brigade Mobil Daerah Istimewa Yogyakarta berada di Kecamatan
Sentolo, Markas polisi perairan (pos polisi laut) berada di Desa Glagah
Kecamatan Temon, Pos TNI Angkatan Laut berada di Desa Karangwuni
Kecamatan Wates, Markas Komando Distrik Militer berada di Desa Triharjo
Kecamatan Wates, Markas Komando Rayon Militer tersebar di seluruh
kecamatan, Markas Kepolisian Resor berada di Desa Kedungsari Kecamatan
Pengasih, Markas Kepolisian Sektor tersebar di seluruh kecamatan, dan
Lapangan tembak Sentolo berada di Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo.
3.1.2 Usaha Pemanfaatan Lahan
Menurut penggunaan lahan utama, lahan terdiri dari non pertanian, sawah,
lahan kering, perkebunan, hutan, dan badan air. Adapun di Kabupaten Kulon
Progo penggunaan lahan utama dapat dilihat pada tabel berikut:
27
Tabel 3.3 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tahun 2016
No. Kecamatan
Luas Lahan (Ha)
Non
Pertanian Sawah
Lahan
Kering Perkebunan Hutan
Badan
Air Total
1. Temon 1.084 932 1.189 0 50 0 3.255
2. Wates 659 710 965 0 5 0 2.339
3. Panjatan 470 1.055 2.077 0 651 0 4.253
4. Galur 1.134 1.169 894 0 50 0 3.247
5. Lendah 602 658 126 0 50 0 1.436
6. Sentolo 1.663 1.166 694 0 740 0 4.263
7. Pengasih 1.405 647 627 0 770 0 3.449
8. Kokap 3.688 93 597 0 1.754 0 6.132
9. Girimulyo 638 536 2.211 545 1.210 0 5.140
10. Nanggulan 213 1.600 1.317 0 25 0 3.155
11. Samigaluh 1.339 741 2.517 45 492 0 5.134
12. Kalibawang 594 947 2.358 0 350 0 4.249
Total 12.582 13.489 10.254 15.572 590 6.147 0
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2017
Luas penggunaan lahan utama di Kabupaten Kulon Progo terbesar yaitu
untuk non pertanian. Luasan terbesar di Kecamatan Kokap dan luasan terkecil di
Kecamatan Nanggulan. Sebaliknya pada penggunaan lahan sawah Kecamatan
Kokap memiliki luasan terkecil, sedangkan luasan terbesar di Kecamatan
Nanggulan. Selanjutnya pada lahan kering dengan luasan terbesar berasa di
Kecamatan Samigaluh, Kalibawang dan Girimulyo. Penggunaan lahan
perkebunan terbesar yaitu di Kecamatan Girimulyo yaitu berupa perkebunan teh.
Penggunaan lahan hutan ada di semua kecamatan, namun luasan terbesar di
Kecamatan Kokap dan Girimulyo. Secara terperinci fungsi dan status hutan di
Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Tahun 2017 No. Fungsi Hutan Luas (Ha)
A. Berdasarkan Fungsi Hutan
1. Hutan Produksi 1.084
2. Hutan Lindung 659
3. Taman Nasional 470
4. Taman Wisata Alam 1.134
5. Taman Buru 602
6. Cagar Alam 1.663
7. Suaka Margasatwa 1.405
8. Taman Hutan Raya 3.688
B. Berdasarkan Status Hutan
1. Hutan Negara (Kawasan Hutan) 1.046,49
2. Hutan Hak/Hutan Rakyat 20.795,6
3. Hutan Kota 9,3oo
5. Taman Hutan Raya 0
6. Taman Keanekaragaman Hayati 0
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2017
28
Berdasarkan fungsinya, hutan di Kabupaten Kulon Progo terdiri dari hutan
produksi, hutan lindung, dan suaka margasatwa dengan luasan terbesar berupa
hutan produksi seluas 601,5 hektar. Hutan berdasarkan statusnya dibagi menjadi
dua, yaitu hutan hak/hutan rakyat dan hutan kota. Luas hutan rakyat adalah 22.308
hektar dan hutan kota seluas 9,3 hektar.
Perubahan penggunaan lahan mencerminkan laju pembangunan suatu
daerah. Di Kabupaten Kulon Progo, perubahan penggunaan lahan terbesar yaitu
lahan pertanian menjadi lahan permukiman. Luas perubahan penggunaan lahan
secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun
2017
No. Jenis
Penggunaan
Luas (Ha)
Sumber Perubahan Lama
(2016)
Baru
(2017)
1. Pemukiman 9.156 9.156 −
2. Industri 3.763,11 3.763,11 −
3. Perkebunan 17.353,09 17.353,09 −
4. Pertambangan 7.108,05 7.108,05 −
5. Sawah 10.622 10.622 −
6. Pertanian Lahan
Kering
29.328 29.328
−
7. Perikanan 832,95 832,95 -
8. Perdagangan 364,13 364,13 −
Sumber : Data dari berbagai sumber, 2017
Keterangan : Luas pertambangan berdasarkan UKL-UPL
: nol (0) berarti tidak terdapat data
Selain permukiman (9.156 hektar), pengembangan bandara juga
mempengaruhi adanya perubahan lahan. Pada tabel diatas disebutkan bahwa ada
perubahan lahan dari perikanan menjadi bandara kurang lebih 45,34 hektar. Luas
lahan perkebunan tidak mengalami perubahan. Lahan sawah dan pertanian lahan
kering juga tidak mengalami perubahan secara signifikan. Berdasarkan dokumen
UKL-UPL terjadi penurunan luas lahan pertambangan sebesar 36,2295 hektar, hal
ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan pertambangan yang tidak
mendasarkan pada aspek lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian
khusus pada bidang pertambangan.
29
Jenis pemanfaatan lahan di Kabupaten Kulon Progo meliputi empat
bidang, yaitu tambang, perkebunan, pertanian, dan pemanfaatan hutan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Jenis Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017
No. Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Keterangan
1. Tambang 95 -
2. Perkebunan 590 -
3. Pertanian 10.254 -
4. Pemanfaatan Hutan 6.147 -
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2017
Kegiatan pertambangan dilakukan oleh sembilan perusahaan yang
memiliki izin, dengan skala menengah. Luas areal penambangan yaitu 134,1205
hektar. Adapun nama-nama perusahaan yang mengelola hasil tambang sebagai
berikut:
Tabel 3.7 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian
Tahun 2017
No. Jenis Bahan
Galian
Nama
Perusahaan
Luas Ijin
Usaha
Penambangan
(Ha)
Luas
Areal
(Ha)
Produksi
(Ton/
Tahun)
1.
Penambangan dan
Pengolahan Batu
Andesit
CV. Muncul
Karya 6,5 6,5 75,000
2. Penambangan
Tanah Urug
Pt. Tirta Mulya
Sarana 5,4 5,4 40,560
3.
Penambangan dan
Pengolahan Batu
Andesit
CV. Handika
Karya 30 30 34,000
4. Penambangan
Tanah Urug
Bambang
Ratmoko
Yuliyanta, ST
5,8 5,8 40,560
5.
Penambangan dan
Pengolahan Batu
Andesit
PT. Harmak
Indonesia 28,5 28,5 180,000
6. Penambangan Batu
Andesit
PT. Batu Prima
Mandiri 49,81 49,81 400,000
7. Penambangan
Tanah Urug
PT. Maju
Manunggal Abadi 3,53 3,53 207,000
30
No. Jenis Bahan
Galian
Nama
Perusahaan
Luas Ijin
Usaha
Penambangan
(Ha)
Luas
Areal
(Ha)
Produksi
(Ton/
Tahun)
8. Penambangan
Tanah Urug Purwanto 5 5 135,000
9. Penambangan
Tanah Urug
CV. Selo Mandiri
Sejahtera 2,73 2,73 110,000
10.
Penambangan dan
Pengolahan Batu
Andesit
PT. Sari Bhumi
Khatulistiwa 29,45 29,45 140,000
11. Penambangan Batu
Andesit
CV. Widya
Segara Karya 30 30 100,800
12.
Penambangan dan
Pengolahan Batu
Andesit
CV. Central Stone
Perkasa 30 30 87,091
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2017
Pertambangan terbesar di Kabupaten Kulon Progo yaitu pertambangan
andesit yang dikelola oleh 12 perusahaan dengan memproduksi 1550,01 ton
pertahun. Kemudian disusul dengan pertambangan pasir dan batu, serta sirtu.
3.1.3 Lahan Kritis
Lahan kritis merupakan lahan yang sangat tandus dan gundul dengan
tingkat kesuburan yang sangat rendah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai
lahan pertanian. Lahan ini masih dapat dikelola walaupun produktifitasnya
rendah. Luas lahan kritis di dalam maupun di luar kawasan hutan di Kabupaten
Kulon Progo sebesar 4.908,69 hektar. Luas lahan kritis tahun 2017 sama dengan
tahun 2016. Kecamatan yang memiliki lahan kritis terbesar yaitu Kecamatan
Temon sebesar 15 persen, disusul Kecamatan Galur sebesar 14 persen dan
Kecamatan Panjatan sebesar 13 persen. Lahan kritis di wilayah Kecamatan
Temon, Kecamatan Galur dan Kecamatan Panjatan sebagian besar berlokasi di
lahan pantai di mana kekritisan lahannya terutama dilihat dari parameter kondisi
tutupan vegetasi yang ada.
31
Gambar 3.4 Persentase Luas Lahan Kritis di dalam dan Luar Kawasan Hutan Per
Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo
Lahan kritis terjadi karena beberapa faktor. Adapun faktor yang
menyebabkan terjadinya lahan kritis antara lain:
1. Kekeringan,
2. Genangan air yang terus menerus seperti di daerah pantai yang selalu tertutup
rawa-rawa menyebabkan tanahnya bersifat asam,
3. Erosi tanah atau longsor ,
4. Pengelolaan tanah yang tidak memperhatikan aspek-aspek kelestarian
lingkungan,
5. Masuknya material yang bertahan lama ke lahan pertanian karena tidak dapat
diuraikan oleh bakteri, seperti plastic,
6. Pencemaran zat pencemar, seperti pestisida dan limbah pabrik.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah berupaya dalam pengelolaan
lahan kritis yang ditandai dengan menurunnya luas lahan kritis. Upaya tersebut
adalah melalui kegiatan penanaman (vegetatif) dan pembuatan bangunan sipil
teknis untuk konservasi lahan dan air. Namun demikian upaya-upaya konservasi
dan rehabilitasi lahan perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Jika lahan kritis tetap
dibiarkan atau tidak ada perlakuan perbaikan maka akan mengancam kehidupan
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Undang-Undang
32
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Rehabilitasi hutan
dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan
fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya
dalam mendukung sistem kehidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan diselenggarakan melalui kegiatan Reboisasi, Penghijauan,
Pemeliharaan Pengayaan Tanaman atau Penerapan Teknik Konservasi tanah
secara vegetatif dan sipil teknis. Kegiatan penghijauan yang telah dilakukan oleh
Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Realisasi Kegiatan Penghijauan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017
No. Kecamatan
Penghijauan Realisasi Reboisasi
Target
(Ha)
Luas
Realisasi
(Ha)
Jumlah
Pohon
(batang)
Target
(Ha)
Luas
Realisasi
(Ha)
Realisasi
Jumlah
Pohon
(Batang)
1. Temon - - 1.500 0 0 0
2. Wates - - 150 0 0 0
3. Panjatan - - − 0 0 0
4. Galur - - 220 0 0 0
5. Lendah - - − 0 0 0
6. Sentolo - - − 0 0 0
7. Pengasih - - 299 0 0 0
8. Kokap - - 1.000 0 0 0
9. Girimulyo - - − 0 0 0
10. Nanggulan - - − 0 0 0
11. Samigaluh - - − 0 0 0
12. Kalibawang - - − 0 0 0
Total 453 453 3.169 0 0 0
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2017
Pada tahun 2017 dilakukan penghijauan dengan menanam pohon yang
berlokasi di lima kecamatan. Beberapa manfaat kegiatan penghijauan di daerah
dataran tinggi antara lain memulihkan produktivitas tanah pada lahan kritis,
memperluas lahan serapan air hujan, dan meminimalisir terjadinya longsor.
3.1.4 Rencana Pengelolaan Pesisir dan Laut
Upaya pembangunan Kabupaten Kulon Progo dan tuntutan pertumbuhan
pembangunan sesuai perencanaan RTRW Kabupaten Kulon Progo 2012-2032,
maka ditetapkan beberapa rencana pencapaian visi misi pembangunan kabupaten
terutama pembangunan wilayah pesisir dan laut. Program perencanaan
pengelolaan pesisir dan laut di wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah
33
pembangunan pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto dan pembangunan jalan
jalur lintas selatan (JJLS).
Pembangunan pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto Pelabuhan
merupakan salah satu prasarana kunci untuk pengelolaan dan pemanfaatan potensi
suatu kawasan. Provinsi DIY mempunyai pantai Samudra Indonesia sepanjang
kurang lebih 110 Km yang memiliki sumberdaya perikanan sangat besar.
Penangkapan ikan masih menggunakan kapal-kapal kecil dengan motor tempel.
Untuk dapat meningkatkan hasil tangkapan diperlukan kapal-kapal besar yang
memerlukan adanya pelabuhan besar yaitu Pelabuhan Tanjung Adhikerto. Saat
ini, kondisi pelabuhan sudah ada bangunan pelengkap pelabuhan seperti dermaga,
pemecah gelombang, kantor Syahbandar, kolam pelabuhan, dan tambatan kapal,
serta bangunan.
Sedangkan Jalan Jalur Lintas Selatan berada pada garis pantai selatan
Kabupaten Kulon Progo. JJLS dimanfaatkan untuk pendukung distribusi
kendaraan dari pelabuhan dan Bandara Baru menuju kota-kota besar lintas
provinsi. Pembangunan JJLS memiliki panjang ruas jalan sepanjang 122,9
kilometer. Pengelolaan pesisir dan laut pada Kabupaten Kulon Progo dengan
dibangunnya pelabuhan dan jalan lintas selatan diharapkan dapat menjadikan
gerbang perekonomian baru wilayah Provinsi DIY sehingga masyarakat
Kabupaten Kulon Progo akan ikut serta dalam pertumbuhan ekonomi dengan
terbukanya berbagai jenis usaha di sektor perekonomian.
3.2. Kualitas Air
Air merupakan sumber daya alam yang selalu digunakan oleh manusia
dalam beraktivitas sehari-hari. Air dapat diperoleh dari berbagi tempat seperti air
sungai, air danau, air waduk, air sumur dan air dari mata air pegunungan.
Kebutuhan manusia terhadap air tidak dapat tergantikan oleh sumber daya alam
lainnya, hal ini dikarenakan peran air berdasarkan kegunaannya sangat dibutuhkan
manusia untuk minum, mandi, mencuci, mengairi sawah pertanian serta
peternakan ikan. Kualitas air harus tetap dijaga agar dapat digunakan dengan
aman dan tidak memberikan dampak negatif/penyakit terhadap makhluk hidup.
Kualitas air diuji melalui pengambilan sampel dan menganalisis kandungan air
terhadap parameter pencemaran air. Harus segera dilakukan tindakan apabila hasil
34
pengujian kualitas air menunjukan bahwa air telah tercemar atau tidak sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan. Edukasi pentingnya menjaga kualitas air juga
harus selalu ditanamkan kepada seluruh generasi penerus bangsa agar kelestarian
air di daerah Kabupaten Kulon Progo serta seluruh wilayah dapat terjaga dengan
baik.
3.2.1. Kualitas Air Sungai
Wilayah Kabupaten Kulon Progo menjadi bagian dari beberapa wilayah
Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS yang melewati wilayah Kabupaten Kulon
Progo adalah DAS Bogowonto, DAS Serang dan DAS Progo. DAS Progo
merupakan DAS yang paling luas, yaitu meliputi 31.163,774 hektar atau 53,16
persen dari luas Kabupaten Kulon Progo yang sekaligus mengindikasikan sebagai
DAS yang paling banyak mensuplai air, baik itu ke dalam bentuk air permukaan
maupun air tanah. Luas DAS Serang lebih kecil, namun tetap saja kontribusinya
terhadap sumber air di wilayah Kabupaten Kulon Progo sangat penting, karena
luasannya mencakup 24.152,86 hektar atau 41,20 persen dari total luas Kabupaten
Kulon Progo. DAS Bogowonto hanya mencakup 3.310,878 hektar atau 5,65
persen saja, selain itu keluaran dari air yang masuk ke DAS Bogowonto ini berada
diluar wilayah Kabupaten Kulon Progo.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo melakukan pengujian
terhadap kualitas air Sungai Serang di tahun 2017. Sungai Serang memiliki
panjang sungai yaitu 23,16 km. Lebar permukaan sungai Serang adalah 60 meter
dan memiliki kedalaman 8 meter. Sungai serang memiliki daya debit maksimal
sebesar 1500 m3/dtk. Pemantauan kualitas air Sungai Serang dilakukan sebanyak
dua kali periode dalam satu tahun, yaitu pada bulan November dan Desember
tahun 2017. Penetapan kualitas air sungai Serang dilakukan pada tiga lokasi
pengambilan yang tergolong dalam air sungai kelas II dan III. Parameter kualitas
air yang dianalisa meliputi parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter fisika
meliputi temperatur, TDS, dan TSS. Parameter kimia meliput pH, Oksigen terlarut
(DO), BOD, COD, Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), Sulfida (H2S), Deterjen, dan
Fenol. Parameter biologi hanya dilakukan pengukuran terhadap parameter Total
Coli.
35
Gambar 3.5. Dokumentasi Pemantauan Kualitas Air Sungai
1. Hasil Pemantauan Periode I dan II terhadap Parameter Fisika
Tabel 3.9. Hasil Pemantauan Periode I Parameter Temperatur Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling
Tempe
ratur
(0C)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis
Kokap 2 November 2017 27,3
20-30 0C 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 27,3
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 27,4
Tabel 3.10. Hasil Pemantauan Periode II Parameter Temperatur Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling
Tempe
ratur
(0C)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis
Kokap 6 Desember 2017 27,1
20-30 0C 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 27,1
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 27,1
Pemantauan parameter temperatur air sungai yang dilakukan di 3 lokasi
selama 2 periode menunjukkan besar temperatur 27,1 sampai 27,4 0C.
Temperatur air sungai di Kabupaten Kulon Progo sangat bervariasi menurut
tempat dan waktu, yaitu temperatur pada tempat perbukitan Menoreh lebih rendah
dibandingkan sungai yang berada didekat pantai serta temperatur air sungai juga
berbeda saat pagi, siang dan malam. Intensitas matahari mempengaruhi besarnya
temperatur selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pegunungan atau
dataran rendah.Hasil pemantauan air sungai di Kabupaten Kulon Progo masuk
36
kategori temperatur normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan
temperatur yang signifikan.
Nilai temperatur air sungai memiliki pengaruh terhadap lingkungan
sungai antara lain jumlah oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan
binatang yang terdapat di dalam sungai. Kondisi temperatur normal pada sungai di
Kabupaten Kulon Progo juga membuat kehidupan dan proses-proses kimia akan
berlangsung normal.Apabila temperatur yang terdapat di sungai tinggi dan
melebihi baku mutu maka kecepatan reaksi akan menjadi lebih cepat demikian
pula sebaliknya. Tingginya nilai temperatur air sungai juga akan membahanyakan
makhluk hidup yang ada di dalam air sungai.
Tabel 3.11. Hasil Pemantauan Periode I Parameter TDS Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling TDS
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 150
1000 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 236
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 363
Tabel 3.12. Hasil Pemantauan Periode II Parameter TDS Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling TDS
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 122
1000 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 209
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 284
Parameter TDS (Total Dissolve Solid) merupakan zat terlarut organik dan
anorganik. Hasil pemantauan di tiga lokasi pantai pada air sungai di Kabupaten
Kulon Progo tahun 2017 memiliki nilai dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hal
ini memberikan kesimpulan bahwa kualitas air sungai tidak tercemar oleh
parameter TDS dan dalam kondisi yang normal.
Tabel 3.13. Hasil Pemantauan Periode I Parameter TSS Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling TSS
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 12
20 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 22
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 5
37
Tabel 3.14. Hasil Pemantauan Periode II Parameter TSS Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling TSS
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 10
20 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 16
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 12
Parameter TSS(Total Suspended Solid) adalah kandungan zat padat yang
tersuspensi dalam air, dapat berupa pasir, lumpur, tanah maupun logam berat.
Berdasarkan data tabel parameter TTS di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS
air sungai di KabupatenKulon Progo tahun 2017 terdapat satu titik lokasi yang
memiliki nilai TSS melebihi baku mutu yaitu pemantauan periode I di Jembatan
Durungan Wates. Nilai tersebut tidak terlalu jauh dari nilai baku mutu yaitu
sebesar 22 mg/L. Nilai TSS di Jembatan Durungan Wates pada periode II telah
kembali normal dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hal tersebut menunjukan
bahwa air sungai di Kabupaten Kulon Progo termasuk air sungai yang jernih dan
tidak memiliki kandungan zat padat yang tinggi.
2. Hasil Pemantauan Periode I dan II terhadap Parameter Kimia
Tabel 3.15. Hasil Pemantauan Periode I Parameter pH Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling pH Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 7,47
7 - 8,5 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 7,61
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 7,82
Tabel 3.16. Hasil Pemantauan Periode II Parameter pH Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling pH Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 7,94
7 – 8,5 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 7,79
3 Jembatan Karangwuni Wates 6Desember 2017 7,80
Parameter pH menunjukan konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air
sungai dianggap asam jika nilai pH kurang dari 7 dan dianggap basa jika lebih
dari 7. Baku Mutu pH untuk laut bahari berkisar antara 7 – 8,5 di luar nilai itu
berarti air sungai mengalami pencemaran. Hasil pemantauan di sungai Kabupaten
Kulon Progo pada tahun 2017 berada pada nilai normal yaitu antara 7,47 – 7,94.
38
Tabel 3.17. Hasil Pemantauan Periode I Parameter DO Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling DO
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 8,48
>5 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 7,72
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 7,61
Tabel 3.18. Hasil Pemantauan Periode II Parameter DO Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling DO
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 8,66
>5 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 7,98
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 7,99
Parameter DO(Dissolved Oxygen) adalah oksigen yang terlarut dalam air,
berasal dari difusi oksigen udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air. Kecepatan
difusi oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu,
salinitas, pergerakan massa air dan udara. Kadar oksigen dalam air akan
bertambah dengan semakin rendahnya suhu, dan berkurang dengan semakin
tingginya salinitas. Berdasarkan data pada tabel menunjukan kadar DO di seluruh
pemantauan air sungai Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 pada dua periode
sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Kadar oksigen terlarut di sungai
Kabupaten Kulun Progo cukup tinggi, artinya kualitas perairan dari kandungan
oksigennya cukup baik untuk kehidupan makhluk hidup di dalamnya.
Tabel 3.19. Hasil Pemantauan Periode I Parameter BOD Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling BOD
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 2,09
10 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 <0,86
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 <0,70
Tabel 3.20. Hasil Pemantauan Periode II Parameter BOD Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling BOD
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 1,12
10 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 1,23
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 0,92
39
Parameter BOD (Biologycal Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen
yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi
aerobik. Pemecahan bahan organik sendiri diartikan sebagai bahan organik yang
digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya yang diperoleh
dari proses oksidasi. Nilai BOD penting untuk menentukan tingkat pencemaran
dari tingkat hulu sampai muara. Penguraian bahan organik secara biologis di alam
melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan
hasil akhir Karbon dioksida (CO2) dan air (H2O).
Konsentrasi BOD air sungai di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2017
berkisar antara <0,70 – 2,09 mg/L, yang menunjukkan bahwa BOD air sungai
pada lokasi titik pemantauan masih berada di bawah ambang batas baku mutu
yaitu 10 mg/L. Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar
organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air sungai dalam kondisi
normal.
Tabel 3.21. Hasil Pemantauan Periode I Parameter COD Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling COD
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 7,202
200 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 4,690
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 9,242
Tabel 3.22. Hasil Pemantauan Periode II Parameter COD Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling COD
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 2,972
200 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 2,860
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 2,728
Parameter COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan banyaknya
kandungan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
secara kimia. Hasil pemantauan di tiga lokasi pantai pada air sungai di Kabupaten
Kulon Progo tahun 2017 memiliki nilai normal sesuai baku mutu yang ditetapkan.
40
Tabel 3.23. Hasil Pemantauan Periode I Parameter NO2 Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling NO2
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 0,037
0,2 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 0,224*
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 0,686*
Tabel 3.24. Hasil Pemantauan Periode II Parameter NO2 Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling NO2
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 0,142
0,2 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 0,167
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 0,221*
Parameter Nitrit (NO2) merupakan bentuk nitrogen yang berperan
sebagai nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga di dalam air sungai.
Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari
0,2 mg/L menggambarkan terjadinya eutrofikasi perairan. Sumber nitrit berasal
dari limbah industri dan limbah domestik.
Dari hasil pemantauan di 3 lokasi air sungai Kabupaten Kulon Progo
tahun 2017menunjukan bahwa 50% dari hasil pemantauan telah melebihi baku
mutu yang ditetapkan. Tingginya kadar nitrit di dalam air sungai berpengaruh
pada pertumbuhan dan kesehatan makhluk hidup yang di dalamnya.
Tabel 3.25. Hasil Pemantauan Periode I Parameter NO3 Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling NO3
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 0,340
0,008 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 0,655
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 0,135
Tabel 3.26. Hasil Pemantauan Periode II Parameter NO3 Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling NO3
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6Desember 2017 0,871
0,008 2 Jembatan Durungan Wates 6Desember 2017 0,513
3 Jembatan Karangwuni Wates 6Desember 2017 0,445
41
Parameter NO3atau Nitrat merupakan salah satu bentuk senyawa nitrogen
yang berasal dari udara serta senyawa kimia hasillimbah industri yang dibuang ke
aliran sungai. Pada kadar tertentu nitrat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
air, tetapi jika kadarnya melebihi batas maka akan menyebabkan ikan yagn
terdapat di dalam sungai keracunan. Industri yang menghasilkan nitrat antara lain
: industri makanan, pertanian, tambak udang, pertambangan, pengolahan logam,
industri kimia dan limpahan minyak. Limbah rumah tangga juga turut
menyumbang nitrat jika tidak diolah sebelumnya.
Hasil pengukuran kadar nitrat air sungai pada 3 lokasi di Kabupaten
Kulon Progotahun 2017 menunjukkan bahwa kadar nitrat telah melampaui baku
mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 0,008 mg/L, kandungan nitrat pada seluruh
titik pantau dan pada 2 periode menunjukan angka yang cukup tinggi berkisar
antara 0,135 – 0,871 mg/L. Tingginya kadar nitrat kemungkinan berasal dari
kegiatan warung makan di dekat sungai, kegiatan pertanian yang menggunakan
pupuk dan pestisida, limbah industri dan limbah domestik di daerah aliran sungai.
Nitrat dalam keadaan anaerob akan membentuk ammonia yang kemudian bereaksi
dengan air membentuk ammonium yang bersifat racun terhadap ikan.
Perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pembuangan
limbah ke aliran sungai agar kadar nitrat pada aliran sungai di Kabupaten Kulon
Progo dapat kembali normal.
Tabel 3.27. Hasil Pemantauan Periode I Parameter Fenol Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling Fenol
(µg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 <2
0 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 <2
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 <2
Tabel 3.28. Hasil Pemantauan Periode II Parameter Fenol Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling Fenol
(µg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6Desember 2017 <2
0 2 Jembatan Durungan Wates 6Desember 2017 <2
3 Jembatan Karangwuni Wates 6Desember 2017 <2
42
Parameter Fenolberasal dari pembuangan limbah industry dan kegiatan
pembuangan minyak bekas warung makan. Fenol menimbulkan bau tidak sedap
dan bersifat racun dan menyebabkan iritasi pada kulit manusia. Disamping itu
fenol menyebabkan kematian pada makhluk hidup yang terdapat di dalam air
sungai dengan nilai konsentrasi tertentu. Pada kadar fenol yang rendah masih
dapat didegradasi oleh mikroorganisme, namun jumlah mikroorganisme pengurai
fenol pada kadar fenol yang tinggi cenderung sangat terbatas.
Hasil pemantauan senyawa fenol pada air sungai di Kabupaten Kulon
Progo tahun 2017 sebesar <2 µg/L. Hal ini kemungkinan disebabkan bahan-bahan
pencemar hasil limbah industri di buang ke aliran sungai.
Tabel 3.29. Hasil Pemantauan Periode I Parameter Detergen Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling Detergen
(µg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 178
5 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 160
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 139
Tabel 3.30. Hasil Pemantauan Periode II Parameter Detergen Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling Detergen
(µg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 603
5 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 188
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 113
Detergen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia
atau surfaktan. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat dalam
detergen, yang mempunyai kemampuan mempersatukan air dan minyak. Detergen
digolongkan sebagai bahan pencemar karean sifat detergen yang stabil, tidak
berubah dalam berbagai media dan tidak mudah terurai. Hal yang merugikan dari
limbah detergen ini adalah dapat meracuni ikan.
Hasil pengukuran detergen air sungai pada 3 lokasi di Kabupaten Kulon
Progo tahun 2107 menunjukan nilai berkisar antara 113 – 603 mg/L, dimana
semua sudah melampaui batas maksimum dari baku mutu yang ditetapkan. Hal ini
umum disebabkan oleh aktivitas warung makan di daerah aliran sungai dan
limbah domestik dari aktivitas mencuci yang dilakukan masyarakat di aliran
43
sungai. Perlu dilakukan himbauan dan sanksi yang tegas terhadap sumber
pencemar pada parameter detergen agar pencemaran detergen yang terjadi di
sungai yanga ada pada Kabupaten Kulon Progo dapat diminimalisir.
Tabel 3.31. Hasil Pemantauan Periode I Parameter H2S Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling H2S
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 0.036
0 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 0.026
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 0.037
Tabel 3.32. Hasil Pemantauan Periode II Parameter H2S Tahun 2017
No Tempat Waktu Sampling H2S
(mg/L)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 0.001
0 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 0.058
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 0.028
Parameter H2S (Hidrogen Sulfida) adalah gas yang tidak berwarna akan
tetapi beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini timbul dari
aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan anaerob.
Hidrogen sulfida juga muncul pada aktivitas gunung merapi yang sedang aktif dan
gas alam. Hidrogen sulfida pada air sungai berasal dari aktifitas bakteri dalam
pembusukan tanaman dan ikan yang mati. Bakteri mengeluarkan sulfida sebagai
hasil samping metabolismenya. Selain dari aktivitas bakteri, hidrogen sulfida juga
berasal dari dekomposisi protein limbah industri metalurgi atau kimia, pabrik
bubur kertas, dan penyamakan. Sifat senyawa hidrogen sulfida sangat berbahaya
karena akan menyebabkan kematian ikan pada konsentrasi 0,4 - 4 mg/L.
Toksisitas hidrogen sulfida dapat mengalami penurunan jika pH air sungai
meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya.
Konsentrasi H2S di 3 titik lokasi pemantauan air sungai di Kabupaten
Kulon Progo pada tahun 2017sebesar antara 0,001 – 0,058 mg/L, dimana ambang
batas yang diperkenankan adalah 0 mg/l. Konsentrasi hidrogen sulfida melebihi
ambang batas terdeteksi di semua titik pemantauan selama dua periode, akan
tetapi kadar hidrogen sulfida masih tergolong kecil dan belum berdampak kepada
kematian hewan di dalam air sungai.
44
3. Hasil Pemantauan Periode I dan II terhadap Parameter Biologi
Tabel 3.33. Hasil Pemantauan Periode I Parameter Total Coliform Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling
Total
Coliform
(jml/100
ml)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 130
1000 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 49 x 10¹
3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 49 x 10¹
Tabel 3.34. Hasil Pemantauan Periode II Parameter Total Coliform Tahun 2017
No. Tempat Waktu Sampling
Total
Coliform
(jml/100
ml)
Baku
Mutu
1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 23 x 10³*
1000 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 33 x 10³*
3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 33 x 10³*
Kandungan Total Koli adalah jumlah koli tinja dengan kandungan koli
yang terlarut di dalam air. Total Koli berasal dari manusia dan peternakan
hewan.Kadar total koli air sungai di Kabupaten Kulon Progopada tahun 2017
menunjukan angka yang besar pada periode ke 2 yaitu berkisar antara 23.000 –
33.000 jml/100ml. Nilai kadar total koli yang tinggi pada air sungai di Kabupaten
Kulon Progo dapat mengakibatkan gatal pada kulit apabila terkena air yang
tercemar serta menyebabkan diare apabila dikonsumsi.
3.2.2. Kualitas Air Tanah
Air tanah merupakan air yang tersimpan dalam lapisan tanah. Air tanah
biasa diambil melalui pembuatan sumur agar air tanah dapat diakses. Secara
global, dari keseluruhan air tawar yang berada di bumi ini lebih dari 97 persen
terdiri atas air tanah. Permasalahan air tanah dibagi menjadi permasalahan
kualitas dan kuantitas. Permasalahan pencemaran air tanah pertama dirasakan
dari sumur-sumur penduduk, khususnya yang tinggal dekat dengan kawasan
industri atau dekat dengan limbah industri. Permasalahan kuantitas air tanah
sering terjadi pada musim kemarau, baik daerah karst maupun daerah pesisir.
Pengambilan sampel untuk melakukan pengamatan kualitas air tanah
dilakukan di 12 titik. Titik pengamatan dilakukan di SD, SMP, SMA/SMK/MA
45
yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo. Pengamatan tersebut dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu periode pada April dan periode September. Parameter
pengukuran didasarkan pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan memperhatikan parameter baku mutu yang terdiri dari timbal,
mangan, seng, fluoride, nitrit, fecal coliform, dan total coliform.
1. Temperatur
Temperatur air ialah ukuran yang menjelaskan panas atau dinginnya
suatu air. Pengukuran temperatur air tanah dilakukan menggunakan thermometer
untuk mengetahui suhu air tanah. Ciri-ciri air yang tercemar memiliki temparatur
di atas atau di bawah temperature udara, sedangkan air yang tidak tercemar
memiliki temperatur yang sama dengan temperatur udara.
Gambar 3.6 Persentase Temperatur Air Tanah Tahun 2017
Gambar di atas menunjukkan bahwa lokasi pengamatan kualitas air tanah
yang memiliki temperatur air 28°C sejumlah 59%, 29°C sejumlah 25%, dan 30°C
serta 31°C masing-masing sejumlah 8%. Temperatur air tanah di Kabupaten
Kulon Progo masih tergolong normal mengingat rata-rata temperatur udara
normal di Daerah Istimewa Yogyakarta berkisar 23°C - 32°C. Oleh sebab itu, air
tanah di Kabupaten Kulon Progo tergolong tidak tercemar dan sesuai baku mutu.
46
2. Residu Terlarut
Residu terlarut merupakan besaran berat zat padat dalam air yang lolos
pada proses penyaringan. Semakin banyak residu terlarut dalam air tanah maka
kondisi air tanah semakin tercemar, begitu pula sebaliknya semakin sedikit residu
terlarut dalam air tanah maka semakin baik kondisi air tanah di suatu tempat atau
dengan kata lain tidak tercemar.
Gambar 3.7 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Residu Terlarut Tahun
2017
Gambar tentang persentase sampel pada hasil uji parameter residu
terlarut menunjukkan kandungan residu terlarut yang sesuai baku mutu sebesar
92%, sedangkan yang tidak sesuai baku mutu sebesar 8%.
3. Parameter pH
pH merupakan suatu ukuran yang menjelaskan suatu larutan apakah
bersifat asam maupun basa dan jika kedua larutan tersebut memiliki jumlah
molekul asam dan basa yang sama maka dianggap netral. pH normal air tanah
yang dapat dikonsumsi oleh manusia berkisar antara 6,5 – 8,5. Air dengan pH
yang kurang dan/atau lebih dari batas normal tersebut sangat berbahaya apabila
dikonsumsi oleh manusia karena dapat menyebabkan efek samping bagi
kesehatan, salah satunya yaitu merusak struktur lambung.
47
Gambar 3.8 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter pH Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas, persentase sampel pada hasil uji parameter
pH menunjukkan pH air tanah di Kabupaten Kulon Progo antara yang sesuai ini
perlu menjadi perhatian khusus mengingat apabila air tanah yang memiliki pH
dengan baku mutu dan tidak sesuai baku mutu berimbang, yaitu sebesar 50%. Hal
yang tidak sesuai dengan baku mutu dikonsumsi dalam jangka panjang oleh
manusia dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan.
4. NO3
NO3 atau Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang berperan dalam
pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen mudah larut dalam air dan
memiliki sifat lebih stabil. Sumber pencemaran nitrat pada air tanah dapat berupa
limbah industri dan limbah domestik.
48
Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter NO3 Tahun 2017
Pada grafik di atas menunjukan bahwa hasil pemantauan kandungan NO3
atau nitrat pada sumur-sumur di Kabupaten Kulon Progo masih berada pada
kondisi normal namun terdapat 17 % dari total sampel penelitian telah tercemar
nitrat dengan kandungan melebihi baku mutu.
5. Kadmium
Kadmium dalam air merupakan logam yang bersumber dari beberapa hal,
seperti erosi endapan alam, limpasan dari sampah baterai dan cat. Kandungan
kadmium dalam air yang melebihi baku mutu dapat berpengaruh terhadap
kesehatan karena dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal apabila dikonsumsi.
49
Gambar 3.10. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Kadmium Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas mengenai persentase sampel pada hasil uji
parameter kadmium menunjukkan bahwa kandungan kadmium yang sesuai
dengan baku mutu sebesar 100% dan tidak ada sampel yang menunjukkan
memliki kandungan kadmium yang melebihi baku mutu.
6. Besi
Besi merupakan logam yang sering dijumpai terkandung dalam air. Pada
dasarnya, zat besi sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Namun, apabila zat besi
yang terkandung dalam air sangat tinggi maka akan berdampak buruk bagi
kesehatan manusia, diantaranya yaitu rusaknya dinding usus serta iritasi pada
mata dan kulit. Tinggi rendahnya kandungan zat besi tergantung pada kondisi
struktur tanah di suatu tempat. Air dengan kandungan zat besi yang melebihi baku
mutu biasanya ditandai dengan warna yang lebih gelap dan mengeluarkan bau
yang tidak sedap.
50
Gambar 3.11. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Besi Tahun 2017
Berdasarkan Gambar di atas mengenai persentase sampel pada hasil uji
parameter besi menunjukkan bahwa dari 12 tempat yang menjadi sampel
penelitian, tidak ditemukan adanya kandungan zat besi yang tidak sesuai baku
mutu atau dengan kata lain seluruh sampel air tanah di Kabupaten Kulon Progo
sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
7. Timbal
Timbal merupakan unsur kimia yang bersumber dari kerak bumi namun
dapat pula bersumber dari aktifitas manusia. Unsur timbal dalam air tanah
dianggap aman jika kadarnya masih dibawah baku mutu. Sebaliknya jika
kandungan timbal diatas baku mutu maka dianggap berbahaya, khususnya bagi
tubuh manusia. Sumber pencemaran timbal sangat beragam, seperti kaca,
keramik, baterai, plastik, bahkan pipa air minum.
51
Gambar 3.12. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Timbal Tahun 2017
Gambar di atas mengenai persentase sampe pada hasil uji parameter
timbal menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya timbal yang melebihi baku
mutu yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kerak bumi maupun aktifitas manusia di lokasi penelitian tidak menghasilkan
kandungan timbal yang melebihi baku mutu pada air tanah.
8. Mangan
Mangan dapat ditemukan secara alami dalam air tanah dan air
permukaan. Pada umumnya mangan terbentuk bersamaan dengan zat besi.
Namun aktifitas manusia juga menjadi penyebab kontaminasi mangan di suatu
daerah. Konsentrasi mangan yang tinggi dapat mengubah warna air menjadi
hitam. Konsentrasi mangan yang tinggi tentu berbahaya bagi kesehatan
penduduk yang tendampak. Berikut disajikan persentase sampel pada hasil uji
parameter mangan.
52
Gambar 3.13. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Mangan Tahun 2017
Gambar di atas menunjukkan bahwa 67% sampel mengandung mangan
sesuai baku mutu, sedangkan 33% sampel mengandung mangan yang tidak sesuai
dengan baku mutu. Angka tersebut tentu menjadi perhatian khusus, karena
33% sampel mengandung mangan yang tidak sesuai dengan baku mutu yang
akan memberikan efek terhadap kesehatan penduduk yang mengkonsumsi air
tanah tersebut.
9. Seng (Zn)
Seng (Zn) dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk proses metabolisme.
Kebutuhan seng sangat bervariasi, namun kecukupan seng yang dianjurkan adalah
15 mg/hari. Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kandungan seng dalam
sumber air minum tidak lebih dari 0,05 mg/L.
53
Gambar 3.14. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Seng Tahun 2017
Berdasarkan Gambar di atas menunjukkan bahwa 100% persen sumur
sampel di Kabupaten Kulon Progo mengandung seng di sesuai dengan baku mutu
dan tidak ditemukannya sampel dengan kandungan seng yang melebihi baku
mutu. Air dengan kandungan seng yang melebihi baku mutu akan berdampak
pada kesehatan, seperti anemi, kram perut dan iritasi kulit.
10. Klorida
Klorida merupakan suatu zat yang menyebabkan rasa asin pada air,
dimana semakin asin suatu air maka kandungan klorida nya semakin tinggi. Jika
suatu sangat asin atau memiliki kadar klorida yang tinggi maka air tersebut
tergolong tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi.
54
Gambar 3.15 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Klorida Tahun 2017
Gambar di atas tentang persentase sampel hasil pada hasil uji parameter
klorida menunjukkan bahwa dari 12 lokasi yang dijadikan sampel pengujian tidak
ditemukan adanya kandungan klorida yang melebihi baku mutu atau dengan kata
lain 100% sesuai baku mutu dan layak untuk dikonsumsi.
11. Sianida
Sianida merupakan gas yang keluar dari tanah dan dapat mencemari air
tanah. Sianida juga dapat dihasilkan dari adanya kegiatan manusia, seperti limbah
industri. Beberapa industri yang limbahnya dapat memperparah pencemaran
sianida pada air yaitu industri pupuk, batik dan emas. Semakin banyak kandungan
sianida dalam air, maka semakin tercemar pula air tersebut, begitu pula
sebaliknya.
55
Gambar 3.16. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Sianida Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas, hasil uji parameter sianida menunjukkan
tidak ada sampel air di Kabupaten Kulon Progo yang memiliki kandungan sianida
melebihi baku mutu atau dengan kata lain 100% sesuai baku mutu. Hal ini
menunjukkan kandungan sianida pada air tanah di Kulon Progo relatif aman dan
tidak tercemar.
12. Flourida
Fluorida adalah salah satu mineral yang dapat mencegah kerusakan gigi,
namun efek negatif kelebihan fluorida jika kandungan fluorida tidak dapat
dikeluarkan oleh tubuh akan merusak organ tubuh manusia. Berikut adalah
kandungan fluoride pada air tanah di Kabupaten Kulon Progo:
56
Gambar 3.17. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fluorida Tahun 2017
Berdasarkan hasil uji sampel pada hasik uji parameter fluorida
menunjukkan bahwa seluruh sampel di Kabupaten Kulon Progo 100% sesuai baku
mutu dan tidak ditemukan adanya sampel yang mengandung fluorida tidak sesuai
baku mutu.
13. Nitrit
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang
rendah. Selain itu nitrit juga dapat bersifat racun karena dapat bereaksi dengan
hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen.
57
Gambar 3.18. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Nitrit Tahun 2017
Hasil uji sampel menunjukkan 100% sampel air di Kabupaten Kulon
Progo mengandung nitrit sesuai baku mutu dan tidak ditemukan adanya sampel
yang mengandung nitrit tidak sesuai baku mutu. Hal ini menunjukkan seluruh
sampel air tergolong baik.
14. Sulfat
Sulfat dihasilkan oleh bakteri melalui oksida senyawa sulfida. Sulfat
dapat bersumber dari kegiatan manusia, seperti pembuangan limbah industry,
limbah laboratorium maupun limbah rumah tangga berupa air deterjen. Air yang
telah tercemar sulfat akan terasa pahit, berbeda dengan air yang tidak tercemar.
58
Gambar 3.19. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Sulfat Tahun 2017
Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa sulfat yang
terkandung dalam air pada sampel air di Kabupaten Kulon Progo seluruhnya
sesuai baku mutu dan tidak ditemukan adanya air yang mengandung sulfat dan
tidak sesuai baku mutu.
15. Total Coliform
Total Coliform merupakan bakteri yang digunakan sebagai indiKator
dalam menentukan apakah suatu air terkontaminasi pathogen atau tidak, dimana
bakteri ini dapat menyebabkan penyakit kanker. Semakin banyak kandungan
coliform dalam air maka air tersebut semakin tercemar dan sangat tidak baik
kesehatan apabila dikonsumsi, terlebih jika dikonsumsi jangka panjang.
59
Gambar 3.2o. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Total Coliform Tahun
2017
Gambar di atas menunjukkan bahwa 58% sampel air di Kabupaten Kulon
Progo yang mengandung Total Coliform sesuai baku mutu, sedangkan 42%
sampel air mengandung total coliform tidak sesuai baku. Hal ini perlu menjadi
perhatian bersama mengingat air yang tercemar total coliform dapat berbahaya
bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi secara terus menerus. Pencemaran
tersebut diperparah apabila terdapat adanya industri yang membuang limbahnya
sembarangan tanpa ada pemerosesan terlebih dahulu. Selain itu, limbah rumah
tangga juga berperan cukup besar dalam pencamaran air dari total coliform.
3.2.3. Kualitas Air Laut
Luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten KulonProgo
adalah 15.872 hektar (158,72 km2) dan mempunyai panjang pantai/pesisir yang
membujur dari barat (muara Sungai Bogowonto) ke timur (muara Sungai Progo)
sekitar 24,9 km dan lebar sekitar 1,5 km dibatasi Jalan Daendels.
Pesisir dan laut di wilayah Kabupaten KulonProgo telah dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai sumber penghidupan, seperti perikanan tangkap, tambak
udang, pertanian lahan pantai, peternakan dan jasa lingkungan, yaitu pariwisata
alam. Seperti halnya permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah lain, di
KulonProgo terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran air oleh
60
kegiatan industri yang membuang limbahnya ke laut. Selain itu, kegiatan
pariwisata menyebabkan pencemaran dari sampah, juga kerusakan ekosistem
akibat penambangan dan pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
Kegiatan pertanian lahan pantai yang terlalu banyak menggunakan pupuk dan
pestisida serta pengambilan air tanah berlebihan juga menyebabkan degradasi
lingkungan pesisir.
Pengukuran kualitas air laut Kabupaten Kulon Progo dilakukan sebanyak
dua kali periode yaitu periode Maret dan Agustus. Pengukuran periode Maret
dilakukan padadua tempat yaituPantai Bugel dan Pantai Glagah. Sedangkan
periode Agustus dilakukan pada satu tempat yaitu Pantai Glagah. Pengukuran
kualitas air laut menggunakan tiga parameter yaitu parameter fisika, kimia, dan
biologi. Namun demikian pada pengukuran kualitas air laut tahun 2017 hanya
menggunakan dua parameter yaitu parameter fisika dan kimia. Parameter fisika
meliputi warna, bau, kekeruhan, TSS, dan temperatur. Parameter kimia meliputi
pH, salinitas, DO, BOD, amonia, sulfida, dan fenol.
1. Warna
Air laut memiliki warna yang bersumber dari kandungan sedimen,
kandungan zat organik dan anorganik yang terlarut pada air laut serta efek cahaya
yang diserap oleh air laut. Kekeruhan air laut menyebabkan penetrasi sinar
matahari lemah dan hanya dapat mencapai kedalaman antara 15 – 40 meter saja.
Sedangkan pada air yang jernih, sinar matahari dapat menembus hingga
kedalaman 200 meter. Warna air laut yang jernih ini merupakan lingkungan yang
baik bagi terumbu karang dan coral untuk berkembangbiak. Warna dinyatakan
dalam Pt-Co dengan nilai baku mutu sebesar 30 Pt-Co.
Tabel 3.35 Hasil Uji Parameter Warna Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl /bulan)
Warna
(Mt)
Baku Mutu
(Pt-Co)
1. Pantai Bugel 17 Maret 0,993 30
2. Pantai Glagah 17 Maret 0,812 30
3. Pantai Glagah 17 Agustus 1,4441 30
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
61
Tabel 3.9 menunjukkan parameter warna dibawah baku mutu, artinya air
dalam keadaan jernih sehingga sinar matahari dapat menembus air dan makhluk
hidup yang berada pada kedalaman air laut dapat memperoleh cahaya yang cukup
dan dapat berkembangbiak dengan baik.
2. Bau
Bau merupakan salah satu parameter fisik kualitas air laut. Adanya
pencemaran pada air laut akan menimbulkan bau yang menyengat. Artinya air
tersebut tidak baik untuk perkembangbiakan ikan maupun makluk hidup lain di
dalam dan di sekitar air laut. Hasil uji pada parameter bau ditahun 2017
menunjukkan air laut daerah Kabupaten Kulon Progo “tidak berbau” artinya air
laut dalam keadaan baik dan cocok untuk perkembangbiakan ikan dan terumbu
karang.
3. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan kandungan bahan organik maupun anorganik
yang terdapat di perairan dan berpengaruh terhadap proses kehidupan organisme
yang ada di perairan tersebut. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan turunnya
kandungan oksigen. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk
dalam perairan menjadi terbatas karena kekeruhan yang tinggi, sehingga
tumbuhan/phytoplanktonyang berada di dalam laut tidak dapat melakukan proses
fotosintesis untuk dapat menghasilkan oksigen.
Tabel 3.36 Hasil Uji Parameter Kekeruhan Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan)
Kekeruhan
(NTU)
Baku Mutu
(NTU)
1. Pantai Bugel 17 Maret 8,77 5
2. Pantai Glagah 17 Maret 5,68 5
3. Pantai Glagah 17 Agustus 12,9 5
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Kekeruhan air laut di Pantai Bugel dan Pantai Glagah pada pengujian
kualitas air laut tahun 2017 menunjukan bahwa parameter kekruhan air laut
melebihi baku mutu yang ditetapkan. Keruhnya air laut pada pantai tersebut
disebabkan kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) pada daerah hulu kurang baik.
62
Hal ini sebagai akibat terjadinya erosi yang kemungkinan disebabkan tutupan
pohon yang kurang memadai, pengambilan pasir yang intensif atau adanya
sampah di aliran sungai yang bermuara pada Pantai Bugel dan Glagah.
4. TSS
TSS atau Total Suspended Solid air laut adalah kandungan zat padat yang
tersuspensi dalam air laut, dapat berupa pasir, lumpur, tanah maupun logam berat
atau partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik)
seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupun komponen mati (abiotik)
seperti detritus dan partikel anorganik. Hasil uji TSS pada kualitas air laut di
Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.37 Hasil Uji Parameter TSS Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) TSS (mg/L)
Baku Mutu
(mg/L)
1. Pantai Bugel 17 Maret 87,9 20
2. Pantai Glagah 17 Maret 76 20
3. Pantai Glagah 17 Agustus 126 20
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Berdasarkan data dalam tabel di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS
air laut di Pantai Bugel dan Pantai Glagah Kabupaten Kulon Progo tahun 2017
telah melebihi baku mutu. Tingginya nilai TSS pada Pantai Bugel dan Pantai
Glagah dimungkinkan karena aktivitas wisata pada kedua pantai tersebut. Selain
itu kadungan TSS tinggi kemungkinan berasal dari muara sungai Serang yang
banyak membawa material terlarut dari daerah hulu. Bila dibandingakan dengan
data tahun 2016, nilai parameter TSS di patai Kulon Progo tahun 2017 tidak
kunjung membaik. Seluruh titik lokasi pemantauan menunjukan nilai angka yang
jauh melebihi batasan baku mutu parameter TSS yaitu 20 (mg/L). Diperlukan
pemantauan terhadap aktivitas pariwisata dan kondisi air sungai yang bermuara
pada pantai-pantai di Kabupaten Kulon Progo agar dapat menekan kandungan zat
padat yang larut dan menyatu dengan air laut.
63
5. Temperatur
Berikut hasil uji temperatur pada kualitas air laut di Kabupaten Kulon
Progo tahun 2017:
Tabel3.38 Hasil Uji Parameter Temperatur Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) Temperatur(ºC)
1. Pantai Bugel 17 Maret 27,4
2. Pantai Glagah 17 Maret 26,8
3. Pantai Glagah 17 Agustus 26,8
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Temperatur atau suhu air laut di wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun
2017 menunjukkan angkaantara 26 sampai dengan 28C. Pada pengamatan dua
lokasi menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan
pengamatan dengan rentang waktu yang tidak terlalu jauh. Temperatur terendah di
adalah 26,8C, sedangkan temperatur adalah 27,4C. Tingginya temperatur air
laut sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Pada pagi hari temperatur
relatif masih rendah antara 25 - 26C, sedangkan pada siang hari temperatur
mengalami kenaikan menjadi 27 - 30C. Selain intensitas matahari, besarnya
temperatur juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, biasanya bila terjadi hujan
maka temperatur air laut akan turun. Hasil pengukuran temperatur tersebut masih
berada dalam batas normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan
temperatur yang signifikan.
Pengaruh temperatur air laut terhadap lingkungan laut antara lain jumlah
oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan binatang laut. Pada
temperatur normal maka kehidupan dan proses-proses kimia juga akan
berlangsung normal, dan sebaliknya pada temperatur yang lebih tinggi kecepatan
reaksi akan menjadi lebih cepat demikian pula sebaliknya, karena kenaikan
temperatur sebesar 10C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat.
6. Derajat Keasaman (pH)
Derajat Keasaman atau Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen
dalam air. Air dianggap asam jika nilai pH kurang dari 7 dan dianggap basa jika
64
lebih dari 7. Baku Mutu pH untuk laut bahari berkisar antara 7 – 8,5, di luar nilai
itu berarti air laut mengalami pencemaran. Berikut hasil uji pH kualitas air laut di
Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.39 Hasil Uji Parameter pH Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) pH Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 7,79 7 – 8,5
2. Pantai Glagah 17 Maret 7,82 7 – 8,5
3. Pantai Glagah 17 Agustus 7,69 7 – 8,5
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Berdasarkan hasil uji kadar parameter pH, air laut di Pantai Bugel dan
Pantai Glagah masih berada pada nilai ketetapan baku mutu. Artinya kondisi air
lautdi wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 untuk parameter derajat
keasaman (pH) dalam kondisi baik untuk kehidupan makhluk hidup.
7. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung dalam air laut.
Berikut hasil uji salinitas air laut yang ada di Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.40 Hasil Uji Parameter Salinitas Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) Salinitas (‰)
Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 5,5 Alami
2. Pantai Glagah 17 Maret 5,8 Alami
3. Pantai Glagah 17 Agustus 32,4356 Alami
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Hasil pengukuran salinitas air laut di Kulon Progo tahun 2016 adalah
37‰, sedangkan pada tahun 2017 salinitas tertinggi 32,4‰. Tidak ada batas
maksimal salinitas yang ditentukan, sehingga semua masih dalam batas alami
perairan. Keberadaan garam-garaman di laut mempengaruhi sifat fisik air laut,
seperti densitas, titik beku, temperatur, daya hantar listrik (konduktivitas) dan
tekanan osmosis.Semakin tinggi salinitas maka daya hantar listrik semakin tinggi
demikian juga tekanan osmosisnya.
65
Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh tiga faktor, yaitu penguapan,
curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara. Semakin besar tingkat
penguapan air laut, maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi. Di daerah tropis
seperti Indonesia, salinitas air di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman
akibat tingginya curah hujan. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut maka
salinitas semakin rendah, demikian pula sebaliknya, karena sungai membawa air
tawar yang bersifat mengencerkan salinitas air laut.
8. DO (Dissolved Oxygen)
DO (dissolved oxygen) atau Oksigen terlarut disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu
badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui
bahwa air tersebut telah tercemar.
Tabel 3.41 Hasil Uji Parameter DO Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) DO (mg/L) Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 6.28 >5
2. Pantai Glagah 17 Maret 6.44 >5
3. Pantai Glagah 17 Agustus 6.92 >5
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Kadar DO tahun 2016 di Patai wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah
6,25 mg/L, sedangkan pada tahun 2017 kadar DO tertinggi adalah 6,92 mg/L
dengan baku mutu minimal 5 mg/L. Hal ini menandakan bahwa kandungan
oksigen pada air laut di pantai wilayah Kabupaten Kulon Progo cenderung
meningkat. Tingginya kadar DO dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
pergerakan air di permukaan air, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan
atmosfer dan presentase oksigen di sekelilingnya.
9. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD atau Biochemical Oxygen Demand merupakan suatu karakteristik
yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
66
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik. BOD dapat diartikan sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon
terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai.
Tabel 3.42 Hasil Uji Parameter BOD Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan) BOD5 (mg/L) Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 0.03 10
2. Pantai Glagah 17 Maret 0.36 10
3. Pantai Glagah 17 Agustus 0.87 10
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Konsentrasi BOD air laut di pantai wilayah Kulon Progo tahun 2016
adalah 0,43 mg/L, sedangkan tahun 2016 konsentrasi BOD tertinggiadalah 0,87
mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa BOD air laut masih jauh di bawah ambang
batas baku mutu yaitu 10 mg/L. Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa
bahan pencemar organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air laut
masih dapat ditoleran, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Kadar bahan
pencemar yang masih rendah secara alami akan mengalami proses swapentahiran
di perairan.
10. Amoniak
Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 pada pH
rendah dan disebut ammonium. Amoniak berasal dari air seni dan tinja, dari
oksidasi zat organis secara mikrobiologi yang berasal dari air alam atau air limbah
industri dan penduduk. Kadar amoniak yang tinggi dalam perairan
mengindikasikan adanya pencemaran, selain menimbulkan rasa tidak enak juga
bau yang tidak sedap. Dan hal yang lebih penting adanya amoniak tinggi akan
menyebabkan kematian ikan. Sifat toksik dari Amoniak ini juga bergantung
dengan pH air laut. Apabila pH rendah dan kadar Amoniak cukup tinggi maka
akan menyebabkan racun, tetapi jika pH tinggi, hanya dengan kadar amoniak yang
rendahpun sudah bersifat racun. Selain pH, toksisitas amoniak juga dipengaruhi
oksigen terlarut (DO). Dalam DO perairan yang tinggi, maka kadar amoniak akan
67
turun, sehingga semakin dalam air laut maka kadar amoniak semakin tinggi
sejalan dengan berkurangnya oksigen.
Berikut hasil uji kandungan amoniak pada kualitas air laut di Kabupaten
Kulon Progo:
Tabel 3.43 Hasil Uji Parameter Amoniak Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan)
Amoniak Total
(mg/L)
Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret ≤0,0094 0
2. Pantai Glagah 17 Maret ≤0,0094 0
3. Pantai Glagah 17 Agustus 5 0
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017
Hasil pengukuran kadar amoniak air laut di wilayah Kabupaten Kulon
Progo tahun 2017 adalah ≤ 0,0094 mg/L. Untuk laut wisata bahari tidak
diperkenankan mengandung amoniak. Kemungkinan amoniak berasal limbah
domestik di sekitar pantai, yaitu restoran dan kamar mandi/WC atau kegiatan
pertanian di daerah pesisir. Saat ini lahan pantai banyak yang digunakan untuk
pertanian lahan pantai yang membutuhkan banyak pupuk karena unsur hara di
daerah pasir pantai sangat minim. Akibat pemupukan yang intensif dan cukup
banyak tersebut menyebabkan tingginya amoniak yang meresap ke dalam tanah.
11. Sulfida
Sifat senyawa sulfida sangat berbahaya karena akan menyebabkan
kematian ikan pada konsentrasi 0,4 mg/L terhadap ikan salmon, dan 4 mg/L
terhadap jenis ikan lainnya. Toksisitas sulfida dapat mengalami penurunan jika pH
air laut meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya, jika pH turun dan
suhu meningkat maka toksisitas sulfida akan bertambah.
Tabel 3.44 Hasil Uji Parameter Sulfida Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2017
No. Nama Lokasi Waktu Sampling
(tgl/th/bulan)
Sulfida (H2s)
(mg/L)
Baku Mutu
1. Pantai Bugel 17 Maret 0.012 0
2. Pantai Glagah 17 Maret 0.012 0
3. Pantai Glagah 17 Agustus 0.006 0
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017