Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington...

29
Negara, Masyarakat dan Ekonomi * Farchan Bulkin Pengantar Pemahaman terhadap fenomen negara dan masyarakat kontemporer Indonesia mungkin lebih baik kalau didasarkan pada pemahaman arus, kekuatan dan lingkungan sejarah yang terungkapkan dalam kekuatan-kekuatan masyarakat, politik dan ekonomi masa kini yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terlepas dari kondisi-kondisi pada berbagai periode sebelumnya. Pemahaman ahistoris dan berdasarkan asumsi-asumsi keliru mengenai masyarakat moderen–seperti yang dilakukan studistudi dalam kerangka fungsionalisme-struktural–justeru telah mengaburkan, dan bukannya memperjelas fenomen negara dan masyarakat. Tulisan ini mencoba melihat secara singkat perkembangan teori negara dan masyarakat serta makna yang bisa kita tarik daripadanya, kemudian akan menawarkan suatu cara untuk melihat negara dan masyarakat dalam kerangka pendekatan historis dan struktural. Teori Klasik dan Beamtenstaat Mungkin hanya ada satu hal yang pasti dan bisa disetujui bersama dalam usaha memahami fenomen negara–yaitu bahwa ia muncul dalam sejarah sebagai jawaban atas krisis mendalam dan luas yang menimpa beberapa entitas sosial, politik dan ekonomi di beberapa kawasan Eropa pada penggal terakhir Abad-Tengah, yang kemudian-berlanjut sampai abad keenambelas, yang oleh Fernand Braudel disebut sebagai abad “panjang” dalam sejarah Eropa. Kompleksitas dan misteri yang menyelubungi fenomen negara * Dimuat dalam Prisma, no. 8, 1984.

Transcript of Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington...

Page 1: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

Negara, Masyarakat danEkonomi*Farchan Bulkin

Pengantar

Pemahaman terhadap fenomen negara dan masyarakatkontemporer Indonesia mungkin lebih baik kalau didasarkan padapemahaman arus, kekuatan dan lingkungan sejarah yangterungkapkan dalam kekuatan-kekuatan masyarakat, politik danekonomi masa kini yang pertumbuhan dan perkembangannya tidakterlepas dari kondisi-kondisi pada berbagai periode sebelumnya.Pemahaman ahistoris dan berdasarkan asumsi-asumsi kelirumengenai masyarakat moderen–seperti yang dilakukan studistudidalam kerangka fungsionalisme-struktural–justeru telahmengaburkan, dan bukannya memperjelas fenomen negara danmasyarakat. Tulisan ini mencoba melihat secara singkatperkembangan teori negara dan masyarakat serta makna yangbisa kita tarik daripadanya, kemudian akan menawarkan suatucara untuk melihat negara dan masyarakat dalam kerangkapendekatan historis dan struktural.

Teori Klasik dan Beamtenstaat

Mungkin hanya ada satu hal yang pasti dan bisa disetujui bersamadalam usaha memahami fenomen negara–yaitu bahwa ia munculdalam sejarah sebagai jawaban atas krisis mendalam dan luasyang menimpa beberapa entitas sosial, politik dan ekonomi dibeberapa kawasan Eropa pada penggal terakhir Abad-Tengah, yangkemudian-berlanjut sampai abad keenambelas, yang oleh FernandBraudel disebut sebagai abad “panjang” dalam sejarah Eropa.Kompleksitas dan misteri yang menyelubungi fenomen negara

* Dimuat dalam Prisma, no. 8, 1984.

Page 2: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 2 |

dengan jelas dicerminkan dalam pikiran-pikiran yang terkandungdalam beberapa konstruksi teori dan argumentasi pada abadkesembilan belas. Beberapa teoritisi klasik seperti Marx, Weberdan Durkheim, telah berusaha mencari jawaban pada hampirseluruh kecenderungan sosial, ekonomi dan politik yang kuat yangberkembang sejak abad keenambelas di Eropa. Marx misalnya,telah mencari jawab pada struktur ekonomi, arah dan lingkungansejarah, latar belakang feodalisme, keterhubungan dankebebasannya dengan masyarakat sipil, birokrasi, pembagian kerjadan evolusi masyarakat secara keseluruhan. Durkheim mencarinyapada pembagian kerja sosial, sentralisasi, hukum administrasi,organ masyarakat dan rasionalitas, kebebasan individu, otoritasdan hirarki dan pada perkembangan patologis. Sedangkan Webermencarinya pada kekuasaan, dominasi dan penaklukan, birokrasi,hukum, rasionalitas, otoritas, penggunaan kekerasan secara syahdan jenis-jenis perekonomian.1

Ilmu sosial yang berkembang di abad keduapuluh, telah gagaluntuk mengembangkan perspektif yang ditawarkan oleh parateoritisi klasik. Tradisi liberal-pluralis yang untuk sekian lama telahmendominasi ilmu sosial Amerika malah mengabaikan fenomennegara. Tokoh-tokoh aliran ini, dari Arthur Bently sampai DavidTruman, telah memusatkan analisa mereka pada individu, yangdiasumsikan akan selalu mengejar kepentingan-kepentinganekonomi dan politik mereka dan kemudian membentukmasyarakat. Dalam teori-teori kelompok (group-theory) yangmereka kembangkan, negara hanyalah dipandang sebagai salahsatu kelompok pelaku politik di antara kelompok-kelompok lainsehingga tidak memiliki keistimewaan dan sejarah tertentu yangharus diperhatikan. Lebih pokok dalam pandangan mereka adalahmasyarakat yang terdiri dari individu-individu yang memilikikemampuan mengatur dirinya sendiri. Masyarakat, kebudayaan

1 Tinjauan singkat terhadap pandangan klasik diberikan dalam Bertrand Badic andPierre Birnhaum, The Sociology of the State (Chicago and London: The University ofChicago Press, 1983), hal. 3-24. Lihat juga Alfred Stepan, The State and Society: Peru inComparative Perspective (Princeton: Princeton University Press, 1978), hal. 3-45.

Page 3: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 3 |

dan kepribadian dinilai sebagai subyek yang patut diberi tingkatanalisa yang relatif otonom. Perlakuan terhadap fenomen negarayang demikian juga ditunjukkan dalam teori sitem dan pendekatansibernatika (cybernetics) yang dikemukakan oleh David Eastondan Karl Deutsch–keduanya tidak menilai negara dan kekuasaansebagai fenomen yang menuntut perhatian serius.2

Luasnya pengaruh fungsionalisme-struktural dalam pernikiran-pernikiran ilmu sosial mendesak fenomen negara, lebih jauh kebelakang. Negara dalam perspektif ini dipandang hanya sebagaikonsekuensi tak terelakkan, atau setidak-tidaknya merupakanbagian dari empat proses sentral modernisasi: differensiasi,otonomisasi, universalisasi dan institusionalisasi. Untuk menyebutbeberapa contoh, Shmuel Eisenstadt menekankan prosesdiferensiasi dan menempatkan negara sebagai lembaga fungsionaldan otonom sifatnya dalam proses diferensiasi dan pembagiankerja yang menimbulkan konflik dan pertentangan. Negara denganbegitu dilihat sebagai lembaga yang tujuan eksistensinya adalahmengurangi ketegangan-ketegangan sosial dan melembagakankonsensus yang berkembang dan berubah-ubah.3 Prosesotonomisasi ditekankan oleh Reinhard Bendix untuk memahamipertumbuhan negara moderen. Dikemukakan bahwa negaratumbuh bersamaan dengan administrasi publik yang ditunjukkansebagai lembaga yang bebas dari persaingan-persaingan dan konflikpolitik serta kepentingan-kepentingan pribadi.4 Prosesuniversalisasi dipakai oleh Robert Nisbet untuk menjelaskandisintegrasi keluarga-keluarga Romawi yang dianggapnyabersumber pada pertumbuhan kekuatan militer yang kemudianmengikis habis hak-hak istimewa tradisional kepunyaan keluarga-

2 Bertrand Badic and Pierre Birnbaum, The Sociology of the State, hal. 25.3 Lihat Shmuel Eisenstadt, Modernization: Protest and Change (Englewood Cliffs, NH:Prentice-Hall, 1966); The Political System of Empires (New York: Free Press, 1963);“Social Change, Differentiation, and Evolution”, American Sociological Review 29, no.3, halaman 375- 386.4 Lihat misalnya Reinhard Bendix, Nation Building and Citizenship (New York: Wiley,1964).

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

Page 4: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 4 |

keluarga Romawi. Nisbet menegaskan bahwa ini adalah suatuproses universal di mana pusat imperium dan individu menciptakansuatu hubungan politik secara langsung. Negara dengan demikiandilihat sebagai tumbuhnya kolektivitas baru dalam masyarakatyang akhirnya mendominasi kolektivitas-kolektivitas lain denganmenekankan ciri-ciri universal dan menciptakan hubungan-hubungan individual.5 Negara sebagai cerminan prosesuniversalisasi ini berubah menjadi etnosentrisme dalam analisaEdward Shils, Gabriel Almond dan Lucien Pye. Shils dan Almonddengan teori pembangunan atau modernisasi politik, menegaskanbahwa suatu sistem politik yang “maju” (developed) adalah sepertiyang ditampilkan oleh sistem politik moderen Barat. Pyemengemukakan lebih tegas lagi bahwa negara moderen yangberkernbang di Eropa dan kini tersebar diikuti oleh seluruh bagiandunia merupakan satu-satunya pemecahan atas masalahpembangunan. Dalam pandangan Pye, krisis-krisis politik yangterjadi di negara-negara terkebelakang adalah langkah-langkahyang harus dilalui oleh negara-negara itu untuk mencapai tingkatnegara dan sistern politik moderen.6 Tak lepas dari “paradigma”fungsionalisme-struktural adalah analisa-analisa Huntington yangmemusatkan perhatiannya pada masalah pernbangunan institusi.Hipotesanya adalah bahwa semakin terdeferensiasi suatumasyarakat, maka ia akan lebih tergantung pada berfungsinyainstitusi-institusi dalam masyarakat itu, karena tak satukekuatanpun dalam masyarakat itu yang mampu memaksakankehendaknya terhadap kekuatan lain.7

Perlu dikemukakan bahwa para pengemuka teori negara dalam

5 Robert Nisbet, “Sate and Family”, dalam Amitai Etzioni and Eva Etzioni, eds., SocialChange (New York: Basic Books, 1973), hal. 190-210.6 Lihat Edward Shils, Political Development in the New State (The Hague: Mouton,1960); Center and Periphery (Chicago: University of Chicago Press, 1975); GabrielAlmond and Bingham Powell, Comparative Politics (Boston: Little, Brown, 1966); LucienPye, Aspects of PoliticalDevelopment (Boston: Little, Brown, 1967).7 Samuel P. Huntington, Political Order in Changing Societies (New Haven: YaleUniversity Press, 1968).

Page 5: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 5 |

tradisi fungsionalisme-struktural ini di sana-sini telah mengacupada butir-butir yang dikemukakan oleh para teoritisi klasik,terutama Max Weber. Pengacuan pada teori klasik ini dilakukanjuga oleh Ralph Miliband dan Nicos Poulantzas, yang berusahamengembangkan perspektif yang ditawarkan oleh Marx. Merekajuga menyadari betapa fenomen negara kurang memperolehperhatian serius terutama dalam hubungannya dengan realitaskongkrit sosial-ekonomi, politik dan kebudayaan dalam masyarakatkapitalis kontemporer.8 Dengan jelas nampak bahwa pengacuan-pengacuan pada teori klasik ini tidaklah menyeluruh, tetapi hanyaparsial.

Mungkin sebagai reaksi terhadap ketidak lengkapan dan tidakmemadainya ilmuwan sosial menangani fenomen negara, timbulsuatu gerakan studi yang menggunakan metodel makro sosiologidan sejarah untuk memahami saat-saat kritis peralihan di Eropa,yang dalam periode dan sejak saat itu telah muncul negaramoderen. Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, RichardBrener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol,adalah contoh gerakan studi ini. Dengan penekanan dan studiwilayah yang berbeda-beda, mereka pada umumnya menunjukkanbetapa tumbuhnya negara moderen sangat erat hubungannyadengan struktur masyarakat, pertumbuhan kapitalisme, danlingkungan internasional. Moore menekankan struktur sosial dalamnegeri untuk memahami jalan menuju industrialisasi dan peranannegara.9 Wallerstein menekankan pentingnya letak wilayah dalamstruktur ekonomi-dunia kapitalis Eropa dalam mencari jawabmengenai kuat atau lemahnya negara-negara di Eropa abadkeenambelas.10 Perry Anderson berargumentasi bahwa dalam

8 Ralph Miliband, The State in Capitalist Societies (New York: Basic Books, 1969); NicosPoulantzas, Political Power and Social Classes (London: New Left Books and Sheed andWard, 1973); “The Problem of the Capitalist State”, New Left Review, November-December 1969.9 Barrington Moore, The Social Origins of Dictatorship and Democracy (Boston: BeaconPress, 1966).10 Immanuel Wallerstein, The Modern World-System Capitalist Agriculture and the

Page 6: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 6 |

memahami munculnya negara moderen di Eropa, struktur dankekuatan feodalisme pada masa sebelumnya harus terlebih dahuludipahami.11

Usaha untuk memahami negara dan masyarakat di kawasan duniaketiga setidak-tidaknya telah melahirkan tiga perspektif teoritisyang pokok: teori negara dalam masyarakat periferal, konsepdan model rezim birokratik dan otoriter, dan statisme-organiksebagai suatu model pernerintahan. Perspektif pertamameletakkan struktur sosial sebagai landasan permulaan dalammemahami negara di kawasan dunia ketiga. Struktur masyarakatyang tumbuh sebagai akibat kolonisasi dalam waktu yang umumnyapanjang, dan telah bertahan pada masa pasca kolonial dengankecenderungan dan implikasi yang tidak jauh berbeda dari masakolonial telah dijadikan substansi analisa dalam perspektif ini.Studi-studi yang dikemukakan oleh Hamza Alavi, John S. Paul danColin Leys, mengenai kawasan Pakistan, India dan Afrika yangmenggunakan perspektif ini.12 Kesulitan ideologis yang dihadapidunia ketiga dalam menempuh jalan pembangunan adalah titiktolak model organic statisme. Hampir seluruh negara dunia ketigadihadapkan pada pilihan: jalan kapitalis yang berarti pemaksimalankepentingan pribadi, kebebasan dan persaingan untuk mencapaiefisiensi ekonomi dan keseimbangan politik yang maksimal; atau

Origins of the, European World-Economy in the Sixteenth Century (New York: AcademicPress, 1974); “The Rise and Future Demise of the World Capitalist System: Concept forComparative Analysis”, dalam Politics and Society, 5,3 (1975); The Capitalist WorldEconomy (New York: Cambridge University Press, 1979); lihat juga Theda Skocpol,“Wallerstein’s World Capitalist System: A Theoretical and Historical Critique,” dalamAmerican Journal of Sociology 82, no. 5 (1977).11 Perry Anderson, Passages from Antiquity to Feudalism (London: New Left Books,1974); Lineages of the Absolutist State (London: New Left Books, 1974).12 Lihat Hamza Alavi, “The State in Post-Colonial Societies: Pakistan and Bangladesh,”New Left Review, 74 (July-August, 1972), John S. Paul, “The State in Post ColonialSocieties: Tanzania,” The Socialist Register (1974) dan “The Unsteady State: Uganda,Obote and General Amin.” Review of African Political Economy, 5 (January-April,1976), dan Colin Leys, “The Overdeveloped Post Colonial State: A Reevaluation”, Reviewof Affican Political Economy, 5 (January-April, 1976).

Page 7: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 7 |

jalan sosialis–komando yang berarti memaksimalkan kontrolekonomi dengan perencanaan negara untuk mencapai masyarakatpolitik monistik dan terintegrasi dengan menghilangkan otonomikelompok-kelompok yang ada dan pembangunan struktur dan nilaikolektif. Beberapa negara dunia ketiga dengan tegas menolakkedua pilihan ini dan menempuh pemecahan korporatisme. Negarabertindak sebagai “kepala keluarga” yang berusaha untukmengatur dan mengharmoniskan seluruh kepentingan ekonomi danprofesi. Pemecahan ini ditandai oleh negara yang kuat dankecenderungan campur tangan yang kuat di hampir seluruh aspekkehidupan masyarakat.13

Tekanan kepada negara dunia ketiga untuk segera melaksanakanindustrialisasi adalah titik tolak bagi perspektif-teoritis negara-birokratis-otoriter. Proses dan tahap industrialisasi yang ditempuhnegara dunia ketiga pasti akan menimbulkan perubahan-perubahanbaik dalam aliansi politik tingkat elit dan masyarakat, maupunkondisi dan kecenderungan kelompok politik dan ekonomi dalammasyarakat. O’Donnell misalnya mengemukakan betapapeningkatan dan deepening (pendalaman) industrialisasi akanmenimbulkan ketegangan yang tidak bisa dihinkan antara negaradan masyarakat. Dalam perspektif O’Donnell situasi ini timbulkarena keruntuhan yang tak bisa dielakkan dalam mediasi antaranegara dan masyarakat, yang akhirnya menuju kepada krisislegitimasi suatu negara.14 Peranan negara yang besar dengankecenderungan birokratik dan otoriter yang dihubungkan denganindustrialisasi yang terlambat sudah dikemukakan oleh Moore danAlexander Gerschenkron. Moore menggambarkan tekananindustrialisasi sebagai sumber bagi terjadinya militerisasi danbirokratisasi elit politik yang kemudian melancarkan revolusi dari

13 Lihat Phillipe Schmitter, “Still the Century of Corporatism?”, dalam Frederick B. Pikeand Thomas Stritch, eds., The New Corporatism: Social-Political Structure in the IberianWorld (Notre Dame-London: University of Notre-Dame Press, 1970).14 Guillermo O’Donnell, “Tensions in the Bureaucratic-Authoritarian State and theQuestion of Democracy,” dalam David Collier, ed., The New Authoritarianism in LatinAmerica (New Jersey: Princeton University Press, 1978).

Page 8: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 8 |

atas. Sedangkan Gerschenkron menekankan ketidakmungkinannegara-negara yang terlambat melaksanakan industrialisasi untukmelakukan akumulasi modal secara primitif seperti industrialisasidi Inggeris. Untuk negara-negara ini maka tekanan bagi akumulasimodal telah mengubah negara menjadi agen pembangunan yangberakibat luasnya pengaruh negara dalam semua aspek kegiatanekonomi.15

Di Indonesia, studi mengenai negara dan hubungan dinamikanyadengan masyarakat belumlah berkembang. Tetapi tampaknyakesadaran akan perlunya melakukan ini sudah ada. Misalnya inidicerminkan oleh tulisan-tulisan pendek yang mencobamemberikan spekulasi-spekulasi teoritis pada perkembangan danesensi rezim yang muncul setelah 1966, seperti diajukan oleh RexMortimer, William Liddle, Herbert Feith, Harold Crouch danDwight King. Spekulasi-spekulasi teoritis ini masih merupakansuatu reaksi cepat terhadap perkembangan politik setelah 1966,dan bukan merupakan suatu usaha untuk memahami fenomennegara dalam kaitannya dengan kecenderungan politik, ekonomidan sosial yang kuat dan mendalam yang berkembang dalammasyarakat pasca kolonial Indonesia. Bentuk spekulasi-spekulasiteoritis ini dengan begitu masih merupakan suatu potret seketika(snap-shot) dari rezim dan politik Orde Baru. Sekalipun demikiandeteksi-deteksi yang mereka lakukan cukup menarik dan memilikipotensi untuk dikembangkan lebih jauh. Birokratisasi,komplikasikomplikasi politik yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan pembangunan, kapitalisme, repatrimonialisme, telahdisinggung sebagai peralatan analisa untuk memahami rezim OrdeBaru.

Usaha yang secara sadar memusatkan perhatian pada fenomennegara di Indonesia ditunjukkan oleh analisa Richard Robison.Kegagalan teori dependensia sebagai peralatan analisa untukmemahami ekonomi dan masyarakat dunia ketiga dan gerakan-

15 Alexander Gerschenkron, Economic Backwardness in HistoricalPerspective(Cambridge: Harvard University Press, 1962).

Page 9: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 9 |

Negara, Masyarakat dan Ekonomigerakan menuju pendekatan yang mendasarkan diri padakonsepkonsep cara produksi dan formasi sosial, telah membawaRobison untuk melihat masyarakat dunia ketiga bukan sebagaiproses tunggal yang sering dikemukakan sebagai prosesketerbelakangan, tetapi sebagai bermacam-macam variasi daribentuk-bentuk ekonomi dan sosial yang berkembang sesuai denganberbagai konfigurasi dari pembentukan kelas dan pertentangan-pertentangannya dalam masyarakat. Pikiran-pikiran Robison, yangjelas diilhami oleh teori negara dalam masyarakat periferal,memandang negara sebagai kornponen integral kasus-kasus khususdari formasi kelas sosial dan kemungkinan-kemungkinan konflikdi dalamnya. Dengan keyakinan ini Robison kemudian menunjukkanbagaimana negara kapitalis yang terbentuk di Indonesia–denganciri-ciri memberikan kondisi-kondisi bagi berlangsungnyaakumulasi kapital dan memberikan jaminan keamanan bagidominasi sosial kelompok borjuis–telah melewati tahap-tahap yangberbeda-beda sesuai dengan transformasi dalam struktur kelas,tingkat-tingkat produksi kapitalis dan konflik-konflik politik sejaktahun 1870 sampai 1981.16

Usaha untuk memahami negara dengan menggunakan metodesejarah konvensional artinya tidak seperti yang dilakukan olehMoore, Perry Anderson, Wallerstein atau Skocpol–juga muncul.Harry J. Benda memperkenalkan pengertian Beamtenstaat–negarasebagai mesin birokrasi yang efisien, dengan penekanan kuat padaadministrasi, keahlian teknis dan pembangunan ekonomi; danapolitik sifatnya–untuk menggambarkan negara-kolonial Belandapada periode akhir kekuasaannya di Indonesia.17 Dalam suatuartikel yang lebih merupakan pertanyaan daripada suatu strukturargumentasi, Ruth T. McVey mempersoalkan munculnya kembalibeamtenstaat di masa Orde Baru. Dipersoalkan apakah adahubungan yang nyata antara Orde Baru dan masa akhir kekuasaan

16 Richard Robison, “The Transformation of the State in Indonesia,” Bulletin of ConcernedAsian Scholars, 14, 1 (January-Maret 1982).17 Harry J. Benda, “The Pattern of Reforms in the Closing Years of Dutch Rule inIndonesia,” Journal of Asian Studies 25, 4 (1966).

Page 10: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 10 |

kolonial atau hanya kebetulan yang superfisial dalam gaya. Kalaumemang ada hubungan yang berarti, apakah itu terletak padamasalah ekonomi dan masyarakat abad keduapuluh, ataukah ituterletak pada tuntutan-tuntutan ideologis dan organisasimasyarakat yang lebih besar di mana keduanya berada. Kalaukeduanya menekankan hal-hal yang sama seperti efisiensi dankeahlian, apakah itu suatu komitmen yang sungguh-sungguh atauhanya sebagai topeng–kalau sebagai topeng, dimaksudkan untukmenutupi apa. Kedua-duanya menekankan legalitas dan demokrasikonstitusional, sehingga persoalannya sampai sejauh manabeamtenstaat Indonesia bisa dipandang sebagai tahap menujusuatu sistem kekuasaan yang terbuka.18

Konsep beamtenstaat ini dikembangkan dalam suatu argumentasioleh Benedict R.O’G. Anderson. Dengan menggunakan dikotomiantara di satu pihak komunitas-bangsa yang dibayangkan (theimagined community of nation) yang hak dan keabsyahannyauntuk mandiri telah diterima sebagai norma dalam kehidupanmoderen, telah menemukan keamanan kemandiriannya dalam suatunegara-untuk-negara-sendiri (a state “of its own”). Tetapi di pihaklain, negara yang tidak bisa menemukan pengesyahan untuktuntutan pada waktu, kerja dan kekayaan masyarakat hanya denganeksistensinya, menemukan legitimasi moderennya dalamkebangsaan. Anderson berargumentasi bahwa hasil-hasilkebijaksanaan Orde Baru paling baik dimengerti sebagai ekspresimaksimal kepentingan negara-untuk-negara-sendiri. Dikemukakanbetapa kepentingan negara-untuk-negara-sendiri telah berkembangsejak kehadiran VOC, kernudian memanifestasikan diri dalambeamtenstaat di zarnan kolonial dan akhirnya di masa pascakolonial dalam negara Orde Baru. Pemimpin-pemimpin nasionalisyang mewakili komunitas bangsa yang dibayangkan ataukepentingan representatif dan partisipatori telah gagalmenggabungkan peranan mereka dengan kepemimpinan negara-

18 Ruth T. McVey, “The Beamstenstaat in Indonesia,” dalam Benedict Anderson andAudrey Kahin, eds., Interpreting Indonesian Politics: Thirteen Contributions to theDebate (Ithaca, New York: Comell Modern Indonesian Project, 1982).

Page 11: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 11 |

untuk-negara-sendiri.19

Pelajaran yang mungkin paling penting yang bisa kita tarik dariteoritisi-teoritisi klasik adalah bahwa fenomen negara hanya bisakita pahami kalau fenomen ini kita hubungkan dengan arus dankekuatan sejarah yang mendalam, yang terungkapkan dalarndinarnika politik, ekonomi dan sosial dalam suatu periode, arahdan lingkungan sejarah tertentu masyarakat yang telahmemunculkan negara. Kegagalan fatal tradisi fungsionalisme-struktural untuk menangkap makna pelajaran ini telah menyebabkanbahwa tradisi ini justeru telah mengaburkan dan membawafenomen negara ini ke latar-belakang yang tidak terang. Lebih-lebih etnosentrisme kuat telah menghalangi tradisi ini untukmemahami negara, bukan hanya yang tumbuh di Eropa danAmerika, tetapi juga yang tumbuh di kawasan Dunia Ketiga.Metode sejarah dan makro sosiologi sekali lagi telah memperkuatbutir-butir yang telah ditawarkan oleh para teoritisi klasik. Studi-studi negara di kawasan Dunia Ketiga, terutama konsep negara-birokratik-otoriter dan teori negara di masyarakat periferal, jugamenunjukkan betapa kita perlu memahami arus dan kekuatansejarah yang telah mencekam masyarakat di kawasan Dunia Ketiga.Ini tidak lain berarti kita perlu memahami makna integrasi kawasanini dengan perekonomian dunia dalam waktu yang cukup panjang,yang dengan sendirinya telah menumbuhkan struktur ekonomi dansosial tertentu yang memberikan corak, batasan danmengkondisikan tumbuhnya negara di kawasan ini.

Jika perspektif ini dihubungkan dengan studi mengenai negara diIndonesia yang secara sporadis telah tumbuh, maka konsepbeamtenstaat yang telah diperkenalkan oleh Benda dandikedepankan kernbali oleh McVey mungkin akan lebih berartilagi kalau dihubungkan dengan struktur perekonornian dan sosialyang tumbuh sejak zaman kolonial. Pertanyaan McVey: apakah

19 Benedict R.O’G. Anderson, “Old State, New Society: Indonesia’s New Order inComparative Historical Perspective,” Journal of Asian Studies 62, 3 (May 1983); ImaginedCommunities: Reflections on the Origins and Growth of Nationalism (London: New LeftBooks, 1983).

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

Page 12: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 12 |

daya tahan beamtenstaat terletak pada masalah ekonomi danmasyarakat abad keduapuluh, ataukah pada tuntutan-tuntutanideologis dan organisasi masyarakat yang lebih besar di manakeduanya berada, nampak sangat relevan sekali. jika dihubungkandengan skema pendekatan Anderson, maka masalah yang perludipersoalkan tentunya adalah: kepentingan negara-untuk-negara-sendiri tentunya memiliki logika yang bisa memahamiketergantungannya pada suatu pengaturan ekonomi, memahamibahaya dan kemungkinan yang terkandung dalam suatu sistemperekonomian, atau dengan kata lain kepentingan negara-negara-untuk-negara itu juga berarti kepentingan untuk memilih jenisatau sistem perekonomian. Dikembangkan lebih jauh, maka soalnyaadalah bahwa ada jenis-jenis perekonomian dan sosial tertentuyang memungkinkan bisa dikejarnya kepentingan negarauntuk-negara-itu-sendiri. Di sisi lain dari skema Anderson, yaitukepentingan kebangsaan-yang-dibayangkan, tentunya bisadipersoalkan bahwa kekalahan kepentingan ini tidak bisa hanyadilihat dalam tingkat manuver politik saja, tetapi harus didudukkandalam kerangka yang lebih luas: kekuatan sosial dan ekonomimasyarakat yang mendukung kepentingan kebangsaan-yangdibayangkan, yang dalam analisa lebih jauh tentunyamerupakan akibat dan hasil proses perekonomian dan sosial yangmendalam dan berjangka panjang.

Dari VOC sampai Beamtenstaat

Jika kita menerima argumentasi bahwa VOC secara institusional–yaitu lembaga yang membangun dan memelihara tentara, membuatperjanjian, menarik pajak, menghukum pelanggar hukum dansebagainya merupakan cikal-bakal negara moderen di Indonesia,maka menariklah untuk menyadari bahwa cikal-bakal inimerupakan suatu compagnie (company; perusahaan).20 Jika kitamelihat perubahan kebijaksanaan dan kelembagaan yang silih

20 Mengenai sumber dan tinjauan yang agak terperinci mengenai periode kolonialdiberikan dalam Farchan Bulkin, “Kapitalisme, Golongan Menengah dan Negara: SebuahCatatan Penelitian,” Prisma XIII, 2 (Februari 1984).

Page 13: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 13 |

Negara, Masyarakat dan Ekonomiberganti dari “negara” yang dipimpin oleh J.P. Coen sampai“negara” Hindia Belanda yang ditaklukkan oleh tentara “negara”Jepang pada 1942, maka nampaklah bahwa ciri dan watak negara-negara itu tetaplah menampilkan diri ada mula sebagaicompagnie.VOC lahir pada mulanya dan dasamya adalah untukkepentingan ekonomi. Hukum ekonomi VOC mengatakan bahwadengan modal terbatas, untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya adalah dengan menggunakan sistem penyerahan-paksa(forced delivery) dan monopoli kekuasaan dalam perdaganganluar negeri. Penaklukan kekuasaan, perluasan daerah danpemeliharaan tentara, bukanlah demi perluasan negara qua negara,tetapi untuk memenuhi logika VOC, atau lebih umum logikaekonomi kolonialisme pada permulaan abad ketujuhbelas. Pentinguntuk dicatat, bahwa VOC bangkrut dah hancur bukanlah karenaperang untuk perluasan kekuasaan atau penaklukan, tetapi karenakorupsi dan keteledoran. Ini bisa digunakan untuk menunjukkanbahwa “staf-negara” VOC telah memiliki kepentingan-kepentinganekonomi yang dikejar melalui korupsi dan pembukuan yang kacaudi dalam “negara” VOC.

Ketika revolusi Perancis telah menimbulkan banyak perubahan diEropa, Daendels, seorang pemuja Napoleon, memperkenalkan“negara” Eropa ke pulau Jawa, dari 1808 sampai 1811. Setelahinvasi Inggeris dengan prinsip-prinsip yang hampir sama, Raffles,seorang pegawai kolonial Inggeris yang banyak pengalaman, jugamemperkenalkan “negara” Eropa. Prinsip-prinsip hukum yang diEropa merupakan bagian pokok dalam transformasi kapitalismetelah dipindahalihkan oleh kedua tokoh negara kolonial ini.Sekalipun benar bahwa pola-pola yang dikembangkan olehDaendels dan Raffles ini kemudian diteruskan oleh “negara” HindiaBelanda, namun perluasan “negara” Eropa ini masih belumberkembang dengan pesat. Lestarinya kekuasaan-kekuasaantradisional dan belum terartikulasinya kepentingan ekonomikolonial mungkin merupakan sebab-sebab pokok situasi ini. Halkedua bisa ditunjukkan oleh defisit “negara” Hindia Belanda yangkronis sejak permulaan 1820-an.

Page 14: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 14 |

Berdasarkan perkiraan jika negara menggunakan model yangdiperkenalkan Raffles, maka pendapatan negara akan terus turun;pertimbangan akan timbulnya ancaman persaingan dengan Inggeristerutama dalam perdagangan dan pengangkutan kapal, sertakenyataan masih lemahnya modal swasta di negeri Belanda, makatradisi lama staatbedrijf dibangkitkan kembali. Tradisi yangmemperlakukan daerah koloni sebagai perusahaan negara inidiwujudkan, dengan pernbentukan NHM (Nederlandsche HandelMaatschappij) pada 1825, Javasche Bank pada 1825 dandilaksanakannya sistem tanam paksa (cultuur-stelsel) pada tahun1830. NHM bertindak sebagai agen tunggal negara dalam impordan ekspor; Javasche Bank untuk menangani masalah-masalahfinansial; sedangkan sistem tanam paksa untuk memberikankerangka institusional, organisasi dan politik. Perubahan mendalampelaksanaan staatbedrijf terhadap hubungan antara negara dansektor non-negara, kapitalisme dan terhadap negara itu sendiri,menunjukkan bahwa dalam waktu lebih dari empatpuluh tahun,“negara” Hindia Belanda telah berkembang berkait-berkelindandengan pertumbuhan modal, kapitalisme di Jawa dan tidak kalahpentingnya pasar yang luas di Eropa untuk barang-barang ekspordari Jawa.

Perubahan penting dalam periode yang secara langsung mendukungpertumbuhan “negara” Hindia Belanda adalah terciptanyakapitalisme periferal. Berkat perlindungan NHM, Javasche Bankdan sistem tanam paksa, maka tumbuhlah sedikit demi sedikitsektor swasta. Kemenangan kelas menengah dan kaum liberal dinegeri Belanda telah memperkuat sektor swasta yang nampakterasa pada 1860-an. Pada saat inilah “negara” Hindia Belandamulai menyadari kepentingan dan bidang-bidang usahanya dantentunya tidak terlepas dari logika kapitalisme periferal, yaitumemperlancar dan mengembangkan usaha swasta. Tindakan hukumyang penting dalam periode ini adalah pengesahan Undang-undangAgraria pada 1870 dan Peraturan Persewaan pada 1871. Kebebasanmemperoleh tanah dan arus kuat permodalan kelas menengahBelanda yang berkepentingan untuk ikut dalam perekonomian

Page 15: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 15 |

Hindia Belanda telah memungkinkan perusahaan swasta untukmengimpor mesin-mesin dan dengan demikian menambahproduksi secara substansial ini tentunya diperkuat dengangelombang kemajuan perbankan pada tahun 1850-an dan 1880-an.

Pada saat inilah “negara” Hindia Belanda bisa mengonsentrasikandiri untuk mengembangkan elemen-elemen penting dari sosokkehadirannya: birokrasi dan administrasi hukum. Dalam periodeini negara Hindia Belanda mengalami suatu modifikasi yangekstensif secara vertikal maupun horizontal dalam aparatbirokrasinya. Hukum dan perundang-undangan pun mulaidikeluarkan sebagai akibat pengaruh liberalisme yang menekankanhukum dan orde, persamaan di depan hukum, pendidikan dankesejahteraan umum. Perangkat perundang-undangan dan hukumini bukan saja untuk memberikan perlindungan kepada pegawai-pegawai Eropa dan pribumi, tetapi untuk kaum pribumi di tingkatdesa.

Krisis ekonomi Hindia Belanda pada pertengahan 1880-an–suatukrisis yang bersebab di pasaran Eropa–telah mengundang kembaliperanan negara dalam perekonomian. Pada periode itu negarabertanggung jawab bukan hanya pada masalah administratifmempertahankan hukum dan keteraturan, memberikan fasilitasdan kesejahteraan umum-tetapi juga mengambil kembalipcranannya yang penting dalam ekonomi. Ini diwujudkan dalampartisipasi langsung usaha perkebunan melalui perusahaan negaraNHM, eksplorasi dan penanaman modal dalam usaha yang prospekkeuntungannya tidak cukup untuk menarik modal swasta sepertipertambangan, kehutanan dan pembangunan prasarana sepertipengangkutan kereta api, jalan dan sistem irigasi. Nampaklah disini betapa peranan “negara” Hindia Belanda berurusan langsungdengan penyelamatan dan pengembangan perekonomian HindiaBelanda.

Di bawah ideologi kolonial “Politik Etis” negara mulai berkembangke arah konsepsi yang luas dalam fungsinya. Pembaruan politik

Page 16: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 16 |

dan administrasi cara pemerintahan mulai diperkenalkan. Di bawahtema-tema umum efisiensi, kesejahteraan dan otonomi,pembaruan itu meliputi masalah desentralisasi, administrasidepartemen dan teritorial, dan pengikut sertaan pribumi dalambirokrasi dan pengambilan keputusan. Pada saat inilah perluasanaparatur negara mulai terasa benar dalam masyarakat. Pendidikan,agama, irigasi, perbaikan pertanian, kesehatan, eksploitasimineral, dan penanggulangan masalah-masalah politik–semua iniditangani oleh aparat negara dengan logika mempertahankan suatuperekonomian yang mendukung tumbuhnya kapitalisme periferal.Hanya dengan mempertahankan sistem ini–suatu sistern di manamodal swasta bisa berkembang dengan pesat dan hubungan denganpasar di Eropa terjamin–maka negara bisa memperoleh pendapatanuntuk membiayai kegiatan-kegaitannya. Dilihat dari segipendapatan dan pola pembelanjaannya, memang nampaknyanegara seperti berdiri untuk dirinya sendiri; tetapi dilihat darikeberadaan negara dalam suatu tata perekonomian makro, makanampaklah bahwa negara Hindia Belanda bukanlah berada untukdirinya sendiri. Malahan bisa dikatakan bahwa negara HindiaBelanda bisa bertahan secara finansial, justeru karena sistemperekonomian makro yang dipertahankan itu. Lebih-lebih lagikalau kita ingat perspektif ideologis Eropa yang dominan padawaktu itu, maka memang demikianlah peranan negara dalam suatusistem kapitalisme yang sedang tumbuh. Perlu juga dicatat di sinibahwa perkembangan aparat dan birokrasi negara Hindia Belandajuga ditekan perkembangannya untuk menanggulangi akibat negatifyang ditimbulkan oleh perkembangan kapitalisme periferal sejaktahun 1830-an, yang setelah tahun 1910 tak bisa diterima lagioleh ideologi kolonial mutakhir: Politik Etis. Dengan mengatakanini bukanlah berarti kita meletakkan negara Hindia Belanda semata-mata sebagai pelayan kapitalisme periferal. Negara juga bisa danmungkin mengembangkan kepentingan-kepentingannya sendiri;tetapi kepentingan-kepentingan ini tidak bisa tidak harus dikejardi dalam suatu sistem sosial dan ekonomi tertentu yang mendukungpengejaran-pengejaran kepentingan-kepentingan itu. Ini bisa kitalihat nanti dalam perkembangan negara pada masa pasca-kolonial.

Page 17: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 17 |

Nasionalisme dan Masyarakat

Dalam periode sejak sekitar tahun 1910 sampai 1965 masyarakatatau sektor nonnegara di Jawa, kemudian juga di luar Jawa danakhirnya seluruh Indonesia, mengalami politisasi dan ideologisasiyang mendalam. Gerakan politisasi dan ideologisasi ini berasaldari kelompok atas golongan pribumi yang merupakan campurandari kaum bangsawan, intelektual pendidikan Barat, pemimpinagama dan anggota kelompok pedagang dan komersial yang telahmewakili kelahiran borjuis pribumi. Mereka kemudian menemukandiri mereka sebagai pemimpin sosial dan politik yangmemperkenalkan metode baru dalam mengorganisasikanpengetahuan dan pemikiran dalam hubungannya dengan duniamoderen, terlepas dari kerangka “negara” Hindia Belanda. Halpenting yang terjadi dalam proses politisasi dan ideologisasipribumi ini adalah bahwa kepada masyarakat pribumi telahdiperkenalkan arti praktek diskriminasi dan eksploitasi dalampendidikan, kesempatan ekonomi, profesi, administrasi hukumdan perundangundangan, dalam perspektif luas, yaitu kolonialisme.

Kenyataan bahwa mobilisasi ke atas kelompok-kelompok yangaktif dalam masyarakat pribumi pada periode 1910-an tidak bisadikejar melalui bidang ekonomi–tentunya karena sektor moderendikuasai oleh perusahaan negara dan asing, dan sektor perantaraoleh golongan Cina–dan pula tidak bisa melalui birokrasi perusahaanasing dan negara, maka kelompok-kelompok ini dengan sendirinyamenyadari perlunya peduangan politik dengan mempersoalkanlegitimasi negara Hindia Belanda serta orde sosial ekonomi kolonialyang mendukungnya. Kurang lebih inilah watak nasionalisme yangtumbuh pada periode itu. Sarekat Dagang Islam (SDI) dan tokohpendirinya, Raden Mas Tirto Adisoerjo, adalah representasi tipikalgerakan nasionalisme ini. SDI yang- pada mulanya merupakanasosiasi koperasi dari pedagang-pedagang batik Jawa yangdibentuk demi menghadapi persaingan dengan golongan Cina dankemudian muncul kembali sebagai organisasi politik, Sarekat Islam,juga menunjukkan betapa kesulitan-kesulitan ekonomi yangdihadapi golongan pribumi telah menjelma menjadi gerakan

Page 18: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 18 |

politik.

Konsekuensi penolakan pada legitimasi negara dan orde sosialekonomi kolonial adalah bahwa kelompok-kelompok yang aktifdalam gerakan-gerakan kemasyarakatan ini ditekan untukmemberikan suatu alternatif kehidupan kemasyarakatan tanpanegara Hindia Belanda atau tata susunan kemasyarakatan tanpakolonialisme. Pada saat inilah pemikiran-pemikiran Islam moderen,demokrasi liberal dan sosialisme mulai mengakar dalam masyarakatsebagai prospek masa depan kemerdekaan politik dan ekonomi.Inilah peranan penting yang dilakukan kelompok intelektual didikanBarat dan profesi, yaitu memberikan wawasan spektrum ideologidan politik yang luas.

Ketegangan antara masyarakat pribumi dan negara Hindia Belandaterjadi ketika keduanya mengerahkan kekuatan mereka masing-masing. pemimpin-pemimpin sosial dan politik telah memperkuatdiri dengan pembentukan partai politik dan organisasi sosial untukmemobilisasi massa dalam berbagai sektor masyarakat kota danpedesaan. Inilah pula yang mewarnai gerakan nasionalisme padaperiode dasawarsa kedua sampai keempat abad keduapuluh:munculnya bermacam-macam organisasi sosial dan politik denganorientasi politik dan ideologi yang kuat. Ketiadaan kebijaksanaanyang menyeluruh dan dalam usahanya untuk mempertahankan diri,keamanan dan keteraturan orde kolonial, negara Hindia Belandamendasarkan diri pada kebijaksanaan-kebijaksanaan individual,ad hoc dan jangka pendek, yang pada dasarnya bersifat pelarangandan represi, penekanan-penekanan langsung, pengasingan danpenangkapan. Gubernur Jendral memiliki suatu otoritas untukmengasingkan, menangkap tanpa otorisasi pengadilan dan melarangpenerbitan yang dipandang bertentangan dengan kepentinganumum. Perkumpulan bebas dan pertemuan–yang merupakan mediapenting bagi unsur-unsur kemasyarakatan untuk memperkuat dirisecara politik dan ideologis–secara ketat dikontrol dengan ancamanpenahanan dan pemenjaraan. PID (Politieke Inlichtingen Dienst)dan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger) merupakanbagian penting bagi negara Hindia Belanda untuk mengusahakan

Page 19: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 19 |

keamanan dan keteraturan (rust en orde).

Negara Hindia Belanda yang secara struktural telah terasing darimasyarakat pribumi kini dipersoalkan legitimasinya dan menjadidefensif dan dengan terpaksa memperkembangkan dan akhirnyamendasarkan diri pada birokrasi dan aparat politik. KegagalanVolksraad untuk berfungsi secara efektif sebenarnya adalahkegagalan negara dalam menciptakan mediasi dengan masyarakatpribumi dan dengan begitu mengatasi keterasingannya. Sementaraitu masyarakat yang terasing dari peranan-peranan yang berartidalam ekonomi terus memperkuat dirinya dengan politik danideologi. Nampaklah di sini betapa birokrasi dan aparat politiknegara telah berkembang bukan sebagai akibat rangsangan internalnegara di ruang kosong; tetapi dari politisasi dan ideologisasiunsur-unsur masyarakat.

Unsur-unsur kemasyarakatan ini terus bergerak dan berkembangdalam ruang lingkup politik dan ideologi. Dalam proses inipemimpin-pemimpin mereka yang muncul telah menghadapipenahanan, pengadilan dan pengasingan yang dilakukan olehnegara Hindia Belanda. Depresi tahun 1921 telah memaksa negara–demi kelangsungan perekonomian kolonial, dan bukan untukkepentingan masyarakat pribumi–untuk memberikan kesempatankepada pribumi berperanan dalam ekonomi, dengankebijaksanaan-kebijaksanaan yang berorientasi ke dalam dankemandirian ekonomi. Namun tidak lama setelah itu dankebijaksanaan baru negara ini belum secara nyata memberikanhasil, negara itu sendiri telah dihancurkan oleh kekuatan negaraJepang tahun 1942. Sejak saat ini sampai tahun 1965 masyarakattelah mengalami proses politisasi dan ideologisasi maksimal. Initelah ditunjukkan oleh keberhasilan masyarakat untukmenempatkan wakil mereka dalam lembaga-lembaga negarapribumi yang, secara formal memperoleh kedaulatannya padatahun 1949.

Namun kemenangan politik dan ideologi unsur-unsurkemasyarakatan ini tetap berada dalam landasan perekonomian

Page 20: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

| 20 |

kolonial yang belum berubah, malahan lebih jelek. Distribusikekuatan ekonomi, pola pemilikan aset-aset produktif, alokasifaktor-faktor produksi dan kesentralan peranan impor dan eksportelah menunjukkan betapa struktur kapitalisme periferal yangtelah berkembang sejak abad kesembilanbelas masih tetapbertahan dan tentunya dalam keadaan rusak. Kerusakan ini pertamadisebabkan oleh dislokasi dan stagnasi yang diderita oleh pasarandunia akibat Perang Dunia Kedua; dan pada tingkat domestik,disebabkan oleh kehancuran prasarana, organisasi perekonomiandan keuangan akibat gejolak politik dari 1942 sampai 1949.

Landasan perekonomian yang sama tentunya menimbulkan akibatyang sama bagi unsur-unsur masyarakat: keterasingan mereka dariperanan-peranan yang berarti dalam perekonomian, terlepas darikenyataan bahwa secara politik dan ideologi mereka telah menang.Dalam periode tahun 1950-1965 keterasingan ini telah dicoba untukdiatasi dengan dua cara: pertama, dengan tetap mempertahankanberlangsungnya kapitalisme periferal, tetapi dengan pengusahaan–melalui kebijaksanan negara, bantuan kredit dan fasilitas–agarunsur-unsur masyarakat pribumi berperanan di dalamnya dandengan begitu mengubah distribusi kekuatan ekonmi dan polapemilikan aset-aset produktif ke tangan masyarakat pribumi.Kedua, dengan cara menghancurkan kapitalisme periferal, melaluipemutusan hubungan dengan pasar internasional, dan secara politikmengubah pemilikan aset-aset produktif dan distribusi kekuatanekonomi, serta menggantikan pasar dengan sistem ekonomikomando. Namun kekukuhan dan ketegaran struktur kapitalismeperiferal telah menghalangi kedua usaha tersebut.

Halangan struktural kapitalisme periferal terhadap kedua usahatersebut pada prinsipnya terwujud dalam bentuk stagnasi dandislokasi perekonomian secara keseluruhan bila hubungan denganpasaran internasional mengalami kesulitan atau diputuskan samasekali. Ini nampak jelas sekali dalam perkembangan setelahselesainya boom Perang Korea pada 1952 sampai 1966. Usahauntuk mengatasi keterasingan masyarakat pribumi dariperananperanan penting dalam perekonomian melalui cara yang

Page 21: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

pertama bukan hanya telah gagal, tetapi malahan telah mengikishabis dasardasar dan kekuatan unsur-uhsur masyarakat untukmempertahankan supremasi politik dan ideologi mereka.Sedangkan cara kedua yang mulai dilancarkan pada akhir tahun1957 pada nyatanya bukan memperkuat unsur-unsur masyarakatdalam peranan-peranan ekonomi, tetapi telah membuka jalanbagi peranan luas sektor negara.

Negara dan Ekonomi

Ketika akhirnya pada bulan Agustus 1950 Negara Kesatuan RepublikIndonesia lahir secara de facto “negara” boleh dikatakan belumlahlahir, atau setidak-tidaknya masih teramat lemah: birokrasi sipilyang koheren belum tegak, sementar itu tentara masih terpecah-pecah dalam bermacam-macam kelompok yang sering telahmeletus dalam kekerasan. Sosok “negara” masih kabur dantenggelam dalam kegaduhan “masyarakat” yang baru sajamengalami revolusi, politisasi dan ideologisasi yang maksimal.Dalam waktu kurang lebih delapan tahun menjelang tahun 1950 diIndonesia, khususnya di Jawa, telah bertarung tiga “negara”:Hindia Belanda, Jepang dan tentunya “negara” Republik Indonesia.Negara yang terakhir ini tentunya sangatlah lemah mengingatkekuatan dirinya lebih tergantung pada unsur-unsur masyarakatyang terwakili dalam diri pemimpin-pemimpin nasionalis daripadakepada unsur-unsur negara moderen. Dalam revolusi sejak 1945sampai 1950 malahan justeru unsur-unsur masyarakat yang telahmempertahankan “negara” Republik melalui organisasi perjuangannon-negara.21 Suasana seperti ini masih nampak jelas ketikaIndonesia memasuki tahun pertama masa pasca-kolonial. Hanyasetelah periode dari 1952 sampai 1959, dalam periode mana unsur-unsur negara, terpenting di antaranya adalah tentara, telahmengalami suatu proses kristalisasi politik, sosial dan ekonomi,suasana “negara” di bawah “masyarakat” itu berubah secaradramatis.

21 Lihat Benedict R.O’G. Anderson, “Old State, New Society: Indonesia’s New Order inComparative Historical Perspective,” halaman 480-481.

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 21 |

Page 22: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

Negara moderen pasca-kolonial Indonesia pertama-tama mulaimengenal sosok kehadiran dirinya secara lebih terang dalamAngkatan Darat yang bersatu. Proses penyatuan Angkatan Daratdimulai secara nyata kurang lebih pada pertengahan 1958, secarasetelah Nasution berhasil mengatasi pemberontakan-pemberontakan daerah secara militer. Perkembangan negara yangmenyandarkan diri pada Angkatan Darat yang bersatu ini kemudianberlanjut lebih jauh lagi ketika ternyata Angkatan Darat yangbersatu ini juga berkeyakinan bahwa ia harus melakukanperanannya sendiri dalam bidang politik, sosial, ekonomi sertabidang-bidang non-militer lainnya. Pelaksana keyakinan ini dimulaimendasarkan diri pada Undang-undang Darurat Perang pada bulanMaret 1957. Periode dari Maret 1957 sampai juli 1959 adalahperiode yang amat penting yang menjelaskan bagaimana negarapasca-kolonial Indonesia telah membentuk dan mengembangkandiri.

Segera setelah pengeluaran Undang-undang Darurat Perang,Angkatan Darat sebagai unsur “negara” masuk ke dalam wilayah“masyarakat” dengan pembentukan Badan Kerja Sama antaraunsur-unsur Angkatan Darat dengan organisasi-organisasi pemudayang berafiliasi pada partai, kemudian dengan organisasi-organisasiburuh, tani dan wanita, pada bulan juni 1957. Kemudian Nasutionjuga berhasil menyatukan berbagai-bagai organisasi veteran kedalam organisasi tunggal Legium Veteran di bawah supervisiAngkatan Darat. Dalam pesaingan dengan Sukarno, Angkatan Daratjuga berhasil mendirikan Front Nasional Pembebasan Irian Baratsebagai organisasi mobilisasi untuk menggalang unsur dan kekuatanAngkatan Darat dan masyarakat. Paling penting untuk dicatat disini, bahwa dengan Undang-undang Darurat Perang, Angkatan Daratbisa bertemu, bersatu, dengan dan menghidupkan kembali unsur-unsur negara modern yang tak kalah pentingnya dengan AngkatanDarat, yaitu birokrasi dan administrasi sipil. Berdasarkan Undang-undang ini Angkatan Darat masuk dan mengawasi aparatur danbirokrasi sipil, dan di daerah-daerah komandan-komandan regionaldiinstruksikan untuk membawa aparatur dan birokrasi sipil ini

| 22 |

Page 23: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

untuk mengidentifikasikan diri dengan kepentingan masyarakatsetempat. Dengan undang-undang ini pula kini Angkatan Daratbisa mengawasi dan mengontrol unsur-unsur masyarakat yangterwakili dalam partai politik, organisasi-organisasi sosial dantentunya pers.

Kehadiran negara yang mulai dirasakan di mana-mana ini kemudiandiikuti oleh suatu peristiwa penting yang secara strategis membukapeluang bagi perluasan negara dalam bidang ekonomi. Pada bulanDesember 1957 terjadi nasionalisasi perusahaan-perusahaan asingdan segera setelah itu Nasution menginstruksikan agar perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi berada di bawah pengawasan danpenguasaan Angkatan Darat. Pada bulan Agustus 1958 ketikaperusahaan-perusahaan asing akan diintegrasikan ke departemen-departemen pemerintah Nasution meminta persyaratan agar paraperwira senior atau yang tidak memiliki tugas supaya disalurkanke dalam kedudukan manajemen perusahaan-perusahaan itu. Dalamwaktu yang hampir bersamaan Nasution juga menginstruksikanagar perwira-perwira yang secara administratif bertanggung jawabpada pelaksanaan Undang-undang Darurat Perang dimasukkan kedalam dewan manajemen perusahaan-perusahaan asing itu.Penguasaan dan pengawasan perusahaan-perusahaan asing yangdinasionalisasi di tangan Angkatan Darat telah menandai suatuloncatan penting bagi perkembangan negara pasca-kolonial bahwanegara kini secara politik telah menguasai sektor ekonomimoderen. Perusahaan-perusahaan asing ini kemudian diubahbentuknya menjadi perusahaan-perusahaan negara. Menarik untukdiingat di sini betapa negara Hindia Belanda pada tahap permulaanpertumbuhannya, juga telah membangkitkan tradisi perusahaannegara (staatbedrijft) yang terwujud dalam pembentukan NHMpada 1825 untuk memonopoli perdagangan di sektor moderen.

Persatuan dan sentralisasi Angkatan Darat lebih kukuh danmeyakinkan ketika pada pertengahan 1958 Nasution secara militertelah mengatasi pemberontakan-pemberontakan daerah yangmelibatkan perwira-perwira Angkatan Darat saingan Nasution.Setelah konflik internal yang mungkin terberat yang dihadapi

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 23 |

Page 24: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

Angkatan Darat ini, segera dibentuklah Panitia Doktrin AngkatanDarat, suatu lembaga yang dimaksudkan untuk memecahkanmasalah-masalah konseptual peranan Angkatan Darat yang semakinmendalam dan luas. Panitia ini telah memperkenalkan suatu konseppertahanan yang juga mendasarkan diri pada kekuatan-kekuatanpopuler masyarakat. Konsep ini kemudian ditingkatkan menjadiDoktrin Perang Wilayah. Pada bulan Agustus 1958, suatu konferensikomando wilayah telah mengeluarkan suatu resolusi yangmenyatakan bahwa Angkatan Darat akan memusatkan kekuatannyauntuk menegakkan hukum, disiplin dan keteraturan, sertamembersihkan organisasi kenegaraan baik sipil maupun militer.Puncak pernecahan konseptual diberikan oleh Nasution pada bulanNovember dengan pemecahan “jalan tengah” yang pada dasarnyamerupakan suatu pengesahan bagi peranan Angkatan Darat di luarbidang militer. Dalam sidang Dewan Nasional yang berlangsungdari bulan Juli sampai November, Nasution dengan gigihmengusulkan suatu penyederhanaan dan kontrol atas partai-partaipolitik, menggantikan sistem Pemilihan Umum perwakilan menjadisistem distrik, depolitisasi birokrasi sebagai cara untuk mengurangiketegangan dan ketidakstabilan dan pengusulan agar Angkatan Daratdiwakili dalam lembaga kenegaraan dan parlemen sebagaiGolongan Karya. Dalam sidang di akhir November, Dewan Nasionalakhimya menyetujui daftar Golongan Karya di mana Angkatan Darattermasuk di dalamnya. Keberhasilan secara de facto AngkatanDarat ini kemudian lebih dikukuhkan dengan diberlakukannyakembali UUD 1945–suatu pemecahan politik yang telahdiperjuangkan dengan gigih oleh Nasution.22

Demikianlah dalam waktu yang relatif pendek, negarapascakolonial Indonesia melalui penyatuan, politisasi danideologisasi serta perluasan peranan dari salah satu unsurnya yang

22 Transformasi angkatan darat setelah kemerdekaan diulas secara bagus dalam Ruth T.McVey, “The Post-Revolutionary Transformation of the Indonesian Army,” (Part Iand II) Indonesia 11: 131-76; 13: 147-82. Untuk periode transisional 1957-1959, lihatDaniel S. Lev, The Transition to Guided Democracy: Indonesian Politics, 1957-1959(Ithaca, New York: Cornell Modern Indonesian Project, 1966).

| 24 |

Page 25: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

terpenting telah mengubah kekaburan dirinya di awal 1950-anmenjadi suatu kehadiran yang pasti dan menonjol. Dalam periodesetelah 1959 lembaga-lembaga kenegaraan, politik dan birokrasitelah berada dalam pengaruh kuat unsur-unsur negara itu sendiri.Sukarno sebagai representasi unsur “masyarakat” yang selamatdalam krisis transisional 1957-1959 telah terpaksa, demikeselamatan politik dan sekaligus memperkuat posisinya vis-a-vis“negara,” memobilisasi dan mengonsolidasikan unsur-unsur“masyarakat” yang selamat dari krisis itu yang terwakili dalamdiri partai-partai politik, terutama PKI, PM dan NU, serta tokoh-tokoh sipil nonpartai. Ruangan kosong yang telah ditinggalkanoleh unsur-unsur “masyarakat” yang tidak berhasil untuk selamatdalam krisis transisional 1957-1959 hendak dicoba untuk diisi olehkekuatan-kekuatan politik di bawah Sukamo ini.

Keperluan akan legitimasi politik dan mempertahankan suatutingkat mobilisasi yang tinggi telah memaksa Sukarno untukmeradikalkan dan merevolusionerkan masyarakat dengan politikdan ekonomi revolusi dan berdikari; pilihan lain berupa perubahangradual seperti yang telah dikejar pada masa sebelumnya tidaklahmungkin. Angkatan Darat yang mewakili unsur “negara” terpaksamenjadi defensif dan konservatif–suatu sikap yang diterjemahkanke dalam bentuk menyelamatkan dan mempertahankan aparatur,birokrasi dan lembaga-lembaga negara lainnya. Pertemuan duaarus-pemecahan dan kepentingan politik Sukarno di satu pihak,dan di pihak lain, Angkatan Darat yang telah mengalami politisasi,ideologisasi dan perluasan peranan dan menyadari perlunyamenyelamatkan “negara”–telah melahirkan etatisme danperekonomian komando.

Namun pertemuan dua arus yang ditupang oleh keseimbangan yangpenuh ketegangan dan sangat eksplosif ini telah berdiri di atasperekonomian yang amat rapuh dengan tingkat dislokasi danstagnasi yang amat tinggi. Kecenderungan-kecenderungan intrinsikdalam kapitalisme periferal yang mengalami kerusakan ini semakinkuat dan tak terkendalikan lagi, berupa ekspor dan impor yangmenurun secara menyolok, diikuti penurunan tingkat produksi

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 25 |

Page 26: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

hampir mendekati titik kelumpuhan dan defisit negara yang amatbesar. Etatisme dan perekonomian komando yang bertemu dengankapitalisme periferal yang rusak dengan begitu telah menghasilkaninflasi pada tingkat fantastis dan pendapatan per-kapita yangmenurun. Negara, dengan perusahaan-perusahaan negara yangdidirikan secara cepat dan tergesa-gesa, yang pada 1959-1960telah meloncat masuk dan menguasai hampir seluruh kegiatanekspor, impor, distribusi dan perdagangan pada akhirnya telahterjerat dalam perekonomian yang terlalu penuh peraturan danbirokratisasi yang tidak efektif dan tidak menentu, di mana pasartelah tak kuasa mengatur mekanismenya. Betapapun kuat danluas jangkauan Negara, namun–setidak-tidaknya dalam periodeitu–satu kenyataan keras tidak bisa dilawannya: bahwa pendapatanterbesarnya tergantung pada kegiatan-kegiatan ekonomi yangmenghubungkan perekonomian domestik dengan pasaraninternasional. Dalam tulisan lain penulis kemukakan ini sebagaiciri kapitalisme periferal. Perluasan kekuasaan negara danbirokratisasi perekonomian pada periode ini tepat bersamaandengan saat di mana hubungan ekonomi dengan pasaraninternasional boleh dikatakan hampir putus sama sekali.Pemecahan yang menekankan stabilisasi dan normalisasiperekonomian, dan dengan begitu hubungan ekonomi luar negeridiharapkan bisa dipulihkan kembali seperti yang diusahakan olehDjuanda pada bulan Mei 1963 telah terdepak ke luar arus olehunsur-unsur masyarakat yang telah termobilisasi dan terradikalisasi.

Dalam periode Demokrasi Terpimpin ini nampaklah duakecenderungan yang kuat. Di satu pihak, “masyarakat” telahtenggelam dalam heroisme, simbolisme dan sloganismerevolusioner–suatu kecenderungan yang semakin diperkuat sebagaikompensasi terhadap kesulitan-kesulitan ekonomi. Di pihak lain,“negara” telah semakin mandiri, terlepas dari “masyarakat” dantelah mengembangkan logika dan kepentingan-kepentingannyasendiri, serta telah memperluas sektor kegiatan dan jangkauannya.Namun ironisnya adalah bahwa kemandirian dan perluasan negaraini tidak melaju ke mana-mana, atau stagnan. Dapat dikemukakan

| 26 |

Page 27: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah
Page 28: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

sumber ketidakstabilan dan disintegrasi; dan tidak kalah pentingnyaadalah dipersatukannya seluruh kekuatan angkatan bersenjata–suatu kekuatan yang berkeyakinan bahwa peranannya tidakterbatas pada masalah keamanan, tetapi juga pada masalah-masalah non-militer. Dengan bekal seperti inilah maka pada awal1970-an telah tercipta beamtenstaat pascakolonial Indonesia yanglebih kuat dibandingkan negara-negara sebelumnya dengan akibat-akibat yang tidak jauh berbeda dengan beamtenstaat terdahulu.Ini nampak jelas dalam kenyataan bahwa masyarakat belumlahmampu mengatasi keterasingannya dari partisipasi yang berartidalarn politik dan ekonomi-suatu persoalan yang terus saja munculsejak zaman kolonial Dalam periode pendek 1945 sampai 1960-ankita menyaksikan betapa masyarakat dengan penuh harapan telahmengisi “kekosongan” yang ditinggalkan oleh negara-negara lama–Hindia Belanda dan Jepang–sementara negara pasca-kolonialIndonesia belum menemukan sosok kehadirannya secara tegas.Kita menyaksikan pula betapa perekonomian yang integrasinyadengan perekonomian internasional melemah telah menimbulkanproses-proses sosial dan politik yang akhirnya membawamasyarakat dalam kedudukan yang tidak menguntungkan.

Catatan Penutup

Di bagian akhir dari tinjauan perkembangan teori fenomen negaradan hubungannya dengan masyarakat sudah dikemukakan betapapentingnya kita menghubungkan fenomen ini dengan arus, kekuatandan lingkungan sejarah yang terungkapkan dalam dinamik politik,ekonomi dan sosial dalam suatu periode masyarakat yang telahmemunculkan negara itu. Dalam uraian mengenai pertumbuhannegara di zaman kolonial, dari “negara” VOC sampaibeamtenstaat, ditunjukkan betapa negara telah tumbuh danberkembang secara berkait-berkelindan dengan pertumbuhankapitalisme periferal di Indonesia. Dalam tahap-tahappertumbuhan ini nampaklah betapa negara telah mengartikulasikandiri sesuai dengan pertumbuhan kapitalisme periferal.

Struktur ekonomi yang berkembang ini secara efektif menimbulkan

| 28 |

Page 29: Negara, Masyarakat dan Ekonomi - Rowland Bismark.F ... · Studi-studi Charles Tilly, Barrington Moore, Richard Brener, Immanuel Wallerstein, Perry Anderson dan Theda Skocpol, adalah

proses politisasi dan ideologisasi masyarakat pribumi. Strukturyang temyata tetap bertahan ini telah mengalami tahap-tahapkemunduran ketika depresi melanda dunia yang kemudian diikutioleh keruntuhan negara Hindia Belanda, dan diperburuk lagi olehdatangnya “negara” Jepang dan revolusi. Ketika “masyarakatmenang dan memegang tampuk kepemimpinan politik pada penggalpertama dekade 1950-an, struktur yang telah mapan, namunmengalami kerusakan ini, telah merupakan halangan strukturalbagi usaha-usaha masyarakat untuk mengatasi keterasingannya dariperanan-peranan penting dalam ekonomi.

Kegagalan usaha ini telah menimbulkan pergeseran-pergeseranpolitik yang pada akhirnya membawa “negara” pasca-kolonialIndonesia mempertegas diri dan memperluas peranannya. Namunketegasan diri dan perluasan peranan negara dalam DemokrasiTerpimpin ini justeru telah meruwetkan dan lebih memperburukperekonomian. Lompatan negara ke sektor moderenperekonomian malah telah lebih melemahkan hubungan antaraekonomi Indonesia dan perekonomian internasional. Keadaanobyektif tahun 1966 telah memaksa untuk digabungkannya kembaliperekonomian Indonesia dengan perekonomian internasionaldengan pemenuhan-pemenuhan persyaratan dalam negeri di bawahpimpinan negara secara ketat. Hanya setelah diintegrasikannyaperekonomian Indonesia ke dalam perekonomian internasional,negara pasca-kolonial mengalami kemajuan pesat. Keterpaksaanintegrasi perekonomian Indonesia ke dalam perekonomianinternasional inilah mungkin, yang merupakan arus, kekuatan danlingkungan sejarah yang harus kita simak dan amati untukmemahami negara dan masyarakat Indonesia.

>>><<<

Negara, Masyarakat dan Ekonomi

| 29 |