Post on 27-Jul-2020
Prinsip-Prinsip Negara Hukumpada Piagam Mcsdinah danUndang-Undang Dasar 1945
Oleh: Abdul Khair
ABSTRAK
Prinsip-prinsip negara hnkum yang didengungkan-dengungkanoleh negara-negara barat sebenarnya sudah lama dlkenal dalam Islamdan bahkan sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikandengan lahimya Piagam Madinah pada abad ke-7 Masehi, yaitu per-setujuan bersama antara Nabi Muhammad Saw. dengan wakil-wakilpenduduk kota Madinah. Sedangkan pada UUD 1945 yang disahkanpada tanggal 18 Agustus 1945 juga ada prinsip-prinsip Negara hukum,dan diantara keduanya tidak bertentangan bahkan saling ada keter-kaitan, seperti adanya prinsip musyawarah, keadilan, persamaan, per-lindungan HAM dan peradilan bebas.
Pada tulisan ini akan diuraikan secara singkat dan jelas tentangprinsip-prinsip Negara hukum yang terdapat dalam Piagam Madinahkemudian dibandingkan dengan UUD 1945 yang berlaku di NegaraIndonesia.
Kata-kata kunci: Prinsip Negara Hukum, Piagam Madinah, UUD 1945
A. Pendahuluan duk kota Madinah tak lama setelahPiagam tertulis pertama dalam ia hijrah dari Mekkah ke Yatsrib,
sejarah umat manusia yang dapat nama kota Madinah sebelumnya,dibandingkan dengan pengertian pada tahun 622 M. Banyak bukukonstitusi dalam arti modem ada- yang menggambarkan mengenai
lah Piagam Madinah. Piagam ini Piagam Madinah, kadang-kadangdibuat atas dasar persetujuan ber- disebut juga Konstitusi Madinahsama antara Nabi Muhammad (Asshiddiqie, 2004:13).
saw. dengan wakil-waldl pendu- Kekaguman akan bertambah
54 I HIMMAH Vol. IX No. 26 Mel - Agustus 2008
apabila dikaitkan dengan masapembentukaimya. Piagam Madi-nah dibuat pada awal masa klasik
Islam, di permulaan dasawarsa ke-tiga abad ke-7 Masehi, 15 abadyang lalu. Dibanding dengan parapenulis Muslim, para saqana Baratdi abad modern yang memberikanperhatian terhadap naskah politiktersebut, agaknya lebih dulu danlebih banyak. Hal ini menunjukkan
bahwa Piagam Madinah mempun-
yai kedudukan penting dalam per-
jalanan hidup Nabi Muhammadsaw. dan kaum muslimim, khusus-
nya dalam masalah ketatanegara-
an dalam Islam, yang kemudianmengalamiperkembangan (Sukar-
dja, 1995:3).Dalam kaitan Piagam Madinah
dan Ketatanegaraan, Munawir Sja-dzali menekankan "... telaahan
yang seksama atas Piagam itumenjadi sangat penting dalamrangka kajian ulang tentang hu-bungan antara Islam dan ketatanegaraan" (Sjadzali, 1995:3).
Para pihak yang diikat dalamPiagam Madinah yang berisi per-janjian ini ada 13, yaitu komuni-tas-komunitas yang secara ekspli-
sit disebut dalam Piagam Madinah.Ketiga belas komunitas itu adalah:(i) Kaum Mukminin dan MusliminMuhajirin dari suku QuraisyMekkah, (ii) Kaum Mukminin danMuslimin dari Yatsrib, (iii) Kaum
Yahudi dari Banu 'Awf, (iv) Kaum
Yahudi dari Banu Sa'adah, (v)
Kaum Yahudi dari Banu al-Hars,
(vi) Banu Jusyam, (vii) Kaum
Yahudi dari Banu Al-Najjar, (viii)
Kaum Yahudi dari Banu "Amr ibn
'Awf, (ix) Banu al-Nabit, (x) Banu
al-'Aws, (xi) Kaum Yahudi dari
Banu Sa'labah, (xii) Suku Jafnah
dari Banu Sa'labah, dan (xiii) Banu
Syuthaybah (Jimly Asshiddiqie,
2004:14).
Selanjutnya dalam Undang-
Undang Dasar 1945, tidak ditemu-kan suatu rumusan yang in
expressis ̂erZyiymenyebutkan ataumerumuskan "negara hukum".
Hanya penjelasan umum UUD
1945 yang mengatakan bahwaIndonesia negara berdasar atas hukum (rechtsstaai). Banyak tulisanatau pun banyak diskusi telah di-lakukan yang membahas Indonesia Negara Hukum. Namun intinyaadalah : apakah Indonesia negarahukum atau bukan, bagaimanakah
konsep negara hukum (Indonesia)(Hadjon, 1987 : 84). Dalam tulis-
an-tulisan atau pun diskusi-diskusiatau bahkan seminar, pikiran-piki-ran yang muncul adalah pikiran-pikiran mengenai "rechtsstaaf
dan ''the rule of IaW\ Celakanyapildran-pikiran itu kemudian begi-tu saja mencoba mengaitkan kepa-da kriteria "rechtsstaaf maupunkepada kriteria "the rule of law".
Abdul Khair 1 Prinsip-Prinsip Negara Hukum ... | 55
dan sampailah kepada suatu ke-simpulan bahwa Indonesia adalahnegara hukum (Hadjon, 1987:84).
Kalau ditelaah latar belakang
sejarahnya, balk konsep "the ruleof law" maupun konsep "rechts-5/aaf"lahir dari suatu usaha atau
peijuangan menentang kesenang-an penguasa, sedangkan NegaraRepublik Indonesia sejak dalamperencanaan berdirinya jelas-jelasmenentang segala bentuk kesewe-nangan atau absolutisme. Oleh ka-rena itu, jiwa dan isi Negara Hukum Pancasila seyogianya tidaklahdengan begitu saja mengalihkankonsep "the rule oflaw"^X.^M konsep "rechtsstaat"{lA?dioj\y 1987:84).
Secara embrionik, gagasan ne
gara hukum telah dikemukakanoleh Plato ketika ia mengintroduk-si konsep nomoL Gagasan Platotentang negara hukum ini semakintegas ketika didukung oleh murid-nya, Aristotelis. Menurut Aristote-
lis, suatu negara yang baik ialahnegara yang diperintah dengankonstitusi dan berkedaulatan hu
kum. Ada tiga unsur dari peme-rintahan yang berkonstitusi yaitupertama, pemerintahan dilaksana-kan untuk kepentingan umum; ke-dua, pemerintahan dilaksanakan
berdasarkan atas hukum; ketiga,
pemerintahan dilaksanakan ataskehendak rakyat (Ridwan, 2006:
2).
Sarjana lain, seperti Stahlmengemukakan unsur-unsur ne
gara hukum irechtsstaaf) adalah:1) perlindungan hak-hak asasi ma-nusia, 2) pemisahan atau pem-bagian kekuasaan untuk menjaminhak-hak itu, 3) pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan 4) peradilan admi-nistrasi dalam perselisihan (Budi-ardjo, 2004:57).
Pada saat yang hampir ber-samaan muncul pula konsep negara hukum dari A.V. Dicey, iamengemukakan unsur-unsur ne
gara hukum, yaitu: 1) supremasiaturan-aturan hukum, 2) kedu-
dukan yang sama dalam mengha-dapi hukum, 3) teijaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang
serta keputusan pengadilan (Budi-ardjo, 2004:58).
J.B. J.M Ten Berge, yang dikutifoleh Ridwan mengemukakan prin-sip-prinsip negara hukum adalah:1) asas legalitas (pembatasan ke-bebasan warga negara), 2) perlindungan hak-hak asasi, 3) pemerintahan terikat pada hukum, 4) mo-nopoli paksaan pemerintah untukmenjamin penegakan hukum, dan5) pengawasan oleh hakim mer-deka (Ridwan, 2006:9).
Pada makalah ini penulis men-
coba untuk mengungkap apakahpada Piagam Madinah dan Un-dang-Undang Dasar 1945 itu ada
56 I HIMMAH Vol. IX No. 26 Mel - Agustus 2008
prinsip-prinsip negara hukum, dan
kalau memang ada apa saja unsur-unsurnya.
B. Prinsip-prinsip Negara
Hukum pada Piagam
Madinah
. Kalimat-kalimat shahifah (piagam), seperti tercantum dalam ki-
tab Shirah al-Nabawiy Ibnu His-yam, tersusun secara bersambung,
tidak terbagi atas pasal-pasal danbukan berbentuk syair. BismiUah
al-Rahman al-Rahim tertulis padaawal naskah, disusun dengan rang-kaian kalimat berbentuk prosa,jumlah pasal pada Piagam Madinah ini seluruhnya ada 47 pasal.
Piagam Madinah lahir di Jazi-
rah Arab yang sebelumnya diliputikemusyrikan, pertentangan antar-suku, permusuhan kaum kafir Qu-
raisy dengan umat Islam, batasyang jelas antara satu negara dengan negara lain belum ada, dan hukum intemasional belun dikenal.
Dalam pada itu semangat NabiMuhammad saw. dan para peng-
ikutnya untuk menegakkan tauhidmenyala-nyala. Kemusyrikan hams diganti dengan ketauhidan.Hukum-hukum Tuhan perlu dite-gakkan di muka bumi. Keinginanbersatu di kalangan orang-orang
Arab yang telah masuk Islam begi-tu kuat. Tekad Nabi Muhammad
saw. untuk membangun tatanan
hidup bersama sangat mantap dan
realistis, dengan mengikutserta-kan semua golongan, sekalipunberbeda ras, ketumnan, golongan,
danagama (Sukardja, 1995:44).Adapun prinsip-prinsip negara
hukum yang terdapat pada PiagamMadinah adalah sebagai berikut:
1. Prinsip MusyawarahPrinsip ini tidak disebutkan se
cara tegas pada Piagam Madinah.Tetapi bila dipahami salah satu
pasalnya, yakni pasal 17 yaitu :"Sesungguhnya perdamaian orang-
orang mukmin itu satu, tidak di-benarkan seorang mukmin mem-
buat peijanjian damai sendiri tan-pa mukmin yang lain dalam kea-daan perang dijalan Allah, kecualiatas dasar persamaan dan adil diantara mereka".
Pada pasal 17 di atas ada katabila orang mukmin handak meng-adakan perdamaian hams ada dasar persamaan dan adil di antaramereka, mengandung konotasi
bahwa untuk mengadakan perdamaian itu hams disepakati dan di-
terima bersama. Hal ini tentu sajahanya bisa dicapai melalui suatuprosedur yaitu musyawarah diantara mereka (Pulungan, 1996:208).
Musyawarah dapat diartikan
sebagai suatu fomm tukar menu-
kar pikiran, gagasan ataupun ide.
Abdul Khair | Prinsip-Prinsip Negara Hukum ... | 57
termasuk saran-saran yang diaju-kan dalam memecahkan sesuatu
masalah sebelum tiba pada suatupengambilan keputusan. Dilihatdari sudut kenegaraan, maka mu-syawarah adalah suatu prinsipkonstitusional dalam nomokrasi
Islam yang wajib dilaksanakan dalam suatu pemerintahan dengantujuan untuk mencegah lahimyakeputusan yang merugikan kepen-tingan umum atau rakyat. Sebagaisuatu prinsip konstitusional, makadalam nomokrasi Islam musyawa-
rah berfungsi sebagai "rem" ataupencegah kekuasaan yang absolutdari seorang penguasa atau kepalanegara (Azhary, 1995:83).
Prinsip musyawarah ini sesuaidengan al-Qur'an surah Ali Imran,
ayat 159 yang artinya: "... danbermuyawarahlah engkau haiMuhammad dengan mereka dalamsetiap urusan kemasyarakatan"
(Q.S. Ali Imran:159).
Nabi tidak pernah memecahkan masalah yang menyangkut ke-pentingan umum seorang diri. laadalah orang yang paling banyakmelakukan musyawarah apabila
menghadapi suatu masalah umatIslam. Pada masa Nabi, musyawa
rah cukup dilakukan di mesjid, ka-rena mesjid pada hakikatnya me-rupakan pusat seluruh kegiatan,baik ibadat maupun muamalat dalam makna hal-hal yang berkaitan
dengan kemasyarakatan.Tradisi ini dilanjutkan oleh ke-
empat Khalifah yang mengganti-kan Rasulullah, yaitu Abu Bakar,Umar, Usman dan Ali. Misalnya,
masalah suksesi jabatan khalifahdipecahkan melalui musyawarahdi antara tokoh-tokoh Madinah ke-
tika itu yang pada umumnya adalah pula para saliabat Rasul.
Kemudian dalam sejarah Islam
di zaman Pemerintahan Abbasiah
ada suatu lembaga musyawarahyang disebut Dewan Syura seba-gaimana dicatat oleh Abdul Malikal-Sayed. Anggota-anggota Dewan
Syura ini adalah pilihan rakyat dandewan ini pula yang memilih kepala pemerintahan propinsi (Azhary, 1995:85).
Pada masa kini musyawarahdapat dilaksanakan melalui suatulembaga pemerintahan yang disebut dewan perwakilan atau apa-
pun namanya yang sesuai dengankebutuhan pada suatu waktu dantempat. Aplikasi musyawarah termasuk dalam bidang atau lingkup
wilayah ijtihad manusia.
2. Prinsip keadilanPinsip ini mendapat posisi da
lam Piagam Madinah yang dinya-takan secara tegas sebagai sistemperundang-undangan dalam kehi-dupan masyarakat Negara Madinah. Dalam pasal 2-10 dinyata-
58 I HIMMAH Vol. IX No. 26 Mel - Agustus 2008
kan bahwa orang-orang mukminhams berlaku adil dalam memba-
yar diat dan menebus tawanan. Ti-
dak boleh ada pihak yang dimgi-
kan.
Esensi ketetapan pasal-pasaltersebut agar permusuhan dan
dendam tidak berkelanjutan di an-tara pihak-pihak yang bersengke-
ta, sehingga hubungan sosial dansilaturrahmi mereka tetap harmo-
nis. Ini hanya bisa terwujud bila
semua pihak merasakan adanya
keadilan (Pulungan, 1996:223).Pada al-Qufan ada beberapa
ayat yang memerintahkan untuk
berbuat adil, diantaranya yaitu surah al-Maidah ayat 8, yang artinya:"Hai orang-orang yang beriman,
hendaknya kamu menjadimanusia
yang lurus karena AUah^ menjadisaksi yang adil dan Janganlah ke-bencianmu terhadap satu kaum
menyebabkan kamu tidak adil. Be-rsikap adij karena adilitu lebih de-katkepada takwa dan bertakwalahkepada Allah, karena sesungguh-nya Allah sangat mengetahui semua yangkamu lakukan. "
Dari ayat tersebut dapat diben-tuk sekurangnya lima garis hukumyang berisi perintah dan laranganAllah kepada manusia, yaitu:
Pertama, perintah kepadaorang-orang yang beriman supayamenjadi manusia yang adil (dariperkataan al-qist) karena Allah.
Garis hukum ini mengandungmakna bahwa setiap perbuatan
yang adil dilakukan oleh manusia
karena keikhlasannya semata-ma-
ta kepada Allah, bukan karena hal-
hallain.
Kedua, Perintah kepada orang-orang beriman supaya menjadisaksi adil. Artinya, dalam kesaksi-
annya itu, ia tidak memihak kepada siapapun, kecuali kepada kebe-naran.
Ketiga, larangan kepada ora
ng-orang yang beriman untuk ber-
sikap tidak adil, karena motivasiimosional atau sentimen yang ne-
gatif (bend) kepada suatu kelom-pok manusia. Secara a contrarioayat ini dapat ditafsirkan pula, manusia dilarang bersikap tidak adilkarena motivasi emosional yang
positif, misalnya rasa sayang ataubelas kasihan kepada suatu kelo-mpok atau seorang tertentu. Ring-kasnya, setiap orang beriman wa-jib menjadi saksi yang adil tanpadipengamhi oleh sesuatu perasaanapapun, kecuali kebenaran.
Keempat, perintah kepada orang-orang yang beriman supayabersikap adil, karena adil lebih de-kat kepada takwa. Garis hukum inimempakan penegasan dari garishukum yang pertama dalam ayatini. Disini digambarkan bahwa si-
kap adil itu lebih dekat kepada takwa. Artinya, orang yang bersikap
Abdul Khair | Prinsip-Prinsip Negara Hukum ... | 59
adil sudah menempatkan dirinyapada suatu posisi yang mendekatiderajat takwa. Sedangkan derajattakwa dalam doktrin Islam se-
bagaimana telah dijelaskan meru-pakan suatu tolok ukur bagi kemu-liaan manusia dalam pandangan
Allah, karena itu dalam garis hukum.
Kelima, manusia diperintah-kan untuk bertakwa kepada Allah,artinya selalu melaksanakan perin-tah-perintahNya dan menghindarilarangan-laranganNya.
Prinsip keadilan dalam Islammengandung konsep yang bernilaitinggi. la tidak identik dengan keadilan yang diciptakan manusia.
Keadilan buatan manusia dengan
doktrin humanisme telah mengha-silkan nilai-nilai transendental dan
terlalu mengangungkan manusiasebagai individu, sehingga manusia menjadi titik sentral. Sebalik-nya, konsep keadilan dalam no-mokrasi Islam menempatkan ma
nusia pada kedudukannya yangwajar baik sebagai individu mau-pun sebagai suatu "hamba Allah"yang nilainya ditentukan oleh hu-bungannya dengan Allah dengansesama manusia sendiri (Q.S. Ali
Imran:112).
Dalam doktrin Islam hanya
Allah yang menempati posisi yangsentral. Karena itu keadilan dalam
humanisme Islam selalu bersifat
teosentrik, artinya bertumpu danberpusat kepada Allah Tuhan Yang
Maha Esa dan Maha Kuasa. Deng
an demikian konsep keadilan dalam Islam memiliki kelebihan yang
tidak dijumpai dalam konsep-kon-sep keadilan menurut versi manu
sia.
3. Prinsip Persamaan
Prinsip persamaan pada Pia-gam Madinah dapat dilihat padapasal 16 yaitu : "Dan bahwa orangyahudi yang mengikuti kami akanmemperoleh hak perlindungandan hak persamaan tanpa adapenganiayaan dan tidak ada yangmembantu musuh mereka".
Sedangkan pada pasal 46 Pia-gam Madinah berbunyi: "Dan bahwa Yahudi al-Aus, sekutu mereka
dan diri (jiwa) mereka memper
oleh hak seperti apa yang terdapatbagi pemilik shahifah ini sertamemperoleh perlakuan yang baikdari pemilik shahifah ini.
Prinsip persamaan dalam Islam mengandung aspek luas. lamencakup persamaan dalam sega-la bidang kehidupan. Persamaanitu meliputi bidang hukum, politik,ekonomi, sosial dan Iain-lain. Per
samaan dalam bidang hukummemberikan jaminan akan per
lakuan dan perlindungan hukumyang sama terhadap semua orangtanpa memandang kedudukannya.
60 I HIMMAH Vol. IX No. 26 Mei - Agustus 2008
apakah ia dari kalangan rakyat bia-sa atau dari kelompok elit. Prinsip
ini telah ditegakkan oleh Nabi
Muhammad saw. Sebagai Kepala
Negara Madinah, ketika ada se-
mentara pihak yang menghindaridispensasi karena tersangka bera-sal dari kelompok elit.
Prinsip persamaan ini dalam
Islam didasarkan pada al-Qur'ansurah al-Hujarat ayat 13, yang
artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu daii seoranglaki-laki dan seorang perempuandan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di sisi Allah ialah orang-
orang yang paling takwa diantarakamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahuidan Maha Mengenal."
Nabi Muhammad saw. telah
menerapkan prinsip persamaan
hukum walaupun terhadap se
orang Yahudi dalam kedudukan-
nya sebagai kreditur. Ia menagihhutang kepada Nabi dengan men-geluarkan perkataan yang tidakpantas di hadapan Kepala NegaraMadinah. Para sahabat sudah tidak
dapat menahan perasaan mereka.Tetapi Nabi bersabda: "Biarkanlahia bicara, karena ia berhak untuk
itu".
Peristiwa ini menunjukkanbahwa Nabi sebagai Kepala Negara
Madinah memberikan persamaanhak kepada orang Yahudi itu. Ma-sih ada contoh-contoh lain dari ka
langan bukan elit menduduki ja-batan-jabatan umum. Beberapanama yang tadinya dikenal sebagaisahaya, dalam masa Pemerintahan
Islam mereka menduduki jabatanpenting, misalnya Zaid bin Harit-sah pernah menjabat sebagai
Panglima, dan Usamah, puteranya
pemah menjabat sebagai Guber-nur. Pengalaman dalam sejarah Islam ini dapat dikatakan merupa-kan fakta atau kenyataan yangmemperkuat pendirian bahwa da
lam Islam manusia memiliki posisisama.
4. Prinsip Pengakuan danPerlindungan terhadap HAMDalam Nomokrasi Islam hak-
hak asasi manusia bukan hanya di-
akui tetapi juga dilindungi sepe-nuhnya. Karena itu, dalam hu-bungan ini ada dua prinsip yangsangat penting yaitu prinsip pengakuan hak-hak asasi manusia dan
prinsip perlindungan terhadaphak-hak tersebut (Azhary, 1995:
94).
Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap HAM ini terdapatdalam al-Qur'an antara lain dalam
surah al-Isra ayat 70, yang artinya:
Abdul Khair | Prinsip-Prinsip Negara Hukum ... | 61
"Dan sesungguhnya Kami telah
memuliakan anak-anak Adam Ka
mi tebarkan mereka di darat dan di
lautserta Kami anugerahi mereka
rezekiyang baik-baik dan Kami le-
bihkan mereka dengan kelebihanyang sempuma dan pada keban-yakan makhluk yang telah Kamiciptakan."
Tentang martabat manusiaberkaitan erat dengan karamah
atau kemuliaan yang dikaruniakan
Allah kepadanya. Manusia dicipta-kan Allah dengan suatu martabatyang sangat berbeda denganmakhluk-makhluk lain ciptaan-
Nya. Manusia memiliki atributatau perlengkapan fisik dan rohani
tersendiri yang tidak terdapat padamakhluk-makhluk lainnya. Salahsatu ciri yang memberikan martabat dan kemuliaan kepada manusia itu ialah kemampuan manusiauntuk berpikir dan menggunakanakalnya sebagai suatu atribut yanghanya dimiliki manusia. Denganstruktur fisik dan rohani yang se-perti itu, manusia secara fitrah
atau naluri memiliki martabat dan
kemuliaan yang hams diakui dandilindungi.
Salah satu prinsip pengakuandan perlindungan yang berkaitan
dengan martabat manusia itu telahdigariskan dalam al-Qur'an, yangartinya : "Dan janganlah kamumembunuh nyawa yang diharam-
kan AUahj kecuali dengan suatu
alasan yang benafCQ-S.^ al-Isra :
33).
5. Prinsip Peradilan BebasDalam nomokrasi Islam, hakim
memiliki kedudukan yang bebas
dari pengaruh siapapun. Hakimbebas pula menentukan dan me-netapkan putusannya. Bahkan iamemiliki suatu kewenangan untuk
melakukan ijtihad dalam mene-
gakkan hukum. Ketika Mu'adz binJabal diangkat oleh Nabi sebagaihakim di Yaman, Nabi sebagai ke-
pala Negara Madinah bertanya kepada Mu'adz sebelum ia menem-patiposnyaitu.
"Dengan apa kau akan meng-
adili sesuatu perkara?"Jawab Mu'adz: "Dengan al-
Qur'an".
Tanya Nabi: "Kalau di dalam-nya tidak engkau jumpai sesuatuketentuan hukum?".
Jawab Mu'adz: "Dengan Sun-
nah Rasulullah".
Tanya Nabi lagi: "Kalau dida-lamnya juga tiada sesuatu ketentuan hukum?"
Jawab Mu'adz: "Saya akan ber-
ijtihad dengan menggunakan akalpikiransaya".
Nabi membenarkan pendirianMu'adz bin Jabal itu. Dengan de-mikian, suatu putusan hakim yangdidasarkan pada ijtihadnya dapat
62 I HIMMAH Vol. iX No. 26 Mei - Agustus 2008
merupakan sumber ketiga dalam
hukum Islam.
Prinsip peradilan bebas dalamnomokrasi Islam tidak boleh ber-
tentangan dengan tujuan hukum
Islam, jiwa al-Qur'an dan Sunnah.Dalam melaksanakan prinsip per
adilan bebas hakim wajib mem-perhatikan pula prinsip amanah,
karena kekuasaan kehakiman yang
berada ditangannya adalah pula
suatu amanah dari rakyat kepada-
nya yang wajib ia pelOiara dengansebaik-baiknya, sebelum ia mene-
tapkan putusannya hakim wajibbermusyawarah dengan para kole-
ganya agar dapat dicapai suatu pu-tusanyang seadil-adilnya. Putusan
yang adil merupakan tujuan utamadari kekuasaan kehakiman yang
bebas.
C. Prinsip-Prinsip NegaraHukum padaUUD 1945
Utrecht membedakan antara
negara hukum formil atau negarahukum klasik, dan negara hukummateriel atau negara hukum modern (Utrecht, 1992:9). Negarahukum menyangkut pengertianhukum yang bersifat formil dansempit, yaitu dalam arti peraturanperundang-undangan tertulis. Se-dangkan yang kedua, yaitu negarahukum materiel yang lebih mu-takhir mencakup pula pengertian
keadilan di dalamnya.
Selanjutnya akan diuraikanprinsip-prinsip negara hukumyang terdapat pada Undang-Un-
dang Dasar 1945, yaitu sebagaiberikut:
1. Bersifat Demokratis
{Democratische Rechts-
staat),
Ketentuan tentang pentingnya
demokrasi atau musyawarah ini
dapat ditemukan pada Undang-Undang Dasar 1945 yaitu pasal 2
ayat (1) yang berbunyi : "MajelisPermusyawaratan Rakyat terdiri
atas anggota Dewan PerwakilanRakyat dan Anggota Dewan Per
wakilan Daerah yang dipilih me-
lalui pemilihan umum dan diaturlebih lanjut dengan undang-undang".
Prinsip demokrasi atau kedau-latan rakyat kalau dilaksanakandengan baik dapat menjamin pe-ran serta masyarakat dalam prosespengambilan keputusan kenegara-an, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang ditetap-kan dan ditegakkan mencermin-
kan perasaan keadilan yang hidupditengah masyarakat.
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh ditetapkan dan diterap-kan secara sepihak oleh dan/atauhanya untuk kepentingan pengu-asa secara bertentangan denganprinsip-prinsip demokrasi. Karena
Abdul Khair | Prinsip-Prinsip Negara Hukum ... | 63
hukum memang tidak dimaksud-
kan untuk hanya menjainin ke-
pentingan segelintir orang yangberkuasa, melainkan menjainin
kepentingan akan rasa adil bagi
semua orang tanpa kecuali. Deng-
an demikian, negara hukum
(rechtsstaat) yang dikembangkanbukanlah "absolute rechtsstaat",
melainkan "democratische recht-
staafanau. negara hukum yang de-
mokratis. Dengan perkataan lain,
dalam setiap Negara Hukum yang
bersifat nomokratis harus dijaminadanya demokrasi (Asshiddiqie,2004:128).
2. Supremasi Hukum
(Supremacy of law)
Adanya pengakuan normatifdan emperik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua
masalah diselesaikan dengan hukum, yaitu semua masalah disele
saikan dengan hukum sebagai pe-doman tertinggi. Dalam perspektifsupremasi hukum, pada hakikat-nya pemimpin tertinggi negarayang sesungguhnya bukanlah ma-
nusia, tetapi konstitusi yang men-cerminkan hukum yang tertinggi(Asshiddiqie, 2004:128).
Masalah supremasi hukum inipada pembukaan UUD 1945 ter-dapat pada penjelasan romawi Iyang berbunyi : "Indonesia ialahnegara yang berdasarkan atas
hukum (rechtsstaat)".
3. Persamaan dalam hukum
(equality before the law)
Prinsip persamaan dalam hu
kum dapat ditemukan pada UUD1945 pasal 27 ayat (1) yang ber
bunyi:"Segala warga negara bersa-
maan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidakadakecualinya".
Adanya persamaan kedudukansetiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secaranormatif dan dilaksanakan secara
empirik. Dalam rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan tin-dakan diskriminatif dalam segalabentuk dan manifestasinya diakuisebagai sikap dan tindakan yangterlarang.
4. Perlindungan Hak AsasiManusia
Pada pernyataan Indonesia
merdeka, termuat hak asasi manu
sia yang universal yang berbunyi
sebagai berikut:"Bahwa sesungguhnya kemer-dekaan itu ialah hak segalabangsa dan oleh sebab itu ma-ka perjajahan di atas dunia ha
rus dihapuskan, karena tidaksesuai dengan prikemanusian
64 I HIMMAH Vol. IX No. 26 Mel - Agustus 2008
dankeadilan".
Sebagai penjelasan, Ketua Pa-
nitia Perancang UUD mengemuka-
kan, bahwa bangsa Indonesia di
zaman dahulu telah mempunyai ri-
wayat mulia dan bahagia, sebagaibangsa merdeka yang bertanah airmerdeka dan bemegara merdeka,yang batas-batasnya meliputi selu-ruh kepulauan Indonesia sampaike Papua, malah melampaui keda-ratan Asia ke batas-batas tanah
Siam (Hadjon, 1985:60).
5. Peradilan Bebas
Peradilan bebas dan tidak me-
mihak dapat ditemukan pada pasal24 ayat (1) UUD 1945 yang ber-bunyi:
"Kekuasaan kehakiman meru-
pakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakanperadilan guna menegakkanhukum dan keadilan".
Pada penjelasannya disebut-kan bahwa kekuasaan kehakiman
ialah kekuasaan yang merdeka, ar-tinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintahan. Berhu-bung dengan itu, hams diadakanjaminan dalam undang-undangtentang kedudukan para hakim. Disamping itu juga dalam menjalan-kan tugasnya, proses pemeriksaanperkara oleh hakim juga hams ber-sifat terbuka, dan dalam menen-tukan penilaicm dan menjatuhkan
putusan, hakim hams menghayatinilai-nilai keadilan yang hidup di-
tengah-tengah masyarakat.
D. Analisis
Berdasarkan kajian di atas da-.
pat dipahami bahwa antara Pia-gam Madinah dan Undang-Un-dang Dasar 1945 ada memuat
mengenai prinsip-prinsip negara
hukum. Hal ini menunjukkan bah
wa betapa besamya perhatian Is
lam terhadap kepentingan dan
perhndungan kepada umat manu-sia baik dia beragama Islam mau-punnon Islam.
Prinsip-prinsip negara hukumyang terdapat pada Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar
1945 tidaklah saling bertentangan,dan bahkan di antara keduanyaterdapat persamaan-persamaan.
Dengan adanya persamaan-persamaan ini berarti Piagam Madinah
yang dibuat pada abad ke-7 Mase-hi dulu sampai sekarang prinsip-prinsipnya masih sesuai denganmasa sekarang ini.
E. Penutup
Sebagai akhir dari makalah inipenulis akan memberikan sebuahkesimpulan bahwa, Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal dandibuat pada masa klasikyaitu abadke VII mempakan piagam tertua didunia, namun tetap dapat meme-
Abdul Khair | Prinsip-Prinsip Negara Hukum ... | 65
nuhi sebagai konstitusi modern ka-rena di dalamnya memuat prinsip-
prinsip hukum, seperti: 1) prinsip-prinsip musyawarah dalam men-yelesaikan persoalan, 2) prinsipkeadilan, 3) prinsip persamaan didepan hukum, 4) prinsip pengaku-an dan perlindungan HAM, dan 5)prinsip peradilan bebas.
Pada Undang-Undang Dasar1945 ada juga ditemukan prinsip-
prinsip negara hukum, yaitu: 1)demokrasi, terutama dalam meng-
ambil keputusan haruslah melibat-kan masyarakat, 2) supremasi hu
kum, disini menyatakan bahwa hu
kum sebagai panglima, 3) persa
maan dalam hukum, maksudnya
adalah tidak boleh bersikap des-
kriminasi, 4) perlindungan HAM,
dapat ditemukan pada UUD 1945ahnea I, 5) peradilan bebas, mak
sudnya hakim dalam mengambilkeputusan tidak boleh mendapat
pengaruh dari eksekutif atau punlegislatif.
DAFTARPUSTAKA
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945(Kajian Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama dalamMasyarakatMajemuk), UI Press, Jakarta, 1995.
Alamsyah Ratu Perwiranegara, Islam dan Pembangunan Politik diIndonesia, CV. HajiMasagung, Jakarta, 1987.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Press,Jakarta, Get.5,1985.
Jimly Asshiddqie, Konstitui dan Konstitusionalisme Indonesia,Diterbitkan oleh Mahkamah Konstitusi RI dan Pusat Studi
hukum Tata Negara Fak. Hukum Universitas Indonesia, UI Press,
Jakarta, 2004.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT.Binallmu, Surabaya, 1987.
Ridwan. H.R., Hukum Administrasi Negara, Rajawali Press, Jakarta,2006.
Sayuti Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah(Ditinjau dari Pandangan Al-Qur'an), Lembaga Studi Islam danKemasyarakatan, Jakarta, 1996.
66 I HIMMAH Vol. IX No. 26 Mei - Agustus 2008
Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum, Bulan Bintang, Jakarta,1992.
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah danPemikiranj UI Press, Jakarta, 1990.
Miriam Budiardjo, Dasar-DasarllmuPolitik, Pustaka Gramedia, Jakarta,2004.
Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar,Jakarta, 1992.
UUD '45 Undang-Undang Dasar HI dan Amandemen, Karya Utama,Surabaya, 2004.