Post on 16-Dec-2015
description
1
Proceeding. Seminar Nasional Seni Berbasis Pluralitas Budaya Menuju Pendidikan Karakter. Pembelajaran Tari Pendidikan Sebagai Upaya Pembentukan karakter Anak Usia Dini Melalui Model Pembelajaran Terpadu ISBN: 979-26-1879-1, Hal. 18 28, Yogyakarta, 11 12 November 2011 ============================================================
TARI PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER
ANAK USIA DINI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Oleh :
Dr. Elindra Yetti,M.Pd (Dosen Program Studi Pendidikan Seni tari FBS UNJ)
A. PENDAHULUAN
Belajar menari masih banyak yang menafsirkan sebagai kegiatan untuk
pengisi waktu luang atau merupakan kegiatan hiburan semata yang tidak perlu
dilakukan di dalam kegiatan belajar di sekolah mengingat masih banyak
kegiatan belajar lain yang lebih penting.
2
Anggapan ini mungkin timbul karena kurangnya pengetahuan terutama
tentang konsep dan tujuan menari untuk pendidikan, baik dari pihak sekolah,
orang tua murid, siswa bahkan guru sendiri sehingga di dalam merancang
program pembelajaran tari, guru tari cendrung menjadi kurang kreatif.
Sebenarnya hasil belajar menari mempunyai nilai keuntungan lain dari
hanya sekedar dapat mempertunjukan keterampilan menari siswa di atas
panggung atau di stasiun televisi yang dapat ditonton oleh orang banyak.
Belajar menari untuk tujuan pendidikan bukanlah untuk menjadi penari atau
artis, akan tetapi lebih bertujuan untuk pembentukan karakter, mengembangkan
kreativitas dan multi kecerdasan.
Selain itu belajar menari memberikan keseimbangan belahan otak kanan
dan otak kiri. Melalui pendidikan seni berbagai kemampuan dasar manusia
seperti fisik, perseptual, pikir, emosional, kreativitas, sosial, dan estetika dapat
dikembangkan. Pendidikan seni juga mengembangkan imajinasi untuk
memperoleh berbagai kemungkinan gagasan dalam pemecahan masalah serta
menemukan pengetahuan dan teknologi baru secara aktif dan menyenangkan.
Bila berbagai kemampuan dasar tersebut dapat berkembang secara optimal
akan menghasilkan tingkat kecerdasan emosional, intelektual, kreatif, dan
moral.
Kepekaan dan kesadaran estetik seseorang tumbuh sejak usia dini,.
Fisher, 1978 menyatakan pendidikan seni merupakan suatu upaya
menanamkan kesadaran estetik (aesthetic awareness) pada anak, melalui
pengalaman mencari struktur, makna dan interrelasi dalam seni dan kehidupan.
Pernyataan tersebut menyadarkan kita bahwa keterlibatan seni dengan
kehidupan nyata anak sangat erat dan kita dapat membangun kesadaran
estetik dan kepekaan (sensitivitas), melalui proses belajar melalui seni, belajar
dengan seni dan belajar tentang seni, pendidikan seni berperan
mengembangkan kemampuan anak secara multidimensial, multilingual, dan
multikultural secara terintegrasi baik dalam satu bidang seni, antara bidang
maupun lintas bidang.
3
Pandangan tersebut selaras dengan pemikiran Goldbergh, 2000. bahwa
kemampuan anak dapat dikembangkan melalui poses belajar melalui seni
(learning throught art), belajar tentang seni (learning about art) dan belajar
dengan seni (learning with art). Belajar melalui seni maksudnya adalah
kemampuan dasar anak dalam seni dan kehidupan nyata dapat
dikembangakan melalui aktivitas dan belajar seni, dengan kata lain multi
kecerdasan anak dapat berkembang melalui seni.
Pendidikan seni berperan menanamkan kesadaran akan adanya
perbedaan dan keanekaragaman budaya, kesadaran tersebut diharapkan dapat
mengembangkan kesadaran untuk menghormati, menjunjung tinggi dan
toleran terhadap perbedaan dan keragaman seni budaya. Hal ini penting bagi
anak Indonesia yang hidup di Negara dan Bangsa dengan keanekaragaman
suku atau etnik, budaya, bahasa, agama, agar dapat hidup saling menghargai,
menghormati, toleran, dan menjunjung tinggi harkat dan martabat orang lain.
Sikap seperti ini dapat tumbuh melalui kegiatan belajar apresiasi dan kreasi
seni. Melalui kegitan melihat, mendengar, berpikir merasakan, dan membuat
karya seni, anak belajar menilai dan menghargai karyanya dan karya bangsa
sendiri serta menghargai dan menghormati karya orang lain dan budaya atau
bangsa lain.
Pemikiran ini sejalan dengan pemikiran Lansing (1976.287) yang
menyatakan bahwa pendidikan seni bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, kepribadian dan keterampilan, diselaraskan dengan
perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. Ia juga menyatakan bahwa
lingkungan dan kebudayaan sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan
dan perkembangan seni anak.
Pendidikan seni juga merupakan upaya memberi kesempatan kepada
anak untuk tumbuh melalui kegiatan seni, dan aktivitas seni membantu anak
mengembangkan kemampuan dasar mereka. Sebagaimana dinyatakan oleh
Lowenfeld, 1982: pendidikan seni merupakan cermin ungkapan atau refleksi
keberadaan anak secara total, meliputi ungkapan kemampuan cerap
4
(perceptual), intelektual, kreativitas, emosional, sosial, estetik dan kemampuan
fisik mereka.
Melalui karya anak kita dapat mengamati perkembangan psikologis
dan fisik mereka, karena setiap ekspresi gerak pribadi anak dalam tari, setiap
goresan dan pilihan warna dalam rupa, atau ungkapan nada dan melodi
mereka dalam musik, adalah simbol keberadaannya dan cara mereka
berkomunikasi. Melalui karya anak kita dapat melihat dan mendengar
keberadaan mereka secara holistic, meliputi kepekaan indra, kecerdasan,
perasaan, kreativitas, sosial, estetis dan fisik mereka. Melalui pilihan objek
gambar atau bunyi dan cara menuangkannya, kita dapat mengetahui kepekaan
indra pengelihatan dan pendengaran anak. Semakin banyak, unik, detail, dan
asli gagasan yang mereka ungkapkan baik dalam tari, rupa maupun musik,
maka semakin kreatif dan perkembangan multi kecerdasan semakin miningkat.
B. PEMBAHASAN Beberapa teori yang menjadi landasan dalam pembahasan ini adalah antara
lain :
Piaget, Vigotsky, Erikson, neurosience : Dukungan orang dewasa yang memahami anak akan mempercepat
proses belajar anak
Pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan
Anak akan main bekerjasama bila memiliki pengalaman main yang sama (shared experience)
Perilaku anak terbentuk karena pembiasaan sejak usia dini Terbentuknya perilaku dan emosi seseorang dalam kehidupan sehari-
hari tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan perilaku masa lalunya.
Karakter yang terbentuk pada orang dewasa pun sangat dipengaruhi
5
oleh perkembangan masa-masa : oral, anal, falik (odipal), dan genital
pada anak.
Lowenfeld Pendidikan seni merupakan cermin ungkapan atau refleksi keberadaan
anak secara total, meliputi ungkapan kemampuan cerap (perceptual),
intelektual, kreativitas, emosional, sosial, estetik dan kemampuan fisik
mereka.
Goldbergh Kemampuan anak dapat dikembangkan melalui poses belajar melalui seni
(learning throught art), belajar tentang seni (learning about art) dan belajar
dengan seni (learning with art).
Lansing Pendidikan seni bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
kepribadian dan keterampilan, diselaraskan dengan perkembangan fisik,
mental, dan emosional anak. Ia juga menyatakan bahwa lingkungan dan
kebudayaan sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan dan
perkembangan seni anak.
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka perkembangan anak usia dini
merupakan masa emas perkembangan anak, oleh sebab itu perlu diberikan
berbagagai stimulus atau intervensi untuk merangsang pertumbuhan anak.
Berbagai bentuk layanan atau model pendidikan perlu diterapkan pada
pendidikan anak usia dini agar semua potensi yang dimiliki oleh anak dapat
berkembang secara optimal.
6
1. TARI PENDIDIKAN Tari pendidikan pertama kali dicetuskan oleh Rudolf Laban ( modern
educational dance) atau yang dikenal juga dengan tari pendidikan (educational
dance). Tari kreatif (creative dance) dan tari ekspresif (expresiv dance) yaitu
suatu model pembelajaran tari yang menekankan kepada kebebasan
berekspresi pribadi siswa dalam aktivitas belajar menari kreatif di sekolah
umum, khususnya di sekolah dasar (Autard, 1994: 1). Namun model
pembelajaran tari kreatif tersebut secara luas dapat digunakan untuk remaja
dan orang dewasa (Ulman dalam Laban, 1976: 29)
Rudolf Laban (1879-1958) seorang koreografer keturunan Hongaria
pada tahun 1938 tiba dan menetap di Inggris. Selain dalam bidang pendidikan,
kontribusi Laban di bidang tari adalah dalam koreografi, notasi Laban
(Labannotation) yaitu system pencatatan dan evaluasi gerak khususnya gerak
tari yang dilakukan dengan metode observasi (Davies. 2001: 19-28).
Di dalam bukunya yang berjudul Modern Educational Dance, Laban
(1976) menuangkan pemikirannya mengenai pendekatan untuk mengajar tari
di sekolah umum ditekankan pada pembelajaran kreatif namun tidak
berorientasi kepada hasil akhir yang berupa pertunjukan yang megah atau
pertunjukan yang mengandung nilai-nilai seni yang tinggi, sebagaimana
misalnya tarian yang diciptakan oleh seorang koreografer. Dalam hal ini Laban
menekankan bahwa hal-hal yang menguntungkan dari aktifitas tari kreatif
hendaknya dapat menyumbang kepada perkembangan kepribadian siswa.
Selanjutnya Laban (1976: 12) menjelaskan bahwa anak-anak
mempunyai dorongan alamiah untuk menampilkan gerakan-gerakan "seperti
tarian" dan secara tidak disadari hal itu merupakan cara yang baik untuk
memperkenalkan tari secara dini pada anak, serta memberi kesempatan
kepada mereka untuk mengembangkan kemampuan berekspresi secara
spontan melalui geraknya atau free dance.
Ide Laban dalam tari pendidikan dipicu oleh adanya gerakan
pembebasan diri dari aturan-aturan tari balet klasik yang pada waktu itu muncul
7
di benua Eropa dan Amerika, yaitu dengan adanya modern dance yang
menekankan kepada kebebasan berekspresi diri khususnya dalam bentuk
gerak yang bebas dari aturan balet klasik.
Berdasatkan kepada kemampuan alamiah dan kebebasan ekspresi
yang dimiliki anak-anak, Laban di dalam bukunya yang berjudul Modern
Educational Dance (1976: 12) merumuskan tugas yang harus dilakukan
sekolah dalam penyelenggaraan tari kreatif, pertama membimbing siswa untuk
menumbuhkan spontanitas gerak dan kedua membimbing siswa belajar
memahami prinsip-prinsip untuk melakukan atau menguasai geraknya.
Konsep tentang pembelajaran tari kreatif yang diciptakan oleh Laban
tersebut mengalami perkembangan baik di lnggris maupun di luar negara
Inggris. Beberapa perkembangannya yang dapat dilaporkan antara lain adalah
di Inggris, Amerika dan Indonesia.
Di Inggris Autard dalam bukunya Dance Composition (1996) dan The
Art of Dance Education (1994) menjelaskan bahwa tari pendidikan atau tari
kreatif merupakan model yang digunakan dalam kurikulum di Inggris periode
tahun 5-1975. Selanjutnya Autard (1994:4) menyatakan bahwa karakteristik
dari pembelajaran tari kreatif adalah pada proses pembelajaran tari anak dan
bukan semata-mata pada hasilnya, serta kontribusi tari terhadap
perkembangan individu siswa dalam perasaan dan emosional.
Di Amerika model pembelajaran tari kreatif dikenal dengan istilah
movement education dan diterapkan sebagai bagian dalam pembelajaran
pendidikan jasmani pada khususnya di sekolah Dasar. Menurut Kraus dkk
(1997: 325) dari beberapa laporan yang dipublikasikan dinyatakan pentingnya
kegiatan movement education dalam pelajaran pendidikan jasmani tersebut.
Burton (dalam Kraus dkk, 1997: 325) memaparkan pembelajaran
movement education dalam pendidikan jasmani merupakan pelajaran terpadu
yang kontribusinya berupa pengembangan respon gerakan yang efektif, efisien
dan ekspresif dalam diri siswa untuk mengungkapkan pikirannya, perasaan
yang dikomunikasikannya pada orang lain. Pembelajaran ini menekankan pada
8
kesadaran tubuh dan diri siswa, penguasaan keterampilan gerak dasar dan
pengembangan geraknya. Eksplorasi merupakan metode yang utama dalam
pembelajarannya dan pendekatannya berpusat pada siswa untuk
mengembangkaan diri siswa sebagai individu yang spontan, dan mampu
belajar untuk menemukan sendiri (self discovery).
Di Indonesia pembelajaran tari secara kreatif dari Rudolf Laban tersebut
dikenal dengan istilah tari pendidikan, yaitu tari sebagai sarana pendidikan
yang menekankan kepada kreatifitas siswa untuk menciptakan sendiri
tariannya. Dalam hal ini tari pendidikan khususnya ditujukan bagi siswa-siswa
di sekolah umum (Sedyawati, 2002:2).
Dalam kaitan pendidikan di Indonesia, khususnya didaerah Jakarta dan
sekitamya, selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu
mempertimbangkan tari pendidikan sebagai bahan acuan untuk kurikulum di
sekolah umum (Parani, 1996:4).
Munculnya metode kreatif sebagai metode utama dari tari pendidikan
yang diadakannya penataran guru oleh Dinas Kebudayaan Jakarta saat itu.
Menurut Sedyawati (2002:6) di dalam tari kreatif faktor guru memegang
peranan penting, artinya guru sebagai nara sumber harus mempunyai bekal
berupa kemahiran berpraktek seni tari yang memadai untuk mampu
menggerakkan daya kreasi tari pada murid-muridnya. Selain itu agar mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang guru tari harus mempunyai
perhatian dan kemahiran akan ilmu pendidikan.
Sejak tahun 1996 sampai saat ini Universitas Negeri Jakarta (dulu IKIP
Jakarta) mengangkat tari pendidikan sebagai salah satu mata kuliah pada
program tari (Jurusan Seni Tari) .
2. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran menurut Richard I. Arends (2008: 259) adalah mencakup pendekatan pembelajaran secara keseluruhan, yang luas, dan
bukan strategi atau teknik tertentu. Model pembelajaran memiliki beberapa
9
atribut yang tidak dimiliki berbagai strategi dan metode yang spesifik. Atribut-
atribut sebuah model adalah adanya basis teoritis yang koheren atau sebuah
sudut pandang tentang apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana
mereka belajar, dan model itu merekomendasikan berbagai perilaku
mengajar dan struktur kelas yang dibutuhkan untuk mewujudkan berbagai
tipe pembelajaran yang berbeda.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Model pembelajaran terpadu adalah salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap anak, terutama
meningkatkan daya imajinasi anak yang merupakan modal untuk
pengembangan kreativitas anak. Menurut Joni, T.R (1996:3), pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa,
baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan
otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik
atau eksplorasi/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa
belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secera serempak.
Senada dengan pendapat di atas menurut Hadisubroto dalam Tianto
(2007: 6), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan
suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok
bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan
secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih,
dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi
lebih bermakna.
10
a. Pengertian Pembelajaran Terpadu - Pembelajaran berawal dari adanya pusat minat yang digunakan untuk
memahami gejala dan konsep lain, yang berasal dari bidang seni
tertentu maupun bidang seni lain.
- Cara untuk mengembangkan pengetahuan, apresiasi dan ketrampilan siswa secara simultan
- Pendekatan belajar yang menghubungkan berbagai konsep dalam bidang seni yg mencerminkan dunia nyata di sekitar sesuai dengan
kemampuan dan perkembangan siswa
- Menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang seni yang berbeda agar anak dapat belajar dan bekerja lebih baik dan bermakna
- Pendekatan belajar yang menghubungkan berbagai bidang studi atau berbagai konsep dalam satu bidang studi yg mencerminkan dunia nyata
di sekitar sesuai dengan kemampuan dan perkembangan siswa
b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu - Berorientasi pada siswa
- Memberikan pengalaman langsung
- Belajar tidak sektoral tetapi menyeluruh
- Bersifat luwes
- Konsep disajikan dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran
- Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, kebutuhan
dan bakat siswa
- Terdiri dari beragam jenis pembelajaran terpadu
11
c. Jenis Model pembelajaran terpadu
Terkait (connected), Model ini paling sederhana yang menekankan pada hubungan secara eksplisit didalam satu bidang studi tentang
konsep atau prinsip atau tugas
Jaring laba-laba (webbed), Menekankan pada hubungan antara dua atau lebih bidang studi melalui suatu tema atau topik yang merupakan
pusat minat yang dikembangkan dari berbagai sudut pandang konsep,
atau prinsip atau ketrampilan atau berbagai mata pelajaran atau
bidang studi yang dipadukan. Dikenal sebagai pendekatan tematik,
model ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh pada
siswa tentang konsep sehingga hasilnya lebih bermakna bagi siswa
Terpadu (integrated), Pendekatan lintas disiplin ilmu atau memadukan mata pelajaran yang berbeda bidang ilmunya. Pusat
minat diangkat dari adanya konsep atau prinsip atau ketrampilan yang
tumpang tindih antara mata pelajaran dari beberapa bidang kajian.
Kegiatan perencanaannya diawali dengan TELAAH KURIKULUM
untuk melihat adanya tumpang tindih konsep atau prinsip atau
ketrampilan, konsep atau prinsip atau ketrampilan yang tumpang
tindih diangkat menjadi FOKUS BELAJAR.
d. Tahapan implementasi pembelajaran terpadu
Pemilihan tema berdasarkan kesepakatan guru murid Pemilihan Tema berdasarkan kejadian / kondisi sehari-hari Pengembangan sub tema berkaitan dengan tema utama dan bidang
seni terpilih
12
Perencanaan pengembangan aktivitas belajar yang perlu dilakukan siswa
e. Prosedur Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Fokus Tujuan Materi Alokasi waktu Metode Media Pengelolaan kelas Penilaian dan umpan balik
13
f. Contoh desain Pembelajaran Tema : Kupu-kupu
Sub Tema : Siklus perkembangbiakan kupu-kupu
14
C. KESIMPULAN
Tari pendidikan (educational dance) merupakan tari kreatif (creative
dance) dan tari ekspresif (expresiv dance) yaitu suatu model pembelajaran
tari yang menekankan kepada kebebasan berekspresi pribadi siswa dalam
aktivitas belajar menari kreatif di sekolah umum, khususnya di sekolah dasar
MATEMATIKA Menghitung lamanya proses perkembangbiakan Kupu-Kupu
SCIENCE Mengetahui siklus perkembangbiakan Kupu-Kupu
BAHASA Menceritakan kembali siklus perkembangbiakan Kupu-Kupu
SENI MUSIK Menyanyikan lagu Kupu-Kupu
SENI TARI Menarikan tari Kupu-Kupu
AGAMA Mengagumi ciptaan Allah.SWT
SENI RUPA Menggambar Kupu-Kupu dan mewarnai
15
(Autard, 1994: 1). Namun model pembelajaran tari kreatif tersebut secara
luas dapat digunakan untuk remaja dan orang dewasa (Ulman dalam Laban,
1976: 29).
Di dalam bukunya yang berjudul Modern Educational Dance, Laban
(1976) menuangkan pemikirannya mengenai pendekatan untuk mengajar
tari di sekolah umum ditekankan pada pembelajaran kreatif namun tidak
berorientasi kepada hasil akhir yang berupa pertunjukan yang megah atau
pertunjukan yang mengandung nilai-nilai seni yang tinggi, sebagaimana
misalnya tarian yang diciptakan oleh seorang koreografer. Dalam hal ini
Laban menekankan bahwa hal-hal yang menguntungkan dari aktifitas tari
kreatif hendaknya dapat menyumbang kepada perkembangan kepribadian
siswa.
Penerapan pembelajaran tari pendidikan dapat dilaksanakan melalui
model pembelajaran yang bersifat holistik dan terpadu, pembelajaran
mengembangkan semua aspek perkembangan, meliputi (1) moral dan nilai-
nilai agama, (2) sosial- emosional, (3) kognitif (intelektual), (4) bahasa, (5)
Fisik-motorik, (6) Seni. Pembelajaran bersifat terpadu yaitu tidak
mengajarkan bidang studi secara terpisah. Satu kegiatan dapat menjadi
wahana belajar berbagai hal bagi anak. Bermain sambil belajar, dimana
esensi bermain menjiwai setiap kegiatan pembelajaran amat penting bagi
PAUD. Esensi bermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak
terpaksa, dan merdeka menjadi jiwa setiap kegiatan. Pembelajaran
hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat
anak tertarik untuk ikut serta, dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur-
unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut, sehingga anak secara tidak
sadar telah belajar berbagai hal. Materi pembelajaran PAUD juga amat
variatif. Ada pendapat yang menyatakan bahwa PAUD hanya
mengembangkan logika berpikir, berperilaku, dan berkreasi. Adapula yang
menyatakan bahwa PAUD juga mempersiapkan anak untuk siap belajar
(ready to learn); yaitu siap belajar berhitung, membaca, menulis. Ada pula
16
yang menyatakan bahwa materi pembelajaran bebas, yang penting PAUD
mengembangkan aspek moral-agama, emosional, sosial, fisik-motorik,
kemampuan berbahasa, seni, dan intelektual. PAUD membimbing anak
yang premoral agar berkembang ke arah moral realism dan moral relativism.
Pembelajaran membimbing anak dari yang bersifat egosentris-individual, ke
arah prososial, dan sosial-komunal. Pembelajaran juga melatih anak
mengenal jati dirinya (self identity), menghargai dirinya (self esteem), dan
kemampuan akan dirinya (self efficacy), sehingga pembelajaran tersebut
dapat membentuk karakter anak usia dini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bruce Joyce, Marsha Weil, and Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching. New York : Pearson.
Crain, William. 2007. Theoris of Development, Concept and Aplication. New Jersey : Prentice Hall.
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated The Curricula. USA : Skylight Training an Publishing.
Forman, George E and David S. Kuschner. 1993. The Childs Construction of Knowledge.USA : NAEYC
Furth. Hans G. 1970. Piaget For Teacher. USA : Prentice Hall INC, Englewood Cliffs, NJ.
Laban Rudolf. 1985. Madan Education Dance.. London: Mac Donald and Evans.
Smith, Jacqueline. 1994. The Art of Dance In Education. London : A & C Black.
Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligences. Alih Bahasa Alexander Sindoro.Batam : Interaksara.
Trianto.2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifisme. Surabaya : Prestasi Pustaka.
-----------------. 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka
18
PROCIDING NASIONAL, UNY