Post on 25-Feb-2018
PROSIDING PESAT 2015
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Volume 6 – Oktober 2015
PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA
MELALUI REVITALISASI PERADABAN
ISSN : 1858 – 2559
PENERBIT
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma
Alamat Redaksi
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina
Depok, Jawa Barat 16424
Telp: +62-21-78881112 ext. 455
Fax: +62-21-7872829
Email: pesat@gunadarma.ac.id
Laman: http://penelitian.gunadarma.ac.id/pesat
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/pesat
ii
PESAT
Seminar Ilmiah Nasional Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil
Volume 6 – Oktober 2015
956 hal + xv
Editor:
Tri Wahyu Retno Ningsih, Vega Valentine, Indah Mulyani, Risnawati
Desain sampul: Tim Prosiding
Penerbit: Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma
©2015. Hak cipta Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma. Dilarang
memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi prosiding ini dalam
bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotocopy,
memindai atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin dari penerbit.
ISSN : 1858 – 2559
iii
DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab:
Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc.
Prof. Dr. Didin Mukodim MM.
Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc.
Ketua Dewan Redaksi:
Dr. Bertalya, SKom., DEA
Komite Ilmiah:
Prof. Dr. Didin Mukodim (Universitas Gunadarma)
Prof. Dr. Dharma Tintri Ediraras SE. Ak. MBA. (Universitas Gunadarma)
Prof. Sahat Sahala Pandjaitan (Universitas Lampung)
Prof. Dr. Waridin, MS. (Universitas Diponegoro)
Prof. Dr. Indah Susilowati, MSc. (Universitas Diponegoro)
Prof. Jamaluddin Ancok (Universitas Gunadarma)
Dr. M.M. Nilam Widyarini, MPsi., Psikolog (Universitas Gunadarma)
Dr. Raziq Hasan, Ir. MTArs. (Universitas Gunadarma)
Dr. Heri Suprapto (Universitas Gunadarma)
Dr. Totok Suhardiyanto, MHum. (Universitas Indonesia)
Dr. Ir. Budi Hermana, M.M. (Universitas Gunadarma)
Prof. Antariksa Sudikno, MEng., PhD. (Universitas Brawijaya)
Editor Pelaksana:
Tri Wahyu Retno Ningsih, SS, MM
Dr. Jacobus Belida Blikololong
Indah Mulyani, SPsi., MSi
Vega Valentine, ST, MMSI, MSc.
Nurlalila, SS, MHum.
Risnawati, SP, MSi.
Sandhi Prajaka, SKom., MMSI
Sampul:
Tim Prosiding
Penerbit:
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma
iv
PANITIA PELAKSANA SEMINAR
Penasehat:
Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM.
Prof. Suryadi Harmanto, SSi., MMSI.
Agus Sumin, SSi., MM
Penanggung Jawab:
Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc.
Prof. Dr. Didin Mukodim MM.
Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc.
Ketua Panitia:
Dr. Sri Hermawati, SE., MM.
Sekretaris:
Dr. Bertalya, SKom., DEA
Bendahara:
M.S. Harlina, S.Kom., MMSI
Sekretariat:
Ida Ayu Ari Angreni, ST, MMT
Lilis Setyowati, ST
Riyanto Wibowo, ST
Sarana dan Prasarana:
Dr. Harjanto Sutedjo, MM
Remi Senjaya, SKom. MMSI
Edy Prihantoro, SS, MMSI
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-123
PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN
PENDAPATAN DI PULAU JAWA TAHUN 2009-2013
Dewi Rosdyana1
E. Susy Suhendra2
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma 1dewiirosdyana@yahoo.co.id
2susys,
3rowland_pasaribu{@staff.gunadarma.ac.id, @staff.gunadarma.ac.id}
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah dan ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa Tahun 2009-2013.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang
mempublikasikan data yang diperlukan. Metode analisisi yang digunakan yaitu analisis regresi
linier dengan bantuan program SPSS22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pendapatan. Sedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan. Nilai adjusted R square
menunjukkan bahwa kemampuan variabel desentralisasi fiskal dalam menjelaskan variabel
pertumbuhan ekonomi sebesar 30,2% sedangkan sisanya sebesar 69,8% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. Sedangkan kemampuan variabel desentralisasi
fiskal dalam menjelaskan variabel ketimpangan pendapatan sebesar 79% sedangkan sisanya
sebesar 21% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan kedalam penelitian ini.
Kata Kunci: Desesntralisasi Fiskal, Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan
PENDAHULUAN
Sejak pemerintahan orde baru
Indonesia berhasil membangun
pemerintahan nasional yang kuat. Banyak
prestasi yang telah dicapai selama
pemerintahan orde baru terutama dalam
bidang ekonomi dengan sistem
pemerintahan terpusat. Pemerintah
Indonesia kini telah merubah sistem
pemerintahan sentralisasi menjadi sistem
pemerintahan desentralisasi melalui
otonomi daerah. Karena pada masa
pemerintahan terpusat, pemerintah daerah
dipandang belum mampu untuk
mengurusi urusan yang ada pada daerah.
Mengacu pada Undang-Undang No.5
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Melalui desentralisasi fiskal diharapkan
pemerintah daerah dapat mengembangkan
potensi daerah melalui pertumbuhan
ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi
menjadi penting karena sebagai tolok ukur
keberhasilan penerapan desentralisasi
fiskal, semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi ekonomi daerah biasanya
semakin maju daerah tersebut. Setiap
daerah memiliki potensi dan karakteristik
yang berbeda-beda, ada daerah dengan
kekayaan alam melimpah dan ada juga
daerah yang tidak memiliki kekayaan
alam sama sekali. Pembangunan ekonomi
suatu daerah berkaitan erat dengan potensi
ekonomi dan karakteristik yang dimiliki
oleh daerah serta adanya keterkaitan
kegiatan ekonomi antar daerah sekitarnya.
Potensi ekonomi maupun karakteristik
yang dimiliki suatu daerah pada umumnya
berbeda-beda antara yang satu dengan
Rowland Bismark Fernando Pasaribu
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
E-124 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...
yang lainnya (Glasson, 1977; dalam
Suparta, 2010).
Desentralisasi fiskal merupakan
peluang bagi daerah untuk mengurus dan
mengembangkan potensi yang ada di
daerah nya demi kemajuan pembangunan
dan menciptakan pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan agar terwujud
kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat. Kebijakan desentralisasi
fiskal ini dimaksudkan agar pemerintah
daerah mampu menjalankan fungsinya
dengan baik serta dapat mendukung dan
meningkatkan keuangan pemerintah
daerah dalam melaksanakan otonomi
(Saragih, 2003; dalam Nurana, 2013).
Desentralisasi fiskal dapat membawa
dampak negatif bagi pertumbuhan
ekonomi. Desentralisasi fiskal dapat
mendorong ke arah ketidakstabilan
ekonomi makro, yang pada gilirannya
akan menghambat pertumbuhan ekonomi,
sebab desentralisasi fiskal dapat
mengurangi pengeluaran pemerintah dan
pajak yang berbasis pada pemerintah
pusat yang dapat digunakan untuk
melakukan fungsi stabilitasi (World Bank,
1997; dalam Saputra, 2013).
Desentralisasi fiskal juga dapat
menyebabkan ketimpangan pendapatan
karena tidak meratanya pertumbuhan
ekonomi di setiap daerah.
Dampak penerapan desentralisasi
fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah dan ketimpangan pendapatn juga
dirasakan di Pulau Jawa. Pelaksanaan
desentralisasi fiskal yang sudah berjalan
kurang lebih empat belas tahun, masih
mengalami berbagai permasalahan.
Desentralisasi fiskal memang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, namun
seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi daerah juga diikuti
dengan meningkatnya ketimpangan
pendapatan di berbagai daerah.
Berdasarkan tabel 1, derajat
desentralisasi fiskal Pulau Jawa terus
berfluktuasi dari tahun 2009-2013. Nilai
derajat desentralisasi fiskal di seluruh
provinsi di Pulau Jawa berada diatas 50
persen. hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan daerah dalam mengelola
keuangan daerah sangat baik. Apabila
dibandingkan provinsi-provinsi di Pulau
Jawa, Jawa Timur memiliki kemampuan
keuangan daerah yang sangat baik
dibandingkan dengan 5 provinsi di Pulau
Jawa lainnya dengan rata-rata derajat
desentralisasi fiskal sebesar 70,70 persen.
Pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa
dalam kurun waktu 2009-2013 terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai
oleh Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,21
persen. apabila dilihat ketimpangan
pendapatan dengan Indeks Williamson
keseluruhan provinsi di Pulau Jawa masih
diatas 0,5 hal ini menunjukkan bahwa
ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa
cukup tinggi.
Tabel 1
Perkembangan Desentralisasi Fiskal, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Wilayah di Pulau
Jawa Tahun 2009-2013
Provinsi Derajat Desentralisasi Fiskal Pertumbuhan ekonomi
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
DKI Jakarta 55,03 55,99 63,00 62,30 67,95 5,02 6,50 6,73 6,53 6,11
Jawa Barat 70,90 74,44 76,92 59,15 64,25 4,19 6,20 6,48 6,21 6,06
Jawa Tengah 70,23 72,21 73,72 56,69 61,55 5,14 5,84 6,03 6,34 5,81
D.I Yogyakarta 50,17 53,86 54,03 46,23 47,08 4,43 4,88 5,17 5,32 5,40
Jawa Timur 72,92 74,41 77,42 62,23 66,50 5,01 5,01 7,22 7,27 6,55
Banten 68,52 73,95 77,10 62,73 66,11 4,71 6,11 6,39 6,15 5,86
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-125
Provinsi Ketimpangan Pendapatan (Indeks Willamson)
2009 2010 2011 2012 2013
DKI Jakarta 0,53 0,53 0,53 0,53 0,53
Jawa Barat 0,56 0,56 0,60 0,60 0,60
Jawa Tengah 1,07 1,05 1,05 1,05 1,05
D.I Yogyakarta 0,48 0,49 0,49 0,49 0,49
Jawa Timur 1,10 1,10 1,11 1,11 1,11
Banten 0,72 0,65 0,64 0,64 0,64
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah)
Dapat terlihat jelas bawa seiring
peningkatan pertumbuhan ekonomi juga
di ikuti dengan peningkatan ketimpangan
pendapatan. Hal tersebut dapat disebabkan
karena pertumbuhan ekonomi yang tidak
merata di setiap daerah.
Pertumbuhan ekonomi dan
desentralisasi fiskal mempunyai hubungan
secara bersamaan karena adanya beberapa
penyebab yaitu pertumbuhan terlihat
obyek dari desentralisasi fiskal yaitu
efisiensi alokasi sumber daya pada sektor
public, kemudian secara tegas tujuan dari
pemerintah dalam mengadopsi kebijakan
ini adalah untuk menunjang kenaikan
pendapatan perkapita dan yang terakhir
pendapatan perkapita merupakan suatu
ukuran yang lebih mudah dan dapat
menjelaskan keadaan ekonomi
dibandingkan dengan indikator yang lain
(Zhang dan Zou, 2001; dalam Apriesa dan
Miyasto, 2013). Selain desentralisasi
fiskal pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pajak daerah, tenaga kerja, jumlah
penduduk, dll. Menurut Todaro, 2000
(dalam Pujiati, 2008) terdapat tiga faktor
komponen utama dalam pertumbuhan
ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya
adalah: Akumulasi modal yang meliputi
semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan
fisik dan modal atau sumber daya
manusia, pertumbuhan penduduk
beberapa tahun selanjutnya yang akan
memperbanyak jumlah akumulasi kapital,
kemjuan teknologi.
Penelitian Siagian (2010)
menunjukan hasil yang negatif dan
signifikan desentralisasi fiskal terhadap
ketimpangan pendapatan, secara umum
peningkatan derajat desentralisasi fiskal
akan menurunkan ketimpangan
pendapatan antar daerah. Desentralisasi
fiskal merupakan pelimpahan wewenang
dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah untuk mengurus sendiri rumah
tangganya. Karena pemerintah daerah
lebih mengetahui daerahnya masing-
masing, sehingga dengan adanya
desentralisasi fiskal pemerintah daerah
dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang merata.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dirumuskan diatas ada dua hal pokok
yang menjadi permasalahan dalam studi
ini yang perlu dikaji untuk mengetahui
lebih jauh tentang pelaksanaan
desentralisasi fiskal di Pulau Jawa.
Pertama, desentralisasi fiskal merupakan
produk kebijakan pemerintah berupa
pelimpahan wewenang kepada pemerintah
daerah untuk mengurus rumah tangganya
sendiri dengan tujuan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah.
Pelaksanaan desentralisasi fiskal selama
kurang lebih empat belas tahun nyatanya
belum secara signifikan memberikan
dampak bagi pertumbuhan ekonomi
daerah, sumber-sumber penerimaan
daerah belum mampu memberikan
dampak yang signifikan bagi peningkatan
pertumbuhan ekonomi daerah. Terkait hal
tersebut timbul pertanyaan “apakah
pelaksanaan desentralisasi fiskal
berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa pada
tahun 2009-2013?”. Kedua, terkait dengan
pelaksanaan desentralisasi fiskal di Pulau
Jawa, muncul fenomena bahwa seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi pada era desentralisasi fiskal
juga diikuti dengan meningkatnya
ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa.
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
E-126 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...
Penerapan desentralisasi fiskal tidak
hanya membawa dampak positif namun
membawa dapak negatif juga. Terkait hal
tersebut timbul pertanyaan “apakah
pelaksanaan desentralisasi fiskal
berpengaruh signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa
pada tahun 2009-2013 ?”.
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis secara empiris mengenai
dampak pelaksanaan desentralisasi fiskal
terhadap pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa
Tahun 2009-2013.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Populasi dalam penelitian ini adalah
Pulau Jawa. Jumlah sample dalam
penelitian ini ada 6 Provinsi di Pulau Jawa
yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, D.I
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Banten, dengan periode penelitian
tahun 2009-2013. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang berupa data APBD,
tenaga kerja, jumlah penduduk, pajak
daerah dan pertumbuhan ekonomi yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(www.bps.go.id), Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan Kementrian
Keuangan RI
(www.djpk.kemenkeu.go.id).
Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional Variabel
Berdasarkan hasil yang ditemukan
dalam penelitian-penelitian sebelumnya,
maka penelitian ini akan menggunakan 3
jenis variabel penelitian, yaitu:
Variabel Dependent
Variabel dependent dalam penelitian
ini adalah pertumbuhan ekonomi (Y1),
variabel pertumbuhan ekonomi diambil
sesuai dengan penelitian Siagian (2010)
dan Apriesa dan Miyasto (2013).
Ketimpangan pendapatan (Y2) diambil
sesuai dengan indeks williamson yang
digunakan untuk mengukur tingkat
ketimpangan antar wilayah.
Variabel Independent dan Variabel
Kontrol
Variabel independent dalam
penelitian ini adalah desentralisasi fiskal
(X1) diambil sesuai dengan penelitian
Jaime Bonet (2006) dengan menggunakan
pengukuran derajat desentralisasi fiskal
yaitu berupa rasio dari pendapatan asli
daerah terhdap total penerimaan daerah.
dan tambahan variabel kontrol yaitu:
1. Pajak Daerah (X2)
2. Tenaga Kerja (X3)
3. Jumlah Penduduk (X4)
Variabel-variabel tersebut dipilih
berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu yang sudah pernah dilakukan.
Definisi Oprasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Desentralisasi fiskal, dengan
pengukuran derajat desentralisasi
fiskal dimana merupakan besaran dari
bagian pendapatan asli daerah dari
semua total pendapaatan daerah
dalam satuan persen.
2. Pertumbuhan ekonomi, dengan
menggunakan laju pertumbuhan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
2000 dalam satuan persen
3. Ketimpangan pendapatan,
menggambarkan distribusi
pendapatan masyarakat disuatu
daerah, diukur dengan menggunakan
indeks Williamson.
4. Pajak daerah, dengan menggunakan
rasio pajak daerah terhadap total
PDRB pada masing-masing Provinsi
di Pulau Jawa dalam satuan persen.
5. Tenaga kerja, dengan menggunakan
tingkat partisipasi angkatan kerja
dalam satuan persen.
6. Jumlah penduduk, semua orang yang
berdomisili di Provinsi Pulau Jawa
dalam satuan jiwa.
YPE = α + β1 DF + β2 PD + β3 TK + β4 JP + µ................................(1)
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-127
YKP = α + β1 DF + β2 PD + β3 TK + β4 JP + µ................................(2)
YPE = Pertumbuhan Ekonomi
YKP = Ketimpangan Pendapatan
β1- β4 = Koefisiensi Regresi
DF = Desentralisasi Fiskal
PD = Pajak Daerah
TK = Tenaga Kerja
JP = Jumlah Penduduk
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian
ini menggunakan teknik analisis regresi
linier berganda dan pengujian hipotesis
dengan menggunakan bantuan softwere
SPSS22. Analisis regresi linier berganda
bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent. Adapun persamaan
analisis regresi dalam model
ekonometrika akan terbentuk sebagai
berikut:
PEMBAHASAN
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan
dengan analisis regresi berganda dengan
bantuan software SPSS22.
Desentralisasi Fiskal dengan
Pertumbuhan Ekonomi Tujuan dari pemberlakuan
desentralisasi fiskal adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah. Berdasarkan tabel 2 diperoleh
hasil Uji F dengan signifikansi 0,011 <
0,05 Ho ditolak. Artinya bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara variabel
desentralisasi fiskal, pajak daerah, tenaga
kerja dan jumlah penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi. Nilai adjusted R
square menunjukkan bahwa variabel
desentralisasi fiskal, pajak daerah, tenaga
kerja dan jumlah penduduk dalam
menjelaskan variabel pertumbuhan
ekonomi sebesar 30,2% sisanya sebesar
69,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
Desentralisasi fiskal terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tabel
1 diperoleh koefisiensi B desentralisasi
fiskal sebesar positif 0,023. Artinya
bahawa setiap kenaikan 1% desentralisasi
fiskal maka akan menaikkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,023. Nilai Sig.t
desentralisasi fiskal sebesar positif 1,222
dengan signifikansi 0,233 > 0,05 Ho
diterima, artinya bahwa desentralisasi
fiskal berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah. Peningkatan derajat desentralisasi
fiskal dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah. Apabila terjadi kenaikan
pendapatan pada masyarakat maka
konsumsi masyarakat juga akan
meningkat. Meningkatnya konsumsi
masyarakat menyebabkan bertambahnya
pembayaran pajak, retribusi, dll, secara
langsung PAD pasti akan meningkat. PAD
merupakan indikator dari desentralisasi
fiskal, dengan meningkatnya PAD maka
pertumbuhan ekonomi pun juga akan ikut
meningkat, tetapi tidak secara signifikan.
Pajak daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tabel
2 diperoleh koefisiensi B pajak daerah
sebesar positif 51,756. Artinya bahwa
setiap kenaikkan 1% pajak daerah maka
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 51,756. Nilai Sig.t pajak daerah
sebesar positif 2,724 dengan signifikansi
0,012 < 0,05 Ho ditolak. Artinya bahwa
pajak daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah.
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
E-128 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel Pertumbuhan Ekonomi
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig B Std. Error Beta
1 (Constant) -10,105 4,559 -2,216 0,036
DesentralisasiFiskal 0,023 0,019 0,263 1,222 0,233
PajakDaerah 51,756 19,001 0,551 2,724 0,012
TenagaKerja 0,063 0,042 0,241 1,478 0,152
JumlahPenduduk 0,533 0,201 0,625 2,657 0,014
Uji F (Anova) 0,011b
Adjusted R Square 0,302
Sumber: Data Sekunder Diolah SPSS22
Hasil penelitian ini bertentangan
dengan teori Peacock dan Wiseman
(dalam Siagian, 2010) yang memandang
bahwa pertumbuhan ekonomi akan
terganggu karena pemungutan pajak yang
semakin meningkat walaupun tarif pajak
tidak berubah tetap sudah melebihi batas
toleransi membayar pajak dari
masyarakat. Keadaan ini akan
mengganggu penerimaan daerah, yang
menjadi indikator peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Dari hasil
penelitian yang dilakukan pada 6 provinsi
di Pulau Jawa mengenai rasio pajak
daerah terhadap pertumbuhan ekonomi,
dapat disimpulkan bahwa peningkatan
pajak daerah akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan
karena pemungutan pajak daerah yang
dilakukan oleh pemerintah masih dalam
batas toleransi masyarakat dan juga
program-program pemerintah yang di
danai oleh pajak dapat meningkatkan
kepuasan masyarakat. Walaupun
masyarakat tidak ingin membayar pajak
tetapi pajak merupakan suatu kewajiban
karena pajak digunakan untuk pembiayaan
daerah untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi daerah.
Tenaga kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan tabel 2 diperoleh
koefisiensi B tenaga kerja sebesar positif
0,063. Artinya bahwa setiap kenaikkan
1% tenaga kerja maka akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,063.
Nilai Sig.t tenaga kerja sebesar 1,478
dengan signifikansi 0,152 > 0,05 Ho
diterima. Artinya bahwa tenaga kerja
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Suindyah
D (2011) hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi. Semakin
meningkatnya jumlah tenaga kerja yang
berkualitas, maka akan mendorong
percepatan pembangunan. Keberhasilan
pembangunan khususnya dibidang
ekonomi akan menyebabkan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
akan menyebabkan meningkatnya jumlah
tenaga kerja yang terserap untuk bekerja
di berbagai sektor. Meningkatnya
pertumbuhan ekonomi juga harus diikuti
dengan pertambahan jumlah penyediaan
lapangan kerja. Bertambahnya jumlah
lapangan kerja akan menyebabkan
bertambahnya jumlah tenaga kerja yang
terserap. Dari hasil penelitian yang
dilakukan pada enam provinsi di Pulau
Jawa mengenai tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi, dapat disimpulkan
bahwa meningkatnya jumlah tenaga kerja
akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, tetapi tidak secara signifikan.
Jumlah penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tabel
2 diperoleh koefisiensi B jumlah
penduduk sebesar positif 0,533. Artinya
bahwa setiap kenaikkan 1 jiwa jumlah
penduduk maka akan menaikkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,533.
Nilai Sig.t jumlah penduduk sebesar 2,657
dengan signifikansi 0,014 < 0,05 Ho
ditolak. Artinya bahwa jumlah penduduk
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Meningkatnya jumlah penduduk akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-129
yang diukur berdasarkan pendapatan
perkapita. Menurut Sukirno, 1985 (dalam
Apriesa dan Miyasto, 2013) para ekonom
klasik dan ekonom neoklasik
mengemukakan bahwa terdapat 4 faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi yaitu: 1) jumlah penduduk; 2)
jumlah stok barang modal; 3) luas tanah
dan kekayaan alam; 4) tingkat teknologi
yang digunakan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
pada enam provinsi di Pulau Jawa
mengenai jumlah penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi, dapat disimpulkan
bahwa meningkatnya jumlah penduduk
akan mengakibatkan meningkatnya
jumlah PDRB perkapita yang artinya
pertumbuhan ekonomi meningkat.
Desentralisasi Fiskal dengan
Ketimpangan Pendapatan
Hubungan desentralisasi fiskal
dengan ketimpangan pendapatan
merupakan persamaan kedua dalam
penelitian ini. Berdasarkan tabel 3
diperoleh hasil Uji F dengan signifikansi
0,000 < 0,05 Ho ditolak. Artinya bahwa
terdapat pengaruh signifikan natara
variabel desentralisasi fiskal, pajak
daerah, tenaga kerja dan jumlah penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai
adjusted R square menunjukkan bahwa
variabel desentralisasi fiskal, pajak
daerah, tenaga kerja dan jumlah penduduk
dalam menjelaskan variabel pertumbuhan
ekonomi sebesar 79% sisanya sebesar
21% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.
Desentralisasi fiskal dengan
ketimpangan pendapatan. Berdasarkan
tabel 3 diperoleh koefisiensi B
desentralisasi fiskal sebesar positif 0,004.
Artinya bahawa setiap kenaikan 1%
desentralisasi fiskal maka akan menaikkan
ketimpangan pendapatan sebesar 0,004.
Nilai Sig.t desentralisasi fiskal sebesar
positif 1,329 dengan signifikansi 0,196 >
0,05 Ho diterima, artinya bahwa
desentralisasi fiskal berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan daerah. Penelitian Apriesta
dan Miyasto (2013) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif desentralisasi
fiskal dengan ketimpangan pendapatan,
artinya desentralisasi fiskal meningkatkan
ketimpangan pendapatan. Pada tahap awal
pembangunan ekonomi belum sepenuhnya
merata namun pada tahap tertentu
ketimpangan pendapatan akan menurun.
Akai dan Sakata (dalam Apriesta dan
Miyasto, 2013) menjelaskan pada sistem
sentralistik pelaksanaan untuk
mendistribusikan sumber daya daerah
yang kaya ke daerah yang miskin dan
dapat mengurangi kesenjangan, tetapi
pada sistem otonomi daerah bukan berarti
dampak kesenjangan sosial lebih besar
dibanding sistem sentralistik, dalam siste
otonomi diharapkan daerah akan lebih
intensif untuk memajukan daerahnya
dengan melakukan kebijakan-kebijakan
untuk pembangunan ekonomi. Dari hasil
penelitian yang dilakukan pada 6 provinsi
di Pulau Jawa mengenai desentralisasi
fiskal terhadap ketimpangan pendapatan,
dapat disimpulkan bahwa meningkatnya
desentralisasi fiskal akan meningkatkan
ketimpangan pendapatan, tetapi tidak
secara signifikan.
Pajak daerah dengan ketimpangan
pendapatan. Berdasarkan tabel 3
diperoleh nilai koefisiensi B pajak daerah
sebesar negatif 7,461. Artinya bahwa
setiap kenaikan 1% pajak daerah akan
menurunkan ketimpangan pendapatan
sebesar 7,461. Nilai Sig.t ketimpangan
pendapatan sebesar negatif 2,228 dengan
signifikansi 0,035 < 0,05 Ho ditolak.
Artinya bahwa pajak daerah berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan.
Pajak digunakan untuk mengurangi
ketimpangan pendapatan, karena setiap
orang membayar pajak penghasilan
berdasarkan besar kecilnya. Seseorang
yang memperoleh penghasilan besar akan
membayar pajak penghasilan yang besar
juga, sedangkan yang berpenghasilan
rendah akan mendapatkan subsidi dari
pemerintah.
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
E-130 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel Ketimpangan Pendapatan
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig B Std. Error Beta
(Constant) -5,301 0,804 -6,596 0,000
DesentralisasiFiskal 0,004 0,003 0,157 1,329 0,196
PajakDaerah -7,461 3,349 -0,247 -2,228 0,035
TenagaKerja 0,051 0,007 0,614 6,867 0,000
JumlahPenduduk 0,149 0,035 0,544 4,214 0,000
Uji F (Anova) 0,000b
Adjusted R Square 0,790
Sumber: Data Sekunder Diolah SPSS22
Hal tersebut akan mengurangi
ketimpangan pendapatan disetiap daerah.
Penelitian Apriesta dan Miyasto (2013)
hasil penelitiannya juga menunjukkan
bahwa pajak daerah berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan. Penelitian Siagian (2013)
hasil penelitiannya juga menunjukkan
pengaruh yang negatif dan signifikan
pajak daerah terhadap ketimpangan
pendapatan. Dari hasil penelitian yang
dilakukan pada 6 provinsi di Pulau Jawa
mengenai pajak daerah terhadap
ketimpangan pendapatan, dapat
disimpulkan bahwa meningkatnya pajak
daerah akan menurunkan ketimpangan
pendapatan dan berpengaruh secara
signifikan.
Tenaga kerja dengan ketimpangan
pendapatan. Berdasarkan tabel 3
diperoleh nilai koefisiensi B tenaga kerja
sebesar positif 0,051. Artinya bahwa
setiap kenaikkan 1% tenaga kerja akan
meningkatkan ketimpangan pendapatan
sebesar 0,051. Nilai Sig.t tenaga kerja
sebesar positif 6,867 dengan signifikansi
0,000 < 0,05 Ho ditolak. Artinya bahwa
tenaga kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan. Hasil penelitian tersebut
bertentangan dengan teori yang ada
seperti teori fungsi produksi Neo-Klasik
(Sukirno, 2004) tenaga kerja akan
mempengaruhi pertumbuhan produksi,
diaman peningkatan marginal jumlah
tenaga kerja akan meningkatkan marjinal
produksi. Peningkatan marginal produksi
akan terus bertambah jika jumlah tenaga
kerja terus ditambah hingga mencapai
jumlah produksi maksimal. Peningkatan
jumlah tenaga kerja akan meningkatkan
pendapatan per kapita, sehingga akan
mendorong penurunan tingkat
ketimpangan antar wilayah karena tingkat
pendapatan perkapita secara bertahap akan
merata di setiap daerah dengan asumsi full
of employment. Dari hasil penelitian pada
6 provinsi di Pulau Jawa mengenai tenaga
kerja terhadap ketimpangan pendapatan,
dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan.
Jumlah penduduk terhadap
ketimpangan pendapatan. Berdasarkan
tabel 3 diperoleh nilai koefisiensi B
sebesar positif 0,149. Artinya bahwa
setiap kenaikkan 1 jiwa jumlah penduduk
akan meningkatkan ketimpangan
pendapatan sebesar 0,149. Nilai Sig.t
jumlah penduduk sebesar positif 4,214
dengan signifikansi 0,000 < 0,05 Ho
ditolak. Artinya bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan jumlah penduduk
terhadap ketimpangan pendapatan. Jumlah
penduduk berdampak langsung terhadap
ketimpangan pendapatan. Hal tersebut
dapat disebabkan karena jumlah penduduk
yang bekerja masih belum merata
disejumlah daerah, dan juga terjadi
perbedaan penghasilan antara penduduk
yang bekerja di desa dan penduduk yang
bekerja di kota. Penduduk yang bekerja di
kota memiliki penghasilan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan penduduk
yang bekerja di desa. Hal tersebut yang
berdampak terhadap peningkatan
ketimpangan pendapatan. Hasil tersebut
bertentangan dengan penelitian Apriesta
dan Miyasto (2013) hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa jumlah penduduk
berpengaruh negatif terhadap
ketimpangan pendapatan artinya
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-131
pertumbuhan jumlah penduduk akan
mengurangi ketimpangan pendapatan.
Dari hasil penelitian pada 6 provinsi di
Pulau Jawa mengenai jumlah penduduk
terhadap ketimpangan pendapatan, dapat
disimpulkan bahwa jumlah penduduk
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Desentralisasi fiskal di Pulau Jawa
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan pajak daerah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi dan
jumlah penduduk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, karena penduduk menghasilkan
pendapatan perkapita yang akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Desentralisasi fiskal di Pulau Jawa
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan.
Sedangkan pajak daerah berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan, pajak daerah
dapat mengurangi ketimpangan
pendapatan karena menyebar ke rakyat
miskin. Tenaga kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan dan jumlah penduduk juga
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan.
Saran
Tenaga kerja merupakan salah satu
faktor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu pemerintah diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan tenaga kerja
melalui pelatihan serta memperluas
kesempatan kerja, agar banyak tenaga
kerja yang terserap dan dapat
meningkatkan output dan pada akhirnya
dapat memacu pertumbuhan ekonomi.
Penerapan kebijakan desentralisasi
fiskal harus telaksana dengan baik agar
dapat tercapai tujuan utama yaitu
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
menurunkan ketimpangan pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi harus merata
disemua wilayah di Pulau Jawa. Untuk itu
pemerintah daerah harus dapat mengelola
sumber daya yang ada di daerahnya sesuai
dengan kepentingan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Apriesa, Lintantia Fajar dan Miyasto.
2013. Pengaruh Desentralisasi
Fiskal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah dan Ketimpangan
Pendapatan (Studi Kasus:
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah).
Diponegoro Journal of Economics,
2(1).
Bonet, Jaime. 2006. Fiscal
Decentralization and Regional
Income Disparities: envidence from
the colombian experience.
Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional. 2013.
Analisis Kesenjangan Antarwilayah
2013.
Nurana, Anggun Ciptasari dan Muta’ali.
2010. Analisi Dampak Kebijakan
Otonomi Daerah terhadap
Ketimpangan Perkembangan
Wilayah di Kawasan
Ciayumajakuning.
Pujiati, Amin. 2008. Analisis
Pertumbuhan Ekonomi Di
Karesidenan Semarang Era
Desentralisasi Fiskal. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Hal: 61-70.
Saputra, Bambang. 2013. Pengaruh
Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal
Borneo Administrator, 9(1).
Siagian, Altito R. 2010. Dampak
Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan
Ketimpangan Wilayah (Studi Kasus
Propinsi Jawa Barat). Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro.
Suindyah D, Sayekti. 2011. Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559
E-132 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Jawa Timur. EKUITAS, 15(4)
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori
Makroekonomi. Edisi Pertama,
Cetakan Keempat. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Suparta, I Wayan dan Imam Awaludin.
2010. Aplikasi Desentralisasi Fiskal
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kota Bandar Lampung. Universitas
Lampung.
www.bps.go.id
www.djpk.kemkeu.go.id
www.simreg.bappenas.go.id