Post on 06-Mar-2019
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Dokum.entasi PeogembangaD Sistem Informasi
4.1.1 Deskripsi Sistem
Konsepsi perancangan sistem informasi pemanfaatan sumberdaya
perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu
dengan prototipe Kabupaten Sumenep Madura dapat dikemukakan secara
skematis pada Gambar 20. Skema konsepsi perancangan sistem tersebut
menunjukkan bahwa sistem infonnasi yang dihasilkan, dirancang melalui
pengintegrasian dua teknik sistem yang berbeda yakni teknik sistem infonnasi
manajemeo (management information system, MIS) dan teknik sistem infonnasi
geografis (geographical itiformation system. GIS).
Masing-masing teknik sistern ini memberikan dukungan infonnasi yang
berbeda pada proses pengarnbilan keputusan pengelolaan sumberdaya pesisir dan
Iautan. Sistem infonnasi manajemen (SIM) memberikan dukungan infonnasi yang
mempresentasikan aspek deskriptif dari fenomena-fenomena pesisir dan lautan
yang dimodelkan, sementara sistem informasi geoagrafis (SIG) memberikan
dukungan dalam bentuk infonnasi yang mempresentasikan aspek keruangan dari
fenomena-fenomena pesisir dan lautan yang dimodelkan. Infonnasi deskriptif
SIM identik dengan jenis infonnasi atribuml dalam perspektif tabular dan gratis,
sedangkan infonnasi keruangan SIG identik dengan jenis infonnasi spssial dalarn
perspektiflokasi dan geografis.
Skema konsepsi perancangan sistem tersebut juga menunjukkan babwa
sistem informasi yang dibasiIkan menyediakan dua psnel utama sebagai produk
perancangan sistem. Dua panel utama ini tercipta sebagai basil implementasi
pengintegrasian dua teknik sistem, SIM dan SIG. Panel yang tercipta adaIab:
(I) Panel sistem pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
Iautan MeSS (marine and coastal support system) yang menyediakan
infonnasi atributal (tabular dan grafis) pesisir dan Iautan
(2) Panel sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang sumberdaya pesisir
dan lautan MeGS (marine and coastal guideline system) yang menyediakan
infonnasi spasial (lokasi dan geografis) pesisir dan lautan
o :3 ~ N o
~;"'1 - U!... ... !!\'.~I ~ , ~~~ ~ ~~~ ; I..QW;I <D:lYlNl' TNUNl OWolS
.... ~ ....... ~. ~ ..... ~ .... ~~~ ........... ~
, '"
I , !
~~
..,. .... TJI'.au&.-.t
·~,="~~n··········
~.~k"~.--.-.-......... -
91
92
Panel sistem pendukWlg manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
lautan MeSS (marine and coastal support system) dengan infonnasi atributalnya
berperan sebagai sistem pendukung dalam manajemen pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan lautan. Panel sistem ini menghimpun dan menyimpan tipe data
transaksi atributal, mengkonversi data yang berasal dari proses tnmsaksi menjadi
infonnasi dalam bentuk tabular dan gratis yang berguna untuk kepentingan
manajemen dan membantu pengambilan keputusan dengan menyediakan
informasi atributal, model atau perangkat untuk menganalisis infonnasi atributal.
Panel atributal ini tercipta sebagai basil implementasi teknik 81M dalam bangunan
sistem. Seperti yang ditunjukkan pada gambar konsepsi perancangan sistem
bahwa panel MeSS (marine and coastal support system), sebagai sebuah sistem
dari supersistem pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, dibangun melalui
pengintegrasian tiga subsistem utama yakni subsistem data base management
system (DBMS) dengan manajemen basis datanya, subsistem model base
management system (MBMS) dengan manajemen basis modelnya dan subsistem
interface base management system (IBMS) dengan manajemen basis dialognya
kedalam bangunan supersistem secara keseluruhan. Subsistem DBMS berfungsi
mengelola basis data untuk penyediaan data yang diperlukan model keputusan.
Subsistem MBMS berfungsi mengelola basis model untuk penyediaan model
keputusan bagi pengolahan data hingga diperoleh infonnasi. Sementara subsistem
IBMS berfungsi mengelola basis dialog untuk penyediaan gaya-gaya dialog hagi
kemudaban akses pengguna terbadap informasi yang dibasilkan sistem.
Panel sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang sumberdaya pesisir
dan lautan MeGS (marine and coastal guideline system) dengan infonnasi
spasialnya Qokasi dan geografis) berperan sebagai sistem penuntun dalam
manajemen pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan dan penggambaran
lokasi dan geografis wilayah pesisir dan lautan. Panel sistem ini menghimpun dan
menyimpan tipe data transaksi spasial, mengkonversi data yang berasal dari
proses transaksi menjadi infonnasi dalam bentuk lokasi dan geografis yang
berguna untuk kepentingan manajemen dan membantu pengambilan keputusan
dengan menyediakan informasi spasial. kriteria atau perangkat untuk menganaJisis
infonnasi spasial. Panel spasial ini tercipta sebagai basil implementasi teknik SIG
dalam bangunan sistem. Seperti yang ditunjukkan pada gambar konsepsi
perancangan sistem bahwa panel MCGS (marine and coastal guideline system).
sebagai sebuah sistem dari supersistem pengelolaan swnberdaya pesisir dan
93
lautan, dibangun melalui pengintegrasian tiga subsistem utama yakni subsistem
do/a base management system (DBMS) dengan manajemen basis datanya,
subsistem criteria base management system (CBMS) dengan manajemen basis
kriterianya dan subsistem interface base management system (ISMS) dengan
manajemen basis dialognya kedalam bangunan supersistem secara keseluruhan.
Subsistem DBMS berfungsi mengelola basis data untuk penyediaan data yang
diperlukan kriteria keputusan. Subsistem CBMS berfungsi mengeiola basis
kriteria untuk penyediaan kriteria keputusan bagi pengolahan data hingga
diperoleh infonnasi. Sementara subsistem IBMS berfungsi mengelola basis dialog
untuk penyediaan gaya-gaya dialog bagi kemudahan akses pengguna terhadap
informasi yang dihasilkan sistem.
Infonnasi atributal (tabular dan grafis) yang disediakan panel sistem
pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan MeSS
(marine and coastal support system) adalah infonnasi atributal untuk. pemanfataan
sumberdaya pesisir dan lautan dan infonnasi atributal untuk pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan. Jenis dan jumlah infonnasi atributal yang
disediakan panel MCSS untuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan antara
lain infonnasi tentang: (I) potensi lestari sumberdaya dan kapasitas optimum
upaya pemanfaatan sumberdaya yang sesuai dengan daya dukung pesisir dan
lautan (potensi lestari sumberdaya, tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya,
peluang pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya, kapasitas optimum
upaya pemanfaatan sumberdaya, tingkat upaya pemanfuatan sumberdaya, peluang
pengembangan upaya pemanfaatan sumberdaya, perkembangan basil tangkap
ikan, perkembangan upaya tangkap ikan, standarisasi upaya tangkap ikan, tingkat
keuntungan upaya pemanfaatan ikan, spesies ikan unggu\an, pola musim
penangkapan ikan, daerah penangkapan ikan); (2) determinasi unit penangkapan
yang layak (determinasi aspek biologi alat tangkap, aspek teknik alat tangkap,
aspel< sosial alat tangkap, aspek ekonomi alat tangkap); (3) alokasi sumberdaya
yang memaksimalkan usaba pemanfuatan sumberdaya (alokasi sumberdaya ikan,
nelayan, baban bakar, modal usaba); dan (4) kelayakan dari usaba pemanfaatan
sumberdaya (indikator investasi net B-C mtio, NPV, IRR, pay baek periode).
Sementara Jenis dan jumIab informasi atributal yang disediakan panel MCSS
untuk pengelolaan swnberdaya pesisir dan lautan antara lain informasi tentang:
(1) karakteristik biofisik pesisir dan lautan (luasan dan kondisi ekosistem pesisir
dan loutan: mangrove, non mangrove, padang lamun, terumbu karang, rumput
94
laut, estuaria, pantai, rawa pasang surut); (2) karakteristik permasalaban
lingkungan pesisir dan lautan (kapasitas asimilasi perairan pesisir dan lautan,
beban kerusakan lingkungan pesisir dan lautan: pencemaran, abrasi pantai.
eksploitasi sumberdaya berlebih. kerusakan habitat dan bencana alarn); (3) aspek
sosial-ekonomi-budaya Gasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata,
pelabuhan, IranSportasi; jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk: pendidikan.
agama, mata pencaharian. kesehatan; instrwnen pengelolaan sosekbud: lembaga
sosial, lembaga ekonomi. lemhaga budaya); (4) aspek kelembagaan (pranata
kelembagaan, undang-undang. peraturan). lnformasi atributal pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan lautan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan
yang dihasilkan panel MCSS tersebut selanjutnya akan digunakan untuk
pemanfaatan optimal sumberdaya pesisir dan lautan. pengendalian kerusakan
sumberdaya pesisir dan lautan, pengelolaan kelembagaan yang mendukung
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laulan, dan pengelolaan aspek sosial
ekonomi-budaya wilayah pesisir dan lautan.
Informasi spasial (lokasi dan geografis) yang disediakan panel sistem
penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan lautan MCGS (marine and
coastal guideline system) adalah infonnasi spasial untuk pemanfaatan ruang
pesisir dan lautan dan infonnasi spasial untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan
lautan. Jenis dan jumlah informasi spasial yang disediakan panel MCGS untuk
pemanfaatan ruang pesisir dan lautan antara lain infonnasi tentang persyaratan
biofisik atau kesesuaian lahan dari setiap kegialan pemanfaalan ruang pesisir dan
lautan (pertanian sawah, pertanian tega!an, konservasi. pariwisata, pemukiman,
industri. pelabuhan, dan budidaya tambak). Sementara Jenis dan jumlah informasi
spasial yang disediakan panel MCGS untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan
lautan antara lain informasi tentang: (I) karakteristik biofisik atau tala guna laban
yang ada di wilayah pesisir dan lautan (distribusi spasial. luasan dan kondisi
ekosistem pesisir dan lautan: mangrove, non mangrove, padang lam~ terumbu
karang, nunput laut, estuaria, pantai, rawa pasang surut); (2) karakteristik
permasalahan lingkungan pesisir dan lautan (distribusi spasial kapasitas asirnilasi
perairan pesisir dan lautan. distribusi spasial beban kerusakan lingkungan pesisir
dan lautan: pencemaran, abrasi pantai, eksploitasi sumberdaya berlebih, kerusakan
habitat dan bencana alarn); (3) aspek sosial-ekonomi-budaya (distribusi spasial
jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata, pelabuhan, IranSportasi;
jumlah dan tingkat penumbuhan penduduk: pendidikan, agama, mata pencaharian,
95
kesehatan; distribusi spasial instrumen pengelolaan sosekbud: lembaga sosial.
lembaga ekonomi, lembaga budaya). lnfonnasi spasi pemanfaatan ruang pesisir
dan lautan dan pengelolaan sumberdaya pesisir lautan selanjutnya akan
digunakan untuk penyusunan tata ruang wilayah pesi if dan iautan, pengendalian
kerusakan sumberdaya pesisir dan iautan, dan pengel laan aspek sosial-ekonomi
budaya wilayah pesisir dan lautan.
Berdasarkan konsepsi perancangan sistem infonnasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa sistem infonnasi menyediakan: 1) infonnasi atributal untuk
penentuan tingkat pemanfaatan sumberdaya pesisir lautan; dan (2) informasi
spasial untuk penentuan tingkat pemanfaatan ruang sisir dan lautan. T erakhir
informasi-infonnasi ini akan dibutuhkan untuk pe
pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan se
development) yakni pembangunan swnberdaya pesisi
kebutuhan saat im tanpa menurunkan atau me kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi aspirasinya, memilik dimensi ekologis, sosial
ekonomi-budaya, serta hukum dan kelembagaan.
4.1.2 Platform Sistem
Pemakaian komputer sebagai pengolah
dapat diabaikan dalam perancangan sistem info i pemanfaatan sumberdaya
perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan ini. Disamping
karena kebutuhan pengorganisasian dan pengol volume WlSur-unsur data
yang dimuat cukup besar dan memerlukan kecepa
kompleksitas operasi-operasi pengolahan data yang
waktu pengolaban, juga karena tuntutan melal<
dieksekusi, pembatasan
perhitungan yang benar.
Sehingga komputer merupakan media yang tepat untuk perancangan sistem
infonnasi terpadu ini.
Pemakaian komputer sebagai media peran gan sistem informasi terkait
erat dengan pemiliban teknik (perangkat keras) dan ' komputer (perangkat
lunak) yang digunakan untuk implementasi sistem. P miliban perangkat keras dan
perangkat lunak ini akan berpengaruh pada keteliti dari basil komputasi, biaya
dari operasi sistem, kesesuaian dengan komputer y tersedia dan efektifitas dari
proses pengambilan keputusan yang akan meng:gunaljan hasil sistem.
96
Komponen perangkat keras (hardware) berupl komputer (mikrokomputer,
minikomputer, mainframe) dan periferal pendukungnya yang digunakan untnk
menjalankan sistem beserta aplikasi-aplikasinya. Sist~m pemanfaatan sumberdaya
perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan serta aplikasinya
dapat berjalan pada komputer dengan spesifikasi ~r Intelill Pentium ill 4
frekuensi 2.5 GHz, memori utama 256 MB frekuensi 266 MHz DDR SDRAM,
media penyimpanan hardisk dengan kapasitas 40 GB, Ultra DMA AT A 100 4200
rpm dan dilengkapi dengan compact disk drive 24XI2X52X CDRW. Periferal
pendukWlg komputer laiooya seperti keyboar~ mo~tor, mouse, printer, plotter,
scanner, modem, dan ethemet card mengikuti sya.r1lt beroperasinya spesifikasi
komputer diatas dimana semakin tinggi spesifi~i komputer yang tersedia
semakin baik operasionalisasi sistem.
Komponen perangkat lunak (software) mencal<up perangkat lunak operasi
sistem. perangkat tunak aplikasi sistem, perangkat lU$ak manajemen basis sistem,
serta perangkat lunak pendukung untuk komputer dan jaringan. Perangkat lunak
sistem operasi sistem informasi ini dibangun dii atas platform Microsoft®
Windows XP Home Edition sebagai perantara antta perangkat lunak aplikasi
sistem dengan perangkat kerns komputer. Perangkat lunak sistem opernsi sistem
ini berfungsi mengendalikan sumberdaya komputeryakni pemakaian perangkat
kerns, perangkat lunak dan data selama perangkat 1ut1ak ini dijalaukan. Tujuarmya
adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkali pemakai dapat menjalaukan
perangkat lunak aplikasi sistem, perangkat lunak njanajemen basis sistem, dan
perangkat lunak pendukung dengan mudah.
Pembangkitan diagram hubungan entitas (e,znty relationship diagram)
menggunakan perangkat lunak pendukung aplikasi P,wersoftO> PowerDesigner 9°
untnk menjaharkan entitas, mendefinisikan bublJll$an antar entitas, kekangan
terhadap entitas yang digunakan sebingga konsi~ entitas teIjaga. Selanjutnya
perangkat lunak manajemen basis sistem MySQIj membangkitkan hubungan
entitas tersebut kedalarn label-label basis data sistem,1 perangkat lunak manajemen
basis sistem Microsoft Office Access 2003 memiJlangkitkan bubungan entitas
tersebut kedalarn tabel-tabel basis model sistem, dan lperangkat lunak manajemen
basis sistem DB Arc View membangkitkan bubun!!/", entitas tersebut kedalarn
97
tabel.tabel basis kriteria sistem. Perfonna dari man<\iemen basis sistem tersebut
dapat dilihat dengan perangkat lunak pendukung Apache Web Server dan PHP 4.0
untuk basis data Atribut dan DBF Viewer 2000 untuk basis data spasial.
Analisis spasial lokasi dan geografis untuk menghasilkan peta lokasi dan
kesesuaian laban di overlay dengan perangkat lunak pendukung ArcView 3.2.
Sementara analisis citra satelit NOAA suhu permukaan laut untuk menghasilkan
peta potensi lokasi ikan menggunakan perangkat lunak pendukung ErMapper.
Untuk kebutuhan perancangan manajemen basis dialog (interface design) sistem
yang user friendly dibangun secara on screen dengan perangkat lunak pendukung
Visual Basic, Macromedia® Dreamweavero 4 dan Adobe® PhotoshopO 7 dengan
media laporan yang dikerjakan oleh Seagate Crystal Reports 7.0 yang
menawarkan pilihan !abel dan grafik kepada pemakai.
Selanjuntnya implementasi pemrograman sistem dikerjakan dengan
menggunakan script language Microsoft Visual Basic V 6 yang dihubungkan
dengan Tee Chart Pro 4.0 untuk desain grafik anallsis. Keseluruban data atribut
dan data spasial yang menjadi komponen sistem lerpadu ini, selanjutnya akan
diintegrasikan oleh penmgkat lunak pendukung Map Object 1.2 sehingga sistem
secara perfonna terlihat kompak.
4.13 Manajemen Basis Sistem
4.1.3.1 Sistem Manajemen Basis Data (data base n:wnagement system)
Perancangan sistem manajemen basis dati. (DBMS) bertujuan untuk
melaksanakan manajemen data dengan fasilit$ untuk menyimpan data,
memanipulasi data, dan mengarnbil data dengan cara yang cepat dan mndah
sehingga data menjadi informasi yang bermanfaat. Tabel-tabel data serta relasi
relasinya, hasil pengorganisasian pada saat peran"",gan basis data, dibangkitkan
(data base generation) dengan penmgkat lunak mapajemen basis sistem MySQL
(Garnbar21).
Manajemen data oleh penmgkat lunak ini 1Jleru:akup kelompok data: (l)
karakteristik biofisik pesisir dan lautan (luasan ~ kondisi ekosistem pesisir dan
lautan: mangrove, non mangrove, padang lamun. terumbu karang, rumput laut,
estuaria, pantai, mwa pa'l8l1g surut); (2) karakterilstik permasalaban lingkungan
pesisir dan laUIan (kapasitas asimilasi perairan pesi:jir dan lautan, beban kerusakan
f
98
lingkungan pesisir dan laulan: pencemaran, abrasi pantai , eksploitasi sumberdaya
berJebih, kerusakan habitat dan bencana alam); (3) aspek sosial-ekonomi-budaya
(jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata, pelabuhan, transportasi;
jumlah dan lingkat pertumbuhan penduduk: pendidikan. agama, mala pencaharian,
kesehatan; instrumen pengelolaan sosekbud: Icmbaga sosial , lembaga ekonomi,
lembaga budaya); (4) aspek kelembagaan (pranata keiembagaan, undang-undang,
peraturan.
l .... t, •••• ,I .... ''1\,. ... '" ,,," ~." ...-.,,.,., r'P'",' .,,' J l,j ""-,.",, I"',,,.., l •• to,", _ r't ): ....... _.-., ... -0 -- .- ::'
a1 -.1f1 ....... ..-_ • .. __ a - D..ubue dbPoleml/.MJt.. table mangrow running on ~Iho$t
" -'"-'-,,----, • " .. ..",·t .. _ .. ...... --.. • " __ "*" "ott , ._ .. _ .... ~ ~ .. --... _ ...... -... _ .. _ .... -· ...... _.--. ~ ... _ .. _-,-~ --..... --'" , ....... _ .... . ' _."-".--. .-. ... , '. -'" " ___ .... _ ... -, • ..-.. j>oOO •
. ' -"" ~ ........... > · -""-' . --." ...... .. - .•. .• --... ~ ,.-· -"' .. ' -'" ._ ...... ... · -... -.... ~. · " ..... ... ..
-. .- ..... ... - ..... ,~. ,~. ......i._ 11011 O., •• H l .... ,.....
0 ......." ....." No 0 ..... __ C'-tlrwPt...-y .... """"'"
D OT"""", -) No c-,. Doot "'"-J -.. ........ ,,- -... Ito etooopo...,-,. _ ~
'7 ..... _ ......... -- Ito CloMp tIrw P......, _ ........
C' I ......- ""') ,""",_b_nw 1 .. (11)
.. ~ ........ ....., " (11 )
I"J I(f\'ou'.~ ... MHFMTt_WN:RV ,. ..
iJ """-MTl. w.HGIN IOd
o DWUl -cMo('OOI
o DA'1.£2 _ "-<'Wi Lw~. ,._ [ C~ l o.~
~ • ~ • ~ • v •• M.ItL
'"~ . - ~ ."~ .-~
_ ~_.,I"",, """'O!I''''-..,...ct.o
. ......... --...,...,._ .... > .. ,-"'"" _ _ ... _.~ ..
n a 1o!Oo' .. /000<-..... 1
~"'_ 'we c;.,dl.oIlI)r __ ~~
T"<WN_o.w.GI!OVf_fK Ir()f)( _ Droo ~<II: (). TAHUN
cllMp 0...-,. _ ......... C ..... Droo~_.~
cr..,.. Ooop P",,*, _ . ~
CIIototo Ooop PmIa<y _ . U-c...,.. 0.. Pnrnaoy _. "-
a..,.. 0.., "-"'Y _ .........
c-.0..~_. U-
c...,.. 0.0, "- - ~
". -
Gambar 2 1 Pembangkitan dan fasilitas manajemen data oleh MySQL
4.1.3.2 Sistem Manajemen Basis Model (model base management system)
•
Perancangan sistem manajemen basis model (MBMS) bertujuan untuk
melaksanakan manajemen model untuk memelihara, mengonlrol dan mengakses
basis model dengan eara yang praktis dan efi sien. Sistem manajemen basis model
101 mempunym kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi
manajemen yang analog dengan manajemen basis data (seperti mekanisme untuk
menyimpan, membuat dialog, menghubungkan, mengakses dan mengintegrasikan
basis model dan basis data) sehingga dihasilkan informasi yang mendukung
pengambilan keputusan untuk kepentingan manajemen dan sekaligus melakukan
99
pcmrosesan transaksi. Model-model hasil pengorganisasian pada saat perancangan
basis model, selanj utnya di bangkitkan (model base generation) dengan perangkat
lunak manajemen basis sistem Microsoft Office Access (Gambar 22).
Manajemen model oleh perangkat lunak ini mencakup: (I) model estimasi
potensi lestari sumberdaya dan kapasitas optimum upaya pcmanfaatan
sumberdaya yang sesuai dengan daya dukung pesisi r dan lautan (potensi lestari
sumbcrdaya, tingkat pemanfaatan pOlensi sumberdaya, pcJuang pengembangan
pemanfaalan potensi surnberdaya, kapasitas optimum upaya pemanfaatan
sumberdaya, tingkat upaya pemanfaatan sumberdaya, peJuang pengembangan
upaya pemanfaatan sumberdaya, perkembangan hasil tangkap ikan,
perkem bangan upaya tangkap ikan, standardisasi upaya tangkap ikan, tingkat
keuntungan upaya pemanfaatan ikan, spesies ikan unggulan, pola mUSlm
penangkapan ikan, daerah penangkapan ikan); (2) model determinasi jenis alat
tangkap yang layak (detenninasi aspek biologi alat tangkap, aspek teknik alat
tangkap, aspek sosial alat tangkap, aspek ekonomi alat tangkap); (3) model alokasi
sumberdaya yang memaksimalkan usaha pemanfaatan sumberdaya (alokasi
sumberdaya ikan, nelayan, bahan bakar, modal usaha); dan (4) model kelayakan
usaha pcmanfaatan sumberdaya (net B-C ratio, NPV, IRR, PBP).
- 0 - 0 ,-I 0 ,- I 0
"". , __ <1-.0 • " lMi
• - .~ Eoo<"'_ 0 ,-0 - 0 ,-
~ - 0 -, 0 -• - 0 - 0 -, •• - 0 ~'-, - 0 ~'-- 0 -~ 0 -- 0 -• '- 0 -0 -0 _.
0 --0 -0 --0 -0 ,-0 ,-0 '-0 ,-0 ,--0 -0 ,-~ 0 ,-.,-... 0 ,--0 ,-
-Gambar 22 Pembangkitan dan fasililas rnanajemen model oleh Access
100
4.1.3.3 Sistcm Manajcmcn Basis Kriteria (criteria base management system)
Sistern man<tiemen basis kriteria (CBMS) mempunyai kemampuan untuk
menamhahkan sumber kriteria secara cerat dan mudah, mengelola variasi kriteria,
mengambarkan struktur kriteria, mengakses dan mengintcgrasikan basis kriteria
dan basis data. Kriteria-kriteria hasil pcngorganisasian pada saat perancangan
basis kriteria, selanjutnya di bangkitkan (criteria base generation) dengan
perangkat Iunak manajemen sistem DB ArcView untuk membangun basis kriteria
(Gambar 23). Perancangan ini bertujuan untuk melaksanakan manajemen kriteria
untuk rnemelihara, mengontrol dan mengakses bas is kriteria dengan eara yang
praktis dan efisien.
Manajemen kriteria oleh pcrangkat lunak In! mencakup kriteria
persyaratan biofis ik atau kriteria kesesuaian lahan dari setiap kcgiatan
pemanfaatan ruang pesisir dan lautan (pertanian sawah, pertanian tegalan,
konservasi, pariwisata, pemukiman, industri , pelabuhan, dan budidaya tambak).
". ~xa~ 'A'!. '::." O li ~, " • - -• 1i'I.Ct - A _. • "-- -"'- u ~oo_ - • .~ -"~ - "lCTEfW"iN< • -, . " '" • , -- -- --'" ." , • ~- -- ~--,,' '"
, • ~- -- ---,,' '" , • ........ h<I_ -- ~--
'" ." , , ~- -- ~--'" '"
, • -- -- ~--'" ." • • -- -- --." '" , ,
~- --... '" , , -- -- --." '" , ,
~- -- --» '" , , -- -- --~ 6·" • , ~- -- --" ." • • -- -- --" ." • , -- -- --" ~1\ , • ~- -- --., ." , • ........ - -- --" ." • • -- --" ." , • -- -- -" '" • • -- -- ~--
" ". • , -- -- ~--" '" • , -- -- -" ." • , ~- -- --" ." • , ~- -- --" '" , , -- -- --
Gambar 23 Pembangkitan dan fasilitas manajemen kriteria oleh DB ArcView
101
4.1.3.4 Sistem Manajemen Basis Dialog (interface base management system)
Fungsi dan fleksibilitas DBMS, MBMS dan CBMS tergantung pada
kemudahan interaksi antara sistem dengan pen~anya. Untuk itu perlu
dirancang sistem manajemen basis dialog (lBMS) dengan berbagai gaya dialog
system-user yang memberi sarana antannuka (interface) antara pemakai dengan
sistem sehingga memudahkan aktifitas untuk mernperoieh infonnasi. Untuk
kebutuhan perancangan IBMS (interface design) sistem yang user friendly
dibangun dibangun secara on screen dengan peranQkat lunak pendukung Visual
Basic, Macromedia® Dreamweavero 4 dan Adobe® PbotoshopO 7 (Gambar 24).
IBMS menyajikan output sistem pada pemakai dan mengumpulkan input
ke dalam sistem. Output sistem ditampilkan dalam berbagai variasi format
infonnasi dan pera1atan keluaran (nilai terformat, teks, citra, video, audio) dengan
fitur drill down yang memungkinkan pengguna melihat informasi secara rinei.
Sementara input pengguna dalam bentuk data, parameter dan skenario
dikomunikasikan pada sistem dengan gaya dialog ba1tasa aksi (apa yang bisa
digunakan pemakai untuk berkomonikasi dengan sistem), baltasa tampilan (apa
yang harus diketahui pemakai dari sistem), dan ballis pengetahuan (pengetahuan
mengenai struktur sistem dan prosedur umum pengoperasian sistem) yang
meliputi pendekatan tanya jawab. menu~menu, babasa perintah. dan pengisian
tempat kosong.
4.1.4 Program Aplikasi Sistem
Program aplikasi komputer yang dihasil1<ian dari perancangan sistem
informasi ini ada1ah sebuah program aplikasi berhasis Microsoft® Windows XP
Home Edition™ sebagai sistem operasinya ontuk pengembangan pemanfaatan
sumberdaya perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Untuk
mudah diingat, program aplikasi ini dinamakan SIS!TEMIK"' SIMPEL, singkatan
dari sistem infonnasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam sistem infonnasi
pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan.
SISTEMIK"' SIMPEL merupakan pengembangan dari SISTEMIK® yang
dirancang penulis pada tahun 2000 sebagai sistem inforrnasi pemanfaatan
sumberdaya perikanan. Pengembangan SISTEMIK® SIMPEL dibandingkan
102
dengan versi sebelumnya adalah pengembangan pada teknik pengambilan
keputusan dengan pelibatan kriteria-kriteria spasial sehingga dihasilkan sistem
informasi yang tidak banya mengbasilkan informasi untuk pemanfaatan
sumberdaya perikanan juga sistem infonnasi yang menghasilkan infonnasi untuk
pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa SISTEMIK® SIMPEL terbukti
mampu melintasfungsikan teknik pengambilan keputusan SIM yang melibatkan
model-model atributal dan teknik pengambilan keputusan SIG yang melibatkan
kriteria-kriteria spasial. Pengembangan versi barn ini dibandingkan versi
sebelumnya dapat dijelaskan secara sistematis beroasarkan seluruh komponen
sistem--basis sistem. prosedur. teknologi infoI1!l8$i, manusia--yang menyusun
sistem terpadu ini dengan menggunakan pendekatan Kadir (2003).
Dalam manajemen basis sistem, SISTEMIK"' SIMPEL mengalami
perbaikan dari SISTEMIK®. Pelibatan kriteria-kriteria spasial pada sistem
infonnasi terpadu ini dengan sendirinya menambah manajemen basis sistem
sehingga sistem ini mempunyai empat subsistem ulama yakni sistem manajemen
basis data DBMS (data base management system), sistem manajemen basis model
MBMS (model base management system), sistem manajemen basis kriteria CBMS
(criteria base management system), dan sistem manajemen basis dialog (interface
base management system). Masing-masing basis sistem ini menggunakan format
aplikasi perangkat lunak manajemen basis sistem yang berbeda yakni DBMS
menggunakan format basis data MySQL, MBMS menggunakan format basis
model Microsoft Office Access, CBMS menggunakan fomat basis kriteria DB
ArcView dan IBMS menggunakan format Visual Basic, Macromedia"'
Dreamweavero 4 dan Adobe® Photoshopo 7. Deqgan empat format manajemen
basis sistem yang berbeda ini, mengbaruakan kemampuan sistem informasi yang
mampu menggorganisasikan selurub format manajemen basis sistem tersebut ke
dalam file basis sistem tunggal dan ini menjadi saIah satu kelebihan sistem
informasi terpadu ini. Selurub informasi dlsimpan daIam roang-roang
penyimpanan yang disebut tabel dan selanjutnya informasi tersebut dapat dieari
atau diambil kembali dengan menerapkan proses qllery.
103
Kemampuan manajemen basis sistem tersehut dalam mengelola dan
mengorganisasikan data dimWlgkinkan karena perangkat lunak manajemen basis
sistem menggunakan SQL (structured query language) dalam dua bahasa yakni:
(1) bahasa definisi data DDL (<kIta definition language) yang berisi perintah
untuk mendefinisikan dan menjelaskan obyek-obyek basis sistem seperti membuat
tabel basis sistem dan menghapus tabel basis sistem; (2) bahasa manipulasi data
DML (dala manipulation language) yang berisi perintah Wltuk memanipulasi
basis sistem seperti mengambil, menambah, mengubah, menghapus dan
menyimpan basis sistem. Dengan kemampuan ini serta penyediaan antarmuka
bahasa host oleh perangkat lunak manajemen basis sistem maka seluruh fonnat
manajemen basis sistem dapat diakses oleh perangkat lunak apa saja (Visual
Basic, Delphi, PHP, Java) untuk kebutuhan penyimpanan, manipulasi dan
penyajian basis sistem. Artinya terdapat independellSi data dan program dimana
perubaban fisik data tidak akan berpengarub terbadap program aplikasi.
Sebagai salah satu komponen sistem infonnasi, manusia baik sebagai
pihak yang bertanggung jawab dalam peogembangan sistem informasi (spesialis
teknologi infonnasi) maupun dalam penggunaan keluaran sistem infonnasi
(pengguna akhir) meningkat perannya dalam kapasitas tanggung jawab
pengembangan sistem dan dalam keluwesan penggunaan keluaran sistem.
SISTEMIK® SIMPEL sebagai sistem informasi kompleks menuntut keablian
spesialis teknologi informasi yang ahli dalam pengembangan sistem infonnasi
dengan kebutuhan keablian sebagai berikut: (I) aaalis sistem (sistem analyst),
kemampuan meneIjemahkan kebutuhan pemakai menjadi sebuab rancangan
manajemen basis sistem dan aplikasi; (2) pernrogram aplikasi (a plication
programmer), kemampuan menerjemahkan spesifilaasi yang dibuat analis sistem
ke dalam sebuab aplikasi program komputer; (3) admistrator manajemen basis
sistem (management system base administrator), kemampuan mendefmisikan
standar dan struktur data, model, dan kriteria dalam basis sistem serta kemampuan
pengamanan dan pemeliharaan basis sistem secara rutin; (4) operator entri data
(data entry operator), kemampuan mengoperasikan komputer untuk menjalankan
sistem informasi dan memasukkan data entrian.
104
Dibandingkan dengan pengembangan sistem sebelumnya, SISTEMIK®
SIMPEL lebih memberikan keluwesan peogunaan keluaran sistem infonnasi
kepada pengguna akhir dalam hal jnmlah pengguna dan kemudahan akses. Sistem
terpadu ini dibangun untuk menghasilkan informasi tidak hanya untuk pengelola
perikanan saja dalam hal ini Departemen Kelautan dan Pe~ namun
stakeholder seperti Departemen Pariwisata., Perguruan Tinggi, Departemen
Kehutanan, Departemen Pertambangan, Departemen Perhubungan, Departemen
Perdagangan dan Industri, Departemen Pemukiman, Departemen Koperasi, INI
AL, DISHIDROS, investor juga tercakup didalamnya. Dengan kata lain sistem ini
sebagai sistem terpadu yang dipakai oleh sejumlah departemen secara bersama
sarna meskipun tidak terletak pada masing-masing departemen. Disamping itu
sistem terpadu ini bersifat interaktif. memberikan kemudahan akses dan perolehan
informasi kepada pernakai. Hal ini dimungkinkan karena sistem kompleks ini
dibangun dengan ruang lingkup dan batasan sistern yang luas yakni mencakup
seluruh aspek pengelolaan pesisir dan lautan d.engan desain sistem yang
menerapkan kaidah perancangan manajemen dialog yang user friendly dan dengan
dukungan teknologi komunikasi memungkinkan tert.Jbung secara jarak jaub.
SISTEMIK® SIMPEL dirancang dengan menggunakan bahasa
pemrograman Visual Basic Versi 6.0 Enterprise Edition, yang merupakan salah
satu bahasa untuk landasan pemrograman visual produksi Microsoft Corporation.
Jenis bahasa pemrograman ini tergolong ke dalam bahasa pemrograman beraras
tinggi (high level language) dan termasuk kedalam IIVolusi pengembangan bahasa
pemrograman generasi ketiga (third generation) dengan pendekatan visual
(visualization), terstruktur dan berorientasi pada objek (object oriented
programming).
Maksud dari bahasa pemrograman yang beraras tinggi menyatakan bahwa
Visual Basic, bahasa pemrogramannya beroriem.si kepada manusia yakni
menggunakan bahasa intruksi manusia (bahasa inggris) bnkan dalam bentuk
intruksi deretan biner (bahasa mesin). Sebagai bahasa pemrograman generasi
ketiga, Visual Basic menggunakan pendekatan prosedural yakni intruksi yang
rinci dengan kata-kata yang biasa dipakai manusia agar komputer menjalankan
tugasnya. Di lingkungan Windows, Visual Basic mtrupakan bahasa pemrograman
105
visual serbaguna yang dapat dipakai untuk membuat aplikasi apa saja dan sangat
disukai oleb para pemrogram karena mempermudah dalam pembuatan program
terutama dalam hal pembuatan antarmuka pemakai.
Maksud dari babasa pemrograman ini terstruktur adalah bahwa Visual
Basic menggunakan pendekatan pemrograman struktur kontrol program sehingga
tidak terjadi lompatan dari instruksi ke instruksi lainnya yang tidak berurutan.
Sebagai konsekuensi bahasa pemrograman ini bersifat visual adalah bahasa
pemrograman ini menggunakan konsep berorientasi pada obyek dan dikendalikan
oleh kejadian. Maksudnya komponen-komponen yang menyusun antarmuka
berupa sejumlah obyek atau kontrol seperti tombol, gambar, label dimana setiap
obyek ini memiliki properti. kejadian. dan metode. Program akan menunggu
kejadian tertentu, maksudnya kode pemrogramannya mengikuti kejadian .tas
kontrol dan formnya. Dengan kata lain, pada saat pembuatan aplikasi, pemrogram
meletakkan .tau menggambarkan kontrol-kontrol yang hendak dipakai diatas
form yang telab disediakan, lalu menuliskan kode-kode program unmk menangani
kejadian-kejadian tertentu dari kontrol dan form yang telab digambar sebelumnya.
Keuntungan penggunaan Visual Basic--bahasa pemrograman yang beraras
tinggi, generasi ketiga dan terstruktur dan berorientasi obyek--sebagai bahasa
pemrograman dalarn perancangan SISTEMlK@ SIMPEL adalab mempercepat
penyelesaian desain .plikasi dalarn arti produktivitas pemrograman meningkat
dan program dapat dibuat dalarn waktu yang lebib pendek. Hal ini diroungkinkan
karena tahapan pembuatan aplikasi sangat sederhana yakni pembuatan antarmuka
pemakai yang berisi obyek-obyek, penulisan kode program unmk suatu kejadian
dari suatu obyek dan selanjutnya pemrogram bisa segera menguji kode program
yang telab dibuat. Dengan menggunakan bahasa pemrograman visual ini,
antarmuka pemakai dan komponen-komponen lainnya yang menyusun aplikasi
SISTEMIK® SIMPEL ini dapat dibuat secara bertahap dan mudah dimana
instruksi banya mengikuti desain interface yang ",dab terbenmk dan barnpir tak
ada instruksi program yang perlu ditulis.
Disamping mampu mengintegrasikan infocmasi atributal dan infonnasi
spasial melalui dukungan Map Object, Visual Basic juga mendukung fasilitas
pembangkitan Iaporan (report generator), pembangkitan pennintaan (query
106
generator). pembangkitan gambar (graphics geMrator), pembangkitan suam
(audio generator), dan pembangkitan aktivitas (video generator) sehingga
bangunan sistem yang dihasilkan bersifat multimedia dan terintegrasi. Dalam hal
terjadi kesalahan, bahasa pernrograman ini mempunyai kemudahan dalam mencari
kesalaban seandainya sistem menghasilkan sesuatu yang dianggap salah ketika
program dijalankan, karena program dipecah menurut form yang berbeda dengan
kode sumber yang selalu tersedia.
Keuntungan lainnya dari penggunaan Visual Basic adalah tampiJan dari
programnya lebih menarik dan jauh lebih akrah dengan pemakai dari pada
program konvensional yang total dikerjakan melalui pemrograman prosedur.
Sebagai bahasa pemrograman serbaguna, bahasa ini mendukung tennasuk koneksi
ke basis data, basis model dan basis kriteria, menyediakan sarana untuk membuat
aplikasi berbasis windows dan juga dapat dipakai untuk pemrograman jaringan.
Contoh tampilan desain program dengan Visual Basic Versi 6.0 disajikan pada
Gambar 24, sedangkan contoh kode pemrograman (source code) pene1itian ini di
listing pada Lampiran 6.
Pemakaian sistem operasi Microsoft® Windows XP Home Edition™
sebagai platfonn program didasari oleh alasan sistem operasi tersebut yang
banyak digunakao sebagai platform komputer saat ini. Sistero operasi ini dibuat
oleh Microsoft Corporation dan dipilih karena banyak sekali digunakan oleh
expert user maupun novice user disamping karena sistern operasi ini mempunyai
antarmuka gratis, keroampuan multi-tasking, dapat digunakan untuk membentuk
keIja tim (workgroup) dan dapa! digunakan sebagai client/server. Kemampuan
multi-tasking sistem operasi ini melmmgkinkan pengguna menjalankan sejumlah
program dalam waktu yang sarna. Keroampuan ini juga mernungkinkan pengguna
berpindah dari satu program ke program lain dengan mudah dimana setiap
program tetap dieksekusi oleh central processing unit komputer. Dengan
dernikiao diharapkan program SISTEMIK® SIMPEL ini akan lebib luas
tersosialisasi dan dipakai stakeholders sumberdaya pesisir dan lautan.
Dari basil pemrograman didapatkan dua buah program utama yaitu
program SETUP dan program SISTEMIK® SIMPEL. Program SETUP adaiah
program instalasi program SISTEMIK" SIMPEL pada sistero operasi wiodows.
107
Program SISTEMIK® SIMPEL setelah diinstall pacta komputer melalui beberapa
ujicoba dapat berjalan dengan baik pada sistem operasi Microsoft® Windows XP
Home Edition TM .
... ,.""" , ,,~'"'"" ,,_, IJ." 1 .... """1 1, .. ,,,,1 , .. " •• "" " "'""1 '. ·of ~ ~~ ~ ____ Qob.o "" ~ """_ I""'~"'_1joI>
1!:I'e' ~ 1iI t.lCi'<8"~ 6J. .:tl tJ 0, -.0$ ,r,,,,,,,, • .,,o
o " 8 ..... ;
G O ...!
OO~~
II!!!. ;fi; .:J .... _ - i:.
,,~ ~
_ - i;.
II' !!' ~
iO m O . ,,"' g; ~ ~ ...... ".~
"
• ,.",,", "B, ,~~ ,,-," , ,n _ ,_ ._., ___ . ~~._ ,~v ~._,. T ~._~, .~. __ • m ·· --. -' .", . "
, J\;I \ '\! C R 0 \ ' E ~ ' " ,.. .
I I
.-.--1:1"_ .....
,-- '-• ,- .-
'"-
... @n.,,,,,
,- li!!I _" ................... ) ~_l ___ '_j 0''_(1) _ _ ~...-.. .. _.do) O'J_( __ ) '''''''''_(1)'_''') O'J_.c .... -....:Io)
."J"""'-"""'---""
."J_(~J o, ........ ~ _ _ ........ (1< ........... ) __ 1_"") .-,-.,.. .. ~ _T~(_-.. .• b~....- .... ~
iA me" . II " - ---
Gambar 24 Contoh desain interface dan program dengan Visual Basic Versi 6.0
Program SISTEM IK@ SIMPEL dibangun sebagai perangkat lunak untuk
mcnunjang pcnycdiaan informasi daJam pengelolaan sumberdaya pesisir dan
lautan, lerulama infonnasi untuk pengembangan usaha pemanfaatan sumberdaya
perikanan dengan dua komponen utama struktur program, yaitu komponen
infonnasi atributal (browsing dan processing pada panel MeSS) dan komponcn
informasi spasial (browsing dan processing pada panel MCGS).
Komponen penyedia informasi atributal adalah komponen yang
menyediakan fasilitas pengaksesan (browsing) dan pemrosesan (processing)
infonnasi dalam bentuk tabular dan grafik sebagai sistem pendukung manajemen
pemanfaatan sumberdaya pcsisir dan lautan (marine and coastal support system).
Semenlara komponen penyedia informasi spasial adalah komponen yang
menyediakan fasilitas pengaksesan (browsing) dan pemrosesan (processing)
108
infonnasi dalam bCnlUk lokasi dan geografis sebagai sistem penuntun manajemen
pemanfaatan ruang pesisir dan laulan (marine and coastal guideline system).
4.1.4.1 Tarnpilan Awal Program (splash program)
Pada saat pertama kali menggunakan program SISTEMIK® StMPEL,
pengguna harus melakukan instalasi tile setup programnya terlebih dahulu.
Dengan memilih program instalasi file setup pada drive CD-ROM dari tombol
~ddnew Qrogramme £ontrol Qanei sistem operasi windows, se lanjutnya aktivitas
serup akan berjalan sendiri sampai selesai (software aplikasi , software manajemen
basis, dan software pendukung SISTEM IK® SIMPEL disertakan dalam bentuk
CD). Untuk menjalankan program, pemakai tinggal meng-klik menu ~xe
SISTEM IK@ SIMPEL yang tereipta dari proses instalasi pada panel palang dan
dekstop program Microsoftill Windows XP Home Edition™ yang selanjutnya
diikuti dengan tampilnya splash program sebagai gerbang untuk memasuki
aplikasi lebih lanjut. Infomlasi yang tersaji pada splash meliputi, nama dan logo,
licence, product id. dan copyright program aplikasi. Gambar 25 mendiskripsikan
tampilan splash program aplikasi SISTEMIK® SIMPEL.
Gambar 25 Splash progmm aplikasi SISTEMIK® SIMPEL
109
Setelah program beljalan, pengguna dapat menentukan pilihan pemakaian
paket program pilihan infonnasi yaitu: (I) infonnasi atributal pada panel sistern
pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan (marine and
coastal support system) MCSS dan (2) infonnasi spasial pada panel sistern
penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan lautan (marine and coastal
guideline system) MCGS.
4.1.4.2 Menu Utama dan Sub Menu
Panel Sistem Pendukung Maoajemen Pernanfaatan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan, MeSS (marine and coastal support system)
Panel sistem pendukung manajemen pemanlilatan sumbetdaya pesisir dan
!autan (marine and coastal support system) pada program aplikasi, terletak pada
larik atas kesamping kanan dengan menu bar dan 1001 2m yang menyediakan
fasilitas browsing dan processing informasi atributal. Panel sistem ini terdiri atas
menu utama dan sub menu informasi atributal.
Menu utama panel atributal terdiri atas: (1) menu infonnasi umum dengan
sub menu infonnasi provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa; (2) menu ekosistem
biofisik dengan sub menu mangrove, non mangrove, terumbu karang, padang
lamun, rumput laut, estuaria, pantai, rawa pasang surnt; (3) menu pennasalahan
lingkungan dengan sub menu abrasi pantai, eksploitasi sumberdaya berlebih,
pencemaran, konversi laban, kerusakan habitat dan bencana alarn; (4) menu
aktivitas manusia dengan sub menu perikanan tangkap, perikanan budidaya,
pertanian, pertambangan, perindustrian, perkebunan, kehutanan, transportas~
pariwisata dan pelabuhan; (5) menu sosial ekonomi budaya dengan sub menu
agama, jenis kelamin, pendidikan, mata pencabarian, kesehatan dan lemhaga
sosial; (6) menu kelembagaan dengan sub menu dinas kelautan dan perikanan,
perusahaan perikanan, asosiasi perikanan dan kelompok perikanan; (7) menu
sistemik dengan sub menu potensi ikan dan kapasitas upaya penangkapan,
detenninasi alat tangkap, alokasi optimum sumberdaya perikanan, kelayakan
usaha perikanan, daerah penangkapan ikan, klasifikasi alai tangkap, dan
k1asifikasi ikan; dan (8) menu pendukung dengan sub menu peraturan
perundangan, visualisasi ekosistem biofisik, visualisasi penangkapan ikan, dan
I I I I I
110
visualiasi aktivitas man usia. Gambar 26 mcnyajikan tampilan menu utama dan
sub mcnu informasi atributal panel ini pada program aplikasi, sementara tampilan
sceara rinci menu dan sub menu pada panel sistem pendukung manajemen
pemanfaatan sumberdaya pcsisir dan lautan (marine and coaslal support 3yslem)
tlisaj ikan pada Lampiran 7.
Seeara umum dapal disimpulkan bahwa panel atributal MeSS
menyediakan fasi litas pengakscsan (browsing) dan pemrosesan (processing)
informasi dalam bentuk tabular dan grafik sebagai sistem pendukung manajemen
pemanfaalan sumberdaya pesisir dan lautan (marine and coastal support system).
Informasi atributal yang bisa diakses dan diproscs pada panel ini adalah informasi
atributal pemanfataan sumberdaya pesisir dan laulan dan infonnasi atributal
pengeiolaan sumberdaya pesisir dan lautan .
.. ,~,_, ,.'_" '''' "', ... ... ' ......... ,_" ., ..... ~ .. " ,_ ":: ~ ., J -- ..... --• • -- --
- ----- :::._ . .-.. _- -~ -----_ . • --'" N_'- ._~
.. !f< .... ~
~- ---
III • - --
"TJ1ii;t . .. "~ .. _ ,,", _.. .. ... t'! • ...
Gambar 26 Tampilan menu dan sub menu panel sislem pendukung manajemen
pcmanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan (marine and coastal
support system)
Browsing infonnasi atributal dilakukan dengan menuliskan atau memilih
infonnasi yang diinginkan pada menu ~arch, kemudian meng-klik !ornbol faci.
III
Misalnya browsing informasi potensi ikan dan tingkat upaya pemanfaatan, sesaat
kemudian akan ditampilan form potensi ikan dan tingkat upaya pemanfaatan
dalam bentuk tabel, grafik dan report.
Processing infonnasi atributal dilakukan dengan meng-entrikan data yang
infonnasinya ingin diketahui pada menu input, kemudian meng-klik menu QUtput.
Misalnya processing data finansial ekonomi untuk mengetahui infonnasi
kelayakan usaha pemanfaatan, sesaat kemudian akan ditampilkan fonn kelayakan
usaba pemanfaatan dalam bentuk tabel, grafik dan report.
4.1.4.2 Menu Utama dan Sub Menu
Panel Sistem PeRuDtuo Manajemen Pemanfaatan auang Pesisir dan
Lautan, MCGS (marine and coastal guideline system)
Panel sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan Iautan
(marine and coastal guideline system) pada program aplikasi, terletak pada larik
samping kanan ke bawah dengan menu har dan 1001 Qar yang menyediakan
fasilitas browsing dan processing informasi spasial. Panel sistem ini terdiri alas
menu utama dan sub menu informasi spasial.
Menu utama panel spasial terdiri atas: (I) menu infonnasi wnum dengan
sub menu infonnasi propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa; (2) menu ekosistem
biofisik dengan sub menu mangrove, non mangrove, terumbu karang, padang
larnun, rumput laut, estuaria, pantai, rawa pasang surut; (3) menu pennasalahan
lingkungan dengan sub menu abrasi pantai, eksploitasi sumberdaya berlebih,
pencemaran, konver.;i laban, kerusakan habitat dan bencana alarn; (4) menu
aktivitas manusia dengan sub menu perikanan tangkap, perikanan budidaya,
pertanian, pertambangan, perindustrian, perkeb\ll1llll, kehutanan, transpnrtasi,
pariwisata dan pelabuhan; (5) menu sosial ekonomi budaya dengan sub menu
agama, jenis kelamin, pendidikan, mata pencaharian, kesebatan dan lembaga
sosial; (6) menu tata roang dengan sub menu kesesuaian laban pertanian sawah,
pertanian tegal, budidaya tambak, pennukiman, industri, pelahuban perikanan,
konservasi dan pariwisata bahari. Gambar 27 menyajikan tampilan menu utama
dan sub menu infonnasi spasial panel ini pada program aplikasi, sementara
tampilan secara rinei menu dan sub menu pada paned sistem penuntun manajemen
112
pemanfaatan ruang pesisir dan lautan (marine and coastal guideline system)
disajikan pada Lampiran 8.
Secara umurn dapat disimpulkan bahwa panel spasiai MCGS menyediakan
fasilitas pengaksesan (browsing) dan pemrosesan (prsocessing) informasi dalam
bentuk lokasi dan geografis sebagai sistem penuntun manajemen pemanfaatan
ruang (marine and coastal guideline system). Informasi spasial yang bisa diakses
dan d iproses pada panel ini ada lah informasi spasiai pemanfaatan ruang wi layah
pesisir dan lautan dan infommsi spasial pengelolaan sumberdaya pesisir dan
lautan .
.. """''' ,,,,."' ... ,, Un',",' __ 10"", '''' he, I 0"'" I " iIo. , ,,,t,.. t; 'B IX1 J ---• • -- --.;::,;;.. ~ . .....,. . ...
Gambar 17 Tampilan menu dan sub menu panel s istem penuntun manajcmen
pemanfaatan ruang pcsisir dan lautan (marine and coastal guideline
system)
Browsing infonnasi spasial dilakukan dengan mcnuliskan atau memilih
informasi yang diinginkan pada menu ~earch , kemudian meng·klik !omlxJl ~ari.
Misalnya browsing informasi lokasi dan penampakan geografis mangrove dengan
infonnasi luas, jenis vegetasi dan kelimpahannya, jenis biota dan kelimpahannya,
sesaat kcmud ian akan di lampilan form mangrove dalam bentuk tabel, grafik dan
113
report yang langsung bisa berhubungan dengan penunjukan lokasi dan geografis
pada peta digital .
Processing infonnasi spasial dilakukan dengan meng-entrikan data yang
infonnasinya ingin diketahui pada menu input yang sekaligus sebagai menu
Qutput. Misalnya procesing data kriteria lokasi pelabuhan perikanan, sesaat
kemudian akan ditampilkan fonn lokasi dan geografis yang sesuai untuk lokasi
pelabuban pada peta digital.
4.2 Dokumentasi Pengoperasian Sistem Informasi
4.2.1 Verifikasi Prototipe Sistem
Setelab program komputer dibuat untuk model abstrak dimana fonnat
input dan output telab dirancang serta memadai. maka sampailab pada tabap
verifikasi (pembuktian) bahwa model komputer ini mampu melakukan simulasi
dari model abstrak. yang dikaji. Hasil dari tabap ini adalab deskripsi dari model
abstrak yang telah memulai uji permulaan atas validitasnya. Verifikasi prototipe
program SISTEMIK@ SIMPEL menggunakan data sumberday. pesisir dan l.ulan
dari Kabupaten Sumenep Madura, Tabun 2003. Hasil perhitungan untuk
pengambilan keputusan terbaik dari verifikasi program untuk masing-masing
panel sistem adalab sebagai berikut:
4.2.1.1 Panel Sistem Pendukung Manajemeo Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan, MeSS (marine and coastal support system)
Seperti yang telab dijelaskan pada bagian sebelwnnya babwa panel MeSS
(marine and coastal support system) menyediakan fasilitas pengaksesan
(browsing) dan pemrosesan (processing) infonnasi atributal pemanfataan
sumberdaya pesisir dan laulan dan informasi atribatal pengelolaan sumberday.
pesisir dan I.ulan. Informasi .tributal yang bisa diakses dan diproses pada panel
MeSS untuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan antara lain infonnasi
tenlang: (I) potensi lestari sumberdaya dan kapasitas optimum upay. pemanfaatan
sumberdaya yang sesuai dengan daya dukung pesisir dan lautan (potensi lestari
sumberdaya. tingkat pcmanfaatan potensi sumberdaya., peluang pengembangan
pemanfaatan potensi sumberdaya, kapasitas optimum upaya pemanfaatan
114
sumberdaya. tingkat upaya pemanfaatan sumberdaya. peluang pengembangan
upaya pemanfaatan sumberdaya. perkembangan hasil tangkap ikan,
perkembangan upaya tangkap ikan, standarisasi upaya tangkap ikon, tingkat
keuntungan upaya pemanfaatan ikan, spesies ikan unggulan. pola musim
penangkapan ikan, daerab penangkapan ikan); (2) detenninasi unit penangkapan
yang layak (deterrninasi aspek biologi alat tangkap, aspek teknik alat tangkap,
aspek sosial alat tangkap, aspek ekonomi alat tangkap); (3) alokasi sumberdaya
yang memaksimalkan usaha pemanfaatan sumberdaya (alokasi sumberdaya ikan,
nelayan, baban bakar, modal usaba); dan (4) kelayakan dari usaba pemanfaatan
sumberdaya (indikator iovestasi net B-C ratio, NPV, IRR, pay back periode).
Sementara inforrnasi atributaI yang bisa diakses dan diproses pada panel
MeSS untuk pengelolaan surnberdaya pesisir dan lautan antam lain infonnasi
tentang: (1) karakteristik biofisik pesisir dan lautan (Iuasan dan kondisi ekosistem
pesisir dan lautan: mangrove. non mangrove, padang lamun, terumbu karang,
rumput laut, estuaria, pantaI, mwa pasang surut); (2) katakteristik perrnasaIaban
lingkungan pesisir dan lautan (kapasitas asimilasi peraimn pesisir dan lauton,
beban kerosakan lingkungan pesisir dan lautan: pencemaran, abmsi pantaI'
eksploitasi sumberdaya berlebih, kerosakan habitat dan bencana alarn); (3) aspek
sosial-ekonomi-budaya (jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata,
pelabuhan, transportasi; jumlab dan tingkat pertumbuban penduduk: pendidikon,
agama, mala peneabarian, kesebatan; instrumen pengelolaan sosekbud: lembaga
sosial, lembaga ekonomi, lembaga budaya); (4) aspek kelembagaan (pranata
kelembagaan, undang-undang, pemtumn).
Tulisan ini bany. memfokuskan pada basil verifikasi panel MeSS untuk
pengaksesan dan pemrosesan informasi atributaI pemanfaatan sumberdaya
perikatum yakni informasi untuk melibat besamy.: (I) potensi sumberdaya ikon
dan kapasitas optimum upaya pemanfaatan sumberday. ikan yang tersedi.
(potensi lestari sumberdaya ikan, tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya ikon,
peluang pengembangan pemaDraatan potensi sumberdaya ikan, kapasitas optimum
upay. pemanfaatan sumberday. ikon, tingkat upay. pemanfaatan sumberdaya
ikan, peluang pengembangan upaya pemanfaatan sumberdaya ikan,
perkembangan basil tangkap ikan, perkembangan upaya tangkap ikan,
115
perkembangan hasil tangkap ikan per upaya penangkapan, standarisasi upaya
tangkap ikan, tingkat keuntungan upaya pemanfaatan ikan, spesies ikan unggulan,
pola musim penangkapan ikan, daerab penangkapan ikan); (2) detenninasi jenis
alat tangkap yang layak secara biologi-teknik-sosial-ekonomi; (3) alokasi
sumberdaya yang memaksimalkan usaba pemanfaatan; dan (3) kelayakan dari
usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan tersebut demi tuntutan untuk
meJaksanakan perikanan yang bertanggung jawab sesuai dengan kaidab code of
conduct for responsible fisheries.
Secara ilustrasi, aliran infonnasi pemanfaatan sumberdaya perikanan
untuk mampu menciptakan pola pengembangan sumberdaya perikanan, baik
untuk tujuan pengelolaan maupun untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan bagi
pencapaian pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan yang berkeianjutan,
dapat dijelaskan sebagai berikut Dengan dikerabuinya nilai potensi sumberdaya
ikan serta diketabuinya kapasitas tangkap optimum unit usaba penangkapan,
selanjutnya dapat dijabarkan kombinasi jumlab unit usaba penangkapan yang
dapat dikembangkan, Jenis unit usaba penangkapan ikan yang dopat
dikembangkan tentu barus dipilih alat yang sesuai dongan kondisi perairan, tujuan
ikan tangkapan, tidak menimbulkan masalah sosial serta mempunyai efisiensi
teknis maupun ekonomi yang tinggi. K.arena pengembangan usaha penangkapan
ikan mempunyai tujuan untuk memaksimumkan pendapatan nelayan dan
meminimumkan biaya dengan pembatas-pembatas seperti sumberdaya ikan,
tenaga kerja, modal dan sebagainya, maka memerlukan alokasi penggunaaan
sumberdaya yang tersedia secara optimal mela1ui kombinasi optimum dari
cabang-cabang usaba melalui pemilihan altematif yang terbaik dari beberapa
altematif yang memungkinkan, Terakhir untuk mencari uknran menyelurub baik
secara finansial maupun ekonomi, tentang layak tidaknya investasi dari unit usaha
penangkapan dan fasilitas lainnya yang akan dikembangkan, diperlukan penilaian
investasi yakni dengan cara membandingkan semua penerimaan yang diperoleh
dari investasi dengan pengeluaran yang hams dikorbankan selarna proses investasi
berlangsung,
Informasi atributa1 pemanfaatan sumberdaya perikanan pada panel MeSS
dapat diakses dan diproses pada menu sistemik. Struktur konfigurasi model dasar
116
sistem menu sistemik ini terdiri atas empat bagian: pemasukan data (input),
pengolahan data (process), dan penyajian data (output).
Bagian pemasukan data (input) terdiri atas masukan data: (I) kelompok
wilayah pengelolaan perikanan (wilayah pengelolaaan, provinsi, kabupaten); (2)
kelompok swnberdaya ikan (kelompok sumberdaya, jenis spesies. jenis alat
tangkap); (3) basil tangkap ikan dan upaya tangkap ikan (barga ikan, biaya operasi
penangkapan ikan); (4) determinasi alat tangkap ikan (efektifitas dan selektivitas
alat. persepsi sosial alat, efisiensi teknis alat, efisiensi ekonomis alat); (5) kendala
produksi ikan (potensi ikan, jumlah tenaga keIja, jumlah bahan bakar minyak,
modal investasi dan operasi); (6) finansial ekonomi (arus pendapatan, arus
pengeluaran, tingkat bunga pinjaman, umur proyek); dan (7) klasifikasi (sposies
ikan, alat tangkap).
Bagian pengolahan data (process) terdiri atas: (I) proses standarisasi
upaya tangkap; (2) proses pengolahan data dengan menggunakan model surplus
produksi; (3) proses pengolahan data dengan menggunakan model determinasi;
(4) proses pengolahan data dengan menggunakan model alokasi; dan (5) proses
pengolahan data dengan menggunakan model kelayakan.
Bagian penyajian data (output) terdiri atas: (I) penyajian basil pendugaan
potensi dan kapasitas upaya tangkap (potensi lestari sumberdaya ikan, tingkat
pemanfaatan potensi sumberdaya ikan, peluang pengembangan pernanfaatan
potensi swnberdaya ikan, kapasitas optimum upaya pemanfaatan swnberdaya
ikan, tingkat upaya pemanfaatan sumberdaya ikan, peluang pengembangan upaya
pemanfaatan sumberdaya ikon, perkembangan basil tangkap ikon, perlcembangan
upaya tangkap ikan, perkembangan basil tangkap ikan per upaya penangkapan,
standarisasi upaya tangkap ikan, tingkat keuntungan upaya penumfaatan ikon,
spesies ikan unggulan, pola musim penangkapan ikon, daerah penangkapan ikan);
(2) penyajian basil pendugaan determinasi unit penangkapan ikan yang layak
(determinasi aspek biologi, aspek telmik, aspek sosial, aspek ekonomi); (3)
penyajian basil pendugaan alokasi sumberdaya yang memaksimalkan usaha
pemanfaatan sumberdaya ikan (alokasi sumberdaya ikon, nelayan, bahan bakar,
modal usaha); (4) penyajian ba.il pendugaan kelayakan dari usaha pemanfaatan
sumberdaya ikan (indikator investasi net B-C ratio, NPV, IRR, pay back periode);
117
dan (5) penyajian basil klasifikasi alat tangkap ikan dan klasifikasi spesies ikan.
Struktur konfigurasi model dasar sistem menu sistemik digambarkan pada
Lampiran 9.
Berdasarkan infonnasi bagian penyajian (output) menu sistemik pada
panel MeSS SISTEMIK" SIMPEL, basil analisis untuk melihat besamya potensi
lestari ikan dan kapasitas optimum upaya penangkapan ikan, detenninasi unit
penangkapan ikan yang layak, alokasi sumberdaya perikanan optimal dan
kelayakan usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan adalah sebagai berikut:
(1) Potensi Lestari dan Kapasitas Optimum Upaya Penangkapan Ibn
Dari tiga altematif pengemhangan usaha pemanfaatan sumberdaya
kelompok ikan pelagis besar (tenggiri, eakalang dan tongkol) di peraitan
Sumenep, terlihat bahwa hanya spesies ikan tenggiri yang mempunyai peluang
untuk dikemhangkan, baik pengemhangan pemanfuatan potensi sumberdayanya
maupun pengembangan kapasitas upaya pemanfaatan potensi sumberdayanya.
Pada bagian lain spesies ilean cakalang dan tongkol sudah berlebihan
pengusahaannya, dimana tingkat pemanfaatan potensinya sudah melebihi potensi
lestari sumberdaya yang tersedia dan tingkat kapasitas upaya pemanfaatan
potensinya sudah melebihi kapasitas optimum upaya tangkap yang seharusnya
disediakan. Dengan demikian pengemhangan pengusahaan sumberdaya eakalang
dan rongkol di perairan Sumenep akan menyebabkan regadinya over fishing dan
over capacity.
Selain yang telah disebutkan diatas, ikan tenggiri merupakan spesies
unggulan dari tiga spesies kelompok sumberdaya ikan pelagis besar a1ternatif.
Berdasarkan keluaran informasi sub menu output spesies unggulan (Gambar 28),
tergambar bahwa ikan tenggiri mempunyai nilai keuntungan tertinggi
dihandingkan dengan nilai keuntungan spesies ikan yang lainnya yaitu berturut
turut, ikan tenggiri (Rp 23364 459 518.00) ikan eakalang (Rp 17423258426.00)
dan ikan tongkol (Rp 17 093 147 233.00). Disarnping itu per\<emhangan basil
tangkap dan perkembangan upaya tangkap ikan tenggiri masib bisa ditingkatkan
dengan perubahan tabun (Gambar 29), dengan kala lain basil tangkap dan upaya
tangkap ikan tenggiri masih bisa terus dikembangkan sarnpai pad. tingkat
pemanfaatan potensi dan tingkat kapasitas upaya pemanfaatan yang aman.
118
:. Silo IIMII'. IR1 "'oIS __ ' ..... _.0 .... 1(01"'''-_ ""''''J~'''''J_ SPN.' T~ """'"'" ~_T ....
~ ;5..-
--- [,P:IORlTAG f;[>I!:r;:rEr:; YAnG U:IUlIGGULKAli
S~5~ --------------. ...................................................... if-------------I s .. _,s_ .. , ""~"''''''' ,,,.,'.""'''
M<>deI D....,. 5_ .. _0__.. .. -----~ '"-
"'_0-.-5""',~
~
"--,~
Hut> t"lto.H:..,m H....,t:_-CPUC HIA>E __
n .. ~_ .. is_'_~
"'-'''-'
Ke!. S~ 1."';-""'-06_
s_ rl~
---5_5.-...... s .. _s~ ........ 0.-5'''* _O~ .. ---101_1<:...-, 1<'1",_
.. <><W~S ... ,~
,~
"-, ,~
~U"".c.:t.
t«.tIr""".cPIJE H....,£"",,-I"oOl\l
lk."-"""'" S .... _~
-,~
~.S..012
-, j I.s..>O'~ ,-, j -,
0 -_.
h .. ~ .. u. " ........ -.. _ .... 01
m
"",.., "", ........ ' ... " ... 'rAN< .''''''''''"U''' ... I\A ..
i ~
... znuuu>a o. u
... 'HUnuU.>aOl
... UOUU7ZU 47S
~ ~ i ~ ~ • ...,..,._ ' __ I'r'W»
Gambar 28 lnformasi sub menu output spesies ikan unggulan
---- '-"'. ' - ..... -
"'" 1. . III ;> ,"Ol" •
-.-----~. ---------'-'-,--
- -
.-.--- o
'-
"-~'" - '-
-.-----~--- -- ---- --- -_t_ '-'- -- .
LPAVA TANGIW'
~
.t , ~ -
- -- ..
-----• ..-:J ,-
Gambar 29 Infonnasi sub menu output perkernbangan hasil dan upaya tangkap
119
Selanjutnya untuk mengetahui polensi lestari sumberdaya ikan tenggiri,
kapasit8s upaya optimum untuk menangkap ikan renggiri, tingkal pemanfaatan
polcnsi ikan tcoggin dan peluang pengembangannya, tingkat kapasit8s upaya
tangkap ikan teoggin dan peluang pengcmbangannya dan untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya over fishing dan over capasily, rekomendasi yang
diberikan oleh panel MeSS SISTEMIK® SIMPEL seperti yang terlihat pada
keluaran informasi sub menu output pendugaan potensi dan kapasitas upaya
tangkap (Gambar 30).
'""- Ikon P1IIagio 11_ KaWl~ WPP3LautJ_
s_ IT_, -- J-..T .... ~
""""'" !s.........:> -J
--Sobebn 51."<1 . ......
SIl!tlW'lS~
• Model O"!l'" Stok 1~!J)22775
ModeIO",.",..".., am ModeIAIokU '" Modd~""
, .... 102..52.00
'"- 143.96156 Model 0 .. S,,* 7116 . ,~ ",.
s ..... G __
,~
H<b.£Hon.c.tcn H\b.EHon.(YU(
Hlb.EfloM'roH: Tk:PwoirIMt~ ~ ~ 11.:1 S-","o,rwloon
M ...... Ik ... """ O¥tll F".v..g O"~ I _ _ __ T ___ _ _ _ "".. . ;> ".' •
------.---------".. ... .. --,-.. -_.--.. ----~
- -... _"" ........ _--. " • •
: 1'1 11 11 llliI :
-- , --- .-- ._-~D - '.
'""'"'- ... _- '-
------ .............. -.-~ --------~ .. ---, .... ,--- --_.--.,----~
- "' .......... _-•• • • • • • • • : 11111', 11'1 II : -_ . ._-
Gambar 30 lnformasi sub menu output pendugaan potensi dan tingkat upaya
120
Berdasarkan keluaran informasi sub menu output tersebut. basil tangkap
kelompok sumberdaya ikan tenggiri (cacth) pada tahun 2002 sebesar 1 322.843
ton, potensi lestarinya (MSy) 1 490.227 ton, tingkat pemanfaatan potensinya
88.77% dan peluang pengembangan pemanfaatan potensinya 1.23%. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada tabun tersebut tingkat pemanfaatan potensi ikan
teoggin belurn melebihi potensi lestari sumberdaya ikan tenggiri yang tersedia
atau dengan kata lain pada tahun tersebut belum t¢rjadi over fishing. sehingga
masih ada peluang pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya ikan tenggiri
yang aman yakni sebesar 1.23%. Pada tahun yang sama, upaya tangkap ikan
tenggiri (effort) 102 452.00 trip, kapasitas optimum upaya pemanfaatan
potensinya (fMSy) 143 967.00 trip, tingkat upaya pemanfaatan potensinya
71.16% dan peluang pengembangan upaya pemanfaatan potensinya 18.84%. Hasil
ini menunjukkan bahwa pada tabun tersebut tingkat upaya pemanfaatan potensi
ikan teoggiri belum melebihi kapasitas optimwn upaya pemanfaatan potensi
lestari sumberdaya ikan teoggiri yang tersedia atau dengan kata lain pada tersebut
belum terjadi over capacity, sehingga masih ada peluang pengembangan upaya
pemanfaatan IXltensi sumberdaya ikan tenggiri yang aman yakni sebesar 18.84%.
Keluaran infonnasi sub menu output pendugaan potensi dan kapasitas
upaya tangkap yang digunakan untuk menduga potensi lestasi dan kapasitas
optimum upaya pemanfaatan sumberdaya ikan tenggiri, adalah keluaran infonnasi
pendugaan potensi dan kapasitas upaya tangkap dengan menggunakan model Fox
(Gambar 31). Kenyataan ini didasarkan pada basil pengukuran nilai ketepatan
(koefisien detenninasi R') model Fox dalam menjelaskan ukuran hubungan linear
antara upaya tangkap (effort) dengan basil tangkap per upaya tangkap (cacth per
unit effort) dibandingkan dengan model pendugaan potensi dan kapasitas upaya
tangkap yang lainnya Koefisien determinasi dari ketiga model pendugaan potensi
dan kapasitas upaya tangkap yang digunakan berturut-turu~ model Fox 52%,
model Schaefer 39% dan model General 51%. Hasil ini menggambarkan babwa
hubungan linear antara upaya tangkap (effort) dengan basil tangkap per upaya
tangkap (cacth per unit effort) sebesar 52% artinya 52% dari keragaman hasil
tangkap per upaya tangkap dapa! dijelaskan oleh upaya tangkap didalam model,
121
sedangkan Sisanya merupakan kontribusi dari faktor-faktor lain yang bc1um
diperhitungkan didalam model tersebut.
KelS~ II<onP.w"sBcor
s_ 'Terw;
~ .... O~
SII!beUn 5'""""'
SddohS~
~odeI Dt>;ja Stok
Model Det_ ..
""" ..... '''''"""-
ModII 0u<.I0 Stoi< . ,-s .... ,~. ,-
• Hw,[ fIort.CaIch
H<J>.£ftcn-CPUE H<A:l.EIbt.f'rdll Tk.~_
s_ ...... M ...... lk""
/
" • t
Kel Wj p~ '.....,ppjl4UJ_ Propnto 'J_ T .... .,
H.ft.NOAN EffQRT . CAT01
--.,
r-.....
• ~ ~ ~ ~ i ~ ~ ~
,
~D .... , .... -- - - ----- - - - - - ------
.;I S!SHWK ~
(eL s...ooe.~ 'Ikan-P.wp a ..... SI>CZ'J 1 enggon
"' .... O\.(po)l SebeLm Sl¥II»'_
S~St.....w... ..
IoI<>d!jOuoo Stak
""""~ """-ModeI~."
IniOIfIIW
fotodel D"!joO Slok ,-s .... ,~, ,HIb.EfltdUch HdlEfIot-O'UE HW.Effat.f'\aII Tk.~b/lI .... s_.~
Mumollo:.an
r-., \.
"
KelWlP~ 'WPP3L4o..1J_
~ IJ_ T .....
H"'"
" ~ " ~ ~ ~ • . " • •
Gambar 31 Informasi sub menu output pendugaan potensi dan tingkat upaya
menggunakan model Fox
122
Tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya ikan tenggiri disini mengacu
pada tingkat pemanfaatan potensi yang aman, lestari dan berkelanjutan yaitu 90 %
dari besamya potensi lestari atau MSY (maximum sustainable yield). Tingkat
pemanfaatan dan peluang pengembangan pemanfaatan potensi ikan tenggiri ini
berlaku pada saat atau tabun pendugaan besamya potensi ikan tenggiri. Dalam
konteks ini data terakhir adalah untuk tabun 2003, sehingga besamya tingkat
pemanfaatan dan peluang pengembangan pemanfaatan potensi ikan tenggiri
tersebut adalah untuk tabun 2003. Untuk tabun-tabun berikutnya, misaInya 2004
dan seterusnya besamya tingkat pemanfaatan dan peluang pengembangan tersebut
tenlu akao berubah, dapat menjadi lebih kecil, tetap atau mungkin lebih besar
tergantung pada besarnya hasil pendugaan potensi dan kapasitas upaya
tangkapnya. Kalau diasumsikan besamya hasil pendugaan potensi dan kapasitas
upaya tangkap ikan tenggiri tetap, sedangkan perikanannya terus berkembang
yang artinya tingkat pemanfaatannya bertambah maka peluang pengembangannya
akan menjadi kecil. Sebaliknya, kalau basil pendugaan potensi dan kapasitas
upaya tangkap iakn tenggiri tetap, tetapi tingkal pemanfuatannya menurun karena
menunumya aktivitas perikanan akibat krisis ekonomi misalnya, maka peluang
pengembangannya akao menjadi bertambah atau lemh besar.
Kegiatan pemanfaatan potensi ikan tenggiri diperairan Sumenep
berlangsung sepanjang tabun, namun demikian teIjadi tluktuasi basil tangkapan
(seperti yang tergambar pada grafik perkembangan basil tangkap) karena
pengaruh musirn Untuk mengetahui pola musim penangkapan ikan tenggiri di
perairan Sumenep, rekomendasi yang diberikan oleh panel MeSS SISTEMIK®
SIMPEL adalah seperti yang terlihat pada keluaran informasi sub menu output
pola musim ikan (Gambar 32). Berdasarkan kelUlll8ll informasi sub menu output
tersebut, musim ikan tenggiri di perairan Sumenep terjadi pada bulan April
sampai dengan Juli dan pada bulan September sampai Oktnber. Puncak musim
ikan terjadi pada bulan Mei dan Oktnber dengan indeks musim berturut-turut 0.16
dan 0.63. Indeks musim ini menjelaskan bahwa pada puncak musim ikan tenggiri,
pmduksi ikan meningkat masing-masing sebesar 16% dan 63% dari pmduksi ikan
rata-rata bulanan (487.184 ton). Sebaliknya tidak musim ikan teIjadi pada bulan
Januari sampai Maret dan pada bulan November sampai Desember. Puncak
123
paceklik tidak musim ikan terjadi pada bulan Februari dan November, dengan
indeks musim berturut-turut -0.37 dan -0.26. Indeks musim ini menjelaskan
bahwa pada puncak paceklik tidak musim ikan, produksi ikan menurun masing
masing scbcsar 37% dan 26% dari produksi ikan rata-rata bulanan (487.184 ton) .
~ SISTIMIK r8J IkM"o PMgio o.ar
'-
toi .... o~
Sebebn St...-d. .....
SotaI/Jh StandAn&aai
• ModeID_Std<. ModeIO ___ ......... • oW '"'""'"
'"lotodelD<9S~ ,, ..... ,--,
H ..... EftO'l-Cotd> HIJI.EIIOIIa>uE Ii ..... E/Icn.f'!dJ
Tk.Pemon_ '-,-~
M ..... O~ ..... ,s.c.w.s~
T......, <*i "'"
B
. ,-· K.olWi..P~ 'NPP3L...1.J_
· "'- 'J_TOtu
'""""" ,~
,~ M ~ , .. . .-~: :: Tdo"M ..... .~ .. .(J01 '_101 .....
"' .. 019101 .....
"' .. QS2M_ .... ()25M_ "'--, ()161ot ..... .,.m .()12IidlkM ..... .~ .. ()()1Iot ....
"'''' Q14 Iotu ....
"'.'" .Q26 1_101 ..... .. '" .(J25 106010:."1 .......
~,,~
It .. Wi. p~ 1\oIpp3L...1.J_
Prcpnot p_ I ......
'SInlenlP
POLA MUSIM IKAN • l-IodeIOugeStd<.
,oW"""" ......... .""',.-ModoI()_Std<.
Sd....,j .. ,--
" ,. , .. " " .2
••
'~~~~~~~~~~~~~~~~~'. ,. " " ,. . , ••
"itHi < < ,
:l- • ,-H ..... EIIOII-Cotd> H ..... EIIOII-CPUE HIJIElfooI.f'IoH Tk.PemorI ...... ,--1-I ....... lkM"o
.< J :! t!. 1 ! • 2 ;
Gambar 32 Infonnasi sub menu output poJa musim ikan
.
. ·1
~ "ri
- "'", ...
124
Pola musim penangkapan tersebut berkaitan dengan adanya musim yang
teIjadi di Indonesia. Tomascik et al. (1997) menyatalam bahwa ada dua musim
yang terjadi di Indonesia, yaitu musim angin bant yang terjadi pada bulan
Desember sampai Februari dan musim angin timur yang teIjadi pada bulan Juni
sampai Agustus. Diantara kedua periode musim tersebut terdapat musim pera1iban
(pancaroba). Pada bulan Maret sampai Mei merupakan musim peraliban dari
musim angin barnt ke musim angin timur, sedangkan pada bulan September
samapi dengan November terjadi peralihan dari musim angio tirnur ke musim
angio barat. Pada saat musim peralihan umumnya kondisi cuaca baik dan tidak
bergelombang sehingga memungkinkan dilakukannya operasi penangkapan.
(2) Determinasi Unit Penangkapan Ikan
Kegiatan penangkapan ikan teoggiri diperairan Sumeoep menggunakan
berbagai jeni. alat tangkap deogan tingkat teknologi yang beragam. Penangkapan
tenggiri umumnya menggunakan aIat tangkap gillnet, rawai dan pancing dimana
masing-masing alat tangkap tersebut memiliki kemampuan tangkap (catchability)
dan selektivitas (selectivity) yang berbeda. Sehingga untuk maksud
pengembangan pemanfaatan poteosi ikan tenggiri di perairan Sumenep perlu
dilakukan perniliban teknologi penangkapan yang cocok menurut tinjauan aspek
biologis, teknik, ekonomi dan sosial.
Berdasarkan keluaran informasi sub menu outPut deterrninasi alat tangkap
panel MeSS SISTEMIK® SIMPEL (Gambar 33), alat tangkap gillnet dan pancing
direkomendasikan untuk menangkap ikan tenggiri karena mempunyai keragaan
yang lebib baik secara biologi, teIrnik, sosial dan ekonorni. Dari tiga alat tangkap
(gillnet, pancing dan rawai) yang digunakan unlli< menangkap ikan tenggiri di
perairan Surnenep, gilnet dan pancing memiliki nilai akor diatas 40 atau memiliki
75% nilai dari nilai yang dimiliki oleh alat penangkapan yang ideal yakni alat
tangkap yang dapat dipertanggungjawabkan secara biologi, teknik, sosial dan
ekonomi. Sementara rawai memilki nilai skor yang lebih rendah dibawah 30
dengan kata lain keragaan alat tangkap rawai secara biologi, teknik, sosial dan
ekonomi tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk dikembangkan sebagai alat
tangkap ikan tenggiri.
125
:- <;1~ThIIK rg)
KelS~ :bl~8etd1 Saez; Tengg.ri-
-.... 5_S-.-S ...... S~
ModoII Dl9/I Sloi'. • Mod,WeI ........ _ ......... .... '-"' '"-
'" 2
'"
KeI.\OII.~ \!JPPJlAU:J_
Plopr. iJ_T .....
"- S~
7 10 16 .3 9 6 12 29 S 1016 . 5
Gambar 33 Informasi sub menu output determinasi unit penangkapan
(3) Alokasi Sumbcrdaya Perikanan Optimal
Untuk pemilihan jumlah alaI tangkap ikan tenggiri dari dua jenis alai
tangkap allematif yang memberikan solusi optimaJ mclalui pengalokasian
sumberdaya yang ada (sumberdaya ikan, jumlah tenaga kerja, modal invcstasi dan
opemsi dan bahan bakar minyak) di perairan Sumenep, rekorncndasi yang
diberikan oleh panel MeSS SISTEMIK® SIMPEL adalah seperti yang terlihat
pada keluaran informasi sub menu output alokasi sumberdaya optimal (Gambar
34). Berdasarkan keluaran infonnasi sub menu output tcrscbut, dari dua altematif
keiompok unit penangkapan (gill net dan Pancing) yang cocok untuk
dikcmbangkan di perairan Kabupaten Sumenep, hanya terdapat saru kelompok
yang memberikan solusi optimal yait u keJompok unit gillnet.
Jumlah unit penangkapan yang dimungkinkan beropcrasi agar sumberdaya
ikan tenggiri dapal dimanfaatkan seeara optimal tanpa mengganggu
kclestariannya dipcrairan Sumenep Madura adalah setara dengan 48 unit gillnct
dcngan total keuntungan Rp 14 400 000 000.00. Pada kondisi yang memberikan
solusi optimal, scmua sumbcrdaya nclayan (960 orang) yang dialokasikan untuk
• 126
mengopcrasikan semua unit pcnangkapan yang memberikan pcmanfaalan optimal,
habis terpakai. Sumberdaya ikan tcoggiri yang dialokasikan untuk dimanfaatkan
taopa mengganggu ke lestariannya sebesar 634.944 ton per tahun. Bahan bakar
minyak bcrupa solar yang diperlukan untuk mcnunjang pengoperasian armada
pcnangkapan ikan sebesar 5 899 660.8 Jiter/tahun. Sementara modal kcrja yang
perlu disediakan untuk keperluan kcgiatan operasi penangkapan ikan tenggiri
dengan alat tangkap gillnet diperairan Sumenep adalah Rp 991 089 600.00.
Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa untuk memanfaatkan
sumberdaya ikan tcnggiri sceaTa optimal di perairan Sumenep, unit penangkapan
yang layak dikembangkan adalah unit gillnet dengan jwnlah keseluruhan unjt
penangkapan yang dimungkinkan untuk beroperasi adalah 48 unit.
~ SISTWIK rRl
MORI O'*"" SebeLmS~
SetMlSt~
10I03oI DtIQo Slat. IoIodelOot __
• MQdej.ll.lokaao
ModeI"~ --3P
" .........
,
o > .. ""
--:] -J
" " 0 o 8910400 l«OCOO:OO:l
Gambar 34 Informasi sub menu output alokasi sumberdaya optimal
(4) Kelayakan Usaha Pcmanfaatan Sum bcrdaya Pcr ikanan
>
Pengembangan perikanan tenggin dengan memanfaatkan sumberdaya ikan
tcnggin secara optimum dan dengan menggunakan teknologi penangkapan yang
memberikan solusi optimum perlu didukung dengan anal isis kelayakan usaha.
Tujuan anal isis ini adalah lU1tuk melihat roanfaat secara finansial apabila
127
pengembangan perikanan tenggiri di perairan Sumenep dilaksanakan, seltingga
investasi untuk membangun fasilitas dan biaya operasional yang digunakan
memberikan manfuat terhadap peoingkatan devisa dan pendapatan nelayan dan
pengusaha perikanan tenggiri.
Untuk peneotuan kelayakan usaha pemanfaa/an sumberdaya perikanan
tenggiri, rekomendasi panel MCSS SISTEMIK® SIMPEL ada1ah usaha
pemanfaatan sumberdaya perikanan tenggiri layak dikembangkan di perairan
Sumenep. Berdasarkan keluaran infonnasi sub menu output kelayakan usaha
dengan menggunakan discount rate 28% dan jangka waktu umur proyek 12 tahun
(Gambar 35), dari empat kriteria investasi yang digunakan (NPV, 1M, Net B-C
Ratio dan Pay Back Periode) terlihat bahwa pengembangan usaha pamanfaatan
ikan tenggiri layak dilaksanakan.
Nitai kriteria investasi NPV pada tingkat suku bunga 28% bemilai positif
(RP 630 504 000.00), nilai ini merupakan tanda suatu investasi dinyatakan layak,
karena selisih antara pendapatan dari usaha yang dilaknkan dengan biaya yang
dikeluarkan pada nilai sekarang lebih besar dari nol sehingga usaha pemanfaatan
sumberdaya perikanan mengumungkan. Nilai NPV ini juga menunjnkkan bahwa
selama umur investasi (dalam hal ini 12 tahun) usaha pemanfaatan sumberdaya
perikanan memberikan keuntungan sebesar nilai RP 630 505 000.00. Nilai IRR
64.49%, memberikan tanda bahwa tingkat suku bunga maksimal untuk sampai
kepada NPV sama dengan 001 masih lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku atau dengan kata lain niW tingkat suku bunga IRR (64.49"10) usaha
pemanfaatan sumberdaya perikanan lebih besar daripada tingkat suku bunga yang
ditetapkan Bank (20%), sehingga usaha pemanfuatan sumberdaya perikanan
tersebut dinyatakan layak. Nilai IRR ini juga bermakoa bahwa tingkat keun\ungan
atas investasi bersih yang ditanam ada1ah sejurnIah 64.49"10 jika seluruh
keuntungan yang diperoleh ditanam kemhali pada tahun berikutnya. Nilai Net B-C
Ratio 2.94, memberikan tanda bahwa perbandiogan total nilai kini manfuat bersih
yang positif dengan total nilai kini manfaat bersih yang negatif lebih besar dari I
(Net B-C Ratio'" I) atau NPV dari dari proyek tersebut lebih besar dari 001,
sehingga proyek tersebut layak. Nilai net B-C Ratio ini juga bennakna bahwa
manfaat yang diperoleh sebesar 2.95 kali \ebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
129
4.2.1.2 Panel Sistem Penuntun Manajemen Pemanfaatan Ruang Pesisir dan
Lautan, MCGS (marine and coastal guideline system)
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelwnnya bahw. panel MCGS
(marine and coastal guideline system) menyediakan fasilitas pengaksesan
(browsing) dan pemrosesan (processing) informasi spasial pemanfataan ruang
pesisir dan lautan dan informasi spasial pengelolaan sumberdaya pesisir dan
lautan. Informasi spasial yang bisa diakses dan diprcses pada panel MCGS untuk
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan antara lain infonnasi tentang
persyaratan biofisik atau kesesuaian lahan dari setiap kegiatan pemanfaatan ruang
pesisir dan lautan (pertanian sawah, pertanian teaalan, konservasi, pariwisata,
pemukiman, industri, pelabuban, dan budidaya tambak). Sementara Jenis dan
jumlab infonnasi spasial yang disediakan panel MCGS untuk pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan antara lain inforDIPSi tentang: (I) karakteristik
biofisik atau tata guna laban yang ada di wilayab pesisir dan lautan (distribusi
spasial, luasan dan kondisi ekosistem pesisir dan lautan: mangrove, non
mangrove, padang lamun, terurnbu karang, rumput laut, estuaria, pantai, rawa
pasang surut); (2) karakteristik permasalaban liIIgkungan pesisir dan lautan
(distribusi spasial kapasitas asimilasi perairan pesisit dan lautan, distribusi spasial
beban kerusakan lingkungan pesisir dan lautan: pencemaran, .brasi pantai,
eksploitasi swnberdaya berlebib, kemsakan habitat dan bencana alam); (3) aspek
sosial-ekonorni-budaya (distribusi spasial jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan:
pariwisata, pelabuban, transportasi; jumlab dan tiQgkat pertumbuban penduduk:
pendidikan, agama, mata peneabarian, kesebatan; distribusi spasial instrumen
pengelolaan sosekbud: lembaga sosial, lembaga ekonorni, lembaga budaya).
Secara ringkas dapat disimpulkan babwa informasi spasial penumfaatan
ruang pesisir dan lautan, menyajikan informasi spasial ketersediaan wilayab
pesisir dan lautan (availability marine and coastal use) hasil analisis kesesuaian
1aban untuk berbagai kegiatan penumfaatan ruang pesisir dan lautan seperti untuk
tujuan pembangunan industri, pariwisata, budidaya tambak, permukiman, dan
lain-lain. Sedangkan informasi spasial pengelolaan sumberdaya pesisir dan I.utan,
menyajikan informasi spasial penggunaan wilayah pesisir dan lautan (existing
marine and coastaJ use) yang keberadaannya telab dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lalltan seperti untuk mangrove.
padang lamun, pantai berpasir, tenunbu karang, dan lain-lain. Tulisan ini banya
130
memfokuskan pada basil verifikasi panel MCGS untuk pengaksesan dan
pemrosesan infonnasi spasiaJ pemanfaatan ruang pesisir dan lautan yakni
infonnasi spasial untuk melibat ketersediaan wilayab pesisir dan lautan
(availability marine and coostal use) basil analisis kesesuaian lahan untuk
herbagai kegiatan pemanfaatan ruang pesisiT dan lautan (persyaratan biofisik,
lokasi dan geografis serta luas area) demi tuntutan melaksanakan kegiatan
pembangunan wilayab pesisiT dan lautan yang lokasi dan geografisnya secara
ekologis sesuai dengan persyaratan biofisik dari kegiatan pembangunan tersebut.
Analisis pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan Kabupaten
Sumenep difokuskan pada anaIisis kesesuaian laban pada enam kecamatan yang
secara administratif memiliki akses langsung ke pesisir dan Iautan. Kegialan ini
dilakukan pada delapan penggunaan laban, yaitu untuk tambak, industri,
permuldman, pertanian sawah, pertanian tegaian, konservasi, pelabuban
perikanan, pariwisata babari. Setiap jenis penggunaan laban dianalisis
kesesuaiannya herdasarl<an ktileria kesesuaian laban dan persyaratan penggunaan
laban melalui parameter pembatas untuk masing-masing peruntukan ditinjau dari
aspek biofisik, dengan maksud untuk menilai apakab laban wilayab pesisiT dan
lautan Kahupaten Sumenep secara biofisik sesuai bagi peruntukan-peruntukan
dimaksud dan dimana saja lokasi peruntukan laban tersebut serta herapa luas
areanya Sebagaimana lelab disebutkan pada bagian metodologi, basil anaIisis
kesesuaian laban tersebut selaujutnya dikelompokkan ke dahun empal kategori
kesesuaian, yaitu sangat sesuai (SI), sesuai (S2), kurang sesuai (NI) dan tidak
sesuai (N2).
Berdasarkan keluaran infonnasi panel sistern pemanfaatan ruang pada
menu lata ruang SISTEMIK* SIMPEL, persyaratan biofisik, lokasi dan geografis
serta luas area untuk masing-masing kesesuaian laban adaIah sebagai herikut:
(1) Analisis Kesesuaian Laban Tambak
Penggunaan laban untuk tambak dapat diartikan sebagai pemanfaatan
ruang pesisiT dan lautan untuk pengembangan pertambakan dan budidaya ikan
atau komoditas lainnya. Kesesuaian laban untuk tambak dengan kalegori sanga/
sesuai, lokasi dan geografisnya berada di Kecamatan Kalianget dengan luas area
9.57 ha sementara kesesuaian lahan untuk tambak. dengan kategori sesuai. lokasi
131
dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek (8.47 ha), Pasongsongan
Ambunten (18.92 hal, Batu Putih (1.76 hal. Selebihnya adalah kesesuaian lahan
dengan kategori kUfang sesuai dan tidak sesuai dengan luas area 29.28 ha yang
menycbar di wilayah Kecamatan Batang-batang, Dasuk, BlUlO, Saronggi,
Paragaan. Peta kesesuaian lahan, lokasi dan gcografis scrta luas area unluk tambak
disajikan pada Gambar 36. Kescsuaian lahan tambak ini dianalisis berdasarkan
kriteria kemiringan lereng (0-2 %), jarak dari pantai (200-2000 m), jarak. dari
sungai (0-1000 m), jenis 1anah (aluvial pantai), kctinggian (m dp\), drainasc
(tergenang periodik), dan geoiogi (sedimen lepas).
BUDIDAYA TAMBAK
li' l , _ ,,, I ~,.., "", .... ""'7'''' If . . f"","-'-n~"""_ ..... __ .. _-_ ..... -"'.-....
Gambar 36 Peta kesesuaian lahan tambak
(2) Analisis Kcscsuaian Lahan Indutri
Penggunaan lahan untuk industri dapat diartikan sebagai pemanfaatan
ruang pesisir dan laulan untuk pengembangan industri, baik industri individual ,
berikat. maupun pergudangan. Kesesuaian lahan untuk industri dcngan ka1egori
sangat sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamalan Dungkek-Batang
batang dcngan luas area 6.34 ha, Kecamalan Pragaan seluas 20.01 ha, dan
Kecamatan Pasongsongan seluas 4.48 ha. Sementara kesesuaian lahan untuk
industri dengan kategori sesuai , lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamalan
Kalianget (5.57 ha) dan Dasuk-Batll Putih (2.88 ha). Selebihnya adalah kesesuaian
132
geografis serla luas area uotuk indutri disajikan pada Gambar 37. Kesesuaian
lahan industri ini dianalisis bcrdasarkan kriteria ketersediaan air lawar (>30 lis).
kctinggian (6·15 m dpl), kemiringan lcrcng (3-8%), drainase (tidak tergenang),
jarak dari sarana dan prasarana jaJan (0-200 m), aksesibilitas (>0.002 kerapatan)
dan fasilitas transportasi (5 unitlkm).
Gambar 37 Peta kcscsuaian lahan industri
(3) Analisis Kesesuaian Lahan Pcrmukiman
Pcnggunaan lahan uotuk permukiman dapat diartikan sebagai pemanfaatan
ruang pesisir dan lautan uotuk pengembangan permukiman, baik perumahan,
saraoa dan prasarana umum, perdagangan, perkantoran dan fungsional lainnya
yang terkait dengan kehidupan dalam suatu pemukiman. Kesesuaian lahan untuk
permukiman dengan kategori sangat scsuai, lokasi dan geografisnya menyebar di
Kecamatan Dungkek-Batang-batang dcngan luas area 6.07 ha dan Kecarnatan
Pasongsongan seluas 4.48 ha. Sementara kesesuaian lahan untuk pennukiman
dcngan katcgori scsuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan
Batuputih-dasuk (2.82 ba) dan Kecamatan KaJianget (5.57 1m). Sclcbihnya adalah
kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai dengan luas area 9.26 ha yang
133
menyebar di wilayah Keeamatan Dungkek-Gapura dan KaliangeL Peta kesesuaian
lahan, lokasi dan gcografis serta luas area untuk permukiman disajikan pada
Gambar 38. Kesesuaian lahan permukiman ini dianalisis berdasarkan kriteria
kemiringan lereng (3-8 %), ketersediaan air tawar (>30 Itldtk), jarak dari pantai
(>200 m), ketinggian (6-15 mdpl), drainase (tidak tcrgcnang), kedalaman efektif
tanah (31 -60 em), jarak dari sarana dan prasarana jaJan (0-200 m), fasilitas
transportasi (5 unit/km), dan aksesibilitas (>0.002 kerapatan).
Ijf Prope,tj lore' un!u~ n,"I"!,, tj ~ -- -
PEMUKIMAN F"",~ .. ~ ...... _ . ..,_ ...... __ ...... ..... _41>_- --
• ~
'" , ,-~
! '~~;';';;' hSLW i I ,. ; H
Gambar 38 Peta kesesuaian lahan pcmukiman
(4) AnaHsis Kesesua ian Lahan Pertanian Sawah
Penggunaan lahan untuk pertanian sawah dapat diartikan sebagai
pemanfaatan ruang pesisir dan lautan untuk pengembangan persawahan untuk
budidaya tanaman pangan. Kesesuaian lahan untuk pertanian sawah dcngan
kategori sangat sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek
Batuputih dengan luas area 6.07 ha dan Kecamatan Saronggi-Bluto seluas 11. 02
ha. Sementara kcscsuaian lahan untuk pertanian sawah dengan kalegori sesuai,
lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek-Gapura (8.48 ha),
SeJebihnya adalah kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai dengan luas
area 3.6 ha yang menyebar di wilayah Kecamatan Batuputih-Dasuk dan Kalianget
, Pcta kesesuaian lahan, lokasi dan geogratis serta luas area untuk pertanian sawah
134
disajikan pada Gambar 39. Kesesuaian lahan pertanian sawah ini dianalisis
berdasarkan kriteria memiliki kemiringan lereng (3 -8 %), kedalaman efektif tanah
(31 -60 em), jenis lanah (aluvial pantai), ketinggian (6-15 m dpl), drainase
(tergenang), ketersediaan air tawar (>30 I/dtk), penahan unsUf hara (sedang). dan
aksesibilitas (>0.002).
PERTANIAN
IiJ Pro!"'," I "!~r """., t, .... " " l8i . -f __ , ... ~ .. ,.,.;,._
.... ...."...,...._..,.;.<UOOJ.,.,. -..,~_ IS_W ....
Gambar 39 Peta kesesuaian lahan pcrtanian (sawah)
(5) Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian TcgaJao
Penggunaan lahan untuk pertanian tegalan dapat diartikan sebagai
pemanfaatan ruang peslSlf dan lautan untuk pengembangan tegalan untuk
budidaya tanaman industri. Kesesuaian lahan untuk pertanian tegalan dengan
kategori sangat sesuai, lokasi dan geografisnya tidak diperoleh di semua wilayah
kecamatan yang mempunyai akses ke wilayah pesisir dan lautan. Sementara
kesesuaian lahan untuk pertanian tegalan dengan kategori sesuai, lokasi dan
geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek-Batang-batang dengan luas area
16.38 ha. Selebilmya adalah kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai
dengan luas area 17.75 ha yang menyebar di wilayah Kecamatan Dasuk-Baruputih
dan Kecamatan Saronggi-Bluto. Peta kesesuaian lahan, lokasi dan geografis serta
luas area untuk pertanian (tegal) disajikan pada Gambar 40. Kesesuaian laban
pertanian tegalan ini dianalisis berdasarkan kriteria kedalaman efektiftanah (>75
- --------- - ----
135
em), pori air tersedia (Jempung haJus), batuan pennukaan tanah «5 %),
kelerengan «3 %), c rodibilitas (sangat rendah), drainase (tcrgenang periodik).
PERTANIAN (LA HAN KERING)
IiJ h"",,'''i,'''' .,,', .... ,"" I"" !8:
F .... _n~ ...... _ ... _---_ ..... ---
--1<; .... · ,·· ~ -.,~ , ... ,
Gambar 40 Peta kescsuaian laban pcrtanian (tcgalan)
(6) Analisis Kesesuaian Lahan Konservasi
Penggunaan lahan untuk konservasi dapat diartikan sebagai pemanfaatan
ruang pesisir dan lautan untuk pengembangan fungsi perlindungan, sistem
penyangga dan pengawetan keanekaragaman Oora dan fauna paJa semua
tingkalan lIofik ekosistem . Kesesuaian laban untuk konservasi dcngan kalegori
sangat sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek-Batang
balang dengan luas area 6.07 ha, Kecamatan Dasuk-Batuputih se1uas 2.83 ha dan
Kecamatan Gayam seluas 1.89 ha. Sementara kesesuaian lahan untuk konservasi
dengan kategori scsuai , lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan
Oungkek-Gapura (8.48 hal, Kaliangel (9.57 hal dan Batu Putih (1.74 ha)_
Selebihnya adalah kesesuaian lahan dengan kalegori kurang sesuai dan tidak
sesuai dengan luas area 40.23 Ita yang menyebar di wilayah Kecamatan
Pasongsongan-Ambunten, Saronggi-Bluto dan Pragaan. Peta kesesuaian Jahan,
lokasi dan geografis scrta luas area untuk konscrvasi disajikan pada Gambar 41.
Kescsuaian lahan konservasi ini dianalisis berdasarkan kriteria jarak dari garis
pantai «76 m), vegclasi panlai (pandan), jenis tanah (aluvial pantai), kemiringan
---.--
136
lereng (10·20 %), kelinggian (6-15 m dpl), drainase (tidak tergenang), vegetasi
lallt (ada), suhu perairan (29-31 C), dan salinitas perairan (31 -32 ppt)
I .. ~ ~ .. " .. ~ ... ,~.,. ----- - - - - --- ---- --
KONSERVASI
Gambar 41 Peta kesesuaian lahan konservasi
(7) Analisis Kesesuaian Lahan Pelabuhan Perikanan
-, • > -_TS£5U •• • ,
Penggunaan lahan untuk pelabuhan perikanan dapal diartikan sebagai
pemanfaatan ruang pesisir dan lautan untuk pcngcmbangan pelabuhan serta
fasilitas-fasilitasnya, baik pelabuhan tipe A, tipe 3 , tipc C, maupun tipe D scbagai
home base kegiatan pcnangkapan ikan. Kesesuaian lahan untuk pelabuhan
perikanan dcngan kategori sangat sesuai, lokasi dan geografisnya mcnycbar di
Kecamatan Pasongsongan-Ambunten dengan luas area 38.09 ha, Kecamatan
Pragaan seluns 10.36 ha, dan Kecamatan Batu Putih seluas 6.26 ha. Semenlara
kesesuaian lahan untuk pelabuhan perikanan dengan kategori sesuai, lokasi dan
geografisnya menyebar di Kecamatan Kalianget-Gapura (14.58 ha). Dungkek
Gapura (8 .54 ha), dan Gayam (9.36 ha). Selebihnya adalah kesesuaian lahan
dengan kalegori kurang sesuai dan tidak sesuai dcngan luas area 43.24 ha yang
menyebar di wilayah Kecamatan Dungkek-Batang-batang, Saronggi-Bluto dan
Dasuk-Batu Putih. Peta kesesuaian lahan, lokasi dan geografis serta luas area
untuk pelabuhan pcrikanan disajikan pada Gambar 42. Kesesuaian lahan
pclabuhan perikanan in] dianalisis berdasarkan kriteria produktifitas perikanan
137
(>800 tonlthn), keeepatan arus (0-20 em/dtk), tinggi gelombang (0-21 em),
amplitudo pasang surut (0-0.5 m). tipe pasang surut (harian tunggal), jarak dari
fishing ground «5 mil), jarak dari pennukiman nelayan «5 km), keterlindungan
(sangat terlindung), tekstur lanah (Iempung berpasir), kemiringan (10-20%),
aksesibilitas (>0.002), fasilitas transportasi (4 unit/kill), kedalaman kolam (>6 m).
PELABUHAN PERI KANAN
Gambar 42 Peta kcscsuaian laban pclabuhan peri kanan
(8) Analisis Kesesuaian Lahan Pariwisata Bahari
Penggunaan laban untuk pariwisata bahari dapat diartikan sebagai
pemanfaatan ruang peSISlf dan lautan untuk pcngcmbangan kawasan rekreasi
keindahan dan keaslian li ngkungan pesisir dan lautan beserta fasilitas-fasilitas
pendukung lainnya. Kesesuaian lahan unluk pariwisata bahari dcngan kategori
sangat sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek-Gapura
Batang-batang dengan luas area 29.74 ha, Batu Putih-Dasuk se luas 7.95 ha dan
Gayam seluas 4.52 ha. Sementara kesesuaian lahan untuk pariwisata bahari
dengan katcgori sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan
Saronggi-Bluto (15.6 hal, Talango (4.19 hal, Pragaan (4.75 hal dan Kangean (5.2
ha). Selebihnya adalah kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai dan tidak
sesuai dengan luas area 22.33 ha yang menyebar di wilayah Kecamatan
Kalianget-Gapura, Gayam dan Ambunten. Peta kesesuaian lahan, lokasi dan
.. ...... _ .. _._ .. _ ... ..... ............ .
138
geografis serta luas area untuk pariwisata bahari disajikan pada Gambar 43.
Kesesuaian lahan pariwisata bahari ini dianalisis berdasarkan kriteria kedalaman
dasar perairan (0-5 m), tipe tanah (pasir), kecapatan arus (0-0.2 mldtk), kecerahan
perairan (> 15 m), tipe pantai (berpasir), penutupan lahan pantai (ke lapa lahan
terbuka), ketersediaan air lawar (>30 Itldtk), dan aksesibilitas (>0.002).
Gambar 43 Peta kescsLlaian lahan pariwisata bahari
-~
" , "-, SAI<GO.1S.uu
" a" " -.... "
IIasi! anal isis kesesuaian lahan pesisir dan lautan Kabupaten Sumenep ini
selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan tala ruang wilayah pesisir
dan lautan yang sesuai dengan daya dukung lingkungan biofisik (carrying
capacity) untuk peruntukan tambak. industri, permukiman, pertanian sawah,
pertanian legalan, pariwisata, konservasi dan pelabuhan perikanan. Selanjutnya
untuk penyusunan tata ruang wilayah pesisir dan lautan, hasil analisis kesesuaian
lahan ini, dalam implemenrasinya dapat diperkaya dengan kajian kelayakan
pemanfaatan ruang, prioritas pcmanfaatan ruang, dan oplimasi pemanfaatan ruang
(Jankowski 1997; Chuvieco 1997; Subandar 1999).
Kajian anal isis kelayakan pemanfaatan ruang adalah penilaian tingkat
keuntungan yang dapat dicapai mclalui investasi dalam suatu kegiatan
penggunaan laban berdasarkan pertimbangan aspek finansial. Tujuan kajian ini
adalah untuk memilih altematif penggunaan lahan yang paling menguntungkan
139
dan loyak untuk dikembangkan. Kajian ini menggunakan pendekatan discount
rate. suatu metode untuk menilai kelayakan suatu program atau kegiatan
pembangunan melalui analisis biaya dan manfaat program atau kegiatan tersebut
dengan indikator nilai bersih saat ini. perbandingan keuntungan dan biaya
produksi. tingkat pengembalian bunga usaha, tingkat pengembalian investasi, dan
perbandingan penerimaan dan biayo produksi untuk sarnpai pada keputusan
tentang loyak tidaknya prognun otau kegitan tersebut dilaksanakan.
Kajian analisis prioritas pemanfaatan ruang adalah penilaian tingkat
kepentingan antara sam penggunaan laban dengan penggunaan laban yang lainnyo
berdasarkan pertimbangan aspek ekonomi, sosia! dan lingkungan. Penilaian
tingkat kepentingan penggunaan laban tergantung pada penilaian stakeholders
yang berkepentingan terbadap penggunaan laban. Tujuan kajian ini adalab untuk
meoentukan prioritas penggunaan laban yang pa!ing penting untuk dikembangkan.
Kajian ini menggunakan pendekatan analytical hierarchy process, suatu metode
untuk menangkap secara rasional persepsi orang-orang yang berkepentingan
dengan permasalaban tertenm mela!ui suatu prosedur unmk sarnpai pada skala
preferensi diantara berbagai set altematif.
Kajian anaJisis optimasi pemanfaatan ruang adalah penilaian tingkat
optimal penggunaan laban untuk setiap penggunaan laban berdasarkan
pertimbangan aspek ekonomi, sosia! dan lingkungan.Tujuan kajian ini adalab
untuk menemukan kombinasi atau alokasi pemanfaatan ruang optimal dengan
keuntungan secara ekonomi, sosia! dan lingkungan yang maksimal bagi berbagai
penggunaan laban. Kajian ini menggunakan pendekatan linear programming,
suatu metode untuk menentukan besarnya nilai masing-masing variabel
sedemikian rupa sehingga nilai fungsi mjuan yang linear menjadi optimum
(maksimurn atau minimum) dengan memperhatikan pembatas input yang ada
untuk sarnpai pada kombinasi a!okasi sumberdaya yang optimal yang dapat
dijadikan pilihan a!teruatif kebijakan.
140
4.2.3 V.Udasi Prototipe Sistem.
Setelah tahap verifikasi (pembuktian) prototipe sistern infotmaSi selesai
dibuktikan, selanjutnya dilakukan usaha penarikan kesimpulan yang meyakinkan
untuk mengetahui apakah sistem informasi yang dibangun ini merupakan
perwakilan yang sah dari reaIitas yang dikaji. Tahapan ini disebut dengan tahaP
validasi (keabsahau) prototipe sistem, dengan sejumlah proses iteratifyang berupa
pengujian berturut-turut sebagai proses penyempumaan sistem informasi dan
urnumnya tahap ini akan rnenghasilkan kesimpulan tentang kelebihan dan
kekurangan sistem informasi yang telah dirancang.
Proses validasi ini seyogyanya dilakukan secara kontinyu sampai
kesimpulan bahwa sistern infotmaSi yang dirancang telah didulrong dengan
pembuktian yang memadai melalui pengukuran dan observasi. Namun seringka1i
dijumpai kesulitan pada tahap ini karena kurangnya data yang tersedia ataupun
sempitnya waktu guna melalrukan validitas. Suatu sistem informasi mungkin telah
mencapai status validasi meskipun masih menghasilkan kekurangbenaran output
(Eriyalno 2003). Disini sistem infonnasi adalah absah karena konsistensinya,
dimana basilnya tidak bervariasi \agi.
InfotmaSi yang diperoleh pada tahap validasi prototipe sistem akan
berguna untuk menentukan prioritas pengumpulan infonnasi lanjutan, koleksi
data, perbaikan estimasi dan penyempumaan model dan kriteria dari sistem
infonnasi terpadu ini. Usaha ini akan berperan banyak dalam menyeimbangkan
aktivitas perancangan sistem infotmaSi dan aktivitas pengumpulan data yang pada
prinsipnya mencari efisiensi waktu, biaya dan tenaga untuk. penyempurnaan
sistem infonnasi yang telah dirancang.
Validasi prototipe sistem infomasi pemanfaatan sumberdaya perikanau
dalam pengelo1aan sumberdaya pesisir dan lautan ini telah beberapa kali
dilakukan baik melalui ground truth langsung kelapangan, wawancara dengan
stakeholders maupun melalui diskusi pakar. Terakhir, keahsahau sistem informasi
terpadu ini divalidasi pada diskusi sosialisasi rencana pengelolaan pesisir dan
laUIan Selat Madura di Inu1apan kepa1a Dinas Kelautan dan Perikanan Provins~
Kabupaten, Kola se-KORWIL IV Jawa Timur (Sumenep, Pamekasan, Sampang,
Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo) pada tanggal
141
20 April 2005 di Kantor Karesidenan Pamekasan. Pengujian-pengujian ini
menghasilkan kesimpulan tentang kelebihan dan kekurangan sistem informasi
terpadu ini hubungannya dengan tujuan penelitian rancang bangun sistem
terkomputerisasi.
HasH rancang bangun sistem infonnasi ini memenuhi tujuan utama
penelitian yakni sehuah sistem infonnasi terintegrasi (integrated information
system) yang berkualitas dari segi produk (well-deveioped system) dan proses
pengembangan sistem (well-managed system), serta relevan terhadap usaha
pengelolaan swnberdaya pesisir dan lautan secara terpadu (organizational
relevance). Keberhasilan pencapaian tujuan pengembangan sistem (system
deveiopmenJ goals) ini dapat diuraikan dengan menggunai<an pendekatan
Burrough (1986); Aronoff (1989); Alter (1992); Jordan dan Machesky (1994).
p~ penelitian ini berhasil menciptakan sistem infonnasi terintegrasi.
Hal ini ditandai dengan berhasil dilintasfungsikannya atau dintegrasikannya
sistem informasi manajemen (management in/ormation system) bagi penyediaan
informasi yang mempresentasikan aspek deskriptif dari fenomena-fenomena
pesisir dan lautan yang dimodelkan dan sistem infonnasi geografis (geographical
information system) bagi penyediaan infonnasi yang mempresentasikan aspek
keruangan dari fenomena-fenomena pesisir dan lautan yang dimodelkan. Oleh
sehab ito sistem infonnasi ini disebut sistem infonnasi lintas fungsi (cross
functional information system) atau sistem infonnasi terintegrasi (integrated
information system) yang dikenal dengan nama SISTEMIK® SIMPEL.
Pengintegrasian ini dimungkinkan herkat adanya perkemhangan teknologi
perangkat keras yang diiringi oleh perkemhangan perangkat lunak serta
kemampuan perakitan dan penggabungan heberapa teknik pengambilan keputusan
ke dalam hangunan sistem. Pengintegrasian perangkat keras, perangkat lunak dan
teknik keputusan tersebut menghasi1kan sistem informasi yang memungkinkan
pengguna melakukan pengambilan keputusan dengan lebih cepa! dan cermat.
Disamping ito sistem infonnasi ini memperbesar kemampuan pembuatan
keputus~ menigkatkan ketelitian dan mempercepat prosesnya dan juga menjadi
semakin ekonomis. Dengan demikian pengintegrasisan dua teknik evaluasi 81M
142
dan SIG telah menciptakan sistem informasi yang efektif dati segi desain dan
efisien dari segi akses.
Teknologi SIM dan SIG lelab terbukti banyak digunakan sebagai tools
yang diterapkan pada pengelolaan snmberdaya pesisir dan lautan. Masing-masing
leknologi memilliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Oleh karena
itu, integrasi kednanya merupakan suatu kemajnan dalam ilmu pengelahnan,
khususnya dalam hal pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Keduanya saling
melengkapi unluk mendapatkan suatu konsep pengelolaan yang lebih konfrehesif
dan terpadu. Keberbasilan pengelolaan sumberdaya pesisif dan lautan secara
terpadu dipengaruhi oleh mekanisme pengelolaan yang dijalani. Rangkaian
mekanisme pengelolaan ini distrukturisasi dalam sistem pengelolaan yang tidak
lain merupakan sistem yang menghasilkan keputusan-keputusan yang diperlukan
guna menjamin keberbasilan pengelolaan. Oleh karena ketajaman keputusan yang
dihasilkan dipengaruhi oleh kelengkapan dan keakuratan informasi yang
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan itu sendiri, maka pengintegrasian
SIM dan SIG dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan sangat penling
untuk menyediakan infonnasi pendukung keputusan dengan jenis infonnasi
atributal dan infonnasi spasial.
Dalam kaitannya dengan sistem informasi terintegrasi yang berhasil
dirancang, maka peran infonnasi yang dibasilkan antara lain:
(I) haformasi attibutal adalab jenis informasi yang bersifat tabular dan grafis
yang digunakan untuk mempresentasikan aspek deskriptif dati fenomena
fenomena pesisir dan lautan yang dimndelkan. Informasi ini berperan untuk
penentuan tingkat pernanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan. Disini SIM
digunakan notuk mempermudah analisis pernanfaatan sumberdaya wilayab
pesisir dan lautan yang sesuai dengan kaidah pemanfaatan sumberdaya yang
bertanggung jawab dalam pemrosesan transaksi, perolehan informasi dan
duknngan dalarn pengambilan keputusan dalam bentuk marine and coastal
support system (MeSS)
(2) haformasi spasial adalab jenis informasi yang bersifat lokasi dan geografis
yang digunakan untuk yang mempresentasikan aspek kernangan dati
fenomena-fenomena pesisir dan lautan yang dimodelkan. Infonnasi ini
143
berperan untuk penentuan tingkat pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
lautan. Disini SIG digunakan untuk mempermudah analisis pemanfaatan
ruang dan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan yang sesuai dengan daya
dukung lingkungarutya dalam bentuk marine and coastal guideline system
(MCGS)
Kedua, penelitian ini berhasil menciptakan sistem informasi terintegrasi
yang berkualitas dari segi produk (well-developed system). Salah salu aspek yang
menentukan kualitas sistem ini adalah fungsionalitas sistem. Fungsi sistem ini
menunjukkan perolehan produk sistem hubungannya dengan pemenuhan
kebutuhan pengguna. Fungsi sistem ini bekeIja dengan baik, dengan kata lain,
sistem dapat dianda1kan (reliably), mudah dioperasikan (easily), dan elisien
(efficiently). Masing-masing karakteristik ini dapal dijelaskan lebih jaub sebagai
fungsi sistem untuk mengbasi1kan produk sistem yang berkualitas.
Keandalan sistem infonnasi terintegrasi ini dibuktikan dengan kemampuan
sistem uotuk menyajikan output infonnasi berkualitas yang dapat diukur
berdasarkan:
(I) Pemaparan berbagai macam tipe infonnasi yang sesuai dengan tujuan
pengelolaan swnberdaya pesisir dan lautan. Sistem infonnasi terintegrasi ini
mampu menyajikan semua tipe infomasi (terfonna!, teks~ audio, video, dan
citra) kedalam aplikasi manajemen dialog (interface base management
system). Sehingga sistem infonnasi ini bersifat multimedia dengan
kemampuannya menggabungkan semua tipe infonnasi tersebut. Penyajian
semua tipe infonnasi ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna dalam
memanfaatkan nilai infonnasi yang dipresentasikan sistem. Tipe infonnasi
terformat digunakan untuk menyajikan informasi transaksi seperti hasil
tangkap dan upaya tangkap ikon, luas mangrove, volume polutan, jumlah
penduduk dan lain-lain. Tipe informasi teks digunakan untuk menyajikan
infonnasi semacam rencana pengelolaan tenunbu karang. jenis vegetasi
padang lamun, pemanfaatan mangrove dan lain-lain. Tipe infonnasi audio
digunakan untuk mempresentasikan suara aktivitas sosial masyarakat
pesisir. aktifitas penangkapan ikan, aktivitas pengelolaan ekosistem dan lain
lain. Tipe infonnasi video digunakan untuk mempresentasikan gerak
144
aktivitas sosial masyaralcat pesisir, aktifitas penangkapan ikan, aktivitas
pengelolaan ekosistem dan lain-lain. Tipe infonnasi citra digunakan untuk
menyajikan gambar pan!ai, gambar mangrove, peta suhu pennukaan laut,
peta daerah penangkapan ikan, peta kesesuaian lahan dan lain-lain.
(2) Deraiat kebenaran (accuracy) dan kerincian (precise) informasi tinggi.
Derajat akurasi dan presisi ini berlaku untuk semua tipe informasi yang
dimiliki sistem. Misalnya, informasi citra suhu permukaan laut dan daerah
penangkapan ikan, tingginya derajat kepresisian ditunjukkan oleh besarnya
jumlah piksel per inci (dots per inch, dpi) atau biasa disebut resolusi citra
yakni dengan resolusi 280 dpi sehingga kualitas citra suhu pennukaan laut
dan daerah penangkapan ikan yang dihasilkan terlihat sangat je1as.
Sedangkan tingginya derajat keakurasian ditunjukkan oleb tingkat kebenaran
informasi lintang dan bujur daerah schooling ikan yang diperoleh saat
ground check yakni sekitar 80"10. Derajat yang tinggi ini dirnungkinkan
karena ketelitian yang tinggi dalam pengumpulan, pemrosesan dan
peny.yian data sehingga bias informasi dapat dikurangi.
(3) Tingkat ketepatan waktu informasi sesuai dengan upaya pengambilan
keputusan. Sistem infonnasi terpadu ini menghasilkan informasi secara
perindik skala barian seperti infonnasi citra suhu dan daerah penangkapan
ikan, skala bulanan seperti informasi terformat rousirn penangkapan ikan,
dan infonnasi skala tahunan seperti infonnasi terformat pendugaan potensi
ikan. Masing-masing infonnasi tersebut dikumpu1kan dan dipmses dengan
interval waktu tertentu sesuai dengan skala perindiknya. Oleb karena sistem
infonnasi ini bersifat online dan multiple client dimana data dapat
dikumpuJkan, diplOses dan disajikan seketika, row informasi yang
disajikan tidak usang atau kedaluwarsa ketika sampai kepenerima. sehingga
masih ada waktu untuk menggunakan infonnasi tersebut sehagai bahan
pengambilan keputusan.
(4) Tingkat keringkasan dan kelengkapan infonnasi tidak berlebiban. Sistem
informasi terpadu ini menyajikan informasi yang ringkas tetapi lengkap
yang dikemas dalam bentuk ikhtisar sesuai dengan kebutuhan penerima
infonnasi: operasional, manajerial dan strategis. Infonnasi lengkap dan
145
ringkas yang disajikan siSlem terpadu ini semakin mudah untuk diserap dan
dipahami pengguna karena penyajiannya melibatkan berbagai tipe infonnasi
(terformat, teks, audio, video, dan citra) yang disesuaikan dengan kebutuhan
penyajian infonnasi sehingga penggwta mudah melakukan interpretasi.
(5) Kemudahan akses informasi adalah terjamin. Sebagai sistem infomasi online
dan multi/pie client, bangunan sistem terpadu ini dilengkapi dengan
kemampuan untuk terhubWlg dengan komputer server yang menyimpan data
untuk pengaksesan infonnasi dan kemampuan untuk terhubung ke ISP
(internet service provider) yang memudahkan pengaksesan infonnasi dari
berbagai tempat. Dengan kemampuannya yang memudahkan pengaksesan
infonnasi. sistem ini menjadi sangat berguna bagi siapa saja, tidak terbatas
pada pengelola sumberdaya pesisir dan lautan tetapi juga para stakeholders
yang juga ikut menikmati hasilnya.
Seperti halnya keandalan, kemudaban dalam pengoperasian menjadi ciri
dari sistem terintegrasi ini. Kemudahan ini berarti bahwa sistem mudah untuk
mengerti keinginan pengguna dan berinteraksi dengan pengguna dengan cam yang
konsisten. Hal ini dimungkinkan karena sistem ini dilengkapi dengan manajemen
penyelenggara dialog (interface base management system) yang sangat
memudahkan pengguna untuk menggunakannya (user friendly) yang menyajikan
output sistem pada pemakai dan mengmnpulkan input ke dalam sistem.
Manajemen penyelenggara dialog merupakan antannuka pemakai yang
menjembatani antara sistem dengan pemakai melalui bahasa komunikasi. Bahasa
komunikasi yang diterapkan dalam gaya dialog sistem ini anIMa lain bahasa aksi
(apa yang bisa digWJakan pemakai untuk berkomunikasi dengan sistem), bahasa
tampilan (apa yang hams diketahui pemakai dari sistem), maupun basis
penge!ahuan (pengetahuan mengenai struktur sistem dan prosedur umum
pengoperasian sistem). Kombinasi dari kemampuan diatas disebut gaya dialog
yang meliputi pendekatan tanya jawab, menu-menu, bahasa perintah, dan
pengisian tempat kosong. Manajemen dialog ini mempunyai kemampuan untuk
menangani berbagai gaya dialog, bahkan jika mungkin mengkombinasikan
berbagai gaya dialog, menampilkan data dengan berbagai variasi format dan
peralatan keluanm, dan kemampuan untuk mengakomodasikan tindakan pemakai
146
dengan berbagai peralatan pemasukan. Selanjutnya gaya-gaya dialog ini di
interface-kan dalam bentuk fonn-form yang menarik dengan perangkat desain
grafik canggih Macromedia® Dreamweavero 4 dan Adobe® PhotoshopO 7.
Disamping menyajikan gaya-gaya dialog yang menarik, sistem terintegrasi ini
juga menyajikan instruksi pemakaian yang mudah digunakan dan mudah
dipelajari dalam format dokumen pengoperasian user's manual dan help screen.
Dalam hal yang sarna efisiensi juga menjadi ciri dari bangunan sistem
terpadu ini. Meskipun kompleks sistem ini masih mempunyai kemampuan
memaksimwnkan kecepatan dalam pemrosesan transaksi dan meminimumkan
waktu dan kehutuhan memori. Kemampuan ini masih dimungkinkan dimiliki
sistem yang kompleks ini karena peogkodean program pada saat implementasi
perancangan fisik dalam program komputer dikodekan dengan bahasa Visual
BasicVersi 6.0. Pengkodean dengan versi ini memberikan beberapa keuntungan
karena pengkodean bahasa pemrograman ini bersifllt terstrulctur tanpa terjadi
lompatan dari satu instruksi ke instruksi yang lain yang tidak berurutan sehingga
meminimwnkan waktu eksekusi program. Disamping itu pengelolaan data,
kriteria dan model dalam manajemen basis sistem (DBMS, CBMS, MBMS) dapat
meminimumkan spasi penyimpanan dan mempermudah retrieval data, kriteria dan
model sehingga meminimumkan kebutuhan memori. Dengan demikian sistem ini
mampu menghindari terjadinya retiudancy.
Aspek tainnya yang menentukan kualitas bangunan sistem terintegrasi ini
adalah kemudaban dalam perawatannya. Kemudahan perawatan sistem ini
dicirikan oleh sistern yang mudah dimengerti (wuJerstandability), mudah
dimodifikasi (modifiability), dan mudah diujiooba (testability). Perancangan
sistem informasi terpadu ini menyertakan dokumentasi pengembangan sistem dan
dokumentasi pengoperasian sistern y_ jelas sehingga pengguna dapat mengerti
sistem secara lebih mudah. Disamping itu modui-modui pengembangan bersifat
independen satu sarna lain sehingga akan memudahkan pengguna untuk
memodifikasi sistem karena perubahan pada satu modul tidak meminta perubahan
pada modul yang lainnya. Pengujian sistem terpadu ini juga menjadi mudah
karena karena dokumentasi pengoperasian sistem terdokemuntasi dengan baik.
Melalui berbagai ujicoba, sistem ini juga cukup kuat ketika tetjadi kesalahan
147
prosedur dengan menyediakan pesan kesalahan (message error) yang akan
memudahkan perbaikannya Secara singkat dapat dikatakan aktivitas perawatan
(maintainance activity) sistem ini dapat dilakukan dengan mudah dengan basil
yang akan disajikan dalam pesan kesaJahan danjejak penelusuran yang teliti.
Aspek ketiga sebagai faktor dasar penentu kualitas produk sistem terpadu
ini adalah fleksibilitas sistem terhadap perubahan yang teljadi diluar sistem secara
kontinyu. Fleksibilitas ini penting sebagai jaminan bahwa sistem ini masih dapat
berfungsi dengan baik jika teljadi perubaban lingkungan sistem (tempat.
bardware, dan software). Terbadap perubaban lingkungan sistem yang teljadi
secara teros meDerus, fleksibilitas sistem terpadu dijelaskan dengan kemampuan
sistern ini berdaptasi (adaptability) dan mudab dipindahkan (portability).
Kemampuan portabilitas sistem ditunjukkan dengan kemampuannya
menyesuaikan diri dengan berbagai perangkat keras (hardware) milcro komputer,
mini komputer dan mainframe komputer dengan berbagai macam perangkatnya
(device), walaupun mainframe menjadi pilihan utama pengoperasian sistem ini.
Kemampuan portabilitas sistern ini juga didukung oleh pilihan babasa
pemrograman yang standar yakni babasa pemrograman generasi ke tiga dan
beraras tinggi Visual Basic Versi 6.0 yang memungkinkan sistem ini dapat
beroperasi dengan sistem operasi komputer yang berbeda tanpa hams menulis
kembaJi kode program sistern. Pendeknya sistern ini dapat beroperasi dari satu
sistem operasi ke sistem operasi yang lainnya tanpa merevisi kode programnya
Kemampuan adaptasi sistem ini dicirikan oleh independensi data dan
program yang memuugkinkan perubaban data tidak diiknti oleh perubaban
program yang mereferensi data. Independensi data-program pada sistern terpadu
ini dimungkinkan karena data diorganisasikan dalam basis data dan ditangani oleh
DBMS, program aplikasi untuk mengelola basis data, sehingga program dapat
ditulis dan tidak tergantung pada struktur basis data. Berbeda jika data dikelola
dalam sistem berkas. Dengan basis data dan penanganan oleh DBMS, program
tidak akan terpengarub sekiranya bentuk fisik data dirubab. Ringkasnya
fIeksibilitas yang dimiliki sistem ini memuugkinkan pengelola dapat
menggunakan sistem yang sudah penulis rancang untuk menye1esaikan berbagai
pennasalahan dalam pengelolaan pesisir dan lautan.
148
Ketiga, penelitian ini berhasil menciptakan sistem informasi terintegrasi
yang berkualitas dari segi proses (project management). Pada waktu pembahasan
kualitas produk sistem fokusnya pada produk pengembangan sistem (we/l
developed system), sementara pada pembahasan kualitas proses sistem fokusnya
pada proses pengembangan sistem (well-managed system). Proses pengembangan
sistem yang dikelola dengan baik mempunyai pengaruh yang besar pada
suksesnya pengembangan sistem. Kualitas produk sistem yang baik tidak akan
diperoleh jika penyelesaian sistem melampaui waktu dan anggaran yang telab
disediakan dan kondisi ini menjadi indikator pengembangan sistem yang gaga!.
Kualitas proses pengembangan sistem terpadu ini ditandai dengan penyelesaian
perancangan sistem infonnasi sesuai schedule. biaya penyelesaiannya sesuai
dengan budget dan dalam perancangannya melibatkan kebutuhan stakeholders
pesisir dan lautan.
Waktu penyelesaian sistem terpadu ini tidak terlalu lama (sekitar dua
tabun) untuk ukuran pengembangan sistem yang dibangun sendiri tanpa
organisasi team pengembangan (development learn member) dan juga tidak terlalu
mabal (sekitar 46 juta rupiah) untuk ukuran sistem besar dan terpadu.
Penyelesaian pengembangan sistem terpadu ini sesuai dengan schedule dan
budget yang ditetapkan tanpa merubah ruang lingkup pengembangan sistem atau
penggelembungan dana. Sistem yang baik secara te\enis mungkin bisa gaga! dalam
penerapannya sebagai akibat tidak memuaskan pengguna. Untuk itu dalam proses
pengembangan sistem terpadu ini, penulis melibatkan kebutuhan para pengguna
sistem melalui observasi. wawancara langsung. diskusi pakar, studi literatur,
pengamatan terhadap sistem infonnasi sebelumnya dan professional judgement
penulis untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan sehingga dihasilkan produk pengembangan sistem
yang berkualitas. Hal lain yang penling adaIab komitmen para pengguna untuk
menyesuaikan diri nantinya dengan sistem baru ini dengan mengambil
keuntungan penub dari semua fungsi-fungsi yang disediukan. Inilab sebenarnya
yang menjadi faktor kunci penentu suksesnya pengembangan sistem terpadu ini.
Terakhir, penelitian ini berhasil menciptakan sistem inforrnasi terintegrasi
yang relevan terhadap usaha pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan
149
(organizational relevance). Sebuah sistem infonnasi terintegrasi dengan kualitas
produk dan proses yang tinggi akan sia-siajika tidak memberikan kontribusi pada
tujuan pengelolaan. Karena itu agar suatu sistem berkontribusi pada suksesnya
pengelolaan, sistem ini hams relevan dengan tujuan pengelolaan. Dengan kata lain
sistem ini barns mampu membantu pengelola mencapai tujuan pengelolaan pesisir
dan lautan dengan memproduksi infonnasi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan: operasional. manajerial dan strategis. Hasil validasi sistem ini di
hadapan kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, Kabupaten,. Kota se
KORWIL IV Jawa Timur tanggal 20 April 2005 memberi bukti babwa sistem
informasi ini mendukung masing-masing level pengambilan keputusan
(operasional, manajerial, dan strategis) dan dapat dijadikan sebagai keunggulan
kompetitif pengelolaan. Berdasarkan perspektif ini sistem terpadu ini mampu: (I)
melakukan pemrosesan transaksi dan mernproduksi laporan (transaksi basil
tangkap ikan, upaya tangkap, luasan mangrove, luasan terumbu karang, tingkat
abrasi pantai, dan lain-lain) untuk perencanaan operasional pengelolaan pesisir
dan lautan; (2) menyediakan infonnasi dan summary report (alokasi sumberdaya,
kelayakan usaba, determinasi alai, dan lain-lain) untuk perencanaan manajerial
pengelolaan surnberdaya pesisir dan lautan; dan (3) men-generate analisis dengan
perangkat permodeian dan analisis kriteria spasial untuk perencanaan s!rategis
dalam pemanfaatan surnberdaya dan pemanfaatan mang wilayab pesisir dan
lautan untuk mencapai tujuan pengelolaan sumberdaya dan ruang pesisir dan
iautan yang optimal dan berkelanjutan.
Kelemahan akan selalu muncul sebagai konsekuensi logis dari suatu
pengembangan sistem infomasi. Kelemahan utama sistem informasi terpadu ini
adalab ukuran volume manajemen basis sistem (DBMS, MBMS, CBMS) yang
akan bertambah jika ada penambaban data, model, dan kriteria sebingga
kecepatan akses informasi menjadi berkurang. Disamping mempengarubi
kecepatan akses informasi, konsekuensi lainnya dari penambaban data, model dan
kriteria terhadap manajemen sistem adalab kebutuban media penyimpanan dan
memori yang besar agar sistem dapat beketja secara efisien.
Sebagai sistem yang melintasfungsikan teknik pengambilan keputusan
SIM dan SIG, sistern terpadu ini mempunyai tingkat kompleksitas tinggi yang
150
mengbaruskan administrator basis sistem dan pengguna sistem benar-benar
memahami fungsi-fungsi dalam sistem, agar memperoleh manfaat yang optimal
dari sistem. Kegagalan memahami sistem terpadu tni dapat mengakibatkan
keputusan yang salah, yang akan memberikan dampak serius bagi pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan.
Sebagai sistem online dan dynamic, sistem terkomputerisasi ini
menghadapi ancaman terhadap keamanan infonnasi. Penggunaan teknologi
komunikasi untuk menciptakan sistem online dan dinamis memang
berkecenderungan membuat pelanggaran terhadap privasi infonnasi jauh lebih
mudah terjadi. Sesuai dengan sifatnya, teknologi komunikasi mendukung
penyediaan akses untuk semua kalangan dan tidak menjadi pengbalang bagi
kelompok orang tertentu untuk mengakses infonnasi. Dengan sifat sistem seperti
ini akan memudahkan pengaksesan infonnasi oteh semua orang. baik yang
berwenang maupun yang tidak berwenang, sehingga kerahasian infonnasi menjadi
kecil dan peluang penyalahgunaan informasi menjadi sang.t besar. Masalah
masalah ketidakamanan dan pengaksesan infonnasi oleh pihak yang tidak
berwenang menjadi sangat mungkin teIjadi pada sistem online dan dynamic ini
daripada sistem yang bersifat ofJIine dan sIalic.
Penerapan sistem infonnasi terkomputerisasi pada usaha pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan sebagai suatu sistem yang barn, mempunyai
beberapa kelemahan jika dibandingkan dengan sistem yang lama yang masih
manual. Penerapan komputerisasi dapat menjadi tidak elisien bila penerapan
tenebut tidak diimbangi dengan adanya pelatiban sumberdaya manusia Sistem
barn ini juga mentinta kebutuhan perangkat keras dengan spesifikasi tertentu.
Sehingga pada tahap awol konversi sistem lama ke sistem barn ini akan
memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pembelian penmgkat keras dan
pelatihan sumberdaya manusia. Dengan kondisi seperti ini rata-rata harga sistem
terpadu ini menjadi sangat mahal.
Kelemahan lainnya setelah sistem baru ini berhasil mengkonversi sistem
lama adalah tingkat kegagalan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan menjadi
sangat tinggi jika teIjadi kegagalan sistem baik kegagalan aktif maupun kegagaIan
pasif. Kegagalan aktif meneakup kecurangan dan kejahatan terhadap komputer
151
seperti penyalahgunaan infonnasi dan pencurian. Kegagalan pasif mencakup
kegagalan sistem akibat kesalahan manusia, gangguan perangkat keras maupWl
kegagalan perangkat lunak seperti kesalahan memasukkan data, penghapusan
data, rusaknya hardisk, rusaknya sistem, dan program virus komputer. Hal ini
dimWlgkinkan karena setelah konversi penuh sistem lama ke sistem baru, pemakai
akan meninggalkan sistem lama dan akan sangat tergantung pada konsistensi dan
integritas sistem bam.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka sistem infonnasi terintegrasi
SISTEMIK"' SIMPEL ini dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan atribut maupun
spasial dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Pertanyaan-pertanyaan
atribut maupun spasial dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan yang
bersifat konseptual yang dapat dijawah adalab sehagai berikut: (I) What is at ?
(obyek); (2) Where is it? (Iokasi); (3) What has changed since? (perubahan); (4)
What atributaJ and spatial patterns exist? (pola); dan (5) What if? (pennodelan).
Pertanyaan pertama dapat dijawab dengan mempresentasikan aspek
deskriptif dari fenomena-fenomena pesisir dan Iautan yang ten!apat pada lokasi
tertentu secara tabular dan gratis. Pertanyaan ini dapat memberikan keterangan
suatu obyek yang terdapat pada lokasi tertentu. Pertanyaan kedua dapat dijawab
dengan mempresentasikan aspek keruangan dari fenomena-fenomena pesisir dan
Iautan yang lokasinya ingin diketabui secara lokasi dan geogratis. Pertanyaan ini
dapat menemukan lokasi yang memenubi beberapa syarat dan mteria sekaligus.
PerIanyaan ketiga dapat dijawah dengan mempresentasikan keoenderungan
(trend) perubaban atributal dan perubahan spasial dari fenomena-fenomena pesisir
dan Iautan yang dimodelk.an dengan membandingkan beberapa data atribut dan
spasial dari beberapa kali pengamatan dan penguk.uran secara periodik.
Pertanyaan k.etiga akan memberikan keterangan tentang tingk.at pemanfaatan
sumberdaya dan tingl<at pemanfaatan ruang wilayab pesisir dan Iautan. Pertanyaan
keempat dapat dijawab dengan mempresentasikan penyirnpangan-penyirnpangan
terhadap pol.-pol. aktual yang dikenal. Pertanyaan keempat ini akan memberikan
keterangan tentang tingk.at kemsakan sumberday. dan tingk.at kemsakan mang
wilayab pesisir dan lautan. Pertanyaan kelirna dapat dijawah dengan menyediakan
pennodelan sehagai fungsi dasar transfonnasi. Pertanyaan terakhir ini akan
152
memberikan keterangan tentang basil proyeksi dan analisis pemanfaatan
sumberdaya dan mang wilay3h pesisir dan lautan kedepan.
Dengan melihat kemampuan SISTEMIK® SIMPEL tersebut, maka
permasalahan umurn yang sering terjadj di wilayah pesisir dan lautan yakni
konflik pemanfaatan surnberdaya dan pemanfaatan ruang dapat dicari jawabannya
sehingga diperoleh pengelolaan pesisir dan lautan yang optimal dan berkelajutan.
Hal ini sesuai dengan pemyataan oahuri (2001) bahwa agar pembangunan
wilayah pesisir dan lautan dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka setiap
kegiatan pembangunan hendaknya ditempatkan dilokasi yang secara biofisik
sesuai dengan persyaratan biofisik dari pembangunan tersebut dan laju lingkat
pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. khususnya yang dapat pulih,
hendaknya tidak melampaui kemampuan pulihnya (potensi lestari) dalam kurun
waktu tertentu. Dengan kala lain pedu adanya infonnasi teotang karakteristik
biofisik suatu wilayah dan persyaratan biofisik dari setiap pembangunan yang
akan dilaksanakan serta infonnasi teotang potensi lestari dari setiap surnberdaya
wilayah pesisir dan lautan dan permintaan terhadap sumberdaya tersebut dari
waktu ke waktu. Berdasarkan uraian tersebut tergambar dengan jelas kebutuban
sistem infonnasi terpadu dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan yakni
untuk kepeduan penyediaan infomasi bagi pemanfaatan ruang dan penyediaan
infomasi bagi pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan untuk tujuan
pengelolaan yang optimal dan berkelanjutan.
Aplikasi ini dapat menjadi rujukan bahwa dalarn pengelolaan sumberdaya
pesisir dan lautan secara terpadu yang optimal dan berkelanjutan dengan
menggunakan pendekatan sistem informasi yang tetintegrasi SIM dan SIG
terbukti sangat sesuai. Dalarn kaitan ini SIM memberi informasi lebih akurat
tentang ketersediaan sumberdaya bagi SIG yang menunjukkan dengan tepa!
daerah alctualnya. Hasil penelilian ini semakin memperkuat simpulan Efendy
(2000) bahwa pengembangan sistem informasi dapat menjadi salah satu faktor
penunjang keberbasilan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Dengan
demikian, basil rancang bangun sistem informasi ini memberikan kontribusi
metodologi baru pada pengembangan ilmu sistem bagi peningkatan mutu dan
efektifitas manajemen dalam proses pengambilan keputusan dengan teknik
•
153
permodelan sistem yang mampu mengintegrasikan infonnasi atributal dan
infonnasi spasial (system modelling with integrated atributtal and spatial
information) .