Premedikasi

6
Premedikasi atau preanesthetic adalah pemberian obat yang dilakukan sebelum pemberian anestesi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan atau durasi, dan pemulihan anestesi. Obat sebagai premedikasi umumnya diberikan sekitar 1 hingga 2 jam sebelum dilakukan pemberian anestesi dan dilakukan secara injeksi intramuscular, subkutan atau intravena. Pemberian obat premedikasi dilakukan dengan tujuan : 1. Agar induksi dari anestesi dapat berjalan dengan baik (smooth) dan aman (safe) 2. Mengurangi jumlah dosis zat aktif anestesi sehingga dengan demikian akan dapat mengurangi efek buruk baik secara farmakologis atau pun ekonomis 3. Mencapat stadium anestesi yang stabil. Salah satu jenis obat premedikasi yang umum diberikan sebelum pemberian anestesi adalah transquilizer. Transquilizer disebut juga ataraktika atau anxiolitika dan sering kali dikenal sebagai obat penenang, obat-obat ini dapat menekan sisten saraf pusat, bekerja sebagai anxiolitis, antikonvulsif dan relaksasi otot. Penggunaan transquilizer secara berkelanjutan dapat menimbulkan ketergantungan. Obat-obat transquilizer dapat di klaisifikasikan dalam tiga golongan, yaitu golongan phenotiazine, benzodiazepine dan thiazine. Golongan Phenotiazin Obat golongan ini tidak bekerja mendepresi pernafasan dan menimbulkan efek yang minimal terhadap jantung sehingga efektif digunakan pada semua jenis hewan. Contoh obat pada golongan ini adalah ; Acepromazine meleat Acepromazine umum digunakan sebagai sedative dan antiemetic, bekerja menenangkan hewan. Obat golongan ini biasanya digunakan pada anjing dan kucing. Pada kuda,

description

beberapa contoh premedikasi yang digunakan sebelum pembedahan atau sebagai restrain kimia

Transcript of Premedikasi

Page 1: Premedikasi

Premedikasi atau preanesthetic adalah pemberian obat yang dilakukan sebelum pemberian

anestesi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan atau durasi, dan pemulihan anestesi.

Obat sebagai premedikasi umumnya diberikan sekitar 1 hingga 2 jam sebelum dilakukan pemberian

anestesi dan dilakukan secara injeksi intramuscular, subkutan atau intravena. Pemberian obat

premedikasi dilakukan dengan tujuan :

1. Agar induksi dari anestesi dapat berjalan dengan baik (smooth) dan aman (safe)

2. Mengurangi jumlah dosis zat aktif anestesi sehingga dengan demikian akan dapat

mengurangi efek buruk baik secara farmakologis atau pun ekonomis

3. Mencapat stadium anestesi yang stabil.

Salah satu jenis obat premedikasi yang umum diberikan sebelum pemberian anestesi adalah

transquilizer. Transquilizer disebut juga ataraktika atau anxiolitika dan sering kali dikenal sebagai obat

penenang, obat-obat ini dapat menekan sisten saraf pusat, bekerja sebagai anxiolitis, antikonvulsif

dan relaksasi otot. Penggunaan transquilizer secara berkelanjutan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Obat-obat transquilizer dapat di klaisifikasikan dalam tiga golongan, yaitu golongan

phenotiazine, benzodiazepine dan thiazine.

Golongan Phenotiazin

Obat golongan ini tidak bekerja mendepresi pernafasan dan menimbulkan efek yang minimal

terhadap jantung sehingga efektif digunakan pada semua jenis hewan. Contoh obat pada golongan

ini adalah ;

Acepromazine meleat

Acepromazine umum digunakan sebagai sedative dan antiemetic, bekerja

menenangkan hewan. Obat golongan ini biasanya digunakan pada anjing dan kucing. Pada

kuda, acepromazine digunakan sebagai sedative pre-anesthesi dan mereduksi anesthesia

related death. Penggunaannya biasanya dikombinasikan dengan midazolam atau diazepam,

dan tidak direkomendasikan pada geriatric atau debilitated animals, terutama anjing.

Dosis normal yang ditentukan untuk acepromazine adalah 0.25 mg untuk 1 mg per pon berat

badan atau 0.05 – 0.22 mg/kg BB dan umumnya diberikan 45 sampai 1 jam sebelum

diberikan anestesi.

a. Pada anjing

Diaplikasikan via subcutan dan intramuscular. Anjing jenis boxer sensitive terhadap

pemberian obat ini.

b. Pada kuda

Page 2: Premedikasi

Pada kuda, pemberian acepromazine dapat dilakukan secara intramuscular dan

berefek pada 30 – 45 menit, atau dapat diberikan secara intravena dan berefek pada

15 menit setelah pemberian. Pemberian acepromazine pada kuda sebagai obat pre-

anestesi terbukti dapat mereduksi perianaesthetic mortality rate. Dalam beberapa

kondisi, acepromazine digunakan sebagai vasodilatator pada treatmen dari laminitis.

Pemberian obat ini tidak disarankan pada hewan yang sedang bunting

c. Pada kucing

Efek samping penggunaan obat ini pada kucing adalah kolaps pada cardiovaskuler.

Chlorpromazine hydrochloride

Chlorpromazine HCl digunakan sebagai antiemetic, sedative dan analgesic. Sebagai

obat preanestesi, chlorpromazine diberikan dengan dosis 1.1 mg/kg sampai 5.00 mg/kg BB

pada anjing dan 1.00 mg/kg BB sampai 2.00 mg/kg BB pada kucing secara intramuscular

ataupun subcutan. Pemberian obat ini tidak direkombinasikan pada hewan dengan penyakit

hati, jantung, hipotensi, epilepsy, geriatric atau hewan dalam keadaan bunting ataupun

menyusui.

Golongan benzodiazepine

Obat ini bekerja dengan manghambat GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan menghambat

neurotransmitter pada hewan. Berfungsi untuk menghilangkan kegelisahan, antikonvulsi dan

merelaksasi otot. Obat golongan ini memiliki efek yang minimal pada system pernafasan dan

kardiovaskuler. Pemberian obat golongan ini tidak dianjurkan pada hewan yang memiliki gangguan

fungsi hati karena sulit untuk dimetabolisme.

Contoh obat pada golongan ini adalah :

Diazepam

Diazepam bekerja sebagai muscle relaxant dan memblokir reflex-spinal dan

anticonvulsi. Pemberian diazepam dapat diaplikasikan sendiri ataupun dikombinasikan

dengan obat lain seperti ketamine atau phencyclidine untuk menghindari terjadinya konvulsi.

Pengaplikasian diazepam dapat dilakukan secara per-oral, intra vena atau intramuscular

dengan dosis 1 – 3.50 mg/kg BB. Diazepam dimetabolisme secara lambat , efek mulai

ditimbulkan dalam 1 – 2 menit pada pemberian intravena dan 15-30 menit pada pemberian

intramuscular. Penginjeksian intravena sebaiknya dilakukan secara perlahan karena dapat

menimbulkan thrombophlebitis dan cardiotoxicity.

Page 3: Premedikasi

Pemberian diazepam tidak diusulkan pada hewan hamil dan menyusui. Pemberian

diazepam yang berlebih dapat menghasilkan depresi SSP yang signifikan seperti disorientas,

depresi, reflex menurun dan koma

Lorazepam

Lorazepam dikenal jga sebagai ativan, memiliki keenam efek dari obat golongan

benzodiazepine yaitu sebagai anxiolytik amnesic, sedative, anticonvulsant, antiemetic dan

muscle relaxant. Lorazepam memiliki efek yang kuat sebagai obat sedative dengan tanpa

menimbulkan efek yang besar pada system pernafasan dan kardiovaskuler. Pemberian dapat

dilakukan secara

Golongan thiazine

Bekerja menghambat reflex pada susunan saraf pusat sehingga dapat merelaksasi otot, dan

menghasilkan efek sedasi serta analgesic. Digolongkan sebaai alpha-2 adrenoreceptor agonis yang

merangsang reseptor alpha-2 adrenoreseptor yang menurunkan tingkatan transmisi neuro

nerepinephrin dalam otak.

Contoh obat golongan ini adalah :

Xylazine

Xylazin bekerja menghambat tonus simpatik karena obat ini mengaktivasi reseptor

pos sinap alpha-2 adrenoreseptor sehingga menyebabkan medriasis, relaksasi otot,

penurunan denyut jantung, penurunan peristaltic dan sedasi. Xylazin diinjeksikan secara

intramuscular. Xylazin umumnya digunakan pada kucing sebagai sedative dalam

pembedahan minor.

Penggunaan xylazin dapat digunakan sendiri atau dapat dikombinasikan dengan obat

lain seperti ketamin, thiopental dan propofal melalui injeksi atau dengan anestesi inhalasi

seperti halotan dan isofluran.Penggunaan xylazin tidak direkombinasikan bagi hewan

penderita obstruksi gastro-intestinal karena pemberian obat ini dapat memberikan efek

muntah.

Xylazin dapat diberikan secara intravena, intramuscular ataupun subkutan dengan

dosis 11 – 33 mg/kg BB

Medetomidin

Metetonidin merupakan obat premedikasi yang khusus digunakan pada hewan.

Pemberian obat ini dapat dilakukan secara intramuscular, subcutan ataupun intravena.

Page 4: Premedikasi

Vena,Pada penggunaan dengan injeksi secara intravena, penurunan dosis harus dilakukan.

Terkadang, penggunaan medetomidine dikombinasikan dengan obat lain seperti

butorphanol dan ketamin untuk menghasilkan anestesi dalam periode pendek pada anestesi

umum. Obat ini tidak direkomendasikan pada penderita diabetes dan kontraindikasi pada

penyakit jantung.

Terdapat beberapa dosis anjuranatau yang umum digunakan untuk penggunaan obat ini

adalah :

1. Anjing : Intramuscular : medetomidin 20 µg/kg BB + butorphanol 0.2 mg/kg BB

Intravena : medetomidin 1 - 2µg / kg BB

2. Kucing : intramuscular : 2 - 10µg / kg BB + butorphanol 0.1 mg/kg BB

Per 4.5 kg BB : medetomidin 1 cc + butorphanol 0.1 cc + ketamin 0.1 cc

deltomidin

detomidine bekerja seperti xylazin sebagai alpha-2 adrenoreseptor dan

menghasilkan efek sedative dan analgesic, tetapi juga memiliki efek terhadap cardiac dan

pernafasan. Saat ini, deltomidin hanya digunakan sebagai sedative analgesic pada kuda.

Deltomidin bekerja secara kontraindikasi pada kuda dengan AV atau SA heart block, severe

coronary insuffiency, cerebrovascular disease, respiratory disease dan chronic renal failure.

Pemberian dapat dilakukan secara intravena atau intramuskular dengan dosis 20- 40

mikrogram/kg atau 0.02 – 0.04 mg/kg. Pada pemberian dosis rendah, detomidine akan

memberikan efek selama 30 – 90 menit sedasi dan 30 – 45 menit analgesik, sementara pada

pemberian dosis tinggi akan memberikan efek selama 90 – 120 menit sedasi dan 45 – 75

menit analgesic.