Post on 05-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membran sel atau membran plasma terletak di sebelah luar sitoplasma.
Membran yang membatasi organel-organel ini mempunyai struktur molekul berupa
molekul lemak dan molekul protein. Karena membran sel merupakan bagian terluar
sel, sehingga membran berguna sebagai pembatas antara bagian dalam sel dan
lingkungan luarnya.
Membran tersusun dari ± 50% lipid dan 50% protein. Lipid terutama
merupakan fosfolipid yang tersusun dua lapis. Sedangkan protein tersebar di antara
kedua lapis fosfolipid tersebut. Protein tersembul di antara kedua lapis fosfolipid
ekstrinsik / perifer. Protein yang tenggelam di antara dua lapis fosfolipid disebut
protein intrinsik / integral.
Karena susunannya yang demikian, maka membrab sel bersifat
semipermeabel atau selektifpermeabel. Dengan sifat membran yang sperti ini, maka
memungkinkan masuk-keluarnya zat-zat atau ion-ion. Masuk-keluarnya zat-zat atau
ion-ion melalui membran ini disebut Tranpor Melewati Membran.1 Adapun jenis-
jenis transpor pada membran yakni transpor aktif (terdiri dari Endositosis dan
Eksositosis) dan transpor pasif (terdiri dari Difusi, Difusi Terbantu dan Osmosis).
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan peristiwa-peristiwa dalam
diri makhluk hidup yang disebabkan oleh adanya transpor pada membran. Sebagai
contoh, menurunnya fungsi kerja tubuh manusia akibat mengkonsumsi garam yang
melebihi batas, dan berkurangnya kesuburan tanaman akibat kandungan gula dengan
kadar yang berlebihan. Peristiwa diatas terjadi karena adanya transpor pada
membran berupa krenasi dan plasmolisis.
1 D.A Pratiwi, dkk, BIOLOGI (Jakarta : Erlangga, 2007), pp. 14 - 15
1
Akan tetapi, tidak begitu banyak masyarakat yang memahami betul
mengenai transport pada membran. Padahal, sungguh sangat menguntungkan
apabila dipahami. Contohnya dapat terhindarnya peristiwa merugikan seperti yang
telah disebutkan diatas.
Inilah kenyataan yang terjadi dan karenanya menjadi alasan bagi pengamat
untuk melakukan pengamatan terhadap peristiwa transpor pada membran yang lebih
di khususkan mengenai PLASMOLISIS dan KRENASI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diangkat,
yakni:
1. Apa yang di maksud dengan Plasmolisis dan Krenasi?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya Plasmolisis dan Krenasi?
Serta bagaimana prosesnya?
3. Akibat apa saja yang dapat ditimbulkan?
4. Bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Sejalan dengan latar belakang dan masalah di atas, maka tujuan dan kegunaan yang
hendak di capai antara lain :
1. Memperluas wawasan pembaca mengenai plasmolisis dan krenasi.
2. Menjadi salah satu bahan acuan bagi masyarakat yang tentunya berkaitan
dengan Plasmolisis dan Krenasi.
3. Sebagai pemenuhan tugas yang di berikan.
4. Mengajak setiap pembaca untuk selalu mrnghargai hidupnya dengan selalu
menjaga kesehatan.
2
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Telaah pustaka dimaksudkan untuk menerangkan pemikiran yang berkaitan
dengan topik yang diangkat. Selain itu, bagian ini pun memuat tentang beberapa referensi
yang di hadirkan sebagai dasar teoritis terhadap laporan pengamatan ini.
2.1 Transpor Pada Membran
Dalam kehidupannya, sel-sel melakukan pertukaran gas-gas respirasi,
menyerap nutrisi dan vitamin, dan memasukan serta mengeluarkan air. Selain itu,
sel-sel juga mengeluarkan atau membuang produk-produk ekskresi. Beberapa jenis
sel juga menyekresi zat-zat seperti enzim dan hormon. Semua zat dalam proses
tersebut masuk dan keluar dari dan ke dalam sel dengan cara melintasi membran sel
atau membran plasma. Proses keluar-masuknya bahan atau zat dari dan ke dalam sel
di sebut transportasi zat.2
Perpindahan molekul-molekul atau ion melewati membran ada dua macam,
yaitu transpor pasif dan transpor aktif.
Transpor Pasif
Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi
sel perpindahan molekul tersebut terjadi secara spontan, dari konsentrasi tinggi
ke rendah. Jadi, perjalanan itu terjadi secara spontan. Contoh transpor pasif
adalah difusi, difusi terfasilitasi dan osmosis.
Transpor Aktif
Transpor aktif adalah perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan
energi dari sel itu. Perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang
konsentrasi. Contoh transpor aktif adalah pompa Natrium (Na÷)-Kalium (K÷),
endositosis dan eksositosis.3
2 Sri Pujiyanto, Dinia Biologi 2 (Solo: Platinum, 2008), pp.323 Istamar Syamsuddin, dkk, Biologi (Malang: Erlangga, 2007), pp. 20
3
2.2 Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan transpor ion, molekul, dan senyawa yang tidak
memerlukan energi untuk melewati membran plasma. Transpor pasif mencakup
difusi dan osmosis. Difusi dibedakan menjadi dua, yakni difusi yang dipermudah
dengan saluran protein dan difusi yang dipermudah dengan protein pembawa.
Berikut merupakan penjelasan jenis-jenis transpor yang termasuk transpor
pasif :
1. Difusi
Difusi merupakan pergerakan atau perpindahan partikel atau molekul
suatu zat (padat, cair dan gas) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat
yang berkonsentrasi rendah, baik melewati membran maupun tidak. Difusi
termasuk transportasi pasif karena tidak memerlukan energi. Energi untuk
proses difusi berasal dari gerak acak partikel atau molekul yang berdifusi.
Syarat suatu partikel atau molekul dapat melewati membran sel dengan
cara difusi adalah :
Partikel atau molekul tersebut merupakan partikel atau molekul sederhana.
Berukuran kecil; dan
Dapat larut dalam air atau lemak.
Transportasi zat dengan proses difusi berjalan lambat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan (laju) difusi molekul melewati membran, antara
lain:
Perbedaaan konsentrasi: jarak, area; dan
Struktur tempat terjadinya difusi: ukuran serta tipe molekul yang
berdifusi.4
Contoh peristiwa difusi, antara lain bubuk pewarna makanan yang
dimasukan ke dalam air jernih dalam sebuah gelas. Pada peristiwa tersebut
bubuk pewarna makanan dianggap sebagai bahan berkonsentrasi tinggi dan air
jernih dianggap sebagai larutan berkonsentrasi rendah. Molekul-molekul
pewarna makanan akan menyebar ke dalam air.5
2. Osmosis
4 Sri Pujiyanto, Dinia Biologi 2 (Solo: Platinum, 2008), pp.345 Hendry Riandari, Biologi 2 (.Solo: Tiga Serangkai,2007), pp. 23
4
Osmosis (os = lubang, movea = berpindah) merupakan proses
perpindahan molekul-molekul zat pelarut, terutama air, dari tempat
berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi dengan melewati
sekat atau membran selektif permeabel (semipermeabel). Secara sederhana,
dapat dikatakan bahwa Osmosis merupakan proses difusi air dari cairan encer.6
Contoh peristiwa osmosis adalah perpindahan air gula pada pipa kaca
berskala yang sudah dilapisi kertas selofan (sebagai membran semipermeabel)
dalam bejana yang berisi air jernih. Setelah beberapa saat, molekul-molekul air
dalam bejana akan berpindah masuk ke dalam pipa berskala melewati kertas
selofan. Sehingga volume air gula akan bertambah. Hal itu dapat terjadi karena
adanya gerakan molekul-molekul air (sebagai larutang berkonsentrasi rendah)
menuju ke air gula (larutan berkonsentrasi tinggi) melalui kertas selofan.
Potensial Osmotik
Proses osmosis berlangsung dari larutan yang memiliki potensial
air tinggi menuju larutan dengan potensial air rendah. Potensial air
adalah kemampuan air untuk berdifusi, yang nilainya dalam satuan
tekanan. Sesuai kesepakatan, potensial air (PA) air murni adalah 0
atmosfer. Bersarnya PA larutan tergantung pada potensial osmotik (PO)
dan potensial tekanan (PT). Keadaan ini dapat ditulis dalam persamaan:
PA = PO + PT
PA = Potensial Air
PO = Potensial Osmotik
PT = Potensial Tekanan
Potensial tekanan suatu larutan adalah tambahan tekanan yang
dapat meningkatkan nilai potensial airnya. Pada tumbuhan, potensial
tekanan diperoleh dari tekanan Turgor. Tekanan turgor adalah tekanan
tekanan balik dari didnding sel terhadap tekanan air isi sel.
Tekanan turgor menyebabkan tumbuhan menjadi tegak dan
segar. Sebaliknya jika tekanan tugor berkuran , maka tumbuhan menjadi
6 Sri Pujiyanto, Dinia Biologi 2 (Solo: Platinum, 2008), pp.34
5
lemas dan layu.
Potensial osmotik lebih menunjukan suatu status larutan, yaitu
menujukan perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut yang
dinyatakan dalam satuan energi. Potensial osmotik menunjukkan
kecenderungan molekul air pada suatu larutan untuk melakukan
osmosis berdasarkan kpnsentrasi molekulnya.7
Plasmolisis dan Krenasi
Plasmolisis dan krenasi adalah salah satu contoh dari transpor
pasif pada membran, yakni osmosis. Contoh peristiwa krenasi adalah
berkerutnya sel darah merah akibat keluarnya sitoplasma (saat berada
pada larutan hipertonis). Pada tumbuhan, kejadian yang serupa seperti
ini disebut Plasmolisis.
2.3 Transpor Aktif
Transpor aktif adalah transpor yang memerlukan energi. Energi yang
digunakan di dalam sel adalah ATP (Adenosinah trifosfat) yaitu energi kimia tinggi
yang berasal dari hasil respirasi sel. Transpor aktif bersifat melawan gradien
konsentrasi. Pada transpor aktif terjadi pemompaan melewati membran yang
melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif berfungsi memelihara keseimbangan di
dalam sel.
Contohnya, sitoplasma sel darah merah manusia mempunyai kadar ion
Kalium 30 kali lebih besar daripada cairan ekstrasel, yaitu plasma darah. Di lain
pihak, kadar ion natrium plasma darah 11 kali lebih besar daripada di dalam sel
darah merah. Untuk itu, perlu pengangkutan ion kalium dan natrium.8
7 Istamar Syamsuddin, dkk, Biologi (Malang: Erlangga, 2007), pp.23-24
8 D.A Pratiwi, dkk, BIOLOGI (Jakarta : Erlangga, 2007), pp. 16-17
6
Gambar 1. Pompa ion Kalium (K+) Natrium (Na+)
Transpor aktif melalui membran dapat di bedakan menjadi dua, yakni
Endositosis dan Eksositosis.
1. Endositosis
Endositosis merupakan proses memasukan partikel padat atau tetes cairan
melalui membran sel. Endositosis dilakukan dengan cara invaginasi
(pelekukan ke dalam) membran sel untuk membungkus partikel tau cairan
dari lingkungan luar. Partikel atau cairan tersebut terbungkus dalam suatu
vakuola makanan. Endositosis di bedakan menjadi dua yakni fagositosis dan
pinositosis.. Fagositisi terjadi apabila bahan yang ditelan berupa benda padat.
Contohnya sel darah putih menelan bakteri. Adapun pinositosis terjadi jika
bahan yang di telan berupa benda cair.
2. Eksositosis.
Eksositosis merupakan pengeluaran partikel padat atau tetesan cair melalui
membran sel yang menyebabkan pembentukan kantung pada membran..
Misalnya, sel kelenjar mengeluarkan atau menyekresi enzim pencernaan
dilakukan oleh lisosom.
2.4 Hipotesa
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sementara atau yang di sebut
7
hipotesa sebagai berikut :
Berdasarkan susunan membran sel yakni yang terdiri dari lipid dan protein,
maka membran sel memiliki sifat semipermeabel ataupun selektifpermeabel. Karena
sifat membran yang seperti inilah, maka terjadi pengangkutan molekul atau ion
kedalam maupun keluar sel. Keluar masiknya molekul maupun ion melalui
membran sel inilah yang disebut dengan Transpor Melewati Membran.
Transpor melalui membran di bedakan menjadi dua, berdasarkan
penggunaan energinya. Transpor yang menggunakan energi disebut transpor aktif.
Transpor aktif di bedakan menjadi tiga, yakni endositosis, eksositosis, dan pompa
ion Natrinum-Kalium. Eksositosis adalah pengeluaran partikel cair maupun padat
melalui membran yang menyebabkan pembentukan kantung pada membran.
Endositosis merupakan kebalikan dari eksositosis.
Adapun transpor yang tidak menggunakan energi disebut dengan transpor
pasif. Tranpor pasif dibedakan menjadi dua yakni difusi dan osmosis. Difusi
merupakan perpindahan partikel dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat
yang berkonsentrasi rendah. Difusi di bedakan menjadi difusi yang dipermudah
dengan saluran protein dan difusi yang dipermudah dengan protein pembawa (difusi
terfasilitasi). Osmosis merupakan perpindahan partikel dari tempat berkonsentrasi
rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dibedakan menjadi
plasmolisis dan krenasi.
Dalam laporan ini, yang menjadi objek utama ialah plasmolisis dan krenasi.
Penjelasan selanjutnya merupakan penjabaran secara mendalam mengenai
plasmolisis dan krenasi.
8
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN
3.1 Jadwal Pengamatan
Bagian ini berisikan mengenai tempat dan waktu dilaksanakannya
pengamatan, sebagai berikut :
3.1.1 Tempat
Pengamatan dilakukan di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMA
Negeri 1 Soe, Jl. Prof W. Z. Yohanes no. 33.
3.1.2 Waktu
Pengamatan berlangsung pada Rabu, 25 agustus 2010. Bertepatan dengan
kegiatan belajar mengajar (KBM) dan dimulai dari pukul 07.15 sampai
08.35.
3.2 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu dengan
tinjauan informasi kepustakaan, observasi, pencatatan data tertulis, analisa sintesis,
penarikan kesimpulan dan perumusan saran atau rekomendasi. Dibawah adalah
uraian terhadap metode yang disebutkan tadi.
3.2.1 Tinjauan informasi kepustakaan
Bagian ini merupakan langkah petama sebelum memulai pengamatan.
Dimana pengamat diberi informasi berupa materi yang berhubungan dengan apa
yang akan diamati, alat dan bahan yang digunakan serta prosedur pengamatan.
Materi yang diberikan merupakan referensi dari buku-buku yang terkait.
9
3.2.2 Observasi
Observasi merupakan bagian yang terpenting. Observasi merupakan salah
satu metode yang digunakan berupa pengamatan secara langsung oleh pengamat
terhadap objek. Dalam pengamatan ini, observasi dilakukan menggunakan
mikroskop terhadap sampel berupa daun Adam dan Eva (Rhoeo discolor) serta sel
darah merah.
3.2.3 Pencatatan Data Tertulis
Dengan cara ini, beberapa informasi yang penting dicatat atau didokumenkan
sebagai data tertulis, yang didalamnya dapat dijadikan sebagai data akurat bagi
penulis laporan kemudian. Teknik ini tentunya berfungsi untuk menghindari
tercecernya aneka data atau infomasi tanpa disadari.
3.2.4 Analisa Sintesis
Metode ini dimaksudkan untuk memberikan garis hubung atau benang merah
antara masalah yang diangkat dengan data atau informasi hasil pengamatan dan data
kepustakaan. Adapun metode ini sangat penting untuk sebuah pemecahan ataupun
penemuan alternatif bagi masalah yang diangkat.
3.2.5 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan tidak lain adalah rumusan ringkas tentang masalah,
data, yang ditemukan, yang kemudian diberikan suatu jawaban tentative atasnya.
Kesimpulan pun tentunya hanya memuat kata-kata kunci dari setiap langkah yang
dilalui dalam laporan ini.
3.2.6 Saran dan Rekomendasi
Untuk mengakhiri suatu karya tulis tentunya diberikan saran atau
rekomendasi. Hal ini sangat penting bagi sidang pembaca atau pendengar demi
menentukan tindakan lebih lanjut dari pembahasan masalah.
10
3.3 Etos Kerja
Pada bagian ini akan di jelaskan mengenai proses kerja, yakni alat dan bahan
serta langkah kerja yang lakukan selama pengamatan berlangsung.
3.3.1 Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan :
3. Mikroskop
4. Kaca objek
5. Kaca penutup
6. Jarum bersih
7. Sel darah merah
8. Kertas isap atau tissue
9. Daun adam dan eva (Rhoeo discolor)
10. Larutan garam
11. Larutan gula
12. Alkohol 70%
13. Pipet
14. Cuter atau pisau kecil
3.3.2 Langkah kerja :
Langkah kerja dalam mengamati plasmolisis dan krenasi di bagi
menjadi dua, yakni langkah kerja untuk mengamati plasmolisis dan langkah
kerja untuk mengamati krenasi, yakni sebagai berikut :
5. Krenasi
1. Sediakan kaca objek bersih dan beri setetes air dengan pipet.
2. Bersihkan salah satu ujung jari dengan menggunakan kapas yang
telah diberi alkohol 70% agar tidak infeksi.
11
3. Tusuk ujung jari tersebut dengan jarum yang telah dibersihkan
dengan alkohol 70%.
4. Ambil setetes darah dan letakkan diatas kaca objek dan tutup
dengan kaca penutup.
5. Setelah selesai, luka di ujung jari kembali diolesi dengan diberi
alkohol 70% menggunakan kapas agar tidak infeksi.
6. Periksa sel-sel darah merah tersebut dengan mokroskop.
Gambarlah bentuk sel darah merah yang dilihat.
7. Beri larutan gula ditepi kaca penutup, sedangkan di tepi yang lain,
isap dengan kertas pengisap agar medium didalamnya berganti.
8. Segera amati perubahan yang terjadi. Gambarlah bentuk yang
dilihat. Jika bentuk sel tidak mengalami perubahan, tambahkan
kepekatan larutan gula, misalnya menjadi 15%.
6. Plasmolisis
1. Sediakan kaca objek yang bersih dan diberi setetes air dengan
pipet.
2. Ambil daun Rhoeo discolor
3. Kelupas epidermis bewahnya sehingga beberapa sel didalamnya
terbawa.
Caranya : Patahkan daun tesebut. Kelupaslah bagian bagian
epidermis tersebut dengan cuter atau pisau kecil. Tarik hingga
diperoleh selapis sel epidermis, kemudian segera letakkan diatas
setetes air agar tidak mengering. Tutup dengan kaca penutup.
4. Amati dengan mikroskop, kemudian gambarkanlah bentuk sel
yang diamati.
5. Deri tepi kaca penutup, teteskanlah larutan garam dengan pipet.
Dari tepi yang lain hisap air dengan kertas isap atau tissue agar
terjadi pergantian medium.
6. Amati sel yang ada pada kaca objek. Gambarkanlah bentuk
perubahan yang terjadi. Apabila tidak terjadi perubahan,
12
tambahakan kadar larutan garam pada sel epidermis.
3.4 Operasional Variabel
Variabel merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai
tertentu atau ukuran tertentu serta dapat berubah atau diubah. Dengan demikian
variebel sering disebut dengan faktor ubah atau faktor penentu. Berikut merupakan
variebel-variabel dari pengamatan yang dilaksanakan :
3.4.1 Variabel
1. Variabel Manipulasi, yakni variabel yang secara sengaja diubah-ubah
oleh pengamat. Dalam pengamatan ini, yang termasuk dalam variabel
manipulasi adalah larutan gula dan larutan garam.
2. Variabel Respon, yakni variabel yang berubah sebagai akibat
pemanipulasian variabel manipilasi. Dalam pengamatan ini, yang
termasuk dalam variabel respon adalah daun adam dan eva (Rhoeo
discolor) dan sel-sel darah merah.
3. Variabel Kontrol, yakni variabel yang tidak diberi perlakuan. Dalam
pengamatan ini, yang termasuk variabel kontrol adalah volume air yang
digunakan untuk membasahi objek pengamatan.
3.4.2 Operasional variabel.
Variabel Manipulasi. Larutan gula dan larutan garam dapat diubah-ubah
sesuai keperluan, apabila tidak terjadi perubahan apapun pada objek
pengamatan setelah ditetesi larutan-larutan tersebut. Pada krenasi,
apabila sel darah merah tidak mengalami perubahan bentuk, maka kadar
larutan gula ditingkatkan menjadi 15% lebihnya dari yang semula, atau
sesuai keperluan. Begitu pula pada langkah kerja untuk mengamati
plasmolisis.
Variabel Respon. Yang diamati dari daun adam dan eva (Rhoeo
13
discolor) dan sel darah merah sebagai objek utama pengamatan adalah
perubahan bentuknya sebelum atau setelah diberi larutan gula maupun
larutan garam dalam kadar yang berbeda-beda.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Bagian pembahasan ini berisikan analisa terhadap permasalahan yang diangkat
berdasarkan data atau informasi lapangan dan data kepustakaan. Dari masalah yang ada
dan data-data yang ditemukan, maka beberapa catatan kritis pun perlu dihadirkan sebagai
jalan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diangkat dalam laporan
pengamatan ini. Demikian beberapa masalah yang harus dianalisis sebagai berikut :
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan akan djelaskan dengan mengklasifikasikannya menjadi
dua bagian, yakni bagian krenasi dan plasmolisis.
4.1.1 Krenasi
Pengamatan yang dilakukan untuk mengamati krenasi menggunakan
bahan berupa sel darah merah yang di masukan kedalam medium air dan
medium larutan gula.
Pada sel darah merah yang masih berada dalam medium air (diamati
menggunakan mikroskop) bentuknya licin, berwarna merah segar dan mulus.
Berikut merupakan gambarnya :
Gambar 2. Sel Darah Merah
Namun, keadaan sel yang seperti akan berubah jika medium sel yang
berupa air di ganti dengan medium baru berupa larutan gula. Bentuk sel akan
mengalami perubahan, yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
15
Gambar 3. Krenasi sel darah merah
Setelah dimasukan kedalam medium berupa laritan gula yang
berkonsentrasi tinggi, bentuk sel darah merah berubah menjadu kusut dan
mengecil. Cairan dalam sel (dalam sitoplasma) keluar sehingga sel menjadi
kerut.
4.1.2 Plasmolisis
Pengamatan yang dilakukan untuk mengamati plasmolisis
menggunakan bahan berupa Daun Adam dan Eva (Rhoeo discolor) yang di
masukan kedalam medium air dan medium larutan garam. Berikut
merupakan gambar daun ini :
Gambar 4. Daun Adam dan Eva
Pada bagian epidermis bawah daun ini yang dijadikan sebagai
preparat, dapat terlihat bentik sel yang teratur dan rapat. Bentuk ini dapat
terlihat pada preparat yang masih dalam medium berupa ai, sebagai berikut :
16
Gambar 5. Sel daun Adam Eva.
Namun, setelah sel berada dalam medium yang berupa larutan garam
yang memiliki konsentrasi tertentu, bentuk selnya akan mengalami
perubahan. Perubahan bentuk sel dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 6. Plasmolisis daun Adam Eva
17
4.2 Analisis Sintesis
9. Apa yang dimaksud dengan Plasmolisis dan Krenasi ?
Jawaban :
Berdasarkan data kepustakaan dan hasil pengamatan, dapat disimpulkan
bahwa :
Plasmolisis adalah keadaan dimana sitoplasma sel (khususnya pada sel
tumbuhan) mengalami penyusutan dan membran plasma terlepas dari dinding
selnya.
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di
sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena
kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa
Latin crenatus.
10. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya Plasmolisis dan Krenasi ?
Serta bagaimana prosesnya ?
Jawaban :
3. Plasmolisis
Sel tumbuhan memiliki dinding selulosa yang keras dan elastis,
sehingga dapat membatasi volume sel serta mempertahankan sel agar tidak
pecah. Bila sel tumbuhan di tempatkan pada lingkungan hipotonik
misalnya pada air, maka air tersebut akan masuk ke dalam sel. Sel
tumbuhan akan terus membengkak sampai selulosa tidak dapat
direntangkan lagi. Namun sel tersebut tidak pecah. Sel tumbuhan pada
keadaan ini disebut Turgid. Keadaan ini yang menyebabkan batang
tumbuhan berdiri tegak.
Namun, apabila sel tumbuhan diletakkan di larutan garam
terkonsentrasi (hipertonik), air di dalam vakuola sel akan keluar.
Sitoplasma sel akan menjadi kerut. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan
juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan
dengan sel dalam kondisi seperti ini layu.
Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
18
plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana
protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak
antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh
dinding sel dapat terjadi.
4. Krenasi
Sel-sel hewan (dalam pengamatan menggunakan sel darah merah)
hewan dipertahankan dalam keadaan isotonik, yaitu keadaan dengan
konsentrasi air di sekeliling sel sama dengan konsentrasi air di dalam sel.
Misalnya sel darah merah tetap akan stabil bentuknya apabila di
tempatkan pada medium larutan garam 1%.
Namun, krenasi akan terjadi apabila sel berada pada lingkungan
hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan
pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang
volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.
5. Akibat apa saja yang dapat ditimbulkan ?
Jawaban :
Adakalanya proses osmosis dapat merugikan makhluk hidup. Contohnya
plasmolisis dan krenasi yang masing-masing terjadi pada sel tumbuhan dan sel
hewan.
Plasmolisis dapat menyebabkan kerusakan sel akibat runtuhnya dindin sel,
dan berkurangnya fungsi sel. Selain itu, tumbuhan pun akan menjadi layu,
batangnya akan menjadi kerut sehingga tidak dapat menopang tumbuhan untuk
berdiri tegak. Dan akibat yang paling fatal adalah tumbuhan tersebut dapat
mati.
Krenasi terjadi pada sel hewan. Krenasi dapat menyebabkan berkerutnya
sel hewan dan menyebabkan penurunan fungsi sel tersebut. Akibatnya sel
tersebut dapat mati.
19
6. Bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari ?
Jawaban :
Terjadinya gangguan pada sel akibat plasmolisis dan krenasi dapat
menyebabkan terganggunya pula kehidupan komunitas dan ekosistem, apabila
tidak ditangai secara serius.
4.3 Solusi
Untuk menghindari terjadinya peristiwa seperti yang telah disebutkan diatas,
maka kita perlu melakukan berbagai upaya untuk mencegah ataupun mengatasinya.
Kita perlu menjaga tekanan osmotik dalam tubuh kita dengan selalu makan makanan
bergizi, makanan yang sesuai kebutuhan tubuh, beristrirahat yang cukup dan
berolahraga. Hal ini dilakukan demi menjaga tubuh dari kelelahan maupun kadar
gizi yang dikandung tubuh tidak sesuai dengan kapasitas tubuh.
Selain itu, kita perlu menjaga makhluk hidup lain disekitar kita agar tetap
terjaga keseimbangan ekosistem dengan cara memeliharanya.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang daoat diambil dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya
adalah sebagai berikut:
Sel memiliki membran sel yang berfungsi sebagai pelindung sel. Karena
struktur membran sel yang terdiri dari lipid dan protein, sehingga membran sel
bersifat semipermeabel atau selektifpermeabel. Dengan sifatnya yang seperti ini,
maka terjadi transpor melewati membran. Transpor melewati membran dibedakan
menjadi dua, yaitu transpor aktif dan transpor pasif. Transpor yang membawa
dampak bahaya bagi makhluk hidup. Transpor ini disebut dengan plasmolisis dan
krenasi.
Plasmolisis terjadi pada sel tumbuhan yang berada dalam keadaan
hipertonik. Air di dalam vakuola sel akan keluar. Sitoplasma sel akan menjadi kerut.
Sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel
tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kejadian
seperti ini jika terjadi pada sel hewan maka disebut dengan krenasi. Keadaan seperti
tentu merugikan makhluk hidup.
5.2 Solusi
Sebagai makhluk ciptaan yang Maha Kuasa, patutlah kita menjaga segala
ciptaannya dengan baik. Kita perlu menjaga ekosistem agar tetap seimbang. Karena
keseimbangan dalam kehidupan akan memberi kenyamanan pada diri kita pula.
Untuk itu kita wajib menjaga dan melestarikan dengan baik pemberian Sang Maha
Kuasa.
21