Plasmolisis dan Krenasi

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran sel atau membran plasma terletak di sebelah luar sitoplasma. Membran yang membatasi organel-organel ini mempunyai struktur molekul berupa molekul lemak dan molekul protein. Karena membran sel merupakan bagian terluar sel, sehingga membran berguna sebagai pembatas antara bagian dalam sel dan lingkungan luarnya. Membran tersusun dari ± 50% lipid dan 50% protein. Lipid terutama merupakan fosfolipid yang tersusun dua lapis. Sedangkan protein tersebar di antara kedua lapis fosfolipid tersebut. Protein tersembul di antara kedua lapis fosfolipid ekstrinsik / perifer. Protein yang tenggelam di antara dua lapis fosfolipid disebut protein intrinsik / integral. Karena susunannya yang demikian, maka membrab sel bersifat semipermeabel atau selektifpermeabel. Dengan sifat membran yang sperti ini, maka memungkinkan masuk- keluarnya zat-zat atau ion-ion. Masuk-keluarnya zat-zat atau ion-ion melalui membran ini disebut Tranpor Melewati Membran. 1 Adapun jenis-jenis transpor pada membran yakni transpor aktif (terdiri dari Endositosis 1 D.A Pratiwi, dkk, BIOLOGI (Jakarta : Erlangga, 2007), pp. 14 - 15 1

description

Laporan pengamatan proses Plasmolisis dan Krenasi

Transcript of Plasmolisis dan Krenasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membran sel atau membran plasma terletak di sebelah luar sitoplasma.

Membran yang membatasi organel-organel ini mempunyai struktur molekul berupa

molekul lemak dan molekul protein. Karena membran sel merupakan bagian terluar

sel, sehingga membran berguna sebagai pembatas antara bagian dalam sel dan

lingkungan luarnya.

Membran tersusun dari ± 50% lipid dan 50% protein. Lipid terutama

merupakan fosfolipid yang tersusun dua lapis. Sedangkan protein tersebar di antara

kedua lapis fosfolipid tersebut. Protein tersembul di antara kedua lapis fosfolipid

ekstrinsik / perifer. Protein yang tenggelam di antara dua lapis fosfolipid disebut

protein intrinsik / integral.

Karena susunannya yang demikian, maka membrab sel bersifat

semipermeabel atau selektifpermeabel. Dengan sifat membran yang sperti ini, maka

memungkinkan masuk-keluarnya zat-zat atau ion-ion. Masuk-keluarnya zat-zat atau

ion-ion melalui membran ini disebut Tranpor Melewati Membran.1 Adapun jenis-

jenis transpor pada membran yakni transpor aktif (terdiri dari Endositosis dan

Eksositosis) dan transpor pasif (terdiri dari Difusi, Difusi Terbantu dan Osmosis).

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan peristiwa-peristiwa dalam

diri makhluk hidup yang disebabkan oleh adanya transpor pada membran. Sebagai

contoh, menurunnya fungsi kerja tubuh manusia akibat mengkonsumsi garam yang

melebihi batas, dan berkurangnya kesuburan tanaman akibat kandungan gula dengan

kadar yang berlebihan. Peristiwa diatas terjadi karena adanya transpor pada

membran berupa krenasi dan plasmolisis.

1 D.A Pratiwi, dkk, BIOLOGI (Jakarta : Erlangga, 2007), pp. 14 - 15

1

Akan tetapi, tidak begitu banyak masyarakat yang memahami betul

mengenai transport pada membran. Padahal, sungguh sangat menguntungkan

apabila dipahami. Contohnya dapat terhindarnya peristiwa merugikan seperti yang

telah disebutkan diatas.

Inilah kenyataan yang terjadi dan karenanya menjadi alasan bagi pengamat

untuk melakukan pengamatan terhadap peristiwa transpor pada membran yang lebih

di khususkan mengenai PLASMOLISIS dan KRENASI.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diangkat,

yakni:

1. Apa yang di maksud dengan Plasmolisis dan Krenasi?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya Plasmolisis dan Krenasi?

Serta bagaimana prosesnya?

3. Akibat apa saja yang dapat ditimbulkan?

4. Bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Sejalan dengan latar belakang dan masalah di atas, maka tujuan dan kegunaan yang

hendak di capai antara lain :

1. Memperluas wawasan pembaca mengenai plasmolisis dan krenasi.

2. Menjadi salah satu bahan acuan bagi masyarakat yang tentunya berkaitan

dengan Plasmolisis dan Krenasi.

3. Sebagai pemenuhan tugas yang di berikan.

4. Mengajak setiap pembaca untuk selalu mrnghargai hidupnya dengan selalu

menjaga kesehatan.

2

BAB II

TELAAH PUSTAKA

Telaah pustaka dimaksudkan untuk menerangkan pemikiran yang berkaitan

dengan topik yang diangkat. Selain itu, bagian ini pun memuat tentang beberapa referensi

yang di hadirkan sebagai dasar teoritis terhadap laporan pengamatan ini.

2.1 Transpor Pada Membran

Dalam kehidupannya, sel-sel melakukan pertukaran gas-gas respirasi,

menyerap nutrisi dan vitamin, dan memasukan serta mengeluarkan air. Selain itu,

sel-sel juga mengeluarkan atau membuang produk-produk ekskresi. Beberapa jenis

sel juga menyekresi zat-zat seperti enzim dan hormon. Semua zat dalam proses

tersebut masuk dan keluar dari dan ke dalam sel dengan cara melintasi membran sel

atau membran plasma. Proses keluar-masuknya bahan atau zat dari dan ke dalam sel

di sebut transportasi zat.2

Perpindahan molekul-molekul atau ion melewati membran ada dua macam,

yaitu transpor pasif dan transpor aktif.

Transpor Pasif

Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi

sel perpindahan molekul tersebut terjadi secara spontan, dari konsentrasi tinggi

ke rendah. Jadi, perjalanan itu terjadi secara spontan. Contoh transpor pasif

adalah difusi, difusi terfasilitasi dan osmosis.

Transpor Aktif

Transpor aktif adalah perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan

energi dari sel itu. Perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang

konsentrasi. Contoh transpor aktif adalah pompa Natrium (Na÷)-Kalium (K÷),

endositosis dan eksositosis.3

2 Sri Pujiyanto, Dinia Biologi 2 (Solo: Platinum, 2008), pp.323 Istamar Syamsuddin, dkk, Biologi (Malang: Erlangga, 2007), pp. 20

3

2.2 Transpor Pasif

Transpor pasif merupakan transpor ion, molekul, dan senyawa yang tidak

memerlukan energi untuk melewati membran plasma. Transpor pasif mencakup

difusi dan osmosis. Difusi dibedakan menjadi dua, yakni difusi yang dipermudah

dengan saluran protein dan difusi yang dipermudah dengan protein pembawa.

Berikut merupakan penjelasan jenis-jenis transpor yang termasuk transpor

pasif :

1. Difusi

Difusi merupakan pergerakan atau perpindahan partikel atau molekul

suatu zat (padat, cair dan gas) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat

yang berkonsentrasi rendah, baik melewati membran maupun tidak. Difusi

termasuk transportasi pasif karena tidak memerlukan energi. Energi untuk

proses difusi berasal dari gerak acak partikel atau molekul yang berdifusi.

Syarat suatu partikel atau molekul dapat melewati membran sel dengan

cara difusi adalah :

Partikel atau molekul tersebut merupakan partikel atau molekul sederhana.

Berukuran kecil; dan

Dapat larut dalam air atau lemak.

Transportasi zat dengan proses difusi berjalan lambat. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kecepatan (laju) difusi molekul melewati membran, antara

lain:

Perbedaaan konsentrasi: jarak, area; dan

Struktur tempat terjadinya difusi: ukuran serta tipe molekul yang

berdifusi.4

Contoh peristiwa difusi, antara lain bubuk pewarna makanan yang

dimasukan ke dalam air jernih dalam sebuah gelas. Pada peristiwa tersebut

bubuk pewarna makanan dianggap sebagai bahan berkonsentrasi tinggi dan air

jernih dianggap sebagai larutan berkonsentrasi rendah. Molekul-molekul

pewarna makanan akan menyebar ke dalam air.5

2. Osmosis

4 Sri Pujiyanto, Dinia Biologi 2 (Solo: Platinum, 2008), pp.345 Hendry Riandari, Biologi 2 (.Solo: Tiga Serangkai,2007), pp. 23

4

Osmosis (os = lubang, movea = berpindah) merupakan proses

perpindahan molekul-molekul zat pelarut, terutama air, dari tempat

berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi dengan melewati

sekat atau membran selektif permeabel (semipermeabel). Secara sederhana,

dapat dikatakan bahwa Osmosis merupakan proses difusi air dari cairan encer.6

Contoh peristiwa osmosis adalah perpindahan air gula pada pipa kaca

berskala yang sudah dilapisi kertas selofan (sebagai membran semipermeabel)

dalam bejana yang berisi air jernih. Setelah beberapa saat, molekul-molekul air

dalam bejana akan berpindah masuk ke dalam pipa berskala melewati kertas

selofan. Sehingga volume air gula akan bertambah. Hal itu dapat terjadi karena

adanya gerakan molekul-molekul air (sebagai larutang berkonsentrasi rendah)

menuju ke air gula (larutan berkonsentrasi tinggi) melalui kertas selofan.

Potensial Osmotik

Proses osmosis berlangsung dari larutan yang memiliki potensial

air tinggi menuju larutan dengan potensial air rendah. Potensial air

adalah kemampuan air untuk berdifusi, yang nilainya dalam satuan

tekanan. Sesuai kesepakatan, potensial air (PA) air murni adalah 0

atmosfer. Bersarnya PA larutan tergantung pada potensial osmotik (PO)

dan potensial tekanan (PT). Keadaan ini dapat ditulis dalam persamaan:

PA = PO + PT

PA = Potensial Air

PO = Potensial Osmotik

PT = Potensial Tekanan

Potensial tekanan suatu larutan adalah tambahan tekanan yang

dapat meningkatkan nilai potensial airnya. Pada tumbuhan, potensial

tekanan diperoleh dari tekanan Turgor. Tekanan turgor adalah tekanan

tekanan balik dari didnding sel terhadap tekanan air isi sel.

Tekanan turgor menyebabkan tumbuhan menjadi tegak dan

segar. Sebaliknya jika tekanan tugor berkuran , maka tumbuhan menjadi

6 Sri Pujiyanto, Dinia Biologi 2 (Solo: Platinum, 2008), pp.34

5

lemas dan layu.

Potensial osmotik lebih menunjukan suatu status larutan, yaitu

menujukan perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut yang

dinyatakan dalam satuan energi. Potensial osmotik menunjukkan

kecenderungan molekul air pada suatu larutan untuk melakukan

osmosis berdasarkan kpnsentrasi molekulnya.7

Plasmolisis dan Krenasi

Plasmolisis dan krenasi adalah salah satu contoh dari transpor

pasif pada membran, yakni osmosis. Contoh peristiwa krenasi adalah

berkerutnya sel darah merah akibat keluarnya sitoplasma (saat berada

pada larutan hipertonis). Pada tumbuhan, kejadian yang serupa seperti

ini disebut Plasmolisis.

2.3 Transpor Aktif

Transpor aktif adalah transpor yang memerlukan energi. Energi yang

digunakan di dalam sel adalah ATP (Adenosinah trifosfat) yaitu energi kimia tinggi

yang berasal dari hasil respirasi sel. Transpor aktif bersifat melawan gradien

konsentrasi. Pada transpor aktif terjadi pemompaan melewati membran yang

melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif berfungsi memelihara keseimbangan di

dalam sel.

Contohnya, sitoplasma sel darah merah manusia mempunyai kadar ion

Kalium 30 kali lebih besar daripada cairan ekstrasel, yaitu plasma darah. Di lain

pihak, kadar ion natrium plasma darah 11 kali lebih besar daripada di dalam sel

darah merah. Untuk itu, perlu pengangkutan ion kalium dan natrium.8

7 Istamar Syamsuddin, dkk, Biologi (Malang: Erlangga, 2007), pp.23-24

8 D.A Pratiwi, dkk, BIOLOGI (Jakarta : Erlangga, 2007), pp. 16-17

6

Gambar 1. Pompa ion Kalium (K+) Natrium (Na+)

Transpor aktif melalui membran dapat di bedakan menjadi dua, yakni

Endositosis dan Eksositosis.

1. Endositosis

Endositosis merupakan proses memasukan partikel padat atau tetes cairan

melalui membran sel. Endositosis dilakukan dengan cara invaginasi

(pelekukan ke dalam) membran sel untuk membungkus partikel tau cairan

dari lingkungan luar. Partikel atau cairan tersebut terbungkus dalam suatu

vakuola makanan. Endositosis di bedakan menjadi dua yakni fagositosis dan

pinositosis.. Fagositisi terjadi apabila bahan yang ditelan berupa benda padat.

Contohnya sel darah putih menelan bakteri. Adapun pinositosis terjadi jika

bahan yang di telan berupa benda cair.

2. Eksositosis.

Eksositosis merupakan pengeluaran partikel padat atau tetesan cair melalui

membran sel yang menyebabkan pembentukan kantung pada membran..

Misalnya, sel kelenjar mengeluarkan atau menyekresi enzim pencernaan

dilakukan oleh lisosom.

2.4 Hipotesa

Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sementara atau yang di sebut

7

hipotesa sebagai berikut :

Berdasarkan susunan membran sel yakni yang terdiri dari lipid dan protein,

maka membran sel memiliki sifat semipermeabel ataupun selektifpermeabel. Karena

sifat membran yang seperti inilah, maka terjadi pengangkutan molekul atau ion

kedalam maupun keluar sel. Keluar masiknya molekul maupun ion melalui

membran sel inilah yang disebut dengan Transpor Melewati Membran.

Transpor melalui membran di bedakan menjadi dua, berdasarkan

penggunaan energinya. Transpor yang menggunakan energi disebut transpor aktif.

Transpor aktif di bedakan menjadi tiga, yakni endositosis, eksositosis, dan pompa

ion Natrinum-Kalium. Eksositosis adalah pengeluaran partikel cair maupun padat

melalui membran yang menyebabkan pembentukan kantung pada membran.

Endositosis merupakan kebalikan dari eksositosis.

Adapun transpor yang tidak menggunakan energi disebut dengan transpor

pasif. Tranpor pasif dibedakan menjadi dua yakni difusi dan osmosis. Difusi

merupakan perpindahan partikel dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat

yang berkonsentrasi rendah. Difusi di bedakan menjadi difusi yang dipermudah

dengan saluran protein dan difusi yang dipermudah dengan protein pembawa (difusi

terfasilitasi). Osmosis merupakan perpindahan partikel dari tempat berkonsentrasi

rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dibedakan menjadi

plasmolisis dan krenasi.

Dalam laporan ini, yang menjadi objek utama ialah plasmolisis dan krenasi.

Penjelasan selanjutnya merupakan penjabaran secara mendalam mengenai

plasmolisis dan krenasi.

8

BAB III

METODOLOGI PENGAMATAN

3.1 Jadwal Pengamatan

Bagian ini berisikan mengenai tempat dan waktu dilaksanakannya

pengamatan, sebagai berikut :

3.1.1 Tempat

Pengamatan dilakukan di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMA

Negeri 1 Soe, Jl. Prof W. Z. Yohanes no. 33.

3.1.2 Waktu

Pengamatan berlangsung pada Rabu, 25 agustus 2010. Bertepatan dengan

kegiatan belajar mengajar (KBM) dan dimulai dari pukul 07.15 sampai

08.35.

3.2 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu dengan

tinjauan informasi kepustakaan, observasi, pencatatan data tertulis, analisa sintesis,

penarikan kesimpulan dan perumusan saran atau rekomendasi. Dibawah adalah

uraian terhadap metode yang disebutkan tadi.

3.2.1 Tinjauan informasi kepustakaan

Bagian ini merupakan langkah petama sebelum memulai pengamatan.

Dimana pengamat diberi informasi berupa materi yang berhubungan dengan apa

yang akan diamati, alat dan bahan yang digunakan serta prosedur pengamatan.

Materi yang diberikan merupakan referensi dari buku-buku yang terkait.

9

3.2.2 Observasi

Observasi merupakan bagian yang terpenting. Observasi merupakan salah

satu metode yang digunakan berupa pengamatan secara langsung oleh pengamat

terhadap objek. Dalam pengamatan ini, observasi dilakukan menggunakan

mikroskop terhadap sampel berupa daun Adam dan Eva (Rhoeo discolor) serta sel

darah merah.

3.2.3 Pencatatan Data Tertulis

Dengan cara ini, beberapa informasi yang penting dicatat atau didokumenkan

sebagai data tertulis, yang didalamnya dapat dijadikan sebagai data akurat bagi

penulis laporan kemudian. Teknik ini tentunya berfungsi untuk menghindari

tercecernya aneka data atau infomasi tanpa disadari.

3.2.4 Analisa Sintesis

Metode ini dimaksudkan untuk memberikan garis hubung atau benang merah

antara masalah yang diangkat dengan data atau informasi hasil pengamatan dan data

kepustakaan. Adapun metode ini sangat penting untuk sebuah pemecahan ataupun

penemuan alternatif bagi masalah yang diangkat.

3.2.5 Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tidak lain adalah rumusan ringkas tentang masalah,

data, yang ditemukan, yang kemudian diberikan suatu jawaban tentative atasnya.

Kesimpulan pun tentunya hanya memuat kata-kata kunci dari setiap langkah yang

dilalui dalam laporan ini.

3.2.6 Saran dan Rekomendasi

Untuk mengakhiri suatu karya tulis tentunya diberikan saran atau

rekomendasi. Hal ini sangat penting bagi sidang pembaca atau pendengar demi

menentukan tindakan lebih lanjut dari pembahasan masalah.

10

3.3 Etos Kerja

Pada bagian ini akan di jelaskan mengenai proses kerja, yakni alat dan bahan

serta langkah kerja yang lakukan selama pengamatan berlangsung.

3.3.1 Alat dan Bahan

Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan :

3. Mikroskop

4. Kaca objek

5. Kaca penutup

6. Jarum bersih

7. Sel darah merah

8. Kertas isap atau tissue

9. Daun adam dan eva (Rhoeo discolor)

10. Larutan garam

11. Larutan gula

12. Alkohol 70%

13. Pipet

14. Cuter atau pisau kecil

3.3.2 Langkah kerja :

Langkah kerja dalam mengamati plasmolisis dan krenasi di bagi

menjadi dua, yakni langkah kerja untuk mengamati plasmolisis dan langkah

kerja untuk mengamati krenasi, yakni sebagai berikut :

5. Krenasi

1. Sediakan kaca objek bersih dan beri setetes air dengan pipet.

2. Bersihkan salah satu ujung jari dengan menggunakan kapas yang

telah diberi alkohol 70% agar tidak infeksi.

11

3. Tusuk ujung jari tersebut dengan jarum yang telah dibersihkan

dengan alkohol 70%.

4. Ambil setetes darah dan letakkan diatas kaca objek dan tutup

dengan kaca penutup.

5. Setelah selesai, luka di ujung jari kembali diolesi dengan diberi

alkohol 70% menggunakan kapas agar tidak infeksi.

6. Periksa sel-sel darah merah tersebut dengan mokroskop.

Gambarlah bentuk sel darah merah yang dilihat.

7. Beri larutan gula ditepi kaca penutup, sedangkan di tepi yang lain,

isap dengan kertas pengisap agar medium didalamnya berganti.

8. Segera amati perubahan yang terjadi. Gambarlah bentuk yang

dilihat. Jika bentuk sel tidak mengalami perubahan, tambahkan

kepekatan larutan gula, misalnya menjadi 15%.

6. Plasmolisis

1. Sediakan kaca objek yang bersih dan diberi setetes air dengan

pipet.

2. Ambil daun Rhoeo discolor

3. Kelupas epidermis bewahnya sehingga beberapa sel didalamnya

terbawa.

Caranya : Patahkan daun tesebut. Kelupaslah bagian bagian

epidermis tersebut dengan cuter atau pisau kecil. Tarik hingga

diperoleh selapis sel epidermis, kemudian segera letakkan diatas

setetes air agar tidak mengering. Tutup dengan kaca penutup.

4. Amati dengan mikroskop, kemudian gambarkanlah bentuk sel

yang diamati.

5. Deri tepi kaca penutup, teteskanlah larutan garam dengan pipet.

Dari tepi yang lain hisap air dengan kertas isap atau tissue agar

terjadi pergantian medium.

6. Amati sel yang ada pada kaca objek. Gambarkanlah bentuk

perubahan yang terjadi. Apabila tidak terjadi perubahan,

12

tambahakan kadar larutan garam pada sel epidermis.

3.4 Operasional Variabel

Variabel merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai

tertentu atau ukuran tertentu serta dapat berubah atau diubah. Dengan demikian

variebel sering disebut dengan faktor ubah atau faktor penentu. Berikut merupakan

variebel-variabel dari pengamatan yang dilaksanakan :

3.4.1 Variabel

1. Variabel Manipulasi, yakni variabel yang secara sengaja diubah-ubah

oleh pengamat. Dalam pengamatan ini, yang termasuk dalam variabel

manipulasi adalah larutan gula dan larutan garam.

2. Variabel Respon, yakni variabel yang berubah sebagai akibat

pemanipulasian variabel manipilasi. Dalam pengamatan ini, yang

termasuk dalam variabel respon adalah daun adam dan eva (Rhoeo

discolor) dan sel-sel darah merah.

3. Variabel Kontrol, yakni variabel yang tidak diberi perlakuan. Dalam

pengamatan ini, yang termasuk variabel kontrol adalah volume air yang

digunakan untuk membasahi objek pengamatan.

3.4.2 Operasional variabel.

Variabel Manipulasi. Larutan gula dan larutan garam dapat diubah-ubah

sesuai keperluan, apabila tidak terjadi perubahan apapun pada objek

pengamatan setelah ditetesi larutan-larutan tersebut. Pada krenasi,

apabila sel darah merah tidak mengalami perubahan bentuk, maka kadar

larutan gula ditingkatkan menjadi 15% lebihnya dari yang semula, atau

sesuai keperluan. Begitu pula pada langkah kerja untuk mengamati

plasmolisis.

Variabel Respon. Yang diamati dari daun adam dan eva (Rhoeo

13

discolor) dan sel darah merah sebagai objek utama pengamatan adalah

perubahan bentuknya sebelum atau setelah diberi larutan gula maupun

larutan garam dalam kadar yang berbeda-beda.

14

BAB IV

PEMBAHASAN

Bagian pembahasan ini berisikan analisa terhadap permasalahan yang diangkat

berdasarkan data atau informasi lapangan dan data kepustakaan. Dari masalah yang ada

dan data-data yang ditemukan, maka beberapa catatan kritis pun perlu dihadirkan sebagai

jalan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diangkat dalam laporan

pengamatan ini. Demikian beberapa masalah yang harus dianalisis sebagai berikut :

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan akan djelaskan dengan mengklasifikasikannya menjadi

dua bagian, yakni bagian krenasi dan plasmolisis.

4.1.1 Krenasi

Pengamatan yang dilakukan untuk mengamati krenasi menggunakan

bahan berupa sel darah merah yang di masukan kedalam medium air dan

medium larutan gula.

Pada sel darah merah yang masih berada dalam medium air (diamati

menggunakan mikroskop) bentuknya licin, berwarna merah segar dan mulus.

Berikut merupakan gambarnya :

Gambar 2. Sel Darah Merah

Namun, keadaan sel yang seperti akan berubah jika medium sel yang

berupa air di ganti dengan medium baru berupa larutan gula. Bentuk sel akan

mengalami perubahan, yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

15

Gambar 3. Krenasi sel darah merah

Setelah dimasukan kedalam medium berupa laritan gula yang

berkonsentrasi tinggi, bentuk sel darah merah berubah menjadu kusut dan

mengecil. Cairan dalam sel (dalam sitoplasma) keluar sehingga sel menjadi

kerut.

4.1.2 Plasmolisis

Pengamatan yang dilakukan untuk mengamati plasmolisis

menggunakan bahan berupa Daun Adam dan Eva (Rhoeo discolor) yang di

masukan kedalam medium air dan medium larutan garam. Berikut

merupakan gambar daun ini :

Gambar 4. Daun Adam dan Eva

Pada bagian epidermis bawah daun ini yang dijadikan sebagai

preparat, dapat terlihat bentik sel yang teratur dan rapat. Bentuk ini dapat

terlihat pada preparat yang masih dalam medium berupa ai, sebagai berikut :

16

Gambar 5. Sel daun Adam Eva.

Namun, setelah sel berada dalam medium yang berupa larutan garam

yang memiliki konsentrasi tertentu, bentuk selnya akan mengalami

perubahan. Perubahan bentuk sel dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6. Plasmolisis daun Adam Eva

17

4.2 Analisis Sintesis

9. Apa yang dimaksud dengan Plasmolisis dan Krenasi ?

Jawaban :

Berdasarkan data kepustakaan dan hasil pengamatan, dapat disimpulkan

bahwa :

Plasmolisis adalah keadaan dimana sitoplasma sel (khususnya pada sel

tumbuhan) mengalami penyusutan dan membran plasma terlepas dari dinding

selnya.

Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di

sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena

kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa

Latin crenatus.

10. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya Plasmolisis dan Krenasi ?

Serta bagaimana prosesnya ?

Jawaban :

3. Plasmolisis

Sel tumbuhan memiliki dinding selulosa yang keras dan elastis,

sehingga dapat membatasi volume sel serta mempertahankan sel agar tidak

pecah. Bila sel tumbuhan di tempatkan pada lingkungan hipotonik

misalnya pada air, maka air tersebut akan masuk ke dalam sel. Sel

tumbuhan akan terus membengkak sampai selulosa tidak dapat

direntangkan lagi. Namun sel tersebut tidak pecah. Sel tumbuhan pada

keadaan ini disebut Turgid. Keadaan ini yang menyebabkan batang

tumbuhan berdiri tegak.

Namun, apabila sel tumbuhan diletakkan di larutan garam

terkonsentrasi (hipertonik), air di dalam vakuola sel akan keluar.

Sitoplasma sel akan menjadi kerut. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan

juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan

dengan sel dalam kondisi seperti ini layu.

Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya

18

plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana

protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak

antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh

dinding sel dapat terjadi.

4. Krenasi

Sel-sel hewan (dalam pengamatan menggunakan sel darah merah)

hewan dipertahankan dalam keadaan isotonik, yaitu keadaan dengan

konsentrasi air di sekeliling sel sama dengan konsentrasi air di dalam sel.

Misalnya sel darah merah tetap akan stabil bentuknya apabila di

tempatkan pada medium larutan garam 1%.

Namun, krenasi akan terjadi apabila sel berada pada lingkungan

hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah

dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan

pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang

volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.

5. Akibat apa saja yang dapat ditimbulkan ?

Jawaban :

Adakalanya proses osmosis dapat merugikan makhluk hidup. Contohnya

plasmolisis dan krenasi yang masing-masing terjadi pada sel tumbuhan dan sel

hewan.

Plasmolisis dapat menyebabkan kerusakan sel akibat runtuhnya dindin sel,

dan berkurangnya fungsi sel. Selain itu, tumbuhan pun akan menjadi layu,

batangnya akan menjadi kerut sehingga tidak dapat menopang tumbuhan untuk

berdiri tegak. Dan akibat yang paling fatal adalah tumbuhan tersebut dapat

mati.

Krenasi terjadi pada sel hewan. Krenasi dapat menyebabkan berkerutnya

sel hewan dan menyebabkan penurunan fungsi sel tersebut. Akibatnya sel

tersebut dapat mati.

19

6. Bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari ?

Jawaban :

Terjadinya gangguan pada sel akibat plasmolisis dan krenasi dapat

menyebabkan terganggunya pula kehidupan komunitas dan ekosistem, apabila

tidak ditangai secara serius.

4.3 Solusi

Untuk menghindari terjadinya peristiwa seperti yang telah disebutkan diatas,

maka kita perlu melakukan berbagai upaya untuk mencegah ataupun mengatasinya.

Kita perlu menjaga tekanan osmotik dalam tubuh kita dengan selalu makan makanan

bergizi, makanan yang sesuai kebutuhan tubuh, beristrirahat yang cukup dan

berolahraga. Hal ini dilakukan demi menjaga tubuh dari kelelahan maupun kadar

gizi yang dikandung tubuh tidak sesuai dengan kapasitas tubuh.

Selain itu, kita perlu menjaga makhluk hidup lain disekitar kita agar tetap

terjaga keseimbangan ekosistem dengan cara memeliharanya.

20

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang daoat diambil dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya

adalah sebagai berikut:

Sel memiliki membran sel yang berfungsi sebagai pelindung sel. Karena

struktur membran sel yang terdiri dari lipid dan protein, sehingga membran sel

bersifat semipermeabel atau selektifpermeabel. Dengan sifatnya yang seperti ini,

maka terjadi transpor melewati membran. Transpor melewati membran dibedakan

menjadi dua, yaitu transpor aktif dan transpor pasif. Transpor yang membawa

dampak bahaya bagi makhluk hidup. Transpor ini disebut dengan plasmolisis dan

krenasi.

Plasmolisis terjadi pada sel tumbuhan yang berada dalam keadaan

hipertonik. Air di dalam vakuola sel akan keluar. Sitoplasma sel akan menjadi kerut.

Sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel

tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kejadian

seperti ini jika terjadi pada sel hewan maka disebut dengan krenasi. Keadaan seperti

tentu merugikan makhluk hidup.

5.2 Solusi

Sebagai makhluk ciptaan yang Maha Kuasa, patutlah kita menjaga segala

ciptaannya dengan baik. Kita perlu menjaga ekosistem agar tetap seimbang. Karena

keseimbangan dalam kehidupan akan memberi kenyamanan pada diri kita pula.

Untuk itu kita wajib menjaga dan melestarikan dengan baik pemberian Sang Maha

Kuasa.

21

22