Post on 20-Jun-2015
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS DALAM
MENDESKRIPSIKAN KENAMPAKAN ALAM MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS IV SDN PETUNGREJO
NGUNTORONADI MAGETAN
TAHUN PELAJARAN 2012/213
Oleh
RIS KE SUSANTI
NPM 09141185
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
1
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih mulia selain mengucap puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusuna skripsi yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar IPS Dalam Mendeskripsikan Kenampakan Alam Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a-Match Pada Siswa Kelas IV SDN Petungrejo
Nguntoronadi Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013.
Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, keturunanya, sahabat serta siapa saja yang
selalu mengikuti sunah tauladannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.H. Parji, M.Pd, selaku rektor di IKIP PGRI Madiun.
2. Bapak Drs. Vitalis Djarot Sumarwoto,M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan.
3. Bapak Drs.H.Ibadullah Malawi, M.Pd, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Bapak Drs. Edy selaku dosen yang selalu membimbing dengan penuh
kesabaran, walaupun beliau sibuk namun tetap bertanggung jawab dan
professional dalam membimbing dan mengarahkan penulis sampai penullisan
skripsi ini terselesaikan.
2
5. Bapak Hariyanto Utomo, S.Pd, selaku kepala sekolah serta bapak dan ibu guru
SDN Petungrejo Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan.
6. Teman-teman PGSD 7E yang selalu membantu, bekerjasama dan sumbang
saran dalam penyelesaian proposal ini.
Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis tetap mengharapkan kritik dan saran untuk kebaikan penulisan ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Amin.
3
Madiun, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN ............................ 8
A. Kajian Teori................................................................................... 8
B. Kerangka Berfikir......................................................................... 20
C. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 22
A. Obyek Tindakan ...................................................................... 22
B. Setting, Lokasi dan Subyek Penelitian.......................................... 27
C. Pengumpulan Data ....................................................................... 28
D. Analisis Data ................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 31
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran
pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus
selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan
bangsa dan Negara. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan
lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat
dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya
dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan
kebutuhan masyarakat.
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan guna meningkatkan kualitas
hasil pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran yang
efektif dikelas, serta lebih memberdayakan potensi siswa.
Dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa sekolah dasar
memberikan suatu tantangan yang lebih tinggi bagi para guru. Ini disebabkan
tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar tidak bisa lepas
dari tujuan pendidikan dasar yang memberikan bekal kemampuan dasar
kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan ke tingkat selanjutnya. Pelajaran
Ilmu Pendidikan Sosial dirancang berdasarkan lingkungan kehidupan yang
nyata, yang dialami oleh peserta didik sehari-hari.
Dengan materi yang dirancang seperti di atas mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah diharapkan dapat memberi kesempatan yang
cukup kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bernalar
5
guna memperoleh konsep-konsep mengenai berbagai peristiwa dalam
masyarakat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial harus selalu berubah hal ini seiring dengan
perubahan yang terjadi di masyarakat.
Dari uraian yang diatas maka sumber bahan untuk pembelajaran Ilmu
Pengetahuan di sekolah dasar dapat diambil dari ilmu-ilmu sosial, fenomena-
fenomena yang terjadi di sekitar peserta didik, baik fenomena fisik maupun
fenomena sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI/SDLB yang berasal dari ilmu-ilmu
sosial akan berupa seperangkat, peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang
berasal dari geografi, sejarah, sosiologi, ekonomi. Sedangkan dari lingkungan
fisik maupun sosial di sekitar peserta didik adalah lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Adapun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dimaksudkan untuk
mengembangkan (1) Keterampilan mental (terkait dengan sikap, simpati,
empati kepada sesama, pengembangan nilai, moral dan sikap yang sesuai
6
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat di Indonesia yang
berdasarkan nilai), (2) Keterampilan personal (memiliki keteguhan dalam
bersikap dan berkepribadian), (3) Keterampilan sosial (kemampuan
berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain).
Untuk mencapai tujuan dan standar kompetensi lulusan dapat tercapai
secara optimal, maka proses belajar mengajarnya mulai saat ini semua
pengajar harus merancang dengan sebaik-baiknya. Misalnya dalam pemilihan
strategi model, metode, teknik, media dan penilaiannya.
Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mengharuskan adanya kesiapan
intelektual bagi yang mempelajarinya, serta menuntut adanya penalaran dan
kemampuan berpikir dan tidak hanya sekedar menghafal. Hal ini menjadikan
Ilmu Pengetahuan Sosial sering ditakuti atau bahkan dibenci anak-anak.
Selain itu dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, guru hanya menggunakan
model pembelajaran konvensional yaitu ceramah untuk menyampaikan materi
yang diajarkan. Pembelajaran hanya berpusat pada guru dan siswa cenderung
pasif hanya duduk diam mendengarkan materi yang diajarkan guru. Meskipun
demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak
memerlukan alat dan bahan praktik, guru cukup menjelaskan konsep-konsep
yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dimana pada hakikatnya IPS
lebih menekankan pada nalar–nalar sosial dan kemampuan mencari
alternatif–alternatif pemecahan masalah sosial. Dengan hal tersebut, IPS
menjadi mata pelajaran yang sulit di pahami, selain itu penggunaan model
pembelajaran yang monoton dan kurang efektif mengakibatkan kurangnya
ketertarikkan siswa dalam mata pelajaran IPS. Sehingga tujuan dalam
pembelajaran tidak tercapai secara optimal dan prestasi belajar siswa menjadi
rendah. Akibatnya, siswa kurang mendapat pengalaman dalam proses
pembelajaran dan tidak dapat memaksimalkan dalam mengeksplorasikan
potensi yang ada dalam diri siswa.
Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang tepat dan baik
serta menarik agar dapat membangkitkan minat siswa belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial dan serta meningkatkan hasil belajar siswa. Ada banyak
model pembelajaran yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam
pelaksanaan kurikulum. Diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif
tipe make a- match dengan model pembelajaran ini siswa dapat melatih
kreatif, aktif dalam proses pembelajaran. Menurut rusman (2011:223)
mengatakan salah satu keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, penulis ingin mengangkat sebuah pembelajaran
yang efektif, efisien dan menyenangkan yaitu pembelajaran Kooperatife tipe
Make a-Match. Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang telah di
paparkan maka penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan
kelas yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS Dalam
Mendeskripsikan Kenampakan Alam Melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make a- Match Pada Siswa Kelas IV SDN Petungrejo Nguntoronadi
Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013’’.
B. Identifikasi Masalah
Hasil pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Petungrejo menunjukkan bahwa :
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai satu – satunya sumber
belajar.
2. Komunikasi yang terjalin hanya satu arah sehingga siswa pasif.
3. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga
pembelajaran terkesan sangat monoton.
4. Siswa kurang berani mengutarakan pendapat.
5. Sebagian siswa kurang berani bertanya jika mengalami kesulitan dalam
memahami kesulitan dalam memahami materi.
Dari identifikasi masalah-masalah diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kualitas dan hasil belajar masih rendah. Hal ini disebabkan metode
pembelajaran kurang menarik.
C. Rumusan Masalah
Apakah dengan penggunaan pembelajaran Kooperatife Tipe Make a-
Match dapat mingkatkan prestasi belajar IPS dalam mendeskripsikan
kenampakan alam pada siswa kelas IV SDN Petungrejo Nguntoronadi
Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013?
D. Tujuan Penelitian
“Untuk meningkatkan Prestasi Belajar IPS Dalam Mendeskripsikan
Kenampakan Alam melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a-
Match pada siswa Kelas IV SDN Petungrejo Nguntoronadi Magetan
Tahun Pelajaran 2012/2013”.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan tentang kualitas pendidikan
atau pembelajaran diharapkan akan memberikan kontribusi bagi guru di
sekolah, siswa dan juga peneliti. Kontribusi komponen dijelaskan sebagai
berikut :
1. Bagi Guru
Penggunaan Pembelajaran Kooperatife Tipe Make a- Match
adalah hal yang jarang dilakukan oleh seorang guru. Oleh sebab itu hasil
penelitian dapat memberikan tambahan suatu pengalaman pada guru
Ilmu Pengetahuan Sosial yang terlibat dalam penelitian. Dengan
penggunaan Pembelajaran Kooperatife Tipe Make a- Match diharapkan
dapat meningkatkan prestasi kreativitas dalam pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah menjadi lebih baik.
2. Bagi Siswa
Penggunaan Pembelajaran Kooperatife Tipe Make a- Match
dalam memahami konsep pembelajaran memberikan suatu tambahan
pengalaman pada siswa dalam kegiatan belajar kalau dulu siswa belajar
hanya menggunakan metode ceramah saja, maka dengan adanya metode
ini diharapkan prestasi belajr dan kreativitas siswa dapat berkembang
sesuai yang diharapkan.
3. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian langsung peneliti memperoleh
pengalaman dan wawasan tentang penggunaan Pembelajaran Kooperatife
Tipe Make a- Match di sekolah. dari hasil pengalaman dan pengamatan
langsung tersebut peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut
untuk menyusun suatu rancangan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2011:202) mengemukakan pembelajaran kooperatife
merupakan bentuk pembelajran dengan siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok- kelompok kecil secra kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja
kelompok dalam pembelajran ini akn tercipta sebuah ineraksi yang luas,
yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, siswa dan guru.
Sanyaja (dalam Rumus 2011:203) mengutarakan pembelajaran
kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara
berkelompok. Model pembelajran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalm kelompok- kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Daryanto dan Mulyo Rahardjo(2012:241) mengemukakan bahwa
bahwa model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, semua model
pembelajaran ditandai dengan adanya stuktur tugas, stuktu tujuan dan
stuktur penghargaan.
Rusman (2011:206) mengatakan bahwa ada komponen
pembelajaran kooperatif, yakni: (1) cooperative tesk atau tugas kerja
sama dan (2) cooperative incentive structure atau stuktur insentif kerja
sama.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Sanjaya (dalam Rusman 2011:206) menyatakan bahwa pembelajran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu: 1) Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalm kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar. 3) Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antar kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi.
Karakteristik atau ciri- ciri pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
1. Pembelajaran secara tim
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
3. Kemauan untuk bekerja sama
4. Keterampilan bekerja sama
Daryanto dan Mulyo Rahardjo (2012:242) mengatakan bahwa
ciri- ciri pembelajaran sebagai berikut: 1) siswa dalm kelompok secara
kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai. 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda- beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang
dan rendah. 3) penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada
masing- masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dkembangkan diskusi dan
komunikasi denggan tujuan agar siswa saling berbagai kemampuan,
saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling
memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu
belajar, saling menilai kemampuan dan peranan dirisendiri maupun
teman lain.
c. Prinsip- prinsip Pembelajaran Kooperatif
Nur (dalam Daryanto dan Mulyo rahardjo 2012:242) mengatakan bahwa prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
(1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
(2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
(3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
(4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.(5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagai kepimpinan
dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
(6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secra individual materi yang ditanggapi dalamkelompok kooperatif.
d. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2011:212) mengatakan bahwa prosedur atau langkah-
langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat
tahap, yaitu:
1. Penjelasan materi
2. Belajar kelompok
3. Penilaian
4. Pengakuan tim
Rusman (211:11) mengatakan Urutan langkah-langkah perilaku
guru menurut model pembelajaran kooperatif adalah sebagaimana terlihat
pada tabel berikut ini:
Tahap Tingkah laku
Tahap 1:
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada
Tahap 2:
Menyajikan
informasi.
siswa dengan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.
Tahap 3:
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-
kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Tahap 4:
Membimbing
kelompok bekerja
dan belajar.
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
Tahap 5:
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6:
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar
individu kelompok.
2. Model Make a Match
Model Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu
jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
Menurut rusman (2011:223) mengatakan salah satu keunggulan
model pembelajaran ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Penerapan model pembelajaran ini dimulai dengan teknik, yaitu
siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapt mencocokan kartunya diberi
poin.
a. Prosedur model pembelajaran Make a Match
Rusman (2011:223) mengatakan langkah- langkah pembelajaran
Make a Match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep/ topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu
berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
2. Setiap siswa mendapatkan kartu dan memikirkan jawaban
atau soal dari kartu yang dipegang.
3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (kartu soal/ kartu jawaban).
4. Siswa yang dapt mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
6. Kesimpulan.
Langkah- langkah model pembelajaran Make a Match sebagai berikut:1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topic yang cocok untuk review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 mendapat kartu soal dan kelompok 2 mendapat kartu jawaban sedangkan kelompok 3 berfungsi sebagai penilai.
3. Tiap peserta didik mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban.
4. Setiap peserta didik mencari pasangan yang cocok dengan kartunya (Pasangan pertanyaan-jawaban)
5. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin oleh penilai.
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya kemudian siswa yang berperan sebagai penilai berganti peran menjadi pemegang kartu pertanyaan dan sebagian memegang kartu jawaban. Sedangkan siswa pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya berganti peran sebagai penilai.
8. Kemudian lakukan kegiatan seperti langkah pada nomor 4 dan 5. 9. Kesimpulan dan penutup.(Istarani.2011 dalam http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-
pembelajaran-make-match-mencari.html, diakses 25 Desember 2012)
b. Kelebihan Model Pembelajaran Make-A Match
1) Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan
kepadanya melalui kartu.
2) Meningkatkan kreativitas belajar siswa.
3) Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
4) Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media
pembelajaran yang dibuat oleh guru.
c. Kekurangan Model Pembelajaran Make-A Match
1) Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus
sesuai dengan materi palajaran.
2) Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran
3) Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin
disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja.
4) Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi belajar
Bambang Budi Wiyono (2008:73) mengemukakan bahwa prestasi
belajar adalah Hasil belajar yang dicapai siswa, baik berupa
pengetahuan,ketrampilan atau sikap.
Reni Akbar (2004:168) menyatakan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil penilain pendidikan terhadap proses belajar dan hasil
belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi
pelajaran dan perilaku yang diharapkan oleh siswa.
Acep Yoni (2010 : 158) mengemukakan bahwa prestasi adalah
hasil yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada
perubahan – perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,ketrampilan dan
sikap siswa.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar
Hamid Darmadi (2010:187) menyatakan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi empat
antara lain:
a. Bahan atau materi yang dipelajari
b. Lingkungan
c. Faktor instrumental
d. Kondisi peserta didik
Mirinda dan Winkel (dalam Reni Akbar, 2004:168) menyatakan
bahwa prestasi belajar siswa ditentukan oleh faktor berikut:
1. Faktor – faktor yang ada pada siswa
a) Taraf intelegensi, b) Bakat intelengensi, c) Taraf pengetahuan
yang dimiliki, d) Taraf pengetahuan, e) Motovisi, f) Kepribadian, g)
Perasaan, h) Sikap, i) Minat, j) Konsep diri k) kondisi fisik dan
psikis (termasuk cacat fisik dan kelainan psikologis.
2. Faktor – faktor yang ada pada lingkungan sekolah
1) hubungan antar orang tua
2) hubungan orang tua anak
3) jenis pola asuh
4) keadaan sosial ekonomi keluarga
3. Faktor – faktor yang ada dilingkungan sekolah
a) Guru, b) Kurikulum, c) Organisasi sekolah, d) Sistem social di
sekolah, e)Fasilitas pendidikan, f) Hubungan sekolah dengan
orang tua kurikulum, g) Lokasi sekolah
kurikulum, h) Lokasi sekolah.
4. Faktor – faktor pada lingkungan sosial yang lebih luas
1) Keadaan social politik dan ekonomi
2) Keadaan fisik cuaca dan iklim
Dari urain diatas menunjukan bahwa prestasi belajar
bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri,tetapi merupakan hasil berbagai
faktor yang melatar belakangi. Dengan demikian untuk memahami
tentang prestasi belajar perlu didalami faktor – faktor yang
mempengaruhinya.
a. Pengaruh faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non-
sosial.
b.Pengaruh faktor internal
1) Intelegensi
2) Minat (interst)
3) Sikap
4) Waktu (time) dan kesempatan (engagement)
4. Pembelajaran IPS
a. Pengertian Pembelajaran
Bambang Warsita (2004:85) mengemukakan bahwa pengertian
Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat pesrta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik,
dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi
agar terjadi kegiatan belajar.
Dimyati (2009:39) menggemukakan bahwa pengertian
Pembelajaran adalah upaya mengubah masukan berupa siswa yang
belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki
pengetauhan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.
Degeng (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002:3)
menggemukakan bahwa Pembelajaran merupakan upaya untuk
membelajarkan siswa.
b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sapriya (2009 :7) IPS merupakan dua istilah yang seiring
diucapkan atau dituliskan dalam berbagai karya akademik secara
tumpang tindih (overlaping ) .
Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu
nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan SD. Mata
pelajaran IPS merupakan sebuh nama mata pelajaran Sejarah,Geogrifi,
dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.Ciri khas IPS
sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah sifat terpadu ( integrated) dari sejumlah mata pelajaran ini lebih
bermakna bagi peserta didik sehinnga pengorganisasioan materi/ bahan
pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan kebutuhan
peserta didik.
c. Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
Ruang lingkup pengajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar dibatasi
sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi
dan sejarah, terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari – hari
yang ada pada lingkungan hidup murid – murid SD tersebut. Ruang
lingkup tersebut dari tahun ke tahun harus kita kembangkan, mulai dari
ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada di sekitar tempat
tinggal dan sekolah, kemudian ke tingkat desa, kecamatan, kabupaten,
provinsi, negara, dan akhirnya ke negara tetangga, terutama yang
berkenaan dengan hubungan kerjasama ekonomi, sosial, dan budaya di
wilayah – wilayah yang bersangkutan.
d. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Etin Solihatin (2007:15) menggemukakan bahwa tujuan IPS antara
lain sebagai berikut:
1) Untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa menggunakan
penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang
dihadapi.
2) Untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada
siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat , minat,
kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bakal bagi siswa
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tujuan pembelajaran menurut Departemen Pendidikan Nasional
(dalam Nurhadi 2004: 203) adalah
1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2) Mengembangkan aktifitas kreatif.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan.
f. Standar Kompetensi dan Kompetensi Standar
Kelas IV semester I
Standar
Kompetensi
Memahami
sejarah,
kenampakan
alam dan
keragaman
suku bangsa
di lingkungan
kabupaten/
kota dan
provinsi.
Kompetensi Dasar
mendeskripsikan kenampakan alam
lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi
serta hubungannya dengan keragaman sosial
dan budaya.
B. Kerangka berfikir
Masalah – masalah yang ada setelah melakukan penelitian di SDN Petungrejo,
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan adalah pembelajaran masih berpusat
pada guru dan siswa kurang aktif .Selama pembelajaran, guru tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengutarakan pendapatnya, sehingga
siswa tidak memperhatikan yang disampaikan olh guru.
Untuk meningkatkan prestasi belajar perlu digunakan suatu inovasi
baru, inovasi tersebut adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match. Tujuan perbelajaran model ini ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan. Dengan tujuan seperti diatas siwa akan menjadi aktif
dan senang karena model pembelajaran ini memadukan antara permainan dan
belajar. Selain itu karakteristik siswa kelas SD suka bermain dengan adanya
model pembelajran ini maka pembelajaran akan lebih bermakna.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Andrews, et al dalam Sangadji dan Sopiah, 2010: 90). Sedangkan menurut
Setyosari (2012: 110) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih perlu diuji secara empiris. Berdasarkan
kedua pendapat tentang pengertian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa
hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian, yang tingkat kebenaranya masih lemah sehingga masih perlu diuji
secara empiris melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ada peningkatan prestasi belajar IPS dalam mendeskripsikan kenampakan
alam melalui pembelajaran kooperatif tipe Make a-Match pada siswa kelas
IV SDN Petungrejo Ngunttoronadi Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek Tindakan
1. Rancangan Penelitian
Wina Sanjaya, (2009:26) mengemukakan bahwa penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas “Penelitian tindakan
kelas merupakan suatu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam
kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Suharsimi Arikunto, (2006:16) mengemukakan bahwa dalam
penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi.
Gb 3.1 Model tahapan penelitian tindakan kelas
Agar lebih jelas penulis maka harus diperhatikan hal – hal berikut ini:
a. Tahap perencanaa (planning)
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006: 17) Dalam tahap ini
dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. PTK dilakukan secara
berpasangan atau kolaborasi. Pihak pertama melakukan tindakan dan
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perncanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
?
pihak kedua yang mengamati proses jalannya tindakan
b. Tahap pelaksanaan (acting)
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan. Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana
tindakan harus mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan
disepakati
c. Tahap pengamatan (observing)
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:19) Tahap pengamatan
berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Kegiatan
pengamatan dilakukan oleh pengamat atau observer
d. Refleksi (reflecting )
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan
dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning) meliputi sebagai berikut :
a. Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat
penelitian.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas.
c. Menentukan pokok bahasan.
d. Menyusun silabus dan RPP.
e. Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data seperti : soal – soal
IPS, pedoman penilain, format penilaian..
2. Tahap Pelaksanaan (actuating)
Pertemuan I
a Kegiatan awal
1) Gruru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
2) Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan)
b. Kegiatan inti
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topic yang cocok untuk review, satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
2) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 mendapat kartu soal
dan kelompok 2 mendapat kartu jawaban sedangkan kelompok 3
berfungsi sebagai penilai.
3) Tiap peserta didik mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan
atau jawaban.
4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang cocok dengan kartunya
(Pasangan pertanyaan-jawaban)
5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin oleh penilai.
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya
7) Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya kemudian siswa
yang berperan sebagai penilai berganti peran menjadi pemegang
kartu pertanyaan dan sebagian memegang kartu jawaban.
Sedangkan siswa pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya berganti
peran sebagai penilai.
8) Guru menyimpulkan materi yang sudah dibahas.
9) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat
mendapat point yang baik.
c. Kegiatan akhir
1) Guru memberikan pesan moral
2) Guru menutup pelajaran (salam)
Pertemuan II Pada Siklus II
a. Kegiatan awal
1) Guru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
2) Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan)
b. Kegiatan inti
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic
yang cocok untuk review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 mendapat kartu soal dan
kelompok 2 mendapat kartu jawaban sedangkan kelompok 3 berfungsi
sebagai penilai.
3) Tiap peserta didik mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan atau
jawaban.
4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang cocok dengan kartunya
(Pasangan pertanyaan-jawaban)
5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin oleh penilai.
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya
7) Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya kemudian siswa
yang berperan sebagai penilai berganti peran menjadi pemegang
kartu pertanyaan dan sebagian memegang kartu jawaban.
Sedangkan siswa pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya berganti
peran sebagai penilai.
8) Guru menyimpulkan materi yang sudah dibahas.
9) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat
mendapat point yang baik.
c. Kegiatan akhir
1.Guru memberikan pesan moral
2.Guru menutup pelajaran (salam)
3.Tahap Pengamatan (observing)
Observasi dilakukan secara kolaboratif antara pihak I (peneliti) dan
pihak II (guru). Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan dengan
pengamatan disertai pencatatan secara teratur terhadap obyek yang
diteliti. Data yang diamati adalah pencapaian prestasi siswa
4.Refleksi
Dalam tahap ini peneliti menganalisa hasil pengamatan yang diperoleh
untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya
apabila ditemukan kelemahan maupun temuan-temuan lain yang
menyebabkan kesulitan pada siklus yang bersangkutan.
SIKLUS II
Tahapan dalam siklus II pada prinsipnya sama dengan
tahapan dalam siklus I yang meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Tindakan pada siklus II
akan mengalami beberapa perubahan, didasarkan atas analisis
perubahan dan analisis refleksi pada siklus I. Perubahan yang dilakukan
pada siklus II ini dilakukan dengan harapan agar terjadi peningkatan
prestasi belajaran siswa.
B. Setting, Lokasi, dan Subyek Penelitian
1. Setting dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan terhitung mulai bulan Februari
hingga bulan Juni tahun 2012. Tempat penelitian ini dilakukan di SDN
Petungrejo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Alasan penulis
memilih sekolah ini karena :
a. Di tempat penelitian tersebut terdapat masalah yang
mencerminkan karakteristik masalah yang akan diteliti.
b. Sejauh ini belum ada penelitian serupa yang dilakukan di
tempat penelitian tersebut, sehingga hasil penelitian ini akan
mengungkap sesuatu yang baru.
2. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Petungrejo,
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, semester 1, tahun
pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Terdiri dari
13 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.
C. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, diperlukan suatu metode
atau alat pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data adalah prosedur
yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan
ketepatan penggunaan. Pengumpulan data sangat ditentukan oleh jenis
data pada penelitian yang akan dikumpulkan.
Dalam penelitian ini dilalukan beberapa macam teknik pengumpulan
data:
a. Tes
Test merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data kognitif yaitu
melalui tes secara individu.
b. Observasi.
Dalam penelitian ini dilakukan observasi terhadap siswa untuk
memperoleh data peningkatan prestasi belajar siswa. Pengumpulan data
dilakukan dengan lembar observasi berbentuk cheklist.
E. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul selama penelitian, selanjutnya
dianalisis sebagai berikut:
a. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data kognitif berupa data
prestasi belajar siswa. Tes diberikan dalam bentuk soal. Ketuntasan
belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 18)
Nilai = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai ≥ 70
sesuai dengan Standart Ketuntasan Belajar di SDN Petungrejo
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data psikomotor
dan afektif, yaitu data mengenai unjuk kerja siswa dalam kegiatan
kelompok dan sikap siswa. Lembar observasi berbentuk checklist, data
unjuk kerja siswa dihitung dengan rumus:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 23)
Nilai unjuk kerja siswa = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Budi Wiyono. 2009. Penelitian Tindakan kelas dan Penulisan Karya
Ilmiah. Malang: UM Press
Dimyati & Mujdiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Bekerjasam Dengan Rineka Cipta
Daryanto & Mualyo Rahardjo.2012. Model Pembelajaran Inovatif. Malang: Gava
Media
Etin Solihatin, dkk. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran
IPS. PT Bumi Aksara: Jakarta
Istarani.2011 dalam http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-
make-match-mencari.html, diakses 25 Desember 2012
Reni Akbar, dkk. 2004. Akselerasi. PT Grasindo Anggota Ikapi: Jakarta
Rusman.2010. Model- Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka
Cipta
Wina Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Predana Media Group:
Jakarta