RTRW Kabupaten Kulon Progo. Luas Perkotaan Wates pada ...dlh.kulonprogokab.go.id/files/21-80.pdf ·...

60
8 dipenuhi oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo sesuai dengan Perda tentang RTRW Kabupaten Kulon Progo. Luas Perkotaan Wates pada tahun 2017 berdasarkan Perda adalah 3.259,26Hasehingga untuk mencukupi kebutuhan ketersediaan RTH maka diperlukan Ruang Terbuka Hijau di Kota Wates seluas 651,852 Ha (20% Kewajiban Pemerintah Daerah). Berdasarkan data tahun 2013 dan dikonversi sampai tahun 2017 menunjukan bahwa luas RTH Publik Kota Wateshanya seluas 291,3745 Ha atau sebesar 8,94 % dari total luas Kota Wates. Hal tersebut menunjukan bahwa luas RTH Kota Wates masih belum memenuhi kebutuhan minimal RTH Publik sebesar 20% untuk kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo. Permasalahan RTH di kota Wates adalah semakin berkurangnya jumlah luas RTH yang tersedia, semakin berkurangnya luas RTH di Kota Wates dikarenakan Inkonsistensi kebijakan dan strategi penataan ruang menyebabkan sering terjadinya alih fungsi RTH, Pemeliharaan tidak konsisten dan tidak rutin, Pemahaman masyarakat tentang pentingnya penghijauan di kawasan perkotaan masih kurang sehingga peran serta masyarakat dalam merawat RTH kurang optimal, serta Lemahnya koordinasi antar instansi menyebabkan terjadinya tumpah tindih kewenangan/kesenjangan dalam pengeloaan RTH. Kurangnya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Wates mengakibatkan beberapa permasalahan lingkungan hidup seperti rendahnya kualitas air tanah, tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, suhu udara yang panas diperkotaan, melemahnya fungsi ekologis dalam pengembangan keanekaragaman hayati, serta kurangnya tempat publik untuk rekreasi dan olahraga oleh masyarakat sekitar. Diperlukan penambahan Ruang Terbuka Hijau di daerah Perkotaan Wates agar permasalahan-permasalahan yang terjadi karena kurangnya ketersediaan RTH dapat teratasi. Hal ini juga merupakan bentuk pemenuhan hak masyarakat terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Upaya pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo dalam memperluas RTH di wilayah perkotaan Wates menjadi bagian dalam program rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL).

Transcript of RTRW Kabupaten Kulon Progo. Luas Perkotaan Wates pada ...dlh.kulonprogokab.go.id/files/21-80.pdf ·...

8

dipenuhi oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo sesuai dengan Perda tentang

RTRW Kabupaten Kulon Progo.

Luas Perkotaan Wates pada tahun 2017 berdasarkan Perda adalah

3.259,26Hasehingga untuk mencukupi kebutuhan ketersediaan RTH maka

diperlukan Ruang Terbuka Hijau di Kota Wates seluas 651,852 Ha (20%

Kewajiban Pemerintah Daerah). Berdasarkan data tahun 2013 dan dikonversi

sampai tahun 2017 menunjukan bahwa luas RTH Publik Kota Wateshanya seluas

291,3745 Ha atau sebesar 8,94 % dari total luas Kota Wates. Hal tersebut

menunjukan bahwa luas RTH Kota Wates masih belum memenuhi kebutuhan

minimal RTH Publik sebesar 20% untuk kewajiban Pemerintah Daerah

Kabupaten Kulon Progo. Permasalahan RTH di kota Wates adalah semakin

berkurangnya jumlah luas RTH yang tersedia, semakin berkurangnya luas RTH di

Kota Wates dikarenakan Inkonsistensi kebijakan dan strategi penataan ruang

menyebabkan sering terjadinya alih fungsi RTH, Pemeliharaan tidak konsisten

dan tidak rutin, Pemahaman masyarakat tentang pentingnya penghijauan di

kawasan perkotaan masih kurang sehingga peran serta masyarakat dalam merawat

RTH kurang optimal, serta Lemahnya koordinasi antar instansi menyebabkan

terjadinya tumpah tindih kewenangan/kesenjangan dalam pengeloaan RTH.

Kurangnya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Wates

mengakibatkan beberapa permasalahan lingkungan hidup seperti rendahnya

kualitas air tanah, tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, suhu udara

yang panas diperkotaan, melemahnya fungsi ekologis dalam pengembangan

keanekaragaman hayati, serta kurangnya tempat publik untuk rekreasi dan

olahraga oleh masyarakat sekitar.

Diperlukan penambahan Ruang Terbuka Hijau di daerah Perkotaan

Wates agar permasalahan-permasalahan yang terjadi karena kurangnya

ketersediaan RTH dapat teratasi. Hal ini juga merupakan bentuk pemenuhan hak

masyarakat terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Upaya pemerintah daerah

Kabupaten Kulon Progo dalam memperluas RTH di wilayah perkotaan Wates

menjadi bagian dalam program rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL).

9

2.2 Meningkatnya Beban Pencemaran Udara pada Perkotaan berdampak

pada penurunan derajat kesehatan masyarakat.

Perkotaan di Kabupaten Kulon Progo mengalami kemajuan yang

signifikan setiap tahunnya. Jumlah penduduk pada daerah perkotaan juga semakin

meningkat. Padatnya aktifitas masyarakat di daerah perkotaan menimbulkan

naiknya tingkat beban pencemaran lingkungan, salah satunya adalah pencemaran

udara. Pencemaran udara di perkotaan Kabupaten Kulon Progo disebabkan oleh

padatnya aktivitas kendaraan kermotor serta pembangunan yang terjadi di

beberapa titik lokasi. Berdasarkan data dari Indeks Kualitas Udara Kabupaten

Kulon Progo tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 menunjukan bahwa kualitas

udara di Kabupaten Kulon Progo masih tergolong baik. Namun pencemaran udara

di area perkotaan lebih tinggi. Hal ini harus tetap diperhatikan karena pencemaran

udara berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat yaituberdampak pada

kesehatan pernafasan manusia.

Hasil pemantauan kualitas udara pada kawasan perkotaan di Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2017 menunjukan bahwa parameter kebisingan

mendominasi dengan nilai melebihi baku mutu pada 2 titik lokasi pemantauan di

periode pertama dan 1 titik lokasi di periode kedua. Suara kendaraan bermotor

menjadi penyebab utama tingginya nilai parameter kebisingan di wilayah

perkotaan Kabupaten Kulon Progo. Perlu dilakukan banyak antisipatif oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo agar pencemaran udara di wilayah

perkotaan dapat diturunkan menjadi wilayah yang memiliki kualitas udara normal.

Sehingga kondisi udara tidak mempengaruhi kesehatan masyarakat yang tinggal

ataupun berkunjung di wilayah perkotaan Kabupaten Kulon Progo.

2.3 Alih Fungsi Lahan Hijau menjadi Lahan Terbangun Berdampak pada

Penurunan jasa ekosistem dari fungsi penyediaan daya dukung pangan

dan daya dukung air.

Kemajuan pembangunan sebuah wilayah dalam kegiatan perekonomian

dan usaha serta penyediaan sarana fasilitas publik menyebabkan banyak terjadi

alih fungsi lahan terutama dari lahan pertanian menjadi non pertanian. Alih fungsi

lahan atau konversi lahan hijau menjadi lahan terbangun berdampak pada

penurunan jasa ekosistem dari fungsi penyediaan, yaitu daya dukung pangan dan

10

daya dukung air.Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian banyak terjadi

dikarenakan wilayah Kabupaten Kulon Progo memiliki program pembanungan

mega proyek seperti pembangunan Bandara New Yogyakarta International

Airport (NYIA), pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS),pembangunan

Kawasan Industri Sentolo, serta pembangunan jalan Bedah Menoreh.

Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) merupakan

bandara baru yang dibangun di Kabupaten Kulon Progo sebagai solusi atas

kurangnya daya tampung Bandara Adisutjipto yang merupakan salah satu pintu

masuk wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara menuju

Yogyakarta. Bandara NYIA akan dibangun di atas lahan seluas 587 hektar dengan

daya tampung hingga 15 juta penumpang per tahun pada pembangunan tahap I

dan akan ditingkatkan menjadi 20 juta per tahun pada tahap II. Pada pembangunan

tahun 2017 Bandara NYIA di targetkan memiliki landasan pacu dengan panjang

3.600 meter dan lebar 45 meter yang membuatnya menjadi salah satu bandara

dengan luasan landasan pacu yang cukup luas bahkan melebihi bandara di Bali

dan Surabaya.

Jalan Jalur Lingkar Selatan atau yang biasanya disingkat JJLS merupakan

jalan yang dibangun di daerah selatan Pulau Jawa, dimana termasuk daerah

Kabupaten Kulon Progo. Pembangunan JJLS sepanjang 122,9

kilometerdiharapkan dapat menghubungkan daerah timur dan barat Yogyakarta,

yaitu Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul. JJLS yang melewati

Kabupaten Kulon Progo memberikan kontribusi alih fungsi lahan hijau menjadi

lahan terbangun jalan beton dan aspal yang cukup besar.

Kawasan Industri Sentolo (KIS) merupakan kawasan untuk perindustrian

dan kawasan untuk penjualan hasil industri yang berasal dari Kabupaten Kulon

Progo berupa hasil pertanian, kerajinan, pengolahan, jasa dll. Kawasan industri

Sentolo terletak di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo dengan luas lahan 70,2 Ha.

Area kawasan industri sebelumnya adalah lahan pertanian dan dengan adanya

pembangunan KIS secara otomatis akan mengurangi lahan hijau yang ada pada

Kabupaten Kulon Progo.

Jalan Bedah Menoreh merupakan proyek pembangunan jalan sepanjang 63

kilometer yang akan menghubungkan Bandara New Yogyakarta International

11

Airport (NYIA) Kulon Progo dengan candi Borobudur di Magelang. Nantinya

program bedah menoreh akan mengembangkan objek wisata di kawasan yang

dilalui. Bukan hanya menawarkan keindahan alam namun juga menggali potensi

budaya sebagai daya tarik wisatawan. Hal ini akan menjadikan pembangunan di

wilayah perbukitan Menoreh akan semakin pesat dan berdampak pada alih fungsi

lahan hijau menjadi lahan terbangun yang semakin luas.

Luas konversi lahan hijau menjadi lahan terbangun di Kabupaten Kulon

Progo terus mengelami peningkatan yang signifikan, dimulai dari tahun 2004

dengan adanya pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto yang disusul dengan

pembanguan mega proyek seperti JJLS, KIS, Bandara dan Jalan Bedah Menoreh.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progotahun 2017 terjadi

konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian sebesar 139 Ha. Hal ini

menyebabkan penurunan daya dukung pangan dan daya dukung air di wilayah

kabupaten Kulon Progo. Daya dukung pangan berkurang dikareanakan produksi

pertanian menurun akibat berkurangnya lahan pertanian. Hal ini dapat

menyebabkan kebutuhan pangan di wilayah Kabupaten Kulon Progo lebih besar

dibandingkan ketersediaan pangan yang ada sehingga daerah harus memenuhi

kebutuhan pangan dari daerah lain. Daya dukung air menurun dikarenakan luas

permukaan area lahan terbuka semakin berkurang yang mengakibatkan daya serap

air hujan menjadi menurun. Kebutuhan air dari aktifitas pembangunan juga

mempengaruhi kuantitas air tanah pada wilayah Kabupaten Kulon Progo.

12

BAB III

ANALISIS PRESSURE, STATE, DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN

HIDUP DAERAH

3.1. Tataguna Lahan

Tataguna lahan merupakan suatu upaya perencanaan penggunaan lahan

yang memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya untuk pembagian

wilayah terhadap fungsi-fungsi tertentu. Perencanaan tataguna lahan pada suatu

wilayah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, kemudian dalam cakupan

kabupaten disebut sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK).

Kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten yang sedang berkembang dengan

pembangunan yang sangat pesat. Berikut merupakan tataguna lahan Kabupaten

Kulon Progo berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo

tahun 2012-2032.

3.1.1 Luas Penggunaan Lahan

Luas area Kabupaten Kulon Progo adalah 58.628,311 Ha meliputi 12

kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan, dan 917 pedukuhan. Karakteristik ekosistem

wilayah Kabupaten Kulon Progo terdiri dari pegunungan (Kecamatan Kokap,

Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang); perbukitan (Kecamatan Nanggulan, Sentolo,

Lendah, Pengasih); dan dataran (Kecamatan Wates, Temon, Panjatan, Galur).

Secara keseluruhan luas dataran di Kabupaten Kulon Progo mencapai 40,11% dari

total luas wilayah kabupaten. Merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 menunjukan tataguna lahan

berdasarkan tutupan lahan dibedakan menjadi empat yaitu tutupan lahan vegetasi,

tutupan lahan area terbangun, tutupan lahan tanah terbuka, dan tutupan lahan

badan air. Sedangkan berdasarkan nama kawasan dibedakan menjadi dua yaitu

kawasan lindung dan kawasan budidaya.

13

1. Kawasan Lindung

Gambar 3.1 Peta Kawasan Lindung Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032

Kawasan lindung yaitu wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam

dan sumber daya buatan. Kawasan lindung dibagi menjadi lima kawasan

yaitu kawasan lindung terhadap kawasan dibawahnya; kawasan perlindungan

setempat; kawasan suaka margasatwa; kawasan rawan bencana; dan kawasan

lindung geologi.

a.) Kawasan Lindung Terhadap Kawasan Bawahnya

Kawasan lindung terhadap kawasan bawahnya dibagi menjadi dua yaitu

kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air. Berdasarkan RTRW

Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 – 2032, dilihat dari tutupan lahannya,

luas kawasan lindung Kabupaten Kulon Progo terhadap kawasan dibawahnya

sebesar 277,34 hektar, dengan luas hutan lindung 253,06 hektar dan kawasan

resapan air 24,28 hektar.

14

Rencana Pengendalian fungsi kawasan lindung berdasarkan RTRW

Kabupaten Kulon Progo dengan strategi sebagai berikut:

a. melaksanakan pengawasan dan pemantauan kawasan konservasi dan hutan

lindung;

b. mengembangkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan

lindung;

c. memulihkan fungsi kawasan lindung;

d. mengoptimalkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air serta aspek

sosial ekonomi;

e. melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; dan

f. mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami.

Kawasan hutan lindung berada di seluruh kawasan hutan negara dengan

luas 253,06 hektar, meliputi:

a. Desa Hargowilis Kecamatan Kokap; dan

b. Desa Karangsari dan Desa Sendangsari berada di Kecamatan Pengasih.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

berupa kawasan resapan air 24,28 hektar, meliputi:

a. Tempat cekungan air tanah pada daerah tubuh Pegunungan Menoreh;

b. Hutan konservasi di Desa Hargowilis Kecamatan Kokap; dan

c. Waduk Sermo di Kecamatan Kokap dan Bendung Sapon di Kecamatan

Lendah.

b.) Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Perlindungan Setempat adalah kawasan yang memberi

perlindungan kepada tempatnya sendiri. Kawasan perlindungan setempat di

Kabupaten Kulon Progo meliputi kawasan sempadan pantai, sempadan

sungai, kawasan sekitar waduk dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada

kawasan perkotaan. Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang

pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi pantai. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai

termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan

15

Sekitar Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk. Luas

kawasan perlindungan setempat yaitu 3144,34 hektar dengan kawasan

sempadan pantai 578,34 hektar, kawasan sempadan sungai 376 hektar,

kawasan sekitar danau atau waduk 167 hektar, dan Ruang Terbuka Hijau

seluas 2.023 hektar.

Rencana pengembangan daerah pantai menurut RTRW Kabupaten Kulon

Progo yaitu meningkatkan dan mendayaguna kawasan pantai yang bersinergi

dengan kelestarian ekosistem dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan kawasan pertanian, pariwisata, pertambangan, industri

bahari serta perdagangan dan jasa;

b. memulihkan kawasan yang semula kawasan penambangan;

c. memanfaatkan energi ramah lingkungan;

d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung; dan

e. melestarikan ekosistem pantai.

Kawasan sempadan pantai berada di sepanjang Pantai Samudera Hindia

dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke

arah darat, meliputi:

a. Kecamatan Temon;

b. Kecamatan Wates;

c. Kecamatan Panjatan; dan

d. Kecamatan Galur.

Adapun dalam bidang pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi

tinggi daerah sempadan pantai ditetapkan sebagai kawasan strategis, meliputi:

a. Kawasan pertambangan pasir besi di wilayah pantai yaitu Kecamatan

Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Galur.

b. Kawasan pembangkit listrik tenaga angin dan gelombang laut di pantai

selatan.

16

Kemudian dalam bidang pengembangan pesisir dan pengelolaan hasil

laut difokuskan pada Pantai Trisik, Pantai Karangwuni, Pantai Glagah, dan

Pantai Congot. Saat ini daerah pantai juga dikembangkan untuk kawasan

hutan mangrove yang berada di dua lokasi yaitu Jangkaran Kecamatan

Temon dan Banaran Kecamatan Galur. Berikut luasan tutupan mangrove

yang ada di Kabupaten Kulon Progo:

Tabel 3.1 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2017 No

. Lokasi

Luas Lokasi

(Ha)

Persentase

tutupan (%)

Kerapatan

(pohon/Ha)

1. Jangkaran, Temon 7 71,43 5.000

2. Banaran, Galur 5 40 4.000

Total 12 111,43 5.000

Sumber : Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Kulon

Progo, 2017

Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi, seperti tempat budidaya ikan

dan habitat air payau, mengurangi abrasi air laut, dan melindungi dari

bencana tsunami. Fungsi lain dari hutan mangrove sebagai objek wisata yang

dapat memberikan nilai ekonomis untuk masyarakat setempat maupun

pemerintah. Keindahan hutan mangrove dapat dijadikan tempat rekresi alam

untuk wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Gambar 3.2 Hutan Mangrove Wana Tirta, Pasir Mendit, Jangkaran Kecamatan

Temon Kabupaten Kulon Progo

Kawasan sempadan sungai sebagaimana meliputi Sungai Progo, Sungai

Serang, dan Sungai Bogowonto serta anak-anak sungainya dengan luas

kurang lebih 2047,732 hektar. Kawasan sekitar waduk berada di daratan

17

sepanjang tepian Waduk Sermo di sebagian Kecamatan Kokap dengan luas

341,841 hektar. RTH kawasan perkotaan ditetapkan dengan luas kurang lebih

2.023 hektar atau paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas keseluruhan

kawasan perkotaan berada di seluruh ibukota kecamatan, meliputi : Perkotaan

Wates; Perkotaan Temon; Perkotaan Panjatan; Perkotaan Brosot; Perkotaan

Lendah; Perkotaan Kokap; Perkotaan Sentolo; Perkotaan Girimulyo;

Perkotaan Nanggulan; Perkotaan Samigaluh; dan Perkotaan Kalibawang.

c.) Kawasan Suaka Alam

Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang memiliki ciri khas tertentu,

baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

kawasan keutuhan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya

yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Suaka

Alam terbagi menjadi dua, yaitu kawasan Suaka Margasatwa dan kawasan

Cagar Alam. Kawasan Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang

mempunyai kekhasan/keunikan keanekaragaman satwa liar, dalam

kelangsungan suaka margasatwa memerlukan upaya perlindungan dan

pembinaan terhadap populasi dan habitatnya. Selain kawasan Suaka

Margasatwa Kabupaten Kulon Progo juga memiliki Kawasan Cagar Budaya.

Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan

hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami

yang khas. Luas suaka alam sebesar 388 hektar yang di dalamnya terdapat

kawasan Suaka Alam dan kawasan Suaka Margasatwa serta Suaka Marga

Laut.

Kawasan suaka alam di Kabupaten Kulon Progo dalam pelestarian

alamnya meliputi:

a. taman wisata alam tracking dan hashing berada di Kali Biru Desa

Hargowilis Kecamatan Kokap, Gunung Kelir, dan Tamanan Desa

Jatimulyo Kecamatan Girimulyo;

b. taman wisata alam tracking, hashing, layang gantung, panorama, dan

agrowisata teh berada di Suroloyo Pegunungan Menoreh Kecamatan

Samigaluh; dan

18

c. pemandian alam, di Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih; dan Desa

Gerbosari Kecamatan Samigaluh.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Kulon

Progo, meliputi:

a. Makam Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan Kalibawang;

b. Kawasan Sendangsono berada di Kecamatan Kalibawang;

c. Gereja Santa Maria Lourdes Promasan berada di Desa Banjaroyo

Kecamatan Kalibawang;

d. Puncak Perbukitan Suroloyo berada di Kecamatan Samigaluh;

e. Gua alam Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo;

f. Makam keluarga Paku Alam Girigondo berada di Kecamatan Temon;

g. Jembatan Duwet berada di Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang;

h. Perumahan pabrik gula Sewu Galur berada di Desa Karangsewu

Kecamatan Galur;

i. Rumah TB. Simatupang berada di Desa Banjarsari Kecamatan

Samigaluh;

j. Rumah H. Djamal berada di Desa Sentolo Kecamatan Sentolo.

d.) Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang memiliki kondisi atau

karakteristik geologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial budaya,

politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu

tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai

kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk

bahaya tertentu. Kawasan rawan bencana terdiri dari Kawasan Rawan Tanah

Longsor, Kawasan Rawan Gelombang Pasang, dan Kawasan Rawan Banjir

dengan total luas 139.445 hektar. Luas kawasan Rawan Letusan Gunung

Berapi adalah 58.630 hektar, luas kawasan rawan gempa bumi adalah 58.630

hektar, luas rawan gerakan tanah di Kabupaten Kulon Progo adalah 8.039

hektar dan Kawasan Rawan Tsunami sebesar 14.146,05 hektar. Kawasan

rawan bencana yang ada pada RTRW Kabupaten Kulon Progo adalah

kawasan rawan bencana yang terdiri atas:

19

a. kawasan rawan banjir;

b. kawasan rawan bahaya kekeringan; dan

c. kawasan rawan bencana angin topan.

Kawasan rawan banjir ada di wilayah bagian Selatan – Timur, meliputi

Kecamatan Temon; Kecamatan Wates; Kecamatan Panjatan; Kecamatan

Galur; dan Kecamatan Lendah. Kawasan rawan bahaya kekeringan dan

kawasan rawan angin topan berada di seluruh kecamatan.

e.) Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi di Kabupaten Kulon Progo, meliputi:

a. kawasan sekitar mata air;

b. kawasan rawan bencana alam geologi; dan

c. cekungan air tanah.

Kawasan sekitar mata air meliputi sumber mata air Clereng dan Tuk

Mudal Anjir berada di Kecamatan Pengasih; Tuk Mudal dan Tuk Gua

Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo; Tuk Grembul berada di

Kecamatan Kalibawang; dan Tuk Gua Upas dan mata air Sekepyar berada di

Kecamatan Samigaluh; dan Kayangan berada di Kecamatan Girimulyo.

Kawasan rawan bencana alam geologi terdiri atas kawasan rawan letusan

gunung berapi; kawasan rawan gempa bumi; kawasan rawan gerakan tanah;

dan kawasan rawan tsunami. Kawasan rawan letusan gunung berapi berada di

seluruh kecamatan. Kawasan rawan gempa bumi berada di seluruh

kecamatan. Kawasan rawan gerakan tanah berada di deretan Perbukitan

Menoreh, meliputi Kecamatan Kokap; Kecamatan Sentolo; Kecamatan

Pengasih; Kecamatan Nanggulan; Kecamatan Girimulyo; Kecamatan

Kalibawang; dan Kecamatan Samigaluh. Kawasan rawan tsunami, meliputi

Kecamatan Temon; Kecamatan Wates; Kecamatan Panjatan; dan Kecamatan

Galur. Cekungan air tanah berupa cekungan air tanah Wates di Kecamatan

Wates.

20

2. Kawasan Budidaya

Gambar 3.3 Peta Kawasan Budidaya Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032

Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya di

Kabupaten Kulon Progo, terdiri atas:

a.) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032, Arahan

peruntukan Hutan Produksi adalah hutan produksi terbatas yang berada di

Desa Hargomulyo dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap dengan luas 601,6

hektar dan ditetapkan sebagai kawasan penyangga.

b.) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Arahan peruntukan Hutan Rakyat pada Kabupaten Kulon Progo

berdasarkan rencana pola ruang tahun 2012-2032 meliputi:

21

Tabel 3.2 Luas Hutan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo

No Nama Kecamatan Luas (Ha)

1. Wates 184

2. Galur 291

3. Nanggulan 435

4. Lendah 572

5. Panjatan 651

6. Temon 794,25

7. Sentolo 937

8. Pengasih 1.389

9. Kalibawang 1.855,37

10. Girimulyo 3.095,5

11. Samigaluh 3.675

12. Kokap 4.247

Sumber: Lembar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Kulon Progo Tahun (2012-2032), 2017

c.) Kawasan Peruntukan Pertanian

Arahan penetapan kawasan pertanian berdasarkan rencana pola ruang

Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 terdiri dari beberapa macam

kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, dan kawasan

agropolitan. Penetapan kawasan pertanian tanaman pangan terdiri atas

kawasan peruntukan pertanian lahan basah dengan luas kurang lebih 10.622

hektar meliputi semua kecamatan di Kabupaten Kulon Progo kecuali

Kecamatan Kokap serta kawasan peruntukan pertanian lahan kering dengan

luas kurang lebih 29.328 hektar tersebar di seluruh kecamatan. Penetapan

kawasan peruntukan pertanian holtikultura tersebar di seluruh kecamatan.

Kawasan peruntukan perkebunan terdiri atas komoditas kakao, kopi,

kelapa, cengkeh, tembakau, nilam, lada, teh, gebang, dan jambu mete.

Komoditas kakau diarahkan pada Kecamatan Temon, Wates, Panjatan,

Pengasih, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan

Samigaluh; Komoditas kopi diarahkan pada Kecamatan Pengasih, Kokap,

Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas kelapa diarahkan pada

seluruh kecamatan; Komoditas cengkeh diarahkan pada Kecamatan Pengasih,

Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas

tembakau diarahkan pada Kecamatan Sentolo dan Pengasih; Komoditas nilam

diarahkan pada Kecamatan Giimulyo dan Samigaluh; Komoditas lada

22

diarahkan pada Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh;

Komoditas teh diarahkan pada Kecamatan Girimulyo dan Kecamatan

Samigaluh; Komoditas gebang diarahkan pada Kecamatan Sentolo, Pengasih

dan Nanggulan; Komoditas jambu mete diarahkan pada Kecamatan Temon,

Wates, Panjatan, Galur, Sentolo dan Nanggulan.

Penetapan kawasan peruntukan peternakan terdiri atas Peternakan besar

dengan komoditas sapi, kuda dan kerbau, Peternakan kecil dengan komoditas

kambing, domba, babi dan kelinci, Peternakan unggas dengan komoditas

ayam, itik, dan puyuh. Semua jenis peternakan tersebar di seluruh kecamatan.

Pengembangan kawasan agropolitan, terdiri atas pengembangan kawasan

agropolitan Kalibawang dengan desa pusat pengembangan berada di Desa

Banjararum Kecamatan Kalibawang serta pengembangan kawasan

agropolitan Temon dengan desa pusat pengembangan berada di Desa

Jangkaran Kecamatan Temon.

d.) Kawasan Peruntukan Perikanan

Arahan penetapan kawasan perikanan berdasarkan rencana pola ruang

Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 adalah kawasan peruntukan

perikanan tangkap, kawasan peruntukan perikanan budidaya, kawasan

peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Kawasan peruntukan

perikanan tangkap berada di wilayah pantai sepanjang 24,9 kilometer sampai

dengan 4 mil laut ke Samudera Hindia, meliputi Kecamatan Wates, Panjatan

dan Galur. Kawasan peruntukan perikanan budidaya meliputi budidaya

perikanan darat tersebar di seluruh kecamatan dan budidaya perikanan air

payau, meliputi Kecamatan Temon, Wates, dan Galur. Kawasan peruntukan

pengolahan dan pemasaran hasil perikanan meliputi industri pengolahan

tepung ikan di Desa Glagah Kecamatan Temon, Tempat Pelelangan Ikan

(TPI), dan pasar induk perikanan di sekitar Kompleks Perdagangan Gawok

Kecamatan Wates. Terdapat 4 TPI di kabupaten Kulon Progo, masing-masing

TPI tersebut adalah TPI di pelabuhan pendaratan ikan Tanjung Adikarta Desa

Karangwuni Kecamatan Wates, TPI Congot di Desa Jangkaran Kecamatan

Temon, TPI Bugel di Kecamatan Panjatan dan TPI Trisik di Desa Banaran

Kecamatan Galur.

23

Sarana dan prasarana penunjang kegiatan perikanan di Kabupaten Kulon

Progo meliputi Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Adikarta di Desa

Karangwuni Kecamatan Wates dan sebagian Desa Glagah Kecamatan Temon

dengan luas kurang lebih 83 (delapan puluh tiga) hektar serta PPI Bugel, PPI

Sindutan, dan PPI Congot berada di Kecamatan Temon. Kawasan

Minapolitan dengan luas kurang lebih 7.160 (tujuh ribu seratus enam puluh)

hektar, meliputi pusat perikanan budidaya dan tangkap di Kecamatan Wates

dan pusat perikanan budidaya di Kecamatan Nanggulan.

e.) Kawasan Peruntukan Pertambangan

Terdapat tiga jenis kawasan peruntukan pertambangan berdasarkan Pola

Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032. Ketiga jenis

kawasan peruntukan pertambangan tersebut adalah kawasan peruntukan

pertambangan mineral, kawasan peruntukan pertambangan batubara, dan

kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas bumi.

Kawasan peruntukan pertambangan mineral terdiri atas mineral logam serta

mineral bukan logam dan batuan.

Mineral logam meliputi mineral logam emas, barit, dan galena di

Kecamatan Kokap yang berada di Desa Kalirejo, Hargotirto, Hargowilis,

Hargorejo dan Hargomulyo, mineral logam mangan yang berada di Desa

Kalirejo, Desa Hargowilis, dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap; Desa

Jatimulyo, Desa Giripurwo, Desa Pendoworejo, dan Desa Purwosari berada

di Kecamatan Girimulyo; Desa Karangsari, Desa Sendangsari, Desa

Sidomulyo, dan Desa Pengasih berada di Kecamatan Pengasih; Desa

Banyuroto dan Desa Donomulyo berada di Kecamatan Nanggulan; Desa

Purwoharjo, Desa Sidoharjo, Desa Gerbosari, Desa Pagerharjo, Desa

Ngargosari, Desa Pagerharjo, Desa Banjarsari, dan Desa Kebonharjo berada

di Kecamatan Samigaluh; dan Desa Banjararum, Desa Banjarasri, dan Desa

Banjaroyo berada di Kecamatan Kalibawang serta mineral logam pasir besi

yang berada di Desa Jangkaran, Desa Sindutan, Desa Palihan, dan Desa

Glagah Kecamatan Temon; Desa Karangwuni Kecamatan Wates; Desa

Garongan, Desa Pleret, dan Desa Bugel berada di Kecamatan Panjatan; dan

24

Desa Karangsewu, Desa Banaran, Desa Nomporejo, dan Desa Kranggan

berada di Kecamatan Galur.

Mineral bukan logam dan batuan terdiri atas pasir kuarsa, phospat,

gipsum, kaolin/tanah liat, batu gamping, trass, marmer, batu setengah mulia

dan fosil kayu, andesit, bentonit, pasir dan batu, serta tanah urug.

Kawasan peruntukan pertambangan batubara meliputi Desa Kembang

dan Desa Banyuroto berada di Kecamatan Nanggulan dan Desa Pendoworejo

Kecamatan Girimulyo. Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi,

minyak dan gas bumi meliputi seluruh kecamatan.

f.) Kawasan Peruntukan Industri

Arahan penetapan kawasan peruntukan industri dalam Rencana Pola

Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 terdiri atas industri

besar dan industri kecil. Industri besar meliputi Kawasan Industri Sentolo

dengan luas kurang lebih 4.796 (empat ribu tujuh ratus sembilan puluh enam)

hektar yang berada di Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Lendah, Kawasan

Industri Temon di Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 500 (lima

ratus) hektar, dan Kawasan peruntukan industri berada di Kecamatan

Nanggulan. Industri kecil dan mikro tersebar di seluruh kecamatan, meliputi

industri pengolahan pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan

bahan bangunan, industri logam dan jasa, dan industri kerajinan.

g.) Kawasan Peruntukan Pariwisata

Berdasarkan Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun

2012-2032, arahan kawasan peruntukan pariwisata Kabupaten Kulon Progo

meliputi kawasan peruntukan pariwisata alam, kawasan peruntukan

pariwisata budaya, dan kawasan peruntukan pariwisata buatan. Kawasan

peruntukan pariwisata alam meliputi Pantai Glagah berada di Kecamatan

Temon, Pantai Trisik berada di Kecamatan Galur, Pantai Congot berada di

Kecamatan Temon, Pantai Bugel berada di Kecamatan Panjatan, Puncak

Suroloyo berada di Kecamatan Samigaluh, Goa Kiskendo berada di

Kecamatan Girimulyo, Gunung Kuncir berada di Kecamatan Samigaluh,

Gunung Kelir berada di Kecamatan Girimulyo, Goa Sumitro berada di

25

Kecamatan Girimulyo, Goa Sriti berada di Kecamatan Samigaluh, Goa

Lanang Wedok berada di Kecamatan Pengasih, Goa Kebon berada di

Kecamatan Panjatan, Gunung Lanang berada di Kecamatan Temon, Goa

Banyu Sumurup di Kecamatan Samigaluh, dan Arung Jeram di Sungai Progo.

Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi Makam Nyi Ageng Serang

berada di Kecamatan Kalibawang, Goa Maria Sendangsono berada di

Kecamatan Kalibawang, Monumen Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan

Wates, Makam Keluarga Pakualaman Girigondo berada di Kecamatan

Temon, Petilasan Linggo Manik berada di Kecamatan Samigaluh, Petilasan

Ki Jaragil berada di Kecamatan Samigaluh, Makam Pangeran Aris Langu

berada di Kecamatan Kalibawang, Makam Kyai Krapyak berada di

Kecamatan Kalibawang, Petilasan Demang Abang berada di Kecamatan

Kalibawang, dan Makam Kyai Paku Jati berada di Kecamatan Pengasih.

Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi Waduk Sermo berada di

Kecamatan Kokap, Pemandian Clereng berada di Kecamatan Pengasih,

Taman Wisata Ancol berada di Kecamatan Kalibawang, Jembatan Bantar

berada di Kecamatan Sentolo, Jembatan Duwet berada di Kecamatan

Kalibawang, wisata agro meliputi Kecamatan Temon, Galur, Panjatan,

Kokap, Kalibawang dan Samigaluh, wisata desa kerajinan, meliputi

Kecamatan Galur, Lendah, Nanggulan, Kalibawang dan Sentolo.

h.) Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan Permukiman dibagi dua yakni Kawasan peruntukan

permukiman perkotaan dan Kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

Kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi Perkotaan Temon,

Panjatan, Brosot, Lendah, Sentolo, Kokap, Nanggulan, Girimulyo,

Kalibawang, Dekso dan Samigaluh. Kawasan peruntukan permukiman

perdesaan meliputi Desa Glagah Kecamatan Temon, Desa Panjatan

Kecamatan Panjatan, Desa Brosot dan Desa Tirtorahayu berada di Kecamatan

Galur, Desa Sentolo Kecamatan Sentolo, Desa Hargomulyo Kecamatan

Kokap, Desa Jatisarono Kecamatan Nanggulan, Desa Jatimulyo Kecamatan

Girimulyo, Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang dan Desa Pagerharjo

Kecamatan Samigaluh.

26

Pemanfaatan kawasan peruntukan permukiman berada di seluruh

kecamatan, terdiri atas pengembangan permukiman swadaya, kawasan

permukiman siap bangun, permukiman baru. Pengembangan permukiman

khusus, terdiri atas permukiman nelayan berada di Kecamatan Wates,

permukiman transmigrasi lokal berada di Kecamatan Panjatan dan Galur.

i.) Kawasan Peruntukan Lainnya

Arahan penetapan kawasan peruntukan lainnya dalam Rencana Pola

Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah kawasan

peruntukan perdagangan dan jasa serta kawasan pertahanan dan keamanan.

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi Kecamatan Temon,

Wates dan Sentolo. Kawasan pertahanan dan keamanan meliputi Satuan

Radar Militer berada di Desa Jangkaran Kecamatan Temon, Detasemen 2

Satuan Brigade Mobil Daerah Istimewa Yogyakarta berada di Kecamatan

Sentolo, Markas polisi perairan (pos polisi laut) berada di Desa Glagah

Kecamatan Temon, Pos TNI Angkatan Laut berada di Desa Karangwuni

Kecamatan Wates, Markas Komando Distrik Militer berada di Desa Triharjo

Kecamatan Wates, Markas Komando Rayon Militer tersebar di seluruh

kecamatan, Markas Kepolisian Resor berada di Desa Kedungsari Kecamatan

Pengasih, Markas Kepolisian Sektor tersebar di seluruh kecamatan, dan

Lapangan tembak Sentolo berada di Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo.

3.1.2 Usaha Pemanfaatan Lahan

Menurut penggunaan lahan utama, lahan terdiri dari non pertanian, sawah,

lahan kering, perkebunan, hutan, dan badan air. Adapun di Kabupaten Kulon

Progo penggunaan lahan utama dapat dilihat pada tabel berikut:

27

Tabel 3.3 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tahun 2016

No. Kecamatan

Luas Lahan (Ha)

Non

Pertanian Sawah

Lahan

Kering Perkebunan Hutan

Badan

Air Total

1. Temon 1.084 932 1.189 0 50 0 3.255

2. Wates 659 710 965 0 5 0 2.339

3. Panjatan 470 1.055 2.077 0 651 0 4.253

4. Galur 1.134 1.169 894 0 50 0 3.247

5. Lendah 602 658 126 0 50 0 1.436

6. Sentolo 1.663 1.166 694 0 740 0 4.263

7. Pengasih 1.405 647 627 0 770 0 3.449

8. Kokap 3.688 93 597 0 1.754 0 6.132

9. Girimulyo 638 536 2.211 545 1.210 0 5.140

10. Nanggulan 213 1.600 1.317 0 25 0 3.155

11. Samigaluh 1.339 741 2.517 45 492 0 5.134

12. Kalibawang 594 947 2.358 0 350 0 4.249

Total 12.582 13.489 10.254 15.572 590 6.147 0

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2017

Luas penggunaan lahan utama di Kabupaten Kulon Progo terbesar yaitu

untuk non pertanian. Luasan terbesar di Kecamatan Kokap dan luasan terkecil di

Kecamatan Nanggulan. Sebaliknya pada penggunaan lahan sawah Kecamatan

Kokap memiliki luasan terkecil, sedangkan luasan terbesar di Kecamatan

Nanggulan. Selanjutnya pada lahan kering dengan luasan terbesar berasa di

Kecamatan Samigaluh, Kalibawang dan Girimulyo. Penggunaan lahan

perkebunan terbesar yaitu di Kecamatan Girimulyo yaitu berupa perkebunan teh.

Penggunaan lahan hutan ada di semua kecamatan, namun luasan terbesar di

Kecamatan Kokap dan Girimulyo. Secara terperinci fungsi dan status hutan di

Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Tahun 2017 No. Fungsi Hutan Luas (Ha)

A. Berdasarkan Fungsi Hutan

1. Hutan Produksi 1.084

2. Hutan Lindung 659

3. Taman Nasional 470

4. Taman Wisata Alam 1.134

5. Taman Buru 602

6. Cagar Alam 1.663

7. Suaka Margasatwa 1.405

8. Taman Hutan Raya 3.688

B. Berdasarkan Status Hutan

1. Hutan Negara (Kawasan Hutan) 1.046,49

2. Hutan Hak/Hutan Rakyat 20.795,6

3. Hutan Kota 9,3oo

5. Taman Hutan Raya 0

6. Taman Keanekaragaman Hayati 0

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2017

28

Berdasarkan fungsinya, hutan di Kabupaten Kulon Progo terdiri dari hutan

produksi, hutan lindung, dan suaka margasatwa dengan luasan terbesar berupa

hutan produksi seluas 601,5 hektar. Hutan berdasarkan statusnya dibagi menjadi

dua, yaitu hutan hak/hutan rakyat dan hutan kota. Luas hutan rakyat adalah 22.308

hektar dan hutan kota seluas 9,3 hektar.

Perubahan penggunaan lahan mencerminkan laju pembangunan suatu

daerah. Di Kabupaten Kulon Progo, perubahan penggunaan lahan terbesar yaitu

lahan pertanian menjadi lahan permukiman. Luas perubahan penggunaan lahan

secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun

2017

No. Jenis

Penggunaan

Luas (Ha)

Sumber Perubahan Lama

(2016)

Baru

(2017)

1. Pemukiman 9.156 9.156 −

2. Industri 3.763,11 3.763,11 −

3. Perkebunan 17.353,09 17.353,09 −

4. Pertambangan 7.108,05 7.108,05 −

5. Sawah 10.622 10.622 −

6. Pertanian Lahan

Kering

29.328 29.328

7. Perikanan 832,95 832,95 -

8. Perdagangan 364,13 364,13 −

Sumber : Data dari berbagai sumber, 2017

Keterangan : Luas pertambangan berdasarkan UKL-UPL

: nol (0) berarti tidak terdapat data

Selain permukiman (9.156 hektar), pengembangan bandara juga

mempengaruhi adanya perubahan lahan. Pada tabel diatas disebutkan bahwa ada

perubahan lahan dari perikanan menjadi bandara kurang lebih 45,34 hektar. Luas

lahan perkebunan tidak mengalami perubahan. Lahan sawah dan pertanian lahan

kering juga tidak mengalami perubahan secara signifikan. Berdasarkan dokumen

UKL-UPL terjadi penurunan luas lahan pertambangan sebesar 36,2295 hektar, hal

ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan pertambangan yang tidak

mendasarkan pada aspek lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian

khusus pada bidang pertambangan.

29

Jenis pemanfaatan lahan di Kabupaten Kulon Progo meliputi empat

bidang, yaitu tambang, perkebunan, pertanian, dan pemanfaatan hutan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6 Jenis Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

No. Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Keterangan

1. Tambang 95 -

2. Perkebunan 590 -

3. Pertanian 10.254 -

4. Pemanfaatan Hutan 6.147 -

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2017

Kegiatan pertambangan dilakukan oleh sembilan perusahaan yang

memiliki izin, dengan skala menengah. Luas areal penambangan yaitu 134,1205

hektar. Adapun nama-nama perusahaan yang mengelola hasil tambang sebagai

berikut:

Tabel 3.7 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian

Tahun 2017

No. Jenis Bahan

Galian

Nama

Perusahaan

Luas Ijin

Usaha

Penambangan

(Ha)

Luas

Areal

(Ha)

Produksi

(Ton/

Tahun)

1.

Penambangan dan

Pengolahan Batu

Andesit

CV. Muncul

Karya 6,5 6,5 75,000

2. Penambangan

Tanah Urug

Pt. Tirta Mulya

Sarana 5,4 5,4 40,560

3.

Penambangan dan

Pengolahan Batu

Andesit

CV. Handika

Karya 30 30 34,000

4. Penambangan

Tanah Urug

Bambang

Ratmoko

Yuliyanta, ST

5,8 5,8 40,560

5.

Penambangan dan

Pengolahan Batu

Andesit

PT. Harmak

Indonesia 28,5 28,5 180,000

6. Penambangan Batu

Andesit

PT. Batu Prima

Mandiri 49,81 49,81 400,000

7. Penambangan

Tanah Urug

PT. Maju

Manunggal Abadi 3,53 3,53 207,000

30

No. Jenis Bahan

Galian

Nama

Perusahaan

Luas Ijin

Usaha

Penambangan

(Ha)

Luas

Areal

(Ha)

Produksi

(Ton/

Tahun)

8. Penambangan

Tanah Urug Purwanto 5 5 135,000

9. Penambangan

Tanah Urug

CV. Selo Mandiri

Sejahtera 2,73 2,73 110,000

10.

Penambangan dan

Pengolahan Batu

Andesit

PT. Sari Bhumi

Khatulistiwa 29,45 29,45 140,000

11. Penambangan Batu

Andesit

CV. Widya

Segara Karya 30 30 100,800

12.

Penambangan dan

Pengolahan Batu

Andesit

CV. Central Stone

Perkasa 30 30 87,091

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2017

Pertambangan terbesar di Kabupaten Kulon Progo yaitu pertambangan

andesit yang dikelola oleh 12 perusahaan dengan memproduksi 1550,01 ton

pertahun. Kemudian disusul dengan pertambangan pasir dan batu, serta sirtu.

3.1.3 Lahan Kritis

Lahan kritis merupakan lahan yang sangat tandus dan gundul dengan

tingkat kesuburan yang sangat rendah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai

lahan pertanian. Lahan ini masih dapat dikelola walaupun produktifitasnya

rendah. Luas lahan kritis di dalam maupun di luar kawasan hutan di Kabupaten

Kulon Progo sebesar 4.908,69 hektar. Luas lahan kritis tahun 2017 sama dengan

tahun 2016. Kecamatan yang memiliki lahan kritis terbesar yaitu Kecamatan

Temon sebesar 15 persen, disusul Kecamatan Galur sebesar 14 persen dan

Kecamatan Panjatan sebesar 13 persen. Lahan kritis di wilayah Kecamatan

Temon, Kecamatan Galur dan Kecamatan Panjatan sebagian besar berlokasi di

lahan pantai di mana kekritisan lahannya terutama dilihat dari parameter kondisi

tutupan vegetasi yang ada.

31

Gambar 3.4 Persentase Luas Lahan Kritis di dalam dan Luar Kawasan Hutan Per

Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo

Lahan kritis terjadi karena beberapa faktor. Adapun faktor yang

menyebabkan terjadinya lahan kritis antara lain:

1. Kekeringan,

2. Genangan air yang terus menerus seperti di daerah pantai yang selalu tertutup

rawa-rawa menyebabkan tanahnya bersifat asam,

3. Erosi tanah atau longsor ,

4. Pengelolaan tanah yang tidak memperhatikan aspek-aspek kelestarian

lingkungan,

5. Masuknya material yang bertahan lama ke lahan pertanian karena tidak dapat

diuraikan oleh bakteri, seperti plastic,

6. Pencemaran zat pencemar, seperti pestisida dan limbah pabrik.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah berupaya dalam pengelolaan

lahan kritis yang ditandai dengan menurunnya luas lahan kritis. Upaya tersebut

adalah melalui kegiatan penanaman (vegetatif) dan pembuatan bangunan sipil

teknis untuk konservasi lahan dan air. Namun demikian upaya-upaya konservasi

dan rehabilitasi lahan perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Jika lahan kritis tetap

dibiarkan atau tidak ada perlakuan perbaikan maka akan mengancam kehidupan

manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Undang-Undang

32

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Rehabilitasi hutan

dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan

fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya

dalam mendukung sistem kehidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi Hutan

dan Lahan diselenggarakan melalui kegiatan Reboisasi, Penghijauan,

Pemeliharaan Pengayaan Tanaman atau Penerapan Teknik Konservasi tanah

secara vegetatif dan sipil teknis. Kegiatan penghijauan yang telah dilakukan oleh

Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8 Realisasi Kegiatan Penghijauan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

No. Kecamatan

Penghijauan Realisasi Reboisasi

Target

(Ha)

Luas

Realisasi

(Ha)

Jumlah

Pohon

(batang)

Target

(Ha)

Luas

Realisasi

(Ha)

Realisasi

Jumlah

Pohon

(Batang)

1. Temon - - 1.500 0 0 0

2. Wates - - 150 0 0 0

3. Panjatan - - − 0 0 0

4. Galur - - 220 0 0 0

5. Lendah - - − 0 0 0

6. Sentolo - - − 0 0 0

7. Pengasih - - 299 0 0 0

8. Kokap - - 1.000 0 0 0

9. Girimulyo - - − 0 0 0

10. Nanggulan - - − 0 0 0

11. Samigaluh - - − 0 0 0

12. Kalibawang - - − 0 0 0

Total 453 453 3.169 0 0 0

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2017

Pada tahun 2017 dilakukan penghijauan dengan menanam pohon yang

berlokasi di lima kecamatan. Beberapa manfaat kegiatan penghijauan di daerah

dataran tinggi antara lain memulihkan produktivitas tanah pada lahan kritis,

memperluas lahan serapan air hujan, dan meminimalisir terjadinya longsor.

3.1.4 Rencana Pengelolaan Pesisir dan Laut

Upaya pembangunan Kabupaten Kulon Progo dan tuntutan pertumbuhan

pembangunan sesuai perencanaan RTRW Kabupaten Kulon Progo 2012-2032,

maka ditetapkan beberapa rencana pencapaian visi misi pembangunan kabupaten

terutama pembangunan wilayah pesisir dan laut. Program perencanaan

pengelolaan pesisir dan laut di wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah

33

pembangunan pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto dan pembangunan jalan

jalur lintas selatan (JJLS).

Pembangunan pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto Pelabuhan

merupakan salah satu prasarana kunci untuk pengelolaan dan pemanfaatan potensi

suatu kawasan. Provinsi DIY mempunyai pantai Samudra Indonesia sepanjang

kurang lebih 110 Km yang memiliki sumberdaya perikanan sangat besar.

Penangkapan ikan masih menggunakan kapal-kapal kecil dengan motor tempel.

Untuk dapat meningkatkan hasil tangkapan diperlukan kapal-kapal besar yang

memerlukan adanya pelabuhan besar yaitu Pelabuhan Tanjung Adhikerto. Saat

ini, kondisi pelabuhan sudah ada bangunan pelengkap pelabuhan seperti dermaga,

pemecah gelombang, kantor Syahbandar, kolam pelabuhan, dan tambatan kapal,

serta bangunan.

Sedangkan Jalan Jalur Lintas Selatan berada pada garis pantai selatan

Kabupaten Kulon Progo. JJLS dimanfaatkan untuk pendukung distribusi

kendaraan dari pelabuhan dan Bandara Baru menuju kota-kota besar lintas

provinsi. Pembangunan JJLS memiliki panjang ruas jalan sepanjang 122,9

kilometer. Pengelolaan pesisir dan laut pada Kabupaten Kulon Progo dengan

dibangunnya pelabuhan dan jalan lintas selatan diharapkan dapat menjadikan

gerbang perekonomian baru wilayah Provinsi DIY sehingga masyarakat

Kabupaten Kulon Progo akan ikut serta dalam pertumbuhan ekonomi dengan

terbukanya berbagai jenis usaha di sektor perekonomian.

3.2. Kualitas Air

Air merupakan sumber daya alam yang selalu digunakan oleh manusia

dalam beraktivitas sehari-hari. Air dapat diperoleh dari berbagi tempat seperti air

sungai, air danau, air waduk, air sumur dan air dari mata air pegunungan.

Kebutuhan manusia terhadap air tidak dapat tergantikan oleh sumber daya alam

lainnya, hal ini dikarenakan peran air berdasarkan kegunaannya sangat dibutuhkan

manusia untuk minum, mandi, mencuci, mengairi sawah pertanian serta

peternakan ikan. Kualitas air harus tetap dijaga agar dapat digunakan dengan

aman dan tidak memberikan dampak negatif/penyakit terhadap makhluk hidup.

Kualitas air diuji melalui pengambilan sampel dan menganalisis kandungan air

terhadap parameter pencemaran air. Harus segera dilakukan tindakan apabila hasil

34

pengujian kualitas air menunjukan bahwa air telah tercemar atau tidak sesuai

dengan baku mutu yang ditetapkan. Edukasi pentingnya menjaga kualitas air juga

harus selalu ditanamkan kepada seluruh generasi penerus bangsa agar kelestarian

air di daerah Kabupaten Kulon Progo serta seluruh wilayah dapat terjaga dengan

baik.

3.2.1. Kualitas Air Sungai

Wilayah Kabupaten Kulon Progo menjadi bagian dari beberapa wilayah

Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS yang melewati wilayah Kabupaten Kulon

Progo adalah DAS Bogowonto, DAS Serang dan DAS Progo. DAS Progo

merupakan DAS yang paling luas, yaitu meliputi 31.163,774 hektar atau 53,16

persen dari luas Kabupaten Kulon Progo yang sekaligus mengindikasikan sebagai

DAS yang paling banyak mensuplai air, baik itu ke dalam bentuk air permukaan

maupun air tanah. Luas DAS Serang lebih kecil, namun tetap saja kontribusinya

terhadap sumber air di wilayah Kabupaten Kulon Progo sangat penting, karena

luasannya mencakup 24.152,86 hektar atau 41,20 persen dari total luas Kabupaten

Kulon Progo. DAS Bogowonto hanya mencakup 3.310,878 hektar atau 5,65

persen saja, selain itu keluaran dari air yang masuk ke DAS Bogowonto ini berada

diluar wilayah Kabupaten Kulon Progo.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo melakukan pengujian

terhadap kualitas air Sungai Serang di tahun 2017. Sungai Serang memiliki

panjang sungai yaitu 23,16 km. Lebar permukaan sungai Serang adalah 60 meter

dan memiliki kedalaman 8 meter. Sungai serang memiliki daya debit maksimal

sebesar 1500 m3/dtk. Pemantauan kualitas air Sungai Serang dilakukan sebanyak

dua kali periode dalam satu tahun, yaitu pada bulan November dan Desember

tahun 2017. Penetapan kualitas air sungai Serang dilakukan pada tiga lokasi

pengambilan yang tergolong dalam air sungai kelas II dan III. Parameter kualitas

air yang dianalisa meliputi parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter fisika

meliputi temperatur, TDS, dan TSS. Parameter kimia meliput pH, Oksigen terlarut

(DO), BOD, COD, Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), Sulfida (H2S), Deterjen, dan

Fenol. Parameter biologi hanya dilakukan pengukuran terhadap parameter Total

Coli.

35

Gambar 3.5. Dokumentasi Pemantauan Kualitas Air Sungai

1. Hasil Pemantauan Periode I dan II terhadap Parameter Fisika

Tabel 3.9. Hasil Pemantauan Periode I Parameter Temperatur Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling

Tempe

ratur

(0C)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis

Kokap 2 November 2017 27,3

20-30 0C 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 27,3

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 27,4

Tabel 3.10. Hasil Pemantauan Periode II Parameter Temperatur Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling

Tempe

ratur

(0C)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis

Kokap 6 Desember 2017 27,1

20-30 0C 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 27,1

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 27,1

Pemantauan parameter temperatur air sungai yang dilakukan di 3 lokasi

selama 2 periode menunjukkan besar temperatur 27,1 sampai 27,4 0C.

Temperatur air sungai di Kabupaten Kulon Progo sangat bervariasi menurut

tempat dan waktu, yaitu temperatur pada tempat perbukitan Menoreh lebih rendah

dibandingkan sungai yang berada didekat pantai serta temperatur air sungai juga

berbeda saat pagi, siang dan malam. Intensitas matahari mempengaruhi besarnya

temperatur selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pegunungan atau

dataran rendah.Hasil pemantauan air sungai di Kabupaten Kulon Progo masuk

36

kategori temperatur normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan

temperatur yang signifikan.

Nilai temperatur air sungai memiliki pengaruh terhadap lingkungan

sungai antara lain jumlah oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan

binatang yang terdapat di dalam sungai. Kondisi temperatur normal pada sungai di

Kabupaten Kulon Progo juga membuat kehidupan dan proses-proses kimia akan

berlangsung normal.Apabila temperatur yang terdapat di sungai tinggi dan

melebihi baku mutu maka kecepatan reaksi akan menjadi lebih cepat demikian

pula sebaliknya. Tingginya nilai temperatur air sungai juga akan membahanyakan

makhluk hidup yang ada di dalam air sungai.

Tabel 3.11. Hasil Pemantauan Periode I Parameter TDS Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling TDS

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 150

1000 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 236

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 363

Tabel 3.12. Hasil Pemantauan Periode II Parameter TDS Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling TDS

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 122

1000 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 209

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 284

Parameter TDS (Total Dissolve Solid) merupakan zat terlarut organik dan

anorganik. Hasil pemantauan di tiga lokasi pantai pada air sungai di Kabupaten

Kulon Progo tahun 2017 memiliki nilai dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hal

ini memberikan kesimpulan bahwa kualitas air sungai tidak tercemar oleh

parameter TDS dan dalam kondisi yang normal.

Tabel 3.13. Hasil Pemantauan Periode I Parameter TSS Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling TSS

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 12

20 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 22

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 5

37

Tabel 3.14. Hasil Pemantauan Periode II Parameter TSS Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling TSS

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 10

20 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 16

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 12

Parameter TSS(Total Suspended Solid) adalah kandungan zat padat yang

tersuspensi dalam air, dapat berupa pasir, lumpur, tanah maupun logam berat.

Berdasarkan data tabel parameter TTS di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS

air sungai di KabupatenKulon Progo tahun 2017 terdapat satu titik lokasi yang

memiliki nilai TSS melebihi baku mutu yaitu pemantauan periode I di Jembatan

Durungan Wates. Nilai tersebut tidak terlalu jauh dari nilai baku mutu yaitu

sebesar 22 mg/L. Nilai TSS di Jembatan Durungan Wates pada periode II telah

kembali normal dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hal tersebut menunjukan

bahwa air sungai di Kabupaten Kulon Progo termasuk air sungai yang jernih dan

tidak memiliki kandungan zat padat yang tinggi.

2. Hasil Pemantauan Periode I dan II terhadap Parameter Kimia

Tabel 3.15. Hasil Pemantauan Periode I Parameter pH Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling pH Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 7,47

7 - 8,5 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 7,61

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 7,82

Tabel 3.16. Hasil Pemantauan Periode II Parameter pH Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling pH Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 7,94

7 – 8,5 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 7,79

3 Jembatan Karangwuni Wates 6Desember 2017 7,80

Parameter pH menunjukan konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air

sungai dianggap asam jika nilai pH kurang dari 7 dan dianggap basa jika lebih

dari 7. Baku Mutu pH untuk laut bahari berkisar antara 7 – 8,5 di luar nilai itu

berarti air sungai mengalami pencemaran. Hasil pemantauan di sungai Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2017 berada pada nilai normal yaitu antara 7,47 – 7,94.

38

Tabel 3.17. Hasil Pemantauan Periode I Parameter DO Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling DO

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 8,48

>5 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 7,72

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 7,61

Tabel 3.18. Hasil Pemantauan Periode II Parameter DO Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling DO

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 8,66

>5 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 7,98

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 7,99

Parameter DO(Dissolved Oxygen) adalah oksigen yang terlarut dalam air,

berasal dari difusi oksigen udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air. Kecepatan

difusi oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu,

salinitas, pergerakan massa air dan udara. Kadar oksigen dalam air akan

bertambah dengan semakin rendahnya suhu, dan berkurang dengan semakin

tingginya salinitas. Berdasarkan data pada tabel menunjukan kadar DO di seluruh

pemantauan air sungai Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 pada dua periode

sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Kadar oksigen terlarut di sungai

Kabupaten Kulun Progo cukup tinggi, artinya kualitas perairan dari kandungan

oksigennya cukup baik untuk kehidupan makhluk hidup di dalamnya.

Tabel 3.19. Hasil Pemantauan Periode I Parameter BOD Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling BOD

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 2,09

10 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 <0,86

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 <0,70

Tabel 3.20. Hasil Pemantauan Periode II Parameter BOD Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling BOD

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 1,12

10 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 1,23

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 0,92

39

Parameter BOD (Biologycal Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen

yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi

aerobik. Pemecahan bahan organik sendiri diartikan sebagai bahan organik yang

digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya yang diperoleh

dari proses oksidasi. Nilai BOD penting untuk menentukan tingkat pencemaran

dari tingkat hulu sampai muara. Penguraian bahan organik secara biologis di alam

melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan

hasil akhir Karbon dioksida (CO2) dan air (H2O).

Konsentrasi BOD air sungai di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2017

berkisar antara <0,70 – 2,09 mg/L, yang menunjukkan bahwa BOD air sungai

pada lokasi titik pemantauan masih berada di bawah ambang batas baku mutu

yaitu 10 mg/L. Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar

organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air sungai dalam kondisi

normal.

Tabel 3.21. Hasil Pemantauan Periode I Parameter COD Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling COD

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 7,202

200 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 4,690

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 9,242

Tabel 3.22. Hasil Pemantauan Periode II Parameter COD Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling COD

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 2,972

200 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 2,860

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 2,728

Parameter COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan banyaknya

kandungan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik

secara kimia. Hasil pemantauan di tiga lokasi pantai pada air sungai di Kabupaten

Kulon Progo tahun 2017 memiliki nilai normal sesuai baku mutu yang ditetapkan.

40

Tabel 3.23. Hasil Pemantauan Periode I Parameter NO2 Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling NO2

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 0,037

0,2 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 0,224*

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 0,686*

Tabel 3.24. Hasil Pemantauan Periode II Parameter NO2 Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling NO2

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 0,142

0,2 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 0,167

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 0,221*

Parameter Nitrit (NO2) merupakan bentuk nitrogen yang berperan

sebagai nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga di dalam air sungai.

Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari

0,2 mg/L menggambarkan terjadinya eutrofikasi perairan. Sumber nitrit berasal

dari limbah industri dan limbah domestik.

Dari hasil pemantauan di 3 lokasi air sungai Kabupaten Kulon Progo

tahun 2017menunjukan bahwa 50% dari hasil pemantauan telah melebihi baku

mutu yang ditetapkan. Tingginya kadar nitrit di dalam air sungai berpengaruh

pada pertumbuhan dan kesehatan makhluk hidup yang di dalamnya.

Tabel 3.25. Hasil Pemantauan Periode I Parameter NO3 Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling NO3

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 0,340

0,008 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 0,655

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 0,135

Tabel 3.26. Hasil Pemantauan Periode II Parameter NO3 Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling NO3

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6Desember 2017 0,871

0,008 2 Jembatan Durungan Wates 6Desember 2017 0,513

3 Jembatan Karangwuni Wates 6Desember 2017 0,445

41

Parameter NO3atau Nitrat merupakan salah satu bentuk senyawa nitrogen

yang berasal dari udara serta senyawa kimia hasillimbah industri yang dibuang ke

aliran sungai. Pada kadar tertentu nitrat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman

air, tetapi jika kadarnya melebihi batas maka akan menyebabkan ikan yagn

terdapat di dalam sungai keracunan. Industri yang menghasilkan nitrat antara lain

: industri makanan, pertanian, tambak udang, pertambangan, pengolahan logam,

industri kimia dan limpahan minyak. Limbah rumah tangga juga turut

menyumbang nitrat jika tidak diolah sebelumnya.

Hasil pengukuran kadar nitrat air sungai pada 3 lokasi di Kabupaten

Kulon Progotahun 2017 menunjukkan bahwa kadar nitrat telah melampaui baku

mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 0,008 mg/L, kandungan nitrat pada seluruh

titik pantau dan pada 2 periode menunjukan angka yang cukup tinggi berkisar

antara 0,135 – 0,871 mg/L. Tingginya kadar nitrat kemungkinan berasal dari

kegiatan warung makan di dekat sungai, kegiatan pertanian yang menggunakan

pupuk dan pestisida, limbah industri dan limbah domestik di daerah aliran sungai.

Nitrat dalam keadaan anaerob akan membentuk ammonia yang kemudian bereaksi

dengan air membentuk ammonium yang bersifat racun terhadap ikan.

Perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pembuangan

limbah ke aliran sungai agar kadar nitrat pada aliran sungai di Kabupaten Kulon

Progo dapat kembali normal.

Tabel 3.27. Hasil Pemantauan Periode I Parameter Fenol Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling Fenol

(µg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 <2

0 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 <2

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 <2

Tabel 3.28. Hasil Pemantauan Periode II Parameter Fenol Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling Fenol

(µg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6Desember 2017 <2

0 2 Jembatan Durungan Wates 6Desember 2017 <2

3 Jembatan Karangwuni Wates 6Desember 2017 <2

42

Parameter Fenolberasal dari pembuangan limbah industry dan kegiatan

pembuangan minyak bekas warung makan. Fenol menimbulkan bau tidak sedap

dan bersifat racun dan menyebabkan iritasi pada kulit manusia. Disamping itu

fenol menyebabkan kematian pada makhluk hidup yang terdapat di dalam air

sungai dengan nilai konsentrasi tertentu. Pada kadar fenol yang rendah masih

dapat didegradasi oleh mikroorganisme, namun jumlah mikroorganisme pengurai

fenol pada kadar fenol yang tinggi cenderung sangat terbatas.

Hasil pemantauan senyawa fenol pada air sungai di Kabupaten Kulon

Progo tahun 2017 sebesar <2 µg/L. Hal ini kemungkinan disebabkan bahan-bahan

pencemar hasil limbah industri di buang ke aliran sungai.

Tabel 3.29. Hasil Pemantauan Periode I Parameter Detergen Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling Detergen

(µg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 178

5 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 160

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 139

Tabel 3.30. Hasil Pemantauan Periode II Parameter Detergen Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling Detergen

(µg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 603

5 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 188

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 113

Detergen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia

atau surfaktan. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat dalam

detergen, yang mempunyai kemampuan mempersatukan air dan minyak. Detergen

digolongkan sebagai bahan pencemar karean sifat detergen yang stabil, tidak

berubah dalam berbagai media dan tidak mudah terurai. Hal yang merugikan dari

limbah detergen ini adalah dapat meracuni ikan.

Hasil pengukuran detergen air sungai pada 3 lokasi di Kabupaten Kulon

Progo tahun 2107 menunjukan nilai berkisar antara 113 – 603 mg/L, dimana

semua sudah melampaui batas maksimum dari baku mutu yang ditetapkan. Hal ini

umum disebabkan oleh aktivitas warung makan di daerah aliran sungai dan

limbah domestik dari aktivitas mencuci yang dilakukan masyarakat di aliran

43

sungai. Perlu dilakukan himbauan dan sanksi yang tegas terhadap sumber

pencemar pada parameter detergen agar pencemaran detergen yang terjadi di

sungai yanga ada pada Kabupaten Kulon Progo dapat diminimalisir.

Tabel 3.31. Hasil Pemantauan Periode I Parameter H2S Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling H2S

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 0.036

0 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 0.026

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 0.037

Tabel 3.32. Hasil Pemantauan Periode II Parameter H2S Tahun 2017

No Tempat Waktu Sampling H2S

(mg/L)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 0.001

0 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 0.058

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 0.028

Parameter H2S (Hidrogen Sulfida) adalah gas yang tidak berwarna akan

tetapi beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini timbul dari

aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan anaerob.

Hidrogen sulfida juga muncul pada aktivitas gunung merapi yang sedang aktif dan

gas alam. Hidrogen sulfida pada air sungai berasal dari aktifitas bakteri dalam

pembusukan tanaman dan ikan yang mati. Bakteri mengeluarkan sulfida sebagai

hasil samping metabolismenya. Selain dari aktivitas bakteri, hidrogen sulfida juga

berasal dari dekomposisi protein limbah industri metalurgi atau kimia, pabrik

bubur kertas, dan penyamakan. Sifat senyawa hidrogen sulfida sangat berbahaya

karena akan menyebabkan kematian ikan pada konsentrasi 0,4 - 4 mg/L.

Toksisitas hidrogen sulfida dapat mengalami penurunan jika pH air sungai

meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya.

Konsentrasi H2S di 3 titik lokasi pemantauan air sungai di Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2017sebesar antara 0,001 – 0,058 mg/L, dimana ambang

batas yang diperkenankan adalah 0 mg/l. Konsentrasi hidrogen sulfida melebihi

ambang batas terdeteksi di semua titik pemantauan selama dua periode, akan

tetapi kadar hidrogen sulfida masih tergolong kecil dan belum berdampak kepada

kematian hewan di dalam air sungai.

44

3. Hasil Pemantauan Periode I dan II terhadap Parameter Biologi

Tabel 3.33. Hasil Pemantauan Periode I Parameter Total Coliform Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling

Total

Coliform

(jml/100

ml)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 2 November 2017 130

1000 2 Jembatan Durungan Wates 2 November 2017 49 x 10¹

3 Jembatan Karangwuni Wates 2 November 2017 49 x 10¹

Tabel 3.34. Hasil Pemantauan Periode II Parameter Total Coliform Tahun 2017

No. Tempat Waktu Sampling

Total

Coliform

(jml/100

ml)

Baku

Mutu

1 Sungai Gemulung Hargowilis Kokap 6 Desember 2017 23 x 10³*

1000 2 Jembatan Durungan Wates 6 Desember 2017 33 x 10³*

3 Jembatan Karangwuni Wates 6 Desember 2017 33 x 10³*

Kandungan Total Koli adalah jumlah koli tinja dengan kandungan koli

yang terlarut di dalam air. Total Koli berasal dari manusia dan peternakan

hewan.Kadar total koli air sungai di Kabupaten Kulon Progopada tahun 2017

menunjukan angka yang besar pada periode ke 2 yaitu berkisar antara 23.000 –

33.000 jml/100ml. Nilai kadar total koli yang tinggi pada air sungai di Kabupaten

Kulon Progo dapat mengakibatkan gatal pada kulit apabila terkena air yang

tercemar serta menyebabkan diare apabila dikonsumsi.

3.2.2. Kualitas Air Tanah

Air tanah merupakan air yang tersimpan dalam lapisan tanah. Air tanah

biasa diambil melalui pembuatan sumur agar air tanah dapat diakses. Secara

global, dari keseluruhan air tawar yang berada di bumi ini lebih dari 97 persen

terdiri atas air tanah. Permasalahan air tanah dibagi menjadi permasalahan

kualitas dan kuantitas. Permasalahan pencemaran air tanah pertama dirasakan

dari sumur-sumur penduduk, khususnya yang tinggal dekat dengan kawasan

industri atau dekat dengan limbah industri. Permasalahan kuantitas air tanah

sering terjadi pada musim kemarau, baik daerah karst maupun daerah pesisir.

Pengambilan sampel untuk melakukan pengamatan kualitas air tanah

dilakukan di 12 titik. Titik pengamatan dilakukan di SD, SMP, SMA/SMK/MA

45

yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo. Pengamatan tersebut dilakukan

sebanyak dua kali, yaitu periode pada April dan periode September. Parameter

pengukuran didasarkan pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta dengan memperhatikan parameter baku mutu yang terdiri dari timbal,

mangan, seng, fluoride, nitrit, fecal coliform, dan total coliform.

1. Temperatur

Temperatur air ialah ukuran yang menjelaskan panas atau dinginnya

suatu air. Pengukuran temperatur air tanah dilakukan menggunakan thermometer

untuk mengetahui suhu air tanah. Ciri-ciri air yang tercemar memiliki temparatur

di atas atau di bawah temperature udara, sedangkan air yang tidak tercemar

memiliki temperatur yang sama dengan temperatur udara.

Gambar 3.6 Persentase Temperatur Air Tanah Tahun 2017

Gambar di atas menunjukkan bahwa lokasi pengamatan kualitas air tanah

yang memiliki temperatur air 28°C sejumlah 59%, 29°C sejumlah 25%, dan 30°C

serta 31°C masing-masing sejumlah 8%. Temperatur air tanah di Kabupaten

Kulon Progo masih tergolong normal mengingat rata-rata temperatur udara

normal di Daerah Istimewa Yogyakarta berkisar 23°C - 32°C. Oleh sebab itu, air

tanah di Kabupaten Kulon Progo tergolong tidak tercemar dan sesuai baku mutu.

46

2. Residu Terlarut

Residu terlarut merupakan besaran berat zat padat dalam air yang lolos

pada proses penyaringan. Semakin banyak residu terlarut dalam air tanah maka

kondisi air tanah semakin tercemar, begitu pula sebaliknya semakin sedikit residu

terlarut dalam air tanah maka semakin baik kondisi air tanah di suatu tempat atau

dengan kata lain tidak tercemar.

Gambar 3.7 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Residu Terlarut Tahun

2017

Gambar tentang persentase sampel pada hasil uji parameter residu

terlarut menunjukkan kandungan residu terlarut yang sesuai baku mutu sebesar

92%, sedangkan yang tidak sesuai baku mutu sebesar 8%.

3. Parameter pH

pH merupakan suatu ukuran yang menjelaskan suatu larutan apakah

bersifat asam maupun basa dan jika kedua larutan tersebut memiliki jumlah

molekul asam dan basa yang sama maka dianggap netral. pH normal air tanah

yang dapat dikonsumsi oleh manusia berkisar antara 6,5 – 8,5. Air dengan pH

yang kurang dan/atau lebih dari batas normal tersebut sangat berbahaya apabila

dikonsumsi oleh manusia karena dapat menyebabkan efek samping bagi

kesehatan, salah satunya yaitu merusak struktur lambung.

47

Gambar 3.8 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter pH Tahun 2017

Berdasarkan gambar di atas, persentase sampel pada hasil uji parameter

pH menunjukkan pH air tanah di Kabupaten Kulon Progo antara yang sesuai ini

perlu menjadi perhatian khusus mengingat apabila air tanah yang memiliki pH

dengan baku mutu dan tidak sesuai baku mutu berimbang, yaitu sebesar 50%. Hal

yang tidak sesuai dengan baku mutu dikonsumsi dalam jangka panjang oleh

manusia dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan.

4. NO3

NO3 atau Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang berperan dalam

pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen mudah larut dalam air dan

memiliki sifat lebih stabil. Sumber pencemaran nitrat pada air tanah dapat berupa

limbah industri dan limbah domestik.

48

Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter NO3 Tahun 2017

Pada grafik di atas menunjukan bahwa hasil pemantauan kandungan NO3

atau nitrat pada sumur-sumur di Kabupaten Kulon Progo masih berada pada

kondisi normal namun terdapat 17 % dari total sampel penelitian telah tercemar

nitrat dengan kandungan melebihi baku mutu.

5. Kadmium

Kadmium dalam air merupakan logam yang bersumber dari beberapa hal,

seperti erosi endapan alam, limpasan dari sampah baterai dan cat. Kandungan

kadmium dalam air yang melebihi baku mutu dapat berpengaruh terhadap

kesehatan karena dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal apabila dikonsumsi.

49

Gambar 3.10. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Kadmium Tahun 2017

Berdasarkan gambar di atas mengenai persentase sampel pada hasil uji

parameter kadmium menunjukkan bahwa kandungan kadmium yang sesuai

dengan baku mutu sebesar 100% dan tidak ada sampel yang menunjukkan

memliki kandungan kadmium yang melebihi baku mutu.

6. Besi

Besi merupakan logam yang sering dijumpai terkandung dalam air. Pada

dasarnya, zat besi sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Namun, apabila zat besi

yang terkandung dalam air sangat tinggi maka akan berdampak buruk bagi

kesehatan manusia, diantaranya yaitu rusaknya dinding usus serta iritasi pada

mata dan kulit. Tinggi rendahnya kandungan zat besi tergantung pada kondisi

struktur tanah di suatu tempat. Air dengan kandungan zat besi yang melebihi baku

mutu biasanya ditandai dengan warna yang lebih gelap dan mengeluarkan bau

yang tidak sedap.

50

Gambar 3.11. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Besi Tahun 2017

Berdasarkan Gambar di atas mengenai persentase sampel pada hasil uji

parameter besi menunjukkan bahwa dari 12 tempat yang menjadi sampel

penelitian, tidak ditemukan adanya kandungan zat besi yang tidak sesuai baku

mutu atau dengan kata lain seluruh sampel air tanah di Kabupaten Kulon Progo

sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.

7. Timbal

Timbal merupakan unsur kimia yang bersumber dari kerak bumi namun

dapat pula bersumber dari aktifitas manusia. Unsur timbal dalam air tanah

dianggap aman jika kadarnya masih dibawah baku mutu. Sebaliknya jika

kandungan timbal diatas baku mutu maka dianggap berbahaya, khususnya bagi

tubuh manusia. Sumber pencemaran timbal sangat beragam, seperti kaca,

keramik, baterai, plastik, bahkan pipa air minum.

51

Gambar 3.12. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Timbal Tahun 2017

Gambar di atas mengenai persentase sampe pada hasil uji parameter

timbal menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya timbal yang melebihi baku

mutu yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kerak bumi maupun aktifitas manusia di lokasi penelitian tidak menghasilkan

kandungan timbal yang melebihi baku mutu pada air tanah.

8. Mangan

Mangan dapat ditemukan secara alami dalam air tanah dan air

permukaan. Pada umumnya mangan terbentuk bersamaan dengan zat besi.

Namun aktifitas manusia juga menjadi penyebab kontaminasi mangan di suatu

daerah. Konsentrasi mangan yang tinggi dapat mengubah warna air menjadi

hitam. Konsentrasi mangan yang tinggi tentu berbahaya bagi kesehatan

penduduk yang tendampak. Berikut disajikan persentase sampel pada hasil uji

parameter mangan.

52

Gambar 3.13. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Mangan Tahun 2017

Gambar di atas menunjukkan bahwa 67% sampel mengandung mangan

sesuai baku mutu, sedangkan 33% sampel mengandung mangan yang tidak sesuai

dengan baku mutu. Angka tersebut tentu menjadi perhatian khusus, karena

33% sampel mengandung mangan yang tidak sesuai dengan baku mutu yang

akan memberikan efek terhadap kesehatan penduduk yang mengkonsumsi air

tanah tersebut.

9. Seng (Zn)

Seng (Zn) dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk proses metabolisme.

Kebutuhan seng sangat bervariasi, namun kecukupan seng yang dianjurkan adalah

15 mg/hari. Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kandungan seng dalam

sumber air minum tidak lebih dari 0,05 mg/L.

53

Gambar 3.14. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Seng Tahun 2017

Berdasarkan Gambar di atas menunjukkan bahwa 100% persen sumur

sampel di Kabupaten Kulon Progo mengandung seng di sesuai dengan baku mutu

dan tidak ditemukannya sampel dengan kandungan seng yang melebihi baku

mutu. Air dengan kandungan seng yang melebihi baku mutu akan berdampak

pada kesehatan, seperti anemi, kram perut dan iritasi kulit.

10. Klorida

Klorida merupakan suatu zat yang menyebabkan rasa asin pada air,

dimana semakin asin suatu air maka kandungan klorida nya semakin tinggi. Jika

suatu sangat asin atau memiliki kadar klorida yang tinggi maka air tersebut

tergolong tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi.

54

Gambar 3.15 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Klorida Tahun 2017

Gambar di atas tentang persentase sampel hasil pada hasil uji parameter

klorida menunjukkan bahwa dari 12 lokasi yang dijadikan sampel pengujian tidak

ditemukan adanya kandungan klorida yang melebihi baku mutu atau dengan kata

lain 100% sesuai baku mutu dan layak untuk dikonsumsi.

11. Sianida

Sianida merupakan gas yang keluar dari tanah dan dapat mencemari air

tanah. Sianida juga dapat dihasilkan dari adanya kegiatan manusia, seperti limbah

industri. Beberapa industri yang limbahnya dapat memperparah pencemaran

sianida pada air yaitu industri pupuk, batik dan emas. Semakin banyak kandungan

sianida dalam air, maka semakin tercemar pula air tersebut, begitu pula

sebaliknya.

55

Gambar 3.16. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Sianida Tahun 2017

Berdasarkan gambar di atas, hasil uji parameter sianida menunjukkan

tidak ada sampel air di Kabupaten Kulon Progo yang memiliki kandungan sianida

melebihi baku mutu atau dengan kata lain 100% sesuai baku mutu. Hal ini

menunjukkan kandungan sianida pada air tanah di Kulon Progo relatif aman dan

tidak tercemar.

12. Flourida

Fluorida adalah salah satu mineral yang dapat mencegah kerusakan gigi,

namun efek negatif kelebihan fluorida jika kandungan fluorida tidak dapat

dikeluarkan oleh tubuh akan merusak organ tubuh manusia. Berikut adalah

kandungan fluoride pada air tanah di Kabupaten Kulon Progo:

56

Gambar 3.17. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fluorida Tahun 2017

Berdasarkan hasil uji sampel pada hasik uji parameter fluorida

menunjukkan bahwa seluruh sampel di Kabupaten Kulon Progo 100% sesuai baku

mutu dan tidak ditemukan adanya sampel yang mengandung fluorida tidak sesuai

baku mutu.

13. Nitrit

Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis

perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang

rendah. Selain itu nitrit juga dapat bersifat racun karena dapat bereaksi dengan

hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen.

57

Gambar 3.18. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Nitrit Tahun 2017

Hasil uji sampel menunjukkan 100% sampel air di Kabupaten Kulon

Progo mengandung nitrit sesuai baku mutu dan tidak ditemukan adanya sampel

yang mengandung nitrit tidak sesuai baku mutu. Hal ini menunjukkan seluruh

sampel air tergolong baik.

14. Sulfat

Sulfat dihasilkan oleh bakteri melalui oksida senyawa sulfida. Sulfat

dapat bersumber dari kegiatan manusia, seperti pembuangan limbah industry,

limbah laboratorium maupun limbah rumah tangga berupa air deterjen. Air yang

telah tercemar sulfat akan terasa pahit, berbeda dengan air yang tidak tercemar.

58

Gambar 3.19. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Sulfat Tahun 2017

Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa sulfat yang

terkandung dalam air pada sampel air di Kabupaten Kulon Progo seluruhnya

sesuai baku mutu dan tidak ditemukan adanya air yang mengandung sulfat dan

tidak sesuai baku mutu.

15. Total Coliform

Total Coliform merupakan bakteri yang digunakan sebagai indiKator

dalam menentukan apakah suatu air terkontaminasi pathogen atau tidak, dimana

bakteri ini dapat menyebabkan penyakit kanker. Semakin banyak kandungan

coliform dalam air maka air tersebut semakin tercemar dan sangat tidak baik

kesehatan apabila dikonsumsi, terlebih jika dikonsumsi jangka panjang.

59

Gambar 3.2o. Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Total Coliform Tahun

2017

Gambar di atas menunjukkan bahwa 58% sampel air di Kabupaten Kulon

Progo yang mengandung Total Coliform sesuai baku mutu, sedangkan 42%

sampel air mengandung total coliform tidak sesuai baku. Hal ini perlu menjadi

perhatian bersama mengingat air yang tercemar total coliform dapat berbahaya

bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi secara terus menerus. Pencemaran

tersebut diperparah apabila terdapat adanya industri yang membuang limbahnya

sembarangan tanpa ada pemerosesan terlebih dahulu. Selain itu, limbah rumah

tangga juga berperan cukup besar dalam pencamaran air dari total coliform.

3.2.3. Kualitas Air Laut

Luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten KulonProgo

adalah 15.872 hektar (158,72 km2) dan mempunyai panjang pantai/pesisir yang

membujur dari barat (muara Sungai Bogowonto) ke timur (muara Sungai Progo)

sekitar 24,9 km dan lebar sekitar 1,5 km dibatasi Jalan Daendels.

Pesisir dan laut di wilayah Kabupaten KulonProgo telah dimanfaatkan

oleh masyarakat sebagai sumber penghidupan, seperti perikanan tangkap, tambak

udang, pertanian lahan pantai, peternakan dan jasa lingkungan, yaitu pariwisata

alam. Seperti halnya permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah lain, di

KulonProgo terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran air oleh

60

kegiatan industri yang membuang limbahnya ke laut. Selain itu, kegiatan

pariwisata menyebabkan pencemaran dari sampah, juga kerusakan ekosistem

akibat penambangan dan pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.

Kegiatan pertanian lahan pantai yang terlalu banyak menggunakan pupuk dan

pestisida serta pengambilan air tanah berlebihan juga menyebabkan degradasi

lingkungan pesisir.

Pengukuran kualitas air laut Kabupaten Kulon Progo dilakukan sebanyak

dua kali periode yaitu periode Maret dan Agustus. Pengukuran periode Maret

dilakukan padadua tempat yaituPantai Bugel dan Pantai Glagah. Sedangkan

periode Agustus dilakukan pada satu tempat yaitu Pantai Glagah. Pengukuran

kualitas air laut menggunakan tiga parameter yaitu parameter fisika, kimia, dan

biologi. Namun demikian pada pengukuran kualitas air laut tahun 2017 hanya

menggunakan dua parameter yaitu parameter fisika dan kimia. Parameter fisika

meliputi warna, bau, kekeruhan, TSS, dan temperatur. Parameter kimia meliputi

pH, salinitas, DO, BOD, amonia, sulfida, dan fenol.

1. Warna

Air laut memiliki warna yang bersumber dari kandungan sedimen,

kandungan zat organik dan anorganik yang terlarut pada air laut serta efek cahaya

yang diserap oleh air laut. Kekeruhan air laut menyebabkan penetrasi sinar

matahari lemah dan hanya dapat mencapai kedalaman antara 15 – 40 meter saja.

Sedangkan pada air yang jernih, sinar matahari dapat menembus hingga

kedalaman 200 meter. Warna air laut yang jernih ini merupakan lingkungan yang

baik bagi terumbu karang dan coral untuk berkembangbiak. Warna dinyatakan

dalam Pt-Co dengan nilai baku mutu sebesar 30 Pt-Co.

Tabel 3.35 Hasil Uji Parameter Warna Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl /bulan)

Warna

(Mt)

Baku Mutu

(Pt-Co)

1. Pantai Bugel 17 Maret 0,993 30

2. Pantai Glagah 17 Maret 0,812 30

3. Pantai Glagah 17 Agustus 1,4441 30

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

61

Tabel 3.9 menunjukkan parameter warna dibawah baku mutu, artinya air

dalam keadaan jernih sehingga sinar matahari dapat menembus air dan makhluk

hidup yang berada pada kedalaman air laut dapat memperoleh cahaya yang cukup

dan dapat berkembangbiak dengan baik.

2. Bau

Bau merupakan salah satu parameter fisik kualitas air laut. Adanya

pencemaran pada air laut akan menimbulkan bau yang menyengat. Artinya air

tersebut tidak baik untuk perkembangbiakan ikan maupun makluk hidup lain di

dalam dan di sekitar air laut. Hasil uji pada parameter bau ditahun 2017

menunjukkan air laut daerah Kabupaten Kulon Progo “tidak berbau” artinya air

laut dalam keadaan baik dan cocok untuk perkembangbiakan ikan dan terumbu

karang.

3. Kekeruhan

Kekeruhan merupakan kandungan bahan organik maupun anorganik

yang terdapat di perairan dan berpengaruh terhadap proses kehidupan organisme

yang ada di perairan tersebut. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan turunnya

kandungan oksigen. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk

dalam perairan menjadi terbatas karena kekeruhan yang tinggi, sehingga

tumbuhan/phytoplanktonyang berada di dalam laut tidak dapat melakukan proses

fotosintesis untuk dapat menghasilkan oksigen.

Tabel 3.36 Hasil Uji Parameter Kekeruhan Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan)

Kekeruhan

(NTU)

Baku Mutu

(NTU)

1. Pantai Bugel 17 Maret 8,77 5

2. Pantai Glagah 17 Maret 5,68 5

3. Pantai Glagah 17 Agustus 12,9 5

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

Kekeruhan air laut di Pantai Bugel dan Pantai Glagah pada pengujian

kualitas air laut tahun 2017 menunjukan bahwa parameter kekruhan air laut

melebihi baku mutu yang ditetapkan. Keruhnya air laut pada pantai tersebut

disebabkan kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) pada daerah hulu kurang baik.

62

Hal ini sebagai akibat terjadinya erosi yang kemungkinan disebabkan tutupan

pohon yang kurang memadai, pengambilan pasir yang intensif atau adanya

sampah di aliran sungai yang bermuara pada Pantai Bugel dan Glagah.

4. TSS

TSS atau Total Suspended Solid air laut adalah kandungan zat padat yang

tersuspensi dalam air laut, dapat berupa pasir, lumpur, tanah maupun logam berat

atau partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik)

seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupun komponen mati (abiotik)

seperti detritus dan partikel anorganik. Hasil uji TSS pada kualitas air laut di

Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.37 Hasil Uji Parameter TSS Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan) TSS (mg/L)

Baku Mutu

(mg/L)

1. Pantai Bugel 17 Maret 87,9 20

2. Pantai Glagah 17 Maret 76 20

3. Pantai Glagah 17 Agustus 126 20

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

Berdasarkan data dalam tabel di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS

air laut di Pantai Bugel dan Pantai Glagah Kabupaten Kulon Progo tahun 2017

telah melebihi baku mutu. Tingginya nilai TSS pada Pantai Bugel dan Pantai

Glagah dimungkinkan karena aktivitas wisata pada kedua pantai tersebut. Selain

itu kadungan TSS tinggi kemungkinan berasal dari muara sungai Serang yang

banyak membawa material terlarut dari daerah hulu. Bila dibandingakan dengan

data tahun 2016, nilai parameter TSS di patai Kulon Progo tahun 2017 tidak

kunjung membaik. Seluruh titik lokasi pemantauan menunjukan nilai angka yang

jauh melebihi batasan baku mutu parameter TSS yaitu 20 (mg/L). Diperlukan

pemantauan terhadap aktivitas pariwisata dan kondisi air sungai yang bermuara

pada pantai-pantai di Kabupaten Kulon Progo agar dapat menekan kandungan zat

padat yang larut dan menyatu dengan air laut.

63

5. Temperatur

Berikut hasil uji temperatur pada kualitas air laut di Kabupaten Kulon

Progo tahun 2017:

Tabel3.38 Hasil Uji Parameter Temperatur Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan) Temperatur(ºC)

1. Pantai Bugel 17 Maret 27,4

2. Pantai Glagah 17 Maret 26,8

3. Pantai Glagah 17 Agustus 26,8

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

Temperatur atau suhu air laut di wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun

2017 menunjukkan angkaantara 26 sampai dengan 28C. Pada pengamatan dua

lokasi menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan

pengamatan dengan rentang waktu yang tidak terlalu jauh. Temperatur terendah di

adalah 26,8C, sedangkan temperatur adalah 27,4C. Tingginya temperatur air

laut sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Pada pagi hari temperatur

relatif masih rendah antara 25 - 26C, sedangkan pada siang hari temperatur

mengalami kenaikan menjadi 27 - 30C. Selain intensitas matahari, besarnya

temperatur juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, biasanya bila terjadi hujan

maka temperatur air laut akan turun. Hasil pengukuran temperatur tersebut masih

berada dalam batas normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan

temperatur yang signifikan.

Pengaruh temperatur air laut terhadap lingkungan laut antara lain jumlah

oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan binatang laut. Pada

temperatur normal maka kehidupan dan proses-proses kimia juga akan

berlangsung normal, dan sebaliknya pada temperatur yang lebih tinggi kecepatan

reaksi akan menjadi lebih cepat demikian pula sebaliknya, karena kenaikan

temperatur sebesar 10C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat.

6. Derajat Keasaman (pH)

Derajat Keasaman atau Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen

dalam air. Air dianggap asam jika nilai pH kurang dari 7 dan dianggap basa jika

64

lebih dari 7. Baku Mutu pH untuk laut bahari berkisar antara 7 – 8,5, di luar nilai

itu berarti air laut mengalami pencemaran. Berikut hasil uji pH kualitas air laut di

Kabupaten Kulon Progo:

Tabel 3.39 Hasil Uji Parameter pH Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan) pH Baku Mutu

1. Pantai Bugel 17 Maret 7,79 7 – 8,5

2. Pantai Glagah 17 Maret 7,82 7 – 8,5

3. Pantai Glagah 17 Agustus 7,69 7 – 8,5

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

Berdasarkan hasil uji kadar parameter pH, air laut di Pantai Bugel dan

Pantai Glagah masih berada pada nilai ketetapan baku mutu. Artinya kondisi air

lautdi wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 untuk parameter derajat

keasaman (pH) dalam kondisi baik untuk kehidupan makhluk hidup.

7. Salinitas

Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung dalam air laut.

Berikut hasil uji salinitas air laut yang ada di Kabupaten Kulon Progo:

Tabel 3.40 Hasil Uji Parameter Salinitas Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan) Salinitas (‰)

Baku Mutu

1. Pantai Bugel 17 Maret 5,5 Alami

2. Pantai Glagah 17 Maret 5,8 Alami

3. Pantai Glagah 17 Agustus 32,4356 Alami

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

Hasil pengukuran salinitas air laut di Kulon Progo tahun 2016 adalah

37‰, sedangkan pada tahun 2017 salinitas tertinggi 32,4‰. Tidak ada batas

maksimal salinitas yang ditentukan, sehingga semua masih dalam batas alami

perairan. Keberadaan garam-garaman di laut mempengaruhi sifat fisik air laut,

seperti densitas, titik beku, temperatur, daya hantar listrik (konduktivitas) dan

tekanan osmosis.Semakin tinggi salinitas maka daya hantar listrik semakin tinggi

demikian juga tekanan osmosisnya.

65

Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh tiga faktor, yaitu penguapan,

curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara. Semakin besar tingkat

penguapan air laut, maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi. Di daerah tropis

seperti Indonesia, salinitas air di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman

akibat tingginya curah hujan. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut maka

salinitas semakin rendah, demikian pula sebaliknya, karena sungai membawa air

tawar yang bersifat mengencerkan salinitas air laut.

8. DO (Dissolved Oxygen)

DO (dissolved oxygen) atau Oksigen terlarut disebut dengan kebutuhan

oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis

kualitas air. Nilai DO menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu

badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut

memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui

bahwa air tersebut telah tercemar.

Tabel 3.41 Hasil Uji Parameter DO Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan) DO (mg/L) Baku Mutu

1. Pantai Bugel 17 Maret 6.28 >5

2. Pantai Glagah 17 Maret 6.44 >5

3. Pantai Glagah 17 Agustus 6.92 >5

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

Kadar DO tahun 2016 di Patai wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah

6,25 mg/L, sedangkan pada tahun 2017 kadar DO tertinggi adalah 6,92 mg/L

dengan baku mutu minimal 5 mg/L. Hal ini menandakan bahwa kandungan

oksigen pada air laut di pantai wilayah Kabupaten Kulon Progo cenderung

meningkat. Tingginya kadar DO dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

pergerakan air di permukaan air, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan

atmosfer dan presentase oksigen di sekelilingnya.

9. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD atau Biochemical Oxygen Demand merupakan suatu karakteristik

yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme

66

(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam

kondisi aerobik. BOD dapat diartikan sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang

digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon

terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai.

Tabel 3.42 Hasil Uji Parameter BOD Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan) BOD5 (mg/L) Baku Mutu

1. Pantai Bugel 17 Maret 0.03 10

2. Pantai Glagah 17 Maret 0.36 10

3. Pantai Glagah 17 Agustus 0.87 10

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

Konsentrasi BOD air laut di pantai wilayah Kulon Progo tahun 2016

adalah 0,43 mg/L, sedangkan tahun 2016 konsentrasi BOD tertinggiadalah 0,87

mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa BOD air laut masih jauh di bawah ambang

batas baku mutu yaitu 10 mg/L. Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa

bahan pencemar organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air laut

masih dapat ditoleran, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Kadar bahan

pencemar yang masih rendah secara alami akan mengalami proses swapentahiran

di perairan.

10. Amoniak

Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 pada pH

rendah dan disebut ammonium. Amoniak berasal dari air seni dan tinja, dari

oksidasi zat organis secara mikrobiologi yang berasal dari air alam atau air limbah

industri dan penduduk. Kadar amoniak yang tinggi dalam perairan

mengindikasikan adanya pencemaran, selain menimbulkan rasa tidak enak juga

bau yang tidak sedap. Dan hal yang lebih penting adanya amoniak tinggi akan

menyebabkan kematian ikan. Sifat toksik dari Amoniak ini juga bergantung

dengan pH air laut. Apabila pH rendah dan kadar Amoniak cukup tinggi maka

akan menyebabkan racun, tetapi jika pH tinggi, hanya dengan kadar amoniak yang

rendahpun sudah bersifat racun. Selain pH, toksisitas amoniak juga dipengaruhi

oksigen terlarut (DO). Dalam DO perairan yang tinggi, maka kadar amoniak akan

67

turun, sehingga semakin dalam air laut maka kadar amoniak semakin tinggi

sejalan dengan berkurangnya oksigen.

Berikut hasil uji kandungan amoniak pada kualitas air laut di Kabupaten

Kulon Progo:

Tabel 3.43 Hasil Uji Parameter Amoniak Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan)

Amoniak Total

(mg/L)

Baku Mutu

1. Pantai Bugel 17 Maret ≤0,0094 0

2. Pantai Glagah 17 Maret ≤0,0094 0

3. Pantai Glagah 17 Agustus 5 0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017

Hasil pengukuran kadar amoniak air laut di wilayah Kabupaten Kulon

Progo tahun 2017 adalah ≤ 0,0094 mg/L. Untuk laut wisata bahari tidak

diperkenankan mengandung amoniak. Kemungkinan amoniak berasal limbah

domestik di sekitar pantai, yaitu restoran dan kamar mandi/WC atau kegiatan

pertanian di daerah pesisir. Saat ini lahan pantai banyak yang digunakan untuk

pertanian lahan pantai yang membutuhkan banyak pupuk karena unsur hara di

daerah pasir pantai sangat minim. Akibat pemupukan yang intensif dan cukup

banyak tersebut menyebabkan tingginya amoniak yang meresap ke dalam tanah.

11. Sulfida

Sifat senyawa sulfida sangat berbahaya karena akan menyebabkan

kematian ikan pada konsentrasi 0,4 mg/L terhadap ikan salmon, dan 4 mg/L

terhadap jenis ikan lainnya. Toksisitas sulfida dapat mengalami penurunan jika pH

air laut meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya, jika pH turun dan

suhu meningkat maka toksisitas sulfida akan bertambah.

Tabel 3.44 Hasil Uji Parameter Sulfida Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2017

No. Nama Lokasi Waktu Sampling

(tgl/th/bulan)

Sulfida (H2s)

(mg/L)

Baku Mutu

1. Pantai Bugel 17 Maret 0.012 0

2. Pantai Glagah 17 Maret 0.012 0

3. Pantai Glagah 17 Agustus 0.006 0

Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2017