Post on 22-Dec-2015
description
Tugas Keperawatan Jiwa
REFLEKSI KEPERAWATAN JIWA
Oleh
Rijal Arifin
311 2028
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2013
Terapi Perilaku
Terapi Keluarga adalah penobatan yang berfokus untuk mengubah
perilaku. Terapi / modifikasi perilaku merupakan aplikasi dari teknik Operant
conditioning. Operant Conditioning adalah belajar penguatan/konsekuensi
dari perilaku yang dimunculkan menghasilkan hasil positif akan diperkuat
(dipertahan-kan) namun bila perilaku yang menghasilkan hasil negatif akan
diperlemah (dihilangkan).
Dalam Operant Conditioning, terdapat istilah positive dan negative
reinforcement serta punishment, sebagai cara yang tepat untuk diberikan
kepada individu agar dapat mengulangi bahkan menghilangkan perilaku yang
telah dibuat. Adapun Prinsip-prinsip operant conditioning yaitu : Penguatan
(reinforcement) adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari
sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan.
Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu
rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya
suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti
dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada
dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk
menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak
tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut
dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut
berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi
lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat
pemalunya akan hilang dan Negative Reinforcement adalah peningkatan
frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang
merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang
memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur,
tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di
suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin
rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi
sikap kemarahan dari ibunya.
Penguatan negatif (negative reinforcement) tidaklah sama dengan
hukuman, keduanya sangat berbeda. Penguatan negatif lebih bertujuan
untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, sedangkan hukuman
lebih bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Dalam
penguatan negatif respon akan meningkat karena konsekuensinya,
sedangkan pada hukuman respon akan menurun karena konsekuensinya.
Sebagai contoh, ketika kita meminum obat saat kita sakit kepala dan
hasilnya sakit kepala kita hilang , maka kita akan meminum obat yang sama
saat kita mengalami sakit kepal. Penghilangan rasa sakit kepala pada kasus
ini merupakan penguatan negatif, sedangkan apabila setelah meminum obat
ternyata kita mendapat alergi, maka tentunya kita tidak akan meminum obat
yang sama lagi sebab mendapat alergi dalam kasus ini merupakan sebuah
hukuman sehingga perilaku berikutnya tidak akan mengulangi hal yang
sama.
Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi
atau menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Sebagai
contoh, seorang anak bermain-main pedang-pedangan menggunakan pisau,
kemudian kulit jari tanganya terpotong ketika pisau tersebut salah diarahkan.
Pada akhirnya anak tersebut akan sedikit kemungkinannya bermain-main
menggunakan pisau.
Terapi Aktivitas Kelompok Dalam Keperawatan Jiwa
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.
Proses Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : 1. Tahap persiapan. 2.
Tahap orientasi. Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam
memberi pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada
tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasian,
waktu pertemuan, struktur, kejujuran dan aturan komunikasi, misalnya hanya
satu orang yang berbicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa memiliki,
atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase
orientas. 3. Tahap Kerja yaitu pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim.
Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang
telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,
kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan
lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian
masalah yang kreatif. 4. Tahap terminasi dapat sementara atau akhir.
Terminasi dapat pula terjadi karena anggota kelompok atau pemimpin
kelompok keluar dari kelompok. Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah
pencapaian, baik kelompok maupun individu. Pada tiap sesi dapat pula
dikembangkan instrument evaluasi kemampuan individual dari anggota
kelompok. Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi
yang merupakan paket dengan memperhatikan pencapaian tertentu.
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman
kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.
Terapi Rehabilitasi dan Okupasi Terapi
Rehabilitas adalah usaha untuk mengembalikan pasien ke masyarakat
untuk menjadikannya sebagai warga yang berguna. Dampak negative
gangguan jiwa : Fase imparment (kerusakan) adalah kehilangan
/abnormalitas psikodan fungsi struktur anatomi, Contoh : diabetes (fisik) dan
waham (psikiatri). Fase Disfungsi adalah keterbatasan/ketidakmampuan
melakujkan aktivitas atau tugas, Contoh : minimal self care, penyesuain
sosial, keterampilan kerja. Fase Disability (ketidakmampuan) adalah
keterbatasan atau ketidakmampuan melakukan peran, Contoh : tidak,
bekerja, kekurangan dalam pekerjaan. Fase Disadventage (kerugian) adalah
kurang diberi kesempatan melakukan aktivitas dan peran, Contoh : stigma,
diskriminasi.
Rencana tindakan keperawatan rehabilitasi yaitu : mengembangkan
potensi dan kekuatan, seperti : mendiskusikan kemampuan/aspek positif
yang dimiliki, rencanakan kegiatan sesuai kemampuan,Beri reinforcement
positif pada tiap pencapaian. Learning living skils, seperti : Program latihan
secara bertahap, psiko edukasi. Memfasilitasi sumber daya lingkungan,
seperti : program rehabilitasi dimasyarakatmemberdayakan keluarga dan
komunitas.
Proses Okupasi Terapi yang diharapkan adalah kegiatan digunakan
sebagai terapi, mempunyai tujuan, dan terjadi pada akhir kegiatan. Tujuan
Okupasi terapi yaitu Terapi khusus untuk klien mental, terapi khusus untuk
fungsi fisik, mendidik ADL.
Aktivitas okupasi terapi adalah latihan gerak badan, olahraga,
permainan, kerajianan tangan, ADL, seni (tari, lukis, drama), rekreasi.
Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan
terstruktur, aktif, derektif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi
berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya ansietas atau depresi.
Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek (keadaan emosi, perasaan) dan
tindakan seseorang sebagaian besar ditentukan oleh bagaimana seseorang
tersebut membentu dunianya.
Tujuan terapi kognitif yaitu mengubah pikiran dan dari tidak
logis/negative menjadi rasional dan positif, Mengurangi/ menurunkan perilaku
yang tidak diinginkan, Meningkatkan keterampilan/kemampuan sosial,
meningkatkan aktivitas, meningkatkan kepuasan.
Karakteristik klien yang mengalami gangguan terapi kognitif adalah
enggan melakukan ADL, tidak mendapat terapi ECT, tidak ada manic
depresi, komunikai koheren, tidak ada flight of idea, menarik diri, deficit
perawatan diri, harga diri rendah, menyatakan ide bunuh diri.
Dalam terapi kognitif terdapat teknik control “mood” yang sederhana
yang memiliki tujuan yaitu Perbaikkan Simtomatik secara cepat : Terhentinya
segala gejala depresi seiring terjadinya dalam waktu sesingkat dua belas
minggu. Memahami: Penerangan yang jelas mengapa anda murung dan apa
yang dapat anda lakukan untuk mengubahnya. Dan mengetahui penyebab
cengraman kuat perasaan anda; bagaimana memberdakan emosi yang
“normal’ dan yang “abnormal” serta bagaimana mendiagnosa dan menaksir
tingkat keakutan perasaan sedih anda. Kenali diri: Penerapan strategi
pertolongan diri yang efektif dan aman, sehingga dapat kembali merasa baik,
kapan saj mengalami kekecewaan. Pencegahan dan pertumbuhan pribadi:
“Prophylaxis” atau pencegahan, yang sejati dan bertahan lama terhadap
gelombang rasa murung di masa depan dapat bersandar pada penilaian
kembali beberapa nilai dan sikap dasar yang melatarbelakangi kecendrungan
mengalami depresi.
Tujuan Terapi Kognitif : Mengembangkan pola pikir yang rasional,
Menggunakan pengetesan realita, Membantu perilaku dengan pesan internal
Intervensi, Mengajar substitusi pikiran, Penyelesaian masalah, Memodifikasi
percakapan diri negatif. Pelaksanaan terapi kognitif :
Mengajarkan untuk mensudtitusikan pikiran pasien, belajar menyelesaikan
masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.
Terapi Keluarga (Family Therapi)
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola
interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam
keluarga. Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah
yang ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks social.
Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi
individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya.
Tindakan keperawatan pada keluarga yaitu Non klinik : psiko edukasi,
Klinik : Family system therapy by bowen yaitu Bowen mempunyai pandangan
bahwa keluarga adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem,
seperti pernikahan, orang tua-anak & saudara kandung (sibling) dimana
setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi
gangguan pada salah satu subsistemnya maka akan menyebabkan
perubahan pada bagian lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga
tersebut yaitu masyarakat, Structural family therapy by Minuchin yaitu Model
ini dikembangkan oleh Minuchi. konsepnya adalah keluarga adalah suatu
sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan
adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan individu dan anggota
lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling menyesuaikan. Fokus
terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif untuk
memudahkan perkembangan keluarga, Interactional Therapy / Humanistic
Communication by Satir.
Peran perawat dalam terapi keluarga yaitu Untuk peran perawat
sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan asuhan keperawatan yang
relevan dimana untuk perawat yang tidak memiliki sertifikasi dalam
melaksanakan terapi adalah memberikan psiko edukasi pada keluarga
sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah memberikan terapi sesuai
dengan kondisi pasien.
Ciri-ciri fungsional keluarga : Mempertahankan keseimbangan,
fleksibel & adaptif perubahan tahap transisi dlm hidup, Problem emosi
merupakan bagian dari fungsi tiap individu, Kontak emosi dipertahankan oleh
tiap generasi & antar keluarga, Hubungan antar keluarga yg erat & hindari
menjauhi masalah, Perbedaan antar anggota keluarga dan mendorong utk
meningkatkan pertumbuhan & kreativitas individu, Orang tua & anak lebih
hubungan terbuka.
Disfungsi Keluarga : Konflik perkawinan, sibling konflik, konflik
beberapa generasi, Konflik orang tua & anak, Proses transisi dlm keluarga ;
pasangan baru menikah, kelahiran anak pertama, anak mulai remaja, Terapi
individu yg perlu melibatkan anggota keluarga lain, Tidak ada kemajuan
terapi individu.
Jenis terapi keluarga : Individual Family Therapy, Conjoint Family
Therapy, Couples Therapy, Multiple Family Group Therapy.
Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita,
yang diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial. Tujuan terapi
lingkungan yaitu Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk
kembali ke masyarakat.
Peran perawat dalam terapi lingkungan yaitu a. Pencipta lingkungan
yang aman dan nyaman, seperti Perawat menciptakan dan mempertahankan
iklim/suasana yang akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara
sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien. b. Penyelenggaraan
proses sosialisasi, seperti Membantu pasien belajar berinteraksi dengan
orang lain, mempercayai orang lain, sehingga meningkatkan harga diri dan
berguna bagi orang lain. c. Sebagai teknis perawatan :
memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan
yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang
menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul
dalam terapi tersebut. d. Sebagai leader atau pengelola : Perawat harus
mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung
penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara
psikologis kepada pasien.
Karakteristik umum dari pada terapi lingkungan : distribusi kekuatan,
komunikasi keluarga, struktur interaksi, aktivitas kerja, partisipasi keluarga
dan masyarakat dalam proses terapi, lingkungan yang memenuhi kebutuhan
perkembangan individu/klien.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perilaku
Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri:
harga diri rendah. Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam
mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi
rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut: Fisik,
seperti : Muka merah dan tegang, Mata melotot/ pandangan tajam, Tangan
mengepal, Rahang mengatup, Postur tubuh kaku, Jalan mondar-mandi.
Verbal, seperti : Bicara kasar, Suara tinggi, membentak atau berteriak,
Mengancam secara verbal atau fisik, Mengumpat dengan kata-kata kotor,
Suara keras, Ketus. Perilaku, seperti : Melempar atau memukul benda/orang
lain, Menyerang orang lain, Melukai diri sendiri/orang lain, Merusak
lingkungan, Amuk/agresif.
Rentang Respon Emosi seperti : Asertif adalah marah yang terus
terang,mampu menyatakan perasaan yidak setuju dan dapat mengemukakan
alasan dengan komunikasi yang baik tanpa mengkritik orang lain. Frustasi
adalah Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan, kepuasan,
rasa aman yang biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan
alternative lain. Pasif adalah perilaku seseorang yang marah tetapi tidak
mampu mengungkapkan perasaan marahnya karena sikapnya yang introvert
atau tertutup. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan individu untuk menuntut sesuatu yang dianggap benar dalam
bentuk destruktif, tapi masih dapat dikontrol. Amuk adalah perasaan marah
dan permusuhan yang kuat,disertai hilang control,dimana individu dappat
merusak diri sendiri,orang lain maupun lingkungannya.
Pohon Masalah Perilaku kekerasan yaitu Efek : Resiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Core Problem : Perilaku Kekerasan/amuk.
Etiologi : Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah.
Asuhan keperawatan Pasien Dengan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Isolasi Sosial adalah suatu keadaan kesepian yang di alami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam, sedangkan Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain.
Manifestasi klinik dari isolasi sosial : medarik diri yaitu Objekti : Tidak
ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, kelompok), Perilaku
bermusuhan, Menarik diri, Tidak komunikatif, Menunjukkan perilaku tidak
diterima oleh kelompok kultural dominant, Mencari kesendirian atau merasa
diakui di dalam sub kultur, Senang dengan pikirannya sendiri, Aktivitas
berulang atau aktivitas kuran berarti, Kontak mata tidak ada, Aktivitas tidak
sesuai dengan umur perkembangan, Keterbatasan fisik, mental, atau
perubahab keadaan sejahtera, Sedih, Afek tumpul. Subjektif :
Mengekspresikan perasaan kesendirian, Mengekspresikan perasaan
penolakan, Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan, Tujuan hidup
tidak ada atau tidak adekuat, Tidak mampu memenuhi harapan orang lain,
Ekspresi nilai tidak sesuai dengan sub kulturtapi tidak sesuai dengan kultur
dominan.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan masalah klien. Data yang di kumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, social, dan spiritual. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien
menarik diri adalah biodata klien, alasan masuk, keluhan utama, factor
predisposisi, status mental, factor-faktor psikososial serta mekanisme koping
yang sering di gunakan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan
interaksi sosial adalah Risiko perubahan persepsi : halusinasi pendengaran
berhubungan dengan menarik diri. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah. Gangguan harga diri berhubungan
dengan kematian pasangan yang dimanifestasikan oleh menarik diri dan
perasaan putus asa. Defisit perawatan diri belum memadai baik berhubungan
dengan kurangnya motivasi.
Asuhan keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri
dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka
disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak
sukses dalam menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu
dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi
kehilangan.
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal
diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya pada anak,
tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah.
Tanda dan Gejala Harga diri rendah Perasaan malu pada diri sendiri
akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu dan
sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat
penyakit kronis seperti kanker, Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya
ini terjadi jika saya tidak ke RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri,
Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
memang bodoh dan tidak tahu apa – apa, Gangguan hubungan sosial,
seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri,
Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin
memilih alternatif tindakan, Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan
harapan yang suram mungin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Rentang respon harga diri rendah yaitu Aktualisasi diri :
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif. Konsep diri
positif : Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya
dan sesuai dengan kenyataan. Harga diri rendah : Perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan.
Kerancunan identitas : Identitas gagal dalam mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian masa dewasa yang harmonis. Perubahan perilaku yang
berhungan dengan kekacauan identitas : tidak melakukan kode
moral,kepribadian yang bertantangan, hubungan intrepersonal yang
eksploitatif. Dipersonalisasi : Perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Asuhan keperawatan Pasien Dengan Waham
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan
orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada
realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal,
tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu
memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar
dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang
terganggu yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi,
fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi
mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi
emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu
yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan
perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan
orientasi realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons
yang timbul disebut pula respons neurobiologik.
Jenis-jenis waham : Waham Kebesaran yaitu Penderita merasa dirinya
paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan yang luar
biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain,
mempunyai puluhan rumah. Waham Somatik yaitu Perasaan mengenai
berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada
tubuhnya. Waham Agama yaitu Waham dengan tema agama, dalam hal ini
klien selalu meningkatkan tingkah lakunya yang telah ia perbuat dengan
keagamaan. Waham Intulistik yaitu Bahwa sesuatu yang diyakini sudah
hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah mati, sering ditemukan
pada klien depresi. Waham Dosa yaitu Keyakinan bahwa ia telah berbuat
dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia
bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan
keluarga, karena pikirannya yang tidak baik. Waham Pengaruh yaitu yakin
bahwa pikirannya atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang
lain atau suatu kekuatan yang aneh. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa
dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang dinyatakan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan
atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh
orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai
penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin
hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan,
kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,
ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, gelisah.
Gangguan Orientasi Realitas
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal
dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak
mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang
sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Gangguan orientasi realita dibagi
menjadi beberapa macam, dan dalam makalah ini kami akan membahas 2
macam saja, yakni gangguan orientasi realita Waham dan Halusinasi.
Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena
bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-
unsur yang tak berdasarkan logika, namun individu tidak mau melepaskan
wahamnya walaupun ada bukti tentang ketidakbenaran atas keyakinan itu.
Akan tetapi keyakinan dalam bidang agama dan budaya tidak dianggap
sebagai waham.
Halusinasi adalah persepsi yang kuat atas suatu peristiwa atau objek
yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indra
(yaitu penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, atau perabaan).
Meskipun halusinasi adalah bagian dari banyak penyakit, ada juga saat-saat
di mana ia dianggap normal atau umum, misalnya ketika tertidur atau selama
pengalaman religius. Halusinasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk yang
paralel dengan indra manusia. Halusinasi visual melibatkan indra
penglihatan, atau “melihat sesuatu.” Halusinasi pendengaran umumnya
melibatkan “pendengaran suara”, jenis paling umum dari halusinasi. Kadang-
kadang, halusinasi dapat mencakup pengalaman suara dan visual;
profesional kesehatan mental menggambarkannya sebagai “halusinasi
auditori-visual.” Mencium adanya bau atau merasakan ada sesuatu di kulit
seseorang yang sebenarnya tidak ada adalah bentuk-bentuk halusinasi
somatik (berasal dari soma, kata Yunani untuk tubuh). Perbedaan halusinasi
dengan delusi adalah bahwa delusi merupakan kesalahpahaman atas hal-hal
yang secara objektif hadir.
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang
kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Sedangkan pada pasien dengan gangguan
orientasi halusinasi dapat berakibat adalah kehilangan kontrol dirinya.
Dimana pasien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh
halusinasinya. Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide),
membunuh orang lain (homicide), bahkanmerusak lingkungan. Untuk
dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan halusinasi yang tepat.
Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan Keperawatan
Gangguan Jiwa
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantara keduanya.
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat untuk membantu
klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Tujuan Komunikasi terapeutik : untuk membina hubungan
interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain,
Meningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis.
Sikap dalam berkomunikasi terapeutik yaitu gerakan tubuh :
berhadapan, ekspresi wajah, tersenyum, kontak mata, tidak melipat tangan,
tidak menyilangkan kaki, tidak memasukkan tangan ke kantong, sedikit
membungkuk. Jarak : pribadi 50-120 cm, sosial 275-365 cm. Sentuhan :
bersalaman, menepuk bahu, mengangkat jempol, tepuk tangan, memegang
tangan pasien yang sedang sedih. Diam : Mendengar aktif, kontak mata.
Volume dan nada suara : Untuk lansia : volume suara tinggi, nada rendah,
Untuk perilaku kekerasan : volume dan nada rendah, tegas.
Teknik komunikasi terapeutik yaitu a. Mendengar : Memberi
kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara, bidan menjadi pendengar
yang aktif, memberi tanggapan dengan tepat dan tidak memotong
pembicaraan. Keterampilannya pandangan ke pasien, pertahankan kontak
mata, tidak menyilangkan kaki dan tangan, menghindari gerakan yang tidak
perlu, tubuh condong ke arah pasien, dan anggukan kepala jika memerlukan
umpan balik. b. Penerimaan : Mendukung dan menerima informasi dengan
tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan
bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan
mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. c. Bertanya :
Teknik ini dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pikirannya. Untuk jawaban yang banyak dari klien, bidan dapat menggunakan
pertanyaan terbuka seperti “Apakah yang sedang ibu pikirkan?”. d.
Mengulang : Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien dengan
menggunakan kata-kata sendiri. Gunanya adalah untuk menguatkan
ungkapan klien. e. Klarifikasi : Menanyakan kepada klien apa yang tidak
dimengerti perawat terhadap situasi yang ada, atau menjelaskan kembali
ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan
arti dari ungkapannya. f. Refleksi : Digunakan pada saat klien menanyakan
pada perawat tentang peneliaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan
membantu perawat untuk tetap memelihara pendekatan yang tidak menilai.
g. Memfokuskan : Memfokuskan : Untuk membatasi bahan pembicaraan
sehingga percakapan lebih spesifik dan dimengerti. h. Menawarkan informasi
: Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah
akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. i. Diam (memelihara
ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir pemikiran,
memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk
menunggu respon.
Konsep Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Kesehatan Jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi scr optimal &
selaras dgn orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dgn
diri sendiri, orang lain, masyarakat & lingkungan.
Ciri-ciri sehat jiwa yaitu bersikap positif terhadap diri sendiri, mampu
tumbuh dan mencapai aktualisasi diri, mampu mengatasi stres perubahan
pada dirinya, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang
diambil, persepsi realistic, menghargai perasaan dan sikap orang lain,
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Ciri-ciri masalah psikososial yaitu cemas, kwatir berlebihan, takut,
mudah tersinggung, sulit konsentrasi, ragu-ragu/merasa rendah diri, kecewa,
pemarah dan agresif, reaksi fisik : jantung berdebar, otot tegang, sakit
kepala.
Ciri-ciri gangguan jiwa yaitu marah tanpa sebab, mengurung diri, tidak
mengenali orang, bicara kacau, bicara sendiri, tidak mampu merawat diri.
Dasar-dasar kesehatan jiwa yaitu Kesehatan jiwa tidak dapat
dipisahkan dari masalah kepribadian manusia, Kesehatan jiwa ditentukan
oleh faktor intrinsik (organo-biologik, keturunan) & ekstrinsik (keluarga,
masyarakat, & lingkungan), Kesehatan jiwa tdk terjadi dgn sendirinya, perlu
usaha/waktu utk mengembangkan & membinanya, Dasar-dasar pembinaan
jiwa yg sehat diletakkan di lingkungan keluarga, Komunikasi yg sehat,
suasana keluarga yg harmonis & bahagia mrpk syarat berkembangnya jiwa
anak yg sehat, Keluarga yg sehat jiwa berawal dr orang tua atau perkawinan
yg sehat jiwa pula, Orang tua perlu memahami dasr-dasar kesehatan jiwa &
berusaha mencapai kondisi jiwa yg sehat.
Tingkat pencegahan yaitu Pencegahan primer : pencegahan primer
mendahului penyakit dan diterapkan pd populasi yg umumnya sehat.
Pencegahan ini termasuk peningkatan kesehatan dan mencegah penyakit.
Pencegahan sekunder : mencakup reduksi penyakit aktual dgn deteksi dini
dari penanganan masalah kesehatan. Pencegahan tersier : mencakup
pengurangan gangguan atau kecacatan yg diakibatkan oleh penyakit.
Proses Keperawatan Jiwa
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah
yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan
masalah klien merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah
ini.
Pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa terdiri dari langkah-
langkah yaitu : Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Perencanaan,
Implementasi, Evaluasi.
Pengkajian : Tujuannya adalah mengidentifikasi data kesehatan klien
sebagai dasar perumusan diagnosis keperawatan klien, metode :
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,
Pendukumentasian : dalam format yang ditentukan, baik data objektif
maupun data subjektif.
Analisa data yaitu data hasil pengkajian dianalisa untuk merumuskan
diagnosa keperawatan, adapun jenis diagnosa keperawatannya seperti
aktual : ada data here and now, resiko : belum terjadi, mungkin terjadi jika di
intervensi, potensial : kemungkinan peningkatan status kesehatan atau
kesejahteraan klien.
Rumusan diagnosa yaitu aktual seperti label : gangguan, perubahan,
kerusakan, defisit. Tidak berlabel : ketidakberdayaan, Risiko dan potensial.
Adapun masalah kesehatan yang sering ditemukan, contohnya : Gangguan
konsep diri : harga diri rendah, Isolasi sosial : menarik diri, gangguan sensori
persepsi : halusinasi, perubahan proses pikir : waham, defisit perawatan diri :
kebersihan diri, kerusakan komunikasi verbal, perilaku kekerasan,
penatalaksanaan regiment terapeutik inefektif, koping keluarga tidak efektif,
resiko mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Pohon masalah merupakan metoda analisa masalah yaitu memproses
masalah keperawatan menjadi diagnosa keperawatan. Tiga komponen yang
terdapat pada pohon masalah yaitu penyebab (causa), masalah utama (core
problem), dan akibat (effect).
Langkah-langkah dalam menentukan pohon masalah yaitu tetapkan
nmasalah utama (core problem), identifikasi akibat masalah, identifikasi
penyebab masalah, hubungan dengan anak panah, merumuskan masalah
keperawatan menjadi diagnose keperawatan dengan metode Pohon
Masalah.
Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian masyarakat sebagai target pelayanan dan
pengorganisasian tenaga perawat serta fungsinya untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan jiwa adalah pelayanan yang kontinum yaitu
sepanjang hidup, sepanjang rentang sehat-sakit, pada tiap konteks
keberadaan : rumah, di sekolah, di tempat kerja, di rumah sakit.
Piramida pelayanan kesehatan jiwa komunitas : 1. Perawatan mandiri
individu dan keluarga, 2. Pelayanan formal dan informal/dukungan diluar
sektor kesehatan, 3. Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan
dasar, 4. Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, 5. Unit pelayanan
kesehatan jiwa RSU, 6. Rumah sakit jiwa.
Tenaga kesehatan yang berperan dalam pelayanan kesehatan jiwa
komunitas yaitu psikiater, psikolok klinis, perawat kesehatan jiwa komunitas.
Peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa komunitas adalah 1.
Pemberi asuhan secara langsung (practitioner), maksudnya perat memiliki
kempuan dalam menyelesaikan masalah pasien agar kehidupannya bias
menigkat, 2. Pendidik ( educator), maksudnya perawat memberikan
penyuluhan kepada pasien, 3. Koordinator (coordinator), maksudnya Perawat
dalam menemukan kasus harus berkomunikasi dengan petugas kesehatan
yang lain.