Post on 12-Dec-2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat
yang berkualitas. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus berusaha
meningkatkan kualitas pendidikan, walaupun hasilnya belum memenuhi
harapan. Hal itu lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Adanya berbagai pembaharuan dalam
pengembangan kurikulum merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan Indonesia. KTSP ini
diharapkan akan membawa perbaikan di dunia pendidikan. Namun demikian
harapan KTSP tidak akan membuahkan hasil yang optimal tanpa dukungan
dan kerjasama antar semua unsur yang berhubungan dengan pendidikan.
Salah satu cerminan kualitas pendidikan di sekolah adalah hasil belajar
yang dicapai oleh siswa di sekolah. Dengan demikian hasil belajar siswa pada
suatu mata pelajaran tertentu merupakan salah satu indikator kualitas
pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Peningkatan kualitas ilmu
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilakukan pada
semua kelompok mata pelajaran yang tertuang dalam Standar Isi. Salah
satunya adalah kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika termasuk dalam kelompok mata pelajaran yang membutuhkan
pemikiran. Artinya dalam mempelajari matematika diperlukan kemampuan
berfikir matematik yaitu kemampuan untuk melaksanakan kegiatan dan proses
atau tugas matematik. Karena matematika bersifat abstrak maka perlu suatu
cara untuk mengelola proses belajar mengajar sehingga matematika mudah
dicerna oleh siswa dengan baik dan lebih berati serta bermanfaat bagi
kehidupan mereka.
Luas gabungan dua bangun datar merupakan salah satu pokok bahasan
yang diajarkan di kelas VI semester I. Ada beberapa kendala yang dihadapai
1
dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar pokok bahasan ini. Berberapa
diantaranya adalah siswa kurang memahami konsep-konsep datar dan suasana
pembelajaran yang cenderung kaku karena komunikasi lebih banyak
didominasi oleh guru. Adanya kendala tersebut menjadi factor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran dan diharapkan terjadi peningkatan
hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
2006 yang dikembangkan sekarang adalah Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based-Learning). Pengajaran ini menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks belajar bagi siswa tentang cara berfikir kritis dan
ketrampilan pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah efektif untuk diterapkan
pada pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar?
2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil
belajar siswa SD kelas VI semester I pokok bahasan luas gabungan dua
bangun datar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pokok
bahasan luas gabungan dua bangun datar dengan model pembelajaran
berbasis masalah.
2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa
Model pembelajaran yang dikembangkan ini diharapkan akan mampu :
2
a. Mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan
ketrampilan intelektual
b. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
c. Belajar dalam suasana yang menyenangkan
d. Sebagai peningkatan belajar siswa untuk bekerjasama.
2. Manfaat bagi Guru
a. Menambah wawasan guru untuk menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah.
b. Sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan siswa.
c. Guru lebih terampil menggunakan metode belajar.
3. Manfaat bagi Mahasiswa Peneliti
a. Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran, melakukan seleksi
materi, dan mengembangkan seleksi instrumen.
b. memperoleh wawasan tentang pelaksanaan model pembelajaran
berbasis masalah yang beroriantasi pada hasil belajar siswa.
c. memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru matematika siap
melaksanakan tugas di lapangan.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Mata Pelajaran Matematika untuk SD Kurikulum 2006
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat
di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yag kuat
sejak dini.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta
didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam
pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi
tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan
berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami
masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan
menafsirkan solusinya.
Berdasarkan kurikulum 2006 mata pelajaran matematika untuk SD
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
4
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau
media lain untuk memperjelas keadaaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
2. Masalah dan pemecahan Masalah
Salah satu tujuan yang tercantum dalam kurikulum 2006
matematika untuk SD adalah memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Hal ini
merupakan tuntutan yang sangat tinggi yang tidak mungkin bisa dicapai
hanya dengan hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta
proses pembelajaran biasa. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi
yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu
secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah,
seseorang harus mempunyai banyak banyak pengalaman dalam
memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai
5
lebih tinggi dari pada anak yang latihannya lebih sedikit. Menurut Polya,
solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian,
yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaiakan
masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap
semua langkah yang dikerjakan. Keempat fase tersebut saling
berhubungan satu sama lain, maka fase-fase tersebut tidak dapat
dipisahkan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah sangat
relatif. Jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah dengan waktu yang
diberikan untuk menyelesaikannya tidak dibatasi, maka kecenderungan
orang tersebut tidak akan mengkonsentrasikan pikirannya secara penuh
pada proses penyelesaian masalah yang diberikan. Sebaliknya, jika
seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah dibatasi dengan waktu
yang sangat ketat, maka potensi pikirannya akan dikonsentrasikan secara
penuh pada penyelesaian masalah tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa mendorong siswa untuk memanfaatkan waktu yang
disediakan untuk memecahkan masalah harus dikembangkan dari waktu
ke waktu.
3. Model-Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai
pedoman gurudalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran,
mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat
pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkanm oleh guru.
Perangkat-perangkat itu meliputi buku guru, buku siswa, lembar tugas atau
lembar kerja siswa, media bantu seperti komputer, transparansi, film,
pedoman pelaksanaan pembelajaran, seperti kurikulum dan lain-lain.
6
Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:10) model pembelajaran
terdiri dari model pembelajaran langsung (direct instruction), model
pembelajaran kooperatif ( cooperatif learning), model pembelajaran
berbasis masalah ( problem based learning), model pembelajran diskusi
(discussion), model pembelajaran strategi (learning strategy).
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga
siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri (menurut Arends dalam Abbas,
2000:13)”.
Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai
sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan
ketrampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan
pengetahuan konsep-konsep penting, di mana tugas guru harus
memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan
mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah penggunaannya di
dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada
masalah, termasuk bagaimana belajar.
Ciri-ciri model pembelajaran berbasisi masalah :
a. Pengajuan masalah atau pertanyaan
Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-
prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan
masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan
masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna untuk siswa.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
7
Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang
akan diselidiki telah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
c. Penyelidikan autentik
Pengajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka
harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat
inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang
digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan.
5. Pokok Bahasan Luas Gabungan Dua Bangun Datar
Bangun datar gabungan adalah bangun datar yang terdiri dari
beberapa bangun datar. Bangun datar tersebut bisa berupa delapan macam
bangun datar, yaitu persegi, persegi panjang, lingkaran, segitiga, belah
ketupat, layang-layang, trapesium, dan jajar genjang. Langkah-langkah
menentukan luas segi banyak :
a. Tentukan bangun datar apa saja yang membentuknya
b. Tentukan luas dari setiap bangun datar yang membentuknya
c. Jumlah atau kurangkan luas dari keseluruhan bangun datar yang
membentuknya
8
No. Nama Bangun
Datar
Luas Keliling
1. Persegi
2. Persegi
panjang
3. Segitiga
4. Lingkaran
5. Trapesium
6. Jajar genjang
7. Belah ketupat
8. Layang-layang
Contoh :
9
A. Kerangka Berpikir
Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran berbasis
masalah adalah salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum 2006. Dengan strategi pembelajaran ini penguasaan konsep yang
diajarkan akan mudah ditangkap oleh siswa karena dalam pembelajaran ini
siswa akan mengalami dan melakukan berdasarkan pengetahuan yang sudah
dimiliki dalam kehidupan nyata. Pembelajaran berbasis masalah yang
digunakan terdiri dari lima tahapan utama yang yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Dalam pembelajaran ini perhatian
pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif tetapi
perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil
belajar siswa tidak cukup hanya dilakukan dengan tes. Penilaian dan evaluasi
yang sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan
yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka. Hasil belajar
akan lebih baik dan tertanam dalam diri siswa melalui suatu proses
pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh siswa. Untuk itu agar pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan harapan, dalam penelitian tindakan ini peneliti
melakukan pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis masalah
melalui dua siklus dimana dalam setiap siklus dilakukan pendalaman materi
dan evaluasi dengan mengutamakan proses pembelajaran agar mendapat hasil
yang lebih optimal.
10
Siswa akan dibiasakan berinteraksi dengan siswa lain melalui belajar
kelompok. Siswa belajar bersama-sama dalam kelompoknya yang terdiri dari
berbagai macam tipe, artinya kelompok tersebut bersifat heterogen dan
didalamnya terdiri dari siswa yang tergolong pandai, sedang dan lemah. Jika
ada anggota kelompok yang tidak jelas maka anggota kelompok yang merasa
mampu akan menjelaskan pada siswa tersebut. Dengan demikian
pembelajaran akan menyenangkan dan berarti bagi siswa yang selanjutnya
akan menimbulkan semangat belajar siswa dan diharapkan hasil belajar siswa
akan meningkat.
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ”Dengan model pembelajaran berbasis
masalah hasil belajar siswa SD kelas VI pokok bahasan luas gabungan dua
bangun datar akan lebih meningkat”.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa
kelas VI SDN Karangbesuki III Malang. Dengan jumlah siswa sebanyak 40
anak. Dari 40 siswa mempunyai karakteristik yang berbeda.
B. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang berjudul “MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SEMESTER
I POKOK BAHASAN LUAS GABUNGAN DUA BANGUN DATAR”
yang akan dilaksanakan di SD Negeri Karangbesuki III Malang dengan alasan
:
1. Sudah mengetahui kondisi siswa ketika peneliti melakukan praktek
mengajar (magang)
2. Tempatnya yang berada di Malang dan dekat dengan rumah peneliti
sehingga lebih mudah dijangkau peneliti.
3. Sudah mengetahui model pembelajaran yang sudah ada di sekolah
tersebut.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek : Siswa SD kelas 6
Objek : Luas gabungan dua bangun datar
D. Langkah-langkah Penelitian
1. Rencana Tindakan
12
a. Pada tahap perencanaan, dilakukan penentuan materi pelajaran yang
akan disajikan kepada siswa yaitu pokok bahasan luas gabungan dua
bangun datar atau luas segi banyak. Selanjutnya permasalahan
diidentifikasi dan masalah dirumuskan.
b. Menyusun RPP dengan sub pokok bahasan luas gabungan dua bangun
datar kolaborasi antara mahasiswa peneliti dengan guru kelas
penelitian.
c. Membuat kunci jawaban masalah yang disajikan.
d. Membuat lembar kegiatan siswa (LKS), materi luas gabungan dua
bangun datar beserta kunci jawabannya
e. Membuat contoh soal luas gabungan dua bangun datar dan membuat
PR beserta kunci jawabannya
f. Membuat kisi-kisi soal untuk tes evaluasi
g. Membuat soal tes evaluasi 1 beserta kunci jawabannya
h. Menyiapkan prasarana yang diperlukan dalam penyampaian materi
pelajaran. Prasarana tersebut antara lain spidol, kertas manila, selotip,
dan sebagainya.
i. Membuat lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran berbasis
masalah untuk guru
j. Membuat lembar pengamatan untuk siswa, sebagai berikut :
Aktivitas siswa
Kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran berbasis
masalah
Rubrik penskoran kinerja siswa dalam memecahkan masalah
Diskusi siswa dalam kelompok
13
k. Membuat angket refleksi siswa terhadap pembelajaran
l. Menyiapkan alat peraga luas gabungan dua bangun datar
m. Membuat daftar pembagian kelompok untuk diskusi
2. Pengamatan
a. Guru kelas penelitian sebagai observer mengamati jalannya kinerja
peneliti sebagai guru dalam pengelolaan pembelajaran matematika
berbasis masalah.
b. Observer secara umum memiliki lima tugas, yaitu :
Mengamati kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran
Mengamati aktivitas belajar siswa,
Mengamati kinerja siswa dalam pembelajaran berbasis
masalah
Mengamati kinerja siswa dalam pemecahan masalah
Mengamati diskusi siswa dalam kelompok.
3. Refleksi
Hasil pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi
oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil
tidaknya yang dilakukan. Refleksi ini dilakukan dengan mendiskusikan
hasil pengamatan, data angket dan hasil evaluasi untuk mendapat
kesimpulan.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Hasil pengamatan observer
14
b. Hasil tes evaluasi tertulis siswa kelas VI semester I
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi tertulis
Evaluasi di gunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa
besar hasil belajar matematika siswa, mengukur keberhasilan dan
efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh siswa
menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi ini
dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai.
Evaluasi dibuat dalam tiga tipe soal yaitu pemahaman konsep,
penalaran dan komunikasi dan pemecahan masalah. Setiap soal yang
dikerjakan oleh siswa dianalisis dan nilai dari setiap soal digabung
untuk mendapatkan nilai keseluruhan.
b. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui pendapat siswa setelah
diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah. Angket yang
digunakan, yaitu angket langsung dimana angket ini diberikan kepada
siswa setelah evaluasi pada akhir siklus dan siswa diminta untuk
mengisinya.
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan siswa secara
langsung yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap subjek yang diteliti.
F. Indikator Kinerja
15
Sebelum menentukan indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas
ini perlu didefinisikan pegertian ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal
sebagai berikut :
a. Ketuntasan Individual
Seorang siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan individual jika siswa
tersebut telah menguasai materi matematika ( pokok bahasan luas
gabungan dua bangun datar) sekurang-kurangnya 70%, ditandai dengan
nilai akhir matematika (pokok bahasan luas gabungan dua bangun datar)
70 atau lebih.
b. Ketuntasan Klasikal
Satu kelas dikatakan telah mencapai ketuntasan klasikal jika banyak siswa
telah mencapai ketuntasan individual sekurang-kurangnya 85%.
Dengan ketentuan butir a dan b hanya berlaku di SDN Karangbesuki
III Malang. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil jika nilai rata-rata
kelas (yang dikenai tindakan pembelajaran) pada tiap siklus minimal 72 dan
angka ketuntasan kelas tiap siklus terpenuhi (berdasarkan kriteria ketuntasan
individual dan ketuntasan klasikal).
16
17