Post on 12-Aug-2019
Hal 1 dari 121 Hal Put.No.170/PDT/2015/PT-MDN
PUTUSAN
Nomor : 170 / PDT / 2015 / PT- MDN.-
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan memutus perkara perdata
pada tingkat banding, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara
gugatan antara :
ABDUL HARIS NASUTION, S.Sos, Jenis Kelamin Laki-Laki, Umur lebih
kurang 55 tahun, lahir tanggal 01 juni 1958, Warga
Negara Indonesia, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil,
bertempat tinggal di jalan Ampera II, Komplek BI Nomor
03, Kelurahan Sei Kambing C-II, Kecamatan Medan
Helvetia, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara , dalam
hal ini bertindak untuk dirinya sendiri dan berdasarkan
Akte Surat Kuasa Budel Nomor 16 tanggal 26
September 2007 yang diperbuat dihadapan ADE
YULIANTY DJAIDIR,SH, Notaris di Medan yang
bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan
hukum dari :
1. NURHANIFAH, Jenis kelamin Perempuan, umur
kurang lebih 78 Tahun, warga Negara Indonesia,
Janda, bertempat tinggal di jalan Asrama Gang Ampera
II Nomor 36-A, Kelurahan Sei Sikambing C-II,
Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Propinsi
Sumatera Utara;
Hal 2 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
2. DEWI AMPERAWATI, Jenis kelamin Perempuan,
Umur kurang lebih 47 Tahun, Warga Negara Indonesia,
Pekerjaan Wiraswasta, bertempat tinggal di Jalan
Asrama Gang Ampera II Nomor 36-A, Kelurahan Sei
Sikambing C-II, Kecamatan Medan Helvetia, Kota
Medan, Propinsi Sumatera Utara;
3. HIKBAL NASUTION, Jenis Kelamin Laki-Laki, Umur
kurang lebih 53 tahun, Warga Negara Indonesia,
Pekerjaan Wiraswasta, bertempat tinggal di Dusun VII
Pule Rejo Nomor 05, Kelurahan Sei Semayang,
Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi
Sumatera Utara;
4. HAFNI DAHRIA NASUTION, Jenis Kelamin
Perempuan, Umur kurang lebih 51 tahun, Warga
Negara Indonesia, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga,
bertempat tinggal di jalan Kenari Nomor 1, Kelurahan
Sekip, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara;
5. MESTIKA NASUTION, Jenis Kelamin Perempuan,
umur kurang lebih 49 tahun, Warga Negara Indonesia,
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, bertempat tinggal di
jalan Tanjung Nomor 221 Blok 03, Kelurahan Helvetia
tengah, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara;
6. HAFNA JUWITA NASUTION,SE, Jenis kelamin
Perempuan, Umur kurang lebih 44 tahun, Warga
Negara Indonesia, Pekerjaan Wiraswasta, bertempat
Hal 3 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
tinggal di jalan Asrama Gang Ampera II Nomor 36-A,
Kelurahan Sei Sikambing C-II, Kecamatan Medan
Helvetia, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara;
7. HAFRINA ARAFAH NASUTION,SE, Jenis kelamin
Perempuan, Umur kurang lebih 37 tahun, Warga
Negara Indonesia, Pekerjaan Wiraswasta, bertempat
tinggal di jalan DI Panjaitan Nomor 13, Kelurahan
Merdeka, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara ;
Dalam hal ini memberi kuasa kepada MANGIRING
SIHOMBING,SH dan MUNAWAR,SH, Advokat dan
Penasihat Hukum yang berkantor di Jalan Letda Sujono
Komplek Promas I Nomor : 70 Medan, berdasarkan Surat
Kuasa tanggal 22 Oktober 2013, yang telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli Register
Nomor : 125/SK/2013/PN.TTD tanggal 25 Oktober 2013
untuk selanjutnya disebut sebagai Para Pembanding
semula Para Penggugat;
L A W A N :
1. PT. PD.PAYA PINANG, Berkantor di Jalan Samanhudi Nomor 15 Medan,
Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, Kota
Medan, Propinsi Sumatera Utara, untuk selanjutnya
disebut Terbanding I semula Tergugat I;
2. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA QQ. BADAN PERTANAHAN
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, berkantor atau
Hal 4 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
beralamat di Jalan Sisingamangaraja Nomor 2,
Kelurahan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Propinsi
DKI Jakarta, untuk selanjutnya disebut sebagai
Terbanding II semula Tergugat II;
3. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA QQ. BADAN PERTANAHAN
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA QQ. KANTOR
BADAN PERTANAHAN NASIONAL WILAYAH
PROPINSI SUMATERA UTARA, beralamat di Jalan
Brigjend Katamso Nomor 45 Medan, Kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara, untuk selanjutnya disebut
Terbanding III semula Tergugat III;
4. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA QQ. BADAN PERTANAHAN
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA QQ. KANTOR
BADAN PERTANAHAN NASIONAL WILAYAH
PROPINSI SUMATERA UTARA QQ. KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI,
beralamat di Jalan Negara KM 59,8 Sei Rampah,
Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara,
untuk selanjutnya disebut Terbanding IV semula
Tergugat IV;
5. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA QQ. PEMERINTAH PROPINSI
SUMATERA UTARA, beralamat atau berkantor di Jalan
P. Diponegoro Nomor 18 Medan, untuk selanjutnya
disebut sebagai Terbanding V semula Tergugat V;
6. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA QQ. PEMERINTAH PROPINSI
SUMATERA UTARA QQ. KANTOR DINAS
PERKEBUNAN PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA
Hal 5 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
UTARA, berkantor di Jalan Willem Iskandar Nomor 9
Medan, Propinsi Sumatera Utara, untuk selanjutnya
disebut sebagai Terbanding VI semula Tergugat VI;
7. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA QQ. PEMERINTAH PROPINSI
SUMATERA UTARA QQ. KANTOR DINAS TENAGA
KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH
PROPINSI SUMATERA UTARA, berkantor di Jalan
Asrama nomor 143 Medan, Propinsi Sumatera Utara,
untuk selanjutnya disebut sebagai Terbanding VII
semula Tergugat VII;
8. SAIFUL INDRA HARAHAP, Jenis Kelamin Laki-Laki, Umur kurang lebih 55
tahun, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di
Jalan Tomat Nomor 17/12 Lingkungan 4, Kelurahan
Petisah Hulu, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara, untuk selanjutnya disebut
sebagai Terbanding VIII semula Tergugat VIII;
9. SARUL ABDI HARAHAP, Jenis kelamin Laki-Laki, Umur kurang lebih 47
tahun, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di
Jalan Sei Belutu, Lingkungan 12, Kelurahan Merdeka,
Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Propinsi
Sumatera Utara, untuk selanjutnya disebut sebagai
Terbanding IX semula Tergugat IX;
Pengadilan Tinggi tersebut ;
Setelah membaca berkas perkara Nomor 170/PDT/2015/PT.MDN dan
surat-surat yang bersangkutan dengan perkara tersebut;
Hal 6 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Setelah membaca salinan putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli
Nomor 62/Pdt.G/2013/PN.TTD dan surat-surat yang bersangkutan dengan
perkara tersebut;
TENTANG DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tanggal 25
Oktober 2013 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi Deli pada hari itu juga dalam Register Nomor 62/Pdt.G/2013/PN-
TTD.- telah mengajukan gugatan sebagai berikut :
Bahwa Penggugat adalah ahli waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution. Almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution meninggal dunia pada tanggal
7 April 1993 sebagaimana termaktub di dalam Surat Keterangan Ahli Waris
tertanggal 26 September 2007 ;
Bahwa Penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution adalah pemegang alas hak atau yang berhak atas sebidang tanah
seluas lebih kurang 2.000 Ha (dua ribu hektar) yang terdiri dari, seluas lebih
kurang 400 Ha (empat ratus hektar) terletak di Desa Sungai Buluh, Kecamatan
Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai (dahulu Desa Sei Buluh, Kecamatan
Sei Rampah, Kabupaten Deli Serdang), Propinsi Sumatera Utara, dan seluas
lebih kurang 1.600 Ha (seribu enam ratus hektar) terletak di Desa Paya Mabar,
Desa Paya Lombang dan Desa Kota Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten
Serdang Bedagai (dahulu Desa Paya Mabar, Kecamatan Tebing Tinggi,
Kabupaten Deli Serdang), Propinsi Sumatera Utara ;
Bahwa tanah seluas lebih kurang 400 Ha (empat ratus hektar) yang
terletak di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang
Hal 7 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bedagai, Propinsi Sumatera Utara sebagaimana tersebut di atas (untuk
selanjutnya disebut Objek Perkara I ) batas-batasnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan perkampungan dan persawahan Desa Sei
Bamban.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanah PTPN III Sei Bamban.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Kampung antara Desa Paya Mabar
dengan Desa Sei Buluh dan Desa Sei Bamban.
- Sebelah Barat berbatasan dengan perkampungan dan persawahan Desa Sei
Bamban dan Desa Sei Buluh.
Bahwa tanah seluas lebih kurang 1.600 ha (seribu enam ratus hektar) yang
terletak di Desa Paya Mabar, Desa Paya Lombang dan Desa Kota Baru,
Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara
sebagaimana tersebut di atas (untuk selanjutnya disebut Objek Perkara II) batas-
batasnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Perkebunan PTPN III dan perkampungan
Desa Juhar dan Desa Paya Mabar.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan perkampungan dan persawahan
DesaPaya Lombang dan Desa Kuta Baru.
- Sebelah Timur berbatasan dengan perkampungan dan persawahan Desa
Kuta Baru dan Desa Paya Lombang.
- Sebelah Barat berbatasan dengan perkampungan dan persawahan Desa
Paya Mabar, Desa Sei Buluh dan Desa Sei Bamban.
Bahwa tanah seluas lebih kurang 2.000 Ha (dua ribu hektar) yang terdiri
dari 400 Ha (empat ratus hektar) yang terletak di Desa Sungai Buluh, Kecamatan
Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara (Objek
Perkara I) dan tanah seluas lebih kurang 1.600 Ha (seribu enam ratus hektar)
yang terletak di Desa Paya Mabar, Desa Paya Lombang dan Desa Kota Baru,
Hal 8 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara
(Objek Perkara II) tersebut adalah bahagian dari tanah seluas lebih kurang 4.719
ha (empat ribu tujuh ratus sembilan belas hektar) yang dibeli pada tahun 1956
oleh almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution pendiri dan pemimpin (Direktur)
Firma Dahris Co dari N.V. Maatschappij Tot Exploitatie Van Vastigheden Der
Erven Tjong Afie ;
Bahwa tanah seluas lebih kurang 4.719 Ha (empat ribu tujuh ratus
sembilan belas hektar) dibeli almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution selaku
pendiri dan pemimpin (Direktur) Firma Dahris Co dari N.V. Maatschappij Tot
Exploitatie Van Vastigheden Der Erven Tjong Afie dengan Surat Ukur yang
diperbuat Juru Ukur di Medan No. 96 tertanggal 01 Juni 1896 dan Surat Ukur
yang diperbuat Juru Ukur di Medan No. 59 tertanggal 28 Juni 1896 sebagaimana
dituangkan dalam Akte Jual Beli No. 24 tertanggal 08 Desember 1956 yang
diperbuat di hadapan Hasan Gelar Soetan Pane Paroehoem, Notaris di Medan ;
Bahwa tanah seluas lebih kurang 4.719 Ha (empat ribu tujuh ratus tujuh
puluh sembilan hektar ) yang termaktub dalam akte Jual Beli No. 24 tertanggal
08 Desember 1956 yang diperbuat dihadapan Notaris Hasan Gelar Soetan Pane
Paroehoem tersebut adalah tanah bekas Konsesi Perkebunan Paya Mabar dan
Sei Buluh atas nama N.V. Maatschappij Tot Exploitatie Van Vastigheden Der
Erven Tjong A fie, terletak di daerah Padang dan Bedagai, Tebing Tinggi
(sekarang Desa Sei Buluh, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang
Bedagai, dan Desa Paya Mabar, Desa Paya Lombang dan Desa Kuta Baru,
Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera
Utara) ;
Bahwa sebahagian dari tanah seluas lebih kurang 4.719 M2 (empat ribu
tujuh ratus sembilan belas hektar) tersebut, seluas lebih kurang 2000 Ha (dua ribu
hektar) diserahkan dengan ganti rugi kepada Ikatan Pejoang Ex TNI Stoot Troop
Hal 9 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Brigade “B” di Sumatera Utara untuk usaha pertanian para anggotanya, dan
seluas lebih kurang 719 ha (tujuh ratus sembilan belas hektar) diserahkan atau
dibagikan kepada masyarakat setempat, dan sisanya seluas lebih kurang 2.000
Ha (dua ribu hektar) yaitu Objek Perkara I dan Objek Perkara II tetap dikuasai dan
diusahai almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution atas nama Firma Dahris Co. ;
Bahwa terhadap tanah seluas 2000 Ha (dua ribu hektar) yang terdiri dari
Objek Perkara I dan Objek Perkara II yang dikuasai dan diusahai almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution atas nama Firma Dahris Co. yang merupakan sisa dari
4.719 ha (empat ribu tujuh ratus sembilan belas hektar) setelah penyerahan
kepada Ikatan Pejoang / Eks Stoot Troop Brigade “B” Sumatera Utara dan
kepada masyarakat sekitar sebagaimana tersebut di atas, berdasarkan
permohonan yang diajukan almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution, Tergugat II
menerbitkan SK HGU (Hak Guna Usaha) No. SK.218/Ka tertanggal 09 Mei 1961
kepada Firma Dahris Co. atas Objek Perkara I dan Objek Perkara II ;
Bahwa sebelum terbitnya SK HGU (Hak Guna Usaha) No.SK.218/Ka
tertanggal 09 Mei 1961 tersebut, tanah seluas 2.000 ha (dua ribu hektar) yang
terdiri dari Objek Perkara I dan Objek Perkara II telah dikuasai dan diusahai
almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution atas nama Firma Dahris Co. dengan
menanam pohon Karet di atas Objek Perkara I dan Objek Perkara II. Objek
Perkara I tersebut dinamai atau disebut Perkebunan Sei Buluh, dan Objek
Perkara II dinamai atau disebut Perkebunan Paya Mabar ;
Bahwa pada tanggal 23 April 1970, Haji Rivai Abdul Manap selaku
Komisaris Firma Dahris Co dan almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution sebagai
pesero maupun sebagai pemimpin atau Direktur Firma Dahris Co. mengundurkan
diri. Pengunduran diri tersebut dituangkan dalam Akte Notaris No. 61 tertanggal
23 April 1970 yang diperbuat dihadapan Marah Satu Nasution, SH., Notaris di
Medan, dan Firma Dahris Co. diteruskan atau dilanjutkan Hakim Sofyan dkk. ;
Hal 10 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 yang disebutkan dalam Akte
Notaris No.61 tertanggal 23 Apri 1970 yang diperbuat dihadapan Notaris Marah
Satu Nasution tersebut, almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution telah melakukan
penyerahan segala asset Firma Dahris Co. kepada pihak yang meneruskan Firma
Dahris Co. dengan Berita Acara penyerahan aset-aset Firma Dahris Co dengan
mengecualikan Objek Perkara I dan Objek Perkara II (tanah seluas 2000 Ha (dua
ribu hektar) tersebut, karena Objek Perkara I dan Objek Perkara II yang
termaktub di dalam SK HGU No. SK.218/Ka tertanggal 09 Mei 1961 tersebut
adalah milik atau kepunyaan dari almarhum Haji Ahmad Dahlan Nasution;
Bahwa hak almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution terhadap Objek
Perkara I dan Objek Perkara II dan terhadap tanah seluas lebih kurang 2.000 ha
(dua ribu hektar) yang diserahkan dengan ganti rugi kepada Ikatan Pejuang Ex
TNI Stoot Troop Brigade “B” di Sumatera Utara tersebut, juga dikuatkan dengan
Surat Kuasa tertanggal 01 Oktober 1969 yang diberikan oleh Haji Rivai Abdul
Manap kepada almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution ;
Bahwa dengan pembelian atas tanah seluas lebih kurang 4.719 ha (empat
ribu tujuh ratus sembilan belas hektar) sebagaimana dituangkan dalam akte Jual
Beli No. 24 tertanggal 08 Desember 1956 yang diperbuat dihadapan Notaris
Hasan Gelar Soetan Pane Paroehoem tersebut, menurut hukum terhitung sejak
tanggal 08 Desember 1956, almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution TELAH
MEMPUNYAI HAK PERDATA terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II
termasuk terhadap tanah seluas lebih kurang 2.000 ha (dua ribu hektar) yang
diserahkan almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution kepada Ikatan Pejuang Ex
TNI Stoot Troop Brigade “B” di Sumatera Utara tersebut di atas ;
Bahwa terhadap tanah seluas lebih kurang 2.000 Ha (dua ribu hektar) yang
diserahkan kepada Ikatan Pejuang Ex TNI Stoot Troop Brigade “B” di Sumatera
Utara tersebut, pembayaran ganti ruginya telah dilakukan kepada almarhum Haji
Hal 11 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Achmad Dahlan Nasution sebesar Rp. 300.000.000.- (tiga ratus juta rupiah)
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tertanggal
14 Agustus 1984 No. 2. 44/KM.3-45/SKOR/0884/KK.R.16/84/094 tentang
Otorisasi Anggaran Belanja Rutin 1984/1985 ;
Bahwa oleh karena terhadap tanah seluas lebih kurang 2.000 Ha (dua ribu
hektar) yang diserahkan kepada Ikatan Pejuang Ex TNI Stoot Troop Brigade “B”
di Sumatera Utara tersebut telah ada pembayaran kepada almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution, dan tanah seluas lebih kurang 719 Ha (tujuh ratus
sembilan belas hektar) tersebut telah diserahkan kepada masyarakat sekitar,
maka almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution tidak mempunyai hak lagi
terhadap tanah tersebut, kecuali terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II ;
Bahwa dengan demikian, hak atas almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II yaitu atas tanah seluas
2.000 ha (dua ribu hektar) tersebut, bukan berdasarkan SK HGU No. SK.218/Ka
tertanggal 09 Mei 1961 yang diterbitkan Tergugat II. Alas hak almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II adalah
berdasarkan titel yang termaktub di dalam akte Jual Beli No. 24 tertanggal 08
Desember 1956 yang diperbuat dihadapan Notaris Hasan Gelar Soetan Pane
Paroehoem ;
Bahwa tanah seluas lebih kurang 2.000 Ha (dua ribu hektar) yaitu Objek
Perkara I dan Objek Perkara II, bukan kategori Tanah Yang Langsung Dikuasai
Negara menurut Undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) bukanlah kategori Tanah Yang Langsung Dikuasai
Negara, melainkan kategori atau merupakan tanah yang tidak langsung dikuasai
negara, karena almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution mempunyai HAK
PERDATA terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II berdasarkan titel yang
Hal 12 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
termaktub di dalam akte Jual Beli No. 24 tertanggal 08 Desember 1956 yang
diperbuat dihadapan Notaris Hasan Gelar Soetan Pane Paroehoem ;
Bahwa hal tersebut di dasarkan pada pengertian “Hak Menguasai Negara”
menurut Undang-undang No. 5 tahun 1960 (UUPA) sebagaimana dikemukakan
Prof. Budi Harsono dalam bukunya “Hukum Agraria Indonesia Sejarah
Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya” yang
menyatakan bahwa Hak Menguasai dari Negara meliputi semua tanah dalam
wilayah Republik Indonesia, baik tanah-tanah yang tidak atau belum
maupun yang sudah dihaki dengan hak-hak perseorangan. Tanah-tanah
yang belum dihaki dengan hak-hak perseorangan oleh Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA) disebut tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara ;
Bahwa tanpa alasan yang diketahui almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution, Tergugat II menerbitkan Surat No.SK.62/DJA/1979 tertanggal 14 Juni
1979 yang isinya membatalkan Surat Keputusan Menteri Agraria No. SK.218/Ka
tertanggal 09 Mei 1961 tentang pemberian Hak Guna Usaha (HGU) Firma Dahris
& Co. atas perkebunan Paya Mabar dan Sei Buluh (in casu Objek Perkara I dan
Objek Perkara II), dengan menyatakan tanah seluas 2.000 Ha (dua ribu hektar)
yang tercantum dalam SK HGU No. SK.218/Ka tertanggal 09 Mei 1961 (Objek
Perkara I dan Objek Perkara II) tersebut adalah sebagai tanah yang langsung
dikuasai negara ;
Bahwa dengan demikian, Surat Tergugat II No. SK 62/DJA/1979 tertanggal
14 Juni 1979 yang menyatakan tanah seluas 2.000 Ha (dua ribu hektar) yang
termaktub di dalam SK HGU No. SK.218/Ka tertanggal 09 Mei 1961 (Objek
Perkara I dan Objek Perkara II) sebagai Tanah Yang Langsung Dikuasai Negara,
telah bertentangan dengan Konsepsi Hak Menguasai Negara Republik Indonesia
menurut Undang-undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 (UUPA) sebagaimana
Hal 13 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
telah diuraikan di atas, karena Tergugat II telah mengabaikan HAK PERDATA
almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution terhadap Objek Perkara I dan Objek
Perkara II yang diperoleh berdasarkan titel sebagaimana termaktub dalam akte
Jual Beli No. 24 tertanggal 08 Desember 1956 yang diperbuat dihadapan Notaris
Hasan Gelar Soetan Pane Paroehom. Oleh karena itu, menurut hukum beralasan
untuk menyatakan Surat yang diterbitkan Tergugat II No. SK 62/DJA/1979
tertanggal 14 Juni 1979 tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap
Objek Perkara I dan Objek Perkara II ;
Bahwa setelah Tergugat II menerbitkan Surat No.SK.62/DJA/1979
tertanggal 14 Juni 1979 tentang pembatalan SK HGU No. 218/Ka tertanggal 09
Mei 1961 atas perkebunan Paya Mabar / Sei Buluh (Objek Perkara I dan Objek
Perkara II) tersebut, Tergugat V dengan Suratnya No. 185 tahun 1979 tertanggal
08 Agustus 1979 membentuk Badan Penguasaan Sementara Perkebunan Paya
Mabar/Sei Buluh yang ditugaskan untuk mengelola perkebunan Paya Mabar/Sei
Buluh, yang terdiri dari Tergugat III, Tergugat VI dan Tergugat VII ;
Bahwa kemudian, Tergugat V dengan suratnya No. 2649/79 tertanggal 10
Oktober 1979 memberikan persetujuan penyerahan sementara management
perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh kepada Tergugat I. Penyerahan tersebut
dilakukan Tergugat III, Tergugat VI dan Tergugat VII kepada Tergugat I sesuai
dengan Berita Acara Penyerahan Dan Penerimaan tertanggal 22 Oktober 1979.
Dan sejak tanggal 22 Oktober 1979, perkebunan Paya Mabar (Objek Perkara II)
dan perkebunan Sei Buluh (Objek Perkara I) dikuasai dan diusahai Tergugat I ;
Bahwa dengan Berita Acara Penyerahan Dan Penerimaan tertanggal 22
Oktober 1979 tentang penyerahan Objek Perkara I dan Objek Perkara II oleh
Tergugat III, Tergugat VI dan Tergugat VII kepada Tergugat I tersebut di atas,
Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat V, Tergugat VI dan Tergugat VII
telah mengetahui bahwa Objek Perkara I dan Objek Perkara II yang diserahkan
Hal 14 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Tergugat III, Tergugat VI, Tergugat VII kepada Tergugat I adalah tanah yang
termaktub dalam SK 218/Ka tertanggal 09 Mei 1961 yaitu Objek Perkara I dan
Objek Perkara II milik atau kepunyaan almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution
atas nama Firma Dahris Co. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi Tergugat I,
Tergugat II, Tergugat III, Tergugat V, Tergugat VI dan Tergugat VII untuk
membantah hak almarhum Haji Ahmad Dahlan Nasution terhadap Objek Perkara
I dan Objek Perkara II ;
Bahwa tindakan atau upaya untuk menghilangkan hak almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II terus
berlanjut. Setelah Tergugat I menguasai dan mengusahai Objek Perkara I dan
Objek Perkara II dalam perkara ini, Tergugat II telah menerbitkan Surat
Keputusan No.22/HGU/DA/88 tertanggal 16 Pebruari 1988 tentang Pemberian
Hak Guna Usaha (HGU) kepada PT. PD. Paya Pinang (Tergugat I) atas
sebahagian dari Objek Perkara I yaitu seluas lebih kurang 211,13 ha (dua ratus
sebelas koma tiga belas hektar) ;
Bahwa tanah seluas lebih kurang 211,13 ha (dua ratus sebelas koma tiga
belas hektar) yang merupakan bahagian dari Objek Perkara I tersebut (untuk
selanjutnya disebut Sub Objek Perkara I) batas-batasnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatas dengan perkampungan dan persawahan Desa Sei
Buluh dan Desa Sei Bamban.
- Sebelah Selatan berbatas dengan Perkebunan PTPN III Sei Bamban.
- Sebelah Timur berbatas dengan perkampungan dan persawahan Desa Sei
Buluh dan Desa Sei Bamban.
- Sebelah Barat berbatas dengan Sungai dan Jalan Perkampungan Desa Paya
Mabar.
Bahwa atas dasar Surat Keputusan Tergugat II No. 22/HGU/DA/88
tertanggal 16 Pebruari 1988 tentang pemberian Hak Guna Usaha kepada PT. PD.
Hal 15 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Paya Pinang (Tergugat I) atas sebahagian dari Objek Perkara I yaitu tanah seluas
lebih kurang 211,13Ha (dua ratus sebelas koma tiga belas hektar) atau Sub
Objek Perkara I tersebut di atas, Tergugat IV menerbitkan Sertifikat Hak Guna
Usaha atas Sub Objek Perkara I dengan Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Desa
Sei Buluh penerbitan 11 April 1988 atas nama PT. PD. Paya Pinang (Tergugat I);
Bahwa selain dari itu, Tergugat II telah menerbitkan Surat Keputusan
tertanggal 13 April 1983 No.SK 9/HGU/DA/83 tentang pemberian Hak Guna
Usaha kepada PT. PD. Paya Pinang (Tergugat I) atas sebahagian dari Objek
Perkara II yaitu seluas lebih kurang 475 Ha (empat ratus tujuh tujuh puluh lima
hektar) ;
Bahwa tanah seluas lebih kurang 475 ha (empat ratus tujuh puluh lima
hektar) yang merupakan bahagian dari Objek Perkara II tersebut (untuk
selanjutnya disebut Sub A Objek Perkara II) batas-batasnya adalah sebagai
berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun VIII Desa Paya Lombang, Dusun IV
Desa Paya Mabar dan Dusun V Desa Paya Mabar.
- V, Sebelah Selatan berbatas dengan perkampungan dan persawahan Dusun I,
Dusun II dan Dusun IV Desa Paya Lombang.
- Sebelah Timur berbatas dengan persawahan Dusun I dan Dusun IV Desa Paya
Mabar.
- Sebelah Barat berbatas dengan perkampungan dan persawahan Dusun IV,
Du-sun Dusun VI dan Dusun VII, Dusun I Desa Paya Mabar.
Bahwa atas dasar Surat Keputusan No. SK.9/HGU/DA/83 tertanggal 13
April 1983 yang diterbitkan Tergugat II tentang pemberian Hak Guna Usaha
kepada PT. PD. Paya Pinang (Tergugat I) atas sebahagian dari Objek Perkara II
yaitu se-luas lebih kurang 475 Ha (empat ratus tujuh puluh lima hektar) atau Sub
A Objek Perkara II tersebut di atas, Tergugat IV menerbitkan Sertifikat Hak Guna
Hal 16 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Usaha atas Sub A Objek Perkara II dengan Sertifikat Hak Guna Usaha No.
1/Desa Paya Mabar penerbitan tertanggal 03 Nopember 1984 atas nama PT.
PD. Paya Pinang (Tergugat I) ;
Bahwa dalam kaitannya dengan pemberian hak guna usaha kepada
Tergugat I atas Sub Objek Perkara I dan atas Sub A Objek Perkara II tersebut di
atas, Tergugat II harus mempedomani kaidah hukum yang disebutkan dalam
ketentuan Pasal 28 ayat (1) Undang-undang No. 5 tahun 1960 (UUPA) yang
menyatakan bahwa Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahai tanah yang
dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam
Pasal 29 guna perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan ;
Bahwa mengacu kepada kaidah hukum sebagaimana termaktub di dalam
ketentuan Pasal 28 ayat (1) Undang-undang No. 5 tahun 1960 (UUPA) tersebut di
atas, maka sebelum Tergugat II memberikan Hak Guna Usaha kepada Tergugat I
atas Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II tersebut di atas, Tergugat I
harus melakukan pembebasan hak atas Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek
Perkara II dengan memberikan ganti rugi kepada almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution selaku yang berhak (mempunyai hak perdata) terhadap Sub Objek
Perkara I dan Sub A Objek Perkara II sebagai sarana untuk menjadikan Sub
Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II menjadi tanah yang langsung
dikuasai negara ;
Bahwa sebelum maupun setelah Tergugat II menerbitkan Surat Keputusan
tertanggal 16April 1988No.22/HGU/DA/88 tentang pemberian Hak Guna Usaha
kepada PT. PD. Paya Pinang (Tergugat I) atas Sub Objek Perkara I dan Surat
Keputusan No.SK.9/HGU/DA/83 tertanggal 13 April 1983 tentang pemberian Hak
Guna Usaha Kepada PT. PD. Paya Pinang (Tergugat I) atas Sub A Objek
Perkara II, Tergugat I tidak pernah melakukan pembebasan hak (tidak pernah
Hal 17 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
memberikan ganti rugi kepada almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution) terhadap
Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II ;
Bahwa dengan kata lain, sebelum maupun setelah Tergugat II menerbitkan
Surat Keputusan tentang pemberian Hak Guna Usaha kepada Tergugat I atas
Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II tersebut di atas, Tergugat I tidak
pernah memberikan ganti rugi kepada almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution
atas Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II sebagai sarana
pembebasan hak almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution terhadap Sub Objek
Perkara I dan Sub A Objek Perkara II untuk menjadikan Sub Objek Perkara I dan
Sub A Objek Perkara II menjadi tanah yang langsung dikuasai negara sesuai
dengan ketentuan Pasal 28 Undang-undang No. 5 tahun 1960 (UUPA) ;
Bahwa dalam Berita Acara Penyerahan Dan Penerimaan Management
Penguasaan Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh tertanggal 22 Oktober 1979
disebutkan, bahwa sebelum Tergugat II menerbitkan Surat Keputusan tertanggal
14 Juni 1979 No. SK.62/DJA/1979 tersebut, Tergugat I (PT. PD. Paya Pinang)
pada tanggal 8 Mei 1979 dengan suratnya tertanggal 08 Mei 1979 No.
269/X/PP/79 telah mengajukan permohonan Hak Guna Usaha atas areal tanah
perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh (Objek Perkara I dan Objek Perkara II) ;
Bahwa dalam Surat Badan Pertanahan Nasional Kantor Wilayah Propinsi
Sumatera Utara (Tergugat III) No. 570-1556 tertanggal 23 September 2008
dinyatakan bahwa Surat Pemberian Rekomendasi Persetujuan Gubernur KDH
Tingkat I Sumatera Utara No.2649/79 tertanggal 10 Oktober 1979 kepada PT. PD
Paya Pinang (Tergugat I) yang menjadi dasar penerbitan Hak Guna Usaha atas
Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II, TIDAK DITEMUKAN DALAM
ARSIP Tergugat III ;
Bahwa dengan fakta hukum yang disebutkan dalam Berita Acara
Penyerahan Dan Penerimaan Management Penguasaan Perkebunan Paya
Hal 18 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Mabar/Sei Buluh tertanggal 22 Oktober 1979 tersebut, dihubungkan dengan fakta
hukum yang tercantum dalam Surat Tergugat III No. 570-1556 tertanggal 23
September 2008 serta fakta-fakta penerbitan Surat Keputusan Tergugat II
terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II tersebut, mengindikasikan upaya
sistimatis yang dilakukan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV,
Tergugat V, Tergugat VI dan Tergugat VII untuk meniadakan hak perdata
almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution terhadap Objek Perkara I dan Objek
Perkara II ;
Bahwa dengan demikian, penerbitan Surat Tergugat II No. 22/HGU/DA/88
tertanggal 16 Pebruari 1988 tentang pemberian Hak Guna Usaha kepada
Tergugat I atas Sub Objek Perkara I dan Surat Tergugat II No. SK. 9/HGU/DA/83
tertanggal 13 April 1983 tentang pemberian Hak Guna Usaha kepada Tergugat I
atas Sub A Objek Perkara II tersebut di atas, telah melanggar ketentuan Pasal 28
Undang-undang No. 5 tahun 1960 (UUPA). Perbuatan Tergugat II terhadap Sub
Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II adalah merupakan perbuatan
melanggar hukum, dan oleh karena itu beralasan untuk menyatakan Surat
Tergugat II tentang pemberian hak guna usaha kepada Tergugat I atas Sub Objek
Perkara I dan atas Sub A Objek Perkara II tidak mempunyai kekuatan hukum
terhadap Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II ;
Bahwa oleh karena penerbitan Surat Keputusasn Tergugat II tertanggal 16
Pebruari 1988 No. 22/HGU/DA/88 tentang pemberian Hak Guna Usaha kepada
Tergugat I atas Sub Objek Perkara I dan Surat Keputusan Tergugat II tertanggal
13 April 1983 No. SK. 9/HGU/DA/83 atas Sub A Objek Perkara II melanggar
hukum, maka konsekuensi juridisnya Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Desa Sei
Buluh penerbitan 11 April 1988 atas nama PT. PD. Paya Pinang (Terguat I) atas
Sub Objek Perkara I yang diterbitkan Tergugat IV dan Sertifikat Hak Guna Usaha
No. 1/Desa Paya Mabar penerbitan tertanggal 05 November 1984 atas nama PT.
Hal 19 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
PD. Paya Pinang (Tergugat I) atas Sub A Objek Perkara II, tidak mempunyai
kekuatan hukum terhadap Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II ;
Bahwa perbuatan yang dilakukan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,
Tergugat V, Tergugat VI dan Tergugat VII terhadap Objek Perkara I dan Objek
Perkara II, dan perbuatan yang dilakukan Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV
terhadap Sub Objek Perkara I yang merupakan bagian dari Objek Perkara I dan
terhadap Sub A Objek Perkara II yang merupakan bahagian dari Objek Perkara II,
adalah perbuatan melanggar hukum, dan oleh karena itu menghukum Tergugat I
mengosongkan dan meninggalkan serta menyerahkan Sub Objek Perkara I dan
Sub A Objek Perkara II kepada Penbggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji
Achmad dahlan Nasution pemegang alas hak atau yang berhak atas Sub Objek
Perkara I dan Sub A Objek Perkara II ;
Bahwa tanpa persetujuan dari almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution
maupun dari Penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution pemegang alas hak atau yang berhak atas Objek Perkara I dan Objek
Perkara II, sebahagian dari Objek Perkara II tersebut di atas, yaitu seluas lebih
kurang 27 ha (dua puluh tujuh hektar) telah dikuasai dan diusahai Tergugat VIII
dan Tergugat IX dengan menanam pohon kelapa sawit di atasnya. Tanah seluas
lebih kurang 27 ha (dua puluh tujuh hektar) yang merupakan bahagian dari Objek
Perkara II yang dikuasai dan diusahai Tergugat VIII, Tergugat IX (untuk
selanjutnya disebut Sub B Objek Perkara II) batas-batasnya adalah sebagai
berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Pasar I Desa Paya Mabar.
- Sebelah Selatan berbatasn dengan Dusun I Desa Paya Lombang.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Parit Busuk.
- Sebelah Barat berbatas dengan Sunagai Martebing.
Hal 20 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa oleh karena Penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution adalah pemegang alasan hak atau yang berhak atas
Objek Perkara I dan Objek Perkara II,maka perbuatan yang dilakukan Tergugat
VIII dan Tergugat IX yang menguasai dan mengusahai Sub B Objek Perkara II
tersebut di atas, adalah perbuatan melanggar hukum dan menghukum Tergugat
VIII dan Tergugat IX untuk mengosongkan dan meninggalkan serta menyerahkan
Sub B Objek Perkara kepada Penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution pemegang alas hak atau yang berhak terhadap Sub B
Objek Perkara II sebagai bahagian dari Objek Perkara II ;
Bahwa sejak tanggal 22 Oktober 1979, Tergugat I telah menguasai Objek
Perkara I dan Objek Perkara II dan telah menebangi pohon karet yang ada di
atasnya yang telah ditanam sebelumnya oleh almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution dan menggantinya dengan tanaman atau menanam pohon sawit
khususnya di atas Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II ;
Bahwa sejak Objek Perkara I dan Objek Perkara II dibeli almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution dengan akte Jual Beli No. 24 tertanggal 08 Desember
1956 yang diperbuat Notaris Gelas Hasan Soetan Pane Parohoem, Objek
Perkara I dan Objek Perkara II telah ditanamin Pohon Karet, dimana untuk 1 Ha
(satu hektar) berisi 250 (dua ratus lima puluh) pohon ;
Bahwa dengan demikian, sejak Objek Perkara I dan Objek Perkara II
dikuasai dan diusahai Tergugat I dengan menebangi pohon karet yang ada di
atasnya dengan menggantinya pohon sawit di atas Sub Objek Perkara I dan Sub
A Objek Perkara II, Tergugat I telah menebang pohon karet milik almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution yang ada di atas Objek Perkara I dan Objjek Perkara II
sebanyak 500.000.- (lima ratus ribu) pokok. Harga jual untuk (1) satu batang atau
pokok pohon karet adalah seharga Rp. 50.000.- (lima puluh ribu rupiah). Dengan
demikian, kerugian yang dialami almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution
Hal 21 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
ataupun Penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution akibat dari perbuatan yang dilakukan Tergugat I terhadap Objek Perkara
I dan Objek Perkara II adalah sebesar Rp. 25.000.000.000.- (dua puluh lima miliar
rupiah) ;
Bahwa sejak tahun 1988 Tergugat I telah menanam pohon sawit di atas
Sub Objek Perkara I (tanah seluas dua ratus sebelas koma tiga belas hektar).
Banyaknya Pohon Sawit untuk tanah seluas 1 Ha (satu hektar) sebanyak 130
(seratus tiga puluh) pokok, dengan penghasilan bersih untuk 1 Ha (satu hektar)
setiap bulan sebesar Rp. 1.000.000.- (satu juta rupiah) ;
Bahwa dengan demikian, Tergugat I sejak tahun 1988 telah menikmati
hasil dari Sub Objek Perkara I sebesar Rp.211.000.000.- (dua ratus sebelas juta
rupiah) untuk setiap bulannya. Atau dengan kata lain, sejak tahun 1988 hingga
sampai sekarang ini (tahun 2013) Tergugat I telah menikmati hasil dari Sub Objek
Perkara I sebesar Rp. 211.000.000.- X 12 Bulan X 25 Tahun, dengan jumlah
sebe-sar Rp. 63.300.000.000.- (enam puluh tiga miliar tiga ratus juta rupiah) ;
Bahwa sejak tahun 1988 Tergugat I telah menanam pohon sawit di atas
Sub A Objek Perkara II (tanah seluas empat ratus tujuh puluh lima hektar).
Banyaknya Pohon Sawit untuk tanah 1 Ha (satu hektar) sebanyak 130 (seratus
tiga puluh) pokok, dengan penghasilan bersih untuk 1 Ha (satu hektar) setiap
bulan sebesar Rp. 1.000.000.- (satu juta rupiah) ;
Bahwa dengan demikian, Tergugat I sejak tahun 1983 telah menikmati
hasil dari Sub A Objek Perkara II sebesar Rp. 475.000.000.- (empat ratus tujuh
puluh lima juta rupiah) untuk setiap bulannya. Atau dengan kata lain, sejak tahun
1983 hingga sampai sekarang ini (tahun 2013) Tergugat I telah menikmati hasil
dari Sub Objek Perkara I sebesar Rp. 475.000.000.- X 12 Bulon X 30 Tahun,
dengan jumlah sebesar Rp. 171.000.000.000.- (seratus tujuh puluh satu miliar
rupiah) ;
Hal 22 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa kerugian yang dialami Penggugat selaku ahli waris almarhum Haji
Ahcmad Dahlan Nasution akibat perbuatan yang dilakukan Tergugat I terhadap
Objek Perkara I dan Objek II sebagaimana tersebut di atas, dan atas hasil yang
dinikmati Tergugat I dari Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II
sebagaimana tersebut di atas, adalah sangat Rasional. Oleh karena itu patut dan
adil menurut hukum menghukum Tergugat I membayar ganti rugi kepada
Penggugat sebesar Rp. 259.300.000.000.- (dua ratus lima puluh sembilan miliar
tiga ratus juta rupiah) selaku ahli waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution yang berhak atas Objek Perkara I dan Objek Perkara II ;
Bahwa ada kekhawatiran dan dugaan yang sangat beralasan bahwa
selama proses hukum terhadap perkara ini, Tergugat I mengalihkan hak atas
Objek Perkara kepada pihak lain. Untuk tujuan tersebut dan untuk menjamin
tuntutan ganti rugi yang diajukan Penggugat dalam perkara ini tidak hampa
setelah adanya putusan terhadap perkara ini, Penggugat memohon Kehadapan
Yang Terhormat Ketua Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Qq. Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi yang memeriksa, mengadili perkara ini untuk
meletakkan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap Sub Objek Perkara I,
Sub A Objek Perkara II dan Sub B Objek Perkara II dan harta kekayaan Tergugat
I baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang akan ditunjuk kemudian ;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, adil beralasan menurut
hukum untuk menghukum Tergugat I dan Tergugat VIII serta Tergugat IX untuk
mem-bayar uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat selaku ahli waris dari
almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution masing-masing sebesar Rp.
100.000.000.- (seratus juta rupiah) untuk setiap harinya tidak mematuhi atau
melaksanakan putuasan dalam perkara ini ;
Bahwa Gugatan ini diajukan dengan Bukti-bukti yang mempunyai Nilai
Bukti yang sempurna, adalah patut dan beralasan menurut hukum untuk
Hal 23 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
menyatakan untuk menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan
dengan serta merta (uit voer baar bij voorraad), meskipun ada Perlawanan,
Banding maupun Kasasi ;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan sebagaimana dikemukakan di atas,
Penggugat memohon Kehadapan Yang Terhormat Bapak Ketua Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Qq. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tebing Tinggi yang
memeriksa, mengadili perkara ini untuk memanggil pihak-pihak yang berperkara
untuk hadir dan bersidang di Pengadilan Negeri Tebing Timggi pada hari dan
tempat yang ditentukan untuk itu, selanjutnya memeriksa, mengadili perkara ini
serta memberikan Putusan terhadap perkara ini dengan amar putusan yang
berbunyi sebagai berikut :
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan Sita Jaminan (conservatoir beslag) yang telah dijalankan dalam
perkara ini, sah dan berharga ;
3. Menyatakan Penggugat adalah ahli waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution;
4. Menyatakan Penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution adalah pemegang alas hak yang sah atau yang berhak atas Objek
Perkara I dan Objek Perkara II ;
5. Menyatakan Sub Objek Perkara I adalah bahagian dari Objek Perkara I ;
6. Menyatakan Sub A Objek Perkara II dan Sub B Objek Perkara II adalah
bahagian dari Objek Perkara II ;
7. Menyatakan perbuatan yang dilakukan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat
III,Tergugat V, Tergugat VI dan Tergugat VII terhadap Objek Perkara I dan
Objek Perkara II, dan perbuatan yang dilakukan Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII terhadap Sub
Hal 24 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Objek Perkara I dan terhadap Sub A Objek Perkara II adalah perbuatan
melanggar hukum ;
8. Menyatakan perbuatan yang dilakukan Tergugat VIII dan Tergugat IX
terhadap Sub B Objek Perkara II adalah perbuatan melanggar hukum ;
9. Menyatakan Surat Keputusan yang diterbitkan Tergugat II tertanggal 14 Juni
1979 No. SK 62/DJA/1979 tentang pembatalan SK Hak Guna Usaha No. SK
218/Ka tertanggal 09 Mei 1961, tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap
Objek Perkara I dan Perkara II ;
10. Menyatakan Surat Keputusan No. 185 tahun 1979 tertanggal 08 Agustus
1979 yang diterbitkan Tergugat V tentang Pembentukan Badan Penguasaan
yang terdiri dari Tergugat III, Tergugat VI dan Tergugat VII tidak mem-punyai
kekuatan hukum terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II ;
11. Menyatakan Surat Nomor 2649/79 tertanggal 10 Oktober 1979 yang
diterbitkan Tergugat V perihal persetujuan Tergugat V untuk menyerahkan
Objek Perkara I dan Objek Perkara II oleh Tergugat III, Tergugat VI dan
Tergugat VII kepada Tergugat I, tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap
Objek Perkara I dan Objek Perkara II ;
12. Menyatakan Berita Acara Penyerahan dan Penerimaan Management
Penguasaan Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh tertanggal 22 Oktober 1979,
tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap Objek Perkara I dan Objek Per-
kara II ;
13. Menyatakan Surat yang diterbitkan Tergugat II No. 22/HGU/DA/88 tertanggal
16 Pebruari 1988 atas Sub Objek Perkara I bertentangan dengan hukum, dan
oleh karena itu tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap Sub Objek
Perkara I ;
14. Menyatakan Surat yang diterbitkan Tergugat II tertanggal 13 April 1983 No.
SK 9/HGU/DA/83 atas Sub A Objek Perkara II bertentangan dengan hukum,
Hal 25 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
dan oleh karena itu tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap Sub A Objek
Perkara II ;
15. Menyatakan Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Desa Sei Buluh penerbitan
tertanggal 11 April 1988 atas nama Tergugat I (PT. PD. Paya Pinang) yang
diterbitkan Tergugat IV atas Sub Objek Perkara I, tidak mempunyai kekuatan
hukum terhadap Sub Objek Perkara I ;
16. Menyatakan Sertifikat Hak Guna Usaha No. 1/Desa Paya Mabar penerbitan
tertanggal 05 Nopember 1984 atas nama Tergugat I (PT. PD. Paya Pinang)
yang diterbitkan Tergugat IV atas Sub A Objek Perkara II, tidak mempunyai
kekuatan hukum terhadap Sub A Objek Perkara II ;
17. Menghukum Tergugat I atau pihak yang memperoleh hak dari Tergugat I un-
tuk mengosongkan dan meninggalkan serta menyerahkan Sub Objek Perkara
I dan Sub A Objek Perkara II kepada Penggugat selaku ahli waris dari al-
marhum Haji Achmad Dahlan Nasution pemegang alas hak atau yang berhak
atas Sub Objek Perkara I dan Sub A Objek Perkara II ;
18. Menghukum Tergugat VIII dan Tergugat IX dan pihak yang memperoleh hak
dari Tergugat VIII dan Tergugat IX untuk mengosongkan dan meninggalkan
serta menyerahkan Sub B Objek Perkara II kepada Penggugat selaku ahli
waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution pemegang alas hak atau
yang berhak atas Sub B Objek Perkara II ;
19. Menghukum Tergugat I untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat se-
besar Rp. 259.300.000.000.- (dua ratus lima puluh sembilan miliar tiga ratus
juta rupiah) selaku ahli waris almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution
pemegang alas hak atau yang berhak atas Objek Perkara I dan Objek
Perkara II ;
Hal 26 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
20. Menyatakan Putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
atau dengan serta merta (uit voer baar bij voorraad), meskipun ada
Perlawanan, Banding maupun Kasasi ;
21. Menghukum Tergugat I, Tergugat VIII dan Tergugat IX untuk membayar uang
paksa (dwangsom) kepada Penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution masing-masing sebesar Rp. 100.000.000.- (seratus
juta rupiah) untuk setiap harinya tidak mematuhi atau melaksanakan
putuasan dalam perkara ini ;
22. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V,
Tergugat VI, Tergugat VII dan Tergugat VIII secara tanggung menang-gung
untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini ;
Atau, apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon Putusan dalam perkara
ini memenuhi keadilan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Tergugat I melalui
Kuasanya telah mengajukan jawaban pada pokoknya sebagai berikut :
1. Penggugat menyebutkan dan menggugat Surat Keputusan
Pemerintah R.I Cq Badan Pertanahan Nasional R.I (Tergugat – II)
No. SK.62/DJA/1979, tertanggal 14 Juni 1979 tentang Pembatalan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri R.I Cq Menteri Agraria R.I,
No. SK.218/Ka tertanggal 09 Mei 1961 (petitum angka 09), tentang
Surat Keputusan pemberian Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan
Paya Mabar/Sei-Buluh atas nama Firma Dahris & Co seluas lebih
kurang 2000 Hektar dengan rincian seluas lebih kurang 400 Hektar
terletak di Sei Buluh (objek Perkara – I) dan seluas lebih kurang
1600 Hektar terletak di Paya Mabar (Objek Perkara – II) ;
Hal 27 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
2. Penggugat menyebutkan dan menggugat Surat Keputusan
Pemerintah R.I Cq Pemerintah Propinsi Sumateras Utara (Tergugat
V) No. 185 Tahun 1979, tertanggal 08 Agustus 1979 tentang
Pembentukan Badan Penguasaan Sementara Perkebunan Paya
Mabar/Sei Buluh yang bertugas untuk mengelola perkebunan
dimaksud (petitum angka 10).
3. Penggugat menyebutkan dan menggugat Surat Keputusan
Pemerintah R.I Cq Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Tergugat
V) No. 2649/79 tertanggal 10 Oktober 1979 tentang pemberian
Persetujuan Penyerahan Sementara Management Perkebunan
Paya Mabar/Sei-Buluh Kepada Tergugat – I (Petitum angka 11).
4. Penggugat menyebutkan dan menggugat Surat Berita Acara
Penyerahan dan penerimaan tertanggal 22 Oktober 1979, yang
dibuat oleh Pemerintah R.I Cq Badan Pertanahan Nasional R.I Cq
Kantor BPN Wilayah Propinsi Sumatera Utara (Tergugat III)
Pemerintah R.I Cq Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Cq Kantor
Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Tergugat
VI) dan Pemerintah R.I Cq Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Cq
Kantor Disnaker & Transmigrasi Pemerintah Provinsi Sumut
(Tergugat – VII) Petitum angka 12.
5. Penggugat menyebutkan dan menggugat Surat Keputusan
Pemerintah R.I Cq Badan Pertanahan Nasional R.I (Tergugat – II)
Nomor : 22/HGU/DA/88 tertanggal 16 Februari 1988 (Petitum
angka 13).
6. Penggugat menyebutkan dan menggugat Surat Keputusan
Pemerintah R.I Cq Badan Pertanahan Nasional R.I (Tergugat – II)
Hal 28 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Nomor : SK 9 /HGU/DA/83 tertanggal 13 April 1983 (Petitum angka
14).
7. Penggugat menyebutkan dan menggugat Sertifikat HGU No. 1/Sei
Buluh tertanggal 11 April 1988 atas nama Tergugat – I yang
diterbitkan Tergugat IV Cq Kantor Pertanahan Serdang Bedagai
(petitum angka. 15).
8. Penggugat menyebutkan dan menggugat Sertifikat HGU No. 1/Paya
Mabar tertanggal 05 Nopember 1984 atas nama Tergugat - I yang
diterbitkan Tergugat - IV Cq Kantor Pertanahan Serdang Bedagai
(petitum angka. 16).
Bahwa dari seluruh penyebutan dan gugatan-gugatan Penggugat
tersebut adalah merupakan produk/keputusan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang merupakan ruang lingkup sengketa Tata
Usaha Negara, bukan sengketa perdata, dan dengan demikian hal
tersebut adalah kewenangan dari Peradilan Tata Usaha Negara (vide
pasal 1 ayat 1,2,3, dan 4 Jo pasal 4 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jo Undang-
undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perobahan atas Undang-
undang No. 5 Tahun 1986 Jo Undang-undang RI Nomor : 51 Tahun
2009 Tentang Perobahan Kedua atas Undang-undang Nomor: 05
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara).
Bahwa berkaitan dengan penyebutan-penyebutan dan gugatan-
gugatan Penggugat tersebut, dan berdasarkan ketentuan dan
peraturan yang berlaku, jelas peradilan umum cq Pengadilan Tebing
Tinggi Deli tidak berwenang dan tidak tepat sama sekali mengadili
perkara a quo, karena yang paling berwenang adalah Peradilan
Hal 29 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Tata Usaha Negara, oleh karena itu sangat beralasan hukum bagi
Bapak Ketua dan Majelis Hakim YTH yang mengadili perkara a quo
untuk menyatakan perkara a quo adalah kewenangan Peradilan Tata
Usaha Negara dan bukan kewenangan Peradilan Umum cq
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli.
Bahwa selanjutnya Petitum angka 03 gugatan Penggugat
menyebutkan “Menyatakan Penggugat adalah ahli waris dari almarhum
Haji Achmad Dahlan Nasution”
Bahwa jika dicermati dan disimak petitum angka 03 gugatan
Penggugat tersebut, maka berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang No.
03 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-undang RI, No. 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, maka petitum angka 03
gugatan Penggugat tersebut bukan kewenangan dari peradilan Umum,
melainkan kewenangan dari peradilan Agama, sebab untuk
menentukan dan menetapkan ahli waris dari almarhum Haji Achmad
Dahlan Nasution adalah pengadilan Agama.
Bahwa oleh sebab itu sangat beralasan hukum bagi Bapak Ketua dan
Majelis Hakim dalam perkara a quo menyatakan petitum angka 03
gugatan Penggugat adalah kewenangan Peradilan Agama, dan bukan
kewenangan Peradilan Umum Cq Pengadilan Negeri Tebing Tinggi
Deli.
2. TENTANG GUGATAN “NE BIS IN IDEM”
Bahwa jika diteliti dan disimak gugatan Penggugat, pada pokoknya
Penggugat menggugat PEMBATALAN sertifikat Hak Guna Usaha
(HGU) No. 1/Paya Mabar bertanggal 5 Nopember 1984 seluas 475 Ha
Hal 30 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
atas nama PT.PD.Paya Pinang dan PEMBATALAN sertifikat Hak Guna
Usaha (HGU) No. 1/Sei Buluh bertanggal 7 Mei 1988 seluas 211,12
Ha.
Bahwa dalam hal yang sama sebelumnya Penggugat juga pernah
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Medan
dengan pokok gugatan yang “Identik” sama yaitu PEMBATALAN
sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) No. 1/Paya Mabar bertanggal 5
Nopember 1984 seluas 475 Ha atas nama PT.PD.Paya Pinang dan
PEMBATALAN sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) No. 1/Sei Buluh
bertanggal 7 Mei 1988 seluas 211,12 Ha, dalam perkara
Reg.No.34/G/2009/PTUN-Mdn, Jo No. 06/B/2010/PT-TUN-Mdn, Jo
No.170 K/TUN/2010 Jo No. 134.PK/TUN/2011.
Bahwa gugatan TUN yang diajukan oleh Penggugat tersebut sudah
berkekuatan hukum tetap (inkracht) karena Mahkamah Agung RI
melalui keputusannya menolak permohonan kasasi dan Peninjauan
Kembali (PK) yang diajukan oleh Penggugat melalui keputusan Kasasi
No. 170 K/TUN/2010 bertanggal 26 Juli 2010 dan putusan Peninjauan
Kembali (PK) Mahkamah Agung R.I, No. 134 PK/TUN/2011, bertanggal
27 Januari 2012.
Bahwa oleh karena dalam perkara aquo yang diajukan oleh Penggugat
“Identik” sama dengan perkara yang pernah diajukan oleh Penggugat
di peradilan Tata Usaha Negara (TUN) Medan, maka gugatan
Penggugat dalam perkara aquo dapat dikwalifisir sebagai gugatan “Ne
Bis In Idem” dan dengan demikian cukup alasan bagi Majelis Hakim
YTH, untuk menyatakan gugatan Penggugat “Ne Bis In Idem” ;
Bahwa selanjutnya Penggugat dalam hal perkara yang sama dan
objek yang sama serta pengadilan yang sama Cq Pengadilan Tebing
Hal 31 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Tinggi Deli, Penggugat sebelumnya pernah mengajukan gugatan aquo,
yaitu dalam perkara perdata Reg.No. 36/Pdt.G/2011/PN-TTD.
Penggugat menggugat pembatalan SK HGU No. 62/DJA/1979, SK
Gubernur Sumatera Utara No. 185 Tahun 1979 08 Agustus 1979,
Sertifikat HGU No. 1/Desa Paya Mabar dan Sertifikat HGU No. 1/Desa
Sei-Buluh.
Bahwa Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli dalam putusan Sela
tertangggal 30 April 2012 No. 36/Pdt.G/2011/PN-TTD menyatakan
“Pengadilan Negeri Tebing Tinggi tidak berwenang mengadili perkara
aquo”. Selanjutnya Pengadilan Tinggi Medan menguatkan putusan
Sela Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tersebut dalam putusannya
tertanggal 16 Januari 2013 No. 312/PDT/2012/PT-Mdn. Dan saat ini
perkara aquo dalam pemeriksaan Tingkat Kasasi di Mahkamah Agung
R.I. sebab Penggugat mengajukan Kasasi.
3. TENTANG GUGATAN PENGGUGAT PREMATEUR.
Bahwa Penggugat dalam hal perkara yang sama dan objek yang sama
serta pengadilan yang sama Cq Pengadilan Tebing Tinggi Deli,
Penggugat pernah mengajukan gugatan aquo, dan perkara tersebut
sudah diputus oleh Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli dalam
perkara perdata Reg.No. 36/Pdt.G/2011/PN-TTD, melalui putusan Sela
tertanggal 30 April 2012 yang menyatakan “Pengadilan Negeri Tebing
Tinggi tidak berwenang mengadili perkara aquo”, kemudian Pengadilan
Tinggi Medan menguatkan putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi
Deli tersebut melalui putusan tertanggal 16 Januari 2013 No.
312/PDT/2012/PT-MDN. Dan saat ini perkara tersebut dalam proses
pemeriksaan Kasasi di Mahkamah Agung R.I, sebab Penggugat Cq
Hal 32 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Abdul Haris Nasution mengajukan Kasasi atas putusan Pengadilan
Tinggi Medan tersebut.
Bahwa dalam perkara aquo Penggugat kembali mengugat objek yang
sama, permasalahan yang sama, pada hal Penggugat mengetahui
sebelumnya pernah mengajukan gugatan yang sama, objek yang
sama dan pengadilan yang sama dalam perkara perdata Reg.No.
36/Pdt.G/2011/PN-TTD, dan saat ini perkara tersebut dalam
pemeriksaan tingkat kasasi di Mahkamah Agung R.I.
Bahwa oleh karena Penggugat mengajukan perkara yang sama dan
objek yang sama serta pengadilan yang sama pula, dan saat ini
perkara dimkasud sedang dalam pemeriksaan tingkat kasasi di
Mahkamah Agung RI, maka secara hukum gugatan yang diajukan
Penggugat menjadi premateur.
4. TENTANG SURAT KUASA PENGGUGAT TIDAK SAH DAN GUGUR.
Bahwa dalam perkara a quo Abdul Haris Nasution S.Sos mengajukan
gugatan bertindak selaku kuasa ahli waris almarhum Achmad Dahlan
Nasution berdasarkan Akte Surat Kuasa Budel No. 16 tertanggal 26
September 2007.
Bahwa dalam hal yang sama dan objek yang sama, Ahli waris
almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution yaitu Nurhanifah dkk,
(tidak termasuk Penggugat in versoon) telah memberikan kuasa
kepada Advokat H.Danialsyah SH.MH berdasarkan Surat Kuasa
tertangggal 20 Juli 2013 Nomor : 048/LPPH-SK/VIII/2013, yang
sebagaimana tercantum didalam Surat Somatie/peringatan No.
066/LPPH-PP/SU/XI/2013 dari Advokat H. Danialsyah SH.MH.
Hal 33 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa dengan adanya surat kuasa ahli waris tertanggal 20 Juli 2013
tersebut, maka secara hukum surat kuasa ahli waris yang diberikan
kepada Abdul Haris Nasution tertanggal 26 September 2007 menjadi
tidak Sah dan Gugur.
5. TENTANG PENGGUGAT TIDAK BERKAPASITAS UNTUK
MENGGUGAT.
Bahwa di dalam surat gugatan Penggugat mendalilkan Surat
Keputusan HGU No. 218/Ha tanggal 9-5-1961 atas nama Firma
Dahris & Co, sedangkan Penggugat bukan Firma Dahris & Co,
melainkan bertindak secara in versoon dan mengaku selaku ahli waris
almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution.
Bahwa oleh karena Penggugat pada surat gugatannya secara hukum
tidak dapat menunjukkan dan membuktikan bertindak atas nama Firma
Dahris & Co, maka dengan demikian secara hukum Penggugat tidak
berkapasitas untuk mengajukan gugatan dalam perkara aquo. Dan
oleh karena itu cukup alasan hukum bagi Majelis Hakim Yth, untuk
menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan
gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
6. TENTANG PIHAK-PIHAK YANG DIGUGAT TIDAK LENGKAP.
Bahwa di surat gugatan Penggugat mendalilkan dan menyebutkan dan
nama Haji Rivai Abdul Manap, Hakim Sofyan dkk, Penggarap tanah
dan Firma Dahris & Co serta Marah Satu Nasution SH Notaris di
Medan.
Bahwa berdasarkan hukum acara perdata yang berlalu, seharusnya
pihak-pihak yang disebut dan dikaitkan didalam dalil-dalil gugatan,
Hal 34 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
harus ditarik sebagai pihak-pihak Tergugat atau setidak-tidaknya ditarik
sebagai Turut Tergugat dalam perkara a quo.
Bahwa oleh karena Penggugat tidak menarik pihak-pihak yang
disebutkan dalam pokok gugatan, maka gugatan Penggugat pihak-
pihak menjadi tidak lengkap, dan oleh sebab itu cukup alasan hukum
bagi Majelis Hakim Yth, untuk menyatakan gugatan tidak dapat
diterima.
Bahwa oleh karena itu cukup alasan bagi Majelis Hakim YTH, untuk
menolak seluruh gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya tidak
dapat diterima.
7. TENTANG GUGATAN PENGGUGAT LAMPAU WAKTU
(DALUWARSA).
Bahwa jika dicermati dan diteliti surat gugatan Penggugat, berdasarkan
Akte Jual Beli No.24 tertanggal 08 Desember 1956 yang diperbuat
dihadapan Gelar Soetan Pane Paroehoem, Notaris di Medan dan Surat
Keputusan Hak Guna Usaha No. Sk 218/Ka tertanggal 09 Mei 1961.
Bahwa Penggugat mempersoalkan terbitnya Surat Keputusan
Tergugat II No. Sk.62/DJA/1979 bertanggal 14-6-1979, Surat
Keputusan Pemerintah RI Cq Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
(Tergugat III) No. SK/185 Tahun 1979 bertanggal 8-8-1979, dan Surat
Keputusan Badan Penguasaan Sementara atas lahan perkebunan
Paya Mabar dan Sei Buluh No. 2649/79 bertanggal 10-10-1979.
Bahwa jika dilihat dari dasar gugatan Penggugat dan surat-surat yang
dipersoalkan oleh Penggugat tersebut adalah produk/terbitan pada
tahun 1956 dan tahun 1979, maka kalau dihitung waktu dari
Penggugat mengajukan gugatan dalam perkara aquo sudah kurun
waktu mencapai lebih kurang 58 Tahun dan 33 Tahun.
Hal 35 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa dengan demikian, jika dikaitkan dengan ketentuan yang
sebagai diatur dalam pasal 1967 KUHPerdata yang berlaku, hak
Penggugat untuk menggugat hapus (gugur) karena daluwarsa, maka
sangat beralasan bagi Majelis Hakim YTH, berkenan untuk menolak
gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
diterima.
8. TENTANG PENGGUGAT TIDAK MEMPUNYAI HUBUNGAN HUKUM
DENGAN TERGUGAT – I.
Bahwa secara hukum Penggugat sama sekali tidak mempunyai
hubungan hukum dengan Tergugat I, sebab Tergugat I tidak pernah
membuat perikatan dengan Penggugat, baik secara perikatan tertulis
maupun secara perikatan lisan.
Bahwa secara hukum Penggugat tidak mempunyai hubungan hukum
dengan Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) No. 1/Desa Paya Mabar,
tanggal 5 Nopember 1984, atas PT.PD.Paya Pinang (Tergugat I) dan
Sertifikat Hak Guna Usaha No.1/Dese Sei Buluh, tanggal 7 Mei 1988
atas nama PT.PD.Paya Pinang (Tergugat I).
Bahwa oleh karena Penggugat tidak mempunyai hubungan hukum
dengan Tergugat I dan juga hubungan hukum dengan Sertifikat-
Sertifikat HGU tersebut, maka cukup alasan bagi Majelis Hakim Yth,
untuk menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya dinyatakan
tidak dapat diterima.
9. TENTANG GUGATAN PENGGUGAT CACAT HUKUM.
Bahwa jika dicermati dan diteliti gugatan Penggugat pada pokoknya
Penggugat menggugat 3 (Tiga) objek sengketa yaitu Sertifikat Hak
Guna Usaha (HGU) No. 1/Desa Paya Mabar, tanggal 5 Nopember
Hal 36 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
1984, atas nama PT. PD. Paya Pinang (Tergugat I) dan Sertifikat Hak
Guna Usaha No.1/Dese Sei Buluh, tanggal 7 Mei 1988 atas nama PT.
PD. Paya Pinang (Tergugat I) serta tanah seluas lebih kurang 27
Hektar kepunyaan Tergugat VIII dan Tergugat IX yang terletak di Desa
Paya Mabar.
Bahwa berdasarkan tertib hukum acara perdata dan Jurisprudensi
MARI yang berlaku gugatan a quo tidak dapat dibenarkan, sebab
Penggugat menggugat terhadap 3 (Tiga) objek perkara yang berbeda
hak dan kepentingan serta dasar hukumnya dalam satu gugatan.
Bahwa oleh karena Penggugat dalam gugatannya mengajukan 3 (Tiga)
objek perkara yang berbeda dalam satu gugatan, maka mengakibatkan
gugatan penggugat cacat hukum, dengan demikian cukup alasan bagi
Majelis Hakim Yth, berkenan menolak gugatan Penggugat atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
10. TENTANG GUGATAN PENGGUGAT TANPA DASAR HUKUM.
Bahwa dasar gugatan Penggugat adalah surat Keputusan Hak Guna
Usaha (bukan Sertifikat HGU) No. 218/ka, tanggal 9 Mei 1961 atas
nama Firma Dahris & Co.
Bahwa jika dicermati dasar gugatan Penggugat tersebut, maka secara
hukum Penggugat tidak mempunyai hubungan hukum lagi dengan
surat Keputusan Hak Guna Usaha No. 218/ka, tanggal 9 Mei 1961 atas
nama Firma Dahris & Co.
Bahwa oleh karena Penggugat tidak mempunyai hubungan hukum
dengan dasar hukum Penggugat mengajukan gugatan dalam perkara a
quo, maka dengan demikian cukup alasan bagi Majelis Hakim Yth,
untuk menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya dinyatakan
tidak dapat diterima.
Hal 37 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
11. TENTANG GUGATAN PENGGUGAT KABUR DAN TIDAK JELAS.
Bahwa Penggugat tidak menguraikan secara jelas tentang perbuatan
Melawan Hukum yang dilakukan oleh Tergugat I, begitu juga
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat II,III, IV,V,VI,
VII dan Tergugat VIII.
Bahwa selanjutnya posita gugatan Penggugat tidak singkron dengan
petitum gugatan Penggugat, sehingga sulit untuk disimak dan
dimengerti satu sama lainnya. Oleh karenanya gugatan Penggugat
menjadi kabur dan tidak jelas, maka cukup beralasan hukum bagi
Majelis Hakim YTH, untuk berkenan menolak gugatan Penggugat atau
setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
Berdasarkan hal-hal dan uraian yang dikemukakan oleh Tergugat - I
tersebut diatas, maka dimohonkan kepada Bapak Ketua Majelis Hakim Yth, agar
kiranya berkenan untuk menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau
setidak-tidak dinyatakan tidak dapat diterima.
II. TENTANG POKOK PERKARA.
1. DALAM KONPENSI ;
Bahwa sepanjang ada kaitan hukumnya dengan apa yang telah
diuraikan Tergugat I di dalam eksepsi dimuka, maka dianggap telah
dimasuk di dalam konpensi ini, sehingga tidak perlu diulang kembali.
Bahwa Tergugat I, menolak dengan tegas seluruh gugatan dan dalil-
dalil gugatan Penggugat seluruhnya, kecuali yang telah diakui dengan
tegas pula dalam konpensi ini.
Bahwa TIDAK BENAR dan SANGAT KELIRU dalil posita gugatan
Penggugat yang mendalilkan perbuatan Tergugat I,II,III,IV,V,VI, dan
Hal 38 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Tergugat VII untuk meniadakan hak perdata almarhum Haji Achmad
Dahlan Nasution terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II, sebab
sejak terbitnya Surat Keputusan HGU tertanggal 09 Mei 1961 No.
SK.218/Ka atas nama Firma Dahris & Coy yang diterbitkan oleh
Menteri Agraria RI, hak perdata almarhum Achmad Dahlan Nasution
telah hapus dan terputus, dan secara hukum hak perdata tersebut
beralih kepada Firma Dahris & Co, kemudian beralih kepada PT.
“DAHRIS COY”
Bahwa sebenarnya penyerahan tanah Desa Paya Mabar dan Desa
Sei-Buluh tersebut telah dilakukan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan hukum pertanahan yang berlaku, hal mana terungkap dan
terbukti pada surat Berita Acara Penyerahan dan Penerimaan
Management Penguasaan tanah Perkebunan Paya Mabar/Sei-Buluh,
bertanggal 22 Oktober 1979.
Bahwa TIDAK BENAR terbitnya surat Keputusan (SK) Menteri Dalam
Negeri RI cq Direktur Jenderal Agraria No, 62/DJA/1979, bertanggal 14
Juni 1979 diterbitkan secara melawan hukum yang sebagai didalilkan
oleh Penggugat, sebab SK Mendagri cq Dirjen Agraria No.
62/DJA/1979 tersebut diterbitkan sudah sesuai secara prosedur dan
pertimbangan-pertimbangan hukum yang berlaku, hal mana terungkap
dan terbukti pada surat Keputusan (SK) Menteri Dalam Negeri RI cq
Direktur Jenderal Agraria No, 62/DJA/1979, bertanggal 14 Juni 1979.
Bahwa TIDAK BENAR objek tanah yang tersebut didalam sertikat Hak
Guna Usaha (HGU) No.1/Desa Paya Mabar, bertanggal 5 Nopember
1984 dan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) Ni.1/Desa Sei-Buluh
bertanggal 11 April 1988 adalah hak Penggugat, sebab yang benar
Hal 39 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
atas objek tanah yang dimaksud pada sertifikat-sertifikat HGU tersebut
adalah HAK dan KEPUNYAAN PT.PD.Paya Pinang (Tergugat I).
Bahwa TIDAK BENAR terbitnya surat “Sertifikat Hak Guna (HGU) No.
1/Desa Paya Mabar, bertanggal 5 Nopember 1984, atas nama
PT.PD.Paya Pinang (Tergugat I-dk) tersebut diterbitkan secara
melawan hukum yang sebagaimana didalilkan oleh Penggugat, sebab
sertifikat HGU No.1/Desa Paya Mabar tersebut diterbitkan berdasarkan
prosedur hukum yang berlaku.
Bahwa dasar terbitnya “sertifikat HGU No.1/Desa Paya Mabar tersebut
adalah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri cq
Direktur Jenderal Agraria No. 9/HGU/DA/83, bertanggal 13 April 1983
Jo surat Direktorat Agraria Propinsi Sumatera Utara No.DA/III/6497-
3093/81, bertanggal 27 Juli 1981, yang surat-surat tersebut
diterbitkan/dikeluarkan sesuai dengan prosedur hukum pertanahan
yang berlaku.
Bahwa selanjutnya TIDAK BENAR terbitnya surat “Sertifikat Hak Guna
(HGU) No. 1/ Desa Sei Buluh, bertanggal 11 April 1988, atas nama
PT.PD.Paya Pinang (Tergugat I) tersebut diterbitkan secara melawan
hukum yang sebagaimana di dalilkan oleh Penggugat, sebab sertifikat
HGU No.1/Desa Sei-Buluh tersebut diterbitkan berdasarkan prosedur
dan ketentuan hukum yang berlaku.
Bahwa dasar terbitnya sertifikat HGU No.1/Desa Sei-Buluh tersebut
adalah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri cq
Direktur Jenderal Agraria No.22/HGU/DA/88, bertanggal 16 Februari
1988 Jo surat Direktorat Agraria Propinsi Sumatera Utara No.
593.4/3/87, bertanggal 03 Maret 1987, yang surat-surat tersebut
Hal 40 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
diterbitkan/dikeluarkan sesuai dengan prosedur hukum pertanahan
yang berlaku.
Bahwa sebenarnya sejak dari tahun 1979 (lebih kurang 33 Tahun),
Tergugat I telah menguasai dan mengerjakan serta mengusahakan
tanah perkebunan Desa Paya Mabar dan perkebunan Desa Sei-Buluh
tersebut, dimana Tergugat I, tidak pernah sama sekali mendapat
gangguan dan gugatan dari pihak manapun juga.
Bahwa gugatan Penggugat adalah gugatan yang MENGADA-NGADA
dan yang DIBUAT-BUAT saja, sebab Penggugat menggugat dengan
TANPA DASAR HUKUM YANG JELAS, hal mana terungkap dan
terbukti sebelumnya pun Penggugat dalam perkara dan persoalan
yang sama pernah juga menggugat Kantor Pertanahan Kab.Serdang
Bedagai (Tergugat IV) dan Tergugat I sebagai Penggugat Intervensi di
Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, dan gugatan Penggugat
tersebut telah ditolak oleh Makamah Agung RI dengan keputusannya
tertanggal 26 Juli 2010 No. 170 K/TUN/2010 Jo putusan PT-TUN
Medan tertanggal 04 Februari 2010 No. 06/B/2010/PT-TUN-Mdn Jo
putusan PTUN Medan tertanggal 14 September 2009 No.
34/G/2009/PTUN-Mdn, yang sudah berkekuatan hukum tetap. Dan
terakhir dikuatkan dan dibenarkan oleh putusan PK Mahkamah Agung
RI No. 134 PK/TUN/2011, bertanggal 27 Januari 2012.
Bahwa lebih terbuktinya lagi gugatan Penggugat mengada-ngada dan
dibuat-buat, dimana sebelumnya dalam hal perkara yang sama dan
objek yang sama serta pengadilan yang sama Cq Pengadilan Tebing
Tinggi Deli, Penggugat pernah mengajukan gugatan a quo, dan
perkara tersebut sudah diputus oleh Pengadilan Negeri Tebing Tinggi
Deli dalam perkara perdata Reg.No. 36/Pdt.G/2011/PN-TTD, melalui
Hal 41 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
putusan Sela tertanggal 30 April 2012 yang menyatakan “Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi tidak berwenang mengadili perkara a quo”,
kemudian Pengadilan Tinggi Medan menguatkan putusan Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Deli tersebut melalui putusan tertanggal 16
Januari 2013 No. 312/PDT/2012/PT-MDN. Dan saat ini perkara a quo
dalam proses pemeriksaan Kasasi di Mahkamah Agung R.I, sebab
Penggugat Cq Abdul Haris Nasution mengajukan Kasasi.
Bahwa selanjutnya secara hukum tidak dapat dibenarkan Penggugat
mengajukan gugatan ganti rugi sebesar Rp. 259.300.000.000,- (dua
ratus limapuluh sembilan milyard tiga ratus juta rupiah) kepada
Tergugat I, sebab Penggugat secara hukum tidak mempunyai
hubungan hukum dengan Tergugat I, dan gugatan yang diajukan oleh
Penggugat tanpa dasar hukum yang jelas.
Bahwa selanjutnya, oleh karena gugatan yang diajukan oleh
Penggugat, diajukan dengan tanpa dasar hukum dan antara
Penggugat dengan Tergugat I tidak mempunyai hubungan hukum
sama sekali, baik hubungan hukum secara perikatan tertulis maupun
secara perikatan lisan, maka cukup beralasan hukum bagi Majelis
Hakim Yth, menolak dan mengenyampingkan permohonan Sita
Jaminan yang diajukan Penggugat, terhadap barang-barang yang
bergerak maupun yang tidak bergerak milik Tergugat I.
Bahwa seterusnya terhadap dalil-dalil gugatan Penggugat yang
lainnya, oleh karena tidak ada urgensi dan relevansinya dengan pokok
perkara dalam perkara a quo, maka tidak perlu Tergugat I, tanggapi
lagi dalam konpensi ini, sehingga oleh karena itu sangat beralasan
hukum bagi Majelis Hakim Yth, untuk menolak dan
mengenyampingkannya.
Hal 42 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Berdasarkan hal-hal dan uraian-uraian yang telah dikemukakan oleh
Tergugat I dimuka, maka Tergugat I, mohon kehadapan Majelis Hakim Yth, agar
kiranya berkenan untuk menolak seluruh gugatan Penggugat atau setidak-
tidaknya menyatakan gugatan Penggugat, tidak dapat diterima.
2. DALAM REKONPENSI ( GUGAT- BALIK ).
Bahwa sepanjang ada kaitan hukumnya dengan dalil-dalil eksepsi dan
dalil-dalil dalam konpensi dimuka, dianggap telah dimasukkan di dalam
rekonpensi ini, sehingga tidak perlu diulang lagi.
Bahwa Penggugat Dalam Rekonpensi (dk)/Tergugat dalam konpensi
(dk) menolak dalil-dalil gugatan Penggugat Dalam Konpensi
(dk)/Tergugat Dalam Rekonpensi (dr) seluruhnya, kecuali yang dengan
secara tegas telah diakui oleh Penggugat Dalam Rekonsi (dr) pada
rekonpensi ini.
Bahwa Penggugat-dr, mempunyai sebidang tanah perkebunan seluas
475 Ha (empat ratus tujuh puluh lima Hektar), yang terletak di Desa
Paya Mabar Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai
dahulu disebut dengan Kab.Deli Serdang Sumatera Utara, yang
sebagaimana tersebut dalam surat Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU)
No. 1/Desa paya Mabar, bertanggal 05 Nopember 1984 yang
diterbitkan oleh a.n. Bupati Tingkat II Deli Serdang cq Kepala Kantor
Agraria u.b Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan yang batas-batas
terurai dalam surat ukur No.603/11/1984.
Bahwa dasar Penggugat-dr, memperoleh tanah tersebut adalah
berdasarkan membayar kewajiban kepada negara, membayar ganti-
rugi kepada para penggarap asal, dan membayar kewajiban-
kewajiban yang lain yang sebagaimana diwajibkan dalam Surat
Hal 43 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Keputusan Menteri Dalam Negeri RI cq Direktur Jenderal Agraria No.
9/HGU/DA/83, bertanggal 13 April 1983, dan tanah perkebunan
tersebut sudah Penggugat-dr, kuasai, kerjakan, dan diusahai sudah
sejak lebih kurang 33 Tahun, tanpa ada gangguan sama sekali dari
pihak manapun juga.
Bahwa dengan demikian sangat beralasan hukum bagi Majelis Hakim
Yth, untuk menyatakan tanah perkebunan seluas 475 Hektar, yang
terletak di Desa Paya Mabar Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten
Serdang Bedagai dahulu disebut dengan Kab.Deli Serdang Sumatera
Utara, yang sebagaimana tersebut dalam surat Sertifikat Hak Guna
Usaha (HGU) No. 1/Desa paya Mabar, bertanggal 05 Nopember 1984
yang diterbitkan oleh a.n. Bupati Tingkat II Deli Serdang cq Kepala
Kantor Agraria u.b Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan yang batas-
batas terurai dalam surat ukur No.603/11/1984. adalah HAK dan
KEPUNYAAN Penggugat-dr.
Bahwa selanjutnya juga Penggugat-dr, mempunyai sebidang tanah
perkebunan seluas 211,3 Ha (duaratus sebelas koma tiga hektar),
yang terletak di Desa Sei Buluh Kecamatan Sei-Rampah, Kabupaten
Serdang Bedagai d/h disebut dengan Kab.Deli Serdang Sumatera
Utara, yang sebagaimana tersebut dalam surat Sertifikat Hak Guna
Usaha (HGU) No. 1/Desa Sei-Buluh, bertanggal 11 April 1988 yang
diterbitkan oleh a.n. Bupati Tingkat II Deli Serdang cq Kepala Kantor
Agraria u.b Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan yang batas-batas
terurai dalam surat ukur No.366/04/1988.
Bahwa dasar Penggugat-dr, memperoleh tanah tersebut berdasarkan
membayar kewajiban kepada negara, membayar ganti rugi kepada
para penggarap asal, dan membayar kewajiban-kewajiban yang lain
Hal 44 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
yang sebagaimana diwajibkan dalam Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri RI cq Direktur Jenderal Agraria No.22/HGU/DA/88, bertanggal
16 Pebruari 1988, dan tanah perkebunan tersebut sudah Penggugat-
dr, kuasai, kerjakan, dan diusahai sudah sejak lebih kurang 33 Tahun,
tanpa ada gangguan dari pihak manapun juga sama sekali.
Bahwa dengan demikian cukup alasan hukum bagi Majelis Hakim Yth,
untuk menyatakan tanah perkebunan seluas 211,3 Hektar, yang
terletak di Desa Sei Buluh Kecamatan Sei-Rampah, Kabupaten
Serdang Bedagai d/h disebut dengan Kab.Deli Serdang Sumatera
Utara, yang sebagaimana tersebut dalam surat Sertifikat Hak Guna
Usaha (HGU) No. 1/Desa Sei-Buluh, bertanggal 11 April 1988 yang
diterbitkan oleh a.n. Bupati Tingkat II Deli Serdang cq Kepala Kantor
Agraria u.b Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan yang batas-batas
terurai dalam surat ukur No.366/04/1988 adalah HAK dan
KEPUNYAAN Penggugat-dr.
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan Penggugat-dr tersebut diatas, maka
Penggugat-dr mohon kepada Majelis Hakim Yth, agar kiranya berkenan untuk
mengabulkan gugatan rekonpensi yang diajukan Penggugat Rekonpensi (dr)
dengan memberikan keputusan sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan Pengugat Rekonpensi untuk seluruhnya .
2. Menyatakan tanah perkebunan seluas 475 Ha (empat ratus tujuhpuluh lima
Hektar), yang terletak di Desa Paya Mabar Kecamatan Tebing Tinggi,
Kabupaten Serdang Bedagai d/h disebut dengan Kab.Deli Serdang Sumatera
Utara, yang sebagaimana tersebut dalam surat Sertifikat Hak Guna Usaha
(HGU) No. 1/Desa paya Mabar, atas nama PT. PD Paya Pinang, bertanggal
05 Nopember 1984 yang diterbitkan oleh a.n. Bupati Tingkat II Deli Serdang
cq Kepala Kantor Agraria u.b Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan yang
Hal 45 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
batas-batas terurai dalam surat ukur Nomor :603/11/1984. adalah HAK dan
KEPUNYAAN Penggugat-dr (PT.PD.Paya Pinang).
3. Menyatakan tanah perkebunan seluas 211,3 Ha (duaratus sebelas koma tiga
hektar), yang terletak di Desa Sei Buluh Kecamatan Sei-Rampah, Kabupaten
Serdang Bedagai d/h disebut dengan Kab.Deli Serdang Sumatera Utara,
yang sebagaimana tersebut dalam surat Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU)
No. 1/Desa Sei-Buluh, atas nama PT. PD Paya Pinang, bertanggal 11 April
1988 yang diterbitkan oleh a.n. Bupati Tingkat II Deli Serdang cq Kepala
Kantor Agraria u.b Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan yang batas-batas
terurai dalam surat ukur Nomor :366/04/1988.adalah HAK dan KEPUNYAAN
Penggugat-dr (PT.PD.Paya Pinang).
4. Menghukum Tergugat-dr untuk menanggung biaya perkara yang timbul dalam
perkara rekonpensi ini.
Jika Pengadilan berpendapat lain mohon keputusan yang seadil-adilnya
berdasarkan hukum dan undang-undang yang berlaku.
Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Tergugat II melalui
Kuasanya telah mengajukan jawaban pada pokoknya sebagai berikut:
I. DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Tergugat II menolak secara tegas seluruh dalil-dalil
Penggugat, kecuali terhadap hal-hal yang diakui secara tegas;
2. Kompetensi Absolut
Bahwa yang menjadi objek gugatan dalam perkara ini adalah :
- Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK. 62/DJA/1979 tanggal
14 Juni 1979 tentang Pembatalan Surat Keputusan Menteri Agraria No.
SK. 218/Ka tanggal 9 Mei 1961;
- Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK. 9/HGU/DA/83 tanggal
13 April 1983 tentang Pemberian HGU Kepada PT. PD. Paya Pinang
Hal 46 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
atas tanah yang terletak di Desa Paya Mabar, Desa Paya Lombang dan
Desa Kota Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang
Bedagai seluas 475 Ha;
- Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
22/HGU/DA/88 tanggal 16 Februari 1988 tentang Pemberian HGU
kepada PT. PD. Paya Pinang atas tanah yang terletak di Desa Sungai
Buluh, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai seluas
lebih kurang 211,13 Ha;
Bahwa dengan diterbitnya keputusan Tergugat II aquo tersebut diatas,
menurut Para Penggugat dalam Gugatannya halaman 7 alinea 1 dan
halaman 10 alinea 3 yang pada intinya menyatakan penerbitan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK. 62/DJA/1979 tanggal 14 Juni
1979, Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK. 9/HGU/DA/83
tanggal 13 April 1983 dan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 22/HGU/DA/88 tanggal 16 Februari 1988 tersebut tidak
mempunyai kekuatan hukum;
Bahwa untuk menilai sah atau tidaknya keputusan aquo adalah
kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara, sehingga sudah
seharusnya Pengadilan Negeri Tebing Tinggi menolak gugatan Penggugat
dan menyatakan tidak berwenang mengadili perkara ini, karena obyek dari
gugatan ini adalah kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara untuk
memeriksa dan mengadili (kompetensi absolut);
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, dengan ini Tergugat II
mohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Yang Terhormat berkenan untuk
menerima Eksepsi dari Tergugat II dan berdasarkan Pasal 134 HIR untuk
memberikan keputusan sela antara lain :
Hal 47 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Menerima Eksepsi Tergugat II mengenai kewenangan kompetensi
absolut;
- Menyatakan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi tidak berwenang
untuk memeriksa dan mengadili perkara ini;
- Menyatakan sah dan berharga surat keputusan aquo Tergugat II;
Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan Menghukum
Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara;
Namun demikian apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka Tergugat II
ingin mengajukan eksepsi lainnya sebagai berikut:
3. Penggugat tidak mempunyai kwalitas sebagai Penggugat, karena :
Bahwa berdasarkan data-data yang ada pada Tergugat II, menunjukan
Penggugat tidak menguasai tanah yang diatasnya telah terbit Sertipikat
Hak Guna Usaha No. 1/Desa Sei Buluh tanggal 11 April 1988 dan
Sertipikat Hak Guna Usaha No. 1/Desa Paya Mabar tanggal 3 Nopember
1984 atas nama Tergugat I ic. PT. PD. Paya Pinang karena secara yuridis
tanah yang diklaim oleh Penggugat milik Alm. H. Achmad Dahlan Nasution
berdasarkan SK 218/Ka tanggal 9 Mei 1961 telah dibatalkan dengan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK.62/DJA/1979 tanggal 14 Juni
1979, maka Penggugat sudah tidak mempunyai hubungan dengan tanah
terperkara maka Penggugat tidak mempunyai kualitas sebagai pihak;
4. Bahwa Gugatan Para Penggugat terhadap tanah terperkara telah lewat
waktu
Pasal 1967 KUH Perdata berbunyi bahwa segala tuntutan hukum baik
yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat perorangan hapus karena
daluwarsa dengan lewatnya waktu 30 (tigapuluh) tahun sedangkan siapa
yang menunjukan adanya daluwarsa itu tidak usah mempertunjukkan suatu
Hal 48 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
alas hak, lagi pula tidaklah dapat dimajukan terhadapnya suatu tangkisan
yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk ;
Yurispudensi Mahkamah Agung RI No. 408K/SIP/1973 tanggal 9
Desember 1975 menyatakan bahwa karena Penggugat-Terbanding telah
selama 30 tahun telah membiarkan tanah-tanah sengketa dikuasai
Alm.Ratiem dan kemudian oleh anak -anaknya, hak sebagai ahli waris
yang lain dari almarhumah Atma untuk menuntut tanah tersebut telah
sangat lewat waktu (Recht verwerking) vide rangkuman yurispudensi MARI
Cet.II.1993 hal. 159;
Bahwa gugatan Penggugat telah melebihi waktu 30 (tiga puluh) tahun
sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Agraria No. SK 62/DJA/1979
tanggal 14 Juni 1979, dan Penggugat setidak-tidaknya sudah harus
mengajukan gugatan pada tahun 2009, sedangkan Penggugat baru
mendaftarkan pada tahun 2013;
Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Pasal 32 ayat 2 berbunyi
"Dalam hal suatu bidang tanah sudah diterbitkan seritpikat secara sah atas
nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan
itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa
mempunyai hak atas tanah tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak
tersebut apabilla dalam tenggang waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya
seritpikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang
sertipikat dan kepala kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak
mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau
penerbitan sertipikat";
Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Pasal 32
ayat 2, bila dikaitkan gugatan Penggugat, Penggugat merasa dirugikan
dengan terbitnya Keputusan Menteri Agraria No. SK. 62/DJA/1979 tanggal
Hal 49 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
14 Juni 1979, karena dengan terbitnya Surat Keputusan a quo, maka
menjadi batal SK 218/Ka tanggal 9 Mei 1961 tentang pemberian HGU
Firma Dahris & Co atas perkebunan Paya Mabar dan Sei Buluh seluas
2.000 Ha, dengan demikian gugatan Penggugat sudah melebihi waktu 5
(lima) tahun sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Agraria No. SK.
62/DJA/1979 tanggal 14 Juni 1979;
Disamping itu, Penggugat juga merasa keberatan terhadap Penerbitan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK. 9/HGU/DA/83 tanggal 13
April 1983 tentang Pemberian HGU Kepada PT. PD. Paya Pinang atas
tanah yang terletak di Desa Paya Mabar, Desa Paya Lombang dan Desa
Kota Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai seluas
475 Ha dan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
22/HGU/DA/88 tanggal 16 Februari 1988 tentang Pemberian HGU kepada
PT. PD. Paya Pinang atas tanah yang terletak di Desa Sungai Buluh,
Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai seluas lebih kurang
211,13 Ha, karena dengan terbitnya surat keputusan a quo, HGU tersebut
menjadi dikuasai oleh Tergugat I ic. PT. PD. Paya Pinang, dimana disini
gugatan Penggugat sudah melebihi waktu 5 (lima) tahun sejak
diterbitkannya Surat Keputusan aquo tersebut;
II. POKQK PERKARA
1. Bahwa Tergugat II mohon segala sesuatu yang sudah dikemukakan dalam
eksepsi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam bagian pokok
perkara;
2. Bahwa Tergugat II menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan
Penggugat dalam gugatannya kecuali hal-hal yang diakui dengan tegas;
3. Bahwa di dalam gugatannya Para Penggugat sama sekali tidak
menyebutkan Tahun dan Nomor Hak Guna Usaha, Penggugat hanya
Hal 50 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
menyebutkan Surat Keputusan Pemberian Hak Guna Usaha No. SK
218/Ka tanggal 9 Mei 1961 tentang Pemberian HGU Firma Dahris & Co
atas perkebunan Paya Mabar dan Sei Buluh seluas 2.000 Ha. Dimana
Surat Keputusan a quo tersebut bukan merupakan tanda bukti hak, karena
yang merupakan tanda bukti hak adalah Sertipikat dan untuk mendapatkan
Sertipikat tanda bukti hak, Hak Guna Usaha tersebut harus didaftarkan
terlebih dahulu yang mana hal tersebut diatur dalam Pasal 19 UUPA;
Sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No. 11
Tahun 1962, diatur bahwa :
(1) Di dalam surat keputusan pemberian hak guna usaha ditetapkan
jangka waktu dalam mana hak itu harus didaftarkan pada Kantor
Pendaftaran Tanah yang bersangkutan menurut PP No. 10 Tahun
1961;
(2) Jika kewajiban tersebut pada ayat (1) pasal ini tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya, maka keputusan pemberian hak itu menjadi
batal dengan sendirinya;
(3) Hak Guna Usaha yang diberikan itu mulai berlaku sejak tanggal
pendaftaran tersebut pada ayat 1 pasal ini;
Oleh karena Firma Dahris & Co yang telah diberikan Hak Guna Usaha atas
tanah Perkebunan Paya Mabar dan Sei Buluh seluas ± 2.000 Ha yang
terletak di Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Sei Rampah,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Agraria No. 218/Ka tanggal 19 Mei 1961 tidak
mendaftarkan Hak Guna Usaha tersebut pada Kantor Agraria Kabupaten
Deli Serdang, maka berdasarkan Pasal 12 Peraturan Menteri Pertanian
dan Agraria No. 11 Tahun 1962, keputusan pemberian hak itu menjadi
batal dengan sendirinya dan pada kenyataannya pembatalan keputusan
Hal 51 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
pemberian hak tersebut telah diwujudkan dengan terbitnya Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK.62/DJA/1979 tanggal 14 Juni
1979;
4. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas dalil Penggugat hal 7 alinea 1
yang intinya menyatakan penerbitan Surat Keputusan Tergugat II ic.
Kepala Badan Pertanahan Nasional d/h Menteri Dalam Negeri Direktorat
Jenderal Agraria No. SK 62/DJA/1979 tanggal 14 Juni 1979 yang
membatalkan Surat Keputusan Menteri Agraria No. SK. 218/Ka tanggal 9
Mei 1961 tentang Pemberian Hak Guna Usaha Firma Dahris & Co atas
perkebunan Paya Mabar dan Sei Buluh telah bertentangan dengan
Konsepsi Hak menguasai Negara menurut UUPA dan tidak mempunyai
kekuatan hukum karena Penerbitan SK 62/DJA/1979 tanggal 14 Juni 1979
telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan khususnya
UUPA No. 5 Tahun 1960 khususnya pasal 34 yang intinya menerangkan
tentang hapusnya Hak Guna Usaha yaitu salah satunya jika tanah HGU
tersebut ditelantarkan, dimana terhadap tanah perkebunan Paya Mabar
dan Sei Buluh seluas 2.000 Ha yang HGU nya dipegang oleh Fa Dahris &
Company (Firma Dahris & Co) setelah dilakukan penelitian oleh Panitia
Pemeriksa Tanah (Panitia B) yang tertuang dalam Risalah Pemeriksaan
Tanah Panitia B Provinsi Sumatera Utara tanggal 17 Juni 1976 No.
81/PPT/B/76, disimpulkan tanaman karet muda di perkebunan tersebut
tidak memenuhi syarat-syarat Cultuur tecchnis perkebunan besar, tanaman
karet tua yang tidak menghasilkan sudah merupakan hutan karet dan
semak belukar, tanah cadangan tidak diolah sebagaimana mestinya atau
ditelantarkan sehingga diusulkan pemberian HGU itu untuk ditinjau
kembali;
Hal 52 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa selain Risalah Panitia B Provinsi Sumatera Utara tersebut yang
menjadi dasar Penerbitan SK.62/DJA/1979, adanya Surat Kepala Dinas
Perkebunan Daerah Provinsi Sumatera Utara tanggal 3 Januari 1979 No.
39/F/II intinya menyatakan pengusaha tidak mampu untuk membina dan
membangun perkebunan tersebut dan perkebunan tidak berfungsi lagi
sebagai perkebunan besar dan dapat dikatagorikan sebagai perkebunan
terlantar;
Adanya Constateringrapport tanggal 27 Januari 1979 oleh Panitia
Pemeriksa Tanah B Provinsi Sumatera Utara yang intinya menyatakan
agar HGU atas tanah perkebunan tersebut segera dibatalkan karena
pengusahaannya tidak memenuhi norma-norma bahkan ditelantarkan;
Maka atas dasar-dasar tersebut diatas wajar jika HGU seluas 2.000 yang
diberikan kepada Firma Dahris & Co dibawah pimpinan Aim. Hj. Ahmad
Dahlan Nasution atas Perkebunan Paya Mabar dan Sei Buluh dihapuskan,
sehingga Penerbitan SK 62/DJA/1979 tanggal 14 Juni 1979 sudah benar
dan tidak melanggar ketentuan yang ada dalam Undang-undang Pokok
Agraria dan sudah tentu karena HGU tersebut hapus maka tanahnya
menjadi tanah yang langsung dikuasa Negara kembali;
5. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas yang menyatakan tindakan
Tergugat II dalam menerbitkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
SK. 9/HGU/DA/83 tanggal 13 April 1983 tentang Pemberian HGU Kepada
PT. PD. Paya Pinang atas tanah yang terletak di Desa Paya Mabar, Desa
Paya Lombang dan Desa Kota Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten
Serdang Bedagai seluas 475 Ha tidak mempunyai kekuatan hukum dan
merugikan Penggugat, karena sebelum menerbitkan keputusan-keputusan
aquo, Tergugat II telah meneliti dan mempertimbangkan fakta-fakta yaitu :
Hal 53 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK. 9/HGU/DA/83 tanggal 13
April 1983 berdasarkan :
1) bahwa tanah yang dimohonkan hak guna usahanya oleh PT. PD.
Paya Pinang merupakan tanah perkebunan Paya Mabar / Sei Buluh
yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Sei
Rempah, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara yang
merupakan bekas tanah HGU PT. Dahris & Co yang telah dibatalkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
SK.62/DJA/1979 tanggal 14 Juni 1979 sehingga tanah perkebunan
tersebut menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara;
2) Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sumatera Utara
tanggal 8 Agustus 1979 yang intinya pengelolaan perkebunan
tersebut diserahkan kepada Badan Penguasaan Sementara
Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh dan berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sumatera Utara tanggal 10
Oktober 1979 No. 2649/79 telah dilakukan penyerahan sementara
management perkebunan;
3) Surat Permohonan PT. PD. Paya Pinang tanggal 7 Juni 1980 No.
507/XXIV/PT/80 untuk mendapatkan HGU atas tanah perkebunan
Paya Mabar/Sei Buluh yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi dan
Kecamatan Sei Rempah, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
Utara seluas ± 700 Ha;
4) Risalah Pemeriksaan Tanah dari Panitia Pemeriksa Tanah (Panitia B)
Provinsi Sumatera Utara tanggal 2 Juli 1980 No. 101/PHT/B/1980
yang berkesimpulan dapat menyetujui permohonan PT. PD. Paya
Pinang untuk memperoleh HGU atas tanah perkebunan Paya
Mabar/Sei Buluh seluas + 700 Ha s/d 1000 Ha;
Hal 54 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
5) Surat Gubernur Kepala Daerah TK I Sumatera Utara tanggal 27 Juli
1981 No. DA/III/6497-3043/81 yang menyetujui usul Panitia B untuk
mempertimbangkan pemberian HGU atas tanah seluas ± 803 Ha
dengan perincian seluas 491 Ha kebun Paya Mabar dan 312 Ha
kebun Sei Buluh;
6) Surat Team Pertimbangan HGU Perkebunan besar di Jakarta tanggal
9 Juni 1982 No. 014/TeamHGU/Pert/82 yang memberikan
pertimbangan agar permohonan tersebut dapat disetujui untuk
dikabulkan dengan diberikan HGU selama 30 (tiga puluh) tahun atas
tanah perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh;
7) Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, maka diberikanlah HGU atas
tanah perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh kepada PT. PD. Paya
Pinang seluas 475 Ha dan bagian lainnya seluas 225 Ha akan
diusulkan pemberian HGUnya setelah selesai dibebaskan dari
penggarapan rakyat;
I. DALAM EKSEPSI :
- Menerima Eksepsi-Eksepsi dari Tergugat II;
- Menyatakan Eksepsi dari Penggugat untuk ditolak seluruhnya atau setidak-
tidaknya dinyatakan tidak diterima;
- Membebankan biaya perkara kepada Penggugat;
II. DALAM POKOK PERKARA :
- Menolak Gugatan dari Penggugat untuk seluruhnya;
- Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul;
Apabila Majelis Hakim Yang Terhomat kiranya berpendapat lain, maka Tergugat II
memohon untuk memutus perkara ini dengan seadil-adilnya (et aequo et bono);
Hal 55 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Menimbang bahwa atas Gugatan Penggugat tersebut, Tergugat III melalui
Kuasa Hukumnya telah mengajukan Eksepsi dan Jawaban tertanggal 19 Maret
2014 yang dibacakan di persidangan pada tanggal 19 Maret 2014, yang pada
pokoknya sebagai berikut :
I. DALAM EKSEPSI:
a. Tentang Komptenti Absolut :
- Bahwa tindakan Tergugat III selaku Pejabat Tata Usaha Negara dalam
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Panitia Pemeriksaan Tanah B
dalam perkara aquo perkebunan Sungai Bulu dan Paya Mabar adalah
merupakaan kewenangan yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan sebagai bagian dari asas pemerintahan yang baik, hal mana
hasil pemeriksaan tersebut dituangkan dalam Risalah
Pemeriksaan/Penelitian Panitia Pemeriksaan Tanah B tanggal 17 Juni
1976 No. 81/PPT/B/76, yang intinya menyatakan Bahwa Firma Dahris &
Company sebagai pemegang HGU atas perkebunan Paya Mabar/Sei
Bulu tidak menunjukkan kesanggupannya untuk mengusahakan
perkebunan tersebut secara budi daya perkebunan besar yang layak
(telah ditelantarkan), walaupun hal ini telah sering diperingatkan baik
secara lisan pada waktu-waktu diadakan peninjauan dilapangan maupun
secara tertulis mengusulkan pembatalan terhadap SK. HGU No. 218/Ka
tanggal 9-5-1961 terdaftar atas nama Firma Dahris & Co adalah
merupakan bagian dari penegakan hukum pertanahan yang dibenarkan
oleh undang-undang dan bukan merupakan perbuatan melawan hukum ;
- Bahwa demikian juga tindakan Tergugat III yang menyampaikan
pertimbangan setuju diberikan Hak Guna Usaha PT. PD Paya Pinang
kepada Tergugat II (Kepala Badan Pertanahan Nasional RI) oleh
Hal 56 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Penggugat dalam tuntutannya dinyatakan sebagai perbuatan yang
bertentangan/melanggar hukum atau melakukan perbuatan bertentangan
dengan peraturan perundangan yang berlaku, penyalahgunaan
wewenang, berbuat sewenang-wenang atau melanggar azas-azas
umum pemerintahan yang baik (onrechtmatige overheid daad), berarti
dalam hal ini Penggugat mengakui bahwa didalam pertimbangan
tersebut terdapat keputusan pejabat administrasi negara (beschikking)
mengenai layak atau tidak diteruskan proses permohonan HGU-nya,
maka oleh karena Penggugat dalam hal ini menyadari sepenuhnya
bahwa gugatan penggugat kepada Tergugat III adalah menyangkut
administrasi negara atau sengketa Tata Usaha Negara;
- Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya mendalilkan bahwa Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 22/HGU/DA/1988 tanggal 16
Februari 1988 tentang Pemberian Hak Guna Usaha atas nama PT. PD
Paya Pinang atas tanah perkebunan Sei Buluh seluas 211,30 Ha dan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Cq. Direktur Jenderal Agraria
tanggal 13 April 1983 No. SK. 9/HGU/DA/83 tentang Pemberian Hak
Guna Usaha atas nama PT. PD Paya Pinang atas tanah perkebunan
Paya Mabar seluas 475 Ha tidak mempunyai kekuatan hukum dan
penerbitan surat keputusan tersebut adalah merupakan perbuatan yang
melanggar hukum;
- Bahwa kemudian didalam tuntutannya Penggugat meminta kepada
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli untuk menyatakan Sertipikat Hak
Guna Usaha No. 1/Desa Sei Bulu dan Sertipikat Hak Guna Usaha No.
1/Desa Paya Mabar yang masing-masing terdaftar atas nama Tergugat I
(PT.PD. Paya Pinang) tidak mempunyai kekuatan hukum...dst
Hal 57 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Bahwa dengan memperhatikan dalil dan permintaan amar putusan yang
dinyatakan Penggugat sebagaimana dikemukakan diatas, maka
berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana
dirubah dengan Undang-undang No. 9 Tahun 2004 dan perubahan
kedua sebagimana Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 jelaslah bahwa
kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara
aquo mutlak merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha
Negara dan bukan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli.
Oleh karena itu mohon kepada Majelis Hakim untuk menjatuhkan
Putusan Sela dan menyatakan supaya Gugatan Penggugat tidak
dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).
b. Gugatan Nebis in Idem
- Bahwa atas tanah yang menjadi objek perkara dalam perkara aquo sama
dengan objek perkara dalam perkara Tata Usaha Negara dengan Reg.
Perkara No. 34/G/2009/PTUN-MDN jo. No. 06/B/2010/PTUN jo. No. 170
K/TUN/2010 antara Penggugat dalam perkara aquo dengan Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai (Tergugat IV perkara
aquo) sebagai Tergugat/Pembanding II/Termohon Kasasi dan PT. PD
Paya Pinang (Tergugat I Perkara aquo) sebagai Tergugat II
Intervensi/Pembanding I/Termohon Kasasi I dan telah terbit putusan
Mahkamah Agung RI tanggal 26 Juli 2010 No. 170 K/TUN/2010 yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap, dengan amar putusan menolak
permohonan Kasasi Abdul Haris Nasution dan menghukum Pemohon
Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara.
- Bahwa dengan telah adanya putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap terhadap obyek perkara yang sama sebagaimana
disebutkan diatas, maka untuk mencegah adanya putusan yang
Hal 58 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
menimbulkan ketidakpastian hukum, sudah selayaknya Ketua
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli melalui Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini menolak gugatan Penggugat atau
setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima
(Niet Ontvankelijk Verklaard)
- Bahwa dalam Pasal 17 KUHPerdata diterangkan apabila putusan yang
telah dijatuhkan pengadilan bersifat positif (menolak untuk
mengabulkan), kemudian putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum
tetap, maka dalam putusan tersebut melekat Nebis in Idem. Oleh Karena
itu, terhadap kasus yang OBYEK perkaranya sama, tidak boleh diajukan
untuk kedua kalinya sebab hal ini jelas akan menyalahi sebagaimana
yang diatur dalam Surat Edaran MARI No. 3 tahun 2002 tentang
penanganan perkara yang berkaitan dengan azas Nebis In Idem.
- Bahwa dalam surat edaran tersebut, Ketua Mahkamah Agung pada
waktu itu, Bagir Manan menghimbau para Ketua Pengadilan untuk
dapat melaksanakan asas Nebis in Idem dengan baik demi
kepastian bagi pencari keadilan dengan menghindari adanya
putusan yang berbeda.
- Bahwa Tergugat III mohon perhatian Majelis Hakim yang Terhormat,
sehubungan dengan inplementasi asas Nebis in Idem ini, alasan
Tergugat III juga dikuatkan oleh jurisprudensi Mahkamah Agung RI
sebagai berikut :
a. Perkara No.1 226 K/Pdt/2001 tangga l 20 Mei 2002 : memberikan
pertimbangan hukum "Meski kedudukan subjeknya berbeda tetapi
objek sama dengan perkara yang telah diputus terdahulu dan
berkekuatan hukum tetap maka gugatan dinyatakan Nebis In Idem" ;
Hal 59 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
b. Perkara No. 647 K/Sip /1973 tanggal 13Apr i l 1976 : memberikan
pertimbangan hukum "Ada atau tidaknya azas Nebis in Idem tidak
semata- mata di tentukan oleh para pihak saja, melainkan terutama
bahwa objek dari sengketa sudah diberi status tertentu oleh
keputusan Pengadilan yang lebih dulu dan telah mempunyai
kekuatan pasti dan alasannya adalah sama" ;
- Oleh karena itu untuk terciptanya suatu kepastian hukum dan untuk
tidak menimbulkan adanya putusan badan peradilan yang berbeda
atas objek gugatan yang sama maka sangatlah tepat dan cukup
beralasan untuk menolak gugatan aquo atau setidak-tidaknya
mohon kepada Majelis Hakim yang Terhormat untuk menyatakan
Gugatan Penggugat tidak dapat diterima dengan segala akibat
hukumnya (Niet Ontvankelijk Verklaard).
c. Exceptio Litis Pendentis (gugatan Penggugat sama dengan perkara
yang sedang diperika di pengadilan)
- Bahwa Penggugat selain telah mengajukan gugatan atas objek perkara
yang telah mendapat putusan yang berkekuatan hukum tetap, ternyata
masih ada perkara gugatan yang diajukan oleh Penggugat atas objek
perkara yang sama yaitu perkara Perdata No. 36/PDT/G/2011/PN TTD
tanggal 30 April 2012 Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.
312/PDT/2012/PT.MDN tanggal 15 Januari 2013 dan saat ini masih
dalam pemeriksaan di tingkat Kasasi.
- Bahwa oleh karena hal tersebut diatas, mohon kepada Majelis Hakim
yang Terhormat bahwa apabila perkara aquo tetap dilanjutkan
sementara masih ada perkara serupa yag saat ini masih berjalan, maka
kemungkinan dapat terjadi putusan yang hasilnya berbeda-beda, yang
Hal 60 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
pada akhirnya juga akan menimbulkan suatu ketidakpastian hukum
sehingga sudah sepatutnya litis pendentis ini diterima;
- Berdasarkan alasan dan fakta hukum tersebut diatas, maka Tergugat III
mohon kepada Majelis Hakim yang Terhormat untuk menolak gugatan
Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak
dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard)
d. Exceptio Obscuur Libelli (gugatan Penggugat Kabur):
- Bahwa dalam surat gugatan, Penggugat menyebutkan bahwa tanah
yang dibeli oleh Alm. Haji Achmad Dahlan Nasution selaku pendiri dan
pemimpin (Direktur) firma Dahris Co dari N.V.Maatschappij Tot
Exploitatie Van Vastigheden Der Erven Tjong A fie adalah seluas 4.719
Ha, sementara hak konsesi atas tanah-tanah perkebunan Sungai Bulu
dan Paya Mabar yang diberikan oleh Pemerintah Swapraja Deli dan
disahkan dengan ketetapan Residen Sumatera-Timur dahulu adalah
masing-masing Sei Bulu : 2.103,75 Ha dan Paya Mabar : 1.856,44 Ha
sehingga luas keseluruhannya adalah 3.960,19 Ha dimana hal ini juga
sesuai dengan hasil pemeriksaan dilapangan.
- Dari dalil yang dikemukakan Penggugat tersebut jelaslah gugatan
Penggugat merupakan gugatan yang kabur oleh karena Penggugat tidak
mengetahui secara jelas berapa luas tanah yang diklaimnya sebagai
miliknya.
II. DALAM POKOK PERKARA
a. Bahwa Tergugat III menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil gugatan
penggugat, terkecuali terhadap hal-hal yang secara tegas diakui oleh
Tergugat III dalam perkara ini.
Hal 61 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
b. Bahwa keseluruhan yang tercantum dalam eksepsi tersebut diatas secara
mutatis-mutandis mohon dianggap telah termuat dalam pokok perkara ini,
oleh karenanya tidak perlu diulangi lagi.
c. Bahwa Tergugat III tidak akan menanggapi dalil-dalil yang berhubungan
dengan pokok perkara oleh karena apa yang didalilkan penggugat dalam
surat gugatannya adalah merupakan pengulangan dari apa yang diajukan
penggugat dalam gugatan penggugat sebelumnya;
Untuk itu mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat untuk menolak
gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan tidak
dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).
Dari uraian tersebut di atas, Tergugat III mohon kepada Majelis Hakim yang
terhormat yang mengadili dan memeriksa perkara ini agar berkenan mengambil
putusan sebagai berikut :
1. DALAM EKSEPSI
a. Menerima eksepsi Tergugat III,
b. Menyatakan Eksepsi Tergugat III adalah tepat dan berdasar hukum
c. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
2. DALAM POKOK PERKARA
a. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
b. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam
perkara ini.
Hal 62 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Menimbang bahwa atas Gugatan Penggugat tersebut, Tergugat IV
melalui Kuasa Hukumnya telah mengajukan Eksepsi dan Jawaban tertanggal 12
Maret 2014 yang dibacakan di persidangan pada tanggal 12 Maret 2014, yang
pada pokoknya sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Tergugat IV menolak seluruh dalil-dalil Penggugat kecuali yang
telah diakui secara tegas oleh Tergugat IV;
2. Bahwa Tergugat IV memohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat
untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima oleh karena
secara yuridis dalil-dalil gugatan yang diajukan Penggugat cukup lemah
berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
A. Mengenai Gugatan Nebis in Idem
1) Bahwa sebelum Penggugat mengajukan gugatan perdata terhadap
kepemilikan Hak Guna Usaha (HGU) PT. PD Paya Pinang sebagaimana
yang tertuang dalam Sertipikat HGU No. 1/Desa Paya Mabar tanggal 5
Nopember 1984, seluas 475 Ha dan Sertifikat HGU No. 1/Desa Sei Buluh
tanggal 7 Mei 1988, seluas 211.13 Ha, Penggugat telah mengajukan
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dan telah diputus
berdasarkan putusan yang telah berkekuatan hukum yang tetap (inkracht
van gewisjde);
2) Bahwa adapun amar putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang telah
berkekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewisjde) tersebut adalah
sebagai berikut :
- Amar putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Nomor :
34/G/2009/PTUN-MDN tanggal 14 September 2009 berbunyi:
-
Hal 63 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
MENGADILI :
DALAM EKSEPSI;
- Menolak Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi seluruhnya;
DALAM PENANGGUHAN :
-Menolak untuk menerbitkan Penetapan Penangguhan Surat Keputusan
kedua obyek sengketa berupa :
1. Sertifikat HGU No. 1/Desa Paya Mabar Tanggal 5 Nopember 1984,
Surat Ukur Nomor : 603/11/1984 Ukur Tgl. 3 Nopember 1984,
seluas 475 Ha atas narna PT. PD PAYA PINANG, atas bidang
Tanah terletak di Desa Paya Mabar, Kec. Tebing Tmggi, Kab.
Serdang Bedagai (dahulu Kab. Deli Serdang), Sumatera Utara (vide
bukti P-l = T.II.Int-8);
2. Sertifikat HGU No. 1/Desa Sei Buluh Tgl 7 Mei 1988, Surat Ukur Tgi.
11 April 1988 No. 366/04/1988, seluas 211.13 Ha atas nama PT. PD
PAYA PINANG, atas bidang Tanah terletak di Desa Sei Buluh, Kec.
Sei Rampah, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara (vide bukti P-2 =
T.II.Int-13);
DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal Surat Keputusan Tergugat (Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai) berupa Sertifikat HGU No.
1/Desa Paya Mabar Tanggal 5 Nopember 1984, Surat Ukur Nomor :
603/11/1984 Ukur Tgl. 3 Nopember 1984, seluas 475 Ha atas nama
PT. PD PAYA PINANG, atas bidang Tanah terletak di Desa Paya
Hal 64 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Mabar, Kec. Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai (dahulu Kab. Deli
Serdang), Sumatera Utara (vide bukti P-l = T.II.Int-8);
3. Menyatakan batal Surat Keputusan Tergugat (Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai) berupa Sertifikat HGU No.
1/Desa Sei Buluh Tgl 7 Mei 1988, Surat Ukur Tgl. 11 April 1988 No.
366/04/1988, seluas 211.13 Ha atas nama PT. PD PAYA PINANG,
atas bidang Tanah terletak di Desa Sei Buluh, Kec. Sei Rampah, Kab.
Deli Serdang, Sumatera Utara (vide bukti P-2 = T.n.Int-13);
4. Memerintahkan Tergugat (Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Serdang Bedagai) untuk mencabut Surat Keputusan berupa Sertifikat
HGU No. 1/Desa Paya Mabar Tanggal 5 Nopember 1984, Surat Ukur
Nomor: 603/11/1984 Ukur Tgl. 3 Nopember 1984, seluas 475 Ha atas
nama PT. PD PAYA PINANG, atas bidang Tanah terletak di Desa
Paya Mabar, Kec. Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai (dahulu Kab.
Deli Serdang), Sumatera Utara (vide bukti P-l = T.II.Int-8);
5. Memerintahkan Tergugat (Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Serdang Bedagai) untuk mencabut Surat Keputusan berupa Sertifikat
HGU No. 1/Desa Sei Buluh Tgl 7 Mei 1988, Surat Ukur Tgl. 11 April
1988 No. 366/04/1988, seluas 211.13 Ha atas nama PT. PD PAYA
PINANG, atas bidang Tanah terletak di Desa Sei Buluh, Kec. Sei
Rampah, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara (vide bukti P-2 = T.n.Int-
13);
6. Membebankan kepada Tergugat dan Tergugat II Intervensi secara
tanggung renteng untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara
ini sebesar Rp. 3.649.000,- (Tiga Juta Enam Ratus Empat Puluh
Sembilan Ribu Rupiah);
Hal 65 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Amar putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan Nomor :
06/B/2010/PT.TUN.MDN tanggal 04 Pebruari 2010 berbunyi :
MENGADILI
- Menerima permohonan banding dari Tergugat II
Intervensi/Pembanding I dan Tergugat/Pembanding II;
- Membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan
Nomor : 34/G/2009/PTUN-MDN tanggal 14 September 2009 yang
dimohonkan banding;
MENGADILI SENDIRI
DALAM EKSEPSI:
- Mengabulkan eksepsi Tergugat II Intervensi/Pembanding I
dan Tergugat/Pembanding II;
DALAM PENUNDAAN :
- Menolak untuk menerbitkan Penetapan Penundaan Pelaksanaan
Kedua Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi obyek
sengketa;
DALAM POKOK PERKARA :
- Menyatakan gugatan Penggugat/Terbanding tidak diterima;
- Menghukum Penggugat/Terbanding untuk membayar biaya perkara
pada dua tingkat peradilan, yang pada tingkat banding ditetapkan
sebesar Rp. 250.000,-(dua ratus lima puluh ribu rupiah);
Hal 66 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Amar putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 170 K/TUN/2010 tanggal 26
Juli 2010 berbunyi:
MENGADILI
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : ABDUL HARIS
NASUTION BIN H. ACHMAD DAHLAN NASUTION tersebut;
Menghukum Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);
3) Bahwa dengan demikian, gugatan yang diajukan oleh Penggugat dapat
dikategorikan sebagai nebis in idem oleh karena dalil-dalil dalam posita
maupun petitum gugatannya telah diperiksa dan diputus oleh Peradilan
Tata Usaha Negara dengan putusan yang telah berkekuatan hukum yang
tetap (inkracht van gewisjde) sehingga cukup alasan untuk menyatakan
gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Met Ontvankelijk Verklaard);
B. Mengenai Kompetensi Absolut (Absolute Competence)
1) Bahwa dalil-dalil gugatan Penggugat yang tertuang pada surat gugatannya
secara fundamentum petendi menegaskan telah terjadi sengketa tata
usaha negara sebagai akibat diterbitkannya Sertipikat HGU No. 1/Paya
Mabar tanggal 5 Nopember 1984, seluas 475 Ha dan Sertifikat HGU No.
1/Sei Buluh tanggal 7 Mei 1988, seluas 211.13 Ha atas nama FT PD Paya
Pinang (Tergugat I);
2) Bahwa perlu kiranya dicermati dalil-dalil gugatan Penggugat yang
mempersoalkan mengenai keabsahan penerbitan Sertipikat HGU No.
1/Paya Mabar tanggal 5 Nopember 1984, seluas 475 Ha dan Sertifikat
HGU No. 1/Sei Buluh tanggal 7 Mei 1988, seluas 211.13 Ha atas nama
Tergugat I yang menurut hemat kami mutlak merupakan wilayah
Hal 67 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam hal memeriksa dan
memutus sengketanya, apalagi petitum gugatan Penggugat meminta agar
sertipikat-sertipikat dimaksud dinyatakan batal;
3) Bahwa mengingat Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 jo Undang-undang nomor 51
Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi :
"Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang
Tata Usaha Neaara antara orang atau badan hukum perdata dengan
Badan atau Peiabat Tata Usaha Negara, baik di Pusat maupun di daerah,
sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;"
Berkenaan dengan ketentuan tersebut di atas, maka gugatan yang diajukan
oleh Penggugat semestinya tidak ditujukan ke Pengadilan Negeri Tebing
Tinggi melainkan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Medan yang memiliki
kewenangan untuk memutus sengketa tata usaha Negara;
C. Gugatan Penggugat Daluwarsa
1) Bahwa dari sisi tenggang waktu pengajuan gugatan dikaitkan dengan
tanggal terbitnya obyek sengketa yaitu Sertipikat HGU No. 1/Paya Mabar
yang terbit tanggal 5 Nopember 1984, seluas 475 Ha dan Sertifikat HGU
No. 1/Sei Buluh yang terbit tanggal 7 Mei 1988, seluas 211.13 Ha atas
nama Tergugat I, maka gugatan Penggugat telah melampaui batas waktu
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan;
2) Bahwa ketentuan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah berbunyi:
Hal 68 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
"Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah
atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut
dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang
merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut
pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diterbitkannya sertipikat itu telah tidak mengajukan keberatan secara
tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan
yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan
mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut."
3) Bahwa apabila ketentuan tersebut di atas dikaitkan dengan waktu
pengajuan gugatan yang diajukan oleh Penggugat ke Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi yaitu tanggal 25 Oktober 2013 sebagaimana yang tercatat
dalam register perkara maka gugatan yang diajukan tersebut telah lewat
waktu (daluwarsa) oleh karena Sertipikat HGU No. 1/Paya Mabar terbit
pada tanggal 5 Nopember 1984 dan Sertifikat HGU No. 1/Sei Buluh terbit
pada tanggal 7 Mei 1988;
4) Bahwa disamping itu, perihal mengenai daluwarsa gugatan juga telah
menjadi pertimbangan hukum majelis hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara yang memeriksa dan memutus gugatan Penggugat terhadap
Sertipikat HGU No. 1/Paya Mabar dan Sertifikat HGU No. 1/Sei Buluh yang
tertuang dalam putusan yang telah berkekuatan hukum tetap sebagaimana
putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 170 K/TUN/2010 tanggal 26 Juli
2010 Jis Putusan Penqadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan Nomor :
06/B/2010/PT.TUN.MDN tanggal 04 Pebruari 2010, putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara Medan Nomor: 34/G/2009/PTUN-MDN tanggal 14
September 2009 yang salah satu amarnya menyatakan gugatan
Penggugat/Terbanding tidak dapat diterima (salinan putusan pengadilan
Hal 69 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
lengkap selanjutnya akan disampaikan resmi dalam acara pembuktian di
persidangan);
5) Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, adalah cukup alasan untuk
menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima atau daluwarsa karena
telah melampaui batas waktu yang telah ditentukan oleh Undang-undang.
D. Perihal Eksepsi Koneksitas
1) Bahwa sebelum mengajukan gugatan dalam perkara ini, Penggugat telah
mengajukan gugatan perdata terhadap obyek yang sama yaitu Hak Guna
Usaha No. 1/Paya Mabar tertanggal 5 Nopember 1984 dan Hak Guna
Usaha No. 1/Sei Buluh tanggal 7 Mei 1988 atas nama PT Paya Pinang
(Tergugat I) di Pengadilan Negeri Tebing Tinggi dan telah diputus di
Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding sebagaimana Putusan
Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 312/PDT/2012/PT.MDN tanggal 16
Januari 2013 Jo Putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli Nomor:
36/Pdt.G/2011/PN.TTD tanggal 30 April 2012;
2) Bahwa perkara tersebut diatas saat ini sedang dalam proses pemeriksaan
di tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia;
3) Bahwa guna memberikan kepastian hukum terhadap perkara yang sedang
dalam proses pemeriksaan di tingkat kasasi tersebut diatas dan sekaligus
menghindari terjadinya tumpang tindih putusan terhadap obyek gugatan
yang sama, maka dengan ini kami meminta agar kiranya Majelis Hakim
yang Terhormat menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
E. Penggugat Tidak Berkualitas Mengajukan Gugatan
Bahwa Penggugat bukanlah sebagai pihak yang memiliki kualitas
untuk mengajukan gugatan dengan alasan sebagai berikut:
Hal 70 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
1) Bahwa areal HGU yang menjadi obyek gugatan diperoleh Tergugat I
berdasarkan Berita Acara Penyerahan Penerimaan Management
Penguasaan Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh tanggal 22 Oktober 1979
dari PT Dahris & Coy (pemilik sebelumnya);
2) Bahwa dengan adanya Berita Acara Penyerahan tersebut, maka segala
hal yang berkaitan dengan kepemilikan maupun pengelolaan terhadap
Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh sepenuhnya menjadi hak PT Paya
Pinang incassu Tergugat I;
3) Bahwa selanjutnya kepemilikan PT Paya Pinang incassu Tergugat I
terhadap HGU dimaksud dikuatkan dengan terbitnya Sertipikat Hak Guna
Usaha No.l/Paya Mabar, tanggal 5 Nopember 1984, Surat Ukur No.
603/11/1984 tanggal 3 Nopember 1984, luas 475 Ha yang diterbitkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri N0.09/HGU/DA/83
tanggal 13 Apil 1983, dan Sertipikat Hak Guna Usaha No.l/Sei Buluh,
tanggal 7 Mei 1988, Surat ukur No.366/04/1998 tanggal 11 April 1988, luas
211, 13 Ha, yang diterbitkan berdasarkan Surat Keputusan Dalam Negeri
No.22/HGU/DA/88 Tanggal 16 Pebruari 1988;
4) Bahwa dengan demikian secara yuridis tidak terdapat hubungan hukum
antara Penggugat dengan obyek gugatan yaitu Hak Guna Usaha No.l/Paya
Mabar dan Hak Guna Usaha No.l/Sei Buluh (Innerlijke samenhang)
sehingga gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima;
DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Tergugat IV memohon agar kiranya segala sesuatu yang
disampaikan dalam pokok perkara adalah satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan eksepsi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas;
Hal 71 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
2. Bahwa tidak benar dalil Penggugat halaman 7 surat gugatannya yang pada
intinya menuduh Tergugat IV telah mengabaikan hak keperdataan
Almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution dengan menerbitkan Sertipikat
HGU No. 1/Paya Mabar tanggal 5 Nopember 1984, seluas 475 Ha dan
Sertifikat HGU No. 1/Sei Buluh tanggal 7 Mei 1988, seluas 211.13 Ha atas
nama Tergugat I oleh karena penerbitan sertipikat-sertipikat aquo telah
menempuh tata cara dan prosedural sebagaimana peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu : Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, jo. Peraturan Menteri
Pertanian dan Agraria No. 11 Tahunl962, jo. Peraturan Menteri Pertanian
dan Agraria No. 2 Tahun 1962, jo. Peraturan Menteri Agraria No. 10 Tahun
1965, jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1969 dan Nomor
2/Pert/OP/8/1969 tanggal 20 Agustus 1969, jo. Peraturan Menteri Dalam
Negeri No.6 Tahun 1972, jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun
1973, jo. Peraturan Menteri Dalam negeri No.l Tahun 1975, jo. Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 1978, jo. Keputusan Menteri Dalam
negeri No.SK.96 Tahun 1971, jo. No.SK.42/DJA/1973, jo.
No.SK.32/DJA/1978, jo. Keputusan Bersama Meteri Dalam Negeri dan
Menteri Pertanian No. 139 Tahun 1978 -No.515/KPTSs/OP/8/1978, serta
peraturan lainnnya yang berkaitan dengan pemberian hak guna usaha;
3. Bahwa tanah yang termuat dalam kedua obyek sengketa diperoleh
Tergugat I berdasarkan Berita Acara Penyerahan Penerimaan
Management Penguasaan Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh tanggal 22
Oktober 1979 antara lain menyebutkan sebagai berikut:
- Kepala Direktorat Agraria Provinsi Sumatera Utara (sekarang Kepala
Kantor Wilayah BPN Provinsi Sumatera Utara), b. Kepala Dinas
Perkebunan Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, c. Kepala
Hal 72 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Kanwil Direktorat Jenderal Perwatan Tenaga Kerja Provinsi Sumatera
Utara, yang dengan Surat Keputusan Gubernur KDH Tk.I Sumatera
Utara tanggal 8 Agustus 1979 No. 185 Tahun 1979, telah menguasai
perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh sejak tanggal 22 Agustus 1979
sebagaimana memenuhi diktum kelima Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri tanggal 14 Juni 1979 No.SK.62/DJA/1979, dalam hal ini disebut
Pihak Pertama. a. Abdul Manap nasution, b. Anwar Pangi Harahap,
yang masing-masing adalah Direktur Utama dan Direktur Teknik PT.
Perusahaan Dagang Paya Pinang berkedudukan di
Medan,....................... dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
PT.Perusahaan Dagang Paya Pinang ............................ sebagai Pihak
Kedua;
- Pihak Pertama melaksanakan penyerahan kepada Pihak Kedua, dan
Pihak Kedua telah menerima dari Pihak Pertama yaitu Managemant
Penguasaan sementara Perkebunan Karet Paya Mabar/Sei Buluh,
letaknya di Kecamatan Tebing Tmggi dan Kecamatan Sei Rampah,
Kabupaten Deli Serdang (sekarang Kabupaten Serdang Bedagai),
Provinsi Sumatera utara;
- Bahwa adapun perolehan Gubernur Kepala daerah Tingkat I Sumatera
Utara atas kebun Paya Mabar/Sei Buluh dari PT. Dahris & Coy adalah
berdasarkan Berita Acara Penyerahan dan Penerimaan Penguasaan
Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh tanggal 22 Agustus 1979, dengan
menyebutkan antara lain :
- Bona Justin Tambun, pekerjaan Direktur PT. Dahris & Co, tempat
tinggal Kampung Merah Putih, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten
Deli Serdang, berdasarkan kekuatan yang disebutkan dalam naskah
pendirian dari PT. Dahris & Co tanggal 23 Oktober 1970 No.48 yang
Hal 73 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
diperbuat dihadapan Mangara Hutapea, pengganti dari Marah Sutan
Nasution, Notaris di Medan, yang telah dirobah dengan akte
perobahan No.12 tanggal 7 Desember 1978 yang diperbuat
dihadapan Marah Sutan Nasution, Notaris di Medan, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama PT. Dahris & Co, berkedudukan di
Medan (sekarang beralamat di Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh -
Pos Tebing Tinggi Deli) pemegang hak guna usaha perkebunan
Paya Mabar dan Sei Buluh terletak di Kecamatan Tebing Tinggi dan
Sei Rampah, Kabupaten Deli Serdang, luasnya 2000 Ha,
berdasarkan surat keputusan Menteri Agraria tanggal 9 Mei 1961
No.218/Ka, disebut Pihak Pertama, dan Doktorandus Nizir Rasul,
Kepala Direktorat Agraria Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Gubernur Kepala Daerah Tk.I
Sumatera Utara sebagai menunaikan diktum KELIMA surat
keputusan Menteri Dalam Negari cq. Direktur Jenderal Agraria
tanggal 14 Juni 1979 No.SK.62/DJA/1979 untuk melakukan
penerimaan penguasaan perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh dari
bekas pengusaha yang lama, dan setelah diperbuat Berita Acara
penyampaian/pemberitahuan kepada Direktur PT. Dahris & Co
tanggal 22-8-1979 sebagai memenuhi diktum KEDUA dari surat
keputusan Meneteri Dalam Negeri cq. Diektorat Jenderal Agraria
tanggal 14 Juni 1979 No.SK.62/DJA/1979 tentang penyampaian isi
surat keputusan Menteri Dalam negeri tersebut bahwa Hak Guna
Usaha Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh telah dibatalkan
sehingga tanah tersebut menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara, disebut Pihak Kedua;
Hal 74 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Menerangkan dengan ini Pihak Pertama telah menyerahkan kepada
pihak Kedua, sebagaimana Pihak Kedua menerangkan telah
menerima dari Pihak Pertama penyerahan penguasaan perkebunan
karet Paya Mabar/Sei Buluh luasnya 2000 Ha letaknya di
Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten
Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan tanaman karet
berserta barang-barang inventaris baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak dan karyawan-karyawan yang bekerja diperkebunan
tersebut seperti diuraikan dalam daftar yang menjadi lampiran berita
acara ini yang juga ditandatangani oleh kedua belah pihak;
- Bahwa disamping itu berdasarkan akta No.55 tanggal 30 Juni 1979 tentang
Persetujuan bersama disebutkan antara lain :
- Tuan Bona Justin Tambun, Edison Tambunan, Wahyu Hasan dan
Ngadimin, menurut keterangannya mereka dalam hal ini bertindak
berturut-turut sebagai direktur dan komisaris dan oleh karena itu atas
nama dan untuk pereroan terbatas "PT. Perseroan Dagang,
Perkebunan dan Industri Dahris Co," disingkat "PT. Dahris Co"
berkedudukan di Medan, Pihak Pertama dan, Tuan Abdul Manap dan
Haji Anwar Pangi Harahap, menurut keterangannya mereka dalam hal
ini bertindak berturut-turut sebagaimana Direktur Umum dan Direktur
Teknis dan dan oleh karena itu atas nama dan untuk perseroan
terbatas "PT. Perusahaan Dagang Paya Pinang" disingkat PT. Paya
Pinang (PT. Paya Pinang Traging Company Limited), berkedudukan di
Medan, Pihak Kedua;
- Pihak Pertama adalah para pendiri dari Perseroan Terbatas "PT. Dahris
Co" yang didirikan dengan akte tanggal 23 Oktober 1970 No.48, diubah
dengan akte tanggal 8 September 1971 No.25, kemudian diubah
Hal 75 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
dengan akte tanggal 6 Maret 1973 No. 13 dan terakhir diubah dengan
akte tanggal 7 Desember 1978 No. 12, masing-masing diperbuat
dihadapan Notaris Marah Sutan Nasution, dan pihak pertama adaklah
pemegang hak guna usaha atas perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh
sesuai dengan surat keputusan Menteri Agraria tanggal 9 Mei 1961
No.218/Ka serta pihak pertama mau melepaskan dan menyerahkan
hak-hak yang dapat dilakaukannya atas perkebunan tersebut kepada
pihak kedua yang bersedia menerima penyerahan itu;
- Bahwa berhubung dengan itu kedua belah pihak menerangkan dengan
ini membuat perjanjian sebagai berikut : Pihak Pertama bersedia
melepaskan Hak Guna Usaha atas perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh
yang dimaksud dalam surat keputusan Menteri Agraria tanggal 9 Mei
1961 No.218/Ka yang tersebut diatas dan menyerahkannya dengan
ganti rugi kepada pihak kedua, dengan seizin pemerintah dalam hal ini
Departemen Dalam Negeri casu quo Direktorat Jenderal Agraria
Republik Indonesia. Dalam penyerahan ini termasuk seluruh inventaris,
para pegawai dan karyawan yang ada di Kebun Paya Mabar/Sei Buluh
sesuai dengan yang terdaftara dalam lampiran tersendiri. Pihak kedua
bersedia menerima penyerahan tersebut di atas dari pihak pertama,
secara ganti rugi yang akan ditetapkan kemudian;
4. Bahwa Berita Acara Penyerahan dan Penerimaaan Penguasaan
Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh tanggal 22 Agustus 1979, Berita Acara
Penyerahan da Penerimaan Management Penguasaan Perkebunan Paya
Mabar/Sei Buluh tanggal 22 Oktober 1979 dan Akta Nomor 55 tanggal 30
Juni 1979 tentang Persetujuan Bersama merupakan data yuridis yang
termuat dalam kedua obyek perkara;
Hal 76 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
5. Bahwa penerbitan kedua obyek sengketa, sertipikat Hak Guna Usaha
No.l/Paya Mabar, tanggal 5 Nopember 1984, Surat Ukur No. 603/11/1984
tanggal 3 Nopember 1984, luas 475 Ha diterbitkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri N0.09/HGU/DA/83 tanggal 13 Apil 1983,
dan Sertipikat Hak Guna Usaha No.l/Sei Buluh, tanggal 7 Mei 1988, Surat
ukur No.366/04/1998 tanggal 11 April 1988, luas 211, 13 Ha, diterbitkan
berdasarkan Surat Keputusan Dalam Negeri N0.22/HGU/DA/88 Tanggal
16 Pebruari 1988;
6. Bahwa penerbitan Hak Guna Usaha diatas kedua tanah obyek sengketa
telah diteliti dan dianalisa, baik oleh Panitia B sebagaimana dalam Risalah
Pemeriksaan Tanah B Nomor 101/PPT/B/80 tanggal 2 Juli 1980 maupun
oleh Tim Pertimbangan Hak Guna Usaha Perkebunan sebagaimana
suratnya No.014/Team HGU/Pert/82 tanggal 9-6-1982 serta Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia dahulu Menteri Dalam Negeri
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, sehingga Menteri
Dalam Negeri menerbitkan Surat Keputusan No.9/HGU/DA/83 tanggal 13
April dan N0.22/HGU/DA/88 tanggal 16 Februari 1988;
7. Bahwa dengan demikian, penerbitan Sertipikat HGU No. 1/Paya Mabar
tanggal 5 Nopember 1984, seluas 475 Ha dan Sertifikat HGU No. 1/Sei
Buluh tanggal 7 Mei 1988, seluas 211.13 Ha atas nama Tergugat I telah
memenuhi persyaratan dan prosedur menurut ketentuan yang berlaku,
sehingga tidak beralasan untuk dinyatakan batal atau dicabut;
8. Bahwa selanjutnya Tergugat IV menolak dengan tegas dalil-dalil gugatan
Penggugat sebagaimana yang tertuang dalam surat gugatannya halaman
6 alenia 6 dan halaman 7 alenia 1 s/d 2 yang secara garis besar
menyatakan penerbitan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK :
62/DJA/1979 tanggal 14-6-1979 yang membatalkan Surat Keputusan HGU
Hal 77 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
No.218/ka tanggal 9-5-1961 adalah bertentangan dengan UUPA Nomor 5
Tahun 1960 dan merugikan hak keperdataan dari Almarhum H. Achmad
Dahlan Nasution;
9. Bahwa penerbitan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. SK :
62/DJA/1979 tanggal 14-6-1979 yang membatalkan Surat Keputusan HGU
No.218/ka tanggal 9-5-1961 telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta melalui suatu proses yang
bertahap dan terukur sebagaimana penjelasan sebagai berikut:
a. Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agraria No.SK.218/Ka
tanggal 9 Mei 1961, diberikan Hak Guna Usaha kepada Firma "Dahris
& Company" berkedudukan di Medan, untuk waktu 25 (dua puluh lima)
tahun, atas sebahagian dari tanah-tanah perkebunan "Sungai Buluh"
dan "Paya Mabar" terletak didaerah Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatra Utara, seluas luasnya (maksimum) 2.000 (dua ribu) hektar,
yang tidak diduduki rakyat, dengan syarat-syarat yang akan ditetapkan
kemudian sesuai dengan Undang-Undang Pokok Agraria serta
peraturan-peraturan pelaksanaannya;
b. Bahwa surat keputusan Menteri Agraria No.218/Ka tanggal 9 Mei
19861 diterbitkan antara lain : berdasarkan permohonan dari Achmad
Dahlan Nasution, Direktur dari dan dalam hal ini bertindak atas nama
Firma Dahris & Company di Medan, (vide membaca surat keputusan
Menteri Agraria No.218/Ka tanggal 9 Mei 1961);
c. Bahwa dalam diktum memutuskan surat keputusan Menteri Agraria
No.218/Ka tanggal 9 Mei 1961 disebutkan syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan, antara lain disebutkan :
- Firma Dahris & Co diwajibkan membayar kepada negara uang
pemasukan sebesar Rp.50,- untuk tiap hektar dan harus dibayar
Hal 78 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
lunas selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun terhitung dari
surat keputusan, jika tidak dipenuhi pemerintah berwenang untuk
membatalkannya (vide ketentuan VI);
- Pemegang hak guna usaha diwajibkan membayar uang wajib
sebesar Rp.40,-untuk tiap hektar setahun, yangg tiap-tiap tahun
harus dibayar dimuka dalam dua angsuran masing-masing
mengenai masa 6 (enam) bulan berikutnya, jika tidak dibayar
sampai 3 (tiga) tahun berturut-turut maka dengan tidak mengurangi
kewajiban pemegang hak guna usaha untuk melunasi tunggakan
itu, hak guna usaha yang diberikan dapat dibatalkan (vide ketentuan
V);
- Pemegang hak guna usaha yang diberikan diwajibkan; menanami
seluruh tanah yang bersangkutan dengan pohon karet dalam waktu
5 (lima) tahun terhitung dari tanggal pendaftaran hak tersebut pada
Kantor Pendaftaran Tanah di Medan, mengusahakan tanah ini
secara budidaya perkebunan besar yang layak, menurut ketentuan-
ketentuan dari perwakilan perkebunan untuk Sumatera Utara. Tidak
dipenuhinya syarat-syarat tersebut diatas dapat menjadi alasan
membatalkan hak guna usaha yang diberikan (vide ketentuan VI);
- Hak Guna Usaha yang diberikan dengan surat keputusan ini mulai
berlaku sejak didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Tanah di Medan
menurut" ketentuan VII" diatas.
d. Bahwa Surat keputusan Menteri Agraria No.218/Ka tanggal 9 Mei
1961, tidak pernah didaftarkan sehingga tidak pernah terbit sertifikat
Hak Guna Usaha atas nama Firma Dahris & Company;
e. Bahwa dengan tidak dipenuhinya syarat-syarat sebagaimana
tercantum dalam surat keputusan Menteri Agraria No.218/Ka tanggal 9
Hal 79 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Mei 1961, surat keputusan Menteri Agraria tersebut (ic. No.218/Ka
tanggal 9 Mei 1961) dapat dibatalkan;
f. Bahwa kemudian Menteri Dalam Negeri menerbitkan surat keputusan
No.62/DJA/1979 tanggal 14 Juni 1979, dalam menimbang disebutkan
antara lain :
- Bahwa panitia Pemeriksaan Tanah (Panitia B) Provinsi Sumatera
Utara dalam risalahnya tanggal 17 Juni 1976 No.81/PPT/B/76
berkesimpulan tanaman karet muda diperkebunan tersebut tisdak
memenuhi syarta-syart cultuur technis perkebunan besar, tanaman
karet tua yang tidak menghasilkan sudah merupakan hutan karet
dan semak belukar, tanaman muda dikelilingi lalang, demikian pula
tanah cadangan tidak diolah sebagaimana mestinya atau
ditelantarkan, keadaan pabrik rusak/tidak berjalan, perumahan
karyawan juga telah rusak,selanjutnya mengusulkan agar pemberian
hak guna usaha atas tanah perkebunan Paya Mabar dan Sei Buluh
ditinjau kembali;
- Bahwa Kepala Dinas Perkebunan Daerah Provinsi Sumatera Utara
dalam suratnya tanggal 3 Januari 1979 No.39/F/II mengemukakan
bahwa pengusaha tidak mampu untuk membina dan membangun
perkebunan tersebut dan perkebunan tidak lagi berfungsi sebagai
perkebunan besar dan dapat diketegorikan sebagai kebun terlantar
serta mengusulkan agar pemberian Hak Guna Usaha atas
perkebunan "Paya Mabar" dan "Sei Buluh" kepada Fa Dahris & Co
ditinjau kembali;
- Bahwa Tim Pertimbangan Hak Guna Usaha Perkebunan Besar
dalam suratnya tanggal 12 Mei 1979 No.013/Team HGU/Pert/79
memberikan pertimbangan agar pemberian Hak Guna Usaha
Hal 80 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
kepada Fa. Dahris & Co (sekarang PT. Dahris & Co) dengan surat
keputusan menteri Agraria tanggal 9 Mei 1961 No.218/Ka atas tanah
perkebunan "Paya Mabar" dan "Sei Buluh" dibatalkan;
Dan dalam diktum memutuskan, menetapkan, antara lain
menyebutkan :
Pertama :
"Terhitung sejak tanggai ditetapkannya surat keputusan ini
MEMBATALKAN surat keputusan Menteri Agraria tanggai 9 Mei
1961 No.218/Ka tentang Pemberian Hak Guna Usaha kepada Fa.
Dahris & Co, berkedudukan di Medan atas perkebunan "Paya
Mabar" dan "Sei Buluh" seluas max 2.000 hetare, terletak di
Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten
Deli Serdang (dsekarang Kabupaten Serdang Bedagai), Provinsi
Sumatera Utara, sehingga sejak saat itu tanah perkebunan tersebut
kembali menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh Negara;"
Ketiga :
"Kepada bekas penerima Hak Guna Usaha cq. Fa. Dahris &
Coy/PT. Dahris & Co diberikan ganti kerugian atas barang-barang
inventaris dan tanaman kebun, yang besarnya akan ditentukan
dalam surat keputusan tersendiri, berdasarkan hasil penaksiran oleh
Panitia Penaksir Ganti Rugi Perkebunan yang dibentuk dengan
surat keputusan Menteri Dalam Negeri N0.28/DJA/1974 atau
berdasarkan Kebijaksanaan Pemerintah yang ditentukan kemudian;
g. Bahwa berdasarkan uraian diatas, persyaratan dan prosedur
pembatalan surat keputusan Menteri Agraria tanggai 9 Mei 1961 No.
218/Ka tentang pemberian hak guna usaha atas nama Firma Dahris &
Coy sebagaimana surat keputusan Menteri dalam negeri
Hal 81 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
No.62/DJA/1979 tanggai 14 Juni 1979 telah sesuai menurut ketentuan
yang berlaku, sehingga tidak beralasan untuk dinyatakan batal atau
tidak mempunyai kekuatan hukum;
Berdasarkan segala sesuatu yang telah diuraikan di atas, maka kami mohon
kiranya kepada Majelis Hakim Yang Terhormat untuk memutus perkara ini
dengan putusan sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
- Menerima Eksepsi Tergugat IV untuk seluruhnya;
- Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
- Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang ditimbulkan dari
perkara ini.
DALAM POKOK PERKARA :
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
- Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang ditimbulkan dari
perkara ini.
Apabila Majelis Hakim yang terhormat berpendapat lain, mohon untuk memutus
perkara ini seadil-adilnya (et aquo et bono).
Menimbang bahwa atas Gugatan Penggugat tersebut, Tergugat V dan VI
melalui Kuasa Hukumnya telah mengajukan Eksepsi dan Jawaban tertanggal 12
Maret 2014 yang dibacakan di persidangan pada tanggal 12 Maret 2014, yang
pada pokoknya sebagai berikut :
I. TENTANG EKSEPSI
1 Tentang Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli Tidak Berwenang
Mengadili
Hal 82 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Bahwa setelah Tergugat V dan Tergugat VI mencermati uraian gugatan
terutama posita gugatan halaman 6,7,8,9 dan 10 serta petitum gugatan
angka 9,10,11,13,14,15 dan 16 dapat diketahui bahwasanya yang
menjadi dasar dan alasan Penggugat mengajukan gugatan khususnya
terhadap Tergugat II,III,IV dan V adalah berkaitan dengan tindakan
para Tergugat selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
dalam jabatannya masing-masing menerbitkan Surat Keputusan
Tata Usaha Negara yang pada akhirnya memberikan legalitas bukti hak
(recht title) atas tanah sebagaimana objek perkara kepada Tergugat I,
serta sebahagiannya lagi menurut Penggugat dikuasai dan diusahai
Tergugat VIII dan IX, sedangkan hubungan hukum Tergugat VI dan VII
terhadap objek yang diperkarakan tidak jelas kaitannya;
- Bahwa tindakan Tergugat II, III dan IV selaku Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang diberikan kewenangan oleh Undang-
undang untuk menerbitkan legatitas bukti hak atas tanah serta
perbuatan Tergugat V membentuk Panitia Tanah B untuk mendata dan
menyelesaikan persoalan tanah di Provinsi Sumatera Utara adalah
merupakan kewenangan yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan sebagai bahagian dari asas-asas umum pemerintahan yang
baik dan Risaiah yang diperbuat Panitia B Nomor : 81/PPT/B/76 tanggal
27-6-1976 yang berkesimpulan pengelolaan perkebunan Paya Mabar
dan Sei Buluh tidak memenuhi syarat lagi karena telah ditelantarkan dan
mengusulkan pembatalan SK.HGU No. 218/ka tanggal 9-5-1961 atas
nama Firma Dahris & Co adalah bahagian dari penegakan hukum
pertanahan yang dibenarkan oleh hukum dan bukan merupakan
perbuatan melawan hukum sebagaimana diuraikan Penggugat dalam
gugatan;
Hal 83 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Bahwa demikian juga tindakan Tergugat II selaku Pejabat Tata Usaha
Negara menerbitkan Surat Keputusan No. SK : 62/DJA/1979 tanggal 14-
6-1979 tentang pembatalan SK.HGU No. 218/ka tanggal 9-5-1961 dan
tindakan Tergugat V menerbitkan surat Nomor : 185 Tahun 1979
tanggal 08 Agustus 1979 tentang pembentukan Badan Pengawas
Sementara Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh yang terdiri dari
Tergugat III,VI dan VII sebagaimana diuraikan dalam dalil gugatan
halaman 7 alinea 2 adalah didasarkan kepada kewenangan yang
diberikan oleh perundang-undangan dan tindakan dimaksud merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara yang ranah mengadilinya secara
absolute merupakan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara dengan
segala akibat hukumnya;
- Bahwa oleh karena tindakan yang dilakukan Tergugat II. III. IV dan V
sebagaimana diuraikan diatas adalah masing-masing dalam jabatannya
selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan perbuatan yang
dilakukannya adalah sesuai kewenangannya yang dibenarkan oleh
Undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
maka bilapun - quod noon — Penggugat mengaku hak dan
kepentingannya dirugikan atas terbitnya surat Keputusan yang diperbuat
Tergugat II,III,IV dan V tersebut dan menuntut agar keputusan Tata
Usaha Negara tersebut dinyatakan batal dan agar Tergugat IV
mencabut dan membatalkan Sertifikat HGU No. 1/Desa Paya Mabar
tanggal 05 Nopember 1984 dan Sertifikat HGU No. 1/Desa Sei Buluh
tanggal 07 Mei 1988, maka kewenangan mengadili perkara tersebut
berdasarkan ketentuan pasal 4, pasal 53 ayat 1 dan pasai 54 ayat 1
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana dirubah dengan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 dan perubahan Kedua
Hal 84 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
sebagaimana Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 mutlak
merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara;
- Bahwa fakta hukum yang menguatkan tentang ranah mengadili perkara
atas peristiwa hukum yang terjadi dalam perkara aquo bukan
kewenangan badan peradilan umum melainkan mutlak merupakan
kewenangan mengadili badan Peradilan Tata Usaha Negara terutama
dikaitkan dengan dasar gugatan yang ditujukan terhadap Tergugat V
dapat dilihat secara jelas dalam petitum gugatan angka 10 dan 11
dimana Penggugat menuntut agar Surat Keputusan yang diterbitkan
oleh Tergugat V selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara agar
dinyatakan batal atau tidak mempunyai kekuatan hukum;
- Bahwa oleh karena nyata-nyata dasar dan alasan mengajukan
gugatan yang ditujukan kepada Tergugat II dan III adalah perihal
terbitnya surat keputusan yang diperbuat dalam jabatan masing-
masing selaku Pejabat Tata Usaha Negara yang bukan merupakan
perbuatan hukum perdata melainkan tindakan administrasi Negara
yang merupakan sengketa Tata Usaha Negara, maka lembaga
peradilan yang berwenang memeriksa, mengadili dan memutus
perkaranya adalah Peradilan Tata Usaha Negara bukan Peradilan
Umum sebagaimana gugatan aquo;
- Bahwa kaidah hukum tersebut sejalan dan bersesuaian dengan
Putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tertanggal 30 April
2012 Nomor : 36/PdtG/2011/PN-TTD yang telah menjatuhkan
putusan sela atas perkara dimaksud yang isinya : "Menyatakan
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tidak berwenang mengadili
perkara ini", dan putusannya kemudian dikuatkan oleh Pengadilan
Tinggi Medan berdasarkan putusannya tertanggal 16 Januari 2013
Hal 85 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Nomor : 312/Pdt/2012/PT-Mdn yang saat ini perkaranya masih dalam
pemeriksaan Kasasi di Mahkamah Agung R.I;
- Bahwa oleh karenanya demi terciptanya kepastian hukum acara perdata
dan tegaknya kepastian hukum dalam perkara ini, maka Pengadilan
Negari Tebing Tinggi Deli harus menyatakan tidak berwenang mengadili
perkara ini dengan segala akibat hukumnya;
- Bahwa oleh karena Eksepsi Tergugat V diatas merupakan Eksepsi
Absolut tentang kewenangan mengadili, maka sebelum memeriksa lebih
lanjut tentang Pokok Perkara, maka Pengadilan Negeri Tebing Tinggi
Deli harus terlebih dahulu memeriksa dan mengadili eksepsi dimaksud
dan selanjutnya berkenan memberikan keputusan pendahuluan
(Putusan Sela) yang amarnya berbunyi : Menyatakan demi hukum
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tidak berwenang mengadili
perkara ini";
3. Tentang Gugatan Nebis In Idem
- Bahwa dari uraian-uraian dalil posita dan petitum gugatan, dihubungkan
dengan perkara-perkara yang ada dan telah diputus oleh pengadilan
yang sama dengan Penggugat dan para Tergugat yang sama yang ada
sebelumnya, terutama dikaitkan dengan putusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap (Incracht van Gewijde) sebagaimana
putusan Mahkamah Agung R.I Nomor : 170.K/TUN/2010 tanggal 26 Juli
2010 serta Putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli Nomor :
36/Pdt.G/2011/PN-TTD tanggal 30 April 2012 Jo. Putusan Pengadilan
Tinggi Medan Nomor: 312/Pdt/2012/PT.Mdn tanggal 16 Januari 2013
yang saat ini perkaranya masih dalam pemeriksaan Kasasi di
Mahkamah Agung R.I, sesungguhnya telah nyata diketahui bahwa
Hal 86 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
gugatan aquo adalah merupakan pengulangan dari gugatan-gugatan
dengan objek dan subjek serta badan peradilan yang sama yang telah
ada sebelumnya;
- Bahwa pokok masalah dan substansi gugatan antara beberapa perkara
terdahulu dan perkara aquo adalah sama, yang membedakannya
sekedar untuk mengelabui persidangan ini hanyalah menambah subjek
Tergugatnya saja, sehingga berdasarkan ketentuan pasal 1917 KUH
Perdata Jo. Surat Edaran Mahkamah Agung R.I Nomor 3 Tahun
2002 gugatan aquo adalah Nebis In Idem dengan segala akibat
hukumnya;
- Bahwa oleh karena gugatan aquo adalah Nebis In Idem, maka untuk
tidak menimbulkan adanya putusan yang berbeda dari badan peradilan
atas objek gugatan yang sama serta untuk terciptanya kepastian
hukum, maka tepat dan cukup alasan untuk menolak gugatan aquo
atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan tidak dapat diterima dengan
segala akibat hukumnya;
3. Tentang Gugatan Kabur Dan Tidak Jelas (Obscuur Libelli)
- Bahwa berdasarkan tertib hukum acara Perdata yang berlaku di
Indonesia yang diintradusir dalam berbagai peraturan perundang-
undangan terutama dihubungkan dengan putusan perkara Linden
Baum Coken Arrest H.R Tahun 1919 yang dipertegas kembali dalam
pasal 1365 KUH Perdata dan diterapkan dalam berbagai Yurisprudensi
Mahkamah Agung R.I diantaranya Yurisprudensi MARI No.
995/K/Sip/1975 tanggal 8 Agustus 1975 telah dengan tegas ditentukan
syarat mutlak mengajukan gugatan adalah adanya hubungan hukum
dan perselisihan hukum antara Penggugat dengan Tergugat, atau lebih
Hal 87 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
konkritnya adanya hak subjektif Tergugat yang dilanggar Penggugat
dan atau Tergugat telah melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan kewajiban hukumnya;
- Bahwa dalam uraian dalil gugatan sama sekali tidak terurai dengan
jelas hubungan hukum apalagi perselisihan hukum Penggugat dengan
para Tergugat terutama Tergugat II, III, IV dan V sehingga dapat
dipastikan tidak mungkin ada hak subjektif Penggugat yang dilanggar
oleh para Tergugat tersebut sedangkan tindakan para Tergugat diatas
menerbitkan Surat Keputusan sebagaimana terurai dalam gugatan
adalah didasarkan kepada kewenangan para Tergugat setelah
mempertimbangkan hasil penelitian dan rekomendasi yang dilakukan
oleh Panitia Tanah B sebagaimana Risalah Nomor: 81/PPT/B/76
tanggal 27-6-1976 yang tidak turut disertakan sebagai Tergugat dalam
perkara ini;
- Bahwa disisi lain dasar dan alasan menagajukan gugatan dengan dalih
adanya indikasi upaya sistematis yang dilakukan para Tergugat untuk
meniadakan hak perdata almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution
terhadap objek perkara sebagaimana diuraikan dalam posita gugatan
halaman 10 alinea 2 dan menyebutkan tindakan para Tergugat tersebut
sebagai perbuatan melawan hukum adalah dalil gugatan yang sangat
emosional dan tidak rasional serta kontradiktif dengan uraian-uraian
posita gugatan lainnya yang dengan tegas, terang dan jelas
menguraikan kronologis dasar penerbitan Surat Keputusan yang
dikeluarkan Tergugat II,III,IV dan V atas objek pekara yang pada
akhirnya diterbitkan bukti hak atas nama Tergugat I;
- Bahwa yang lebih ironis dan membuat gugatan menjadi kabur dan tidak
jelas adalah tindakan Penggugat menyertakan Tergugat VIII dan IX
Hal 88 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
sebagai pihak dalam perkara aquo, padahal Tergugat I sampai dengan
Tergugat VII tidak memiliki hubungan hukum apapun dengan Tergugat
VIII dan IX tersebut, padahal berdasarkan Tertib Hukum Acara Perdata
telah dengan sangat tegas diatur tentang para pihak yang tidak saling
memiliki hubungan hukum terhadap objek yang diperkarakan haruslah
digugat secara tersendiri-sendiri dan tidak dapat digabungkan dalam
satu gugatan;
- Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang diuraikan diatas jelaslah
gugatan aquo kabur dan tidak jelas dan oleh karenanya gugatan aquo
haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima
dengan segala akibat hukumnya;
- Bahwa oleh karena keseluruhan dalil eksepsi Tergugat V dan Tergugat
VI diatas telah didasarkan kepada alasan dan argumentasi hukum yang
kuat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka oleh karenanya tepat
dan cukup alasan untuk mengabulkan keseluruhan eksepsi Tergugat V
dan Tergugat VI tersebut ;
II. TENTANG POKOK PERKARA
- Bahwa segala apa yang diuraikan dalam dalil Eksepsi diatas secara
mutatis mutandis mohon dianggap merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dengan dalil Jawaban terhadap pokok perkara ini
sehingga tidak perlu diulangi lagi;
- Bahwa setelah mencermati uraian demi uraian dalil gugatan, Tergugat V
dan VI menilai dan Majelis Hakim yang Muliapun diyakini akan sependapat
bahwa sesungguhnya tidak ditemukan suatu fakta hukum tentang Tergugat
V dan VI telah melakukan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan
Hal 89 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
kerugian bagi Penggugat, sehingga sebenarnya tidak terdapat suatu hal
yang urgen untuk ditanggapi dalam perkara ini;
- Bahwa namun untuk sekedar melengkapi uraian tangkisan yang
disebutkan dalam dalil Eksepsi diatas, maka Tergugat V dan VI akan
menjawab seadanya dalil posita dan petitum gugatan yang ditujukan
kepada Tergugat V dan Tergugat VI tersebut sebagai berikut:
1. Tentang Jawaban Tergugat V
- Bahwa benar Tergugat V sesuai kewenangannya yang diberikan
oleh Undang-Undang telah menerbitkan Surat Nomor : 185 Tahun
1979 tanggal 08 Agustus 1979 tentang pembentukan Badan
Pengawas Sementara Perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh yang
didalam team salah satunya adalah Tergugat VI dan benar kemudian
Tergugat V juga telah menerbitkan surat Nomor 2649/79 tanggal 10
Oktober 1979 yang isinya memberikan persetujuan penyerahan
sementara management perkebunan Paya Mabar/Sei Buluh kepada
Tergugat I sesuai dengan Berita Acara Penyerahan dan Penerimaan
tertanggal 22 Oktober 1979, namun tidak benar tanah yang
diserahkan tersebut milik dan kepunyaan almarhum Haji Achmad
Dahlan Nasution, sebab Tergugat II yang diberikan kewenangan oleh
Negara untuk mengatur peruntukan pertanahan di Indonesia melalui
Surat Keputusan Nomor : SK 62/DJA/1979 tertanggal 14 Juni 1979
telah dengan tegas dinyatakan tanah seluas 2000 Hektar yang
termaktub dalam SK HGU No. SK 218/Ka tertanggal 09 Mei 1961
sebagai tanah yang langsung dikuasai oleh Negara dan hal
dimaksud tidaklah bertentangan dengan UUPA No. 5 Tahun 1960
Hal 90 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
serta bukan merupakan tindakan menghilangkan hak keperdataan
orangtua Penggugat sebagaimana diuraikan dalam dalil gugatan;
- Bahwa tindakan yang dilakukan Tergugat V sesuai kewenangannya
sebagaimana diuraikan diatas bukanlah merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum akan tetapi sebaliknya adalah dalam
rangka penegakan hukum pertanahan sehingga dalil gugatan yang
menyebutkan adanya indikasi upaya sistematis yang dilakukan para
Tergugat untuk meniadakan hak perdata almarhum Haji Achmad
Dahlan Nasution terhadap objek perkara tidaklah dapat dibenarkan
dan harus dikesampingkan serta tidak perlu dipertimbangkan dalam
perkara ini;
- Bahwa oleh karena tindakan Tergugat V menerbitkan surat-surat
sebagaimana diuraikan dalam posita gugatan halaman 7 alinea 2
dan 3 serta petitum gugatan angka 10 dan 11 adalah didasarkan
kepada kewenangannya yang ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan dalam rangka menegakkan hukum
pertanahan dan bukan merupakan perbuatan melawan hukum, maka
gugatan yang ditujukan kepada Tergugat V tersebut adalah keliru
dan tidak berdasarkan hukum dengan segala akibat hukumnya;
- Bahwa untuk dapat dijadikan dasar pertimbangan hukum dalam
menolak gugatan aquo, dapat pula ditambahkan bahwasanya
berdasarkan Risalah yang diperbuat Panitia Tanah B telah diperoleh
fakta yang tidak terbantahkan tentang pengelolaan perkebunan Paya
Mabar dan Sei Buluh tidak lagi memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam HGU dan tanah telah ditelantarkan dan benar
kemudian diusulkan agar HGU tersebut dibatalkan;
Hal 91 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Bahwa permohonan pembatalan HGU tersebut telah didasarkan
kepada pendataan dan penelitian lapangan yang dilakukan oleh
Panitia Tanah B serta sejalan dengan pengakuan Penggugat sendiri
dalam gugatan sebelumnya yang menyatakan manajemen
pengelolaan perusahaan yang tidak berjalan dengan baik dan
menyerahkan pengelolaannya kepada pihak lain yang kenyataannya
juga semakin buruk yang berakibat tanah menjadi terlantar sehingga
tidak terdapat dasar dan alasan untuk menyatakan Tergugat V telah
melakukan perbuatan melawan hukum atas usulan pembatalan HGU
tersebut;
2. Tentang Jawaban Tergugat VI
- Bahwa dari uraian posita dan petitum gugatan sesungguhnya tidak
ditemukan dengan jelas anasir-anasir perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh Tergugat VI sebab bilapun quood noon Tergugat
VI menjalankan tugas jabatan yang diberikan oleh Tergugat V dalam
rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai salah satu badan
penguasaan sementara atas objek perkara yang nyata-nyata
HGUnya telah dibatalkan berdasarkan Surat Keputusan Tergugat II
Nomor : SK.62/DJA/1979 tanggai 14 Juni 1979 dan status tanahnya
menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh Negara, maka tindakan
yang dilakukan oleh Tergugat VI tersebut adalah dalam rangka
melaksanakan amanah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 yakni
hak menguasai Negara atas tanah yang langsung dikuasai oleh
Negara karena ditelantarkan peruntukannya oleh orangtua
Penggugat sehingga menyimpang dari pemberian hak berupa HGU
yang ada sebelumnya;
Hal 92 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Bahwa kemudian tidak benar dalil gugatan Penggugat yang juga
menyebutkan Tergugat VI telah melakukan upaya sistematis untuk
meniadakan hak keperdataan almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution atas tanah yang diperkarakan sebab berdasarkan fakta
diatas sesungguhnya hak keperdataan dimaksud telah hapus
dengan sendirinya sejalan dengan pencabutan hak yang dilakukan
oleh Tergugat II atas tanah yang menjadi objek perkara tersebut dan
status tanahnya telah berobah menjadi tanah yang langsung
dikuasai oleh Negara dan tidak terdapat lagi hak Haji Achmad
Dahlan Nasution yang melekat diatas tanah tersebut termasuk tidak
terkecuali hak keperdataannya;
- Bahwa dengan demikian dalil gugatan yang ditujukan kepada
Tergugat VI tersebut adalah serta tidak beralasan dan oleh
karenanya harus dikesamplngkan dan tidak perlu dipertimbangkan
dalam perkara Ini;
- Bahwa oleh karena keseluruhan dasar posita dan petitum gugatan
terutama yang ditujukan kepada Tergugat V dan VI tidak tepat dan
tidak berdasarkan hukum dan apalagi tidak terdapat hak subjektif
Penggugat yang dilanggar oleh para Tergugat maka keseiuruhan
petitum gugatan yang ditujukan kepada Tergugat V dan VI haruslah
dikesampingkan dan tidak perlu dipertimbangkan dan haruslah
ditolak dengan segala akibat hukumnya;
- Bahwa oleh karena posita dan petitum gugatan yang ditujukan
kepada Tergugat V dan VI hanya sebatas hal yang diuraikan diatas,
maka Tergugat V dan Tergugat VI tidak akan menanggapi posita dan
petitum gugatan selain dan selebihnya ;
Hal 93 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa berdasarkan dalil Jawaban dalam Eksepsi dan Pokok Perkara tersebut
diatas, maka Tergugat V dan Tergugat VI dengan hormat memohon kepada yang
Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli yang memeriksa dan
mengadili perkara ini, agar berkenan memberikan keputusan yang amarnya
berbunyi:
MENGADILI :
A. Dalam Eksepsi:
1. Mengabulkan Eksepsi Tergugat V dan Tergugat VI tersebut seluruhnya;
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tidak berwenang
mengadili perkara ini;
3. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Met Ontvankelijke
Verklaard);
B. Dalam Pokok Perkara :
1. Menolak Gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini;
Atau:
Bilamana Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ExAequo Et Bono);
Menimbang bahwa atas Gugatan Penggugat tersebut, Tergugat VIII dan
IX melalui Kuasa Hukumnya telah mengajukan Eksepsi dan Jawaban tertanggal
19 Maret 2014 yang dibacakan di persidangan pada tanggal 19 Maret 2014,
yang pada pokoknya sebagai berikut :
I. Tentang Eksepsi :
1. Exceptio Plurium Litis Consortium.
Hal 94 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
a. Bahwa penggugat mendalilkan yang pada pokoknya menyebutkan
bahwa almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution selaku Direktur Firma
Dahris & Co sebagai pemegang hak atas sebidang tanah seluas 2.000
Ha yang terdiri dari seluas 400 Ha yang terletak di Desa Sei Buluh,
Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai (incasu Objek
Perkara I) dan seluas 1.600 Ha yang terletak di Desa Paya Mabar, Desa
Paya Lombang, Desa Kota Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten
Serdang Bedagai (incasu Objek Perkara II) yang merupakan bahagian
dari tanah seluas 4.719 Ha (bekas Konsesi Perkebunan Paya Mabar dan
Perkebunan Sei Buluh) yang dibeli dari NV. Maatschappij Tot
Exploitatie Van Vastigheden Der Erven Tjong A Fie sesuai Akta Jual
Beli No.24 tanggal 08 Desember 1956 yang dibuat dihadapan Hasan
Gelar Soetan Pane, Notaris di Medan.
Bahwa akan tetapi penggugat tidak menggugat NV. Maatschappij
Tot Exploitatie Van Vastigheden Der Erven Tjong A Fie sebagai
pihak tergugat.
Bahwa dengan demikian, masih ada pihak lain yaitu NV.
Maatschappij Tot Exploitatie Van Vastigheden Der Erven Tjong A
Fie yang harus digugat penggugat dalam perkara ini.
Bahwa oleh karena itu, maka beralasan hukum bagi Majelis Hakim
untuk menyatakan gugatan penggugat “tidak dapat diterima” (niet
onvankelijk verklaard).
b. Bahwa penggugat mendalilkan, sebahagian dari Objek Perkara II
tersebut diatas yaitu seluas lebih kurang 27 Ha (selanjutnya disebut Sub
B Objek Perkara II) telah dikuasai dan diusahai oleh tergugat-VIII dan
tergugat-IX dengan menanam pohon kelapa sawit diatasnya.
Hal 95 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa tanah seluas 27 Ha selanjutnya disebut Sub B Objek Perkara
II bukan seluruhnya dikuasai dan diusahai oleh tergugat-VIII dan
tergugat-IX melainkan masih ada pihak lain yang menguasai dan
mengusahai yaitu Nelisma Suryani, Nurul Elfiani, Nisrul Irawati dan
Hajjah Nursiah Siregar akan tetapi tidak turut digugat oleh
penggugat.
Bahwa dengan demikian, masih ada pihak lain yaitu Nelisma
Suryani, Nurul Elfiani, Nisrul Irawati dan Hajjah Nursiah Siregar
yang harus digugat penggugat dalam perkara ini.
Bahwa oleh karena itu, maka beralasan hukum bagi Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi untuk menyatakan gugatan penggugat tidak dapat
diterima.
2. Exceptio Vitiosae Possessionis.
Bahwa penggugat mendalilkan yang pada pokoknya menyebutkan
bahwa terhadap tanah seluas 2.000 Ha yang terdiri dari Objek Perkara I
dan Objek Perkara II yang diusahai dan dikuasai almarhun Haji
Achmad Dahlan Nasution atas nama Firma Dahris & Co telah diterbitkan
S.K HGU No.218/Ka tanggal 1961 kepada Firma Dahris & Co oleh
tergugat-II akan tetapi dibatalkan dengan surat No. SK.62/DJA/1979
tanggal 14 Juni 1979.
Bahwa dengan demikian, kepemilikan almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution terhadap tanah seluas 2.000 Ha yang terdiri dari Objek Perkara
I dan Objek Perkara II adalah atas nama Firma Dahris & Co.
Bahwa oleh karena itu, maka beralasan hukum bagi Majelis Hakim untuk
menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima.
3. Exceptio Obscuur Libellium.
Hal 96 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Bahwa pada salah satu posita gugatannya, penggugat menyebutkan
sebagai berikut :
- bahwa tanah seluas 2.000 Ha (dua ribu hektar) yang terdiri dari Objek
Perkara I dan Objek Perkara II dikuasai almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution atas nama Firma Dahris & Co (vide : posita gugatan halaman-
4 alinea-kelima).
- bahwa tanah seluas 2.000 Ha (dua ribu hektar) yang terdiri dari Objek
Perkara I dan Objek Perkara II telah dikuasai almarhum Haji Achmad
Dahlan Nasution atas nama Firma Dahris & Co (vide : posita gugatan
halaman-5 alinea-pertama).
Bahwa akan tetapi, pada posita lainnya penggugat menyebutkan sebagai
berikut :
- bahwa almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution telah mempunyai hak
perdata terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II (vide : posita
gugatan halaman-5 alinea-kelima).
- bahwa karena almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution mempunyai hak
perdata terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II (vide : posita
gugatan halaman-6 alinea-ketiga).
- bahwa telah mengabaikan hak perdata almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II (vide : posita
gugatan halaman-7 alinea-kelima).
Bahwa dengan demikian, posita gugatan penggugat saling bertentangan
antara satu sama lain, sehingga gugatan penggugat tidak jelas dan tegas
(obscuur libel).
Bahwa oleh karena itu, maka beralasan hukum bagi Majelis Hakim untuk
menyatakan gugatan penggugat “tidak dapat diterima” (niet ontvankelijk
verklaard).
Hal 97 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
4. Exceptio Litis Pendentis.
Bahwa kepemilikan penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji
Achmad Dahlan Nasution terhadap Objek Perkara I dan Objek Perkara II
masih dipersengketakan dengan PT. PD. Paya Pinang, Menteri Dalam
Negeri R.I, Gubernur Propinsi Sumatera Utara, Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Serdang Bedagai yang terdaftar di Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi register No.36/Pdt.G/2011/PN-TTD yang diputus
pada tanggal 30 April 2012 dengan diktum menyatakan Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi tidak berwenang mengadili, putusan mana dikuatkan
Pengadilan Tinggi Medan dengan Putusan tanggal 16 Januari 2013
No.312/Pdt/2012/PT-Mdn, perkara mana telah diajukan penggugat
pemeriksaan tingkat kasasi di Mahkamah Agung R.I.
Bahwa dengan demikian, penggugat terhalang mengajukan gugatan baru
incasu perkara a quo sebelum perkara terdahulu memperoleh putusan
yang telah berkekuatan hukum tetap guna menghindarkan putusan
Pengadilan yang saling bertentangan terhadap Objek Perkara I dan
Objek Perkara II.
Bahwa oleh karena itu, maka beralasan hukum bila Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi untuk menyatakan gugatan penggugat “tidak dapat
diterima” (niet ontvankelijk verklaard).
5. Exceptio Kumulasi Subjektif.
Bahwa gugatan penggugat bersifat kumulasi subjektif karena
penggugat menggabungkan tergugat-I sampai dengan tergugat-VII
dalam satu gugatan dengan tergugat-VIII dan tergugat-IX padahal
tergugat-I s.d tergugat-VII tidak ada hubungan dengan tergugat-VIII dan
tergugat-IX sebab antara persengketaan penggugat dengan tergugat-I
sampai dengan tergugat-VII saling terpisah dengan persengketaan
Hal 98 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
antara penggugat dengan tergugat-VIII dan tergugat-IX yang harus
diselesaikan tersendiri, dalam pemeriksaan dan putusan yang terpisah
dan berdiri sendiri.
Bahwa dengan demikian, gugatan penggugat secara yuridis melanggar
tata tertib beracara di Pengadilan.
Bahwa oleh karena itu, maka beralasan hukum bagi Majelis Hakim untuk
menyatakan gugatan penggugat “tidak dapat diterima” (niet ontvankelijk
verklaard).
6. Exceptio Daluwarsa.
Bahwa penggugat pada pokoknya mendalilkan bahwa alas hak
almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution terhadap Objek Perkara I dan
Objek Perkara II adalah berdasarkan titel yang termaktub didalam Akte
Jual Beli No.24 tertanggal 08 Desember 1956 akan tetapi tanpa
persetujuan dari almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution maupun dari
penggugat selaku ahli waris dari almarhum Haji Achmad Dahlan
Nasution, sebahagian dari Objek Perkara II yaitu seluas lebih kurang 27
Ha (selanjutnya disebut Sub B Objek Perkara II) telah dikuasai dan
diusahai oleh tergugat-VIII dan tergugat-IX dengan menanam pohon
kelapa sawit diatasnya.
Bahwa akan tetapi gugatan terhadap tergugat-VIII dan tergugat-IX
didaftarkan penggugat melalui Pengadilan Negeri Tebing Tinggi pada
tanggal 25 Oktober 2013 register perkara No.62/Pdt.G/2013/PN-TTD.
Bahwa ketentuan Pasal 1967 KUH.Perdata menyebutkan bahwa semua
tuntutan hak baik yang bersifat kebendaan maupun perorangan hapus
(kadaluwarsa) setelah lampau waktu 30 tahun.
Bahwa dengan demikian, gugatan kepemilikan terhadap Sub B Objek
Perkara II yang diajukan penggugat kepada tergugat-VIII dan tergugat-
Hal 99 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
IX incasu perkara a quo kadaluawarsa karena lampau waktu 30 tahun
incasu lebih kurang 58 tahun.
Bahwa oleh karena itu, maka beralasan hukum bagi Majelis Hakim untuk
menyatakan gugatan penggugat “tidak dapat diterima” (niet ontvankelijk
verklaard);
II. Tentang Pokok Perkara :
1. Bahwa segala apa yang telah dikemukakan tergugat-VIII dan tergugat-IX
didalam uraian tentang eksepsi mohon kiranya secara mutatis mutandis
dimasukkan juga didalam uraian tentang pokok perkara.
2. Bahwa tergugat-VIII dan tergugat-IX dengan tegas membantah dan
menolak seluruh dalil gugatan penggugat kecuali yang diakui tergugat-VIII
dan tergugat-IX secara terus terang dibawah ini.
3. Bahwa tidak benar, tergugat-VIII dan tergugat-IX yang menguasai dan
mengusahai Sub B Objek Perkara II yaitu sebidang tanah seluas lebih
kurang 27 Ha melainkan adalah tergugat-VIII menguasai dan mengusahai
sebidang tanah seluas lebih kurang 109.367 M2 sedangkan tergugat-IX
menguasai dan mengusahai sebidang tanah seluas lebih kurang 56.825 M2
masing-masing terletak di Dusun I, Desa Paya Mabar, Kecamatan Tebing
Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai (dahulu Kabupaten Deli Serdang).
4. Bahwa tanah seluas lebih kurang 109.367 M2 yang dikuasai dan diusahai
oleh tergugat-VIII tersebut bukan kepunyaan almarhum Achmad Dahlan
Nasution maupun penggugat selaku ahli waris almarhum Achmad Dahlan
Nasution, melainkan adalah milik tergugat-VIII yang diperoleh dari Suwito
berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan Ganti
Rugi tanggal 5 Desember 1989 yang dibuat dihadapan Camat Tebing
Tinggi sesuai Legalisasi Nomor : 53/XII/1989 tanggal 16 Desember 1989
Hal 100 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
sedangkan Suwito memperoleh tanah tersebut dari hasil garapan orang
tuanya sejak tahun 1959.
5. Bahwa demikian pula dengan sebidang tanah seluas lebih kurang 56.825
M2 yang dikuasai dan diusahai oleh tergugat-IX tersebut bukan
kepunyaan almarhum Achmad Dahlan Nasution maupun penggugat
selaku ahli waris almarhum Achmad Dahlan Nasution, melainkan adalah
milik tergugat-IX yang diperoleh dari Nyuman berdasarkan Surat
Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan Ganti Rugi tanggal 5
Desember 1989 yang dibuat dihadapan Camat Tebing Tinggi sesuai
Legalisasi Nomor : 51/XII/1989 tanggal 16 Desember 1989 sedangkan
Nyuman memperoleh tanah tersebut dari hasil garapan sejak tahun 1959.
6. Bahwa selain tergugat-VIII dan tergugat-IX sebagai pemilik atas bahagian
dari bidang tanah Sub B Objek Perkara II masih ada pihak lain yang juga
pemilik atas bahagian dari bidang tanah Sub B Objek Perkara II tersebut
antara lain :
- Nelisma Suryani seluas lebih kurang 24.719 M2 yang diperoleh dari
Nyuman berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah
Dengan Ganti Rugi tanggal 5 Desember 1989 yang dibuat dihadapan
Camat Tebing Tinggi sesuai Legalisasi Nomor : 52/XII/1989 tanggal 16
Desember 1989 sedangkan Nyuman memperoleh tanah tersebut dari
garapan sejak tahun 1959.
- Nurul Elfiani seluas lebih kurang 27.757 M2 yang diperoleh dari
Achmadsyah berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas
Tanah Dengan Ganti Rugi tanggal 5 Desember 1989 yang dibuat
dihadapan Camat Tebing Tinggi sesuai Legalisasi Nomor : 54/XII/1989
tanggal 16 Desember 1989 sedangkan Achmadsyah memperoleh tanah
tersebut dari hasil garapan orang tuanya sejak tahun 1959.
Hal 101 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
- Nisrul Irawati seluas lebih kurang 22.600 M2 yang diperoleh dari Rantak
berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan
Ganti Rugi tanggal 5 Desember 1989 yang dibuat dihadapan Camat
Tebing Tinggi sesuai Legalisasi Nomor : 55/XII/1989 tanggal 16
Desember 1989 sedangkan Rantak memperoleh tanah tersebut dari hasil
garapan orang tuanya sejak tahun 1959.
- Hajjah Nursiah Siregar seluas lebih kurang 21.600 M2 yang diperoleh
dari Tukarim berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak Atas Tanah
Dengan Ganti Rugi tanggal 5 Desember 1989 yang dibuat dihadapan
Camat Tebing Tinggi sesuai Legalisasi Nomor : 56/XII/1989 tanggal 16
Desember 1989 sedangkan Tukarim memperoleh tanah tersebut dari
garapan orang tuanya sejak tahun 1959.
7. Bahwa disamping itu, tidak benar Objek Perkara II seluas 1.600 Ha adalah
milik atau kepunyaan almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution maupun
penggugat selaku ahli waris almarhum Haji Achmad Dahlan Nasution
karena kepemilikan dan penguasaan Objek Perkara II seluas 1.600 Ha
tersebut melanggar batas maksimum kepemilikan dan penguasaan tanah
lebih dari 20 Ha sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria
No.5 Tahun 1960 dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No.56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian yang
disahkan menjadi Undang-Undang No.1 Tahun 1961.
8. Bahwa selain dari pada itu, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang
Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 karena Firma Dahris & Co bukan termasuk
badan hukum maka S.K HGU No.218/Ka tanggal 09 Mei 1961 tentang
pemberian Hak Guna Usaha (HGU) kepada Firma Dahris & Co dibatalkan
dengan S.K No.62/DJA/1979 tanggal 14 Juni 1979.
Hal 102 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
9. Bahwa ketentuan Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang Pokok Agraria No.5
Tahun 1960 menegaskan bahwa “orang atau badan hukum yang
mempunyai hak guna usaha dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagai
yang tersebut dalam ayat-1 pasal ini dalam jangka waktu satu tahun wajib
melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi
syarat. Jika hak guna usaha yang bersangkutan tidak dilepaskan atau
dialihkan dalam jangka waktu tersebut maka hak itu hapus karena hukum”.
10.Bahwa oleh karena S.K HGU No.218/Ka tanggal 09 Mei 1961 telah hapus
demi hukum atau dibatalkan dengan S.K No.62/DJA/1979 tanggal 14 Juni
1979 karena Firma Dahris & Co tidak memenuhi sesuatu syarat mempunyai
hak guna usaha maka Objek Perkara II menjadi tanah yang langsung
dikuasai oleh Negara.
11.Bahwa oleh sebab itu, tidaklah dapat dikatakan tergugat-VIII telah
melakukan perbuatan melawan hukum dalam menguasai dan mengusahai
sebidang tanah seluas lebih kurang 109.367 M2 yang terletak di Dusun I,
Desa Paya Mabar, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai
(dahulu Kabupaten Deli Serdang) karena tanah tersebut adalah milik
tergugat-VIII dari Suwito berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak
Atas Tanah Dengan Ganti Rugi tanggal 5 Desember 1989 yang dibuat
dihadapan Camat Tebing Tinggi sesuai Legalisasi Nomor : 53/XII/1989
tanggal 16 Desember 1989 sedangkan Suwito memperoleh tanah tersebut
dari hasil garapan orang tuanya sejak tahun 1959.
12.Bahwa demikian pula dengan tergugat-IX tidaklah dapat dikatakan
melawan hukum dalam menguasai dan mengusahai sebidang tanah seluas
lebih kurang 56.825 M2 yang terletak di Dusun I, Desa Paya Mabar,
Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai (dahulu Kabupaten
Deli Serdang) karena tanah tersebut adalah milik tergugat-IX yang
Hal 103 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
diperoleh dari Nyuman berdasarkan Surat Perjanjian Pelepasan Hak
Atas Tanah Dengan Ganti Rugi tanggal 5 Desember 1989 yang dibuat
dihadapan Camat Tebing Tinggi sesuai Legalisasi Nomor : 51/XII/1989
tanggal 16 Desember 1989 sedangkan Nyuman memperoleh tanah
tersebut dari hasil garapan sejak tahun 1959 ;
Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi Deli telah menjatuhkan putusan tanggal 8 April 2014 Nomor : 62
/Pdt.G/2013/PN-TTD.- yang amarnya sebagai berikut :
1. Mengabulkan Eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV,
Tergugat V dan VI serta Tergugat VIII dan IX tersebut ;
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tidak berwenang mengadili
perkara ini ;
3. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat sebesar Rp.1.831.000,-
(satu juta delapan ratus tiga puluh satu ribu rupiah) ;
Telah membaca :
1. Relaas Pemberitahuan Putusan yang dibuat Merahani A.Md, Jurusita
Pengganti pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kepada Terbanding II
semula Tergugat II atas permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi tanggal 23 Mei 2014;
2. Relaas Pemberitahuan Putusan yang dibuat Belinun Sembiring,SH
Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Medan kepada Terbanding VII
semula Tergugat VII atas permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi tanggal 12 Juni 2014;
3. Akta Pernyataan Permohonan Banding Nomor : 62/Pdt.G/2013/PN-TTD.-
yang dibuat oleh Poniman S.SH, Panitera Pengadilan Negeri Tebing Tinggi
Deli yang menerangkan bahwa Kuasa Para Penggugat telah
Hal 104 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi
Deli Nomor 62/Pdt.G/2013/PN.TTD tanggal 8 April 2014;
4. Relaas Pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat Belinun
Sembiring,SH, Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Medan atas
permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada
Terbanding I semula Tergugat I pada tanggal 6 Agustus 2014, kepada
Terbanding III semula Tergugat III pada tanggal 6 Agustus 2014, kepada
Terbanding V semula Tergugat V pada tanggal 8 Agustus 2014, kepada
Terbanding VI semula Tergugat VI pada tanggal 6 Agustus 2014, kepada
Terbanding VII semula Tergugat VII pada tanggal 19 Agustus 2014,
kepada Terbanding VIII semula Tergugat VIII pada tanggal 8 Agustus 2014
dan kepada Terbanding IX semula Tergugat IX pada tanggal 27 Agustus
2014;
5. Relaas pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat Merahani A.Md,
Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas
permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada
Terbanding II semula Tergugat II pada tanggal 23 Mei 2014;
6. Relaas pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat Jumarno,Jurusita
pada Pengadilan Negeri Tebing Tinggi kepada Terbanding IV semula
Tergugat IV pada tanggal 17 Juli 2014;
7. Berita acara tanda terima memori banding dari Kuasa Para Pembanding
semula Para Penggugat kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tebing
Tinggi Deli yang dibuat oleh Poniman S,SH, Panitera Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi Deli tanggal 9 September 2014;
8. Relaas penyerahan memori banding dari Kuasa Para Pembanding semula
Para Penggugat yang dibuat Belinun Sembiring,SH, Jurusita Pengganti
pada Pengadilan Negeri Medan atas permintaan bantuan dari Pengadilan
Hal 105 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Negeri Tebing Tinggi Deli kepada Terbanding I semula Tergugat I pada
tanggal 7 Oktober 2014, kepada Terbanding III semula Tergugat III pada
tanggal 30 September 2014, kepada Terbanding V semula Tergugat V
pada tanggal 1 Oktober 2014, kepada Terbanding VI semula Tergugat VI
pada tanggal 7 Oktober 2014, kepada Terbanding VII semula Tergugat VII
pada tanggal 6 Oktober 2014, kepada Terbanding VIII semula Tergugat
VIII pada tanggal 1 Oktober 2014 dan kepada Terbanding IX semula
Tergugat IX pada tanggal 1 Oktober 2014;
9. Relaas penyerahan memori banding dari Kuasa Para Pembanding semula
Para Penggugat yang dibuat Merahani A.Md, Jurusita Pengganti pada
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas permintaan bantuan dari
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada Terbanding II semula
Tergugat II pada tanggal 1 oktober 2014;
10.Relaas penyerahan memori banding dari Kuasa Para Pembanding semula
Para Penggugat yang dibuat Jumarno,Jurusita pada Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi kepada Terbanding IV semula Tergugat IV pada tanggal 3
Nopember 2014;
11.Berita acara tanda terima Kontra memori banding dari Kuasa Para
Terbanding I semula Tergugat I kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi Deli yang dibuat oleh Poniman S,SH, Panitera Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Deli tanggal 17 Nopember 2014;
12.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding I
semula Tergugat I yang dibuat Belinun Sembiring,SH, Jurusita Pengganti
pada Pengadilan Negeri Medan atas permintaan bantuan dari Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Deli kepada Para Pembanding semula Para
Penggugat pada tanggal 1 Desember 2014, kepada Terbanding III semula
Tergugat III pada tanggal 28 Nopember 2014, kepada Terbanding V
Hal 106 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
semula Tergugat V pada tanggal 1 Oktober 2014, kepada Terbanding VI
semula Tergugat VI pada tanggal 28 Nopember 2014, kepada Terbanding
VII semula Tergugat VII pada tanggal 28 Nopember 2014, kepada
Terbanding VIII semula Tergugat VIII dan kepada Terbanding IX semula
Tergugat IX pada tanggal 28 Nopember 2014;
13.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding I
semula Tergugat I yang dibuat Merahani A.Md, Jurusita Pengganti pada
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas permintaan bantuan dari
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada Terbanding II semula
Tergugat II pada tanggal 27 Nopember 2014;
14.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding I
semula Tergugat I yang dibuat Jumarno,Jurusita pada Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi kepada Terbanding IV semula Tergugat IV pada tanggal 19
Nopember 2014;
15.Berita acara tanda terima Kontra memori banding dari Kuasa Para
Terbanding III semula Tergugat III kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi Deli yang dibuat oleh Poniman S,SH, Panitera Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Deli tanggal 16 Desember 2014;
16.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding III
semula Tergugat III yang dibuat Belinun Sembiring,SH, Jurusita Pengganti
pada Pengadilan Negeri Medan atas permintaan bantuan dari Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Deli kepada Para Pembanding semula Para
Penggugat pada tanggal 16 Januari 2015, kepada Terbanding VII semula
Tergugat VII pada tanggal 20 Januari 2015, kepada Terbanding VIII
semula Tergugat VIII dan kepada Terbanding IX semula Tergugat IX pada
tanggal 16 Januari 2015;
Hal 107 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
17.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding III
semula Tergugat III yang dibuat Merahani A.Md, Jurusita Pengganti pada
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas permintaan bantuan dari
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada Terbanding II semula
Tergugat II pada tanggal 9 Januari 2015;
18.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding III
semula Tergugat III yang dibuat Jumarno,Jurusita pada Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi kepada Terbanding IV semula Tergugat IV pada tanggal 9
Januari 2015;
19.Berita acara tanda terima Kontra memori banding dari Kuasa Para
Terbanding IV semula Tergugat IV kepada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Deli yang dibuat oleh Poniman S,SH, Panitera
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tanggal 1 Desember 2014;
20.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding IV
semula Tergugat IV yang dibuat Belinun Sembiring,SH, Jurusita Pengganti
pada Pengadilan Negeri Medan atas permintaan bantuan dari Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi Deli kepada Para Pembanding semula Para
Penggugat pada tanggal 16 Desember 2014, kepada Terbanding I semula
Tergugat I tanggal 10 April 2015, kepada Terbanding III semula Tergugat
III pada tanggal 16 Desember 2014, kepada Terbanding V semula
Tergugat V dan Terbanding VI semula Tergugat VI pada tanggal 16
Desember 2014, kepada Terbanding VII semula Tergugat VII pada tanggal
17 Desember 2014, kepada Terbanding VIII semula Tergugat VIII dan
kepada Terbanding IX semula Tergugat IX pada tanggal 16 Desember
2014;
21.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding IV
semula Tergugat IV yang dibuat Merahani A.Md, Jurusita Pengganti pada
Hal 108 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas permintaan bantuan dari
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada Terbanding II semula
Tergugat II pada tanggal 16 Desember 2014;
22.Berita acara tanda terima Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding
V dan Terbanding VI semula Tergugat V dan Tergugat VI kepada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli yang dibuat oleh
Potalfin Siregar,SH, Wakil Panitera Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli
tanggal 31 Oktober 2014;
23.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding V dan
Terbanding VI semula Tergugat V dan Tergugat VI yang dibuat Belinun
Sembiring,SH, Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Medan atas
permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada
Para Pembanding semula Para Penggugat pada tanggal 19 Nopember
2014, kepada Terbanding I semula Tergugat I tanggal 25 Nopember 2014,
kepada Terbanding III semula Tergugat III pada tanggal 25 Nopember
2014, kepada Terbanding VII semula Tergugat VII pada tanggal 26
Nopember 2014, kepada Terbanding VIII semula Tergugat VIII dan
kepada Terbanding IX semula Tergugat IX pada tanggal 28 Nopember
2014;
24.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding V dan
Terbanding VI semula Tergugat V dan VI yang dibuat Merahani A.Md,
Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas
permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada
Terbanding II semula Tergugat II pada tanggal 13 Nopember 2014;
25.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding V dan
Terbanding VI semula Tergugat V dan Tergugat VI yang dibuat
Hal 109 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Jumarno,Jurusita pada Pengadilan Negeri Tebing Tinggi kepada
Terbanding IV semula Tergugat IV pada tanggal 3 Nopember 2014;
26.Berita acara tanda terima Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding
VIII dan Terbanding IX semula Tergugat VIII dan Tergugat IX kepada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli yang dibuat oleh
Potalfin Siregar,SH, Wakil Panitera Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli
tanggal 6 Oktober 2014;
27.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding VIII
dan Terbanding IX semula Tergugat VIII dan Tergugat IX yang dibuat
Belinun Sembiring,SH, Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Medan
atas permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli
kepada Para Pembanding semula Para Penggugat pada tanggal 30
Oktober 2014, kepada Terbanding I semula Tergugat I tanggal 22 Oktober
2014, kepada Terbanding III semula Tergugat III pada tanggal 23 Oktober
2014, kepada Terbanding V dan Terbanding VI semula Tergugat V dan
Tergugat VI pada tanggal 22 Oktober 2014, kepada Terbanding VII semula
Tergugat VII pada tanggal 23 Oktober 2014;
28.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding VIII
dan Terbanding IX semula Tergugat VIII dan IX yang dibuat Merahani
A.Md, Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas
permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada
Terbanding II semula Tergugat II pada tanggal 22 Oktober 2014;
29.Relaas penyerahan Kontra memori banding dari Kuasa Terbanding VIII
dan Terbanding IX semula Tergugat VIII dan Tergugat IX yang dibuat
Jumarno,Jurusita pada Pengadilan Negeri Tebing Tinggi kepada
Terbanding IV semula Tergugat IV pada tanggal 3 Nopember 2014;
Hal 110 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
30.Relaas pemberitahuan memeriksa berkas perkara yang dibuat Belinun
Sembiring,SH, Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Medan atas
permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada
Para Pembanding semula Para Penggugat pada tanggal 9 Maret 2015,
kepada Terbanding I semula Tergugat I tanggal 11 Agustus 2014, kepada
Terbanding III semula Tergugat III pada tanggal 6 Agustus 2014, kepada
Terbanding V semula Tergugat V pada tanggal 8 Agustus 2014, kepada
Terbanding VI semula Tergugat VI pada tanggal 6 Agustus 2014, kepada
Terbanding VII semula Tergugat VII pada tanggal 19 Agustus 2014,
kepada Terbanding VIII semula Tergugat VIII pada tanggal 8 Agustus
2014, kepada Terbanding IX semula Tergugat Ixpada tanggal 27 Agustus
2014 dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari dari pemberitahuan
tersebut, sebelum berkas perkara tersebut dikirim ke Pengadilan Tinggi
Medan;
31.Relaas pemberitahuan memeriksa berkas perkara yang dibuat Merahani
A.Md, Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas
permintaan bantuan dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli kepada
Terbanding II semula Tergugat II pada tanggal 11 Juli 2014 dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari dari pemberitahuan tersebut,
sebelum berkas perkara tersebut dikirim ke Pengadilan Tinggi Medan;
32.Relaas pemberitahuan untuk memeriksa berkas perkara yang dibuat
Jumarno,Jurusita pada Pengadilan Negeri Tebing Tinggi kepada
Terbanding IV semula Tergugat IV pada tanggal 17 Juli 2014 dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari dari pemberitahuan tersebut,
sebelum berkas perkara tersebut dikirim ke Pengadilan Tinggi Medan;
Menimbang, bahwa memori banding dari Para Pembanding semula Para
Hal 111 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Penggugat pada pokoknya sebagai berikut :
Bahwa alasan atau pertimbangan Judex factie tingkat pertama yang
mendasari amar Putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tanggal 8
April 2014,No 62/Pdt.G/2013/PN.TTD tersebut selain merupakan alasan
atau pertimbangan yang tidak yuridis dan tidak normatif (tidak bersifat
preskriptif) dari aspek kepastian hukum juga tidak rasional, dari aspek
kepastian hukum dalam kaitannya dengan fundamentum petendi atau
posita gugatan Penggugat dan dengan fakta-fakta hukum yang diajukan
Penggugat dan Para Tergugat dalam perkara ini. Ratio decidendi sebagai
pembenar alasan atau pertimbangan Judex factie Tingkat Pertama sebagai
dasar amar putusan dalam perkara ini justru bertolak belakang dengan
fundamentum petendi atau posita gugatan Penggugat serta fakta-fakta
yang diajukan dalam perkara ini dengan demikian bertentangan dengan
fungsi peradilan secara konstitusional( menegakan hukum dan keadilan);
Bahwa pertimbangan hukum yang mendasari amar putusan Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi merupakan alasan atau pertimbangan hukum yang
tidak yuridis dan tidak normatif dari aspek tujuan hukum dan fungsi
peradilan;
Menimbang, bahwa Terbanding I semula Tergugat I mengajukan Kontra
memori banding yang pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa secara hukum Pembanding tidak dapat lagi memungkiri
persoalan materi pokok gugatan yang diajukan oleh Pembanding
adalah tentang produk/Keputusan Tata Usaha Negara yang
merupakan ruang lingkup Tata Usaha Negara yang merupakan
ruang lingkup Tata Usaha Negara bukan sengketa perdata, hal ini
terbukti dari petitum-petitum yang digugat Pembanding di dalam
Hal 112 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
surat gugatan Pembanding;
Bahwa Putusan Pengadilan Tingkat Pertama yang menyatakan
Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili dengan
pertimbangan gugatan Penggugat bukan menyangkut sengketa
kepemilikan hak keperdataan adalah sudah tepat dan benar, oleh
karena itu sangat beralasan hukum Pengadilan Tinggi Medan untuk
berkenan menolak dan mengenyampingkan keberatan Pembanding
tersebut;
Menimbang, bahwa Terbanding III semula Tergugat III telah mengajukan
Kontra Memori Banding yang pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa memori banding dari pembanding tidak ada hal-hal yang
baru yang dikemukakan yang dapat melumpuhkan fakta-fakta
hukum dalam pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi Deli yang memutus perkara ini;
Bahwa alasan Pembanding dalam memori banding adalah alasan
yang mengada-ada dan apa yang dikemukakan Pembanding
tersebut bukan dikategorikan sebagai alasan permohonan banding
karena tidak ada bukti-bukti atau pertimbangan Hakim yang
melanggar Undang-Undang/ peraturan atau hakim keliru dalam
menfsirkan Undang-Undang/peraturan atau khilaf/salah dalam
menfsirkan Hukum;
Menimbang, bahwa Terbanding IV semula Tergugat IV telah mengajukan
Kontra Memori Banding yang pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa keberatan Pembanding semula Penggugat tentu saja keliru
dan bertentangan dengan fakta yang sebenarnya dimana dalam
Hal 113 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
memutus perkara telah mempertimbangkan yuridis dan normatif
secara matang dan terukur;
Bahwa pada tataran normatif Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor
49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum memberikan kepada
Hakim kewenangan penuh dan keleluasaan berdasarkan keyakinan
yang dimilikinya untuk melakukan penafsiran dan menggunakan
sumber-sumber hukum yang ada dalam memutus suatu perkara
termasuk Jurisprodensi;
Menimbang, bahwa Terbanding V dan Terbanding VI semula
Tergugat V dan Tergugat VI telah mengajukan Kontra Memori Banding
sebagai berikut:
Bahwa memori banding halaman 6 sampai 14 Pembanding
membuat dalil gugatan baru atau setidak-tidaknya perbaikan
gugatan dari gugatan yang terurai dalam putusan yang dimohonkan
banding yang nyata-nyata tidak dibenarkan serta menyimpang dan
bertentangan dengan kaidah hukum acara perdata yang berlaku;
Bahwa dalil-dalil keberatan Pembanding dalam memori banding
sesungguhnya telah memberikan bukti yang kuat Pembanding
secara nyata tidak memahami kaidah hukum yang berkaitan dengan
kewenangan absolut mengadili perkara sebagaimana ditentukan
dalam pasal 134 HIR/pasal 160 RBG serta pasal 132 RV dikaitkan
dengan kaidah hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum dan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara serta
Hal 114 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
ketentuan yang diatur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman yang berakibat
Pembanding tidak menghargai wibawa Pengadilan;
Menimbang, bahwa Terbanding VIII dan Terbanding IX semula
Tergugat VIII dan Tergugat IX telah mengajukan Kontra Memori Banding
sebagai berikut:
Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tersebut
telah tepat dan benar serta memenuhi rasa keadilan karena
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli telah secara cermat dan
teliti dalam memeriksa dan mengadili perkara ini dan tidak
ternyata telah melampaui batas wewenang atau salah atau keliru
dalam menerapkan hukum;
Bahwa Pengadilan Negeri tebing Tinggi Deli telah secara cermat
dan teliti dalam memeriksa dan mengadili perkara ini
sebagaimana ternyata dalam pertimbangan putusan ini;
Bahwa Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli telah tepat dan
benar menyimpulkan gugatan Pembanding bukanlah mengenai
tuntutan hak yang bersifat keperdataan melainkan keberatan
atas tindakan Tergugat II menerbitkan Surat Keputusan No.SK
62/DJA/1979 tanggal 14 Juni 1979 tentang Pembatalan Surat
Keputusan Menteri Agraria No.SK 218/Ka tanggal 09 Mei 1961
tentang Pemberian Hak Guna Usaha kepada Firma Dahris & Co
dengan menyatakan tanah perkebunan Paya Mabar dan
Perkebunan Se Buluh sebagai tanah yang langsung dikuasai
Negara;
Hal 115 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa permohonan banding dari Kuasa Para Pembanding
semula Para Penggugat telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata
cara serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang
oleh karena itu permohonan banding tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pengadilan Tingkat Banding sebagai Pengadilan
ulangan memeriksa dan mengadili perkara ini tidak hanya berdasarkan memori
banding dan kontra memori banding tersebut, namun akan mengadili berdasarkan
seluruh fakta hukum yang diperoleh dari berkas perkara ini;
Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi memeriksa dan
mempelajari dengan seksama berita acara sidang beserta surat-surat yang
tersebut dalam berkas perkara Nomor 170/PDT/2015/PT.MDN dan turunan resmi
putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli Nomor 62/Pdt.G/2013/PN.TTD
tanggal 8 April 2014 maka Pengadilan Tinggi berpendapat sebagai tersebut
dibawah ini;
Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tingkat banding mempelajari
berkas perkara dan salinan putusan yang dimohonkan banding aquo dapat
diketahui Pengadilan Tingkat Pertama telah mempertimbangkan eksepsi
Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III,Tergugat IV, Tergugat V dan VI serta
Tergugat VIII dan IX yang pada pokoknya menyatakan Peradilan Umum cq
Pengadilan Negeri tebing Tinggi Deli tidak berwenang untuk mengadili perkara
Hal 116 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
aquo yang berwenang adalah Peradilan Tata Usaha Negara ( Kompetensi
Absolute);
Menimbang, bahwa dengan mengikuti alur pertimbangan Pengadilan
Tingkat Pertama dalam perkara perdata Nomor 62/ Pdt.G/2013/PN.TTD tanggal
08 April 2014 dalam mempertimbangkan eksepsi tersebut diatas dapat diketahui
pertimbangan Pengadilan Tingkat Pertama tersebut untuk mengabulkan eksepsi
Tergugat I,Tergugat II,Tergugat III, Tergugat IV,Tergugat V dan VI serta Tergugat
VIII dan IX dan menyatakan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli tidak
berwenang mengadili perkara ini, dengan demikian segala pertimbangan
Pengadilan Tingkat Pertama telah tepat dan benar sesuai dengan fakta hukum
pada saat putusan tersebut dijatuhkan;
Menimbang, bahwa keberatan Para Pembanding semula Para
Penggugat antara lain pada pokoknya alasan atau pertimbangan Judex factie
tingkat pertama yang mendasari amar Putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi
Deli tanggal 8 April 2014,No 62/Pdt.G/2013/PN.TTD tersebut selain merupakan
alasan atau pertimbangan yang tidak yuridis dan tidak normatif (tidak bersifat
preskriptif) dari aspek kepastian hukum juga tidak rasional, dari aspek kepastian
hukum dalam kaitannya dengan fundamentum petendi atau posita gugatan
Penggugat dan dengan fakta-fakta hukum yang diajukan Penggugat dan Para
Tergugat dalam perkara ini. Ratio decidendi sebagai pembenar alasan atau
pertimbangan Judex factie Tingkat Pertama sebagai dasar amar putusan dalam
perkara ini justru bertolak belakang dengan fundamentum petendi atau posita
gugatan Penggugat serta fakta-fakta yang diajukan dalam perkara ini dengan
demikian bertentangan dengan fungsi peradilan secara konstitusional(
menegakan hukum dan keadilan);
Hal 117 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Menimbang, bahwa Pengadilan Tingkat Banding berpendapat keberatan
tersebut tidak beralasan karena apabila diperhatikan secara seksama
pertimbangan hukum Pengadilan Tingkat Pertama dapat diketahui pertimbangan
tersebut telah didukung oleh fakta dipersidangan adanya posita dan petitum
gugatan Para penggugat yang keseluruhannya bukan kewenangan Pengadilan
Negeri untuk memeriksa dan mengadilinya melainkan merupakan sengketa tata
usaha negara yang menjadi kewenangan absolut dari Pengadilan Tata Usaha
Negara, sehingga kemudian Pengadilan Tingkat Pertama berpendapat tidak
berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini, dengan demikian
keberatan tersebut seharusnya ditolak;
Menimbang, bahwa keberatan selanjutnya dari Para pembanding semula
Para penggugat pada pokoknya pertimbangan hukum yang mendasari amar
putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi merupakan alasan atau pertimbangan
hukum yang tidak yuridis dan tidak normatif dari aspek tujuan hukum dan fungsi
peradilan;
Menimbang, bahwa keberatan tersebut juga tidak beralasan karena
Pengadilan tingkat Pertama dalam mempertimbangkan eksepsi dari Para
Terbanding semula Para Tergugat yang antara lain adalah eksepsi tentang
ketidakwenangan absolut Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan mengadili
perkara ini, menurut hukum acara perdata Hakim wajib mempertimbangkan
kewenangan absolut ini meskipun seandainya tidak ada eksepsi mengenai hal
tersebut, dengan demikian Pengadilan Tingkat Pertama telah mempertimbangkan
secara yuridis dan normatif terhadap gugatan Para Penggugat dalam eksepsi
Para Tergugat tersebut, oleh karenanya keberatan ini juga harus ditolak;
Hal 118 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Menimbang, bahwa isi kontra memori banding pada umumnya adalah
mendukung dan membenarkan pertimbangan putusan Pengadilan Tingkat
Pertama, sehingga tidak ada urgensinya dipertimbangkan lebih lanjut;
Menimbang, bahwa selain eksepsi yang telah diajukan Para Terbanding
semula Para Tergugat tersebut dari fakta dipersidangan juga dapat diketahui Para
Penggugat pernah mengajukan gugatan yang sama di Pengadilan Negeri Tebing
Tinggi Deli di register dalam perkara perdata Nomor : 36/Pdt.G/2011/PN-TTD.-
tanggal 30 April 2012 yang pada pokoknya menyatakan Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi Deli tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini JO.
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 312/PDT/2012/PT-MDN.- tanggal 15
Januari 2013 yang pada pokoknya Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri
Tebing Tinggi Deli Nomor : 36/Pdt.G/2011/PN.TTD.- tanggal 30 April 2012 yang
dimintakan banding;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat pengantar tanggal 8 September 2015
dari Pengadilan Negeri Tebing Tinggi yang ditandatangani Panitera Pengadilan
Negeri Tebing Tinggi tentang salinan putusan Mahkamah Agung RI No.2634
K/Pdt/2013 ternyata kasasi telah diputus Mahkamah Agung RI tanggal 08 April
2014 dengan amar putusan yang pada pokoknya menolak permohon kasasi dari
Para Pemohon kasasi,dan seterusnya, sehingga putusan tersebut setelah
diberitahukan para pihak telah berkekuatan hukum tetap;
Menimbang, bahwa setelah adanya putusan Mahkamah Agung RI terhadap
perkara aquo timbul masalah apakah perkara gugatan tersebut Nebis In Idem
atau tidak dengan perkara yang terdahulu tersebut;
Hal 119 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
Menimbang, bahwa dari perpektif teori, syarat yang harus dipenuhi suatu
perkara Nebis In Idem sebagaimana ditentukan dalam pasal 1917 KUHPerdata
yang bersifat komulatif, dengan pengertian apabila salah satu syarat diantaranya
tidak terpenuhi, maka pada putusan dimaksud tidak melekat asas Nebis In Idem
antara lain:
a. Apa yang digugat sudah pernah diperkarakan sebelumnya;
b. Terhadap perkara terdahulu telah ada putusan Hakim yang
berkekuatan hukum tetap;
c. Putusan bersifat positif;
d. Subyek atau pihak yang berperkara sama;
e. Obyek Gugatan sama;
Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tingkat Banding mempelajari
dengan cermat perkara perdata Nomor 36/Pdt.G/2011/PN.TTD.- tanggal 30 April
2012 dibandingkan perkara perdata Nomor 62/Pdt.G/2013/PN.TTD.- tanggal 08
April 2014 dapat disimpulkan syarat yang tidak terpenuhi dari beberapa syarat
yang telah ditentukan dalam pasal 1917 KUHPerdata sama-sama putusannya
tidak bersifat positif melainkan sama-sama menyatakan Pengadilan Negeri tidak
berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut sehingga bersifat negatif
sehingga tidak memenuhi syarat Ne Bis In Idem;
Menimbang, bahwa dengan demikian pertimbangan dan putusan
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli Nomor : 62/Pdt.G/2013/PN.TTD.- tanggal 8
April 2014 telah tepat dan benar sehingga harus dipertahankan dan dikuatkan;
Menimbang, bahwa oleh karena putusan Pengadilan Tingkat Pertama
dipertahankan dan dikuatkan maka Para Pembanding semula Para Penggugat
Hal 120 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
yang berada dipihak yang kalah harus dihukum untuk membayar biaya perkara
dalam kedua tingkat pengadilan;
Memperhatikan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Umum, RBG dan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I :
1. Menerima permohonan banding dari Para Pembanding semula Para
Penggugat tersebut;
2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli Nomor
62/Pdt.G/2013/PN.TTD.- tanggal 8 April 2014 yang dimohonkan
banding;
3. Menghukum Para Pembanding semula Para Penggugat untuk
membayar biaya perkara dalam kedua tingkat pengadilan, yang dalam
tingkat banding ditetapkan sejumlah Rp150.000,00 (seratus lima puluh
ribu rupiah).
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Medan, pada hari Senin, tanggal 9 Nopember 2015 oleh kami,
Dr. A.TH. PUDJI WAHONO,SH.MHum, Ketua Pengadilan Tinggi Medan sebagai
Hakim Ketua Majelis, HERU PRAMONO, S.H., M.Hum dan MARYANA,SH.MH,
masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang ditunjuk berdasarkan Surat
Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Medan Nomor 170/PDT/2015/PT.MDN.-,
tanggal 08 Mei 2015 putusan tersebut pada hari Rabu tanggal 02 Desember 2015
diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis
dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota Majelis tersebut, dibantu SUSILA
Hal 121 dari 121 Hal Put. No.170/PDT/2015/PT-MDN
WARDHANI,SH, Panitera Muda Perdata pada Pengadilan Tinggi Medan sebagai
Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh kedua belah pihak atau Kuasanya.
HAKIM - HAKIM ANGGOTA HAKIM KETUA,
TTD TTD
HERU PRAMONO,SH.Mhum.- Dr. ATH. PUDJIWAHONO,SH.MHum.-
TTD
MARYANA, SH.MH.-
PANITERA PENGGANTI,
TTD
SUSILA WARDHANI,SH.-
Perincian Biaya :1. Meterai Rp. 6.000,-2. Redaksi Rp. 5.000,-3. Pemberkasan Rp 139.000,-
Jumlah Rp. 150.000,-