Post on 07-Dec-2020
REDUNDANSI TEKS BERITA KARYA SISWA KELAS X
SMAN 10 KOTA TANGERANG TAHUN AJARAN 2017/2018
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
Melda Hollidazia
NIM: 1113013000038
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI
REDUNDANSI TEKS BERITA KARYA SISWA KELAS X SMAN 10
KOTA TANGERANG TAHUN AJARAN 2017/2018
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Melda Hollidazia
1113013000038
Di Bawah Bimbingan,
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd.
NIP. 196402121997032001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
iii
iv
ABSTRAK
Melda Hollidazia, NIM: 1113013000038. Redundansi Teks Berita Karya
Siswa Kelas X SMAN 10 Kota Tangerang Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini tentang analisis kesalahan menulis siswa terkait redundansi
melalui teks berita karya siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
sejauh mana kemampuan siswa dalam membuat karya teks berita juga mengetahui
letak kesalahan siswa dalam menulis teks berita. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas X SMAN 10 Kota Tangerang. Objek penelitian ini adalah teks berita yang
ditulis oleh siswa.
Berdasarkan hasil analisis data yang didapat, ada 48 temuan kata redundansi
pada teks berita karya siswa kelas X. Kesinoniman kata dalam satu kalimat
sebanyak 18 kata. Hiponim dan hipernim dalam kalimat sebanyak satu kata.
Pengulangan subjek dalam kalimat sebanyak satu kata. Penggunaan kata berbentuk
jamak dalam kalimat sebanyak empat kata. Penggunaan kelas kata tidak tepat
sebanyak 23 kata. Tidak ditemukan penggunaan afiks yang tidak tepat. Penggunaan
predikat tidak tepat 1 kata.
Hasil observasi dan penelitian menunjukkan bahwa masih banyak
ditemukan rendundansi pada penulisan teks berita yang ditulis oleh siswa kelas X
IPS 2 SMAN 10 Kota Tangerang. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian
yang didapat, sehingga kemampuan siswa dalam menulis teks berita dinyatakan
masih perlu bimbingan.
Kata kunci: Redundansi, Teks Berita
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Taala yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya skripsi
dapat terselesaikan dengan baik. Selawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan
kebenaran, menunjukkan pada jalan yang lurus, dan memberi suri tauladan.
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana
Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
dengan membuat karya tulis imliah dalam bentuk skripsi. Skripsi ini berjudul
“Redundansi Teks Berita Karya Siswa Kelas X SMAN 10 Kota Tangerang Tahun
Ajaran 2017/2018”.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan dan dorongan selama
penulis studi dan menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih dan penghargaan penulis
sampaikan kepada yang terhormat:
1. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Novi Diah Haryanti, M. Hum., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd, sebagai dosen pembimbing. Terima
kasih atas segala yang telah diberikan. Mulai dari semangat, waktu,
pemikiran, dan salam sapa keramahan di setiap bimbingan.
4. Terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang tak penulis sebutkan seluruhnya. Namun, tak mengurangi
sedikit pun rasa hormat penulis. Atas segala ilmu dan nasihat yang telah
diberikan.
5. Kepala SMAN 10 Kota Tangerang, Siti Hidayati, S.Pd. Juga Ibu Eliana
sebagai Guru Bahasa Indonesia yang mengarahkan selama penelitian. Serta
vi
seluruh guru dan staf SMAN 10 Kota Tangerang yang telah membantu
selama observasi penelitian berlangsung.
6. Untuk yang teristimewa, kepada orang tua yang sangat penulis cintai.
Bibeh Hasan Basri dan Ummi Munawati. Terimakasih atas dukungan
moril, materil, kasih sayang dan doa yang tidak pernah putus dalam setiap
langkah pendidikan yang penulis lalui hingga saat ini.
7. Terima kasih kepada suami atas dukungan materil dan semangat yang
selalu diberikan kepada penulis. Salah satu alasan terselesaikannya skripsi
ini.
8. Sahabat yang selalu berbagi suka maupun duka dan selalu memberi
mendukung untuk menyelesaikan skripsi ini yaitu Dini Latifah, Feti Indah,
Nurul Makiah, Dwi Fitrianti, Lisca Cahya Utami.
9. Terima kasih kepada siswa dan siswi kelas X IPS 2 SMAN 10 Kota
Tangerang, karena telah ikut andil dan ikut kerjasama dengan baik selama
penelitian berlangsung.
10. Terima kasih kepada teman-teman satu angkatan PBSI A dan B yang
terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan, bimbingan, doa dan
dukungan yang diberikan kepada penulis menjadi berkah dibalas oleh Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, Oleh sebab
itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Tangerang, 20 Juni 2020
Melda Hollidazia
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ....................... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 4
D. Rumusan Masalah ................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 4
BAB II KAJIAN TEORETIS ............................................................ 5
A. Redundansi ............................................................................ 6
1. Bentuk-bentuk Redundansi
B. Teks Berita .......................................................................... 13
1. Pengertian Teks Berita .................................................. 16
2. Unsur-unsur Berita ........................................................ 17
3. Jenis-jenis Berita ............................................................ 17
4. Sumber Berita ................................................................ 19
5. Teknik Penulisan Berita ................................................ 20
C. Penelitian Relevan ............................................................... 21
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 24
B. Rancangan Penelitian .......................................................... 24
C. Metode Penelitian ................................................................ 24
D. Populasi dan Teknik Sampel ............................................... 26
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 26
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................. 28
G. Instrumen Penelitian ............................................................ 29
H. Keabsahan Data ................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 31
A. Profil Sekolah ...................................................................... 31
1. Sejarah Singkat
2. Visi dan Misi
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
B. Data Penelitian .................................................................... 34
C. Temuan Penelitian ............................................................... 35
D. Pembahasan Penelitian ......................................................... 36
BAB V PENUTUP .......................................................................... 55
A. Simpulan ............................................................................. 55
B. Saran .................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................. 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan anugerah dari Allah Subhanahu Wa Taala. Bahasa
membuat manusia dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial, yang berujung pada
pertukaran informasi antar individu dengan individu, maupun individu dengan
kelompok sosial. Bahasa memiliki arti penting yaitu sebagai alat komunikasi.
Kemampuan penyampaian informasi secara tepat dengan bahasa yang baik perlu
dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar pesan yang disampaikan dipahami dengan
baik sebagaimana yang diharapkan.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dibedakan menjadi bahasa lisan
dan bahasa tulisan. Bahasa tulis sebagai salah satu alat komunikasi yang banyak
dimanfaatkan dan digunakan dalam berbagai situasi komunikasi, memungkinkan
penutur dalam bahasa tulis memilih variasi bahasa yang digunakan. Penutur tidak
langsung berhadapan dengan penutur dalam bahasa tulis, sedangkan dalam bahasa
lisan, penutur lebih mudah menyampaikan informasi karena berhadapan langsung
dengan petutur.
Pembelajaran bahasa Indonesia dilihat dari tujuannya yaitu agar siswa
mampu berkomunikasi secara efektif sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara
lisan maupun tulisan. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara. Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan social. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, dan meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa; serta menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya intelektual manusia Indonesia.
2
Keterampilan berbahasa yang termasuk ke dalam berkomunikasi secara
lisan adalah keterampilan berbicara dan menyimak, sedangkan keterampilan
berbahasa yang termasuk ke dalam berkomunikasi secara tulisan adalah
keterampilan membaca dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
sangat penting yaitu, keterampilan menulis. Melalui tulisan seseorang dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Aspek menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam
seluruh proses belajar mengajar di sekolah. Selama proses belajar mengajar, peserta
didik sering diajarkan dan diberi tugas untuk menulis, oleh karena itu mereka
diharapkan terbiasa dengan kegiatan menulis. Sehingga nantinya peerta didik
memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam setelah melakukan kegiatan
menulis.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan penuangan ide, pikiran, gagasan, dan
pengetahuan yang ingin disampaikan kepada orang lain untuk dipahami dalam
bentuk tulisan. Kegiatan menulis merupakan salah satu cara untuk mengemukakan
ide-ide yang ada pada diri seseorang dalam bentuk tulisan, dan dapat memberikan
manfaat bagi orang lain yang membaca tulisan tersebut.
Tidak semua kegiatan menulis disenangi peserta didik, apalagi kegiatan
menulis merupakan suatu tuntutan untuk menyelesaikan suatu tugas. Biasanya
kegiatan menulis dilakukan untuk mengisi waktu luang saja, dan hanya orang yang
gemar menulis yang sering melakukan hal ini. Seorang guru dituntut untuk
memberikan pengajaran yang berbeda dari sebelumnya, guna menciptakan
pembelajaran yang akan disenangi oleh peserta didik dan dapat memberikan hasil
belajar yang lebih baik lagi dalam proses belajar mengajar.
Teks berita merupakan tulisan yang berisi tentang fakta mengenai peristiwa
terkini yang menarik dan dapat disampaikan kepada khalayak umum melalui media
televisi, radio, dan koran. Biasanya, teks berita yang dimuat di surat kabar tidak
panjang, tetapi singkat dan jelas beritanya. Sebuah berita yang baik di dalamnya
mengandung unsur 5W+1H.
3
Berita adalah sesuatu hal yang akrab dalam kehidupan kita. Berita sering
sekali kita jumpai setiap hari melalui media. Namun, masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam keterampilan menulis teks berita. dalam hal
menentukan judul yang sesuai dengan tema berita, merangkai kalimat berita dengan
baik, dan kurangnya pengetahuan dalam penulisan berita yang sesuai PUEBI. Hal
tersebut diketahui setelah penulis melakukan observasi dan wawancara terhadap
guru bidang studi Bahasa Indonesia yaitu Ibu Erliana di SMAN 10 Kota Tangerang.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia materi menulis teks berita
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kreativitas menulis bagi peserta didik.
Pembelajaran di sekolah cenderung mengacu kepada buku teks yang dapat
membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan di dalam pembelajaran. Atas dasar
permasalahan tersebut perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Agar
membantu peserta didik dalam mengatasi kejenuhan dan tercapainya tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran menulis di sekolah masih terpaku pada pengetahuan dan
hafalan teori, padahal menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
membutuhkan latihan terus-menerus agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
Seperti yang pernah diungkapkan Suparno, bahwa teori atau mengarang, memang
mudah gampang dihapal tetapi, menulis atau mengarang bukan sekadar teori,
melainkan keterampilan.1 Memang sudah menjadi tanggung jawab bagi guru,
terutama guru bahasa Indonesia untuk mengajar dengan lebih baik dan
memperdalam keterampilan menulis yang dimiliki tiap-tiap siswa.
Redundansi diartikan berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam
suatu bentuk ujaran. Redundansi juga dapat dinyatakan sebagai kata-kata yang
dapat dihilangkan. Suatu kalimat tidak akan hilang maknanya walaupun kata-kata
itu tidak ada. Redundansi masih dapat dihilangkan tanpa mengubah makna yang
terdapat dalam suatu kalimat. Untuk menyelesaikan hal-hal yang berkaitan tentang
kata redundansi maka, harus mengetahui bentuk-bentuk kata redundansi. Bentuk-
bentuk kata rendundansi biasanya didominasi dengan kesalahan pada penggunaan
1 Suparno-Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka 2009), h. 14.
4
kata, frasa, klausa dan kalimat, serta menggunakan suatu kalimat yang tak perlu
hingga timbul sebuah kata yang berlebihan.
Hal ini menjadi keresahan penulis mengingat bahwa sebuah teks berita
harus memiliki kaidah bahasa sederhana, menarik,mudah dimengerti dan perlu
disampaikan dengan segera. Atas dasar ini peneliti ingin menganalisis bentuk-
bentuk redundansi pada teks berita karya siswa kelas X SMAN 10 Kota Tangerang
karena pemahaman tentang kata redundansi dapat membantu seseorang untuk
membuat kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami. Pemilihan sekolah karena
SMAN 10 Kota Tangerang termasuk sekolah yang memiliki akreditasi yang baik
dan menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi identifikasi masalah
adalah kurangnya minat siswa dalam pembelajaran menulis dan kurangnya inovasi
guru dalam mengajar Bahasa Indonesia. Kurangnya kemampuan menyusun teks
berita hingga menjadi redundansi.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah dalam pembahasan ini, peneliti membatasi
hanya pada “Redundansi Teks Berita Siswa Kelas X SMAN 10 Kota Tangerang
Tahun Ajaran 2017/2018”.
D. Rumusan Masalah
Setelah membatasi masalah dalam pembahasan ini, peneliti merumuskan
masalah, bagaimana bentuk-bentuk kata redundansi pada teks berita karya siswa
kelas X SMAN 10 Kota Tangerang.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui dan menganalisis agar bisa
diperhatikan dengan baik bentuk-bentuk kata redundansi dalam segala penulisan.
Adapun manfaat ini dibagi menjadi dua:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis ini dapat dilihat dari segi keilmuannya. Khususnya
menambah wawasan penulis serta pihak lain yang berminat dalam masalah
ini untuk mengetahui dengan baik bagaimana penggunaan bentuk-bentuk
5
kata redundansi. Bermanfaat pula bagi kalangan pelajar dan masyarakat
umum dalam hal aturan penggunaan kata agar tidak menjadi mubazir.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis ini adalah sebagai bahan rujukan untuk memudahkan
pembaca dalam membuat karya ilmiah seperti makalah dan sebagainya, dan
bisa menjadi media pembelajaran untuk para guru di sekolah.
6
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Redundansi
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal. Tidak ada hubungan wajib
antara lambing sebagai hal yang menandai wujud kata atau leksem dengan
benda atau konep yang ditandai, yaitu referen dari kata atau leksem tersebut.
Dalam analisis semantik juga harus disadari bahwa bahasa bersifat unik, dan
mempunyai hubungan sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya.
Pentingnya semantik dalam studi linguistik menjadi semarak. Dalam
linguistik, semantik memegang peranan sebagai studi pengertian, inheren pada
tingkatan kata, frasa, kalimat, dan unit yang lebih besar. Dasar studi semantik
adalah mempelajari makna dari tanda-tanda, dan studi hubungan antara unit
linguistik yang berbeda dan senyawa.
Redundansi sebagai kata yang berlebihan-lebihan, penggunaan unsur
segmental dalam suatu bentuk ujaran.2 Redundansi berasal dari bahasa Inggris
“redundancy” yang memiliki kata sifat redundansi yang diindonesiakan
menjadi redundansi. Misalnya kalimat “Kue itu dimakan oleh Amri” konstituen
“oleh” pada kalimat tersebut adalah redundansi, yang tidak diperlukan karena
tanpa kata “oleh” informasi kalimat akan tetap jelas. Kalimat ini dapat
diperbaiki menjadi “Kue itu dimakan Amri”.
Sedangkan menurut Zaenal Arifin dkk, “Redundansi adalah kata yang
berlebih-lebihan yang menggunakan unsur segmental dalam suatu bentuk
ujaran”.3 Dapat disimpulkan jika suatu kalimat tidak akan hilang maknanya
ketika dihilangkan maka itu adalah redundansi. Pemakaian kata yang hemat
dapat mencegah dari pemakaian kata yang berlebihan, seorang penulis harus
menghindari penggunaan kata yang berlebihan untuk suatu maksud.
2 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), h. 310. 3 Zaenal Arifin, dkk, Asas-asas Linguistik Umum, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2015), h. 163.
7
Menurut Nick Jobe dan Shopia Steven, “Redundancy is the re petition
of a word or phrase that does not add anything to the previous meaning; it just
restates what has already been said.”4 Sedangkan menurut Carrol (Lubis,
1993:150) dalam bukunya yang berjudul The Study of
Leaguage mengungkapkan redundansi dalam bahasa adalah “When the
average information carried by symbol units is less than the maximum posible
under condition of equiprobable and indepandent symbols” yang berarti bila
bobot informasi yang dikandung sebuah simbol yang kita ucapkan lebih sedikit
atau kurang dari jumlah unsur yang mendukung simbol itu atau dapat juga
diartikan bila ada perbedaan antara kapasitas dari sebuah ucapan dengan
informasi yang didukungnya.5
Menurut Gorys Keraf “bahwa halangan pertama untuk mencapai
kelangsungan pilihan kata berasal dari penggunaan kata yang terlalu banyak
untuk suatu maksud, serta kekaburan makna dari kata-kata yang digunakan.
Gejala ini sama dengan istilah redundansi”.6 Hal ini dapat dilihat contoh
kalimat.
Gadis itu menaiki tangga ke atas untuk menemui dosen mata kuliah
bahasa Indonesia.
Kalimat diatas menggunakan frase menaiki dan frase ke atas adalah
bentuk frase redundansi atau mubazir, kata menaiki dan ke atas memiliki
maksud yang sama yaitu menunjukkan tujuan, sehingga menggunakan frase
menaiki ke atas secara bersamaan akan memboroskan penggunaan kata.
Seharusnya “gadis itu menaiki tangga untuk menemui dosen mata kuliah bahasa
Indonesia”.
Kesalahan terhadap redundansi biasanya berkaitan erat dengan
penggunaan kata yang berlebih-lebihan sehingga terbentuk kalimat yang
mubazir. Apabila kalimat tersebut dihilangkan maka tidak mengubah makna
dalam kalimat tersebut. Seharusnya seorang penulis mampu dalam menentukan
4 https://www.uhv.edu/university-college/student-success-center/resources/q-z/repetition-and-
redundancy/ 5 6 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), h. 100.
8
pilihan kata yang tepat untuk menyampaikan sebuah pikiran yang sesuai dengan
konteks permasalahan tanpa menggunakan sebuah kata yang berlebihan
sehingga membentuk kalimat yang redundansi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kata
redundansi adalah berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam
suatu kata atau kalimat. Apabila unsur-unsur tersebut dihilangkan tidak akan
menghilangkan keutuhan makna yang terdapat dalam kalimat tersebut.
1. Bentuk-Bentuk Redundansi
Redundansi yang sering terjadi dalam karangan siswa, meliputi
pemakaian kesinoniman kata yang terdapat dalam kalimat, pemakaian
subordinat pada hiponimi kata, pemakaian pengulangan subjek, pemakaian kata
yang tidak menampakkan kata-kata yang berbentuk jamak, penggunaan kelas
kata, penggunaan afiks yang tidak tepat dan penggunaan predikat yang tidak
tepat. Sebagai berikut,
a. Penggunaan kesinoniman kata yang terdapat dalam kalimat.
Sinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama, dengan
hanya bentuk-bentuk yang berbeda.7
Contoh:
1. Yang sama maknanya:
Sudah – telah
Dapat – bisa
Ayah – bapak
Sebab – karena
Bunda – umi
Saya – aku
2. Yang hampir sama (mirip) maknanya:
Semua – seluruh – segala – segenap
7 J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2016), h. 394.
9
Melihat – menonton – menengok – menatap
Mati – meninggal – wafat – tewas – gugur
Penggunaan kesinoniman kata di dalam kalimat tidak akan membuat
kalimat menambah jelas, bahasa Indonesia adalah melainkan mubazir atau
redundansi.
b. Penggunaan hiponimi pada hipernim kata
Penggunaan hiponimi pada hipernim kata tidak akan membuat
kalimat menambah jelas, melainkan mubazir atau redundansi. Maksudnya
hipernim adalah kata-kata yang banyak mewakili kata lain. Kata hipernim
dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan
hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim
merupakan anggota dari kata hipernim. Bentuk hipernim dan hiponim pada
sebuah kata yang sering muncul antara lain:
1) Hipernim: Hantu
Hiponim: pocong, kuntilanak, kolong wewe, suster ngesot, tuyul,
jenglot, gender, dan lain-lain.
2) Hipernim: Ikan
Hiponim: muzair, gabus, lele, sepat, paus, hiu, emas, bandeng, bawal,
pari dan lain-lain.
c. Penggunaan pengulangan subjek
Menurut Minto Rahayu “penggunaan pengulangan subjek tidak
akan membuat kalimat menambah jelas, melainkan mubazir atau
redundansi”.8 Penggunaan pengulangan subyek secara berlebihan dalam
sebuah kalimat akan memicu timbulnya kelebihan makna atau redundansi.
d. Penggunaan kata yang berbentuk jamak
Penggunaan kata yang menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak tidak akan menambah kalimat menjadi jelas, melainkan mubazir atau
redundansi. Jika penggunaan kalimat yang berbentuk jamak digunakan
8 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h.90.
10
secara berlebihan tetapi jika dihilangkan salah satu kalimat tidak merubah
makna, maka itu adalah redundansi.
e. Penggunaan kelas kata
1. Adverbia
Adverbia lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan.
Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat dan jenis kata lainnya.
Menurut Harimurti Kridalaksana “Adverbia dapat ditemui dalam bentuk
dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan itu terwujud melalui afiksasi,
reduplikasi, gabungan proses”9
a. Adverbia dasar bebas
Misalnya: alangkah, akan, amat, barangkali, belakang, bisa, belum,
boleh, bukan, cuma, dapat, hampir, hanya, kerap, lagi, masih, memang,
mungkin, paling, pernah, pula, saja, sangat, saling, selalu, senantiasa, serba,
sering, sudah, sungguh, tak, telah dan tidak.
b. Adverbia turunan terbagi atas:
1. Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari:
a. Adverbial berduplikasi, misalnya agak-agak, belum belum, bisa-
bisa, angan-angan, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
b. Adverbia gabungan: belum boleh, belum sering, tidak boleh,
tidak boleh tidak tidak mungkin lagi, masih belum lagi.
2. Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas, terdiri dari:
a. Adverbia berafiks yaitu dengan prefix ter-, misalnya terlalu, dan
terlampau, dengan prefiks se- misalnya sekali.
b. Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi: malam-malam,
mula-mula, pagi-pagi, tengah-tengah.
Gabungan proses, misalnya:
a. Se- + A + -nya: sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
b. Se- + V + -nya: seharusnya, sedapatnya.
9 Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1994), h.
82-83
11
c. Se- + R A + -nya: selambatnya-lambatnya, secepat-cepatnya.
2. Konjungsi
Konjungsi atau kata hubung adalah kata-kata yang menghubungkan
satu-satuan sintaksis, baik antarakata dengan kata, antara frase dengan frase,
antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat (hal.98).10
Konjungsi adalah kata hubung yang menghubungkan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya.
3. Nomina
Adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan. Contoh
nomina.
a. Nomina dasar seperti:
Batu, kertas, radio, udara, ketela, sirop
b. Nomina turunan terbagi atas :
1. Nomina berafiks, seperti keuangan, gerigi, perpaduan.
2. Nomina reduplikasi, seperti tetamu, rumah-rumah.
3. Nomina hasil gabungan proses, seperti batu-batuan,
kesinambungan.
4. Pronominal
Pronominal lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang
menggantikan nomina yang ada.Pronominal dibedakan menjadi empat
macam yaitu pronominal kata ganti diri, pronominal kata ganti petunjuk,
pronominal kata ganti tanya, dan pronominal tak tentu.
a. Pronominal kata ganti diri adalah pronominal yang menggantikan
nomina orang atau di orangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama
diri. Terdiri dari;
1. Kata ganti diri orang pertama tunggal yaitu saya dan aku, orang
pertama jamak yaitu kami dan kita.
10 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2015), h. 98
12
2. Kata diri orang kedua tunggal, yaitu kamu dan engkau, orang kedua
jamak, yaitu kalian dan kamu sekalian.
3. Kata diri orang ketiga tunggal yaitu ia, dia, dan nya, orang ketiga
jamak yaitu mereka.
b. Pronominal kata ganti petunjuk adalah kata ini atau itu yang digunakan
untuk menggantikan nomina sekaligus dengan petunjuk. Kata petunjuk
ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang didekat pembicara
sedangkan kata ganti petunjuk itu di gunakan untuk menunjukkan
sesuatu yang jauh dari pembicara.
c. Pronominal kata ganti tanya adalah kata ganti yang digunakan untuk
bertanya atau menyakan sesuatu. Kata ganti tanya adalah apa, siapa,
kenapa, mengapa, berapa, bagaimana dan di mana.
d. Verba
Verba adalah kata kerja. Dari bentuknya dapat dibedakan.
1. Verba dasar bebas yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas.
Contoh: duduk, makan, mandi menaiki, tidur.
2. Verba turunan yaitu verba yang mengalami afiksasi, reduplikasi,
gabungan, proses atau berupa paduan leksem.
3. Verba berafiks:
Contonya: ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis,
jahitkan, kematian, melahirkan, menari, menjalani, terpikirkan, dan
berbuat.
4. Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah,
pulang-pulang.
5. Verba proses gabungan
Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makanan.
6. Verba majemuk
Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
7. Ajektiva
Adalah kata sifat yang sifatnya menerangkan kata benda.
13
a. Ajektiva dasar: adil, agung, busuk, cantik
b. Ajektiva turunan:
1. Ajektiva berafiks misalnya, terhormat.
2. Ajektiva bereduflikasi, misalnya elok-elok, gagah-gagah,
muda-muda, ringan-ringan.
3. Ajektiva Berafiks keR-an atau ke-an, misalnya kesakitan,
kesepian, kemalu-maluan.
f. Penggunaan afiks yang tidak tepat
Abdul Chaer, afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem
terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar proses dasar pembentukan kata.11
Contoh kalimat redundansi yang terdapat pada koran harian Tangsel Pos.
Baginya, Majelis Pemusyawaratan Rakyat inilah yang menetapkan
undang-undang dasar dan garis-garis besar dari pada haluan Negara
(pasal 3).
Penggunaan afiks “baginya” pada awal paragraf termasuk redundansi
dan tidak tepat. Afiks “baginya” dapat dihilangkan tanpa merusak kalimat
tersebut.
g. Penggunaan predikat yang tidak tepat adalah menerangkan tentang subjek.
Contoh kalimat redundansi yang terdapat pada koran.
Seperti diketahui, PT GTJ mendapatkan kontrak kerajasama
pengelolaan sampah pemprov selama 15 tahun sejak 2008. Dalam
perjanjian, mereka membangun pengelolaan sampah berteknologi
Galvad dan menjual listrik serta kompos.Pada tahun 2023 PT GTJ
menyerahkan asetnya ke pemprov.
Penggunaan predikat “seperti” dan verba “diketahui” pada paragraf
awal termasuk mubazir dan tidak tepat. Predikat “seperti” dan verba
“diketahui” dapat dihilangkan tanpa merusak kalimat tersebut.Dengan
demikian seorang penulis harus memperhatikan penggunaan kata yang tepat
dan tidak bertele-tele yang menimbulkan kata redundansi.Redundansi adalah
11 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2012), h. 177
14
penggunaan kata yang berlebihan sehingga membentuk kata yang redundansi.
Tetapi kata tersebut dapat dihilangkan tanpa merusak keutuhan kata didalam
kalimat tersebut.
B. Teks Berita
1. Pengertian Teks Berita
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) “berita berarti (1)
laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat, (2) informasi (resmi)
dari pemerintah, dan (3) laporan pers”.12 Dari segi isi berita dikenal jenis-jenis
berita seperti berita acara, berita keluarga, berita kematian, berita kriminal,
berita negara, berita polisi, berita sensasi, dan berita singkat.
Berita memang harus bersifat unik, aktual, menarik, menjadi interes atau
kepentingan umum, dan dapat dipercaya kebenarannya. Berita harus bersumber
dari kejadian yang sebenarnya dan biasanya disampaikan oleh badan resmi dan
atau tidak resmi yang kejujuran, wibawa, dan integritasnya tidak disangsikan
lagi.13
Sebuah berita setidaknya mengandung dua hal, yakni peristiwa dan jalan
ceritanya, maka sebuah cerita tanpa peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat
disebut berita.14 Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru
yang benar, menarik, dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media
berkala seperti surat kabar, radio, televise, atau media on line internet.15 Dapat
diartikan bahwa, berita adalah fakta dan peristiwa yang ditulis dengan
menggunaka jalan cerita dan merupakan informasi penting yang terjadi pada
lingkup masyarakat yang dikemas dalam media massa.
Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan, dan pemberitahuan, atau
pengumuman. Dalam konteks pembicaraan jurnalistik berita adalah sebagai
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Hangat dalamartian
tentu saja sesuatu yang baru saja terjadi dan penting untuk diketahui oleh
12 Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet.
17, h. 2.19 13 Ibid., h.4.4 14 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 55. 15 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2005), h. 65
15
khalayak. Sementara itu, Sudirman Tebba menyatakan secara ringkas bahwa
berita adalah:
“Jalan cerita tentang peristiwa. Menurutnya peristiwa tanpa
jalan cerita menjadi hal yang penting dalam sebuah berita,
karena menurut pratisi jurnalistikini cerita tanpa peristiwa
bukanlah sebuah berita dan peristiwa tanpa jalan cerita juga
bukan berita. Ia menjadi berita ketika memiliki jalan cerita
atau peristiwa.”16
AS Haris Sumadiria menyatakan berita adalah semua hal yang terjadi di
dunia, apa yang ditulis dalam surat kabar, apa yang disiarkan di radio, dan apa
yang ditayangkan oleh televise. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap
fakta merupakan berita, berita menyangkut orang-orang walau tidak setiap
orang menjadi berita, dan berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di
dunia, tetapi sebagian kecil yang dilaporkan.17 Sementara itu, Ashadi Siregar
menyatakan bahwa berita adalah melaporkan seluk-beluk peristiwa yang telah,
sedang, dan akan terjadi. Melaporkan di sini berarti menuliskan apa yang
dilihat, didengar, atau dialami seseorang atau sekelompok orang.18
Pendapat lain mengemukakan berita adalah sesuatu yang nyata. Berita
merupakan peristiwa yang segar, yang baru saja terjadi, plus dan minus. “Dari
peristiwa itu, berita merentang sedikit ke masa lampau dan masa datang.”19
“Ada juga yang mendefinisikan bahwa berita adalah informasi yang penting
dan/atau menarik bagi khalayak audien.”20
Paul De Maeseneer mendefinisikan berita adalah sebagain informasi
baru tentang kejadian yang baru, penting, dan bermakna (significant), yang
berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh
mereka. Definisi berita mengandung unsur-unsur:
a. Baru dan penting,
16 Sudirman Tebba dalam Suhaimin dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 27. 17 Ibid., h. 27-28 18 Ashadi Siregar, dkk, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), Cet. Ke-5. h. 19. 19 Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Buku Kompas, 2007), Cet. 3, h.52 20 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana, 2010), Ed. 1, Cet. 2, h. 8
16
b. Bermakna dan berpengaruh,
c. Menyangkut hidup orang banyak,
d. Relevan dan menarik.21
Pengertian berita juga disampaikan oleh pakar jurnalistik, sebagai berikut:
a. Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing mengatakan,
berita adalah suatu kejadian aktual yang diperoleh wartawan untuk dimuat
dalam surat kabar karena menarik atau mempunyai makna bagi pembaca.
b. William S. Moulsby dalam Getting The News mengatakan, berita adalah
suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang
mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para
pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.
c. Chilton R. Bush dalam Newspaper Reporting of Public Affairs mengatakan,
berita adalah laporan mengenai peristiwa yang penting diketahui
masyarakat dan juga laporan peristiwa yang semata-mata menarik karena
berhubungan dengan hal yang menarik dari seseorang atau sesuatu dalam
situasi yang menarik.
d. Eric C. Hepwood berita adalah laporan pertama dari kejadian penting yang
dapat menarik perhatian umum.
e. Curtis MacDougall berita adalah apa saja yang menarik hati orang dan berita
yang terbaik adalah yang menarik hati orang sebanyak-banyaknya.
f. Dja’far H. Assegrafi dalam Jurnalistik Masa Kini mengatakan, berita adalah
laporan tentang fakta atau ide terkini, yang dipilih oleh wartawan untuk
disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca.
g. Jakob Oetama dalam bukunya Perspektif Pers Indonesia mengatakan, berita
itu bukan fakta, tetapi laporan tentang fakta itu sendiri. Suatu peristiwa
menjadi berita hanya apabila ditemukan dan dilaporkan oleh wartawan dan
membuatnya masuk dalam kesadaran publik dengan demikian menjadi
pengetahuan publik.22
21 Helena Olii, Berita dan Informasi Jurnalistik Radio, (Indonesia: PT Indeks, 2007), Cet. Ke-1,
h.25 22 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknik Menulis Berita, (Jakarta: Erlangga, 2010), h.
26
17
Burton Rascoe menyatakan “A news sense is really a sense of what is
important, what is vital, what has color and life-what people are interested in.
That’s journalism.” Pendapat tersebut menyatakan bahwa sebuah berita adalah
apa yang benar-benar penting, memiliki warna dan kehidupan yang membuat
orang tertarik atas berita itu. Itu adalah kewartawanan. Gerry Goldstein
menyatakan “News is truth that matters.” Pendapat tersebut berarti bahwa
berita adalah kebenaran yang penting.23
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dituliskan dapat disimpulkan
bahwa berita adalah suatu peristiwa atau kejadian berupa fakta, baru, dan
menarik yang disampaikan kepada khalayak umum. Berita merupakan
informasi terbaru, ada fakta-faktanya, yang disampaikan kepada orang banyak
melalui media televise, radio, dan koran.
2. Unsur-unsur berita
Unsur-unsur berita meliputi:
a. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Unsur ini mengandung makna
sesuatu yang baru.
b. Nyata, yakni informasi tentang sebuah fakta, bukan fiksi atau karangan.
Sebuah berita harus merupakan informasi tentang suatu yang sesuai
dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana
adanya.
c. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak.
d. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang
ditulis.24
Seperti halnya dalam suatu kesatuan anatomi, maka dalam berita pun ada
anatomi, atau unsur-unsur senyawanya. Para pakar sepakat bahwa di dalam
sebuah berita terdapat 6 unsur, yang disingkat menjadi 5W+1H.25
Unsur-unsur berita yang dimaksud yaitu:
a. What (apa): yang menyangkut apa peristiwanya.
23 Melvin Mencher’c, News Reporting and Writing, (New York: McGraw-Hill, 2006), Cet. 10, h.
57 24 Asep Syamsul Romli dalam Suhaimin dan Rulli NAsrullah, Op. Cit,. h. 31-32 25 Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita & Feature, (Indonesia: PT. Indeks, 2006), h. 38
18
b. Why (mengapa): yang menyangkut latar belakang mengapa hal itu
terjadi, mengapa diliput, apa yang diharapkan, apa pentingnya bagi
khalayak.
c. How (bagaimana): bagaimana peliputan berita dilaksanakan dan
disampaikan sehingga tujuan tercapai.
d. Who (siapa): siapa yang terlibat dalam peristiwa itu.
e. When (kapan): kapan peristiwa dilaksanakan/terjadi, rincian waktu tiap-
tiap tahap kegiatan (pagi, siang, malam, dini hari)
f. Where (di mana): tempat kejadian berlangsung.26
3. Jenis-Jenis Berita
Berita yang banyak muncul dalam surat kabar atau majalah, digolongkan
atas:
a. Berita Langsung
Berita yang digunakan untuk menyampaikan kejadian-kejadian penting
yang secepatnya perlu diketahui pembaca. Disebut berita langsung (straight
news) karena unsur-unsur terpenting dari peristiwa itu harus langsung
(sesegera mungkin) disampaikan kepada pembaca.
Berita langsung ada juga disebut sebagai spot news, wartawan harus
berhadapan langsung dengan kejadian, lalu melaporkan kejadian itu. Berita
langsung juga disebut sebagai hard news, fakta yang digunakan untuk
memberitahu suatu peristiwa adalah fakta keras. Yang dimaksud dengan
fakta keras adalah fakta yang segera dapat diukur berdasarkan persepsi
inderawi manusia.
b. Berita Ringan
Berita yang tidak mengutamakan unsur penting yang hendak
diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik. Berdasarkan kejadiannya,
berita ringan dapat dibedakan atas dua jenis. Pertama, berita ringan yang
kejadiannya merupakan sampiran dari peristiwa penting yang diberitakan
lewat berita langsung (disebut side bar). Kedua, berita ringan yang
26 Olii, Op. cit., h. 36-38
19
kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan suatu peristiwa penting
yang bisa dituliskan sebagai berita langsung.
c. Berita Kisah
Suatu tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan,
ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci,
lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terikat akan aktualitas. Nilai
utamanya adalah dalam unsur manusiawi atau informasi yang dapat
menambah pengetahuan.
d. Laporan Mendalam
Laporan mendalam digunakan untuk menuliskan permasalahan secara
lebih lengkap,, mendalam, dan analitis. Cara penulisan seperti ini
dimaksudkan untuk menyajikan informasi agar pembaca lebih memahami
duduk perkara suatu masalah.27
Adapun pendapat lain mengemukakan program informasi dapat dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak
(soft news).
a. Berita keras (hard news) adalah segala informasi penting dan/atau
menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena
sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak
audien secepatnya.
b. Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang penting dan
menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus
segera ditayangkan.28
4. Sumber Berita
Sumber berita adalah siapa saja yang dinilai mempunyai posisi
mengetahui atau berkompeten terhadap suatu fakta, peristiwa atau kejadian,
gagasan, serta data atau informasi yang bernilai berita.29
Sumber berita dapat dikategorikan sebagai berikut antara lain:
27 Siregar, Op. Cit., h. 154-158 28 Morissan, Op. Cit., h. 25-27 29 Barus, Op. Cit., h. 53-55
20
a. Wartawan di lapangan: dalam beberapa kejadian wartawan sudah
memperoleh informasi rahasia sebelum sebuah peristiwa terjadi. Ini
berarti sesame rekan wartawan saling bertukar informasi mengenai satu
peristiwa.
b. Pusat-pusat informasi: yaitu petugas kepolisian, staf rumah sakit,
karyawan hotel, sipir penjara, bahkan preman terminal yang harus selalu
dijaga hubungannya sebab mereka sering memberikan informasi
mengenai peristiwa kriminal.
c. God-given facts: sumber semua berita yang dating sebagai akibat
kecelakaan atau peristiwa dadakan seperti bencana alam, kebakaran,
kapal tenggelam, dan sebagainya.
d. Internet: media baru di bidang diseminasi informasi yang bisa diakses
untuk memperoleh berita karena internet biasanya melakukan
pembaruan berita dalam hitungan menit ke menit atau jam ke jam.
e. Saksi mata: orang-orang yang menyaksikan langsung terjadinya
peristiwa.
f. Kantor berita: seperti Reuters, AFP, Antara, dan sebagainya yang
memang didirikan khusus untuk menjual berita bagi media.
5. Teknik Penulisan Berita
Menulis naskah berita adalah satu pekerjaan utama seorang reporter
televisi. Naskah berita televisi sering disebut dengan istilah narasi berita,
naskah, atau skrip berita. Menulis berita pada dasarnya adalah proses
merangkum dan memilih sejumlah fakta terpenting yang akan membantu
reporter atau penulis naskah untuk mengungkapkan atau menceritakan suatu
peristiwa.30
Untuk menulis berita, dilakukan dua cara, yaitu:
a. Piramida Terbalik
Selama ini gaya penyusunan struktur berita yang paling disarankan
adalah struktur piramida terbalik (inverted pyramida). Gaya penulisan piramida
30 Morissan, Op. Cit., h. 153
21
terbalik yang dinilai paling sesuai untuk menata informasi dan menyusun cerita
mengenai fakta. MacDougall menyebutkan bahwa gaya piramida terbalik sama
dengan gaya spiral, yaitu tulisan yang lebar di atasnya dan kian menyempit ke
bawahnya.Teori jurnalis mengajarkan, bahwa fakta dan peristiwa yang terjadi
di dunia begitu banyak sedangkan waktu untuk melaporkan begitu sempit, maka
harus dilakukan cara paling mudah dan paling sederhana untuk melaporkan dan
menulis fakta-fakta tersebut.
Berita disajikan dengan menggunakan piramida terbalik karena berpijak
pada tiga asumsi, yakni:
1. Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat
sibuk untuk menemukan dan mengetahui berita yang sangat penting.
2. Memudahkan reporter atau editor memotong berita yang dianggap kurang
penting karena dihadapi oleh kendala teknis.
3. Memudahkan para jurnalis menyusun berita melalui rumus baku dan untuk
menghindari kemungkinan adanya berita yang penting terlewati.31
b. Berita ditulis dalam formula 5W+1H
Suatu cara penataan berita yang tidak selalu merupakan urutan jawaban atas
enam pertanyaan. Dengan kata lain, letak jawaban atas pertanyaan seperti who,
where, how, atau lainnya tidak harus berurutan atau bisa diletakkan di mana pun
(di awal, di tengah-tengah, atau di akhir).32 Berita ditulis dengan menggunakan
rumus 5W1H, agar berita itu lengkap, akurat, dan memenuhi standar teknis
jurnalistik. Unsur berita dapat dijadikan sarana untuk menggerakkannya
menjadi sebuah berita. Rumus 5W1H ini dijadikan acuan untuk menggali objek
penulisan lebih mendalam, lebih rinci, dan lengkap. Enam unsur dasar 5W1H
ini yakni:
1. What (Apa yang terjadi)?
2. Who (Siapa yang terlibat)?
3. When (Kapan peristiwa terjadi)?
4. Where (Di mana peristiwa terjadi)?
31 Ibid, h. 118 32 Barus, Op. it., h. 91
22
5. How (Bagaimana peristiwa terjadi)?
6. Why (Mengapa peristiwa bisa terjadi)?33
Wartawan yang bepengalaman dapat membuat berita dengan baik dan
benar, karena seorang wartawan yang berpengalaman dapat merasakan arti dari
berita itu sendiri.
C. Penelitian Relevan
Penelitian pertama dilakukan oleh Suhaebah Nur dengan judul
Kemampuan Menulis Teks Berita pada Peserta Didik Kelas VIII MTs DDI
Basseang pada tahun 2014. Hasil penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan tentang kemampuan peserta didik menulis teks berita dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada peserta didik kelas VIII MTs
DDI Basseang, Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali Mandar. Data hasil
kerja peserta didik dan hasil observasi dianalisis dengan menggunakan metode
kualitatif. Hasil instrument tes dianalisis dengan menggunakan rumus
presentasi yaitu dilihat dari aspek kelengkapan isi berita peserta didik
dikategorikan sangat mampu, aspek keruntutan pemaparan kebanyakan peserta
didik dikategorikan tidak mampu, dari aspek penggunaan kalimat kebanyakan
peserta didik dikategorikan tidak mampu, aspek kosakata yang digunakan
peserta didik dikategorikan kurang mampu, aspek kemenarikan judul
kebanyakan peserta didik dikategorikan tidak mampu, dan dilihat dari aspek
penggunaan PUEBI peserta didik dikategorikan tidak mampu. Sedangkan hasil
observasi dan dokumentasi menunjukan hanya beberapa peserta didik yang
benar-benar menerima pelajaran, sebagian peserta didik yang tidak
memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru, hanya beberapa peserta
didik yang antusias dalam mengajukan pertanyaan mengenai teori
pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Suhaebah Nur memiliki persamaan
dengan penelitian yang sudah peneliti lakukan, yaitu menggunakan teks berita.
Perbedaannya adalah pada subjek penelitian, Suhaebah Nur melakukan
33 Sumadiria, loc cit
23
penelitian dengan subjek kelas VIII sedangkan peneliti melakukan penelitian
pada subjek kelas X.
Penelitian relevan yang kedua dilakukan pada tahun 2014 oleh Nanik
Karlina Aprilia dengan judul Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia dalam
Penulisan Teks Berita Peserta Ekstrakulikuler Jurnalistik SMAN 01 Ponggok
Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini adalah penggunaan kalimat
tunggal berdasarkan struktur internal klausa dalam penulisan teks berita,
penggunaan kalimat lengkap lebih banyak daripada penggunaan kalimat tidak
lengkap. Penggunaan kalimat luas lebih banyak dibandingkan dengan kalimat
tunggal sehingga struktur kalimatnya menjadi rumit atau kompleks. Pada
penggunaan kalimat tunggal dan luas juga ditemukan kalimat tidak berterima.
Ditemukan adanya penggunaan pelesapan atau elipsis. Pelesapan tersebut
dimaksudkan untuk menghilangkan kemubaziran (redundansi).
Penelitian yang dilakukan oleh Nanik Karlina Aprilia memiliki
persamaan dengan penelitian yang sudah peneliti lakukan, yaitu menggunakan
teks berita sebagai objek. Perbedaannya adalah penelitian ini menganalisis
penggunaan kalimat secara keseluruhan sedangkan peneliti menganalisis
redundansi pada teks berita.
Penelitian relevan ketiga dilakukan tahun 2014 oleh Nola Mustika Sari
dengan judul Redundansi dalam Harian Umum Singgalang. Hasil penelitian
tersebut adalah ditemukan redundansi, berupa kata, frase, klausa dan kalimat.
Penelitian yang dilakukan oleh Nola Mustika Sari memiliki persamaan
yang signifikan dengan penelitian yang sudah peneliti lakukan, yaitu
menganalisis redundansi pada teks berita. Perbedaannya ialah objek
penelitiannya, Nola Mustika Sari menggunakan teks berita Harian Umum
Singgalang sedangkan peneliti menggunakan teks berita yang ditulis oleh siswa.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 10 Tangerang.
Jalan KH. Hasyim Ashari Kp. Sasak Kec. Cipondoh Kota Tangerang,
Banten. Alasan pemilihan sebagai lokasi penelitian yaitu: akreditas
sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Skripsi ini diajukan pada Juli 2017. Observasi dan pengambilan data
dilaksanakan pada bulan April 2018, bertepatan dengan tahun ajaran
genap 2017-2018. Lalu data diolah hingga akhirnya disetujui dan
diujikan pada Juli 2020
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah mencari bentuk-bentuk kata
redundansi pada teks berita buatan siswa kelas sepuluh. Setelah itu siswa
akan diberikan pemahaman bagaimana menulis dengan baik dan benar
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
C. Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses
penelitian. Sedangkan metodologi ialah cara melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Adapun
penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan.34 Sedangkan metode penelitian adalah suatu
metode ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.35
34 Cholid Narkubo dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet.
Ke-6, h. 12 35 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet.
Ke-15, h. 2.
25
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggambarkan kejadian atau peristiwa
yang sebenar-benarnya pada saat proses kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung. Menurut Bogdan dan Taylor (1993:30), metodologi kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.36 Penelitan ini menggunakan data berupa teks berita karya siswa
kelas X. Metode deskriptif ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menekankan kepada analisis
non numerik dan analisis interpretatif terhadap fenomena sosial.37 Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang bersikap deskriptif mengutamakan
segi kualitas data. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau kutipan
data untuk memberi gambaran penyajian laporan dalam penelitian. Analisis
ini merupakan suatu penelitian yang bersifat pembahasan mendalam
terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analisis, yaitu data yang
diperoleh dari hasil observasi, analisis dokumen dan lain-lain, pada
penelitian ini juga menggunakan teknik kepustakaan. Hal ini dilandasi
dengan masalah pokok judul penelitian. Bahan penelitian tersebut berbentuk
teks berita karya siswa kelas X. Media ini menjadi bahan eksplorasi penulis.
Hal ini didasari penulis banyaknya karya ilmiah yang ditulis oleh pengarang
yang luput oleh pengamatan orang banyak. Untuk mengetahui karya-karya
tersebut, perlu diadakan penelitian ataupun penelaahan. Selain teknik
kepustakaan di atas penulis juga menggunakan bahan-bahan yang
berhubungan dengan penelitian ini seperti: buku, catatan kuliah, atau
koleksi kepustakaan lainnya.
36Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 22. 37 Sulistyaningsih, Metode Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), Cet. II, hlm. 107.
26
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
D. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 2 SMAN 10 Kota
Tangerang tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 25 orang, terdiri dari 13
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah teks
berita hasil karya siswa yang ditulis langsung di kelas saat jam pelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam proses pengumpulan data, peneliti melakukan
beberapa langkah yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komukasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.38 Dalam
penelitian ini peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara dilakukan kepada guru bidang
studi untuk mendapatkan informasi tentang sistem pembelajaran di kelas,
metode yang digunakan pada saat pembelajaran, serta kondisi kelas saat
pembelajaran pada siswa kelas X IPS 2 SMAN 10 Kota Tangerang.
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.39 Mengamati
gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan
mencatat segera dengan memakai alat bantu alat pencatat, formulir dan alat
mekanik.
Peneliti mengamati secara langsung peristiwa di lapangan sebagai
pengamat yang berperan serta secara lengkap untuk memperoleh suatu
38 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 180 39 Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 158
27
keyakinan tentang keabsahan data dengan mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Adapun jenis
observasi yang peneliti gunakan adalah observasi aktivitas belajar siswa di
kelas. Observasi ini merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa
dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran, sehingga
peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan dapat melihat secara
langsung tingkah laku siswa, kerjasama, serta komunikasi di antara siswa
dalam kelompok.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari sumber-sumber data tertulis dilapangan
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, maksud data tertulis dalam
penelitian ini yaitu seluruh hasil tulisan siswa dalam bentuk cerpen. Data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber data utama yaitu siswa/siswi kelas X IPS 2 SMAN 10
Kota Tangerang. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan hasil tulisan
siswa dalam bentuk teks berita sebanyak 14 siswa-siswi yang selanjutnya
data tersebut akan diolah dan dianalisis sehingga dapat diketahui adanya
kesalahan penulisan siswa. Sedangkan data sekunder yaitu data tambahan
seperti profil sekolah, laporan penelitian, dan data-data pendukung lainnya.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1. Membaca berulang-berulang untuk memahami teks kumpulan teks
berita karya siswa kelas X IPS 2 SMAN 10 Kota Tangerang
sehingga dapat mengapresiasikan sumber data tersebut dan
mencatat hal-hal yang akan dianalisis yang berhubungan dengan apa
yang akan diteliti.
2. Membaca dan mempelajari literatur, referensi atau bahan pustaka
yang mempunyai hubungan dan menunjang terhadap persoalan dan
permasalahan dalam penelitian ini, mencatat hal-hal penting yang
28
diharapkan dapat menentukan kajian-kajian yang relevan serta
berkesinambungan dengan cerpen yang sesuai dengan struktur.
3. Mencatat dan memasukkan data yang diperoleh dari kumpulan teks
berita karya siswa kelas X SMAN 10 Kota Tangerang ke dalam
instrumen analisis data.
4. Memberi kesimpulan dari hasil analisis data sesuai dengan fokus
penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian.
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Triangulasi
Tiangulasi adalah cara yang ditempuh untuk melakukan verifikasi
sepanjang penelitian dilakukan hingga data dianalisis dan laporan ditulis.40.
Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yaitu
siswa kelas X IPS 2 SMAN 10 Kota Tangerang tahun ajaran 2017/2018.
Aktivitas dalam analisis data tersebut adalah reduksi data, penyajian data,
dan menarik data kesimpulan.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan berjumlah banyak, oleh karena
itu perlunya pencatatan secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari bentuk dan polanya.41 Data penelitian ini berupa teks berita
karya siswa kelas X SMAN 10 Kota Tangerang tahun ajaran 2017/2018.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antara kategori, grafik, dan sejenisnya.
40 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group, 2013) h.
137.
41 Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 92.
29
3. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan awal yang akan dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila
kesimpulan pada tahap awal, didukung oleh data yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali kelapangan untuk mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan
penelitian baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran pada suatu objek yang sebelumnya masih samar-
samar sehingga diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.
Kesimpulan dalam penilitian ini, diarahkan sesuai rumusan masalah
dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuannya ialah ingin mengetahui secara
mendalam tentang kata redundansi yang terdapat dalam teks berita siswa
kelas X SMAN 10 Kota Tangerang.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh
data yang akurat, dengan menggunakan instrumen lain, yaitu tabel analisis
yang digunakan meliputi bentuk-bentuk redundansi pada teks berita karya
siswa kelas X SMAN 10 Kota Tangerang.
Analisis Bentuk-bentuk Kata Redundansi
Bentuk-bentuk Kata Redundansi
Jumlah sin hip subj ja kk af pre
Keterangan:
Sin : sinoniman kata dalam satu kalimat
Hip : hiponim dan hipernim kata
Subj : pengulangan subjek
30
Ja : kata yang berbentuk jamak
KK : kelas kata yang tidak tepat
Af : afiksasi yang tidak tepat
Pre : predikat yang tidak tepat
H. Keabsahan Data
Deskripsi data yang telah disajikan di atas adalah yang absah dan
memiliki kepercayaan dan suatu bukti penemuan dalam penelitian yang dapat
dipertanggung jawabkan. Untuk meyakinkan hasil penelitian data yang diteliti,
selanjutnya peneliti akan mengunakan tekhnik penjaminan keabsahan data
melalui objektivitas (comfrimabiliti), kesahihan internal (credibility)dan
kesahihan ekternal (transferability).
1. Objektivitas (comfrimability)
Untuk mencapai objektivitas dengan fokus penelitian yang ditetapkan,
pengumpulan data mengacu pada fokus permasalahan yang akan diteliti
dengan berusaha menyajikan hasil penelitian yang bermanfaat.
2. Kesahihan internal (credibility)
Pengamatan dalam penelitian ini dengan cara membaca dan mengkaji
subjek penelitian berulang-ulang sampai mendapatkan data yang konsisten.
Menganalisis dan mengamati masalah secara teliti, sehingga memudahkan
peneliti untuk menganalisis bentuk rendundansi pada kumpulan teks berita
karya siswa X IPS 2 SMAN 10 Kota Tangerang tahun ajaran 2017/2018.
3. Kesahihan Eksternal (Transferability)
Tahap ini berkenaan dengan hasil penelitian yang diteransfer orang lain dan
dapat diaplikasikan dalam situasi lain, agar mencapai kesahihan eksternal
peneliti meneliti dengan sistematis, rinci, jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
1. Sejarah Singkat
Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat
maka Kota Tangerang berbenah terutama dalam bidang pendidikan dengan
melengkapi sarana pendidikan diantaranya mendirikan sekolah-sekolah
baru di tingkat Sekolah Menengah Atas. Untuk itu pada awal tahun 2003
berdirilah sejumlah SMA baru diantaranya SMAN 8, SMAN 9, SMAN 10,
di Kota Tangerang Pada awal berdirinya SMA Negeri 10 Tangerang
menempati gedung SMK 2 Kota Tangerang tepatnya di jalan Veteran 2 Kota
Tangerang selama kurang lebih 3 semester. kemudian Pemerintah Kota
Tangerang mendirikan bangunan untuk SMA Negeri 10 Tangerang pada
tahun 2004 tepatnya di jalan KH. Hasyim Ashari Kp. Sasak Cipondoh
Tangerang. dan perpindahan pun segera dilaksanakan Hinggga saat ini usia
SMA Negeri 10 Tangerang telah memasuki usia yang ke-15. semoga
semakin tambah umur akan menjadi sekolah yang mampu memberi
pelayanan kepada peserta didik sehingga dapat membawa siswa memiliki
segala persyaratan yang dibutuhkan untuk dapat hidup mandiri di
masyaarakat lokal maupun internasional yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia sejati SMA Negeri 10 Kota Tangerang. Sejak berdirinya tahun
2003 atau 15 tahun yang lalu, SMA Negeri 10 Tangerang sudah dipimpin
oleh 5 orang kepala sekolah.
2. Visi dan Misi
Visi;
Terbentuk pribadi unggul, menguasai IT, berwawasan global yang
dilandasi akhlakul mulia.
32
Misi;
a. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif dan inovatif.
b. Membina peserta didik berdasarkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c. Mengembangkan layanan profesional dalam semangat kerja dan
keteladanan guna meningkatkan prestasi kerja dan prestasi belajar
peserta didik.
d. Mengembangkan semangat demokrasi serta kekeluargaan dalam
mengantarkan peserta didik menuju puncak prestasi guna mencapai
kemuliaan hidup dan kebahagiaan masa depan.
e. Mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan ICT.
f. Mewujudkan sekolah berwawasan nasional.
Strategi;
a. Menciptakan dan meningkatkan layanan mutu, yang menyangkut
kepentingan proses persiapan, proses penyelenggaraan dan hasil
persentasi pendidikan bagi kepentingan siswa.
b. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, terib, bersih dan sehat.
c. Memelihara dan menumbuhkan semangat kerja bagi guru, tenaga
administrasi dan pegawai lainnya melalui pembinaan secara
kontinou.
d. Mengembangkan sarana dan prasarana sekolah yang mencakup
gedung, lahan dan media pembelajaran.
e. Merumuskan dan menyusun perencanaan strategis guna
mengimplementasikan program-program operasianal sekolah.
f. Membina dan meningkatkan pemberdayaan partisipasi masyarakat
dan stakeholder lainnya demi terciptanya keharmonisan dalam
menjalankan seluruh program sekolah.
g. Menciptakan budaya santun dan saling menghormati bagi seluruh
warga sekolah.
33
Tujuan;
a. Terselenggaranya proses pendidikan yang berorientasi pada target
pencapaian efektivitas proses pembelajaran berdasarkan konsep
MPMBS.
b. Terwujudnya sistem kepemimpinan yang kuat dalam
mengakomodasi, menggerakkan dan menyersikan semua sumber
daya pendidikan yang tersedia.
c. Tersedianya tenaga kependidikan secara memadai berdasarkan
analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kerja,
hubungan kerja dan imbal jasa yang memadai.
d. Tertanamnya budaya mutu bagi seluruh warga sekolah yang
didasarkan pada skill dan profesionalitas.
e. Terciptanya sistem kebersamaan melalui teamwork yang kompak,
cerdas dan dinamis dalam rangka menghasilkan output pendidikan
yang tinggi.
f. Terciptanya kemandirian secara kelembagaan melalui peningkatan
sumber daya yang memadai.
g. Memberdayaan partisipasi seluruh warga sekolah dan masyarakat
dengan dilandasi sikap tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi.
h. Terciptanya sistem pengelolaan anggaran sacara transparan.
i. Memberi rasa kepuasan bagi seluruh warga sekolah sesuai dengan
tupoksinya.
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
Peneliti mendapatkan data ada 53 pendidik termasuk kepala sekolah
dan 12 staf. Totalnya ada 65 orang tenaga kependidikan di SMAN 10 Kota
Tangerang.
34
B. Data Penelitian
Deskripsi data yang dibahas dalam penelitian ini berupa hasil
observasi, hasil karya, dan dokumentasi. Berikut adalah deskripsi hasil penelitian
yang telah dilakukan di SMAN 10 Kota Tangerang.
Kegiatan mengamati proses belajar siswa dilakukan pada Senin, 16 April
2018. Pengamatan dilakukan ketika guru Bahasa Indonesia melangsungkan proses
belajar mengajar di kelas X IPS 2 pada jam ke 3-4. Hasil pengamatan peneliti
mendeskripsikan bahwa kondisi siswa secara keseluruhan kurang kondusif ketika
guru sedang menjelaskan materi. Hal tersebut dikarenakan volume suara guru yang
kurang terdengar, sehingga membuat beberapa siswa asyik mengobrol dan ada juga
siswa yang tidur.
Pengamatan kedua dilakukan pada Kamis, 19 April 2018 sekaligus untuk
proses pengambilan data pada tahap 1 dan peneliti melakukan penelitian pada tahap
2. Berikut adalah uraian hasil pengamatan pada tahap 1 dan 2:
Tahap 1:
a. Kegiatan pembelajaran kurang kondusif dikarenakan beberapa siswa
mengobrol yang bukan materi pelajaran dan suara guru kecil.
b. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis teks berita.
c. Kurangnya tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas yang
diberikan.
d. Siswa malu untuk mengutarakan pendapat atau mengajukan pertanyaan.
Tahap 2:
a. Kegiatan pembelajaran berlangsung kondusif dan siswa tidak lagi
mengobrol.
b. Siswa terlihat aktif mengikuti pembelajaran menulis teks berita.
c. Siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan.
d. Siswa dapat bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang
diberikan.
e. Suasana pembelajaran terlihat menyenangkan dan siswa saling
mengutarakan pendapat atau pertanyaan.
35
C. Temuan Penelitian
Peneliti menganalisis Redundasi Teks Berita Karya Siswa Kelas X SMAN
10 KOTA TANGERANG Tahun Ajaran 2017/2018. Peneliti mendapatkan 25 teks
berita yang ditulis oleh siswa kelas X IPS 2 SMAN 10 Kota Tangerang tahun ajaran
2017/2018. Teks berita tersebut akan peniliti susun berdasarkan abjad nama.
Sebelumnya peneliti telah memberi materi, juga contoh teks berita. Kemudian
siswa diminta untuk menulis teks berita karyanya sendiri.
Teks berita karya siswa meliputi “Telur Palsu oleh Aditya Sudrajat,
Puluhan Warga Membakar Baliho dan Sepanduk-sepanduk oleh Ahmad Rifai),
Ratusan Warga Taman Royal Menuntut Perbaikan Jalan oleh Ahmad Zidane D,
Gempa Banjarnegara oleh Alfito Deannova, Tidak Meratanya Sistem UNBK di
SMA/SMK dan Swasta oleh Ammatul Azizza, Bullying Mahasiswa Gunadarma
oleh Annatsaz Zahra, Sungai Ciliwung Meluap Dua Desa Terendam Banjir oleh
Doni Febrian, Kebakaran Melanda Pasar Sukaramai Pekanbaru oleh Elvina Hana
Yunizar, Jembatan Nasional Lamongan-Tuban Putus oleh Kaisar Reyhan, Sungai
Ciliwung Meluap di Daerah Jakarta oleh Lola Amelia, Polisi Bongkar Simdikat
Penjual Sabu di Bekasi oleh Lutfi Ma’arif, Ratusan Pengungsi di Libanon Kembali
ke Suriah oleh Muhammad Jafar H., Longsor Kembali Hantui Warga Garut oleh
Moza Adi A, Ratusan Rumah di Total Persada Tangerang Terendam Banjir
Hingga 2 Meter oleh Nahdia Sakinah, Rem Blong, Sebuah Mobil Mewah Menabrak
Pembatas Jalan oleh Nicky Amelia, Kebakaran Pabrik Kembang Api di Tangerang
oleh Nur Islamiyah, Keluar Jalur, Kereta Api Sri Lelawangsa Tabrak Tembok
Pembatas Rel oleh Rendi Agustian, Kronologi Tewasnya Bocah SD pada
Kebakaran Pasar Kebayoran Lama oleh Revly Aqih Zamzami, Ciledug Indah
Tangerang, Terendam Banjir oleh Rizza Amelia, Dahsyatnya Gunung Rinjani oleh
Ryani Husnul Hothimah, Meningkatnya Jumlah Warga yang Mengungsi Akibat
Gempa Bumi yang Mengguncang Kota Banjarmasin oleh Sandi Romadani, Truk
Tronton Tabrak Pengendara, 6 Orang Tewas oleh Shinta R. Septiani, Asian Games
2018 oleh Siti Zakia, Puluhan Hektare Tambak dan Sawah d Lamongan Terendam
36
Banjir oleh Tamara Rizkyah Putri, Warga Tangerang Bisa Naik KA Bandara oleh
Yuda Saputra.”
Peneliti memperoleh bentuk kata redundansi dari teks berita karya siswa
berdasarkan pada penggunaan kesinoniman kata dalam satu kalimat sebanyak 18
kata. Penggunaan hiponim dan hipernim 1 kata. Penggunaan pengulangan subjek 1
kata. Penggunaan kata yang berbentuk jamak 4 kata. Penggunaan kelas kata yang
tidak tepat 23 kata. Penggunaan afiks yang tidak tepat 0 kata. Penggunaan predikat
yang tidak tepat 1 kata.
D. Pembahasan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan diperoleh dalam teks berita karya siswa.
Teks berita tersebut dianalisis berdasarkan bentuk-bentuk redundansi. Berdasarkan
hasil analisis penulis maka penulis dapat menyimpulkan pada teks berita karya
siswa X IPS 2 terdapat kata redundansi pada penggunaan kesinoniman kata dalam
satu kalimat 2 kata. peneliti sajikan hasil analisis data kedalam tabel rekapitulasi:
Rekapitulasi Kata Redundansi
Bentuk-bentuk Kata Redundansi
Jumlah sin hip subj ja kk af pre
18 1 1 4 23 - 1 48
Penelitian ini diharapkan memperoleh hasil yang sempurna, akan tetapi
terdapat keterbatasan-keterbatasan, sehingga jauh dari sempurna. Mengingat
adanya keterbatasan pada diri penulis seperti keterbatasan kemampuan berfikir,
kurangnya penelitian, kurangnya wawasan pengetahuan, penelitian ini kurang
memperoleh hasil yang maksimal.
Redundansi dapat dinyatakan sebagai kata-kata yang dapat dihilangkan.
Suatu kalimat tidak akan hilang maknanya walaupun kata-kata itu tidak ada.
Kalimat dapat dikatakan redundansi bila suatu kalimat tidak akan kehilangan arti
apabila beberapa kata di antaranya dihilangkan. Berdasarkan bentuknya redundansi
37
dibagi menjadi tujuh: Pertama, penggunaan kesinoniman kata dalam satu kalimat.
Kedua, Penggunaan hiponimi dan hipernim kata. Ketiga, Penggunaan
pengulangan subjek. Keempat Penggunaan kata yang berbentuk jamak. Kelima,
Penggunaan kelas kata yang tidak tepat. Keenam, Penggunaan afiks yang tidak
tepat. Ketujuh, Penggunaan predikat yang tidak tepat.
Penulis mengelompokkan kata redundansi berdasarkan bentuk-bentuknya
dari karya siswa kelas X IPS 2 yaitu:
Penulis akan membahas kata redundansi pada teks berita karya siswa.
a. Telur Palsu karya Aditya Sudrajat
Terdapat kata redundansi di paragraf 1 dan 4.
Paragraf 1
Pada 29 Maret 2018 masyarakat dihebohkan kabar telur palsu di
beberapa video. Masyarakat kerap menduga lapisan sesudah
cangkang yang mirip kertas atau plastik adalah telur palsu.
Penggunaan konjungsi pada kalimat tersebut tidak membuat kalimat
menjadi jelas melainkan redundansi, kata kerap bisa dihilangkan tanpa
mengubah keutuhan kalimat tersebut. Jika dihilangkan menjadi “Pada 29
Maret 2018 masyarakat dihebohkan kabar telur palsu di beberapa video.
Masyarakat menduga lapisan sesudah cangkang yang mirip kertas atau
plastik adalah telur palsu.”
Paragraf 4
Kita harus bisa membeli telur berkualitas di pedagang-pedagang
pasar karena petani akan kena imbasnya dari masalah telur palsu
yang beredar di masyarakat tersebut. Karena kalau tidak membeli
telur petani-petani akan kesulitan dan kerugian dan menjual telur-
telur yang dihasilkan oleh ayam-ayam mereka.”
Penggunaan kata yang berbentuk jamak “pedagang-pedagang, petani-
petani, telur-telur, dan ayam-ayam” bisa dihilangkan salah satunya tanpa
38
mengubah arti pada kalimat tersebut agar lebih sederhana menjadi “Kita
harus bisa membeli telur berkualitas di pedagang pasar karena petani akan
kena imbasnya dari masalah telur palsu yang beredar di masyarakat tersebut.
Karena kalau tidak membeli telur petani akan sulit, rugi dalam menjual
telur-telur yang dihasilkan oleh ayam-ayam mereka.”
b. Puluhan Warga Membakar Baliho dan Spanduk-spanduk karya Ahmad
Rifqi
Terdapat kata redundansi pada paragraf 1 dan 4
Paragraf 1
Puluhan warga kota Bogor, Jumat 11 09 2017 menurunkan dan
membakar baliho dan sepanduk-sepanduk berukuran besar. Para
calon wali kota dan pasangannya yang saat ini sudah terpasang di
semua ruas jalan utama di perumahan di kota Bogor.
Penggunaan kata berbentuk jamak “sepanduk-sepanduk” bisa
dihilangkan salah satunya tanpa mengubah makna kalimat tersebut. Juga
kata “sudah” dan “semua” merupakan kesinoniman yang tidak menajdikan
jelas melainkan redundansi dan bisa dihilangkan menjadi “Puluhan warga
kota Bogor, Jumat 11 09 2017 menurunkan dan membakar baliho dan
sepanduk berukuran besar. Para calon wali kota dan pasangannya yang saat
ini terpasang di ruas jalan utama di perumahan kota Bogor.”
Paragraf 3
Dalam aksinya, massa secara beriringan memutari seluruh area kota
Bogor dan menurunkan satu persatu baliho dan sepanduk tersebut.
Kalimat tersebut mengandung kesinoniman kata dalam satu kalimat
secara bersamaan tak akan menjadi jelas melainkan redundansi.
Penggunaan kata “seluruh” bisa dihilangkan tanpa mengubah keutuhan
makna kalimat menjadi “Dalam aksinya, massa secara beriringan memutari
39
area kota Bogor dan menurunkan satu persatu baliho dan sepanduk
tersebut.”
c. Ratusan Warga Taman Royal Menuntut Perbaikan Jalan karya Ahmad
Zidane D
Paragraf 1
Pada hari Minggu 15 April 2018 ratusan warga Taman Royal
menuntut kepada pengelola Perumahan Taman Royal agar
memperbaiki jalan.
Penggunaan hiponim dan hipernim pada kalimat di atas adalah
redundansi karena hiponim Minggu telah menunjukkan hari. Jika
penggunaan hipernim hari dihilangkan maka tidak akan membuat kalimat
tersebut berbeda arti. Maka kalimat tersebut menjadi “Pada Minggu 15
April 2018 ratusan warga Taman Royal menuntut kepada pengelola
Perumahan Taman Royal agar memperbaiki jalan”.
Paragraf 2
Sudah sekian lama warga meminta kepada pengelola Taman Royal
untuk mempebaiki jalanan namun permintaannya tidak dipenuhi.
Kalimat di atas mengandung kesinoniman kata dalam satu kalimat secara
bersamaan sehingga membuat kalimat menjadi redundansi. Kata “sudah”
bisa dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat tersebut. Maka menjadi
“Sekian lama warga meminta kepada Pengelola Taman Royal untuk
memperbaiki jalanan namun permintaannya tidak dipenuhi.”
d. Gempa Banjarnegara karya Alfito Deannova
Terdapat redundansi di kalimat pertama.
Paragraf 1
Pada tanggal 18 April 2018 kemarin telah terjadi gempa tektonik di
daerah Banjarnegara, Jawa Tengah pada pukul 13:28 WIB.
40
Kalimat tersebut mengandung kesinoniman kata dalam satu kalimat
secara bersamaan tak akan menjadi jelas melainkan redundansi.
Penggunaan adverbia “telah” bisa dihilangkan tanpa mengubah keutuhan
makna kalimat tersebut. Maka menjadi “Pada tanggal 18 April 2018
kemarin terjadi gempa tektonik di daerah Banjarnegara, Jawa Tengah pada
pukul 13:28 WIB.”
e. Tidak Meratanya Sistem UNBK di SMA/SMK dan Swasta karya Ammatul
Azizza
Paragraf 4
Di DIY tercatat ada 12 sekolah swasta yang masih menumpang
ujian. Terkait hal tersebut, Sukarjo menyarankan agar sekolah-
sekolah tersebut dapat melakukan tindakanyang lebih efektif.
Mengingat 12 sekolah tersebut rata-rata memiliki belasan siswa
yang ikut UNBK.
Penggunaan nomina “sekolah-sekolah” dan adverbia “rata-rata” pada
kalimat tersebut dapat dihilangkan salah satunya. Karena pada dasarnya
penggunaan kata “sekolah-sekolah” dan “rata-rata” secara bersamaan
adalah redundansi kata. Jadi meskipun kata tersebut dihilangkan salah
satunya maka tidak akan mengubah makna kalimat tersebut. Maka menjadi
“Di DIY tercatat ada 12 sekolah swasta yang masih menumpang ujian.
Terkait hal tersebut, Sukarjo menyarankan agar sekolah tersebut dapat
melakukan tindakan yang lebih efektif. Mengingat 12 sekolah tersebut
memiliki belasan siswa yang ikut UNBK.”
f. Bullying Mahasiswa Gunadarma karya Annatsaz Zahra
Paragraf 1
Tercatat ada sekitar 13 mahasiswa yang terlibat dalam tindakan
perundungan itu. Masing-masing orang memiliki peran tersendiri
dalam melakukan tindakan tak terpujinya itu.
41
Penggunaan konjungsi tidak tepat pada kalimat di atas tidak akan
membuat kalimat menjadi jelas melainkan redundansi. Kata “itu” jika
dihilangkan tidak akan mengubah makna maka menjadi “Tercatat ada
sekitar 13 mahasiswa yang terlibat dalam tindakan perundungan. Masing-
masing orang memiliki peran tersendiri dalam melakukan tindakan tak
terpujinya.
Paragraf 3
Dari hasil pemeriksaan itu, ada 5 fakta baru yang diungkap kampus
Gunadarma. Fakta pertama yang diungkap Universitas Gunadarma
adalah bahwa korban bernama Muhammad Farhan tidak termasuk
anak berkebutuhan khusus atau autis.
Penggunaan kata “itu”, “yang diungkap Universitas Gunadarma” dan
konjungsi “bahwa” pada kalimat di atas tidak membuat kalimat menjadi
jelas melainkan redundansi. Apabila dihilangkan tidak akan mengubah
makna kalimat tersebut maka menjadi “Dari hasil pemeriksaan, ada 5 fakta
baru yang diungkap kampus Gunadarma. Fakta pertama adalah korban
bernama Muhammad Farhan tidak termasuk anak berkebutuhan khusus atau
autis.”
g. Sungai Ciliwung Meluap, Dua Desa Terendam Banjir karya Doni
Febrian
Paragraf 1
Pada 2 bulan yang lalu, telah terjadi banjir bandang di sekitar sungai
Ciliwung.
Penggunaan konjungsi “yang” pada paragraf di atas secara bersamaan
tidak membuat kalimat menjadi jelas melainkan redundansi. kata tersebut
bisa dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat. Paragraf tersebut
menggunakan sinonim kata dalam satu kalimat yang berlebihan tidak
membuat kalimat tersebut menjadi menarik melainkan redundansi. Kata
42
“telah” pada paragraf 1 bisa dihilangkan tanpa mengubah esensi kalimat
tersebut karena “telah” bermakna sesuatu yang sudah terjadi. Maka
menjadi “Pada 2 bulan lalu, terjadi banjir bandang di sekitar sungai
Ciliwung.
Paragraf 4
Maka dari itu mereka semua harus tinggal di pengungsian.
Kalimat di atas mengandung penggunaan konjungsi “maka dari itu”
adalah redundansi. Penggunaan konjungsi “maka dari itu” sekalipun kata
“dari dan itu” dihapuskan tetap tidak mengubah makna kalimat tersebut.
Juga mengandung kesinoniman kata sehingga menjadi redundansi. Bila kata
“semua” dihilangkan maka menjadi “Maka mereka harus tinggal di
pengungsian.”
h. Kebakaran Melanda Pasar Sukaramai Pekanbaru karya Elvina Hana
Yunizar
Paragraf 1
Para pedagang panik dan mereka mulai menyelamatkan barang-
barang dagangan mereka yang sudah hampir terkena kobaran api.
Kobaran api menghanguskan toko-toko dan kios-kios pedagang di
lantai satu dan di lantai dua toko.
Penggunaan kata berbentuk jamak “barang-barang, toko-toko, kios-
kios, di lantai” secara bersamaan adalah redundansi kata. Kata di atas bisa
dibuang salah satunya. Juga penggunaan kata “sudah” bisa dihilangkan
tanpa mengubah makna kalimat. Maka menjadi “Para pedagang panik dan
mereka mulai menyelamatkan dagangan mereka yang hampir terkena
kobaran api. Kobaran api menghanguskan toko dan kios pedagang di lantai
satu dan dua.”
43
Paragraf 2
Karena terlambat datang, akhirnya petugas pemadam kebakaran
kesulitan untuk memadamkan kobaran api yang sudah mulai meluas
dan banyak kepulan asap hitam. Sementara itu, arus lalu lintas di
sekitar lokasi kebakaran sempat tersendat. Di karenakan, saat proses
pemadaman api berlangsung banyak warga yang mengerumuni
lokasi kebakaran.
Penggunaan sinonim kata dalam satu kalimat tidak membuat kalimat
tersebut menjadi menarik melainkam redundansi. Kata “sudah” dalam
kalimat di atas bisa dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat. Juga
penggunaan konjungsi “sementara itu” bisa dihilangkan, namun tidak akan
mengubah makna yang ingin disampaikan. Maka menjadi “Karena
terlambat datang, akhirnya petugas pemadam kebakaran kesulitan untuk
memadamkan kobaran api yang mulai meluas dan banyak kepulan asap
hitam. Arus lalu lintas di sekitar lokasi kebakaran sempat tersendat. Di
karenakan, saat proses pemadaman api berlangsung banyak warga yang
mengerumuni lokasi kebakaran.”
i. Jembatan Nasional Lamongan – Tuban Putus karya Kaisar Reyhan
Paragraf 1
Jembatan yang ambruk adalah jembatan lama yang berada di sisi kiri
dari arah Lamongan menuju ke Tuban.
Kalimat tersebut mengandung kesinoniman kata dalam satu kalimat
secara bersamaan tak akan menjadi jelas melainkan redundansi. kata
tersebut bisa dihilangkan tanpa mengurangi esensi kalimat menjadi
“Jembatan yang ambruk adalah jembatan lama yang berada di sisi kiri dari
arah Lamongan menuju Tuban”.
j. Sungai Ciliwung Meluap di Daerah Jakarta karya Lola Amelia
44
Paragraf 1
Pada 2 bulan yang lalu, telah terjadi banjir bandang di sekitar sungai
Ciliwung.
Penggunaan sinonim kata dalam satu kalimat tidak membuat kalimat
tersebut menjadi menarik melainkan redundansi. Kata “pada, telah” dalam
kalimat di atas bisa dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat. Bila
dihilangkan maka menjadi “2 bulan yang lalu, terjadi banjir banddang di
sekitar sungai Ciliwung”
Paragraf 4
Maka dari itu mereka semua harus tinggal di pengungsian.
Penggunaan konjungsi “maka dari itu” pada kalimat tersebut adalah
redundansi. Juga kata “semua” adalah redundansi. sekalipun kata tersebut
dihapuskan tetap tidak akan mengubah makna dari kalimat tersebut. Maka
menjadi “Mereka harus tinggal di pengungsian.”
k. Polisi Bongkar Sindikat Penjual Sabu di Bekasi karya Lutfi Ma’arif
Paragraf 1
Pelaku tersebut telah ditangkap polisi di sebuah rumah besar berada
di Jati Bening, Bekasi.
Penggunaan sinonim kata dalam satu kalimat yang berlebihan tidak
membuat kalimat membuatnya menjadi menarik melainkan redundansi.
Kata “telah” dalam kalimat di atas bias dihilangkan tanpa mengubah makna
kalimat tersebut. Maka menjadi “Pelaku tersebut ditangkap polisi di sebuah
rumah besar berada di Jati Bening, Bekasi”
Paragraf 2
Penangkapan ini berawal dari tersangka yang berinisial DK di
jembatan Taman Kelurahan Jati Bening, Bekasi.
45
Penggunaan konjungsi “ini” bias dihilangkan, namun makna di dalamnya
tidak akan berubah. Menjadi “Penangkapan berawal dari tersangka yang
berinisial DK di jembatan Taman Kelurahan Jati Bening, Bekasi”.
l. Ratusan Pengungsi di Libanon kembali ke Suriah karya Muhammad Jafar
H
Paragraf 4
Sejumlah politikus di Libanon beserta para petinggi-petinggi dan
presiden telah berbicara kepada semua rakyat agar para pengungsi
Suriah yang di Libanon kembali kebagian Negara asalnya yaitu
Suriah dengan lebih tenang dan damai.
Pada kalimat tersebut penggunaan kesinoniman kata dalam satu kalimat
secara bersamaan tak akan membuat kalimat menjadi jelas melainkan
redundansi. Penggunaan “petinggi-petinggi” dapat dihilangkan salah
satunya tanpa mengubah keutuhan kalimat tersebut. Juga penggunaan kata
“semua” bila dihilangkan tidak mengubah makna kalimat. Maka kalimat
tersebut menjadi “Sejumlah politikus di Libanon beserta para petinggi dan
presiden telah berbicara kepada rakyat agar para pengungsi Suriah yang di
Libanon kembali kebagian Negara asalnya yaitu Suriah dengan lebih tenang
dan damai.”
m. Longsor Kembali Hantui Warga Garut karya Moza Adi A
Paragraf 1
Sejumlah titik longsor berunculan di Kabupaten Garut Jawa Barat
usai hujan melanda di daerah itu selama hampir sepekan.
Paragraf 4
Karena bisa jadi masih bisa terjadi longsor susulan.
Dua kalimat di atas memiliki konjungsi di daerah itu” pada kalimat satu
dan “jadi masih bisa” pada kalimat empat merupakan redundansi. bila
46
dihapuskan tetap tidak akan mengubah makna kalimat tersebut. Maka
menjadi “Sejumlah titik longsor berunculan di Kabupaten Garut Jawa Barat
usai hujan melanda selama hampir sepekan” dan “Karena bisa terjadi
longsor susulan.”
n. Ratusan Rumah di Total Persada Tangerang Terendam Banjir Hingga 2
Meter karya Nahdia Sakinah
Paragraf 2
Kira-kira 60 kepala keluarga yang harus mengungsi ke kampung
sebelah karena tempat tinggal mereka sudah terendam banjir.
Penggunaan sinonim kata dalam satu kalimat tidak membuat kalimat
tersebut menjadi menarik melainkan redundansi. Kata “sudah” dalam
kalimat di atas bisa dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat. Maka
menjadi “Kira-kira 60 kepala keluarga yang harus mengungsi ke kampung
sebelah karena tempat tinggal mereka terendam banjir.”
o. Rem Blong, Sebuah Mobil Mewah Menabrak Pembatas Jalan karya
Nicky Amalia
Paragraf 1
Pada hari Rabu tanggal 4 Maret 2015, telah terjadi sebuah
kecelakaan tunggal yang sangat hebat. Sebuah mobil mewah yang
telah mengalami kecelakaan ini dikemudikan oleh seorang anak
muda yang bernama Agus. Penyebab kecelakaan yang terjadi ini
karena Agus mengemudikan mobil dengan kecepatan diatas
20km/jam.
Kalimat tersebut mengandung kesinoniman kata dalam satu kalimat
secara bersamaan tak akan menjadi jelas melainkan redundansi. Kata “pada
hari, tanggal, telah, sebuah” dalam kalimat di atas sebenarnya bisa
dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat. Penggunaan predikat
“seorang” pada pemuda yang sudah diketahui namanya adalah redundansi.
47
kata tersebut bisa dihilangkan tanpa mengurangi makna kalimat tersebut.
Maka menjadi “Rabu 4 Maret 2015, terjadi kecelakaan tunggal yang sangat
hebat. Sebuah mobil mewah yang mengalami kecelakaan ini dikemudikan
oleh anak muda bernama Agus. Penyebab kecelakaan karena Agus
mengemudikan mobil dengan kecepatan diatas 20km/jam.”
Paragraf 2
Mobil mewah yang telah rusak akibat kejadian tersebut bernomor
polisi B 3641 AH. Mobil tersebut menabrak sebuah pembatas jalan
sebab mengalami rem blong pada mobilnya.
Paragraf tersebut menggunakan sinonim kata dalam satu kalimat yang
berlebihan sehingga tidak membuat kalimat tersebut menjadi menarik
melainkan redundansi. Kata “telah” dan “sebuah” bisa dihilangkan tanpa
mengubah esensi kalimat tersebut menjadi ”Mobil mewah yang rusak akibat
kejadian tersebut bernomor polisi B 3641 AH. Mobil tersebut menabrak
pembatas jalan sebab mengalami rem blong pada mobilnya.”
p. Kebakaran Pabrik Kembang Api di Tangerang karya Nur Islamiyah
Paragraf 1
Penyebab terjadinya kebakaran disebabkan karena bahan baku
kembang api terkena percikan api dari las.
Paragraf 2
Terjadinya kebakaran tersebut menewaskan 47 orang meninggal
dunia dan lebih dari 40 lainnya mengalami luka bakar dan harus
menjalani perawatan di rumah sakit. Korban yang meninggal dunia
langsung dievakuasi dibawa ke rumah sakit Polri Jakarta Timur.
Dua paragraf tersebut menggunakan sinonim kata dalam satu kalimat
yang berlebihan sehingga tidak membuat kalimat tersebut menjadi menarik
melainkan redundansi. Kata “Penyebab terjadinya” pada paragraf 1 bisa
48
dihilangkan tanpa mengubah makna kalimatnya. Juga kata “terjadinya”,
meninggal dunia”, dan “dibawa” bisa dihilangkan tanpa mengubah makna
kalimat sama sekali. Maka paragraf satu diubah menjadi “Kebakaran
disebabkan karena bahan baku kembang api terkena percikan api dari las”
dan paragraf 2 menjadi “Kebakaran tersebut menewaskan 47 orang dan
lebih dari 40 lainnya mengalami luka bakar dan harus menjalani perawatan
di rumah sakit. Korban yang meninggal dunia langsung dievakuasi ke
rumah sakit Polri Jakarta Timur.”
Paragraf 3
Banyak warga yang berdatangan untuk melihat kebakaran di pabrik
kembang api tersebut.
Penggunaan konjungsi “yang” dan “untuk” pada paragraf di atas secara
bersamaan tidak membuat kalimat menjadi jelas melainkan redundansi.
penggunaan konjungsi tersebut bisa dihilangkan hingga menjadi “Banyak
warga berdatangan melihat kebakaran pabrik kembang api tersebut.”
q. Keluar Jalur, Kereta Api Sri Lelawangsa Tabrak Tembok Pembatas Rel
karya Rendi Agustian
Paragraf 1
Pasalnya rangkaian kereta ini tiba-tiba memasuki jalur rel yang telah
lama atau tidak difungsikan lagi.
Penggunaan pronominal kata “ini” pada kalimat di atas tidak membuat
kalimat tersebut menjadi jelas melainkan redundansi. Kata tersebut bisa
dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat tersebut mejadi “Pasalnya
rangkaian kereta tiba-tiba memasuki jalur rel yang telah lama atau tidak
difungsikan lagi.”
r. Kronologi Tewasnya Bocah SD pada Kebakaran Pasar Kebayoran Lama
karya Revly Aqil Zamzami
49
Paragraf 1
Kapolsek Kebayoran Lama Kompol Aldi mengatakan kebakaran
itu terjadi pada kamis dini hari api baru dipadamkan.
Penggunaan pronominal kata “itu” pada kalimat di atas tidak membuat
kalimat tersebut menjadi jelas melainkan redundansi. Kata tersebut bisa
dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat tersebut mejadi “Kapolsek
Kebayoran Lama Kompol Aldi mengatakan kebakaran terjadi pada kamis
dini hari api baru dipadamkan”.
s. Ciledug Indah Tangerang, Terendam Banjir karya Rizza Amelia
Paragraf 1
Hujan deras yang mengguyur kawasan Tangerang sejak kemarin
malam menjadi penyebabnya.
Penggunaan konjungsi “yang” pada paragraf di atas tidak membuat
kalimat menjadi jelas melainkan redundansi. konjungsi tersebut bisa
dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat maka menjadi “Hujan deras
mengguyur kawasan Tangerang sejak kemarin malam menjadi
penyebabnya.”
Paragraf 2
Genangan air masuk kedalam kediaman penduduk. Ketinggian air
mencapai hingga 70 cm. Akibatnya penduduk harus segera
diungsikan.
Kalimat di atas menggunaan penggunaan kesinoniman kata sehingga
membuat kalimat menjadi redundansi. Kata “hingga” dapat dihilangkan
tanpa mengubah makna kalimat menjadi “Genangan air masuk kedalam
kediaman penduduk. Ketinggian air mencapai 70 cm. akibatnya penduduk
harus segera diungsikan.”
Paragraf 3
50
Akses jalan dari Ciledug menuju ke Cipondoh begitu sebaliknya
tak bisa dilewati.
Penggunaan konjungsi “ke” pada kalimat di atas adalah redundansi bisa
dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat tersebut, menjadi “Akses
jalan dari Ciledug menuju Cipondoh begitu sebaliknya tak bisa dilewati”
t. Dahsyatnya Gunung Rinjani karya Ryani Husnul Hothimah
Paragraf 1
Pada tanggal 21 Juli 2017, telah terjadi letusan gunung berapi yang
terjadi di Lombok Nusa Tenggara Barat. Peristiwa tersebut telah
mengakibatkan banyak lahan, rumah, peternakan yang terkena abu
vulkanik.
Penggunaan konjungsi dan kesinoniman kata terjadi pada kalimat di atas
secara bersamaan, sehingga itu tidak membuatnya menarik melainkan
redundansi. Konjungsi “tanggal” “yang” bisa dihilangkan tanpa mengubah
makna kalimat. Juga sinonim kata “telah” “yang terjadi” bisa dihilangkan
tanpa mengurangi esensi kalimat. Maka menjadi “Pada 21 Juli 2017, terjadi
letusan gunung berapi di Lombok Nusa Tenggara Barat. Peristiwa tersebut
mengakibatkan banyak lahan, rumah, peternakan terkena abu vulkanik”.
u. Meningkatnya Jumlah Warga yang Mengungsi Akibat Gempa Bumi yang
Mengguncang Kota Banjarmasin karya Sandi Ramadani
Paragraf 1
Gempa susulan yang terjadi pada Rabu malam Kamis 18 April 2018
yang mengakibatkan meningkatnya jumlah warga yang mengungsi.
Paragraf 4
Terdapat banyak kerusakan parah akibat gempa tersebut yaitu lebih
dari 200 rumah warga yang runtuh dan ambruk, sekitar 27 warga
51
yang luka-luka dan 2 orang meninggal dunia pada hitungan gempa
yang awal dan gempa susulan.
Penggunaan konjungsi “yang” bisa dihilangkan, namun makna di
dalamnya tidak akan berubah. Maka kalimat paragraf 1 menjadi “Gempa
susulan yang terjadi pada Rabu malam Kamis 18 April 2018 mengakibatkan
meningkatnya jumlah warga yang mengungsi.” Dan pargraf 4 menjadi
“Terdapat banyak kerusakan parah akibat gempa tersebut yaitu lebih dari
200 rumah warga runtuh dan ambruk, sekitar 27 warga luka-luka dan 2
orang meninggal dunia pada hitungan gempa awal dan gempa susulan.”
v. Truk Tronton Tabrak Pengendara, 6 Orang Tewas karya Shinta R.
Septiani
Paragraf 1
Pada hari Selasa, 20 Maret 2018 terjadi kecelakaan maut yang
melibatkan tronton, mobil dan motor. Kecelakaan itu terjadi di
wilayah Brebes, Jawa Tengah.
Pada kalimat ini adanya penggunaan konjungsi secara bersamaan dalam
satu kalimat sehingga tidak akan membuatnya menjadi jelas melainkan
redundansi. Kata “pada hari” dan “itu” bisa dihilangkan menjadi lebih
sederahana tanpa mengubah makna kalimat menjadi “ Selasa, 20 Maret
2018 terjadi kecelakaan maut yang melibatkan tronton, mobil dan motor.
Kecelakaan terjadi di wilayah Brebes, Jawa Tengah.”
Paragraf 2
Kecelakaan itu terjadi diduga karena truk tronton mengalami rem
blong. Saat itu truk sedang melintas di fly over Kretek sekitar jam
08:30 WIB.
Penggunaan konjungsi dan kesinoniman kata terjadi pada kalimat di atas
secara bersamaan, sehingga itu tidak membuatnya menarik melainkan
redundansi. Kata “itu” “saat itu” “sedang” bisa dihilangkan tanpa
52
mengubah makna kalimat menjadi “Kecelakaan terjadi diduga karena truk
tronton mengalami rem blong. Truk melintas di fly over Kretek sekitar jam
08:30 WIB.”
w. Asian Games 2018 karya Siti Zakia
Paragraf 1
Pada tanggal 18 Agustus 2018 – 2 September 2018 akan
dilaksanakan Asian Games yang ke-18.
Adanya penggunaan konjungsi secara bersamaan dalam satu kalimat
tidak akan membuat kalimat menjadi jelas melainkan redundansi.
Penggunaan kata “pada tanggal” “yang” bisa dihilangkan semuanya
menjadi lebih sederhana, menjadi “18 Agustus 2018 – 2 September 2018
akan dilaksanakan Asian Games ke-18.”
x. Puluhan Hektar Tambak dan Sawah di Lamongan Terendam Banjir
karya Tamara Rizkiyah Putri
Paragraf 2
Pada hari Senin malam tanggal 15 Desember 2015. Tanggul sungai
Pelalangan di Desa Plosowahyu Kecamatan Lamongan Jawa Timur
jebol setelah diterjang banjir akibat hujan deras yang mengguyur
wilayah Lamongan Selatan.
Pada kalimat di atas terdapat kesinoniman kata sehingga membuat
kalimat menjadi redundansi. Penggunaan “pada hari” “tanggal”
“wilayah” sebenarnya bisa dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat.
Maka menjadi “Senin malam 15 Desember 2015. Tanggul sungai
Pelalangan di Desa Plosowahyu Kecamatan Lamongan Jawa Timur jebol
setelah diterjang banjir akibat hujan deras yang mengguyur Lamongan
Selatan.”
Paragraf 3
53
Menurut salah satu warga, ia adalah seorang petani, tanggul mulai
jebol sekitar jam 09.00 malam akibat luapan sungai Pelalang yang
terus meluap. Jebolnya tanggul ini merupakan yang kedua kalinya
terjadi.
Pengulangan subjek dan kesinoniman lata pada paragraf tersebut tidak
akan membuat kalimat menjadi jelas melainkan redundansi. Kata “satu
warga, ia adalah” “yang terus meluap” “terjadi” bisa dihilangkan
sepenuhnya tanpa mengubah makna kalimat tersebut. Menjadi “Menurut
salah seorang petani, tanggul mulai jebol sekitar jam 09.00 malam akibat
luapan sungai Pelalang. Jebolnya tanggul ini merupakan yang kedua
kalinya.”
y. Warga Tangerang bisa Naik KA Bandara karya Yuda Saputra
Paragraf 1
Untuk warga wilayah Tangerang dapat menikmati layanan
angkutan KA Bandara menggunakan kereta yang sangat nyaman.
KA Bandara ini hanya berhenti di stasiun-stasiun tertentu.
Pada kalimat ini peneliti menemukan penggunaan kojungsi
dan kata jamak. Keduanya bisa dihilangkan dan makna kalimat tersebut
akan tetap sama. Apabila disempurnakan menjadi “Warga Tangerang dapat
menikmati layanan angkutan KA Bandara menggunakan kereta yang sangat
nyaman. KA Bandara hanya berhenti di stasiun tertentu.”
Hasil penelitian ini mengungkap bahwa penggunaan kelas kata yang
tidak tepat menduduki posisi tertinggi mencapai 23 kata redundansi pada
teks berita karya siswa kelas X. Pemahaman akan penggunaan kelas kata
yang tidak penting akan memunculkan sebuah kalimat menjadi redundansi.
Penggunaan kelas kata berbentuk konjungsi harus lebih diperhatikan
sebelum membuat sebuah kalimat, karena pemakaian konjungsi yang
berlebihan akan memicu timbulnya kata yang redundansi. Redundansi bisa
54
dikatakan sebagai sebuah kata yang bisa dihilangkan salah satu katanya dan
tidak mengubah arti didalamnya.
Penelitian ini difungsikan dan mengajak seluruh pengguna bahasa
untuk lebih memperhatikan kembali masalah redundansi agar permasalahan
akan redundansi bisa diminimalisir atau dihilangkan. Juga agar lebih
berhati-hati dalam menggunakan kata dalam menyusun kalimat.
55
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan 25 teks berita siswa telah dianalisis mengenai bentuk-
bentuk kata redundansi pada teks berita karya siswa kelas X SMAN 10 Kota
Tangerang tahun ajaran 2017/2018, dapat peneliti simpulkan bahwa
terdapat 7 bentuk kata redundansi seperti: penggunaan kesinoniman kata
dalam satu kalimat, penggunaan hiponim pada hipernim kata, penggunaan
pengulangan subjek, penggunaan kata-kata yang berbentuk jamak,
penggunaan kelas kata yang tidak tepat (adverbial, konjungsi, nomina,
pronomina, verba dan adjektifa). Penggunaan afiksasi yang tidak tepat dan
penggunaan predikat yang tidak tepat.
Berdasarkan proses penelitian secara keseluruhan ditemukan
sebanyak 48 temuan kata redundansi. Kesinoniman kata dalam satu kalimat
sebanyak 18 kata. Penggunaan hiponimi dan hipernim 1 kata. Penggunaan
pengulangan subjek 1 kata. Penggunaan kata yang berbentuk jamak 4 kata.
Penggunaan kelas kata yang tidak tepat 23 kata. Penggunaan afiks yang
tidak tepat 0 kata. Penggunaan predikat yang tidak tepat 1 kata.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, mengenai bentuk-
bentuk kata redundansi, peneliti dapat memberikan saran-saran kepada
pihak-pihak yang terkait, semoga saran tersebut dapat diterima dengan baik
dan bisa dimplementasikan untuk lebih memperhatikan sistematika
penulisan yang baik dalam sebuah penulisan umunya, bagi pembaca dan
khususnya bagi diri penulis serta pihak-pihak yang terkait. Adapun saran-
saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar benar-benar mempersiapkan
diri dengan konsep yang matang, referensi buku teori dan buku-buku
56
lainnya, serta fisik agar lebih maksimal dalam melakukan penelitian,
sebab mengenai analisis bentuk-bentuk redundansi diperlukan
konsentrasi yang tinggi dan pemahaman akan teori sangat diperlukan
maka untuk itu diharapkan peneliti selanjutnya untuk menjelaskan
secara lebih detail dan peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya
agar melakukan kajian redundansi bedasarkan aspek kalimatnya.
2. Bagi para guru khususnya bidang studi bahasa Indonesia agar lebih
teliti dalam menulis kalimat dan memperhatikan penggunaan kata
redundansi. Jangan sampai dalam melakukan pembelajaran ada
seorang guru maupun siswa menggunakan kata redundansi. Karena
dengan memperhatikan sistem kepenulisan sejak dini akan
menentukkan keberhasilan belajar mengajar khususnya pembelajaran
dengan materi kesalahan berbahasa.
57
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Erlangga, 2010
Chaer, Abdul. Lingusitik Umum. Rineka Cipta. Jakarta, 2012
Ishwara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. PT Kompas Media Nusantara.
Jakarta. 2007
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia. Jakarta, 1986
Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 1994
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta, 2010
Mencher’s, Melvin. News Reporting and Writing. McGraw-Hill. New York, 2006
Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Kencana. Jakarta, 2010
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. PT Remaja Rosdakarya. Bandung,
2013
Olii, Helena. Berita dan Informasi Jurnalistik Radio. PT Indeks, 2007
Putra, R. Masri Sareb. Teknik Menulis Berita dan Feature. PT Indeks, 2006
Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. PT Grasindo. Jakarta, 2007
Sevilla, Consuelo G, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia
Press. Jakarta, 1993
Subana, H. M, dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia.
Bandung, 2001
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung, 2014
Suhaemi, dan Ruli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Jakarta, 2009
58
Sulityaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Graha
Ilmu. Yogyakarta, 2012
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Simbiosa
Rekatama Media. Bandung, 2016
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Kalam Indonesia. Ciputat, 2005
Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta, 2016
https://www.uhv.edu/university-college/student-success-center/resources/q-
z/repetition-and-redundancy/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2 Teks Berita Karya Siswa
Lampiran 3 Dokumentasi, Surat Keterangan Penelitian, Lembar Uji
Referensi
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMAN 10 Kota Tangerang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/2
Alokasi Waktu : 4 x 40 Menit
A. Kompetensi Inti (KI)
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, tanggung jawab, disiplin,
peduli (gotong rotong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsive dan proaktif,
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam interaksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Mengidentifikasi unsur-
unsur teks berita
(membanggakan dan
memotivasi) yang
didengar dan dibaca
3.1.1
3.1.2
Menjelaskan pengertian usur-unsur
berita
Menemukan unsur-unsur dalam teks
berita
4.1 Menyimpulkan isi berita
(membanggakan dan
memotivasi) yang dibaca
dan didengar
4.1.1
4.1.2
4.1.3
Menjawab pertanyaan tentang isi
berita
Menyimpulkan isi teks berita
Menanggapi isi teks berita
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.1.1 Menunjukan rasa syukur terhadap Tuhan YME. akan keberadaan
bahasa Indonesia dan menggunakan nya sebagai sarana komunikasi
dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan
tulis melalui teks cerita pendek.
2.2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli,responsif, dan santun dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan impian, misteri,
imajinasi, serta permasalahan remaja dan sosial.
3.1.1. Menjelaskan pengertian unsur-unsur berita.
3.1.2. Menemukan unsur-unsur berita dalam teks berita secara benar.
3.1.3. Memahami isi teks berita.
4.1.1. Menanggapi isi teks berita dengan benar
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian teks berita
2. Unsur-unsur teks berita
3. Langkah-langkah menyimpulkan unsur-unsur berita
4. Cara menanggapi isi berita
E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
a) Kegiatan Pendahuluan
1. Mengodisikan siswa untuk belajar dan memotivasi siswa terkait
materi teks berita, yaitu dengan memperkenalkan teks berita yang
bertema sosial.
2. Apersepsi: bertanya jawab mengenai teks berita
- Apakah Anda pernah membaca teks berita?
- Hal apakah yang Anda ingat dari teks berita?
b) Kegiatan Inti
Menyampaikan inti tujuan pembelajaran tentang struktur teks
Mengamati
- Peserta didik membaca contoh teks berita mencermati uraian yang
berkaitan dengan struktur isi teks berita.
- Peserta didik membaca contoh teks berita lain.
Mempertanyakan
- Peserta didik mempertanyakan uraian yang berkaitan
dengan struktur isi teks berita yang dibaca.
- Peserta didik membuat pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks
berita dengan Bahasa yang komunikatif.
Mengeksplorasi
- Peserta didik menemukan struktur isi teks berita
- Peserta didik menemukan unsur-unsur teks berita
Mengasosiasikan
- Peserta didik mendiskusikan hubungan antara isi dan ciri bahasa teks
berita.
Mengomunikasikan
- Peserta didik menjelaskan struktur isi dan ciri teks berita
- Peserta didik saling menilai kebenaran/ketepatan penjelasan
teman/kelompok.
Pertemuan Kedua
Mengamati
- Peserta didik membaca contoh teks berita lain
Mempertanyakan
- Peserta didik membuat pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks
berita dengan bahasa yang komunikatif.
Mengeksplorasi
- Peserta didik mendiskusikan hasil temuan terkait dengan struktur
isi dan ciri bahasa teks berita.
Mengasosiasikan
- Peserta didik menyimpulkan unsur teks berita dalam diskusi kelas
dengan saling menghargai.
Megomunikasikan
- Peserta didik mempresentasikan unsur teks berita dengan rasa
percaya diri.
c) Kegiatan Penutup
1. Sikap tanggung jawab, peduli, jujur, dan santun siswa bersama guru
menyimpulkan pembelajaran tentang teks berita.
2. Dengan sikap santun dan jujur, siswa mengidentifikasi hambatan-
hambatan yang dialami saat memahami teks berita.
3. Dengan sikap peduli dan santun siswa mendengarkan umpan
balik dan penguatan dari guru mengenai teks berita.
4. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut
pembelajaran dengan santun dan penuh tanggung jawab.
F. Penilaian Pembelajaran, Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap : observasi
Guru mengamati kegiatan Peserta didik selama dalam proses pembelajaran
Lembar Pengamatan Sikap
No. Nama Siswa Religius Jujur Disiplin Tanggung
Jawab Proaktif
1
2
Rubrik Penilaian Sikap
Rubrik Skor
Sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-
sungguh dalam melakukan kegiatan
Menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam
melakukan kegiatan tetapi masih sedikit dan belum
ajeg/konsisten
Menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam melakukan
kegiatan yang cukup sering dan mulai konsisten
Menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam
melakukan kegiatan secara terus-menerus dan konsisten
Skor akhir = total skor x 100 = …..
Bobot maks
b. Penilai Pengetahuan: tes tertulis/ lisan
Menilai kemampuan peserta didik dalam memahami, menerapkan, dan
menginterpretasi makna teks berita baik secara lisan maupun tulisan.
c. Penilaian Keterampilan
Secara individual Peserta didik diminta menginterpretasi makna teks berita
baik secara lisan maupun tulisan.
G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/alat
Contoh teks berita
2. Sumber Belajar
Buku Siswa dan buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Lampiran 2. Teks Berita Karya Siswa
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
UJI REFERENSI
Nama : Melda Hollidazia
NIM : 1113013000038
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : “Redundansi Teks Berita Karya Siswa Kelas X
SMAN 10 Kota Tangerang Tahun Ajaran
2017/2018”.
Dosen Pembimbing : Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd.
No. Referensi Paraf
1. Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk
Teknis Menulis Berita. Erlangga, 2010.
2. Chaer, Abdul. Lingusitik Umum. Jakarta: Rineka
Cipta, 2012.
3.
Ishwara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme
Dasar. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2007.
4. Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:
Gramedia, 1986.
5.
Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam
Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994.
6. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
7. Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta:
Kencana, 2010.
8.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian
Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
9. Olii, Helena. Berita dan Informasi Jurnalistik
Radio. PT Indeks , 2007.
10. Putra, R. Masri Sareb. Teknik Menulis Berita dan
Feature. PT Indeks, 2006.
11.
Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo, 2007.
12.
Sevilla, Consuelo G, dkk. Pengantar Metode
Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1993.
13. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta, 2014.
14.
Suhaemi, dan Ruli Nasrullah. Bahasa
Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
15.
Sulityaningsih. Metodologi Penelitian
Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
16. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat:
Kalam Indonesia, 2005.
17,
Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2016.
Jakarta, 27 Juli 2020
Mengetahui,
Pembimbing I
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd.
NIP. 196402121997032001