01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
Transcript of 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
Drs. H. Moh. Saifulloh, M.Fil.I
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Vera Laviara M. (1115100045)
Ramadhani Dwi Susanti (1215100114)
Hamidatul Aminah (3515100043)
Rinal Al Farisi (3515100015)
Dimas Haryo Nugroho P. (3515100063)
Kartika Tamara Maharani (3515100095)
KELAS 5
UNIT PELAYANAN TERPADU PELAKSANA MATA KULIAH BERSAMA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2015
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK 1
Nama : Vera Laviara M.
NRP : 1115100045
Jurusan : Fisika
Nama : Ramadhani Dwi Susanti
NRP : 1215100114
Jurusan : Matematika
Nama : Hamidatul Aminah
NRP : 3515100043
Jurusan : Teknik Geomatika
Nama : Rinal Al Farisi
NRP : 3515100015
Jurusan : Teknik Geomatika
Nama : Dimas Haryo Nugroho P.
NRP : 3515100063
Jurusan : Teknik Geomatika
Nama : Kartika Tamara Maharani
NRP : 3515100095
Jurusan : Teknik Geomatika
DAFTAR ISI
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.....................................................................1
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK 1...........................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................4
KATA PENGANTAR.......................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan......................................................................................................................7
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................8
2.1 Hakikat Ketuhanan dalam Islam...............................................................................8
2.1.1 Siapa Tuhan itu?................................................................................................8
2.1.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan.....................................................10
2.1.3 Tuhan dalam Islam..........................................................................................12
2.1.4 Bukti Adanya Tuhan.......................................................................................13
2.2 Keimanan dan Ketakwaan......................................................................................16
2.2.1 Definisi Iman dan Takwa................................................................................16
2.2.2 Proses Terbentuknya Iman..............................................................................17
2.2.3 Tanda-Tanda Orang Beriman..........................................................................19
2.2.4 Korelasi antara Keimanan dan Ketakwaan......................................................21
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
LAMPIRAN PPT.............................................................................................................24
KATA PENGANTARSyukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat disampaikan kepada seluruh pihak
yang telah membantu baik moril maupun materil, terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Moh. Saifullah, M.Fill.I selaku Dosen Pendidikan Agama
Islam kelas 5
2. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penulisan makalah
ini.
Semoga jasa yang telah diberikan dalam menyusun makalah ini akan mendapat
balasan kebaikan dari Allah SWT.
Dengan segenap kemampuan penulis telah berupaya menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.Namun dengan segala kerendahan hati penulis
merasa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik dan saran yang
membangun sangatlah diharapkan.Penulis juga berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca makalah ini.
Surabaya, Oktober 2015
Penuli
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMakalah ini merupakan pemenuhan tugas Pendidikan Agama
Islam yang memang harus terpenuhi sebagai nilai tambahan yang sudah
ditentukan oleh pengajar. Disamping itu, makalah ini sangat bermanfaat
bagi pembaca karena pada makalah ini sedikit/banyaknya terdapat ilmu
yang dapat diambil sebagai pengetahuan atau wawasan.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan
kesempurnaan dibandingkan makhluk lain, maka dari itu ada beberapa
manusia yang memang menggunakan akalnya untuk mengkaji hal-hal
yang belum ada sebagai rasa keingintahuan seperti halnya pada makalah
ini juga akan mengkaji yaitu diantaranya tentang hakikat Ketuhuanan
dalam Islam, keimanan dan ketakwaan, yang berisi dari berbagai sumber,
agar makalah ini ada nilai banding dengan makalah lain.
Dengan izin Allah, dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan
membahas tentang Konsep Ketuhanan dalam Islam.
1.2 Rumusan MasalahBerisi pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Siapa Tuhan itu ?
2. Apa saja sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?
3. Bagaimana konsep Ketuhanan dalam Islam ?
4. Apa saja bukti-bukti adanya Tuhan ?
5. Apa definisi iman dan takwa ?
6. Bagaimana proses terbentuknya iman dan takwa ?
7. Apa saja tanda-tanda orang beriman dan bertakwa ?
8. Apa korelasi antara keimanan dan ketakwaan ?
1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui siapa Tuhan itu.
2. Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.
3. Untuk mengetahui tentang konsep Ketuhanan dalam Islam.
4. Untuk mengetahui tentang bukti-bukti adanya Tuhan.
5. Untuk mengetahui definisi iman dan takwa.
6. Untuk mengetahui proses terbentuknya iman dan takwa.
7. Untuk mengetahui tanda-tanda orang beriman dan bertakwa.
8. Untuk mengetahui korelasi antara keimanan dan ketakwaan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Ketuhanan dalam Islam
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha
Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya:
"nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi
dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling
sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang"
(ar-rahim)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun
juga Tuhan yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia
daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan
memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia
memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang di ridhoi-Nya.”
2.1.1 Siapa Tuhan itu?
Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang
dibesarkan dan dipentingkan manusia, misalnya dalam surat Al-Furqon: 43 yang
artinya: “Apakah engkau melihat orang yang menghilangkan keinginan-keinginan
pribadinya?”
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan
pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak
mengandung kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa
diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain sementara yang lain
membutuhkan-Nya.
Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti
telah berbuat syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk
kepada kehendak Allah Swt. Dalam surah Al-Qoshos: 38, lafal Ilah dipakai oleh
Fir’aun untuk dirinya sendiri, yang artinya:
“Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa
kalian mempunyai Ilah selain diriku”
Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak/gaib.
Al-Qur’an menegaskan Ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama’ (ilah,
ilahian, ilahuna). Ilah ialah sesuatu yang dipentingkan, dipuja, diminintai,
diagungkan diharapkan memberikan kemaslahatan dan termasuk yang ditakuti
karena mendatangkan bahaya.
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 163 menegaskan, “Dan Tuhanmu,
Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang.” Ilah yang dituju ayat di atas adalah Allah Swt, yang menurut
Ulama’ Ilmu Kalam Ilah di sini bermakna al-Ma’bud, artinya satu-satunya yang
diibadati/disembah. Sedang Al-Matbu’, yang dicintai, yang disenangi, diikuti.
Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah Swt. satu-satunya Tuhan yang
diibadahi, dicintai, disenangi, dan diikuti.
Allah Swt memfirmankan dalam Al-Qur’an surat Thoha : 14, yang artinya:
“Sesungguhnya Aku Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka
beribadahlah hanya kepada-Ku (Allah), dan dirikanlah sholat untuk
mengingatku”.
Kalimat Tauhid keesaan secara konprehensif mempunyai pengertian
sebagai berikut:
La Kholiqo illa Allah: Tiada Pencipta selain Allah
La Roziqo illa Allah: Tiada Pemberi rizqi selain Allah
La Hafidha illa Allah: Tiada Pemelihara selain Allah
La Malika illa Allah: Tiada Penguasa selain Allah
La Waliya illa Allah: Tiada Pemimpin selain Allah
La Hakima illa Allah: Tiada Hakim selain Allah
La Ghoyata illa Allah: Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah
La Ma’buda illa Allah: Tiada Yang Maha disembah selain Allah
Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid menurut Ibnu Taimiyah memiliki
pengertian yang dipuja dengan cinta sepenuh hati, tunduk kepada-Nya
merendahkan diri di hadapan-Nya, takut dan mengharapkan kepadaNya, berserah
hanya kepada-Nya ketika dalam kesulitan dan kesusahan, meminta perlindungan
kepada-Nya, dan menimbulkan ketenangan jiwa dikala mengingat dan terpaut
cinta denganNya. Ini yang disebut Tauhid Rububiyah.
Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan yang
lain, mengakui adanya Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya selain
kepada Allah. Dalam ilmu tauhid, syirik digunakan dalam arti mempersekutukan
Tuhan selain dengan Allah Swt, baik persekutuan itu mengenai dzatNya, sifatNya
atau af’alNya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya hanya ditujukan
kepada-Nya saja.
Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni,
syirik itu bertentangan dengan perintah Allah Swt, juga berakibat merusak akal
manusia, menurunkan derajat dan martabat manusia, serta membuatnya tak
pantas menempati kedudukan tinggi yang telah ditentukan Allah Swt. dalam
kaitannya dengan masalah ini, Allah Swt berfirman dalam surah Luqman : 13
yang artinya “Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada Anaknya. Wahai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman yang amat besar”.
Dan didalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah
berbuat syirik kepadaNya, tergolong orang yang telah berbuat dosa besar,
sebagaimana firmanNya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik,
bagi siapa berkehendak. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa besar”. (QS. An-Nisa’: 48).
2.1.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
1. Pemikiran Barat
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yg
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Teori tsb mula-mula dikemukakan oleh Max
Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan
Jevens. Proses perkembangan pemikiran tenteng Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah :
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh
tersebut ditunjukkan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada
manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengruh negatif.
b. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yg dianggap benda
baik mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sbg suatu yg aktif
sekalipun bendanya telah mati.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, krn terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yg lebih
dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan
tertentu sesuai dengan bidangnya.
d. Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan.
Namun manusia masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu
Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteime (Tuhan tingkat Nasional).
e. Monoteisme
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan untuk seluruh
bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat
Ketuhanan terbagi dalam 3 paham yaitu : deisme, panteisme dan teisme.
Evolusioner dlm kepercayaan thd Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max
Muller dan EB.Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya monoteisme dlm masyarakat primitif. Dia mengemukakan
bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan
orang-orang Kristen.
2. Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam,
Ilmu Ushuluddin dikalangan umat islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad
SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula
yang bersifat di antara keduanya. Aliran tersebut adalah:
a. Mu’tazilah
Aliran ini merupakan kaum rasionalis dikalangan muslim, serta
menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan
keimanan dalam islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak
mukmin. Ia berada dalam posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).
Mu’tazilah lahir sebegai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah
adalah pecahan dari Khawarij.
b. Qadariah
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kebasan dalam
berkehendak dan berbuat.
c. Jabariah
Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku
manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah
Kelompok yang mengambil jalan tengah antara Qadariyah dan Jabbariyah.
Yakni manusia memiliki potensi untuk berusaha dan Tuhan menentukan
takdirnya, maka manusia wajib berusaha (ikhtiar) semaksimal mungkin dan
Tuhanlah yang menentukan hasilnya.
2.1.3 Tuhan dalam Islam
Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau
sesuatu yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak
maupun konkret). Eksistensi atau keberadaan Allah disampaikan oleh Rasul
melalui wahyu kepada manusia, tetapi yang diperoleh melalui proses pemikiran
atau perenungan.
Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dibawa
dalam kutipan di bawah ini:
a. Surat Al-Anbiya’ : 25 yang artinya “Dan Kami tidak mengutus
seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadaNya,
bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku”.
Sejak diutusnya Nabi Adam AS sampai Muhammad Saw Rasul terakhir.
Ajaran Islam yang tAllah Swt wahyukan kepada para utusanNya adalah
Tauhidullah atau monotheisine murni. Sedangkan lafadz kalimat tauhid itu adalah
laa ilaha illa Allah. Ada perbedaan ajaran tentang Tuhan yang ada asalnya dari
agama wahyu. Hal semacam itu disebabkan manusia mengubah ajaran tersebut.
Dan hal seperti itu termasuk kebohongan yang besar (dhulmun’adhim).
b. Surat Al-Maidah : 72 “Dan Al masih berkata; Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu, sesungguhnya orang yang
mempersekutukan Allah, maka Allah pasti mengharamkan baginya surga dan
tempatnya adalah neraka”.
c. Surat Al-Baqarah : 163 “ Dan Tuhamu adalah Tuhan yang Maha Esa,
tidak ada Tuhan kecuali Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa Allah Swt adalah Tuhan yang mutlak
keesaannya. Lafadz Allah swt adalah isim jamid, personal nama, atau isim a’dham
yang tidak dapat diterjemahkan, digantikan atau disejajarkan dengan yang lain.
Seseorang yang telah mengaku Islam dan telah mengikrarkan kalimat Syahadat
Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah) berate telah memiliki
keyakinan yang benar, yaitu monoteisme murni/monoteisme mutlak. Sebagai
konsekuensianya, ia harus menempatkan Allah Swt sebagai prioritas utama dalam
setiap aktivitas kehidupan.
2.1.4 Bukti Adanya Tuhan
a. Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam,
yaitu Khalik dan makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah
Tuhan yang kekal, abadi, dan transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak
bersekutu. Sedangkan makhluk adalah yang diciptakan, berdimensi ruang dan
waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia, jin, malaikat langit dan
bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada
dan percaya pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan
penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya.
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula
bahwa alam ini juga ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara
logika kita harus percaya tentang adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan
yang mengatakan “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah
suatu pernyataan yang tidak benar”.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada
tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya,
dan pencipta itu tiada lain adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai
pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini adalah Allah Swt.
b. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian
lain alam ini mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena
bertentangan dengan hukum kedua termodinamika. Hukum ini dikenal dengan
hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas yang
membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin azali.
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan
panas beralih menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni
energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas berubah
menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi yang tidak ada.
Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika
terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara
pasti bahwa alam bukanlah bersifat azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam
sudah kehilangan energi dan sesuai hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi
kehidupan di alam ini.
c. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya
butiran pasir yang ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi
adalah bulan, yang jaraknya dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak
mengelilingi bumi, dan menyelesaikan setiap edaranya selama 20 hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari
berputar dari porosnya dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis
edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Dan sembilan planet
tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan yang luar
biasa.
Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama
dengan planet-planet dan asteroid-asteroid mengelilingi garis edarnya dengan
kecepatan 600.00 mil perjam. Disamping itu masih ada ribuan sistem selain
sistem tata surya kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-
sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy sistem
matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam
200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi
yang teliti. Berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan
sendirinya. Bahkan akan menyimpulkan, bahwa dibalik semuanya itu pasti ada
kekuatan yang maha besar yang membuat dan mengendalikan semuanya itu,
kekuatan maha besar itu adalah Tuhan.
d. Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang
terjemahya “Seluruh puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah
Allah Swt. Allah Swt sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la
ayat 2-3, yang terjemahannya “Allah yang menciptakan dan menyempurnakan,
yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan memberi petunjuk”. Dari ayat
tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan ciptaannya, yaitu alam
semesta, menyempurnakan, menentukan aturan-aturan dan memberi
petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi
dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah
Swt.
Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah
jamak dari yaum yang berarti periode. Jadi, sittati ayyam berarti enam periode
dan tentunya membutuhkan proses waktu yang sangat panjang.
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun
Fayakun yang artinya jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan
Allah berbeda sampai kepada manusia membutuhkan waktu enam periode. Hal ini
agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga
muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.
2.2 Keimanan dan Ketakwaan
2.2.1 Definisi Iman dan Takwa
Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan yang
secara etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang
artinya “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang
yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja
untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya.
Dalam hadits dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan,lisan
mengucapkan dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari (tashdiiqun bil qolbi
waiqroru bil lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam
rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.
Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum
yang ada dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh
karenanya, orang Islam itu harus Iman, sehingga ia meyakini ajaran Islam dan
secara totalitas mengamalkannya dalam seluruh kehidupannya.
Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut, menjaga,
memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten
(istiqomah).
Pengertian taqwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-hadits. Yang
artinya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan_Nya
(imtitsalu bi’awamirillahi wajtinabu annawahihi).
Dalam surat Al-Baqarah :117 Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang
bertaqwa, yang secara umun dikelompokkan menjadi lima indikator ketaqwaan.
a. Beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, dan para nabi. Indikator
taqwa yang pertama adalah memelihara fitrah iman.
b. Mengeluarkan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak yatim, orang-
orang miskin, orang yang dalam perjalanan, orang yang minta-minta dana,
orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memerdekakan hamba
sahaya. Indikator taqwa yang kedua adalah mencintai sesama umat
manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
c. Mendirikan salat dan menunaikan zakat. Indikator taqwa yang ketiga
adalah memelihara ibadah formal.
d. Menepati janji. Indikator taqwa yang keempat adalah memelihara
kehormatan atau kesucian diri.
e. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan pada waktu jihad. Indikator kelima
adalah memiliki semangat perjuangan.
Indikator taqwa berdasarkan ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa taqwa
itu adalah sikap hidup dan akhlak seorang muslim, yang merupakan buah dan
hasil didikan ibadah-ibadah formal. Sedangkan ibadah-ibadah itu sendiri adalah
pancaran dari pada iman. Dapatlah dipahami bahwa taqwa itu adalah hasil dari
ibadah kepada Allah, karna tidak mungkin ada taqwa tanpa ada amal ibadah.
2.2.2 Proses Terbentuknya Iman
Sejak awal seluruh Roh manusia telah mengambil kesaksian bahwa Rabb-
nya Allah Swt. Ini berarti setiap manusia telah memiliki benih iman. Sebagaimana
dalam firman Allah dalam Qs.Al-A’raf:172 yang artinya “Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku
Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi
saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap Ini (keesaan Tuhan)”.
Ditegaskan lebih lanjut dalam Qs.Ar-Rum:30 yang artinya “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Bahwa setiap ciptaan Allah dan dalam hal ini manusia fitrahnya adalah
mengesakan Allah. Artinya, fitrahnya berarti beriman kepada Allah dan berarti
pula fitrahnya adalah Islam.
Potensi fitrah atau iman Islam tersebut perlu ditindaklanjuti dan yang paling
berkompeten menumbuhkan potensi iman Islam tersebut adalah kedua orang tua.
Sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi Muhammad Saw yang artinya:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang berperan
menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.
Imam Ghozali menisbahkan, setiap orang mempunyai potensi untuk
melihat, tetapi ia tetap tidak bisa melihat apabila tidak ada cahaya yang masuk
kedalam mata, begitu juga dengan potensi iman yang dimiliki seseorang harus
ditindaklanjuti oleh kedua orang tuanya, dan lingkungan mereka dibesarkan.
Pada kenyataannya bermacam agama atau kepercayaaan yang dipeluk dan
dianut manusia. Dan apabila dalam diri seseorang telah terikat dengan tatanan
iman,harus dikembangkan untuk mencapai iman yang kokoh. Dalam Al-Qur’an
Surat Ali Imron : 190-191 yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
2.2.3 Tanda-Tanda Orang Beriman
Di dalam Al-Qur’an telah banyak menjelaskan tanda-tanda orang yang
beriman.
a. Sesungguhnya orang-orang yang beriman bergetar hatinys karena rasa
dekat dengan Nya atau karena takut akan siksa-Nya atau karena sangat bahagia.
(QS. Al Anfal : 2)
b. Bertambah keimanannya ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Baik ayat
Qur’aniyah(Al-Qur’an) maupun ayat Kauniyah (alam semesta), kemudian
bergejolak hatinya untuk segera mewujudkannya atau melaksanakannya. Dalam
surat Al Anfal ayat 2 Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan
sifat-sifatNya) gementarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka
jualah mereka berserah. “
c. Senantiasa bertawakal kepada Allah. Artinya secara lahiriyah mereka
bersungguh-sungguh atau berusaha keras dan secata batiniyah dengan banyak
berdo’a memohon dengan penuh harap kepada Allah kemudian berhasil dan tidak
menyombongkan diri dan jika gagal ia bersabar. Dan Allah berfirman,
Katakanlah: "(Sebenarnya) tidak ada yang kamu tunggu-tunggu untuk kami
melainkan salah satu dari dua perkara yang sebaik-baiknya (iaitu kemenangan
atau mati syahid); dan kami menunggu-nunggu pula untuk kamu bahawa Allah
akan menimpakan kamu dengan azab dari sisiNya, atau dengan perantaraan
tangan kami. Oleh itu tunggulah, sesungguhnya kami juga menunggu bersama-
sama kamu". (QS. At Taubah : 52)
d. Mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rejeki. Mereka rajin
dalam menunaikan sunnah serta menafkahkan sebagian rezekinya untuk
kepentingan kemaslahatan umat dijalan yang diridhai Allah. Qs. Al-Anfal : 3 yang
artinya “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka”.
e. Memelihara amanah dan menepati janji, seorang mukmin tidak akan
mudah berkhianat atas amanah yang telah dipikulnya. Akan tetapi, akan
senantiasa memegang amanah dan menepati janjinya. Qs. Al-mu’minun : 6 yang
artinya “Kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka sesungguhnya
mereka tidak tercela.” Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
f. Berjihad dijalan Allah dan gemar menolong. Bersungguh-sungguh
dalam menegakkan ajaran Allah baik dengan harta benda maupun jiwa yang
dimilikinya. (QS. Al Anfal : 74)
Akidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan akan
mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu Ala Al Maududi menyebutkan
bahwa tanda-tanda orang yang beriman adalah sebagai berikut:
a) Menjauhkan dari pandangan yang sempit dan picik.
b) Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri.
c) Mempunyai sifat rendah hati.
d) Senantiasa jujur, adil dan amanah.
e) Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap
persoalan dan situasi
dalam hidup.
f) Mempunyai pendirian teguh, sabar, tabah, dan optimis.
g) Mempunyai sifat satria, semangat, berani tidak gentar menghadapi
resiko bahkan tidak
takut terhadap maut.
h) Mempunyai sifat hidup damai dan ridha.
i) Patuh, taat, disiplin menjalankan peraturan agama.
Manfaat iman dalam kehidupan seseorang muslim:
a) Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda.
b) Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.
c) Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.
d) Iman memberikan ketentraman jiwa.
e) Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayibah)
f) Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
g) Iman memberikan keberuntungan dalam kehidupan.
Demikianlah manfaat iman dalam kehidupan manusia, bukan hanya
sekedar kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi dapat menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup Islami.
Apabila suatu masyarakat terdiri dan orang-orang yang beriman, akan terbentuk
masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.
2.2.4 Korelasi antara Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya
keduanya saling memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar dapat
meraih ketakwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima
oleh Allah tanpa didasari oleh Iman.
Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji merupakan
bagian dan kesempurnaan iman seseorang. Amal saleh tersebut merupakan
konsekuensi dari keimanan seseorang harus menterjemahkan keyakinannya
menjadi kongkret dan menjadi satu sikap budaya untuk mengembangkan amal
saleh.
Dalam Al-Qur’an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara “orang
yang beriman” dengan “orang yang beramal saleh”. Iman dan amal saleh atau
iman dan takwa sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang kalau
tanpa amal saleh yang menyertainya. Yang secara kongkrit membuktikan bahwa
ada iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang
menghendaki bangunan kesempurnaan taqwa dirinya.
Keterkaitan antara iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah
dalam sabdanya: “Al imanu’uryanun walibasuhu at-taqwa” (iman itu telanjang
dan pakaiannya adalah taqwa). Maksud hadits ini adalah iman harus diikuti
dengan melakukan amal saleh (taqwa). Iman tanpa disertai amal saleh maka
imannya masih telanjang tanpa pakaian.
Oleh karenanya, seseorang baru dinyatakan beriman dan taqwa apabila telah
punya keyakinan yang mantap dalam hati, kemudian mengucapkan kalimat tauhid
dan kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah dan meninggalkan
segala larangan-Nya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KesimpulanSetelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa
konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu
yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak
maupun konkret). Dan sebagai seorang muslim kita perlu dan butuh untuk
memahami konsep ketuhanan dalam islam agar menjadikan kita pribadi yang
senantiasa lebih mencintai dan rela berkorban demi agama Allah.
3.2 SaranSebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami
untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rifai, Tugas kuliah agama islam “konsep ketuhanan dalam Islam”, diakses pada
tanggal <http://rfaiz69.blogspot.co.id/2014/07/tugas-kuliah-agama-
islam-konsep.html>
Nuristiar, Makalah PAI tentang Konsep Ketuhanan dalam Islam, diakses pada
tanggal<http://nuristiar.blogspot.co.id/2013/10/makalah-pai-
konsep-ketuhanan-dalam-islam.html>
Nuryandi, Filsafat Ketuhanan dalam Islam, diakses pada tanggal
<http://www.nuryandi.com/2012/06/filsafat-ketuhanan-dalam-
islam.html>
LAMPIRAN PPT