Kemampuan Menulis Teks Berita

40
A. Judul Judul penelitian ini adalah “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2010/2011)”. B. Latar Belakang Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Berdasarkan Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mutu pendidikan yang tinggi menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga Negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsive terhadap penyerapan hak asasi manusia, kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah. Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorentasi pada hakikat

Transcript of Kemampuan Menulis Teks Berita

Page 1: Kemampuan Menulis Teks Berita

A. Judul

Judul penelitian ini adalah “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks

Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan (Penelitian

Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran

2010/2011)”.

B. Latar Belakang

Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan

secara nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional, pengembangan kurikulum dilakukan dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Mutu pendidikan yang tinggi menciptakan kehidupan

yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan semua warga Negara Indonesia. Penyempurnaan

kurikulum dilakukan secara responsive terhadap penyerapan hak asasi

manusia, kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah.

Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi

oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, standar kompetensi mata pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia berorentasi pada hakikat pembelajaran bahasa,

yaitu belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah

belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiannya ( Depdiknas

2003a:2). Standar Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia SMA adalah : (1)

mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik

sastra maupun nonsastra; (2) mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,

gagasan, dan perasaan secara lisan; (3) mampu membaca dan memahami suatu

teks bacaan sastra dan nonsastra dengan kecepatan yang memadai; (4) mampu

mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam

berbagai ragam tulisan; (5) mampu mengapresiasi berbagai ragam sastra

(Depdiknas 2003b:4).

1

Page 2: Kemampuan Menulis Teks Berita

2

Untuk mencapai standar kompetensi di atas maka kegiatan belajar

adalah lebih daripada sekedar pengajaran. Kegiatan belajar adalah kegiatan

pembelajaran. Siswa belajar bukan hanya dari guru melainkan dari teman-

teman sekelas, sesekolah, dari sumber belajar lain. Pendekatan pembelajaran

yang digunakan oleh guru juga harus dapat membawa siswa ke pembelajaran

yang bermakna. Pembelajar Bahasa dan Sastra Indonesia dengan materi yang

disajikan secara sistematis sesuai dengan kenyataan bahasa di masyarakat,

diharapkan siwa mampu menyerap materi tentang berbagai hal, mampu mecari

sumber, mengumpulkan, menyaring, dan menyerap palajaran yan sebanyak-

banyaknya sekaligus dapat berlatih mengenai Bahasa Indonesia, khususnya

keterampilan menulis.

Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan berbahasa siswa, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra

Indonesia. Standar Kompetensi yang disiapkan dengan bahasa nasional dan

bahasa Negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual dalam

produk budaya, yang berkonsekuensi pada fungsi dan tujuan mata pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai (1) sarana pembinaan kesatuan dan

persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan

dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan

pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian

Bahasa dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan, (5) sarana

pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman keberanekaragaman

budaya Indonesia melalui kahasanah kesastraan Indonesia (Depdiknas 2003d :

2-3). Untuk itulah, tujuan pembelajaran disajikan dalam komponen

kebahasaan, komponen pemahaman, dan komponen penggunaan secara

terpadu.

Pembelajaran menulis pada siswa SMA yang dilaksanakan selama ini

kurang produktif. Guru pada umumnya menerangkan hal-hal yang berkenaan

dengan teori menulis. Sementara pelatihan menulis yang sebenarnya jarang

dibahas atau disampaikan, seperti penggunaan tanda baca dalam menulis,

memadukan kalimat, menyatukan paragraf yang baik, kurang mendapat

perhatian.

Page 3: Kemampuan Menulis Teks Berita

3

Padahal tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah mempertinggi

kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa yang meliputi kemahiran

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemahiran bahasa merupakan

proses belajar bahasa yang pada umumnya melalui hubungan yang teratur

(Depdiknas 1994:1) keberhasilan belajar mengajar bergantung pada factor-

faktor pendukung terjadinya pembelajaran yang efisien. Beberapa factor

mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik

adalah kesempatan untuk belajar, pengetahuan awal siswa, refleksi, motivasi,

dan suasana yang empat mendukung. Oleh karena itu, dalam proses belajar

mengajar pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan dapat

tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan siswa melakukan

aktivitas secara optimal untuk mencapai tujuan keterampilan menyimak,

keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Dari keempat aspek yang dilatihkan siswa, menulis merupakan

keterampilan yang harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh.

Pengalaman selama ini menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam menulis

masih rendah. Padahal kemampuan ini sangat penting. Menulis juga

merupakan kemampuan puncak berbahasa seseorang, yang meliputi

keterampilan memilih kosa kata, menggunakan struktur kalimat, menerapkan

ejaan maupun tanda baca, dan menulis teks berita.

Dari observasi di kelas, peneliti menemukan fenomena bahwa pada

saat diberi kesempatan menulis teks berita, para siswa tidak mementingkan isi

berita. Mereka belum paham betul cara membuat teks berita dengan

memperhatikan 5 W + H (siapa yang menjadi bahan berita, apa yang terjadi, di

mana peristiwa itu terjadi, kapan peristiwa itu terjadi, mengapa hal itu terjadi,

dan bagaimana jalannya peristiwa itu). Mereka lebih mementingkan dapat

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya dan terselesaikan dengan

cepat.

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya.

Page 4: Kemampuan Menulis Teks Berita

4

dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran efektifitas, yakni kontruktivisme (Contructivisme), bertanya

(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning

Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic

assessment) (Depdikbud, 2002:5).

Penggunaan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan

(modelling) dalam menulis teks berita ini dapat dijadikan sebagai alat untuk

mencapai salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahsa dan Sastra

Indonesia di SMA. Untuk itulah, peneliti akan melakukan penelitian tentang

peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan pembelajaran

kontekstual komponen pemodelan pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Cimahi.

C. Identifikasi Masalah

Keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia berkaitan erat

dengan keterampilan menulis dan ditentukan pula oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain faktor pendekatan pembelajaran yang

digunakan guru dan faktor siswa.

Keterampilan menulis teks berita siswa SMA Negeri 5 Cimahi masih

kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh faktor 1) ketidaktepatan

pemilihan pendekatan pembelajaran, selama ini pendekatan yang digunakan

oleh guru masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan

sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran tersebut; 2) guru

banyak menerangkan tentang teori menulis tetapi tidak banyak memberikan

latihan membuat karangan teks berita; 3) guru tidak pernah memberikan

contoh konkret teks berita kepada siswa.

Berdasarkan observasi dengan wawancara secara langsung kepada

siswa, faktor lain yang mempengaruhi nilai keterampilan menulis teks berita

adalah 1) siswa kurang latihan menulis teks berita; 2) siswa kurangnya

motivasi untuk menulis teks berita; 3) ada anggapan bahwa menulis teks berita

adalah kegiatan yang sulit; 4) siswa kurang pengetahuan tentang contoh nyata

teks berita.

D. Pembatasan masalah

Page 5: Kemampuan Menulis Teks Berita

5

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah peningkatan

keterampilan menulis teks berita siswa kelas X SMA Negeri 5 Cimahi tahun

ajaran 2010/2011 dengan pembelajaran pendekatan kontekstual komponen

pemodelan. Untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita di dalam

penelitian ini, peneliti berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menulis

teks berita. Peneliti membatasi permasalahan karena peneliti berfokus pada

peningkatan kemampuan siswa menulis teks berita dengan memperhatikan

aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5 W + H), keruntututan pemaparan

( isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami), penggunaan kalimat (singkat

dan jelas), kosakata yang digunakan bahsa yang tepat, kemenarikan judul, dan

ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas,

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks berita pada siswa

kelas X SMA Negeri 5 Cimahi setelah mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?

2. Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas X SMA Negeri 5

Cimahi setelah pembelajaran menulis teks berita dilaksanakan dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan ?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

untuk mendeskripsikan hal-hal berikut :

1. Peningkatan keterampilan menulis teks berita siswa kelas X SMA Negeri 5

Cimahi setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konskstual

komponen pemodelan;

2. Perubahan tingkah laku siswa kelas X SMA Negeri 5 Cimahi setelah

pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan.

Page 6: Kemampuan Menulis Teks Berita

6

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah khasanah pengetahuan

tentang menulis teks berita. Selain itu, mengembangkan teori pembelajaran

menulis teks berita melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi guru, siswa, dan peneliti.

a. Manfaat bagi guru adalah memberikan alternative pemilihan

pendekatan pembelajaran menulis teks berita dan dapat

mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia,

khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan.

b. Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatkan keterampilan menulis

teks berita.

c. Manfaat bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan mengenai

penggunaan pendekatan kontekstual.

H. Kajian Teori

1. Keterampilan Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik

yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami seseorang sehingga

orang lain dapat memahami bahasa dan gambar grafik itu (Tarigan, 1986 ;21).

Sementara itu, Widayamarta (1991:90) mengungkapkan bahwa menulis se

bagai suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan

kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan.

Adapun Akhadiah (1997:9) menyatakan bahwa menulis merupakan bentuk

komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak yang

dibatasi jarak, tempat; dan waktu.

Page 7: Kemampuan Menulis Teks Berita

7

2. Hakikat Teks Berita

Syarifudin (1972 dalam Djuroto 2003:6) menyatakan bahwa berita

adalah suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik

perhatian public massa media. Pendapat yang senada diutarakan oleh Wahyudi

(1991 dalam Djuroto, 2003:6), bahwa berita adalah laporan tentang peristiwa

atau pendapat yang memiliki nilai yang penting, menarik bagi sebagian

khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media mssa

periodik. Peristiwa atau pendapat tidak dipublikasikan melalui media massa

periodik.

Berita adalah pernyataan antar manusia sebagai pemberitahuan tentang

peristiwa atau keadaan atau gagasan yang disampaikan secara tertulis atau

lisan, atau dengan isyarat jika pernyataan atau pemberitahukan ini disalurkan

melalui media pers, orang menyebutnya berita pers (Suriamiharja, ddk.,

1996/1997:64). Menurut Suhandang (2004:103), berita adalah laporan atau

pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang ada di alam semesta ini,

yang terjadipun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan orang

banyak. Dari keempat pendapat tersebut di atas, dapat diambil simpulan

bahwa berita adalah laporan tentang kejadian atau peristiwa yang menarik atau

memiliki nilai yang penting, masih baru, dan ditujukan atau dipublikasikan

kepada masyarakat luas melalui media massa.

3. Persyaratan Berita

Untuk bisa menulis berita kita harus mengetahui persyaratan berita.

Persyaratan dalam menulis berita yaitu 5W + H (What, Who, Where, Why,

When dan How): Untuk Negara kita Indonesia rumusan ini ditambah satu lagi

S (Security) atau keamanan (Djuroto 2003 : 10-11). Djuroto (2003:12)

menyatakan bahwa selain 5W+H+S, satu lagi yang masuk dalam persyaratan

berita, yakni kebenaran. Artinya, sebuah berita harus benar. Karena banyak

kejadian atau peristiwa atau pendapat orang yang (dikira) merupakan fakta

tetapi ternyata banyak mengandung kebohongan. Padahal fakta merupakan

data utama.

Page 8: Kemampuan Menulis Teks Berita

8

4. Bahasa Berita

Pada dasarnya bahasa berita tidak berbeda dengan bahasa Indonesia

yang kita gunakan sehari-hari, Siregar (1987 : 138). Ciri khas bahasa berita

terletak pada kata, kalimat, dan isi pernyataan

5. Sifat Berita

Berita, baik untuk surat kabar, radio, maupun televisi memiliki tiga

sifat yang harus dipenuhi. Menurut Djuroto (2003:27) tiga sifat tersebut adalah

sebagai berikut.

a. Mengarahkan, artinya berita yang kita buat harus mampu mengarahkan

perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur

pemikiran kita.

b. Menumbuhkan atau membangkitkan semangat, artinya berita harus dapat

memberi rangsangan, dorongan, dan semangat bagi pembacanya.

c. Berita yang bersifat memberi penerangan, artinya berita harus mampu

memberi penerangan kepada masyarakat. Memberi penerangan di sini

maksudnya adalah memberikan penjelasan atau contoh-contoh kejadian

yang tidak baik agar tidak ditiru oleh masyarakat.

6. Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

diharapkan selalu mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru

dalam menentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh diktatik metodik

“apa yang akan dipelajari” saja, tetapi pada “bagaimana menyediakan dan

memperkaya pengalaman belajar anak”. Pengalaman belajar diperoleh

melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif lingkungan

alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan

nara sumber lain (Depdiknas, 2002:1)

Page 9: Kemampuan Menulis Teks Berita

9

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana

menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan keluarga dan

masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk

memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta

menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi, 2003:4).

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan sehari-hari dengan

melibatkan komponen kontruktivisme, bertanya, menirukan, masyarakat

belajar, pemodelan, dan penilaian yang sebenarnya. Dengan konsep seperti

itu, hasil belajar diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa karena proses

pembelajaran akan berlangsung secara alamiah.

Pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang

dialaminya, siswa akan menjadi peserta aktif bukan pengamat yang pasif dan

bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pembelajaran kontekstual

menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan

pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus

memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru (Nurhadi,

2003:19).

Karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual adalah (1) kerja sama;

(2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar

dengan gairah; (5) pembelajaran terintegerasi; (6) menggunakan berbagai

sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis guru

kreaktif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa,

peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; (11) laporan kepada orang tua

bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan

siswa, dan lain-lain (Depdiknas, 2001:20-21)

7. Komponen Modeling (Pemodelan)

Page 10: Kemampuan Menulis Teks Berita

10

Salah satu komponen pembelajaran kontekstual adalah komponen

modelling (pemodelan). Komponen pemodelan pada pembelajaran

maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan berbahasa

atau keterampilan tertentu ada model yang ditiru. Menurut Nurhadi dan

Senduk (2003:49), pemodelan pada dasarnya membahas gagasan yang

dipikirkan, mendemontrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya

untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya

melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh

tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa

cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan

bahasa Ingris, dan sebagainya.

Dalam pendekatan kontekstual komponen pemodelan, guru bukan

satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

Seorang siswa bisa ditunjuk utnuk memberi contoh temanya cara melafalkan

suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah lomba baca puisi atau

memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk

mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut sebagai “standar”

kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar.

Seorang penulis asli berbahasa Inggris, sekali waktu dapat dihadirkan di kelas

untuk menjadi ‘model” cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika

berbicara dan sebagainya (Nurhadi dan Senduk, 2003:50).

Dengan demikian, dalam pembelajaran menulis teks berita misalnya,

guru akan menghadirkan contoh teks berita yang diambil dari surat kabar

kepada siswa saat pembelajaran sehingga sebelum mengerjakan tes menulis

teks berita siswa sudah mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teks berita.

Dengan demikian, hasil teks berita siswa baik dan benar, dan memenuhi syarat

penulisan teks berita. Kemudian untuk pembelajaran selain menulis teks

berita, guru dapat memberi contoh cara mengerjakan sesuatu atau memberi

model cara belajar sebelum melaksanakan tugas, sehingga siswa dapat

menmgamati atau meniru. Namun, tentunya guru bukan satu-satunya model.

Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, dan model dapat pula

dihadirkan dari luar.

Page 11: Kemampuan Menulis Teks Berita

11

8. Metode pembelajaran menulis

Menurut Jupp dan Milne (1978 dalam Subyantoro dan hartono,

2003:8), dalam pengajaran menulis dalam tahap awal dapat dengan metode

menulis terbimbing. Langkah-langkah pengajaran (1) memperkenalkan

subjek; (2) memperkenalkan sturuktur yang akan dilatihkan; (3) latihan

struktur secara lisan dan intensif; (4) membacakan contoh karangan; (5)

latihan menulis struktur; (6) meneliti karangan; (7) menulis karangan.

Kemudian Ardiana, dkk. (2002 dalam Subyantoro dan Hartono,

2003:8) memberikan alternatife lain untuk menulis terbimbing, yang tahap-

tahapnya adalah (1) tahap berbicara menulis, tahap ini merupakan tahap

pramenulis, pada tahap ini siswa diajak mendiskusikan topik tulisan; (2) tahap

menyimak menulis, pada tahap ini siswa akan memperoleh kertas dari guru

yang harus diisi tentang komentar mereka mengenai karangan temannya serta

membuat koreksi yang dianggap perlu. Setelah itu, mereka harus berlatih lagi

tentang struktur dan kosa kata yang berkaitan dengan subjek yang ditulisnya.

Akhirnya, mereka menuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya;

(3) diskusi berpasangan, sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya

secara berpasangan; (4) menulis karangan, siswa disuruh menulis karangan

sesuai dengan kerangka yang telah didiskusikan. Mereka mencoba

mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber

lain, (5) proses penguatan, setelah karangan diserahkan dan diperiksa guru,

guru harus memberikan penguatan. Kesalahan yang sekitarnya dapat

dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu membetulkannya. Guru cukup

memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata yang dianggap sah.

I. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah keterampilan menulis teks berita dan tingkah laku siswa kelas X

SMA Negeri 5 Cimahi akan meningkat dan terjadi perubahan tingkah laku jika

menggunakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.

Page 12: Kemampuan Menulis Teks Berita

12

J. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan. Siklus ini terdiri

atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Jika siklus I nilai rata-

rata belum mencapai target yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan

siklus II.

2. Prosedur Tindakan pada Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran menulis

teks berita. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun rencana

pembelajaran, membuat dan menyiapkan instrument penelitian berupa lembar

observasi, wawancara, jurnal, dan model yang akan digunakan dalam

pembelajaran, menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan

pedoman penskoran.

b. Tindakan

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah

pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan. Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar,

yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses

pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan

Page 13: Kemampuan Menulis Teks Berita

13

pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran menulis teks

berita dilaksanakan. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang ,

siswa diberikan contoh berita yang ditayangkan di televise berupa CD selama

kurang lebih 15 menit untuk illustrasi, tugas yang akan dibuat yaitu tentang

unsure-unsur teks berita dan jenis-jenis berita, membuat teks berita yang

aktual. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terjadi di dalam tayangan

televise. Langkah selanjutnya adalah guru membagikan contoh teks berita

kepada masing-masing kelompok untuk diamati dan dipelajari. Dalam

mengamati model tersebut, siswa diminta menemukan unsure-unsur yang ada

dalam teks berita seperti 5W + H, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya.

Unsur-unsur teks berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model

mereka analisis dan dituliskan pada kertas dan dipresentasikan di depan kelas

untuk mendapatkan masukan dari teman dan guru.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara individu diberikan model

baru untuk dicari unsur-unsurnya dan menulis teks berita dengan singkat,

padat, dan jelas, dengan tema bebas yang sesuai dengan realita atau kenyataan

yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita

yang terdapat di televise atau di surat kabar. Hasil tulisan siswa yang berupa

teks berita nilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan

siswa dalam menulis teks berita.

c. Observasi

Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama

penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh

guru pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Sasaran yang diamati meliputi

kerja sama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas,

keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, keseriusan

mengamati model, dan sikap/tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal kepada siswa

untuk mengetahui.

Page 14: Kemampuan Menulis Teks Berita

14

kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja

dilakukan, baik terhadap materi, teknik maupun cara mengajar guru.

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, selanjutnya peneliti melakukan refleksi.

Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes siklus I dengan

tujuan mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Dari hasil

refleksi tersebut dapat disusun rencana untuk siklus II. Masalah-masalah pada

sikus I dicari pemecahannya, sedangkan kelebihan-kelebihannya

dipertahankan dan ditingkatkan.

3. Prosedur Tindakan pada Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana

pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan. Dalam tahap ini

kekurangan-kekurangan yang terjadi tahap siklus I diperbaiki. Guru juga

menyiapkan soal tes nontes untuk siklus II dan mengkoordinasikan kembali

dengan guru mata pelajaran.

b. Tindakan

Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I.

Pada tahap ini guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada

penulisan teks berita yang telah dibuat siswa. Kemudian siswa diberi

bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis teks berita

pada siklus II akan menjadi lebih baik. Kegiatan dalam siklus II adalah

apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses

pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan,

manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran,

Page 15: Kemampuan Menulis Teks Berita

15

dan memotivasi siswa untuk semakin lebih baik dalam menulis teks berita.

Guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang telah siswa lakukan dan

memberikan penjelasan tentang cara memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam

menulis teks berita.

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelanjaran menulis teks

berita dilaksanakan. Siswa secara berkelompok, kemudian merumuskan

masalah tentang apa dan bagaimana teks berita itu. Setiap kelompok

diwajibkan untuk mencari dan mengamati surat kabar sebagai model

pembelajaran. Dalam mengamati model surat kabar tersebut, siswa diminta

menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks berita seperti 5W + H pada

salah satu berita, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Unsur-unsur

teks berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model mereka analisis

dan dituliskan pada kertas dan dipresentasikan di depan kelas untuk

mendapatkan masukan dari teman dan guru.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara individu diberikan model

baru untuk dicari unsur-unsurnya dan menulis teks berita dengan singkat,

padat, dan jelas, dengan tema bebas yang sesuai dengan realita atau kenyataan

yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita

yang terdapat di televise atau di surat kabar. Hasil tulisan siswa yang berupa

teks berita dinilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan

siswa dalam menulis teks berita.

c. Observasi

Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tetap

diamati. Pengamatan dilakukan untuk peningkatan hasil tes dan perilaku

siswa. Observasi ini adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa

selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti

dibantu oleh guru pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesi seperti pada siklus

pertama. Sasaran yang diamati meliputi kerja sama dengan kelompoknya,

keaktifaan dalam mengerjakan tugas, keaktifan dan keseriusan siswa dalam

mengikuti pembelajaran, keseriusan mengamati model, dan sikap/tanggapan

Page 16: Kemampuan Menulis Teks Berita

16

siswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran selesai,

guru membagikan jurnal kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan

dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja dilakukan, baik

terhadap materi, teknik maupun cara mengajar guru.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan model

dalam pembelajaran menulis teks berita, untuk melihat peningkatan

keterampilan menulis teks berita dan mengetahui perubahan perilaku siswa

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

K. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita siswa

kelas X SMA Negeri 5 Cimahi tahun ajaran 2010/2011. Kelas X-9 terdiri atas

42 siswa. Kelas ini dipilih karena kemampuan menulis teks berita masih

rendah atau nilai yang telah dicapai belum memuaskan dan kelas ini memiliki

kemampuan menulis yang lebih rendah dari kelas lainnya.

L. Variabel Penelitian

Variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah variabel

peningkatan keterampilan menulis teks berita dan variabel penggunaan

pembelajaran kontektual komponen pemodelan.

M. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk instrument tes dan nontes.

1. Tes

Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan tes awal atau pretes untuk

mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa tentang teks berita. Pada tes

awal ini siswa juga menulis teks berita untuk mengetahui keterampilan siswa

menulis teks berita. Setelah proses pembelajaran, diadakan tes menulis teks

berita. Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui pengetahua dan kemampuan

siswa tentang menulis teks berita setelah mengikuti proses pembelajaran.

Page 17: Kemampuan Menulis Teks Berita

17

Ada enam aspek pokok yang dijadikan kreteria penilaian; yaitu (1)

kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H); (2) keruntututan pemaparan (isi

urut dan jelas sehingga mudah dipahami); (3) penggunaan kalimat (singkat

dan jelas); (4) kosakata yang digunakan bahasa yang tepat; (5) kemenarikan

judul; dan (6) ketepatan penggunaan ejaan dalam berita (Depdiknas,

2003e:67).

Tabel 1 Skor Penilaian

No. Aspek Penilaian Skor Maksimak

1

2

3

4

5

6

Kelengkapan isi berita

Keruntututan pemaparan

Penggunaan kalimat

Kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat

Kemenarikan judul

Ketepatan penggunaan ejaan dalam berita

30

15

15

15

10

15

Jumlah 100

2. Nontes

Bentuk instrument nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi, pedoman wawancara, dan jurnal.

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan mengamati tingkah laku dan respon siswa

selama proses pembelajran. Aspek yang diamati dalam penelitian ini meliputi.

Kerja sama dengan kelompoknya atau teman, keaktifan dalam mengerjakan

tugas, keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sharing

dengan teman, sikap siswa terhadap model yang disajikan/keseriusan

mengamati model, sikap atau tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran

menyenangkan.

b. Pedoman Wawancara

Page 18: Kemampuan Menulis Teks Berita

18

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang

pembelajaran menulis teks berita. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang

nilai tesnya tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara ini untuk mengetahui

minat siswa terhadap pembelajaran menulis, khususnya menulis teks berita,

untuk mengetahui permasalahan/kesulitan yang dialami siswa dalam menulis

teks berita, tanggapan mengenai pembelajaran, tanggapan mengenai model

yang disajikan, perasaan ketika menulis teks berita, keinganan siswa dalam

pembelajaran menulis teks berita, dan saran pembelajaran menulis teks berita

dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Dari wawancara ini

juga digali saran siswa untuk memperbaiki pembelajaran dan saran perbaikan

model.

c. Jurnal

Jurnal digunakan untuk mendapatkan data tentang respon siswa

sebagai subjek penelitian selama proses pembelajaran. Jurnal dibuat ada dua

macam yaitu jurnal peneliti/guru. Jurnal siswa diisi oleh siswa, sedangkan

jurnal guru diisi oleh guru. Jurnal siswa berisi tentang kesan dan pesan siswa,

siswa memberikan respon positif atau negatife terhadap pembelajaran menulis

teks berita menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

Jurnal guru berisi tentang uraian pendapat dan seluruh kejadian yang dilihat

dan dirasakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran menulis berlangsung.

N. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik

tes dan notes.

1. Teknik Tes

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes awal dan tes

akhir. Tes awal dilakukan sekali pada siklus I untuk mengetahui sejauhmana

pengetahuan siswa tentang teks berita dan sampai di mana keterampilan

mereka menulis teks berita. Setelah itu, pada akhir siklus I dan II diadakan tes

akhir. Tes akhir dilakukan dengan memberikan tugas untuk menulis berita

Page 19: Kemampuan Menulis Teks Berita

19

secara individu. Tes ini untuk mengetahui kemampuan siswa menulis teks

berita dengan memperhatikan aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5W

+ H), keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami),

penggunaan kalimat (singkat dan jelas), kosakata yang digunakan bahsa yang

tepat, kemenarikan judul, dan ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.

Langkah-langkah yang dilakukan di dalam pengambilan data dengan

tes adalah sebagai berikut :

a. menyiapkan bahan tes berdasarkan model yang disajikan;

b. siswa ditugasi menemukan unsur-unsur dalam teks berita pada model;

c. siswa diminta untuk menulis teks berita;

d. menilai dan mengolah data dari hasil penelitian;

e. peneliti mengukur keterampilan menulis siwa berdasarkan hasil tes pada

siklus I dan siklus II.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara,

dan jurnal.

a. Observasi

Observasi digunakan utuk mengungkap data keaktifan siswa selama

proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual komponen

pemodelan. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu dengan seorang teman

dan peneliti. Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar

observasi yang berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam

mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,

dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tes; (2) melaksanakan observasi

selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar

mengajar sampai dengan siswa menulis teks berita; (3) mencatat hasil

observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.

b. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap data penyebab

kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran menulis teks berita. Wawancara

dilakukan pada 6 orang siswa yaitu 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes

Page 20: Kemampuan Menulis Teks Berita

20

yang tinggi, 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang sedang, dan 2

orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang rendah. Hal ini berdasarkan

nilai tes pada tiap siklus dan berdasarkan observasi yang dilakukan guru

selama proses pembelajaran.

Wawancara dilaksanakan peneliti setelah pembelajaran menulis teks

beerita dengan pembelajaran kontekstual komponen pedoman selesai

dilaksanakan. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan

wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar

pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilai

tesnya kurang, cukup, dan baik, untuk kemudian diajak wawancara, (3)

merekam dan mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap

tiap butir pertanyaan.

c. Jurnal

Setiap akhir pembelajaran siswa menulis jurnal yang berisi kesulitan

yang mereka hadapi dalam menulis teks berita, pendapat mereka tentang

pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan, hal-hal yang ingin dikemukakan siswa berkaitan dengan

pembelajaran menulis teks berita.

O. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kuantatif.

1. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang

diperoleh dari tes menulis teks berita pada siklus I dan II. Hasil tes ditulis

secara persentase dengan langkah-langkah berikut ini :

a. merekap nilai yang diperoleh siswa;

b. menghitung nilai komulatif dari tugas-tugas siswa;

c. menghitung nilai rat-rata;

d. menghitung persentase.

Persentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

KP = x 100 %

N x S

Page 21: Kemampuan Menulis Teks Berita

21

Keterangan :

P : Nilai persentase

K : Nilai komulatif satu kelas

N : Nilai maksimal soal tes

S : Jumlah responden

Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan

yaitu antara hasil siklus I dengan hasil siklus II. Hasil ini akan memberikan

gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis teks berita

dengan pendekatan kontkstual komponen pemodalan.

2. Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang

diperoleh dari hasil nontes. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui siswa

yang mengalami kesulitan dalam menulis teks berita dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan. Hasil ini sebagai dasar untuk menentukan

siswa yang akan diwawancarai selain hasil nilai teks berita dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan. Hasil analisis tersebut sebagai dasar untuk

mengetahui peningkatan keterampilan menulis teks berita.

Page 22: Kemampuan Menulis Teks Berita

22

Daftar Pustaka

Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Ardiana, dkk. 2002. Pelatihan Terintegerasi Berbasis Kompetensi Guru MataPelajaran Bahasa Indonesia : Menulis, Modul IND. A.04. Jakarta

: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Asrom, dkk. 1997. Dari Narasi Hingga Argumentasi. Jakarta: Erlangga.

Astuti, Dwi. 2004. “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang”. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Semarang: tidak diterbitkan.

Bagiyo, Thomas. 2004. “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks drama dengan Teknik Modelling pada Siswa-siswi Kelas IV D PL Bernadus Semarang”. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Semarang : tidak diterbitkan.

Depdiknas. 2002.Program Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan menengah

2003 a. Manajemen Peningkatan Mutu berbasis Sekolah: Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

2003 b. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawitah. Jakarta: Depdiknas.

2003 c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

2003 d. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

2003 e. Rencana Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SLTP Kelas 2.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

2004. Pendekatan Kontekstual : Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Page 23: Kemampuan Menulis Teks Berita

23

Djuroto, Totok. 2003. Teknik Mencari & Menulis Berita. Semarang: Dahar Prize

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran kontekstual (Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Nursito. 1999.Penuntun Mengarang.Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.

Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Siregar, Ras. 1992. Bahasa Pers Bahasa Indonesia Jurnalistik: Kerangka Teori Dasar. Jakarta : Grafikatama Jaya.

Subyantoro, Bambang Hartono. 2003. “Pengembangan Kemampuan Berbicara, Membaca, dan Menulis”. Makalah disajikan pada Pelatihan Teritegrasi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Sukris. 2000. “Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Narasi Melalui Media Rekacerita Bergambar Siswa Kelas II E SLTP N 3 Jekulo” Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Semarang: tidak diterbitkan

Suriamiharja, dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Suryanto. 2004. “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Teknik Modelling pada Siswa Kelas II SLTP I Sukorejo Kendal” Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Semarang : tidak diterbitkan.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Page 24: Kemampuan Menulis Teks Berita

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITADENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

KOMPONEN PEMODELAN(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XSMA Negeri 5 Cimahi Tahun Ajaran 2010/2011)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahMetode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

DIAH IRAWATINIM 0902687

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG

2011

Page 25: Kemampuan Menulis Teks Berita

.