Post on 12-Jan-2016
description
Premedikasi atau preanesthetic adalah pemberian obat yang dilakukan sebelum pemberian
anestesi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan atau durasi, dan pemulihan anestesi.
Obat sebagai premedikasi umumnya diberikan sekitar 1 hingga 2 jam sebelum dilakukan pemberian
anestesi dan dilakukan secara injeksi intramuscular, subkutan atau intravena. Pemberian obat
premedikasi dilakukan dengan tujuan :
1. Agar induksi dari anestesi dapat berjalan dengan baik (smooth) dan aman (safe)
2. Mengurangi jumlah dosis zat aktif anestesi sehingga dengan demikian akan dapat
mengurangi efek buruk baik secara farmakologis atau pun ekonomis
3. Mencapat stadium anestesi yang stabil.
Salah satu jenis obat premedikasi yang umum diberikan sebelum pemberian anestesi adalah
transquilizer. Transquilizer disebut juga ataraktika atau anxiolitika dan sering kali dikenal sebagai obat
penenang, obat-obat ini dapat menekan sisten saraf pusat, bekerja sebagai anxiolitis, antikonvulsif
dan relaksasi otot. Penggunaan transquilizer secara berkelanjutan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Obat-obat transquilizer dapat di klaisifikasikan dalam tiga golongan, yaitu golongan
phenotiazine, benzodiazepine dan thiazine.
Golongan Phenotiazin
Obat golongan ini tidak bekerja mendepresi pernafasan dan menimbulkan efek yang minimal
terhadap jantung sehingga efektif digunakan pada semua jenis hewan. Contoh obat pada golongan
ini adalah ;
Acepromazine meleat
Acepromazine umum digunakan sebagai sedative dan antiemetic, bekerja
menenangkan hewan. Obat golongan ini biasanya digunakan pada anjing dan kucing. Pada
kuda, acepromazine digunakan sebagai sedative pre-anesthesi dan mereduksi anesthesia
related death. Penggunaannya biasanya dikombinasikan dengan midazolam atau diazepam,
dan tidak direkomendasikan pada geriatric atau debilitated animals, terutama anjing.
Dosis normal yang ditentukan untuk acepromazine adalah 0.25 mg untuk 1 mg per pon berat
badan atau 0.05 – 0.22 mg/kg BB dan umumnya diberikan 45 sampai 1 jam sebelum
diberikan anestesi.
a. Pada anjing
Diaplikasikan via subcutan dan intramuscular. Anjing jenis boxer sensitive terhadap
pemberian obat ini.
b. Pada kuda
Pada kuda, pemberian acepromazine dapat dilakukan secara intramuscular dan
berefek pada 30 – 45 menit, atau dapat diberikan secara intravena dan berefek pada
15 menit setelah pemberian. Pemberian acepromazine pada kuda sebagai obat pre-
anestesi terbukti dapat mereduksi perianaesthetic mortality rate. Dalam beberapa
kondisi, acepromazine digunakan sebagai vasodilatator pada treatmen dari laminitis.
Pemberian obat ini tidak disarankan pada hewan yang sedang bunting
c. Pada kucing
Efek samping penggunaan obat ini pada kucing adalah kolaps pada cardiovaskuler.
Chlorpromazine hydrochloride
Chlorpromazine HCl digunakan sebagai antiemetic, sedative dan analgesic. Sebagai
obat preanestesi, chlorpromazine diberikan dengan dosis 1.1 mg/kg sampai 5.00 mg/kg BB
pada anjing dan 1.00 mg/kg BB sampai 2.00 mg/kg BB pada kucing secara intramuscular
ataupun subcutan. Pemberian obat ini tidak direkombinasikan pada hewan dengan penyakit
hati, jantung, hipotensi, epilepsy, geriatric atau hewan dalam keadaan bunting ataupun
menyusui.
Golongan benzodiazepine
Obat ini bekerja dengan manghambat GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan menghambat
neurotransmitter pada hewan. Berfungsi untuk menghilangkan kegelisahan, antikonvulsi dan
merelaksasi otot. Obat golongan ini memiliki efek yang minimal pada system pernafasan dan
kardiovaskuler. Pemberian obat golongan ini tidak dianjurkan pada hewan yang memiliki gangguan
fungsi hati karena sulit untuk dimetabolisme.
Contoh obat pada golongan ini adalah :
Diazepam
Diazepam bekerja sebagai muscle relaxant dan memblokir reflex-spinal dan
anticonvulsi. Pemberian diazepam dapat diaplikasikan sendiri ataupun dikombinasikan
dengan obat lain seperti ketamine atau phencyclidine untuk menghindari terjadinya konvulsi.
Pengaplikasian diazepam dapat dilakukan secara per-oral, intra vena atau intramuscular
dengan dosis 1 – 3.50 mg/kg BB. Diazepam dimetabolisme secara lambat , efek mulai
ditimbulkan dalam 1 – 2 menit pada pemberian intravena dan 15-30 menit pada pemberian
intramuscular. Penginjeksian intravena sebaiknya dilakukan secara perlahan karena dapat
menimbulkan thrombophlebitis dan cardiotoxicity.
Pemberian diazepam tidak diusulkan pada hewan hamil dan menyusui. Pemberian
diazepam yang berlebih dapat menghasilkan depresi SSP yang signifikan seperti disorientas,
depresi, reflex menurun dan koma
Lorazepam
Lorazepam dikenal jga sebagai ativan, memiliki keenam efek dari obat golongan
benzodiazepine yaitu sebagai anxiolytik amnesic, sedative, anticonvulsant, antiemetic dan
muscle relaxant. Lorazepam memiliki efek yang kuat sebagai obat sedative dengan tanpa
menimbulkan efek yang besar pada system pernafasan dan kardiovaskuler. Pemberian dapat
dilakukan secara
Golongan thiazine
Bekerja menghambat reflex pada susunan saraf pusat sehingga dapat merelaksasi otot, dan
menghasilkan efek sedasi serta analgesic. Digolongkan sebaai alpha-2 adrenoreceptor agonis yang
merangsang reseptor alpha-2 adrenoreseptor yang menurunkan tingkatan transmisi neuro
nerepinephrin dalam otak.
Contoh obat golongan ini adalah :
Xylazine
Xylazin bekerja menghambat tonus simpatik karena obat ini mengaktivasi reseptor
pos sinap alpha-2 adrenoreseptor sehingga menyebabkan medriasis, relaksasi otot,
penurunan denyut jantung, penurunan peristaltic dan sedasi. Xylazin diinjeksikan secara
intramuscular. Xylazin umumnya digunakan pada kucing sebagai sedative dalam
pembedahan minor.
Penggunaan xylazin dapat digunakan sendiri atau dapat dikombinasikan dengan obat
lain seperti ketamin, thiopental dan propofal melalui injeksi atau dengan anestesi inhalasi
seperti halotan dan isofluran.Penggunaan xylazin tidak direkombinasikan bagi hewan
penderita obstruksi gastro-intestinal karena pemberian obat ini dapat memberikan efek
muntah.
Xylazin dapat diberikan secara intravena, intramuscular ataupun subkutan dengan
dosis 11 – 33 mg/kg BB
Medetomidin
Metetonidin merupakan obat premedikasi yang khusus digunakan pada hewan.
Pemberian obat ini dapat dilakukan secara intramuscular, subcutan ataupun intravena.
Vena,Pada penggunaan dengan injeksi secara intravena, penurunan dosis harus dilakukan.
Terkadang, penggunaan medetomidine dikombinasikan dengan obat lain seperti
butorphanol dan ketamin untuk menghasilkan anestesi dalam periode pendek pada anestesi
umum. Obat ini tidak direkomendasikan pada penderita diabetes dan kontraindikasi pada
penyakit jantung.
Terdapat beberapa dosis anjuranatau yang umum digunakan untuk penggunaan obat ini
adalah :
1. Anjing : Intramuscular : medetomidin 20 µg/kg BB + butorphanol 0.2 mg/kg BB
Intravena : medetomidin 1 - 2µg / kg BB
2. Kucing : intramuscular : 2 - 10µg / kg BB + butorphanol 0.1 mg/kg BB
Per 4.5 kg BB : medetomidin 1 cc + butorphanol 0.1 cc + ketamin 0.1 cc
deltomidin
detomidine bekerja seperti xylazin sebagai alpha-2 adrenoreseptor dan
menghasilkan efek sedative dan analgesic, tetapi juga memiliki efek terhadap cardiac dan
pernafasan. Saat ini, deltomidin hanya digunakan sebagai sedative analgesic pada kuda.
Deltomidin bekerja secara kontraindikasi pada kuda dengan AV atau SA heart block, severe
coronary insuffiency, cerebrovascular disease, respiratory disease dan chronic renal failure.
Pemberian dapat dilakukan secara intravena atau intramuskular dengan dosis 20- 40
mikrogram/kg atau 0.02 – 0.04 mg/kg. Pada pemberian dosis rendah, detomidine akan
memberikan efek selama 30 – 90 menit sedasi dan 30 – 45 menit analgesik, sementara pada
pemberian dosis tinggi akan memberikan efek selama 90 – 120 menit sedasi dan 45 – 75
menit analgesic.