Post on 16-Oct-2021
PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DALAM PENGUATAN
KELOMPOK TANI (STUDI PERAN MERCY CORPS INDONESIA DALAM
PENGUATAN KELOMPOK TANI DI KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN)
Disusun oleh :
HENDRIK SITANGGANG NIM
: 187024035
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU – ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Peran LSM dalam Penguatan Kelompok Tani
(Studi Peran Mercy Corps Indonesia di Kabupaten Humbang Hasundutan)
Abstrak
Salah satu permasalahan dalam pertanian adalah masalah kelembagaan petani yang tidak
mendukung. Lembaga Swadaya Masyarakat dapat mengambil peran dalam penguatan kelembagaan
kelompok tani, terutama masyarakat yang berada di daerah pertanian, seperti Kabupaten Humbang
Hasundutan.
Tujuan penelitian ini diharapkan memberikan informasi secara mendalam untuk mendeskripsikan
dan menganalisis kegiatan yang dilakukan Mercy Corps Indonesia dalam penguatan kelembagaan
kelompok tani. Penelitian mengenai peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam penguatan
kelembagaan kelompok tani ini menggunakan metode kualitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti berfungsi sebagai pengumpul dan penganalisis data yang berkaitan
dengan pelaksanaan Peran LSM Mercy Corps Indonesia dalam Penguatan Kelembagaan Kelompok
Tani di Desa Sinambela, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Hasil dari Penelitian menyimpulkan beberapa hal: 1). LSM Mercy Corps Indonesia mengambil
peran dalam Kegiatan Penguatan Kelompok Tani di Desa Sinambela antara lain melalui kegiatan
Livelihood berupa kegiatan penyuluhan, temu lapang, Pembuatan Demplot dengan GAP (Good
Agriculture Practices) serta kegiatan Penguatan Keorganisasian dan Administrasi Kelompok Tani
di Desa Sinambela, 2).Kelompok tani Saolan dan Haluaon perlahan mulai menguat dari dimensi
Organisasi, Sumber Daya Manusia, Keuangan, Infrastruktur (sarana dan prasarana), dan Jejaring
(Kerja Sama).
Kata kunci: LSM, Peran, Kelompok Tani
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Tesis ini
dapat tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. R. Hamdani
Harahap, M.Si selaku dosen pembimbing Pertama dan Bapak Dr. Abdul Kadir, M.Si yang telah
membimbing tulisan Tesis saya hingga selesai.
Kemudian, saya juga mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak yang telah
berkontribusi dan membantu memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran guna
terselesainya tulisan Tesis ini dengan baik. Tulisan Tesis ini dipergunakan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Study (S2) Megister Studi Pembangunan. Harapan saya semoga tulisan Tesis
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Adapun keterbatasan
pengetahuan maupun pengelaman saya, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat saya harapkan guna kesempurnaan Tesis ini, sehingga pada masa yang akan datang saya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi Tesis ini agar menjadi lebih baik lagi.
Medan, Januari 2021
Hendrik Sitanggang
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL…....................................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................................9
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................................................................11
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................13
2.1. Penelitian Terdahulu .......................................................................................................................13
2.2. Tinjauan Teori dan Konsep ..............................................................................................................15
2.2.1. Strategi Nasional ………………………….........................................................................................15
2.2.2. Pengertian Peran .................................................................................................................. 16
2.2.3. Pengertian NGO/LSM ............................................................................................................18
2.2.4. Kelompok Tani ......................................................................................................................20
2.2.5. Pembangunan Pertanian ......................................................................................................25
2.2.6. Penguatan Kelembagaan/Capacity Building..........................................................................26
2.2.7. Kerangka Penelitian ...............................................................................................................29
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Pertanian
Kabupaten Humbang Hasundutan. : ............................................................................6
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Tahun 2010, Tahun 2017, dan Tahun 2018.....................................44
Tabel 4.2. Letak Astronomis dan Geografis Kecamatan Baktiraja…………………………........45
Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Jumlah Dusun Menurut Desa Di Kecamatan Baktiraja : ……….46
Tabel 4.4 Luas Wilayah (Ha) dan Jenis Penggunaan Tanah Menurut Desa di Kecamatan
Baktiraja Tahun 2018: ................................................................................................47
Tabel 4.5. Luas Panen dan Produksi di Kecamatan Baktiraja Tahun 2018………………..........47
Tabel 4.6. Kebutuhan Pupuk Dasar Bapak Omri Sinambela (Kelompok Tani Saoloan) : ........ 68
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2020-2024 telah disusun sebagai
perwujudan amanah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Saat ini RPJPN telah
memasuki tahap ke-4 (2020-2024) sebagai kelanjutan dari RPJMN tahap ke-3 (2015-
2019) yang telah berakhir. Pada RPJMN sebelumnya tahap ke-3 (2015-2019),
fokusnya adalah untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan
menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis sumberdaya alam
yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pentahapan RPJPN 2005-2025.
Pada RPJMN tahap-3 (2015-2019), salah satu strategi penguatan pembangunan
pertanian adalah penguatan kelembagaan petani. Pembangunan pada sektor pertanian
masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Kementerian
Pertanian sudah menyusun dan melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan
Pembangunan Pertanian untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi:
(1) peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan,
(2) peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian,
(3) pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit,
(4) penguatan kelembagaan petani,
Universitas Sumatera Utara
2
(5) pengembangan dan penguatan pembiayaan,
(6) pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi, serta
(7) penguatan jaringan pasar produk pertanian.
Saat ini telah memasuki RPJMN tahap-4, salah satu fokus strategisnya juga adalah
penguatan kelembagaan petani. Selain itu, yang menjadi perhatian juga adalah
penerapan Good Agricultural Practices. Pada RPJM tahap-4 (2020-2024) yang
diatur dalam Peraturan Presiden RI No 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Tahun 2020-2024, Penguatan Kelembagaan Petani masih menjadi
salah satu fokus Daftar Proyek Prioritas Strategis di bidang sektor pertanian.
Adapun yang menjadi Highlight Proyek pada RPJM tahap ke- 4 di sektor Pertanian
adalah:
1. Penerapan Good Agricultural Practices dan Precision Farming/ Agro Maritim 4.0
2. Penguatan kelembagaan petani
3. Investasi, pembiayaan, asuransi sektor pertanian dan perikanan
4. Kemitraan KUKM dan wirausaha pertanian dan perikanan Fasilitasi pemasaran
Kementerian Pertanian dalam Renstra 2020-2024 memiliki 9 sasaran strategis.
Salah satu Sasaran Strategi yaitu: Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia.
Adapun strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM pertanian adalah
sebagai berikut :
1. Standardisasi dan sertifikasi profesi pertanian.
2. Regenerasi dan Penumbuhan Minat Generasi Muda Pertanian.
Universitas Sumatera Utara
3
3. Penyuluhan pertanian berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
4. Peningkatan taraf pelatihan hingga level internasional.
5. Pendidikan dan Pelatihan Vokasi berbasis Kompetensi..
6. Penguatan kelembagaan petani
Organisasi Non Profit yang biasa juga disebut sebagai Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), tidak asing lagi dengan peranya dalam aktivitas sosial politik. LSM
mulai sangat dikenal di Indonesia ketika pada saat tsunami di Aceh tahun 2004.
Beberapa peneliti seperti Asnawi (1999) menyebutkan peran LSM yang
diistilah dengan organisasi kemasyarakatan itu adalah untuk berkontribusi dalam
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional, yakni suatu masyarakat yang
adil sejahtera. Berdasarkan pemaparan diatas, LSM memiliki peran strategis, karena
keberadaannya merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Dengan adanya LSM,
pembangunan di level masyarakat tidak semata digerakkan oleh pemerintah, tetapi
masyarakat langsung sebagai penggerak pembangunan yang didorong oleh LSM. Hal
ini sangat membantu proses pembangunan.
Menurut Uphoff (1986) bahwa pembangunan pertanian pada dasarnya
mencakup pengembangan dan peningkatan pada faktor-faktor yaitu: Teknologi, SDA,
SDM, dan Kelembagaan. Faktor-faktor teknologi, sumber daya alam, sumber daya
manusia dan kelembagaan adalah syarat kecukupan (sufficient condition) untuk
mencapai kinerja pembangunan yang diinginkan. Dalam artian, jika satu atau lebih dari
faktor tersebut tidak ada atau tidak memenuhi dengan persyaratan yang dibutuhkan,
maka tujuan untuk mencapai kinerja tertentu yang diinginkan tidak akan dapat dicapai.
Universitas Sumatera Utara
4
Permasalahan kelembagaan pertanian yang tidak mendukung merupakan salah
satu permasalahan dalam pengelolaan sumberdaya pertanian yang ada.
Salah satu permasalahan dalam kelembagaan petani di indonesia (Dimyati,
2007) adalah: peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani
belum berjalan secara optimal. Untuk itu, dalam kelembagaan pertanian perlu
dilakukan upaya penguatan kelembagaan petani.
LSM sebagai lembaga yang berasal dari dalam masyarakat harus
mengedepankan partisipasi masyarakat. Prinsip partisipasi dalam masyarakat harus
berdasarkankan kepada kompetensi yang berada dalam masyarakat itu sendiri. Konsep
inilah yang disebut community based development. Community based development
merupakan suatu konsep pengembangan masyarakat untuk menumbuhkembangkan
rasa kepemilikan sebagai bentuk keberdayaan masyarakat itu sendiri. Sedangkan
menurut beberapa ahli, seperti yang disampaikan Lfe (1995) bahwa konsep penguatan
(empowerment) sebagai usaha untuk mendelivery otonomi, kewenangan, dan “trust”
kepada setiap orang dalam suatu kelembagaaan, serta mendukungnya untuk memiliki
banyak ide supaya mampu menuntaskan tugasnya sebaik mungkin.
Menurutu Hermanto, dkk (2009) bahwa kelompok tani yang memiliki kinerja
rendah memiliki ciri-ciri antara lain: partisipasi anggota sangat kurang, kelompok tani
tidak mandiri, kelompok tidak bersatu serta sebagian kelompok tani sudah tidak
ada/tidak aktif namun masih terdaftar.
Beberapa upaya penguatan kelembagaan kelompok tani yang perlu dilakukan
antara lain;
Universitas Sumatera Utara
5
(1) mendorong dan membimbing petani agar mampu bekerjasama di bidang ekonomi
secara berkelompok,
(2) menumbuh-kembangkan kelompok tani melalui peningkatan fasilitasi bantuan dan
akses permodalan, posisi tawar, peningkatan fasilitasi dan pembinaan kepada
organisasi kelompok, dan peningkatan efisiensi dan efektivitas usahatani, serta
(3) meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai kegiatan pendampingan dan
latihan yang dirancang secara khusus bagi pengurus dan anggota.
Menurut Hermanto, dkk (2010) bahwa masih banyak kelompok tani saat ini
dapat dikatakan belum mengalami perkembangan sesuai yang diharapkan atau
dikatakan jalan di tempat atau bahkan menurun kinerjanya. Hal ini akibat dari tidak
adanya perencanaan yang jelas, apa yang akan dilakukan setelah terbentuknya
kelompok, peran pengurus kelompok tani sangat rendah, anggota kelompoknya tidak
jelas, struktur organisasi tidak lengkap dan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya,
produktivitas usaha rendah dan kurangnya pembinaan. Selain itu, pembentukan
kelembagaan tersebut tidak dilakukan secara partisifatif, bukan atas dasar keinginan
dan kepentingan bersama sehingga tidak dapat mengakomodasi potensi dan
kepentingan petani yang seharusnya menjadi modal untuk melakukan aksi kolektifnya.
Kelompok tani (Pokotan) acapkali didirikan sementara saja dan tiba-tiba hanya
aktif saja pada waktu-waktu tertentu, seperti saat datangnya bantuan, penyaluran kredit
dan pendistribusian bantuan lainnya yang mempersyaratkan adanya kelompok tani.
Dengan kondisi tersebut, akhirnya banyak kelompok tani terbentuk akan tetapi tidak
berkembang dengan baik sehingga muncul istilah yang disebut : kelompok tani merpati
Universitas Sumatera Utara
6
yaitu fenomena kelompok tani yang akan bermununculan ketika bantuan/umpan
datang. Kemudian kelompok tani pedati yaitu eksistensi kelompok tani yang harus
selalu dicambuk (dipacu) agar mau berjalan/berkembang.
Kabupaten Humbang Hasundutan terletak di Provinsi Sumatera Utara.
Humbang Hasundutan merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Tapanuli Utara,
Samosir, Pak Pak Barat. Secara administrasi, kabupaten ini memiliki 10 Kecamatan
dan 154 desa. Kelompok tani yang terdapat di Kabupaten Humbang Hasundutan sekitar
mencapai 1.193 kelompok. Sedangkan Desa sinambela, Kecamatan Baktiraja memiliki
11 kelompok tani.
Tabel 1.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Pertanian
Kabupaten Humbang Hasundutan.
Indikator IKK Target Rensta Perangkat
Daerah
Realisasi
Capaian
Proyeksi Catatan
Analisis
Peningkatan Level
Kelompok Tani
Jumlah Poktan
yang Naik
Level
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Pemula 650 785 938 1091 789 836 938 1091 Tercapai
Lanjut 30 51 81 111 42 51 81 111 Tercapai
Madya 1 3 5 10 1 3 5 10 Tercapai
Utama 0 0 2 4 0 0 2 4 -
Sumber: Rencana Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hausndutan Tahun 2019
Universitas Sumatera Utara
7
Dari tabel tersebut di atas, masih banyak Jumlah Kelompok Tani yang pemula.
Tabel tersebut menyimpulkan bahwa banyak kelompok tani pemula (91,4%) yang
perlu dikuatkan. Sedangkan persentase kelompok tani lanjut (9,3%), kelompok tani
madya (0,8%), dan kelompok tani Utama (0%).
Sebagian besar pada realitanya, grade kelompok tani menyimpang dari kondisi
yang sebetulnya. Seperti status grade kemampuan kelompok tani yang tinggi (misalnya
Madya atau Utama), namun aktivitas kelompok taninya ternyata tidak sesuai dari
indikator yang ditetapkan.
Hal ini juga terjadi di Desa Sinambela, terdapat kelompok tani yang selalu
mendapatkan bantuan, padahal kondisi kelompok tani tersebut masih belum kuat
dibandingkan kelompok tani lain yang ada di desa Sinambela (rendahnya
kepemimpinan yang dimiliki oleh pengurus kelompok tani, kelompok tani memiliki
anggota hanya sebatas formalitas tanpa adanya aktivitas anggota kelompoknya, fungsi
dan peran keorganisasian tidak dilaksanakan dan penguatan terhadap kelompok tani
masih rendah.
Keadaan diatas diakibatkan karena kelompok tani sering dijadikan hanya
sebagai instrumen atau lembaga yang ditunjuk untuk memberikan bantuan/subsidi
yang berkaitan dengan program pemerintah, sehingga ide awal pendirian dan
perkembangan kelompok tani banyak terjadi disebabkan karena mengharapkan
keberadaan proyek-proyek pertanian, sehingga ketika proyek tersebut tidak ada maka
Universitas Sumatera Utara
8
kelompok tani pun tidak jelas keorganisasiannya dan administrasinya atau hanya
sekedar formalitas tertulis saja.
Lembaga Swadaya Masyarakat dapat mengambil peran dalam percepatan
pembangunan, salah satu pilar pembangunan adalah meningkatkan kemandirian
masyarakat, terutama masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Peran yang dapat
diambil untuk meningkatkan kemandirian masyarakat adalah:
1). Peningkatan hasil pertanian melalui GAP (Good Agronomist Practices),
2) Penguatan kelembagaan kelompok tani,
3) peningkatan unit bisnis kelompok tani.
Lembaga Swadaya Masyarakat berperan dalam memberikan kontribusi sebagai agen
pembangunan di tengah masyarakat, penguatan masyarakat dan peningkatan kapasitas
masyarakat.
Berdasarkan peran NGO/LSM Yayasan Mercy Corps Indonesia di Humbang
Hasundutan yang bergerak di bidang pertanian Hortikultura dan Padi melalui
kelompok tani, penulis ingin melihat peran LSM tersebut yang salah satunya
melakukan kegiatan di sektor Penguatan Kelompok Tani. Alasan pemilihan sektor ini
karena penulis mengamati dan menyadari, bahwa menurut laporan data Dinas
Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan hanya 1/3 masyarakat Humbang
Hasundutan yang telah bergabung dalam Kelompok Tani serta masih banyak kelompok
Universitas Sumatera Utara
9
tani pemula (91,4%) yang perlu dikuatkan Penulis menyadari hal ini disebabkan
kurangnya penguatan terhadap kelembagaan kelompok tani.
Mercy Corps Indonesia memiliki perhatian untuk menguatkan kelompok tani
sehingga menjadi kelompok tani yang kuat berdasarkan peran pendampingan yang
dilakukan Mercy Corps Indonesia. Mercy Corps Indonesia mulai melakukan
pendampingan pada bulan April 2019 pada Poktan Saoloan dan Poktan Haluaon yang
berada di Desa Sinambela. Pemaparan diatas yang melatarbelakangi dalam
mendeskripsikan Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam penguatan Kelembagaan
Kelompok Tani di Kabupaten Humbang Hasundutan.
I.2. RUMUSAN MASALAH
Salah satu tujuan pembangunan pertanian adalah dalam rangka membangun
sumber daya manusia yang professional, petani mandiri, dan kelembagaan kelompok
tani yang kokoh. Untuk membangun pertanian bukan hanya menjadi ranahnya
Kementerian Pertanian saja. pelaksanaan program ini membutuhkan sumbangsih
stakeholder. Salah satunya adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Lembaga ini memiliki peran sebagai partner dan sekalian pemberi input dan
evaluasi terhadap pemerintah dalam program tersebut. Tidak hanya itu, banyak juga
program-program pendampingan yang telah dilakukan LSM yang dalam
implementasinya LSM bekerja independent tanpa intervensi pemerintah. LSM adalah
lembaga yang dibentuk oleh sekelompok orang yang mempunyai visi dan misi
Universitas Sumatera Utara
10
melakukan pelayanan sukarela kepada masyarakat umum dengan tujuan tidak untuk
untuk mencari profit, melainkan untuk membantu memperbaiki kesejahteraan
masyarakat. LSM cukup banyak yang menjalankan programnya pada banyak sektor
baik yang yang cakupannya nasional maupun internasional. Salah satu LSM yang
ruang lingkupnya internasional yaitu Mercy Corps Indonesia. MCI merupakan
singkatan dari Mercy Corps Indonesia. MCI merupakan sebuah organisasi non profit
yang berpusat di Amerika Serikat. MCI menonjol dalam bidang bantuan Internasional,
dengan melalukan program emergency respon, kegiatan penguatan ekonomi, kesehatan
dan pertanian.
Di Kabupaten Humbang Hasundutan khususnya Desa Sinambela, Saoloan dan
Haluaon adalah dua (2) kelembagaan kelompok tani yang menjadi proyek kerja Mercy
Corps Indonesia dalam bidang Pertanian. Kelompok Tani Saoloan berada di Dusun 3
dan Kelompok Tani Haluaon berada di Dusun 2 Desa Sinambela, Kecamatan Baktiraja,
Kabupaten Humbang Hasundutan. Kelompok Tani Saoloan dipelopori oleh Bapak
Zaman Simanullang selaku ketua dan Bapak Lasmer Simanullang sebagai sekretaris
dan Bapak Samsul Simanullang sebagai bendahara. Kelompok Tani Saoloan berdiri
pada tanggal 07 Januari 2008 dengan mengusahakan tanaman bawang merah.
Sedangkan kelompok tani Haluaon dipelopori oleh Bapak Gudson Sinambela sebagai
ketua dan Bapak Omri Sinambela sebagai Sekretaris dan Ibu Berliana Limbong sebagai
bendahara. Kelompok tani Haluaon berdiri pada tanggal 30 Agustus 2017 dengan
mengusahakan tanaman bawanng merah.
Universitas Sumatera Utara
11
Mercy Corps Indonesia mulai melakukan pendampingan kepada kelompok tani
Saoloan dan Haluaon Pada bulan April 2019 dengan melakukan peningkatan hasil
budidaya tanaman bawang merah melalui kegiatan di kelembagaan kelompok tani
sebagai wadah belajar. Kemudian Mercy Corps Indonesia memfasilitasi kelompok tani
untuk mendapat penguatan kelembagaan kelompok tani. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka peneliti merasa perlu melaksanakan penelitian tentang peran Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Mercy Corps Indonesia didalam penguatan
Kelembagaaan Kelompok Tani di Kabupaten Humbang Hasundutan.
I.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini diharapkan memberikan informasi secara mendalam untuk:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis kegiatan yang dilakukan Mercy Corps
Indonesia dalam penguatan kelembagaan kelompok tani.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari kegiatan yang dilakukan serta
dampaknya terhadap penguatan kelembagaan kelompok tani.
I.4. MANFAAT PENELITIAN
Beberapa manfaat penelitian yang diharapkan diantaranya:
1. Dari sisi teoritis dan akademis, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi
keilmuan tentang pandangan masyarakat terhadap Lembaga Swadaya
Masyarakat Mercy Corps Indonesia dalam penguatan kelompok tani di
Kabupaten Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara
12
2. Dari sisi praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan input,
saran dan rekomendasi untuk Pemerintahan Lokal di Humbang Hasundutan,
kepada LSM yang melaksanakan penguatan, kepada masyarakat sebagai
obyek dan subyek pembangunan, serta semua pihak yang terlibat, guna
terciptanya pembangunan di masyarakat yang lebih baik.
I.5. FOKUS PENELITIAN
Fokus penelitian ini yaitu mendeskripsikan peran Lembaga Swadaya
Masyarakat Mercy Corps Indonesia didalam Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani
di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Pada LSM Mercy Corps Indonesia, penulis memfokuskan pengambilan lokasi
pada 2 Kelompok Tani dampingan Mercy Corps Indonesia yang berada di Kecamatan
Baktiraja. Alasan pemilihan kelompok ini adalah karena kelompok tani ini adalah
kelompok tani binaan pertama Mercy Corps Indonesia.
Pada LSM Mercy Corps Indonesia, penulis melakukan penelitian di dalam
kelompok tani dampingan yaitu Saoloan dan Haluaon di Desa Sinambela, Kecamatan
Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PENELITIAN TERDAHULU
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rudolof Ngalu, Yohannes M. Jamun, dan
Heronimus E. Wejang pada tahun 2019 tentang Peran dan Strategi Lembaga
Swadaya Masyarakat dalam Penguatan Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi
Kasus di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur). Pokok
permasalahan penting yang dibahas dalam tulisan ini yaitu bagaimana peran
dan strategi LSM dalam penguatan sosial ekonomi masyarakat di
Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Hasil dalam tulisan ini
adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus.
Data yang dikumpulkan melalui metode wawancara dan studi dokumen.
Analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman yang
terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa LSM yang yang
berada di Kabupaten Manggarai telah melaksanakan peran penguatan
masyarakat di bidang sosial ekonomi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto dan Dewa K.S. Swastika pada
tahun 2011 tentang Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal
Peningkatan Kesejahteraan Petani. Dalam tulisan ini yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
14
tujuannya adalah menggambarkan langkah-langkah operasional yang
diperlukan untuk penguatan kelompok tani dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan petani. Meskipun lembaga kelompok tani telah begitu banyak
dibentuk, namun cukup sulit saat ini untuk menemukan kelompok tani yang
aktif, di mana anggotanya memanfaatkan lembaga tersebut untuk
meningkatkan kinerja usahatani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
petani. Padahal kelompok tani memiliki peran dan fungsi yang penting
dalam menggerakkan pembangunan pertanian.
Penguatan kelembagaan perlu dilakukan melalui beberapa upaya, antara
lain;
(1) mendorong dan membimbing petani agar mampu bekerjasama di bidang
ekonomi secara berkelompok,
(2) menumbuh kembangkan kelompok tani melalui peningkatan fasilitasi
bantuan dan akses permodalan, peningkatan posisi tawar, peningkatan
fasilitasi dan pembinaan kepada organisasi kelompok, dan peningkatan
efisiensi dan efektivitas usahatani, serta
(3) meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai kegiatan
pendampingan, dan latihan yang dirancang secara khusus bagi pengurus
dan anggota. Secara teknis upaya penguatan kelompok tani ini dilakukan
oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Meskipun demikian
pendampingan pembinaan kelompok tani juga dapat dilakukan oleh LSM,
dan organisasi lainnya yang dipandang mampu untuk dilibatkan dalam
penguatan kelompok tani
Universitas Sumatera Utara
15
II.2. TINJAUAN TEORI DAN KONSEP
II.2.1. Strategi Nasional
Berdasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) ke-3 (2015-2019), yang merupakan penjabaran dari Visi, Program Aksi
Presiden/Wakil Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Strategi Kementan RI untuk mencapai tujuan dan sasaran dengan menyusun
dan melaksanakan 7 Strategi Utama dalam Penguatan Pembangunan Pertanian untuk
Kedaulatan Pangan (P3KP) sebagai berikut :
1. Peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan
2. Peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian
3. Pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit
4. Penguatan kelembagaan petani
5. Pengembangan dan penguatan pembiayaan pertanian
6. Pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi
7. Penguatan jaringan pasar produk pertanian
Selain tujuh strategi utama tersebut, terdapat salah satu dari sembilan strategi
pendukung yang terkait dengan penguatan kelembagaan pertanian yaitu penguatan dan
peningkatan kapasitas SDM.
Universitas Sumatera Utara
16
II.2.2. PENGERTIAN PERAN
Menurut Gross, Masson, dan Mc Eachern memberikan definisi peranan yang
dikutip oleh David Berry dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Pikiran dalam
Sosiologi, peranan diartikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan
pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu atau lembaga yang
mumpunyai arti penting bagi struktur sosial. Dalam peranan terdapat dua macam
harapan, yaitu:
a. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-
kewajiban dari pemegang peran,
b. Harapan-harapan yang dimiliki dari si pemegang peran terhadap masyarakat
atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan
peranannya atau kewajiban-kewajibannya.
Fungsi peran yaitu tindakan atau perilaku yang dijalankan oleh individu yang
menempati suatu posisi tertentu di dalam status sosial. Peranan menurut Soejono
Soekanto yang dikutip oleh Florentinus Christian Imanuel, dalam Jurnalnya yang
berjudul Peran Kepala Desa dalam Pembangunan di Desa Budaya Sungai Bawang
Kecamatan Muara Badak Kab. Kutai Kartanegara mencakup 3 (tiga) hal, salah satunya
adalah Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat.
Selanjuntnya menurut Levinson ( 2006) memberikan penjelasan bahwa peran
merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan seseorang yang penting bagi
Universitas Sumatera Utara
17
struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma- norma yang dikembangkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peran dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan- peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
Soekanto, 2009 mengutip teori peranan dalam hubungan dengan kinerja
menurut pendapat David Berry yang memberikan penjelasan bahwa
organisasi/lembaga diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang
berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Konsep teori ini seperti lembaga
pemerintah yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan tujuan dan
harapan sebagaimana peranan yang di pegang oleh lembaga pemerintah tersebut.
Soerjono Soekanto selanjutnya menyebutkan peranan itu setidaknya mencakup
4 hal yakni:
a. Peranan adalah suatu konsep perihal yang dilakukan individu, oleh masyarakat
sebagai organisasi.
b. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.
c. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungakan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.
d. Peran juga menunjukkan pola perilaku yang diharapkan orang bilamana mereka
melakukan interaksi.
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Noeleen Heyzer (dalam Heyzer, Ryker and Quizon, 1995)
mengidentifikasikan 3 kategori peran LSM, yakni:
(1) Memberi dukungan serta pemberdayaan masyarakat di tingkat grassroot (akar
rumput), yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,
(2) Meningkatkan pengaruh politik secara meluas, melalui jejaring kemitraan, baik
yang ada dalam negari maupun dalam lembaga-lembaga luar negeri.
(3) turut serta ambil peran dalam menentukan arah dan agenda pembangunan.
Sesuai yang dikemukakan Heyzer tersebut, peran NGO dapat dibagi ke dalam
dua kategori besar: kesatu, peran dalam bidang non politik, yaitu melakukan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang sosial ekonomi, dan kedua dalam bidang
politic yaitu sebagai sarana yang menghubungkan antara warga masyarakat dengan
negara atau pemerintah.
II.2.3. Pengertian Non - Governmental Organization (NGO)/LSM
LSM merupakan salah satu organisasi yang dibentuk oleh masyarakat di luar
intervensi pemerintah dan juga menjadi perwujudan dari kelompok sosial masyarakat
(Indonesian Center for Civic Education). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Ernest Gelner tentang definisi civil society (Kelompok sosial masyarakat). Bahwa civil
society merupakan masyarakat yang terdiri atas institusi nonpemerintah yang cukup
kuat dan independen untuk mengemban peran penyeimbang negara.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan lembaga non
profit/organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
19
kesamaan visi dan misi dan diikat dalam suatu kegiatan sosial dengan tujuan tertentu.
Menurut Supriadi Torro (2013; 237-8) bahwa istilah LSM sama pengertiannya dengan
NGO yang secara harfiah berasal dari bahasa Inggris ”Non-Governmantal
Organization (NGO) atau organisasi non pemerintah.
Keberadaan dan kegiatan yang dilakukan LSM sudah cukup dikenal dalam
mewarnai kehidupan sosial politik hampir di seluruh belahan Dunia. Gairah dan
perkembangan LSM tidak hanya bergeliat di luar negeri tapi juga terlihat di Indonesia.
Jumlah LSM yang ada di Indonesia berdasarkan data dari Departemen Dalam Negeri
(2002) adalah sebanyak sekitar 13.500 lembaga.
Jumlah tersebut kemungkinan terus bertambah seiring dengan terbukanya
kesempatan yang sangat luas bagi setiap masyarakat dalam memberikan aspirasi, yaitu
kebebasan untuk berserikat, berkumpul, menyampaikan pendapat, berekspresi dijamin
oleh Undang-Undang. Iklim demokrasi reformasi pasca runtuhnya rezim baru memberi
angin segar bagi lahirnya demokrasi dan membuka kesempatan masyarakat untuk
berperan serta dalam proses sosial politik serta pembangunan secara lebih aktif. Wadah
strategisnya salah satu adalah LSM.
Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No.8 Tahun 1999 menyebutkan
bahwa Lembaga swadaya masyarakat merupakan suatu organisasi/lembaga yang
anggotanya merupakan masyarakat warga Indonesia yang secara sukarela atau
kemauan sendiri berniat atau bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh
organisasi/lembaga sebagai perwujudan partisipasi masyarakat dalam upaya
Universitas Sumatera Utara
20
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitikberatkan
pengabdiaannya kepada swadaya. Seiring dengan perkembangan, selanjutnya LSM
telah diatur sejak tahun 2001 terkait keberadaan LSM yang sudah diatur menurut
Undang-undang No.16 tahun 2001 bahwa organisasi non pemerintah di Indonesia
berbentuk Yayasan.
Selain itu, menurut pendapat Willis (2005) menjelaskan peran-peran yang dapat
dikerjakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat khususnya dalam pembangunan di
masyarakat golongan bawah berfokus atau mengacu kepada:
a. Kesejahteraan masyarakat dan penyediaan pelayanan
b. Emergeny Respon (Bantuan darurat)
c. Pengembangan pendidikan
d. Partisipasi dan penguatan
e. Swasembada
f. Advokasi
g. Jaringan/Jejaring
II.2.4. Kelompok Tani (Kelembagaan Petani)
Salah satu strategi penting dalam pembangunan pertanian adalah pendekatan
kelembagaaan. Mengacu pada orientasi pembangunan pertanian di Indonesia saat ini
yang mendasarkan pada sistem agribisnis maka peranan kelembagaan pertanian,
termasuk didalamnya kelembagaan petani, sangat menentukan kesuksesan
pembangunan pertanian. Kelembagaan petani di pedesaan memberikan kontribusi
dalam percepatan pengembangan sosial ekonomi petani; aksesibilitas pada informasi
Universitas Sumatera Utara
21
pertanian; aksesibilitas pada modal, infrastruktur, dan pasar; dan adopsi inovasi-inovasi
pertanian. Selain itu, keberadaan kelembagaan petani akan memberikan kemudahan
bagi pemerintah dan stakeholder yang lain dalam memfasilitasi dan memberikan
penguatan pada petani.
Kelompok tani adalah kelembagaan di tingkat petani yang dididirikan untuk
secara langsung mengorganisikan para petani dalam kegiatan tani. Kementerian
Pertanian memberi definisi kelompok tani sebagai kumpulan petani/peternak/pekebun
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
usaha anggota. Kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani, guna mengatasi masalah
bersama dalam usahatani serta menguatkan posisi tawar petani, baik dalam pasar
sarana maupun pasar produk pertanian.
Peran kelompok tani makin signifikan dimulai sejak adanya program
Bimbingan Masal (Bimas) tahun 1968. Bahkan pembentukan poktan seakan menjadi
kewajiban, bukan berdasarkan kepada kebutuhan petani. Kelompok tani selalu menjadi
saluran bantuan karena dinilai lebih efisien dalam penyaluran kredit usahatani (KUT)
dan program-program bantuan pemerintah untuk pertanian lainnya. Akibatnya semua
desa harus membentuk kelompok tani untuk mendapat fasilitas layanan pemerintah.
Semua petani secara otomatis dijadikan sebagai anggota kelompok. Bahkan tidak
mengherankan apabila banyak petani yang tidak tahu mereka dimasukkan sebagai
anggota kelompok apa dan tidak mengetahui siapa ketua kelompoknya.
Universitas Sumatera Utara
22
Kelompok tani sebagai bagian integral pembangunan pertanian memiliki peran
dan fungsi penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian di perdesaan. Pelaku
utama pembangunan pertanian di perdesaan adalah pada dasarnya kelompok tani itu
sendiri. Dalam hal ini kehadiran kelompok tani dapat memainkan peran tunggal atau
gabungan, seperti penyediaan sarana produksi pertanian/saprotan (misalnya pupuk
bersubsidi), penyediaan modal keuangan (misalnya simpan pinjam kelompok),
penyediaan air saluran irigasi (kerjasama dengan P3A), penyediaan informasi
(penyuluhan kepada kelompok tani), serta pemasaran hasil secara bersama.
Secara konseptual peran kelompok tani lebih merupakan suatu gambaran
tentang aktivitas-aktivitas kelompok tani yang dikelola berdasarkan kesepakatan
bersama. Aktivitas tersebut dapat berdasarkan jenis usaha, atau unsur-unsur subsistem
agribisnis, seperti pengadaan sarana produksi, pemasaran, pengolahan hasil pasca
panen, dan sebagainya. Pemilihan aktivitas kelompok tani ini sangat tergantung pada
kesamaan yang dimiliki seperti kepentingan, sumberdaya alam, sosial ekonomi,
kekompakan, “trust”, dan keselerasan hubungan antar petani, sehingga dapat menjadi
faktor pengikat dan pemersatu untuk kelestarian kehidupan berkelompok, dimana
masing-masing anggota kelompok turut memiliki rasa kepemilikan kelompok tani dan
merasakan dampak positif sebesar-besarnya dengan ikut bergabungnya dalam
kelompok tani.
Peranan kelompok tani juga dapat diperankan tiap saat oleh pemimpin
kelompok maupun oleh anggota lainnya. Pemimpin kelompok tani mempunyai peran
sebagai koordinator, dimana mereka yang menggambarkan atau menampilkan
Universitas Sumatera Utara
23
hubungan antara beragam pendapat dan saran, sementara tiap anggota dalam kelompok
tentu dapat memainkan lebih dari satu peran dalam partisipasi kelompok. Selain itu,
pemimpin kelompok juga sebagai motornya kelompok untuk bertindak atau
mengambil keputusan, dan berusaha menstimulan atau memberi motivasi pada
kelompok agar melakukan aktivitas yang telah ditetapkan. Meningkatnya partisipasi
anggota kelompok akan meningkatkan kedinamisan kelompok. Kedinamisan tersebut
akan memberikan kesempatan seluas-seluasnya kepada anggota untuk bekerjasama
dan berpartisipasi dalam aktiviitas kelompok, sehingga tujuan bersama yang telah
ditetapkan dapat dicapai.
Kelompok tani yang dinamis dicirikan oleh selalu adanya aktivitas ataupun
interaksi, baik di dalam maupun dengan pihak luar sebagai upaya mencapai tujuan
kelompok. Sebagai organisasi sosial masyarakat, kelompok tani memiliki fungsi
sebagai wadah belajar-mengajar bagi anggotanya yaitu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam
berusahatani dengan produktivitas yang meningkat, penghasilan yang bertambah, dan
kehidupan lebih baik. Selain itu, kelompok tani juga berfungsi sebagai wahana
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani, serta
dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien
serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.
Peningkatan peran dan pembinaan kelompok tani merupakan suatu hal yang
harus diperhatikan. Pentingnya pembinaan kelompok tani juga disampaikan oleh
Mosher (1987) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian yaitu adanya
Universitas Sumatera Utara
24
kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Pembinaan terhadap kelompok
tani diharapkan mampu membantu menggali potensi, memberikan solusi atas
permasalahan usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memberikan kemudahan
dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, modal, dan sumber daya lainnya.
Pentingnya kelembagaan petani diakui dalam pembangunan pertanian di suatu
negara. Namun realitanya menunjukan kecenderungan masih lemahnya kelembagaan
petani dan besarnya hambatan dalam menumbuhkan kelembagaan pada masyarakat
petani. Untuk membantu petani mengatasi persoalan pendapatan ekonomi diharapkan
dapat diperankan oleh kelembagaan kelompok tani, namun sampai saat ini masih
belum berfungsi secara optimal.
Pengembangan Kelompok Tani Menurut Permentan No.67 tahun 2016 Tentang
Pembinaan Kelompok Tani difokuskan kepada:
(a) penguatan Poktan menjadi Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri;
(b) peningkatan kemampuan anggota dalam pengembangan agribisnis; dan
(c) peningkatan kemampuan Poktan dalam menjalankan fungsinya.
Keadaan kelembagaan petani saat ini lebih bersifat sosial budaya dan sebagian
besar hanya berfokus untuk memperoleh fasilitas/bantuan pemerintah, belum
sepenuhnya tertuju untuk mendapatkan peluang ekonomi melalui pemanfaatan peluang
akses terhadap berbagai informasi teknologi, permodalan dan pasar yang diperlukan
bagi pengembangan usahatani dan usaha pertanian. Di samping itu, kelembagaan
ekonomi petani, seperti koperasi belum dapat sepenuhnya mengakomodasi
Universitas Sumatera Utara
25
kepentingan petani/kelompok tani sebagai wadah pembinaan teknis. Bermacam
kelembagaan petani yang sudah ada seperti Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan), Perhimpunan Petani Pemakai Air dan Subak dihadapkan pada tantangan
untuk merevitalisasi diri dari kelembagaan yang saat ini lebih dominan hanya sebagai
wadah pembinaan teknis dan sosial menjadi kelembagaan yang juga berfungsi sebagai
wadah pengembangan usaha yang berbadan hukum atau dapat berintegrasi dalam
koperasi yang ada di pedesaan.
Menurut Purwanto yang dikutip oleh Hermanto (2010), memberikan beragam
gambaran kelompok tani, mayoritas kelompok tani masih belum beraktivitas dengan
baik. Penyebabnya adalah adannya hambatan yang bersifat internal maupun eksternal,
antara lain:
1. Kelompok tani pada umumnya dibentuk berdasarkan kepentingan teknis untuk
memudahkan koordinasi apabila ada kegiatan atau program pemerintah, sehingga lebih
bersifat orientasi program, dan kurang menjamin kemandirian dan keberlanjutan
kelompok.
2. Partisipasi dan kekompakan anggota dalam kegiatan kelompok masih relatif rendah,
tercermin dari tingkat kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok yang hanya
mencapai 50%.
II.2.5. Pembangunan Pertanian
Tjokrowinoto (1996) mengungkapkan pembangunan adalah nilai dan suatu
ideologi, proses pembangunan selalu menghadapkan perumusan kebijakan,
Universitas Sumatera Utara
26
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dengan dilema-dilema serta tantangannya.
Menurut pendapat lain, Kartasasmita (1996) memberikan penjelasan pembangunan
yaitu suatu proses perubahan menuju arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilaksanakan secara terencana. Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa
pembangunan adalah suatu proses perubahan yang bertujuan untuk menciptkaan
kesejahteraan individu, masyarakat, bangsa dan negara dalam mencapai keadaan lebih
baik dari sebelumnya.
Menurut Kottak dan Uphoff (1988) menyebutkan bahwa pendekatan
pembangunan yang tidak memprioritaskan sumber daya manusianya (sosio-ekonomi
dan budayanya) telah menyebabkan kurang berfungsi atau tidak aktifnya kelembagaan
lokal, pelemahan kemandirian petani, serta dapat mengancam keberlangsungan
pembangunan pertanian atau mengalami kegagalan.
II.2.6. Penguatan Kelembagaan atau Capacity Building
Menuurut Ratnasari (2013) menyebutkan pada umumnya konsep capacity
building dapat diartikan sebagai proses membangun kapasitas individu, kelompok atau
organisasi. Capacity building dapat juga dijelaskan sebagai upaya memperkuat
kapasitas seseorang, kelompok atau organisasi yang dicerminkan dengan cara
pengembangan kemampuan, ketrampilan, potensi dan bakat serta penguasaan
kompetensi-kompetensi sehingga individu, kelompok atau organisasi mampu bertahan
dan dapat mengatasi tantangan perubahan yang terjadi secara cepat dan tak terduga.
Universitas Sumatera Utara
27
Selain itu, pendapat lain oleh Mutiarin (2014) mengartikan penguatan
kelembagaan sebagai upaya sebuah organisasi dalam memperbaiki kinerja organisasi
secara keseluruhan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas baik institusi, sistem,
maupun individu dalam memperbaiki kinerja organisasi secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Lembaga PBB yaitu UNDP dan lembaga pengembangan
masyarakat yang ada di Kanada yaitu Canadian International Development
Agency)/CIDA (Millen, 2004, p. 15) mengartikan bahwa peningkatan kapasitas
sebagai proses dimana individu, kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat
meningkatkan kemampuan mereka untuk:
a. menghasilkan kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, memecahkan
permasalahan, merumuskan, dan mewujudkan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan,
b. memahami dan memenuhi kebutuhan pembangunan dalam konteks yang lebih luas
dalam cara yang berkelanjutan.
Dari beberapa pengertian tentang capacity building, pada dasarnya memiliki
kesamaan dalam 3 aspek yaitu: 1).pengembangan kapasitas adalah suatu proses,
2).proses tersebut dilakukan pada tiga level (individu, kelompok, dan institusi atau
organisasi), dan 3).proses tersebut dimaksudkan untuk menjamin kelancaran organisasi
melalui pencapaian tujuan dan sasaran organisasi tersebut.
Dalam rumusan Deborah Eade (Mutiarin, 2014, p. 182) terdapat 5 dimensi
penguatan kelembagaan antara lain: dimensi SDM (sumber daya manusia), dimensi
Universitas Sumatera Utara
28
organisasi, dimensi keuangan, dimensi infrastruktur (sarana dan prasarana) dan
dimensi kerjasama.
Rumusan dimensi penguatan kelembagaan menurut Deborah Eade (Mutiarin,
2014, p. 183), yaitu :
a. Dimensi Organisasi yaitu Organisasi memiliki struktur organisasi yang dapat
membantu pelaksanaan fungsi dan pencapaian tujuan organisasi.
b. Dimensi Sumber Daya Manusia yakni mempunyai serta meningkatkan sumber daya
manusia/SDM secara kualitas maupun kuantitas melalui pelatihan ataupun sosialisasi
c. Dimensi Keuangan yaitu memiliki alokasi anggaran dalam menjalankan fungsi dan
pencapaian tujuan organisasi
d. Dimensi Infrastruktur yaitu memiliki sarana dan prasarana dalam menjalankan
fungsi dan pencapaian tujuan organisasi
e. Dimensi Kerjasama yaitu organisasi melakukan kerjasama ataupun koordinasi
dengan pihak eksternal dari organisasi.
Penguatan kelembagaan petani sangat dibutuhkan dalam rangka memberikan
perlindungan dan pemberdayaan petani. Oleh karena itu, petani dapat
menumbuhkembangkan kelembagaan dari, oleh, dan untuk petani agar memperkuat
dan memperjuangkan kepentingan petani itu sendiri sesuai dengan perpaduan antara
budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal petani.
Universitas Sumatera Utara
29
II.2.7. Kerangka Penelitian
Kajian mengenai pembangunan pertanian di Indonesia tidak akan dapat
dipisahkan dari penjelasan tentang pedesaan, sebab kegiatan pertanian di Indonesia
sebagian besar berada di wilayah pedesaan. Hal ini terlihat pada realitanya bahwa
mayoritas masyarakat pedesaan memiliki pekerjaan/profesi sebagai petani. Oleh
karena itu pembangunan pertanian acapkali dikaitkan dengan pembangunan pedesaan.
Partisipasi masyarakat desa sebagai subjek dalam membentuk suatu kelompok tani
dapat mendorong pelaksanaan pembangunan pertanian dan pedesaan yang ideal.
Menurut Departemen Pertanian (2008), salah satu fungsi kelompok tani yaitu
merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha
tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan
yang lebih sejahtera.
Adapun persoalan yang masih melekat dalam kelembagaan petani di desa
adalah:
(1) pengetahuan dan kemampuan petani masih kurang terhadap masalah
manajemen produksi maupun mitra pemasaran,
(2) belum ikutnya petani secara keseluruhan dalam aktivitas agribisnis, dimana
petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm),
(3) peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani
belum berjalan secara optimum.
Universitas Sumatera Utara
30
Untuk menjawab persoalan dalam kelembagaan pertanian dibutuhkan berbagai upaya
pengembangan dan penguatan kelembagaan petani.
Pembangunan pada dasarnya membuat anggota masyarakat yang lemah dapat
memperbaiki situasinya dengan memberikan pelayanan sosial yang diperlukan dan
meningkatkan produktivitas mereka, memerangi kerentanan dan keterasingan,
memberikan jaminan keseimbangan penggunaan sumberdaya alam dan melawan
eksploitasi. Keberhasilan pembangunan tersebut terlaksana jika mendapat dukungan
dari 3 unsur yakni pemerinta, swasta, dan organisasi non profit atau Lembaga Swadaya
Masyarakat.
Tidak dapat dilepaskan bahwa LSM juga memberikan dampak yang cukup
besar dalam kehidupan sosial di negara ini. Selama ini , kegiatan LSM lebih banyak
berupa program-program bantuan dan pelayanan sosial, terutama bagi kelompok
masyarakat lemah. Sebagai konsekuensi dari pemberian layanan sosial itu, LSM
menggalangkan program-program bagi proses penguatan, atau dengan upaya
menciptakan swadaya, kemandirian, dan otonomi sehingga kelompok masyarakat yang
menjadi sasaran layanan dapat diberdayakan. Dalam proses penguatan ini, program-
program pelayanan sosial LSM mencakup upaya penyadaran kelompok masyarakat
yang menjadi dampingan agar dapat paham tentang hak-haknya serta menjalankan
kewajiban sebagai warga negara.
Persoalan utama yang sangat mendasar bagi LSM dalam hal penguatan
masyarakat adalah pandangan negatif di sebagian benak masyarakat terhadap LSM
Universitas Sumatera Utara
31
yang masih menaruh curiga terhadap kehadiran dan aktivitas dari LSM. Pada satu sisi
LSM dipersepsikan alat bagi neo-liberalisme atau agen Negara Asing, hal ini
dikarenakan sebagian besar donatur kegiatan-kegiatan yang dilakukan LSM di
Indonesia di danai oleh negara asing dan tentunya ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh NGO untuk memperoleh dana tersebut. Disisi lain, sampai saat ini tidak
ada mekanisme pertanggungjawaban LSM terhadap masyarakat.
Program pembangunan pertanian tidak mutlak domainya Departemen
Pertanian semata. Dalam arti lain, pelaksanaan program pembangunan di sektor
pertanian membutuhkan kontribusi atau kerja sama segenap stakeholder. Salah satu
dari stakholder tersebut adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). LSM memiliki
peran dan fungsi strategis, yaitu sebagai partner dan termasuk pemberi input dan
evaluasi kepada pemerintah dalam kegiatan pembangunan di sektor pertanian. Bukan
hanya itu, LSM juga banyak melakukan program pembangunan secara sendiri tanpa
campur tangan pemerintah.
LSM adalah organisasi yang didirikan/dibentuk oleh sekelompok individu yang
secara sukarela memberikan pelayanan pada masyarakat umum dengan tujuan
membantu kesejahteraan masyarakat umum, dan bukan untuk kepentingannya pribadi.
Terdapat sejumlah LSM yang bergerak di bermacam bidang baik yang yang
cakupannya nasional maupun internasional. Salah satu LSM yang ruang lingkupnya
internasional yaitu Mercy Corps Indonesia. MCI merupakan singkatan dari Mercy
Corps Indonesia. MCI merupakan sebuah organisasi non profit yang berpusat di
Universitas Sumatera Utara
32
Amerika Serikat. MCI memiliki beberapa program di Indonesia antara lain : program
emergency respon, penguatan kelembagaan kelompok tani, ekonomi, dan advokasi.
Menurut Heyzer, peran NGO dapat dibagi ke dalam dua kategori besar: kesatu, peran
di bidang nonpolitik (pemberdayaan masyarakat dalam bidang sosial ekonomi), dan
kedua di bidang politik yakni sebagai wadah untuk menghubungkan warga masyarakat
dengan pemerintah/negara.
Di Kabupaten Humbang Hasundutan, Mercy Corps Indonesia mengambil peran
di bidang nonpolitik yakni memberdayakan masyarakat pada bidang sosial ekonomi
yaitu melaksanakan program penguatan kelembagaan tani. Kelompok Tani Saoloan
dan Haluaon adalah dua (2) kelompok tani yang menjadi program pendampingan
dalam Penguatan Kelompok Tani. LSM Mercy Corps Indonesia. Kelompok Tani
Saoloan dan Kelompok Haluaon berada di Desa Sinambela, Kecamatan Baktiraja.
Kelompok tani ini awalnya memiliki anggota 20 orang, namun kelompok tani
ini mengalami pengurangan anggota poktan oleh karena permasalahan pengurus dan
anggota tidak merasakan manfaat kelembagaan kelompok tani. MCI mulai membantu
kelompok tani Saoloan dan Haluaon pada tahun 2019 melalui program pendampingan
penguatan kelembagaan kelompok tani.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti merasa perlu melakukan
penelitian terkait “Bagaimana peran LSM Mercy Corps Indonesia dalam penguatan
Kelembagaaan Kelompok Tani di Desa Sinambela, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten
Humbang Hasundutan”.
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penguatan Poktan menjadi Kelembagaan Petani melalui Dimensi Organisasi,
Dimensi SDM, Dimensi Keuangan, Dimensi Infrastuktur dan Dimensi Kerjasama
Peran LSM MCI Menurut David Berry
Kegiatan penguatan terhadap kelompok tani Output terhadap Kelembgaan Kelompok Tani
Penguatan Kelembagaan Menurut Deborah Eade
Kelembagaan Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam penguatan
kelembagaan kelompok tani ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Dalam penelitian berikut, peneliti berfungsi sebagai pengumpul dan
penganalisis data yang berkaitan dengan Peran LSM Mercy Corps Indonesia dalam
Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani di Desa Sinambela, Kecamatan Baktiraja,
Kabupaten Humbang Hasundutan.
III.2. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah dampingan Mercy Corps Indonesia
di Kabupaten Humbang Hasundutan, yaitu Kelompok Tani Saoloan dan Kelompok
Tani Haluaon di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara
35
III.3. UNIT ANALISIS
Pada suatu penelitian, unit analisis bermanfaat untuk memfokuskan kajian yang
dilakukan atau penentuan kriteria objek penelitian yang sesuai dengan permasalahan
dan tujuan penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah 2 (dua) kelompok tani
di Desa Sinambela. Kelompok masyarakat yang dimaksud adalah yang mendapat
pendampingan oleh Mercy Corps Indonesia.
III.4. INFORMAN PENELITIAN
Informan penelitian atau individu yang memberikan informasi terkait judul
penelitian yaitu mereka yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam Peran
LSM Mercy Corps Indonesia dalam Penguatan Kelompok Tani di Desa Sinambela,
serta mereka diharapkan bisa menyampaikan informasi tentang kondisi yang
sesungguhnya terjadi di lapangan.
Mengacu pada penentuan informan yang dikemukakan oleh Bagong Suyanto
(2005:172), yang membagi kriteria informan dalam tiga jenis sesuai dengan informasi
yang diberikan yakni: Informan Kunci (key informan) adalah informan yang
mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,
Informan utama yaitu informan yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti, dan yang ketiga Informan tambahan yakni mereka/informan yang dapat
memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang
diteliti. Berikut Informan pada penelitian ini yang dibagi dalam tiga jenis informan:
Universitas Sumatera Utara
36
1) Informan Kunci
No. Nama Jabatan
1. Ferdinand Simatupang Koordinator PPL (Petugas
Penyuluh Lapangan) Kecamatan
Baktiraja
2 Astri Lidwina Romatua
Manullang
Camat Baktiraja
3 Samsul Simanullang Sekretaris Desa Sinambela
2) Informan utama meliputi:
Kelompok Tani Saoloan dan Kelompok Tani Haluaon
No. Nama Jabatan
1. Zaman Simanullang Ketua Kelompok Tani Saoloan
2 Lasmer Simanullang Sekretaris Kelompok Tani Saoloan
3 Samsul Simanullang Bendahara Kelompok Tani
Saoloan
4. Gudson Sinambela Ketua Kelompok Tani Haluaon
5. Berliana Limbong Bendahara Kelompok Tani
Haluoan
6. Omri Sinambela Sekretaris Kelompok Tani
Haluaon
7. Hermanto Tobing Anggota Kelompok Tani Haluaon
3) Informan tambahan
Kelompok tani lain, Akademisi, dan Anggota DPRD Humbang Hasundutan
No. Nama Status dalam Program Mercy
Corps Indonesia
Universitas Sumatera Utara
37
1. Poltak Purba Anggota DPRD Humbang
Hasundutan Komisi B
2. Adriani Siahaan Rektor UNITA Sisingamangaraja
XII
3. Pelita Sinambela Anggota Kelompok Tani Mandiri
Sejahtera
III.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang bertujuan untuk memperoleh data atau informasi yang relevan
dengan tujuan penelitian.
1. Observasi, yakni proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti
melakukan pengamatan kondisi yang berkaitan dengan objek penelitian.
Beberapa manfaat observasi menurut Sugiyon yaitu :
- Dengan observasi peneliti akan lebih mampu memahami konteks sehingga dapat
diperoleh pandangan yang menyeluruh,
- Dengan observasi peneliti akan mendapatkan pengalaman langsung,
- Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati
orang lain,
- Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak diungkapkan
responden,
- Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak dipersepsi responden,
Universitas Sumatera Utara
38
- Melalui observasi peneliti tidak hanya memperoleh data tapi juga mendapatkan
kesan-kesan pribadi dan merasakan situasi sosial yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara dilakukukan kepada informan yang telah di tentukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang Peran LSM terhadap Penguatan Kelembagaan
Kelompok Tani di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dari wawancara yang dilakukan, akan didapatkan data primer yang proses
pengambilannya dilakukan secara langsung dari informan dengan menggunakan
metode wawancara berupa kata-kata serta informasi pendukung penelitian. Wawancara
dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan informan dan menanyakan
pertanyaan penelitian.
Wawancara yang dilakukan kepada beberapa pihak.
Pertama, kepada Masyarakat Kelompok Tani sebagai beneficiary kegiatan yang
dilaksaanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Mercy Corps Indonesia.
Kedua, wawancara dilakukan kepada Aparatur pemerintahan yang ada di desa
(Perangkat Desa), Kecamatan (Camat), dan kabupaten (Dinas pertanian) yang
notabenenya adalah sebagai pelaku pelaksanaan pertanian.
Ketiga, wawancara dilakukan kepada kelompok tani lain yang ada di desa sinambela,
akademisi, dan anggota DPRD Humbang Hasundutan.
Dalam melakukan wawancara, peneliti mengunjungi dengan mamakai
pedoman wawancara yang telah dibuat. Pedoman tersebut sebagai pemandu dalam
Universitas Sumatera Utara
39
mengajukan wawancara kepada informan. Tetapi, penulis juga mengajukan pertanyaan
tambahan atau pertanyaan penegasan diluar yang tertulis dalam pedoman wawancara,
bertujuan untuk penegasan atau meminta informasi lebih dalam dari informan.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, dokumen yang menjadi data berupa, foto-foto kegiatan
LSM Mercy Corps Indonesia dalam melaksaanakan Penguatan Kelembagaan
Kelompok Tani di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dokumen kelompok tani berupa : kepengurusan, tujuan kelompok tani,
pertemuan rutin poktan, kas kelompok, aturan kelompok, pencatatan administrasi,
hubungan poktan dengan mitra, rencana bisnis, pemasaran bersama serta dokumen lain
yang memberikan data dan informasi terhadap penelitian ini.
III.6. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data merupakan proses penganalisaan data berupa catatan lapangan,
hasil rekaman, dan foto dengan cara mengumpulkan, mengurutkan, mengelompokkan
serta mengklasifikasikan data sehingga mudah diinterpretasikan dan dipahami.
Teknik analisa data yang dipakai yakni teknik analisa kualitatif yaitu hasil
pengumpulan data direduksi. Menurut Sugiyono, istilah “reduksi” dalam penelitian
kualitatif diartikan sebagai merangkum data, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan
pada hal-hal penting.
Deskriptif digunakan dalam analisis data ini untuk menyajikan dalam bentuk
uraian, dilihat keterkaitan antara satu dengan yang lain dan diinterpretasikan dengan
Universitas Sumatera Utara
40
paparan dalam bentuk narasi dan uraian. Analisis deksriptif dilakukan terhadap
informasi yang didapat dari hasil wawancara dan dokumentasi.
Setelah hasil analisa didapat, maka dapat ditarik kesimpulan dan dinyatakan
sebagai hasil penelitian. Tujuan dari analisa tersebut adalah untuk mampu menjawab
permasalahan penelitian yaitu mendeskripsikan peran LSM Mercy Corps Indonesia
dalam penguatan Kelembagaan Kelompok Tani di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 . Profil Wilayah Penelitian
4.1.1. Geografi Dan Administratif Wilayah Penelitian
1. Kabupaten Humbang Hasundutan
Kabupaten ini mempunyai luas wilayah 251.765,93 Ha, dengan luas daratan
250.271,02 Ha dan perairan danau toba seluas 1.494,91 Ha (meliputi 3,51 % luas
Provinsi Sumatera Utara), memiliki 153 Desa dan 1 Kelurahan yang tersebar dalam 10
kecamatan, didominasi wilayah berbukit dan bergelombang (69 %) dengan curah hujan
yang cukup tinggi serta berada pada jalur patahan Sumatera (Sesar Semangko) yang
menyebabkan beberapa wilayah rentan dan berpotensi akan bencana seperti gempa
bumi, longsor dan banjir sehingga mengakibatkan kerusakan berbagai prasarana dan
sarana dasar. Kabupaten Humbang Hasundutan secara geografis terletak di antara 2O
13’ - 2 O 28’ LU dan 98O 10’-98O 57’ BT dengan ketinggian antara 330 –2.075 m dpl.
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 4.1. Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Humbang
Hasundutan
Kecamatan Parlilitan adalah kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar
dengan dengan luas 72.774,71 Ha atau 28,90 % dari luas kabupaten dan kecamatan
yang mempunyai luas terkecil yakni Kecamatan Baktiraja dengan luas 2.231,91 Ha
atau 0.88%.
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 4.2. Peta Administrasi Humbang Hasundutan
Humbang Hasundutan dikenal sebagai ”Bona Pasogit” atau tempat asal mula
keturunan suku-suku (marga) Batak). Sebagai Bona Pasogit, dari sinilah berawal
budaya Batak yang didalamnya termasuk tradisi masyarakatnya. Budaya di Kabupaten
Humbang Hasundutan berakar dari budaya masyarakat Batak yang tersebar di wilayah
sekitar Danau Toba. Budaya ini mengakar kuat di seluruh lapisan masyarakat yang
tercermin dari kehidupan sosial sehari-hari di Bona Pasogit. Salah satu budaya yang
dapat dilihat secara nyata yaitu penghormatan terhadap orang tua dan leluhur. Untuk
tujuan ini, para perantau sering pulang ke kampung halaman (bona pasogit) dan
berziarah ke pemakaman leluhurnya yang telah dibangun sesuai tingkat kemampuan
para keturunannya.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Tahun 2010, Tahun 2017, dan Tahun 2018
2. Kecamatan Baktiraja
Kecamatan yang menjadi area dalam penelitian ini mempunyai luas wilayah
2.231,91 Ha atau 0.88%. Kecamatan Baktiraja merupakan kecamatan terkecil di dalam
wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan yang memiliki 10 kecamatan. Kecamatan
Baktiraja adalah sentra tanaman Bawang Merah di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 4.2. Letak Astronomis dan Geografis Kecamatan Baktiraja
Sumber: Kecamatan Baktiraja dalam Angka 2019
3. Desa Sinambela
Desa Sinambela terletak di Kecamatan Baktiraja di kawasan pinggiran
Danau Toba. Desa Sinambela memiliki luas terkecil diantara 7 desa yang
terdapat di Kecamatan Baktiraja. Mayoritas penduduk sinambela adalah petani
dengan tanaman utama bawang merah dan tanaman pendukung lainnya (padi,
mangga, cabe, sayur sawi). Desa Sinambela memiliki 11 Kelompok tani dan
Universitas Sumatera Utara
46
memiliki 1 PPS (Penyuluh Pertanian Swadaya) di tingkat desa. Diantara 11
kelompok tani tersebut, 2 kelompok tani yaitu Saoloan dan Haluaon menjadi
pilot project pendampingan kelompok tani oleh Mercy Corps Indonesia.
Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Jumlah Dusun Menurut Desa di Kecamatan
Baktiraja Tahun 2018
Sumber: Kecamatan Baktiraja dalam Angka 2019
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 4.4. Luas Wilayah (Ha) dan Jenis Penggunaan Tanah Menurut
Desa di Kecamatan Baktiraja Tahun 2018
Tabel 4.5. Luas Panen dan Produksi di Kecamatan Baktiraja Tahun 2018
Universitas Sumatera Utara
48
4.1.2. Profil LSM Mercy Corps Indonesia dalam Penguatan Kelompok Tani
Mercy Corps Indonesia adalah organisasi lokal yang memiliki kantor pusat di
Jakarta. Mercy Corps Indonesia membantu masyarakat untuk pulih dari kondisi krisis
yang mereka hadapi dan kemudian mengubahnya menjadi kesempatan untuk
meningkatkan kualitas hidup. Didasari kebutuhan lokal, program Mercy Corps
Indonesia membantu masyarakat di seluruh daerah di Indonesia dengan alat dan
dukungan yang dibutuhkan masyarakat. Mercy Corps Indonesia adalah bagian dari
keluarga besar Mercy Corps; organisasi non-profit internasional yang berdiri tahun
1979 yang telah membantu masyarakat di wilayah-wilayah rentan; terdapat di 42
negara dan telah membantu lebih dari 19 juta orang dalam meningkatkan kualitas
hidupnya.
Mercy Corps Indonesia melihat adanya peluang untuk meningkatkan
pendapatan keluarga petani Indonesia dan meningkatkan kehidupannya. Melalui
program yang difokuskan dan direncanakan dengan baik, Mercy Corps Indonesia
bekerja untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani padi dan hortikultura
dengan meningkatkan akses pada kebutuhan dasar budidaya pertanian termasuk
memfasilitasi bibit unggul, pupuk, jasa keuangan, dan alat-alat modern dan peralatan.
Mercy Corps Indoneisa mengundang Yayasan John Deere untuk bermitra melalui
program yang diusulkan, Peningkatan Kapasitas Kelompok Guna Mendukung
Pemberdayaan Petani Padi yang diberi nama Promoting Organization that Work to
Emporwer Rice Farmers (POWER), untuk membantu petani padi dan kelompok petani
Universitas Sumatera Utara
49
guna meningkatkan taraf hidup petani kecil serta pemberdayaan masyarakat terhadap
lahan di mana mereka tinggal dan bekerja.
LSM yang ada di Kecamatan Baktiraja, khususnya di Desa Sinambela adalah
hanya LSM Mercy Corps Indoneisa. LSM ini memulai programnya pada bulan April
2019. Program Mercy Corps Indonesia yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan
kelompok tani sehingga melalui kelompok tani, petani dapat meningkatkan hasil
pertaniannya.
Harapan yang ingin dicapai adalah
1. Kelompok tani memiliki pengurus yang aktif dan pertemuan rutin bulanan
2. Kelompok tani memiliki RDK & RDKK, iuran pokok dan iuran rutin bulanan.
3. Kelompok tani memiliki unit usaha/bisnis poktan, jejaring, pemasaran bersama
4. Kelompok tani menjadi wadah belajar budidaya tanaman melalui lahan
percontohan dan diskusi budidaya tanaman.
Program Mercy Corps Indonesia dalam penguatan Kelompok Tani juga sejalan
dengan konsep yang digunakan oleh Peraturan Kementerian Pertanian No.67 Tahun
2016.
4.1.3. Gambaran Umum Kelompok Tani Saoloan dan Kelompok Tani Haluaon
di Desa Sinambela, Kec. Baktiraja, Humbang Hasundutan
1. Kelompok Tani Saoloan
Kelompok Tani Saoloan didirikan pada tanggal 09 Januari 2008 berdasarkan
SK No: 01/2001/08/H.H./2008. Kelompok Tani mempunyai kepengurusan dan
Universitas Sumatera Utara
50
anggota yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Anggota 07 Januari 2008. Pengurus
dan anggota kelompok tani adalah masyarakat Desa Sinambela.
Pengurus Kelompok Tani Periode 2008-2013: Ketua: Murah Zaman
Simanullang, Sekretaris: Daulat Simanullang, Bendahara: Samsul Simanullang,
dengan jumlah total anggota 19 Petani.
Pengurus Kelompok Tani Periode 2013-2017: Ketua: Murah Zaman Simanullang,
Sekretaris: Lasmer Simanullang, Bendahara: Samsul Simanullang, dengan jumlah total
anggota 18 Petani.
Pengurus Kelompok Tani Periode 2017-2021: Ketua: Murah Zaman Simanullang,
Sekretaris: Lasmer Simanullang, Bendahara: Samsul Simanullang, dengan jumlah total
anggota 16 Petani.
Kelompok Tani Saoloan memiliki tujuan sesuai dengan yang tertuang dalam AD/ART
Kelompok Tani:
1. Mewujudkan rasa kesetiakawanan dan percaya diantara sesama anggota
2. Meningkatkan kualitas anggota kelompok
3. Menjalin kerja sama dengan kelompok tani lain, lembaga atau instansi terkait
terutama pemerintah setempat
4. Mewujudkan petani yang berkeahlian, berkemampuan, mandiri dan sanggup
terhadap kemajuan dan perkembangan Teknologi di bidang Pertanian dan
Peternakan.
Tugas-tugas pengurus kelompok tani:
Universitas Sumatera Utara
51
1. Ketua bertugas mengatur dan merencanakan kemajuan dan kegiatan kelompok
2. Sekretaris bertugas mengatur segala hal-hal dan kegiatan kelompok
3. Bendahara bertugas mengatur administrasi keuangan kelompok
Kewajiban anggota kelompok tani:
1. Memberikan iuran wajib Rp.100.000 dan bulanan Rp.5.000
2. Mematuhi Aturan dan peraturan yang telah disepakati
3. Mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok
4. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik kelompok
Sumber keuangan kelompok terdiri atas:
1. Iuran wajib dan rutin
2. Dana sukarela anggota
3. Pendapatan dari Usaha bersama kelompok dan bantuan yang tidak mengikat
Pemberhentian anggota:
1. Pemberhentian anggota dilakukan oleh pengurus setelah diputuskan bersama
dalam rapat anggota.
2. Bagi anggota yang tidak membayar iuran rutin dua kali berturut-turu (dua
bulan), maka rapat rutin bulanan akan diadakan di rumah anggota tersebut dan
diberhentikan yang diputuskan dalam rapat
3. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang, dan kepercayaan yang diberikan
kelompok.
Universitas Sumatera Utara
52
2. Kelompok Tani Haluaon
Kelompok tani Haluaon terbentuk pada tanggal 30 Agustus 2017 di Desa
Sinambela, Kecamatan Baktiraja berdasarkan SK No: 06 Tahun 2017.
Tujuan kelompok tani Haluaon sesuai dengan AD/ART Kelompok Tani adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan anggota khususunya dan masyarakat umumnya
dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat yang maju, adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
3. Meningkatkan pengetahuan anggota berdasarkan penyuluhan, latihan maupun
keterampilan lainnya.
4. Menggalang semua kebutuhan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran
dari seluruh anggota dan kendala-kendala yang dihadapi untuk kemudian
dipecahkan bersama.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Kelompok Tani menyelenggarakan usaha-usaha
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
2. Mengadakan usaha saran produksi pertanian dan pemasaran hasil pertanian
3. Mengadakan usaha lain yang menguntungkan anggota kelompok tani
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undag yang berlaku.
4. Mengadakan kerja sama dengan pihak lain yang saling menguntungkan dan
untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
Universitas Sumatera Utara
53
Keanggotaan
Yang dapat diterima menjadi anggota kelompok tani adalah:
1. Yang menjadi anggota hanya yang bertempat tinggal di Desa Sinambela
2. Menyetujui isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dalam ketentuan-
ketentuan kelompok tani yang berlaku
3. Bertempat tinggal, bekerja dan berusaha di ruang lingkup keanggotaan
kelompok tani
4. Anggota yang terdaftar pada salah satu kelompok tidak dapat dimasuki
kelompok lainnya yang sejenis.
Kewajiban setiap anggota kelompok tani:
1. Hadir secara aktif mengambil bagian dalam pertemuan/rapat
2. Berpartisipasi dalam kegiatan, usaha yang dikelola oleh kelompok tani
3. Mengembangkan dan memelihara usaha kelompok tani berdasarkan atas azas
kekeluargaan
4. Taat kepada peraturan yang diputuskan dalam Rapat Anggota.
Kepengurusan
Kelompok tani Haluaon memiliki 23 anggota dan pengurus yang terdiri atas:
1. Ketua : Gudson Sinambela
2. Sekretaris : Omry Sinambela
3. Bendahara : Berliana Limbong
4. Seksi Pertanaman : Imran Sinambela
5. Seksi Produksi : Hotma Lumban Siantar
Universitas Sumatera Utara
54
6. Usaha Pengelolaan Hasil Pemasaran : Kaspar Manungkalit
7. Peternakan : Hermanto Lumban Tobing
8. Perikanan : Pater Siregar
9. Kehutanan : Regen Purba
Pengurus mempunyai tugas yaitu: memimpin anggota, melaksanakan peraturan-
peraturan kelompok, dan memelihara buku Daftar Anggota dan Daftar Pengurus.
Keuangan.
Sumber keuangan kelompok tani bersumber dari:
1. Iuran dasar sebesar Rp.50.000, iuran wajib sebesar Rp.10.000 per bulan
2. Bantuan dari pemerintah
3. Bantuan dari pihak-pihak lain atau donator yang bersifat tidak mengikat
4.2. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
4.2.1. Peran LSM Mercy Corps Indonesia dalam Penguatan Kelembagaan
Kelompok Tani di Desa Sinambela, Kecamatan Baktiraja di Kabupaten
Humbang Hasundutan.
Menurut David Berry (1983) bahwa peran adalah perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang mempunyai suatu status. Setiap individu mungkin mempunyai
sejumlah status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status tersebut.
Dalam artian lain, status dan kewajiban: peran adalah pemeranan dari perangkat
kewajiban dan hak-hak tersebut. Peran atau Role yaitu seperangkat harapan-harapan
yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Universitas Sumatera Utara
55
Peranan LSM Mercy Corps Indonesia dalam Penguatan Kelompok Tani masuk
ke dalam ranah pertanian. LSM Mercy Corps Indonesia konsen pada pertanian melalui
kelompok tani di Desa Sinambela, Kec. Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Status para pekerja sosial LSM Mercy Corps Indonesia adalah sebagai Penyuluhan,
karena ia menjalankan peranan Fasilitator yaitu memfasilitasi penyuluhan, temu lapang
dan pelatihan. Para pekerja sosial tersebut mempunyai kewenangan menfasilitasi
karena telah mendapat kepercayaan untuk menfasilitasi dan mendampingi kelompok
tani.
Peranan LSM Mercy Corps Indonesia memiliki peranan cukup berarti bagi
penguatan kelompok tani di Desa Sinambela. Kehadiran Lembaga Swadaya
Masyarakat ini membawa dampak bagi kelompok tani itu sendiri. Aktivitas-aktivitas
yang ada membawa kelompok tani semakin baik dalam budidaya tanaman dengan GAP
(Good Agriculture Practices), Keorganisasian kelompok tani dan Admnistrasi
kelompok tani.
Kehadiran LSM ini mempunyai peran sosial bagi masyarakat, khususnya
kelompok tani yang terdapat dalam desa Sinambela. Para pekerja sosial sebagai
fasilitator yang mendampingi kelompok tani. Peran yang diharapkan agar kelompok
tani mendapatkan kegiatan livelihood dan Keorganisasian dan Administrasi kelompok
tani yang baik.
LSM ini dapat dimasukan ke dalam jenis peranan golongan atau kelompok,
misalnya seseorang yang menjadi penyuluh, sebenarnya ia memasuki kategori warga
Universitas Sumatera Utara
56
masyarakat yang memegang peranan pertanian. Fungsi Pertanian ini adalah fungsi dari
masyarakat umum secara struktural dan fungsional. Fungsi Pertanian seorang penyuluh
bukanlah miliki penyuluh itu, melainkan golongan orang yang memiliki status
pertanian.
David Korten seorang aktivis dan pengamat LSM memberikan deskripsi
perkembangan LSM menjadi empat generasi berdasarkan strategi yang dipilihnya.
LSM Mercy Corps Indonesia masuk ke dalam LSM generasi kedua memfokuskan
perhatiannya pada upaya agar LSM dapat mengembangkan kemampuan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri. Peran LSM disini bukan sebagai aktor
langsung, tetapi sebagai motor saja. Fokus kegiatannya yaitu pada proyek-proyek
pengembangan masyarakat. Generasi ini disebut small scall, self reliance local
development. Peranan LSM sebagai Fasilitator, dengan memberikan kegiatan-kegiatan
pemberdayaan, guna membangkitkan kembali rasa kepercayaan diri masyarakat lokal,
agar dapat aktif dalam kehidupan sosial, serta terciptanya kesejahteraan sosial.
Universitas Sumatera Utara
57
Gambar 4.3
Peran Penguatan Kelompok Tani masing-masing Pihak di Desa Sinambela
Peran serta kelompok tani
•Anggota Kelompok Tani : Aktivitas terkait pertanian, aktivitas terkait pertemuan rutin kelompok tani
•Pengurus Kelompok Tani: Aktivitas terkait pencatatan administrasi kegiatan dan pembukuan kelompok tani dan Aktivitas memimpin rencana dan pelaksanaan temu lapang, penyuluhan, dan pertemuan rutin kelompok tani
Peran LSM Mercy Corps Indonesia
•Menyelenggarakan Pelatihan GAP (Good Agriculture Practices) dan temu lapang tanaman Hortikultura (Bawang Merah)
•Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan bersama mitra
•Menyelenggarakan pelatihan kapasitas kelompok tani dan studi banding
•Menyelenggarakan even kegiatan syukuran panen bersama mitra sebagai salah satu cara mempromosikan kelompok tani.
•Memberikan bantuan stimulan kepada kelompok tani seperti: Pestisida dan Bibi
•Memberikan stimulan berupa dukungan barang-barang yang dibutuhkan untuk usaha kelompok tani seperti usaha simpan pinjam dan usaha kios tani
Peran serta mitra
•Pemerintah1. Camat dan Kepala Desa
•Program bantuan kepada kelompok tani
•Program pemberdayaan petani oleh Penyuluh Petani Swadaya tingkat Desa yang bersumber dari Dana Desa 2.Dinas Pertanian/PPL:
• Program pendampingan kepada kelompok tani berupa penyaluran bantuan kepada kelompok tani yang dihunjuk3. Program Penyuluhan kepada Petani
•Perusahaan Input 1. PT. Sygenta Indonesia : memberikan penyuluhan penanggulanan hama dan penyakit tanaman tepat guna dan tepat sasaran, mendampingi aktivitas demplot (lahan percontohan), dan konsultasi petani terkait pertanian 2. PT. East Seed West : Memberikan penyluluhan terkait bibit unggul dan persiapan lahan dan persemaian
Universitas Sumatera Utara
58
4.2.2. Kegiatan-kegiatan Penguatan Kelompok Tani
Kegiatan-kegiatan dilakukan oleh Mercy Corps Indonesia dalam penguatan
kelompok tani di antaranya dijalankan melalui proyek livelihood., Keorganisasian dan
Administrasi Kelompok Tani.
1. Livelihood
Merupakan suatu pendekatan dalam pemberdayaan ekonomi lokal untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat keompok tani di Desa
Sinambela. Livelihood dilakukan melalui kegiatan peningkatan hasil pertanian melalui
penyuluhan, temu lapang, dan pembuatan Demonstration Plot (Demplot) dengan GAP
(Good Agriculture Practices)
Sebagaimana hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rudolof Ngalu,
Yohannes M. Jamun, dan Heronimus E. Wejang pada tahun 2019, penelitian ini
memiliki kesamaan pada konsep pada penelitian tersebut. Kesamaanya pada konsep
seperti pendekatan Livelihood yang menggunakan strategi melalui tahapan pendekatan
berbasis kelompok, proses pengubahan cara berpikir, partisipasi dan peningkatan
kapasitas.
Mercy Corps Indonesia (MCI) menggunakan pendekatan atau strategi melalui
tahapan:
Universitas Sumatera Utara
59
a. Pendekatan berbasis kelompok tani
Proses awal assessment pendampingan Mercy Corps Indonesia dilakukan ke
desa yang menjadi fokus dampingan. Desa diminta kesediaanya untuk menjalankan
fungsi koordinasi. LSM ini juga secara khusus menjajaki kemungkinan adanya kerja
sama lain dalam bentuk “kemitraan” dengan perusahaan input (pestisida). Pemerintah
desa selanjutnya memfasilitasi MCI untuk bertemu poktan. MCI (Mercy Corps
Indonesia) memberikan penjelasan tentang rencana program yang akan dilakukan,
seluruh proses yang harus dilalui, tujuan, dan manfaat yang akan diperoleh kepada
poktan (kelompok tani). MCI juga memberikan penekanan bahwa pendampingan tidak
akan dilakukan secara individual, tetapi secara bersama melalui Kelompok Tani sesuai
dengan program pemerintah yang diatur dalam Peraturan Mentan nomor 273 tahun
2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.
Tidak mudah untuk melakukan pendampingan terhadap kelompok tani. Sikap
apatis beberapa anggota dan pengurus kelompok tani terhap kelompok tani dialami
oleh Mercy Corps Indonesia di lapangan. Mereka beranggapan bahwa ada beberapa
kelompok siluman, yang tidak jelas keanggotaanya, namun tetap mendapatkan bantuan
dari pemerintah. Sehingga kondisi tersebut menyebabkan sikap acuh tak acuh terhadap
penguatan kelompok tani.
Seperti yang disampaikan oleh Pak Gudson Sinambela, Ketua Kelompok Tani
Haluaon dan PPS Desa Sinambela, Pak Omri Sinambela yang menyatakan dari 11
kelompok tani di Desa Sinambela, 2 kelompok tani yang tidak baik (pengurus tidak
Universitas Sumatera Utara
60
aktif, kegiatan kelompok tani tidak aktif) lebih sering mendapatkan bantuan dari pada
kelompok tani yang baik.
Kelompok taninya memang belum terbaik, tapi ada poktan yang baik dalam
desa sinambela ini yaitu poktan sabat alam dan poktan maju yang sudah memiliki kas
kelompok kuat, simpan pinjam kelompok, pengurus aktif dan kegiatan kelompok tani
juga aktif, namun tidak menjadi prioritas dalam mendapatkan bantuan.
Menurut PPS (Bapak Omri Sinambela) ketika diwawancarai pada tanggal 02
September 2020 di rumahnya terkait kenapa hal itu bisa terjadi, menjelaskan bahwa
dirinya sebagai PPS sudah menjalankan tugasnya untuk merekomendasikan kelompok
tani yang baik untuk menerima bantuan kepada atasannya yaitu Koordinator PPL (Bpk.
Ferdinan Simatupang).Tapi kenyataannya kelompok tani lain yang mendapat bantuan.
Pak Omri Sinambela juga kadang jadi malu ketika ditanyai oleh kelompok tani
kenapa kelompok tani yang tidak jelas mendapat bantuan, Pak Omrihanya bisa
menjawab bahwa bukan kewangannya untuk menentukan kelompok tani yang akan
mendapat bantuan.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, Mercy Corps Indonesia tetap melakukan
pendekatan melalui kelompok tani dan memberikan pengertian bahwa kelompok tani
adalah kelompok yang harus sesuai dengan AD/ART Kelompok Tani dan menjelaskan
bahwa fenomena kelompok tani di atas terjadi hampir di setiap kabupaten akan selalu
ada seperti itu. Dan memberikan pengertian bahwa kelompok tani bukan hanya
bergantung pada bantuan pemerintah, tapi sebagai wadah belajar juga.
Universitas Sumatera Utara
61
Mercy Cops Indonesia memberikan edukasi dan pelatihan melalui kelompok
tani, Mercy Coprs Indonesia akan mempromosikan kelompok tani dampingan kepada
pemerintah agar mendapat perhatian. Mercy Corps Indonesia tidak memaksa kelompok
tani untuk ikut dalam program penguatan kelompok tani. Hal ini karena akan
berdampak pada keberlangsungan program di lapangan. Karena jika dipaksa, maka
akan menimbulkan rasa tidak memiliki program kelompok tani bersama Mercy Corps
Indonesia. Mercy Corps Indonesia memulainya dengan pilot project yakni
mendampingi 2 kelompok tani yang bersedia sukarela untuk didampingi.
Mercy Corps Indonesia dalam setiap kegiatannya untuk penerima manfaat
selalu melalui kelompok tani. Misalnya dalam memberikan penyuluhan dan temu
lapang terkait budidaya tanaman bawang merah, Mercy Corps Indonesia bersama
pengurus kelompok tani mengumpulkan anggota kelompok tani, lalu Mercy Corps
Indonesia bersama mitra teknis melakukan kegiatan pendampingan dalam kelompok
tani.
Selain itu, Mercy Corps Indonesia juga memberikan stimulant kepada
kelompok tani. Stimulan ini hanya bersifat perangsang agar petani termotivasi untuk
melakukan aktivitas kelompok tani. Stimulan ini dibarengi juga dengan Demplot
(Lahan Percontohan) kelompok tani yang difasilitasi oleh Mercy Corps Indonesia,
sehingga kelompok tani memiliki aktivitas kegiatan yang produktif agar petani
merasakan manfaat dari ikut berkelompok tani dengan yang tidak ikut berkelompok
tani.
Universitas Sumatera Utara
62
b. Proses Perubahan cara berpikir.
Mercy Corps Indonesia mulai melakukan program livelihood saat mengunjungi
desa dan poktan untuk melakukan sosialiasi program LSM. Proses perubahan cara
berpikir dimulai secara perlahan melalui sosialisasi-sosialisasi program dengan tujuan
untuk melihat keinginan masyarakat untuk mau berubah lebih baik lagi. Dalam
sosialiasi tersebut disampaikan manfaat dari program yang akan diikuti kelompok tani,
penyusunan rencana, pelaksanaan dan output dari kegiatan. Dari hasil sosialiasi
program, Mercy Corps Indonesia memulai programnya secara bertahap dengan dimulai
dari 2 (dua) kelompok tani yang bersedia didampingi di Desa Sinambela.
2 (dua) Kelompok tani yang sudah bersedia didampingi Mercy Corps Indonesia
selalu dimotivasi untuk maju dan kuat melalui pertemuan kelompok tani. Awalnya
tidak semua anggota kelompok tani yang tertarik untuk ikut kegiatan Mercy Corps
Indonesia. Hal ini disebabkan, masyarakat melihat ada beberapa kelompok tani yang
mereka lihat tidak jelas keaktivannya (pertemuan rutin, iuran, pengurus) namun lebih
sering mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian. Mereka menganggap PPL tidak adil
dalam mengusulkan bantuan kelompok tani kepada Dinas Pertanian. Hal ini menjadi
tantangan Mercy Corps Indonesia dalam mengubah paradigma dan membangkitkan
semangat anggota kelompok tani untuk maju. Hal ini tentu tidak mudah karena proses
pengubahan cara berpikir memerlukan waktu yang sangat panjang
Mercy Corps Indonesia melakukan pendampingan kepada beberapa petani
yang mau bersama-sama membangun kelompok tani. Peran yang diambil Mercy Corps
Indonesia kepada Kelompok tani antara lain:
Universitas Sumatera Utara
63
1. Menfasilitasi pelatihan, stimulant pestisida dan pendampingan lahan
percontohan kelompok tani.
Budidaya tanaman bawang merah di Desa Sinambela sudah puluhan tahun
ada di Desa Sinambela, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang
Hasundutan. Resistensi hama dan penyakit tanaman bawang merah sudah
sangat tinggi terhadap pestisida. Tidak jarang banyak masyarakat yang rela
membeli segala macam pestisida yang mereka dengar dari petani lain yang
berhasil tanpa memperhatikan kandungan bahan aktif pestisida dan kondisi
tanaman yang berbeda.
Dengan pendampingan yang dilakukan Mercy Corps Indonesia bersama
mitra teknis (Perusah Pestisda), kelompok tani secara intens diberikan
pemahaman terkait penanggulangan hama dan penyakit tanaman tepat
sasaran, tepat waktu dan tepat guna.
Melalui pertemuan rutin bulanan, temu lapang, penyuluhan yang difasilitasi
Mercy Corps Indonesia bersama mitra teknis PT. Sygenta Indonesia
(Perusahaan Pestisida multinasional), petani mendapatkan pengetahun dan
keterampilan budidaya bawang merah. Intesitas pendampingan melalui
pertemuan rutin sangat mempengaruhi keberlangsungan program, karena
petani mendapat perhatian dan tempat berdiskusi terkait permasalahan-
permasalahan yang dihadapi sehingga petani akan turut merasakan ikut
memiliki program. Selain itu Mercy Corps Indonesia juga menjalin
komunikasi melalui WhattsApp Grup. Grup WA tersebut dibuat agar petani
dapat menyampaikan informasi berupa foto-foto dan diskusi terkait
Universitas Sumatera Utara
64
perkembangan tanamannya, sehingga mitra teknis dan petani kunci (petani
yang pernah berhasil dalam budidaya tanaman bawang merah) dapat
memberikan solusi atas permasalahan tanaman yang dihadapi kelompok
tani. Namun tidak semua petani memiliki WA. Untuk mengatasi itu, Mercy
Corps Indonesia memberikan ajakan kepada petani yang tergabung dalam
grup WA agar dapat berbagi pengetahuan yang diperoleh kepada petani
lainnya. Tujuan dari penyuluhan, temu lapang, dan komunikasi WA Grup
adalah agar petani memahami jenis bahan aktif pestisida yang tepat untuk
penanggulangan hama dan penyakit tanaman.
Selama ini, masyarakat tidak mendapatkan informasi yang tepat baik itu
dari PPL maupun kios tani yang menjual pestisida. Pada umumnya
masyarakat di Desa Sinambela masih menggunakan cara lama dalam
mengenali jenis pestisida untuk tanamannya yaitu dengan hanya berpatokan
kepada merek bukan kepada bahan aktif yang tepat. Masyarakat atau
kelompok tani selama ini tidak pernah mengetahui adanya petugas lapangan
perusahaan pestisda, sehingga petani menggunakan produk pestisida
berdasarkan apa yang mereka mulai dari dahulu (puluhan tahun lalu),
sementara hama dan penyakit tanaman sudah resisten. Padahal petugas
lapangan perusahaan pestisida tersebut juga berperan aktif di lapangan,
hanya saja pendekatan petugas tersebut berbasis perorangan bukan
kelompok tani. Mercy Corps Indonesia memfasilitasi petugas lapangan
pestisida kepada kelompok tani untuk menjalin kemitraan dalam budidaya
tanaman bawang merah.
Universitas Sumatera Utara
65
Kegiatan yang dilakukan Mercy Corps Indonesia bersama kelompok tani
dan petugas lapangan pestisida melalui demplot (lahan percontohan).
Dalam lahan percontohan tesebut, kelompok tani diberikan pengetahuan
dan keterampilan untuk mempraktikan cara tanam yang baik. Lahan
percontohan tersebut dibuat dengan seluruh biaya penanggulangan hama
dan penyakit tanamanm difasilitasi oleh Mercy Corps Indonesia, sedangkan
kelompok tani swadaya dalam mempersiapkan lahan, perawatan dan
pemupukan.
Bagi petani, melihat bukti langsung di lahan percontohan adalah metode
yang paling tepat untuk mengubah cara berpikir masyarakat dalam
budidaya tanaman bawang merah. Oleh karena itu, Mercy Corps Indonesia
bersama mitra melakukan kegiatan di demplot untuk memberikan
pengertian kepada kelompok tani bahwa tanaman akan semakin resisten
jika menggunakan pestisida tidak tepat sasaran dan tepat dosis. Misalnya,
masyarakat membeli produk A dan Produk B untuk penyemprotan hama
dan penyakit tanaman, padahal Produk A dan Produk B tersebut memiliki
kandungan bahan aktif yang sama. Sehingga selain mengakibatkan tanaman
resisten, petani juga sudah menambah pengeluaran usahatani mereka.
Selain itu rotasi penggunaan pestisida juga harus dilakukan setelah 2x
penggunaan di lahan yang sama untuk mengurangi resistensi tanaman
terhadap penggunaan pestisida.
Dengan Lahan Percontohan yang berhasil, Mercy Corps Indonesia
melakukan acara panen raya dengan mengundang unsur pemerintah dan
Universitas Sumatera Utara
66
dinas pertanian. Melalui acara panen raya tersebut, anggota kelompok tani
yang menjadi petani kunci diberikan waktu menceritakan best practices dari
pendampingan Mercy Corps kepada petani lainnya. Hal ini membuat petani
lainnya mulai semangat untuk aktif dalam kelompok tani. Sehingga proses
perubahan itu terjadi melalui interaksi sosial antar petani. Petani kunci atau
yang dikenal juga dengan sebutan Famer best friends adalah petani yang
dilatih secara khusus dan berhasil dalam lahan percontohan (demplot) untuk
dapat menjadi contoh dalam penerapan budidaya tanaman yang baiik
Cerita dari Bapak Omri Sinambela yang meruapakan anggota kelompok
tani haluaon yang juga salah satu petani kunci Mercy Corps Indonesia
menceritakan pada umumnya tanaman dapat dikatakan sudah mempunyai
hasil bagus jika dapat menghasilkan untuk setiap 1 kg benih bawang merah
menghasilkan 10 kg, tapi dengan pendampingan dari Mercy Corps
Indonesia, tanaman Bpk Omri mengalami peningkatan menjadi 15 kg.
Menurutnya, kebutuhan untuk lahan 1 rante (20 m x 20 m) membutuhkan
benih bawang umbi kurang lebih 50 kg. Hasil panen sebelum adanya
pendampingan Mercy Corps Indonesia adalah 500 Kg. Setelah
pendampingan Mercy Corps Indonesia melakukan pendampingan kepada
kelompok tani, lahan 1 rante tersebut dapat menghasilkan 600 Kg. Sehingga
hasil panen mengalami kenaikan hasil sebanyak 100 kg atau mengalami
kenaikan 20 persen dibandingkan dengan budidaya yang selama ini mereka
lakukan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
67
Hal serupa juga dialami oleh anggota yang merangkap ketua kelompok tani
saoloan, Bapak Zaman Simanullang. Setelah adanya pendampingan Mercy
Corps Indonesia, hasil panennya juga mengalami peningkatan kurang lebih
20 persen.
Menurut Omri Sinambela yang juga PPS (Penyuluh Pertanian Swadaya)
bahwa biasanya petani sudah dapat dikatakan bagus jika sudah bisa
menghasilkan paanen 1: 10, tapi dengan adanya pedampingan yang
diberikan oleh Mercy Corps Indonesia, petani bisa menghasilkan panen
dengan perbandingan 1:15, bahkan 1 orang yang ikut demplot dengan
Mercy Corps Indonesia ada yang mampu mencapai 1:20 yaitu abang saya
sendiri (Tomi Sinambela).
Dengan adanya pendampingan dari Mercy Corps Indonesia, Omri
Sinambela dan beberapa teman sudah mengubah cara budidaya bawang
merah. Petani dulunya tidak mengunakan pupuk kompos sebagai pupuk
dasar karena menurut mereka, dulunya tanah yang mereka tahu masih
subur, padahal petani tidak mengetahui bahwa tanah itu sudah tidak subur
lagi setelah puluhan tahun menggunakan kimia. Untuk mengatasi itu, petani
didampingi melalui demplot (lahan percontohan) agar menggunakan
campuran pupuk kompos sebagai dasar.
Sekarang petani sudah menggunakan jenis pupuk dasar untuk budidaya
bawang merah. Adapun kebutuhan pupuk dasar untuk 1 rante seperti tertera
pada berikut.
Universitas Sumatera Utara
68
Tabel 4.6 Kebutuhan Pupuk Dasar Bapak Omri Sinambela
(Kelompok Tani Saoloan)
Jenis Pupuk Jumlah
TSP 5 Kg
Kompos 1 sak (25 Kg)
Mabar/ Kohe
(Kotoran Hewan)
KLS 3 Kg
ZA 3 Kg
SS 4 Kg
Mutiara 8 Kg
Jumlah Total Biaya
Kimia
Rp, 200.000
Setelah itu, bapak Omri Sinambela juga diajarkan untuk memberikan pupuk
susulan sebanyak 2x yaitu pada saat usia bawang merah 28-35 HST (Hari
Sesudah Tanam) dengan menggunakan pupuk Mutiara sebanyak 5 kg
(Rp.10.000/kg) dengan biaya total di pupuk susulan ke-1 sebanyak
Rp.50.000.
Selanjutnya diberikan pupuk susulan ke-2 diwaktu tanaman telah berumur
35-50 hari dengan menggunakan pupuk komplit plus pupuk paten/telips
dengan biaya Rp.150.000.
Untuk penanggulangan hama dan penyakit tanaman sebelumnya kami tidak
tetap sasaran. Memang secara biaya saya biasa hanya mengeluarkan biaya
pestisida kurang lebih Rp.400.000 per rantai. Setelah ada pendampingan
Universitas Sumatera Utara
69
dari Mercy Corps Indonesia, kami diajarkan terkait GAP (Good Agriculture
Practices) tanaman bawang merah. Memang secara biaya yang dikeluarkan
lebih besar dari cara kami yang lama, kami awalnya tidak langsung percaya.
Namun dengan diberikannya Demplot (Lahan Percontohan) oleh Mercy
Corps Indonesia, kami melihat langsung hasil nya yang begitu memuaskan.
Biaya pestisda yang saya gunaka saat ini bisa mencapai 1 juta rupih untuk
tiap rante.
Tabel: 4.7. Perubahan Peningkatan Hasil Panen Bawang Merah
Kebutuhan Bibit
per rante
Kebutuhan
Pestisida dan
pupuk
kompos untuk
Bawang
Merah per
rante
Perbandingan
hasil panen
Hasil
Panen
Harga jual
pasar
Sebelum Pendampingan Mercy Corps Indonesia
30 Kg x
Rp.40.000 =
Rp.1,2 juta/kg
Rp.400.000 1:10
(bibit:hasil
panen)
300 Kg 300 kg x
Rp.26.000 =
Rp.7.800.000
Sesudah Pendampingan
30 kg x
Rp.40.000/Kg =
Rp.1.200.000/Kg
Rp.1.000.000
(Pestisida) +
100.000
(Pupuk
Mabar/sak) =
Rp.1.100.000
1;15
(bibit:hasil
panen)
450 Kg 450 Kg x
Rp.26.000=
Rp.11.700.00
Harga di atas adalah harga pada saat tanggal 09 November 2020. Hal yang
mau dilihat di sini adalah perbandingan cara penggunaan pestisda dan
pupuk. Sementara biaya lain seperti pengolahan lahan, pemasangan mulsa,
penyiangan, dan penyiraman hampir sama jumlah biaya yang dikeluarkan
sebelum dan sesudah pendampingan dari MCI.
Universitas Sumatera Utara
70
Dari perhitungan kebutuhan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
mengubah pola penggunaan pestisida tepat guna dan tambahan pupuk dasar
pupuk kompos terdapat selisih Rp.700.000. Awalnya petani tidak mau
memulainya jika tidak melalui demplot (lahan percontohan) dari Mercy
Corps Indoneisa. Karena petani lebih percaya/ gampang cepat percaya
dengan melihhat langsung daripada teori-teori. Apalagi ini menambah biaya
dari yang biasa mereka gunakan setidaknya tambah biaya pengeluaran
Rp.700.000 untuk per rante.
Dengan pendampingan rutin dari Mercy Corps Indonesia dan Perusahaan
Pestisida, Demplot dapat meningkatkan hasil panen bawang merah.
Peningkatannya adalah awalnya petani rata-rata menghasilkan panen 1:10
(setiap 1 kg bibit bawang kering bawang merah menghasilkan 10 kg
bawang siap jual), saat ini menghasilkan 1:15 (setiap 1 kg bibit bawang
kering menghasilkan 15 kg bawang siap jual).
Jadi dalam lahan 1 rante (20 m x 20 m) petani mengalami mengalami
peningkatan 5 kg untuk 1 kg benih bawang merah yang ditaman. Dengan
perlakuan dari pendampingan tersebut, petani mengalami peningkatan hasil
pendapatan dari panen bawang merah yaitu dari penjualan saat ini –
penjualan hasil panen sebelumnya = Rp.11.700.00 - Rp.7.800.000 =
Rp.3.900.000. Peningkatan keuntungan tersebut masih harus dikurangi
dengan biaya tambahan perlakuan pupuk kompos dan pengunaan pestisida
yaitu sebesar Rp.700.000. Sehingga peningkatan pendapatan bersih yang
Universitas Sumatera Utara
71
diperoleh setelah aplikasi pendampingan dari Mercy Corps Indonesia
adalah : Rp. 3.900.000,00 – Rp.700.000,00 = Rp.3.200.000,00/rante.
Saat ini Omri Sinambela sudah sering dimintai keterangan oleh petani
lainnya mengenai cara meningkatkan hasil panennya. Sehingga dengan
contoh langsung yang diberikan membuat petani lainnya mau mengubah
pola berpikir lama mengenai teknik tanaman budidadaya bawang merah.
2. Selanjutnya proses perubahan cara berpikir dilaksanakan dengan kegiatan
studi banding ke wilayah dampingan Mercy Corps Indonesia yang telah
relatif sukses dalam mengembangkan program yang sama. Salah satu tujuan
Mercy Corps Indonesia dalam mengimplementasikan program livelihood
(budidaya hortikultura dan padi) yaitu dengan membawa Kelompok tani
untuk melakukan studi banding di Subang, Jawa Barat. Kabupaten Subang
adalah salah satu kabupaten yang telah dahulu didamping oleh Mercy Corps
Indonesia. Kabupaten Subang didampingi Mercy Corps Indonesia 3 tahun
lebih dahulu daripada kabupaten Humbang Hasundutan.
Kelompok tani asal Humbang Hasundutan antusias mengikuti studi banding
yang diselenggarakan oleh Mercy Corps Indonesia. Kelompok tani melihat
langsung perbedaan cara berpikir yang berbeda diantara kelompok tani.
Kelompok tani di kabupaten Subang mengajarkan dan menyemangati agar
kelompok tani Humbang Hasundutan mulai berubah dan jangan semata
mengharapkan bantuan pemerintah saja. Jika kelompok tani baik, maka
bantuan akan dengan sendirinya datang dari pemerintah. Kelompok tani di
Universitas Sumatera Utara
72
subang tempat studi banding tersebut bahkan pernah didatangi kementerian
pertanian dan sudah banyak mendapat pendampingan dan bantuan alsistan
oleh karena kelompok tani dikelola dengan baik.Wawasan dan semangat
Petani Humbang Hasundutan menjadi terbuka dengan melihat langsung
penjelasan dari rekan sesama kelompok tani asal Kab Subang. Kelompok
tani Humbang Hasundutan juga diajarkan bagaimana mengelola kelompok
tani yang dapat dipercaya, transparan dan memiliki pencatatan yang baik.
Studi banding dilakukan selama 5 hari. Pengurus kelompok tani dipilih
untuk ikut studi banding. Adapun agenda kegiatan yang dilakukan saat studi
banding adalah:
a. Kelompok Tani di Subang saling berdiskusi terkait tantangan dan
kemajuan kelompok tani kepada Kelompok Tani Humbang Hasundutan.
Dengan diskusi langsung, petani Humbang Hasundutan diberikan
kesempatan langsung untuk melihat proses pendampingan Mercy Corps
Indoensia kepada kelompok tani berupa pencatatan adminsitrasi kelompok
tani, pencatatan kas keuangan kelompok tani, dan pencatatan transaksi
usaha kelompok tani.
b. Kelompok Tani Humbang Hasundutan melihat langsung Good
Agriculture Practices di lahan kelompok tani di Subang. Sehingga dapat
menambah wawasan dan keterampilan petani untuk mencoba
menerapkannya di Kab. Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara
73
Petani di Subang menfasilitasi cara penguatan kelompok tani yang sudah
dilakukan dengan pendampingan dari Mercy Corps Indonesia melalui
aktivitas kelompok tani di bidang pertanian.
c. Kelompok tani Humbang Hasundutan diajak untuk melihat langsung unit
usaha kelompok tani. Unit usaha kelompok tani adalah salah satu yang
membuat kelompok tani kuat. Dengan unit usaha kelompok tani yang
dimiliki, kelompok tani memiliki sumber alternative kas kelompok selain
dari pada iuran pokok dan rutin. Usaha kelompok tani yang dilihat adalah
usaha yang dikelola Kelompok Pak Itot yakni kios tani dan usaha rental
traktor. Kelompok tani Humbang Hasundutan jadi termotivasi dengan
kegiatan positif yang telah dilakukan kelompok tani di Subang.
Pendampingan usaha kelompok tani Humbang tidak berhenti pada saat
studi banding saya, tapi Mercy Corps Indonesia melakukan pendampingan
follow up dari hasil studi banding ke Subang. Saat ini baru kelompok tani
Saoloan yang memiliki usaha kelompok yakni simpan pinjam dan kiso tani.
Universitas Sumatera Utara
74
Gambar 4.4. Studi Banding ke Kelompok Tani Dampingan Mercy Corps
Indonesia di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
3. Proses pengubahan cara berpikir juga terjadi melalui interaksi sosial.
Interaksi sosial ini terjadi ketika petani dampingan Mercy Corps Indonesia
telah berhasil dalam GAP (Good Agriculture Practices) tanaman bawang
merah. Petani lain yang mengalami gagal panen oleh karena serangan hama
dan jamur pada bawang merah akan berusaha mencari tahu petani lain yang
berhasil budidaya bawang merah.
Interaksi sosial terjadi di Desa Sinambela, ketika hasil panen Bawang
Merah milik Omri Sinambela, maka petani lainnya yang bukan bagian dari
2 kelompok tani dampingan Mercy Corps Indonesia menjumpai petani yang
Universitas Sumatera Utara
75
berhasil tersebut untuk menanyakan tentang teknik budi daya tanaman
bawang merahnya yang berhasil.
Seperti pada petani diluar dampingan Mercy Corps Indonesia, Ibu Pelita
Sinambela (Kelompok Tani Mandiri Sejahtera di desa Sinambela) yang
menerapkan teknik budidaya tanaman setelah melakukan interaksi sosial
dengan petani dampingan Mercy Corps Indonesia.
Ibu Pelita Sinambela pada saat diwawancarai tanggal 10 November 2020
bercerita bahwa sebelumnya tidak pernah menggunakan kompos ayam,
hanya menggunakan pupuk kimia saja. Petani disini beranggapan bahwa
lahan masih subur seperti dahulu orang tua kami saat bertanam bawang
merah, sehingga petani tidak menggunakan campuran pupuk kompos
sebagai pupuk dasar yang berdampak pada hasil bawang merah tidak begitu
maksimal.
Setelah menggunakan pupuk kompos ayam dan penggunaan pupuk kimia,
biaya saya untuk membeli pupuk kimia jadi lebih sedikit. Dan Bu Pelita
Sinambela menggunakan aplikasi baru dari dampingan Mercy Corps
Indonesia dan PT. Sygenta Indonesia, bahwa pupuk kimia diberikan tidak
langsung, melainkan diberikan dengan cara mencor. Kebiasaan petani
umumnya disini memberikan pupuk dasar tidak dilakukan dengan mencor,
melainkan tabur langsung.
Bu Pelita Sinambela juga bercerita bahwa Pupuk NPK ditambah Kompos
ayam direndam dalam tong plastic 200 liter dicampur menjadi satu selama
Universitas Sumatera Utara
76
kurang lebih 15 menit kemudian diberikan pada bawang merah dengan
takaran 1 gelas plastic untuk 4 batang tanaman bawang merah. Kebutuhan
pupuk yang akan dicor adalah 16 liter untuk 1 lahan 1 rante. Dengan Dicor
Ibu tersebut juga mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai
fungsi dan manfaat unsur-unsur hara dalam pupuk.
Ibu Pelita Sinambela menceritakan selama ini dia hanya tahu bahwa pupuk
itu hanya dipakai supaya bagus tamanan saja tanpa mengetahui manfaat
kandungan unsur-unsur hara tersebut. Saat ini, ibu tersebut mengetahui
bahwa kegunaan unsur Nitrogen (N) adalah untuk memperbanyak anakan
bawang merah, unsur Kalium (K) untuk membuat bawang merah
mengkilat/penampilan yang bagus dan unsur Posfor (P) untuk memperkuat
batang bawang merah sehingga bawang akan kuat jika ada angin atau hujan,
tidak rebah ke tanah.
Bu Pelita juga menjelaskan bahwa ia mendapat pengetahuan bahwa pupuk
bersubsidi juga memiliki manfaat yang sama dengan pupuk non
subsidiasalkan dipadukan dengan pupuk lain. Selama ini ibu tersebut
menggunakan Pupuk NPK merek Mutiara (non subsidi) dengan harga
Rp.16.000/Kg, padahal ada pupuk subsidi NPK Phonska dengan harga
Rp.5000/kg. Akhirnya Bu Pelita menggunakan pupuk NPK Phonska
ditambah Pupuk KCL sebagai pengganti penggunaan Pupuk NPK Mutiara.
Universitas Sumatera Utara
77
Kebutuhan Pupuk Dasar Bu Sinambela adalah 15 Kg. Jika menggunakan
Pupuk NPK Poska (13 kg) dan Pupuk KCL (2 Kg), biaya yang dikeluarkan
adalah = Rp.5.000 x 13 kg= 65.000 ditambah biaya pupuk KCL (Rp.10.000
x 2 kg)= Rp.85.000, sedangkan jika menggunakan pupuk non subsidi
(Pupuk NPK Mutiara) = 5 Kg x Rp.16.000/kg = Rp.240.000. Sehingga ada
pengurangan/penghematanan biaya pengeluaran untuk pupuk dasar sebesar
= Rp.240.000-85.000= Rp.155.000.
Bu Pelita Sinambela menceritakan hasil tanaman bawang merahnya
mengalami peningkatan dengan aplikasi tanaman dari Mercy Corps
Indonesia dan PT. Sygenta Indonesia. Semula biasa Bu Pelita menghasilkan
panen 400 Kg, saat ini mengalami peningkatan menjadi 600 Kg atau sekitar
50 persen mengalami peningkatan. Bu Pelita merasa senang dengan aplikasi
baru yang diperolehnya dari Mercy Corps Indonesia.
c. Partisipasi dan peningkatan kapasitas
Mercy Corps Indonesia melakukan program livelihood selain proses perubahan
berpikir dan studi banding, juga dilaksanakan melalui peningkatan partisipasi dan
kapasitas. LSM ini memulainya dengan pelibatan partisipasi petani dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program. Salah satu bentuk partisipasi
dalam perencanaan dijewantahkan dengan kewajiban dari poktan dampingan untuk
menyusun waktu pertemuan rutin kelompok, pertemuan spontan kelompok, temu
lapang, rencana aktivitas kelompok tani. Perencanaan yang dibuat tersebut dilakukan
Universitas Sumatera Utara
78
melalui aktivitas yang menguraikan kebutuhan, waktu pengerjaan, Dalam rencana
aktivitas yang dibuat oleh poktan itu, diuraikan uraian kebutuhan, jadwal pengerjaan,
penjadwalan petani yang bertugas menyiram, menyemprot, memupuk dan taksiran
target yang akan dicapai. Partisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan tersebut
adalah syarat wajib untuk mendaptkan stimulant (saprotan) dan proses pendampingan
dari Mercy Corps Indonesia. Partisipasi pada saat pelaksanaan terlihat ketika semua
anggota poktan bersedia mengikuti beragam pelatihan dan pelaksanaan program kerja
di poktannya seperti perawatan demplot, aktif dalam pertemuan rutin kelompok
maupun pelatihan/ temu lapang. Sedangkan partisipasi dalam evaluasi ditunjukan
dengan menyusun laporan hasil kegiatan yang berisi sejauh mana pelaksanaan kerja
telah mencapai target yang direncanakan. Laporan tersebut disampaikan pada saat
pertemuan rutin kelompok, sehingga dapat dilakukan evaluasi capaian dari kegiatan
yang dilakukan kelompok tani.
Bentuk partisipasi dimulai dengan beberapa orang anggota kelompok tani yang
bersedia mengikuti kegiatan Mercy Corps Indonesia melalui pertemuan, pelatihan,
penyuluhan, dan lahan percontohan. Kelompok tani berpartisipasi swadaya dalam
mempersiapkan lahan dan perngolahannya, pupuk, dan perawatannya. Sedangkan
Mercy Corps Indonesia memberikan stimulah pestisida dan pendampingan teknis
budidaya pertanian langsung di lapangan.Partisipasi kelompok tani juga diukur dari
keaktifan anggota membayar iuran rutin kelompok tani bulanan.
LSM Mercy Corps Indonesia menggunakan strategi penguatan kelompok tani
dalam semua program pemberdayaan petani. Penguatan kelembagaan kelompok tani
Universitas Sumatera Utara
79
dilakukan dengan memperkenalkan dan memberikan pelatihan kepada kelompok tani
dengan berbagai pengetahuan, teknik dan keterampilan baru. Kelompok tani bersama
Mercy Corps Indonesia melakukan temu lapang bersama mitra dari Perusahaan
Pestisida. Dalam temu lapang tersebut, Mercy Corps Indonesia memberikan stimulant
pestisida dan kelompok tani dilatih langsung oleh agronomist PT.Sygenta terkait
budidaya bawang merah khususnya terkait penanganan hama dan penyakit tanaman
yang selama ini menjadi masalah utama bagi petani di kecamatan baktiraja.
Dengan temu lapang dan monitoring terhadap kelompok tani beberapa kali,
kelompok tani akhirnya bisa melihat langsung hasil dari budidaya bawang merah yang
memuaskan dari pada musim tanam sebelumnya. Melalui kelompok tani, Mercy Corps
Indonesia juga mengajarkan analisis usaha tani yaitu untuk mengetahui besarnya
pengeluraan yang dikeluarkan petani mulai dari persiapan lahan, pembelian bibit,
penyiangan, pemupukan, penyemprotan, dan biaya tenaga kerja. Sehingga dengan
mengerti analisis usaha tani, kelompok tani mengetahui berapa besar
keuntungan/pendapatan yang diperoleh dari hasil panen.
Awalnya, kelompok tani tidak melalukuan pencatatan pengeluaran dan tidak
mengetahui dengan jelas jumlah biaya yang dikeluarkan dalam budidaya tanaman
bawang merah. Sehingga jika ditanya, maka petani tidak bisa mengetahui biaya dengan
jelas. Dengan pencatatan kegiatan kelompok tani dan pencatatan keuangan, maka
kelompok tani dilatih untuk bisa manajemen uang dan kegiatann kelompok tani demi
produktivitas hasil pertanian dan efektivitas kelompok tani.
Universitas Sumatera Utara
80
Dengan pendampingan analisis usaha tani, kelompok tani semakin merasakan manfaat
untuk mengikuti kelompok tani yakni sebagai wadah belajar.
Gambar 4.5.. Stimulan dari Mercy Corps Indonesia (pestisida) bagi
Kelompok Tani
Universitas Sumatera Utara
81
Gambar 4.6. Pendampingan GAP (Good Agriculture Practices)
2. Keorganisasian dan Administrasi
Beberapa jenis temuan kegiatan pendampingan dan pelatihan yang dilakukan
Mercy Corps Indonesia di Kelompok Tani di Desa Sinambela adalah:
a. Keorganisasian
Awalnya kelompok tani tidak begitu respon terkait pentingnya keorganisasian
dalam sebuah kelembagaan. Hal ini dikarenakan kelompok tersebut melihat ada
kelompok tani yang tidak aktif tapi selalu mendapatkan bantuan pemerintah. Hal ini
tentunya melemahkan kelompok tani lain yang aktif. Namun Mercy Corps Indonesia
menjelaskan bahwa akan selalu ada 1 organisasi dimanapun itu yang memang memiliki
unsur x di luar dari kenormalan kelompok tani. Mercy Corps Indonesia memberikan
semangat dan penjelasan terkait pentingyan keorganisasian dalam sebuah kelompok
tani. Selain melakukan pelatihan keorganisasian, Mercy Corps Indonesia juga
mempromosikan kelompok tani yang kuat dan mandiri kepada pemerintah sehingga
dapat diperhatikan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
82
Kelompok tani merupakan salah satu wadah pembelajaran/kegiatan yang
bermanfaat bagi petani. Melalui pemahaman terhadap keorganisasian kelompok tani,
petani diarahkan untuk merasakan manfaat mengikuti kelompok tani. Bukan hanya
sebagai lembaga timbul tenggelam, Mercy Corps Indonesia melakukan pendampingan
dalam setiap pertemuan rutin kelompok tani dan menjelaskan pemahaman akan
kelompok tani.
Mercy Corps Indonesia memberikan motivasi manfaat berkelompok karena
pendekatan yg bertumpu pada kelompok dapat mendorong :
• Tumbuh dan berkembangnya kapital sosial di masyarakat (gotong royong,
musyawarah, keswadayaan dan lain-lain)
• Masyarakat menjadi lebih dinamis dlm mengembangkan nilai-nilai
kemanusiaan serta kemasyarakatan (kejujuran, keikhlasan, dapat dipercaya,
solidaritas, dan lain-lain)
• Terjadinya proses pembelajaran, tumbuh rasa saling asah, asih dan asuh antar
sesama anggota
• Anggota melakukan konsolidasi untuk menggalang kekuatan bersama
• Berfungsinya pelembagaan tanggung renteng, gerakan keswadayaan, modal,
kepercayaan bersama dan lain-lain.
Mercy Corps Indonesia telah melakukan kegiatan bidang keorganisasian seperti
pelatihan dan pendampingan untuk untuk peningkatan kapasitas kelompok. Mercy
Corps Indonesia melakukan pendampingan kepada kelompok tani dengan tujuan
Kelompok Tani mempunyai arah tujuan dan program kelompok yang jelas serta semua
Universitas Sumatera Utara
83
pengurus kelompok agar dapat mengimplementasikan tugas dan tanggungjawabnya
secara professional, dan kelompok tani memiliki AD/ART atau aturan main.
Gambar 4.7. Pendampingan Kelompok Tani melalui Pertemuan rutin
kelompok tani
Gambar 4.8. Pelatihan Kapasitas Kelompok Tani Saoloan dan Haluaon
Dalam keorganisasian, kelompok tani sangat penting untuk membuat dan
menjalankan aturan/norma dalam kelompok tani. Kelompok Tani yang memiliki
aturan/norma yang disepakati bersama, diharapkan mampu menjalankan kelompok tani
yang kuat. Aturan/Norma dalam kelompok tani masih sangat diperlukan dalam
Universitas Sumatera Utara
84
penguatan kelembagaan kelompok tani. Untuk itu, diperlukan peningkatan pentingnya
aturan/norma dalam kelompok tani. Usaha yang dapat ditempuh melalui pertemuan-
pertemuan kelompok tani dan Studi Banding ke wilayah dampingan Mercy Corps
Indonesia terdahulu.
Mercy Corps Indonesia mendampingi aturan/norma kelompok tani dalam
setiap pertemuan rutin bulanan kelompok tani. Dalam setiap pertemuan dan pelatihan,
aspek utama yang selalu ditekankan dalam Aturan/Norma Kelompok adalah:
1. Usaha dan kegiatan berkelompok
2. Keanggotaan kelompok
3. Rapat / pertemuan rutin
4. Pengurus kelompok
5. Pengelolaan kelompok
6. Pembukuan kelompok
7. Permodalan kelompok
8. Pembubaran kelompok
9. Sanksi-sanksi
Ketegasan, kebersamaan, dan pendampingan dari Mercy Corps Indonesia
sangat diperlukan dalam menerapkan aturan/norma kelompok tani. Karena jika
aturan/norma tersebut tidak dilakukan dengan baik dan adil akan menyebabkan rasa
sakit hati diantara sesama petani yang sudah aktif.
Universitas Sumatera Utara
85
Mercy Corps Indonesia selain melakukan pendampingan pertemuan kelompok
tani, juga melakukan pelatihan kepada kelompok tani. Pelatihan yang diberikan terkait
kepemimpinan, kerja sama tim, keorganisasian dan administrasi dalam kelompok tani.
Selain itu, kelompok juga dilatih untuk brainstorming terkait permasalahan, tantangan
dan potensi yang dapat dikembangkan.
Dengan terciptnya kepemimpinan pengurus yang baik dalam kelompok tani dan
kerja sama tim yang baik, maka aturan/norma dapat disepakati dan dijalankan bersama
dengan penuh tanggung jawab.
Gambar 4.9. Usaha Kelompok Tani serta Pelatihan Budidaya Tanaman Padi dan
Hortikulutura bersama Camat Baktiraja dan kepala BPS Kabupaten Humbang
Hasundutan
b. Administrasi
Awalnya Kelompok Tani belum melakukan pencatatan administrasi yang baik
dan belum mengerti tentang pentingnya administrasi dalam kelompok tani. Hal ini
dapat dilihat dalam pertemuan kelompok tani, dimana kelompok tani belum memiliki
Universitas Sumatera Utara
86
buku daftar hadir pertemuan, buku tamu dan pencatatan keuangan kelompok, serta
catatan setiap pertemuan kelompok tani.
Pendampingan Mercy Corps Indonesia yang dilakukan melalui pendampingan
pertemuan rutin bulanan dan pelatihan adminsitrasi kelompok tani untuk mengedukasi
kelompok tani akan pentingnya administrasi dalam kelembagaan kelompok tani.
Kegiatan yang dilakukan Mercy Corps Indonesia di bidang administrasi kelompok tani
seperti pelatihan dan pendampingan pencatatan pembukuan kas kelompok tani, buku
tamu, daftar hadir pertemuan, dan catatan rencana kegiatan kelompok tani.
Setelah pendampingan Mercy Corps Indonesia, Kelompok Tani Saoloan dan
Haluaon telah melakukan pencatatan pembukuan kas kelompok tani dimana setiap
pencatatan dilakukan secara transparansi setiap bulan pada saat iuran. Kelompok tani
saoloan telah melakukan pencatatan keuangan kas kelompok yang bersumber dari
usaha kios tani kelompok yang didukung oleh Mercy Corps Indonesia. Selain itu,
kelompok tani juga sudah mempunyai buku daftar hadir, buku tamu dan catatan
rencana kegiatan kelompok tani.
Mercy Corps Indonesia melakukan pendampingan administrasi kelompok tani
agar:
• Kelompok mempunyai perangkat administrasi dan pembukuan yang lengkap
• Pengurus Kelompok memiliki skill dan trampil mengelola administrasi dan
pembukuan
• Kelompok mempunyai laporan keuangan yang lengkap dan dilaporkan secara rutin
kepada anggota
Universitas Sumatera Utara
87
• Kelompok mempunyai sistem informasi manajemen
4.2.2. Analisis Data Hasil Wawancara
Terkait dengan peranan hubungan kinerja LSM tersebut, peranan yang
dipegang oleh Mercy Corps Indonesia dalam menjalankan programnya mengacu pada
kinerja dalam penguatan kelompok tani. Penguatan kelompok tani memiliki faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Penguatan tersebut dapat dianalisis berdasarkan teori
dan konsep: Debora Eade, Mosher, dan Willis.
1. Analisis berdasarkan Konsep Debora Eade
Deborah Eade (Mutiarin, 2014, p. 182) merumuskan terdapat 5 dimensi
penguatan kelembagaan sebuah organisasi/kelompok. Rumusan dimensi penguatan
kelembagaan menurut Deborah Eade yaitu :
a. Dimensi Organisasi yaitu Organisasi memiliki struktur organisasi yang dapat
membantu pelaksanaan fungsi dan pencapaian tujuan organisasi.
b. Dimensi Sumber Daya Manusia yaitu memiliki serta mengembangkan SDM secara
kualitas maupun kuantitas melalui pelatihan ataupun sosialisasi
c. Dimensi Keuangan yaitu memiliki alokasi anggaran dalam menjalankan fungsi dan
pencapaian tujuan organisasi
d. Dimensi Infrastruktur yaitu memiliki sarana dan prasarana dalam menjalankan
fungsi dan pencapaian tujuan organisasi
e. Dimensi Kerjasama yaitu organisasi melakukan kerjasama ataupun koordinasi
dengan pihak eksternal dari organisasi.
Universitas Sumatera Utara
88
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti jika ditinjau dari teori penguatan
kelembagaan menurut Debora dapat dianalisis dari 5 dimensi:
a. Dimensi Organisasi yaitu Organisasi memiliki struktur organisasi yang dapat
membantu pelaksanaan fungsi dan pencapaian tujuan organisasi.
Awalnya masyarakat mau bergabung hanya karena agar bisa mendapatkan
bantuan pupuk bersubsidi dari pemerintah. Hal ini menjadi kelemahan bagi organisasi
kelompok tani, karena kelompok tani tidak akan berkembang dan tidak dapat mencapai
fungsi dan pencapaian tujuan organisasi kelompok tani sebagaimana yang tercantum
dalam AD/ART Kelompok Tani Saoloan yaitu Mewujudkan petani yang berkeahlian,
berkemampuan, mandiri dan sanggup terhadap pengembangan dan kemajuan teknologi
di sektor Pertanian dan Peternakan. Penguatan dimensi tersebut sudah dirasakan salah
seorang pengurus kelompok tani Saoloan.
Hasil wawancara terkait organisasi kelompok tani seperti yang disampaikan
Pak Samsul Simanullang (Bendahara Kelompok Tani Saoloan dan Sekretaris
Desa Sinambela) tanggal 01 September 2020 bertempat dirumahnya di Desa
Sinambela:
“Setelah ada pendampingan dari Mercy Corps Indonesia, kepemimpinan
pengurus diperkuat. Awalnya motivasi petani bergabung dengan kelompok tani hanya
untuk mendapatkan bantuan pupuk subsidi pemerintah, namun setelah adanya
Pendampingan dari Mercy Corps Indonesia, kami semakin tahu dan dijelaskan
manfaat tujuan berkelompok tani ”.
Universitas Sumatera Utara
89
Sebagai pengurus kelompok tani dan sekretaris desa, Pak Samsul Simanullang
menyampaikan bahwa sebagian besar masyarakatnya ingin bergabung dengan
kelompok tani karena syarat untuk dapat memperoleh bantuan dari pemerintah.
Dukungan terhadap penguatan kelompok tani juga disampaikan oleh Anggota DPRD
Humbang Hasundutan, Poltak Purba, ST. Anggota DPRD ini merupakan satu-satunya
Anggota DPRD Humbang Hasundutan yang berasal dari Kecamatan Baktiraja (Desa
Marbun Toruan). Beliau juga merupakan Komisi B yang membidangi Pertanian,
Pariwisata, dll. Dukungan anggota DPRD tersebut disampaikannya pada saat pelatihan
kapasitas kelompok tani di desa sinambela dan acara syukuran panen.
“Saya sangat mendukung program pertanian. Kelompok tani harus bisa mandiri, jangan
hanya bergantung kepada bantuan pemerintah. Saya siap menerima aspirasi dari
masyarakat terkait pertanian karena itu merupakan komisi saya di DPRD Humbang
Hasundutan. Kehadiran Mercy Corps Indonesia memberikan pelatihan kapasitas
kelompok tani (Kepemimpinnan, Organisasi, dan Usaha Kelompok Tani) dan
pendampingan lainnya” kata Bpk. Poltak Purba, ST saat diwawancarai pada tanggal
27 Oktober 2020 di Koperasi Pesona Tani Desa Sinambela.
Anggota DPRD Humbang Hasundutan ini beberapa kali pernah mengikuti kegiatan
bersama Mercy Corps Indonesia. Dengan latar belakang sebagai anak petani bawang
merah di Kecamatan Baktiraja yang pernah kuliah di Bandung dan bekerja sebagai
karwayan di Bandung dan Batam, Anggota Dewan tersebut selalu memotivasi
kelompok tani dan mengingatkan PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) tingkat
Universitas Sumatera Utara
90
kecamatan dan PPS (Petugas Penyuluhan) tingkat desa agar bekerja maksimal dalam
memberikan pendampingan kepada kelompok tani.
Selain sebagai anggota DPRD Humbang Hasundutan, Pak Poltak juga sekalian bertani
bawang merah dan berkelompok tani. Beliau mengikutinya dengan tujuan supaya dapat
memotivasi petani dan turut serta ikut merasakan/mengalami apa yang dirasakan petani
seperti susah payah dalam bertanam bawang merah dan dinamika kelompok tani.
Oleh karena itu dengan melakukan penguatan kelembagaan dari dimensi
organisasi telah dirasakan oleh salah seorang pengurus kelompok tani saoloan sehingga
struktur organisasi tidak hanya sebagai formalitas tetapi dengan struktur organisasi
yang baik dapat membantu pelaksanaan fungsi dan pencapaian tujuan organisasi yaitu
Mewujudkan petani yang berkeahlian, berkemampuan, mandiri dan sanggup terhadap
kemajuan dan perkembangan Teknologi di bidang Pertanian dan Peternakan.
b. Dimensi Sumber Daya Manusia yaitu memiliki serta mengembangkan SDM
secara kualitas maupun kuantitas melalui pelatihan ataupun sosialisasi. Kegiatan
penyuluhan yang dilakukan Mercy Corps Indonesia bersama PT. Sygenta Indonesia
dalam memberikan penyuluhan budidaya bawang merah dan temu lapang untuk
melihat langsung penanggulangan hama dan berbagai penyakit tanaman. Manfaat dari
kegiatan ini telah dirasakan kelompok seperti yang disampaikan anggota kelompok tani
dalam wawancara:
Hasil wawancara terkait Pendampingan Mercy Corps Indonesia terhadap GAP
(Good Agriculture Practices) kelompok tani seperti yang disampaikan oleh Zaman
Universitas Sumatera Utara
91
Simanullang (Ketua Kelompok Tani Saoloan) tanggal 01 September 2020 bertempat
dirumahnya di Desa Sinambela.
“Mercy Corps Indonesia memberikan pelatihan terkait tanaman bawang merah,
sehingga hasil pertanian bawang merah kami bagus dan mulai meningkat.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Berliana Limbong (Bendahara Kelompok
Tani Haluaon) tanggal 01 September 2020 bertempat dirumah Pak Samsul
Simanullang di Desa Sinambela:
“Kehadiran Mercy Corps Indonesia sangat bermanfaat sekali. Bagaimana merawat
tanaman bawang, kami memperoleh ilmu cara bertanam melalui kelompok tani
sebagai wadah belajar bersama”.
Petani di Desa Sinambela memiliki lahan yang paling sedikit dibandingkan dengan
desa lain di kecamatan Baktiraja. Kecamatan Baktiraja sendiri memiliki luas wilayah
paling sempit yaitu hanya kisaran 1% dari wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dengan keterbatasan lahan yang dimiliki petani, maka petani di desa sinambela sangat
berhati-hati menanam bawang merah. Luas lahan tanaman bawang merah rata-rata 3
rantai per kk. Sehingga petani di Desa Sinambela akan selalu berusaha keras agar
tanaman bawang merahnya berhasil.
Dengan pendampingan dari Mercy Corps Indonesia bersama Perusahaan Pestisida,
petani diberikan penyuluhan oleh agronomist perusahaa pestisida melalui temu lapang,
penyuluhan dan pembuatan demplot. Hasil yang dirasakan petani yang tergabung
dalam kelompok tani Dampingan Mercy Corps Indonesia (Saoloan dan Haluaon) telah
mengalami peningkatan hasil panen bawang merah dari yang semula 1 rantai
Universitas Sumatera Utara
92
menghasilkan 500 kg menjadi 1 rantai menghasilkan 600 kg atau mengalami
peningkatan sekitar 20 persen.
c. Dimensi Keuangan yaitu memiliki alokasi anggaran dalam menjalankan fungsi dan
pencapaian tujuan organisasi.
Hasil wawancara terkait Pendampingan Mercy Corps Indonesia terhadap Administrasi
seperti yang disampaikan oleh Omri Sinambela (Sekretaris Kelompok Tani
Haluaoan) tanggal 02 September 2020 bertempat dirumahnya di Desa Sinambela:
“Mercy Corps Indonesia memberikan pelatihan terkait administrasi dan pembukuan
kelompok. Kelompok tani kami sebelumnya vakum, namun setelah kehadiran Mercy
Corps Indonesia, kelompok kami mulai aktif kembali (iuran rutin bulanan dan
pertemuan rutin bulanan) dan program kami mulai terarah khususnya di pertanian”.
Hasil wawancara di atas jika ditinjau dari teori penguatan kelembagaan
menurut Debora dapat dianalisis dari dimensi dimensi keuangan. Dimensi Keuangan
yaitu memiliki alokasi anggaran dalam menjalankan fungsi dan pencapaian organisasi.
Kelompok tani Haluaon awalnya belum memiliki administrasi yang baik dan
pembukuan kelompok yang kurang baik. Hal ini menjadi kelemahan bagi kelompok
tani, karena kelompok tani tidak memiliki alokasi anggaran yang berasal dari iuran
rutin untuk menjalankan fungsi dan pencapaian organisasi. Adapun tujuan kelompok
tani Haluaon sebagaimana yang tercantum dalam AD/ART Kelompok Tani yaitu
Peningkatan pengetahuan anggota berdasarkan penyuluhan, training serta
keterampilan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
93
Salah satu cara untuk meningkatkan kas kelompok adalah meningkatkan
penghasilan pertanian dan “trust” anggota kelompok tani kepada pengelolaan
keuangan kelompok tani. Peningkatan tersebut dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan budidaya tanaman bawang merah anggota kelompok
tani oleh Mercy Corps Indonesia melalui pertemuan kelompok tani dan temu lapang di
demplot (lahan percontohan) dan pelatihan keterampilan peningkatan kapasitas
kelompok tani dalam mengadministrasikan pembukuan keuangan kas kelompok.
Kegiatan di atas awalnya awalnya tidak diikuti oleh seluruh anggotanya (20 orang)
melainkan hanya 10 orang saja yang aktif. Anggota kelompok tani lainnya tidak ingin
mengikuti kegiatan tersebut karena belum melihat manfaat lebih jauh terkait program
pendampingan. Hal ini tidak terlepas karena pemahaman akan eksistensi kelompok tani
yang kurang. Masyarakat hanya tahu kelompok tani sebagai formalitas untuk
mendapatkan bantuan pupuk bersubsidi pemerintah. Sedangkan tujuan kelompok tani
yaitu menambah pengetahuan anggota berdasarkan penyuluhan dan pelatihan yang
dianggap belum mereka rasakan.
Dengan peningkatan hasil pendapatan melalui budidaya tanaman bawang
merah yang baik dan pembukuan keuangan kas kelompok yang baik, anggota
kelompok tani sudah rutin memberikan iuran bulanan karena sudah adanya “trust” dari
anggota kelompok tani kepada pengelolaan keuangan kelompok tani.
d. Dimensi Infrastruktur yaitu memiliki sarana dan prasarana dalam menjalankan
fungsi dan pencapaian tujuan organisasi. Penguatan kelembagaan kelompok tani yang
dilakukan Mercy Corps Indonesia salah satunya memberikan stimulant saprotan
Universitas Sumatera Utara
94
(sarana produksi pertanian) berupa Pestisida (Fungisida, Insektisida, dan akarisida) dan
bibit bawang merah biji (TSS) cap Panah Merah. Stimulan ini hanya bersifat sebagai
perangsang dengan memperhatikan swadaya petani sehingga petani ikut merasakan
memiliki program.
Hal ini seperti yang disampaikan Koordinator PPL (Pak Ferdinan Simatupang)
dalam wawancaratanggal 27 Oktober 2020 bertempat di Koperasi Pesona Tani di Desa
Sinambela:
“Mercy Corps Indonesia memberikan dukungan kepada kelompok tani berupa bantuan
saprotan yang dapat mendukung kelompok tani agar kuat”.
Koordinator PPL tersebut memiliki desa dampingan di Kecamatan Baktiraja sebanyak
7 Desa yang tiap desa didampingi oleh PPS (Penyuluh Pertanian Swadaya).
Menurutnya, banyak bantuan saprotan yang telah diberikan oleh pemerintah (dinas
pertanian) untuk mendukung pertanian di Baktiraja, begitu juga dengan
bantuan/stimulant dari Mercy Corps Indonesia sangat bermanfaat karena selain
diberikan stimulant juga didampingi oleh tenaga teknis dari perusahaan input.
e. Dimensi Kerjasama yaitu organisasi melakukan kerjasama ataupun koordinasi
dengan pihak eksternal dari organisasi. Penguatan kelembagaan tani yang dilakukan
Mercy Corps Indonesia dalam hal ini adalah memampukan kelompok tani melakukan
kerja sama/berjejaring dengan PT.Sygenta Indonesia dalam hal konsultasi penggunaan
pestisida tepat sasaran dan tepat guna dan berjejaring dengan PT.East West Seed
(Panah Merah) dalam hal konsultasi terkait bibit hybrid dan aplikasi persemaian bibit
yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
95
Hal ini seperti yang disampaikan Anggota kelompok tani oleh Pak Hermanto Tobing,
S.Sos (Anggota Kelompok Tani Haluaon) tanggal 01 September 2020 bertempat
dirumahnya di Desa Sinambela.
“Sebelumnya saya tidak tahu ada pendampingan seperti ini yang dilakukan mercy
corps Indonesia kepada kelompok tani. Mercy Corps Indonesia membuka pola pikir
berkelompok tani, Mercy Corps Indonesia menjadi mitra sharing kelompok tani dalam
pertanian karena peran PPL belum maksimal di sini”.
Selain itu, Mercy Corps Indonesia juga menfasilitasi kelompok tani dampingan di desa
sinambela untuk bermitra dengan Fakultas Pertanian Universitas yang ada di Tapanuli
yaitu Universitas Tapanuli Sisingamangaraja XII.
Melalui dimensi kerja sama ini, diharapkan nantinya mahasiswa pertanian UNITA
yang berada di Siborong-borong ini ikut menfasilitasi pendampingan kelompok tani
pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Dengan semakin banyaknya jejaring, maka kelompok tani akan semakin kuat karena
memiliki mitra untuk berbagi kendala/kesulitan yang dialami petani mulai dari Hulu
sampai Hilir.
2. Analisis berdasarkan Konsep Mosher
Menurut Mosher (1987) bahwa penting melakukan pembinaan kepada
kelompok tani yang merupakan salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian
melalui aktivitas petani yang tergabung dalam kelembagaan kelompok tani. Tujuan
yang diharapkan dari pembinaan kelompok tani adalah dapat membantu menggali
Universitas Sumatera Utara
96
potensi, memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan
memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan serta sumber
daya lainnya.
Mercy Corps Indonesia melakukan penyuluhan dan temu lapang kelompok tani
untuk membantu memecahkan masalah usahatani dalam hal ini bagaimana
meningkatkan hasil pertanaman bawang merah anggota kelompok tani. Selain itu,
Mercy Corps Indonesia memberikan pelatihan usaha kelompok tani untuk membantu
kelompok tani menggali potensi kelompok tani yang dapat dikembangkan seperti
simpan pinjam dalam kelompok tani dan kios saprotan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terkait Pendampingan Mercy Corps
Indonesia terhadap GAP (Good Agriculture Practices) kelompok tani seperti yang
disampaikan oleh Zaman Simanullang (Ketua Kelompok Tani Saoloan) pada
tanggal 01 September 2020 bertempat dirumahnya di Desa Sinambela:
“Mercy Corps Indonesia memberikan pelatihan terkait tanaman bawang merah,
sehingga hasil pertanian bawang merah kami bagus dan mulai meningkat.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Berliana Limbong (Bendahara Kelompok
Tani Haluaon) pada tanggal 01 September 2020 bertempat dirumah Pak Samsul
Simanullang di Desa Sinambela:
“Kehadiran Mercy Corps Indonesia sangat bermanfaat sekali. Bagaimana merawat
tanaman bawang, kami memperoleh ilmu cara bertanam melalui kelompok tani
sebagai wadah belajar bersama”
Universitas Sumatera Utara
97
Hal yang sama juga disampaikan oleh Rektor Unita pada saat memberikan
pelatihan kepada kelompok tani di desa Sinambela yang difasilitasi oleh Mercy Corps
Indonesia. “Melalui pelatihan ini diharapkan pengurus dan anggota kelompok tani
dapat lebih meningkatkan potensi masing-masing terkhusus dalam kepemimpinan.
Selain itu juga diharapkan dapat mengindentifikasi hal-hal yang mejadi kelemahan
kelompok nya dan bagaimana cara mengatasinya. Kita juga menjelaskan bagaimana
membina kelompok tani dalam hal manajemen kelompok tani, serta menyusun rencana
program jangka pendek dan jangka panjang serta manajemen administrasi kegiatan dan
administrasi keuangan. Selain itu bagaimana merencanakan kegiatan kelompok yang
menjadi usaha bersama” kata Dr.Ir. Andriani Siahaan, MP (Rektor UNITA yang
juga lulusan Universitas Sumatera Utara) pada saat diwawancarai Harian SIB, 27
Oktober 2020.
Dengan organisasi kelompok tani yang baik, maka kelompok tani sesuai yang
dikemukakan Mosher dapat membantu mengidentifikasi potensi yang dimiliki
kelompok tani, mencari solusi atas permasalahan usaha tani pada anggota kelompok
seperti budidaya bawang merah, dan memudahkan mengakses informasi
penanggulangan hama penyakit tanaman, pasar dan permodalan.
3. Analisis berdasarkan Konsep Willis
Peran-peran yang dilakukan Mercy Corps Indonesia menurut teori Willis
(2005) terkait peran NGO yang berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat,
partisipasi dan penguatan, advokasi, dan jaringan.
Universitas Sumatera Utara
98
Mercy Corps Indonesia melakukan upaya partisipasi dan penguatan serta
advokasi kepada kelompok tani melalui pertemuan kelompok tani agar dapat menjadi
kelompok tani mandiri dengan meningkatkan kualitas keorganisasian dan administrasi
kelompok tani sehingga kelompok tani dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang
ditetapkan di AD/ART.
Selain itu, Mercy Corps Indonesia memberikan penyuluhan dan pelatihan
kepada kelompok tani, agar meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan hasil
pertanian yang baik.
Selanjutnya terkait dengan kemitraan, Camat Baktiraja (Ibu Astri Manullang,
SSTP,MM) dalam penyampaiannya pada saat acara syukuran panen di kelompok:
“Kehadiran Mercy Corps Indonesia di kelompok tani di sini memberikan penguatan
kepada kelompok tani, memotivasi petani dan memampukan kelompok tani mengakses
kemitraan selain dengan pemerintah”.
Dengan kehadiran Mercy Corps Indonesia, Kelompok Tani juga mendapat
jaringan/mitra dengan pihak luar seperti PT.Sygenta Indonesia, PT.East West Seed
(Panah Merah), dan PT. Mutiara Keraton (Pupuk Organik Cair Jimmy Hantu) serta
pihak Akademisi.
Universitas Sumatera Utara
99
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. LSM Mercy Corps Indonesia mengambil peran dalam Kegiatan Penguatan
Kelompok Tani di Desa Sinambela antara lain melalui kegiatan Livelihood berupa
kegiatan penyuluhan, temu lapang, Pembuatan Demplot dengan GAP (Good
Agriculture Practices) serta kegiatan Penguatan Keorganisasian dan Administrasi
Kelompok Tani di Desa Sinambela.
2. Hasil dari Pendamimpang LSM Mercy Corps Indonesia dalam Kegiatan Penguatan
Kelmpok Tani antara lain:
a. Kelompok tani sebagai wadah belajar. Mercy Corps Indonesia memberikan
peran dalam memfasilitasi penyuluhan, temu lapang, dan pendampingan
demplot (lahan percontohan) dalam kelompok tani telah perlahan mengubah
pola budidaya tanaman bawang merah. Dari yang sebelumnya metode
penanggulangan hama dan penyakit berdasarkan merek pestisida tanpa
memperhatikan bahan aktif, saat ini petani sudah mengerti manfaat penggunaan
berdasarkan bahan aktif dalam pestisida. Sehingga partisipasi petani mulai
meningkat dalam kelembagaan kelompok tani sebagai wadah belajar.
b. Peningkatan pendapatan dan perbaikan kesejahteraan. Program Penguatan dari
LSM Mercy Corps Indonesia yang diteliti membawa manfaat dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
100
meningkatnya pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang relatif semakin baik.
Hal ini karena Mercy Corps Indonesia memberikan pelatihan teknis terkait
analisis usaha tani, penggunaan pestisida tepat guna, tepat sasaran dan tepat
waktu.
c. Kelembagaaan kelompok tani saolan dan haluaon perlahan mulai menguat dari
dimensi Organisasi, Sumber Daya Manusia, Keuangan, Kerja Sama. Adanya
jejaring (kerja sama) dengan mitra teknis, pencatatan administrasi kegiatan dan
adiministrasi keuangan yang baik, keorganisasian kelompok tani sudah mulai
dikelola dengan baik, dan anggota petani sudah mulai sadar akan pentingnya
kelompok tani yang kuat sebagai salah satu wadah belajar.
V.2. SARAN
Beberapa saran yang bisa diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Untuk LSM. Harapannya dapat tetap konsisten dengan esensi keberadaan dan
misi pemberdayaannya sambil terus melakukan peningkatan kapasitas sumber
daya manusia dan kelembagaan untuk menjawab tantangan perubahan dan
kebutuhan masyarakat.
2. Untuk Pemerintah Humbang Hasundutan. Harapannya dapat tetap menjalin
kemitraan yang suportif-konstruktif dengan LSM dalam semangat saling
mendukung dan melengkapi. Dengan itu, proses penguatan kelompok tani bisa
dijalankan secara lebih efektif dan akseleratif
Universitas Sumatera Utara
101
3. Untuk masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan. Harapannya masyarakat
menerima setiap kesempatan dan program pemberdayaan/penguatan
kelembagaan yang ditawarkan pemerintah dan LSM. Kesadaran dan komitmen
dalam diri masyarakat untuk berubah sangat mendukung dalam pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
102
LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara Penelitian
Informan Kunci:
Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Baktiraja
Camat Baktiraja
Sekretaris Desa Sinambela
Isu Utama Pertanyaan
Peran LSM
Mercy Corps
Indonesia dalam
Penguatan
Kelompok Tani di
Desa Sinambela
- Apakah Dinas Pertanian (PPL) Kecamatan Baktiraja, Camat, dan
Pemerintah Desa Sinambela pernah mengetahui keberadaaan LSM Mercy
Corps Indonesia?
- Apakah menurut Bpk. PPL mengetahui kejelasan tujuan pendampingan
kelompok tani?
- Apakah ada Pelatihan, Stimulan, dan Demplot yang difasilitasi Mercy
Corps Indonesia kepada kelompok tani di Desa Sinambela?
- Apakah Bapak/Ibu mendukung pelaksanaan peran dari Mercy Corps
Indonesia?
- Apakah tanggapan Bapak/Ibu mengenai pelaksanaan peran dari Mercy
Corps Indonesia dalam penguatan kelompok tani?
Universitas Sumatera Utara
103
Informan Utama:
- Kelompok Tani Saoloan
- Kelompok Tani Haluaon
-
Isu Utama Pertanyaan
Peran LSM Mercy
Corps Indonesia
dalam Penguatan
Kelompok Tani di
Desa Sinambela
- Sepengetahuan Bapak/Ibu apakah ada sosialisasi tentang program yang
akan dilakukan Mercy Corps Indonesia?
- Apakah Bapak/Ibu mendapat informasi yang jelas dari sosialisasi
tersebut?
- Apakah setelah mendapat sosialisasi program Mercy Corps Indonesia,
Bapak/Ibu memahami dengan jelas manfaat pelaksanaan progam ini
kepada penerima manfaat di kelompok tani?
- Apakah setelah mendapat sosialisasi tentang Program Mercy Corps
Indonesia, Bapak/Ibu memahami dengan jelas dan dapat melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang difasilitasi oleh LSM Mercy Corps Indonesia?
- Apakah kendala dan tantangan yang bapak/ibu hadapi di lapangan
dengan program dari LSM Mercy Corps Indonesia ini?
- Apakah perubahan peningkatan hasil pertanian yang Bapak/Ibu alami
sebelum dan sesudah pendampingan kelompok tani oleh Mercy Corps
Indonesia?
- Apakah perubahan kelembagaan kelompok tani (Keorganisasian dan
administrasi) yang Bapak/Ibu alami sebelum dan sesudah
pendampingan kelompok tani oleh Mercy Corps Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
104
Informan Tambahan:
Kelompok Tani lain, Anggota DPRD Humbang Hasundutan, dan Akademisi
Isu Utama Pertanyaan
Peran LSM Mercy
Corps Indonesia
dalam Penguatan
Kelompok Tani di
Desa Sinambela
- Apakah Bapak/Ibu mengetahui apa yang dilakukan dengan program
penguatan kelompok tani yang dilakukan oleh Mercy Corps
Indonesia?
- Apakah menurut Bapak/Ibu manfaat dari Program yang dilakukan
oleh Mercy Corps Indi?
- Apakah Bapak/Ibu pernah berinteraksi sosial dengan penerima
manfaat langsung (Kelompok tani Saoloan dan Haluaon)?
2. Dokumentasi kegiatan wawancara dan observasi Penelitian
Wawancara dengan Kelompok Tani Saoloan
Wawancara dengan Bpk.Zaman Simanullang Wawancara dengan Bpk, Samsul Simanullang
Tanggal 01/09/2020 di rumah Bpk. Zaman Tanggal 01/09/2020 di rumah Bpk. Samsul
Universitas Sumatera Utara
105
Wawancara dengan Pak Lasmer Simanullang Wawancara dengan Pak Hermanto Tobing
Tanggal 27/10/2020 di Koperasi Pesona Tani Tanggal 01/09/2020 di rumah Bpk. Hermanto
Wawancara dengan Ibu Berliana Limbong Wawancara dengan Bpk. Omri Sinambela
Tanggal 01/09/2020 di rumah Bpk. Samsul Tanggal 02/09/2020 di Rumah Bpk.Omri
Universitas Sumatera Utara
106
Wawancara dengan Bpk, Ferdinand Simatupang (PPL) Wawancara dengan Bpk. Poltak Purba (DPRD)
Tanggal 27/10/2020 di Koperasi Pesona TaniTanggal 27/10/2020 di Koperasi Pesona Tani
Universitas Sumatera Utara
107
Wawancara dengan Akademisi (Rektor UNITA Sisingamangaraja XII) pada tanggal 27 Oktober
2020 di Koperasi Pesona Tani di Desa Sinambela
Universitas Sumatera Utara
108
Pernyataaan Rektor UNITA terkait Penguatan Kelompok Tani Foto Wawancara dengan Ibu Pelita Sinambela
Pada tanggal 27 Oktober 2020 di Koperasi Pesona Tani Pada tanggal 10 November 2020 di Lahan Demoplot
Universitas Sumatera Utara
109
Kegiatan Panen di Lahan Ibu Pelita Kegiatan Aplikasi Penyemprotan di Demplot
Pada tanggal 08 Mei 2020 di Lahan Demoplot Pada tanggal 27 Februari 2020 di Lahan Bpk. Omri
Universitas Sumatera Utara