Post on 31-Oct-2019
KEPENTINGAN JEPANG DALAM MENINGKATKAN HUBUNGAN
KERJASAMA DENGAN KUBA PASCA NORMALISASI HUBUNGAN
DIPLOMATIK AS – KUBA TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Juliana Yusuf
1112113000115
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
PERNYAT AAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 2 Mei 2019
Juliana Yusuf
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KEPENTINGAN JEPANG DALAM MENINGKATKAN HUBUNGAN
KERJASAMA DENGAN KUBA PASCA NORMALISASI HUBUNGAN
DIPLOMATIK AS – KUBA TAHUN 2015
Oleh
Juliana Yusuf
1112113000115
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Mei
2019. Skripsi ini tekah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua Sidang,
Ahmad Alfajri, MA
NIP.
Sekretaris Sidang,
Eva Mushoffa, MHSPS
NIP.
Penguji 1,
M. Adian Firnas, M.Si
NIP.
Penguji 2,
Febri Dirgantara Hasibuan, MM
NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 Mei 2019
Ketua Program Studi
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ahmad Alfajri, MA
NIP.
iv
ABSTRAK
Penelitian skripsi ini menganlisis tentang kepentingan nasional jepang dalam
meningkatkan hubungan kerjasamanya dengan Kuba pasca normalisasi hubungan
diplomatik AS-Kuba tahun 2015. Penelitian skripsi ini fokus terhadap kepentingan
yang ingin dicapai Jepang dalam meningkatkan hubungan kerjasamanya dengan
Kuba. penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif analisis deskriptif.
Metode pencarian data dalam penulisan skripsi ini berdasarkan data sekunder berupa
kajian pustaka. Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep
kepentingan nasional, konsep kebijakan luar negeri, dan konsep kerjasama
internasional. Dari analisa dengan menggunakan ketiga konsep tersebut dapat
disimpulkan bahwa kebijakan luar negeri Jepang dalam meningkatkan kerjasamanya
dengan Kuba dikarenakan adanya kepentingan nasional yang ingin diraih Jepang dari
Kuba, yaitu kepentingan ekonomi dan kepentingan politik. Dalam kepentingan
ekonomi, Jepang ingin berinvestasi dan memperluas pasarnya di Kuba. Kemudian
kepentingan politiknya, Jepang ingin mendapatkan dukungan dari Kuba untuk
menjadi salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan untuk merendam
ancaman rudal balistik Korea Utara.
Keyword : Jepang, Kuba, Amerika Serikat, Normalisasi Hubungan
Diplomatik, Kepentingan Nasional, Kebijakan Luar Negeri,
Kerjasama Internasional.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
dianugerahkan kepada saya, sehingga mampu menyelesaikan tugas skripsi ini. Saya
sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Tampa mereka, apalah daya saya dalam
menyelesaikan skripsi ini. berbagai pihak itu diantaranya:
1. Orang tua, kakak, adik yang telah memberikan dukungan penuh dari awal
hingga akhir penulisan
2. Bapak Badrus Sholeh, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pemikirannya dalam menyusun skripsi ini.
terima kasih atas bantuannya, semoga keberkahan ilmu beliau selalu
menerangi perjalan hidup saya.
3. Bapak Ahmad Alfajri, M.A selaku ketua Program Studi Hubungan
Internasional yang telah memotivasi penulis hingga selesai penulisan
4. Jajaran dosen dan staf Program Studi Hubungan Internasional, atas segala
upaya dalam membantu penulis dari awal perkuliahan
5. Serta tidak lupa kepada kawan-kawan seperjuangan saya, teman-teman HI
2012 dan lainnya yaitu Arrijal Rachman, Yoga Sunanjar, Mochamad Arief,
Abdullah Chaniago, Dzikri Nur Habibi, Indra Saputra, Irma Roudlotus Shofia,
vi
Fathu Hidayat, Zaki Mawardy, Fachry Hadin, Jordi Prakoso, Amrullah
Yacob, Tasya Safirah, Septina Putri, Rizki Ahmad Firdaus, Sadiyah, Puput
Fauziah, Amelia Rosyidah, Asep Jubaedillah, Sadri Said, Choirul Anam,
Syifa Azkiya dan teman-teman lainnya yang namanya tidak disebutkan satu
persatu, terima kasih atas dukungannya.
Dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis
menyadari mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menulis lebih baik
lagi dikemudian hari.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 2 Mei 2019
Juliana Yusuf
vii
DAFTAR SINGKATAN
AS Amerika Serikat
CIA Central Intelligence Agency
GATT General Agreement on Tariffs and Trade
GNP Gross National Product
IEFR International Emergency Food Reserve
IMS Infeksi Menular Seksual
INRA Instituto Nacional de Reforma Agraria
JBIC Japan Bank for International Cooperation
JETRO The Japan External Trade Organization
JIA The Japan Institute of Architects
JICA Japan International Cooperation Agency
KTT Konfrensi Tingkat Tinggi
MEXT Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology
MITI Ministry of International Trade and Industry
NEXI Nippon Export and Investmen Insurance
ODA Official Development Assistance
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
SDM Sumber Daya Manusia
UNSC United Nations Security Council
viii
WFP World Food Programme
ix
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1 Imigrasi Jepang ke Amerika Berdasarkan Era Kekaisaran, Tahun
1899-1941 -------------------------------------------------------------------31
Tabel II.B.1 Perdagangan Jepang ke Kuba, tahun 1924-1941 (dalam Yen) ---33
Tabel II.B.3 Perdagangan Jepang ke Kuba, tahun 1953-1958 (dalam Dollar
AS) --------------------------------------------------------------------------40
Tabel II.C.1 Perdagangan Jepang dengan Kuba, tahun 1959-1969 (dalam dollas
AS) --------------------------------------------------------------------------48
Tabel II.C.2.1 Bantuan ODA Jepang ke Kuba, tahun 2011-2015 (dalam 100 juta
yen) ---------------------------------------------------------------------------52
Tabel II.C.2.2 Bantuan ODA Jepang Ke Kuba berdasarkan Jenis Bantuannya,
Tahun 2013-2015 (dalam 100 juta yen) ------------------------------52
Tabel IV.A.1 Wilayah Daratan dan Utilasi Wilayah Daratan Jepang, tahun
1980-2014 (luas permukaan menggunakan 1,000 km²) -----------67
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama-Nama Pejabat Negara Yang Saling Berkunjung dan
Bertukar Pendapat Antara Jepang dan Kuba
Lampiran 2 Japan-cuba Summit meeting, Measures for strengthening the
relationship
Lampiran 3 Proyek Bantuan Hibah Medis Jepang ke Kuba Tahun 2018
Lampiran 4 Proyek Bantuan Hibah Jepang Untuk Perbaikan Mesin Pertaniaan
PadiKuba tahun 2018
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................................ iii
ABSTRAKSI .............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ......................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 10
E. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 17
1. Konsep Kepentingan Nasional ................................................................. 16
2. Konsep Kerjasama Internasional ............................................................. 18
3. Konsep Kebijakan Luar Negeri ................................................................ 21
F. Metodologi Penelitian .................................................................................... 22
G. Sistematika Penulisan .................................................................................... 23
BAB II HUBUNGAN DIPLOMATIK JEPANG DAN KUBA SEBELUM
NORMALISASI HUBUNGAN DIPLOMATIK AS – KUBA
A. Awal Mula Terbentuknya Hubungan Diplomatik Jepang-Kuba .................... 26
1. Masuknya Imigran Jepang ke Kuba ......................................................... 28
xii
B. Hubungan Diplomatik Jepang dan Kuba Sebelum Embargo AS Terhadap
Kuba ............................................................................................................... 32
1. Pasca Resmi Dibukanya Hubungan Diplomatik Jepang-Kuba (1929-1938)
................................................................................................................... 32
2. Pasca Perang Dunia II (1930-1945) ......................................................... 34
3. Pasca Berakhirnya Perang Dunia II (1946-1958) .................................... 37
4. Pasca Revolusi Kuba (1959) .................................................................... 41
C. Hubungan Diplomatik Jepang dan Kuba Setelah Embargo AS Terhadap Kuba
......................................................................................................................... 44
1. Pasca Embargo As Terhadap Kuba (1960-1969) ..................................... 44
2. Pasca Berakhirnya Perang Dingin (1991-2015) ....................................... 48
BAB III KERJASAMA JEPANG-KUBA SETELAH NORMALISASI
HUBUNGAN DIPLOMATIK AS-KUBA
A. Bantuan Hibah Untuk Proyek Peningkatan Peralatan Medis Demi
Meningkatnya Kualitas Layanan Medis di Rumah Sakit-Rumah Sakit Yang
Ada di Kuba .................................................................................................... 56
B. Bantuan Hibah Untuk Proyek Penigkatan Mesin Pertanian Dengan Tujuan
Mendorong Produksi Benih Padi Untuk Mendukung Sektor Pangan di
Kuba ................................................................................................................ 58
BAB IV ANALISA KEPENTINGAN JEPANG DALAM MENINGKATKAN
HUBUNGAN KERJASAMA DENGAN KUBA PASCA NORMALISASI
HUBUNGAN DIPLOMATIK AS – KUBA TAHUN 2015
A. Kepentingan Ekonomi Jepang Dalam Meningkatkan Hubungan Kerjasama
Dengan Kuba Pasca Normalisasi Hubungan Diplomatik AS – Kuba Tahun
2015 ................................................................................................................ 64
xiii
B. Kepentingan Politik Jepang Dalam Meningkatkan Hubungan Kerjasama
Dengan Kuba Pasca Normalisasi Hubungan Diplomatik AS – Kuba Tahun
2015 ................................................................................................................. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... xiv
LAMPIRAN ............................................................................................................ xxiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini menganalisis tentang kepentingan Jepang dalam meningkatkan
hubungan kerjasama dengan Kuba pasca normalisasi hubungan diplomatik AS
dan Kuba tahun 2015. Jepang dan Kuba telah lama menjalin hubungan diplomatik
semenjak tahun 19291 dan terus dijaga hingga saat ini, hanya saja hubungan
kerjasama antara Jepang dan Kuba tidak diperluas karena adanya kebijakan
embargo ekonomi AS terhadap Kuba pada tahun 1962.2 Setelah mendengar kabar
tentang dibukanya kembali hubungan diplomatik antara Kuba dan AS, Jepang
memanfaatkan momentum ini dengan ikut mendukung dan mendatangi kedua
Negara yang sedang melakukan hubungan normalisasi. Dalam kunjungannya ke
Negara Kuba, Jepang menyatakan siap mendukung upaya AS dan Kuba dalam
memulihkan hubungan dan juga Jepang ingin membuat hubungan sendiri dengan
Kuba ke tingkat yang baru. 3
Hubungan Jepang dan Kuba dapat terjalin karena berawal dari niat Jepang
untuk menjalankan misi diplomatik Jepang ke Eropa tahun 1613, Saat itu orang
1Ministry of Foreign Affairs of Japan “Japan-Cuba Relations (basic Data),” tersedia di
https://www.mofa.go.jp/region/latin/cuba/data.html diakses pada 16 Sptember 2016. 2Claire Suddath, “United State-Cuba Reltions,” 2009 (artikel online), tersedia di
http://content.time.com/time/nation/article/0,8599,1891359,00.html diakses pada 16 September
2016 3AntaraNews.com. “Jepang Incar Kerjasama Luas dengan Kuba.” 2015 (berita online)
tersedia di http://www.antaranews.com/berita/494174/jepang-incar-kerja-sama-luas-dengan-kuba,
diakses pada 13 September 2016
2
yang dipercaya untuk memimpin misi tersebut adalah seorang samurai bernama
Hasekura Tsunenaga.4 Sebelum perjalanan misi diplomatiknya sampai ke Eropa,
Hasekura bersama rombongannya terlebih dahulu singgah di Negara Kuba pada
bulan Juli tahun 1614,5 dengan maksud tujuan membuka hubungan persahabatan
melalui hubungan dagang dengan Kuba.
Setelah terbukanya hubungan persahabatan antara Jepang dan Kuba,
banyak imigran Jepang yang mulai berdatangan ke Kuba untuk mencari lapangan
kerja.6 Dan karena banyaknya imigran Jepang yang masuk ke Kuba dan Jepang
memiliki hubungan yang baik dengan Kuba, maka hubungan diplomatik kedua
Negara tersebut akhirnya resmi di buka. Pada saat itu hubungan diplomatik kedua
Negara disepakati dan dibuat di AS, dimana kesepakatan dilakukan antara duta
besar Jepang untuk AS, Katsuji Debuchi dan duta besar Kuba untuk AS, Orestes
Ferrara.7
Perjalanan hubungan diplomatik Jepang dan Kuba pada mulanya selalu
diwarnai dengan ketidakharmonisan hubungan. Jepang berhasil membuat
hubungan diplomatik dengan Kuba, namun banyak permasalahan yang didapatkan
Jepang dalam menjalin hubungan diplomatiknya dengan Kuba. Pertama, pada
4Rhiannon Paget, “Hasekura Tsunenaga’s portrait has a tale to tell,” The Japan Times:
Culture (artikel online), tersedia https://www.japantimes.co.jp/culture/2014/03/12/arts/hasekura-
tsunenagas-portrait-has-a-tale-to-tell/ diakses pada 21 Oktober 2018. 5Ryan Masaaki Yokota, MA “Transculturation and Adaption: A Brief History of
Japanese and Okinawa Cubans.” (William Luis, Vol. 27, No. 1, Afro-Asia (Spring), 2008) hal
430 (jurnal online) tersedia di http://www.jstor.org/stable/23055225 diakes pada 29 September
2016 6C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba.” (Institute of Caribbean Studies, UPR,
Rio Piedras Campus, Vol. 12, No. 2, 1972), hal 2 (jurnal online), tersedia di
http://www.jstor.org/stable/25612460 diakses pada 16 September 2016. 7C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba.” hal 56
3
saat Jepang melakukan invasi ke Manchuuria (China Utara) pada tahun 1931.8
Kuba yang saat itu pro-Cina ikut berpihak ke Cina karena imigran Cina lebih lama
tinggal Kuba, lebih banyak dalam populasi yang tinggal di Kuba, dan lebih
penting dari Jepang dalam kebutuhan ekonomi di Kuba.9
Kedua, pada saat memasuki Perang Dunia II, Jepang dan Kuba berada
pada blok yang bersebrangan, Jepang masuk ke dalam blok Axis (Jerman, Italia,
dan Jepang) dan Kuba masuk ke dalam blok Sekutu (AS, Kuba, dan 52 Negara
lainnya).10
Pada saat Jepang melakukan penyerangan bom terhadap pangkalan
Angkatan Laut AS, Pearl Harbor di pulau Hawai pada 7 Desember 1941,
membuat AS melakukan deklarasi perang terhadap Jepang11
dan diikuti dengan
kebijakan Kuba yang turut serta melakukan perlawanan kepada Jepang. Pada 9
Desember 1941, Presiden Kuba, Fulgencio Batista mengadakan kongres dan
dengan tegas mengeluarkan pernyataan deklarasi perang juga terhadap Jepang.12
Kemudian setelah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945,13
Jepang
berusaha membangun kembali hubungan damai dengan Kuba. Pada tahun 1952,
Jepang berhasil membangun kembali hubungan damai dengan Kuba. Kuba
8 Kenichi Ohno, “The Economic Development of Japan: The Path Traveled by Japan as
a Developing Country” (Tokyo: GRIPS Development Forum, 2005) hal 133 9C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 57
10CNN, “World War II Fast Fact,” (artikel online) tersedia di
https://edition.cnn.com/2013/07/09/world/world-war-ii-fast-facts/index.html diakses pada 31
Oktober 2018 11
Mark Loproto, “Declaration of War After Pearl Harbor.” Pearl Harbor Visitor &
Bureu (artikel online). Tersedia di https://visitpearlharbor.org/declarations-war-pearl-harbor/,
diakses pada 26 Oktober 2018. 12
Hugh Thomas, “Cuba: A history.” (Penguin Books, 2013) 13
History, “World War II” (artikel online) tersedia di
https://www.history.com/topics/world-war-ii/world-war-ii-history diakses pada 25 Oktober 2018
4
menjadi salah satu dari banyak Negara yang menandatangani Treaty of Peace
(perjanjian damai) dengan Jepang dan membuat kembali dimulainya hubungan
diplomatik antara kedua Negara,14
Jepang ingin sekali membangun peluang
perdagangan dengan Kuba, terutama dalam hal pengadaan gula dari Kuba sebagai
ganti dari penjualan tekstil Jepang. Adanya keterbatasan perdagangan dengan
Cina karena perang sipil Cina dan perdagangan dengan Korea karena perang
Korea, membuat Jepang menggeser kebijakan perdagangan Jepang untuk
menekankan hubungan perdagangan dengan Asia Tenggara dan Amerika Latin.15
Namun, setelah keberhasilan Jepang membangun kembali hubungan
diplomatiknya dengan Kuba, muncul permasalahan lain yang dihadapi Jepang
dalam mempertahankan hubungan kerjasamanya dengan Kuba. Pada tahun 1960,
Presiden AS, Dwight Eisenhower mengeluarkan kebijakan untuk melakukan
embargo ekonomi terhadap Kuba. AS menghentikan seluruh kegiatan
perdagangan ekspor-impor dan mengisolasi Kuba dalam seluruh aktivitas
perdagangannya dengan Negara-negara sekutu AS.16
Kemudian berlanjut dengan
putusnya hubungan diplomatik antara kedua Negara Pada tanggal 3 Januari
1961.17
Dan pada 7 Feberuari 1962, Presiden Kennedy mulai memberlakukan
embargo perdagangan dengan Kuba. Presiden Kennedy melarang warga AS untuk
14
Ministry of Foreign Affairs of Japan “Japan-Cuba Relations (basic Data),” tersedia di
https://www.mofa.go.jp/region/latin/cuba/data.html diakses pada 25 Oktober 2018 15
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” hal 438 16
Rex A. Hudson, “Cuba: Country Study,” (Washington DC: Library of Congres, 2001),
hal 69-70 17
Rex A. Hudson, “Cuba: Country Study,” hal 69-70
5
melakukan transaksi keuangan dengan Kuba dan menekan Negara-negara
sekutunya untuk membatasi perdagangan dengan Kuba.18
Atas dasar pengaruh kebijakan AS di atas, kerjasama Jepang dan Kuba
mengalami kesulitan. Pengusaha Jepang meminta pihak berwenang Kuba untuk
membatalkan perdagangannya dengan Kuba pada saat itu. Kemudian adanya
pengurangan impor gula untuk tahun 1963 membuat tingkat perdagangan antara
Jepang dan Kuba menyusut sekitar 45 %. Tekanan AS membuat volume
perdagangan Jepang dan Kuba semakin berkurang, terlebih lagi banyaknya
pembelotan pelaut Kuba di pelabuhan Jepang. Mereka selalu berpaling ke pejabat
AS untuk mendapatkan suaka politik di AS atau jalan pintas untuk bisa masuk ke
AS untuk mencari pekerjaan. Sehingga Jepang mengalami kerugian dalam
perdagangannya dengan Kuba.19
Alasan utama mengapa kebijakan embargo AS terhadap Kuba dapat
mempengaruhi perdagangan Jepang dan Kuba adalah karena berawal dari
kekalahan Jepang atas AS pada Perang Dunia II, yang membuat Jepang berada
pada kependudukan AS. AS membubarkan militer Jepang dan mengambil alih
kendali atas pemerintahan Jepang.20
Dan juga AS memberikan pembatasan khusus
bagi Jepang dalam menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan bebas
18
Claire Suddath, “United State-Cuba Reltions,” 2009 (artikel online), tersedia di
http://content.time.com/time/nation/article/0,8599,1891359,00.html diakses pada 14 November
2018 19
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 70-72 20
Kenichi Ohno, “The Economic Development of Japan: The Path Traveled by Japan as
a Developing Country” hal 144
6
dengan negara-negara komunis. AS ingin memperkuat Jepang sebagai sekutu
kapitalis dan memprioritaskan pengaturan Negara yang anti-komunis.21
Berkat AS pula, Jepang berhasil bangkit dari keterpurukan dan kembali
memajukan perekonomian negaranya. Adanya peran AS di Jepang membuat
pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami percepatan. Sejak akhir 1950-an hingga
awal 1970-an ekonomi Jepang tumbuh sekitar 10% pertahunnya. Pada tahun
1970, Jepang berada pada posisi ketiga sebagai Negara-negara maju di dunia.22
AS memegang peranan penting sebagaimana ia memfasilitasi kesuksesan
kebijakan dan institusi domestik Jepang. Pertama, AS mengatur serangkaian
pinjaman berbunga rendah ke Jepang. Pada pertengahan 1950-an, Jepang
menghadapi kelangkaan modal yang diperlukan untuk investasi di dalam negeri.
Kemudian pada tahun 1958, atas upaya AS, Jepang mendapatkan pinjaman asing
dari Bank Dunia serta bank Ekspor-Impor AS dan Bank-Bank AS. Kemudian
pinjaman tersebut digunakan untuk pengembangan utilitas dan industri Jepang.
Kedua, pemerintahan AS menyetujui adanya pengurangan pembelanjaan
pertahanan Jepang. Jepang dapat meminalisir pengeluaran anggaran untuk
pertahananya sendiri dan mengalokasikan sumber daya yang langka yang
sebagian besar untuk memperluas private sectors. Akibatnya, pertumbuhan
ekonomi Jepang menjadi sangat cepat.
21
Kenichi Ohno, “The Economic Development of Japan: The Path Traveled by Japan as
a Developing Country” hal 156 22
Michael Beckley, Yusaku Horiuchi, and Jennifer M. Miller, “America's Role in The
Making of Japan's Economic Miracle” hal 1
7
Ketiga, AS membantu Jepang dalam mempromosikan ekspor Jepang.
Ketika Jepang menjadi salah satu anggota dari GATT (Agreement on Tariffs and
Trade) pada bulan September 1955, terdapat 14 dari 32 negara anggota yang
menolak untuk menciptakan situasi yang menyenangkan bagi produk ekspor
Jepang. AS berupaya membuka pasar AS untuk barang-barang Jepang. Disini
terlihat sebagaimana AS berperan penting dalam menjadikan pengimpor utama
bahan Jepang hingga 30 % ketika sebaliknya keanggotaan Jepang di GATT tidak
begitu didukung oleh beberapa anggota lainnya.23
Kemudian memasuki tahun 2014, secara tidak terduga AS dan Kuba
memutuskan untuk memulai kembali hubungan diplomatik setelah lebih dari
setengah abad bermusuhan.24
Hal ini tentu telah mengukir sejarah baru dalam
perkembangan hubungan bilateral antara kedua Negara. Setelah bermusuhan
selama lima puluh tahun, akhirnya Presiden AS Barack Obama dan Presiden Kuba
Raul Castro sepakat untuk mengakhiri ketegangan politik dan melakukan
normalisasi hubungan antara kedua Negara.
Dalam peristiwa ini juga diikuti dengan kesepakatan antara kedua Negara
yang antara lain berwujud pembebasan warga AS, Alan Gross yang berusia 65
tahun ditahan selama lima puluh tahun di Kuba karena mencoba membuka
layanan internet yang dilarang disana dan pembebasan tiga warga Kuba yang
23
Michael Beckley, Yusaku Horiuchi, and Jennifer M. Miller, “America's Role in The
Making of Japan's Economic Miracle”hal 5-6
24
CNN, “Obama announces re-establishment of U.S.-Cuba diplomatic ties” 2015 (berita
online) tersedia di https://edition.cnn.com/2015/07/01/politics/obama-note-to-castro-reestablish-
ties/index.html diakses pada
8
merupakan bagian dari apa yang disebut Cuban Five atau lima warga Kuba, yang
dipenjara di AS.25
Selang setahun setelah meresmikan normalisasi hubungan antara AS dan
Kuba, Presiden AS, Barrack Obama dan Presiden Kuba, Raul Castro meresmikan
dibukanya kembali hubungan diplomatik antara kedua Negara. Peresmian tersebut
ditandai dengan dinaikkannya bendera kebangsaan Kuba di Kedutaan Besar Kuba
di Washington oleh Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez Parrilla dan
disiarkan secara langsung oleh stasiun televise Kuba. Sebaliknya diplomat AS di
Havana juga ikut menaikkan bendera kebangsaan AS dengan dihadiri oleh
Menteri Luar Negeri John Kerry.26
Normalisasi hubungan antara AS dan Kuba tidak hanya menjadi sejarah
baru bagi kedua Negara, Jepang pun ikut andil dalam membuat sejarah baru
dengan Kuba, setelah sekian lama berhubungan dengan Kuba dan selalu diawasi
oleh AS, kini Jepang mengambil keuntungan dalam normalisasi hubungan
tersebut dengan ikut mendukung upaya AS dan Kuba dalam memulihkan
hubungan dan ingin membuat hubungan sendiri dengan Kuba ke tingkat baru.27
25
BBC. “Obama dan Raul Castro Umumkan Upaya Normalisasi Hubungan.” 2014
(berita online) tersedia di: https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141217_as_kubadiakses
pada 12 September 2016 26
Tempo.Co. “AS dan Kuba resmi Buka Kembali Hubungan Diplomatik.” 2015 (berita
online) tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2015/07/20/116685098/as-dan-kuba-resmi-buka-
kembali-hubungan-diplomatik diakses pada 13 September 2016 27
AntaraNews.com. “Jepang Incar Kerjasama Luas dengan Kuba.” 2015 (berita online)
tersedia di http://www.antaranews.com/berita/494174/jepang-incar-kerja-sama-luas-dengan-kuba,
diakses pada 13 September 2016
9
Pada tangal 2 Mei 2015, Menteri Luar Negeri Jepang, Fumia Kishida
bersama dengan delegasi bisnis yang mencakup perwakilan dari 30 perusahaan
Jepang berkunjung ke Kuba dan bertemu dengan Presiden Raul Castro.28
Dalam
kunjungannya Kishida menyatakan bahwa “Jepang mendukung upaya AS dan
Kuba dalam memulihkan hubungan dan bahwa Tokyo ingin membuat hubungan
sendiri dengan Havana ke tingkat baru, dengan menguatkan kembali kerjasama
antara kedua Negara.” 29
Hasil lainnya dari pertemuan tersebut, Menlu Jepang Fumio Kishida
berkomitmen akan mendorong bantuan luar negeri melalui ODA (Official
Development Assistance) yang diberikan oleh Jepang kepada Kuba. Sementara
itu, Kuba berharap akan memperkuat kerjasama dengan Jepang di semua bidang
termasuk perdagangan, investasi, kerjasama ilmiah dan teknologi di bidang-
bidang lain. Dua Menlu tersebut juga sepakat memulai dialog bilateral tentang
reformasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada latar belakang, Tokyo ingin
menjadi salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB.30
B. Pertanyaan Penelitian
28
Cuba Minrex. “Japan to have better relations with Cuba, says Foreign Minister.” 2015
(artikel online) tersedia di: http://www.minrex.gob.cu/en/japan-have-better-relations-cuba-says-
foreign-minister diakses pada 14 September 2016 29
The Japan Times News. “Kishida makes business pitch to Havana.” 2015 (berita
online) tersedia di: http://www.japantimes.co.jp/news/2015/05/03/national/politics-
diplomacy/kishida-makes-business-pitch-havana/#.V_-4Gcmk_IV diakses pada 13 September
2016. 30
Ministry of Foreign Affairs of Japan. “Foreign Minister Fumio Kishida Meets with the
First Vice-President of the Councils of State and Ministers of the Republic of Cuba.” 2015 (artikel
online) tersedia di http://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001175.html diakses 25
September 2016
10
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dideskripsikan tersebut,
penulis mengajukan pertanyaan penilitian, yaitu:
1. Apa kepentingan nasional yang ingin dicapai Jepang dalam
meningkatkan hubungan kerjasama dengan Kuba pasca normalisasi
hubungan diplomatik AS-Kuba tahun 2015 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja
kepentingan nasional yang ingin diraih Jepang dalam meningkatkan
hubungan kerjasamanya dengan Kuba pasca normalisasi AS-Kuba
tahun 2015.
2. Manfaat
Mangfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan
imformasi menganai apa saja kepentingan nasional yang ingin diraih
Jepang dalam meningkatkan hubungan kerjasamanya dengan Kuba
pasca normalisasi AS-Kuba tahun 2015.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk menunjang penelitian ini dibutuhkan beberapa tinjauan pustaka
untuk memperkuat data dalam penelitian ini. Adapaun literatur yang ditinjau
dalam penelitian ini sebagai berikut:
11
Pustaka pertama yang akan penulis uraikan adalah jurnal yang ditulis oleh
C. Harvery Gardiner, seorang Research Professor di Department of History,
Southern Illinois University, Carbondale, dengan judul The Japanese and Cuba.31
Dalam artikel ini, Harvery menjelaskan mengenai sejarah perkembangan
hubungan diplomatik Jepang dan Kuba. Pada mulanya Harvey menjelaskan
tentang perkembangan imigran Jepang yang datang ke Kuba untuk menetap dan
mencari lapangan kerja. Karena banyaknya imigran Jepang yang menetap di Kuba
dan hubungan perdagangan antara kedua negara yang berjalan baik, maka
hubungan tersebut diresmikan menjadi hubungan diplomatik di tahun 1929.
Kemudian Hervey menjelaskan bahwa hubungan bilateral yang dilakukan
Jepang dan Kuba setelah resmi dibukanya hubungan diplomatik banyak
mengalami permasalahan. Pertama, perdagangan antara Jepang dan Kuba
mengalami pasang surut, adanya penurunan volume perdagangan dan pergeseran
kebijakan perdagangan membuat Kuba merasa dirugikan. Hal ini dikarenakan
kebijakan tersebut membuat perdagangan selalu miring demi Jepang, dengan
ekspor Jepang jauh melebihi Impor Kuba ke Jepang. Kedua, saat Jepang
melakukan penyerangan terhadap pangkalan Angkatan Laut AS, Pearl Harbour.
Presdien Kuba, Fulgencio Batista merespon dengan tegas dan cepat atas tindakan
Jepang tersebut, dengan melakukan deklarasi perang terhadap Jepang. Kemudian
berdampak melemahnya hubungan Jepang dan Kuba saat itu.
31
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,”
12
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada tahun 1952 Jepang dan Kuba
berhasil membangun kembali hubungan damai dan dimulainya kembali hubungan
diplomatik antara kedua negara. Namun, tidak lama setelah hubungan kedua
negara membaik, AS memberlakukan embargo perdagangan dengan Kuba pada
tahun 1962, dan menekan Jepang untuk membatasi perdagangannya dengan Kuba.
Atas dasar pengaruh kebijakan AS tersebut perdagangan Jepang dengan Kuba
mengalami kesulitan dan tingkat perdagangan kedua negara menyusut sekita 45 %
pada tahun 1963. Kemudian empat tahun berikutnya, 1965-1969, walaupun
ekonomi kedua negara terus berkembang, namun volume perdagangan antara
kedua negara semakin berkurang diakibatkan adanya tekanan dari kebijakan
embargo AS.
Persamaan antara penelitian Harvery dengan penulis terletak pada objek
yang dibahas, yaitu mengenai hubungan Jepang dan Kuba, sehingga antara
Harvey dan penulis memiliki maksud dan tujuan sama, untuk menjelaskan
perkembangan hubungan Jepang dengan Kuba tersebut. Perbedaannya terletak
pada masalah signifikansinya dan periode masa hubungan antara kedua negara.
Harvery meneliti tentang perkembangan hubungan Jepang dan Kuba sebelum dan
sesudah embargo ekonomi yang diberika Presiden Kennedy terhadap Kuba. Dan
periodenya hanya terbatas, hanya sampai tahun 1972, sedangkan penulis lebih
fokus kepada perkembangan hubungan Jepang dengan Kuba di tahun 2015, yaitu
setelah terjalinnya normalisasi hubungan diplomatik AS dengan Kuba.
Penghapusan embargo ekonomi yang dilakukan Presiden Barrack Obama,
13
memberikan peluang bagi Jepang untuk meningkatkan hubungan kerjasamanya
dengan Kuba.
Pustaka yang kedua adalah jurnal yang ditulis oleh Ryan Masaaki Yokota,
M.A yang berjudul Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.32
Dalam jurnal ini Ryan Masaaki Yokota menjelaskan
tentang sejarah dan perkembangan imigran Jepang ke Kuba, dimulai dengan
migrasi sekunder ke Kuba, hingga berbagai upaya dilakukan untuk menghindari
hukum migrasi ras eksklusif ketat di Amerika Serikat.
Ryan menyebutkan bahwa kebanyakan dari penduduk Jepang yang
berhasil sampai di Kuba menetap di pulau Isle of Youth dan mereka juga berhasil
membangun bisnis sebagai mata pencahariannya. Kebanyakan dari mereka
bekerja di industri yang berhubungan dengan pertanian hingga Perang Dunia II.
Pada saat pemerintahan Batista didukung oleh AS, banyak dari warga Jepang,
terutama laki-laki dipenjarakan di Presidio Modelo di Isle of Youth. Menyusul
dengan ketidakpuasan warga Kuba terhadap pemerintahan Batista, beberapa
warga Jepang secara aktif ikut mendukung gerakan revolusioner, dan setelah
Revolusi Kuba, para imigran Jepang ikut memainkan peran penting dalam
mendukung pembangunan pertanian Kuba.
Persamaan antara penelitian Ryan Masaaki dengan penulis terletak pada
objek yang dibahas, yaitu mengenai hubungan Jepang dan Kuba, sehimgga antara
Ryan dan penulis masih memiliki maksud dan tujuan sama, untuk menjelaskan
32
Ryan Masaaki Yokota, MA “Transculturation and Adaption: A Brief History of
Japanese and Okinawa Cubans.”
14
perkembangan hubungan Jepang dengan Kuba tersebut. Perbedaannya terletak
pada masalah signifikansinya dan periode masa hubungan antara kedua Negara.
Ryan meneliti tentang perkembangan hubungan Jepang dan Kuba yang berawal
dari datangnya para imigran Jepang ke Kuba dan keikutsertaanya dalam Revolusi
Kuba. Dan penulis lebih fokus kepada perkembangan hubungan Jepang dengan
Kuba di tahun 2015, yaitu setelah terjalinnya normalisasi hubungan AS dengan
Kuba. Penghapusan embargo ekonomi yang dilakukan Presiden Barrack Obama,
yang mana memberikan peluang bagi Jepang untuk meningkatkan hubungan dan
kerjasama.
Pustaka ketiga adalah jurnal yang ditulis oleh Far Eastern Survey dengan
judul Japan Seeking to Regain Share of Trade.33
Penelitian ini menjelaskan
tentang perkembangan Jepang dengan Kuba dalam menjalankan hubungan
perdagangan antara kedua Negara. Jepang sepakat untuk mengeskpor tekstil ke
Kuba dan Kuba sepakat untuk mengekspor gula ke Jepang.
Pada tahun 1934, ekspor Jepang ke Kuba mencapai titik tertinggi hampir ¥
10.000.000 (92,220 dollar AS), sedangkan impor gula dari Kuba hanya berjumlah
¥ 32,000 (296 dollar AS). Akibatnya pada tahun 1935, Kuba mencela perjanjian
dan membuat undang-undang baru dengan tariff maksimum diterapkan untuk
impor dari Negara-Negara yang pembeliannya mencapai kurang dari 25 % dari
penjualan mereka ke Kuba. Jepang menjadi Negara yang paling terpukul dari
Negara-Negara yang masuk dalam kategori tersebut. Jepang membayar dumping
33Far Eastern Survey “Japan Seeking to Regain Share of Cuban Trade,” (New York:
Institute of Pacific Relations, Vol. 6, No. 6, 1937) (jurnal online), tersedia di
http://www.jstor.org/stable/3022572 diakses pada 20 Oktober 2017
15
pada tekstil di samping tariff maksimum yang berkisar dari 25% hingga 100% di
atas minimum. Tahun 1935 ekspor Jepang ke Kuba turun menjadi ¥ 5,047,000
(46,544 dollar AS) sedangkan impor Kuba hanya naik menjadi ¥ 405,000 (3,735
dollar AS) dan tahun 1936 ekspor Jepang semakin berkurang menjadi ¥ 1,494,000
(13,778 dollar AS) sedangkan impor Kuba hanya ¥ 401,000 (3,698 dollar AS).
Melemahnya hubungan perdagangan Jepang dengan Kuba membuat AS
tertarik untuk bekerjasama dengan Kuba. AS menilai pentingnya wilayah
perdagangan Kuba hingga melakukan perjanjian pada tahun 1934. Kuba
menikmati hubungan perdagangan dengan AS dan juga Jepang. AS melakukan
ekspor ke Kuba pada bulan November di tahun 1935 dan 1936 sebesar US$
55,000,000 dan US$ 61,000,000 sedangkan impor sebesar US$ 101,000,000 dan
US$ 120,000,000. Keuntungan yang diterima AS dalam mengeskpor tekstil ke
Kuba meningkat dari US$ 5,000,000 di tahun 1935 menjadi US$ 9,000,000 di
tahun 1936. Keuntungan yang diperoleh AS dalam pedagangan dengan Kuba
lebih besar ketimbang Jepang. Hal inilah yang memunculkan ketidakpastian besar
tentang perjanjian antara Jepang dan Kuba, dan dalam situasi akhir Kuba harus
bernegosiasi dan melakukan perombakan ulang tentang pengaturan bisnis di
antara eksportir Jepang dan Kuba dan Importir Kuba.
Persamaan antara penelitian yang dibuat oleh Far Eastern Survey dengan
penulis adalah tentang perkembangan hubungan antara Jepang dan Kuba,
sehingga antara peneliti dan penulis masih memiliki maksud dan tujuan yang
sama, untuk menjelaskan perkembangan hubungan Jepang dengan Kuba tersebut.
16
Perbedaanya terletak pada signifikansinya, dimana peneliti menjelaskan tentang
perkembangan hubungan perdagangan antara Kuba dan Jepang yang mengalami
naik turun hingga ikut campurnya AS dalam hubungan perdagangan mereka pada
saat hubungan perdagangan kedua negara melemah, sedangkan penulis meneliti
tentang peningkatan hubungan erat Jepang dengan Kuba yang awalnya tidak
berjalan dengan baik akibat embargo AS. Perbedaan lainnya yaitu terletak pada
periodenya, dimana peneliti Institute of Pacific Relations. American Council
meneliti pada saat AS belum melakukan embargo ataupun belum menduduki
pemerintahan Jepang, sedangkan penulis terfokus pada masa AS mencabut
embargo dan melakukan normalisasi hubungan dengan Kuba.
E. Kerangka Pemikiran
Pada bagian ini, penulis akan mencoba menyertakan konsep-konsep dari
pemikir-pemikir hubungan internasional yang sesuai dengan tema yang ditulis.
Penulis menggunakan konsep kerjasama internasional dan konsep kepentingan
nasional dan konsep kebijakan luar negeri.
1. Konsep Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional sangat penting dalam menjelaskan dan
memahami perilaku internasional. Mengenai definisi kepentingan nasional, Daniel
S. Papp menjelaskan bahwa kepentingan nasional tidak memiliki definisi yang
universal. Hal ini karena individu-individu yang berbeda akan menawarkan
17
definisi yang berbeda pula mengenai kepentingan nasional berdasarkan faktor apa
saja yang akan dipertimbangkan ketika muncul usaha untuk mendefinisikannya.34
Meskipun Papp menyatakan tidak ada definisi yang pasti mengenai
kepentingan nasional. Namun, Hans J. Morgenthau, berpendapat bahwa
kepentingan nasional merupakan sebuah tindakan untuk mencapai tujuan dengan
membenarkan segala cara demi kelangsungan dan kepentingan suatu negara.35
Kemudian Rosenau mengungkapkan bahwa kepentingan nasional sebagai satu-
satunya faktor yang akan dipertimbangkan ketika membuat atau menegaskan
sebuah kebijakan.36
Hal ini didukung oleh pernyataan Frankel bahwa kepentingan
nasional merupakan konsep kunci dalam kebijakan luar negeri.37
Oleh karena itu, kepentingan nasional dapat diartikan sebagai dasar dari
strategi dan kebijakan suatu negara dalam mengatur hubungan internasional untuk
mencapai tujuan nasional yang telah diterapkan. Strategi dan kebijakan tersebut
diterapkan dalam kebijakan luar negeri.38
Nuechterlein menambahkan bahwa dasar kepentingan nasional berasal
dari kepentingan pertahanan, kepentingan ekonomi, kepentingan untuk kemanan
terhadap tatanan dunia, dan kepentingan ideologi. Kepentingan pertahanan
34
Daniel S. Papp, “Contemporary International Relations Framework for
Understanding” (Macmillan Publishing Company, 1988) hal 23-24 35
J. Peter Pham “American Foreign Policy Interest: What Is in the National Interest?
Hans Morgenthau’s Realist Vision and American Foreign Policy.” (USA, 2008) hal 36 36
James N. Rosenau, “International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research
and Theory” (New York: The Free Press, 1969) hal 186 37
Frankel Joseph, “International Relations” (London: Oxford University Press, 1964)
hal 47 38
James N. Rosenau, “International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research
and Theory” hal 167
18
meliputi pelindungan terhadap negara dan masyarakatnya dari ancaman dari luar
yang dapat mengancam sistem pemerintahan. Kepentingan ekonomi meliputi
pencapaian kesejahteraan suatu negara dengan menjalin hubungan dengan negara
lain. Kepentingan pencapaian kemanan terhadap tatanan dunia meliputi
pemeliharaan sistem ekonomi dan politik guna mencapai keamanan dalam
melakukan interaksi. Kepentingan ideologi meliputi perlindungan dan dorongan
terhadap nilai-nilai yang orang-orang percaya dan yakini guna mencapai keadaan
yang lebih baik.39
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepentingan nasional mencerminkan aspirasi dan tujuan suatu negara. Dalam hal
ini kepentingan nasional Jepang, yaitu meningkatkan kesejahteraan ekonomi
negaranya dan ingin mendapatkan dukungan politik dari Kuba. Aspirasi dan
tujuan Jepang dalam mengamankan kepentingan nasionalnya ini kemudian
diterpkan pada kebijakan dan rencananya. Kebijakan dan rencanan negara tersebut
kemudian tertuang dalam kebijakan luar negeri yang dikeluarkan Jepang.
2. Konsep Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)
Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang
dibuat oleh para pembuat keputusan Negara dalam menghadapi Negara lain atau
unit politik internasional lainnya. Hal ini dikendalikan untuk mencapai tujuan
nasional secara spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan
39
Donald Nuechterlein, “National Interest and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Makin” (British: Journal of International Studies, 1976) hal
246-266
19
nasional.40
Sedangkan menurut Rosenau, pengertian kebijakan luar negeri adalah
upaya suatu Negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitas untuk mengatasi dan
memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya.41
Kedua pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa adanya
keterkaitan antara kepentingan nasional dengan kebijakan luar negeri. Konsep ini
akan menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri Jepang terkait peningkatan
hubungan kerjasama dengan Kuba dalam upaya memenuhi kepentingan
nasionalnya. Dalam pembuatan kebijakan luar negeri Jepang, penulis mengutip
pendapat Rosenau terhadap adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal
dipengaruhi oleh pembangunan ekonomi (economic development). Sedangkan
faktor eksternal atau internasional dipengaruhi struktur tindakan aktor lain dan
konstelasi politik regional dan global.42
3. Konsep Kerjasama Internasional
Meningkatnya hubungan antar Negara pada masa ini, sangat erat rasanya
menggunakan Konsep Kerjasama Internasional dalam penelitian ini, karena
semua Negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan
terlebih dalam meningkatkan perkembangan dan kemajuan negaranya. Dalam
konstelasi Hubungan Internasional dewasa ini kerjasama internasional merupakan
40
Plano dan Olton, “Kamus Hubungan Internasional” (Bandung: Putra Bardin, 1999) hal
11 41
James N. Rosenau, “World Politics: An Introduction-the Study of Foreign Policy”
(New York: The Free Press, 1976) hal 27 42
James N. Rosenau, “World Politics: An Introduction-the Study of Foreign Policy” hal
15
20
suatu keharusan yang wajib dilakukan oleh setiap Negara untuk menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dalam forum internasional.
Jeremy Bentham yang dikutip dari buku Iva Rahcmawati dengan judul
Memahami Perkembangan Studi Hubungan internasional menjelaskan bahwa jika
diantara negara-negara ditumbuhkan kesadaran untuk saling menghormati
kepentingan nasionalnya dan kebutuhan itu dapat dicapai melalui kerjasama
internasional.43
Dan K J. Holsti dalam bukunya yang berjudul Internastional
Politics: a Framework for Analysis, menyatakan bahwa kerjasama di lingkup
internasional itu adalah transaksi dan interaksi diantara Negara-bangsa dalam
sistem Internasional yang berlangsung secara rutin untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu sehingga dapat memuaskan dua atau lebih pihak-pihak yang
berkolaborasi.44
Dewasa ini kerjasama internasional yang paling banyak dilakukan adalah
kerjasama ekonomi, karena pada pelaksanaannya kerjasama ekonomi menyiratkan
suatu kolaborasi untuk meraih keuntungan bersama. Tujuan kerjasama ekonomi
yang menginginkan terjadinya perolehan keuntungan terhadap negara-negara
yang berinteraksi tersebut adalah bagian nyata dari perdagangan internasional.45
Ada tiga motif dalam melakukan suatu kerjasama internasional, yaitu:46
43
Iva Rahcmawati. “Memahami Perkembangan Studi Hubungan internasional.”
(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012) hal 80 44
K.J. Holsti. “International Politics: A Framework for Analysis.” (New Jersey: Prentice-
Hall Inc, 1977) hal 457. 45
Deplu RI. “Kepentingan Ekonomi dan Politik Indonesia dalam Kerjasama Asean + 3,”
(Jakarta: Deplu-Unair, 2002) hal 29 46
Peter A. Toma Dan Robert F. Gorman. “International Relations: Understanding Global
Issues.” (California: Brooks/Cole Publishing Co, 1991) hal 384
21
1. Meningkatkan kepentingan nasional
2. Memelihara perdamaian
3. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi
ODA Sebagai Kerjasama Ekonomi Jepang
ODA Jepang dapat dikatakan sebagai suatu cara bagi Jepang untuk
membeli kekuasaan.47
ODA secara normatif menurut Larison dan Skidmore
merupakan sebuah kebijakan yang dibuat oleh negara-negara maju untuk
membantu negara-negara berkembang dalam proses pembangunannya dengan
cara menyisihkan sebagian dari GNP tahunannya.48
Dalam bukunya Alan Rix
memaparkan beberapa motif bantuan secara umum, diantaranya:49
1. Untuk motif kemanusian, yaitu dimana suatu negara memberikan bantuan
luar negerinya atas dasar kemanusian karena suatu negara terkena bencana
alam ataupun perang.
2. Untuk citra atau harga diri, yaitu dimana suatu negara menyalurkan
bantuannya demi membangun image positif.
3. Untuk mengamankan kepentingan nasional, yaitu dimana suatu negara
menyalurkan bantuan luar negerinya untuk mengamankan nasionalnya
baik kepentingan keamanan maupun kepentingan ekonomi
47
David Arase. “Buying Power: The Political Economy of Japan’s Foreign Aid.” (Lynne
Rienner Publisher Inc, 1995) hal 205 48
Thomas D. Larison Dan David Skidmore, “International political Economy: The
Struggle For Power and Wealth (3rd ed).” (California: Thomson Wadsworth, 2003) hal 162 49
Alan Rix. “Japan’s Foreign Aid Challenge: Policy Reform and Aid Leadership”
(London: Routledge, 1993) hal 18-19
22
4. Untuk memperoleh kembali keuntungan dalam hal investasi dan
pembukaan pasar berkembang
Dalam piagam ODA Jepang disebutkan konsep ODA atau bantuan
pembangunan pemerintah merupakan kontribusi bagi perdamaian dan
pembangunan komunitas internasional dan dengan demikian membantu keamanan
dan kemakmuran Jepang sendiri. Jepanng sebagai salah satu negara yang
terkemuka, bertekad menggunakan sebaik-baiknya ODA dalam prakarsa
mengatasi isu-isu pembangunan. Bantuan ODA dapat berbentuk:50
1. Pinjaman Yen, adalah pinjaman dana dengan persyaratan ringan, yaitu
berjangka panjang dan berbungan rendah, yang dibutuhkan negara
berkembag dalam rangka menata fondasi sosial ekonominya yang akan
menjadi dasar dari pembangunan. Pinjaman yen ini dilaksanakan melalui
JBIC (Japan Bank for International Cooperation).
2. Bantuan Dana Hibah, adalah bantuan dana yang tidak disertai dengan
kewajiban untuk membayar kembali. Ini tercakup dalam bentuk “Proyek
Kerjasama Teknik” dan lain-lain. Kerjasama teknik ini dilaksanakan oleh
suatu badan pemerintah independen yang bernama JICA (Japan
International Cooperation Agency).
3. Isu-isu yang menjadi prioritas ODA adalah Kerjasama Teknik, kerjasma
yang diberikan untuk membantu pengembangan SDM di negara-negara
50
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Official Development Assistance (Oda): Japan’s
Official Development Assistance Charter.” 2004 tersedia di
http://www.Mofa.go.jp/policy/oda/reform/revision0308.pdf diakses 10 November 2016
23
berkembang, agar setiap negara dapat berkembang, mutlak diperlukan
upaya pembangunan manusia yang akan memegang peranan di dalam
perkembangan sosial ekonomi.
F. Metodologi Penelitian
Metode merupakan prosedur yang digunakan dalam mendeskripsikan dan
menjelaskan fenomena.51
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Menurut John W. Creswell bahwa penelitian
kualitiatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
dasarnya, penelitian kualitiatif merujuk kepada ketersediaan dan interdepedensi
atas data.52
Dalam penulisan ini data-data deskriptif diperoleh setelah melalui
tindakan analisa yang disesuaikan dengan tema penulisan serta untuk menjawab
pokok permaslahannya.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan data sekunder yang
didapatkan melalui dokumen-dokumen seperti buku, laporan penelitian, skripsi,
jurnal, surat kabar dan berita online. Adapun tempat-tempat yang dikunjungi
untuk mendapatkan data sekunder tersebut adalah perpustakaan Utama
Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah, perpustakaan Umum Universitas
Indonesia, Perpustakaan Nasional. Sumber yang digunakan penulis untuk
melakukan analisis adalah dari internet. Internet berguna dalam menyediakan
51
Mochtar Mas’oed, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi” (Jakarta:
LP3ES, 1994) Hal 3 52
John W. Creswell, “Qualitatif Ingury and Research Design.” (California: Sage
publication, Inc, 1998) hal 15
24
ulasan buku, artikel jurnal online, kelompok diskusi, data statistik dan sumber
daya lain yang diperoleh secara online.
G. Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan hasil penelitian skripsi yang penulis susun, maka
penulis membagi ke dalam lima bab yang berupa:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang latar belakang masalah,
Pertanyaan penelitian yang kemudian akan dipaparkan dalam bab analisa yakni
bab IV, tujuan dan manfaat penelitian, serta literature-literature yang menjadi
tinjauan pustaka, kerangka pemikiran yang berisi konsep-konsep yang akan
digunakan dalam menganalisa kepentingan serta metode yang digunakan dalam
penelitian ini
BAB II HUBUNGAN DIPLOMATIK JEPANG DAN KUBA SEBELUM
NORMALISASI HUBUNGAN DIPLOMATIK AS – KUBA
Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang hubungan antara Jepang
dan Kuba, sebelum dan sesudah dijatuhkannya embargo AS kepada Kuba hingga
kedua negara melakukan hubungan normalisasi.
BAB III KERJASAMA JEPANG DAN KUBA SETELAH NORMALISASI
HUBUNGAN DIPLOMATIK AS – KUBA
25
Pada bab ini penulis akan memaparkan bentuk kerjasama apa saja yang
dilakukan Jepang dan
BAB IV ANALISA KEPENTINGAN JEPANG TERHADAP
PENINGKATAN HUBUNGAN KERJASAMA DENGAN KUBA PASCA
NORMALISASI HUBUNGAN DIPLOMATIK AS – KUBA TAHUN 2015
Pada bab ini penulis akan menuliskan analisa sebagai jawaban dari
pertanyaan masalah yang ditulis. Penulis akan menuliskan bagaimana kepentingan
Jepang membuka hubungan baik dengan Kuba dengan menigkatkan kerjasama
dengan kuba demi tujuan yang ingin dicapai Jepang dan melihat kepentingan dari
tindakan Jepang tersebut.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang dinilai penting
dari pembahasan-pembahasan sebelumnya dan dengan tidak menyampingkan
pokok permasalahan yang tertera pada penulisan ini.
26
BAB II
DINAMIKA HUBUNGAN JEPANG-KUBA SEBELUM NORMALISASI
HUBUNGAN DIPLOMATIK AS-KUBA
A. Awal Mula Terbentuknya Hubungan Diplomatik Jepang-Kuba
Hubungan diplomatik Jepang dan Kuba resmi dibuat pada tahun 1929.53
Hubungan diplomatik antara kedua Negara mulai dibuka setelah kedua Negara
sepakat menandatangani perjanjian hubungan bilateral pada tahun 1929.
Kesepakatan antara kedua Negara dibuat di AS, dimana saat itu kesepakatan
dilakukan antara Duta Besar Jepang untuk AS, Katsuji Debuchi dan Duta Besar
Kuba untuk AS, Orestes Ferrara, kedua pemerintahan tersebut sepakat untuk
menyetujui perjanjian hubungan baik dengan memperbolehkan keluar masuknya
masing-masing warga kedua Negara, masing-masing diberikan kebebasan untuk
masuk dan tinggal di wilayah Kuba dan Jepang, dalam masalah perdagangan, adat
istiadat, dan bantuan untuk saling mendukung satu sama lain.54
Banyaknya imigran Jepang yang masuk ke Kuba dan perdagangan antara
kedua Negara menjadi faktor dibukanya hubungan diplomatik antara kedua
Negara. Pada akhir abad 18 Jepang menjalin hubungan persahabatan dengan Kuba
untuk berdagang, kemudian dilanjutkan dengan datangnya imigran Jepang ke
53
Ministry of Foreign Affairs of Japan “Japan-Cuba Relations (basic Data),” tersedia di
https://www.mofa.go.jp/region/latin/cuba/data.html diakses pada 25 Oktober 2018. 54
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba.” hal 56
27
Kuba untuk mencari pekerjaan. Karena hal tersebut akhirnya pihak Jepang dan
Kuba sepakat meresmikan hubungannya menjadi hubungan diplomatik.
Sejarah menceritakan bahwa awal mula hubungan persahabatan antara
Jepang dan Kuba terjadi karena awal niat Jepang untuk menjalankan misi
diplomatik Jepang ke Eropa tahun 1613. Saat itu orang yang dipercaya untuk
memimpin misi tersebut adalah seorang samurai bernama Hasekura Tsunenaga.55
Sebelum perjalanan misi diplomatiknya sampai ke Eropa, Hasekura bersama
rombongannya terlebih dahulu singgah di Negara Kuba pada bulan Juli tahun
1614,56
dengan maksud tujuan membuka hubungan persahabatan melalui
hubungan dagang dengan Kuba.
Hasekura didokumentasikan oleh pemerintah Jepang dan Kuba sebagai
warga Negara Jepang pertama yang menginjakkan kakinya di Kuba. Dan karena
keberhasilnnya, tahun 2001 pihak pemerintah Jepang dan Kuba bekerjasama
membuatkan patung Hasekura di Havana untuk mengenang jasanya dalam
membuka persahabatan dan menjadi simbol kedekatan Jepang dan Kuba hingga
saat ini.57
55
Rhiannon Paget, “Hasekura Tsunenaga’s portrait has a tale to tell,” The Japan Times:
Culture (artikel online), tersedia https://www.japantimes.co.jp/culture/2014/03/12/arts/hasekura-
tsunenagas-portrait-has-a-tale-to-tell/ diakses pada 21 Oktober 2018.
56
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” hal 430 57
Alojamientos Cuba-Casas.net, “A Japanese-Style Park in the Heart of Old Havana,”
(artikel online) tersedia di http://cuba-casas.net/japanese-style-park-heart-old-havana diakses pada
10 Oktober 2018
28
1. Masuknya Imigran Jepang ke Kuba
Setelah keberhasilan Hasekura membuka hubungan persahabatan Jepang
dengan Kuba, di tahun 1898 menjadi tanda dimulainya imigrasi Jepang ke Kuba.58
Hal ini ditandai dengan kedatangan seorang penumpang kapal bernama Pablo
Osuna, seorang warga Jepang yang telah tiba dengan menggunakan sebuah kapal
uap bernama Olinda. Dan Masaru Miyagi menjadi pemukim pertama dari
Okinawa yang datang ke Kuba pada tahun 1907.59
Hingga tercatat dari hasil
sensus yang dilakukan oleh Departemen Perang AS (U.S War Department) di
Kuba pada tahun 1899, terdapat delapan imigran Jepang yang berhasil masuk ke
Kuba dan tujuh diantaranya laki-laki, tinggal di lima provinsi yang berbeda.60
Dan
dilanjutkan pada tahun 1907, terdapat tujuh imigran Jepang yang berhasil
memasuki Kuba antara tahun 1902-1907.61
Alasan kuat kenapa warga Jepang ingin meninggalkan tanah air mereka
adalah karena adanya ketidakstabilan di Jepang karena tuntutan modernisasi yang
cepat, serta adanya perang Sino-Japanese (1894-1895) dan perang Russo-Japanese
(1904-1905). Selain itu, setelah Kuba berhasil meraih kemerdekaannya pada
tahun 1902. Kuba berkeinginan menghidupkan kembali industri gula yang hancur
58
From Country Assistance Evalution of Cuba, “History of Japanese Cubans (on the Isle
of Youth),” hal 36 (jurnal onlne), tersedia di
https://www.mofa.go.jp/policy/oda/evaluation/annual_report_2013/pdfs/02_c2.pdf diakses 22
Oktober 2018. 59
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” Hal 431 60
U.S. War department. Office director census of cuba, “report on the census of Cuba,
1899.” (Washington, 1900), hal 220-225, (artikel online) tersedia di:
https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=hvd.hc418g;view=1up;seq=1 diakses pada 24 Oktober 2018. 61
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” hal 431
29
porak-poranda pada saat koloni Spanyol (1895-1898) dan keinginan adanya
ekspansi tujuh belas kali lipat antara tahun 1900 and 1925. Untuk mewujudkannya
Kuba meningkatkan permintaan untuk tenaga kerja Jepang.
Warga pulau Okinawa adalah kelompok terbesar yang berimigrsi ke Kuba
karena kesamaan dalam iklim dan keberadaan industri gula yang hidup di kedua
pulau tersebut. Banyak imigran Jepang yang termotivasi untuk meninggalkan
rumah mereka karena adanya kesulitan ekonomi dan masalah kelebihan penduduk
di Jepang. Alasan lainnya adalah pengiriman uang tenaga kerja Jepang sebagai
sarana keuangan penting untuk membantu keluarga mereka di Jepang. 62
Kemudian selama tahun 1908-1919, Gardiner berpendapat dalam artikel
yang ditulisnya yang berjudul Japanese and Cuban bahwa jumlah imigran Jepang
terjadi lonjakan besar setelah tahun 1914 dan memuncak pada tahun 1916, saat itu
225 imigran laki-laki dan tiga puluh tujuh imigran perempuan datang ke Kuba.
Namun Gardiner menjelaskan bahwa adanya kesenjangan dalam jumlah imigran
yang benar-benar tiba, karena imigrasinya mereka melalui Negara-negara
Amerika Latin lainnya dan kemungkinan besar menyebabkan terjadinya salah
perhitungan. Karena lonjakan di tahun 1914 adalah jumlah yang hanya dapat
dipahami dari langkah para imigran Jepang untuk mencari alteratif setelah
keadaan tidak stabil di Mexico yang disebabkan oleh Revolusi Meksiko, lalu para
imigran Jepang memasuki Kuba dan Peru.63
62
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” Hal 431 63
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba.” hal 53
30
Puncak imigrasi berikutnya terjadi pada periode tahun 1924-1925, dengan
mendekati hampir 200 imigran, hal ini bersamaan dengan jalannya Undang-
Undang Imigrasi AS tahun 1924, atau yang biasa dikenal sebagai National
Origins Act.64
Undang-undang tersebut menetapkan kuota imigran secara efektif
yang menyebabkan berakhirnya migrasi Jepang ke AS, dan banyak imigran
Jepang yang bermigrasi ke Kuba sebagai rute “back-door” untuk menghindari
pembatasan imigrasi dan upaya untuk memasuki AS.65
Hal ini menunjukkan
sebagian besar populasi migran Jepang berkemungkinan berlanjut ke AS atau
Negara Amerika Latin lainnya tampa menetap di Kuba. Terlebih setelah tahun
1920, dimana ketika produksi gula dunia melebihi permintaan dan harga menurun,
menjadi pukulan telak bagi Kuba, krisis telah menjatuhkan indutri gula di Cuba,
dan membawa Kuba ke ambang kehancuran.66
Akibatnya Kuba harus mengurangi
kebutuhan akan tenaga kerja Jepang, dan keadaan demikian membuat warga
Jepang berada pada kondisi yang sulit saat itu, sehingga sebagian warga memilih
untuk kembali pulang ke Jepang dan banyak juga imigran Jepang yang tinggal di
Kuba secara permanen.67
Warga Jepang yang mengungsi di Kuba, sebagian mengungsi di pulau Isle
of Youth dan mengatur mata pencaharian dengan bekerja sebagai pedagang,
petani, dan buruh harian dan sebagian ada yang berkeluarga dengan wanita
64
Laws, “National Origins Ac,” tersedia di https://immigration.laws.com/national-
origins-act diakses pada 27 Oktober 2018. 65
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba.” hal 56. 66
R. H. Whitbeck, “Geographical Relations in the Development of Cuban Agriculture,”
(American Geographical Society, Vol. 12, No. 2, 1922), hal 223 (jurnal online), tersedia di
https://www.jstor.org/stable/208738 diakses pada 23 Oktober 2018. 67
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 58
31
Kuba.68
Sedangkan warga Jepang yang ditemukan di Havana memulai bekerja
dengan menjadi tukang cukur dan pekerja rumah tangga.69
Statistik untuk
populasi warga Jepang di Kuba setelah tahun 1925 tidak ada jumlah angka
populasi yang pasti. Gardiner menyebutkan bahwa jumlah penduduk Jepang di
Kuba rata-rata sekitar 600-800 pada tahun 1925-1938,70
Daniel dan Sayaka
memperkirakan sebanyak 672 pada tahun 1899-194171
dan menurun menjadi
kurang dari 600 pada akhir tahun 1950.72
Tabel II.A.1 Imigrasi Jepang ke Amerika Berdasarkan Era Kekaisaran,
Tahun 1899-1941.73
68
Daniel M. Masteron dan Sayaka Funada-Classen, “The Japanese in Latin America,”
(Urbana & Chicago: University of Illinois Press) hal 142 69
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 55 . 70
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 58. 71
Daniel M. Masteron dan Sayaka Funada-Classen, “The Japanese in Latin America,”
hal 113 72
Daniel M. Masteron dan Sayaka Funada-Classen, “The Japanese in Latin America,“
hal 142. 73
Daniel M. Masteron dan Sayaka Funada-Classen, “The Japanese in Latin America,”
hal 113
32
B. Hubungan Diplomatik Jepang dan Kuba Sebelum Embargo AS
Terhadap Kuba
1. Pasca Resmi Dibukanya Hubungan Diplomatik Jepang-Kuba
(1929-1938)
Pasca resmi dibukanya hubungan diplomatik Jepang-Kuba, Jepang dan
Kuba sepakat untuk melakukan hubungan kerjasama. Namun hubungan kerjasama
tersebut tidaklah berjalan dengan baik. Kerjasama tersebut dirasa oleh Kuba
hanya menguntungkan pihak Jepang saja. Jepang sepakat untuk mengeskpor
tekstil ke Kuba dan Kuba sepakat untuk mengekspor gula ke Jepang. Pada tahun
1934, ekspor Jepang ke Kuba mencapai titik tertinggi hampir ¥ 10.000.000,
sedangkan impor gula dari Kuba hanya berjumlah ¥ 32,000. Akibatnya pada tahun
1935, Kuba mencela perjanjian dan membuat undang-undang baru dengan tariff
maksimum yang diterapkan untuk impor dari Negara-Negara yang pembeliannya
mencapai kurang dari 25 % dari penjualan mereka ke Kuba. Jepang menjadi
Negara yang paling terpukul dari Negara-Negara yang masuk dalam kategori
tersebut. Jepang membayar dumping pada tekstil di samping tariff maksimum
yang berkisar dari 25% hingga 100% di atas minimum. Tahun 1935 ekspor
Jepang ke Kuba turun menjadi ¥ 5,047,000 sedangkan impor Kuba hanya naik
menjadi ¥ 405,000 dan tahun 1936 ekspor Jepang semakin berkurang menjadi ¥
1,494,000 sedangkan impor Kuba hanya ¥ 401,000.74
74 Institute of Pacific Relations, American Council, “Far Eastern Survey: Japan Seeking
to Regain Share of Cuban Trade,” hal 67
33
Hal diatas menjadi bukti yang jelas bagi warga Kuba bahwa kesepakatan
hubungan bilateral yang pada tahun 1929 menjadi kerugian bagi mereka. Pertama,
menurunnya volume perdagangan, kemudian perdagangan yang melonjak terkait
dengan pergeseran kebijakan perdagangan. Perdagangan Jepang setelah
kesepakatan selalu miring demi Jepang, dengan ekspor Jepang jauh melebihi
Impor Kuba ke Jepang.75
Tabel II.B.1 Perdagangan Jepang ke Kuba, tahun 1924-1941 (dalam Yen).76
Masalah lainnya, berlanjut pada saat adanya invasi Jepang ke Manchuuria
(Cina Utara) pada tahun 1931.77
Jepang bersitegang dengan Kuba dikarenakan
Kuba yang saat itu pro-Cina, dan warga Cina lebih lama tinggal Kuba, lebih
banyak dalam populasi yang tinggal di Kuba, dan lebih penting dari Jepang dalam
75
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 59 76
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 59 77
Kenichi Ohno, “The Economic Development of Japan: The Path Traveled by Japan as
a Developing Country” hal 133
34
kebutuhan ekonomi di Kuba. Ketegangan dan keributan juga terjadi di antara
imigran Jepang dan Cina di Kuba, bersamaan dengan adanya serangan terhadap
kedutaan Jepang di Havana pada tahun 1932.78
Dan ditambah ketika agresi Jepang
meningkat, hubungannya dengan AS memburuk dan Kuba lebih mengutamakan
peran ekonomi AS dan mengambil langkah untuk lebih dekat ke AS ketimbang
Jepang. Karena berbagai faktor politik dan ekonomi yang berbeda inilah,
hubungan Jepang dan Kuba menjadi renggang dan tegang.79
2. Pasca Perang Dunia II (1939-1945)
Mamasuki periode ini, hubungan diplomatik Jepang dan Kuba menjadi
semakin memprihatinkan. Ketegangan politik dan militer terjadi antara kedua
Negara, karena Jepang dan Kuba berada pada blok yang bersebrangan, Jepang
masuk ke dalam blok Axis (Jerman, Italia, dan Jepang) dan Kuba masuk ke dalam
blok Sekutu (AS, Kuba, dan 52 Negara lainnya).80
Alasan masuknya Kuba ke
dalam blok sekutu bersama AS adalah karena pada era ini pemerintahan Kuba
dipimpin oleh seorang Presiden yang bernama Fulgencio Batista, yang berhasil
merebut posisi Presiden berkat dukungan AS pada tahun 1940.81
Karena
dukungan AS inilah, Batista membawa pemerintahan Kuba ke dalam
78
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 57 79
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” hal 434 80
CNN, “World War II Fast Fact,” (artikel online) tersedia di
https://edition.cnn.com/2013/07/09/world/world-war-ii-fast-facts/index.html diakses pada 31
Oktober 2018 81
American Experience, “Fulgencio Batista (1901-1973),” (artikel online), tersedia di
http://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/castro-fulgencio-batista-1901-1973/
diakses 26 Oktober 2018
35
pemerintahan yang pro-AS dan mengikuti kebijakan yang diterapkan oleh
Presiden AS, Franklin D. Roosevelt.
Jepang yang berambisi terhadap militer dan wilayah jajahan melancarkan
serangan bom terhadap pangkalan Angkatan Laut AS, Pearl Harbor di pulau
Hawai pada 7 Desember 1941.82
Serangan tersebut berhasil membawa AS ke
kancah Perang Dunia II, dan pada 8 Desember 1941, AS melakukan kongres
dengan mendeklarasikan perang terhadap Jepang atas serangan yang dilakukannya
pada Pearl Harbor.83
Disusul oleh pernyataan sekeretaris Negara Kuba (Cuba
Secretary of State), Jose Manuel Cortina: 84
“The dastardly and unprovoked attack made by the Japanese, as an attack
against Cuba and as against every one of the American States, the Cuban
Government considered the unprovoked attack on us by japan as calling
for an immediate declaration of war on the part of Cuba against japan.”
Kemudian pada 9 Desember 1941, Presiden Batista mengadakan kongres
dan dengan tegas mengeluarkan pernyataan deklarasi perang juga terhadap
Jepang.85
Bentuk nyata dari pernyataannya ini adalah dengan ditanda tanganinya
Undang-Undang Kuba nomer 32, yang berisikan pernyataan: 86
82
BBC, “Pearl Harbor: A Rude Awakening’” (artikel online) tersedia di,
http://www.bbc.co.uk/history/worldwars/wwtwo/pearl_harbour_01.shtml diakses pada 26 Oktober
2018 83
Mark Loproto, “Declaration of War After Pearl Harbor.” Pearl Harbor Visitor &
Bureu (artikel online). Tersedia di https://visitpearlharbor.org/declarations-war-pearl-harbor/,
diakses pada 26 Oktober 2018. 84
Hugh Thomas, “Cuba: A history.”
85
Hugh Thomas, “Cuba: A history.” 86
Chris Cheng, “Excerpt From Japanese Cubans: Past, Present, And Future: World War
II — Cuba Allies With The United States,” Discover Nikkei: Japanese Migrants and Their
36
“A state of war between the Republic of Cuba and the Japanese Empire
and authorizes and orders the President of the Republic to employ the
armed forces of the Nation and the resources of the government to fight
the war with the goal of providing for our conservation, fulfilling our
international agreements in relation to Inter-American solidarity, to
cooperate in the defense of the Western Hemisphere and maintain
democracy and the liberty of the world.”
Akibat lainnya dari penyerangan Pearl Harbor, seluruh warga Jepang yang
menetap di Kuba dinyatakan sebagai enemy aliens (musuh asing) dan
mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari pemerintahan Presiden Batista.87
Hampir semua warga Jepang ditangkap oleh pemerintahan Batista, mayoritas dari
mereka yang dipenjara adalah Issei dengan beberapa Nisei88
juga. Sekitar 350 pria
warga Jepang yang berusia di atas 18 tahun di bawa ke penjara Presidio Modelo
di Isla de la Juventud. Perempuan dan anak-anak di bawah 18 tahun umumnya
dibebaskan dari interniran, tetapi 3 perempuan yang diduga memiliki koneksi
dengan perwira militer Jepang ditangkap dan dikirim ke penjara di pinggiran
Havana.89
Descendats (artikel online), tersedia di: http://www.discovernikkei.org/en/journal/2016/8/16/wwii/
diakses 25 Oktober 2018
87
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” hal 435 88
Issei adalah generasi pertama Jepang, lahir di Jepang. Nisei adalah generasi kedua
Jepang yang lahir di luar negeri. Sansei adalah generasi ketiga yang lahir di luar negeri. Yonsei
adalah generasi keempat yang lahir di luar negeri. 89
The Japan Times: News, “List of Japanese-Cubans sent to internment camps during
World War II faound.” (berita online), tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2016/10/30/national/history/list-japanese-cubans-sent-
internment-camps-world-war-ii-found/#.W9ND0xAxXIU diakses 27 Oktober 2018
37
Dijelaskan oleh Masaaki Tokota bahwa Penjara Presidio Modelo dikenal
sebagai penjara yang ditujukan khusus untuk penahanan pelaku kejahatan yang
serius, dimana penyiksaan dan kekejaman luar biasa dilakukan untuk sarana
“reformasi.” Bahkan setelah Jepang menyerah pada Perang Dunia II, banyak yang
tidak dapat memperoleh pembebasan mereka hingga Maret 1946. Kondisi di
penjara sangat buruk, dengan ruang sel-sel yang sempit, perhatian medis yang
tidak mencukupi, penyensoran semua komunikasi, dan standar hidup yang sangat
buruk.90
3. Pasca Berakhirnya Perang Dunia II (1946-1958)
Berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai dengan kekalahan Jepang. AS
mengakhiri perlawanan Jepang dengan menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima
pada tanggal 6 Agustus dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945.91
Setelah
berakhirmya Perang Dunia II, Jepang berusaha membangun kembali hubungan
damai dengan Kuba. Pada tahun 1952, Kuba menjadi salah satu dari banyak
Negara yang menandatangani Treaty of Peace (perjanjian damai) dengan Jepang
dan dimulainya kembali hubungan diplomatik antara kedua Negara,92
Jepang
ingin sekali membangun peluang perdagangan dengan Kuba, terutama dalam hal
pengadaan gula dari Kuba sebagai ganti dari penjualan tekstil Jepang,
perdagangan tersebut menjadi jalan utama perdagangan internasional antara kedua
90 Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” hal 435-436 91
History, “World War II” (artikel online) tersedia di
https://www.history.com/topics/world-war-ii/world-war-ii-history diakses pada 25 Oktober 2018 92
Ministry of Foreign Affairs of Japan “Japan-Cuba Relations (basic Data),” tersedia di
https://www.mofa.go.jp/region/latin/cuba/data.html diakses pada 25 Oktober 2018
38
Negara. Adanya keterbatasan perdagangan dengan Cina karena perang sipil Cina
dan perdagangan dengan Korea karena perang Korea, membuat Jepang menggeser
kebijakan perdagangan Jepang untuk menekankan hubungan perdagangan dengan
Asia Tenggara dan Amerika Latin.93
Pasca berdamai, hubungan Jepang dan Kuba tidak langsung harmonis
begitu saja, seperti kesepaatan yang mereka buat di awal pasca berdamai, tidak
berselang lama kesepakatan tersebut dirubah dan diganti dengan kesepakatan
yang baru, hingga kedua Negara beberapa kali melakukan perubahan kesepakatan.
Hal ini lantaran karena kedua Negara saling mencari untung yang lebih dalam
hubungan perdagangannya, sampai akhirnya kedua Negara tidak memiliki
kesepakatan yang permanen sampai Revolusi Kuba dan kebijakan embargo AS ke
Kuba.
Kesepakatan pertama dilakukan pada awal tahun 1953 di Havana dan
Washington. Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional (MITI) Jepang
melaporkan bahwa Jepang akan meminta ratusan ribu ton gula setiap tahun dari
Kuba, sebagai balasannya Jepang akan mengirimkan tekstil, mesin ringan dan
barang-barang manufaktur lainnya hingga 40% dari nilai gula. Kemudian Kuba
mengusulkan bahwa selama tiga tahun atau lebih Jepang setiap tahun membeli
setidaknya 400,000 ton gula, sebagai imbalannya Kuba berjanji untuk mengurangi
tarifnya atas barang-barang Jepang.94
93
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” hal 438 94
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 61
39
Kemudian tahun 1954, Kuba mengutus Perdana Mentri Jose A. Garcia
Montes ke Jepang untuk menghimbau dan mengantisipasi perjanjian perdagangan
yang dibuat antara kedua Negara di awal. Ia mengusulkan adanya pertukaran
kapal kargo Jepang dengan gula Kuba, kemudian dilanjutkan dengan usulan
dibuatnya kesepakatan baru mengenai masalah perdagangan di Washington.
Beberapa minggu menjadi waktu negosiasi antara kedua Negara dikarenakan
besarnya perselisihan pendapat yang terus menerus. Kuba menuntut jaminan
kepada Jepang untuk membeli 500,000 ton gula pertiap tahun, dan Jepang
membalasnya dengan 300,000 ton tekstil. Sedangkan Jepang meminta
penghapusan perlakukan diskriminatif Kuba terhadap teksti Jepang. Perbedaan
permintaan ini menghentikan negosiasi pada saat itu. hingga akhinrya pada tahun
1956, kesepakatan kembali diajukan oleh Francisco M. Acosta, dengan
menyatakan bahwa Kuba akan tertarik dengan produk-produk industry berat
Jepang apabila Jepang meningkatkan nilai impor gula dari Kuba.95
Pada tahun 1957, Presiden Batista melakukan negosiasi diplomatik dan
penghormatan terhadap Kaisar Hito untuk meningkatkan status kedutaan di antara
kedua negara. pada bulan Juli, Duta Besar Jotaro Kanda menyerahkan mandatnya
kepada Presiden Kuba dan pada bulan September, Menteri Garcia Montes Y.
Angulo menyerahkan mandat duta besarnya kepada kaisar Jepang. Kamar Dagang
Jepang (Japanese Chamber of Commerce) dan Institut Hubungan Masyarakat
Jepang-Kuba (Japanese-Cuban Public Relations Institute) didirikan di Kuba
untuk mempromosikan perdagangan dan persahabatan antara kedua negara.
95
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 51-63
40
Kamar Dagang Jepang (The japanese Chamber of Commerce), yang terdiri dari
importir produk Jepang diharapkan mampu mempromosikan perdagangan Jepang
dan mendorong penyelesaian perjanjian perdagangan. Dan Institut Hubungan
Masyarakat Jepang-Kuba (Japanese-Cuban Public Relations Institute), untuk
menekankan hubungan sosial budaya antara warga Jepang dan Kuba, serta
perdagangan. Contohnya pada saat kapal nelayan Jepang membawa ikan untuk
perusahaan yang ada di Kuba, mereka juga mengenalkan kepada nelayan Kuba
teknik untuk memancing ikan di laut bagian dalam.96
Perdagangan Jepang-Kuba selama kepemimpinan Batista, ditandai dengan
fluktuasi volume dan tidak adanya kesepakatan jangka panjang, rata-rata $
50,000,000 pertahun. Dua belas tahun perdagangan Jepang-Kuba pasca perang
antara tahun 1947 sampai 1959, keseimbangan perdagangan lebih merugikan
kepada pihak Jepang, mewakili deficit keseluruhan lebih dari $ 387,000,000.97
Tabel II.B.3 Perdagangan Jepang ke Kuba, tahun 1953-1958 (dalam Dollar
AS).98
96
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 63 97
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 65 98
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 65
41
4. Pasca Revolusi Kuba (1959)
Rovolusi Kuba terjadi akibat maraknya kasus korupsi dan krisis di periode
pemerintahan Batista yang kedua, sehingga menimbulkan banyak kelompok
masyarakat yang melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di beberapa kota di
Kuba, situasi ini semakin diperparah dengan hadirnya seorang tokoh oposisi
Batista yakni Fidel Castro yang memanfaatkan momen ini sebagai jembatan untuk
dapat menggantikan posisi Presiden Fulgencio Batista, dengan berjuang bersama
rakyat yang menganggap Batista telah gagal dalam memimpin Kuba. Castro mulai
melakukan serangkaian tindakan untuk menggerakan serta memprovokasi rakyat
Kuba agar terus berjuang untuk menumbangkan rezim Fulgencio Batista. Secara
resmi pada 1 Januari 1959 rezim Batista lengser dan Fidel Castro terpilih sebagai
Presiden Kuba.99
Bahkan disebutkan bahwa pada saat proses revolusi Kuba,
beberapa warga Jepang yang tinggal di Kuba ikut membantu Castro dalam
melengserkan Batista, mengingat dengan kekesalan warga Jepang yang disergap
pada masa Perang Dunia II. Miyasaka dalam jurnal Masaaki Takota
berpendapat:100
In these activities, the Nisei were fundamentally anti-government. I don’t
know if there were Issei. I know of one family who lived in the center of the
country, whose Nisei members collaborated in this type of activity. One of
them achieved the rank of Captain after the revolution”
99
Rex A. Hudson, “Cuba: Country Study,” hal 64-65 100
Ryan Masaaki Takota, “Transculturation and Adaption: A Brief History of Japanese
and Okinawa Cubans.” hal 439
42
Pada tanggal 9 Januari 1959, Jepang mengakui pemerintahan Fidel Castro
sebagai Presiden baru Kuba, Duta Besar Jepang, Kanda tetap di Havana
sementara Mario Alzugaray, seorang pengacara yang berpengaruh dalam gerakan
revolusioner Kuba, di tugaskan untuk menjadi Duta Besar Kuba di Tokyo.
Sampainya Alzugaray di Tokyo, ia menyampaikan bahwa Castro berkeinginan
untuk mendatangkan beberapa keluarga Jepang untuk menetap di Kuba dan
mengajarkan metode penanaman padi di Kuba. Castro ingin mengurangi, jika
tidak menghilangkan pengeluaran tahunan sekitar $ 50,000,000 untuk beras asing.
Dan Castro juga ingin Jepang mengirim empat awak kapal penangkap ikan untuk
memberikan pelatihan bagi industri perikanan skala kecil di Kuba.101
Semangatnya untuk proyek beras dengan cepat mendorong Castro untuk
memberi tahu warga Kuba, melalui televisi, bahwa ia berencana untuk membawa
lima puluh keluarga Jepang ke Kuba untuk mengajari mereka cara menanam padi.
Proyek beras, tekstil, mesin, pengiriman dan penangkapan ikan, belum lagi
kebutuhan akan perjanjian perdagangan, memberikan lebih banyak
kesinambungan dari pada inovasi untuk hubungan Jepang-Kuba selama masa
transisi dari Batista ke Castro.102
Selanjutnya pada bulan Juli 1959, Guevara berkunjung ke Jepang dengan
membawa mandat yang diberikan Fidel Castro untuk pemerintah Jepang, Guevara
menghabiskan sepuluh hari di Jepang dengan mengunjungi pabrik baja, galangan
kapal, pabrik pupuk dan operasi industri lainnya serta bertemu dengan pejabat-
101
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 65-66 102
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 66
43
pejabat Jepang. Dalam kungjungannya Guevara berpesan bahwa Kuba tidak
berniat mencari pinjaman melainkan ingin mendorong proyek gabungan Jepang-
Kuba. Guevara membuka pintu negosiasi tentang kesepakatan perdagangan yang
diperbarui dengan menyatakan bahwa Kuba siap untuk memperluas negosiasi
dengan Jepang dalam perjanjian resmi. Guevara akan meningkatkan penjualan
gula Kuba ke Jepang, sebagai imbalannya Kuba meningkatkan pembeliannya
untuk peralatan pertanian, peraralatan kilang, mesin pertambangan, mesin tekstil,
kapal kargo, tanker dan turbin listrik.
Setelah kunjungan Guevara ke Jepang, mantan anggota Institut Perikanan
Jepang di Tokyo pergi ke Kuba sebagai penasihat teknis untuk pemerintahan
perikanan Kuba. Komite promosi perdagangan Kuba-Jepang melanjutkan
pertemuannya sampai pertengahan musim gugur. Undangan resmi dari National
Institute of Agrarian Reform (INRA) memimpin sekelompok ahli padi Jepang ke
Kuba untuk masa inap yang panjang. Walaupun demikian, kedua pemerintahan
cukup terpisah pada akhir tahun 1959, dan yang terbaik yang bisa mereka lakukan
hanyalah memperpanjang perjanjian perdagangan sementara untuk periode enam
bulan lagi. 103
Pada maret 1960, merosotnya hubungan AS dan Kuba memicu harapan di
antara Jepang dan Kuba. Kuba menawarkan untuk mengakhiri diskriminasinya
terhadap tekstil Jepang jika Jepang berjanji untuk membeli setidaknya 500,000
103
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 66-67
44
ton gula setiap tahun, tawar–menawar berlanjut hingga penandatanganan
perjanjian perdagangan untuk tiga tahun pada tanggal 22 April 1960.104
C. Hubungan Diplomatik Jepang dan Kuba Setelah Embargo AS Terhadap
Kuba
1. Pasca Embargo AS Terhadap Kuba (1960-1969)
Kebijakan embargo AS terhadap Kuba berawal dari hubungan kedua
Negara yang memanas pada tahun 1960 disaat terjadinya Revolusi Kuba yang
dipimpin oleh Fidel Castro. Setelah Fidel berkuasa, ia mengeluarkan kebijakan
yang kontoversial sekaligus menentang AS di Kuba. Kebijakan tersebut
ditunjukkan dengan dikeluarkannya undang-undang reformasi Agraria yang
disahkan pada tanggal 17 Mei 1959. Undang-undang reformasi Agraria (The
Agrarian Reform Act) ini memiliki hak legitimasi hukum untuk menyita tanah-
tanah yang dimilki perusahaan asing termasuk AS. Ia menasionalisasikan semua
perusahan asing yang ada di Kuba, termasuk properti milik warga dan
perusahaan-perusahaan AS. 105
Sebagai respon atas tindakan Kuba, pada tahun 1960 Presiden AS Dwight
Eisenhower mengeluarkan kebijakan untuk embargo ekonomi terhadap Kuba,
dimana AS menghentikan seluruh kegiatan perdagangan ekspor-impor, dan
mengisolasi Kuba dalam seluruh aktivitas perdagangannya dengan Negara-negara
104
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 67-68 105
Jose A. Ortiz, “The Illegal Expropriation of Property in Cuba: A Historical and Legal
Analysis of the Takings and a Survey of Restitution Schemes for a Post-Socialist Cuba” (Loyola
Marymount University and Loyola law School, 2000), hal 329 (artikel online), tersedia di
https://digitalcommons.lmu.edu/ilr/vol22/iss3/1/ diakses pada 13 November 2018
45
sekutu AS. Kemudian berlanjut dengan putusnya hubungan diplomatik antara
kedua Negara Pada tanggal 3 Januari 1961.106
Setelah dikeluarkannya kebijakan AS mengembargo Kuba, pihak Jepang
yang berada dalam posisi kependudukan AS, tidak membuatnya tunduk dan patuh
akan kebijakan AS untuk memutuskan hubungan perdagangannya dengan Kuba.
Terlihat AS berusaha mempengaruhi hubungan Jepang-Kuba agar Jepang tidak
menjalin hubungan perdagangan dengan Kuba, namun Jepang merasa tidak peduli
dengan ancaman AS dan tetap menjalin hubungan kerjasama dengan Kuba.
Jepang lebih melayani kepentingan ekonomi mereka sendiri tampa mengacu pada
AS.107
Awal tahun 1961, Duta Besar Jotaro Kanda kembali ke Tokyo dan Duta
Besar Alzugaray kembali ke Havana, alasan mereka kembali adalah yang pertama
untuk pensiun, dan yang terakhir untuk membawa proposal perdagangan yang
bertujuan untuk mulai memberlakukannya perjanjian perdagangan yang dibuat
pada tahun 1960. Walaupun Kuba dan AS sedang bersitegang, namun hubungan
diplomatik Jepang dan Kuba masih berada dalam posisi yang tenang, hingga
terpilihnya dua Duta Besar baru antara kedua Negara, Ceballos Pareja bertugas di
Tokyo dan Shinjiro Tsumura bertugas di Havana. Saat sampainya Tsumura di
Havana, ia melaporkan kepada pemerintah Jepang bahwa warga Jepang yang
106
Rex A. Hudson, “Cuba: Country Study,” hal 69-70 107
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 69
46
tinggal di Kuba dalam posisi aman pada saat CIA melakukan Invansi Kuba di
Teluk Babi.108
Pada 7 Feberuari 1962, Presiden Kennedy mulai memberlakukan embargo
perdagangan dengan Kuba. Presiden Kennedy melarang warga AS untuk
melakukan transaksi keuangan atau komersial dengan Kuba. Kemudian AS
menekan Negara-negara lain untuk membatasi perdagangan dengan Kuba.109
Atas
dasar pengaruh kebijakan AS tersebut, pengusaha Jepang meminta pihak
berwenang Kuba membatalkan perdagangannya dengan Jepang pada saat itu.
Kemudian Impor 370,000 ton gula yang dikontrak untuk tahun 1962 terbukti sulit,
perusahaan terkemuka Jepang di bidang penjualan gula, seperti perusahaan
Mitsubishi Shoji dan perusahaan Kanematsu mengumumkan pengurangan impor
gula. Hubungan baik dengan Kuba dan pelanggaran terhadap AS, mitra dagang
nomer satu Jepang menjadi dilemma pemerintahan Jepang. Krisis rudal pada
Oktober 1962, yang mendorong AS untuk memperketat visum ekonomi di Kuba,
membuat situasi lebih buruk bagi Jepang. Arogansi yang tersirat dalam “blokade”
yang berasal dari AS membuat Jepang kesulitan dalam hubungan bilateral dengan
Kuba.110
Tingkat perdagangan antara Jepang dan Kuba menyusut sekitar 45 % pada
tahun 1963. Menolak sepenuhnya terhadap kebijakan blokade Kuba, beberapa
kapal pelayaran Jepang, termasuk kapal Meishun Maru, menghiasi daftar hitam
108
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 69 109
Claire Suddath, “United State-Cuba Reltions,” 2009 (artikel online), tersedia di
http://content.time.com/time/nation/article/0,8599,1891359,00.html diakses pada 14 November
2018 110
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 70
47
kapal-kapal yang tidak akan diizinkan membawa kargo yang dibiayai
pemerintahan AS. Jepang yang bertahan dalam keinginannya untuk berdagang
dengan Kuba, membentuk Asosiasi Promosi Perdagangan Internasional Jepang
(The Japan International Trade Promotion Association), sebuah organisasi
Jepang yang mendukung perdagangan dengan Negara-negara komunis, tidak
hanya mengirim perwakilan ekonomi ke Kuba, tetapi juga mengundang misi studi
teknis Kuba ke Jepang. Jepang bergabung dengan pengusaha negara Inggris,
Prancis, dan Jerman dalam mengabaikan upaya AS untuk mengekang Kuba.111
Pada tahun 1964, Jepang lebih jauh membebaskan diri dari sikap tunduk
pada kebijakan AS. Setelah tidak mendapat tanggapan dari Eropa atau Asia untuk
blokade Kuba, AS beralih ke Amerika Latin, dengan mengajak Negara Peru,
Kolombia, Honduras, dan Venezuela untuk mengancam akan memutuskan
hubungan perdagangan dengan Jepang jika Jepang terus berdagang dengan Kuba.
Sementara itu, pihak MITI Jepang menyatakan bahwa pihak AS tidak berhak ikut
campur dalam hubungan komersial Jepang-Kuba, “Jepang adalah Negara merdeka
dan telah menandatangani perjanjian komersial dengan Kuba, Jepang tidak
berkewajiban untuk menerima perintah dari AS.” Statistik menunjukkan bahwa
perdagangan Jepang-Kuba pada tahun 1964 adalah 3,4 kali lipat dari tahun
sebelumnya, ekspor Jepang ke Kuba melebihi penjualannya pada masa periode
tujuh tahun pemeritahan Batista (1952-1959). Total perdagangan Jepang-Kuba
111
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 70-71.
48
senilai US $ 88,000,000 pada tahun ini, Jepang menduduki peringkat ketiga,
seteleh Uni Soviet dan Cina, dalam mitra perdagangan Kuba.112
Empat tahun berikutnya, 1965-1969, walaupun ekonomi kedua Negara
terus berkembang, adanya ketersedian modal investasi dan bantuan teknis Jepang
di Kuba, namun volume perdagangan antara kedua Negara semakin berkurang
diakibatkan adanya tekanan dari kebijakan embargo AS. Di sisi lain, terdapat pula
pembelotan pelaut Kuba di pelabuhan Jepang, mereka selalu berpaling ke pejabat
AS untuk mendapatkan suaka politik di AS atau jalan pintas untuk bisa masuk ke
AS untuk mencari pekerjaan. Sehingga Jepang mengalami kerugian dalam
perdagangannya dengan Kuba.113
Tabel II.C.1 Perdagangan Jepang dengan Kuba, Tahun 1959-1969 (dalam
dollas AS).114
2. Pasca Berakhirnya Perang Dingin (1991-2015)
112
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 71 113
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 72 114
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 72
49
Setelah berkahirnya Perang Dingin, hubungan kerjasama Jepang dan Kuba
tetap terjalin harmonis, namun hubungan kerjasama antara kedua negara tidak
diperluas oleh Jepang selama AS tidak mencabut kebijakan embargonya terhadap
Kuba. Jepang dan Kuba sering kali mengadakan dialog dan bertukar pandangan
tentang masalah umun termasuk hubungan bilateral dan pandangan di bidang
politik dan lainnya. Jepang dan Kuba telah sepakat untuk mengadakan dialog ini
secara teratur dan untuk saling bertukar pendapat tentang segala macam tema.115
(lihat lampiran)
Selain berdialog dan saling bertukar pendapat, Jepang yang telah bangkit
dari keterpurukan kondisi ekonominya, menjadi negara yang aktif dalam
memberikan bantuan ke Kuba. Sejak tahun 1997, Kuba telah menghadapi
kekurangan pangan yang serius yang disebabkan oleh kekeringan yang dikaitkan
dengan El Nino. Kerusakan yang parah di lima provinsi bagian timur (Holguin,
Las Tunas, Granma, Santiago de Cuba dan Guantánamo). Provinsi-provinsi
tersebut menderita kekeringan terburuk dalam 35 tahun. Diperkirakan 608.562 ton
(lebih dari 267 juta dollar AS) panen hilang diseluruh wilayah Kuba. Badai topan
di akhir bulan sepetember memberikan pukulan keras ke lahan pertanian dan
memperburuk kekurangan pangan.
Melihat kondisi di atas, pemerintah Kuba meminta bantuan dari Jepang.
Bahkan WFP juga mengeluarkan permohonan darurat kepada masyarakat
internasional termasuk Jepang untuk mengurangi kekurangan pangan yang serius
115
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Second Japan-Cuba Policy Dialogue,” 1999,
tersedia https://www.mofa.go.jp/announce/event/1999/9/917.html diakses pada 18 November 2018
50
di Negara Kuba. Pada tanggal 6 November 1998, pemerintah Jepang memutuskan
untuk memberikan bantuan darurat dan kemanusiaan sebanyak ¥ 1,000,000,000
kepada pemerintah Kuba, hal tersebut dilakukan berdasarkan hubungan
persahabatan antara Jepang dan Kuba dan juga sebagai tanggapan terhadap
permintaan dari WFP (World Food Programme) untuk mengalokasikan dana
sebanyak 770,000 dolar AS dari International Emergency Food Reserve (IEFR)
untuk bantuan makanan darurat dan kemanusiaan ke Kuba.116
Pada tanggal 3 Januari 2003, pemerintah Jepang dan PBB memutuskan
untuk memberi bantuan dana sebanyak 1,030,000 dolar AS melalui dana
perwalian untuk kemanan manusia (Trust Fund for Human Security) untuk proyek
pengendalian dan pencegahan IMS (Infeksi Menular Seksual) /HIV/AIDS di
Kuba. tujuan dari proyek ini dikarenakan banyaknya populasi seksual bebas yang
dilakukan warga Kuba pada umur 15 sampai 39 tahun di kota Havana, Villa
Clara, dan Santiago de Cuba. Kegiatannya meliputi pelatihan dan penelitian
tenaga kesehatan, siswa dan ODHA (orang yang hidup dengan HIV/AIDS).117
Pada 14 September 2005, pemerintah Jepang memutuskan untuk
memberikan dana bantuan sebanyak 100,000 dolar AS atas permintaan WFP
untuk membantu proyeknya dalam mendistribusikan makanan terhadap
masyarakat Kuba yang terkena musibah badai dennis. Bantuan tersebut digunakan
116
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Humanitarian Assistance for Disaster Relief to
Assist Drought Afflicted People in Cuba,” 1998, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/1998/11/1106-2.html diakses pada 16 November
2018 117
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Assistance for the National Program for the
Control and Prevention of STI/HIV/AIDS in the Republic of Cuba,” 2003, tersedia
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/2003/1/0106-2.html diakses pada 16 November 2018
51
untuk membeli 191 ton beras yang akan didistribusikan di provinsi Granma, salah
satu provinsi yang paling terkena dampak serius dari badai dennis.118
Pada 24 Oktober 2008, pemerintah Jepang memutuskan untuk
memberikan bantuan darurat berbetuk hibah sebanyak 800,000 dolar AS (sekitar
90 juta yen), sebagai tanggapan atas permohonan WFP untuk masyarakat Kuba
yang menderita akibat angin topan yang bertut-turut. Jepang memberikan bantuan
untuk wilayah yang terkena dampak serius sebesar 59,999 euro (9,839,836), di
pulau Isla de la juventud dan sebesar 60,000 euro (9,84 juta yen) untuk korban
bencana alam di provinsi Pinar del Rio melalui program Grant Assistance for
Grass-roots Human Security Project of 2008.119
Pada 7 November 2012, pemerintah Jepang memutuskan untuk
memberikan bantuan dengan menyediakan barang-barang bantuan darurat (alas
tidur dan selimut) senilai 31 juta yen melalui JICA untuk warga Kuba akibat
bencana badai pasir. Badai ini telah menyebabkan 11 orang tewas dan 1,2 juta
orang terpaksa mengungsi. Selain itu, jembatan, jalan, rumah dan infrastruktur
lainnya rusak, menyebabkan padam aktivitas di berbagai tempat.120
Berikut
bantuan ODA Jepang ke Kuba:
118
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Humanitarian Assistance to Cuba through
WFP,” 2005, tersedia di https://www.mofa.go.jp/announce/announce/2005/9/0916-4.html diakses
pada 16 November 2018 119
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Emergency Grant Aid for Hurricane Disaster in
the Republic of Cuba,” 2008, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/2008/10/1184205_1060.html diakses pada 16
November 2018 120
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Emergency Assistance to the Hurricane
“Sandy” disaster in the Republic of Cuba,” 2012, tersedia di
52
Tabel II.C.2.1 Bantuan ODA Jepang ke Kuba, Tahun 2011-2015 (dalam 100
juta yen).121
Tabel II.C.2.2 Bantuan ODA Jepang Ke Kuba Berdasarkan Jenis
Bantuannya, Tahun 2013-2015 (dalam 100 juta yen).122
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/2012/11/1107_01.html diakses pada 17 November
2018 121
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Official Development Assistance (ODA):
Japan’s ODA Data of Cuba,” tersedia di
https://www.mofa.go.jp/mofaj/gaiko/oda/files/000142687.pdf diakes pada 17 November 2018 122
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Official Development Assistance (ODA):
Japan’s ODA Data of Cuba,” tersedia di
https://www.mofa.go.jp/mofaj/gaiko/oda/files/000142687.pdf diakes pada 17 November 2018
53
BAB III
KERJASAMA JEPANG-KUBA SETELAH NORMALISASI HUBUNGAN
DIPLOMATIK AS-KUBA
Pada saat proses terjadinya normalisasi AS-Kuba, Jepang menyambut baik
dan ikut mendukung upaya kedua Negara dalam melakukan hubungan normalisasi
tersebut dan Jepang bersepakat dengan Kuba untuk meningkatkan hubungan
kerjasama antara kedua Negara ke tingkat baru. Pada 9 Maret 2015, Menteri Luar
Negeri Jepang, Fumio Kishida menyambut kedatangan Wakil Presiden Dewan
Menteri Kuba, Ricardo Cabrisas Ruiz di Jepang. Cabrisas, yang bertanggung
jawab atas kebijakan ekonomi luar negeri Kuba, mengatakan kepada Kishida
bahwa ia mengharapkan peningkatan hubungan ekonomi antara kedua Negara
melalui pertukaran pendapat dengan pihak perusahaan-perusahaan yang ada di
Jepang.123
Kemudian pada 30 April hingga 3 Mei 2015, Menteri Kishida membalas
pernyataan Cabrisas kemarin dengan melakukan kunjungan ke Kuba untuk
bertemu dengan pejabat-pejabat Kuba dan melakukan dialog tentang hubungan
kerjasama mereka yang ke tingkat baru. Dalam kunjungannya Menteri Kishida
menyampaikan dan mengusulkan tiga poin sebagai berikut:
123 Ministry of Foreign Affairs of Japan , “Foreign Minister Fumio Kishida Meets with
Vice-President of the Council of Ministers of Cuba” 2015, tersedia
https://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_000670.html diakses pada 24 November 2018
54
1. Inisiasi bantuan hibah penuh: Menteri Kishida menyatakan bahwa
penyediaan dan pengembangan peralatan dan perangkat medis
harus menjadi yang utama untuk bantuan hibah di Kuba.
2. Penguatan hubungan ekonomi: kedua belah pihak sepakat
membentuk komite bersama sektor bisnis publik untuk
memperkuat hubungan ekonomi. Menteri Kishida pada saat
kunjungan ditemani sekitar 30 perwakilan perusahaan Jepang. Dan
perwakilan ini menghadiri pertemuan dengan Ricardo Cabrisas
Ruiz, Wakil Presiden Perdana Menteri dan secara langsung
menyampaikan permintaan mereka dengan pengembangan
lingkungan bisnis
3. Penguatan kerjasama di area internasional: kedua belah pihak
membentuk “Konsultasi Jepang-Kuba tentang isu-isu PBB” untuk
meningkatkan dialog tentang berbagai masalah internasional.
Selain tiga poin diatas, pertemuan tersebut juga membicarakan tentang
reformasi Dewan Kemanan PBB (UNSC) dan Korea Utara. Selain itu, Menteri
Kishida juga menyambut dan menyatakan dukungan untuk perkembangan
hubungan AS-Kuba, mendukung reformasi di Kuba dan dukungan untuk berbagai
gerakan di Kuba yang saat ini sedang maju.124
Kemudian selang setahun seteleh resminya hubungan diplomatik AS dan
Kuba dengan membuka Kedutaan Besar di masing-masing Negara. Pada 22
124
Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Foreign Minister Kishida Visit to Cuba
(Overview and Evalution)” 2015, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/la_c/m_ca_c/cu/page4e_000245.html diakses pada 24 November 2018
55
September 2016, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengadakan pertemuan
KTT dengan Presiden Kuba, Raul Castro di Havana.125
Kunjungan Shinzo Abe
merupakan kunjungan pertama ke Kuba selama menjabat menjadi Perdana
Menteri Jepang. Shinzo Abe mengungkapkan bahwa “Kuba adalah tujuan
investasi yang sangat menarik bagi Jepang, karena AS telah meringankan sanksi,
Kuba melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan lingkungan
investasinya.”126
Dan dia juga menambahkan bahwa "Saya ingin bekerja sama
dengan Kuba, bergabung sebanyak mungkin di sektor publik dan swasta,"127
Pertemuan KTT antara kedua pemimpin Negara tersebut membahas
tentang perluasan hubungan kerjasama antara kedua Negara ke tingkat baru (hasil
pertemuan KTT dapat dilihat di lampiran 2). Dari pertemuan KTT tersebut,
Jepang berkomitmen untuk memperkuat kerjasama dengan Kuba di semua bidang,
termasuk perdagangan, investasi, kerjasama ilmiah, infrastruktur, teknologi,
transfortasi, energi dan lain-lain. Dan diantara kerjasama tersebut, saat ini Jepang
sudah merealisasikan kerjasamanya dengan Kuba berupa bantuan hibah. Bantuan
tersebut berupa penyediaan peralatan medis demi meningkatnya kualitas layanan
medis di rumah sakit-rumah sakit yang ada di Kuba dan bantuan penyediaan
125 Ministry of Foreign Affairs of Japan, “Prime Minister Abe Visits Cuba” 2016 tersedia
di https://www.mofa.go.jp/la_c/m_ca_c/cu/page3e_000573.html diakses pada 24 November 2018
126
Reuters, “Japanese PM says wants to deepen economic ties with Cuba” 2016 (artikel
online), tersedia di https://www.reuters.com/article/us-cuba-japan-abe/japanese-pm-says-wants-to-
deepen-economic-ties-with-cuba-idUSKCN11T1E6 diakses pada 28 November 2018 127
The Japan times, News, “Castro welcomes Japanese medical aid, debt write-off,
investment as Abe seeks help handling Kim” 2016 (berita online) tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2016/09/23/national/politics-diplomacy/communist-ruled-
cuba-welcomes-first-japanese-leader-abe-comes-calling/#.W_49yWYxXIU diakses pada 28
November 2018
56
peralatan mesin pertanian dengan tujuan mendorong produksi benih padi untuk
mendukung sektor pangan di Kuba.
A. Bantuan Hibah Untuk Proyek Peningkatan Peralatan Medis Demi
Meningkatnya Kualitas Layanan Medis di Rumah Sakit-Rumah Sakit
Yang Ada di Kuba
Sebagai langkah awal dalam peningkatan kerjasama Jepang dan Kuba,
Shinzo Abe secara resmi membebaskan hutang Kuba sebesar ¥ 120 milliar (1,1
miliar dollar AS) dari ¥ 180 milliar (1,6 milliar dollar AS). Dan juga pada tanggal
23 September 2018, Shinzo Abe memberikan bantuan hibah sebesar ¥ 1,3 milliar
(11,9 juta dollar AS) melalui JICA untuk proyek peningkatan peralatan medis
untuk penguatan layanan medis berkualitas di rumah sakit utama Kuba dan juga
mendirikan fasilitas medis di Kuba untuk melatih para dokter Kuba.128
Sejak 2007, kanker telah menjadi penyebab utama kematian di Kuba
(menurut laporan 2014 oleh Kementrian Kesehatan Kuba), peralatan medis Kuba
yang bobrok dan kronis menjadi penyebab kurang memungkinkannya mengatasi
masalah kanker di Kuba. Kuba menghadapi berbagai masalah seperti kebutuhan
hasil tes X-ray yang harus berjalan beberapa hari dan kesulitan dalam membuat
diagnosa patalogis, termasuk diagnosis patalogis cepat setelah pengambilan
sampel lesi selama operasi yang diperlukan untuk menentukan apakah tumor jinak
128 The Japan times, News, “Castro welcomes Japanese medical aid, debt write-off,
investment as Abe seeks help handling Kim” 2016 (berita online) tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2016/09/23/national/politics-diplomacy/communist-ruled-
cuba-welcomes-first-japanese-leader-abe-comes-calling/#.W_49yWYxXIU diakses pada 28
November 2018
57
atau ganas. Masalah lain adalah ketidakmampuan untuk melakukan operasi
endoskopi yang sesuai dalam kasus-kasus tertentu yang akan menurunkan beban
pasien. Karena perbedaan regional yang besar, tidak ada infrastruktur pengobatan
untuk menyediakan layanan perawatan kanker di wilayah timur yang memiliki
tingkat kemiskinan tinggi, sehingga perlu bagi pasien untuk dirujuk ke rumah
sakit di daerah lain dan pulang-pergi.
Dengan Proyek ini diharapkan mampu meningkatkan akses penduduk
terhadap layanan perawatan kesehatan, mempersingkat waktu untuk diagnosis dan
pengobatan.129
(Rincian proyek ini dapat dilihat pada lampiran 3)
Selain bantuan medis, pemerintah Jepang juga berkontribusi dalam
memberikan bantuan kemanusiaan pada saat Kuba terkena musibah. Pada 14
Oktober 2016, pemerintah Jepang memutuskan untuk menyediakan barang-barang
bantuan darurat (air minum, kaleng jerigen portable, dll) ke Kuba melalui JICA
sebagai tanggapan atas permintaan dari pemerintahan Kuba akibat badai “matius”
di Kuba.130
Dan pada 14 September 2017, pemerintah Jepang memutuskan untuk
menyediakan barang bantuan darurat ke Kuba melalui JICA sebagai tanggapan
atas permintaan dari pemerintahan Kuba akibat badai “Irma” di Kuba.131
129
JICA, Japan International Cooperation Agency, “Signing of Grant Agreement with
Cuba: Supporting the provision of medical equipment to improve cancer diagnosis and treatment
services” 2016, tersedia di https://www.jica.go.jp/english/news/press/2016/160926_01.html
diakses pada 28 November 2018
130
Ministry of Foreign Affairs of Japan, ”Emergency Assistance in response to
Hurricane “Matthew” disaster in the Republic of Cuba” 2016, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001309.html diakses pada 28 November 2018 131
Ministry of Foreign Affairs of Japan, ”Emergency Assistance in response to
Hurricane “Irma” disaster in the Republic of Cuba” 2017, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001725.html diakses pada 28 November 2018
58
B. Bantuan Hibah Untuk Proyek Penigkatan Mesin Pertanian Dengan
Tujuan Mendorong Produksi Benih Padi Untuk Mendukung Sektor
Pangan di Kuba
Pada 9 Maret 2017, Jepang mengumumkan akan berkontribusi pada
pelaksanaan proyek-proyek penting untuk pengembangan sosial dan ekonomi
Kuba melalui dua program bantuan keuangan berbetuk hibah dengan pertanian,
infrastruktur, dan pengelolaan limbah. Paket bantuan tersebut diresmikan di
Havana dengan penandatanganan dokumen perjanjian antara Perwakilan Menteri
Luar Negeri Jepang, Kentaro Sonoura dan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan
Investasi Kuba, Rodrigo Malmierca Diaz. Dana tersebut akan digunakan untuk
membeli truk sampah, yang akan berkontribusi untuk mempertahankan dan
memperkuat kapasitas pengumpulan sampah di ibukota dan mesin pertanian untuk
pengembangan teknologi produksi benih padi. Baik pemerintah Kuba maupun
Jepang telah mengakui bahwa hubungan antara dua pulau, terutama yang
ekonomi, saat ini berada pada momen terbaik dalam sejarah mereka.132
Setelah perjanjian di atas, Pada 7 November 2017, program
pengembangan teknologi produksi benih padi mulai dilakukan. Pemerintah
Jepang menandatangani perjanjian bantuan hibah melalui JICA dengan Kuba di
Havana untuk memberikan bantuan hibah sebanyak ¥ 1.215 milliar (11,2 juta
dollar AS) untuk proyek perbaikan mesin pertanian untuk kemajuan teknik
produksi benih padi. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan produksi benih
132Granma, “Japan contributing to Cuba’s economic development” 2017, tersedia di
http://en.granma.cu/cuba/2017-03-10/japan-contributing-to-cubas-economic-development diakses
pada 28 November 2018
59
padi dan menstabilkan pasokan benih padi dengan menyediakan peralatan yang
dibutuhkan untuk produksi benih padi di delapan provinsi dan satu kotamadya
khusus di Kuba.133
Sama seperti Jepang, makanan pokok Kuba adalah beras, Sejak tahun
2003, JICA telah mendukung peningkatan produksi beras, memanfaatkan
pengalaman budidaya beras Jepang yang lama. Pertanian di Kuba dulu adalah
pertanian Negara monokultur yang besar, dan Kuba sangat bergantung pada
perdagangan produk pertanian khususnya di antara Negara-negara sosialis.
Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 mempengaruhi ketahanan pangan Negara.
Untuk meningkatkan produksi pangan, pemerintah Kuba telah mengambil
berbagai langkah seperti reforma agraria, menyewa lahan pertanian milik negara
tanpa ijin gratis sejak 2007. Sampai tahun 2015, total 1.610.000 hektar lahan telah
dipinjamkan kepada sekitar 210.000 petani, termasuk orang-orang tanpa
pengalaman pertanian sebelumnya. Meskipun demikian, produksi belum tumbuh
seperti yang diharapkan dan tingkat swasembada beras masih hanya 55 persen
(2014, menurut statistik nasional Kuba) karena kurangnya sistem penyuluhan
pertanian untuk mentransfer teknik yang sesuai untuk masing-masing daerah.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan akses mesin untuk petani
penghasil benih padi, dan meningkatkan unit tanaman dari produksi cangkokan
133JICA, Japan International Cooperation Agency, “Signing of Grant Agreement with
Cuba: Providing agricultural machinery to increase rice production” 2017, tersedia di
https://www.jica.go.jp/english/news/press/2017/171108_01.html diakses pada 28 November 2018
60
padi sebesar 20 %, sehingga meningkatkan produksi beras di Kuba.134
(Rincian
proyek ini dapat dilihat pada lampiran 4)
Setelah memberikan bantuan perbaikan mesin pertanian Kuba, pada 16
Februari 2018, Jepang mulai memberikan bantuan hibah sebanyak ¥ 1,5 milliar
(sekitar 13 juta dolar AS) melalui JICA dengan tujuan menyediakan peralatan
khusus untuk layanan komunal di ibukota Kuba. Saat itu, perwakilan dari Menteri
Luar Negeri Jepang, Masahisa Sato dan Wakil Menteri Perdagangan Luar Negeri
dan Investasi Asing Kuba Antonio Luis Carricate, menandatangani perjanjian.
Menurut kedua pejabat tersebut, sumbangan baru itu merupakan bagian dari
program bantuan untuk pengembangan negara Kuba dan gambaran untuk terus
memperkuat hubungan bilateral dalam ranah ekonomi dan komersial. Carricate
mengungkapkan bahwa “bantuan keuangan hibah yang diberikan oleh
Pemerintah Jepang akan membantu mengoptimalkan pengumpulan dan
pembuangan limbah padat di Havana, yang merupakan prioritas bagi
Negara.”135
134JICA, Japan International Cooperation Agency, “Bringing Japan's Rice Development
Experience to Cuba” 2017, tersedia di
https://www.jica.go.jp/english/news/field/2017/171222_04.html diakses pada 28 November 2018
135
Periodico26.cu, “Japan officially made a donation to Cuba for 1.5 billion yen (around
10 million dollars) with a view to the purchase of specialized equipment for the communal services
of the Cuban capital” 2018, tersedia di http://www.periodico26.cu/index.php/en/cuba-
news/item/8315-japan-grants-donation-to-cuba-for-10-million diakses pada 28 November 2018
61
BAB IV
ANALISA KEPENTINGAN JEPANG DALAM MENINGKATKAN
HUBUNGAN KERJASAMA DENGAN KUBA PASCA NORMALISASI
HUBUNGAN DIPLOMATIK AS – KUBA TAHUN 2015
Pada bab dua telah dijelaskan bagaimana dinamika hubungan ekonomi dan
politik Jepang terhadap Kuba sebelum terjadinya hubugan normalisasi AS –
Kuba. sementara bab tiga dijabarkan bentuk – bentuk kerjasama yang dilakukan
Jepang terhadap Kuba. Dan pada bab empat ini, penulis akan menganalisa tentang
kepentingan Jepang terhadap peningkatan hubungan kerjasama dengan Kuba
pasca normalisasi AS – Kuba tahun 2015. Penulis akan memaparkan bagaimana
Jepang menjalankan kepentingannya terhadap peningkatan hubungan kerjasama
dengan Kuba dalam bidang politik dan juga ekonominya, karena sebuah
kerjasama tidak hanya ditujukan untuk mempererat hubungan politik antar
Negara, tetapi juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi negaranya.
Banyak studi literature yang menjelaskan bahwa Jepang sering kali
menggunakan kekuatan ekonominya untuk mendapatkan kekuasaan di Negara-
negara berkembang.136
Hal ini dikarenakan kekalahannya dalam Perang Dunia II,
setelah jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus dan
136
Sebagai contoh lihat Johan Ahlner, “Japan’s Soft Power: An Unsustainable policy?“
(Lund University: Department of Political Science) tersedia di
http://lup.lub.lu.se/luur/download?func=downloadFile&recordOId=1326099&fileOId=1326100
diakses pada 10 Januari 2019
62
Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945,137
Jepang meyadari bahwa strateginya
untuk menguasai dunia melalui kekuatan militernya mengalami kegagalan dan
bahkan mengalami kerugian di berbagai sektor ekonomi yang cukup parah. Dari
kegagalan tersebut Jepang mulai merubah haluan kebijakannya dengan
membentuk pola hubungan kerjasama yang lebih Soft, yaitu meningkatkan
hubugan ekonomi, politik, dan sosial budaya di kancah internasional.138
Demi menjalankan kebijakan barunya tersebut, Jepang banyak melakukan
kerjasama dengan Negara-negara lain, tak terkecuali dengan Kuba. Namun
kerjasama antara Jepang dan Kuba tidak berjalan dengan baik sepenuhnya pada
saat AS memberlakukan embargo ekonomi terhadap Kuba. Meskipun Jepang
berada dalam posisi kependudukan AS dan hal tersebut tidak membuatnya tunduk
dan patuh akan kebijakan AS untuk memutuskan hubungan perdagangannya
dengan Kuba.139
Jepang dan Kuba tetap menjalin hubungan kerjasama, namun
hubungan kerjasama tersebut tidak diperluas karena pada kenyataanya Jepang
tidak mengambil tindakan lebih untuk meningkatkan kerjasamanya dengan Kuba.
bagaimana pun AS merupakan mitra dagang utama Jepang dan hubungannya
dengan AS telah memberikan dampak positif terhadap kemajuan ekonomi
137
UNICEF, History, “World War II” (artikel online) tersedia di
https://www.history.com/topics/world-war-ii/world-war-ii-history diakses pada 25 Oktober 2018
138
Yoichi Funabashi, “Japanese strength in soft power foreign policy” (artikel online)
tersedia di https://softpower30.com/japanese-strength-soft-power-foreign-policy/ diakses pada 11
Januari 2019 139
C. Harvery Gardiner, “The Japanese and Cuba,” hal 69
63
Jepang.140
Sehingga timbul kekhawatiran bagi Jepang apabila mengambil langkah
lebih untuk melakukan kerjasama dengan Kuba ke tingkat baru.
Kini setelah AS melakukan hubungan normalisasi dengan Kuba, tentu
Jepang melihat adanya peluang besar untuk kemajuan ekonomi negaranya. Seperti
yang saya jelaskan pada bab satu, Jepang ikut andil dalam mendukung upaya
hubungan normalisasi tersebut dan memperluas kerjasamanya dengan Kuba ke
tingkat yang baru.141
Jepang lebih leluasa dan tidak perlu lagi khawatir akan
hubungan kerjasamanya dengan AS pada saat mengambil langkah lebih untuk
memperluas kerjasamanya dengan Kuba. Seperti yang diungkapkan perdana
Menteri Jepang, Shinzo Abe pada saat mengadakan pertemuan KTT dengan
Presiden Kuba, Raul Castro di Havana, “Kuba adalah tujuan investasi yang sangat
menarik bagi Jepang, karena AS telah meringankan sanksi, Kuba melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan lingkungan investasinya.”142
Jepang
mengambil langkah memperkuat kerjasama dengan Kuba di semua bidang,
termasuk perdagangan, investasi, kerjasama ilmiah, teknologi dan lain-lain (lebih
lengkapnya liat lampiran 2).
140
Michael Beckley, Yusaku Horiuchi, and Jennifer M. Miller, “America's Role in The
Making of Japan's Economic Miracle” (journal of East Asian Studies, 2018), hal 2 (jurnal online)
tersedia di https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-
core/content/view/9C7CC6A85CE125290BAD2735B09A882A/S1598240817000248a.pdf/americ
as_role_in_the_making_of_japans_economic_miracle.pdf diakses pada 13 Januari 2019 141
AntaraNews.com. “Jepang Incar Kerjasama Luas dengan Kuba.” 2015 (berita online)
tersedia di http://www.antaranews.com/berita/494174/jepang-incar-kerja-sama-luas-dengan-kuba,
diakses pada 13 Januari 2019
142
Reuturs, “Japanese PM says wants to deepen economic ties with Cuba” 2016 (artikel
online), tersedia di https://www.reuters.com/article/us-cuba-japan-abe/japanese-pm-says-wants-to-
deepen-economic-ties-with-cuba-idUSKCN11T1E6 diakses pada 13 Januari 2019
64
A. Kepentingan Ekonomi Jepang Dalam Meningkatkan Hubungan
Kerjasama Dengan Kuba Pasca Normalisasi Hubungan Diplomatik AS –
Kuba Tahun 2015
Apabila kita mengacu pada data di bab tiga, mengenai kedatangan Menteri
Luar Negeri Jepang, Fumio Kishida bersama 30 perwakilan perusahaan Jepang
yang ingin berinvestasi dan kesepakatan yang dilakukan Perdana Menteri Jepang,
Shinzo Abe dan Presiden Kuba, Raul Castro pada pertemuan KTT untuk
melakukan invetasi di Kuba dan peningkatan hubungan kerjasama. Dapat
dikatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak hanya membantu Kuba dalam
pembangunan perekonomiannya, tetapi juga membantu Jepang dalam
meningkatkan kesejahteraan perekonomian negaranya. Menjadi alasan yang
umum mengapa negara maju seperti Jepang ingin melakukan investasi di negara
berkembang seperti Kuba adalah untuk mencari keuntungan yang besar. Dan
keuntungan tersebut dapat diperoleh dari berbagai faktor,
1. Dekat dengan sumber bahan mentah (sumber daya alam).
Kuba memiliki bahan mentah yang cukup melimpah. Dalam sumber daya
alam, Kuba memiliki gula, tembakau, kobalt, nikel, bijih besi, kromium,
tembaga, garam, kayu, silica, minyak bumi dan tanah subur.143
Dan gula menjadi
produk yang utama dari Kuba. Selama berabad-abad, penanaman gula telah
menjadi sumber pendapatan utama bagi Kuba. Gula yang dihasilkan Kuba
143
Farmfolio, “Land Use in Cuba: New Opportunities in Agriculture” 2017, (artikel
online) tersedia di https://farmfolio.net/articles/land-cuba-opportunities-agriculture/ diakses pada
27 Mei 2019
65
pertahunnya kira kira bisa mencapai sebanyak 600.000 hingga 700.000 metrik
ton pertahun.144
Dan dengan investasi di Kuba, Jepang dapat memindahkan
industrinya ke Kuba dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari dekatnya
bahan mentah, sehingga perusahaan-perusahaan Jepang yang melakukan
investasi tidak perlu lagi mengimpor bahan mentah Kuba yang memakan waktu
dan biaya.
Lahan yang dimiliki Kuba, cukup potensial untuk dijadikan lahan industri
oleh Jepang. Kuba masih memiliki lahan dengan ekosistem yang alami sebesar
53% dari seluruh wilayah Kuba yang didominasi oleh hutan kering (23%, 21,649
km²) dan hutan basah (13%, 12,660 km²), lahan basah (5%), hutan pinus (3%)
kaktus scrub (2%). Lahan pertanian menempati 40 % (37,776 km²) dan padang
rumput meliputi 5% (4,820 km²).145
Melihat keadaan tersebut, tentu wilayah
Kuba masih berpotensi untuk dijadikan lahan industri baru bagi Jepang. Tidak
hanya itu, Kuba sendiri juga sudah memiliki industri sendiri, yaitu industri di
bidang manufaktur dan pertanian. Dalam industri manufaktur, Kuba berfokus
pada penyulingan minyak, pertambangan, farmasi, pemrosesan gula dan
tembakau, kontruksi, baja, semen, dan mesin pertanian. Sementara dalam industri
pertanian, Kuba memiliki produk utama gula, tembakau, jeruk, kopi, beras,
144 Reuters, “Cuba sees sugar recovery, more exports, after bitter harvest” 2018 (artikel
online) tersedia di https://www.reuters.com/article/food-cuba-sugar/cuba-sees-sugar-recovery-
more-exports-after-bitter-harvest-idUSL1N1YT0EV diakses pada 11 Januari 2019 145
Gillian L Galford, Margarita Fernandez, dkk “Cuban Land Use and Conservation,
From Rainforests to Coral reefs” 2018 (artikel online) tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/322793466_Cuban_land_use_and_conservation_from_ra
inforests_to_coral_reefs diakses pada 28 Mei 2019
66
kentang, kacang-kacangan dan ternak.146
Meskipun Jepang tidak dapat membuat
lahan baru untuk industrinya sendiri di Kuba, namun Jepang tetap mampu
melakukan investasi dalam pengembangan bisnis di sejumlah industri yang
sudah dijalankan oleh Kuba, seperti permintaan Wakil Presiden Perdana Menteri
Kuba, Ricardo Cabrisas Ruiz sebelumnya, yang meminta kepada pihak 30
perwakilan perusahaan Jepang untuk mengembangkan lingkungan bisnis di
negaranya.147
Berbeda dengan kondisi alam yang dimiliki Kuba, ketersedian sumber
daya alam Jepang dapat dikatakan kurang karena kondisi alam Jepang yang
memang tidak memiliki banyak sumber daya alam. Hal ini dikarenakan bentuk
dari kontur geografis Jepang menyebabkan adanya keterbatasan dalam
ketersedian lahan potensial. Dalam dunia industri, ketersediannya lahan yang
luas sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan industri. Selain itu, wilayah
Jepang dengan bukit dan dataran mengakibatkan pengelolaan industri-industri
yang membutuhkan lahan mengalami kesulitan, dikarenakan luas lahan yang
terbatas dan tinggi biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan akses penggunaan
lahan. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
146
Farmfolio, “Land Use in Cuba: New Opportunities in Agriculture” 2017, (artikel
online) tersedia di https://farmfolio.net/articles/land-cuba-opportunities-agriculture/ diakses pada
27 Mei 2019
147
Ministry of Foreign Affairs of Japan , “Foreign Minister Fumio Kishida Meets with
Vice-President of the Council of Ministers of Cuba” 2015, tersedia
https://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_000670.html diakses pada 24 November 2018
67
Tabel IV.A.1 Wilayah Daratan dan Utilasi Wilayah Daratan Jepang, tahun 1980-
2014 (luas permukaan menggunakan 1,000 km²)148
2. Upah buruh yang murah
Kuba yang saat ini masih Negara berkembang tentu memiliki tenaga kerja
dengan tingkat upah yang jauh lebih murah dibandingkan upah buruh untuk
pekerjaan yang sama di Jepang. Dengan memindahkan produksinya ke Kuba,
Jepang diuntungkan melalui upah pekerja yang umumnya rendah sehingga dapat
menekan biaya produksi. Jepang merupakan negara dengan kuantitas SDM yang
cukup besar dengan populasi mencapai angka 126,71 juta jiwa (total populasi di
tahun 2017).149
Namun tingginya populasi Jepang tidak selalu memperlihatkan
adanya jaminan akan ketersedian tenaga kerja yang mampu memenuhi kebutuhan
perekonomian Jepang. Selain itu, tingginya tingkat upah tenaga kerja domestik
mengakibatkan dampak yang cukup besar bagi sistem produksi domestik Jepang.
Tingginya upah tenaga kerja disebabkan tingkat pendidikan di Jepang yang tinggi.
Secara umum telah diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka tingkat upah tenaga kerjanya juga menjadi tinggi.
148
Statistics Bureau, Ministry of Internal Affairs and Communications Japan, “Statistical
Handbook of Japan 2018” hal 4 149
Statistics Bureau, Ministry of Internal Affairs and Communications Japan, “Statistical
Handbook of Japan 2018” hal 8
68
3. Menemukan pasar baru.
Jepang melakukan investasi di Kuba dengan tujuan untuk menjaga hasil
produksinya. Kuba yang merupakan negara berkembang menjadi pasar yang
sangat efektif untuk memasarkan hasil produksi Jepang. Pada saat Kuba
berkinginan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi negaranya, dengan
meminta kepada pihak Jepang untuk meningkatkan hubungan ekonominya dan
meminta perusahaan-perusahaan yang ada di Jepang untuk melakukan investasi di
negaranya, membuat Jepang ddapat memperkuat posisinya di pasar Kuba secara
luas.
Kemudian dalam penyaluran bantuan ODA Jepang ke Kuba dalam bentuk
hibah melaui JICA. Proyek yang sudah dialokasikan berupa proyek peningkatan
peralatan medis dengan tujuan memperkuat kapasitas diagnosis kanker Kuba dan
penyediaan peralatan pertanian dengan tujuan mendorong produksi benih padi
untuk mendukung sektor pangan Kuba.150
Walaupun ODA bentuknya adalah
sebuah bantuan namun Jepang menganggapnya tetap sebagai bentuk kerjasama
ekonomi yang syarat dengan kepentingan ekonomi dan bisnis Jepang.
Kepentingan ekonomi dan bisnis Jepang yang dimaksud di sini adalah untuk
kemudahan Jepang khususnya bagi perusahaan Jepang untuk mengakses pasar
Kuba dan mendapatkan barang mentah dari Kuba. hal ini didukung oleh
150
Ministry of Foreign Affairs of Japan , “Japan-Cuba Summit Meeting: Measures for
Strengthening the Relationship” 2016, tersedia di https://www.mofa.go.jp/files/000192939.pdf
diaskes pada 25 November 2018
69
pernyataan William R. Nester bahwa tujuan dasar disalurkannya bantuan ODA
Jepang antara lain: 151
1. Menstimulasikan ekonomi domestik dan ekspor Jepang.
2. Sebagai cara untuk mengamankan sumber-sumber bahan mentah dan
energi bagi keperluan domestik dan industrinya.
3. Sebagai alat untuk memperluas pengaruh Jepang atas dinamika
ekonomi-politik global ataupun mengintegrasikan wilayah-wilayah
tertentu ke dalam pengaruh Jepang, seperti apa yang dicita-citakan
Jepang saat Perang Dunia II (walaupun tidak melalui jalur militer), dan
4. Sebagai satu-satunya cara untuk bisa berhubungan baik dengan
Negara-negara berkembang
Tidak hanya itu, dalam penyaluran bantuan luar negeri Jepang. Pada
dasarnya bantuan-bantuan tersebut tidak semata-mata karena motif kemanusiaan
ataupun tanggung jawab moral, melainkan justru lebih menekankan pada motif
ekonominya. Hal ini terlihat dari bentuk dari bantuan-bantuan yang pada
umumnya bersifat memikat.152
Seperti bantuan penyediaan peralatan medis dan
penyediaan peralatan mesin pertanian. Dalam bantuan tersebut, perusahaan yang
akan menyediakan alatnya serta teknisinya pada umumnya berasal dari Jepang.
151
William R. Nester, “Japan and The Third World: Patterns, Power, and Prospects”
(London: Macmillan, 1992) hal 73 152
Bruce M. Koppel dan Robert M. Orr Jr (eds), “japan’s Foreign Aid: Power and Policy
in a New Era” (Oxford: Westview Press, 1993) hal 2
70
B. Kepentingan Politik Jepang Dalam Meningkatkan Hubungan Kerjasama
Dengan Kuba Pasca Normalisasi Hubungan Diplomatik AS – Kuba
Tahun 2015
Kepentingan Jepang dalam meningkatkan hubungan kerjasama dengan
Kuba, selain memepererat dan memajukan ekonomi Negara, juga bertujuan untuk
meningkatkan hubungan politiknya dengan Kuba. Jepang berharap dengan
eratnya kerjasama ekonomi dapat mempengaruhi dan mempermulus jalannya
hubungan politik. Hal ini berkaitan dengan ekonomi politik internasional, dimana
ekonomi dan politik saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Dengan mempererat kerjasama dengan Kuba, Jepang berharap
mendapatkan dukungan dari Kuba dalam dinamika politik-ekonomi global.
Seperti pernyataan William R. Nester sebelumnya, bahwa bantuan kerjasama
Jepang dapat digunakan sebagai alat untuk memperluas pengaruh Jepang atas
dinamika ekonomi-politik global.153
Jepang berharap mendapatkan dukungan dari
Kuba untuk menjadi salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Seperti
pada pernyataan Menteri Luar Negeri Jepang, Fumio Kishida pada saat
berkunjung Kuba, dan berdialog bukan hanya tentang peningkatan hubungan
bilateral saja tetapi juga tentang reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada latar belakang dimana Tokyo ingin menjadi salah satu anggota tetap Dewan
Keamanan PBB.154
Dan keinginan ini juga dipertegas oleh pernyataan Perdana
153
William R. Nester, “Japan and The Third World: Patterns, Power, and Prospects” hal
73 154
Ministry of Foreign Affairs of Japan. “Foreign Minister Fumio Kishida Meets with the
First Vice-President of the Councils of State and Ministers of the Republic of Cuba.” 2015 (artikel
71
Menteri Shinzo Abe pada saat berkunjung ke Kuba dan memberikan bantuan ke
Kuba,155
“I also want to exchange opinions with a Cuba that holds great influence
among the nonaligned countries about the reform of the United Nations
Security Council, nuclear disarmament, the situation in Asia and other
topics involving the international community,”
Kepentingan politik lainnya adalah karena adanya ancaman rudal balistik
Korea Utara yang meresahkan wilayah Asia Timur. Uji coba secara sepihak
senjata nuklir Korea Utara menjadi ancaman besar bagi keselamatan Jepang.
Pasalnya pada bulan September 2016 Korut telah menembakkan 3 rudal balistik
sejauh 1.000 km, dan salah satunya memasuki area udara Jepang.156
Jepang
berharap dengan meningkatkan hubungan kerjasamanya dengan Kuba mampu
merendam ancaman rudal balistiknya Korea Utara. Harapan tersebut pernah
disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe pada saat berkunjung ke
Kuba dan meminta kepada Mantan Presiden Kuba, Fidel Castro agar membantu
menciptakan perdamain dunia, khususnya membantu menyampaikan kepada
online) tersedia di http://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001175.html diakses 25
September 2016 155
The Japan times, News, “Castro welcomes Japanese medical aid, debt write-off,
investment as Abe seeks help handling Kim” 2016 (berita online) tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2016/09/23/national/politics-diplomacy/communist-ruled-
cuba-welcomes-first-japanese-leader-abe-comes-calling/#.W_49yWYxXIU diakses pada 28
November 2018
156
CNN, “North Korea fires 3 ballistic missiles; Japan calls it 'serious threat” 2016
(berita online) tersedia di https://edition.cnn.com/2016/09/05/asia/north-korea-ballistic-
missiles/index.html diakses pada 4 April 2019.
72
Korea Utara agar menghentikan uji coba nuklirnya selama ini.157
Kehadiran Kuba
di antara Jepang dan Korea Utara menjadi perantara agar Kuba melindungi Jepang
dari serangan rudal Korea Utara. Seperti yang kita ketahui, Kuba menjadi sekutu
dekat dengan Korea Utara karena adanya kedekatan historis dan persamaan
ideologi komunisnya.158
157 Ministry of Foreign Affairs of Japan “Meeting between Prime Minister Shinzo Abe
and the Former President of the Council of State of Cuba” 2016 tersedia di
https://www.mofa.go.jp/la_c/m_ca_c/cu/page4e_000532.html diakses pada 4 April 2019. 158
World Population Review “Communist Countries 2019” 2019 tersedia di
http://worldpopulationreview.com/countries/communist-countries/ diakses pada 4 April 2019
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpuan
Hubungan bilateral Jepang-Kuba dalam hal kerjasama memiliki sejarah
yang cukup lama. Bermula dari keberhasilan Hasekura mendarat di Kuba tahun
1614 dalam tugas misi diplomatik Jepang, hingga dibuat resminya hubungan
diplomatik Jepang dan Kuba pada tahun 1929. Dalam perjalanannya, hubungan
bilateral Jepang-Kuba banyak mengalami pasang surut. Hal ini dikarenakan arah
kebijakan Jepang dan Kuba yang berbeda dalam waktu ke waktu.
Pada saat diberlakukannya embargo AS terhadap Kuba tahun 1962, Jepang
mendapatkan tekanan dari kebijakan AS untuk memutuskan hubungan
kerjasmanya dengan Kuba. Hal ini dikarenakan posisi Jepang yang berada pada
kependudukan AS dan Kuba berbelot menjadi berpihak kepada Uni Soviet.
Meskipun AS memberikan tekanan kepada Jepang untuk memutuskan hubungan
kerjasamanya dengan Kuba, namun Jepang tetap bersikukuh melanjutkan
hubungan kerjasamanya dengan Kuba. Namun sayangnya tidak banyak kerjasama
yang dilakukan antara Jepang dan Kuba pada masa ini, karena Jepang tidak berani
mengambil langkah lebih untuk memperluas kerjasamanya dengan Kuba. karena
bagaimana pun AS merupakan mitra dagang utama Jepang dan hubungannya
dengan AS telah memberikan dampak positif terhadap kemajuan ekonomi Jepang.
Memasuki abad 21, ketika dunia internasional dikejutkan dengan
keputusan Presiden AS, Barack Obama untuk melakukan hubungan normalisasi
74
dengan Kuba. Jepang yang tidak mau tertinggal momen tersebut ikut mendukung
upaya hubungan normalisasi antara AS dan Kuba tersebut. Dan Jepang sendiri
berniat memperluas hubungan kerjasamanya dengan Kuba ke tingkat yang baru.
Dengan terjadinya normalisasi AS-Kuba, Jepang lebih leluasa dalam melakukan
hubungan kerjasama dengan Kuba. Jepang banyak mengambil langkah
memperkuat kerjasama dengan Kuba di semua bidang, termasuk perdagangan,
investasi, kerjasama ilmiah dan teknologi di bidang lainnya.
Apabila kita melihat pada posisi Jepang, maka kita akan melihat bentuk
dari kepentingan nasional yang ingin diraih Jepang dalam meningkatkan
hubungan kerjasamanya dengan Kuba. Peneliti melihat adanya kepentingan
nasional berupa kepentingan ekonomi dan politik.
Dalam segi kepentingan ekonomi, peneliti melihat bahwa Jepang ingin
meningkatkan kesejahteraan perekonomian negaranya dengan melakukan
investasi dan memperluas pasarnya di Kuba. Dan dengan adanya kerjasama
bantuan luar negeri, Jepang mampu dengan mudah khususnya bagi perusahaan
Jepang untuk berinvestasi dan mengakses pasar Kuba. Kemudian dalam segi
kepentingan politik, peneliti melihat bahwa Jepang berharap mendapatkan
dukungan dari Kuba dalam dinamika politik-ekonomi global. Jepang berharap
mendapatkan dukungan dari Kuba untuk menjadi salah satu anggota tetap Dewan
Keamanan PBB. Dan kepentingan politik lainnya adalah ancaman rudal balistik
Korea Utara. Jepang berharap dengan meningkatkan hubungan kerjasamanya
dengan Kuba mampu merendam ancaman rudal balistik Korea Utara. Kehadiran
75
Kuba diantara Jepang dan Korea Utara menjadi perantara agar Kuba melindungi
Jepang dari serangan rudal Korea Utara. Seperti yang kita ketahui, Kuba menjadi
sekutu dekat dengan Korea Utara karena adanya kedekatan historis dan persamaan
ideologi komunisnya
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Aleksius, Jemadu. “Politik Global dalam Teori dan Praktik.” Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008
Arase, David. “Buying Power: The Political Economy of Japan’s Foreign Aid.”
Lynne Rienner Publisher Inc, 1995
Creswell, John W. “Qualitatif Ingury and Research Design.” California: Sage
publication, Inc, 1998
Deplu RI. “Kepentingan Ekonomi dan Politik Indonesia dalam Kerjasama Asean +
3,” Jakarta: Deplu-Unair, 2002
Holsti, K.J. “International Politics: A Framework for Analysis.” New Jersey:
Prentice-Hall Inc, 1977
Hudson, Rex A. “Cuba: Country Study,” Washington DC: Library of Congres, 2001
Joseph, Frankel. “International Relations” London: Oxford University Press, 1964
Koppel, Bruce M. dan Robert M. Orr Jr (eds). “Japan’s Foreign Aid: Power and
Policy in a New Era” Oxford: Westview Press, 1993
Kunio, Yoshihara. “Perkembangan Ekonomi Jepang.” Yayasan Obor Indonesia: PT.
Gramedia Jakarta, 1983
Larison, Thomas D. Dan David Skidmore, “International political Economy: The
Struggle For Power and Wealth (3rd ed).” California: Thomson Wadsworth,
2003
Mas’oed, Mochtar. “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”
Jakarta: LP3ES, 1994
Masteron, Daniel M. dan Sayaka Funada-Classen, “The Japanese in Latin America,”
Urbana & Chicago: University of Illinois Press
xv
Nester, William R. “Japan and The Third World: Patterns, Power, and Prospects”
London: Macmillan, 1992
Nuechterlein, Donald, “National Interest and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Makin” British Journal of International
Studies, Vol 2(3) (Oct, 1976) pp 246-266 dalam Rear Admiral Simon
Williams, “The Role od the National Interest in the National Security
Debate” Inggris, 2012.
Ohno, Kenichi. “The Economic Development of Japan: The Path Traveled by Japan
as a Developing Country” Tokyo: GRIPS Development Forum, 2005
Papp, Daniel S. “Contemporary International Relations Framework for
Understanding” Macmillan Publishing Company, 1988
Pham, Peter. “American Foreign Policy Interest: What Is in the National Interest?
Hans Morgenthau’s Realist Vision and American Foreign Policy.” USA,
2008
Plano dan Olton, “Kamus Hubungan Internasional” Bandung: Putra Bardin, 1999
Rahcmawati, Iva. “Memahami Perkembangan Studi Hubungan internasional.”
Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012
Rix, Alan. “Japan’s Foreign Aid Challenge: Policy Reform and Aid Leadership”
London: Routledge, 1993
Rosenau, James N. “International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research
and Theory” (New York: The Free Press, 1969)
Rosenau, James N. “World Politics: An Introduction-the Study of Foreign Policy”
New York: The Free Press, 1976)
Statistics Bureau, Ministry of Internal Affairs and Communications Japan,
“Statistical Handbook of Japan 2018”
Thomas, Hugh.“Cuba: A history.” Penguin Books, 2013.
Toma, Peter A. Dan Robert F. Gorman. “International Relations: Understanding
Global Issues.” California: Brooks/Cole Publishing Co, 1991
xvi
Jurnal:
Ahlner, Johan. “Japan’s Soft Power: An Unsustainable policy?“ Lund University:
Department of Political Science. (jurnal online) tersedia di
http://lup.lub.lu.se/luur/download?func=downloadFile&recordOId=1326099&
fileOId=1326100 diakses pada 10 Januari 2019
Beckley, Michael, Yusaku Horiuchi, and Jennifer M. Miller, “America's Role in The
Making of Japan's Economic Miracle” journal of East Asian Studies, 2018.
(jurnal online) tersedia di https://www.cambridge.org/core/services/aop-
cambridge-
core/content/view/9C7CC6A85CE125290BAD2735B09A882A/S159824081
7000248a.pdf/americas_role_in_the_making_of_japans_economic_miracle.pd
f diakses pada 13 Januari 2019
Far Eastern Survey.“Japan Seeking to Regain Share of Cuban Trade,” New York:
Institute of Pacific Relations, Vol. 6, No. 6, 1937, (jurnal online), tersedia di
http://www.jstor.org/stable/3022572 diakses pada 20 Oktober 2017
From Country Assistance Evalution of Cuba, “History of Japanese Cubans (on the
Isle of Youth),” (jurnal online) tersedia di
https://www.mofa.go.jp/policy/oda/evaluation/annual_report_2013/pdfs/02_c
2.pdf diakses pada 22 Oktober 2018
Gardiner, C. Harvery. “The Japanese and Cuba.” Institute of Caribbean Studies,
UPR, Rio Piedras Campus, Vol. 12, No. 2, 1972, (jurnal online) tersedia di
http://www.jstor.org/stable/25612460 diakses pada 16 September 2016.
Ortiz, Jose A. “The Illegal Expropriation of Property in Cuba: A Historical and
Legal Analysis of the Takings and a Survey of Restitution Schemes for a Post-
Socialist Cuba” Loyola Marymount University and Loyola law School, 2000.
(jurnal online), tersedia di https://digitalcommons.lmu.edu/ilr/vol22/iss3/1/
diakses pada 13 November 2018
U.S. War department. Office director census of cuba, “report on the census of Cuba,
1899.” (Washington, 1900), hal 220-225, (dokumen online) tersedia di:
xvii
https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=hvd.hc418g;view=1up;seq=1 diakses
pada 24 Oktober 2018.
Whitbeck, R. H. “Geographical Relations in the Development of Cuban Agriculture,”
American Geographical Society, Vol. 12, No. 2, 1922. (jurnal online), tersedia
di https://www.jstor.org/stable/208738 diakses pada 23 Oktober 2018.
Yokota, Ryan Masaaki MA. “Transculturation and Adaption: A Brief History of
Japanese and Okinawa Cubans.” William Luis, Vol. 27, No. 1, Afro-Asia
(Spring), 2008. (jurnal online) tersedia di
http://www.jstor.org/stable/23055225 diakes pada 29 September 2016
Website:
Alojamientos Cuba-Casas.net, “A Japanese-Style Park in the Heart of Old Havana,”
(artikel online) tersedia di http://cuba-casas.net/japanese-style-park-heart-old-
havana diakses pada 10 Oktober 2018
American Experience, “Fulgencio Batista (1901-1973),” (artikel online), tersedia di
http://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/castro-fulgencio-
batista-1901-1973/ diakses 26 Oktober 2018
Antara News.com. “Jepang Incar Kerjasama Luas dengan Kuba.” 2015 (berita
online) tersedia di http://www.antaranews.com/berita/494174/jepang-incar-
kerja-sama-luas-dengan-kuba, diakses pada 13 September 2016
BBC. “Obama dan Raul Castro Umumkan Upaya Normalisasi Hubungan.” 2014
(berita online) tersedia di:
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141217_as_kuba diakses pada
12 September 2016
_____ . “Pearl Harbor: A Rude Awakening’” tersedia di,
http://www.bbc.co.uk/history/worldwars/wwtwo/pearl_harbour_01.shtml
diakses pada 26 Oktober 2018
Cheng, Chris. “Excerpt From Japanese Cubans: Past, Present, And Future: World
War II — Cuba Allies With The United States,” Discover Nikkei: Japanese
xviii
Migrants and Their Descendats (artikel online), tersedia di:
http://www.discovernikkei.org/en/journal/2016/8/16/wwii/ diakses 25
Oktober 2018
CNN. “Obama announces re-establishment of U.S.-Cuba diplomatic ties” 2015
(berita online) tersedia di https://edition.cnn.com/2015/07/01/politics/obama-
note-to-castro-reestablish-ties/index.html diakses pada 12 September 2016
_____ . “World War II Fast Fact,” (berita online) tersedia di
https://edition.cnn.com/2013/07/09/world/world-war-ii-fast-facts/index.html
diakses pada 31 Oktober 2018
_____ . “North Korea fires 3 ballistic missiles; Japan calls it 'serious threat” 2016
(berita online) tersedia di https://edition.cnn.com/2016/09/05/asia/north-
korea-ballistic-missiles/index.html diakses pada 4 April 2019.
Farmfolio, “Land Use in Cuba: New Opportunities in Agriculture” 2017, (artikel
online) tersedia di https://farmfolio.net/articles/land-cuba-opportunities-
agriculture/ diakses pada 27 Mei 2019
Funabashi, Yoichi. “Japanese strength in soft power foreign policy” (artikel online)
tersedia di https://softpower30.com/japanese-strength-soft-power-foreign-
policy/ diakses pada 11 Januari 2019
Galford, Gillian L, Margarita Fernandez, dkk “Cuban Land Use and Conservation,
From Rainforests to Coral reefs” 2018 (artikel online) tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/322793466_Cuban_land_use_and_c
onservation_from_rainforests_to_coral_reefs diakses pada 28 Mei 2019
Granma, “Japan contributing to Cuba’s economic development” 2017, tersedia di
http://en.granma.cu/cuba/2017-03-10/japan-contributing-to-cubas-economic-
development diakses pada 28 November 2018
History, “World War II” (artikel online) tersedia di
https://www.history.com/topics/world-war-ii/world-war-ii-history diakses
pada 25 Oktober 2018
Infoplease, “Cuba Department of State Background” U.S. Department of State
Background Note, tersedia di
xix
https://www.infoplease.com/world/countries/state-department-profiles/cuba-
department-of-state-background diakses pada 27 Mei 2019
JICA, Japan International Cooperation Agency. “Bringing Japan's Rice Development
Experience to Cuba” 2017, tersedia di
https://www.jica.go.jp/english/news/field/2017/171222_04.html diakses pada
28 November 2018
_____ . “Signing of Grant Agreement with Cuba: Supporting the provision of
medical equipment to improve cancer diagnosis and treatment services”
2016, tersedia di
https://www.jica.go.jp/english/news/press/2016/160926_01.html diakses pada
28 November 2018
_____ . “Signing of Grant Agreement with Cuba: Providing agricultural machinery
to increase rice production” 2017, tersedia di
https://www.jica.go.jp/english/news/press/2017/171108_01.html diakses pada
28 November 2018
Laws, “National Origins Ac,” tersedia di https://immigration.laws.com/national-
origins-act diakses pada 27 Oktober 2018.
Loproto, Mark. “Declaration of War After Pearl Harbor.” Pearl Harbor Visitor &
Bureu (artikel online). Tersedia di https://visitpearlharbor.org/declarations-
war-pearl-harbor/, diakses pada 26 Oktober 2018.
Minister of Foreign Affairs of Japan. “Japan-Cuba Relations (Basic Data)” tersedia
di https://www.mofa.go.jp/region/latin/cuba/data.html diakses pada 28
November 2018
_____ .“Foreign Minister Fumio Kishida Meets with Vice-President of the Council
of Ministers of Cuba” 2015, tersedia
https://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_000670.html diakses pada 24
November 2018
_____ . “Japan-Cuba Summit Meeting: Measures for Strengthening the
Relationship” 2016, tersedia di https://www.mofa.go.jp/files/000192939.pdf
diaskes pada 25 November 2018
xx
_____ . “Japan-Cuba Relations (basic Data),” tersedia di
https://www.mofa.go.jp/region/latin/cuba/data.html diakses pada 25 Oktober
2018
_____ . “Meeting between Prime Minister Shinzo Abe and the Former President of
the Council of State of Cuba” 2016 tersedia di
https://www.mofa.go.jp/la_c/m_ca_c/cu/page4e_000532.html diakses pada 4
April 2019.
_____ . “Assistance for the National Program for the Control and Prevention of
STI/HIV/AIDS in the Republic of Cuba,” 2003, tersedia
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/2003/1/0106-2.html diakses pada
16 November 2018
_____ . “Emergency Assistance to the Hurricane “Sandy” disaster in the Republic
of Cuba,” 2012, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/2012/11/1107_01.html diakses
pada 17 November 2018
_____ . “Emergency Grant Aid for Hurricane Disaster in the Republic of Cuba,”
2008, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/2008/10/1184205_1060.html
diakses pada 16 November 2018
_____ . “Foreign Minister Kishida Visit to Cuba (Overview and Evalution)” 2015,
tersedia di https://www.mofa.go.jp/la_c/m_ca_c/cu/page4e_000245.html
diakses pada 24 November 2018
_____ . “Humanitarian Assistance for Disaster Relief to Assist Drought Afflicted
People in Cuba,” 1998, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/1998/11/1106-2.html diakses
pada 16 November 2018
_____ . “Humanitarian Assistance to Cuba through WFP,” 2005, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/announce/announce/2005/9/0916-4.html diakses pada
16 November 2018
_____ . “Official Development Assistance (Oda): Japan’s Official Development
Assistance Charter.” 2004 tersedia di
xxi
http://www.Mofa.go.jp/policy/oda/reform/revision0308.pdf diakses 10
November 2016
_____ . “Official Development Assistance (ODA): Japan’s ODA Data of Cuba,”
tersedia di https://www.mofa.go.jp/mofaj/gaiko/oda/files/000142687.pdf
diakes pada 17 November 2018
_____ . “Prime Minister Abe Visits Cuba” 2016 tersedia di
https://www.mofa.go.jp/la_c/m_ca_c/cu/page3e_000573.html diakses pada 24
November 2018
_____ . “Second Japan-Cuba Policy Dialogue,” 1999, tersedia
https://www.mofa.go.jp/announce/event/1999/9/917.html diakses pada 18
November 2018
_____ .”Emergency Assistance in response to Hurricane “Matthew” disaster in the
Republic of Cuba” 2016, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001309.html diakses pada 28
November 2018
_____ .”Emergency Assistance in response to Hurricane “Irma” disaster in the
Republic of Cuba” 2017, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001725.html diakses pada 28
November 2018
_____ . “Foreign Minister Fumio Kishida Meets with the First Vice-President of the
Councils of State and Ministers of the Republic of Cuba.” 2015 (artikel
online) tersedia di http://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001175.html
diakses 25 September 2016
Minrex. “Japan to have better relations with Cuba, says Foreign Minister.” 2015
(artikel online) tersedia di: http://www.minrex.gob.cu/en/japan-have-better-
relations-cuba-says-foreign-minister diakses pada 14 September 2016
Periodico26.cu, “Japan officially made a donation to Cuba for 1.5 billion yen
(around 10 million dollars) with a view to the purchase of specialized
equipment for the communal services of the Cuban capital” 2018, tersedia di
http://www.periodico26.cu/index.php/en/cuba-news/item/8315-japan-grants-
donation-to-cuba-for-10-million diakses pada 28 November 2018
xxii
Reference, “What Natural Resources Are Present in Cuba? (artikel online) tersedia di
https://www.reference.com/science/natural-resources-present-cuba-
7d7074f7f4081623 diakses pada 4 April 2019
Reuters, “Cuba sees sugar recovery, more exports, after bitter harvest” 2018 (artikel
online) tersedia di https://www.reuters.com/article/food-cuba-sugar/cuba-
sees-sugar-recovery-more-exports-after-bitter-harvest-idUSL1N1YT0EV
diakses pada 11 Januari 2019
_____ . “Japanese PM says wants to deepen economic ties with Cuba” 2016 (artikel
online), tersedia di https://www.reuters.com/article/us-cuba-japan-
abe/japanese-pm-says-wants-to-deepen-economic-ties-with-cuba-
idUSKCN11T1E6 diakses pada 13 Januari 2019
Rhiannon Paget, “Hasekura Tsunenaga’s portrait has a tale to tell,” The Japan
Times: Culture (artikel online), tersedia
https://www.japantimes.co.jp/culture/2014/03/12/arts/hasekura-tsunenagas-
portrait-has-a-tale-to-tell/ diakses pada 21 Oktober 2018.
Suddath, Claire. “United State-Cuba Reltions,” 2009 (artikel online), tersedia di
http://content.time.com/time/nation/article/0,8599,1891359,00.html diakses
pada 14 November 2018
Tempo.Co. “AS dan Kuba resmi Buka Kembali Hubungan Diplomatik.” 2015 (berita
online) tersedia di https://m.tempo.co/read/news/2015/07/20/116685098/as-
dan-kuba-resmi-buka-kembali-hubungan-diplomatik diakses pada 13
September 2016
The Japan times, “Hasekura Tsunenaga’s portrait has a tale to tell,” The Japan
Times: Culture (artikel online), tersedia
https://www.japantimes.co.jp/culture/2014/03/12/arts/hasekura-tsunenagas-
portrait-has-a-tale-to-tell/ diakses pada 21 Oktober 2018.
_____ . “Castro welcomes Japanese medical aid, debt write-off, investment as Abe
seeks help handling Kim” 2016 (berita online) tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2016/09/23/national/politics-
diplomacy/communist-ruled-cuba-welcomes-first-japanese-leader-abe-comes-
calling/#.W_49yWYxXIU diakses pada 28 November 2018
xxiii
_____ . “Kishida makes business pitch to Havana.” 2015 (berita online) tersedia di:
http://www.japantimes.co.jp/news/2015/05/03/national/politics-
diplomacy/kishida-makes-business-pitch-havana/#.V_-4Gcmk_IV diakses
pada 13 September 2016.
_____ . “List of Japanese-Cubans sent to internment camps during World War II
faound.” (berita online), tersedia di
https://www.japantimes.co.jp/news/2016/10/30/national/history/list-japanese-
cubans-sent-internment-camps-world-war-ii-found/#.W9ND0xAxXIU diakses
27 Oktober 2018
UNICEF, History, “World War II” (artikel online) tersedia di
https://www.history.com/topics/world-war-ii/world-war-ii-history diakses
pada 25 Oktober 2018
World Population Review “Communist Countries 2019” 2019 tersedia di
http://worldpopulationreview.com/countries/communist-countries/ diakses
pada 4 April 2019
xxiv
Lampiran 1
Daftar Nama-Nama Pejabat Negara Yang Saling Berkunjung dan Bertukar Pendapat
Antara Jepang dan Kuba
Dari Jepang ke Kuba
Tahun Nama
1997 Mr. Masahiko Koumura, Secretary of State
1999 Mr. Hiroshi Mitsuzuka, President of the Parliamentary League for
Friendship Japan-Cuba
2000 Mr. Kabun Muto, Former Foreign Minister
2001
Mr. Tamisuke Watanuki, Speaker of the House of Representatives
Mr. Tsutomu Kawara, House of Representatives Member
Mr. Ryutaro Hashimoto, Former Prime Minister
2002 Mr. Yoshimi Watanabe, House of Representatives Member
2004 Mr. Takuya Hirai, House of Representatives Member
2005 Mr. Tsutomu Hata, Former Prime Minister
2006
Representation of House of Councillors Member (Head: Mr.Toranosuke
Katayama)
Mr. Kiyohiko Toyama, Vice-Minister for Foreign Affairs
2007
Mr. Midori Matsushima, Vice-Minister for Foreign Affairs
Mr. Takahiro Yokomichi, Vice-Speaker of the House of Representatives
xxv
Representation of the Committee for Agriculture, Forestry and Fisheries
(Head: Mr.Koya Nishikawa)
2008 Mr.Takuya Hirai, Senior Vice-Minister of Land, Infrastructure,
Transport and Tourism
2010
Mr. Hirotaka Akamatsu, Minister of Agriculture, Forestry and Fisheries
Representation of House of Councillors Member (Head: Mr.Hidehisa
Otsuji, Vice-Speaker)
2012
Mr.Tsukasa Iwamoto, Senior Vice-Minister of Agriculture, Forestry and
Fisheries
Mr. Ryuji Yamane, Parliamentry Senior Vice-Minister for foreign
Affairs
2013 Mr.Yoshiro Mori, Former Prime Minister
2014
Mr. Kenji Furuya, Minister of State for Disaster Management
Representation of House of Representatives Member (Head: Mr. Yukio
Ubukata)
Mr. Kenji Furuya, Member, House of Representatives / Ms. Tomoko
Abe, Member, House of Representatives
2015
Mr. Fumio Kishida, Minister for Foreign Affairs
Mr. Kenya Akiba, Director, Foreign Affairs Division, Liberal
Democratic Porty
Ms. Shinako Tsuchiya, Chairman, Committee on Foreign Affairs,
House of Representatives
Mr. Antonio Inoki, House of Councillors Member
xxvi
Dari Kuba ke Jepang
Tahun Nama
1999
Mr. Roberto Robaina González, Minister of Foreign Affairs
Mr. Abel Prieto Jiménez, Minister of Culture
2000
Mr. Carlos Lage, Vice President of the Council of State
Mr. Ricardo Alarión, President of the National Assembly of People's
Power
2001
Mr. Felipe Ramón Pérez Roque, Minister of Foreign Affairs
Mr. Ricardo Cabrisas, Government Minister
2002 Mr. Ricardo Cabrisas, Government Minister
2003
Mr. Fidel Castro Ruz, President of the Council of State
Mr. José Ramón Balaguer, Member of the Council of State
Mr. Ricardo Cabrisas, Government Minister
2004
Mr. Humberto Rodríguez, President of the National Institute of Sports,
Physical Education and Recreation
Mr. Alfredo López, Minister of Fishing Industry
2005
Mr. Raúl de la Nuez, Minister of Foreign Trade
Mr. Jaime Alberto Crombet, Vice-President of the National Assembly
of People's Power
2006 Mr. Ricardo Cabrisas, Government Minister
2009 Mr. Bruno Rodríguez Parilla, Minister of Foreign Affairs
2013 Mr. Julio Cristian Jiménez Molina, President of the National Institute of
xxvii
Sports, Physical Education and Recreation
Mr. Bruno Rodríguez Parilla, Minister of Foreign Affairs
2015 Mr. Ricardo Cabrisas, Vice-President of the Council of Ministers
Sumber : Ministry of Foreign Affairs of Japan “Japan-Cuba Relations (basic Data),”
tersedia di https://www.mofa.go.jp/region/latin/cuba/data.html
xxviii
Lampiran 2
Pertemuan KTT Jepang-Kuba
Langkah-Langkah Untuk Memperkuat Hubungan
Dalam Hubungan Ekonomi
1. Nippon export and investmen insurance (NEXI) akan memulai kembali
penjaminan asuransi investasi luar negeri Kuba dan mendukung investasi
yang lebih besar oleh perusahaan Jepang.
2. Organisasi perdagangan luar negeri Jepang (JETRO) dan Kamar Dagang
Kuba akan menandatangani nota kesepahaman tentang kerja sama
3. JETRO akan membuka paviliun Jepang terbesar di Internasional Fair
Havana yang diadakan di Havana pada bulan November tahun ini (2016).
4. Pertemuan kedua komite publik-swasta akan diangkat ke tingkat parlemen,
dan akan diadakan di Tokyo pada bulan November tahun ini (2016) untuk
tujuan merealisasikan kesepakatan investasi yang konkrit.
5. Konferensi publik-swasta untuk infrastruktur akan diadakan pada Februari
2017 dan akan berusaha untuk mempromosikan pemahaman untuk
“investasi dalam infrastruktur berkualitas tinggi” di Kuba dan untuk
mendukung kegiatan perusahaan-perusahaan terkait infrastruktur Jepang di
Kuba.
xxix
6. Menyatakan pentingnya transportasi penerbangan sipil, Jepang akan
bergerak maju dengan memperkuat hubungan dengan Kuba di bidang
penerbangan, dan berusaha untuk mempromosikan pertukaran antara
Jepang dan Kuba.
7. Catatan yang ditandatangani tentang langkah-langkah pertanggungan utang
untuk Kuba.
8. Menandatangani pertukaran catatan mengenai penyediaan peralatan medis
dengan tujuan memperkuat kapasitas diagnosis kanker Kuba dan perawatan
medis, sebagai bantuan hibah penuh pertama. Sehubungan dengan ini,
Jepang mengumumkan pelaksanaan kerjasama teknis baru untuk
memperkuat dan memperbaiki struktur medis untuk mendiagnosis kanker
dan penyakit lainnya.
9. Sebuah pembelajaran kelayakan untuk mendirikan “Pusat Medis Kuba-
Jepang” akan dilaksanakan, dan upaya untuk menggabungkan peralatan
dan sistem medis canggih Jepang dengan teknologi medis Kuba.
10. Mengumumkan percepatan pembelajaran tentang penyediaan peralatan
pertanian dengan tujuan mendorong produksi benih padi untuk mendukung
sektor pangan di Kuba.
11. Mengumumkan niat untuk mengimplementasikan kerja sama bantuan
hibah untuk berkontribusi dalam pengembangan sosial dan ekonomi Kuba
dan memperbaiki keadaan seputar pembayaran saldo Internastional Kuba.
xxx
12. Mengekspresikan harapan terhadap penguatan lebih lanjut hubungan
ekonomi antara Jepang dan Kuba, termasuk melalui perusahaan Jepang
yang mendirikan bisnis di Kuba di masa depan, dan mendiskusikan
tantangan bantuan pinjaman di masa depan.
13. Mendeklarasikan kontribusi untuk memajukan pengembangan pertanian
Kuba dan pembangunan sosial dan ekonomi berkelanjutan. Mengumumkan
bahwa Japan Cooperation Cooperation Agency (JICA) akan mendirikan
kantor lokal di Kuba untuk mempromosikan kerjasama ekonomi penuh
dengan Kuba di masa depan, dimulai dengan pengiriman tim studi di
bidang energi, transportasi dan lainnya, dan harapan kerjasama dengan
pihak Kuba.
Hubungan Pertukaran
1. Memperluas pertukaran pariwisata yang lebih besar dengan
memanfaatkan peluang seperti EXPO Pariwisata Jepang.
2. Menandatangani perjanjian kerjasama antara Tokyo University of
Foreign Studies, Universitas Waseda dan Universitas Havana.
3. Akan berusaha untuk mempromosikan pemahaman Jepang di antara
orang-orang Kuba dengan menyediakan konten televisi Jepang ke
stasiun televisi Kuba di masa depan melalui proyek TV Jepang
(Broadcasting Abroad Japan Foundation).
xxxi
4. Akan mengirimkan pelatih baseball dari Jepang dan mengundang
pesenam, pelatih senam dll ke Jepang untuk lebih mempercepat
pertukaran olahraga antara kedua negara, termasuk baseball, serta
program olahraga untuk kontribusi internasional melalui olahraga,
yang mana pemerintah Jepang ingin mensukseskan penyeleanggaraan
Olimpiade dan Paralimpiade 2020 di Tokyo.
5. Akan mengundang lebih dari 100 orang Kuba ke Jepang selama tiga
tahun mendatang dengan memanfaatkan program seperti “Juntos !!
Program pertukaran Jepang-Amerika Latin dan Karibia” Beasiswa
Departemen Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi
(MEXT), Program Pelatihan JIA (The Japan Institute of Architects),
dan Jepang Foundation, program pelatihan bahasa Jepang.
Kerjasama Untuk Menyelesaikan Tantangan di Komunitas Internasional
1. Berdasarkan kunjungan timbal balik yang dilakukan oleh pejabat-
pejabat antara kedua Negara, pertukaran pandangan diadakan untuk
mencapai reformasi Dewan Keamanan, kerja sama dalam perlucutan
senjata, nonproliferasi dan rukun dalam penggunaan nuklir dan situasi
Korea Utara.
a. Kunjungan ke Jepang oleh Wakil Presiden Dewan Menteri
Kuba Cabrisas (Maret 2015)
xxxii
b. Kunjungan ke Kuba oleh menteri Luar Negeri kishida (Mei
2015)
c. Kunjungan ke Jepang oleh Wakil Presiden Pertama dewan
negara dan Menteri Kuba Diaz-Canel (Juni 2016)
d. Kunjungan ke Kuba oleh Perdana Menteri Abe (September
2016)
2. Menghargai inisiatif Kuba sebagai Ketua Asosiasi Negara-negara
Karibia. Jepang akan bergabung dengan Asosiasi sebagai negara
pengamat untuk memperkuat kolaborasi dengan negara-negara Karibia
di masa depan.
Sumber: Ministry of Foreign Affairs of Japan , “Japan-Cuba Summit Meeting:
Measures for Strengthening the Relationship” 2016, tersedia di
https://www.mofa.go.jp/files/000192939.pdf
xxxiii
Lampiran 3
Proyek Bantuan Hibah Medis Jepang ke Kuba Tahun 2018.
Sumber: JICA, Japan International Cooperation Agency, “Signing of Grant
Agreement with Cuba: Supporting the provision of medical equipment to improve
cancer diagnosis and treatment services” 2016, tersedia di
https://www.jica.go.jp/english/news/press/2016/160926_01.html
xxxiv
Lampiran 4
Proyek Bantuan Hibah Jepang Untuk Perbaikan Mesin Pertaniaan Padi Kuba Tahun
2018
Sumber: JICA, Japan International Cooperation Agency, “Signing of Grant
Agreement with Cuba: Providing agricultural machinery to increase rice
production” 2017, tersedia di
https://www.jica.go.jp/english/news/press/2017/171108_01.html