Kemampuan Menulis Teks Berita
-
Upload
fadhila-rachmawati -
Category
Documents
-
view
2.793 -
download
5
Transcript of Kemampuan Menulis Teks Berita
A. Judul
Judul penelitian ini adalah “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks
Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan (Penelitian
Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran
2010/2011)”.
B. Latar Belakang
Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Mutu pendidikan yang tinggi menciptakan kehidupan
yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan semua warga Negara Indonesia. Penyempurnaan
kurikulum dilakukan secara responsive terhadap penyerapan hak asasi
manusia, kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah.
Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, standar kompetensi mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia berorentasi pada hakikat pembelajaran bahasa,
yaitu belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah
belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiannya ( Depdiknas
2003a:2). Standar Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia SMA adalah : (1)
mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik
sastra maupun nonsastra; (2) mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,
gagasan, dan perasaan secara lisan; (3) mampu membaca dan memahami suatu
teks bacaan sastra dan nonsastra dengan kecepatan yang memadai; (4) mampu
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan; (5) mampu mengapresiasi berbagai ragam sastra
(Depdiknas 2003b:4).
1
2
Untuk mencapai standar kompetensi di atas maka kegiatan belajar
adalah lebih daripada sekedar pengajaran. Kegiatan belajar adalah kegiatan
pembelajaran. Siswa belajar bukan hanya dari guru melainkan dari teman-
teman sekelas, sesekolah, dari sumber belajar lain. Pendekatan pembelajaran
yang digunakan oleh guru juga harus dapat membawa siswa ke pembelajaran
yang bermakna. Pembelajar Bahasa dan Sastra Indonesia dengan materi yang
disajikan secara sistematis sesuai dengan kenyataan bahasa di masyarakat,
diharapkan siwa mampu menyerap materi tentang berbagai hal, mampu mecari
sumber, mengumpulkan, menyaring, dan menyerap palajaran yan sebanyak-
banyaknya sekaligus dapat berlatih mengenai Bahasa Indonesia, khususnya
keterampilan menulis.
Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan berbahasa siswa, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra
Indonesia. Standar Kompetensi yang disiapkan dengan bahasa nasional dan
bahasa Negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual dalam
produk budaya, yang berkonsekuensi pada fungsi dan tujuan mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai (1) sarana pembinaan kesatuan dan
persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian
Bahasa dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan, (5) sarana
pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman keberanekaragaman
budaya Indonesia melalui kahasanah kesastraan Indonesia (Depdiknas 2003d :
2-3). Untuk itulah, tujuan pembelajaran disajikan dalam komponen
kebahasaan, komponen pemahaman, dan komponen penggunaan secara
terpadu.
Pembelajaran menulis pada siswa SMA yang dilaksanakan selama ini
kurang produktif. Guru pada umumnya menerangkan hal-hal yang berkenaan
dengan teori menulis. Sementara pelatihan menulis yang sebenarnya jarang
dibahas atau disampaikan, seperti penggunaan tanda baca dalam menulis,
memadukan kalimat, menyatukan paragraf yang baik, kurang mendapat
perhatian.
3
Padahal tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah mempertinggi
kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa yang meliputi kemahiran
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemahiran bahasa merupakan
proses belajar bahasa yang pada umumnya melalui hubungan yang teratur
(Depdiknas 1994:1) keberhasilan belajar mengajar bergantung pada factor-
faktor pendukung terjadinya pembelajaran yang efisien. Beberapa factor
mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik
adalah kesempatan untuk belajar, pengetahuan awal siswa, refleksi, motivasi,
dan suasana yang empat mendukung. Oleh karena itu, dalam proses belajar
mengajar pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan dapat
tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan siswa melakukan
aktivitas secara optimal untuk mencapai tujuan keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Dari keempat aspek yang dilatihkan siswa, menulis merupakan
keterampilan yang harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh.
Pengalaman selama ini menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam menulis
masih rendah. Padahal kemampuan ini sangat penting. Menulis juga
merupakan kemampuan puncak berbahasa seseorang, yang meliputi
keterampilan memilih kosa kata, menggunakan struktur kalimat, menerapkan
ejaan maupun tanda baca, dan menulis teks berita.
Dari observasi di kelas, peneliti menemukan fenomena bahwa pada
saat diberi kesempatan menulis teks berita, para siswa tidak mementingkan isi
berita. Mereka belum paham betul cara membuat teks berita dengan
memperhatikan 5 W + H (siapa yang menjadi bahan berita, apa yang terjadi, di
mana peristiwa itu terjadi, kapan peristiwa itu terjadi, mengapa hal itu terjadi,
dan bagaimana jalannya peristiwa itu). Mereka lebih mementingkan dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya dan terselesaikan dengan
cepat.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya.
4
dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektifitas, yakni kontruktivisme (Contructivisme), bertanya
(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
assessment) (Depdikbud, 2002:5).
Penggunaan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan
(modelling) dalam menulis teks berita ini dapat dijadikan sebagai alat untuk
mencapai salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahsa dan Sastra
Indonesia di SMA. Untuk itulah, peneliti akan melakukan penelitian tentang
peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan pembelajaran
kontekstual komponen pemodelan pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Cimahi.
C. Identifikasi Masalah
Keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia berkaitan erat
dengan keterampilan menulis dan ditentukan pula oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain faktor pendekatan pembelajaran yang
digunakan guru dan faktor siswa.
Keterampilan menulis teks berita siswa SMA Negeri 5 Cimahi masih
kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh faktor 1) ketidaktepatan
pemilihan pendekatan pembelajaran, selama ini pendekatan yang digunakan
oleh guru masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan
sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran tersebut; 2) guru
banyak menerangkan tentang teori menulis tetapi tidak banyak memberikan
latihan membuat karangan teks berita; 3) guru tidak pernah memberikan
contoh konkret teks berita kepada siswa.
Berdasarkan observasi dengan wawancara secara langsung kepada
siswa, faktor lain yang mempengaruhi nilai keterampilan menulis teks berita
adalah 1) siswa kurang latihan menulis teks berita; 2) siswa kurangnya
motivasi untuk menulis teks berita; 3) ada anggapan bahwa menulis teks berita
adalah kegiatan yang sulit; 4) siswa kurang pengetahuan tentang contoh nyata
teks berita.
D. Pembatasan masalah
5
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah peningkatan
keterampilan menulis teks berita siswa kelas X SMA Negeri 5 Cimahi tahun
ajaran 2010/2011 dengan pembelajaran pendekatan kontekstual komponen
pemodelan. Untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita di dalam
penelitian ini, peneliti berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menulis
teks berita. Peneliti membatasi permasalahan karena peneliti berfokus pada
peningkatan kemampuan siswa menulis teks berita dengan memperhatikan
aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5 W + H), keruntututan pemaparan
( isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami), penggunaan kalimat (singkat
dan jelas), kosakata yang digunakan bahsa yang tepat, kemenarikan judul, dan
ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas,
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks berita pada siswa
kelas X SMA Negeri 5 Cimahi setelah mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?
2. Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas X SMA Negeri 5
Cimahi setelah pembelajaran menulis teks berita dilaksanakan dengan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk mendeskripsikan hal-hal berikut :
1. Peningkatan keterampilan menulis teks berita siswa kelas X SMA Negeri 5
Cimahi setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konskstual
komponen pemodelan;
2. Perubahan tingkah laku siswa kelas X SMA Negeri 5 Cimahi setelah
pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan.
6
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah khasanah pengetahuan
tentang menulis teks berita. Selain itu, mengembangkan teori pembelajaran
menulis teks berita melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi guru, siswa, dan peneliti.
a. Manfaat bagi guru adalah memberikan alternative pemilihan
pendekatan pembelajaran menulis teks berita dan dapat
mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia,
khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan.
b. Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatkan keterampilan menulis
teks berita.
c. Manfaat bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan mengenai
penggunaan pendekatan kontekstual.
H. Kajian Teori
1. Keterampilan Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami seseorang sehingga
orang lain dapat memahami bahasa dan gambar grafik itu (Tarigan, 1986 ;21).
Sementara itu, Widayamarta (1991:90) mengungkapkan bahwa menulis se
bagai suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan
kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan.
Adapun Akhadiah (1997:9) menyatakan bahwa menulis merupakan bentuk
komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak yang
dibatasi jarak, tempat; dan waktu.
7
2. Hakikat Teks Berita
Syarifudin (1972 dalam Djuroto 2003:6) menyatakan bahwa berita
adalah suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik
perhatian public massa media. Pendapat yang senada diutarakan oleh Wahyudi
(1991 dalam Djuroto, 2003:6), bahwa berita adalah laporan tentang peristiwa
atau pendapat yang memiliki nilai yang penting, menarik bagi sebagian
khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media mssa
periodik. Peristiwa atau pendapat tidak dipublikasikan melalui media massa
periodik.
Berita adalah pernyataan antar manusia sebagai pemberitahuan tentang
peristiwa atau keadaan atau gagasan yang disampaikan secara tertulis atau
lisan, atau dengan isyarat jika pernyataan atau pemberitahukan ini disalurkan
melalui media pers, orang menyebutnya berita pers (Suriamiharja, ddk.,
1996/1997:64). Menurut Suhandang (2004:103), berita adalah laporan atau
pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang ada di alam semesta ini,
yang terjadipun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan orang
banyak. Dari keempat pendapat tersebut di atas, dapat diambil simpulan
bahwa berita adalah laporan tentang kejadian atau peristiwa yang menarik atau
memiliki nilai yang penting, masih baru, dan ditujukan atau dipublikasikan
kepada masyarakat luas melalui media massa.
3. Persyaratan Berita
Untuk bisa menulis berita kita harus mengetahui persyaratan berita.
Persyaratan dalam menulis berita yaitu 5W + H (What, Who, Where, Why,
When dan How): Untuk Negara kita Indonesia rumusan ini ditambah satu lagi
S (Security) atau keamanan (Djuroto 2003 : 10-11). Djuroto (2003:12)
menyatakan bahwa selain 5W+H+S, satu lagi yang masuk dalam persyaratan
berita, yakni kebenaran. Artinya, sebuah berita harus benar. Karena banyak
kejadian atau peristiwa atau pendapat orang yang (dikira) merupakan fakta
tetapi ternyata banyak mengandung kebohongan. Padahal fakta merupakan
data utama.
8
4. Bahasa Berita
Pada dasarnya bahasa berita tidak berbeda dengan bahasa Indonesia
yang kita gunakan sehari-hari, Siregar (1987 : 138). Ciri khas bahasa berita
terletak pada kata, kalimat, dan isi pernyataan
5. Sifat Berita
Berita, baik untuk surat kabar, radio, maupun televisi memiliki tiga
sifat yang harus dipenuhi. Menurut Djuroto (2003:27) tiga sifat tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Mengarahkan, artinya berita yang kita buat harus mampu mengarahkan
perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur
pemikiran kita.
b. Menumbuhkan atau membangkitkan semangat, artinya berita harus dapat
memberi rangsangan, dorongan, dan semangat bagi pembacanya.
c. Berita yang bersifat memberi penerangan, artinya berita harus mampu
memberi penerangan kepada masyarakat. Memberi penerangan di sini
maksudnya adalah memberikan penjelasan atau contoh-contoh kejadian
yang tidak baik agar tidak ditiru oleh masyarakat.
6. Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
diharapkan selalu mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru
dalam menentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh diktatik metodik
“apa yang akan dipelajari” saja, tetapi pada “bagaimana menyediakan dan
memperkaya pengalaman belajar anak”. Pengalaman belajar diperoleh
melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif lingkungan
alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan
nara sumber lain (Depdiknas, 2002:1)
9
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan keluarga dan
masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta
menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi, 2003:4).
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan sehari-hari dengan
melibatkan komponen kontruktivisme, bertanya, menirukan, masyarakat
belajar, pemodelan, dan penilaian yang sebenarnya. Dengan konsep seperti
itu, hasil belajar diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa karena proses
pembelajaran akan berlangsung secara alamiah.
Pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang
dialaminya, siswa akan menjadi peserta aktif bukan pengamat yang pasif dan
bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pembelajaran kontekstual
menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus
memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru (Nurhadi,
2003:19).
Karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual adalah (1) kerja sama;
(2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar
dengan gairah; (5) pembelajaran terintegerasi; (6) menggunakan berbagai
sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis guru
kreaktif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; (11) laporan kepada orang tua
bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan
siswa, dan lain-lain (Depdiknas, 2001:20-21)
7. Komponen Modeling (Pemodelan)
10
Salah satu komponen pembelajaran kontekstual adalah komponen
modelling (pemodelan). Komponen pemodelan pada pembelajaran
maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan berbahasa
atau keterampilan tertentu ada model yang ditiru. Menurut Nurhadi dan
Senduk (2003:49), pemodelan pada dasarnya membahas gagasan yang
dipikirkan, mendemontrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya
untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya
melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh
tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa
cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan
bahasa Ingris, dan sebagainya.
Dalam pendekatan kontekstual komponen pemodelan, guru bukan
satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Seorang siswa bisa ditunjuk utnuk memberi contoh temanya cara melafalkan
suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah lomba baca puisi atau
memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk
mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut sebagai “standar”
kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar.
Seorang penulis asli berbahasa Inggris, sekali waktu dapat dihadirkan di kelas
untuk menjadi ‘model” cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika
berbicara dan sebagainya (Nurhadi dan Senduk, 2003:50).
Dengan demikian, dalam pembelajaran menulis teks berita misalnya,
guru akan menghadirkan contoh teks berita yang diambil dari surat kabar
kepada siswa saat pembelajaran sehingga sebelum mengerjakan tes menulis
teks berita siswa sudah mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teks berita.
Dengan demikian, hasil teks berita siswa baik dan benar, dan memenuhi syarat
penulisan teks berita. Kemudian untuk pembelajaran selain menulis teks
berita, guru dapat memberi contoh cara mengerjakan sesuatu atau memberi
model cara belajar sebelum melaksanakan tugas, sehingga siswa dapat
menmgamati atau meniru. Namun, tentunya guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, dan model dapat pula
dihadirkan dari luar.
11
8. Metode pembelajaran menulis
Menurut Jupp dan Milne (1978 dalam Subyantoro dan hartono,
2003:8), dalam pengajaran menulis dalam tahap awal dapat dengan metode
menulis terbimbing. Langkah-langkah pengajaran (1) memperkenalkan
subjek; (2) memperkenalkan sturuktur yang akan dilatihkan; (3) latihan
struktur secara lisan dan intensif; (4) membacakan contoh karangan; (5)
latihan menulis struktur; (6) meneliti karangan; (7) menulis karangan.
Kemudian Ardiana, dkk. (2002 dalam Subyantoro dan Hartono,
2003:8) memberikan alternatife lain untuk menulis terbimbing, yang tahap-
tahapnya adalah (1) tahap berbicara menulis, tahap ini merupakan tahap
pramenulis, pada tahap ini siswa diajak mendiskusikan topik tulisan; (2) tahap
menyimak menulis, pada tahap ini siswa akan memperoleh kertas dari guru
yang harus diisi tentang komentar mereka mengenai karangan temannya serta
membuat koreksi yang dianggap perlu. Setelah itu, mereka harus berlatih lagi
tentang struktur dan kosa kata yang berkaitan dengan subjek yang ditulisnya.
Akhirnya, mereka menuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya;
(3) diskusi berpasangan, sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya
secara berpasangan; (4) menulis karangan, siswa disuruh menulis karangan
sesuai dengan kerangka yang telah didiskusikan. Mereka mencoba
mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber
lain, (5) proses penguatan, setelah karangan diserahkan dan diperiksa guru,
guru harus memberikan penguatan. Kesalahan yang sekitarnya dapat
dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu membetulkannya. Guru cukup
memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata yang dianggap sah.
I. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah keterampilan menulis teks berita dan tingkah laku siswa kelas X
SMA Negeri 5 Cimahi akan meningkat dan terjadi perubahan tingkah laku jika
menggunakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.
12
J. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan. Siklus ini terdiri
atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Jika siklus I nilai rata-
rata belum mencapai target yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan
siklus II.
2. Prosedur Tindakan pada Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran menulis
teks berita. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun rencana
pembelajaran, membuat dan menyiapkan instrument penelitian berupa lembar
observasi, wawancara, jurnal, dan model yang akan digunakan dalam
pembelajaran, menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan
pedoman penskoran.
b. Tindakan
Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah
pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan. Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar,
yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses
pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan
13
pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran menulis teks
berita dilaksanakan. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang ,
siswa diberikan contoh berita yang ditayangkan di televise berupa CD selama
kurang lebih 15 menit untuk illustrasi, tugas yang akan dibuat yaitu tentang
unsure-unsur teks berita dan jenis-jenis berita, membuat teks berita yang
aktual. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terjadi di dalam tayangan
televise. Langkah selanjutnya adalah guru membagikan contoh teks berita
kepada masing-masing kelompok untuk diamati dan dipelajari. Dalam
mengamati model tersebut, siswa diminta menemukan unsure-unsur yang ada
dalam teks berita seperti 5W + H, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya.
Unsur-unsur teks berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model
mereka analisis dan dituliskan pada kertas dan dipresentasikan di depan kelas
untuk mendapatkan masukan dari teman dan guru.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara individu diberikan model
baru untuk dicari unsur-unsurnya dan menulis teks berita dengan singkat,
padat, dan jelas, dengan tema bebas yang sesuai dengan realita atau kenyataan
yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita
yang terdapat di televise atau di surat kabar. Hasil tulisan siswa yang berupa
teks berita nilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan
siswa dalam menulis teks berita.
c. Observasi
Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama
penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh
guru pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Sasaran yang diamati meliputi
kerja sama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas,
keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, keseriusan
mengamati model, dan sikap/tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal kepada siswa
untuk mengetahui.
14
kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja
dilakukan, baik terhadap materi, teknik maupun cara mengajar guru.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, selanjutnya peneliti melakukan refleksi.
Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes siklus I dengan
tujuan mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Dari hasil
refleksi tersebut dapat disusun rencana untuk siklus II. Masalah-masalah pada
sikus I dicari pemecahannya, sedangkan kelebihan-kelebihannya
dipertahankan dan ditingkatkan.
3. Prosedur Tindakan pada Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana
pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan. Dalam tahap ini
kekurangan-kekurangan yang terjadi tahap siklus I diperbaiki. Guru juga
menyiapkan soal tes nontes untuk siklus II dan mengkoordinasikan kembali
dengan guru mata pelajaran.
b. Tindakan
Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I.
Pada tahap ini guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada
penulisan teks berita yang telah dibuat siswa. Kemudian siswa diberi
bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis teks berita
pada siklus II akan menjadi lebih baik. Kegiatan dalam siklus II adalah
apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses
pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan,
manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran,
15
dan memotivasi siswa untuk semakin lebih baik dalam menulis teks berita.
Guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang telah siswa lakukan dan
memberikan penjelasan tentang cara memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
menulis teks berita.
Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelanjaran menulis teks
berita dilaksanakan. Siswa secara berkelompok, kemudian merumuskan
masalah tentang apa dan bagaimana teks berita itu. Setiap kelompok
diwajibkan untuk mencari dan mengamati surat kabar sebagai model
pembelajaran. Dalam mengamati model surat kabar tersebut, siswa diminta
menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks berita seperti 5W + H pada
salah satu berita, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Unsur-unsur
teks berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model mereka analisis
dan dituliskan pada kertas dan dipresentasikan di depan kelas untuk
mendapatkan masukan dari teman dan guru.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara individu diberikan model
baru untuk dicari unsur-unsurnya dan menulis teks berita dengan singkat,
padat, dan jelas, dengan tema bebas yang sesuai dengan realita atau kenyataan
yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita
yang terdapat di televise atau di surat kabar. Hasil tulisan siswa yang berupa
teks berita dinilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan
siswa dalam menulis teks berita.
c. Observasi
Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tetap
diamati. Pengamatan dilakukan untuk peningkatan hasil tes dan perilaku
siswa. Observasi ini adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa
selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti
dibantu oleh guru pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesi seperti pada siklus
pertama. Sasaran yang diamati meliputi kerja sama dengan kelompoknya,
keaktifaan dalam mengerjakan tugas, keaktifan dan keseriusan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, keseriusan mengamati model, dan sikap/tanggapan
16
siswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran selesai,
guru membagikan jurnal kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan
dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja dilakukan, baik
terhadap materi, teknik maupun cara mengajar guru.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan model
dalam pembelajaran menulis teks berita, untuk melihat peningkatan
keterampilan menulis teks berita dan mengetahui perubahan perilaku siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
K. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita siswa
kelas X SMA Negeri 5 Cimahi tahun ajaran 2010/2011. Kelas X-9 terdiri atas
42 siswa. Kelas ini dipilih karena kemampuan menulis teks berita masih
rendah atau nilai yang telah dicapai belum memuaskan dan kelas ini memiliki
kemampuan menulis yang lebih rendah dari kelas lainnya.
L. Variabel Penelitian
Variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah variabel
peningkatan keterampilan menulis teks berita dan variabel penggunaan
pembelajaran kontektual komponen pemodelan.
M. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk instrument tes dan nontes.
1. Tes
Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan tes awal atau pretes untuk
mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa tentang teks berita. Pada tes
awal ini siswa juga menulis teks berita untuk mengetahui keterampilan siswa
menulis teks berita. Setelah proses pembelajaran, diadakan tes menulis teks
berita. Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui pengetahua dan kemampuan
siswa tentang menulis teks berita setelah mengikuti proses pembelajaran.
17
Ada enam aspek pokok yang dijadikan kreteria penilaian; yaitu (1)
kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H); (2) keruntututan pemaparan (isi
urut dan jelas sehingga mudah dipahami); (3) penggunaan kalimat (singkat
dan jelas); (4) kosakata yang digunakan bahasa yang tepat; (5) kemenarikan
judul; dan (6) ketepatan penggunaan ejaan dalam berita (Depdiknas,
2003e:67).
Tabel 1 Skor Penilaian
No. Aspek Penilaian Skor Maksimak
1
2
3
4
5
6
Kelengkapan isi berita
Keruntututan pemaparan
Penggunaan kalimat
Kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat
Kemenarikan judul
Ketepatan penggunaan ejaan dalam berita
30
15
15
15
10
15
Jumlah 100
2. Nontes
Bentuk instrument nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi, pedoman wawancara, dan jurnal.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan mengamati tingkah laku dan respon siswa
selama proses pembelajran. Aspek yang diamati dalam penelitian ini meliputi.
Kerja sama dengan kelompoknya atau teman, keaktifan dalam mengerjakan
tugas, keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sharing
dengan teman, sikap siswa terhadap model yang disajikan/keseriusan
mengamati model, sikap atau tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran
menyenangkan.
b. Pedoman Wawancara
18
Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang
pembelajaran menulis teks berita. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang
nilai tesnya tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara ini untuk mengetahui
minat siswa terhadap pembelajaran menulis, khususnya menulis teks berita,
untuk mengetahui permasalahan/kesulitan yang dialami siswa dalam menulis
teks berita, tanggapan mengenai pembelajaran, tanggapan mengenai model
yang disajikan, perasaan ketika menulis teks berita, keinganan siswa dalam
pembelajaran menulis teks berita, dan saran pembelajaran menulis teks berita
dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Dari wawancara ini
juga digali saran siswa untuk memperbaiki pembelajaran dan saran perbaikan
model.
c. Jurnal
Jurnal digunakan untuk mendapatkan data tentang respon siswa
sebagai subjek penelitian selama proses pembelajaran. Jurnal dibuat ada dua
macam yaitu jurnal peneliti/guru. Jurnal siswa diisi oleh siswa, sedangkan
jurnal guru diisi oleh guru. Jurnal siswa berisi tentang kesan dan pesan siswa,
siswa memberikan respon positif atau negatife terhadap pembelajaran menulis
teks berita menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Jurnal guru berisi tentang uraian pendapat dan seluruh kejadian yang dilihat
dan dirasakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran menulis berlangsung.
N. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik
tes dan notes.
1. Teknik Tes
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes awal dan tes
akhir. Tes awal dilakukan sekali pada siklus I untuk mengetahui sejauhmana
pengetahuan siswa tentang teks berita dan sampai di mana keterampilan
mereka menulis teks berita. Setelah itu, pada akhir siklus I dan II diadakan tes
akhir. Tes akhir dilakukan dengan memberikan tugas untuk menulis berita
19
secara individu. Tes ini untuk mengetahui kemampuan siswa menulis teks
berita dengan memperhatikan aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5W
+ H), keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami),
penggunaan kalimat (singkat dan jelas), kosakata yang digunakan bahsa yang
tepat, kemenarikan judul, dan ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.
Langkah-langkah yang dilakukan di dalam pengambilan data dengan
tes adalah sebagai berikut :
a. menyiapkan bahan tes berdasarkan model yang disajikan;
b. siswa ditugasi menemukan unsur-unsur dalam teks berita pada model;
c. siswa diminta untuk menulis teks berita;
d. menilai dan mengolah data dari hasil penelitian;
e. peneliti mengukur keterampilan menulis siwa berdasarkan hasil tes pada
siklus I dan siklus II.
2. Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara,
dan jurnal.
a. Observasi
Observasi digunakan utuk mengungkap data keaktifan siswa selama
proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual komponen
pemodelan. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu dengan seorang teman
dan peneliti. Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar
observasi yang berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam
mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tes; (2) melaksanakan observasi
selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar
mengajar sampai dengan siswa menulis teks berita; (3) mencatat hasil
observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.
b. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap data penyebab
kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran menulis teks berita. Wawancara
dilakukan pada 6 orang siswa yaitu 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes
20
yang tinggi, 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang sedang, dan 2
orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang rendah. Hal ini berdasarkan
nilai tes pada tiap siklus dan berdasarkan observasi yang dilakukan guru
selama proses pembelajaran.
Wawancara dilaksanakan peneliti setelah pembelajaran menulis teks
beerita dengan pembelajaran kontekstual komponen pedoman selesai
dilaksanakan. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan
wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar
pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilai
tesnya kurang, cukup, dan baik, untuk kemudian diajak wawancara, (3)
merekam dan mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap
tiap butir pertanyaan.
c. Jurnal
Setiap akhir pembelajaran siswa menulis jurnal yang berisi kesulitan
yang mereka hadapi dalam menulis teks berita, pendapat mereka tentang
pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan, hal-hal yang ingin dikemukakan siswa berkaitan dengan
pembelajaran menulis teks berita.
O. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kuantatif.
1. Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang
diperoleh dari tes menulis teks berita pada siklus I dan II. Hasil tes ditulis
secara persentase dengan langkah-langkah berikut ini :
a. merekap nilai yang diperoleh siswa;
b. menghitung nilai komulatif dari tugas-tugas siswa;
c. menghitung nilai rat-rata;
d. menghitung persentase.
Persentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
KP = x 100 %
N x S
21
Keterangan :
P : Nilai persentase
K : Nilai komulatif satu kelas
N : Nilai maksimal soal tes
S : Jumlah responden
Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan
yaitu antara hasil siklus I dengan hasil siklus II. Hasil ini akan memberikan
gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis teks berita
dengan pendekatan kontkstual komponen pemodalan.
2. Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang
diperoleh dari hasil nontes. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui siswa
yang mengalami kesulitan dalam menulis teks berita dengan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan. Hasil ini sebagai dasar untuk menentukan
siswa yang akan diwawancarai selain hasil nilai teks berita dengan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan. Hasil analisis tersebut sebagai dasar untuk
mengetahui peningkatan keterampilan menulis teks berita.
22
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Ardiana, dkk. 2002. Pelatihan Terintegerasi Berbasis Kompetensi Guru MataPelajaran Bahasa Indonesia : Menulis, Modul IND. A.04. Jakarta
: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Asrom, dkk. 1997. Dari Narasi Hingga Argumentasi. Jakarta: Erlangga.
Astuti, Dwi. 2004. “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang”. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Semarang: tidak diterbitkan.
Bagiyo, Thomas. 2004. “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks drama dengan Teknik Modelling pada Siswa-siswi Kelas IV D PL Bernadus Semarang”. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Semarang : tidak diterbitkan.
Depdiknas. 2002.Program Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan menengah
2003 a. Manajemen Peningkatan Mutu berbasis Sekolah: Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
2003 b. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawitah. Jakarta: Depdiknas.
2003 c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.
2003 d. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
2003 e. Rencana Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SLTP Kelas 2.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
2004. Pendekatan Kontekstual : Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
23
Djuroto, Totok. 2003. Teknik Mencari & Menulis Berita. Semarang: Dahar Prize
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran kontekstual (Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Nursito. 1999.Penuntun Mengarang.Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.
Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Siregar, Ras. 1992. Bahasa Pers Bahasa Indonesia Jurnalistik: Kerangka Teori Dasar. Jakarta : Grafikatama Jaya.
Subyantoro, Bambang Hartono. 2003. “Pengembangan Kemampuan Berbicara, Membaca, dan Menulis”. Makalah disajikan pada Pelatihan Teritegrasi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Sukris. 2000. “Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Narasi Melalui Media Rekacerita Bergambar Siswa Kelas II E SLTP N 3 Jekulo” Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Semarang: tidak diterbitkan
Suriamiharja, dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Suryanto. 2004. “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Teknik Modelling pada Siswa Kelas II SLTP I Sukorejo Kendal” Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Semarang : tidak diterbitkan.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITADENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
KOMPONEN PEMODELAN(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XSMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2010/2011)
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahMetode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
DIAH IRAWATINIM 0902687
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG
2011
.