PROCIDING-NASIONAL-UNY

18
1 Proceeding. Seminar Nasional “ Seni Berbasis Pluralitas Budaya Menuju Pendidikan Karakter. “ Pembelajaran Tari Pendidikan Sebagai Upaya Pembentukan karakter Anak Usia Dini Melalui Model Pembelajaran Terpadu” ISBN: 979-26-1879-1, Hal. 18 – 28, Yogyakarta, 11 – 12 November 2011 ============================================================ TARI PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU Oleh : Dr. Elindra Yetti,M.Pd (Dosen Program Studi Pendidikan Seni tari FBS UNJ) A. PENDAHULUAN Belajar menari masih banyak yang menafsirkan sebagai kegiatan untuk pengisi waktu luang atau merupakan kegiatan hiburan semata yang tidak perlu dilakukan di dalam kegiatan belajar di sekolah mengingat masih banyak kegiatan belajar lain yang lebih penting.

description

PROCIDING-NASIONAL-UNY

Transcript of PROCIDING-NASIONAL-UNY

  • 1

    Proceeding. Seminar Nasional Seni Berbasis Pluralitas Budaya Menuju Pendidikan Karakter. Pembelajaran Tari Pendidikan Sebagai Upaya Pembentukan karakter Anak Usia Dini Melalui Model Pembelajaran Terpadu ISBN: 979-26-1879-1, Hal. 18 28, Yogyakarta, 11 12 November 2011 ============================================================

    TARI PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER

    ANAK USIA DINI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

    Oleh :

    Dr. Elindra Yetti,M.Pd (Dosen Program Studi Pendidikan Seni tari FBS UNJ)

    A. PENDAHULUAN

    Belajar menari masih banyak yang menafsirkan sebagai kegiatan untuk

    pengisi waktu luang atau merupakan kegiatan hiburan semata yang tidak perlu

    dilakukan di dalam kegiatan belajar di sekolah mengingat masih banyak

    kegiatan belajar lain yang lebih penting.

  • 2

    Anggapan ini mungkin timbul karena kurangnya pengetahuan terutama

    tentang konsep dan tujuan menari untuk pendidikan, baik dari pihak sekolah,

    orang tua murid, siswa bahkan guru sendiri sehingga di dalam merancang

    program pembelajaran tari, guru tari cendrung menjadi kurang kreatif.

    Sebenarnya hasil belajar menari mempunyai nilai keuntungan lain dari

    hanya sekedar dapat mempertunjukan keterampilan menari siswa di atas

    panggung atau di stasiun televisi yang dapat ditonton oleh orang banyak.

    Belajar menari untuk tujuan pendidikan bukanlah untuk menjadi penari atau

    artis, akan tetapi lebih bertujuan untuk pembentukan karakter, mengembangkan

    kreativitas dan multi kecerdasan.

    Selain itu belajar menari memberikan keseimbangan belahan otak kanan

    dan otak kiri. Melalui pendidikan seni berbagai kemampuan dasar manusia

    seperti fisik, perseptual, pikir, emosional, kreativitas, sosial, dan estetika dapat

    dikembangkan. Pendidikan seni juga mengembangkan imajinasi untuk

    memperoleh berbagai kemungkinan gagasan dalam pemecahan masalah serta

    menemukan pengetahuan dan teknologi baru secara aktif dan menyenangkan.

    Bila berbagai kemampuan dasar tersebut dapat berkembang secara optimal

    akan menghasilkan tingkat kecerdasan emosional, intelektual, kreatif, dan

    moral.

    Kepekaan dan kesadaran estetik seseorang tumbuh sejak usia dini,.

    Fisher, 1978 menyatakan pendidikan seni merupakan suatu upaya

    menanamkan kesadaran estetik (aesthetic awareness) pada anak, melalui

    pengalaman mencari struktur, makna dan interrelasi dalam seni dan kehidupan.

    Pernyataan tersebut menyadarkan kita bahwa keterlibatan seni dengan

    kehidupan nyata anak sangat erat dan kita dapat membangun kesadaran

    estetik dan kepekaan (sensitivitas), melalui proses belajar melalui seni, belajar

    dengan seni dan belajar tentang seni, pendidikan seni berperan

    mengembangkan kemampuan anak secara multidimensial, multilingual, dan

    multikultural secara terintegrasi baik dalam satu bidang seni, antara bidang

    maupun lintas bidang.

  • 3

    Pandangan tersebut selaras dengan pemikiran Goldbergh, 2000. bahwa

    kemampuan anak dapat dikembangkan melalui poses belajar melalui seni

    (learning throught art), belajar tentang seni (learning about art) dan belajar

    dengan seni (learning with art). Belajar melalui seni maksudnya adalah

    kemampuan dasar anak dalam seni dan kehidupan nyata dapat

    dikembangakan melalui aktivitas dan belajar seni, dengan kata lain multi

    kecerdasan anak dapat berkembang melalui seni.

    Pendidikan seni berperan menanamkan kesadaran akan adanya

    perbedaan dan keanekaragaman budaya, kesadaran tersebut diharapkan dapat

    mengembangkan kesadaran untuk menghormati, menjunjung tinggi dan

    toleran terhadap perbedaan dan keragaman seni budaya. Hal ini penting bagi

    anak Indonesia yang hidup di Negara dan Bangsa dengan keanekaragaman

    suku atau etnik, budaya, bahasa, agama, agar dapat hidup saling menghargai,

    menghormati, toleran, dan menjunjung tinggi harkat dan martabat orang lain.

    Sikap seperti ini dapat tumbuh melalui kegiatan belajar apresiasi dan kreasi

    seni. Melalui kegitan melihat, mendengar, berpikir merasakan, dan membuat

    karya seni, anak belajar menilai dan menghargai karyanya dan karya bangsa

    sendiri serta menghargai dan menghormati karya orang lain dan budaya atau

    bangsa lain.

    Pemikiran ini sejalan dengan pemikiran Lansing (1976.287) yang

    menyatakan bahwa pendidikan seni bertujuan untuk mengembangkan

    pengetahuan, kepribadian dan keterampilan, diselaraskan dengan

    perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. Ia juga menyatakan bahwa

    lingkungan dan kebudayaan sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan

    dan perkembangan seni anak.

    Pendidikan seni juga merupakan upaya memberi kesempatan kepada

    anak untuk tumbuh melalui kegiatan seni, dan aktivitas seni membantu anak

    mengembangkan kemampuan dasar mereka. Sebagaimana dinyatakan oleh

    Lowenfeld, 1982: pendidikan seni merupakan cermin ungkapan atau refleksi

    keberadaan anak secara total, meliputi ungkapan kemampuan cerap

  • 4

    (perceptual), intelektual, kreativitas, emosional, sosial, estetik dan kemampuan

    fisik mereka.

    Melalui karya anak kita dapat mengamati perkembangan psikologis

    dan fisik mereka, karena setiap ekspresi gerak pribadi anak dalam tari, setiap

    goresan dan pilihan warna dalam rupa, atau ungkapan nada dan melodi

    mereka dalam musik, adalah simbol keberadaannya dan cara mereka

    berkomunikasi. Melalui karya anak kita dapat melihat dan mendengar

    keberadaan mereka secara holistic, meliputi kepekaan indra, kecerdasan,

    perasaan, kreativitas, sosial, estetis dan fisik mereka. Melalui pilihan objek

    gambar atau bunyi dan cara menuangkannya, kita dapat mengetahui kepekaan

    indra pengelihatan dan pendengaran anak. Semakin banyak, unik, detail, dan

    asli gagasan yang mereka ungkapkan baik dalam tari, rupa maupun musik,

    maka semakin kreatif dan perkembangan multi kecerdasan semakin miningkat.

    B. PEMBAHASAN Beberapa teori yang menjadi landasan dalam pembahasan ini adalah antara

    lain :

    Piaget, Vigotsky, Erikson, neurosience : Dukungan orang dewasa yang memahami anak akan mempercepat

    proses belajar anak

    Pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan

    Anak akan main bekerjasama bila memiliki pengalaman main yang sama (shared experience)

    Perilaku anak terbentuk karena pembiasaan sejak usia dini Terbentuknya perilaku dan emosi seseorang dalam kehidupan sehari-

    hari tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan perilaku masa lalunya.

    Karakter yang terbentuk pada orang dewasa pun sangat dipengaruhi

  • 5

    oleh perkembangan masa-masa : oral, anal, falik (odipal), dan genital

    pada anak.

    Lowenfeld Pendidikan seni merupakan cermin ungkapan atau refleksi keberadaan

    anak secara total, meliputi ungkapan kemampuan cerap (perceptual),

    intelektual, kreativitas, emosional, sosial, estetik dan kemampuan fisik

    mereka.

    Goldbergh Kemampuan anak dapat dikembangkan melalui poses belajar melalui seni

    (learning throught art), belajar tentang seni (learning about art) dan belajar

    dengan seni (learning with art).

    Lansing Pendidikan seni bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,

    kepribadian dan keterampilan, diselaraskan dengan perkembangan fisik,

    mental, dan emosional anak. Ia juga menyatakan bahwa lingkungan dan

    kebudayaan sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan dan

    perkembangan seni anak.

    Berdasarkan beberapa teori di atas, maka perkembangan anak usia dini

    merupakan masa emas perkembangan anak, oleh sebab itu perlu diberikan

    berbagagai stimulus atau intervensi untuk merangsang pertumbuhan anak.

    Berbagai bentuk layanan atau model pendidikan perlu diterapkan pada

    pendidikan anak usia dini agar semua potensi yang dimiliki oleh anak dapat

    berkembang secara optimal.

  • 6

    1. TARI PENDIDIKAN Tari pendidikan pertama kali dicetuskan oleh Rudolf Laban ( modern

    educational dance) atau yang dikenal juga dengan tari pendidikan (educational

    dance). Tari kreatif (creative dance) dan tari ekspresif (expresiv dance) yaitu

    suatu model pembelajaran tari yang menekankan kepada kebebasan

    berekspresi pribadi siswa dalam aktivitas belajar menari kreatif di sekolah

    umum, khususnya di sekolah dasar (Autard, 1994: 1). Namun model

    pembelajaran tari kreatif tersebut secara luas dapat digunakan untuk remaja

    dan orang dewasa (Ulman dalam Laban, 1976: 29)

    Rudolf Laban (1879-1958) seorang koreografer keturunan Hongaria

    pada tahun 1938 tiba dan menetap di Inggris. Selain dalam bidang pendidikan,

    kontribusi Laban di bidang tari adalah dalam koreografi, notasi Laban

    (Labannotation) yaitu system pencatatan dan evaluasi gerak khususnya gerak

    tari yang dilakukan dengan metode observasi (Davies. 2001: 19-28).

    Di dalam bukunya yang berjudul Modern Educational Dance, Laban

    (1976) menuangkan pemikirannya mengenai pendekatan untuk mengajar tari

    di sekolah umum ditekankan pada pembelajaran kreatif namun tidak

    berorientasi kepada hasil akhir yang berupa pertunjukan yang megah atau

    pertunjukan yang mengandung nilai-nilai seni yang tinggi, sebagaimana

    misalnya tarian yang diciptakan oleh seorang koreografer. Dalam hal ini Laban

    menekankan bahwa hal-hal yang menguntungkan dari aktifitas tari kreatif

    hendaknya dapat menyumbang kepada perkembangan kepribadian siswa.

    Selanjutnya Laban (1976: 12) menjelaskan bahwa anak-anak

    mempunyai dorongan alamiah untuk menampilkan gerakan-gerakan "seperti

    tarian" dan secara tidak disadari hal itu merupakan cara yang baik untuk

    memperkenalkan tari secara dini pada anak, serta memberi kesempatan

    kepada mereka untuk mengembangkan kemampuan berekspresi secara

    spontan melalui geraknya atau free dance.

    Ide Laban dalam tari pendidikan dipicu oleh adanya gerakan

    pembebasan diri dari aturan-aturan tari balet klasik yang pada waktu itu muncul

  • 7

    di benua Eropa dan Amerika, yaitu dengan adanya modern dance yang

    menekankan kepada kebebasan berekspresi diri khususnya dalam bentuk

    gerak yang bebas dari aturan balet klasik.

    Berdasatkan kepada kemampuan alamiah dan kebebasan ekspresi

    yang dimiliki anak-anak, Laban di dalam bukunya yang berjudul Modern

    Educational Dance (1976: 12) merumuskan tugas yang harus dilakukan

    sekolah dalam penyelenggaraan tari kreatif, pertama membimbing siswa untuk

    menumbuhkan spontanitas gerak dan kedua membimbing siswa belajar

    memahami prinsip-prinsip untuk melakukan atau menguasai geraknya.

    Konsep tentang pembelajaran tari kreatif yang diciptakan oleh Laban

    tersebut mengalami perkembangan baik di lnggris maupun di luar negara

    Inggris. Beberapa perkembangannya yang dapat dilaporkan antara lain adalah

    di Inggris, Amerika dan Indonesia.

    Di Inggris Autard dalam bukunya Dance Composition (1996) dan The

    Art of Dance Education (1994) menjelaskan bahwa tari pendidikan atau tari

    kreatif merupakan model yang digunakan dalam kurikulum di Inggris periode

    tahun 5-1975. Selanjutnya Autard (1994:4) menyatakan bahwa karakteristik

    dari pembelajaran tari kreatif adalah pada proses pembelajaran tari anak dan

    bukan semata-mata pada hasilnya, serta kontribusi tari terhadap

    perkembangan individu siswa dalam perasaan dan emosional.

    Di Amerika model pembelajaran tari kreatif dikenal dengan istilah

    movement education dan diterapkan sebagai bagian dalam pembelajaran

    pendidikan jasmani pada khususnya di sekolah Dasar. Menurut Kraus dkk

    (1997: 325) dari beberapa laporan yang dipublikasikan dinyatakan pentingnya

    kegiatan movement education dalam pelajaran pendidikan jasmani tersebut.

    Burton (dalam Kraus dkk, 1997: 325) memaparkan pembelajaran

    movement education dalam pendidikan jasmani merupakan pelajaran terpadu

    yang kontribusinya berupa pengembangan respon gerakan yang efektif, efisien

    dan ekspresif dalam diri siswa untuk mengungkapkan pikirannya, perasaan

    yang dikomunikasikannya pada orang lain. Pembelajaran ini menekankan pada

  • 8

    kesadaran tubuh dan diri siswa, penguasaan keterampilan gerak dasar dan

    pengembangan geraknya. Eksplorasi merupakan metode yang utama dalam

    pembelajarannya dan pendekatannya berpusat pada siswa untuk

    mengembangkaan diri siswa sebagai individu yang spontan, dan mampu

    belajar untuk menemukan sendiri (self discovery).

    Di Indonesia pembelajaran tari secara kreatif dari Rudolf Laban tersebut

    dikenal dengan istilah tari pendidikan, yaitu tari sebagai sarana pendidikan

    yang menekankan kepada kreatifitas siswa untuk menciptakan sendiri

    tariannya. Dalam hal ini tari pendidikan khususnya ditujukan bagi siswa-siswa

    di sekolah umum (Sedyawati, 2002:2).

    Dalam kaitan pendidikan di Indonesia, khususnya didaerah Jakarta dan

    sekitamya, selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu

    mempertimbangkan tari pendidikan sebagai bahan acuan untuk kurikulum di

    sekolah umum (Parani, 1996:4).

    Munculnya metode kreatif sebagai metode utama dari tari pendidikan

    yang diadakannya penataran guru oleh Dinas Kebudayaan Jakarta saat itu.

    Menurut Sedyawati (2002:6) di dalam tari kreatif faktor guru memegang

    peranan penting, artinya guru sebagai nara sumber harus mempunyai bekal

    berupa kemahiran berpraktek seni tari yang memadai untuk mampu

    menggerakkan daya kreasi tari pada murid-muridnya. Selain itu agar mampu

    melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang guru tari harus mempunyai

    perhatian dan kemahiran akan ilmu pendidikan.

    Sejak tahun 1996 sampai saat ini Universitas Negeri Jakarta (dulu IKIP

    Jakarta) mengangkat tari pendidikan sebagai salah satu mata kuliah pada

    program tari (Jurusan Seni Tari) .

    2. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

    Model pembelajaran menurut Richard I. Arends (2008: 259) adalah mencakup pendekatan pembelajaran secara keseluruhan, yang luas, dan

    bukan strategi atau teknik tertentu. Model pembelajaran memiliki beberapa

  • 9

    atribut yang tidak dimiliki berbagai strategi dan metode yang spesifik. Atribut-

    atribut sebuah model adalah adanya basis teoritis yang koheren atau sebuah

    sudut pandang tentang apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana

    mereka belajar, dan model itu merekomendasikan berbagai perilaku

    mengajar dan struktur kelas yang dibutuhkan untuk mewujudkan berbagai

    tipe pembelajaran yang berbeda.

    Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

    pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

    sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

    tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

    pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

    mengajar. Model pembelajaran terpadu adalah salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap anak, terutama

    meningkatkan daya imajinasi anak yang merupakan modal untuk

    pengembangan kreativitas anak. Menurut Joni, T.R (1996:3), pembelajaran

    terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa,

    baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan

    menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan

    otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik

    atau eksplorasi/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran.

    Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa

    belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secera serempak.

    Senada dengan pendapat di atas menurut Hadisubroto dalam Tianto

    (2007: 6), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan

    suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok

    bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan

    secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih,

    dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi

    lebih bermakna.

  • 10

    a. Pengertian Pembelajaran Terpadu - Pembelajaran berawal dari adanya pusat minat yang digunakan untuk

    memahami gejala dan konsep lain, yang berasal dari bidang seni

    tertentu maupun bidang seni lain.

    - Cara untuk mengembangkan pengetahuan, apresiasi dan ketrampilan siswa secara simultan

    - Pendekatan belajar yang menghubungkan berbagai konsep dalam bidang seni yg mencerminkan dunia nyata di sekitar sesuai dengan

    kemampuan dan perkembangan siswa

    - Menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang seni yang berbeda agar anak dapat belajar dan bekerja lebih baik dan bermakna

    - Pendekatan belajar yang menghubungkan berbagai bidang studi atau berbagai konsep dalam satu bidang studi yg mencerminkan dunia nyata

    di sekitar sesuai dengan kemampuan dan perkembangan siswa

    b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu - Berorientasi pada siswa

    - Memberikan pengalaman langsung

    - Belajar tidak sektoral tetapi menyeluruh

    - Bersifat luwes

    - Konsep disajikan dari berbagai bidang studi dalam suatu proses

    pembelajaran

    - Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, kebutuhan

    dan bakat siswa

    - Terdiri dari beragam jenis pembelajaran terpadu

  • 11

    c. Jenis Model pembelajaran terpadu

    Terkait (connected), Model ini paling sederhana yang menekankan pada hubungan secara eksplisit didalam satu bidang studi tentang

    konsep atau prinsip atau tugas

    Jaring laba-laba (webbed), Menekankan pada hubungan antara dua atau lebih bidang studi melalui suatu tema atau topik yang merupakan

    pusat minat yang dikembangkan dari berbagai sudut pandang konsep,

    atau prinsip atau ketrampilan atau berbagai mata pelajaran atau

    bidang studi yang dipadukan. Dikenal sebagai pendekatan tematik,

    model ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh pada

    siswa tentang konsep sehingga hasilnya lebih bermakna bagi siswa

    Terpadu (integrated), Pendekatan lintas disiplin ilmu atau memadukan mata pelajaran yang berbeda bidang ilmunya. Pusat

    minat diangkat dari adanya konsep atau prinsip atau ketrampilan yang

    tumpang tindih antara mata pelajaran dari beberapa bidang kajian.

    Kegiatan perencanaannya diawali dengan TELAAH KURIKULUM

    untuk melihat adanya tumpang tindih konsep atau prinsip atau

    ketrampilan, konsep atau prinsip atau ketrampilan yang tumpang

    tindih diangkat menjadi FOKUS BELAJAR.

    d. Tahapan implementasi pembelajaran terpadu

    Pemilihan tema berdasarkan kesepakatan guru murid Pemilihan Tema berdasarkan kejadian / kondisi sehari-hari Pengembangan sub tema berkaitan dengan tema utama dan bidang

    seni terpilih

  • 12

    Perencanaan pengembangan aktivitas belajar yang perlu dilakukan siswa

    e. Prosedur Perencanaan Pembelajaran Terpadu

    Fokus Tujuan Materi Alokasi waktu Metode Media Pengelolaan kelas Penilaian dan umpan balik

  • 13

    f. Contoh desain Pembelajaran Tema : Kupu-kupu

    Sub Tema : Siklus perkembangbiakan kupu-kupu

  • 14

    C. KESIMPULAN

    Tari pendidikan (educational dance) merupakan tari kreatif (creative

    dance) dan tari ekspresif (expresiv dance) yaitu suatu model pembelajaran

    tari yang menekankan kepada kebebasan berekspresi pribadi siswa dalam

    aktivitas belajar menari kreatif di sekolah umum, khususnya di sekolah dasar

    MATEMATIKA Menghitung lamanya proses perkembangbiakan Kupu-Kupu

    SCIENCE Mengetahui siklus perkembangbiakan Kupu-Kupu

    BAHASA Menceritakan kembali siklus perkembangbiakan Kupu-Kupu

    SENI MUSIK Menyanyikan lagu Kupu-Kupu

    SENI TARI Menarikan tari Kupu-Kupu

    AGAMA Mengagumi ciptaan Allah.SWT

    SENI RUPA Menggambar Kupu-Kupu dan mewarnai

  • 15

    (Autard, 1994: 1). Namun model pembelajaran tari kreatif tersebut secara

    luas dapat digunakan untuk remaja dan orang dewasa (Ulman dalam Laban,

    1976: 29).

    Di dalam bukunya yang berjudul Modern Educational Dance, Laban

    (1976) menuangkan pemikirannya mengenai pendekatan untuk mengajar

    tari di sekolah umum ditekankan pada pembelajaran kreatif namun tidak

    berorientasi kepada hasil akhir yang berupa pertunjukan yang megah atau

    pertunjukan yang mengandung nilai-nilai seni yang tinggi, sebagaimana

    misalnya tarian yang diciptakan oleh seorang koreografer. Dalam hal ini

    Laban menekankan bahwa hal-hal yang menguntungkan dari aktifitas tari

    kreatif hendaknya dapat menyumbang kepada perkembangan kepribadian

    siswa.

    Penerapan pembelajaran tari pendidikan dapat dilaksanakan melalui

    model pembelajaran yang bersifat holistik dan terpadu, pembelajaran

    mengembangkan semua aspek perkembangan, meliputi (1) moral dan nilai-

    nilai agama, (2) sosial- emosional, (3) kognitif (intelektual), (4) bahasa, (5)

    Fisik-motorik, (6) Seni. Pembelajaran bersifat terpadu yaitu tidak

    mengajarkan bidang studi secara terpisah. Satu kegiatan dapat menjadi

    wahana belajar berbagai hal bagi anak. Bermain sambil belajar, dimana

    esensi bermain menjiwai setiap kegiatan pembelajaran amat penting bagi

    PAUD. Esensi bermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak

    terpaksa, dan merdeka menjadi jiwa setiap kegiatan. Pembelajaran

    hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat

    anak tertarik untuk ikut serta, dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur-

    unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut, sehingga anak secara tidak

    sadar telah belajar berbagai hal. Materi pembelajaran PAUD juga amat

    variatif. Ada pendapat yang menyatakan bahwa PAUD hanya

    mengembangkan logika berpikir, berperilaku, dan berkreasi. Adapula yang

    menyatakan bahwa PAUD juga mempersiapkan anak untuk siap belajar

    (ready to learn); yaitu siap belajar berhitung, membaca, menulis. Ada pula

  • 16

    yang menyatakan bahwa materi pembelajaran bebas, yang penting PAUD

    mengembangkan aspek moral-agama, emosional, sosial, fisik-motorik,

    kemampuan berbahasa, seni, dan intelektual. PAUD membimbing anak

    yang premoral agar berkembang ke arah moral realism dan moral relativism.

    Pembelajaran membimbing anak dari yang bersifat egosentris-individual, ke

    arah prososial, dan sosial-komunal. Pembelajaran juga melatih anak

    mengenal jati dirinya (self identity), menghargai dirinya (self esteem), dan

    kemampuan akan dirinya (self efficacy), sehingga pembelajaran tersebut

    dapat membentuk karakter anak usia dini.

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    Bruce Joyce, Marsha Weil, and Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching. New York : Pearson.

    Crain, William. 2007. Theoris of Development, Concept and Aplication. New Jersey : Prentice Hall.

    Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated The Curricula. USA : Skylight Training an Publishing.

    Forman, George E and David S. Kuschner. 1993. The Childs Construction of Knowledge.USA : NAEYC

    Furth. Hans G. 1970. Piaget For Teacher. USA : Prentice Hall INC, Englewood Cliffs, NJ.

    Laban Rudolf. 1985. Madan Education Dance.. London: Mac Donald and Evans.

    Smith, Jacqueline. 1994. The Art of Dance In Education. London : A & C Black.

    Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligences. Alih Bahasa Alexander Sindoro.Batam : Interaksara.

    Trianto.2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifisme. Surabaya : Prestasi Pustaka.

    -----------------. 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka

  • 18

    PROCIDING NASIONAL, UNY